VI. DAMPAK PENINGKATAN VOLUME LALU LINTAS TERHADAP LINGKUNGAN 6.1 Peningkatan Volume Lalu Lintas Volume lalu lintas pada dasarnya merupakan proses perhitungan yang berhubungan dengan jumlah gerakan per satuan waktu pada lokasi tertentu. Jumlah gerakan yang dihitung dalam penelitian ini hanya meliputi beberapa macam moda lalu lintas, seperti: truk besar, truk sedang dan pick up, elf, bus luar kota, mobil pribadi, serta motor yang keluar dan masuk jalur tersebut. Survei lapang dilakukan untuk menghitung rata-rata persentase kontribusi jenis kendaraan yang melalui ruas Jalan Kasomalang. Survei dilakukan dua hari pada hari biasa selama enam jam setiap harinya.Hasil survei dapat dilihat pada Tabel 6.1. Tabel 6.1 Persentase Jenis Kendaraan yang Melalui Ruas Jalan Kasomalang Waktu
Kendaraan
Hari ke 1
08.00-10.00 WIB Truk besar Truk angkutan lain Angkutan Umum Bis luar kota Mobil Pribadi Motor
33 122 63 18 69 279
36 101 54 16 77 242
17,25 55,75 29,25 8,5 36,5 130,25
6,22 20,09 10,54 3,06 13,15 46,94
13.00-15.00 WIB Truk besar Truk angkutan lain Angkutan Umum Bis luar kota Mobil Pribadi Motor
53 108 43 15 92 208
65 123 45 18 111 223
29,5 57,75 22 8,25 50,75 107,75
10,69 20,92 7,97 2,99 18,39 39,04
15.00-17.00 WIB Truk besar Truk angkutan lain Angkutan Umum Bis luar kota Mobil Pribadi Motor
31 57 20 12 83 186
37 42 23 19 95 172
17 24,75 10,75 7,75 44,5 89,5
8,75 12,74 5,53 3,99 22,91 46,07
Hari Kendaraan % Kontribusi ke 2 /jam Volume/Jam
Sumber: Hasil Analisis Data Survei, 2011
45
Sumber: Hasil analisis, 2011
Gambar 6.1 Komposisi Kendaraan Per Jam Persentase kontribusi rata-rata tiap jenis kendaraan terhadap volume lalu lintas didapat dengan perhitungan sederhana. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Gambar 6.1 yang secara berurutan persentase terbesar pertama motor, terbesar kedua truk sedang dan pick up, mobil pribadi, truk besar, elf dan yang terakhir bus luar kota. Menurut keterangan Dinas Perhubungan Kabupaten Subang, jumlah angkutan umum yang melewati ruas Jalan Raya Kasomalang dengan trayek Pamanukan-Jalan Cagak-Tanjung Siang hampir sama tiap tahunnya. Demikian pula dengan jumlah bus luar kota. Jenis kendaraan yang mengalami peningkatan secara signifikan tiap tahunnya adalah sepeda motor, mobil pribadi, truk pengangkut barang, baik yang berukuran besar, sedang maupun jenis pick up seiring dengan peningkatan kebutuhan dan aktivitas ekonomi masyarakat. Peningkatan jumlah kendaraan yang berlalu lalang di ruas jalan tersebut berkontribusi besar terhadap peningkatan volume lalu lintas, di Jalan Raya Kasomalang. Adanya pabrik air minum dalam kemasan berskala besar yang 46
beroperasi sejak tahun 2000 juga berpengaruh terhadap peningkatan volume lalu lintas. Menurut data Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) PT.Tirta Investama (2009), mobilisasi pekerja industri tersebut mencapai 544 unit motor, truk besar 286 unit per hari (13 truk/jam) dan pick up 31 unit per hari (2 truk/jam). Menurut masyarakat Kecamatan Kasomalang, jumlah kendaraan yang berlalu lalang di jalur tersebut terus meningkat. Pada dokumen AMDAL PT Tirta Investama (2010) terdapat data volume lalu lintas di Jalan Raya Kasomalang yang mengalami peningkatan. Volume lalu lintas di hari libur pada tahun 2009 sebesar 4.458,45 smp/jam dan meningkat menjadi 4.815 smp/jam pada tahun 2010. Volume lalu lintas di hari kerja pada tahun 2009 sebesar 2.079,75 smp/jam dan meningkat menjadi 2.246,13 smp/jam pada tahun 2010. Selain pengaruh geometri jalan, setiap jenis kendaraan memiliki karakteristik pergerakan yang berbeda. Oleh karena itu, dalam perencanaan lalu lintas digunakan suatu satuan yang disebut Satuan Mobil Penumpang (smp/jam). 6.2
Dampak Aktivitas Lalu Lintas terhadap Kualitas Lingkungan di Jalan Raya Kasomalang Dampak negatif aktivitas lalu lintas terhadap lingkungan antara lain:
polusi udara,
kepadatan lalu
lintas/kemacetan,
peningkatan
kebisingan,
menurunnya kualitas fisik jalan, dan kecelakaan lalu lintas. Nilai kerugian yang diestimasi adalah nilai kerugian akibat dampak negatif kemacetan, polusi udara dan kebisingan. Apabila peningkatan volume lalu lintas terus berlangsung tanpa upaya penyesuaian kebutuhan pelayanan jalan oleh pemerintah, maka dampak negatif tersebut akan terus meningkat dan semakin merugikan masyarakat.
47
6.2.1 Pencemaran Udara Menurut hasil pencatatan yang dilakukan oleh Laboratorium Pegendalian Kualitas Lingkungan PDAM Kota Bandung tahun 2009, kadar Pencemar Udara NO2, SO2, CO, Pb, debu (TSP), O3, H2S dan NH3 pada pengukuran tahun 2009, di kedua lokasi, yaitu di pangkalan truk pengangkut air minum dalam kemasan Desa Kasomalang Kulon dan pemukiman penduduk Desa Darmaga masih di bawah nilai ambang batas. Namun, kadar debu (TSP) mencapai 191,3 µg/Nm3, hampir mendekati nilai baku mutu yaitu 230 µg/Nm3. Kadar zat pencemar, baik di area pangkalan truk AMDK maupun di lokasi lainnya, sangat mungkin telah meningkat saat ini. Hal tersebut akibat peningkatan aktivitas transportasi masyarakat dan industri yang melalui Jalan Raya Kasomalang. Walaupun konsentrasi polutan lainnya masih di bawah nilai ambang batas, namun jika keteterpaparan berlangsung lama dan terus menerus, maka dapat menyebabkan beberapa penyakit bagi manusia. Menurut keterangan narasumber dari Puskesmas Jalan Cagak Kabupaten Subang, beberapa penyakit yang dapat disebabkan oleh bahan pencemar di udara antara lain: penyakit mata, penyakit kulit, ISPA, Tuberkulosis paru dan diare. Salah satu penyakit yang diderita oleh masyarakat terutama adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas). 6.2.2 Kebisingan Meningkatnya kepadatan lalu lintas di Jalan Raya Kasomalang, menyebabkan getaran dan kebisingan sepanjang pinggir jalan tersebut. Walaupun masyarakat sudah terbiasa dengan kebisingan, namun kebisingan tersebut tetap mengganggu dalam melakukan aktivitas sehari-sehari seperti berkomunikasi,
48
menonton TV dan istirahat. Hal tersebut tidak dapat dihindari, karena jalan digunakan secara rutin dan selalu ramai. Jenis kebisingan akibat lalu lintas jalan raya dikategorikan sebagai bising terputus-putus (intermittent noise). Kebisingan sepanjang jalan raya Kasomalang pada pengujian tahun 2009 berada pada rentang angka 56,1-68,9 dBA. Pengujian dilakukan setiap lima detik selama sepuluh menit. berada Angka ini telah melebihi ambang standar kebisingan di wilayah permukiman yaitu 55 dBA. Kebisingan tersebut dapat dirasakan oleh penduduk hingga jarak 15 meter dari jalan raya. Menurut teori, jika manusia terpapar intensitas suara pada angka 55-65 dBA dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan peningkatan frekuensi denyut jantung. Jika berlangsung terus-menerus dapat meningkatkan kemungkinan sakit jantung dan pembuluh darah. 6.2.3 Penurunan Kualitas Fisik Jalan, Kemacetan dan Kecelakaan Lalu Lintas Dampak negatif lainnya dari peningkatan volume lalu lintas di Jalan Raya Kasomalang adalah kerusakan jalan. Kerusakan Jalan Raya Kasomalang disebabkan oleh aktivitas mobilisasi masyarakat yang cukup tinggi dan adanya kendaraan yang melewati batas tonase seperti truk angkutan air minum dalam kemasan yang beroperasi selama 24 jam setiap hari. Kondisi jalan mengalami kerusakan yang cukup cepat, terlebih pada sisi jalan arah Subang, yang juga digunakan oleh truk pengangkut AMDK pada saat muatan penuh. Peningkatan volume lalu lintas berdampak pada tingkat kepadatan jalan raya. Jalan yang rusak semakin memperlambat kecepatan para pengendara kendaraan bermotor. Terlebih lagi truk besar yang melalui jalur tersebut menghambat pengendara kendaraan bermotor di belakangnya, karena ukurannya 49
yang menghabiskan lebar jalan. Angkutan seringkali melambat dikarenakan jalan yang rusak, juga pada saat jalan menanjak. Semakin besar arus lalu lintas akan mengakibatkan semakin menurunnya kecepatan perjalanan. Hal ini semakin memicu terjadinya keterlambatan atau kemacetan. Menurut hasil catatan kinerja jaringan jalan, kecepatan jaringan ruas Jalan Raya Kasomalang pada tahun 2009 yaitu 38,6 km/jam dan turun menjadi 30,3 km/jam pada tahun 2010. Kemampuan jaringan jalan dalam menampung beban pergerakan yang terjadi dapat dicerminkan dalam bentuk Volume Capacity Ratio (VCR). VCR merupakan perbandingan antara besarnya volume lalu lintas yang menggunakan jalan dengan kapasitas jalan. Besarnya nilai VCR menggambarkan apakah volume lalu lintas telah melampaui kapasitasnya atau belum. Kapasitas jaringan Jalan Raya Kasomalang pada tahun 2010 tercatat sebesar 2.808,8 smp/jam (Dinas Perhubungan, 2010). Jika diketahui volume lalu lintas pada hari kerja di Jalan Raya Kasomalang tahun 2010 sebesar 2.246,13 smp/jam, maka V/C rasio pada hari kerja di Jalan Raya Kasomalang tahun 2010 sebesar 0,79 ≈ 0,8, yang berarti masih di bawah kapasitas (under capacity: ≤ 0,85). Sedangkan pada hari libur, volume lalu lintas di Jalan Raya Kasomalang tahun 2010 diketahui sebesar 4.815 smp/jam. Maka V/C rasio pada hari libur di Jalan Raya Kasomalang tahun 2010 sebesar 1,71, yang berarti melebihi kapasitas ( over capacity: >1,00). Dampak tidak langsung dari adanya peningkatan volume lalu lintas disertai dengan manajemen lalu lintas yang tidak optimal, salah satunya yaitu peningkatan kasus kecelakaan lalu lintas. Berikut data kecelakaan lalu lintas dikawasan Cijambe-Jalan Cagak-Kasomalang-Ciater yang tercatat di Polsek Kecamatan Jalan Cagak dari tahun 2007 hingga Mei 2011. 50
Tabel 6.2 Jumlah Kasus dan Korban Kecelakaan Lalu Lintas di Jalur Barat Tahun Keterangan 2007 2008 2009 2010 s/d Mei 2011 Total kejadian 65 49 58 71 41 Meninggal dunia 17 21 25 21 4 Luka ringan 27 39 57 72 27 Luka berat 45 53 48 59 31 Jumlah korban 89 113 130 152 62 Sumber: Polsek Kecamatan Jalan Cagak
Jumlah korban kecelakaan lalu lintas semakin bertambah tiap tahunnya. Menurut data register pasien Puskesmas Jalan Cagak terdapat 271 jiwa korban kecelakaan lalu lintas (KLL) pada periode Januari hingga Mei 2011. Adapun menurut catatan Kantor Polsek Jalan Cagak, pada periode Januari hingga Mei 2011 tercatat 62 jiwa korban kecelakaan lalu lintas. Perbedaan data korban kecelakaan lalu lintas tersebut dikarenakan adanya kecelakaan lalu lintas yang tidak tertangani di kantor polisi. Jika peningkatan volume lalu lintas disertai dengan manajemen lalu lintas yang baik, maka dampak negatif seperti kecelakaan lalu lintas dapat dikendalikan. Selain pengadaan rambu-rambu dan marka jalan, fasilitas pendukung seperti alat pengendali kecepatan kendaraan juga sangat diperlukan dalam upaya mencegah KLL. Pengaturan lalu lintas merupakan salah satu upaya dalam manajeman lalu lintas. Menurut Hobbs (1995), jika dibandingkan dengan menggunakan lampu lalu lintas, rambu ‘Stop’, rambu ‘beri jalan’ dan tanpa pengaturan, pengaturan lalu lintas dengan menggunakan jasa petugas lebih efektif untuk mencegah kecelakaan lalu lintas.
51