UKURAN SASARAN SORTIMEN GERGAJIAN JATI (Tectona grandis) DAN ANALISIS PENGENDALIAN MUTU PENGGERGAJIAN DI JEPARA
HERLIN HERLIANSAH
DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Ukuran Sasaran Sortimen Gergajian Jati (Tectona grandis) dan Analisis Pengendalian Mutu Penggergajian di Jepara adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Oktober 2013 Herlin Herliansah NIM E24090045
ABSTRAK HERLIN HERLIANSAH. Ukuran Sasaran Sortimen Gergajian Jati (Tectona grandis) dan Analisis Pengendalian Mutu Penggergajian di Jepara. Dibimbing oleh DEDE HERMAWAN. Penentuan ukuran sasaran tebal sortimen gergajian merupakan suatu metode yang dilakukan untuk menghindari terjadinya pemborosan bahan baku ataupun untuk mengatasi terjadinya kekurangan ukuran sasaran dalam proses pembuatan mebel. Adanya keragaman pada tebal kayu akan berdampak pada pengendalian mutu dari suatu penggergajian, dengan menggunakan bagan kendali ̅ dan R terkendali dan tidaknya suatu proses akan terlihat. Hal ini dapat membantu pemilik penggergajian untuk memperbaiki, tetap atau mengurangi beberapa proses agar mutu dari produk yang dihasilkan menjadi lebih baik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ketepatan ukuran sasaran yang digunakan oleh pengrajin dalam pengolahan kayu, serta ketepatan ukuran sortimen yang telah di gergaji, dan untuk menganalisis pengendalian mutu dari suatu penggergajian. Ukuran sasaran yang ditentukan oleh pengrajin di Jepara hampir mendekati ukuran sasaran secara ilmiah, tetapi masalah yang timbul yaitu terjadinya kelebihan serta kekurangan ukuran sasaran saat dolok di gergaji menjadi sortimen gergajian. Analisis pengendalian mutu yang ditunjukan oleh bagan kendali ̅ dan R pada penggergajian di Kabupaten Jepara menunjukan bahwa sebagian besar proses penggergajian tidak terkendali, hal ini dikarenakan beberapa faktor seperti sumberdaya manusia, mesin, dan kondisi lingkungan. Kata kunci: bagan kendali ̅ dan R, Jepara, pengendalian mutu, ukuran sasaran.
ABSTRACT HERLIN HERLIANSAH. Target Size of Teak Wood Sortimen (Tectona grandis) and Quality Control Analysis on Saw Mill in Jepara Regency Central Java. Supervised by DEDE HERMAWAN. Target size determination of the sortimen thick is a method conducted to avoid wastage of raw materials and to overcome the deficiencies of the target size on manufacturing furniture. The diversity of the timber thick will impact the quality control of sawing, by using X and R control charts or not to the process will be seen. It helps improve the sawmill owner to improve, remain or reduce some process so that the quality of the resulted product to be better. The objective of this research is to determine the accuracy of the target size used by craftsmen in wood processing, and as well as the accuracy of sortimen has been sawed and to analyze the quality control of a sawmill. Target size determined by craftsmen in Jepara was almost close to the scientifically target size, but the problems that arised were the advantages and disadvantages of the target size when timber was being sawed into sortimen. Analysis of quality control indicated by X and R
control charts Jepara’s sawmill showed that most of the sawing process was not controlled, this is due to several factors such as human resources, machines and environmental conditions. Key words: Jepara, quality control, target size, ̅ and R control chart.
UKURAN SASARAN SORTIMEN GERGAJIAN JATI (Tectona grandis) DAN ANALISIS PENGENDALIAN MUTU PENGGERGAJIAN DI JEPARA
HERLIN HERLIANSAH
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Hasil Hutan
DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skripsi: Ukuran Sasaran Sortimen Gergajian Jati (Tectona grandis) dan Analisis Pengendalian Mutu Penggergajian di Jepara Nama : Herlin Herliansah NIM : E24090045
Disetujui oleh
Dr. Ir. Dede Hermawan, M.Sc Dosen Pembimbing
Diketahui oleh
Prof. Dr. Ir. I Wayan Darmawan, M.Sc Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2013 ini ialah pengendalian mutu, dengan judul Ukuran Sasaran Sortimen Gergajian Jati (Tectona grandis) dan Analisis Pengendalian Mutu Penggergajian di Jepara. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Dede Hermawan selaku pembimbing. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, suami serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Oktober 2013 Herlin Herliansah
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
1
Manfaat Penelitian
1
TINJAUAN PUSTAKA
2
Industri Penggergajian di Kabupaten Jepara
2
Jati
2
Ukuran Sasaran
2
Bagan Kendali
dan R
3
METODE
6
Waktu dan Tempat
6
Bahan
6
Alat
6
Prosedur Penelitian
6
Penghitungan dan Analisis Data
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
7
Profil Penggergajian di Jepara
7
Ukuran Sasaran Tebal Papan
9
Analisis Bagan Kendali SIMPULAN DAN SARAN
dan R
10 15
Simpulan
15
Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
16
LAMPIRAN
18
RIWAYAT HIDUP
45
DAFTAR TABEL 1 Interpretasi Bagan Kendali Mutu untuk pola data yang sistematik 2 Daftar nama penggergajian yang menjadi objek penelitian 3 Ketepatan ukuran sasaran tebal dari setiap penggergajian
4 8 10
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5
Posisi pengukuran tebal sortimen gergajian Mesin gergaji yang dilengkapi dengan kereta (lori) Mesin gergaji tanpa kerata (lori) Bagan Kendali ̅ dan R di penggergajian A pagi hari pada mesin 2 Pola perubahan mendadak pada bagan kendali ̅ dan R (mesin 2 pada penggergajian F) 6 Pola Pelarian atau kecenderungan pada bagan kendali R (mesin 3 pada penggergajian B) 7 Bagan Kendali ̅ dan R di penggergajian E siang hari pada mesin 1 8 Bagan Kendali ̅ dan R di penggergajian D sore hari pada mesin 1
6 8 9 11 12 13 14 15
DAFTAR LAMPIRAN 1 Bagan kendali ̅ dan R penggergajian pada pagi hari 2 Bagan kendali ̅ dan R penggergajian pada siang hari 3 Bagan kendali ̅ dan R penggergajian pada sore hari
18 27 36
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Industri penggergajian adalah industri kayu primer karena menghasilkan produk kayu gergajian dalam wujud kayu utuh (Rachman dan Malik 2011). Setiap kayu yang akan dikonversi menjadi papan, tiang, balok atau sortimen lainnya akan mengalami proses penggergajian. Sehingga peran industri penggergajian sangat penting dalam industri pengolahan kayu terutama di Kabupaten Jepara, karena sebagian besar pengrajin di Jepara mengonversi bahan baku kayu bulat menjadi sortimen papan gergajian melalui jasa industri penggergajian. Masalah yang sering muncul dalam menggergaji kayu bulat yaitu ukuran sasaran. Pengrajin menentukan ukuran sasaran tebal sortimen gergajiannya berdasarkan pengetahuan yang diturunkan secara turun-temurun maupun dari pengalaman pengrajin sendiri. Biasanya ukuran sasaran yang ditentukan di tempat penggergajian dilebihkan sekitar 3-5 mm dari ukuran yang diinginkan sebagai spilasi. Saat dilakukan pemotongan kayu oleh operator penggergajian, sering terjadi kesalahan yaitu tebal kayu yang telah dipotong menjadi papan gergajian tidak tepat dengan yang diminta oleh konsumen atau pemilik kayu. Hal ini beresiko ukuran akhir yang diminta oleh konsumen tidak sesuai karena dapat menyebabkan kelebihan ukuran atau kekurangan ukuran pada ukuran kayu akhir. Secara teori ukuran sasaran dapat ditentukan oleh persamaan ukuran sasaran. Persamaan ini dibuat berdasarkan perhitungan dari faktor-faktor yang memengaruhi ukuran tebal kayu akhir. Ketepatan dalam memotong kayu gergajian pun berbeda ketika penggergajian dilakukan pada pagi, siang dan sore hari. Sehingga mutu sortimen gergajian yang dihasilkan pun akan beragam. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ukuran sasaran yang ditentukan oleh pengrajian di Jepara sudah sesuai dengan penentuan ukuran sasaran untuk sortimen gergajian berdasarkan persamaaan ukuran sasaran. Selain itu penelitian ini pun mencoba menganalisis mengenai kondisi pengendalian mutu sortimen gergajian yang di gergaji pada pagi, siang dan sore hari sehingga akan terlihat mutu sortimen yang optimal dari suatu penggergajian.
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketepatan ukuran sasaran sortimen gergajian dan bagan kendali penggergajian.
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan rekomendasi kepada pengrajin mengenai penentuan ukuran sasaran sortimen gergajian sehingga penggunaan bahan baku akan lebih efisien, serta memberikan informasi kepada pemilik penggergajian mengenai pengendalian mutu sortimen gergajian sehingga diharapkan akan adanya perbaikan baik dari segi sumberdaya manusia maupun teknologi atau mesin.
2
TINJAUAN PUSTAKA Industri Penggergajian di Kabupaten Jepara Penggergajian merupakan kegiatan konversi kayu bulat menjadi kayu persegian untuk memenuhi tujuan tertentu (Rachman dan Malik 2011). Lebih definitif lagi penggergajian atau kilang penggergajian merupakan suatu unit usaha atau unit industri yang menggunakan bahan baku kayu, alat utama gergaji, mesin sebagai tenaga penggerak, serta mungkin dilengkapi dengan berbagai alat/ mesin pembantu (Darmawan et al. 2011). Penggergajian merupakan salah satu industri yang penting di Jepara. Tanpa adanya industri penggergajian, industri mebel di Kabupaten Jepara akan terhambat, hal ini disebabkan karena sabagian besar pengrajin di Jepara menggunakan jasa penggergajian untuk mengonversi dolok kayu bulat menjadi sortimen kayu gergajian. Kabupaten Jepara sendiri memiliki sebanyak 251 unit kilang penggergajian kayu (Irawati dan Purnomo 2012) yang tersebar di setiap kecamatan. Sejarah industri penggergajian di Jepara sudah lama dimulai, yaitu sejak tahun 1760 dengan didirikannya penggergajian milik pemerintah di Jepara bernama Regentschap Jepara (Alamsyah 2013). Mesin gergaji yang biasanya digunakan pada kilang penggergajian di Jepara merupakan band head saw atau gergaji pita. Gergaji ini merupakan gergaji yang paling modern dengan kecepatan pengumpanan yang tinggi yaitu sebesar 35-80 m/menit (Rachman dan Malik 2011). Dolok kayu dengan diameter > 25cm biasanya di belah menggunakan gergaji pita berkereta (lori), sedangkan dolok kayu yang berukuran < 25 cm di gergaji menggunakan gergaji tanpa lori.
Jati Jati (Tectona grandis L.f.) merupakan kayu yang banyak dimanfaatkan di Indonesia terutama pulau Jawa. Jati memiliki sifat pengerjaan yang mudah serta cocok untuk segala konstruksi (Martawijaya et al. 1981). Kayu ini banyak digunakan oleh pengrajin di Kabupaten Jepara sebagai bahan baku pembuat mebel karena memiliki warna yang menarik serta keawetannya. Adanya lingkar tumbuh yang jelas akan menimbulkan gambar yang indah ketika kayu jati di gergaji secara tangensial atau plat-sawn. Corak indah ini disebabkan karena jati merupakan hardwood yang struktur sel pembuluhnya ring porous (Pandit et al. 2011). Sifat keterawetan jati dipengaruhi oleh kuinon yang terdapat dalam jati.
Ukuran Sasaran Ukuran sasaran merupakan ukuran kayu yang ditetapkan untuk dihasilkan oleh mesin gergaji agar ukuran akhir yang diinginkan tidak mengalami kekurangan maupun kelebihan (Priasukmana et al. 1986). Rachman dan Malik (2011) mendefinisikan, ukuran sasaran adalah ukuran kayu gergajian yang ditentukan saat kayu digergaji pada suatu mesin gergaji. Ukuran sasaran ditentukan saat kayu dalam kondisi segar atau basah. Menurut Brown (1982)
3 ukuran sasaran dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya ukuran akhir (final size), spilasi penyusustan (shrinkage allowance), spilasi penyerutan (planning allowance), dan keragaman keratan/ variasi penggergajian (sawing variation). 1 Ukuran akhir (final size) merupakan ukuran akhir dari kayu gergajian yang diminta oleh konsumen. Ukuran akhir harus diusahakan tepat sesuai dengan permintaan konsumen, jika nilai ukuran akhir lebih kecil akan terjadinya claim dari konsumen, sedangkan ukuran sasaran yang lebih akan menyebabkan pemborosan (Priasukmana et al. 1986). 2 Spilai penyusutan (shrinkage allowance) terbesar pada kayu terdapat pada arah tangensial sehingga nilai penyusutan yang digunakan atau dihitung merupakan penyusutan pada arah tangesial. 3 Spilasi penyerutan (planning allowance) didasarkan pada besarnya kedalaman penyerutan kayu oleh mesin serut, biasanya lebih rendah dari 4,0 mm (Rachman dan Malik 2011). 4 Variasi penggergajian (sawing variation) diketahui dari ukuran tebal atau lebar kayu gergajian pada arah panjang. Total variasi penggergajian (St) memiliki dua komponen yaitu variasi ukuran di dalam papan (Sw) dan variasi ukuran di antara papan (SB) (Brown 2000). Variasi penggergajian atau keragaman kerataan (Sw, Sb, St) dapat ditetapkan dengan menggunakan nilai kisaran (range), yaitu selisih antara nilai tertinggi dan nilai terendah. Tetapi untuk menetapkan ukuran sasaran dipergunakan nilai simpangan baku (standars deviation). Simpangan baku menunjukan bagaimana tersebarnya nilai rata-rata (Priasukmana et al. 1986). Bagan Kendali ̅ dan R Bagan pengendalian mutu statistis adalah plot pengamatan dari waktu ke waktu yang diterapkan pada karakteristik dari sebuah sistem untuk membedakan antara variasi normal, ketika sistem sebaiknya ditinggalkan saja, dan perubahan benar tak terduga, yang harus diisyaratkan sesegera mungkin sehingga penyebab perubahan dapat diperbaiki (De Vries dan Conlin 2004). Alat yang dapat digunakan dalam pengendalian mutu secara statistis salah satunya adalah bagan kendali Shewhart yang dikembangkan tahun 1920-an (Grant dan Leavenworth 1994). Penentuan bagan kendali dipengaruhi oleh jumlah nilai n yang digunakan dalam pengukuran. Batas-batas kendali dalam bagan kendali dihitung melalui persamaan Upper Control Limit (UCL) dan Lower Control Limit (LCL) setelah nilai ̿ dan ̅ dihitung. Tanda tak terkendali diperoleh jika ada titik jatuh di luar batas kendali 3σ (Santoso 2008). Menurut Iriawan dan Astuti (2006) untuk menerangkan adanya proses yang tidak terkendali tidak hanya dilihat dari adanya titik yang jatuh di luar batas kendali, tetapi dilihat juga dari 8 kriteria versi Minitab 14, yaitu:
1 2
Satu titik jatuh di luar batas kendali 3σ. Sembilan titik secara berurutan jatuh di sisi yang sama dari garis tengah (mean).
4 3 4 5 6 7 8
Enam titik secara berurutan terus naik atau terus turun. Empat belas titik secara bergantian naik-turun. Dua dari 3 titik jatuh di luar batas 2σ. Empat dari 5 titik jatuh di luar batas 1σ. Lima belas titik berada dalam batas kendali 1σ. Delapan titik secara berurutan jatuh di luar batas 1σ.
Pola data yang sistematik menurut Trisyulianti et.al (2003) dikategorikan menjadi tujuh seperti yang di jelaskan pada Tabel 1. Tabel 1 interpretasi Bagan Kendali Mutu untuk pola data yang sistematik No Pola Interpretasi (a) (b) (c) 1 Operator: Seorang yang baru atau tidak Perubahan mendadak Satu titik berada di luar kontrol berpengalaman atau salah menghitung secara mendadak. batas kontrol. Bahan baku: Sifat fisik dan kimia bahan baku yang bervariasi, perbedaan bahan baku. Mesin: Mesin memiliki peralatan baru yang mengubag setting dasar. Lingkungan: Perubahan lingkungan fisik seperti kelembaban dan kontaminasi yang mengganggu kualitas bahan baku. 2 Siklis atau Periodisitas Operator: Bila titik-titik menunjukkan Perbedaan operator dalam suatu proses pola perubahan yang sama yang berbeda (rotasi operator). sepanjang interval yang sama. Mesin: Proses dan pemeriksaan peralatan pada perbedaan shifts adalah berbeda. Lingkungan: Perubahan lingkungan karena suhu dan kelembaban. 3 Campuran atau merangkul Metode: Perbedaan operator menggunakan batas kendali bila titik-titik mendekati garis perbedaan metode untuk memroduksi batas kendali. produk. Mesin: Satu grafik memerlihatkan produksi dari dua mesin, terutama dengan merk berbeda
5 Tabel 1 (Lanjutan) (a) (b) 4 Stratifikasi atau merangkul garis pusat Bila titik-titik mendkati garis pusat.
5
Pergeseran dalam tingkat proses Bila titik-titik cenderung bergeser dari garis pusat.
6
Trend Bila terdapat kenaikan atau penurunan secara terusmenerus, tepatnya 6 titik menurun atau meningkat.
7
Pelarian Bila titik cenderung terletak pada satu sisi saja dari garis median, bila pergeseran atau pelarian mempunyai 7 titik atau 8 titik atau jika 10 keluar dari 11 titik.
Trisyulianti et.al (2003)
(c) Operator: Perhitungan batas kendali yang salah, proses pengambilan sampel mengumpulkan satu atau beberapa unit dari beberapa distribusi pokok yang berbeda. Jika unit terbesar dan terkecil dalam setiap sampel relatif serupa, maka variabilitas yang diamati akan kecil tidak wajar. Operator: Pengenalan operator baru, perubahan dalam perhatian, keterampilan dan motivasi. Bahan baku: Penggunaan bahan baku baru. Metode: Penggunaan mesin baru, ukuran, atau pengaturan baru dari suatu peralatan. Operator: Pengawas pengukur produk yang baru dan kelelahan operator. Metode: Metode diubah lebih dari waktu untuk memroduksi lebih baik atau lebih buruk. Mesin: Fixture atau die dalam mesin mengalami kelonggaran secara gradual, atau pengukuran peralatan diubah, atau penurunan mesin secara perlahan-lahan dan semakin memburuk. Operator: Pengawas pengukur produk yang baru Mesin: Fixture dan die dalam mesin mengalami kelonggaran secara gradual, atau pengukuran peralatan diubah. Lingkungan: Debu atau kontaminan di dalam ruangan bertambah banyak dan membentuk sesuatu yang memburuk.
6
METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di enam penggergajian di Kabupaten Jepara pada bulan Maret- April 2013.
Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kayu gergajian yang telah menjadi papan sebagai bahan baku mebel Jepara sebanyak 25 sortimen gergajian. Sortimen gergajian yang diambil sebagai bahan penelitian hanya kayu jati saja, karena kayu jati merupakan kayu yang banyak digunakan oleh pengrajin.
Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kaliper, kamera digital, laptop, kalkulator, alat tulis dan tally sheet.
Prosedur Penelitian
Gambar 1 Posisi pengukuran tebal sortimen gergajian Kegiatan pengambilan data untuk menentukan ukuran sasaran maupun pengendalian mutu statistis dilakukan pada pengukuran tebal kayu yang baru digergaji. Pengukuran dilakukan pada enam titik seperti pada Gambar 1 menggunakan kaliper berketelitian 3 digit. Pengukuran dilakukan pada tiga waktu yang berbeda, yaitu pagi, siang dan sore hari masing-masing 25 sortimen. Pengukuran dilakukan dengan menghindari bagian ujung papan, papan cacat atau pada mata kayu.
Penghitungan dan Analisis Data Data yang diperoleh selanjutnya dihitung nilai-nilai parameter berikut:
7 1 2 3 4 5 6 7
Nilai rata-rata ( ̅ ). Rentangan (Rw), yaitu perbedaan nilai ukuran terbesar dan terkecil dari 6 kali pengukuran. Rata-rata Rentangan di dalam papan ( ̅̅̅̅) yaitu nilai rata-rata dari Rw. Rentangan antara papan (Rb), yaitu perbedaan nilai ̅ terbesar dan ̅ terkecil . Nilai rata-rata dari ̅ ( ̿ ) Simpangan baku dalam papan (Sw) dan simpangan baku antara papan (Sb) dihitung sebagai berikut: .................................................................................. (1) d2 = 2,534 untuk n = 6 (Grant dan Leavenworth 1994) √( )
8
................................................................ (2)
d2 = 3,931 (Grant dan Leavenworth 1994) 9 Simpangan baku total sebagai berikut: 10 .................................................................. (3) √ 11 Ukuran sasaran (T) dengan menggunakan rumus: ............................................................ (4) 12 (
)
Dimana: T = ukuran sasaran (sasaran size) F = ukuran akhir (final size) P = spilasi penyerutan (planer allowance) Sh = nilai penyusutan kayu (percent shrinkage) St = variasi penggergajian (sawing variation) Z = konstanta (1,65) Bagan kendali ̅ dan R digunakan untuk menganalisis data pada bagan kendali. Nilai ̅ merupakan ukuran yang digunakan untuk melihat kecenderungan terpusat dari bagan. Rentang (R) merupakan perbedaan antara hasil pengukuran terendah dan tertinggi dalam suatu deretan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Profil Penggergajian di Jepara Jepara memiliki penggergajian sebanyak 251 unit (Irawati dan Purnomo 2012) yang tersebar di berbagai kecamatan. Keberadaan kilang penggergajian sangatlah penting karena sebagian besar pengrajin di Jepara menggunakan jasa penggergajian untuk membelah dolok menjadi sortimen gergajian. Pada beberapa perusahaan yang termasuk industri besar, kilang penggergajian sudah termasuk
8 kedalam bagian dari perusahaan. Pada penelitian ini kilang penggergajian yang menjadi objek penelitian sebanyak enam kilang penggergajian, dua penggergajian merupakan penggergajian yang termasuk kedalam proyek Australia Center Institute for Agriculture Research (ACIAR) dan empat pernggergajian nonACIAR. Daftar nama penggergajian disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Daftar nama penggergajian yang menjadi objek penelitian Nama No Alamat Jumlah Mesin Keterangan Penggergajian 1 A Demeling 7 (5 lori; 2 non-lori) Non-ACIAR; Jasa 2 B Kedungcino 3 (1 lori; 2 non-lori) ACIAR; Jasa 3 C Sekacer 3 (3 lori) Non-ACIAR; Jasa 4 D Suwawal 2 (1 lori; 1 non-lori) Non-ACIAR; Jasa 5 E Suwawal 4 (4 lori) Non-ACIAR; perusahaan 6 F Sukodono 4 (3 lori; 1 non-aktif) ACIAR; Jasa sekaligus perusahaaan Dolok kayu yang masuk ke kilang penggergajian di potong menjadi sortimen gergajian dengan tebal yang berbeda tergantung konsumen. Konsumen akan memberikan instruksi kepada operator mengenai ukuran tebal kayu yang harus di gergaji. Penentuan ukuran sasaran sudah diperhitungkan oleh konsumen, sehingga ukuran akhir kayu bukanlah ukuran yang ditentukan oleh kilang penggergajian. Dolok kayu yang berukuran > 25 cm di belah menggunakan gergaji yang dilengkapi kereta dorong dan lori (Gambar 2) dengan jumlah operator sebanyak 3-4 orang, sedangkan dolok kayu yang berdiameter < 25 cm akan di belah menggunakan gergaji tanpa kereta seperti yang disajikan pada Gambar 3.
Gambar 2 Mesin gergaji yang dilengkapi dengan kereta (lori)
9
Gambar 3 Mesin gergaji tanpa kereta (non-lori) Hasil dari pengukuran tebal menunjukan bahwa secara keseluruhan masalah yang sering timbul dalam penggergajian adalah kelebihan atau kekurangan ukuran tebal serta terjadinya pola baji pada sortimen gergajian. Pola baji yaitu tidak samanya ukuran tebal papan dari sisi dihadapanya sebesar ≥ 0,8 mm (Rachman dan Malik 2011). Rata-rata pola baji yang ditemukan adalah 1-2 mm. Diantara enam perusahaan yang diteliti, yang mengalami pola baji tertinggi adalah penggergajian F. Hal ini disebabkan karena salah satu mesin yang digunakan untuk menggergaji, saat itu sedang mengalami gangguan. Sehingga ukuran sasaran dari konsumen tidak tepat serta terbentuknya pola baji yang dominan pada sortimennya.
Ukuran Sasaran Tebal Papan
Hasil perhitungan ukuran tebal papan dari masing-masing penggergajian disajikan pada Tabel 3. Hasil yang terlihat yaitu terjadinya ketidaktepatan ukuran antara ukuran aktual dengan ukuran sasaran (T) penggergajian yang dihitung. Tebal kayu yang dihasilkan banyak mengalami kelebihan ukuran, terutama pada sortimen yang memiliki tebal paling tipis. Persentase perbedaaan tertinggi terjadi pada penggergajian B dengan ukuran sasaran kering 8 mm, yaitu 35,93%. Hal ini berarti terjadi pemborosan yang sebenarnya tidak perlu. Terjadinya perbedaan yang sangat tinggi pada penggergajian B diduga diakibatkan oleh ukuran sasaran yang diminta oleh konsumen merupakan ukuran sasaran yang tipis, kelelahan operator, dan mesin gergaji yang digunakan. Sortimen yang mengalami kelebihan ukuran biasanya dipotong menggunakan gergaji non-lori yang berpeluang kurang tepatnya ukuran sasaran sortimen lebih besar dibandingkan gergaji lori. Disamping itu pemotongan sortimen tersebut dilakukan pada sore hari dengan kondisi operator yang sudah lelah. Secara keseluruhan tingkat persentase perbedaaan paling tinggi diantara semua perusahaan adalah perusahaan E, yaitu sekitar 15,21% dan 13,38%. Terjadinya perbedaaan yang tinggi di penggergajian E diakibatkan karena aturan penggergajian. Penggergajian ini merupakan penggergajian yang dimiliki oleh
10 perusahaan terintegrasi. Saat pemotongan dolok, ukuran sasaran yang ditentukan oleh perusahaan akan dilebihkan beberapa mm oleh operator penggergajian secara inisiatif. Hal ini berarti telah terjadinya pelanggaran aturan oleh operator, yang bisa disebabkan karena adanya masalah komunikasi antara operator dan manajer. Tabel 3 Ketepatan ukuran sasaran tebal dari setiap penggergajian Kilang Ukuran Rata-rata Ukuran Kelebihan/ Persentase Penggergajian sasaran tebal sasaran kekurangan perbedaan setelah basah/ basah (T) (mm) (%) dikeringkan Ukuran (mm) (mm) aktual (mm) A 12 16,61 15,1 1,51 10 27 31,14 30,65 0,49 1,60 28 31,41 31,71 -0,3 0,94 30 32,11 33,94 -1,83 5,39 B 10 13,99 12,33 1,66 13,46 15 17,16 18,14 -0,98 5,40 17 20,19 20,04 0,15 0,75 27 30,38 30,37 0,01 0,03 12 16,51 14,92 1,59 10,66 8 14,49 10,66 3,83 35,93 C 28 31,11 31,05 0,06 0,19 29 31,27 32,22 -0,95 2,95 D 13 17,93 16,48 1,45 8,80 25 30,61 29,02 1,59 5,48 27 31,32 31,06 0,26 0,84 E 18 24,54 21,3 3,24 15,21 20 25,85 22,8 3,05 13,38 F 17 22,64 20,46 2,18 10,65 20 22,42 23,59 -1,17 4,96 25 28,75 29,26 -0.51 1,74 27 32,05 31,31 0.74 2,36 30 35,38 34,19 1,19 3,48 Analisis Bagan Kendali ̅ dan R Analisis bagan kendali ̅ dan R pada setiap penggergajian di gunakan untuk memantau konsistensi dalam proses penggergajian. Pengambilan sampel untuk bagan kendali sebanyak tiga kali sehari yakni pagi, siang, dan sore hari pada 3 mesin gergaji. Pada penggergajian D yang hanya memiliki 2 mesin, pengambilan sampel tetap dilakukan. Analisis bagan kendali menggunakan minitab versi 14. Bagan kendali ̅ pagi hari baik pada penggergajian ACIAR maupun penggergajian Non-ACIAR menunjukan proses yang tidak terkendali. Hal ini terlihat pada Lampiran 1 dan Gambar 4 yang merupakan salah satu contoh bagan kendali di pagi hari pada mesin 2 penggergajian A.
11 Xbar-R Chart of C1; ...; C6 1 1
Sample M ean
32,0
1 1
1
U C L=31,599
31,5
_ _ X=30,974
31,0 30,5 1
1
3
5
7
9
2
6
5 1
1
11
13 Sample
LC L=30,349
5 1
15
17
19
21
23
25
1
U C L=2,591
Sample Range
2,4 1,8
_ R=1,293
1,2 0,6 0,0
LC L=0 1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
Keterangan: (1) Satu titik jatuh di luar batas kendali 3σ. (2) Sembilan titik secara berurutan jatuh di sisi yang sama dari garis tengah (mean). (5) Dua dari 3 titik jatuh di luar batas 2σ. (6) Empat dari 5 titik jatuh di luar batas 1σ. Gambar 4 Bagan Kendali ̅ dan R di penggergajian A pagi hari pada mesin 2 Pada grafik kendali ̅ terdapat sembilan titik yang memenuhi kriteria 1, (sample 3, 6, 7, 10, 11, 13, 16, 21, dan 22). Sebanyak satu titik yang memenuhi kriteria 2 (sample 17). Sebanyak dua titik yang memenuhi kriteria 5 (sample 12 dan 20). Sebanyak satu titik yang memenuhi kriteria 6 (sample 14). Kriteria tersebut menandakan bahwa proses tidak terkendali. Bagan kendali R pagi hari pada penggergajian ACIAR sebagian besar tidak terkendali, sedangkan penggergajian Non-ACIAR sebagian besar menunjukan proses yang terkendali. Terutama pada penggergajian C, semua proses penggergajian pada pagi hari untuk semua mesin menunjukan proses yang terkendali.
12
Xbar-R Chart of C1; ...; C6 1
1
1
5
1
Sample M ean
33
U C L=33,255
__ X=32,047
32
31
LC L=30,838 1
1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
1 1
Sample Range
6,0
U C L=5,011
4,5 3,0
_ R=2,500
1,5 0,0
LC L=0 1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
Gambar 5 Pola perubahan mendadak pada bagan kendali ̅ dan R (mesin 2 pada penggergajian F) Berdasarkan Tabel 1, pola yang terlihat dari semua bagan sebagian besar menunjukan pola perubahan mendadak seperti terlihat pada Gambar 5. Pola perubahan mendadak diduga akibat adanya masalah keterampilan operator, bahan baku yang tidak memenuhi standar, pengaturan mesin yang berubah, dan lingkungan yang tercemar polusi. Selain pola perubahan mendadak pola yang terlihat yaitu pola pelarian, artinya terdapat kecenderungan pada satu sisi saja dari garis median. Pola ini terlihat pada Gambar 6. Pola kecenderungan atau pelarian diduga karena ketidaktepatan operator dalam menentukan ukuran tebal, dan terjadinya pencemaran lingkungan. Menurut Grant dan Leavenworth (1994), pola kecenderungan terjadi akibat adanya kemunduran keterampilan operator, keletihan pekerja, serta perubahan bertahap dalam kehomogenan mutu bahan yang masuk.
13 Xbar-R Chart of C1; ...; C6 U C L=31,487 Sample M ean
31 __ X=30,159
30
29
LC L=28,831 1
1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
1
Sample Range
10,0 7,5 U C L=5,51
5,0
_ R=2,75
2,5 2
0,0
LC L=0 1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
Gambar 6 Pola Pelarian atau kecenderungan pada bagan kendali R (mesin 3 pada penggergajian B) Bagan kendali ̅ pada siang hari menunjukan proses penggergajian yang tidak terkendali baik pada penggergajian ACIAR maupun Non-ACIAR (Lampiran 2). Bagan kendali ̅ yang memenuhi kriteria paling banyak terdapat pada penggergajian E pada mesin 1 seperti terlihat pada Gambar 7. Pada Gambar 7 tidak terkendalinya proses penggergajian karena terdapat beberapa sample yang memenuhi kriteria tidak terkendalinya suatu proses yaitu kriteria 1, 2, 5 dan 6. Kriteria yang paling banyak muncul pada sample adalah kriteria 1 (sample 9, 12, 15, 16, 18, 21, dan 22). Bagan kendali R pada siang hari menunjukan sebagian besar proses penggergajian tidak terkendali. Pada penggergajian ACIAR, bagan kendali R memerlihatkan proses yang terkendali di penggergajian B dan proses yang tidak terkendali di penggergajian F. Bagan kendali R penggergajian Non-ACIAR, memerlihatkan sebagian besar proses penggergajian siang hari tidak terkendali. Terutama penggergajian D yang mengalami proses tidak terkendali di semua mesin.
14
Xbar-R Chart of C1; ...; C6 1
25,0 Sample M ean
5
5
1
1
5
5
U C L=25,289 2
24,5 24,0
6
5 1
23,5
LC L=23,808
1
1
23,0 1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
1
17
19
21
23
25
U C L=3,070
3 Sample Range
__ X=24,549
2
_ R=1,532
1
0
LC L=0 1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
Keterangan: (1) Satu titik jatuh di luar batas kendali 3σ. (2) Sembilan titik secara berurutan jatuh di sisi yang sama dari garis tengah (mean). (5) Dua dari 3 titik jatuh di luar batas 2σ. (6) Empat dari 5 titik jatuh di luar batas 1σ. Gambar 7 Bagan Kendali ̅ dan R di penggergajian E siang hari pada mesin 1 Analisis pola yang terjadi pada bagan kendali ̅ dan R memerlihatkan beberapa pola berdasarkan Tabel 1, yaitu pola perubahan mendadak, pola campuran atau merangkul batas kendali, dan pola pelarian atau kecenderungan. Pola perubahan mendadak dan pelarian sama halnya seperti yang telah dijelaskan pada penjelasan diatas. Pola merangkul batas kendali seperti ditunjukan oleh bagan kendali ̅ pada Gambar 7. Penyebab terjadinya pola merangkul batas kendali yaitu diduga karena adanya perbedaan operator dengan menggunakan perbedaan metode untuk memotong dolok. Bagan kendali ̅ pada sore hari baik pada penggergajian ACIAR maupun Non-ACIAR menunjukan proses yang tidak terkendali (Lampiran 3). Sample yang memenuhi kriteria tidak terkendali paling banyak terdapat pada penggergajian D pada mesin 1 seperti ditunjukan oleh Gambar 8. Sample banyak memenuhi kriteria 1 (sample 4, 8, 9, 12, 19, 20, 23 dan 24). Bagan kendali R pada penggergajian ACIAR maupun Non-ACIAR menunjukan proses yang tidak terkendali, tetapi pada penggergajian Non-ACIAR terdapat dua penggergajian
15 yang semua prosesnya terkendali. Penggergajian tersebut adalah penggergajian D dan E. Sama halnya dengan pola yang terlihat di penggergajian pagi hari pola penggergajian yang terlihat pada bagan kendali ̅ dan R di sore hari yaitu pola perubahan mendadak dan pola pelarian atau kecenderungan.
Xbar-R Chart of C1; ...; C6
Sample M ean
1
1
21
5
1 1
5
U C L=20,463
6
20
19 1
1
5
5
__ X=19,666
8
5
LC L=18,868 1
18 1
1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
U C L=3,308 Sample Range
3
2
_ R=1,651
1
0
LC L=0 1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
Keterangan: (1) Satu titik jatuh di luar batas kendali 3σ. (5) Dua dari 3 titik jatuh di luar batas 2σ. (6) Empat dari 5 titik jatuh di luar batas 1σ. (8) Delapan titik secara berurutan jatuh di luar batas 1σ. Gambar 8 Bagan Kendali ̅ dan R di penggergajian D sore hari pada mesin 1
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Ketepatan ukuran sasaran tebal kayu yang ditentukan oleh pengrajin tidak sesuai dengan ukuran sasaran yang ditentukan melalui perhitungan. Perbedaan ukuran sasaran masih dapat diatasi dengan melebihkan tebal ukuran sasaran ±1-2 mm. Kelebihan maupun kekurangan tebal kayu disebabkan karena tidak seragamnya ukuran sasaran yang dihasilkan setelah dolok di gergaji.
16 Sebagian besar proses penggergajian di Jepara cenderung menunjukan proses yang tidak terkendali. Hal ini ditunjukan dengan bagan kendali ̅ , sedangkan sebagian kecil dari bagan kendali R menunjukan proses yang terkendali. Penyebab tidak terkendalinya proses yaitu kurangnya keterampilan sumberdaya manusia, kondisi mesin, kualitas bahan baku dan kondisi lingkungan penggergajian.
Saran Beberapa saran dari penelitian ini adalah: 1 Bagi manajemen kilang penggergajian, yaitu (a) Membuat SOP penggergajian dan menerapkannya; (b) Memerhatikan kondisi sosialekonomi operator penggergajian; dan (c) Mengatur jam kerja operator yang optimal. 2 Bagi operator penggergajian, yaitu membekali diri dalam pengetahuan penggergajian dan tidak sekedar insting. 3 Bagi pengrajin, yaitu menggunakan bahan baku yang memenuhi standar baku untuk sortimen.
DAFTAR PUSTAKA Alamsyah. 2013. Kreativitas Ekonomi Masyarakat Lokal di Keresidenan Jepara 1830-1900. Paramitha. 23(1):40-54 Brown TD. 1982. Quality Control: in Lumber Manufacturing. Oregon (US): Miller Freeman Publication. Brown TD. 2000. Performance Excelent In The Wood Product Industry Lumber Size Control Part 2: Size Analysis Consideration. Oregon (US): Oregon State University Extension Service. Darmawan W, Rahayu IS, Padlinurjaji IM, Pandit KN. 2011. Pengerjaan Kayu: Ilmu-ilmu Penunjang dan Teknologi Proses. Bogor (ID): IPB Pr. DeVries A, Conlin BJ. 2004. A Comparison of The Performance of Statisticall Quality Control Charts in a Dairy Production System Through Stochastic Simulation. Agricultural System. 84(2005):317-341 Grant EL, Leavenworth RS. 1994. Pengendalian Mutu Statistis Edisi keenam. Jilid 1. Kandahjaya H, penerjemah; Haraphap Z, Sinaga EP, editor. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga. Terjemahan dari: Statistical Quality Control, Sixth Edition.. Irawati RH, Purnomo H. 2012. Pelangin di Tanah Kartini: Kisah Aktor Mebel Jepara Bertahan dan Melangkah ke Depan. Bogor (ID): CIFOR. Iriawan Nur dan Astuti SP. 2006. Mengolah Data Statistik dengan Mudah Menggunakan Minitab 14. Yogyakarta: ANDI
17 Martawijaya A, Kartasujana I, Kadir K dan Prawira SA. 1981. Atlas Kayu Indonesia Jilid I. Bogor(ID): Balai Penelitian Hasil Hutan Bogor. Pandit I, Nandika D, Darmawan W. 2011. Analisis Sifat Dasar Kayu Hasil Hutan Tanaman Rakyat. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. 16(2):119-124 Priasukmana S, Sylviani, Suratman U. 1986. Penetapan Ukuran Sasaran Sebagai Suatu Cara Pengendalian Kualitas di Kilang Penggergajian. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. 3(1):1-5 Rachman O dan Malik J. 2011. Penggergajian dan Permesinan Kayu Untuk Industri Perkayuan Indonesia. Bogor: Balai Penelitian Hasil Hutan Bogor. Santoso R. 2008. Grafik Pengendalian Non Parametrik Empirik. Media Statistika. 1(2):81-87 Trisyulianti E, Hardjomidjojo H, Arkeman Y. dan Saefuddin A. Desain Sistem Pakar Untuk Interpretasi Bagan Kendali Mutu Pakan. Jurnal Teknik Industri Pertanian.15(1): 17-27
18 Lampiran 1 Bagan kendali ̅ dan R penggergajian pada pagi hari Bagan kendali penggergajian A/ Pagi/ Mesin 1 Xbar-R Chart of C1; ...; C6 1
18
1
Sample M ean
1
U C L=17,231 _ _ X=16,612
8
17 6
16
5
1
LC L=15,994
6 1
15
1
1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
U C L=2,566
Sample Range
2,4 1,8
_ R=1,281
1,2 0,6 0,0
LC L=0 1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
Bagan kendali penggergajian A/ Pagi/ Mesin 2 Xbar-R Chart of C1; ...; C6 1 1
Sample M ean
32,0
1 1
1
U C L=31,599
31,5
_ _ X=30,974
31,0 30,5 1
1
3
5
7
9
2
6
5 1
1
11
13 Sample
LC L=30,349
5 1
15
17
19
21
23
25
1
U C L=2,591
Sample Range
2,4 1,8
_ R=1,293
1,2 0,6 0,0
LC L=0 1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
19 Bagan kendali penggergajian A/ Pagi/ Mesin 3 Xbar-R Chart of C1; ...; C6 33,0
1
U C L=32,823
Sample M ean
5
32,5 _ _ X=31,984
32,0 31,5 6
LC L=31,146
6
31,0
1
1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
U C L=3,477 Sample Range
3
2
_ R=1,735
1
0
LC L=0 1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
Bagan kendali penggergajian B/ Pagi/ Mesin 1 Xbar-R Chart of C1; ...; C6
Sample M ean
14,8
1 1
14,4
1
1
5
U C L=14,359 _ _ X=13,991
14,0
LC L=13,624
13,6 13,2 3
5
1
15
17
1
1
1
1
1
7
9
11
13 Sample
19
21
23
25
Sample Range
1,6
U C L=1,523
1,2 _ R=0,760
0,8 0,4 0,0
LC L=0 1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
20 Bagan kendali penggergajian B/ Pagi/ Mesin 2 Xbar-R Chart of C1; ...; C6 1
Sample M ean
21,5 21,0
1
1 5
20,5
U C L=20,659
5
_ _ X=20,187
20,0 5
5
1
19,5
5 1
1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
LC L=19,715 1
25
Sample Range
2,0
U C L=1,957
1,5 _ R=0,976
1,0 0,5 0,0
LC L=0 1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
Bagan kendali penggergajian B/ Pagi/ Mesin 3 Xbar-R Chart of C1; ...; C6 U C L=31,487
Sample M ean
31 _ _ X=30,159
30
29
LC L=28,831 1
1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
1
Sample Range
10,0 7,5 U C L=5,51
5,0
_ R=2,75
2,5 2
0,0
LC L=0 1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
21 Bagan kendali penggergajian C/ Pagi/ Mesin 1 Xbar-R Chart of C1; ...; C6
Sample M ean
32,0
1
U C L=31,835
31,5 _ _ X=30,958
31,0 30,5
6
30,0
LC L=30,081
5
1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
Sample Range
4
U C L=3,637
3 _ R=1,815
2 1 0
LC L=0 1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
Bagan kendali penggergajian C/ Pagi/ Mesin 2 Xbar-R Chart of C1; ...; C6 1
Sample M ean
32,5
U C L=32,509
32,0 _ _ X=31,347
31,5 31,0 30,5
LC L=30,185 1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
U C L=4,818
Sample Range
4,8 3,6
_ R=2,404
2,4 1,2 0,0
LC L=0 1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
22 Bagan kendali penggergajian C/ Pagi/ Mesin 3 Xbar-R Chart of C1; ...; C6
Sample M ean
32,5
1
1
U C L=32,372
32,0 _ _ X=31,348
31,5 31,0 30,5 1
1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
U C L=4,242
4 Sample Range
LC L=30,325
25
3 _ R=2,117
2 1 0
LC L=0 1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
Bagan kendali penggergajian D/ Pagi/ Mesin 1 Xbar-R Chart of C1; ...; C6 1
34
U C L=33,980
6
Sample M ean
6
_ _ X=33,120
33
LC L=32,259
32
31
1
1
3
5
7
9
Sample Range
4
11
13 Sample
1
1
15
17
19
21
23
25
U C L=3,569
3 _ R=1,781
2 1 0
LC L=0 1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
23 Bagan kendali penggergajian D/ Pagi/ Mesin 2 Xbar-R Chart of C1; ...; C6 19
U C L=18,967
5 2
Sample M ean
6
2
2
2
_ _ X=17,927
18
17
LC L=16,887 1
1
16
1
1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
U C L=4,313
Sample Range
4 3
_ R=2,152
2 1 0
LC L=0 1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
Bagan kendali penggergajian E/ Pagi/ Mesin 1 Xbar-R Chart of C1; ...; C6 26
1
Sample M ean
6 6
25
5 6
U C L=25,431 2
2
_ _ X=24,221
24 23
LC L=23,011
1 1
22
1
1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
1
25
1
U C L=5,018
Sample Range
4,8 3,6
_ R=2,504
2,4 1,2 0,0
LC L=0 1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
24 Bagan kendali penggergajian E/ Pagi/ Mesin 2 Xbar-R Chart of C1; ...; C6 U C L=26,233 6
Sample M ean
6
26,0
_ _ X=25,849
25,5
LC L=25,464
5
1
1
25,0 1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
Sample Range
1,6
U C L=1,594
1,2 _ R=0,796
0,8 0,4 0,0
LC L=0 1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
Bagan kendali penggergajian E/ Pagi/ Mesin 3 Xbar-R Chart of C1; ...; C6 1
U C L=25,661
25,2 _ _ X=24,882
24,8 24,4
LC L=24,103
24,0 1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
U C L=3,230
3
Sample Range
Sample M ean
25,6
2
_ R=1,612
1
0
LC L=0 1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
25
Bagan kendali penggergajian F/ Pagi/ Mesin 1 Xbar-R Chart of C1; ...; C6 37
1
Sample M ean
1
U C L=36,180
36
_ _ X=35,384 35 LC L=34,589 34 1
1
3
5
Sample Range
4
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
1
U C L=3,299
3 2
_ R=1,646
1 0
LC L=0 1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
Bagan kendali penggergajian F/ Pagi/ Mesin 2 Xbar-R Chart of C1; ...; C6 1
1
1
5
1
Sample M ean
33
U C L=33,255
_ _ X=32,047
32
31
LC L=30,838 1
1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
1 1
Sample Range
6,0
U C L=5,011
4,5 3,0
_ R=2,500
1,5 0,0
LC L=0 1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
26
Bagan kendali penggergajian F/ Pagi/ Mesin 3 Xbar-R Chart of C1; ...; C6 1 1
Sample M ean
12,00
U C L=11,831
5
11,75
_ _ X=11,437
11,50 11,25 11,00 1
3
5
7
9
LC L=11,044
1
1
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
1
U C L=1,631
Sample Range
1,6 1,2
_ R=0,814
0,8 0,4 0,0
LC L=0 1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
27 Lampiran 2 Bagan kendali ̅ dan R penggergajian pada siang hari Bagan kendali penggergajian A/ Siang/ Mesin 1 Xbar-R Chart of C1; ...; C6 31,6
Sample M ean
1
1
1
U C L=31,373
31,2 _ _ X=30,804
30,8 30,4
LC L=30,236 30,0 1
1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
Sample Range
2,4
U C L=2,356
1,8 _ R=1,176
1,2 2
0,6
2
0,0
LC L=0 1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
Bagan kendali penggergajian A/ Siang/ Mesin 2 Xbar-R Chart of C1; ...; C6 U C L=32,201
_ _ X=31,406
31,5
31,0
30,5
LC L=30,612 1
1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
1
U C L=3,294
3
Sample Range
Sample M ean
32,0
2
_ R=1,644
1
0
LC L=0 1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
28
Bagan kendali penggergajian A/ Siang/ Mesin 3 Xbar-R Chart of C1; ...; C6 U C L=32,751
32,7
Sample M ean
32,4 _ _ X=32,059
32,1 31,8 31,5
LC L=31,368
5
1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
Sample Range
3
U C L=2,867
2 _ R=1,430 1
0
LC L=0 1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
Bagan kendali penggergajian B/ Siang/ Mesin 1 Xbar-R Chart of C1; ...; C6
Sample M ean
19
1
1
18
1
U C L=17,714 _ _ X=17,159
6
17 5
LC L=16,604
5 1
1
16 1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
U C L=2,301
Sample Range
2,0 1,5
_ R=1,148
1,0 0,5 0,0
LC L=0 1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
29 Bagan kendali penggergajian B/ Siang/ Mesin 2
Sample M ean
Xbar-R Chart of C1; ...; C6 19,0
U C L=19,035
18,5
_ _ X=18,505
6
18,0
LC L=17,975 1 1
17,5 1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
U C L=2,197
Sample Range
2,0 1,5 _ R=1,096
1,0 0,5 0,0
LC L=0 1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
Bagan kendali penggergajian B/ Siang/ Mesin 3 Xbar-R Chart of C1; ...; C6 1 6 6
U C L=17,212
6
_ _ X=16,513
16,5 16,0 5
LC L=15,814
5
1
15,5
1
15,0
1
1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
3
Sample Range
Sample M ean
17,0
U C L=2,898
2 _ R=1,446 1
0
LC L=0 1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
30 Bagan kendali penggergajian C/ Siang/ Mesin 1 Xbar-R Chart of C1; ...; C6
Sample M ean
33
1
32
5
5
5
5
6
5 6
31 6
30 1
29
1
3
5
7
_ _ X=31,180 LC L=30,367
1 1
1
1
U C L=31,993
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
U C L=3,371
Sample Range
3
2
_ R=1,682
1
0
LC L=0 1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
Bagan kendali penggergajian C/ Siang/ Mesin 2 Xbar-R Chart of C1; ...; C6
Sample M ean
58
1
U C L=57,320
57 56
_ _ X=55,531
55 6
6
54
LC L=53,743 1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
Sample Range
8
U C L=7,414
6 _ R=3,700
4 2 0
LC L=0 1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
31 Bagan kendali penggergajian C/ Siang/ Mesin 3 Xbar-R Chart of C1; ...; C6 1
1
32,4
5
1
5
U C L=32,265
Sample M ean
31,8
_ _ X=31,448
31,2 6
30,6
5
LC L=30,631
6
30,0 1
1
3
5
7
9
11
13 Sample
1
15
17
19
21
23
25
1
U C L=3,387
Sample Range
3
2
_ R=1,690 2
1
0
LC L=0 1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
Bagan kendali penggergajian D/ Siang/ Mesin 1 Xbar-R Chart of C1; ...; C6 1
Sample M ean
32
U C L=31,965
5
_ _ X=30,933
31 6
30
LC L=29,902 1
1
1
1
29 1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
1
Sample Range
4,8 U C L=4,278 3,6 _ R=2,135
2,4 1,2 0,0
LC L=0 1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
32 Bagan kendali penggergajian D/ Siang/ Mesin 2 Xbar-R Chart of C1; ...; C6 1
Sample M ean
U C L=31,716
6
31,5 31,0
_ _ X=30,612
30,5 30,0
2 5
29,5 1
3
6 5
5
LC L=29,508 7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
1
Sample Range
4,8
U C L=4,579
3,6 _ R=2,285
2,4 1,2 0,0
LC L=0 1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
Bagan kendali penggergajian E/ Siang/ Mesin 1 Xbar-R Chart of C1; ...; C6 1
25,0
1
1
5
5
U C L=25,289 2
24,5 24,0
6
5 1
23,5
1
1
3
5
7
9
11
13 Sample
_ _ X=24,549
LC L=23,808
1
23,0
15
1
17
19
21
23
25
U C L=3,070
3
Sample Range
Sample M ean
5
5
2
_ R=1,532
1
0
LC L=0 1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
33 Bagan kendali penggergajian E/ Siang/ Mesin 2 Xbar-R Chart of C1; ...; C6
Sample M ean
46,5
U C L=46,591
5
_ _ X=45,974
46,0
45,5 LC L=45,356 1
1
Sample Range
3
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
1
U C L=2,560 2 _ R=1,278
1
0
LC L=0 1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
Bagan kendali penggergajian E/ Siang/ Mesin 3 Xbar-R Chart of C1; ...; C6 1
1
U C L=25,405
25,2 _ _ X=24,695
24,8 24,4 24,0
LC L=23,985 1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
4
Sample Range
Sample M ean
25,6
21
23
25
1
3
U C L=2,944
2
_ R=1,469
1 0
LC L=0 1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
34 Bagan kendali penggergajian F/ Siang/ Mesin 1 Xbar-R Chart of C1; ...; C6
Sample M ean
1
1
23,4
1
U C L=23,332
22,8
_ _ X=22,423
22,2 21,6
5
21,0
5
5
LC L=21,515
1
1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
1
Sample Range
4
U C L=3,767
3 _ R=1,880
2 1 0
LC L=0 1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
Bagan kendali penggergajian F/ Siang/ Mesin 2 Xbar-R Chart of C1; ...; C6 1
U C L=23,546 5
23,0
6
_ _ X=22,456
22,5 22,0 8
21,5
5
5
8
LC L=21,366
1
1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
8
Sample Range
Sample M ean
23,5
19
21
23
25
1
6 U C L=4,520
4
_ R=2,256
2 0
LC L=0 1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
35 Bagan kendali penggergajian F/ Siang/ Mesin 3 Xbar-R Chart of C1; ...; C6 1
Sample M ean
17
1
16
U C L=16,119
8
_ _ X=15,092
15 5
14
5
5
1 1
1
3
LC L=14,066 1
1
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
1
Sample Range
4,8
1
U C L=4,255
3,6 _ R=2,123
2,4 2
2
1,2 2
0,0
LC L=0 1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
36 Lampiran 3 Bagan kendali ̅ dan R penggergajian pada siang hari Bagan kendali penggergajian A/sore/mesin 1 Xbar-R Chart of C1; ...; C6 33
1
Sample M ean
1
1
U C L=32,416
32
_ _ X=31,639
31
5
LC L=30,861 1
1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
Sample Range
4
23
25
1
U C L=3,222
3 2
_ R=1,608
1 0
LC L=0 1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
Bagan kendali penggergajian A/sore/mesin 2 Xbar-R Chart of C1; ...; C6 1 1
5
1 5
5
32,5
U C L=32,876 _ _ X=32,192
32,0 31,5
5
5 1
31,0
LC L=31,508
1 1
1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
3
Sample Range
Sample M ean
33,0
U C L=2,836
2 _ R=1,415 1
0
LC L=0 1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
37 Bagan kendali penggergajian A/sore/mesin 3 Xbar-R Chart of C1; ...; C6
Sample M ean
34
1
U C L=33,195
33
_ _ X=32,211
32
LC L=31,226
31 1
3
5
7
9
11
15
17
19
21
23
25
1
6,0
Sample Range
13 Sample
4,5
U C L=4,083
3,0
_ R=2,038
1,5 0,0
LC L=0 1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
Bagan kendali penggergajian B/sore/mesin 1 Xbar-R Chart of C1; ...; C6
_ _ X=22,336
22,5 22,0 21,5
LC L=21,562
1
21,0
1 1
1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
1
4
Sample Range
Sample M ean
U C L=23,111
5
23,0
U C L=3,210
3 2
_ R=1,602
1 0
LC L=0 1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
38 Bagan kendali penggergajian B/sore/mesin 2 Xbar-R Chart of C1; ...; C6 1
Sample M ean
31,2
1
30,9
1
U C L=31,121 6
6
6
_ _ X=30,597
30,6 30,3
LC L=30,072
30,0 1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
1
Sample Range
2,4
U C L=2,173
1,8 _ R=1,085
1,2 0,6 0,0
LC L=0 1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
Bagan kendali penggergajian B/sore/mesin 3 Xbar-R Chart of C1; ...; C6 1
U C L=15,311
15,0 _ _ X=14,487
14,5 14,0
LC L=13,663
13,5 1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
U C L=3,417 3
Sample Range
Sample M ean
15,5
2
_ R=1,705
1
0
LC L=0 1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
39 Bagan kendali penggergajian C/sore/mesin 1 Xbar-R Chart of C1; ...; C6
Sample M ean
32,0
1
31,5
U C L=31,469
5
_ _ X=30,843
31,0 30,5
LC L=30,217 30,0
1 1
1
3
5
7
9
11
Sample Range
3
13 Sample
15
17
19
21
23
25
1
U C L=2,597
2 _ R=1,296 1
0
LC L=0 1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
Bagan kendali penggergajian C/sore/mesin 2 Xbar-R Chart of C1; ...; C6
Sample M ean
33
1
1
1
U C L=32,227
5
32
_ _ X=31,021
31 30
5
6
LC L=29,815
29 1
1
Sample Range
8
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
1
6 U C L=5,000 4 _ R=2,495
2 0
LC L=0 1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
40 Bagan kendali penggergajian C/sore/mesin 3 Xbar-R Chart of C1; ...; C6
Sample M ean
13,0
1
12,5
1
1
U C L=12,193
12,0
_ _ X=11,507
11,5 11,0 5
1
1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
LC L=10,822
5
17
19
21
Sample Range
3
23
25
1
U C L=2,843
2 _ R=1,418 1
0
LC L=0 1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
Bagan kendali penggergajian D/sore/mesin 1 Xbar-R Chart of C1; ...; C6
Sample M ean
1
1
21
5
1 1
5
U C L=20,463
6
20
19 1
1
5
5
_ _ X=19,666
8
5
LC L=18,868 1
18 1
1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
U C L=3,308
Sample Range
3
2
_ R=1,651
1
0
LC L=0 1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
41 Bagan kendali penggergajian D/sore/mesin 2 Xbar-R Chart of C1; ...; C6 33,0
Sample M ean
U C L=32,707 32,5 32,0
_ _ X=31,714
31,5 31,0 5
5
5
LC L=30,721
1
1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
U C L=4,116
Sample Range
4 3
_ R=2,054
2 1 0
LC L=0 1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
Bagan kendali penggergajian E/sore/mesin 1 Xbar-R Chart of C1; ...; C6 26
1
1
1
Sample M ean
5
5
U C L=25,565 _ _ X=24,715
25
24
5
LC L=23,864
5
23 1
1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
4
Sample Range
U C L=3,527 3 _ R=1,760
2 1 0
LC L=0 1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
42 Bagan kendali penggergajian E/sore/mesin 2 Xbar-R Chart of C1; ...; C6 1
Sample M ean
24,50
U C L=24,442
24,25
6
_ _ X=24,039
24,00 23,75
5
23,50
LC L=23,636
1
1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
U C L=1,672
Sample Range
1,6 1,2
_ R=0,835
0,8 0,4 0,0
LC L=0 1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
Bagan kendali penggergajian E/sore/mesin 3 Xbar-R Chart of C1; ...; C6 1
U C L=25,505 5
25,2
_ _ X=24,717
24,8 24,4 24,0
5
1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
LC L=23,929 23
25
U C L=3,267
3
Sample Range
Sample M ean
25,6
2
_ R=1,630
1
0
LC L=0 1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
43 Bagan kendali penggergajian F/sore/mesin 1 Xbar-R Chart of C1; ...; C6 1
Sample M ean
30
1
5
U C L=29,904 _ _ X=28,754
29
6
28 1
LC L=27,603
5
27
1
1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
Sample Range
4,8
U C L=4,770
3,6 _ R=2,380
2,4 1,2 0,0
LC L=0 1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
Bagan kendali penggergajian F/sore/mesin 2 Xbar-R Chart of C1; ...; C6 1
Sample M ean
24 U C L=23,689 _ _ X=22,813
23
22
LC L=21,937
1
1
3
5
7
9
Sample Range
4
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
1
U C L=3,634
3 _ R=1,813
2 1 0
LC L=0 1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
44 Bagan kendali penggergajian F/sore/mesin 3 Xbar-R Chart of C1; ...; C6
Sample M ean
15
1 1
14
U C L=13,983
5
_ _ X=13,349 13 LC L=12,716 1
12
1
1
3
1
5
7
9
Sample Range
3
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
1
U C L=2,628
2 _ R=1,311 1
0
LC L=0 1
3
5
7
9
11
13 Sample
15
17
19
21
23
25
45
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bandung, Jawa Barat pada tanggal 27 Januari 1992 dari Bapak Rahmat (Almarhum) dan Ibu Engkom Komariah. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara (Aris Risyanto), dan istri dari Mochamad Rudyansyah Ismail, S.Pi. Penulis menyelesaikan pendidikan akademik di SDN Loa 2, SMP Karya Pembangunan 1 Paseh, SMAN 1 Majalaya, dan diterima di IPB melalui jalur PMDK (Penelusuran Minat Dan Kemampuan) 2009 pada program Studi Hasil Hutan, Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan. Selama masa perkuliahan, penulis aktif mengikuti kegiatan diberbagai organisasi intra kampus. Kegiatan tersebut diantaranya adalah Sekretaris Departemen Soskemah Badan Eksekutif Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama, Anggota sekaligus Sekertaris Umum Lembaga Dakwah Fakultas ‘Ibaaddurrahmaan, Menteri Taklim dan Tarbawi di Pondok Pesantren Mahasiswa Al Iffah, Koordinator Asisten Akhwat Asistensi Pendidikan Agama Islam, Anggota Himpunan Profesi Mahasiswa Hasil Hutan. Penulis juga aktif menjadi asisten pada Asistensi Pendidikan Agama Islam, asisten praktikum Dendrologi, serta asisten Praktikum Pengenalan Ekosistem Hutan jalur Gunung PapandayanSancang Timur. Penulis mengikuti kegiatan praktik lapangan di CV. Joko Joyo Jati Furniture di Jepara pada bulan Maret-April 2013. Tugas akhir penulis dalam menyelesaikan pendidikan tinggi di Institut Pertanian Bogor untuk mendapatkan gelar Sarjana Kehutanan berjudul Ukuran Sasaran Sortimen Gergajian Jati (Tectona grandis) dan Analisis Pengendalian Mutu Bagan kendali penggergajian di Jepara. Penulis sangat mengucapkan terimakasih kepada Ayahanda, Ibunda dan Suami yang selama ini telah mendukung penulis dalam segala hal. Semoga Allah SWT membalas dengan syurga-Nya kelak.