POLA KONVERSI LAHAN SAWAH DAN KETERKAITANNYA DENGAN POLA PERUBAHAN STRUKTUR PENGUASAAN LAHAN DAN POLA PERKEMBANGAN WILAYAH JALUR PANTAI UTARA JAWA BARAT Studi Kasus di Kabupaten Bekasi, Karawang, Subang dan Indramayu
Oleh SUHADAK
JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 1995
Sesungguhnya keadaan-Nya, apabila Allah Menghendaki sesuatu hanyalah berkata, "Jadilah!", maka jadilah ia (Yaasin : 82). "Orang yang sangat merugi pada hari kiamat adalah mereka yang berkesempatan menuntut illnu di dunia, lalu tidak mau menuntut ilmu. Dan orang yang mengajarkan i l m u (kepada orang l a i n ) , lalu orang yang
diajar
memperoleh manfaat dari ilmunya, sedangkan dirinya sendiri tidak mendapat manfaat" (HR. Ibnu 'Asyakir).
Karya
ini
kupersembahkan
kepada
orang-orang yang selanla ini kucintai, Ibu-Bapak, Mbak Tin, Mas Ninus, Mas Yakin, Hanik, Aziz, Lika dan seseorang
yang akan mendampingi hidupku kelak: Atifatus. SH
SUHADAK. Pola Konversi Lahan Sawah dan Keterkaitannya dengan Pola Perubahan Struktur Penguasaan Lahan dan Pola Perkembangan Wilayah Jalur Pantai Utara Jawa Barat: Studi Kasus di Kabupaten Bekasi, ICarawang, Subang dan Indramayu (dibawah bimbingan MOENTOHA SELARI dan SUNSUN SAEFULHAICIM). Konversi lahan sawah diartikan sebagai pengalihan fungsi lahan sawah, ke penggunaan lain (non pertanian atau pertanian non sawah), sedangkan pola konversi lahan sawah diartikan, kearah mana struktur penggunaan lahan terjadi, setelah lahan sawah dikonversikan selama periode waktu tertentu. Bentuk arahan struktur penggunaan iahan non pertanian umumnya adalah untuk pengenibangan kota, industri dan pertanian non sawah adalah pengembangan perikanan, lahan kering. Perbedaan pola konversi lahan ini ditentukan oleh perbedaan intensitas dari tiap-tiap faktor penyebabnya dan sewa ekonoini lahan (land rent). Pola konversi lahan sawah tersebut berda~npakpada pe~nbangunanwilayah tertentu, karena dapat mengakibatkan terjadinya perubahan lingkungan. Dampak yang penting adalah terjadinya perubahan struktur penguasaan lahan oleh petani, pola transformasi struktur tenaga kerja dan perkembangan sarana dan prasarana perekonomian. Pola konversi lahan sawah dan implikasinya merupakan suatu ciri pokok yang melekat pada proses pertu~nbuhanwilayah. Sedangkan, pertumbuhan merupakan indikator penting dalain proses pe~nbangunan,yang ~nencerminkanperkembangan suatu wilayah. Tujuan penelitian ini adalah: (1) mengidentifikasi pola konversi lahan sawah, perubahan struktur penguasaan lahan, pola transformasi struktur tenaga kerja dan perkembangan sarana dan prasarana perekonomian, (2) mengetahui faktorfaktor pendorong pola konversi lahan sawah, (3) mengetahui keterkaitan antara pola konversi lahan sawah dengan perubahan struktur penguasaan lahan, pola transformasi struktur tenaga kerja dan perkembangan sarana dan prasarana perekonomian. Wilayah studi adalah daerah Jalur Pantai Utara Jawa Barat, meliputi Kabupaten Subang, Indramayu, Karawang dan Bekasi yang terdiri dari 43 desa dan mempunyai zone agroklimat homogen. Jumlah desa tersebut selanjutnya sebagai jumlah sampel (unit pengamatan). Penentuan contoh desa ini dilakukan dengan teknik
bertingkat (stratifiedsampling). Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder dari dua titik tahun, yaitu tahun 1982 dan 1992, meliputi jenis penggunaan lahan, struktur penguasaan lahan sawah, komposisi penduduk menurut lapangan pekerjaan dan sarana dan prasarana pelayanan. Metode yang digunakan untuk analisis adalah Analisis Komponen Utama (Principal Component Analysis). Analisis yang digunakan ini mengikuti konsep dasar dan algoritma Descriptive Principal Component Analysis. Hasil analisis komponen utama dari data pola konversi lahan sawah menunjukkan bahwa di Wilayah Pantai Utara Jawa Barat terdapat 4 kategori pokok pola konversi lahan sawah, yaitu (1) pola pengembangan kota/pemukinian, yang dicirikan dengan perubahan penggunaan lahan kearah pe~nukimandan jalan raya yang dominan, (2) pola pengembangan industri, yang dicirikan dengan perubahan penggunaan lahan kearah industri yang dominan, (3) pola pengembangan perikanan, yang dicirikan dengan perubahan penggunaan lahan kearah tarnbak yang dominan, dan (4) pola pengembangan pertanian lahan kering, yang dicirikan dengan perubahan penggunaan lahan kearah lahan kering yang dorninan. Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa pola konversi lahan sawah berkaitan erat dengan faktor-faktor pendorongnya. Pengembangan kotalpemukiman berkaitan dengan kenaikan harga lahan, makin tinggi jumlah penduduk (jiwa), makin jauh dari kecamatan, terkena proyek dan makin rendahnya penguasaan lahan oleh orang luar desa. Pengembangan industri berkaitan erat dengan Kota Jakarta, kenaikan harga lahan, niakin banyak petani menjual sawahnya untuk modal mencari lahan yang lebih luas sedangkan untuk modal usaha dan konsumsi (termasuk biaya pendidikan) relatif rendah. Pengenibangan perikanan berkaitan erat dengan Kota Cirebon, penurunan harga lahan, rnakin banyak petani menjual sawahnya untuk untuk modal usaha dan konsu~nsi(termasuk biaya pendidikan) sedangkan untuk modal mencari lahan yang lebih luas relatif rendah. Sedangkan pengembangan pertanian lahan kering tidak berkorelasi nyata dengan faktor pendorongnya. Hasil analisis korelasi ~nenunjukkanbahwa pola konversi lahan sawah menyebabkan perubahan struktur penguasaan lahan oleh petani. Pengembangan kotalpemukiman menyebabkan makin menurunnya jumlah rumah tangga tani yang rnenguasai lahan seluas 1-2 ha, produksi pertanian (tanaman pangan) dan makin meningkatnya junilah rumah tangga tani yang ~nenguasailahan kurang dari 0.5 ha. Pengenibangan industri menyebabkan makin menurunnya junilah rumah tangga tani
yang menguasai lahan sawah (semua katagori), produksi pertanian (tanaman pangan) dan meningkatnya jumlah rumah tangga tani yang tak berlahan. Pengembangan perikanan menyebabkan makin meningkatnya jumlah rumah tangga tani yang menguasai lahan sawah (semua katagori), produksi pertanian (tanaman pangan) dan menurunnya jumlah rumah tangga tani yang tak berlahan. Sedangkan, dampak pengembangan pertanian lahan kering terhadap perubahan struktur penguasaan lahan tidak nyata pengaruhnya. Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa pola konversi lahan sawah menyebabkan pola transformasi struktur tenaga kerja. Pengembangan kotalpemukiman menyebabkan penurunan buruh tani, dan peningkatan peternak, nelayan, pegawai negerilABRI, jasa angkutan. Dengan demikian, pengembangan kotalpemukiman menyebabkan transformasi tenaga kerja dari sektor pertanian lahan sawah ke sektor pertanian non sawah dan non-pertanian. Pengetnbangan industri menyebabkan penurunan petani pemilik, petani penggarap dan peningkatan buruh pabrik, pedagang, pegawai swasta, angkutan. Dengan detnikian, pengembangan industri menyebabkan transfor~nasistruktur tenaga kerja dari sektor pertanian lahan sawah ke non pertanian. Sedangkan, datnpak pengembangan perikanan dan pertanian lahan kering berlawanan dengan pengembangan industri yaitu makin meningkatnya tenaga kerja pertanian lahan sawah dan menurunnya tenaga kerja non pertanian. Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa hanya pengembangan industri dan perikanan yang menyebabkan perkembangan sarana dan prasarana perekonomian. Sarana dan prasarana perekono~nianyang makin meningkat akibat pengembangan industri adalah jalan aspal, jalan tanah, kendaraan roda 4/truk, sepeda, warung, angdeslangkot, tokolkios, TK, SMP, SMA, tnusholalsurau, pabrik, rurnah makan dan yang makin menurun adalah jalan batu dan KUD. Sedangkan dampak pengembangan perikanan berlawanan dengan industri, yaitu makin menurunnya jalan aspal, jalan tanah, kendaraan roda 4/truk, sepeda, warung, angdeslangkot, tokolkios, TK, SMP, SMA, mushola/surau, pabrik, rumah makan dan makin meningkatnya jalan batu dan KUD. Sedangkan, pengembangan kotalpemukiman dan lahan kering tidak nyata pengaruhnya.