TINGKAT PENGETAHUAN BIDAN TENTANG PARTOGRAF DI KECAMATAN TAWANGMANGU Silviana Yanuardi Putri, Luluk Nur Fakhidah 1
Mahasiswa AKBID Mitra Husada Karanganyar 2 Dosen AKBID Mitra Husada Karanganyar Jl Achmad Yani No.167. Papahan, Tasikmadu, Karanganyar Email :
[email protected]
ABSTRAK Partograf dapat meningkatkan mutu dan keteraturan pemantauan janin dan ibu. Disamping itu dapat mengetahui lebih awal adanya persalinan abnormal dan menurunkan resiko perdarahan post partum secara bermakna dan akan meniadakan persalinan macet, rupture uterin dan lain-lain, serta membantu petugas kesehatan dalam mengambil keputusan dalam penatalaksanaan, selain itu juga memberi peringatan pada petugas kesehatan. Untuk itu diperlukan pengetahuan yang baik tentang partograf. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan bidan tentang partograf di Kecamatan Tawangmangu. Desain penelitian ini adalah deskriptif. Dengan menggunakan pendekatan waktu croos sectional. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Juni dan teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dengan respondennya 22 bidan di Kecamatan Tawangmangu. Teknik pengumpulan data adalah dengan menggunakan kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan bidan tentang partograf mempunyai tingkat pengetahuan baik sebanyak 13 responden (59,1%), berdasarkan pengertian partograf mempunyai tingkat pengetahuan baik sebanyak 22 responden (100%), berdasarkan tujuan penggunaan partograf mempunyai tingkat pengetahuan baik sebanyak 22 responden (100%), berdasarkan komponen dalam partograf mempunyai tingkat pengetahuan baik sebanyak 7 responden (31,8%), berdasarkan cara pencatatan lembar belakang partograf mempunyai tingkat pengetahuan baik sebanyak 20 responden (90,90%). Simpulan dari Penelitian ini menunjukkan bahwa Tingkat Pengetahuan Bidan tentang Partograf di Kecamatan Tawangmangu adalah baik.
Kata Kunci : Tingkat Pengetahuan, Partograf
MATERNAL VOLUME 7 EDISI OKTOBER 2012
128
PENDAHULUAN Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan persalinan dan membantu petugas kesehatan dalam mengambil keputusan dalam penatalaksanaan, selain itu juga memberi peringatan pada petugas kesehatan bahwa suatu persalinan berlangsung lama, gawat ibu dan janin, dan tindakan-tindakan yang dilakukan sesuai pelaksanaannya (Sumapraja, 2002). Partograf juga dapat meningkatkan mutu dan keteraturan pemantauan janin dan ibu. Disamping itu dapat mengetahui lebih awal adanya persalinan abnormal dan menurunkan resiko perdarahan post partum secara bermakna dan akan meniadakan persalinan macet, rupture uterin dan lain-lain (Sumapraja, 2002). Pengetahuan bidan tentang partograf sangat penting, karena dalam setiap persalinan baik persalinan normal maupun adanya komplikasi dapat segera diketahui apabila pengetahuan bidan baik tentang partograf. Untuk meningkatkan mutu palayanan dan mencegah terjadinya komplikasi maka sosialisasi penggunan partograf sangat diperlukan untuk mencapai persalinan yang aman. Dengan penerapan partograf yang diharapkan dapat menurunkan resiko terjadinya komplikasi pada ibu dan bayi, penggunaan partograf secara rutin dapat memastikan bahwa ibu dan bayinya mendapatkan asuhan yang aman, adekuat dan tepat waktu serta membantu mencegah terjadinya penyulit yang dapat mengancam kesehatan jiwa mereka. Partograf telah terbukti efektif dalam mencegah persalinan lama, menurunkan tindakan bedah kebidanan yang pada akhirnya MATERNAL VOLUME 7 EDISI OKTOBER 2012
meningkatkan kesejahteraan janin (Sumapraja, 2002). Penelitian tentang partograf pernah dilakukan oleh Nurhidayah pada tahun 2006 dengan judul Tinjauan Penggunaan Partograf pada Persalinan Normal di Bidan Praktek Swasta di Wilayah Jakarta Timur. Hasil penelitian menunjukan hampir 60% bidan praktek swasta di wilayah Jakarta Timur menggunakan partograf. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Tingkat Pengetahuan Bidan Tentang Partograf di Kecamatan Tawangmangu”. BAHAN DAN METODE A. Tinjauan Pustaka 1. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan adalah merupakan hasil ”tahu” dan ini terjadi setelah orang mengadakan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terhadap objek terjadi melalui panca indera manusia yakni pengelihatan, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuaan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap obyek. Sebagian besar pengetahuaan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan yang cukup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu : 1) Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Oleh karena itu tahu ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. 2) Memahami (Comprehention) Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara 129
benar tentang objek yang diketahui dan dimana dapat menginterprestasikan secara benar. 3) Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi ataupun kondisi riil (sebanarnya). 4) Analisa Data (Analysis) Analisis adalah suatu komponen untuk menyatakan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5) Sintesis (Syntesis) Sintesis yang dimaksud menunjukan pada suatu kemampuan untuk melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi yang ada. 6) Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. (Notoatmodjo, 2003). b. Cara Memperoleh Pengetahuan 1) Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan antara lain: Cara coba salah, yakni dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba. Cara kekuasaan atau otoritas, sumber cara ini dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal atau informal, ahli agama, pemegang pemerintah, dan berbagai prinsip orang lain yang menerima mempunyai yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas. Berdasarkan pengalaman pribadi, pengalaman pribadipun dapat MATERNAL VOLUME 7 EDISI OKTOBER 2012
digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi masa lalu. 2) Cara modern dalam memperoleh pengetahuan, cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular atau disebut metodologi penelitian (Notoatmodjo, 2003). c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan 1) Faktor Internal, antara lain: a) Pendidikan Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan (Notoatmodjo, 2003). b) Pekerjaan Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan professional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan 130
yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya (Notoatmodjo, 2003). c) Umur Umur adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini (Notoatmodjo, 2003). 2) Faktor Eksternal antara lain: a) Lingkungan Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu. Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacamMATERNAL VOLUME 7 EDISI OKTOBER 2012
macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lainlain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesanpesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut. b) Sosial budaya Sosial budaya yang ada dalam mesyarakat yaitu kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang. (Notoatmodjo, 2003). 2. Partograf a. Pengertian Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan persalinan dan membantu petugas kesehatan dalam mengambil keputusan dalam penatalaksanaan. Partograf dimulai pada pembukaan 4 cm(fase aktif). Partograf sebaiknya dibuat untuk setiap ibu yang bersalin, tanpa menghiraukan apakah persalinan tersebut normal atau dengan komplikasi (Sumapraja, 2002). Mengetahui lebih awal adanya persalinan abnormal dan mencegah 131
terjadinya persalinan lama akan menurunkan risiko perdarahan postpartum dan sepsis secara bermakna, dan akan meniadakan persalinan macet, rupture uteri, dan lain-lain (Sumapraja, 2002). b. Tujuan Penggunaan Partograf Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah: 1) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks melalui periksa dalam. 2) Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan demikian juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus lama. 3) Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan laboratorium, membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang diberikan dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam medik ibu bersalin dan bayi baru lahir (Depkes RI, 2008). Selain dari tujuan utama pengunaan partograf adapun indikasi Penggunaan Partograf antara lain: 1) Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan dan merupakan elemen penting dari asuhan persalinan. Partograf harus digunakan untuk semua persalinan, baik normal maupun patologis. Partograf sangat membantu penolong persalinan dalam memantau, mengevaluasi dan membuat keputusan klinik, baik persalinan dengan penyulit maupun yang tidak disertai dengan penyulit. 2) Selama persalinan dan kelahiran bayi di semua tempat (rumah, MATERNAL VOLUME 7 EDISI OKTOBER 2012
puskesmas, klinik bidan swasta, rumah sakit, dan lain-lain). 3) Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan persalinan kepada ibu dan proses kelahiran bayinya atau Spesialis Obstetri, Bidan, Dokter Umum, Residen dan Mahasiswa Kedokteran. (Depkes RI, 2008). c. Komponen-komponen Partograf Partograf adalah grafik kejadiankejadian saat berlangsungnya persalinan menurut satuan jam. Terdiri dari 3 komponen yaitu: 1) Catatan janin Kolom, lajur dan skala angka pada partograf adalah untuk pencatatan denyut jantung janin (DJJ), air ketuban dan penyusupan (kepala janin) a) Denyut jantung janin Dengan menggunakan metode seperti yang diuraikan pada bagian pemeriksaan fisik pada bab ini, nilai dan catat denyut jantung janin (DJJ) setiap 30 menit (lebih sering jika ada tanda-tanda gawat janin). Setiap kotak pada bagian ini, menunjukan waktu 30 menit. Skala angka disebelah kolom paling kiri menunjukan DJJ. Catat DJJ dengan memberi tanda titik pada garis yang sesuai dengan angka yang menunjukan DJJ. Kemudian hubungkan titik yang satu dengan titik yang lainnya dengan garis tidak terputus (Depkes RI, 2008). Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf diantara garis tebal angka 180 dan 100. Tetapi, penolong harus sudah waspada bila DJJ dibawah 120 atau diatas 160. Untuk tindakan-tindakan segera yang harus dilakukan jika DJJ melampui kisaran normal ini. Catat tindakan-tindakan yang dilakukan pada ruang yang tersedia di salah satu dari kedua sisi partograf (Depkes RI, 2008). b) Warna dan adanya air ketuban 132
Nilai kondisi air ketuban setiap kali melakukan periksa dalam dan nilai warna air ketuban jika selaput ketuban pecah. Catat temuan-temuan dalam kotak yang sesuai di bawah lajur DJJ. Gunakan lambang-lambang berikut ini: U : selaput ketuban masih utuh (belum pecah) J : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih M : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium D : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah K : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban tidak mengalir lagi (kering) Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu menunjukkan adanya gawat janin. Jika terdapat mekonium, pantau DJJ dengan seksama untuk mengenali tanda-tanda gawat janin selama proses persalinan. Jika ada tanda-tanda gawat janin (denyut jantung janin <100 atau >180 kali per menit) maka ibu harus segera dirujuk (Depkes RI, 2008). Jika terdapat mekonium kental, segera rujuk ibu ketempat yang memiliki kemampuan penatalaksanaan kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir (Depkes RI, 2008). c) Molase (penyusupan kepala janin) Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala bayi dapat menyesuaikan diri dengan bagian keras panggul ibu. Tulang kepala yang saling menyusup atau tumpang tindih, menunjukan kemungkinan adanya disproporsi tulang panggul CPD. Ketidakmampuan akomodasi akan benar-benar terjadi jika tulang kepala yang saling menyusup sulit untuk dipisahkan. Apabila ada dugaan disproporsi tulang panggul, penting sekali untuk tetap memantau kondisi MATERNAL VOLUME 7 EDISI OKTOBER 2012
janin dan kemajuan persalinan. Lakukan tindakan pertolongan awal yang sesuai dan rujuk ibu dengan tanda-tanda disproporsi tulang panggul ke fasilitas kesehatan yang memadai. Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam, nilai penyusupan kepala janin. Catat temuan di kotak yang sesuai di bawah lajur air ketuban. Gunakan lambang-lambang berikut ini: 0 : tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat dipalpasi 1 : tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan 2 : tulang-tulang kepala janin saling tumpah tindih tetapi masih dapat dipisahkan 3 : tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan (Depkes RI, 2008). 2) Catatan kemajuan persalinan Kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk pencatatan kemajuan persalinan. Angka 0-10 yang tertera di tepi kolom paling kiri adalah besarnya dilatasi serviks. Masing-masing angka mempunyai lajur dan kotak tersendiri. Setiap angka atau kotak menunjukan besarnya pembukaan serviks. Kotak yang satu dengan kotak yang lain pada lajur diatasnya, menunjukan penambahan dilatasi serviks sebesar 1 cm. Skala angka 1-5 juga menunjukan seberapa jauh penurunan janin. Masing-masing kotak di bagian ini menunjukkan seberapa jauh penurunan janin. Masing-masing kotak di bagian ini menyatakan waktu 30 menit (Depkes RI, 2008). a) Pembukaan serviks Dengan menggunakan metode yang dijelaskan di bagian Pemeriksaan Fisik dalam bab ini, nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam (lebih sering dilakukan jika ada tanda-tanda 133
penyulit). Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada partograf hasil temuan dari setiap pemeriksaan. Tanda ”X” harus ditulis di garis waktu yang sesuai dengan lajur besarnya pembukaan serviks. Beri tanda untuk temuan-temuan dari pemeriksaan dalam yang dilakukan pertama kali selama fase aktif persalinan di garis waspada. Hubungkan tanda ”X” dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh atau tidak terputus (Depkes RI, 2008). b) Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin Dengan menggunakan metode yang dijelaskan di bagian Pemeriksaan Fisik di bab ini. Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam (setiap 4 jam), atau lebih sering jika ada tanda-tanda penyulit, nilai dan catat turunnya bagian terbawah atau presentasi janin (Depkes RI, 2008). Pada persalinan normal, kemajuan pembukaan serviks umumnya diikuti dengan turunnya bagian terbawah atau presentasi janin. Tapi kadangkala, turunnya bagian terbawah atau presentasi janin baru terjadi setelah pembukaan serviks sebesar 7 cm (Depkes RI, 2008). Kata-kata ”Turunnya kepala” garis tidak terputus dari 0-5, tertera di sisi yang sama dengan angka pembukaan serviks. Berikan tanda “O” pada garis waktu yang sesuai. Sebagai contoh, jika kepala bisa di palpasi 4/5 , tuliskan tanda “O” di nomor 4. Hubungkan tanda “O” dari setiap pemeriksaan dengan garis tidak terputus (Depkes RI, 2008). c) Garis waspada dan garis bertindak Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan berakhir pada titik dimana pembukaan lengkap diharapkan terjadi jika laju pembukaan 1 cm per jam. Pencatatan selama fase MATERNAL VOLUME 7 EDISI OKTOBER 2012
aktif persalinan harus dimulai di garis waspada. Jika pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada (pembukaan kurang dari 1 cm per jam), maka harus dipertimbangkan adanya penyulit (misalnya fase aktif yang memanjang, macet, dan lain-lain). Pertimbangkan juga adanya tindakan intervensi yang diperlukan, misalnya persiapan rujukan ke fasilitas kesehatan rujukan (rumah sakit atau puskesmas) yang mampu menangani penyulit dan kegawat daruratan obstetri. Garis bertindak tertera sejajar dengan garis waspada, dipisakan oleh 8 kotak atau 4 jalur ke sisi kanan. Jika pembukaan serviks berada di sebelah kanan garis bertindak, maka tindakan untuk menyelesaikan persalinan harus dilakukan. Ibu harus tiba di tempat rujukan sebelum garis bertindak terlampaui (Depkes RI, 2008). d) Jam dan waktu mulainya fase aktif persalinan serta saat pemeriksaan dalam dilakukan. Di bagian bawah partograf (pembukaan serviks dan penurunan) tertera kotakkotak yang diberi angka 1-12. Setiap kotak menyatakan waktu satu jam sejak dimulainya fase aktif persalinan (Depkes RI, 2008). Di bawah lajur kotak untuk waktu mulainya fase aktif, tertera kotak-kotak untuk mencatat waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan. Setiap kotak menyatakan 1 jam penuh dan berkaitan dengan dua kotak waktu 30 menit pada lajur kotak di atasnya atau lajur kontraksi di bawahnya. Saat ibu masuk dalam fase aktif persalinan, catatkan pembukaan serviks di garis waspada. Kemudian catatkan waktu aktual pemeriksaan ini di kotak waktu yang sesuai. Sebagai contoh, jika pemeriksaan dalam menunjukan ibu 134
mengalami pembukaan 6 cm pada pukul 15.00 WIB, tuliskan tanda ”X” di garis waspada yang sesuai dengan angka 6 yang tertera di sisi luar kolom paling kiri dan catat waktu yang sesuai pada kotak waktu di bawahnya atau kotak ketiga dari kiri (Depkes RI, 2008). e) Kotraksi Uterus Di bawah lajur waktu partograf, terdapat lima lajur kotak dengan tulisan ”kontraksi per 10 menit” di sebelah luar kolom paling kiri. Setiap kotak menyatakan satu kontraksi. Setiap 30 menit, raba dan catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam satuan detik (Depkes RI, 2008). Nyatakan jumlah kontraksi yang terjadi dalam waktu 10 menit dengan mengisi angka pada kotak yang sesuai. Sebagai contoh jika ibu mengalami 3 kontraksi dalam waktu satu kali 10 menit, maka lakukan pengisian pada 3 kotak kontraksi (Depkes RI, 2008). f) Obat-obatan dan cairan yang diberikan Oksitosin, jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30 menit jumlah unit oksitosin yang diberikan per volume cairan IV dan dalam satuan tetesan per menit. Obat-obatan lain dan cairan IV, catat semua pemberian obat-obatan tambahan atau cairan IV dalam kotak yang sesuai dengan kolom waktunya (Depkes RI, 2008). 3) Catatan ibu Bagian terakhir pada lembar depan partograf berkaitan dengan kesehatan dan kenyamanan ibu. a) Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh Angka di sebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dengan nadi dan tekanan darah ibu selama persalinan. Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit MATERNAL VOLUME 7 EDISI OKTOBER 2012
selama fase aktif persalinan (lebih sering jika diduga adanya penyulit). Beri tanda titik (●) pada kolom waktu yang sesuai. Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif persalinan (lebih sering jika diduga akan adanya penyulit). Beri tanda panah pada partograf pada kolom waktu yang sesuai: ↕ Nilai dan catat temperatur tubuh ibu (lebih sering jika terjadi peningkatan secara mendadak atau diduga adanya infeksi) setiap 2 jam dan catat temperatur tubuh dalam kotak yang sesuai (Depkes RI, 2008). b) Volume urin, protein dan aseton Ukur dan catat jumlah produksi urin ibu sedikitnya setiap 2 jam (setiap kali ibu berkemih). Jika memungkinkan, setiap kali ibu berkemih, lakukan pemeriksaan aseton atau protein dalam urin (Depkes RI, 2008). d. Pencatatan pada Lembar Belakang Partograf Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat halhal yang terjadi selama proses persalinan dan kelahiran bayi, serta tindakan-tindakan yang dilakukan sejak persalinan kala I hingga kala IV (termasuk bayi baru lahir). Itulah sebabnya bagian ini disebut sebagai Catatan Persalinan. Nilai dan catat asuhan yang diberikan pada ibu dalam masa nifas terutama selama persalinan kala IV untuk memungkinkan penolong persalinan mencegah terjadinya penyulit dan membuat keputusan klinik yang sesuai. Dokumentasi ini sangat penting untuk membuat keputusan klinik, terutama pada pemantauan kala IV ( mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan). Selain itu, catatan 135
persalinan (yang sudah di isi dengan lengkap dan benar) dapat pula digunakan untuk menilai atau memantau sejauh mana telah dilakukan pelaksanaan asuhan persalinan yang bersih dan aman. (Depkes RI, 2008). Catatan persalinan terdiri dari unsurunsur berikut: 1) Data dasar 2) Kala I 3) Kala II 4) Kala III 5) Bayi baru lahir 6) Kala IV Cara pengisian: Berbeda dengan halaman depan yang harus diisi pada akhir setiap pemeriksaan, lembar belakang partograf ini diisi setelah seluruh proses persalinan selesai. Adapun cara pengisian catatan persalinan pada lembar belakang partograf secara lebih terinci disampaikan menurut unsurunsurnya sebagai berikut: 1) Data dasar Data dasar terdiri dari tanggal, nama bidan, tempat persalinan, alamat tempat persalinan, catatan, alasan merujuk, tempat rujukan dan pendamping pada saat merujuk. Isi data pada masingmasing tempat yang telah disediakan, atau dengan cara memberi tanda (√) pada kotak di samping jawaban yang sesuai. Untuk pertanyaan nomor 5, lingkari jawaban yang sesuai dan untuk pertanyaan nomor 8 jawaban bisa lebih dari satu (Depkes RI, 2008). 2) Kala I Kala I terdiri dari pertanyaanpertanyaan tentang partograf saat melewati garis waspada, masalahmasalah yang timbul, penatalaksanaannya dan hasil penatalaksanaan tersebut. Untuk pertanyaan nomor 9, lingkari jawaban MATERNAL VOLUME 7 EDISI OKTOBER 2012
yang sesuai.Pertanyaan lainnya hanya diisi jika terdapat masalah lainnya dalam persalinan (Depkes RI, 2008). 3) Kala II Kala II terdiri dari episitomi, pendamping persalinan, gawat janin, distosia bahu, masalah lain, penatalaksanaan dan hasilnya. Beri tanda ”√” pada kotak di samping jawaban yang sesuai. Untuk pertanyaan nomor 13, jika jawabannya ”Ya”, tulis indikasinya sedangkan untuk nomor 15 dan 16 jika jawabannya ”Ya”, isi jenis tindakan yang telah dilakukan. Untuk pertanyaan nomor 14, jawaban bisa labih dari 1. sedangkan untuk ”masalah lain” pada nomor 17 harus dijelaskan jenis masalah yang terjadi pada kala II (Depkes RI, 2008). 4) Kala III Kala III terdiri dari lama kala III, pemberian oksitosin, penegangan tali pusat terkendali, pemijatan fundus, plasenta lahir lengkap, plasenta tidak lahir >30 menit, laserasi, atonia uteri, jumlah perdarahan, masalah lain, penatalaksanaan dan hasilnya. Isi jawaban pada tempat yang disediakan dan beri tanda (√) pada kotak di samping jawaban yang sesuai. Untuk nomor 25, 26, dan 28 lingkari jawaban yang benar (Depkes RI, 2008). 5) Bayi baru lahir Informasi tentang bayi baru lahir terdiri dari berat dan panjang badan, jenis kelamin, penilaian kondisi bayi baru lahir, pemberian ASI, masalah lain, penatalaksanaan dan hasilnya. Isi jawaban pada tempat yang disediakan serta beri tanda (√) pada kotak di samping jawaban yang sesuai. Untuk pertanyaan nomor 36 dan 37, lingkari jawaban yang sesuai sedangkan untuk nomor 38, jawaban bisa lebih dari 1 (Depkes RI, 2008). 6) Kala IV 136
Kala IV berisi data tentang tekanan darah, nadi, suhu, tinggi fundus, kontraksi uterus, kandung kemih dan perdarahan. Pemantauan pada kala IV ini sangat penting, terutama untuk menilai deteksi dini risiko atau terjadi perdarahan pasca persalinan. Pengisian pemantauan kala IV dilakukan setiap 15 menit pada 1 jam pertama setelah melahirkan, dan setiap 30 menit pada 1 jam berikutnya. Isi setiap kolom sesuai dengan hasil pemeriksaan dan jawab pertanyaan mengenai masalah kala IV pada tempat yang telah disediakan. Bagian yang digelapkan tidak usah diisi (Depkes RI, 2008). B. Metode Desain Penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Tujuan dari penelitian deskritif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta–fakta, sifatsifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki (Nazir, 2009). Penelitian ini menggunakan pendekatan waktu cross sectional yaitu pendekatan yang menggunakan satu kali pengumpulan data dalam waktu yang bersamaan. Satu hal yang menguntungkan dari pendekatan ini adalah bahwa datanya dengan cepat dapat terkumpul (Arikunto, 2010). Penelitian di lakukan di Kecamatan Tawangmangu. Pada bulan Mei – Juni 2012. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bidan di Kecamatan Tawangmangu, dengan jumlah bidan 23 orang. Adapun sampel dalam penelitian ini yaitu seluruh bidan di Kecamatan Tawangmangu. Dengan jumlah bidan seluruhnya 23 orang, dan yang digunakan untuk sampel sebanyak 22 bidan. 1 bidan tidak digunakan dalam penalitian dengan MATERNAL VOLUME 7 EDISI OKTOBER 2012
alasan bidan tersebut sebagai tenaga pendidik di Akademi Kebidanan, jadi dapat disimpulkan bidan tersebut memiliki pengetahuan yang baik tentang partograf. Teknik sampel dalam penelitian ini menggunakan Purposive sampling yaitu cara pengambilan sampel untuk tujuan tertentu. (Alimul, 2010) Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2010). Variabel dalam penelitian ini adalah tunggal yaitu tingkat pengetahuan bidan tentang partograf di Kecamatan Tawangmangu. Definisi Operasional pada penelitian ini adalah Tingkat pengetahuan bidan tentang partograf, pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah mengadakan pengindraan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2007). Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan persalinan dan membantu petugas kesehatan mengambil keputusan dalam pelaksanaan (Sumapraja, 2002). Jadi pengetahuan bidan tentang partograf yaitu hasil tahu dari alat bantu yang digunakan dalam memantau kemajuan persalinan. Skala yang digunakan dalam pengukuran ini adalah skala ordinal. Data ini, selain memiliki nama (atribut), juga memiliki peringkat atau urutan. Angka yang diberikan mengandung tingkatan. Ia digunakan untuk mengurutkan objek dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi, atau sebaliknya. Ukuran ini tidak memberikan nilai absolut terhadap objek, tetapi hanya memberikan peringkat saja. 137
Jadi rumus mencari interval secara umum adalah: i =
H-L k
Keterangan: i = Besar kelas interval H = Nilai dari observasi yang paling tinggi L = Nilai observasi yang paling rendah K = Banyaknya kelas (Notoatmodjo, 2007) Setelah mencari interval secara umum maka dapat dibagi menjadi 3 kriteria yaitu: Baik, cukup, kurang. Membagi kriteria dengan mencari interval pada hasil penelitian adalah sebagai berikut: 26 - 22 H-L i = = = 1,3 k 3 Dari hasil interval di atas dapat dibagi ke dalam kriteria antara lain: Kurang : 22 – 23,3 Cukup : 23,4 – 24,7 Baik : 24,8 – 26,0 Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari responden (Hasan, 2006). Langsung dari hasil jawaban dari kuesioner yang diberikan pada bidan di Kecamatan Tawangmangu. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah keusioner tertutup yaitu daftar pertanyaan yang sudah ada jawabannya yaitu ya dan tidak sehingga responden dapat langsung menjawab, untuk penilaian menggunakan skala Guttman jika benar nilai 1 jika salah nilai 0 sesuai jenis pertanyaan (Sugyono, 2008). Dan jenis pertanyaan ada 2 yaitu favorable dan MATERNAL VOLUME 7 EDISI OKTOBER 2012
unfavorable. Favorable jika benar nilai 1 jika salah nilai 0, sedangkan unfavorable jika benar nilai 0 jika salah nilai 1. Adapun kisi-kisi soal sebagai berikut: Kuesioner penelitian ini adalah buatan peneliti sendiri dan belum baku sehingga memerlukan uji validitas dan reliabilitas. Adapun cara mengukur valiliditas dan reliabilitas instrumen adalah sebagai berikut: a). Mengukur validitas Bahwa instrumen sebagai alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Uji validitas dapat menggunakan point biserial. Rumus: rpb = [(M1 – Mx) / sx] [ p /(1 p) ] Keterangan: M1 : Mean skor X dari seluruh subjek yang mendapat angka 1 pada variabel dikotomi i Mx : Mean skor dari seluruh subjek sx : Deviasi standar skor X i : Skor pada variabel dikotomi p : Proporsi subjek yang mendapat angka 1 pada variabel dikotomi Jika rpb ≥ rtabel product moment maka butir soal dikatakan valid pada taraf kesalahan α 5%, jika rpb ≤ rtabel product moment maka butir soal dikatakan tidak valid pada taraf kesalahan α 5% dan dikeluarkan dari kuesioner atau digantikan dengan pernyataan perbaikan. Uji validitas sudah dilakukan di Puskesmas Kerjo, Kecamatan Kerjo, Kabupaten Karanganyar. Dari hasil uji validitas kuesioner dapat diketahui bahwa nilai rpb (0,631 – 0,776) > rtabel (0,553), dari 30 pertanyaan kuesioner yang diajukan didapatkan 27 item pertanyaan yang valid. Dan yang tidak valid 3 item pertanyaan dengan rpb (0,02) < rtabel (0,553) yaitu pertanyaan 138
no 4, 10 dan 27. Pertanyaan tersebut dihilangkan, sehingga dalam kuesioner didapatkan 27 item pertanyaan yang valid. b). Mengukur Reliabilitas Instrumen sebagai alat ukur dapat memperoleh hasil ukur yang ajeg (consistent) atau tetap asas. Dalam mengukur reliabilitas dapat digunakan rumus Kuder dan Richardson yang ke21, yang dikenal pula dengan nama KR-21. Rumus KR-21: k p(1 - p) k KR-21 = [ ][1] 2 k 1 sX Keterangan: k : banyaknya item p : rata-rata p, yaitu (∑p)/k SX2 : varians skor tes Jika KR ≥ α maka butir soal dikatakan reliabel, jika KR ≤ α maka butir soal dikatakan tidak reliabel dan dikeluarkan dari kuesioner atau digantikan dengan pernyataan perbaikan. (Saifuddin, 2010). Dari hasil pengujian realiabilitas didapatkan nilai reliabilitas dengan rumus KR – 21 sebesar 0,975. Hasil uji relibilitas (0,975) lebih besar dari rtabel product moment untuk n = 13 (0,553), sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian adalah Reliabel. Teknik Pengolahan dan Analisa Data 1. Teknik penyajian data Data yang diperoleh disajikan secara deskriptif yaitu hanya menggambarkan apa adanya suatu variabel dalam bentuk narasi, angka dan tabel agar lebih mudah dipahami. 2. Pengolahan data Data hasil jawaban diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut: MATERNAL VOLUME 7 EDISI OKTOBER 2012
a) Pemeriksaan Data (Editing) Adalah memeriksa data yang telah dikumpulkan baik berupa daftar pertanyaan, kartu atau buku register. Setiap alat ukur yang sudah dijawab dicek apakah seluruh item sudah dijawab atau belum. b) Pemberian Kode (Coding) Memberikan kode dengan nomor urut subjek agar lebih mudah dalam menganalisa data. c) Penyusunan data (Tabulasi) Penyusunan data merupakan pengorganisasian data sedemikian rupa agar dengan mudah dapat dijumlah, disusun, dan ditata untuk disajikan dan dianalisis. Jawaban ditabulasikan dengan skor jawaban sesuai dengan jenis pertanyaan, dimana jawaban benar diberi nilai 1 dan jawaban salah diberi nilai 0, kemudian dimasukkan dalam master tabel yang sudah disiapkan. (Budiarto, 2002) Menilai masing-masing item dengan menggunakan persentase yaitu: n P = K x 100% N Keterangan: P : proporsi nk : banyaknya subjek dalam kelompok N : banyaknya subjek keseluruhan (Arikunto, 2006). HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Deskripsi Tingkat Pengetahuan Bidan tentang Partograf Diketahui bahwa tingkat pengetahuan bidan tentang partograf menunjukkan sebagian besar memiliki pengetahuan baik sebanyak 13 responden (59,1%), yang berpengetahuan cukup sebanyak 4 responden (18,2%). 139
2.
3.
4.
5.
Sedangkan yang kurang adalah sebanyak 5 responden (22,7%). Deskripsi Tingkat Pengetahuan Bidan tentang Pengertian Partograf Diketahui bahwa tingkat pengetahuan bidan tentang pengertian partograf menunjukkan baik sebanyak 22 responden (100%). Deskripsi Tingkat Pengetahuan Bidan tentang Tujuan Penggunaan Partograf Diketahui bahwa tingkat pengetahuan bidan tentang tujuan penggunaan partograf menunjukkan baik sebanyak 22 responden (100%). Deskripsi Tingkat Pengetahuan Bidan tentang Komponen dalam Partograf Diketahui bahwa tingkat pengetahuan bidan tentang komponen dalam partograf menunjukkan sebagian besar berpengetahuan kurang sebanyak 9 responden (40,9%), sedangkan yang berpengetahuan cukup sebanyak 6 responden (27,3%), dan yang berpengetahuan baik sebanyak 7 responden (31,8%). Deskripsi Tingkat Pengetahuan Bidan tentang Cara Pencatatan Lembar Belakang Partograf Diketahui bahwa tingkat pengetahuan bidan tentang cara pencatatan lembar belakang partograf menunjukkan sebagian besar berpengetahuan baik sebanyak 20 responden (90,90%), sedangkan yang berpengetahuan cukup sebanyak 1 responden (4,55%), dan yang berpengetahuan
MATERNAL VOLUME 7 EDISI OKTOBER 2012
kurang sebanyak 1 responden (4,55%). PEMBAHASAN Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan persalinan dan membantu petugas kesehatan dalam mengambil keputusan dalam penatalaksanaan, selain itu juga memberi peringatan pada petugas kesehatan bahwa suatu persalinan berlangsung lama, gawat ibu dan janin, dan tindakantindakan yang dilakukan sesuai pelaksanaannya. Partograf juga dapat meningkatkan mutu dan keteraturan pemantauan janin dan ibu. (Sumapraja, 2002). Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia, yang sekadar menjawab pertanyaan “what”, misalnya apa air, apa manusia, apa alam, dan sebagainya. Pengetahuan hanya dapat menjawab pertanyaan apa sesuatu itu. Pengetahuan tentang partograf dalam penelitian ini didapatkan dari indikaor pengetahuan antara lain: pengertian partograf, tujuan penggunaan partograf, komponen – komponen dalam partograf, cara pencatatan pada lembar belakang partograf Deskripsi tiap indikator menunjukkan untuk pengetahuan tentang partograf sebagian besar responden mempunyai tingkat pengetahuan kategori baik (59,1%), pengertian partograf semua responden mempunyai tingkat pengetahuan kategori baik (100%) Sedangkan untuk tujuan penggunaan partograf semua responden mempunyai tingkat pengetahuan kategori baik (100%). Indikator komponen dalam 140
partograf sebagian besar responden mempunyai tingkat pengetahuan kategori kurang (55,55%). Indikator tentang cara pencatatan lembar belakang partograf sebagian besar responden mempunyai tingkat pengetahuan kategori baik (90,90%). Berdasarkan hasil pernyataan responden mengenai tingkat pengetahuan tentang partograf berdasarkan indikatorindikator diatas memberikan gambaran sebagian besar responden mempunyai tingkat pengetahuan kategori baik, dan terdapat satu indikator yang sebagian besar responden mempunyai tingkat pengetahuan kategori kurang yaitu indikator komponen dalam partograf. Dalam penelitian ini dapat diberikan gambaran sebagian besar responden memiliki pengetahuan baik, hal ini kemungkinan besar disebabkan karena semua bidan mempraktekkan secara benar dalam pemakaian partograf di setiap persalinan normal, selain dipraktekan partograf juga wajib di buat setiap ada persalinan, sehingga dengan seringnya mengisi lembar partograf maka bidan mempunyai pengetahuan yang baik tentang partograf. Untuk indikator komponen dalam partograf sebagian besar responden mempunyai tingkat pengetahuan kategori kurang, hal ini kemungkinan besar disebabkan karena keterbatasan pemahaman dan kurangnya pengetahuan bidan mengenai perkembangan teori baru. Hasil penelitian ini memberikan gambaran tingkat pengetahuan bidan tentang MATERNAL VOLUME 7 EDISI OKTOBER 2012
partograf di Kecamatan Tawangmangau mempunyai tingkat pengetahuan kategori baik. Hasil penelitian ini mendukung pendapat yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2003) yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain: pendidikan, pekerjaan, media masa/informasi, sosial budaya dan ekonomi, lingkungan, pengalaman dan usia. SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan penelitian tentang Tingkat Pengetahuan Bidan tentang Partograf di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar, dapat ditarik kesimpulan: a. Tingkat pengetahuan bidan tentang partograf sebagian besar baik dari 22 responden yaitu yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 13 responden (59,1%), yang cukup sebanyak 4 responden (18,2%) dan yang kurang sebanyak 5 responden (22,7%). b. Tingkat pengetahuan bidan tentang pengertian dan tujuan penggunaan partograf semua responden memiliki pengetahuan baik sebanyak 22 responden (100%). c. Tingkat pengetahuan bidan tentang komponen dalam partograf dari 22 responden terdapat yang berpengetahuan kurang sebanyak 9 responden (40,9%), yang cukup 6 responden (27,3%), serta yang baik 7 responden (31,8%). 141
d. Tingkat pengetahuan bidan tentang cara pencatatan pada lembar belakang partograf dari 22 responden terdapat yang berpengetahuan kurang sebanyak 1 responden (4,5%), yang cukup 1 responden (4,5%), dan yang baik 20 responden (90,9%). SARAN Berbagai hasil penelitian, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut: a. Bagi Responden Untuk dapat mempertahankan pengetahuan tentang partograf bagi yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik, sedangkan bagi yang mempunyai pengetahuan tentang partograf kurang, agar tetap mempelajari dan mengikuti acara seminar atau pelatihan tentang partograf. b. Bagi Tenaga Kesehatan Untuk tenaga kesehatan khususnya bidan, meningkatkan pelayanan dan kinerja supaya memberikan pelayanan yang baik untuk pasien. Dan mengikuti pelatihan maupun seminar agar dapat mengetahui perkembangan ilmu di bidang kesehatan khususnya kebidanan. DAFTAR PUSTAKA Alimul, A. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Salemba Medika: Jakarta. Hal. 83. Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta: Jakarta. Hal. 281. MATERNAL VOLUME 7 EDISI OKTOBER 2012
_________. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta: Jakarta. Hal. 15, 173 – 4. Budiarto, E. 2002. Biostatistik untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. EGC: Jakarta. Hal. 29 – 32. Depkes RI, Dirjen Binkesmas. 2008. Asuhan Persalinan Normal. USAID: Jakarta. Hal. 55 – 70. Hasan, I. 2003. Pokok-pokok Materi Stasistik Deskriptif. Bumi Aksara: Jakarta. Hal 16 – 7. Nazir, M. 2009. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia: Jakarta. Hal. 54. Notoatmodjo, S. 2003. Kesehatan masyarakat Ilmu dan Seni. Rineka Cipta: Jakarta. Hal. 9 – 19. ______________. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta. Hal. 35. Azwar, S. 2010. Reliabilitas dan Validitas. Pustaka Pelajar: Yogyakarta. Hal. 18 – 20. 76 – 7. Sugiono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif. Alfabeta: Bandung. Hal. 124, 139.
142
Sumarah. 2008. Perawatan Ibu Bersalin. Fitramaya: Jakarta. Hal. 65 – 7.
Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta. Hal. N12.
Sumapraja, S. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
MATERNAL VOLUME 7 EDISI OKTOBER 2012
143