UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR EKONOMI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)
Eka Prasetyanta, Sunarto & Leny Noviani *Program Studi Pendidikan Ekonomi, FKIP Universitas Sebelas Maret Email :
[email protected]
ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keaktifan belajar pada siswa kelas X.IIS.3 SMA Negeri 1 Karanganom melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD Tahun Pelajaran 2014/2015. Jenis penelitian yang dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subyek penelitian yaitu siswa kelas X.IIS.3 SMA Negeri 1 Karanganom tahun pelajaran 2014/2015, yang berjumlah 26 siswa. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui kegiatan: (a) observasi, (b) tes, (c) wawancara, dan (d) dokumentasi. Prosedur penelitian yang dilakukan terdiri dari empat tahap yaitu: (1) perencanaan tindakan; (2) pelaksanaan tindakan; (3) observasi; dan (4) refleksi. Penelitian dilakukan sebanyak dua siklus, setiap siklus dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan, setiap pertemuan terdiri dari 2x45 menit. Simpulan penelitian ini adalah: (1) keaktifan belajar mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Dari hasil penelitian ini dapat diungkapkan bahwa keaktifan siswa yang diamati melalui kegiatan lisan meningkat sebesar 11,54% yang mulanya 73.03% menjadi 84,61%, kegiatan mendengarkan meningkat sebesar 9,63% pada mulanya 80,76% menjadi 94,23%, kegiatan menulis meningkat sebesar 13,47% pada mulanya 80,76% menjadi 94,23%, kegiatan mental meningkat sebesar 17,28% pada mulanya 69,23% menjadi 84,61%, kegiatan emosi meningkat sebesar 19,31% pada mulanya 78,84% menjadi 96,15%. (2) hasil belajar menunjukkan adanya peningkatan sebesar 5,38 % yaitu dari 77,69 % menjadi 83,07 % siswa yang mencapai nilai ketuntasan belajar minimal dari siklus I ke siklus II. Kata kunci: model pembelajaran kooperatif, STAD, keaktifan siswa, hasil belajar. ABSTRACT The aim of this research is to know the effort of implementation cooperative learning Student Teams Achievement Divisions (STAD) to improve economic learning activity at second grade students of SMA Negeri 1 Karanganom In Academic Year 2014/2015. The research model is Classrom Action Research. The researcher took the class of X.IIS.3 SMA Negeri 1 Karanganom in academic years of 2014/2015 as the subject for this research, whih consist of 26 students. The technique for collecting the
1
data was: (a) observasion, (b) test, (c) interview, and (d) documentations. The procedure pf the research was: (a) planning, (b) planning, (c) observation, and (d) reflection. The research was conducted by two cycles, where each cycle carried out in three meeting, each meeting was conducted in 2x45 minutes. The conclusion of this study were: (1) learning activity has increased from 1st cycle to 2nd cycle. It can be revealed that Oral Activites has increased 11,54% from 73,07% initially to 84,61%, Listening Activities has increased 9,63% from 80,76 % initially to 90,38%, Writing Activities has increased 13,47% from 80,76% initially to 94,23%, Mental Activities has increased 17,28% from 69,23% initially to 84,61%, Emotional Activities has increased 19,31% from 78,84% initially to 96,15%. (2) from the result as learning score has increased 5,38% from 77,69% to 83,07% in 1st cycle to 2nd cycle. Key words: cooperative learning, STAD, learning activity, learning score.
PENDAHULUAN Pembangunan
merupakan
untuk mewujudkan suasana belajar
suatu proses yang terjadi secara
dan proses pembelajaran agar peserta
bertahap dan menyeluruh mencakup
didik secara aktif mengembangkan
berbagai aspek kehidupan. Salah satu
potensi
aspek
kekuatan
pembangunan
adalah
dirinya
untuk
memiliki
spiritual
keagamaan,
diri,
kepribadian,
pendidikan. Pendidikan memegang
pengendalian
peranan penting dalam mewujudkan
kecerdasan,
manusia - manusia yang berkualitas
keterampilan yang diperlukan dirinya,
dan dapat diandalkan di masa yang
masyarakat,
akan datang. Pelaksanaan pendidikan
Pendidikan yang dimaksud adalah
dari tahun ke tahun mengalami
untuk mencetak potensi seseorang
perkembangan seiring ditemukannya
yang
teori-teori baru, kemajuan informasi
bermanfaat untuk dirinya sendiri,
dan
masyarakat, bangsa dan negaranya.
teknologi,
serta
mulai
akhlak
bangsa
dimilikinya.
mulia,
dan
Potensi
serta
Negara.
yang
diperhatikannya perbedaan individu
Persepsi umum masyarakat
yang timbul dalam kelompok belajar
dalam dunia pendidikan bahwa tugas
atau kelas.
guru untuk mengajar dan menyodori
Undang-Undang
Sistem
siswa dengan muatan informasi dan
Pendidikan Nasional No.20 Tahun
pengetahuan. Guru dipandang sebagai
2003 menyatakan bahwa pendidikan
pusat informasi, sehingga siswa segan
adalah usaha sadar dan terencana
untuk
2
mengajukan
pendapatnya
terhadap
materi
Paradigma
yang
dipelajari.
pendidikan
diluruskan
dari
dijadikan
perlu
bersifat
tolak
ukur
menentukan
teacher
dalam
keberhasilan
pembelajaran yang dilaksanakan.
learning menjadi student learning.
Pendidikan
di
Indonesia
Perubahan paradigma ini membawa
masih
konsekuensi logis bahwa guru bukan
permasalahan diantaranya
kualitas
merupakan penerima pembaharuan,
pembelajaran
rendah,
melainkan turut bertanggungjawab
pendidikan
dan
sarana prasarana pendukung, minat
berperan
aktif
pembaharuan
melakukan
pendidikan
memiliki
beragam
yang yang
belum
merata,
serta
belajar siswa rendah dan masih
mengembangkan pengetahuan dan
banyak permasalahan lain yang belum
keterampilan.
terpecahkan solusinya. Akibat adanya
Dalam proses pembelajaran,
permasalahan
ini
kualitas
guru bertindak sebagai fasilitator dan
pembelajaran belum tercapai sesuai
pembimbing
kriteria
adalah
memberikan
yang
diharapkan.
bantuan dan arahan apabila siswa
mengatasi
mengalami
tersebut perlu dilakukan perbaikan
permasalahan
pembelajaran. belajar aktif
Siswa
dalam dikatakan
kualitas
jika mereka mampu
mendominasi
dalam
adanya
Untuk
permasalahan
pendidikan.
Perbaikan
kualitas pendidikan harus dilakukan
aktivitas
secara menyeluruh oleh semua pihak
pembelajaran. Proses pembelajaran
baik pemerintah, guru, peserta didik,
dapat
maupun orang tua siswa.
dikatakan
berkualitas
apabila
berhasil
dan
semua
atau
Perbaikan
kualitas
sebagian besar peserta didik terlibat
pendidikan bisa dilakukan dengan
secara
mental
beragam cara, salah satunya dengan
proses
penerapan
aktif,
maupun
baik
sosial
fisik, dalam
model-model
pembelajaran, dengan menunjukkan
pembelajaran yang inovatif. Model
kegairahan
pembelajaran
belajar
yang
tinggi,
bisa
menentukan
semangat belajar yang besar, dan rasa
keaktifan dan motivasi belajar siswa
percaya
sendiri.
di kelas. Model pembelajaran juga
dapat
dapat menjadi pedoman para guru
Keaktifan
diri
pada belajar
diri siswa
3
dalam merencanakan aktifitas belajar
cenderung
monoton
mengajar.
membosankan.
Pastisipasi
Model pembelajaran yang
minim.
dunia pendidikan akhir-akhir ini model
siswa
dalam pembelajaran masih sangat
mendapat tanggapan positif dari
adalah
dan
Beberapa
pembelajaran
didapatkan
masalah
yang
selama
proses
kooperatif atau cooperative learning.
pembelajaran adalah: 1. Keaktifan
Pembelajaran kooperatif menuntut
rendah
siswa
mengikuti
untuk
bekerjasama kelompok
berpartisipasi dalam
dan
kelompok-
pembelajaran.
dari
para
siswa
pelajaran,
untuk
hal
ini
tercermin hanya ada sebagian kecil
Melalui
siswa yang mengajukan pertanyaan
kooperatif
dan menjawab pertanyaan guru; 2.
meraih
Siswa canggung bertanya kepada
keberhasilan dalam belajar. Model
guru ketika mengalami kesulitan
pembelajaran
belajar; 3. Minat belajar rendah,
pembelajaran memungkinkan
siswa
kooperatif
dapat
memberikan dampak positif pada
karena
kemampuan meningkatkan
sebagian
guru
yaitu
memperhatikan
keterlibatan
siswa
berlangsung.
dalam proses pembelajaran karena
Keaktifan
siswa
ketika
tidak
pelajaran
belajar
siswa
siswa yang belum paham dapat
dalam kegiatan lisan sebesar 19,22%,
diberitahu oleh siswa yang sudah
kegiatan
paham dan siswa yang telah paham
11,53%, kegiatan menulis sebesar
dapat meningkatkan pemahamannya.
15,37%, kegiatan mental 19,22%,
Berdasarkan
mendengarkan
sebesar
observasi
kegiatan emosional 11,53%. Hasil
pratindakan yang dilakukan peneliti
belajar siswa kelas X.IIS.3 masih
di lapangan khususnya di kelas
belum mencapai standar ketuntasan
X.IIS.3 SMA Negeri 1 Karanganom
minimal dimana masih ada 13 siswa
diketahui bahwa pembelajaran masih
dari 26 siswa yang belum mencapai
terpusat
nilai ketuntasan. Standar ketuntasan
oleh
guru.
Guru lebih
mendominasi jalannya pembelajaran
minimal yang ditetapkan adalah 75.
dari pada siswa. Proses pembelajaran
4
Berdasarkan uraian di atas
raga untuk memperoleh suatu
maka perumusan masalah dalam
perubahan tingkah laku sebagai
penelitian ini adalah “Apakah ada
hasil dari pengalaman individu
peningkatan
dalam
melalui
keaktifan model
kooperatif
belajar
pembelajaran
Student
dengan
lingkungannya yang menyangkut
Team
kognitif,
Achievement Division (STAD) pada
afektif,
dan
psikomotorik”.
siswa kelas X.IIS.3 SMA Negeri 1
2. Menurut Soemarso (2007: 1),
Karanganom?”
“Proses belajar adalah proses
Tujuan penelitian ini adalah untuk
interaksi
meningkatkan
yang dialami secara langsung dan
keaktifan
aktif
oleh
siswa
pada
saat
belajar Ekonomi siswa kelas X.IIS.3
mengikuti suatu kegiatan belajar
SMA Negeri 1 Karanganom dengan
mengajar yang direncanakan dan
menerapkan pembelajaran kooperatif
disajikan di sekolah baik yang
Student Team Achievement Division
terjadi di kelas maupun di luar
(STAD).
kelas”. 3. Menurut Gagne dalam Syaiful
TINJAUAN PUSTAKA
Sagala (2009: 17) belajar adalah,
Pengertian Belajar
”Perubahan yang terjadi dalam
Belajar merupakan hakekat
kemampuan manusia yang terjadi
yang tidak dipisahkan dari kehidupan
setelah belajar terus menerus,
manusia. Manusia terus belajar sejak
bukan hanya disebabkan oleh
kecil hingga dewasa. Belajar selalu
pertumbuhan saja”.
identik
dengan
bangku
sekolah,
4. Syaiful
Sagala
(2009:
39),
namun belajar bisa dilakukan dimana
“Belajar
saja tidak hanya di sekolah.
terbentuknya tingkah laku yang
Pengertian belajar menurut
merupakan
proses
disebabkan individu merespon
para ahli:
lingkungannya,
1. Belajar menurut Syaiful Bahri
pengalaman pribadi yang tidak
melalui
Djamarah (2008: 13), “Belajar
termasuk
adalah serangkaian kegiatan jiwa
pertumbuhan atau instink”.
5
kematangan,
Berdasarkan pengertian para
c. Penerapan (aplication)
ahli diatas dapat disimpulkan bahwa
d. Analisis (analysis)
belajar adalah proses
e. Sintesis (synthesis)
tingkah
laku
manusia
memperoleh pengalaman
perubahan setelah
f. Evaluasi (evaluation)
pengalamandari
2. Ranah Afektif
lingkungannya.
a. Kemampuan
Proses terjadinya belajar berlangsung
menerima
(receiving)
terus-menerus tanpa ada batasan
b. Kemampuan
selama suatu insan masih hidup.
menanggapi
(responding) c. Berkeyakinan (valuing) d. Penerapan
Tujuan Belajar Tujuan belajar merupakan komponen
yang
penting
kerja
(organization)
dalam
e. Ketelitian (correcterzation by
sistem pembelajaran, karena semua
value)
komponen yang ada dalam sistem
3. Ranah Psikomotor
pembelajaran dilaksanakan atas dasar
a. Gerak
pencapaian tujuan belajar. Dalam usaha
pencapaian
tujuan
tubuh
(body
movement)
belajar
b. Koordibasi
perlu diciptakan kondisi belajar yang
gerak
(finally
coordinated movement)
baik. Kondisi belajar yang baik
c. Komunikasi non verbal (non
terdiri dari komponen pendukung
verbal communication set)
antara lain tujuan belajar yang akan
d. Perilaku berbicara (speech
dicapai,
bahan
pengajaran
yang
behaviors)
digunakan untuk mencapai tujuan,
(Gino, 1997)
guru dan siswa yang memainkan peranan dalam pembelajaran.
Faktor-faktor
Tujuan pembelajaran dapat
yang
Mempengaruhi Belajar
dikelompokkan menjadi tiga yakni:
Menurut, faktor-faktor yang
1. Ranah Kognitif
mempengaruhi
belajar
dapat
a. Pengetahuan (knowledge)
digolongkan menjadi dua golongan
b. Pemahaman (comprehension)
yaitu:
6
1. Faktor
intern,
adalah
faktor
c. Belajar
perlu
lingkungan
faktor yang berasal dari dalam
yang menantang dimana anak
diri peserta didik itu sendiri,
dapat
yaitu:
kemampuannya bereksplorasi
a. Faktor jasmaniah
dan belajar dengan efektif.
b. Faktor psikologis.
mengmbangkan
2. Sesuai hakikat belajar
c. Faktor kelelahan.
a. Belajar itu proses kontinyu.
2. Faktor ekstern, adalah faktor
b. Belajar
adalah
proses
yang berasal dari luar peserta
organisasi,
didik, antara lain:
eksplorasi dan discovery.
a. Faktor keluarga.
adaptasi,
c. Belajar
b. Faktor sekolah.
adalah
kontinguitas
c. Faktor masyarakat. (Slameto, 2003)
proses (hubungan
antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain). 3. Sesuai materi atau bahan yang
Prinsip-Prinsip Belajar Dalam
harus dipelajari
pembelajaran
a. Belajar bersifat keseluruhan
terdapat prinsip-prinsip belajar antara
dan materi itu harus memiliki
lain:
struktur,
1. Berdasarkan
prasyarat
yang
b. Belajar
a. Dalam belajar setiap siswa
meningkatkan
minat
dan
membimbing
untuk
instruksional
pada
mencapai
siswa
yang
harus
dicapainya. 4. Syarat keberhasilan belajar
dapat
a. Belajar memerlukan sarana
menimbulkan motivasi yang kuat
dapat
tertentu sesuai dengan tujuan
mencapai tujuan intruksional. harus
harus
mengembangkan kemampuan
diusahakan harus partisipasi aktif,
yang
sederhana.
diperlukan untuk belajar
b. Belajar
penyajian
yang cukup.
untuk
b. Repetisi, dalam proses belajar
tujuan
perlu
instruksional.
agar
7
ulangan
berkali-kali
pengertian/keterampilan/sika
mempelajari materi pelajaran (Slavin
p itu mendalam pada siswa.
,2008).
(Slameto, 2003)
Model
Sedangkan prinsip belajar
kooperatif
pembelajaran
dikembangkan
menurut Gino dkk (1997) yaitu:
mencapai tujuan utama, yaitu:
a. Perhatian dan motivasi pebelajar
1. Pencapaian akademik
untuk
b. Keaktifan pebelajar
Pembelajaran
c. Keterlibatan langsung pebelajar
memberikan keuntungan pada
d. Pengulangan pebelajar
siswa yang berpencapaian rendah
e. Sifat
merangsang
dan
kooperatif
dan siswa berpencapaian tinggi
menantang dari materi yang
dalam
dipelajari
Siswa yang berpencapaian lebih
f. Pemberian
balikan
dan
proses
pembelajaran.
tinggi dapat mengajari siswa
penguatan kepada pebelajar
yang
berpencapaian
rendah,
g. Perbedaan individual pebelajar
sehingga siswa berpencapaian
yang satu dari yang lainnya.
rendah dapat termotivasi untuk belajar. 2. Penerimaan atas perbedaan
Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran
kooperatif
(cooperative
learning)
pendekatan
pembelajaran
Dampak penerapan pembelajaran
adalah
kooperatif
yang
adalah
penerimaan
yang lebih luas terhadap orang
berfokus pada penggunaan kelompok
lain
kecil siswa untuk bekerjasama dalam
kebudayaan, kelas sosial dan
memaksimalkan
kemampuan intelegensi.
untuk
kondisi
belajar
tujuan
belajar
mencapai
(Sugiyanto,
2008).
yang
berbeda
3. Mengembangkan
Pembelajaran
ras,
kemampuan
sosial
kooperatif merujuk pada berbagai
Pembelajaran
macam metode pengajaran dimana
bertujuan
para siswa bekerja dalam kelompok-
kemampuan bekerja sama dan
kelompok
berkolaborasi.
kecil
untuk
saling
membantu satu sama lainnya dalam
bertujuan
8
kooperatif
mengajarkan
untuk
Keadaan
siswa
ini
memperkecil
kesalahpahaman antar individu yang
dapat
kekerasan
memicu dan
ketidakpuasan
Pembelajaran
tindak
memiliki beberapa kelebihan, antara
timbulnya
ketika
kooperatif
lain:
mereka
1. Saling
dituntut untuk bekerja sama.
ketergantungan
yang
pengakuan
dalam
positif, 2. Adanya
merespon perbedaan individu, 3. Siswa
dilibatkan
perencanaan
pengelolaan
kelas,
Ciri–ciri Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran
dan
dalam
kooperatif
4. Suasana kelas yang rileks dan
mempunyai beberapa ciri-ciri, antara
menyenangkan,
lain:
5. Terjalinnya
hubungan
yang
1. Setiap anggota memiliki peran,
hangat dan bersahabat antara
2. Terjadi hubungan langsung di
siswa dengan guru, dan
antara siswa, 3. Setiap
6. Memiliki
anggota
bertanggung
kelompok
jawab
banyak
untuk
atas
mengekspresikan
pengalaman
emosi
yang
Kooperatif
tipe
belajarnya dan teman-teman satu
menyenangkan.
kelompoknya,
(Isjoni, 2010)
4. Guru
kesempatan
membantu
mengembangkan keterampilan
keterampilan-
Pembelajaran
interpersonal
Student Team Achievement Division
kelompok, dan
(STAD)
5. Guru hanya berinteraksi dengan
Slavin
kelompok saat diperlukan.
menyatakan
(Hamdani, 2011)
merupakan
(2008: bahwa
salah
satu
143) STAD metode
pembelajaran kooperatif yang paling Kelebihan
dan
sederhana, dan merupakan model
Kelemahan
yang paling baik untuk permulaan
Pembelajaran Kooperatif
9
bagi
para
guru
yang
baru
demikian akan sangat membantu
menggunakan pendekatan kooperatif.
mereka mengerjakan kuis-kuis,
Vaughan (2002), Bossert
dan
(1989), Jacobs et al (2004), Owens
skor
kuis
mereka
menentukan skor tim mereka.
and Sweller (1985), Sharan (1980),
b. Tim
Slavin (1980, 1983, 1986), dan
Tim terdiri dari empat atau lima
Stalling and Stipek (1986) dalam J
siswa yang mewakili seluruh
Soc Sci 23 berpendapat bahwa
bagian
penelitian
kemampuan
model
dengan
menggunakan
STAD merupakan tehnik
mengajar
yang
kelas
dalam
hal
akademik,
jenis
kelamin, ras, dan etnititas. Fungsi
mendapatkan
utama
dari
tim
ini
keberhasilan tinggi dalam berbagai
memastikan
pelaksanaannya. Tujuan utama dari
anggota tim benar-benar belajar,
STAD adalah meningkatkan dan
serta
mempercepat
anggotanya
kemampuan
siswa
dalam mempelajari materi. Pelaksanaan
bahwa
adalah
untuk
semua
mempersiapkan agar
bisa
mengerjakan kuis dengan baik.
pembelajaran
Pembelajaran
melibatkan
kooperatif model STAD tidak lepas
pembahasan
permasalahan
lima komponen utama – presentasi
bersama,
kelas, tim, kuis, skor kemajuan
jawaban, dan mengoreksi tiap
individual, rekognisi tim (Slavin,
kesalahan pemahaman apabila
2008).
anggota tim ada yang membuat
a. Presentasi Kelas
kesalahan.
membandingkan
Materi dalam STAD pertama-
c. Kuis
tama diperkenalkan oleh guru
Kuis
dalam presentasi di dalam kelas.
sampai dua periode latihan tim.
Presentasi tersebut harus benar-
Ketika kuis berlangsung, siswa
benar berfokus pada unit STAD.
tidak diperkenankan untuk saling
Para siswa akan benar-benar
membantu dengan teman yang
memberi perhatian penuh selama
lain. Sehingga masing-masing
presentasi kelas, karena dengan
siswa bertanggungjawab secara
10
diadakan
setelah
satu
individual
untuk
memahami
kelas
materinya.
X.IIS.3
SMA
Negeri
1
Karanganom, dengan jumlah siswa
d. Skor Kemajuan Individual
26 orang.
Dalam tahapan ini setiap siswa
Data
yang
dikumpulkan
diberikan suatu tujuan kinerja
dalam
yang dapat dicapai oleh siswa
model pem-belajaran kooperatif tipe
tersebut apabila mereka bekerja
STAD
lebih
memberikan
pengamatan/ observasi dan nilai
kinerja yang lebih baik daripada
ulangan/ tes siswa. Hasil pengamatan
sebelumnya.
berupa lembar observasi keaktifan
giat
dan
penelitian
ini
menggunakan
diperoleh
dari
hasil
yang diamati pada setiap pertemuan, e. Rekognisi Tim/Penghargaan Tim
sedangkan
nilai
ulangan
siswa
Tim akan mendapatkan sertifikat
diambil dari 2 kali tes unit, yaitu tes
atau bentuk penghargaan lain
siklus I dan siklus II. Sumber data
apabila skor rata-rata mereka
pada
dapat mencapai kriteria tertentu.
informasi dari guru dan siswa,
Skor tim siswa dapat digunakan
tempat dan peristiwa berlangsungnya
untuk menentukan dua puluh
proses pembelajaran, dokumentasi
persen dari peringkat mereka.
atau
penelitian
arsip
ini
berupa
meliputi
silabus
dan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan
(RPP).
penelitian tindakan kelas (classroom
menggunakan metode observasi, tes,
action research). Penelitian tindakan
dan
kelas ini dilaksanakan di SMA
bertujuan
Negeri 1 Karanganom. Penelitian ini
data pelaksanaan pembelajaran dan
menggunakan obyek kajian yaitu
data
peningkatan keaktifan dan prestasi
Observasi dilakukan dengan cara
belajar
mengamati
siswa
pembelajaran
selama ekonomi
Pengumpulan
proses dengan
dokumentasi.
data
Observasi
untuk mengumpulkan
keaktifan
belajar
siswa.
pelaksanaan
pembelajaran dan keaktifan belajar
subyek penelitiannya yaitu siswa
siswa
11
selama
pembelajaran
berlangsung. Hal-hal yang diamati
Dokumentasi yang dilakukan pada
meliputi
penelitian ini berupa foto.
kesesuaian
pelaksanaan
pembelajaran
dengan
pelaksanaan
pembelajaran,
siswa
terhadap
rencana reaksi
PEMBAHASAN
pembelajaran,
Hasil observasi awal (pra
kendala yang dialami guru dan
siklus) yang dilakukan oleh peneliti
siswa. Hal
menunjukkan bahwa kegiatan lisan
ini bertujuan
mendeskripsikan pembelajaran
untuk kegiatan
yang
terjadi
sebesar
pada
19,22%,
mendengarkan
kegiatan
sebesar
11,53%,
setiap pertemuan. Catatan lapangan
kegiatan menulis sebesar 15,37%,
ini
proses
kegiatan mental 19,22%, kegiatan
pembelajaran berlangsung dengan
emosional 11,53%. Hasil belajar
memasukkan
siswa kelas X.IIS.3 masih belum
dibuat
setelah
data-data
yang
diperoleh dari lembar observasi.
mencapai
Sedangkan
data
minimal dimana masih ada 12 siswa
keaktifan belajar siswa dilakukan
dari 26 siswa yang belum mencapai
dengan cara mengamati komponen
nilai ketuntasan.
pengumpulan
indikator keaktifan belajar siswa
standar
Berdasarkan
hasil
selama pembelajaran berlangsung.
observasi,
Indikator keaktifan belajar
yang
tindakan
diukur
lisan,
model pembelajaran Student Teams
kegiatan
Achievement Divisions (STAD). Dari
menulis, kegiatan mental, kegiatan
hasil observasi tindakan siklus I
emosional. Observasi dilakukan pada
dapat diketahui bahwa indikator
setiap kegiatan pembelajaran pada
keaktifan belajar berupa kegiatan
setiap siklusnya. Siklus I terdiri dari
lisan mengalami peningkatan sebesar
3 pertemuan dan siklus II terdiri dari
11,53% menjadi 73,07%, kegiatan
3 pertemuan. Dalam penelitian ini,
mendengarkan meningkat menjadi
metode
80,76% dibandingkan kondisi awal
kegiatan
adalah
kegiatan
mendengarkan,
tes
digunakan
untuk
mengumpulkan data prestasi siswa.
sebesar menjadi
12
maka
ketuntasan
I
dilaksanakan
dengan menerapkan
19,22%, kegiatan menulis 80,76%
dibandingkan
sebelumnya hanya 19,22%, kegiatan
meningkat menjadi 76,92%, dan
mental meningkat menjadi 69,23%
pada siklus II menjadi 84,61%. Pada
dibandingkan kondisi awal sebesar
siklus II, persentase siswa yang
15,37%,
emosional
nilainya lebih dari atau sama dengan
69,23%
KKM sudah melebihi target yaitu
kegiatan
meningkat
menjadi
sedangkan pada kondisi awal hanya
75%,
sebesar 11,53%. Walaupun telah
berhasil.
terjadi
Dengan
peningkatan
persentase
sehingga
penelitian
sudah
demikian,
langkah
dengan
penerapan
keaktifan belajar siswa pada siklus I,
pembelajaran
peningkatan tersebut belum mampu
model Student Teams Achievement
mencapai target yang ingin dicapai,
Divisions
sehingga dilanjutkan dengan siklus
meningkatkan keaktifan dan prestasi
II.
belajar siswa dengan perbaikan yang Berdasarkan hasil observasi
dilakukan
(STAD)
pada
tahap
dapat
refleksi
pada siklus II, diperoleh data bahwa
diperoleh tahapan sebagai berikut :1)
keaktifan belajar siswa mengalami
Kegiatan
peningkatan.
indikator
menyampaikan tujuan pembelajaran
berupa
yang ingin dicapai dan memotivasi
mengalami
siswa berkaitan dengan materi yang
peningkatan sebesar 11,54% menjadi
akan dipelajari. Guru memberikan
84,61%,
informasi pembelajaran yang akan
keaktifan
Pada
belajar
kegiatan
siswa
lisan
kegiatan
mendengarkan
awal,
yaitu
meningkat 9,63% menjadi 90,38%,
dilakukan
kegiatan menulis meningkat 13,47%
pembelajaran kooperatif tipe STAD.
menjadi 94,23%, kegiatan mental
Pada langkah ini guru memberikan
meningkat 17,28% menjadi 84,61%,
pengertian
kegiatan
memperhatikan dengan seksama saat
emosional
meningkat
19,31% menjadi 96,15%. Hasil
kepada
siswa
model
untuk
guru menjelaskan. 2) Kegiatan inti, juga
yaitu guru mengelompokkan siswa
mengalami peningkatan. Pada pra
secara heterogen, setiap kelompok
siklus, persentase ketuntasan siswa
terdiri dari 4-5 orang siswa. Guru
sebesar
membagikan lembar kerja siswa
50%,
tes
dengan
guru
siklus
pada
siklus
I
13
kepada masing-masing kelompok.
Simpulan
Siswa bersama teman 1 kelompok
Berdasarkan
analisis
berdiskusi dalam kelompok untuk
pembahasan
mengerjakan lembar kerja siswa,
dikemukakan
guru
memberi
penelitian bahwa : “Penerapan model
bimbingan, dan bantuan siswa yang
pembelajaran kooperatif STAD dapat
mengalami kesulitan. Dalam langkah
meningkatkan
ini guru memberi motivasi dan
Ekonomi siswa kelas X.IIS.3 SMA
peringatan
Negeri
mengamati,
kepada
setiap
siswa
maka
dan
1
dapat
simpulan
hasil
keaktifan
belajar
Karanganom
Tahun
2014/2015”.
Hasil
dalam kelompok untuk terlibat aktif
Pelajaran
dalam
penelitian yang diperoleh sebagai
diskusi
kelompok
dan
memberikan sanksi kepada siswa
berikut:
yang
1. Peningkatan
tidak
aktif
berdiskusi
Keaktifan
Siswa
kelompok. Siswa mempresentasikan
Dalam Mengikuti Pembelajaran
hasil kerja kelompok, dan guru
Ekonomi.
mewajibkan kepada kelompok lain
Hal ini tercermin dalam
untuk mengajukan pertanyaan atau
aspek
menyampaikan tanggapan atas hasil
meningkat dari 73,07% pada
presentasi. Dalam langkah ini guru
siklus I menjadi 84,61% pada
memberi motivasi dan peringatan
siklus
kepada
untuk
activities meningkat dari 76,91%
memperhatikan
pada siklus I menjadi 92,30%
ketika presentasi berlangsung. 3)
pada siklus II. Aspek writing
Kegiatan
siswa
activities meningkat dari 73,07%
bersama guru menyimpulkan materi
pada siklus I menjadi 100% pada
yang telah di pelajari pada pertemuan
siklus II. Aspek mental activities
tersebut. Guru memberikan kuis
meningkat dari 61,53% pada
individu
siklus I menjadi 80,76% pada
semua
menghargai
dan
penutup,
kepada
siswa
yaitu
siswa
untuk
dikerjakan secara mandiri.
siklus
oral
II.
II.
activities
Aspek
Aspek
yang
listening
emotional
activities meningkat dari 80,76% PENUTUP
14
pada siklus I menjadi 96,14%
Dalam
pada siklus II.
bertindak
2. Hasil Belajar Siswa
pembelajaran, sebagai
guru
fasilitator
yang menjembatani antara siswa
Hal ini tercermin dari
dengan
ilmu
pengetahuan.
meningkatnya ketuntasan siswa
Namun demikian, tidak semua
pada awal pra tindakan hanya
siswa
sebesar 53,85% menjadi 76,92%
yang sama dalam menyerap ilmu
pada siklus I dan mencapau
pengetahuan. Oleh karena itu,
84,61% pada siklus II.
perlu adanya perhatian khusus
memiliki
kemampuan
untuk siswa yang mengalami
Implikasi Berdasarkan
simpulan
diatas maka dapat
dikemukakan
kesulitan
belajar.
mengatasi
Untuk
permasalahan
implikasi secara teoritis dan praktis
tersebut, guru dapat memilih
sebagai berikut:
pendekatan pembelajaran yang
1. Implikasi Teoritis
tepat.
Berdasarkan penelitian
yang
hasil
Sehingga
pembelajaran
dilakukan,
proses
dapat
diikuti
dengan baik oleh seluruh siswa.
langkah-langkah
pembelajaran
dalam
pembelajaran
pembelajaran
melalui
kooperatif tipe Student Teams
pembelajaran
kooperatif
Achievement Divisions (STAD)
STAD
dapat
pembelajaran yang melibatkan
alternatif
model
digunakan pembelajaran
Pelaksanaan
sebagai untuk
siswa
model tipe
menciptakan
secara
aktif
sehingga
meningkatkan keaktifan belajar
memberikan kesempatan siswa
siswa. Selain itu, penelitian juga
untuk
dapat digunakan sebagai dasar
mengkonstruksi
penelitian selanjutnya.
terhadap materi yang dipelajari
dan
pemahaman
dengan bimbingan dari guru.
2. Implikasi Praktis Keberhasilan
menemukan
proses
Dengan
pembelajaran tidak luput dari
siswa
peran penting seorang guru.
mengigat
15
menemukan sendiri, akan
lebih
materi
mudah
yang sudah
dipelajari.
Selanjutnya
siswa
meningkatkankompetensi
dapat berlatih untuk berinteraksi
profesionalnya
dan berargumen dihadapan teman
mengembangkan
atau
peserta didik, sehingga tujuan
guru
melalui
kegiatan
diskusi, presentasi, dan tanya jawab,
serta mungkin
mengerjakan
kuis
kemampuan
pembelajaran dapat tercapai.
berusaha
semaksimal
untuk
2. Bagi Guru
untuk
a. Guru
individual
hendaknya
model
memilih
pembelajaran
yang
sebagai bentuk tanggungjawab
disesuaikan dengan kondisi
terhadap
siswa,
apa
yang
telah
ia
hal
pelajari. Pembelajaran dengan
berpengaruh
model
belajar siswa
pembelajaran
memberikan
STAD
semangat
dan
b. Guru
ini
akan
pada
hasil
dapat
menerapkan
dorongan kepada siswa karena
model
posisi dominan ada di siswa dan
kooperatif tipe STAD sebagai
dengan adanya kerjasama dalam
salah satu alternatif dalam
kelompok
untuk
menciptakan
materi
juga
bekerjasama
untuk
memahami berusaha
pembelajaran
pembelajaran
yang berkualitas.
menjadi
c. Guru
hendaknya
kelompok yang terbaik sehingga
menggunakan
berbagai
keaktifan belajar siswa dapat
macam model pembelajaran
meningkat.
dalam
kegiatan
belajar
mengajar. Penggunaan model
Saran Berdasarkan
kesimpulan
pembelajaran yang monoton
dan implikasi diatas, maka saran
akan membuat siswa cepat
yang dapat diberikan peneliti adalah
bosan
sebagai berikut:
pelajaran.
1. Bagi Sekolah
dalam
mengikuti
3. Bagi Siswa
Pihak sekolah perlu mengadakan
a. Siswa hendaknya berinisiatif
pelatihan model pembelajaran
berperan
yang inovatif agar guru dapat
mengutarakan
16
aktif ide
dalam atau
menyampaiakn
Slavin, Robert E. 2008. Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik. Terjemahan Nurilita Yusron. Bandung : Nusa Media.
pendapat,
sehingga pembelajaran dapat berlangsung
efektif
dan
efisien. b. Siswa
hendaknya
bekerjasama
Sugiyanto. 2009. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta : Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 FKIP UNS Surakarta.
dapat
dengan
guru
maupun siswa lainnya dalam kegiatan pembelajaran.
belajar yang lain, sehingga
Van Wick, Miceal M. 2010. Do Student Teams Achievement Divisions Enhance Economic Literacy? An Quasyexperimental Design. Jurnal Soc Sci 23(2): 83-89.
pelajaran tidak terpusat pada
.
c. Siswa hendaknya berusaha sendiri
mencari
memanfaatkan
dan sumber
guru
DAFTAR PUSTAKA Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Rahasia Sukses Belajar. Jakarta : PT Rineka Cipta. Gino, H.J., dkk. 1997. Belajar dan Pembelajaran. Surakarta : UNS Press. Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : Pustaka Setia. Isjoni.
2010.
Pembelajaran
Kooperatif. Sagala, Syaiful. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta. Slameto. 1995. Belajar dan Faktorfaktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : PT Abdi Mahasatya.
17
18