TINJAUAN PUSTAKA Alat Tangkap Jaring Insang (Gillnet) Gillnet adalah jaring dengan bentuk empat persegi panjang, mempunyai mata jaring yang sama ukurannya pada seluruh jaring, lebar jaring lebih pendek jika dibandingkan dengan panjangnya, dengan perkataan lain jumlah mesh depth lebih sedikit jika dibandingkan dengan jumlah mesh size pada arah panjangnya. Penentuan lebar jaring (jumlah mesh depth) didasarkan antara lain atas pertimbangan terhadap dalamnya swimming layer dari jenis-jenis ikan yang menjadi tujuan tangkapan, density dari gerombolan ikan dan lain sebagainya (Novela, 2004). Deskripsi alat tangkap gillnet dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Alat tangkap jaring insang (gillnet) 1. Pelampung, 2. Tali pelampung, 3.Tali ris atas, 4. Tubuh jaring, 5. Tali ris bawah, 6. Tali pemberat, 7. Pemberat. (Zulbainarni, 2012). Jaring insang (gillnet) memiliki bahan utama berupa jaring, selain jaring bagian-bagian lain alat ini yaitu pelampung (float) dan tali pelampung (float line), tali ris atas dan tali ris bawah, badan jaring (webbing atau net), pemberat (sinker) dan tali pemberat (sinker line) (Putrinatami, 2010).
Universitas Sumatera Utara
Pengoperasian Gillnet Secara umum metode pengoperasian alat tangkap gillnet terdiri atas beberapa tahap Pratiwi (2010), yaitu : 1.
Persiapan yang dilakukan nelayan meliputi pemeriksaan alat tangkap, kondisi mesin, bahan bakar kapal, perbekalan, es dan tempat untuk menyimpan hasil tangkapan.
2.
Pencarian daerah penangkapan ikan, hal ini dilakukan nelayan berdasarkan pengalaman-pengalaman melaut, yaitu dengan mengamati kondisi perairan seperti banyaknya gelembung-gelembung udara di permukaan perairan, warna perairan, serta adanya burung-burung di atas perairan yang mengindikasikan adanya schooling ikan.
3.
Pengoperasian alat tangkap yang terdiri atas pemasangan jaring (setting), perendaman jaring (soaking) dan pengangkatan jaring (hauling).
4.
Tahap penanganan hasil tangkapan adalah pelepasan ikan hasil tangkapan dari jaring untuk kemudian disimpan pada suatu wadah atau tempat. Metode Pengoperasian gillnet umumnya dilakukan secara pasif, tetapi ada
juga yang dioperasikan secara semi aktif atau dioperasikan secara aktif. Untuk jenis jaring insang yang dioperasikan secara pasif umumnya dilakukan pada malam hari dengan atau tanpa alat bantu cahaya. Untuk jaring yang dioperasikan semi aktif atau secara aktif, pemasangan jaring insang pada daerah penangkapan umumnya dilakukan pada siang hari atau dengan kata lain tidak menunggu supaya ikan memasuki mata jaring (Baskoro, dkk., 2010).
Universitas Sumatera Utara
Menurut Ayodhyoa (1985) diacu oleh Pratiwi (2010) ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk keberhasilan penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap gillnet, yaitu : 1.
Kekakuan Jaring yang digunakan sebaiknya lembut, tidak kaku dan mudah diatur atau dibengkokkan sebab bahan jaring akan berpengaruh terhadap jumlah hasil tangkapan.
2.
Ketegangan rentangan tubuh jaring Ketegangan rentangan mengakibatkan terjadinya tekanan pada tubuh jaring yang dapat mempengaruhi jumlah ikan yang tertangkap. Semakin tegang jaring direntang, maka ikan akan sukar terjerat sehingga ikan mudah lepas.
3.
Shortening atau shrinkage Adalah beda panjang tubuh jaring dalam keadaan teregang sempurna (stretch) dengan panjang jaring setelah dilekatkan pada pelampung ataupun pemberat. Hal ini dimaksudkan untuk penyesuaian ukuran ikan yang akan ditangkap agar mudah terjerat atau terbelit.
4.
Tinggi jaring Tinggi jaring merupakan jarak antara pelampung dan pemberat pada saat jaring dipasang di perairan.
5.
Mesh size dan besar ikan Mesh size merupakan ukuran suatu mata jaring antar simpulnya yang direntangkan, ukuran tersebut disesuaikan dengan besarnya badan ikan tujuan tangkapan.
Universitas Sumatera Utara
6.
Warna jaring Warna jaring (badan jaring) di dalam air akan dipengaruhi oleh faktor-faktor kedalaman perairan, transparansi, sinar matahari, cahaya bulan dan lainnya. Sebaiknya warna jaring disesuaikan dengan warna perairan, tidak terlihat kontras dengan warna daerah penangkapan. Proses terjeratnya ikan pada jaring insang dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Proses terjeratnya ikan pada gillnet (Setyono, 1983). Ikan tertangkap oleh gillnet secara terjerat tepat dibelakang mata - snagged, terjerat dibelakang tutup insang - gilled dan terjerat di depan sirip punggung wedged, bila ikan terjerat di jaring melalui gigi, tulang rahang, sirip atau bagian tubuh yang menonjol lainnya, tanpa msuk ke dalam mata jaring - entangled (Novela, 2004). Cara ikan tertangkap jaring dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Cara Tertangkapnya Ikan dengan Jaring (Miranti, 2007).
Universitas Sumatera Utara
Kapal Gillnet Menurut Undang-undang Nomor 45 tahun 2009 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 tahun 2004 tentang perikanan, Kapal perikanan adalah kapal, perahu, atau alat apung lain yang digunakan untuk melakukan operasi penangkapan ikan, pembudidaya ikan, pengangkutan ikan, pengolahan ikan, pelatihan perikanan dan penelitian/eksplorasi perikanan. Berdasarkan metode pengoperasian alat tangkapnya, kapal ikan dibedakan dalam empat kelompok besar, yaitu towed gear, kapal dengan alat tangkap ikan yang ditarik, encircling gear, kapal dengan alat tangkap yang diinginkan, static gear, kapal dengan alat yang dilingkarkan, static gear, kapal dengan alat tangkap yang dioperasikan secara statis, dan multi purpose, kapal dengan lebih dari satu alat tangkap. Kapal gillnet termasuk kedalam kelompok kapal dengan metode pengoperasian static gear. Umumnya kapal gillnet mengoperasikan berbagai jenis ukuran alat tangkap. Gillnet pada awal mulanya dioperasikan menggunakan perahu-perahu kecil (Miranti, 2007).
Nelayan Gillnet Berdasarkan Undang-undang Nomor 45 tahun 2009 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 tahun 2004 tentang perikanan, nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan. Nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam operasi penangkapan ikan, binatang air lainnya atau tanaman air. Orang yang hanya melakukan pekerjaan seperti membuat jaring, mengangkut alat-alat atau perlengkapan ke dalam perahu atau kapal tidak dimasukkan sebagai nelayan. Ahli mesin dan juru masak yang bekerja di atas kapal penangkap dimasukan sebagai nelayan, walaupun tidak
Universitas Sumatera Utara
secara langsung melakukan penangkapan. Nelayan dikelompokkan berdasarkan curahan waktu kerjanya yaitu nelayan penuh dan nelayan sambilan utama. Nelayan penuh merupakan nelayan yang seluruh waktu kerjanya dipergunakan untuk melakukan operasi penangkapan ikan. Nelayan sambilan utama adalah nelayan yang sebagian besar waktu kerjanya dipergunakan untuk melakukan operasi penangkapan ikan.
Sumberdaya Ikan Kembung (Rastrelliger sp.) Klasifikasi ikan kembung menurut Saanin (1968) : Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Pisces
Ordo
: Percomorpy
Famili
: Scombridae
Genus
: Rastrelliger
Spesies
: Rastrelliger sp.
Ikan kembung merupakan ikan yang hidup di tepian pantai dan pada musim tertentu hidup bergerombol di permukaan laut, sehingga penangkapannya secara besar-besaran mudah dilakukan. Ikan ini banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena kandungan gizi yang cukup tinggi, harganya relatif murah dan mudah diperoleh di pasaran (Yulisma, dkk., 2012). Ikan Kembung dapat dilihat pada Gambar 5.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5. Ikan Kembung (Rastrelliger sp.) Menurut Zen (2006), ikan kembung hidup berkelompok dalam jumlah yang besar pada perairan pantai dengan kedalaman antara 10 – 50 meter. Ikan ini melakukan
ruaya
pemijahan
yang
bersifat
oceanodromus
yaitu
ikan
menghabiskan siklus hidupnya di daerah pantai dan memijah di daerah laut lepas. Chirastit (1962) menduga bahwa ikan kembung perempuan yang sudah matang gonad beruaya dari daerah pantai ke laut lepas sedangkan ikan juvenil beruaya dari laut lepas ke daerah pantai untuk membesar. Jumlah tangkapan ikan yang tertangkap saat bulan semi gelap lebih banyak dibandingkan dengan bulan gelap dan bulan terang. Namun secara khusus ikan kembung lebih banyak tertangkap saat bulan gelap dibandingkan bulan semi gelap dan bulan terang (Lee, 2010).
Komposisi Ikan Untuk mengetahui komposisi suatu organisme diantaranya ikan yang hidup dalam perairan dapat dilihat dari kelimpahan relatifnya. Kelimpahan relatif dinyatakan dalam jumlah atau berat relatif dari suatu kelompok jenis organisme dalam suatu komuniti. Komposisi komunitas ikan dapat menunjukkan spesies yang mempunyai dominansi ekologis. Spesies dominan merupakan spesies yang
Universitas Sumatera Utara
mempunyai peranan yang jauh lebih besar terhadap komuniti dilingkungannya. Hal ini dapat ditunjukkan melalui jumlah individu, ukuran, produksi dan aktivitasaktivitas lainnya (Kristina, 2001).
Diversitas Hasil Tangkapan Diversitas atau keanekaragaman hayati adalah istilah untuk derajat keanekaragaman sumberdaya alam yang mencakup jumlah dan frekuensi ekologis spesies dan genetik yang terdapat dalam wilayah tertentu. Komponen utama dari keanekaragaman adalah kesamarataan (equibility) dalam pembagian individuindividu merata diantara jenis (Sirait, 2008). Krebs (1989) dalam Raspati (2008) Pengukuran keanekaragaman diperlukan untuk mengestimasi arti penting suatu spesies dalam komunitas tertentu. Diversitas dapat diketahui melalui berbagai cara dengan berbagai kisaran nilai indeks. Namun, seluruh pengukuran yang ada mengindikasikan kekayaan jenis (richness) dan menggambarkan jumlah individu suatu spesies diantara jumlah individu semua spesies. Indeks diversitas Shannon H’ telah banyak digunakan untuk menggambarkan dinamika musiman dari tingkat selektivitas suatu alat tangkap terhadap target penangkapan. Nilai indeks diversitas yang tinggi mengindikasikan bahwa alat tangkap tersebut memiliki tingkat selektivitas yang rendah terhadap target penangkapan. Begitu pula sebaliknya, nilai indeks yang rendah mengindikasikan bahwa alat tangkap tersebut memiliki tingkat selektivitas yang tinggi terhadap target penangkapan (Wiyono, dkk, 2006 dalam Raspati, 2008).
Universitas Sumatera Utara
Dominansi Hasil Tangkapan Keberadaan suatu organisme dalam komunitas tidak sama arti dan pentingnya dalam menentukan tipe komunitas. Dari sejumlah tipe yang ada, relatif sedikit golongan atau jenis yang berperan dalam mengendalikan komunitas. Sehingga dalam menentukan dominansi ekologi perlu dilakukan penentuan indeks dominansi (Sirait, 2008). Menurut wiyono, dkk (2006) dalam Sirait (2008) menyatakan hubungan dominansi dengan penangkapan ikan menunjukkan selektivitas suatu alat tangkap. Nilai indeks dominansi yang tinggi mengindikasikan bahwa suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang rendah terhadap target penangkapan.
Laju Tangkap Laju tangkap menggambarkan kemampuan tangkap suatu alat tangkap per upaya penangkapan. Kemampuan tangkap suatu alat tangkap mewakili hasil tangkapan dalam satuan gram/kilogram/ton. Upaya penangkapan yang menjadi bagian dalam analisis laju tangkap adalah upaya penangkapan seperti lama tarikan (lama perendaman/terapung), durasi pengangkatan dan durasi panen yang dikonversi dalam satuan waktu (menit/jam/hari). Apabila nilai laju tangkap pada suatu alat tangkap dengan target tangkapan utama dan tangkapan sampingan tidak terlalu besar selisihnya, ini membuktikan bahwa kemampuan suatu alat tangkap dalam menangkap target tangkapan utama dan tangkapan sampingan hampir sama (Firdaus, 2010). Keramahan Alat Tangkap Hasil tangkapan yang didapat dibagi menjadi dua yaitu hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan sampingan. Alat tangkap yang dikatakan ramah
Universitas Sumatera Utara
lingkungan yaitu apabila hasil tangkapan sampingannya minimum dan memprioritaskan hasil tangkap utama (Yuda, dkk, 2012). Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut dapat disimpulkan bahwa kriteria kriteria yang dapat digunakan sebagai penilaian untuk melihat tingkat keramahan lingkungan pada suatu unit penangkapan ikan antara lain (Suadela, 2004) : 1. Hasil tangkapan sasaran utama ≥ 60%, alat tangkap tersebut dapat dikatakan ramah lingkungan 2. Hasil tangkapan sampingan (by-catch) dan discard minimum. 3. Hasil tangkapan yang dihasilkan selektif dari segi ukuran (layak tangkap) dan bukan dari spesies yang dilindungi atau terancam punah.
Analisis Usaha Analisis usaha dalam bidang perikanan merupakan pemeriksaan keuangan untuk mengetahui tingkat keberhasilan usaha yang akan dicapai selama usaha tersebut berjalan. Dalam analisis usaha dilakukan analisis pendapatan usaha, analisis imbangan penerimaan dan biaya, payback period (Putrinatami, 2010). Komponen-komponen yang digunakan dalam analisis usaha adalah penerimaan usaha, dan pendapatan yang diperoleh dari usaha perikanan. Pendapatan (keuntungan) adalah penerimaan total (Total Revenue = TR) dikurangi biaya total (Total Cost = TC). Penerimaan adalah total produksi dikalikan dengan harga per satuan sejumlah output tertentu. Biaya total adalah seluruh biaya yang diperlukan untuk menghasilkan sejumlah output tertentu. Biaya operasi terdiri dari dua bagian, yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap (variabel). Analisis R/C adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui seberapa jauh Setiap rupiah biaya yang digunakan dapat memberikan nilai
Universitas Sumatera Utara
penerimaan sebagai manfaat. Payback Period (PP) merupakan suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan aliran kas (Suyitno, 2009).
Universitas Sumatera Utara