TINJAUAN PUSTAKA Kebutuhan Protein Pakan
Protein adalah salah satu nutrien yang sangat diperlukan oleh ikan. Protein dibutuhkan untuk pemeliharaan tubuh, pembentukan jaringan, penggantian jaringan tubuh yang rusak dan penarnbahan protein tubuh dalam proses pertumbuhan. Kebutuhan ikan akan protein dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain jenis ikan, umur ikanlukuran ikan, kualitas protein, pakan, kecernaan pakan dan kondisi lingkungan (Furuichi 1988). Chuapoehuk (1987) menyatakan bahwa untuk ikan, kadar protein optimal dalam pakan sangat penting sebab jika protein terlalu rendah akan mengakibatkan pertumbuhan rendah dan daya tahan terhadap penyakit dan parasit menurun. Penggunaan protein oleh ikan berbeda untuk setiap jenis ikan. Hepher (1990) menyatakan bahwa kebutuhan protein bagi ikan berkisar 35-50% dalam pakannya. Kebutuhan optimum beberapa spesies ikan seperti ikan lele (Clarias batrachus) memerlukan kadar protein 30% (Chuapoehuk 1987) dan African catfish (Clarias gariepinus) 45-49% (Henken et al. 1986). Ikan baung (Mystus nemurus) ukuran 5,3 g membutuhkan protein 29% dalam pakannya (Kurnia 2002). Sedangkan Khan et al. (1993) mengemukakan bahwa kebutuhan ikan Malaysian catfish, ikan baung (Mystus nemurus) yang berukuran 25,4 g adalah 42 %. Pandian (1989) menyatakan ikan-ikan herbivor/omnivor dari jenis tilapia dan bandeng membutuhkan protein 25-35%, dan dari kelompok karnivora seperti salmon dan ikan trout membutuhkan protein 30-40%. Kebutuhan optimum protein pakan untuk beberapa spesies Cyprinid telah ditentukan pada stadia yang berbeda dari pertumbuhan dan pada kondisi yang beragam. Ikan mas (Cyprinus carpio) memerlukan kadar protein 25-35% (Ogino dan Saito 1970). Ikan Semah (Tor duronensis) ukuran 14g membutuhkan protein optimal dalam pakan 35% (Ningrum et al. 1999). Ikan mahseer (Tor khudree) ukuran 5g membutuhkan protein 40%(Shankar 1988).Ikan mahseer (Tor putitora) ukuran 1g membutuhkan protein 40% (Hossain et al. 2002). Sedangkan menurut Mohan & Basade (2005) ikan mahseer (Tor putitora) ukuran 3g membutuhkan protein 47%.
Tepung ikan sebagai sumber protein utama pakan kaya dengan asam amino esensial, memiliki kecernaan protein dan energi yang tinggi serta palatabilitas juga tinggi (Lovell 1988). Sedangkan tepung kedelai sebagai surnber protein nabati memilki ketersediaan asam amino esensial yang cukup bagi kebutuhan ikan namun kekurangan asam amino lisina dan metionina (Furuichi 1988). Suprayudi et al. (1999) menyatakan bahwa protein tepung kedelai memiliki komposisi asarn amino yang kaya diantara protein nabati lain untuk pemenuhan kebutuhan asam amino esensial bagi ikan namun tepung kedelai juga memiliki keterbatasan nutrisi yang terkait dengan rendahnya kecernaan dan energi, defisiensi mineral, kandungan oligosakarida yang tidak tercerna d m faktor anti-nutrisi yang menyebabkan pertumbuhan ikan yang rendah. Selanjutnya Suprayudi et al. (1999) menyatakan bahwa rendahnya retensi protein disebabkan oleh tingginya perbedaan komposisi asam amino esensial dalam protein dibandingkan komposisi asam amino esensial tubuh ikan. Pillay (1980) menyatakan bahwa keterbatasan beberapa asam amino dalam pakan dapat mengurangi sintesis protein per gram protein konsumsi sehingga menghasilkan rendahnya retensi protein tubuh.
Keseimbangan Energi Protein Pakan Perbedaan pokok dalam nutrisi antara ikan dan hewan darat adalah bahwa jumlah energi yang diperlukan untuk sintesis protein lebih sedikit dibanding hewan darat. Ikan mempunyai kebutuhan energi yang lebih rendah sebab ikan tidak mempertahankan suhu tubuh secara tetap, juga ikan relatif memerlukan energi yang kurang untuk mempertahankan posisi dan bergerak dalam air dibanding marnalia dan burung (Lovell 1988). Pakan yang dikonsumsi ikan akan menyediakan energi yang sebagian besar digunakan untuk metabolisme yang meliputi energi untuk hidup pokok, energi untuk aktivitas, energi untuk pencernaan makanan dan energi untuk pertumbuhan, sedangkan sebagian lainnya dikeluarkan dalam bentuk feses dan bahan ekskresi lainnya (Brett & Groves 1979). Ikan memperoleh energi utarna
dari protein. Protein adalah bahan organik terbesar dalarn jaringan ikan, kira-kira mencapai 65-75% dari total bobot kering dasar (Hepher 1990). Pertumbuhan ikan sangat bergantung kepada energi yang tersedia dalam pakan dan pembelanjaan energi tersebut. Kebutuhan energi untuk maintenance hams terpenuhi lebih dahulu, dan apabila berlebih maka kelebihannya akan digunakan untuk pertumbuhan (Lovell 1988). Menurut Furuichi (1988) bahwa pertumbuhan atau pembentukan jaringan tubuh paling besar dipengaruhi oleh keseimbangan energi dan protein dalam pakan. Pakan yang mempunyai kadar protein tinggi belum tentu dapat mempercepat pertumbuhan apabila total energi pakan lebih rendah dari kebutuhan. Karena energi pakan terlebih dahulu dipakai untuk kegiatan metabolisme standar (maintenance) seperti untuk respirasi, transportasi metabolit dan pengaturan suhu tubuh serta aktivitas fisik lainnya. Energi untuk seluruh aktivitas tersebut diharapkan sebagian besar berasal dari nutrien non protein (lemak dan karbohidrat). Apabila sumbangan energi dari bahan non protein tersebut rendah, maka protein akan didegradasi untuk menghasilkan energi, sehingga fungsi protein sebagai nutrien pembangun jaringan tubuh akan berkurang. Dalam penyusunan ransum ikan perlu diperhatikan keseimbangan antara protein dan energi. Pakan yang kandungan energinya rendah dapat menyebabkan ikan menggunakan sebagian protein sebagai sumber energi untuk keperluan metabolisme, sehingga bagian protein untuk pertumbuhan menjadi berkurang. Sebaliknya jika kandungan energi pakan terlalu tinggi dapat membatasi jurnlah pakan yang akan dimakan. Keadaan ini dapat membatasi jumlah protein yang dimakan ikan, akibatnya pertumbuhan ikan menjadi relatif rendah (Lovell 1988).
Karbohidrat merupakan salah satu sumber energi ikan. Fungsi utarna karbohidrat adalah menyediakan energi untuk proses kehidupan normal. Sumber energi utama untuk semua sel adalah glukosa (Church & Pond 1988). Sedangkan peranan selain sebagai sumber energi juga berperan sebagai prekursor berbagai hasil metabolit interrnedier yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan misalnya untuk biosintesis berbagai asam amino non esensial dan asam nukleat. Kemudian manfaat lain dengan adanya karbohidrat dalam pakan adalah bahwa pakan yang mengandung karbohidrat dan lemak yang tepat dapat mengurangi penggunaan
protein sebagai sumber energi yang dikenal sebagai protein sparing effect. Terjadinya protein sparing effect oleh karbohidrat dan lemak dapat menurunkan biaya produksi @&an) dan mengurangi pengeluaran limbah nitrogen ke lingkungan (Shiau & Huang 1990 ; Peres & Teles 1999). Selanjutnya kemampuan ikan laut mencerna karbohidrat adalah sekitar 20%, sedangkan ikan air tawar mampu mencerna di atas 20% seperti 30-40% untuk ikan mas (Cyprinus carpio) untuk Tilapia sp 35% (Wilson 1994). &an rohu (Labeo rohita) membutuhkan karbohidrat dalam pakan sekitar 40% (Krishna & Kumar 2001). Lemak mempunyai peranan penting bagi ikan karena b e r h g s i sebagai sumber energi dan asam lemak esensial, memelihara bentuk dan h g s i membran atau jaringan sel yang penting bagi organ tubuh tertentu, membantu dalam penyerapan vitamin yang larut dalam lemak dan untuk mempertahankan daya apung tubuh (NRC 1993). Kebutuhan ikan akan asam-asam lemak esensial berbeda untuk setiap species ikan (Furuichi 1988). Perbedaan kebutuhan ini terutama dihubungkan dengan habitatnya. Ikan yang hidup di laut lebih memerlukan asam lemak n-3, sedangkan ikan yang hidup di air tawar ada yang hanya membutuhkan asam lemak n-6 atau kombinasi asam lemak n-3 dan n-6 (Hepher 1990). Di antara spesies ikan air tawar seperti ikan channel catfish, coho salmon dan rainbow trout memerlukan 18:3n-3 atau 2 0 5 - 3 dan 20:6n-3. Ikan Chum salmon, ikan mas dan sidat Jepang memerlukan campuran 18:2n-6 dan 18:3n-3 sedangkan ikan nila (Tilapia zilli) hanya memerlukan 18:2n-6 untuk pertumbuhan maksimum dan efisiensi pakan (NRC 1993). Kebutuhan lemak kasar dalam ransum ikan adalah sekitar 5-10 % dengan sumber lemak nabati misalnya minyak jagung dan sumber lemak hewani misalnya minyak ikan (Furuichi 1988). Hossain et al. (2002) menyatakan bahwa komposisi lemak pakan benih ikan mahseer (Tor putitora) sebesar 10% dengan kadar protein 40% menghasilkan bobot tubuh dan efisiensi pakan yang lebih baik dibandingkan dengan kadar lemak 10% dengan protein 20% dan 50% dalam pakan. Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Mohan & Basade (2005) menyatakan pertumbuhan terbaik ikan mahseer (Tor putitora) untuk benih ukuran 3g diperoleh pada kadar lemak 17,89% dengan kadar protein 47% dalam pakan. Sedangkan Islam & Tanaka (2004) menyatakan perturnbuhan dan efisiensi terbaik
terhadap ikan mahseer (Tor putitora) ukuran 14g diperoleh pada kadar lemak pakan 14% dengan kadar protein 45%. Keberadaan tingkat energi yang optimum dalarn pakan sangat penting sebab kelebihan atau kekurangan energi mengakibatkan penurunan laju pertumbuhan (NRC 1993). Menurut Cho & Watanabe (1988) bahwa hewan muda memerlukan energi yang lebih tinggi per unit bobot tubuh untuk fungsi pemeliharaan dibandingkan hewan dewasa, meskipun proses reproduksi meningkatkan kebutuhan energi bagi hewan dewasa. Kebutuhan setiap spesies ikan akan protein dan energi berbeda dan dipengaruhi oleh umurlukuran ikan. Kurnia (2002) menyatakan bahwa benih ikan baung (Mystus nemurus) berkuran 5,3g mengalami pertumbuhan terbaik pada pemberian pakan dengan kadar protein 29% dengan rasio energi protein 11,47 kkal DEIg protein. Sedangkan penelitian Shiau & Huang (1990) terhadap tilapia (Oreochromis niloticus dan
Oreochromis aureus) menunjukkan bahwa
pertumbuhan ikan tilapia berukuran 1,60g meningkat seiring dengan peningkatan energi pada kadar protein 21% dan 24% dengan energi 190, 230, 270 kkal DE1100g. Namun pertumbuhan tidak meningkat lagi pada tingkat energi yang lebih tinggi yakni pada 3 10, 350, dan 390 kkal DE1100g. Hossain et al. (2002) menyatakan bahwa rasio energi protein ikan Mahseer (Tor putitora) ukuran l g sebesar 20,90 kJ/mg. Sedangkan Mohan & Basade (2005) menyatakan bahwa pada bobot 3g memerlukan rasio energi-protein optimum sebesar 22,75 kJ/mg.