TUGAS AKHIR Analisa Perencanaan Bahan Baku Berdasarkan Sistem Material Requirement Planning (MRP) pada PT. Rohm and Haas Indonesia Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1)
Disusun Oleh : Nama NIM Program Studi
: Jasorman Sinaga : 41605120059 : Teknik Industri
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2007
LEMBAR PERNYATAAN LEMBAR PENGESAHAN
Nama : NPM : NIRM : Jurusan : Yang bertanda tangan di bawah Pembimbing : ini, Judul : Nama : Jasorman Sinaga N.I.M : 41605120059 PANITIA UJIAN Jurusan : Tehnik Industri Fakultas : Tehnologi Industri Judul Skripsi : Analisa Perencanaan Bahan Baku Berdasarkan Sistem Material Requirement Planning pada PT. Rohm and Haas NO. NAMA KEDUDUKAN Indonesia Dengan ini menyatakan bahwa hasil penulisan Skripsi yang telah saya buat ini merupakan hasil karya sendiri dan benar keasliannya kecuali pada bagian yang Tanggal Lulus: disebutkan sumbernya. Demikian, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak dipaksakan.
Mengetahui Pembimbing
Koordinator Sidang Sarjana Penulis,
(
)
(
) Materai Rp.6000
[
]
LEMBAR PENGESAHAN
Analisa Perencanaan Bahan Baku Berdasarkan Sistem Material Requirement Planning pada PT. Rohm and Haas Indonesia
Disusun Oleh : Nama NIM Jurusan
Pembimbing
(Ir. Mohamad Kholil, MT)
: Jasorman Sinaga : 41605120059 : Teknik Industri
Mengetahui Koordinator TA / KaProdi
(Ir. Mohamad Kholil, MT)
LEMBAR PERSETUJUAN
Analisa Perencannaan Bahan Baku Berdasarkan Sistem Material Requirement Planning pada PT. Rohm and Haas Indonesia
Disusun Oleh : Nama NIM Jurusan Fakultas
: Jasorman Sinaga : 41605120059 : Teknik Industri : Tehnologi Industri
Pembimbing
(Ir. Muhammad Kholil, MT)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala berkat dan bimbingannya penulis dapat menyelesaikan penulisan Tugas Akhir ini dengan baik. Judul yang penulis angkat adalah : “ Analisa Pemesanan Bahan Baku Menurut Sistem Material Requirement Planning (MRP) pada PT. Rohm and Haas Indonesia.
Tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk menguji sejauh mana saya mengerti tentang system Material Requirement Planning dan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan kesarjanaan pada Universitas Mercu Buana (UMB) Jakarta.
Pada kesempatan ini juga penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang setulustulusnya kepada semua pihak yang sudah membantu hingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini, Yaitu : 1.
Bapak Ir. Muhammad Kholil, MT selaku dosen pembimbing dan ketua jurusan Fakultas Tehnologi Industri, Tehnik Industri Universitas Mercu Buana
2.
Para Dosen Fakultas Tehnik Industri Universitas Mercu Buana khususnya yang mengajar di kampus Menteng
3. Orang tua tercinta yang segenap hati memberikan dukungan doa 4. Rekan-rekan yang telah membantu penulisan Tugas Akhir ini.
5.
Penulis menyadari ketidak sempurnaan penulisan Tugas Akhir ini. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran yang konstruktif demi peningkatan pengetahuan penulis.
Akhir kata penulis haturkan terimakasih semoga Tuhan Akhir ini dapat berguna bagi semua pihak yang membutuhkan.
Cilegon, Mei 2007
Penulis
ABSTRAKSI
Analisa Pemesanan Bahan Baku Menurut Sistem Material Requirement Planning (MRP) pada PT. Rohm and Haas Indonesia
Produksi utama dari PT. Rohm and Haas Indonesia adalah Acrylic Emulsi. Di Indonesia ada beberapa perusahaan yang bergerak dibidang yang sama. Oleh karena itu persaingan semakin ketat dimana pelanggan akan memilih pemasok yang dapat memenuhi kebutuhan mereka dengan cepat dan tepat dalam hal waktu dan harga yang bersaing. Bahan baku merupakan komponen paling utama dalam pembuatan suatu produk. Untuk itu manajemen persediaan bahan baku merupakan suatu hal yang sangat penting. Material Requirement Planning (MRP) adalah suatu system yang sudah terbukti sangat tepat dalam menjawab permasalahan pegolahan bahan baku. Dengan system ini manajemen yang dalam hal ini adalah bagian purchasing atau pembelian bahan baku dapat merencanakan dengan tepat dengan jumlah, waktu yang paling ekonomis. Dalam penentuan pemesanan metode ini berpatokan kepada Jadwal Induk Produksi (JIP). Dalam metode ini semua data sangat terintegrasi dimana semua bagian terkait merupakan input untuk menghasilkan data MRP yang benar. Pada kesempatan ini penulis mengangkat penerapan MRP pada produk L-90D0 yang merupakan salah satu produk yang dibuat. Penulis menggunakan data forecast serta Jadwal Induk Produksi yang sudah tersedia dari perusahaan dan hanya menterjemahkan kepada kebutuhan bahan baku yang dituangkan dalam laporan MRP dengan menggunakan tehnik lotting.
DAFTAR ISI
Judul ..............................................................................................................................
i
Lembar Pernyataan
......................................................................................................
ii
Lembar Pengesahan ......................................................................................................
iii
Lembar Persetujuan ......................................................................................................
iv
Kata Pengantar
............................................................................................................
v
.........................................................................................................................
vi
.......................................................................................................................
vii
Abstrak Daftar isi
Daftar Gambar
.............................................................................................................
Daftar Tabel ...................................................................................................................
BAB I
viii ix
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ...........................................................................................
1
1.2 Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................................
3
1.3 Pembatasan Masalah ..................................................................................................
4
1.4 Metode Penelitian ........................................................................................................ 5 1.5 Sistematika Penulisan .................................................................................................. 5
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Teori Peramalan ........................................................................................................... 8 2.1.1 Manfaat Peramalan ....................................................................................... 10
- vii -
2.1.2 Peramalan dan Horizon Waktu
.................................................................... 11
2.1.3 Metode-Metode Dalam Peramalan ............................................................... 12 2.1.3.1 Peramalan Subyektif ...................................................................... 12 2.1.3.2 Peramalan Obyektif
...................................................................... 13
2.1.3.3 Peramalan Kuantitatif .................................................................... 15 2.1.3.3.1 Simple Moving Avarage .................................................. 15 2.1.3.3.2 Weighted Moving Avarage ............................................. 16 2.1.3.3.3 Exponential Smoothing .................................................. 16 2.1.3.3.4 Exponential dengan unsure trend liner ............................ 16 2.1.3.3.5 Exponential dengan unsure musiman ………………….. 16 2.1.3.3.6 Metode Regresi Linier ………………………………… 17 2.1.3.3.7 Metode Regresi Kuadratik ……………………………. 17 2.1.4 Ketepatan Memilih Metode Peramalan …………………………………... 18 2.1.5 Verifikasi dan Pengendalian Peramalan ……………………………….. 18 2.1.5.1 Peta Moving Range ……………………………………………. 19 2.2 Material Requirement Planning (Perencanaan Kebutuhan Material) ………………... 19 2.2.1 Kemampuan yang menjadi ciri utama MRP ................................................ 20 2.2.2 Input sistem MRP ………………………………………………………… 21 2.2.3 Output system MRP ………………………………………………………. 22 2.2.4 Langkah-langkah proses pengolahan MRP ……………………………….. 23
- vii -
BAB III
METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH
3.1 Metodologi Penelitian
…………………………………………………………........ 28
3.2 Kerangka Pemecahan Masalah ………………………………………………....….... 29
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1 Pengumpulan Data ....................................................................................................... 31 4.1.1 Sejarah dan Perkembangan perusahaan ........................................................ 31 4.1.2 Struktur Organisasi ..................................................................................... 32 4.2 Data Permintaan Aktual ……………………………………………………….......... 34 4.3 Data Perencanaan Produksi ………………………………………………………..... 35 4.3.1 Data jam kerja dan hari kerja ........................................................................ 35 4.3.2 Data biaya bahan baku. ………………………………………………........ 37 4.3.3 Data Jumlah Karyawan ................................................................................ 38 4.3.4 Data Kapasitas produksi .............................................................................. 39 4.3.5 Data Biaya produksi ....................................................................................
39
4.3.6 Data biaya pesan .......................................................................................... 39 4.3.7 Data Biaya Simpan ……………………………………………………….. 39 4.4 Data Perencanaan Kebutuhan Material .................................................................. 41 4.4.1 Data struktur produk (Bill Of Material) …………………………………… 41 4.4.2 Data persediaan dan leadtime bahan baku …………………………….…… 45 4.4.3 Data status komponen ..................................................................................... 47
- vii -
4.5 Proses Produksi ..................................................................................................... 47
BAB V ANALISA PEMBAHASAN 5.1 Perencanaan Kebutuhan Material ................................................................................. 48 5.5.1 Jadwal Induk Produksi .................................................................................. 48 5.5.2 Perhitungan Kebutuhan Bersih (Netting) ...................................................... 49 5.5.3 Penentuan Waktu Pemesanan (Offsetting) .................................................... 50 5.5.4 Perhitungan untuk level dibawahnya (exploding) ......................................... 50 5.5.5 Penentuan ukuran pemesanan (lotting) .......................................................... 50 5.5.6 Perbandingan total biaya dari keseluruhan metode lotting ............................ 54 5.5.7 MRP Report ................................................................................................... 54
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan .................................................................................................................. 56 6.2 Saran ............................................................................................................................ 57
LAMPIRAN ....................................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................
- vii -
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Contoh Perhitungan Netting.............................................................................. Tabel 2.2 Contoh Perhitungan Offsetting.......................................................................... Tabel 2.3 Contoh Perhitungan Exploding pada level nol.................................................. Tabel 2.4 Contoh Perhitungan Exploding pada level satu ................................................ Tabel 4.1 Data Permintaan Aktual .................................................................................... Tabel 4.2 Sistem Jam Kerja .............................................................................................. Tabel 4.3 Data Hari Kerja ................................................................................................ Tabel 4.4 Data Biaya Bahan Baku per 1 unit (1 Batch ) produk ...................................... Tabel 4.5 Biaya simpan .................................................................................................... Tabel 4.6 Daftar Penggunaan Material (bill of Material) ................................................. Tabel 4.7 jumlah persediaan bahan baku, lead time per 1 batch ……………………….. Tabel 5.1 Jadwal Induk Produksi produk L-90D ............................................................. Tabel 5.2 Perhitungan Netting untuk semua bahan baku ................................................. Tabel 5.3 Perhitungan Offsetting untuk semua bahan baku ............................................. Tabel 5.4 Perhitungan Exploding untuk semua bahan baku ............................................. Tabel 5.5.1 Perhitungan Lotting dengan menggunakan metode FOQ ............................ Tabel 5.5.2 Perhitungan Lotting dengan menggunakan metode EOQ ............................ Tabel 5.5.3 Perhitungan Lotting dengan menggunakan metode LFL ............................ Tabel 5.5.4 Perhitungan Lotting dengan menggunakan metode FPR ............................
- vii -
Tabel 5.5.5 Perhitungan Lotting dengan menggunakan metode POQ ............................ Tabel 5.6 Perbandingan total biaya dari keseluruhan metode lotting ..............................
- vii -
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Kerangka Pemecahan Masalah ............................................................ Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. Rohm and Haas Indonesia ............................. Gambar 4.2 Struktur Produk untuk L-90D ..............................................................
- vii -
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Persaingan merupakan suatu kondisi yang umum terjadi hampir disemua bidang usaha baik jasa maupun industri. Hampir tidak ada yang monopoli, disamping itu permintaan yang kadang sangat tidak menentu yang menyebabkan persaingan diantara manufaktur semakin ketat. Oleh karena itu sistem pengolahan atau manajemen bahan baku memegang peranan yang sangat penting dimana pembuatan produk sangat tergantung pada ketersediaan bahan baku. Persediaan bahan baku yang terlalu sedikit justru dapat menimbulkan masalah yang berpotensi kepada pemutusan pemesanan dari pada pihak pelanggan karena pihak manufaktur tidak bisa menyanggupi jumlah dan tanggal permintaan. Sebaliknya persediaan bahan baku yang berlebihan justru akan menimbulkan biaya atau cost bagi perusahaan itu sendiri dimana hal ini tentunya sangat menganggu kondisi keuangan atau cash flow dari perusahaan.
PT. Rohm and Haas Indonesia adalah sebuah perusahaan Multi National yang berkantor pusat di Philadelphia, USA dan bergerak dalam bidang Chemical Manufactur. Sebagai salah satu
-1-
chemical manufaktur PT. Rohm and Haas Indonesia sangat concern dengan pemenuhan kebutuhan pelanggan sekaligus persediaan bahan baku.
PT. Rohm and Haas Indonesia sudah menggunakan sistem SAP ERP dimana salah satu metode pengolahan bahan bakunya adalah metode Material Planning Requirement (MRP). Pada metode ini Jadwal Induk Produksi atau Mass Production Schedule akan diterjemahkan kepada perencanaan tentang kebutuhan bahan baku atau Raw Material yang akan dibutuhkan untuk pembuatan produk yang sudah dijadwalkan pada MPS tersebut. Penerapan perencanaan kebutuhan bahan baku dengan mengunakan metode MRP dengan baik akan membantu perusahaan untuk mampu melakukan kegiatan produksi secara optimal dan akhirnya dapat memenuhi keinginan pelanggan dengan baik.
Pemasok atau sumber dari pada bahan baku yang dipakai pada pembuatan produk L-90D ini sebagian besar didatangkan dari luar negeri atau import dari berbagai Negara didunia termasuk Asia, Eropa dan Amerika. Untuk menjawab permintaan produk yang sangat fluktuatif maka kembali system MRP merupakan salah satu alat atau tools dalam rangka pemantauan persediaan bahan baku.
Secara ringkas, berikut ini adalah tujuan dari Material Requirement Planning : 1. Mengurangi persediaan. Artinya dengan system MRP ini kita dapat menentukan kebutuhan persediaan pada saat yang tepat. Artinya menentukan secara tepat kapan suatu pekerjaan harus diselesaikan
-2-
atau kapan material harus tersedia untuk memenuhi permintaan atas produk akhir yang sudah direncanakan pada Master Production Schedule 2. Membentuk kebutuhan minimal untuk setiap item. Dengan diketahuinya kebutuhan akan finished goods, MRP dapat menentukan secara tepat system penjadwalan (berdasarkan prioritas) untuk memenuhi semua kebutuhan minimal setiap item komponen. 3. Menetukan implementasi rencana pemesanan. Memberikan indikasi kapan pemesanan, penjadwalan ulang atau pembatalan terhadap pesanan harus dilakukan, baik pemesanan yang dari luar maupun dibuat sendiri. 4.
Menentukan penjadwalan ulang atau pembatalan atas suatu jadwal yang sudah direncanakan. Apabila kapasitas yang ada tidak mampu memenuhi pesanan yang dijadwalkan pada waktu yang diinginkan. Maka MRP dapat memberikan indikasi untuk melakukan rencana penjadwalan ulang dengan menentukan prioritas pesanan yang realistis.
1.2 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penulisan karya tulis ini diantaranya : Untuk mengetahui dan memahami lebih dalam mengenai sistem Material Requirement Planning
-3-
Adapun manfaat dari penulisan karya tulis ini antara lain : a. Supaya penulis mampu merumuskan suatu penerapan sistem manajemen Material Requirement Planning b. Penulis mencoba untuk menganalisa sekaligus melihat tentang system pemesanan bahan baku dengan system MRP.
1.3 Pembatasan Masalah Untuk menghindari segala kerancuan dan penyimpangan dalam penulisan karya tulis ini yang dapat membiaskan permasalahan yang diangkat serta dalam pengumpulan data dapat tepat mengenai sasaran maka harus dilakukan pembatasan masalah yang ada yaitu : a.
Produk yang dianalisa adalah perencanaan bahan baku untuk pembuatan L-90D
b.
Aspek manajemen produksi dan pengendalian yang dianalisa adalah langsung pada perencanaan kebutuhan bahan baku atau raw material yang menghasilkan MRP report.
c.
Data-data mengenai forecast dan Jadwal Induk Produksi sudah disediakan oleh perusahaan
d. Data-data yang dikeluarkan pihak perusahaan dianggap valid dan tetap selama penelitian. e. Harga dari bahan baku, ongkos pesan, dan biaya penyimpanan diasumsikan tetap selama kurun waktu perencanaan f.
Pengambilan data dilakukan satu tahun mulai dari 1 januari 2006 sampai 31 desember 2006
-4-
1.4 Metode Penenelitian
Dalam menyelesaikan tugas akhir ini penulis memilih metode pemecahan masalah yang digunakan : a. Study Kepustakaan (library search). Tehnik pegumpulan data dengan cara membaca buku, catatan, diktat kuliah serta artikel yang berhubungan dengan system pengendalian dan perencanan pemesanan bahan baku. b. Penelitian Lapangan (Filed Research). Metode ini terbagi 2 yaitu : b.1 Metode Obervasi lapangan (Pengamatan). Merupakan proses pengamatan langsung kelokasi kejadian. Metode ini lebih objektif karena hasil yang didapat teratur dan sesua dengan sistem yang berlaku b.2 Wawancara. Wawancara dilakukan dengan berkomunikasi langsung dan tanya jawab dengan pihak yang terlibat dalam masalah perencanaan dan pemesanan bahan baku b.3 Tehnik pendekatan kualitatif, dimana penulis mengadakan penelitian secara langsung kepada proses yang ada sehingga mengetahui dengan jelas permasalahan yang ada.
1.5 Sistematika Penulisan
Penulis akan menyusun sistematika penulisan sebagai abstraksi dari isi karya ilmiah ini untuk lebih memudahkan pembaca dalam memahami isinya. Sistematika penulisan disusun sebagai berikut :
-5-
BAB I. Pendahuluan Bab ini merupakan uraian tentang latar belakang masalah yang menjadi fokus penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta tehnik pengumpulan data dan sistematika penulisan.
BAB II. Landasan Teori Bab ini menguraikan tentang teori-teori yang dijadikan sebagai landasan atau dasar untuk pemecahan masalah
BAB III. Metodologi Pemecahan Masalah Menguraikan langkah-langkah dan pendekatan yang dilakukan untuk memecahkan masalah berdasarkan metode yang ada
BAB IV. Pengumpulan dan Pengolahan Data Menguraikan data-data yang diperlukan untuk mencapai tujuan penelitian serta pengolahan terhadap data data yang diperoleh dalam rangka pembuatan perencanaan kebutuhan material.
BAB V. Analisa Pembahasan Pada bab ini berisi analisa terhadap hasil pengolahan data yang telah dilakukan berkaitan dengan metode perhitungan yang digunakan dalam pengolahan data.
-6-
BAB VI. Kesimpulan dan Saran Dalam bab ini penulis akan menyajikan suatu kesimpulan yang didapat dari hasil analisa dari pembahasan yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya dan memberikan saran-saran yang mungkin dapat diterapkan dan berguna bagi perusahaan dimasa yang akan datang.
-7-
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Teori Peramalan (forecasting) Peramalan (forecasting) adalah proses untuk memperkirakan jumlah kebutuhan dimasa yang akan datang, yaitu kebutuhan yang meliputi kebutuhan dalam ukuran kuantitas, kualitas, waktu dan lokasi yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi permintaan barang ataupun jasa. Walaupun untuk perubahan permintaan (demand) yang relatif kecil, peramalan msaih dibutuhkan terlebih pada perubahan permintaan yang sangat besar atau fluktuatif dimana pasar (market) bersifat kompleks dan sangat dinamis. Permintaan (demand) sangat bersifat kompleks dan dinamis karena dipengaruhi oleh beberapa keadaan seperti : -
Sosial
-
Ekonomi
-
Politik
-
Aspek tehnologi
-
Produk pesaing dan produk substitusi
-
Rencana atau perilaku konsumen
-8-
-
Siklus hidup produk
-
Siklus bisnis
-
Iklan
-
Sales effort
-
Reputasi
-
Desain produk
-
Kebijaksanaan kredit
-
Kualitas
Oleh karena itu peramalan yang akurat merupakan suatu informasi yang sangat dibutuhkan dalam pengambilan keputusan manajemen. Dari beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan diatas, penulis akan meguraikan lebih lanjut tentang beberapa faktor yaitu Siklus bisnis dan siklus hidup produk.
Siklus bisnis. Penjualan produk akan dipengaruhi oleh permintaan akan produk tersebut dan permintaan suatu produk dipengaruhi oleh kondisi ekonomi yang membentuk siklus bisnis dengan fase-fase inflasi, resesi, depresi dan masa pemulihan. Siklus hidup produk (life cycle product). Siklus hidup suatu produk biasanya mengikuti suatu pola yang biasa disebut kurva S. kurva S menggambarkan besarnya permintaan terhadap waktu dimana siklus hidup suatu produk dibagi menjadi 4 fase yaitu : -
Fase pengenalan (introductions)
-
Fase pertumbuhan (Growth)
-
Fase kematangan (Maturity)
-9-
-
Fase penurunan (Decline)
Untuk menjaga kelangsungan usaha dan menghindari fase decline, maka perlu dilakukan inovasi produk pada saat yang tepat.
Dalam sebuah perusahaan, system peramalan harus memiliki hubungan atau link dengan peramalan yang dibuat oleh masing-masing bagian. Jika peramalan ingin berhasil, maka harus diperhatikan adanya saling ketergantungan diantara bagian-bagian tersebut. Contohnya, permalan penjualan harus terkait dengan peramalan anggaran, pengeluaran operasi, cash flow, persediaan bahan, harga dan lain-lain.
2.1.1 Manfaat Peramalan Manfaat peramalan pada perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur adalah : a. Untuk menentukan penjadwalan pembuatan produk sesuai dengan jangka waktu yang diperlukan dengan menggunakan segala sumber daya yang ada b. Merencanakan penjadwalan pembelian bahan baku yang dibutuhkan oleh produk yang akan dibuat dengan jumlah, waktu, harga serta kualitas yang tepat c. Merencanakan jadwal lanjutan baik terhadap produk yang akan dihasilkan maupun perencanaan pembelianbahan baku d. Melakukan penjadwalan ulang bila diperlukan terhadap rencana yang sudah diramalkan sebelumnya terhadap produk maupun bahan baku Dalam mengambil suatu keputusan (decision) bisnis, seorang manajer tentu membutuhkan berbagai informasi. Oleh karena itu seorang manajer perlu melakukan peramalan pada beberapa
- 10 -
bidang penting seperti sudah diuraikan diatas yaitu : perkembangan tehnologi, ekonomi, sosila, politik dan demand. Pada bidang Perencanaan dan Pengendalian Produksi (PPC), peramalan difokuskan pada peramalan permintaan (demand) pada level agregat atau product family. Peramalan permintaan merupakan tingkat permintaan produk-produk yang diharapkan akan terealisir untuk jangka waktu tertentu pada masa yang akan dating. Peramalan permintaan ini akan menjadi masukan yang sangat penting dalam keputusan perencanaan dan pengendalian perusahaan karena bagian operasional produksi bertanggung jawab terhadap pembuatan produk yang dibutuhkan konsumen. Maka keputusan operasi produksi sangat dipengaruhi oleh hasil peramalan permintaan. Peramalan permintaan ini digunakan untuk meramalkan permintaan dari produk yang bersifat bebas (independent) seperti peramalan produk jadi (finished products).
2.1.2 Peramalan dan horizon waktu (time horizon) Horizon waktu berarti waktu periode yang ditentukan dalam melakukan forecasting atau peramalan tersebut. Dalam hubungannya dengan horizon waktu peramalan, peramalan (forecasting) dapat diklasifikasikan dalam 3 kelompok yaitu : 1.
Peramalan jangka panjang (long terms forecasting). Umumnya dalam peramalan jangka panjang ini waktu yang diramalkan adalah 2 sampai 10 tahun. Peramalan ini biasanya digunakan untuk merencanakan produk dan sumber daya.
2. Peramalan jangka menengah (medium terms forecasting). Umumnya dalam peramalan jangka panjang ini waktu yang diramalkan adalah 1 sampai 24 bulan. Peramalan ini biasanya digunakan untuk merencanakan aliran kas, perencanaan produksi dan penentuan anggaran.
- 11 -
3.
Peramalan jangka pendek (short terms forecasting). Umumnya dalam peramalan jangka panjang ini waktu yang diramalkan adalah 1 sampai 3 bulan. Peramalan ini juga sering disebut 3 month rolling forecasting. Peramalan ini biasanya digunakan untuk merencanakan jadwal kerja dimana perlu tidaknya lembur dan keputusan-keputusan control jangka pendek lain.
2.1.3 Metode-metode dalam peramalan Secara umum peramalan diklasifikasikan menjadi 2 yaitu : 1. Peramalan yang bersifat subyektif (kualitatif) 2. Peramalan yang bersifat obyektif (kuantitatif)
2.1.3.1 Peramalan subyektif Pada peramalan subyektif lebih menekankan kepada keputusan hasil diskusi, pendapat pribadi seseorang dan institusi yang meskipun kelihatannya kurang ilmiah tetapi dapat memberikan hasil yang baik. Beberapa contoh dari pada peramalan obyektif : a. Metode Delphi Metode ini merupakan cara sistematis untuk mendapatkan keputusan bersama dari suatu grup yang terdiri dari para ahli dan berasal dari disiplin ilmu yang berbeda. Grup ini tidak bertemu secara bersamaan dalam suatu forum untuk berdiskusi tetapi pendapat mereka diminta secara terpisah dan tidak boleh saling berunding. Hal ini dilakukan untuk menghindari pendapat yang bias karena pengaruh kelompok. Pendapat yang berbeda secara significant dari ahli yang lain dalam grup akan ditanyakan kembali kepada yang bersangkutan. Metode delphi ini dipakai
- 12 -
dalam peramalan teknologi yang sudah digunakan pada pengoperasian jangka panjang. Selain itu, metode ini juga bermanfaat dalam hal : -
Pengembangan produk baru
-
Pengembangan kapasistas produksi
-
Penerobosan ke segmen pasar baru
-
Strategi keputusan bisnis lainnya
b. Metode Penelitian Pasar. Metode ini mengumpulkan dan menganalisa fakta secara otomatis pada bidang yang berhubungan dengan pemasaran. Salah satu tehnik utama dalam penelitian pasar adalah survei konsumen. Informasi ini didapat dengan cara membuat kuisioner, telepon atau wawancara langsung. Dari hasil penelitian pasar ini kadang-kadang juga dipakai sebagai dasar peramalan permintaan produk baru.
2.1.3.2 Peramalan Oyektif Peramalan obyektif merupakan peramalan yang mengikuti aturan matematis dan statistik dalam menunjukkan hubungan antara permintaan dengan satu atau lebih variabel yang mempengaruhinya. Selain itu peramalan obyektif juga mengasumsikan bahwa tingkat keeratan dan hubungan antara variabel-variabel bebas dengan permintaan yang terjadi pada masa lalu akan berulang juga pada masa yang akan datang. Metode ini sangat cocok untuk peramalan jangka pendek pada kegiatan produksi dimana rangka pengendalian produksi dan pengendalian bahan baku seringkali perusahaan melibatkan item yang berbeda. Metode obyektif terbagi atas 2 metode yaitu : Metode Intrinsik dan Metode Ekstrinsik.
- 13 -
a.
Metode Intrinsik (deret berkala/time series). Metode ini membuat peramalan hanya berdasarkan proyeksi permintaan historis tanpa mempertimbangkan faktor-faktor eksternal yang mungkin mempengaruhi besarnya permintaan. Metode ini hanya cocok untuk peramalan jangka pendek pada kegiatan produksi, dimana dalam rangka pengendalian produksi dan pengendalian persediaan bahan baku seringkali perusahaan melibatkan banyak item yang berbeda. Metode intrinsik akan diwaliki oleh analis deret waktu.
Pada metode ini terdapat 4 komponen yang sangat mempengaruhi : 1. Trend atau kecenderungan (T) Trend atau kecenderungan merupakan sifat dari permintaan dimasa lalu terhadap waktu terjadinya, apakah permintaan tersebut cenderung naik, turun atau konstan. 2. Siklus atau cycle (C). Permintaan atau demand suatu produk dapat memiliki siklus yang berulang secara periodik biasanya lebih dari satu tahun, sehingga pola ini tidak perlu dimasukkan dalam peramalan jangka pendek. Pola ini dapat berguna untuk peramalan jangka menengah dan jangka panjang. 3.
Pola musiman atau season (S). Permintaan suatu produk umumnya fluktuatif tapi biasanya naik turun disekitar garis trend dan berulang setiap tahun. Pola ini biasanya disebabkan oleh faktor cuaca, musim libur panjang dan hari raya besar keagamaan yang berulang secara periodik setiap tahunnya.
4. Variasi acak atau random ( R ). Permintaan suatu produk dapat mengikuti pola bervariasi secara acak karena faktor-faktor adanya bencana alam, bangkrutnya perusahaan pesaing atau competitor, promosi khusus, dan kejadian-kejadian
- 14 -
lainnya yang tidak mempunyai pola tertentu. Variasi acak ini diperlukan rangka menentukan persediaan pengaman untuk mengantisipasi kekurangan persediaan bila terjadi lonjakan permintaan. b. Metode Ekstrinsik (metode kuantitatif regrese atau causal) Dalam metode ini mempertimbangkan faktor-faktor eksternal yang mungkin dapat mempengaruhi besarnya permintaan dimasa dating dalam model peramalannya. Metode ini lebih cocok untuk peramalan jangka panjag atau long term forecasting krena dapat menunjukkan hubungan sebab akibat yang jelas dalam hasil peramalannya sehingga disebut metode causal dan dapat memprediksi titik-titik perubahan.
Metode ini mempunya
kelemahan yaitu mahalnya biaya applikasi, sulitnya menyediakan informasi perubahan faktor eksternal yang terukur. Metode ekstrinsik banyak dipakai untuk peramalan pada tingkat agregat. Metode ini akan diwakili oleh metode regresi.
2.1.3.3 Metode Peramalan kuantitatif. Ada beberapa tehnik metode peramalan kuantitatif. Yaitu : 2.1.3.3.1
Metode rata-rata bergerak sederhana (simple moving avarage).
Moving average diperoleh dengan merata-rata permintaan berdasarkan beberapa data masa lalu yang terbaru. Tujuan utama dari penggunaan tehnik moving average ini adalah untuk mengurangi atau menghilangkan variasi acak dalam permintaan dalam hubungannya dengan waktu. Tujuan ini dicapai dengan merata-rata beberapa nilai data secara bersama-sama dengan menggunakan rata-rata tersebut sebagai ramalan permintaan untuk periode yang akan datang.
- 15 -
Disebut rata-rata bergerak karena begitu setiap data actual permintaan baru deret waktu tersedia, maka data waktu actual permintaan yang paling terdalulu akan dikeluarkan dari perhitungan.
2.1.3.3.2
Metode rata-rata bergerak dengan pembobotan (Weighted Moving Avarage WMA)
Karena pada MA sederhana setiap data dianggap memiliki bobot yang sama, padahal lebih masuk akal bila data yang lebih baru akan memiliki bobot yang lebih tinggi karena data tersebut mempresentasikan kondisi terkahir yang terjadi. Kelemahan tersebut akan diatasi dengan menggunakan tehnik WMA. 2.1.3.3.3
Pemulusan Exponential Smoothing
Tehnik Exponential Smoothing ini diharapkan dapat mengatasi kelemahan tehnik moving average dalam hal kebutuhan data-data masa lalu yang cukup banyak. Metode ini memuluskan pengaruh random dalam suatu deret waktu, dan memberikan pembobotan yang lebih tinggi daripada data yang lebih baru dan pembobotan yang lebih rendah untuk data yang lebih lama. 2.1.3.3.4 Pemulusan Exponential dengan unsure Trend Linier
Tehnik moving average dan exponential smoothing sederhana seperti yang telah dijelaskan didepan, hanya dapat diterakan bila data yang digunakan stationer. Bila data permintaan bersifat musiman dan memiliki trend atau kecenderungan maka dapat diselesaikan dengan salah satu metode ES yang biasa disebut dengan metode Winter.
- 16 -
Metode winter didasarkan atas tiga persamaan pemulusan yaitu 1. Persamaan untuk unsur stationer 2. Persamaan untuk penyesuaian trend 3. Persamaan untuk penyesuaian musiman. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa pemulusan exponential tungal ini akan selalu mengikuti setiap trend data yang sebenarnya karena yang dapat dilakukan hanyalah mengatur ramalan yang akan datang dengan suatu prosentase kesalahan yang terakhir. 2.1.3.3.5
Pemulusan exponential dengan unsur musiman
Pola-pola pada permintaan musiman merupakan karakteristik dari beberapa rangkaian permintaan seperti peningkatan permintaan bahan-bahan sembako pada musim lebaran atau peningkatan permintaan payung pada saat musim penghujan.
2.1.3.3.6
Metode Regresi Liner
Dalam suatu metode regresi, suatu model perlu dispesifikasikan sebelum melakukan pengumpulan data dan hasil analisanya. Contoh yang paling sederhana dari metode regresi ini adalah regresi linier sederhana dengan variabel pengaruh tunggal. Analisa regresi bertujuan untuk meminimalisasi persamaan kesalahan diatas dengan memilih nilai a dan b yang sesuai.
2.1.3.3.7
Metode Regresi Kuadratik
Peramalan ini juga digunakan untuk pola data dengan kecenderungan berbentuk kuadratik dari tiap periodenya.
- 17 -
2.1.4. Ketepatan memilih metode peramalan Ketepatan dalam memilih metode yang nantinya akan digunakan dalam peramalan sangatlah penting. Dan itu semua berhungan dengan accuracy dari metode yang kita gunakan. Untuk mengukur akurasi dari metode yang kita pergunakan dapat menggunakan metode statistic standard. Beberapa metode statistic yang digunakan untuk mengukur akurasi dari peramalan tersebut adalah : a. MAE/MAD (Mean Absolute Error or Deviation ) Nilai Kesalahan Absolut b. MSE/MSD (Mean Square Error or Deviation ) Nilai Tengah Kesalahan Kuadrat c. MFE (Mean Forecast Error). 4.
MAPE (Mean Absolute Percentage Error). MAPE merupakan ukuran kesalahan
relarif.
2.1.5 Verifikasi dan Pengendalian Peramalan Verifikasi peramalan merupakan langkah yang sangat penting dibuat setelah melakukan peramalan sehingga hasil dari peramalan tersebut benar-benar mencerminkan data dimasa lalu dan system sebab akibat yang mendasari permintaan tersebut. Sepanjang aktualisasi peramalan tersebut dapat dipercaya, hasil peramalan akan terus digunakan jika selama proses verifikasi tersebut ditemukan keraguan validitas metode peramalan yang digunakan, maka harus menggunakan metode lain yang lebih sesuai dimana validitas ditentukan dengan uji statistika yang sesuai.
- 18 -
Ada beberapa alat yang dapat digunakan untuk memverifikasi
peramalan dan
mendeteksi perubahan system sebab akibat yang melatar belakangi perubahan pola permintaan bentuk yang paling sederhana adalah peta control peramalan yang mirip dengan peta control kualitas.
2.1.5.1 Peta Moving Range Peta Moving Range dirancang untuk membandingkan nilai permintaan actual dengan nilai peramalan pada periode yang sama. Peta tersebut akan dikembangkan sampai pada periode yang akan datang hingga dapat membandingkan data permintaan actual dengan data peramalan. Peta Moving Range ini juga dapat digunakan sebagai verifikasi tehnik dan parameter peramalan selama periode dasar atau periode pada saat menghitung peramalan. Langkah pertama yang harus dilakukan sebelum melakukan pengujian adalah mencari nilai moving range (MR), kemudian di plot pada peta control yang telah diketahui batas-batas kontrolnya.
2.2 Material Requirement Planning (Perencanaan Kebutuhan Material) MRP adalah prosedur logis, aturan keputusan dan tehnik pencatatan terkomputerisasi yang dirancang untuk menterjemahkan jadwal induk produksi atau MPS (Master Production Scheduling) menjadi kebutuhan bersih atau Net Requirement untuk semua item atau komponen. MRP mempunyai tiga fungsi utama yaitu : 1. Mengontrol tingkat inventory 2. Penugasan komponen berdasarkan urutan prioritas
- 19 -
3. Penentuan capacity requirement (kebutuhan kapasitas) pada tingkat yang lebih detil dari setiap proses perencanaan pada rough-cut capacity requirement.
Sistem MRP ( Perencanaan Kebutuhan Material) digunakan untuk membantu perusahaan manufaktur mengatasi kebutuhan akan item-item dependent secara lebih baik dan efisien. Selain itu system MRP didisain untuk melepaskan pesanan-pesanan dalam produksi dan pembelian untuk mengatur aliran atau flow bahan baku atau raw material dan persediaan dalam proses sehingga dapat memenuhi jadwal induk produksi untuk produk akhir. Hal ini memungkinkan perusahan untuk memelihara tingkar minimum dari item-item yang kebutuhannya dependent tetapi dapat menjamin terpenuhinya jadwal induk produksi untuk produk akhir.
2.2.1 Kemampuan yang menjadi ciri utama MRP ada 4, yaitu : a. Mampu menentukan kebutuhan pada saat yang tepat. Menentukan secara tepat kapan suatu pekerjaan harus selesai atau material harus tersedia untuk memenuhi permintaan atas produk akhir yang sudah direncanakan dalam jadwal induk produksi. b. Membentuk kebutuhan minimal setiap item. Dengan diketahuinya kebutuhan akan produk akhir, MRP dapat menentukan secara tepat system penjadwalan (prioritas) untuk memenuhi semua kebutuhan minimal setiap item c. Menentukan pelaksanaan rencana pemesanan. Memberikan indikasi kapan pemesanan atau pembatalan harus dilakukan. Pemesanan perlu dilakukan lewat pembelian atau dibuat di pabrik sendiri. d.
Menetukan penjadwalan ulang atau pembatalan atas suatu jadwal yang sudah
- 20 -
direncanakan. Apabila kapasitas yang ada tidak mampu memenuhi pesanan yang dijadwalkan pada waktu yang diinginkan, maka MRP dapat memberikan indikasi untuk melakukan rencana penjadwalan ulang jika mungkin dengan menentukan prioritas pesanan yang realistis. Jika penjadwalan ulang ini masih tidak memungkinkan untuk memenuhi pesanan, maka pembatalan atas suatu pesanan harus dilakukan.
2.2.2 Input sistem MRP. Ada 3 yang menjadi input dari sistem material requirement planning (MRP) yaitu : a. Jadwal Induk Produksi atau Master Production Scheduling (MPS) Jadwal Induk Produksi didasarkan pada peramalan atas permintaan independent (Independent demand) dari setiap produk akhir yang akan dibuat. Hasil peramalan (sebagai perencanaan jangka panjang) dipakai untuk membuat rencana produksi agregat (sebagai perencanaan jangka sedang) yang pada akhirnya dibuat dibuat rencana detail (jangka pendek) yang menentukan jumlah produksi yang dibutuhkan untuk setiap produk akhir beserta periode waktu untuk suatu jangka perencanaan. Jadwal induk produksi merupakan proses alokasi untuk membuat sejumlah produk yang diinginkan dengan memperhatikan kapasitas yang dipunyai seperti pekerja, mesin dan bahan. b. Catatan keadaan persediaan Catatan keadaan persediaan menggambarkan status semua item yang ada dalam persediaan. Setiap item persediaan harus didefinisikan untuk menjaga agar perencanaan tidak mengalami kekeliruan. Pencatatan itu harus dijaga agar tetap up to date, dengan selalu melakukan pencatatan atas transaksi-transaksi yang terjadi, seperti penerimaan, pengeluaran, produk gagal
- 21 -
dan lain sebagainya. Catatan persediaan juga harus berisi tentang waktu ancang-ancang, tehnik ukuran lot yang digunakan, persediaan cadangan dan catatan-catatan penting lainnya dari semua item.
c. Struktur produk atau Bill of Material (BOM) Stuktur produk berisi informasi tentang hubungan antara komponen-komponen dalam suatu perakitan. Informasi ini sangat penting dalam penentuan kebutuhan kotor dan kebutuhan bersih. Lebih jauh lagi, struktur produk memberikan informasi tentang semua item, seperti nomor material atau item, jumlah yang dibutuhkan pada setiap perakitan, jumlah produk akhir yang harus dibuat.
2.2.3 Output system MRP Beberapa output system mrp adalah : 1. Catatan tentang pesanan penjadwalan yang harus dilakukan atau direncanakan, baik dari pabrik sendiri maupun dari pemasok atau supplier. 2. Indikasi Penjadwalan ulang atau pembatalan pembelian 3. Indikasi untuk pembatalan atas pesanan 4. Indikasi untuk keadaan persediaan Output dari MRP dapat pula disebu sebagai suatu alat yang merupakan tindakan atas pengendalian persediaan dan penjadwalan produksi.
- 22 -
2.2.4 Langkah-langkah proses pengolahan MRP Setelah semua data input yang dibutuhkan untuk proses MRP sudah dilengkapi maka dapat dilakukan proses dasar pengolahan MRP. Ada 4 langkah dasar pengolahan MRP yaitu : 1. Netting (perhitungan kebutuhan bersih) Netting merupakan proses perhitungan kebutuhan bersih suatu item untuk setiap periode yang tercakup dalam horizon perencanaan. Kebutuhan bersih dapat dihitung sebagai nilai kebutuhan kotor dikurangi jadwal penerimaan dikurangi persediaan ditangan atau on hand. Berikut ini adalah contoh perhitungan netting . Tabel 2.1. Perhitungan Netting
Nama Material
: L-90D
Level
:0
Kode Material
: 10077777
Prosentasi
: 1/1
Lead Time
:0
Deskripsi
Periode 0
KK
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
406,440 338,700 406,440 338,700 338,700 338,700 338,700 338,700 338,700 270,960 270,960 237,090
PD KB
406,440 338,700 406,440 338,700 338,700 338,700 338,700 338,700 338,700 270,960 270,960 237,090
RP
KK : Kebutuhan Bersih, PD : Persediaan Ditangan, KB : Kebutuhan Bersih, RP : Rencana Pembelian
- 23 -
2. Offsetting (Penentuan Waktu Pemesanan) Offsetting merupakan suatu proses penentuan saat pemesanan untuk memenuhi kebutuhan. Rencana pemesanan didapat dengan memperhitungkan lead time item tersebut. Misalnya apabila leadtime sebesar satu periode, maka rencana pemesanan dilakukan suatu periode kedepan. Berikut contoh perhitungan Offsetting. Tabel 2.2 Perhitungan Offsetting Nama Material
: B-18
Level
:1
Kode Material
: 10077458
Prosentasi
: 1/0.387
Lead Time
:1 Periode
Deskripsi
0
KK PD
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
157,292 131,077 157,292 131,077 131,077 131,077 131,077 131,077 131,077 104,862 104,862 91,754 40,000
KB RP
1 0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
117,292 131,077 157,292 131,077 131,077 131,077 131,077 131,077 131,077 104,862 104,862 91,754 117,292 131,077 157,292 131,077 131,077 131,077 131,077 131,077 131,077 104,862 104,862
91,754
3. Exploding Explosion merupakan proses perhitungan ketiga langkah diatas yaitu Netting, Lotting dan offsetting untuk item yang berada pada level dibawahnya. Sebagai contoh hasil perhitungan yang telah dilakukan merupakan perhitungan untuk level 0. Selanjutnya akan dihitung untuk suatu item pada level 1 dan demikian seterusnya untuk level dibawahnya. Berikut ini contoh perhitungan exploding pada level nol dan level satu dengan menggunakan lotting lot for lot.
- 24 -
Tabel 2.3 Perhitungan Exploding pada level 0 Tabel 5.4 Perhitungan Exploding Nama Material Kode Material Lead Time
: L-90D : 10077777 :0
Level Prosentasi
Deskripsi 0 KK PD KB RP
1 406,440 0 406,440 406,440
2 338,700 0 338,700 338,700
3 406,440 0 406,440 406,440
4 338,700 0 338,700 338,700
5 338,700 0 338,700 338,700
Periode 6 338,700 0 338,700 338,700
:0 : 1/1
7 8 9 338,700 338,700 338,700 0 0 0 338,700 338,700 338,700 338,700 338,700 338,700
10 270,960 0 270,960 270,960
11 270,960 0 270,960 270,960
12 237,090 0 237,090 237,090
Tabel 2.4 Perhitungan Exploding pada level 1 Nama Material Kode Material Lead Time
Deskripsi KK PD KB RP
: B-18 : 10077458 :1
0 40,000 117,292
1 157,292 0 117,292 131,077
Level Prosentasi
2 131,077 0 131,077 157,292
3 157,292 0 157,292 131,077
4 131,077 0 131,077 131,077
5 131,077 0 131,077 131,077
Periode 6 131,077 0 131,077 131,077
7 131,077 0 131,077 131,077
:1 : 1/0.387
8 9 131,077 131,077 0 0 131,077 131,077 131,077 104,862
10 11 104,862 104,862 0 0 104,862 104,862 104,862 91,754
4. Lotting Lotting merupakan proses penentuan ukuran pesanan untuk memenuhi kebutuhan bersih beberapa periode sekaligus. Ada beberapa tehnik yang dapat digunakan dalam menentukan ukuran pesanan yang tetap, periode pemesanan yang tetap atau keseimbangan antara biaya pengadaan dengan biaya penyimpanan. Dalam tulisan ini terdapat lima macam jenis lotting yang akan digunakan : •
FOQ (Fix Order Quantity)
- 25 -
12 91,754 0 91,754
Metode ini menggunakan metode jumlah pemesanan yang tetap, dimana waktu jadwal pemesanan bisa tidak menentu karena pesanan baru akan dapat dilakukan bila pesanan sebelumnya akan segera habis.
•
EOQ (Economic Order Quantity)
Model yang paling sederhana ini memakai asumsi-asumsi sebagai berikut : -
Hanya satu item barang yang diperhitungkan
-
Kebutuhan atau permintaan setiap periode diketahui
-
Barang yang dipesan diasumsikan dapat segera tersedia (instaneously) atau tingkat produksi (production rate) barang yang dipesan berlimpah (tak terhingga)
-
Waktu pemesanan atau leadtime bersifat konstan
-
Setiap pesanan diterima sekali pengiriman dan langsung dapat digunakan
-
Tidak ada diskon untuk jumlah pembelian banyak (no quantity discount)
Tujuan dari model ini adalah untuk menentukan jumlah ekonomis setiap kali pemesanan sehingga meminimalisasikan biaya total. Bentuk umum persamaannya adalah sebagai berikut : Q=
2dc i
dimana : Q = Jumlah pemesanan yang ekonomis D = Kebutuhan pertahun C = ongkos pesan
- 26 -
I = ongkos simpan
•
Lot For Lot
Pemesanan lot for lot adalah pendekatan yang paling mudah dari semua tehnik ukuran lot. Jumlah yang dipesan besarnya sama dengan jumlah yang dibutuhkan dalam suatu periode. Pendekatan ini memperkecil biaya penyimpanan dan biasanya untuk jenis barang yang mahal.
•
Fix Periode Reqruitment (FPR)
Konsep ini menggunakan konsep pemesanan dengan interval tetap, tetapi jumlah yang dipesan bervariasi. Jumlah yang dipesan merupakan penjumlahan dari pada permintaan pada periodeperiode yang tercakup. Misalnya jika kebutuhan bersih dua periode telah ditetapkan, tehnik ini dapat memasukkan pesanan periode lainnya, kecuali saat kebutuhan bersih dalam suatu periode yang ditentukan sama dengan nol dapat memajukan interval pemesanan.
•
Periode Order Quantity (POR)
Metode FPR hampir sama dengan metode ini, tetapi pada metode POR interval pemesanan ditentukan oleh suatu perhitungan yang didasarkan pada logika EOQ klasik yang dimodifikasi hingga dapat digunakan pada permintaan yang berperiode waktu diskrit. Interval pemesanan tersebut dilakukan sebagai berikut : EOQ = ∑ periode x [
EOQ ------------------------∑ kebutuhan
- 27 -
]
BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH
3.1 Metodologi Penelitian Metodologi pemecahan masalah diperlukan untuk menentukan langkah-langkah sistematis yang harus diambil dalam penyelesaian masalah yang diangkat kerena metodologi penelitian yang baik dan benar juga akan pengolahan data yang baik. Metodologi yang digunakan dalam tulisan ini terbagi dua, yaitu : 1. Penelitian Lapangan (Filed Research) Penulis melakukan penelitian langsung ke lapangan untuk mengetahui secara langsung tentang proses yang ada di lokasi kejadian.Metode ini lebih objektif karena hasil yang didapat teratur dan sesuai dengan keadaan yang sedang berjalan. Metode ini terbagi menjadi dua : •
Metode observasi lapangan
•
Wawancara
Wawancara dilakukan dengan berkomunikasi langsung dan tanya jawab dengan pihak yang terlibat
langsung
dengan
proses
Material
requirement
planning
planner/schedule, pembelian (purchasing) serta proses engineering.
- 28 -
yaitu,
warehouse,
Data yang diperoleh dalam metode ini berupa data Bill of Material, lead time, stock material, jam kerja karyawan serta keadaan system yang sedang berjalan pada PT. Rohm and Haas Indonesia. 2. Study Kepustakaan Metode ini adalah dengan cara mendapatkan referensi dari beberapa buku, catatan, diktat kuliah atau modul kuliah
serta artikel yang berhubungan dengan system perencanaan kebutuhan
material (material requirement planning).
3.2 Kerangka Pemecahan Masalah Skema dan langkah-langkah penyelesaian masalah yang akan penulis akan lakukan dapat terlihat pada skema dibawah ini. Aktual demand periode sebelumnya
Proses Forecasting/Persamalan
Bill of Material Perencanaan Produksi Jadwal Induk Produksi
Lead time
Perencanan Kebutuhan Material (Material Requirement Planning) Kebutuhan kotor Kebutuhan bersih Ukuran lot pesanan Rencana pemesanan
Data persediaan material
MRP Report
Gambar 3.1 Kerangka Pemecahan Masalah - 29 -
Dari skema diatas dapat dilihat bahwa pengolahan data mengalami tiga proses utama sebagai proses data input yaitu peramalan, perencanaan produksi dan perencanaan material untuk menghasilkan suatu data MRP. Namun seperti penulis uraikan pada bagian awal tulisan ini bahwa pembatasan masalah adalah langsung ke pada perencanaan bahan baku yang menghasilkan suatu data MRP.
Data input awal adalah data historis permintaan pada periode tahun sebelumnya yang sudah disediakan dari perusahaan, kemudian diproses dengan peramalan hingga menghasilkan data perencanaan permintaan yang sudah diberikan oleh perusahaan kemudian diolah dengan memasukkan kapasitas kemampuan produksi untuk menghasilkan data jadwal induk produksi. Yang mana data ini juga sudah diberikan oleh perusahaan. Dari Jadwal Induk Produksi maka proses selanjutnya adalah proses perencanaan kebutuhan material dan pada tahap proses inilah penulis mengambil fokus. Data lain yang diperlukan untuk pengolahan data pada proses ini adalah data stock material, lead time serta struktur produk.
- 30 -
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Sejarah dan Perkembangan perusahaan Seperti diuraikan dibagian depan tulisan ini bahwa PT. Rohm and Haas Indonesia adalah sebuah anak perusahaan dari Rohm and Haas Company yang ber kantor pusat di Philadelphia, Amerika serikat. Kantor dan pabrik Rohm and Haas sendiri terdapat hampir di setiap negara di dunia termasuk asia dan asia tenggara dimana Indonesia termasuk didalamnya. Seluruh pabrik Rohm and Haas didunia bergerak dalam bidang kimia manufaktur. PT. Rohm and Haas Indonesia sendiri berdiri pada tahun 1995 berlokasi di Kawasan Industri Krakatau Steel Cilegon, Banten. Kantor pusat berada di Jakarta beralamat di Gedung Graha Pratama, JL. MT. Haryono lt3, Jakarta Selatan. PT. Rohm and Haas Indonesia memproduksi bahan kimia dalam 3 kategori aplikasi : -
Paint and Coating
-
Consumer Industrial Service
-
Adheasive and Sealants
- 31 -
Dari tahun ke tahun produksi dan permintaan kepada PT. Rohm and Haas Indonesia semakin meningkat dengan semakin berkembangnya industri properti di dunia maupun sektor industri lain. Jumlah produk yang di produksi pada PT. Rohm and Haas Indonesia berjumlah sekitar 12 jenis produk yang tergolong kepada 3 kategori aplikasi tersebut diatas. Adapun jenis produk yang di produksi adalah sbb : 1. Untuk kategori Agrifunctional Coating : AC-261, AS-300, Ultra, PR-1088, Ultra E 2. Untuk kategori Adheasive and Sealant : PS-90, L-90D, E-1785, B-18 3. Untuk Kategori Consumer Industrial Service : A-445, A-445N, Acumer 9460 Pangsa pasar untuk ketiga group produk diatas adalah customer local dan export ke beberapa Negara di asia seperti Thailand, Singapore, Vietnam, Malaysia, India dan China.
4.1.2 Struktur Organisasi Struktur organisasi Rohm and Haas Company diseluruh dunia didasarkan pada struktur Divisional. PT. Rohm and Haas Indonesia merupakan divisi Agrifunctional Coating (AFC) bersama beberapa Rohm and Haas di negara lain. Berikut ini struktur organisasi PT. Rohm and Haas Indonesia :
- 32 -
Home Office (Philadelphia) Amerika serikat
Regional (Asia Pacific)
Country Manager
HR Supervisor
Finance Manager
Account Manager
Plant Manager
Production Manager
EHS Manager
Supply Chain Spv.
Lab Spv.
Process Engineer
Maintenance Spv.
Purchasing Spv.
Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. Rohm and Haas Indonesia
Selanjutnya, penulis mengelompokkan data yang ada dalam tulisan ini menjadi 2 kelompok yaitu :
- 33 -
1. Data primer Data primer adalah merupakan data yang langsung diperoleh dilapangan pada saat penelitian tanpa melalui perantara seperti data-data yang tersedia diperusahaan dan data yang didapat melalui wawancara langsung dengan pihak atau bagian yang terkait. 2. Data sekunder Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung seperti yang diperoleh dari bagian warehouse, marketing, personalia dan yang lain dimana data tersebut diperlukan untuk proses pengolahan data lebih lanjut dalam perencanaan kebutuhan bahan baku atau raw material.
4.2 Data Permintaan Aktual Sumber data permintaan aktual didapat dari bagian demand planner. Karena yang digunakan untuk peramalan dalam tulisan ini adalah metode kuantitatif, maka yang dibutuhkan adalah data penjulan actual periode sebelumnya untuk melakukan peramalan. Ada pun data permintaan pada PT. Rohm and Haas Indonesia dalam kurun waktu satu tahun dari Januari sampai Desember 2006 adalah sebagai berikut :
- 34 -
Tabel 4.1 Data Permintaan Aktual (Januari – Desember 2006)
Jumlah Periode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
Tahun
Permintaan
2006 2006 2006 2006 2006 2006 2006 2006 2006 2006 2006 2006
(Kg) 377806 381796 396388 348000 319880 362240 357760 314080 369560 250000 252160 205320
4.3 Data Perencanaan Produksi Dalam perencanaan produksi diperlukan beberapa data yaitu : 4.3.1
Data jam kerja dan hari kerja
Pada PT. Rohm and Haas Indonesia dalam menunjang produksinya menggunakan sistem shift. 3 shifts dilakukan dalam sehari sehingga pabrik beroperasi 24 jam sehari dan 7 hari seminggu. Hal ini dilakukan untuk dapat memenuhi permintaan dari para customer desesuaikan dengan kapasitas. Sistim produksi yang diterapkan pada perusahaan ini adalah sistim batch, dimana batch berikutnya akan dilakukan setelah batch sebelumnya selesai diproduksi.
- 35 -
Tabel 4.2 Sistem Jam Kerja
Hari Senin - Minggu Senin – Minggu Senin - Minggu
Jam
Jumlah Jam
Kerja/Shift 08.00 – 16:00 16:00 – 24:00 24:00 – 08:00
Kerja 8 8 8
Shift Shift - 1 Shift – 2 Shift – 3
Karyawan memiliki waktu istirahat 1 jam setiap shift nya. Namun untuk menjaga kelangsungan produksi, karyawan yang istirahat adalah bergantian dengan demikian mesin reaktor yang dipakai dalam produksi dapat berjalan terus menerus. Berikut ini adalah jumlah hari dan jam kerja perusahaan.
Tabel 4.3 Data Hari Kerja Periode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Total
Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
- 36 -
Tahun 2006 2006 2006 2006 2006 2006 2006 2006 2006 2006 2006 2006
Total Hari 29 28 31 30 31 30 31 30 31 27 30 30 358
4.3.2
Data biaya bahan baku.
Data bahan baku untuk seluruh Raw Material produk L-90D yang mana seluruh bahan bakunya adalah di beli baik dari luar negeri maupun dalam negeri kemudian di prosess. Perincian data bahan baku adalah sebagai berikut :
Tabel 4.4 Data Biaya Bahan Baku per 1 unit (1 Batch ) produk No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Kode Material 10002329 10071875 10077458 10077772 10079730 10082243 10001127 10002329 10041058 10071953 10072153 10077930 10178499 10001127 10002329 10041058 10071899 10071953 10071997 10072057 10072102 10072119 10077961 10079473 10178499 10182469
Nama Material DI Water Triton X-405 B-18 E-1785 Surfynol 420 Refine Minerals Oils Ethyl Acrylate DI Water Aqua Ammonia 25% Ammonium Persulphate Polysteb B-5 Glacial Methacrylate Acid Kathon LX 150 Ethyl Acrylate DI Water Aqua Ammonia 25% Glacial Acrylic Acid Ammonium Persulphate Dodesil Benzene Ferro Sulphate TBHP Sodium Sulfoxylate Metyl Methacrylate Soda Ash Dense Kathon LX 150 E-1476
Jumlah (kg) Harga/Kg 561.66 0.01 4.32 2.75 13115 1.20 19672 0.90 492 4.20 25.02 6.50 5000 2.10 18758.53 0.01 335 0.23 107.65 1.00 4.82 3.20 435 3.40 59 1.20 9114 2.10 8422.62 0.01 6.58 0.23 423 2.40 46.05 1.00 43.4 0.60 0.06 55.33 21.7 1.60 10.76 1.90 1062 2.40 16.23 0.67 39.6 1.20 665 1.40
Harga/batch 7.49 11.88 15,738.00 17,704.80 2,066.40 162.63 10,500.00 187.59 78.17 107.65 15.42 1,479.00 70.80 19,139.40 84.23 1.51 1,015.20 46.05 26.04 3.32 34.72 20.44 2,548.80 10.82 47.52 931.00 72,038.88
Maka total biaya yang dibutuhkan untuk membuat satu batch produk jadi L-90D dari tabel diatas adalah USD 72,038.88
- 37 -
4.3.3
Data Jumlah Karyawan
Untuk membuat produk ini dilakukan oleh 10 orang tenaga operator dan satu orang leader setiap shift nya.
4.3.4
Data Kapasitas produksi
Kapasitas produksi maksimum dihitung dari kecepatan proses untuk satu batch produksi yaitu 3.5 jam. Dengan target efisiensi sekitar 95% . Maka Kapasitas produksi maksimum per hari adalah sebesar 24 jam / (3.5 X 95%) = 7.218 Batch /hari
4.3.5
Data Biaya produksi
Data biaya produksi meliputi bahan baku, upah para pekerja, energi yang digunakan, spare part, maintenance, depresiasi dll. Biaya produksi = USD 100,000
4.3.6
Data biaya pesan
Sesuai dengan term pembelian bahwa semua bahan baku adalah delivered into store (DIS) dimana biaya pengiriman dan pengangkutan merupakan tanggung jawab pihak supplier, sehingga biaya pesan yang timbul hanyalah biaya telepon, internet, fax, dan faktur yang digunakan. Biaya ini sebesar USD1.5/pesan dan dianggap sama untuk semua pesanan.
- 38 -
4.3.7
Data Biaya Simpan
Biaya simpan ditetapkan sebesar 10% dari harga produk per batch per periode sehingga didapat tabel biaya simpan sebagai berikut :
- 39 -
Tabel 4.5 Biaya simpan Nama Material DI Water Triton X-405 B-18 E-1785 Surfynol 420 Refine Minerals Oils Ethyl Acrylate DI Water Aqua Ammonia 25% Ammonium Persulphate Polysteb B-5 Glacial Methacrylate Acid Kathon LX 150 Ethyl Acrylate DI Water Aqua Ammonia 25% Glacial Acrylic Acid Ammonium Persulphate Dodesil Benzene Ferro Sulphate TBHP Sodium Sulfoxylate Metyl Methacrylate Soda Ash Dense Kathon LX 150 E-1476
Jumlah (kg) Harga/Kg Harga/batch 561.66 4.32 13115 19672 492 25.02 5000 18758.53 335 107.65 4.82 435 59 9114 8422.62 6.58 423 46.05 43.4 0.06 21.7 10.76 1062 16.23 39.6 665 78441
0.01 2.75 1.20 0.90 4.20 6.50 2.10 0.01 0.23 1.00 3.20 3.40 1.20 2.10 0.01 0.23 2.40 1.00 0.60 55.33 1.60 1.90 2.40 0.67 1.20 1.40
Maka total biaya simpan adalah sebesar USD 0.073/kg
- 40 -
7 12 15,738 17,705 2,066 163 10,500 188 78 108 15 1,479 71 19,139 84 2 1,015 46 26 3 35 20 2,549 11 48 931
Biaya Simpan/batch 0.6 1.0 1,259.0 1,416.4 165.3 13.0 840.0 15.0 6.3 8.6 1.2 118.3 5.7 1,531.2 6.7 0.1 81.2 3.7 2.1 0.3 2.8 1.6 203.9 0.9 3.8 74.5 5,763.1 0.073471
4.4 Data Perencanaan Kebutuhan Material 4.4.1 Data struktur produk (Bill Of Material) Bill of Material menunjukkan berapa besarnya jumlah kebutuhan akan material untuk membuat satu batch produk L-90D yang ditunjukkan pada tingkatan struktur produk yang terakhir sebagai penjabaran (turunan) dari tingkatan-tingkatan diatasnya mulai dari produk jadi akhir (level 0) maka berikut ini diberikan data struktur produk (bill of material) untuk pembuatan produk yang dimaksud yaitu L-90D sebagai berikut:
- 41 -
Tabel 4.6 Daftar Penggunaan Material (bill of Material) Unit Produk No
L 9 0 D
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Kode Nama Material Material 10002329 DI Water 10071875 Triton X-405 10077458 B-18 10077772 E-1785 10079730 Surfynol 420 10082243 Refine Minerals Oils 10001127 Ethyl Acrylate 10002329 DI Water 10041058 Aqua Ammonia 25% 10071953 Ammonium Persulphate 10072153 Polysteb B-5 10077930 Glacial Methacrylate Acid 10178499 Kathon LX 150 10001127 Ethyl Acrylate 10002329 DI Water 10041058 Aqua Ammonia 25% 10071899 Glacial Acrylic Acid 10071953 Ammonium Persulphate 10071997 Dodesil Benzene 10072057 Ferro Sulphate 10072102 TBHP 10072119 Sodium Sulfoxylate 10077961 Metyl Methacrylate 10079473 Soda Ash Dense 10178499 Kathon LX 150 10182469 E-1476
- 42 -
Jumlah (kg) Level 561.66 4.32 13115 19672 492 25.02 5000 18758.53 335 107.65 4.82 435 59 9114 8422.62 6.58 423 46.05 43.4 0.06 21.7 10.76 1062 16.23 39.6 665
1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Sumber Beli Beli Buat Buat Beli Beli Beli Beli Beli Beli Beli Beli Beli Beli Beli Beli Beli Beli Beli Beli Beli Beli Beli Beli Beli Beli
L-90D
E-1785 10077772
B-18 10077458 10082243
10001127 10002329 10041058 10071953
10079730 10071875 10002329
10001127 10002329 10041058 10071953
10072153
10071997
10077930
10072057
10178499
10072102 10072119 10077961 10079473 10178499 10182469
Gambar 4.2 Struktur Produk untuk L-90D
- 43 -
Keterangan material code : Material code 10001127 10002329 10041058 10071899 10071953 10071997 10072057 10072102 10072119 10077961 10079473 10178499 10182469 10001127 10002329 10041058
Material Name Ethyl Acrylate DI Water Aqua Ammonia 25% Glacial Acrylic Acid Ammonium Persulphate Dodesil Benzene Ferro Sulphate TBHP Sodium Sulfoxylate Metyl Methacrylate Soda Ash Dense Kathon LX 150 E-1476
10077930 10178499
Ethyl Acrylate DI Water Aqua Ammonia 25% Ammonium Persulphate Polysteb B-5 Glacial Methacrylate Acid Kathon LX 150
10002329 10071875 10077458 10077772 10079730 10082243
DI Water Triton X-405 B-18 E-1785 Surfynol 420 Refine Minerals Oils
10071953 10072153
- 44 -
4.4.2
Data persediaan sebelum perencanaan dan leadtime bahan baku
Sehubungan dengan struktur bill of material pada produk ini bahwa semua bahan baku atau raw material berada pada level yang sama yaitu level nol, maka tidak ada perbandingan prosentasi kebutuhan bahan baku pada level diatasnya. Berikut ini data yang diberikan dalam pembuatan satu batch produksi :
- 45 -
Tabel 4.7 jumlah persediaan bahan baku, lead time per 1 batch Unit Produk No
L 9 0 D
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Kode Nama Material Material 10002329 DI Water 10071875 Triton X-405 10077458 B-18 10077772 E-1785 10079730 Surfynol 420 10082243 Refine Minerals Oils 10001127 Ethyl Acrylate 10002329 DI Water 10041058 Aqua Ammonia 25% 10071953 Ammonium Persulphate 10072153 Polysteb B-5 10077930 Glacial Methacrylate Acid 10178499 Kathon LX 150 10001127 Ethyl Acrylate 10002329 DI Water 10041058 Aqua Ammonia 25% 10071899 Glacial Acrylic Acid 10071953 Ammonium Persulphate 10071997 Dodesil Benzene 10072057 Ferro Sulphate 10072102 TBHP 10072119 Sodium Sulfoxylate 10077961 Metyl Methacrylate 10079473 Soda Ash Dense 10178499 Kathon LX 150 10182469 E-1476
- 46 -
Jumlah (kg) Level 561.66 4.32 13115 19672 492 25.02 5000 18758.53 335 107.65 4.82 435 59 9114 8422.62 6.58 423 46.05 43.4 0.06 21.7 10.76 1062 16.23 39.6 665
1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Stock Lead Time (kg) (periode) 10,000 1 100 1 40,000 1 40,000 1 4,000 1 700 2 60,000 1 100,000 1 4,000 1 2,000 2 50 1 18,000 2 2,000 2 300,000 1 100,000 1 100 1 18,000 2 2,000 1 1,000 1 0.5 1 1,000 2 500 1 60,000 2 500 1 1,000 2 2,000 1
4.4.3
Data status komponen
Untuk menunjang produksi ini PT. Rohm and Haas Indonesia membeli semua bahan baku baik yang dari lokal, import maupun diimport dari sister company yang ada diluar negeri seperti Taiwan, Amerika dll.
4.5 Proses Produksi Proses produksi pada PT. Rohm and Haas Indonesia memakai sistem ”Batch”. Seperti sudah diuraikan terdahulu bahwa jumlah produksi dalam satu hari bisa mencapai sampai 6 batch dengan waktu produksi (cycle time) per batch kurang lebih 4 jam. Satu bacth produksi untuk produk L-90D adalah 33870kg. Proses produksi melewati 3 proses yaitu M e t, Reactor dan Blend tank. Pada intinya proses produksi adalah pencampuran atau blending beberapa bahan kimia sebagai raw material yang menghasilkan produk jadi dalam bentuk liquid atau cair.
- 47 -
BAB V ANALISA PEMBAHASAN
5.1 Perencanaan Kebutuhan Material 5.5.1 Jadwal Induk Produksi Untuk membuat suatu Jadwal Induk Produksi perlu terlebih dahulu dibuat suatu perencanaan produksi secara menyeluruh (Production agregate planning). Kemudian dari perencanaan agregat inidilakukan disagregate untuk mendapatkan perencanaan yang lebih mendetail kedalam jenis-jenis produk yang lebih spesifik lagi yang nantinya disebut sebagi Jadwal Induk Produksi. Seperti diuraikan terdahulu bahwa dalam tulisan ini data agregat Jadwal Induk Produksi sudah disediakan oleh perusahaan dimana data ini yang penulis pakai untuk pengolahan selanjutnya. Adapun jadwal induk produksi untuk produk L-90D adalah sebagai berikut :
- 48 -
Tabel 5.1 Jadwal Induk Produksi produk L-90D Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
Tahun 2006 2006 2006 2006 2006 2006 2006 2006 2006 2006 2006 2006
Kebutuhan Kotor Jumlah Batch Jumlah Produksi 377,806 11.2 406,440 381,796 11.3 338,700 396,388 11.7 406,440 348,000 10.3 338,700 319,880 9.4 338,700 362,240 10.7 338,700 357,760 10.6 338,700 314,080 9.3 338,700 369,560 10.9 338,700 250,000 7.4 270,960 252,160 7.4 270,960 205,320 6.1 237,090 3,934,990 116 3,962,790
5.5.2 Perhitungan Kebutuhan Bersih (Netting) Setelah didapat jadwal induk produksi maka sesuai urutannya akan dilanjutkan dengan perhitungan kebutuhan bersih, dimana disini dibutuhkan data kebutuhan kotor dan data persediaan yang ada atau on hand stock. Untuk produk L-90D ini adalah sebagai item dengan level nol, kebutuhan kotor didapat dari hasil Jadwal Induk Produksi. Perhitungannya dapat dilihat pada lampiran tabel 5.2 untuk semua bahan baku. Jumlah Kebutuhan Kotor (KK) untuk level 1 atau level dibawah selanjutnya didapat dari Kebutuhan Bersih (KB) dari level 0 atau level sebelumnya dan waktu pemesanan mengacu pada Rencana Pemesanan (RP) level diatasnya. Kebutuhan bersih B-18 didapat dengan memperhatikan persediaan sebelumnya. Untuk mendapatkan kebutuhan bersih level dibawahnya, maka harus melalui proses lotting terlebih dahulu dan untuk menentukan ukuran pemesanan dan offsetting waktu rencana pemesanan yang
- 49 -
nantinya akan dibahas lebih lanjut. Data kebutuhan bersih untuk bahan baku yang lainnya dapat dilihat pada tabel.
5.5.3 Penentuan Waktu Pemesanan (Offsetting) Offsetting merupakan suatu proses penentuan saat pemesanan untuk memenuhi kebutuhan. Rencana pemesanan diperoleh dengan memperhatikan waktu ancang-ancang (lead time). Sebagai contoh telah ditentukan untuk bahan baku B-18 dengan lead time 1 periode, artinya pesanan terhadap B-18 dilakukan pada suatu waktu tertentu dan akan diterima pada periode berikutnya. Jika tehnik yang kita gunakan untuk bahan baku B-18 adalah metode EOQ, maka proses offsettingnya dapat dilihat pada tabel 5.3 untuk semua jenis bahan baku. Dari tabel didapat terlihat bahwa ukuran lot yang akan digunakan pada masing-masing periode harus dipesan satu periode sebelumnya.
5.5.4 Perhitungan untuk level dibawahnya (exploding) Exploding merupakan proses perhitungan ketiga langkah diatas untuk menentukan tingkat komponen yang lebih bawah sesuai dengan rencana pemesanan. Dalam proses exploding ini data mengenai struktur produk dan lead time sangat memegang peranan penting. Tabel 5.4 perhitungan exploding dengan metode EOQ untuk semua jenis bahan baku.
- 50 -
5.5.5 Penentuan ukuran pemesanan (lotting) Data-data yang diperlukan dalam penentuan ukuran pemesanan bahan baku ini adalah : -
Data kebutuhan bersih bahan baku hasil proses netting
-
Biaya pemesanan
-
Biaya simpan
Pada langkah lotting ini, metode lot size yang akan digunakan adalah : -
Fixed Order Quantity (FOQ)
-
Economic Order Quantity (EOQ)
-
Lot For Lot (LFL)
-
Fixed Peroid Requirement (FPR)
-
Periode Order Quantity (POQ)
Perhitungan dari ke lima metode lot sizing yang digunakan dalam menentukan ukuran pemesanan bahan baku akan di jelaskan secara detail pada tabel terlampir. Untuk data biaya seperti telah diuraikan terdahulu bahwa : Biaya pesan : USD1.5/pesan Biaya Simpan : USD0.073/kg. Mengacu kepada ketetapan ini juga akan dihitung total biaya pada perhitungan lotting.
- Metode Fixed Order Quantity (FOQ) Metode fixed order quantity adalah metode dimana jumlah pesanan pada setiap kali pemesanan adalah sama. Tabel 5.5.1 adalah perhitungan Lotting dengan menggunakan metode FOQ pada semua jenis bahan baku.
- 51 -
- Metode Economic Order Quantity (EOQ) Perhitungan lotting pada metode ini dengan penggunaan kebutuhan bersih dihitung berdasarkan rata-rata kebutuhan per tahun (d) dengan rumus sebagai berikut :
EOQ =
2dc / I
Dimana : EOQ = Economic Order Quantity D
: Penggunaan rata-rata pertahun
C
: Biaya pesan
I
: Biaya simpan
Sebelumnya diketahui d = 2,575,841/12 = 214653.4 Maka : EOQ =
2 X 214653.4 X 1.5 /0.073
EOQ = 3684kg, untuk produk L-90D Jumlah kebutuhan kotor merupkan kelipatan dari pada EOQ, bila terdapat sisa akan menjadi persediaan pada periode tersebut dengan ikut memperhitungkan persediaan selanjutnya.
- 52 -
Pada periode selanjutnya dilakukan perhitungan yang sama dengan menggunakan kelipatan daripada EOQ yang terkecil. Hasil perhitungannya dapat dilihat pada tabel Tabel 5.5.2 Lotting dengan menggunakan metode EOQ untuk semua jenis bahan baku.
-
Metode Lot For Lot (LFL)
Pada metode Lot for Lot, jumlah pesanan yang akan di pesan (ukuran lot) akan selalu sama jumlahnya dengan jumlah kebutuhan bersih yang diperlukan. Tabel 5.5.3 merupakan perhitungan Lotting dengan menggunakan metode Lot for Lot pada semua jenis bahan baku.
-
Metode Fix Periode Requirement (FPR)
Metode penetapan ukuran lot dengan metode FPR dilakukan berdasarkan pada periode waktu tertentu. Pada tulisan ini periode pemesanan ditetapkan sebanyak 2 periode, maka hasil perhitungannya terdapat pada tabel 5.5.4 lotting dengan metode FPR untuk semua jenis bahan baku.
-
Metode Periode Order Quantity (POQ)
Metode POQ sering juga disebut sebagai siklus waktu pemesanan ekonomis. Metode ini sangat identik dengan metode FPR hanya interval pemesanan di hitung memakai logika metode EOQ. Perhitungan besarnya periode pemesanan dihitung dengan rumus :
POQ = Σ periode X (EOQ/ jumlah kebutuhan) Dari data pada perhitungan tehnik EOQ, diketahui :
- 53 -
EOQ : 3684kg Jumlah periode : 12 Jumlah kebutuhan : 2,575,841kg Maka, POQ = 12 X (3684/2,575,841) = 0,0003357 Dari perhitungan angka diatas dapat diketahui bahwa interval waktu pemesanan lot dilakukan setiap periode. Tabel 5.5.5 adalah lotting dengan metode POQ pada semua jenis bahan baku.
5.5.6 Perbandingan total biaya dari keseluruhan metode lotting. Pada table 5.6 terlampir didapat perbandingan total biaya dari ke 5 tehnik lot size yang dipakai dalam tulisan ini. Dari tabel dapat dilihat bahwa biaya terkecil hampir selalu ada pada metode LFL atau POQ, hal ini karena pada metode ini ongkos simpan sangat kecil dikarenakan jumlah persediaan yang sangat kecil.
5.5.7 MRP Report Proses terakhir untuk mendapatkan data akan kebutuhan raw material adalah pembuatan MRP report. Laporan ini merupakan laporan secara menyeluruh akan kebutuhan bahan baku untuk produk L-90D. MRP report ini berisikan tentang : -
Kebutuhan Bersih akan bahan baku (KB)
-
Status persediaan di tangan (PD)
-
Waktu ancang-ancang (LT)
- 54 -
-
Ukuran pemesanan (UL)
-
Rencana pemesanan (RP)
Semua informasi untuk setiap jenis bahan baku yang disebutkan diatas akan didapatkan pada laporan MRP . Pada proses perhitungannya material yang diperlukan adalah jumlah ideal. Masalah yang sering dihadapi adalah terutama ”rush order” atau pesanan yang datang diluar forecast yang sudah dibuat dalam waktu yang relatif singkat. Walau tidak sering terjadi tapi dapat mempengaruhi sistem secara langsung. Pada perhitungan MRP report, penulis hanya memakai tehnik lot sizing yang total biaya nya paling sedikit sesuai data yang didapat pada perhitungan lot sizing dengan ke 5 tehnik lot sizing yang di pakai.
- 55 -
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan Dari pengolahan data dan hasil analisa yang sudah dilakukan maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan antara lain : 1. Tehnik lotting yang direkomendasikan adalah metode EOQ (Economic Order Quantity) karena total biaya yang timbul lebih kecil dibanding dengan tehnik lottting yang lain walaupun untuk beberapa raw material biaya terkecil dapat dijumpai dengan menggunakan tehnik lot for lot ataupun fix periode requirement (FPR) maupun POQ. 2. Data struktur produk dan catatan status persediaan sangat berpengaruh kepada proses perencenaan kebutuhan material
- 56 -
3. Jumlah persediaan seharusnya dapat dikontrol dengan baik sehingga tidak berada pada level yang berlebih karena dapat menimbulkan cost biaya simpan yang besar yang pada akhirnya membuat total biaya semakin besar. 4. Angka-angka pada MRP report adalah angka ideal yang pada pelaksanaan dilapangan harus disesuaikan dengan beberapa hal seperti minimum order barang. 5. Untuk menghindari persediaan bahan baku yang negative dan berlebih maka diharapkan tahap perencanaan dapat di lakukan se akurat mungkin sehingga tidak menimbulkan biaya yang tidak perlu terjadi atau kehilangan kesempatan memenuhi kebutuhan pelanggan.
6.2 Saran 1. Penerapan sistem ini sebaiknya didukung oleh semua pihak dalam perusahaan terlebih dari
pihak top manajemen dan semua pihak yang terkait dalam perusahaan termasuk
penyediaan tenaga kerja yang terampil dibidangnya serta fasilitas pendukung lainnya. 2. Tehnik Economic Order Quantity (EOQ) dapat digunakan untuk mengitung dan merencanakan kebutuhan raw material yang lain yang dibutuhkan untuk membuat produk yang lain.
- 57 -
DAFTAR PUSTAKA
1. Arman Hakim Nasution, Manajemen Industri, Edisi I, Andi, Yogyakarta, 2006 2. Arman Hakim Nasution, Perencanaan dan Pengendalian Produksi, Edisi I, Guna Widya, Surabaya 2003 3. Sukanto Reksohadiprodjo, Dr, Prof, Indriyo Gitosudarmo, M.Com, Drs, Manajemen Industri, Edisi 4, BPFE, Yogyakarta, 1992