TINJAUAN PUSTAKA Ruang Terbuka Hijau Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang
tumbuh
secara
alamiah
maupun
yang
sengaja
ditanam
(Pedoman dan Pemanfaatan RTH di kawasan Perkotaan, 2008). Dalam ketentuan Intruksi Menteri dalam negeri no 14 tahun 1988 tentang Ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan, Ruang Terbuka Hijau Kota (RTHK) merupakan titik berat dari ruang terbuka kota yang diwujudkan dalam bentuk taman, jalur hijau, hutan kota, lapangan dan pekarangan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa RTHK adalah ruang-ruang yang terdapat dalam kota baik berupa koridor/ jalur maupun area/penghubung/tempat pemberhentian dimana unsur hijau atau vegetasi yang alami dan sifat ruang yang terbuka lebih dominan (Hakim, 2002) Ruang Terbuka Hijau (RTH) memiliki fungsi sebagai berikut: A. Fungsi utama (intrinsik) yaitu: 1) Fungsi ekologis yaitu memberi jaminan pengadaan RTH menjadi bagian dari sistem sirkulasi udara (paru-paru kota) 2) Pengatur iklim mikro agar sistem sirkulasi udara dan air secara alami dapat berlangsung lancar 3) Sebagai peneduh 4) Penghasil oksigen 5) Penyerap air 6) Penyerap polutan dari media udara, air dan tanah 6
7) Penahan angin B. Fungsi tambahan (ekstrinsik) yaitu: 1) Fungsi sosial dan budaya yang menggambarkan ekspresi budaya lokal 2) Merupakan media komunikasi warga kota 3) Tempat rekreasi 4) Wadah dan objek pendidikan, penelitian, dan pelatihan dalam mempelajari alam C. Fungsi ekonomi yaitu : 1) Sumber produk yang dapat dijual, seperti tanaman bunga, buah, daun, sayur mayur 2) Bisa menjadi bagian dari usaha pertanian, perkebunan, kehutanan dan lainlain. D. Fungsi estetika yaitu : 1) Meningkatkan kenyamanan, memperindah lingkungan kota baik dari skala mikro seperti halaman rumah, lingkungan permukimam, maupun makro yaitu lansekap kota secara keseluruhan 2) Menstimulasi kreativitas dan produktivitas warga kota 3) Pembentuk faktor keindahan arsitektural 4) Menciptakan suasana serasi dan seimbang antara area terbangun dan tidak terbangun. Dalam suatu wilayah perkotaan, empat fungsi utama diatas dapat dikombinasikan sesuai dengan kebutuhan, kepentingan, dan keberlanjutan kota seperti perlindungan
tata
air,
keseimbangan
ekologi
dan
konservasi
(Pedoman dan Pemanfaatan RTH di kawasan Perkotaan, 2008).
7
hayati
Dalam Irwan (2008) mengelompokkan ruang terbuka hijau berdasarkan bentuk, yaitu sebagai berikut : 1. Jalur yaitu komunitas vegetasinya tumbuh mengikuti jalur bentukan alam (seperti pantai, sungai dan lembah) dan bentukan manusia (seperti jalan dan saluran). 2. Menyebar yaitu komunitas vegetasinya tumbuh menyebar berupa rumpun atau gerombol kecil seperti yang tumbuh di pekarangan atau halaman-halaman bangunan maupun yang ditanam pada lahan sisa dan median jalan. 3. Bergerombol atau menumpuk yaitu komunitas vegetasinya terkonsentrasi di suatu tempat dengan paling sedikit 100 pohon dengan jarak tanam rapat tidak beraturan yang tumbuh seperti bentukan hutan alam. Jalur Hijau Green belt atau jalur hijau adalah pemisah fisik daerah perkotaan dan pedesaan yang berupa zona bebas bangunan atau ruang terbuka hijau yang berada di sekeliling luar kawasan perkotaan atau daerah pusat aktifitas/kegiatan yang menimbulkan polusi (Anggraeni, 2005).Menurut peraturan Menteri Pekerjaan Umum tentang Pedoman dan Pemanfaatan RTH di kawasan Perkotaan (2008) Jalur hijau adalah jalur penempatan tanaman serta elemen lansekap lainnya yang terletak di dalam ruang milik jalan (RUMIJA) maupun di dalam ruang pengawasan jalan (RUWASJA).Sering disebut jalur hijau karena dominasi elemen lansekapnya adalah tanaman yang pada umumnya berwarna hijau. Penyebab kurangnya luasan jalur hijau area di kota-kota besar secara umum adalah: 1) industrialisasi, 2) pembangunan ekonomi yang tidak terencana dengan
baik,
3)
tidak
adanya
mekanisme
8
kontrol
yang
baik
untuk
mempertahankan jalur hijau dan 4) daya dukung lingkungan yang sudah berkurang memperburuk kondisi perkotaan (Basri, 2009). Untuk jalur hijau jalan, RTH dapat disediakan dengan penempatan tanaman antara 20–30% dari ruang milik jalan (rumija) sesuai dengan kelas jalan. Untuk menentukan pemilihan jenis tanaman, perlu memperhatikan dua hal, yaitu fungsi tanaman dan persyaratan penempatannya. Disarankan agar dipilih jenis tanaman khas daerah setempat, yang disukai oleh burung-burung, serta tingkat evapotranspirasi rendah (Tutur, 2011). Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan RTH di Kawasan Perkotaan (2008) menyebutkan bahwa sabuk hijau atau jalur hijau merupakan RTH yang berfungsi sebagai daerah penyangga dan untuk membatasi perkembangan suatu penggunaan lahan (batas kota, pemisah kawasan, dan lain-lain) atau membatasi aktivitas satu dengan aktivitas lainnya agar tidak saling mengganggu, serta pengamanan dari faktor lingkungan sekitarnya. Jalur hijau unsur utamanya berupa vegetasi yang secara alamiah berfungsi sebagai pembersih atmosfir dengan menyerap polutan yang berupa gas dan partikel melalui daunnya. Vegetasi berfungsi sebagai filter hidup yang menurunkan tingkat polusi dengan mengabsorbsi, detoksifikasi, akumulasi dan atau mengatur metabolisme di udara sehingga kualitas udara dapat meningkat dengan pelepasan oksigen di udara (Shannigrahi et al,2003). Menurut Direktorat Jenderal Bina Marga (1996) tentang tata cara perencanaan teknik lansekap jalan nomor 033/t/bm/1996, pemilihan jenis tanaman ditentukan oleh kondisi iklim habitat dan areal dimana tanaman tersebut akan diletakkan dengan memperhatikan ketentuan geometrik jalan dan fungsi tanaman.
9
Menurut bentuknya, tanaman dapat merupakan tanaman pohon, tanaman perdu atau semak dan tanaman penutup permukaan tanah. Persyaratan utama yang perlu diperhatikan dalam memilih jenis tanaman lansekap jalan antara lain :perakaran tidak merusak konstruksi jalan, mudah dalam melakukan perawatan, batang atau percabangan tidak mudah patah, daun tidak mudah rontok atau gugur. Usaha untuk menurunkan tingkat polusi dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat adalah dengan upaya green belt development.Green belt development merupakan solusi yang tepat karena secara ekonomi dan teknologi layak dikembangkan.Upaya ini dibagi menjadi 2 solusi yaitu berdasarkan parameter biofisik dan sosial ekonomi. Parameter biofisik yang dimaksud disini adalah bagaimana pengembangan green belt yang ideal dan bermanfaat optimum untuk suatu kota dari segi spesies tanaman, tinggi tanaman, lebar green belt dan jarak green belt dari pusat pencemar (Basri, 2009). Persyaratan untuk pohon peneduh jalan menurut Departemen Kehutanan (1992) adalah sebagai berikut : a) Mudah tumbuh pada tanah yang padat b) Tidak memilki akar yang besar di permukaan tanah c) Tanah tahan terhadap hembusan angin yang kuat d) Dahan dan ranting tidak mudah patah e) Pohon tidak mudah tumbang f) Buah tidak terlalu besar g) Serasah yang dihasilkan sedikit h) Tahan terhadap pencemar dari kendaraan motor dan industri i) Luka akibat benturan mobil mudah sembuh
10
j) Cukup teduh, tetapi tidak terlalu gelap k) Kompatibel dengan tanaman lain l) Daun, bunga, buah, batang dan percabangannya secara keseluruhannya indah Pohon angsana (Pterocarpus indicus Willd) dan pohon Glodokan (Polyalthia longifolia Bent & Hook. F) merupakan jenis tanaman yang banyak digunakan sebagai tanaman peneduh jalan. Hal ini dikarenakan kedua jenis tanaman tersebut memiliki akar yang dapat bertahan terhadap kerusakan yang disebabkan oleh getaran kendaraan, mudah tumbuh di daerah panas dan tahan terhadap angin sehingga cocok digunakan sebagai tanaman peneduh jalan yang akan dapat menyerap unsur pencemaran (Antari dan Sundra, 2002). Beberapa jenis tanaman pelindung yang biasa ditanam di sisi kanan kiri jalan ataupun ditengah terbagi menjadi 3 bagian yaitu jenis pohon besar, jenis pohon sedang dan jenis pohon kecil. Jenis pohon besar yaitu kenari (Canarium vulgare), mahoni (Swietenia mahagoni), angsana (Pterocarpus indicus), palem raja (Oreodoxa regia), saga (Adenanthera pavoninna), asam jawa (Tamarindus indica) dan bungur (Lagestroemia londonii). Jenis pohon sedang yaitu glodokan (Polyalthia longifolia), tanjung (Mimusops elengi), cemara kipas (Thuja occidentalis) dan biola cantik (Ficus lyrata). Sedangkan jenis pohon kecil yaitu palem merah (Cryrtostachys lakka), palem botol (Mascarena lagenicaulis), palem putri (Vitsia merini) dan pinang (Areca catechu) (Nazaruddin, 1996). Sedangkan menurut Permen PU nomor 05/prt/m/2008, fungsi dan kriteria vegetasi RTH jalur jalan dibagi menjadi beberapa fungsi dengan kriteria vegetasi sebagai berikut :
11
1) Vegetasi peneduh : a. Ditempatkan pada jalur tanaman (minimal 1,5 m dari tepi median) b. Percabangan 2 m di atas tanah c. Bentuk percabangan batang tidak merunduk d. Bermassa daun padat e. Berasal dari perbanyakan biji f. Ditanam secara berbaris g. Tidak mudah tumbang. 2) Vegetasi penyerap polusi udara : a. Terdiri dari pohon, perdu atau semak b. Memiliki kegunaan untuk menyerap udara c. Jarak tanam rapat d. Bermassa daun padat. 3) Vegetasi peredam kebisingan : a. Terdiri dari pohon, perdu atau semak b. Membentuk massa c. Bermassa daun rapat d. Berbagai bentuk tajuk. 4) Vegetasi pemecah angin : a. Tanaman tinggi, perdu atau semak b. Bermassa daun padat c. Ditanam berbaris atau membentuk massa d. Jarak tanam rapat < 3 m. 5) Vegetasi penahan silau lampu kendaraan :
12
a. Tanaman perdu atau semak b. Ditanam rapat c. Ketinggian 1,5 m d. Bermassa daun padat Menurut Dahlan (2004) persyaratan penting dalam pemilihan jenis pohon pelindung jalan diantaranya adalah faktor keamanan bagi pemakai jalan. Tajuk pohon memberikan naungan yang sempurna tapi tidak terlalu teduh, agar tidak mengganggu lalu lintas.Tanaman yang tumbuh di tepi jalan harus tergolong dalam jenis tanaman yang mempunyai batang dan percabangan kuat, tidak mudah patah serta memiliki kelenturan yang cukup, sehingga pada saat tertiup angin yang kuat, tanaman tidak patah jatuh menimpa pemakai jalan.Tanaman juga tidak mudah roboh, karena memiliki perakaran yang kuat serta akarnya menghujam masuk ke dalam tanah, tidak menyebar di atas permukaan tanah saja.Fungsi tanaman pelindung antara lain sebagai paru-paru kota karena tumbuhan itu menghasilkan gas oksigen yang dibutuhkan oleh semua makhluk hidup, sebagai penyerap gas/partikel beracun untuk mengurangi pencemaran udara, sebagai peredam kebisingan dan sebagai habitat burung. Jenis tanaman yang akan ditanam pada jalur hijau sebaiknya tidak hanya mempunyai satu manfaat, melainkan ada manfaat lain yaitu dari aspek ekologis,aspek estetika, aspek keselamatan dan aspek kenyamanan.Bagian dari tanaman yang menjadi pertimbangan pemanfaatannyaadalah dari organ (batang, daun, buah, bunga dan perakaranya sertasifat perkembangannya. Sebagai contoh, dari tajuk, bunga dan daundapat menimbulkan kesan keindahan (estetika), dari beberapa bungayang mengeluarkan aroma segar dan warna yang menarik, batang
13
dandaun dapat bermanfaat sebagai peneduh, pembatas, penghalangangin, penghalang silau dari lampu kendaraan dan cahaya matahari (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, 2012) Kualitas Pohon Untuk menjaga peran pohon sebagai pohon pelindung dan peneduh jalan dilakukan usaha perawatan. Usaha perawatan diperlukan untuk pohon seperti: membersihkan lubang luka tersebut dengan mengecat untuk memperbaiki penampilan pohon dan menutup khususnya terhadap kambium yang terbuka, membuang jaringan kayu yang telah mati dan yang dapat menjadi sarang berkembangnya sumber penyakit. Menyediakan permukaan yang kuat untuk jaringan
kalus
baru
guna
merangsang
penyembuhan
luka
dan
dapat
menghilangkan tempat bersarangnya hama dari sumber penularan hama sehingga penularan penyakit tidak dapar berkembang dan menyebar ( Dahlan, 1992). Menurut Pedoman dan Pemanfaatan RTH di kawasan perkotaan (2008) Kriteria pemilihan vegetasi untuk jalur hijau ini adalah sebagai berikut: a) Peredam kebisingan : untuk fungsi ini dipilih penanaman dengan vegetasi berdaun rapat. Pemilihan vegetasi berdaun rapat berukuran relatif besar dan tebal dapat meredam kebisingan lebih baik b) Ameliorasi iklim mikro : tumbuhan berukuran tinggi dengan luasan area yang cukup dapat mengurangi efek pemanasan yang diakibatkan oleh radiasi energi matahari c) Penapis cahaya silau : peletakan tanaman yang diatur sedemikian rupa sehingga dapat mengurangi dan menyerap cahaya d) Mengatasi penggenangan
14
Pada pohon berdaun lebar seperti angsana, glodokan, kerai payung dan kenari – ketidakseimbangan antara beban batang, tajuk dan ukuran tajuk dengan kemampuan menopang akar merupakan kelemahan struktural yang umum terjadi. Kelemahan lain adalah mudah busuknya bagian dalam batang yang menjalar ke dahan atau ranting dan terkadang kelainan ini tidak terlihat dari luar. Pada pohon berdaun jarum seperti pinus dan cemara , kelemahan struktural biasanya terjadi pada pangkal akar dan daerah perakaran (Pramukanto, 2007). Penelitian
yang
dilakukan
Wonorahardjo
et
al
(2007)
menyatakanpengendalian iklim mikro kota dapat dilakukan dengan vegetasi dan infrastruktur lainnya seperti jalan, lapangan terbuka dll. Hasil penelitian didapatkan bahwa vegetasi berupa pohon sangat berpengaruh positif terhadap lingkungan termalnya dalam hal laju penurunan temperatur udara dan temperatur udara rata-rata.Dengan demikian berubahnya lingkungan termal tidak dapat dianggap sebagai fenomena pemanasan global saja, karena terbukti dalam skala lingkungan mikro (kawasan kota) aspek karakteristik fisik permukaan seperti kualitas vegetasi dan tutupan lahan sangat berpengaruh pada temperatur udara sekitar perkotaan. Penelitian yang dilakukan Manik (2011) menyatakan bahwa pepohonan yang ada di jalur hijau di lokasi penelitian memiliki kualitas yang sangat bagus dari segi kesehatan, karena hanya sedikit pohon yang dijumpai dalam keadaan tidak sehat. Tetapi dari segi teknis kualitas pohon sangat buruk karena banyak pepohonan dikawasan jalur hijau tersebut yang mengganggu pondasi trotoar karena akar pohon menembus badan trotoar, disamping itu jarak tanaman juga tidak efektif karena kita melihat tajuk antar pepohonan sangat mengganggu
15
keberadaan kabel listrik dan kabel telepon serta menimpa jalan, sehingga pepohonan di lima kawasan jalur hijau yang dilakukan penelitian penanamannya kurang efektif dan tidak mengindahkan nilai estetika lingkungan. Peraturan Pemerintah no 63 tahun 2002 pasal 15 ayat (2), menawarkan bentuk-bentuk hutan kota, yaitu : jalur, mengelompok atau menyebar. Lalu diatur dalam pasal 8 ayat (2) menyatakan luas hutan kota dalam suatu hamparan yang kompak paling sedikit 0,25 Ha. Kaitanyya dengan pasal 15 ayat (2) untuk keperluan ameliorasi iklim mikro, sebaiknya menekankan pada bentuk jalur dan menyebar dan menghindari bentuk mengelompok. Jika bentuk mengelompok tersebut berada dalam suatu hamparan kompak yang luas, tentu hal ini tidak efektif dan tidak efisien. Tidak efektif karena tidak mengayom seluruh kota, dan tidak efisien karena sebagian vegetasi tidak berperan maksimal dalam mendinginkan areal diluarnya. Pemeliharaan Tanaman pada Jalur Hijau Salah satu contoh upaya yang baik untuk mengembalikan kualitas dan kuantitas penghijauan kota yang dapat diterapkan di lingkungan permukiman adalah beberapa kebijaksanaan perencanaan oleh pemerintah Kota. Pada kawasan terbangun kota, harus disediakan ruang terbuka hijau yang cukup yaitu untuk kawasan yang padat, minimum disediakan area 10% dari total luas kawasan. Untuk kawasan yang kepadatan bangunannya sedang harus disediakan Ruang Terbuka Hijau minimum 15% dari luas kawasan. Sedang kawasan yangkepadatan bangunannya rendah harus disediakan Ruang Terbuka Hijau minimum 20% terhadap luas kawasan secara keseluruhan (Irwan, 2007).
16
Dahlan (2004) menyatakan hal-hal yang perlu diperhatikan pada pemeliharaan pohon di hutan kota adalah sebagai berikut : 1. Mengganti atau menebang pohon yang sudah tua atau mati. Sebaiknya sebelum pohon itu menjadi tua, sudah disiapkan pohon penggantinya. 2. Perencanaan dan keterpaduan yang baik antar instansi pemerintah. Hal ini perlu diperhatikan sungguh-sungguh agar tanaman tidak mengganggu fasilitas atau instalasi yang sudah ada (telepon, listrik, air minum maupun saluran drainase) dan sebaiknya pemasangan dan pemeliharaan fasilitas atau instalasi tidak mengganggu hutan kota. 3. Upaya-upaya pemeliharaan seperti pemupukan, pengairan, pemberantasan hama dan penyakit serta gulma perlu dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman. 4. Penggemburan tanah perlu dilakukan agar akar dapat tumbuh lebih baik. 5. Pemasangan beton dan penopang tanah di sekeliling perakaran perlu dilakukan agar akar yang muncul keluar dapat ditutupi. 6. Tumbuhan yang tanahnya terancam longsor pada salah satu bidangnya agar dipasangi dinding penopang. 7. Pemangkasan perlu dilakukan dengan tujuan untuk membang bagian dahan atau ranting tertentu, mengendalikan pertumbuhan tinggi pohon, membuang bagian yang terkena penyakit, untuk keselamatan para pengguna jalan maupun fasilitas disekitarnya dan untuk memberikan kesempatan bagi pohon lain untuk tumbuh lebih baik. 8. Pohon-pohon yang harus dihilangkan adalah pohon-pohon yang memenuhi kriteria sebagai berikut : mati, membahayakan, saling berhimpitan, sebagian
17
besar bagian pohon terkena penyakit dan dapat mengancam pohon lain, pohonpohon yang tingkat ancamannya tinggi terhadap bangunan maupun saluran drainase, jalan dan trotoar serta kabel listrik dan telepon. Pohon-pohon yang terdapat luka pada batang akibat pemasangan reklame, spanduk, paku dan lain-lain dapat dilakukan upaya-upaya tertentu. Menurut Haller (1986) dalam Dahlan (1992) menyatakan usaha perawatan terhadap lubang luka dapat dilakukan dengan cara membuang jaringan kayu yang mati dan rusak yang dapat menjadi sumber penyakit serta membersihkan dan mengecat luka khususnya terhadap kambium yang terbuka. Penyiraman
dilakukan
untuk
menjaga
tanaman
agar
tidak
matikekeringan.Penyiraman dilakukan setiap hari pada musim kemaraupada pagi hari pukul 06.00 - 09.00 dan sore hari pukul 15.00 - 18.00.Siraman tidak boleh terlalu keras sehingga media tanam dan tanamantidak terganggu, dan dilakukan merata pada seluruh tanaman. Airyang dipergunakan untuk menyiram tanaman harus bebas dari segalakotoran minyak, zat kimia atau lainnya yang dapat mengganggupertumbuhan tanaman dan temperatur air antara 150 - 250 Celcius(Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, 2012). Pendangiran dan penyiangan merupakan pekerjaan penggemburantanah dan pembersihan tanaman rumput liar di sekitar tanaman,pendangiran dan penyiangan dilakukan minimal 1 (satu) bulan sekaliagar tanah teraerasi dan memudahkan pertumbuhan akar sehinggatanaman menjadi kokoh.Tumbuhan liar harus dicabut sampai keperakarannya dan penggemburan tanahnya harus dilaksanakansecara hati-hati agar tidak merusak perakaran tanaman.Pekerjaan ini tidak perlu dilakukan apabila:Tanaman mempunyai perakaran dalam, terutama
18
jenis pohon dan pada lokasi yang curam (lereng) karena pekerjaan tersebut dapatmenyebabkan terjadinya erosi(Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, 2012). Pemangkasan dilakukan untuk mengendalikan pertumbuhan tanamanyang sudah tidak teratur dan mengganggu lingkungan/pandanganbebas pemakai jalan, serta mempertahankan bentuk/dimensi ukurantanaman.Pemangkasan terhadap tanaman perdu/semak dilakukanmiring (45°) dan rata agar air hujan tidak tergenang pada batang yangbaru dipotong.Sedangkan rumput dipangkas dengan batas ketebalantidak lebih dari 5 cm dari permukaan tanah. Pemangkasan pada pemeliharaan rutin dilakukan bertujuan untuk : a. Untuk mengendalikan pertumbuhan tanaman yang sudah tidakteratur dan mengganggu lingkungan/penglihatan pemakaijalan. b. Untuk menjaga kesehatan tanaman bila ada daun, atau ranting yang terkena penyakit, jamur atau parasit lainnya, perlu segeradipangkas agar tidak meluas ke bagian tanaman lainnya. c. Untuk menghilangkan dahan/ranting yang tua/rusak dan mati. d. Untuk mempertahankan bentuk atau dimensi dan ukurantanaman. e. Untuk mengurangi penguapan pada musim kemarau panjangsehingga tanaman tidak mati kekeringan (dilakukan pada akhirmusim hujan). f. Untuk mengurangi jumlah daun sehingga dahan tidak patahpada musim hujan. g. Untuk menjaga pertumbuhan tanaman dengan baik, waktupemangkasan perlu diatur dengan tepat yaitu: i.
setelah musim berbunga/berbuah
ii.
pada akhir musim hujan
19
iii.
untuk membuat bentuk pohon/tanaman yang ideal seperti yang rencanakan pemangkasan harus dilakukan pada saat tanaman sedang berdaun lebat.
(Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, 2012). Pemupukan sekalimenggunakan
tanaman pupuk
dilakukan anorganik
minimal atau
1
pupuk
(satu)
bulan
organik/pupuk
kandang.Penaburan pupuk dilakukan pada tanah yang sudah didangir sedalam0,15 – 0,20 m di sekeliling batang pohon selebar diameter tajuktanaman. Cara lain pemupukan dengan pupuk anorganik yaitucampuran pupuk dengan air yang kemudian disiramkan di sekelilingperakaran tanaman, sedangkan untuk memupuk daun disemprotkanpada daun(Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, 2012). Pencegahan dan pemberantasan hama atau penyakit tanamandiperlukan untuk menjaga agar tanaman tidak terserang olehhama/penyakit yaitu dengan penyemprotan
pestisida
ke
arah
batang,daun
serta
semua
percabangan.Penyemprotan tidak boleh dilakukan di bawah sinar matahari yangterik,
karena
dapat
menyebabkan
terbakarnya
daun.Usahakan
agarpenyemprotan merata pada seluruh bagian tanaman. Untuk penggantian tanaman, tanaman yang perlu diganti adalah tanaman yang sudah mati atau rusak serta terkena seranganhama yang parah sehingga dapat menular ketanaman lain(Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, 2012).
20