Visibility - Tantangannya bagi Desainer Yongky
Safanayong
Jurusan Desain Komunikasi Visual Universitas Pelita Harapan UPH Tower, LippoKarawaci, Tangerang 15811, Indonesia
Abstract
Visibility is closely related to visual activity of visual communication discipline. It is sometimes concerned with the /mage civilization and even become such anew incoming of 'second degree orality' civilization which is promoted by new technology. It is not merely dealing with terms such 'legibility'and 'readability' in ergonomic law, not as well a cognitive perception. Instead, it is more about 'imagery' and expression of style in graphic design. It also discusses about 'visible sign' in semiotic point of view. It is not so far to be seen, in its place to be remembered, resemblance of message inside communication. And it should become designer's responsibility.
Keywords: Visibility, visual communication, designers' responsible
Visibility, berkaitan erat dengan aktifitas desain visual dan bidang disiplin komunikasi visual. Ada dua tahapan dan aspek sebagai faktor pendekatan. Pertama, mempertimbangkan seberapa jauh visibility hadir di dunia pada saat ini. Kedua, bagaimana visibility dihasilkan. Kadang didefinisikan sebagai suatu "peradaban image" dan kadang sebagai "peradaban kata yang tertulis", beberapa telah mengucapkan sebagai suatu kedatangan kembali "the global village", yaitu kembalinya ke suatu peradaban "second degree orality" yang dipromosikan oleh teknologi elektronik. Dalam kasus lainnya, sebagai peradaban visual, sekalipun kini disebut juga audio visual atau persisnya multisensorea[. Seperti virtual reality yang banyak disebut - sebut, ada kecenderungan untuk menekankan pentingnya visual dalam hidup kita sehari - hari dan dalam skenario masa depan teknologis. Bertentangan dengan interpretasi tersebut, ada yang menanggapi hal visual dengan kecaman, mereka berbicara mengenai peradaban yang buta, suatu peradaban gelap (blackout civilization). Penyebaran inovasi teknologi ke dalam budaya telah mendorong percepatan melajunya semua proses dalam waktu bersamaan.
2d3d
125
Percepatan proses tersebut merubah proses normal dalam komunikasi, yang relatif lamban dengan proses instan, yang disebut "switching" atau "transducing" (memindahkan energi dari satu sistem ke sistem lain). Transducing ditentukan alat - alat elektronik, sedangkan irama komunikasi yang lebih lamban harus dikuasai oleh organ dan pikiran manusia. Dunia sekitar terlihat sebagai dunia dysphoria (kegelisahan yang berlebihan, ketidakpuasan), berlawanan dengan euphoria, yang berarti pengalaman dunia depresif disebabkan oleh kemiskinan komunikasi. Dalam desain grafis dan dalam persoalan penting professional bidang komunikasi visual, penekanan utamanya terletak pada dua aspek persoalan, yaitu resepsi dan persepsi. Dalam typografi, hukum ergonomic "legibility" dan estetik serta aturan persepsi "readability" dari Friedman. Hal-hal di atas memang penting, namun profesi desain visual seharusnya tidak saja membatasi perhatian pada hal-hal bagaimana melancarkan jalannya informasi dan membatasi diri dengan mengandalkan pada keserasian atau desain yang baik (gute Gestalt). Konsep lain yang cukup penting yaitu image, khususnya "imagery" atau "imaginaire". Ekspresi tersebut mengingatkan pada ide ilusi, artistic "genre", gaya dan sebagainya. Dalam desain grafis, secara tegas bahwa pasalnya adalah visibility. Pada 1995 -1996, penulis Italy, Italo Calvino dalam ceramahnya di Harvard University yang berjudul "Enam Memo untuk Millenium Mendatang", ia sampaikan memo-memo tersebut kedalam 6 nilai, yaitu : kecepatan, keringanan, ketepatan, keserbaragaman, kemantapan/keajekan dan visibility. Ide visibility adalah hal penting bagi desainer dalam arti meraba dengan indera mata, mengandung ide perbuatan, kurang tepat bila desainer berkata "saya ingin buat suatu visual" , yang tepat bila dikatakan "saya akan membuat sesuatu terlihat (visible)", ini baru jelas dan konkrit. Berkaitan dengan visibility, juga penting dalam pertimbangan-pertimbangan desain typografi yang baik, seperti dalam mendesain sign system atau berbagai media cetak. Para ilustrator The Macmillan Visual Dictionary membuat nyata dan informatif obyekobyek yang diperagakan / digambarkan, seorang ahli kaligrafi A. Soebhakto menulis puisi kaligrafinya secara nyata, hasil jepretan Ansel Adam visible dan nyata, Neville Brody dapat membuat fractal kelihatan dan terukur. Kata "visibility" menunjukan suatu bidang spesifik yang jarang dibahas seperti disiplin-disiplin ilmu pengetahuan lainnya. Semiotic, mencakup segala soal pemaknaan dan komunikasi, yang mana teori hypothetical tentang visibility adalah suatu cabangnya.
126
2d3d
Visibility bukanlah topik riset untuk optik psikologis, meskipun kemampuan ocular (mata) untuk memfokus ada kaitannya dengan visibility. Visibility merupakan tema untuk ilmu persepsi dan fenomena perseptual, begitu dinyatakan Gaetano Kanizsa, menurutnya visibility tidak hadir secara ragawi juga bukan topik untuk psikologi kognitif, meskipun visibility berkaitan dengan komprensi/pengertian. Visibility tidak ada hubungannya dengan psikologi dalam, walaupun ada riset tentang pentingnya warna dan fenomena visible lainnya, tidak dipelajari dalam estetika sosiologi, meskipun menurut Walter Benyamin apabila peragaan karya seni yang terlalu sering visibilitasnya menyebabkan hilangnya aura estetis. Visibility tidak termasuk anthropologi, dimana yang diperagakan berhubungan dengan hirarki. Visibility tidak menjadi bagian dari soal-soal teknis dan teknologis, meskipun tidak dipungkiri bahwa riset tentang resolusi video elektronik atau tentang anti - aliasing pada grafis kumputer berhubungan dengan visibility. Dimasa lalu, visibility adalah masalah seni atau ketrampilan, sekarang menjadi masalah desain. Desainer turut bertanggung jawab dan harus terhindar dari keterlibatkan mengacaukan multisensory tersebut. Dalam keadaan secara obyektif, kondisi lingkungan bergerak cepat secepat kuman virus yang dibiakkan, sedangkan desain tidak dapat berperan sebagai katalisator murni, menjadi elemen tak berdaya dalam melepaskan reaksi. Etisnya seorang desainer tidak seharusnya menjadi kuantitas yang sepele, demikian kata Gui Bonsiepe, menurutnya seorang desainer seharusnya berlaku sebagai wakil para konsumen / pemakai ketika berhadapan dan bemegosiasi tentang proyek. Diperlukan suatu kompetensi professional yang mampu untuk memprediksi semua pemecahan masalah. Desainer dituntut kepedulian dan perhatiannya untuk membuat semua masalah visible. Kegiatan visibility adalah sebuah totalitas terdiri dari kapasitas, ketrampilan, kompetensi, pengetahuan, kecerdasan, banyak akal dan kecakapan yang butuh dimiliki desainer dalam pelaksanaan visibilitas. Visibility adalah seni jalan keluar dari hal yang tidak tampak, pada dasarnya adalah seni gaib, seni evokasi, seni menganugerahkan sebuah keberadaan / eksistensi yang belum terbentuk - eksistensi yang tidak faktual, eksistensi dari simulasi, perkiraan dan resep-resep, ini adalah eksistensi yang dapat memanipulasi obyek an absentia. Pada dasarnya memvisualisasi termasuk dalam pekerjaan seorang desainer, termasuk juga memberi penjelasan dalam sistem notasi atau kode, misalnya dalam gambar teknik atau grafis informasi. Masalahnya bukan sekedar teknis pengetahuan dan informasi, tetapi juga masalah komunikasi yang efektif dalam satu kelompok masyarakat, bagaimana meyakinkan publik. Berarti desainer mempunyai tugas untuk membuat suatu bagian lebih visible terhadap keseluruhan.
2d3d
127
Ada prinsip umum yang dapat menyatukan variasi tema agar visible, Umberto Eco menyebutnya sebagai "Ostentation" dan menempatkannya sebagai mode of sign production. Prosedur semiotic ini mendefinisikan tindakan mengisolasi suatu obyek atau tanda dan mengangkatnya ke suatu kenyataan yang lebih visible. Contoh gerakan mengangkat botol bir kearah bartender sebagai isyarat meminta bir lagi. Ini adalah isyarat fungsional setiap sign seperti poster, petunjuk arah, jarum jam dan sebagainya. Kontras warna antara lokasi dan informasi topografis pada sebuah peta, juga kontras ukuran antara nama-nama jalan yang berbeda tingkat kepentingannya. Sebenarnya prinsip ostentation berperan pada tiap masalah representasi, karena tiap macam representasi adalah reduksi, demikian kata Sartre. Gambar sebuah bunga mawar tidak berbau, artinya tidak mungkin memperlihatkan keseluruhan obyek untuk direpresentasikan, disengaja atau tidak suatu pandangan harus dipilih dan sebuah penampilan diisotasikan. Representasi lainnya akan selalu menjadi presentasi dari suatu segi yang harus diseleksi secara teliti dan tiap pengenalan menekankan bagian-bagian tertentu dan menyampingkan yang lain, demikian menurut Rudolf Arnheim. Manipulasi ostentatif adalah cara desainer memodifikasi selaras perilaku publik dengan maksud membangkitkan minat klien atau pelihat, metoda figure rethoris ini dalam desain komunikasi adalah figure visibility, figure visibility dapat menjadi visible metaphors seni menunjukan obyek melalui kemiripan dan asosiasi ide-ide, contoh ideal dapat kita lihat pada gerakan artistik surealisme, dengan kiasan fantastik dan kadang disertakan humor grafis dapat disebut visible synecdoche, artinya dengan memperlihatkan sebagian saja akan membuat keseluruhan visible. Ini adalah seni sintetis dan bersifat ringkas, menunjukkan kejernihan, kecerahan dan ekonomis. Oleh Mies Van der Rohe disebut "Less is More". Figur - figur yang ditentukan oleh elemen-elemen bersifat statis atau gerak dinamis dapat disebut figures of staging. Kita dapat membayangkan suatu lingkungan yang banyak manuver dan manipulasi ibarat sebuah teater - suatu set tradisional yang diatur oleh gerak dan penempatan aktor-aktor serta mengaturnya agar terbentuk gerakangerakan dan susunan-susunan yang diinginkan. Suatu set visibility juga diatur untuk membantu gerakan mesin dan optik, menentukan sudut pandang dan pengelompokan yang kurang lebih berguna. Set seperti ini tidak hanya menentukan alat yang akan menerangkan adegan dan obyek, tetapi juga mewarnai dan pada umumnya menentukan sifat permukaan (surface attributes). Dalam terminology grafis komputer ialah untuk menciptakan efek yang berbeda-beda, contoh model yang timbul atau dihasilkan dari teater dapat berlaku untuk desain layout
128
2d3d
dua dimensional, suatu ide koreografi dan pengaturan gerak dapat disebut mise en page. Profesi desainer grafis mempunyai tugas dalam merancang bentuk, menentukan posisi, pemotretan dan representasi kinetik atau animasi. Kegiatan desain visual termasuk tidak hanya mengatur suatu komposisi yang memperlihatkan hirarki nilainilai, tetapi juga bagaimana menempatkan tiap elemen dalam dimensi yang benar serta mempertimbangkan kepentingan elemen secara keseluruhan. Apabila retorik adalah seni pidato, maka komunikasi visual adalah seni komposisi, disposisi dan modulasi. Seni tersebut adalah seni "sequential", begitu digambarkan oleh F.H.K. Henrion.Seni ini mencakup semua elemen bentuk dalam ruang dan waktu, corporate image atau proses pembuatan corporate identity, memberi arti penting bagi image sebuah perusahaan atau institusi, ini adalah contoh hasil rencana figures of staging dan pertimbangannya untuk menghasilkan suatu visibility yang istimewa bahwa tidak hanya untuk dilihat tetapi juga diingat. Pada masa kini dan yang akan datang merupakan tantangan bagi desainer visibility. Tantangan tersebut tidak hanya untuk menghadapi atau mengimbangi polusi pesanpesan visual, juga polusi masalah sosial, polusi udara akibat dunia pabrik dan masih banyak lagi. Kini jelas bahwa profesi informasi terkait dengan industri komunikasi dan berperan penting dalam dunia industrial dan komersial. Desain komunikasi yang pada dasarnya desain grafis, membutuhkan gagasan dan karya cipta secara terus menerus yang belum pernah terjadi sebelumnya. Tanggung jawab desainer visual perlu pertimbangan keutuhan the maieutics of visibility, pengetahuan dengan teknik untuk memproduksi visibility ditambah pengetahuan yang telah dimilik para desainer yang telah lebih dahulu bekerja dalam bidang komunikasi dan representasi, membutuhkan program riset yang terpadu dengan fondasi teoritis dalam menghadapi masalah-masalah ini.
Bilbliografi : Arnheim, Rudolf (1984). Art 8t Visual Perception. Berkeley : University California Press. Arnheim, Rudolf (1984). Visual Thinking. Berkeley : University California Press. Bonnici, Peter (2002). Visual Language. New York : Watson - Guptill Publication. Calvino, Italo (1988). Six Memos for the Next Millennium. Massachusetts : University Press.
2d3d
129
Lipton, Ronnie (2002). Designing Cross Cultures. Ohio : How Design Books. Lupton, Ellen (1996). Mixing Messages. New York : Princeton Architectural Press. Johnson, Michael (2002). Problem Solved A Primer in Design & Communication. London : Phaidon. Vrontikis, Petrula (2002). Inspiration = Ideas. Massachusett: Rockport.
130
2d3d