VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU 7.1. Analisis Penggunaan Sarana Produksi Budidaya ubi kayu tidak terlalu sulit. Ubi kayu tidak mengenal musim, kapan saja dapat ditanam. Karena itulah waktu penanaman dan pemanenan tidak seragam. 7.1.1. Lahan Umumnya petani ubi kayu Desa Pasirlaja menggunakan seluruh lahan untuk menanam ubi kayu secara khusus, dengan teknik monokultur. Tanaman ubi kayu merupakan tanaman utama yang diusahakan oleh petani di desa ini. Lahan yang digunakan oleh semua petani ubi kayu Desa Pasirlaja merupakan lahan pinjaman. Oleh karena itu tidak ada biaya yang dikeluarkan untuk penggunaan lahan. Pada perhitungan analisis pendapatan, biaya lahan adalah pajak lahan yang termasuk kedalam biaya diperhitungkan. Rata-rata biaya pajak lahan di Desa Pasirlaja yaitu sebesar Rp 282.424,24. 7.1.2. Bibit Semua petani di Desa Pasirlaja memperoleh bibit ubi kayu dari sisa produksi sendiri, sehingga biaya bibit termasuk biaya diperhitungkan. Bibit diperoleh dari sisa tanaman ubi kayu yang telah dipanen. Penggunaan bibit dari sisa pemanenan dapat menghemat biaya produksi, karena petani tidak perlu mengeluarkan biaya untuk pembelian bibit. Rata-rata penggunaan bibit per hektar di Desa Pasirlaja adalah sebesar 10.545,46 batang. 7.1.3. Pupuk Petani di Desa Pasirlaja menggunakan pupuk kimia dan pupuk kandang dalam kegiatan usahataninya. Pupuk kimia yang digunakan adalah pupuk urea.
58
Pengadaan pupuk urea dan pupuk kandang di Desa Pasirlaja relatif lancar, hal ini dikarenakan banyak warung desa yang menjual pupuk urea serta pupuk kandang tersebut. Penggunaan pupuk urea dan pupuk kandang di Desa Pasirlaja beragam sesuai dengan luas lahan yang dimiliki. Berdasarkan data hasil wawancara, ratarata penggunaan pupuk urea per hektar di daerah penelitian adalah sebesar 413,33 kg, sedangkan penggunaan pupuk kandang rata-rata sebesar 7.608,33 kg. 7.1.4. Tenaga Kerja Tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani ubi kayu di daerah penelitian adalah Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK) dan Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK). TKLK dan TKDK terdiri dari pria dan wanita. Tenaga kerja laki-laki baik yang berasal dari luar maupun dalam keluarga dipekerjakan untuk pengolahan lahan, penanaman, pemupukan, penyiangan, penyulaman dan pemanenan.Tenaga kerja wanita baik berasal dari dalam maupun luar keluarga umumnya dipekerjakan untuk penyiangan dan pengupasan kulit ubi kayu. TKLK berasal dari warga Desa Pasirlaja yang bekerja sebagai buruh tani. Berdasarkan hasil wawancara, rata-rata penggunaan TKLK pria per hektar di daerah penelitian adalah sebesar 85,52 hari kerja pria (HKP), TKLK wanita per hektar sebanyak 35,18 HKP, TKDK Pria per hektar sebanyak 55,16 HKP, dan TKDK wanita per hektar sebesar 18,02 HKP. Upah pekerja pria dan wanita luar keluarga disamakan yaitu sebesar Rp 20.000 per HKP. Lamanya jam kerja per hari adalah 5 jam, mulai dari jam 07.00 s/d 12.00.
7.1.5. Alat-alat pertanian Alat alat pertanian yang digunakan oleh petani ubi kayu Desa Pasirlaja adalah cangkul, garpu dan sabit. Cangkul dan garpu digunakan untuk pengolahan
59
lahan, sedangkan sabit digunakan untuk penyulaman dan penyiangan. Biaya penyusutan alat-alat pertanian yang digunakan selama usahatani dibebankan ke dalam biaya yang diperhitungkan. Untuk satu hektar lahan, alat-alat pertanian yang digunakan adalah tiga buah cangkul dengan harga Rp 27.000,- per ubit, satu buah garpu dengan harga Rp 250.000,- per unit, dan dua buah sabit dengan harga Rp 30.000,- per unit. Pembebanan penyusutan alat-alat pertanian menggunakan metode garis lurus (Straight Line Method) karena diasumsikan bahwa besarnya penyusutan alat per tahun adalah sama. Nilai penyusutan alat ratarata per musim tanam adalah sebesar Rp 137.000,- . Tabel 14. Penyusutan Alat-Alat Pertanian Desa Pasirlaja Jenis Alat Cangkul
Jumlah (Unit) 3
Harga/Satuan (Rp/Unit) 27.000,-
Nilai (Rp) 81.000,-
Umur Teknis (Tahun) 3
Penyusutan (Rp/MT) 27.000,-
Sabit
2
30.000,-
60.000,-
1
60.000,-
Garpu
1
150.000,-
150.000,-
3
50.000,137.000,-
Penyusutan Alat pertanian Satu Musim Tanam Sumber : Data Primer (diolah), 2011
7.2. Analisis Pendapatan Usahatani Ubi Kayu. Analisis pendapatan ini meliputi analisis pendapatan atas biaya total dan analisis pendapatan atas biaya tunai. Biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk usahatani ubi kayu terdiri dari biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Biaya tunai terdiri dari biaya tenaga kerja luar keluarga, pupuk urea dan pupuk kandang. Biaya diperhitungkan terdiri dari biaya bibit, penyusutan alat pertanian, penggunaan tenaga kerja dalam keluarga serta pajak lahan. Rata-rata pendapatan per hektar usahatani ubi kayu di Desa Pasirlaja dapat dilihat pada Tabel 15. Berdasarkan Tabel 15, komponen biaya produksi terbesar yang dikeluarkan oleh petani adalah biaya bibit yaitu sebesar Rp 2.636.390 atau 25,08 persen dari biaya total.
60
Tabel 15. Analisis Pendapatann per Hektar per Musim Tanam Usahatani Ubi Kayu Desa Pasirlaja (2009) No
Uraian
I
Jumlah Total Penerimaan
II
Biaya Tunai
Satuan
Harga/satuan
Jumlah Fisik
Nilai (Rp)
%
16790000
A. Penggunaan TKLK A.1. TKLK Pria
HKP
20.000
85,52
1.710.400
16,27
A.2. TKLK Wanita
HKP
20.000
35,18
703.600
6,70
B. Penggunaan Pupuk B.1. Urea
Kg
3.500
413,33
1.446.655
13,76
B.2. Pupuk Kandang
Kg
280
7.608,33
2.130.332,40
20,27
5.990.987,40
57,00
2.636.390
25,08
137.000
1,30
Jumlah Total Biaya Tunai III
Biaya Diperhitungkan A. Bibit
batang
250
10.545,56
B. Penyusutan Alat C. TKDK Pria
HKP
20.000
55,16
1.103.200
10,49
D. TKDK Wanita
HKP
20.000
18,02
360.400
3,43
282.424,24
2,69
4.519.414,24
42,99
E. Pajak Lahan Jumlah Total Biaya Diperhitungkan IV
Jumlah Biaya Total
10.510.401,64
V
Pendapatan Atas Biaya Tunai
10.799.012,60
VI
Pendapatan Atas Biaya Total
6.279.598,36
VII
R/C Rasio Atas Biaya Tunai
2,80
VIII
R/C Rasio Atas Biaya Total
1,59
Sumber: Data Primer (diolah), 2011 Biaya penggunaan bibit termasuk ke dalam biaya diperhitungkan karena selama satu musim tanam, petani responden tidak ada yang membeli bibit, melainkan diperoleh dari sisa hasil panen musim tanam sebelumnya. Biaya penggunaan TKLK pria sebesar Rp 1.710.400 atau sebesar 16,23 persen dari biaya total. Penggunaan TKLK wanita menghabiskan biaya sebesar Rp 703.600 atau sebesar 6,70 persen dari biaya total. Penggunaan pupuk urea menghabiskan biaya sebesar Rp 1.446.655 atau sebesar 13,76 persen dari biaya total. Biaya penggunaan pupuk kandang sebesar Rp 2.130.332,40 atau 20,27 persen dari biaya total. Biaya penggunaan TKDK pria dan TKDK wanita masing-masing sebesar Rp 1.103.200 dan Rp 360.400 atau jika
61
dinyatakan dalam persen masing-masing sebesar 10,49 persen dan 3,43 persen dari biaya total. Biaya penyusutan alat termasuk kedalam biaya diperhitungkan. Biaya penyusutan alat tersebut sebesar Rp 137.000 atau 1,30 persen dari biaya total. Komponen biaya yang terakhir adalah biaya pajak lahan yang ditentukan sesuai dengan kualitas dan lokasi lahan. Pada daerah penelitian, pajak lahan termasuk ke dalam biaya diperhitungkan, karena semua petani di daerah penelitian sebenarnya tidak membayar pajak lahan. Tanah yang digunakan oleh petani merupakan tanah pinjaman dari suatu perusahaan perumahan. Biaya rata-rata pajak lahan adalah sebesar Rp 282.424,24 atau sebesar 2,69 persen dari biaya total. Jumlah total biaya tunai adalah sebesar Rp 5.990.987,40 atau 57,00 persen dari biaya total. Biaya diperhitungkan sebesar Rp 4.519.414,24 atau 42,99 persen dari biaya total. Kedua biaya tersebut kemudian dijumlahkan, sehingga didapatkan jumlah biaya total yaitu sebesar Rp 10.510.401,64. Penerimaan yang diperolah adalah sebesar Rp 16.790.000. Penerimaan ini diperoleh dari hasil perkalian antara harga rata-rata ubi kayu per kilogram ditingkat petani yaitu sebesar Rp 1.200 per kilogram dengan rata-rata hasil panen ubi kayu per hektar untuk satu musim tanam di daerah penelitian yaitu sebesar 13.991,67 kg/ha. Pendapatan atas biaya tunai adalah sebesar Rp 10.799.012,60. Angka ini didapatkan dengan mengurangkan penerimaan sebesar Rp 16.790.000 dengan total biaya tunai yaitu sebesar Rp 5.990.987,40. Pendapatan atas biaya total sebesar Rp
6.279.598,36
diperoleh
dengan
mengurangkan
penerimaan
sebesar
Rp 16.790.000 dengan biaya total sebesar Rp 10.510.401,64. R/C rasio atas biaya tunai adalah sebesar 2,80. Hal ini menunjukan bahwa setiap rupiah biaya tunai yang dikeluarkan untuk usahatani ubi kayu akan menghasilkan penerimaan sebesar
62
Rp 2,80. R/C rasio atas biaya total adalah sebesar 1,59. Hal ini menunjukan bahwa setiap rupiah biaya total yang dikeluarkan untuk usahatani ubi kayu akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,59. Oleh karena itu berdasarkan nilai R/C rasio dapat ditunjukan bahwa usahatani ubi kayu di Desa Pasirlaja dapat terus dijalankan oleh petani untuk meningkatkan pendapatannya.
63