UJI AKTIVITAS HIPOKOLESTEROLEMIK SEDIAAN MINYAK BUAH MERAH (Pandanus conoideus Lamk.) PADA TIKUS PUTIH JANTAN Vina Ramdiani1), E. Mulyati Effendi2) dan Sri Wardatun 3) 1), 3) Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Pakuan, Bogor 2) Program Studi Biologi FMIPA Universitas Pakuan, Bogor Universitas Pakuan, Bogor.
ABSTRAK Hiperkolesterolemia merupakan penyakit gangguan metabolisme kolesterol yang disebabkan karena kadar kolesterol di dalam darah melebihi batas normal (≥200 mg/dL). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian sediaan minyak buah merah yang tersedia di pasaran terhadap penurunan kadar kolesterol total tikus yang diinduksi dengan pakan tinggi kolesterol dan propiltiourasil 0,01 %. Hewan uji yang digunakan terdiri dari 32 ekor tikus yang diberikan sediaan uji dengan dua merk minyak buah merah yang berbeda yaitu merk A dan B, masing-masing merk terdiri dari 5 kelompok perlakuan. Kelompok perlakuan terdiri dari dosis I (0,09 mL/200 g BB), dosis II (0,18 mL/200 g BB), dosis III (0,36 mL/200 g BB), kontrol positif (simvastatin 0,18 mg/200 g BB), dan kontrol negatif (Carboxy Methyl Cellulose). Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat dinyatakan bahwa sediaan minyak buah merah yang tersedia di pasaran memiliki aktivitas hipokolesterolemik setelah 14 hari penggunaan, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara aktivitas hipokolesterolemik sediaan merk A dengan sediaan merk B. Dosis III (0,36 mL/200 g BB) merupakan dosis optimum yang baik untuk menurunkan kadar kolesterol total pada tikus putih jantan galur Sparague dawley. Kata Kunci: Minyak buah merah hipokolesterolemik.
(Pandanus
conoideus
Lamk.),
kolesterol,
ABSTRACT Hypercholesterolemia is a disease of cholesterol metabolism disorders caused by the cholesterol levels in the blood exceeds normal limits (≥200 mg/dL). This study aimed to determine the effect of red fruit oil composition available in the market to reduction total cholesterol levels of mice induced by feeding high cholesterol and 0.01% propylthiouracil. The used experimental animals consisted of 32 rats were given experimental composition with two different brands red fruit oil, brand A and B. Each brand consists of 5 group treatment categori. The treatment group consisted dosage I (0,09 mL/200 gBW), dosage II (0,18 mL/200 gBW), dosage III (0,36 mL/200 gBW), positive control (simvastatin 0,18 mg/200 gBW), and negative control (Carboxy Methyl Cellulose). Based on study, it can be stated that available composition of red fruit oil in the market have hypocholesterolemic activity after 14 days uses, there was no significant difference between the activity of hypocholesterolemic composition brand A with composition brand B. Dosage III (0,36 mL/200 g BW) is a good optimum dosage to reduce total cholestrol to the Sparague dawley white male rats. Keywords:
Red Fruit Oil (Pandanus conoideus Lamk.), cholesterol, hypocholesterolemic.
PENDAHULUAN Aterosklerosis merupakan penyebab utama terjadinya Penyakit Jantung Koroner (PJK) yang merupakan penyebab kematian peringkat utama sepanjang tahun di negaranegara maju (Ganong, 2003). Langkah yang dapat dilakukan untuk memperkecil resiko
penyakit jantung koroner adalah dengan mengkonsumsi makanan sumber antioksidan yang dapat menurunkan kadar kolesterol dalam plasma. Bahan alam yang selama ini dikenal dapat mengobati berbagai macam penyakit dan banyak mengandung antioksidan adalah buah merah.
1
Penelitian mengenai aktivitas minyak buah merah telah dilakukan oleh Syarkiah dkk., (2014), penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian minyak buah merah dosis 0,24 mL/hari selama 60 hari dengan diet aterogenik dapat menghambat terbentuknya foam cell pada aorta tikus galur wistar secara signifikan. minyak buah merah biasa dikonsumsi oleh manusia sebanyak 2x1 sendok teh perhari. Berdasarkan analisis kuantitatif yang dilakukan oleh Budi dan Paimin (2005), ekstrak buah merah mengandung senyawa antioksidan dengan kandungan yang cukup tinggi yaitu β-karoten 0,07 %, karotenoid 1,2 % dan tokoferol 1,1 %, asam oleat 58%, asam linoleat 8.8 %, asam linolenat 7.8 %, asam dekanoat 2.0 %. Antioksidan berperan sebagai penghambat proses oksidasi lipid dan menangkal radikal bebas dalam tubuh. LDL yang mengangkut kolesterol teroksidasi tidak dapat dimetabolisme untuk menghasilkan energi sehingga memicu peningkatan LDL dalam darah untuk memenuhi kebutuhan lemak dalam jaringan. LDL teroksidasi akan mudah difagositosit oleh makrofag sehingga dapat menimbulkan foam cell dalam pembuluh darah yang nantinya akan berkembang menjadi aterosklerosis. Berdasarkan perkembangan teknologi, kini masyarakat lebih mudah mendapatkan obat-obat herbal yang diklaim dapat mengobati berbagai penyakit, salah satunya adalah sediaan minyak buah merah yang banyak ditawarkan pada situs-situs penjualan online. Kebenaran klaim yang ditawarkan memerlukan penelitian guna menjamin hak-hak sebagai konsumen. Terlebih penelitian terdahulu menggunakan ekstrak atau minyak buah merah yang langsung ditangani oleh peneliti, sehingga perlu dibandingkan khasiatnya dengan yang tersedia di pasaran. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian sediaan minyak buah merah yang tersedia di pasaran serta mengetahui dosis yang paling baik terhadap penurunan kadar kolesterol total tikus yang diinduksi dengan pakan tinggi kolesterol dan propiltiourasil 0,01 %. BAHAN DAN METODE PENELITIAN ALAT DAN BAHAN Bahan yang digunakan adalah sediaan minyak buah merah yang tersedia di pasaran dengan dua merk yang berbeda yaitu merk A
dan B, akuades, CMC 0,05% (Carboxy Methyl Cellulose), 32 ekor tikus putih jantan galur Sprague dawley dengan umur 4-5 bulan dan bobot badan 200-240 g, propiltiourasil, pakan tinggi kolesterol (yang terdiri dari kuning telur puyuh 1 %, kuning telur ayam 5 %, lemak sapi 10 %, minyak goreng 1 % dan pakan standar 83%), simvastatin, serum darah, pereaksi kit kolesterol metode CHOD-PAP (Biolabo®) dan pakan standar. Sedangkan alat yang digunakan adalah alat bedah, mikro pipet (Eppendorf®), syringe, EasyTouch®, sonde, spektrofotometer UV-Vis (Optizen®), vial, sentrifugasi (Cole Parmer®), timbangan hewan, lemari pendingin, kandang hewan coba beserta kelengkapan pemberian pakan dan alat-alat gelas. METODE Preparasi Sediaan Minyak buah merah diperoleh dari situs penjualan online, dipilih 2 merk dari total 8 merk sediaan yang berbeda. Sediaan minyak buah merah disuspensikan ke dalam CMC 0,5%. Dengan cara dipipet masing-masing 9 mL, 18 mL dan 36 mL minyak buah merah (untuk dosis I, II dan III) kemudian disuspensikan ke dalam CMC 0,5 % hingga batas 100 mL. Pemeliharaan Hewan Coba Hewan coba yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan galur Sprague-Dawley dengan bobot badan sekitar 200-240 g. Sebanyak 32 ekor tikus dengan klasifikasi tersebut dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan dengan masing-masing kelompok terdiri dari 4 ekor tikus. Semua hewan coba diaklimatisasi selama 7 hari di Laboratorium Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pakuan, Bogor dan diberi pakan standar serta minum secara ad libitum. Induksi dengan Pakan Tinggi Kolesterol dan Propiltiourasil (PTU) 0,01 % Setelah diaklimatisasi, selanjutnya tikus diinduksi hingga mengalami kondisi hiperkolesterolemia yaitu kadar kolesterol total >240 mg/dL. Induksi dilakukan dengan cara eksogen dan endogen. Induksi eksogen dengan pemberian kuning telur puyuh 1%, kuning telur ayam 5%, lemak sapi 10%, minyak goreng 1% dan pakan standar sampai 100% (Veronita, 2014). Induksi endogen dengan pemberian propiltiourasil 0.01% yang dimasukkan ke
2
dalam air minum. Induksi ini diberikan selama 14 hari secara oral. Dilakukan pengukuran kadar kolesterol total tikus sebelum dan setelah induksi dengan metode Electrode Based Biosensor menggunakan alat EasyTouch® GCU Pengobatan dengan Suspensi Minyak Buah Merah Tahap pengobatan dilakukan untuk menurunkan kadar kolesterol total agar menjadi normal kembali atau hingga sama seperti kadar kolesterol awal sebelum diinduksi. Dosis minyak buah merah yang biasa dipakai oleh manusia adalah 2x1 sendok teh perhari atau 2x5 mL (10 mL/hari). Dosis pemakaian untuk tikus dapat dihitung dengan mengalikan dosis pemakaian untuk manusia tersebut dengan faktor konversi manusia ke tikus yaitu 0,018, sehingga dosis minyak buah merah yang digunakan untuk tikus adalah 0,18 mL/ekor/hari. Untuk mendapatkan dosis yang paling optimum maka dosis tersebut dibuat bertingkat menjadi 3 dosis. Dimana dosis 1 dibuat ½ x dosis normal (0,09 mL/ekor/hari), dosis II adalah dosis normal (0,18 mL/ekor/hari) dan dosis III dibuat 2 x dosis normal (0,36 mL/ekor/hari). Kontrol positif yang digunakan yaitu simvastatin dengan dosis 10 mg/ 70 kg bb manusia (Tjay & Kirana, 2007) dan suspensi CMC 0,05 % (Carboxy Methyl Cellulose) sebagai kontrol negatif. Seluruh perlakuan berlaku untuk sediaan minyak buah merah merk A dan merk B, diberikan secara oral dengan volume pemberian sebanyak 1 mL dan dilakukan selama 14 hari. Pengukuran Kadar Kolesterol Total Pengukuran kadar kolesterol dalam penelitian ini dilakukan dengan metode Electrode Based Biosensor sebagai kontrol dan metode CHOD-PAP (Cholesterol Oxidase Phenol Aminoantipyrine) pada akhir perlakuan. Metode CHOD-PAP menggunakan prinsip oksidasi dan hidrolisis enzimatis. Serum yang sudah diperoleh direaksikan dengan reagen kolesterol. Kolesterol ester pada lipoprotein dipecah oleh enzim kolesterol esterase menjadi kolesterol dan asam lemak. Kolesterol kemudian mengalami oksidasi dengan enzim kolesterol oksidase sebagai katalis menghasilkan senyawa peroksida yang direaksikan bersama fenol dan 4aminoantipyrine menghasilkan senyawa
quinoneimine yang berwarna merah dan dapat diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 500 nm (Allain et al., 1978). Pada akhir perlakuan, darah diambil dari jantung dengan menggunakan alat suntik sebanyak ±2 cc dimasukkan ke dalam vial, kemudian didiamkan selama 30 menit, disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 menit. Serum yang terbentuk dipisahkan dari endapan sel-sel darah dengan menggunakan pipet, selanjutnya serum digunakan sebagai sampel dalam pemeriksaan kadar kolesterol total. Ke dalam tabung reaksi dimasukkan 30 μl sampel serum darah dan 3000 μl reagen. Semua bahan dicampur dengan baik lalu diinkubasi pada suhu 37 oC selama 10 menit. Serapan dibaca pada panjang gelombang 500 nm menggunakan Spektrofotometer. Untuk mengontrol kenaikan kadar kolesterol sebelum dan setelah tahap induksi, dilakukan dengan metode Electrode Based Biosensor (strip). Menurut Suwandi (2013), hasil pemeriksaan kadar kolesterol total metode Electrode Based Biosensor sesuai dengan metode pengukuran spektrofotometri dan tidak ada perbedaan yang signifikan. Rancangan Penelitian (Analisis Data) Jenis Penelitian yang digunakan dalam uji aktivitas hipokolesterolemik sediaan minyak buah merah ini adalah penelitian eksperimen menggunakan desain Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 kali ulangan/replikasi. Digunakan RAL sebab pada penelitian ini bahan yang digunakan homogen dan penelitian dilaksanakan di dalam laboratorium dengan lingkungan yang relatif homogen. Serta hanya terdapat satu faktor perlakuan yang ingin diamati yaitu faktor perbedaan dosis yang kemudian dibandingkan aktivitas hipokolesterolemik dari kedua merk sediaan tersebut (Merk A dan B) dengan menggunakan uji T-test. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pemeliharaan Hewan Coba Seluruh hewan coba dikelompokkan berdasarkan bobot badan dan diaklimatisasi selama 7 hari sebelum diberikan perlakuan. Tujuan dari aklimatisasi ini adalah agar hewan coba dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan baru yang digunakan selama penelitian, dikontrol pola makan masingmasing kelompok sehingga berat badan hewan coba meningkat sesuai dengan kisaran yang
3
Hasil Induksi dengan Pakan Tinggi Kolesterol dan Propiltiourasil (PTU) 0,01 % Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pakan tinggi kolesterol dan PTU 0,01 % secara ad libitum selama 14 hari dapat meningkatkan kadar kolesterol total tikus. Peningkatan kadar kolesterol total pada tikus disebabkan karena konsumsi lemak yang berlebih yang terdapat pada pakan tinggi kolesterol. Kolesterol yang berasal dari asupan makanan akan dibawa kilomikron ke dalam hati untuk dimetabolisme. Kolesterol sebagian mengalami sirkulasi enterohepatik membentuk asam empedu dan sebagian lainnya menjadi satu dengan Very Low Density Lipoprotein (VLDL). VLDL kemudian dimetabolisme oleh lipoprotein lipase menjadi Low Density Lipoprotein (LDL) melalui zat antara IDL secara endositosis. Vesikel-vesikel yang mengandung IDL bergabung dengan lisosom dan enzim lisosom guna menghidrolisis IDL menjadi kolesterol. Kolesterol diubah menjadi ester kolesterol ke dalam apparat golgi dan berdifusi ke dalam membran sel. Hal ini mampu meningkatkan kadar kolesterol dalam darah. Propiltiourasil (PTU) merupakan salah satu senyawa yang digunakan pada kondisi hipertiroidisme, adapun pengaruhnya terhadap peningkatan maupun penurunan kadar kolesterol merupakan efek sekunder dikerenakan terganggunya hormon tiroid. Salah satu fungsi hormon tiroid adalah menginduksi peningkatan jumlah reseptor LDL pada sel-sel hepar sehingga menyebabkan pengurangan jumlah LDL plasma, kemudian kolesterol dari LDL disekresi melalui empedu menuju feses (Guyton dan Hall, 1997). Dengan adanya propiltiourasil maka sintesis hormon tiroid akan dihambat dan menyebabkan terhambatnya sekresi kolesterol sehingga kadar kolesterol dalam plasma meningkat. Rerata hasil pengukuran kadar kolesterol total tikus sebelum dan setelah induksi dengan
300 250
167.19
288.47
menggunakan metode Electrode Based Biosensor dapat dilihat pada Gambar 1.
Kadar Kolesterol Total (mg/dL)
dibutuhkan yaitu 200-240 gram. Setelah diaklimatisasi selama 7 hari dan berat badannya telah sesuai, dilakukan analisis statistik untuk mengetahui homogenitas dari hewan coba yang digunakan sehingga dapat diketahui rancangan statistik yang digunakan. Hasil dari uji homogenitas berat badan hewan coba adalah sig 0,151>0,05 yang menunjukkan bahwa hewan coba yang digunakan pada penelitian ini telah homogen.
200 150 100 50 0 Sebelum Induksi
Setelah Induksi
Gambar 1. Diagram Perbandingan Rerata Kadar Kolesterol Total Tikus Sebelum dan Setelah Induksi. Berdasarkan diagram pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa rerata kadar kolesterol total sebelum induksi sebesar 167,19 mg/dL. Rerata kadar kolesterol total sebelum induksi pada semua perlakuan telah memenuhi syarat kadar kolesterol normal, yaitu ≤ 200 mg/dL (Soeharto, 2004). Terjadi peningkatan kadar kolesterol total pada tikus setelah diinduksi selama 14 hari menjadi 288,47 mg/dL dengan persen peningkatan sebesar 72,54 %. Persentase peningkatan kadar kolesterol total telah melebihi hasil penelitian Mustika (2000) mengkategorikan tikus hiperkolesterolemia bila mengalami persentase peningkatan sebesar 52,57 % setelah diinduksi dengan pakan tinggi kolesterol. Hal tersebut sesuai dengan hasil uji paired t-test, dimana Sig 0,000<0,05 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara kadar kolesterol sebelum induksi dengan kadar kolesterol setelah induksi sehingga tikus dapat dikategorikan telah dalam kondisi hiperkolesterolemia. Hasil Pengujian Aktivitas Hipokolesterolemik Sediaan Minyak Buah Merah Pemberian suspensi sediaan minyak buah merah dilakukan selama 14 hari berturutturut dengan 3 macam dosis untuk masingmasing merk. Dilakukan pengukuran kadar kolesterol total setelah pengobatan dengan menggunakan metode Electrode based Biosensor untuk mengetahui adanya penurunan kadar kolesterol total pada tikus. Nilai rerata kadar kolesterol total setelah induksi dan setelah pengobatan dapat dilihat pada Tabel 1.
4
Tabel 1. Rerata kadar kolesterol total setelah induksi dan setelah pengobatan No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Perlakuan Kontrol Negatif Kontrol Positif A Dosis I (0.09 mL) A Dosis II (0.18 mL) A Dosis III (0.36 mL) B Dosis I (0.09 mL) B Dosis II (0.18 mL) B Dosis III (0.36 mL)
Kadar Kolesterol (mg/dL) Setelah Induksi Setelah Pengobatan 274,00 234,00 296,50 152,50 290,50 179,50 293,50 167,25 287,50 158,75 321,50 177,25 257,25 174,00 287,00 141,00
Berdasarkan data pada Tabel 1 dapat dilihat adanya penurunan kadar kolesterol total yang beragam setelah diobati selama 14 hari, semua kelompok perlakuan menunjukkan penurunan kadar kolesterol kecuali kontrol negatif yang tidak mencapai kadar normal kembali yaitu 234,00 mg/dL. Rerata kadar kolesterol terendah setelah perlakuan dicapai oleh kelompok perlakuan minyak buah merah merk B dosis III yaitu 141,00 mg/dL dengan persentase penurunan tertinggi sebesar 50,87 %. Hasil tersebut melebihi kemampuan kontrol positif yang hanya mencapai 152,50 mg/dL dengan persentase penurunannya 48,57 %. Keadaan ini dikarenakan dosis III merupakan dosis yang dilipat gandakan dari dosis efektif yang biasa digunakan pada manusia. Penurunan kadar kolesterol tertinggi berturut-turut terdapat pada kelompok minyak buah merah merk B dosis III, kontrol positif, merk B dosis I, merk A dosis III, dosis II, dosis I, merk B dosis II dan kontrol negatif. Penurunan kadar kolesterol tersebut menunjukkan nilai kadar kolesterol normal karena <200 mg/dL dan mendekati nilai kadar kolesterol tikus sebelum induksi pada seluruh perlakuan kecuali kontrol negatif. Hal tersebut sesuai dengan hasil uji paired t-test, dimana Sig 0,000<0,05 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan pada penurunan kadar kolesterol setelah pengobatan dengan kadar kolesterol setelah induksi hingga tikus dapat dikategorikan dalam kondisi kolesterol normal. Penurunan kadar kolesterol dalam penelitian ini disebabkan oleh banyaknya senyawa yang terkandung dalam buah merah, senyawa yang diduga berkhasiat sebagai hipokolesterolemik adalah tokoferol, αtokoferol dan β-karoten yang berfungsi sebagai antioksidan serta tingginya kandungan asam lemak tak jenuh (Yahya, 2005). Antioksidan berperan sebagai penghambat proses oksidasi
Persentase Penurunan (%) 14,60 48,57 38,21 43,02 44,79 44,87 32,36 50,87
lipid dan menangkal radikal bebas dalam tubuh. β-karoten mempunyai kemampuan menghambat peroksidasi lemak pada konsentrasi oksigen yang rendah, mampu menangkap radikal peroksil dan singlet oksigen dengan berperan sebagai donor hidrogen. Sama halnya dengan β-karoten, α-tokoferol mempunyai kemampuan menghambat peroksidasi lemak hanya saja pada konsentrasi oksigen yang tinggi dan juga berperan sebagai donor hidrogen. Hal tersebut mengindikasikan adanya efek yang sinergis antara β-karoten dan α-tokoferol. Kedua senyawa tersebut samasama menghasilkan radikal α-tokoferol dan radikal β-karoten hanya saja cenderung lebih stabil karena adanya resonansi dalam molekulnya. Vitamin C dalam minyak buah merah juga dapat meregenerasi radikal tokoferol menjadi tokoferol dan radikal askorbat kemudian dihilangkan melalui reaksi dismutasi yang menghasilkan vitamin C dan dihidroasam askorbat (DHAA). LDL yang mengangkut kolesterol teroksidasi tidak dapat dimetabolisme untuk menghasilkan energi sehingga memicu peningkatan LDL dalam darah untuk memenuhi kebutuhan lemak dalam jaringan. LDL teroksidasi akan mudah difagositosit oleh makrofag sehingga dapat menimbulkan foam cell dalam pembuluh darah yang nantinya akan berkembang menjadi aterosklerosis. National Cholesterol Education Program (NCEP) Expert Panel on Detection, Evaluation, and Treatmentof High Blood Cholesterol in Adults (Adult Treatment Panel III) masih merekomendasikan penggunaan spektrofotometri dengan bahan pemeriksaan serum sebagai gold standard dalam mendiagnosis serta memantau terapi hiperkolesterolemia. Oleh karena itu dilakukan pengukuran kadar kolesterol dengan
5
mengguanakn metode CHOD-PAP (Cholesterol Oxydase Phenol Amino Antiphyrine) pada akhir perlakuan untuk mengetahui kadar kolesterol total yang lebih akurat setelah diberikan sediaan uji. Pengukuran menggunakan metode Electrode Based Biosensor dilakukan hanya sebagai kontrol terhadap adanya peningkatan kadar kolesterol normal menjadi hiperkolesterolemia, dikarenakan keterbatasan peneliti dalam preparasi metode spektrofotometri. Dasar dari
pemikiran tersebut adalah hasil penelitian yang dilakukan oleh Suwandi (2013) yang menyatakan bahwa pemeriksaan kadar kolesterol total yang dilakukan pada manusia menggunakan metode Electrode Based Biosensor sesuai dengan metode spektrofotometri dan tidak ada perbedaan yang signifikan. Hasil rerata pengukuran kadar kolesterol total dengan metode spektrofotometri setelah diberikan sediaan uji dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Rerata pengukuran kadar kolesterol total dengan metode spektrofotometri setelah diberikan sediaan uji 1 2 3 4 5
Perlakuan Kontrol Negatif Kontrol Positif Dosis I Dosis II Dosis III
Merk A 233,08b 152,55a 184,69ab 164,97ab 155,27a
Berdasarkan data pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa rerata kadar kolesterol total dengan menggunakan metode pengukuran spektrofotometri setelah pemberiaan sediaan uji adalah berkisar antara 149,41 mg/dL sampai 233,08 mg/dL. Hasil tersebut tidak jauh berbeda dengan menggunakan metode pengukuran Electrode Based Biosensor yang berkisar antara 141,00 mg/dL sampai 234,00 mg/dL, akan tetapi kedua metode pengukuran tersebut tidak dapat dibandingkan karena tidak adanya proses validasi dan tempat pengambilan sampel untuk pengukuran tidak sama. Pengaruh dosis terhadap kadar kolesterol total dapat diketahui dengan analisis ragam. Ternyata tidak terdapat perbedaan pengaruh perlakuan (dosis) sediaan merk A terhadap kadar kolesterol total tikus (sig 0.128>0.05). Setelah dilakukan uji lanjut Duncan, seluruh kelompok dosis merk A mempunyai aktivitas hipokolesterolemik yang setara dengan kontrol positif (simvastatin 0.18 mg/200 g bb tikus) tetapi dosis I dan II pengaruhnya masih relatif sama dengan kontrol negatif. Perbedaan pengaruh perlakuan (dosis) terhadap kadar kolesterol total (sig 0.038<0.05) diperoleh oleh sediaan merk B, seluruh kelompok dosis merk B mempunyai aktivitas hipokolesterolemik yang setara dengan kontrol positif (simvastatin 0.18 mg/200 g bb tikus), namun dosis I masih relatif sama aktivitasnya dengan kontrol negatif (Tabel 2, huruf
Kadar Kolesterol (mg/dL) Merk B 233,08b 152,55a 177,89ab 172,35a 149,41a
superkrip yang sama menunjukan pengaruh yang sama). Adanya perbedaan pengaruh dosis terhadap kadar kolesterol total dari kedua merk sediaan kemungkinan dikarenakan faktor pabrikasi yang berbeda-beda, salah satunya metode ekstraksi yang dapat mempengaruhi kadar kandungan senyawa dari masing-masing merk sediaan. Grafik perbandingan rerata kadar kolesterol total antara merk A dan B dapat dilihat pada Gambar 2 250.00
KT (mg/dL)
No.
200.00 150.00 100.00 50.00 0.00 K (-) K (+) D I
D II D III
Perlakuan Merk A
Merk B
Gambar 2. Grafik perbandingan rerata kadar kolesterol total antara merk A dan B Berdasarkan grafik pada Gambar 2, dapat dilihat bahwa selisih kadar kolesterol total pada hewan coba yang diberikan sediaan minyak buah merah merk A tidak jauh berbeda dengan kadar kolesterol total pada hewan coba yang diberikan sediaan minyak buah merah
6
merk B. Untuk membandingkan potensi kedua merk tersebut, maka dilakukan analisis lebih lanjut dengan menggunakan Independentsamples T-test. Signifikansi 0,918>0.05 (yang berarti terima H0) menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan nilai rerata kadar kolesterol yang signifikan dari hewan coba yang diberikan kedua merk minyak buah merah tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan potensi hipokolesterolemik yang signifikan antara kedua merk sediaan minyak buah merah yang digunakan. Kedua merk sediaan minyak buah merah memiliki potensi hipokolesterolemik yang relatif sama. Pengaruh Perlakuan Terhadap Berat Badan Tikus Berat badan tikus mengalami perubahan selama perlakuan sebelum dilakukannya induksi, setelah induksi dan setelah pengobatan. Terjadi peningkatan rerata berat badan setelah pemberian pakan tinggi kolesterol kemudian mengalami penurunan kembali setelah diberikan sediaan minyak buah merah selama 14 hari. Persentase peningkatan rerata berat badan setelah diberikan pakan tinggi kolesterol adalah sebesar 17,24 %. Sedangkan persentase penurunan rerata berat badan setelah diberikan sediaan minyak buah merah adalah 4,39 %. Peningkatan berat badan terjadi dikarenakan pemberian pakan tinggi kolesterol sehingga simpanan lemak di dalam tubuh hewan coba meningkat, sedangkan penurunan berat badan setelah dilakukan pengobatan kemungkinan dikarenakan penggantian pakan menjadi pakan konvensional dengan jumlah yang sama mengingat rendahnya persentase penurunan berat badan tikus. Respon biologis dari masing-masing hewan coba selama perlakuan berbeda-beda, baik sebelum induksi, setelah induksi dan setelah pengobatan. Tikus hiperkolesterolemia cenderung lebih diam, kemungkinan dikarenakan terganggunya aliran darah dan kurangnya asupan oksigen akibat adanya penyempitan pembuluh darah. KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN 1.
Sediaan minyak buah merah (Pandanus conoideus Lamk.) merk A dan B yang tersedia di pasaran memiliki aktivitas hipokolesterolemik pada tikus putih jantan.
2.
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara potensi hipokolesterolemik sediaan minyak buah merah merk A dan sediaan minyak buah merah merk B dengan dosis optimum 0,36 mL/200 g bb tikus.
SARAN 1. Perlu dilakukan penambahan waktu pengukuran sehingga terjadi penurunan kolesterol yang lebih signifikan, serta dilakukan pengujian pengaruh waktu terhadap penurunan kadar kolesterol. 2.
Perlu dilakukan validasi metode untuk pengukuran kadar kolesterol total secara spektrofotometri.
3.
Perlu dilakukan penelitian dengan pengambilan darah yang berbeda (tidak dimatikan) pada metode spektrofotometri sehingga dapat dibandingkan hasil pengukuran kedua metode yang digunakan.
4.
Perlu dilakukan penelitian dengan cara pemberian pakan tinggi kolesterol yang berbeda.
5.
Perlu dilakukan penelitian dengan merk sediaan minyak buah merah yang lebih banyak.
DAFTAR PUSTAKA Allain, C.C., L.S. Poon. C.S.G. Chan. W. Richmond and P.C. Fu. 1978. Enzymatic Determination of Total Serum Cholesterol. Clin Chem. Vol. 20: 470 – 475. Budi, I. M., dan F.R. Paimin. 2005. Buah Merah. Penebar Swadaya: Jakarta. Ganong, W.F. 2003. Fisiologi Kedokteran. Edisi 20. penerjemah: D. Widjajakusumah. EGC Penerbit Buku Kedokteran: Jakarta. Guyton, A.C. dan J. E. Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta. Mustika, R., 2010. Khasiat Ekstrak Kulit Kayu Mahoni (Swietenia macrophylla King) sebagai Pencegah Hiperkolesterolemia. [abstrak]. Bogor: Departemen Biokimia FMIPA IPB. Rifdah, S., 2012. Pahami, Waspadai, Cegah dan
7
Musnahkan Cable Book.
Kolesterol.
Klaten:
Soeharto, I. 2004. Serangan Jantung dan Stroke Hubungannya dengan Lemak & Kolesterol. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. Suwandi, D., C. Sugiarto dan Fenny. 2013. Perbandingan Hasil Pemeriksaan Kadar Kolesterol Total Metode Electrode-Based Biosensor Dengan Metode Spektrofotometri. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Bandung.
Norvegicus) Jantan Galur Wistar. Skripsi. Universitas Tanjungpura Pontianak. Yahya, H. M. dan B. T. W. Wiryanta 2005. Khasiat dan Manfaat Buah Merah, Si Emas dari Papua. AgroMedia: Jakarta.
Syarkiah. L. E. Fitri. A. Pudjirahayu. 2008. Pengaruh Pemberian Minyak Buah Merah (Pandanus conoideus oil) Terhadap Pembentukan Foam Cell Pada Aorta Tikus Galur Wistar (Rattus norvegicus) dengan Diet Aterogenik. Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol. 24 (1). 1-9 Tjay, T.H. & K. Raharja. 2007. Obat-obat Penting. Edisi ke-6. Cetakan Pertama. PT. Elex Media Komputindo: Jakarta. Veronita, V. 2014. Uji Efek Ekstrak Etanol 70% Daun Bawang Kucai (Allium Tuberosum Rottl. Ex Spreng) Terhadap Kadar Kolesterol Total Pada Tikus Putih (Rattus
8