TUGAS AKHIR ANALISA OPTIMASI BIAYA DAN WAKTU PADA PROYEK LANJUTAN TAHAP III PEMBANGUNAN GEDUNG FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI(FTIF) ITS Disusun Oleh: I MADE JULI ADI ARTA NRP. 3106 100 701
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan laporan minggu ke 12, proyek seharusnya sudah diselesaikan 33,936%, namun pada kenyataannya proyek hanya selesai 28,576%, hal ini berarti bahwa proyek mengalami keterlambatan 5,360% PV(Planned Value) = 33,936% x 5.108.108.000,00 = Rp 1.733.487.531,00
EV(Earned Value)
= 28,576% x 5.108.108.000,00 = Rp 1.459.692.942,00
SV(Schedule Varian)= EV - PV = Rp - 273.794.589,00
Dari nilai SV yang kurang dari nol dapat diketahui bahwa proyek mengalami keterlambatan
Perlu ada optimasi antara biaya langsung dan biaya tidak langsung sehingga total biaya penyelesaian proyek minimum.
1.2 Permasalahan
Berapa total waktu dan biaya optimum penyelesaian proyek setelah dilakukan percepatan?
Mana yang lebih menguntungkan antara melakukan percepatan penyelesaian proyek dibandingkan dengan membayar denda akibat keterlambatan?
1.3 Maksud dan Tujuan • Mengetahui total waktu dan biaya optimum penyelesaian proyek setelah dilakukan percepatan. • Mengetahui mana yang lebih menguntungkan antara melakukan percepatan penyelesaian proyek dibandingkan dengan membayar denda akibat keterlambatan.
1.4 Batasan Masalah
Pecepatan dilakukan pada item-item pekerjaan tertentu yang berada di lintasan kritis dan beberapa pekerjaan yang memungkinkan untuk dipercepat
Penghitungan harga bahan dan upah pekerja menggunakan harga bahan dan upah milik kontraktor pelaksana PT.CIPTA MANDIRI CIPTA
Percepatan dilakukan dengan penambahan jumlah tenaga kerja, jam kerja, serta kombinasi antara penambahan jumlah peralatan dan jam kerja serta digunakan metode penjadwalan PDM (Precedence Diagram Method) dalam pembuatan network diagram.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Analisa Pertukaran Waktu Dan Biaya (TCTO) 2.1.1 Cara mempercepat durasi proyek/crashing
Penambahan jumlah tenaga kerja
Penjadwalan kerja lembur
Penambahan peralatan
Perubahan metode konstruksi di lapangan
Pemilihan sumber daya yang berkualitas
2.1.2 Hubungan waktu dan biaya pelaksanaan proyek
Grafik Hubungan Total Biaya Proyek, Biaya Langsung,Tak Langsung Dan Optimal (Sumber: Soeharto, 1997)
2.1.2 Hubungan waktu dan biaya pelaksanaan proyek Untuk menganalisis lebih lanjut hubungan antara biaya dan waktu suatu kegiatan, dipakai definisi berikut:
Kurun waktu normal(normal duration) Kurun waktu dipersingkat(crash duration).
Biaya normal(normal cost) Biaya untuk waktu dipersingkat(crash cost) Apabila waktu penyelesaian suatu aktivitas dipercepat, maka biaya
langsung akan bertambah besar sedangkan biaya tak langsung akan berkurang.
Pertambahan biaya langsung untuk mempercepat suatu aktivitas persatuan waktu disebut cost slope (Soeharto, 1997).
Cost slope =
Crash cos t Normal cos t Normal duration Crash duration
c t
2.1.2 Hubungan waktu dan biaya pelaksanaan proyek
Gambar 2.21 Hubungan Waktu-Biaya Normal Dan Dipersingkat Untuk Satu Kegiatan (Sumber: Soeharto, 1997)
Besarnya nilai crash cost dan crash duration diperoleh dari perhitungan yang tergantung dari produktivitas crash.
2.1.3 Pertukaran waktu dan biaya
Mempercepat penyelesaian suatu proyek adalah dengan melakukan kompresi durasi aktivitas
Kompresi dilakukan terlebih dahulu pada aktivitas yang mempunyai slope terendah dan berada pada lintasan kritis, kemudian dilanjutkan dengan aktivitas yang memiliki cost slope lebih besar dan berada pada lintasan kritis.
BAB III METODOLOGI
Latar Belakang Masalah
Pengumpulan Data: a. Schedule Proyek b. RAB Dan Analisa Harga Satuan c. Metode Pelaksanaan d. Gambar Proyek Menyusun Metode Preseden Diagram Dengan Lintasan Kritisnya Analisa a. Aktivitas Sisa Pekerjaan b. Normal Cost c. Normal Duration
Skenario Crashing Analisa a. Crash Duration b. Crash Cost c. Cost Slope
Waktu Dan Biaya Hasil Percepatan Ditambahkan Perhitungan Biaya Tak Langsung Grafik Waktu Dan Biaya
Menentukan Waktu dan Biaya Optimum Membandingkan Biaya Percepatan Dengan Besarnya Denda
Kesimpulan dan Saran
Gambar 3.1 Diagram Alir Metodologi
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
Analisa dan Pembahasan 4.1 Menyusun Metode Preseden Diagram Dengan Lintasan Kritisnya 4.1.1 Identifikasi aktivitas sisa pekerjaaan 4.1.2 Perhitungan produktivitas harian normal
4.1.3 Hubungan keterkaitan antar aktivitas 4.1.4 Membuat network diagram berdasarkan sisa pekerjaan Hasil network planning durasi sisa pekerjaan adalah 76 hari dengan lintasan kritis AG-AH-AI-AO-AT-AV sedangkan durasi untuk menyelesaikan aktivitas sebelumnya 79 hari. Jika dilihat dari schedule asli proyek, durasi total 150 hari, waktu yang tersedia untuk menyelesaikan sisa aktivitas adalah 71 hari dengan 10 hari untuk libur hari raya Idul Fitri sehingga sisa durasi dari schedule asli adalah 61 hari.
4.2 Menentukan Normal Cost Dan Normal Duration
4.3 Alternatif Percepatan/Scenario Crashing • Penambahan tenaga kerja • Penambahan jam kerja • Penambahan peralatan dan jam kerja
4.4 Produktivitas Harian Setelah Percepatan = Produktivitas harian normal x jml. gorup crashing Jumlah group normal Contoh perhitungan untuk alternatif percepatan: • Penambahan tenaga kerja: Aktivitas AG (Pekerjaan Beton) Jumlah regu yang bekerja
= 1 regu
Produktivitas awal
= 16 m3/hari
Jumlah regu yang ditambahkan= 1 regu Jumlah total regu
= 2 regu
Produktivitas setelah percepatan =
16 m3 / hari x 2 regu 1 regu
= 32 m3/hari
4.5 Penerapan Analisa Waktu dan Biaya 4.5.1Perhitungan crash cost dan crash duration • Crash Duration Crash duration =
Volume Produktivitas setelah percepatan
Contoh perhitungan crash duration: a. Penambahan tenaga kerja: Aktivitas AG (Pekerjaan Beton) Crash duration =
138,48 m3 32 m3 / hari
= 4,328 hari = 5 hari
Crash Cost - Biaya percepatan dengan menambah tenaga/regu pekerja Menyebabkan penambahan biaya untuk mobilisasi yaitu sebesar 15% dari biaya normal (NC) per hari. Aktivitas C (pasangan keramik) Volume = 1188.077 m2 Durasi normal = 12 hari Harga total bahan = Rp 81.984.017,66 Harga satuan pekerja = Rp 174.801.46 Normal cost upah/hari = Rp 17.480.146,00 Produktivitas normal/hari = 100 m2 Durasi setelah dipercepat = 8 hari Produktivitas setelah dipercepat/hari = 150 m2 Biaya percepatan perhari Mobilisasi = 15 % x Rp 17.480.146,00 = Rp 2.622.021,90 Biaya percepatan = 150 m2 x Rp 174.801.46 = Rp 26.220.219,00 Maka biaya percepatan per hari = Rp 2.622.021,90 + Rp 26.220.219,00 = Rp 28.842.240,90 Total biaya percepatan = Rp 81.984.017,66 + Rp 28.842.240,90 x8 hari = Rp 312.721.944,86
4.5.2 Perhitungan cost slope Cost slope =
Crash cos t Normal cos t Normal duration Crash duration
c t
4.5.3 Perhitungan biaya tak langsung proyek Biaya tak langsung ini dibedakan menjadi biaya tetap(fixed cost) dan biaya tidak tetap(variable cost). A. Biaya tetap(fixed cost) Tempat tinggal sementara tenaga kerja= Rp 7.000.000,00 B. Biaya tidak tetap(variable cost) I. Biaya Overhead Project Manager(1 orang) = Rp 4.500.000,00 Site Engineer(2 orang) = Rp 7.200.000,00 Pelaksana Sipil(1 orang) = Rp 2.500.000,00 Administrasi(1 orang) = Rp 1.800.000,00 Ahli Mekanikal(1 orang) = Rp 1.500.000,00 Juru Ukur(1 orang) = Rp 1.500.000,00 Telp,air,listrik transportasi dan biaya rapat lapangan = Rp 4.500.000,00
II. Biaya tak terduga
= Rp 20.432.432,00
III.Kontigensi
= Rp 102.162.160,00
Biaya per bulan = Rp 142.494.592,00 Biaya per hari = Rp 4.749.819,73
Biaya tak langsung seiring dengan bertambahnya waktu pelaksanaan proyek dapat ditulis dengan persamaan:
Biaya Tak Langsung = biaya tetap + (biaya tidak tetap per hari x durasi aktivitas) = Rp 7.000.000,00 + (Rp 4.749.819,73 x durasi aktivitas)
4.5.4 Analisa TCTO menggunakan program quantitative method for windows ( out put QM) 4.5.5 Perhitungan total biaya percepatan proyek Perhitungan biaya percepatan dengan penambahan jam kerja:
Pada saat durasi percepatan 67 hari Biaya langsung proyek = total biaya normal + crash cosh/hari = Rp 3.620.678.000 + Rp 11.855.090,00 = Rp 3.632.533.090,00 Biaya tidak langsung = biaya tetap + (biaya tidak tetap per hari x durasi aktivitas) = Rp 7.000.000,00+( Rp 4.749.819,73x67 hari) = Rp 325.237.921,91 Total biaya setelah percepatan = Rp 3.632.533.090,00 + Rp 325.237.921,91 = Rp 3.957.011,91
4.5.6 Perhitungan biaya dan waktu optimum proyek Setelah mengetahui besarnya biaya langsung, biaya tidak langsung dan biaya total proyek akibat ketiga alternatif percepatan, maka selanjutnya dibuat grafik hubungan antar ketiga biaya tersebut.
Gambar 4.1 Grafik Hubungan Biaya Dan Waktu Dengan Alternative Penambahan Tenaga Kerja
Gambar 4.2 Grafik Hubungan Biaya Dan Waktu Dengan Alternative Penambahan Jam Kerja
Gambar 4.3 Grafik Hubungan Biaya Dan Waktu Dengan Alternative Penambahan Peralatan Dan Jam Kerja
Dari Gambar 4.1 Grafik hubungan biaya dan waktu dengan alternative penambahan tenaga kerja diperoleh biaya dan waktu optimum aktivitas sisa sebesar Rp 3.951.041.078,91 dengan durasi percepatan 67 hari.
Dari Gambar 4.2 Grafik hubungan biaya dan waktu dengan alternative penambahan jam kerja diperoleh biaya dan waktu optimum aktivitas sisa sebesar Rp 3.957.771.011,91 dengan durasi percepatan 67 hari.
Dari Gambar 4.3 Grafik hubungan biaya dan waktu dengan alternative penambahan peralatan dan jam kerja diperoleh biaya dan waktu optimum aktivitas sisa sebesar Rp 3.931.827.662,99 dengan durasi percepatan 63 hari.
Dari ketiga biaya dan waktu optimum tersebut, maka dipilih biaya dan waktu optimum yang paling rendah yakni dengan alternative penambahan peralatan dan jam kerja sebesar Rp 3.931.827.662,99 dengan durasi percepatan 63 hari.
Perhitungan biaya percepatan dengan durasi optimum 63 hari Total biaya proyek setelah percepatan = Rp 3.931.827.662,99 Total biaya tidak langsung = Rp 7.000.000,00+( Rp 4.749.819,73x63 hari) = Rp 306.238.642,99 Total biaya pekerjaan eksisting = biaya normal + biaya tidak langsung = Rp 3,620,678,000.00 + Rp 306.238.642,99 = Rp 3.926.916.643,00 Biaya percepatan = total biaya proyek – total biaya pekerjaan eksisting = Rp 3.931.827.662,99 - Rp 3.926.916.643,00 = Rp 4.911.109,00 Perhitungan denda keterlambatan = durasi keterlambatan x nilai kontrak Rp 5.108.108.000,00 =2x 1000
1000
= Rp 10.216.216,00 Total biaya percepatan termasuk denda = biaya percepatan + denda keterlambatan = Rp 15.127.325,00
Jika proyek tidak dipercepat. Durasi pekerjaan sisa adalah 76 hari kerja dengan total durasi 165 hari, sehingga denda yang harus dibayarkan yaitu 15 hari keterlambatan. Perhitungan denda keterlambatan = durasi keterlambatan x nilai kontrak = 15 x
Rp 5.108.108.000,00 1000
= Rp 76.621.620,00
1000