USIA DENGAN KEJADIAN ABORTUS PADA IBU HAMIL Dinaria* *Akademi Kebidanan Griya Husada, Jl. Dukuh Pakis Baru II no.110 Surabaya Email :
[email protected] Pendahuluan : Di dunia terjadi 20 juta kasus abortus setiap tahun dan 70.000 wanitameninggal karena abortus setiap tahunnya. Angka kejadian abortus di Asia Tenggara 4,2 juta pertahun termasuk Indonesia. Di Indonesia abortus spontan 10-15% dari seluruh kehamilan, sedangkan abortus provokatus sekitar 750.000-1,5 juta setiap tahunnya. Banyak hal yang menjadi faktor risiko terjadi abortus salah satunya adalah usia ibu hamil. Metode: Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian korelasional. Populasi yang diteliti adalah seluruh ibu hamil pada tahun 2015 di RSUD Dr. Muh.Soewandhie Surabaya yang berjumlah 950 responden dengan besar sampel 163 yang diambil dengan menggunakan teknik Simple Random Sampling. Variabel yang di ukur adalah usia ibu hamil sebagai variabel Independent dan kejadian Abortus sebagai variabel Dependent. Instrumen penelitian yang digunakan adalah dokumentasi rekam medik. Kemudian hasil penelitian dianalisa menggunakan uji Spearman Rank. Hasil : Hasil penelitian menunjukan subvariabel usia dengan nilai signifikan (0,000) . hal ini berarti ada hubungan antara usia dengan kejadian Abortus di RSUD Dr. Muh.Soewandhie Surabaya tahun 2015. Berdasarkan analisa data dalam penelitian ini digunakan teknik analisa bivariant. Diskusi: Diharapkan tenaga kesehatan agar bisa memberikan pelayanan yang intensif kepada ibu hamil untuk menghindari komplikasi selama kehamilannya sehingga proses kehamilan berlangsung normal Kata Kunci : Abortus, Ibu haml PENDAHULUAN : Kehamilan adalah suatu proses reproduksi yang akan berakhir dengan kelahiran bayi. Namun tak jarang kehamilan sering berakhir dengan keguguran. Umumnya kehamilan merupakan hal yang paling membahagiakan bagi setiap pasangan suami istri yang telah menikah atau didalam keluarga. Selain itu juga merupakan ancaman bagi setiap wanita yang disebabkan karena perubahan yang dialami ibu baik perubahan fisik maupun emosional serta perubahan sosial dalam keluarga (Saifuddin, 2006). Menurut World Health Organization (WHO), berjuta-juta wanita setiap tahunnya mengalami kehamilan. Beberapa kehamilan berakhir dengan kelahiran tetapi beberapa diantaranya berakhir dengan abortus (BKKBN, 2007). Abortus merupakan kejadian yang paling sering dijumpai pada kehamilan. Umumnya prevalensi abortus sekitar 10-15 % dari semua tanda klinis kehamilan yang dikenali, tapi secara empiris, estimasi dan prevalensi masih bervariasi dari yang terendah 2-3% sampai yang tinggi sekitar 30%. (Wiknjosastro,2008). Di dunia terjadi 20 juta kasus abortus setiap tahun dan 70.000 wanita meninggal karena abortus setiap tahunnya. Angka kejadian abortus di Asia Tenggara 4,2 juta pertahun termasuk
Indonesia. Di Indonesia abortus spontan 10-15% dari seluruh kehamilan, sedangkan abortus provokatus sekitar 750.000-1,5 juta setiap tahunnya. Menurut laporan WHO tahun 2014 Angka kematian ibu di Indonesia 214 per 100.000 kelahiran hidup (WHO, 2014) dan AKI di Provinsi Jawa Timur sebesar 97,39/100.000 kelahiran hidup(Diskominfo Jatim, 2014). Sedangkan AKI dan AKB di Surabaya tahun 2014 sebanyak 17 orang dan AKB sebanyak 203 bayi (8,07/1000 KH) dan pada tahun 2015 sampai dengan bulan September 2015 AKI 15 orang dan AKB 138 bayi (17,4/1000 KH) (Dinas Kesehatan Propinsi Jatim, 2015). Berdasarkan data dinas kesehatan Provinsi Jawa Timur pada tahun 2014, angka kematian bayi (AKB) wilayah Surabaya tahun 2014 sebesar 24,85/1000 KH (Profil Kesehatan Jawa Timur, 2014). Kematian ibu di Kota Surabaya tahun 2014 antara lain disebabkan karena abortus 8,1%, preeklamsi 32,4%, sepsis atau infeksi 5,4%, partus lama 2,7% dan lain-lain 51,4% dan angka kematian bayi 27,79/1000 kelahiran hidup (Dinkes Propinsi Jatim, 2014). Berdasarkan survei awal yang dilakukan di RSUD Dr. Muh. Soewandhie Surabaya pada tanggal 10 Februari 2016, data yang diperoleh yakni dari 950 ibu hamil 110 diantaranya mengalami Abortus pada 92
tahun 2015. Berikut adalah data kasus abortus 3 bulan terakhir RSUD Dr. Muh.Soewndhie Surabaya pada tahun 2015. Tabel 1.1 Distribusi Frekuensi Kasus abortus pada ibu hamil Bulan Oktober November Desember
Ibu hamil 62 76 69
Abortus 5 8 13
Porsentase 8% 10,5% 18,8%
Sumber: Data Sekunder Rekam Medik RSUD Dr. Muh. SoewandhieSurabaya Tahun 2015
Hal ini menunjukkan tingginya kejadian abortus di RSUD Dr. Muh.Soewandhie Surabaya Tahun 2015. Abortus disebabkan oleh beberapa faktor antara lain pertumbuhan hasil konsepsi, kelainan pada plasenta, penyakit ibu dan kelainan traktus genetalis. Sedangkan abortus spontan tahap lanjut disebabkan oleh faktor maternal seperti usia lanjut dan paritas, infeksi kronis, penyakit kronis yang mengganggu, nutrisi buruk dan pemakaian obat terlarang. Resiko abortus spontan meningkat seiring dengan paritas serta usia ibu dan ayah. Frekuensi abortus secara klinis terdeteksi meningkat dari 12 % pada wanita berusia kurang dari 20 tahun menjadi 26 % pada mereka yang berusia lebih dari 40 tahun (Cunningham, 2006). Resiko abortus akan bertambah sejalan dengan meningkatnya usia calon ibu saat hamil. Wanita yang berusia lebih dari 30 tahun mempunyai kecenderungan tinggi untuk mengalami keguguran (Esthy, 2006). Usia ibu memiliki peranan penting dalam terjadinya abortus. Hal ini seiring dengan naiknya kejadian kelainan kromosom pada ibu yang berusia diatas 35 tahun. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah saat wanita berusia akhir 30an, wanita cenderung mengalami kondisi medis berkaitan dengan sistem reproduksi seperti fibroid uterine dan tumor otot. Dampak abortus secara mikro adalah adanya komplikasi berupa infeksi. Bila terjadi infeksi pada rahim atau saluran telur, maka mungkin terjadi perlekatan yang dapat menyumbat saluran telur, sehingga mengganggu kesuburan. Dampak makro dari abortus yaitu memiliki resiko tinggi terhadap kesehatan dan keselamatan wanita. Salah satu komplikasi abortus yaitu perdarahan. Perdarahan kurang dari 1 jam bisa berdampak pada angka kesakitan, angka kematian ibu dan bayi akan semakin meningkat (Mansjoer,2007).
Usaha yang dilakukan untuk mencegah sekaligus menekan kejadian abortus dengan memperhatikan usia pernikahan, usia pernikahan yang ideal yaitu 20-35 tahun, karena pada usia diatas 20 tahun organ reproduksi perempuan sudah siap mengandung dan melahirkan, Sedangkan pada usia 35 tahun mulai terjadi proses regeneratif (Sarwono, 2009). Kurangnya pengetahuan ibu hamil dalam menjaga kesehatannya selama kehamilan dapat berdampak fatal bagi janinnya maupun bagi ibu sendiri. Petugas kesehatan diharapkan selalu memberikan penyuluhan kepada para calon pengantin (CPW), wanita usia subur (WUS) dan ibu hamil tentang manfaat Antenatal Care (ANC). Periksa secara rutin minimal 1 kali pada TM 1, 1 kali pada TM 2 dan 2 kali pada TM 3 ke tenaga kesehatan supaya terus terpantau dan dapat dideteksi sedini mungkin bila ada penyulit dalam kehamilan. Mengingat masih adanya peningkatan kejadian Abortus dan pentingnya permasalahan Abortus maka peneliti tertarik untuk melakukan penenlitian dengan judul Hubungan antara usia dengan kejadian abortus pada ibu hamil di RSUD Dr. Muh.Soewandhie Surabaya tahun 2016sebanyak 382 orang METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini rancangan yang digunakan adalah analitik korelasional. Pemilihan rancangan analitik tersebut berdasarkan atas penyesuaian dengan tujuan penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil di RSUD Dr. Muh.Soewandhie Surabaya pada Januari – Desember tahun 2015
yang berjumlah 950 orang. HASIL PENELITIAN Karakteristik Responden Berdasarkan Paritas Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Paritas Paritas Primipara Multipara Grandemultipara Total
Frekuensi 118 40 5 163
Prosentase 72,4 24,5 3,1 100,0
Sumber: Data Sekunder Rekam Medik 2015
Berdasarkan tabel 2 dapat diinterpretasikan bahwa sebagian besar responden (72,4 %) ibu Primipara. 93
Tabel
3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan
Pendidikan Dasar ( SD, SMP) Menengah ( SMA) Tinggi ( Akademi, PT) Total
Frekuensi 74 66 23 163
Responden Prosentase 45,4 40,5 14,1 100,0
Berdasarkan tabel 3 dapat diinterpretasikan bahwa hampir setengahnya dari responden (45,4 %) berpendidikan Dasar. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Tabel 4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Frekuensi 38 125 163
Frekuensi 55
Prosentase 33,7
105
64,4
163
100,0
Sumber: Data Sekunder Rekam Medik 2015
Sumber: Data Sekunder Rekam Medik 2015
Pekerjaan Bekerja Tidak Bekerja Total
Usia Resiko (< 20 t dan > 35 tahun) Tidak beresiko (20 – 35 tahun) Total
Berdasarkan tabel 5 dapat diinterpretasikan bahwa sebagian besar (64,4 %) berusia 20 – 35 tahun. Kejadian AbortusPada Ibu Hamil di RSUDDr. Muh. Soewandhie Surabaya tahun 2015 Tabel 6 Distribusi Frekuensi Dr.Muh.Soewandhie Surabaya adian Abortus Pada Ibu Hamil Di RSUD Dr. Muh.Soewandhie Surabaya Tahun 2015.
Prosentase 23,3 76,7 100,0
Abortus Abortus Tidak Abortus Total
Sumber : Data Sekunder Rekam Medik 2015
Frekuensi 61 101
Prosentase 37,4 62,0
163
100,0
Berdasarkan tabel 4 dapat diinterpretasikan Sumber: Data Sekunder Rekam Medik 2015 bahwa hampir seluruhnya dari responden (76,7 Berdasarkan tabel 6 dapat diinterpretasikan %) tidak bekerja. bahwa sebagian besar (62,0%) tidak mengalami Usia Pada Ibu Hamil di RSUD Dr. Muh. abortus. Soewandhie Surabaya Tahun 2015 Tabel 5 Distribusi Frekuensi Usia Pada Ibu hamil di RSUD Dr. Muh. Soewandhie Surabaya Tahun 2015. Hubungan Antara Usia Dengan Kejadian Abortus Tabel 7 Tabulasi Silang Antara Usia Dengan Kejadian Abortus Pada Ibu Hamil Di RSUD Dr. Muh. Soewandhie Surabaya Tahun 2015 Usia Resiko ( < 20 th dan > 35 th) Tidak beresiko (20 – 35 th) P Value
Abortus f 53 6
% 96,3,0
Abortus Tidak Abortus f 1
% 1,81
Total f 55
% 100
5,7
99
60,1
105
64,4
α: 0,05
r: 0,836
0,000
Sumber: Data Sekunder Rekam Medik 2015
Berdasarkan tabel 7 dapat diinterpretasikan bahwa sebagian besar (60,1 %) tidak mengalami abortus dengan umur 20 – 35 tahun. Berdasarkan uji statistik diperoleh nilai P value = 0,000 sehingga dapat dikatakan p value < α maka Ho ditolak dan diterima , artinya ada hubungan antara usia dengan kejadian abortus pada ibu hamil di RSUD Gambiran Kota Kediri tahun 2015. Selain ini didapatkan nilai Corelation coeffecient sebesar 0,836 yang menunjukan kekuatan korelasi kuat dan arah hubungan positif (+) atau sejajar artinya jika
umur kehamian semakin tinggi maka kejadian abortus semakin tinggi. PEMBAHASAN : Usia ibu Hamil di RSUD Dr. Muh. Soewandhie Surabaya tahun 2015 Berdasarkan hasil penelitian di RSUD Dr. Muh. Soewandhie Surabaya tahun 2015 menunjukkan karakteristik responden berdasarkan usia sebagian besar (64,4 %) yaitu sebanyak 105 responden berusia 20 – 35 tahun. Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun (Nursalam, 2009). Semakin cukup umur maka 94
tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Menurut Lestraningsih, usia dan fisik wanita berpengaruh terhadap proses kehamilan pertama, pada kesehatan janin dan proses persalinan. WHO memberikan rekomendasi untuk usia yang dianggap paling aman menjalani kehamilan dan persalinan adalah 20 hingga 30 tahun. Kehamilan di usia kurang dari 20 tahun bisa menimbulkan masalah karena kondisi fisik belum 100 % siap. Kehamilan dan persalinan di usia tersebut meningkatkan angka kematian ibu dan janin 4 – 6 kali lipat disbanding\ wanita yang hamil dan bersalin di usia 20 – 30 tahun. Beberapa resiko yang bisa terjadi pada kehamilan di usia kurang dari 20 tahun adalah kecenderungan naiknya tekanan darah dan pertumbuhan janin terhambat. Bisa jadi secara mentalpun si wanita belum siap.Ini menyebabkan kesadaran untuk memeriksakan diri dan kandungannya rendah. Di luar urusan kehamilan dan persalinan, resiko kanker leher rahim pun meningkat akibat hubungan seks dan melahirkan sebelum usia 20 tahun. Setelah usia 35 tahun, sebagaian wanita digolongkan pada kehamilan beresiko tinggi. Di kurun usia ini angka kematian ibu melahirkan dan bayi meningkat. Itu sebabnya, sebenarnya tidak dianjurkan mengalami kehamilan di usia ini. Menurut peneliti usia sangat berpengaruh dalam kehamilan dan persalinan karena usia berhubungan dengan keadaan fisik wanita dalam keadaan prima. Rahim sudah mampu memberikan perlindungan atau kondisi yang maksimal untuk kehamilan.Umumnya secara mentalpun siap, yang berdampak pada perilaku merawat dan menjaga kehamilannya secara hatihati. Kejadian Abortus Pada Ibu Hamil di RSUD Dr. Muh. Soewandhie Surabaya tahun 2015. Berdasarkan hasil penenlitian di RSUD Dr. Muh. Soewandhie Surabaya tahun 2015 karakteristik responden berdasarkan kejadian abortus sebagaian besar (22,4 %) yaitu sebanyak 24 responden mengalami abortus. Abortus adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana fetus belum sanggup hidup sendiri diluar uterus. Belum sanggup diartikan apabila fetus itu beratnya terletak antara 4001000 gram, atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu (Eastaman, 2009). Menurut Sujiyantini (2009), abortus merupakan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar
kandungan. Ini adalah suatu proses pengakiran hidup dari janin sebelum deiberi kesempatan untuk bertumbuh. Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan sebelum janin dapat hidup di dunia luar, tanpa mempersoalkan penyebabnya (Sulaiman, 2007). Sedangkan menurut Manuba (2008) atau abortus adalah terhentinya proses kehamilan yang sedang berlangsung sebelum mencapai usia 28 minggu atau berat janin sekitar 500 gram. Faktor resiko yang berhubungan dengan terjadinya abortus menurut Azwar (2008) adalah usia ibu yang lanjut, riwayat kehamilan sebelumnya yang kurang baik, adanya kelainan atau penyakit yang menyertai kehamilan, dan kelainan kromosom. Usia dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun merupakan usia resiko untuk hamil dan melahirkan. Kurun waktu reproduksi sehat adalah 20-35 tahun dan keguguran dapat terjadi pada usia yang masih muda, karena pada saat remaja alat reproduksi belum matang dan belum siap untuk hamil. Frekuensi abortus bertambah dari 12% pada wanita usia 20 tahun, menjadi 26 % pada wanita yang berusia diatas 35 tahun. Menurut Prwirohardjo (2008) resiko ibu terkena aneupoldi adalah 1 : 80 pada usia diatas 35 tahun, karena angka kejadian kelainan kromosom / trisotomi akan meningkat setelah usia 35 tahun. Hubungan Usia Ibu Hamil Dengan Kejadian Abortus Di RSUD Dr. Muh. Soewandhie Surabaya Tahun 2015. Berdasarkan tabel 7 dapat diketahui bahwa dari 163 responden didapatkan data responden yang beresiko terjadinya abortus dapatkan 51 Responden (88,0 %) responden mengalami kejadian abortus. Berdasarkan hasil analisa uji statistik dengan menggunakan uji Spearman Rank diperoleh nilai p value = 0,000 dengan α = 0,05 sehingga dapat dikatakan p value < α maka Ho ditolak dan diterima , artinya ada hubungan antara usia dengan kejadian abortus pada ibu hamil di RSUD Dr. Muh Soewandhi Surabaya tahun 2015 Selain ini didapatkan nilai Corelation coeffecient sebesar 0,836 yang menunjukan kekuatan korelasi kuat dan arah hubungan positif (+) atau sejajar artinya jika umur beresiko semakin tinggi maka kejadian abortus semakin tinggi. Kehamilan di usia kurang dari 20 tahun bisa menimbulkan masalah karena kondisi fisik belum 100 % siap. Kehamilan dan persalinan di 95
usia tersebut meningkatkan angka kematian ibu dan janin 4 – 6 kali lipat dibanding wanita yang hamil dan bersalin di usia 20 – 30 tahun. Beberapa resiko yang bisa terjadi pada kehamilan di udia kurang dari 20 tahun adalah kecenderungan naiknya tekanan darah dan pertumbuhan janin terhambat.Bisa jadi secara mental pun wanita belum siap.Ini menyebabkan kesadaran untuk memeriksakan diri dan kandungannya rendah. Di luar urusan kehamilan dan persalinan, resiko kanker leher rahim pun meningkat akibat hubungan seks dan melahirkan sebelum usia 20 tahun. Setelah usia 35 tahun sebagain wanita digolongkan pada kehamilan beresiko tinggi. Di kurun usia ini, angka kematian ibu melahirkan dan bayi meningkat. Itu sebabnya, sebenarnya, tidak dianjurkan menjalani kehamilan di usia ini. Hal ini juga dapat ditunjang dari latar belakang pendidikan responden yang hampir setengahnya berpendidikan dasar. Hal ini dapat menyebabkan kekurang pahaman ibu mengenai usia yang tepat untuk hamil guna mencegah komplikasi yang akan timbul, salah satu komplikasi yang terjadi saat persalinan yaitu abortus. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan antara usia dengan kejadian abortus di RSUD Dr. Muh. Soewandhie Surabaya Tahun 2015. Dengan arah korelasi positif (+) artinya semakin usia ibu < 20 tahun maka akan semakin beresiko terjadinya perdarahan abortus. Hal ini menunjukan kesesuaian dengan teori diatas bahwa usia mempengaruhi kejadian abortus. Adanya hubungan tersebut menurut peneliti karena seorang wanita hamil yang usianya < 20 tahun rahimnya belum matang untuk hamil.Usia< 20 tahun secara biologis belum optimal emosinya, mentalnya belum matang sehingga mudah mengalami guncangan yang mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap kehamilan dan mengalami kecemasan selama kehamilan. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Dari hasil penelitian usia ibu hamil di RSUD Dr. Muh Soewandhi Surabaya sebagian besar responden beusia 20 – 35 tahun dan paritas pada ibu hamil hamper setengahnya primipara Saran Sebagai pengetahuan bagi responden faktor – faktor yang dapat menyebabkan abortus dan cara
mencegah abortus sehingga ibu hamil lebih rajin lagi memeriksakan kehamilannya untuk mencegah komplikasi kehamilannya DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. (2010). Prosedur Pendekatan Praktek Edisi Revisi IV. Jakarta: Rineka Cipta. Bobak, L. J. (2009). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. EDISI 4. Chandra. (2007). Resiko Kehamilan Diatas Usia 35. http://kesehatan.kompas.com//...//resiko. kehamilan. Cunningham, F. G. (2006). Obstetri Williams . Jakarta: Kedokteran EGC. Defina, P. (2010). Hamil Aman dan Nyaman Di Atas 30 Tahun. Yogjakarta: Media Pressindo. Esthy. (2006). Hamil Diatas Usia 35. Jakarta: http://mediasehat.com/konten4no97//. Hidayat, A. (2007). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika. Mansjoer, A. (2007). Kapita Selekta Kedokteran . Jakarta: Media Aesculapus. Manuaba. (2008). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Nursalam. (2008). Konsep Pendekatan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Parini, N. d. (2006). Pendekatan Praktis Riset Keperawatan . Jakarta: CV Agung Seto. Prawirohardjo, S. (2006). Ilmu Kebidanan . Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Prawirohardjo, S. (2008). Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Prawirohardjo, S. (2009). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Prawirohardjo, S. (2010). Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Saifuddin, Abdul Bari. (2008). Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Soekidja, N. (2006). Metedologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Widyastuti, Y. (2009). Kesehatan Reproduksi. Yogjakarta: Fitramaya. 96