Jurnal Teknik Sipil Universitas Syiah Kuala
ISSN 2088-9321 pp. 1- 10
TINJAUAN TINGKAT PELAYANAN SIMPANG BERSINYAL DENGAN METODE SHOCKWAVE (STUDI KASUS SP. JAMBO TAPE-BANDA ACEH) Renni Anggraini1, Noer Fadhly2, M.Yasin3 1,2) Staf Pengajar, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala Jl. Tgk. Syeh Abdurrauf No. 7, Darussalam Banda Aceh 23111, email:
[email protected] 3) Alumni, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala Jl. Tgk. Syeh Abdul Rauf No. 7, Darussalam Banda Aceh 23111 Abstract: Delay and queue in signalized intersection are often occurred due to the improper setting in the signal cycle, in particular during peak hour. As such, it may influence the level of service (LOS) of the intersection. Shockwave methode is commonly used to estimate delay and queue in intersection along with its LOS. In this research, we identified that particular case in one signalized intersection in Banda Aceh, known as Simpang Jambo Tape. Shock wave estimation was performed at two particular approaches, i.e. Jl. M. Daud Beureueh and Jl. T. Hasan Dek. The results showed that both approaches were stil able to serve traffic flow on a peak hour. Delay at Jl.. M. Daud Beureueh were 40,63 second/pcu and 41,13 second/pcu for lane I and lane II respectively. Accordingly, delay at Jl.. T. Hasan Dek showed similar results, 40,67 second/pcu and 43,65 second/pcu for lane I and lane II respectively. Based on the delay values, the LOS of both approaches were D. Keywords : signalized intersection, delay, queue, shockwave, level of service (LOS) Abstrak: Tundaan dan antrian yang timbul pada simpang bersinyal sering kali disebabkan oleh pengaturan waktu yang tidak tepat pada siklus lampu lintasnya, terutama pada jam puncak. Hal ini berpengaruh terhadap tingkat pelayanan pada persimpangan. Metode gelombang kejut sering digunakan untuk mengetahui tundaan dan antrian pada persimpangan, juga untuk mengetahui tingkat pelayanannya. Pada penelitian ini, ingin diketahui tundaan dan antrian yang terjadi pada salah satu simpang bersinyal di kota Banda Aceh, yaitu simpang Jambo Tape. Perhitungan gelombang kejut dilakukan pada dua lengan, yaitu pada Jl. M. Daud Beureueh dan Jl. T. Hasan Dek. Hasil yang diperoleh menunjukkan kedua lengan masih mampu melayani arus lalulintas pada jam puncak. Tundaan yang terjadi pada dua lajur Jl. M. Daud Beureueh adalah 40,63 dan 41,13 detik/smp. Hasil yang sama juga ditunjukkan pada kedua lajur Jl. T. Hasan Dek, yaitu 40,67 dan 43,65 detik/smp. Dengan demikian maka tingkat pelayanan pada kedua jalan tersebut adalah berada pada Tingkat Pelayanan D. Kata kunci : simpang bersinyal, tundaan, antrian, gelombang kejut, tingkat pelayanan
Pengaturan waktu siklus yang kurang tepat
masalah
pada
dapat
pentingnya pengaturan waktu siklus lampu
menimbulkan masalah, yaitu berupa tundaan
lalu lintas yang tepat untuk memberikan
yang cukup tinggi dan antrian yang cukup
kinerja persimpangan yang optimum.
persimpangan
bersinyal
panjang. Siklus yang ada pada salah satu lengan
simpang
tampak
memberikan
ini
terlihat
bahwa
betapa
Pada saat lampu lalu lintas menyala merah,
kendaraan
yang
memasuki
pelayanan yang memuaskan, tetapi pada
persimpangan yang awalnya dalam keadaan
lengan
terlihat seperti adanya
normal
akan
masalah, seperti antrian yang panjang. Dari
bahkan
berhenti
lainnya
mengurangi yang
kecepatannya
pada
akhirnya
Volume 1 Nomor 1, September 2011
- 1
Jurnal Teknik Sipil Universitas Syiah Kuala
menimbulkan antrian. Seterusnya pada saat
antrian yang cukup panjang kerap terjadi,
lampu lalu lintas menyala hijau, kendaraan
terutama
pada
yang
tentunya
sangat
antri
segera
bergerak
yang
saat
jam sibuk.Hal ini
mempengaruhi
tingkat
mengurangi panjang antrian bahkan sampai
pelayanan jalan dan persimpangan tersebut.
antrian habis. Dari keadaan ini terjadi
Dari
perubahan kecepatan yang mengakibatkan
kedua lengan simpang tersebut dengan
perubahan volume dan kerapatan kendaraan
pendekatan teori gelombang kejut.
pada lengan persimpangan, baik pada saat lampu
lalu
lintas
menyala
merah
maupun pada saat berubah menjadi hijau kembali. Batas perubahan kecepatan dalam ruang dan waktu inilah yang dikenal dengan istilah gelombang kejut (shockwave). Dengan gejala demikian, pendekatan teori gelombang
kejut
dapat
mengetahui
nilai
tundaan
pelayanan
masing-masing
dipakai
untuk
dan
tingkat
lengan
dari
persimpangan tersebut. Persimpangan Jambo Tape merupakan salah satu persimpangan bersinyal di kota Banda
Aceh
yang terdiri dari empat
lengan simpang, yaitu lengan simpang Jl. Syiah Kuala, lengan simpang Jl. M. Daud
penelitian ini
ingin diteliti kinerja
Kepadatan Lalu Lintas Menurut kepadatan
Bukhari, lalu-lintas
dkk (2004), adalah jumlah
kendaraan yang berada pada satu satuan panjang jalan pada saat tertentu dalam satu lajur. Secara tidak langsung kepadatan lalulintas mencerminkan jarak antara masingmasing kendaraan. Kepadatan lalu-lintas (density) dinyatakan dalam kendaraan/km. HCM (2000), menjelaskan bahwa mengukur kepadatan lalu-lintas di lapangan sangat sulit, sehingga kepadatan lalu-lintas dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :
D=
Dek dan lengan simpang Jl. M. Daud pada
inilah
KAJIAN PUSTAKA
Beureueh A, lengan simpang Jl. T. Hasan Beureueh B. Namun
kondisi
V ........................................(1.1) S
dimana :
perhitungan hanya difokuskan pada dua
D : Kepadatan (smp/km)
lengan pendekat.
V : volume lalu-lintas (smp/jam)
Lengan
pendekat
yang
ditinjau
adalah pada Jl. M. Daud Beureueh dan Jl. T. Hasan Dek. Kedua jalan ini merupakan satu-satunya akses bagi penduduk daerah Lueng
Bata
dan
sekitarnya
menuju
kawasan-kawasan arah Darussalam sebelum berfungsinya Jembatan Santan. Volume lalu lintas 2-
yang cukup tinggi, menyebabkan
S : Kecepatan rata-rata (km/jam)
Gelombang Kejut Gelombang
kejut
(shockwave)
di
definisikan sebagai gerakan atau perjalanan sebuah arus lalu lintas. Pada keadaan kondisi arus-bebas (free flow), kendaraan akan melaju dengan kecepatan tertentu.
Volume 1, Tahun I, No. 1, September 2011
Jurnal Tekn nik Sipil Universitas s Syiah Kuala a
Apabila aru rus tersebut mendapat hambatan h
kepadatan
(gangguan),, maka akan terjadi penggurangan
diperlihatkkan pada G Gambar 1, sedangkan s
arus
diagram
ketiika
melewaati lokasi hambatan h
suatu
leengan
diperlihatkaan
pada
Volum me 1, Tahun I, No. 1, September 201 11
- 3
tersebut (Taamin, 2008). Contoh C kurvaa arus-
jarak-waktu
persimpangan
Gambar 2.
Gamb bar 1. Kurva Arus – Kepadattan Sumbeer : Tamin (2008)
Gambar 2. Diagram Jarak J - Waktu Sumber: Tamin (2008)..
Gambar 2. Diagram Jaarak - Waktu
Sumber: Tamin (20088)
Jurnal Teknik Sipil Universitas Syiah Kuala
r
Nakatsuji (2010), mengemukakan secara sistematis
rumus-rumus
dalam
teori
gelombang kejut. Untuk mendapatkan nilai
ω BC =
VA ............................(1.2) DB − D A
VC − VB ...............................(1.3) DC − DB
Waktu Pemulihan (Time to Dissipate the Queue)
tD =
ω AB .r ω BC − ω AB
................................(1.4)
Panjang Antrian Total (Total Queue Length) LTQ = ω BC .t D ......................................(1.5) Waktu dalam antrian (Time Duration in the Queue) t Q = r + t D ........................................(1.6) Jumlah Kendaraan yang Mengalami Antrian (Number of Vehicles experiencing queue) N Q = D B xLTQ ....................................(1.7) Total Tundaan (Total Delay)
1 TD = N Q .r .......................................(1.8) 2
C
: siklus lampu (detik)
d
: tundaan (detik/smp)
Tingkat Pelayanan pada Persimpangan Bersinyal Menurut
(stop line). Waktu ini temasuk didalamnya kebutuhan waktu bagi kendaraan bergerak dari posisi antrian yang paling belakang sampai posisi antrian terdepan. Nilai tingkat pelayanan simpang atau lazim disebut LOS (Level of Service) berdasarkan nilai range tundaan seperti yang diperlihatkan dalam Tabel 1. Tabel
1.
VC VB DC
tD 4-
: volume kondisi C (smp/jam) : volume kondisi B (smp/jam) : kepadatan kondisi C (smp/km) : waktu pemulihan (detik)
Kriteria Tingkat Pelayanan (TP) pada Simpang Bersinyal
Tingkat Pelayanan
......................................(1.10)
Keterangan: ω AB : gelombang kejut AB (km/jam) VA : volume kondisi A (smp/jam) DB : kepadatan kondisi B (smp/km) DA : kepadatan kondisi A (smp/km) ω BC : gelombang kejut BC (km/jam)
tundaan
sampai kendaraan berangkat dari garis stop
V C .......................................(1.9) 3600 TD N
(2000),
dari saat kendaraan berhenti di ujung antrian
Tundaan (Delay)
d=
HCM
didefinisikan sebagai total kehilangan waktu
Jumlah kedatangan (Number of Arrival)
N=
: waktu dalam antrian (detik)
TD : total tundaan (detik.smp) N : jumlah kedatangan (smp) V : volume lalu lintas (smp/jam)
Gelombang Kejut Bentukan (Stopping Shockwave)
Gelombang Kejut Pemulihan (Dissipating Shockwave)
tQ
N Q : kend. yang mengalami antrian (smp)
tundaan dapat diurutkan sebagai berikut:
ω AB = −
LTQ
: waktu merah (detik) : panjang antrian total (m)
Nilai Tundaan per Kendaraan (detik/kend)
A
≤ 10
B
> 10 – 20
C
> 20 – 35
D
> 35 – 55
E
> 55 – 80
F
> 80
Sumber : HCM (2000) METODE PENELITIAN
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan langsung
Volume 1, Tahun I, No. 1, September 2011
di
lapangan,
sedangkan
data
Jurnal Teknik Sipil Universitas Syiah Kuala
sekunder meliputi peta ruas jalan yang
waktu
diperoleh melalui studi literatur. Pengamatan
mengalami antrian, total tundaan, jumlah
volume lalu lintas dilakukan pada September
kedatangan
2010 selama 2 hari yaitu: Senin dan Kamis
pelayanan dengan menggunakan pendekatan
dengan asumsi dua hari pada aktivitas sibuk
teori
dan terjadi volume puncak kendaraan yang
lengan yang ditinjau. Pada penelitian ini
mengakses simpang tersebut. Survei dilakukan
pengamatan
pada jam-jam sibuk pagi dimulai dari pukul
lengan, yaitu lengan Jl. M. Daud Beureueh
07
B dan lengan Jl. T. Hasan Dek. Untuk
- 09
WIB siang pukul 12
- 14
lebih
WIB dan sore pukul 17.00- 19.00 WIB. Data yang diperoleh dari pengamatan lapangan terdiri dari volume lalu lintas saat normal, volume lalu lintas saat waktu hijau, kecepatan kendaraan saat normal, kecepatan kendaraan saat waktu hijau dan kepadatan lalu lintas saat waktu merah, serta panjang waktu merah dan panjang siklus lampu lalu lintas.
dalam
antrian,
dan
tundaan
gelombang
kejut
dibatasi
jelasnya,
kendaraan serta
tingkat
pada
hanya
lokasi
yang
pada
penelitian
kedua dua
dapat
dilihat pada Gambar 3. HASIL PEMBAHASAN
Volume Lalu Lintas Saat Normal (VA) Adapun pengamatan volume lalu lintas saat normal ini dilakukan pada hari Senin, 20 September 2010 untuk lengan Jl. M. Daud Beureueh B dan Kamis, 23 September 2010 untuk lengan Jl. T. Hasan Dek. Pelaksanaan survei dilakukan pada jam sibuk pagi 07.00 09.00 WIB , siang 12.00 - 14.00 WIB dan sore 16.00-18.00 WIB. Dari
fluktuasi
volume
lalu
lintas,
diketahui jam puncak tertinggi yang terjadi pada setiap lengan yang ditinjau, yaitu untuk ruas lengan Jl. T.M. Daud Beureueh B jam puncak tertinggi terjadi pada pukul 17.00 – 18.00 yaitu untuk lajur I besarnya 673 smp/jam dan lajur II besarnya 723 smp/jam. Untuk ruas lengan Jl. T. Hasan Dek jam puncak tertinggi terjadi pada pukul 07.00 – 08.00 yaitu untuk lajur I besarnya 637 smp/jam dan lajur II besarnya 813 smp/jam. Selanjutnya, dari data volume Gambar 3 Lokasi penelitian
lalu lintas
Dari data tersebut dihitung waktu
per 30 menit, dijadikan data
volume lalu lintas per jam yang kemudian
pemulihan antrian, total panjang antrian, Volume 1, Tahun I, No. 1, September 2011
- 5
Jurnal Teknik Sipil Universitas Syiah Kuala
digunakan sebagai volume puncak tertinggi
Kecepatan saat waktu hijau (SC)
pada perhitungan selanjutnya, yaitu dengan
Kecepatan yang
diamati ini
adalah
menggunakan pendekatan teori gelombang
kecepatan kendaraan pada waktu hijau, yaitu
kejut
saat kendaraan mulai bergerak meninggalkan
untuk
mendapatkan
tingkat
stop-line saat lampu hijau menyala. Kecepatan
pelayanannya. Volume lalu lintas saat waktu hijau (VC) Adapun survei volume lalu lintas saat waktu hijau dilakukan pada hari Senin, 27 September 2010, yaitu pada jam puncak tertinggi
berdasarkan
hasil
pengamatan
volume lalu lintas saat normal. Sehingga pengamatan untuk volume lalu lintas saat
kendaraan saat waktu hijau yang terjadi pada lengan Jl. M. Daud Beureueh B lajur I sebesar 22,82 km/jam dan pada lajur II sebesar 23,15 km/jam, serta pada lengan Jl. T. Hasan Dek lajur I sebesar 22,32 km/jam dan pada lajur II sebesar 22,56 km/jam. Kepadatan saat waktu merah (DB)
waktu hijau ini dilakukan pada jam sibuk sore
Dari
pengamatan
yang
dilakukan,
pukul 17.00-18.00 WIB untuk lengan Jl. M.
dihitung jumlah kendaraan yang berada pada
Daud Beureueh B dan pada jam sibuk pagi
pias pengamatan. Data yang dikumpulkan
pukul 07.00-08.00 WIB untuk lengan Jl. T.
adalah sebanyak 30 sampel. Kepadatan lalu
Hasan Dek.
lintas saat waktu merah yang terjadi pada lengan Jl. M. Daud Beureueh B lajur I sebesar
Tabel 2. Hasil Volume Lalu lintas Saat Waktu Hijau
Volume saat
301 km/jam dan pada lajur II sebesar 361 km/jam, serta pada lengan Jl. T. Hasan Dek
Lengan
Lajur
Jl. M. Daud
I
2974
Beureueuh
II
3405
Jl. T. Hasan
I
2805
Panjang siklus dan waktu merah lampu
Dek
II
2880
lalu lintas
hijau (smp/kend)
Kecepatan arus normal adalah kecepatan kendaraan saat mendekati persimpangan. kendaraan
saat
sebesar 327 km/jam.
Panjang siklus lampu lalu lintas yang
Kecepatan saat normal (SA)
Kecepatan
lajur I sebesar 241 km/jam dan pada lajur II
mendekati
persimpangan yang terjadi pada lengan Jl. M. Daud Beureueh B lajur I sebesar 53,65 km/jam dan lajur II 45,53 km/jam, dan pada lengan Jl. T. Hasan Dek lajur I sebesar 43,94
diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan
panjang waktu merah lampu lalu lintas yang diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan yaitu untuk lengan Jl. M. Daud Beureueh B dan Jl. T. Hasan Dek adalah 87 detik.
km/jam dan lajur II 47,57 km/jam.
6-
adalah 112 detik. Sedangkan
Volume 1, Tahun I, No. 1, September 2011
Jurnal Teknik Sipil Universitas Syiah Kuala
Perhitungan Tundaan Setelah
data-data
yang
dibutuhkan
diperoleh dan dikompilasi kemudian dihitung dengan menggunakan rumus-rumus, sehingga diperoleh
nilai
tundaan
dan
tingkat
pelayanannya. Tabel 3 . Hasil perhitungan pada Jl. M. Daud Beureuh B Parameter Lajur I Lajur II VA (smp/jam)
673,30
722,85
VB (smp/jam)
0,00
0,00
VC (smp/jam)
2973,6
3405,1
SA (km/jam)
53,65
45,53
SB (km/jam)
0,00
0,00
Tabel 3 . Hasil perhitungan pada Jl. M. Daud Beureuh B (lanjutan) Parameter Lajur I Lajur II
Tabel 4 . Hasil perhitungan pada Jl. T. HasanDek Parameter VA (smp/jam)
Lajur I
Lajur II
636,90
813,30
VB (smp/jam)
0,00
0,00
VC (smp/jam)
2805
2880
SA (km/jam)
43,94
47,57
SB (km/jam)
0,00
0,00
SC (km/jam)
22,32
22,56
DA (smp/km)
13,80
16,29
DB (smp/km) DC (smp/km)
241,20 119,66
326,60 127,68
ωAB (km/jam)
-2,79
-2,66
ωBC (km/jam)
-24,04
-14,48
r (det)
87,00
87,00
tD (det)
11,44
19,43
LTQ (m)
76,41
78,57
tQ (det)
98,44
106,43
NQ (smp)
17,64
24,19
TD (smp.det)
767,14
1052,3
C (det)
112
112
N (smp)
19,81
25,30
d (det/smp)
40,67
43,65
D
D
SC (km/jam)
22,82
23,15
DA (smp/km)
12,55
15,88
DB (smp/km)
300,93
360,60
DC (smp/km)
124,29
139,80
ωAB (km/jam)
-2,33
-2,22
ωBC (km/jam)
-17,61
-16,06
r (det)
87,00
87,00
tD (det)
13,27
13,96
LTQ (m)
64,88
62,31
kejut mundur bentukan, yang mendeskripsikan
tQ (det)
100,27
100,96
kecepatan rambatan terjadinya pembentukan
NQ (smp)
18,52
21,26
antrian selama waktu merah. Nilai gelombang
TD (smp.det)
805,52
924,91
C (det)
112
112
N (smp)
20,95
22,49
d (det/smp)
40,63
41,13
pada lajur II sebesar -2,22 km/jam, serta pada
D
D
lengan Jl. T. Hasan Dek lajur I sebesar -2,79
LOS
LOS
Gelombang Kejut a. Gelombang kejut AB Gelombang kejut AB adalah gelombang
kejut AB yang terjadi pada lengan Jl. M. Daud Beureueh B lajur I sebesar -2,33 km/jam dan
km/jam dan pada lajur II sebesar -2,66 km/jam. Hasil rekapitulasi dan perhitungan dari kedua lengan dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4.
Gelombang kejut AB yang paling besar terjadi pada lajur I lengan Jl. T. Hasan Dek yaitu sebesar -2,79 km/jam, artinya kecepatan bentukan antrian yang terjadi adalah sebesar 2,79 km/jam dengan arah mundur.
Volume 1, Tahun I, No. 1, September 2011
- 7
Jurnal Teknik Sipil Universitas Syiah Kuala
Dari hasil perhitungan diperoleh panjang
b. Gelombang kejut BC Gelombang kejut BC adalah gelombang
antrian untuk ruas lengan Jl. M. Daud
yang
Beureueh B lajur I sebesar 64,88 m dan pada
rambatan
lajur II sebesar 62,31 m, sedangkan pada ruas
pemulihan antrian yang terjadi selama waktu
lengan Jalan T. Hasan Dek lajur I sebesar
hijau. Nilai gelombang kejut BC yang terjadi
76,41 m dan pada lajur II sebesar 78,57 m.
kejut
mundur
pemulihan,
mendeskripsikan
kecepatan
Dari
pada lengan Jl. M. Daud Beureueh B lajur I sebesar -17,61 km/jam dan pada lajur II sebesar -16,06 km/jam, serta pada lengan Jl. T. Hasan Dek lajur I sebesar -24,04 km/jam dan pada
lajur
II
sebesar
-14,48
km/jam.
Gelombang kejut BC yang paling besar terjadi pada lajur I lengan Jl. T. Hasan Dek yaitu sebesar -24,04 km/jam, artinya kecepatan pemulihan antrian yang terjadi adalah sebesar 24,04 km/jam dengan arah mundur (hasil minus
menandakan
arah
pemulihannya
berlawanan dengan arah arus lalu lintas).
waktu
pemulihan yang paling besar terjadi pada lajur II lengan simpang Jl. T. Hasan Dek, yaitu sebesar 19,43 detik. Artinya dari sejumlah kendaraan yang antri pada saat lampu merah membutuhkan waktu rata-rata 19,43 detik untuk menormalkan kembali arus yang terjadi. Sejalan dengan waktu pemulihan, nilai tundaan
terbesar
yang
diperoleh
pada
perhitungan terjadi pada lajur II simpang Jl. T. Hasan Dek, yaitu sebesar 43,65 detik/smp, memposisikan bahwa pada lajur ini berada lajur-lajur lainnya yang ditinjau diperoleh nilai
Dari perhitungan di atas diperoleh nilai tundaan untuk masing-masing lajur, seperti diperlihatkan pada Tabel 5.
yang lebih kecil, tapi masih dalam kategori tingkat pelayanan D. Jadi, berdasarkan perolehan nilai tundaan tersebut, diketahui bahwa dua lengan yang ditinjau dari Simpang Jambo Tape ini berada pada tingkat pelayanan
Tabel 5. Hasil Tingkat Pelayanan Lajur
diperoleh
pada tingkat pelayanan D. Sedangkan pada
Tundaan dan Tingkat pelayanan
Lengan
perhitungan
Tundaan
Tingkat
(dtk/smp)
Pelayanan
Jl. M. Daud
I
40,63
D
Beureueh B
II
41,13
D
Jl. T. Hasan
I
40,67
D
Dek
II
43,65
D
Besar tundaan lalu lintas yang terjadi
D. Tingkat pelayanan D mengindikasikan bahwa simpang berada dalam keadaan hampir mencapai “unstable flow”. Kecepatan yang layak masih dapat dipertahankan walaupun kadang-kadang terhambat oleh kepadatan lalu lintas. Kenaikan volume dapat menyebabkan
pada lengan Jl. M. Daud Beureueh B lajur I
penurunan
sebesar 40,63 detik/smp dan pada lajur II
pengendara sangat terbatas dan kenyamanan
sebesar 41,13 detik/smp, serta pada lengan
kurang. Keadaannya masih dapat ditolerir
Jl. T. Hasan Dek lajur I sebesar 40,67
untuk waktu singkat, akan tetapi memerlukan
detik/smp dan pada lajur II sebesar 43,65
sedikit perhatian, terutama pada lajur II Jl. T.
detik/smp.
Hasan Dek, mengingat pertumbuhan jumlah kendaraan
8-
Volume 1, Tahun I, No. 1, September 2011
kecepatan.
beberapa
Kebebasan
tahun
gerak
terakhir
ini
Jurnal Teknik Sipil Universitas Syiah Kuala
menunjukkan
peningkatan
yang
cukup
signifikan.
dilaksanakan penelitian ini, Jl T. Hasan Dek masih melayani lalu lintas yang datang dari berbagai arah yang melewati jalan ini untuk
SIMPULAN DAN SARAN
menuju Lampriet, Prada, Lingke, Lampineung,
Simpulan Dari hasil perhitungan diperoleh panjang antrian untuk ruas lengan Jl. M. Daud Beureueh B lajur I sebesar 64,88 m dan pada lajur II sebesar 62,31 m, sedangkan pada ruas lengan Jalan T. Hasan Dek lajur I sebesar 76,41 m dan pada lajur II sebesar 78,57 m. Selain itu juga diperoleh nilai tundaan
Darussalam dan sekitarnya. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lanjutan setelah dibukanya Jembatan Santan pada awal tahun 2011 sebagai jalan alternatif ke daerah-daerah tersebut di atas, dengan terjadinya pengalihan arus dari Jl T. Hasan Dek ke Jembatan Santan. DAFTAR PUSTAKA
untuk ruas lengan Jl. M. Daud Beureueh B
Abubakar, I., dkk, 1999. Rekayasa Lalu
lajur I sebesar 40,63 detik/smp dan pada lajur
Lintas, Penerbit Direktorat Bina
II sebesar 41,13 detik/smp, sedangkan pada
Sistem Lalu Lintas Angkutan Kota
ruas lengan Jalan T. Hasan Dek lajur I sebesar
dan Direktorat Jendral Perhubungan
40,67 detik/smp dan pada lajur II sebesar
Darat, Jakarta.
43,65 detik/smp; Hasil analisis kinerja dengan pendekatan teori gelombang kejut menunjukkan simpang dikategorikan dalam tingkat pelayanan D. Hal ini ditunjukkan dengan nilai tundaan yang paling besar yang terjadi pada ruas lengan Jl.
Anonim, 1997, Manual Kapasitas Jalan Indonesia, Direktorat Jenderal Bina Marga,
Departemen
Umum. Anonim, 2000, Highway Capacity Manual,
M. Daud Beureueh B yaitu sebesar 41,13 detik
National
dan pada ruas lengan Jl. T. Hasan Dek yaitu
Washington, D.C.
sebesar 43,65 detik.
Council,
Lintas I, Bidang Studi Teknik
Pada penelitian kali ini, penulis hanya meninjau dua lengan pendekat, dikarenakan keterbatasan dalam pengumpulan data. Untuk penelitian selanjutnya bisa dilakukan tinjauan Volume kendaraan yang melewati Jl. T Hasan Dek pada jam puncak pagi cukup tinggi sehingga menyebabkan tingginya tundaan. Hal karena
Transportasi,
Fakultas
Teknik
Universitas
Syiah
Kuala,
Darussalam, Banda Aceh. Bukhari RA, 2004. Rekayasa Lalu Lintas II, Bidang Studi Teknik Transportasi,
pada keempat pendekat
disebabkan
Research
Bukhari RA, dkk, 2002. Rekayasa Lalu
Saran
ini
Pekerjaan
pada
waktu
Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh. Morlok, E. K, 1985. Pengantar Teknik dan Perencanaan
Transportasi,
Volume 1, Tahun I, No. 1, September 2011
- 9
Jurnal Teknik Sipil Universitas Syiah Kuala
Terjemahan oleh Hainim, J. K., dari buku Introduction to Transportation Engineering and Planning, Erlangga, Jakarta. Nakatsuji, T, 2010. Lecture Note of Traffic Engineering Course, Asian Institute of Technology, Thailand. Salter, R. J, 1974. Highway Traffic Analysis
and
Design,
The
Macmillan Press Ltd., London. Tamin,
O.Z.,
Permodelan
2008. &
Perencanaan, Rekayasa
Transportasi: Teori, Contoh Soal, dan Aplikasi, Penerbit ITB, Bandung.
10 - Volume 1, Tahun I, No. 1, September 2011