No.01/Th.2/ Muharram 1430H/ Januari 2009
Muslimah
TIDAK ADA NABI DARI KALANGAN WANITA DAN JIN Ustzh. Ewin Suciana Iman kepada para rasul merupakan salah satu rukun iman yang wajib diimani seorang mukmin. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
«!$$Î/ ztΒ#u ôtΒ §É9ø9$# £Å3≈s9uρ É>Ìøóyϑø9$#uρ É−Îô³yϑø9$# Ÿ≅t6Ï% öΝä3yδθã_ãρ (#θ—9uθè? βr& §É9ø9$# }§øŠ©9 * “ÍρsŒ ϵÎm6ãm 4’n?tã tΑ$yϑø9$# ’tA#uuρ z↵Íh‹Î;¨Ζ9$#uρ É=≈tGÅ3ø9$#uρ Ïπx6Íׯ≈n=yϑø9$#uρ ÌÅzFψ$# ÏΘöθu‹ø9$#uρ nο4θn=¢Á9$# uΘ$s%r&uρ ÅU$s%Ìh9$# ’Îûuρ t,Î#Í←!$¡¡9$#uρ È≅‹Î6¡¡9$# tø⌠$#uρ tÅ3≈|¡yϑø9$#uρ 4’yϑ≈tGuŠø9$#uρ 4†n1öà)ø9$# Ï!#§œØ9$#uρ Ï!$y™ù't7ø9$# ’Îû tÎÉ9≈¢Á9$#uρ ( (#ρ߉yγ≈tã #sŒÎ) öΝÏδωôγyèÎ/ šχθèùθßϑø9$#uρ nο4θŸ2¨“9$# ’tA#uuρ ∩⊇∠∠∪ tβθà)−Gßϑø9$# ãΝèδ y7Íׯ≈s9'ρé&uρ ( (#θè%y‰|¹ tÏ%©!$# y7Íׯ≈s9'ρé& 3 Ĩù't7ø9$# tÏnuρ Artinya : “Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa”. (Al-Baqarah:177) Rasulullah SAW ketika ditanya tentang masalah iman oleh Jibril ‘alaihissalam, berkata,:
ِ ِّ َ َِْ َ ِر َ ْ ِ ِ َو َ ُِْ َو،ِِْ وَاْ َْ ِم ا،ُِِ َو ُر،ُِِ ُ َوآ،ِِ َ"ِ#$ َ َ َو،ِ%ِ َ ُِْ َْأن ”Engkau beriman kepada Allah, kepada malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan engkau beriman kepada hari akhir serta mengimani qadar yang baik dan jeleknya.” (HR. Muslim no. 1) PENGERTIAN RASUL Rasul adalah seorang laki-laki yang diutus oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan membawa risalah kepada orang-orang yang menyelisihi perintah Allah
Subhanahu wa Ta’ala. Seluruh rasul adalah nabi. Namun para ulama menjelaskan perbedaan nabi dengan rasul : [1] Sebagian ulama menjelaskan bahwa nabi adalah laki-laki yang diberi wahyu dan tidak diperintah untuk berda’wah. Adapun rasul, diperintah untuk berda’wah. [2] Sebagian ulama menjelaskan bahwa nabi adalah seorang yang diberi wahyu oleh Allah SWT. Adapun rasul, adalah seoarang yang sholeh yang menda’wahkan ajaran para nabi dan rasul sebelumnya., dengan kata lain orang yang membawa misi risalah para nabi dan rasul terdahulu. [3] Sebagian ulama menjelaskan bahwa rasul diutus dengan risalah yang baru, sedangkan nabi melanjutkan syariat rasul sebelumnya. Pendapat ini disebutkan oleh Al-Alusi dan dikuatkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani. [4] Syaikhul Islam rahimahullahu menyebutkan bahwa rasul adalah seorang yang diberi wahyu oleh Allah SWT, dan diutus kepada orang yang menyelisihi perintah Allah. Adapun jika mengamalkan syariat rasul sebelumnya dan tidak diutus kepada kaum tertentu, maka dia adalah nabi bukan rasul. Seperti apa yang diucapkan Ibnu Abil ‘Izzi rahimahullahu: “Rasul lebih khusus dari nabi. Semua rasul adalah nabi, namun tidak semua nabi adalah rasul.” (Lihat Syarh Al-’Aqidah Ath-Thahawiyah, hal 180, Tanbihat Saniyah, hal. 9) MAKNA IMAN KEPADA RASUL Iman kepada rasul mencakup beberapa perkara: [1] Beriman bahwa risalah mereka adalah haq, benar datangnya dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Barangsiapa yang mengingkari risalah salah seorang dari mereka berarti dia telah kufur kepada seluruh rasul. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
ْ(َ*) ََْ ُم آ+ ح ٍ ُْ. َ ْ َُِْ/ْا Artinya : “Kaum Nuh telah mendustakan para rasul.” (Asy-Syu’ara`: 105) [2] Allah SWT menjadikan mereka mendustakan semua rasul, padahal tidak ada nabi ketika itu selain Nuh ‘alaihissalam. Demikian pula kaum Nasrani yang telah mendustakan Nabi Muhammad SAW, pada hakikatnya mereka telah mendustakan Nabi ‘Isa ‘alaihissalam. Apalagi Nabi ‘Isa ‘alaihissalam telah mengabarkan berita gembira akan kedatangan Nabi Muhammad SAW. Adapun rasul yang kita tidak tahu namanya, maka kita mengimaninya secara global. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
ْ َََ َو0َْْ ِْ ُرًُ َأر2 َ َِْ+ ْ3ُ4ْ0ِ َْ َ0ْ5َ5َ+ 2 َ ْ ََ6 ْ3ُ4ْ0ِْ َْ َو3َ ْ7ُ5َْ. 2 َ ْ ََ6 “Dan sesungguhnya telah kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula) yang tidak kami ceritakan kepadamu.” (QS:Ghafir : 78) [3] Mengimani nama-nama para rasul yang telah kita ketahui namanya, seperti Nabi Muhammad, Ibrahim, Musa, ‘Isa, dan Nuh ‘alaihimussalam. 2
[4] Membenarkan berita-berita yang benar dari mereka. [5] Mengamalkan syariat rasul yang diutus kepada kita, yaitu Nabi Muhammad SAW. Allah SWT berfirman:
)/ِ ً8َ َ9 ْ3ِ4ِ:ُ;ْ.@ یَ>ِ ُوا =ِ< َأ َ 3) ُA ْ3ُ4َ0ْ َ َ َ>َ َ/ ِ= ك َ ُ/C"َDُ یE)َ9 ن َ ُ0ُِْ@ ی َ 2 َ C َو َر$ َ َ= ً/ ِْ:َ ُا/Cَ:ُ( َوی َ ْ َFَ+ “Maka demi Rabbmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu sebagai hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan. Kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (QS:AnNisa`: 65) [Lihat Syarh Al-Ushul Ats-Tsalatsah karya Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin t, hal. 97-98] HIKMAH DIUTUSNYA PARA RASUL Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullahu menjelaskan, hikmah diutusnya para rasul adalah : [1] Menegakkan hujjah. [2] Sebagai rahmat bagi seluruh alam. [3] Menjelaskan jalan yang akan menghantarkan manusia melaksanakan seluruh perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala. (Lihat Al-Qaulul Mufid Syarh Kitab At-Tauhid) BEBERAPA MASALAH PENTING Seluruh rasul adalah manusia, tidak ada rasul dari kalangan jin. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
ْ3ُ4ْ0ِ ٌ ِHَْ َ ٍ َوآ4ُ ْ3ُ4ْ0ِ/َ= ب َ َ ِ"ُْ ) َة وَاK0َ ا/ِ4ِ )ریC َ =ِ< ُذ0َْMَ8 َو3َ ًِ َوِإَْاه9ُ. َ0ََْْوََ ْ َأر ن َ َُِ= “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh dan Ibrahim, dan Kami jadikan kepada keturunan keduanya kenabian dan Al-Kitab. Maka di antara mereka ada yang menerima petunjuk dan banyak di antara mereka yang fasik.” (QS:Al-Hadid: 26) Ibnu Abil ‘Izzi rahimahullahu berkata: “Para rasul adalah dari kalangan manusia saja. Demikian yang dikatakan oleh Mujahid rahimahullahu dan lainnya dari kalangan salaf dan khalaf.” (Lihat Syarh Ath-Thahawiyah hal. 191) SEMUA RASUL ADALAH LAKI-LAKI Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
ََ َو0َْْ ِْ َأر2 َ َِْ+ @ ) @ ِإ ً َ8ِ< ِر9ُ. ْ3ِ4ْ َُا ِإPََْ= Q َ ْ*آْ ِ َأهC ْ ِإنْ ا3ُ ْ0ُ@ آ َ ن َ ُ/َْMَ “Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang kami beri wahyu kepada mereka. Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.” (QS :An-Nahl: 43) 3
Asy-Syaikh Abdurahman As-Sa’di rahimahullahu berkata: “Maknanya, engkau bukanlah rasul yang baru (pertama). Kami tidak pernah mengutus sebelummu malaikat, namun yang Kami utus adalah laki-laki sempurna, bukan dari kalangan wanita.” Ibnu Katsir rahimahullahu berkata: “Keyakinan Ahlus Sunnah wal Jamaah –dan ini dinukilkan oleh Abul Hasan Al-Asy’ari, bahwa tidak ada nabi dari kalangan perempuan. Yang ada di kalangan mereka adalah shiddiqah, sebagaimana Allah SWT mengabarkan tentang wanita yang paling mulia, Maryam bintu ‘Imran:
َ R ُ ِ:َ/ْ ا ُ ْ ا3َ َ@ َْی ) َ ْ َرُلٌ ِإ+ ْ(ََ ِْ َِِْ+ Q ُ ُK ُ اKٌ َوُأTَیC َِ ﺹ.َن آ ِ$ َ ُْآPََ َم یM)Vا “Al-Masih putra Maryam itu hanyalah seorang rasul yang sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul, dan ibunya seorang yang sangat benar, kedua-duanya biasa memakan makanan.” (QS:Al-Ma`idah: 75) Allah SWT menyebutnya sebagai shiddiqah (seorang yang sangat benar) dalam kedudukan yang paling mulia. Kalau seandainya dia adalah nabi, niscaya akan disebutkan dalam rangka memuliakan dan mengagungkannya. Dia adalah shiddiqah berdasarkan nash Al-Qur`an.” (Tafsir Ibnu Katsir) Asy-Syaikh Abdurahman As-Sa’di rahimahullahu ketika menafsirkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
َ َمM)Vن ا ِ$ َ ُْآPََ ی.ٌَ آTَیC ُِ ﺹK َوُأQ ُ ُK َِِْ ا+ ِْ ْ(ََ ْ َ+ ٌ@ َرُل ) ِإ3َ َ َْی ُ ْ اR ُ ِ:َ/َْ ا “Al-Masih putra Maryam itu hanyalah seorang rasul yang sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul, dan ibunya seorang yang sangat benar, kedua-duanya biasa memakan makanan.” (QS:Al-Ma`idah: 75). Beliau berkata: “Ini adalah dalil bahwa Maryam bukanlah nabi. Bahkan derajat tertinggi baginya adalah shiddiqah. Cukuplah hal ini sebagai kemuliaan dan keutamaan. Demikian pula seluruh wanita, tidak ada seorangpun dari mereka yang menjadi seorang nabi. Karena Allah SWT menyebutkan bahwa kenabian adalah dari jenis yang paling sempurna yaitu kaum pria. Seperti firman Allah SWT :
ََ َو0َْْ ِْ َأر2 َ َِْ+ @ ) @ ِإ ً َ8ِ< ِر9ُ. ْ3ِ4ْ َِإ “Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang kami beri wahyu kepada mereka.” (Tafsir As-Sa’di hal. 240) Ijma’ tentang masalah ini telah dinukil oleh Al-Qadhi Abu Bakr, Al-Qadhi Abu Ya’la, Abul Ma’ali, dan Al-Kirmani serta selain mereka. (Lihat tahqiq Yasin terhadap Syarh AlWasithiyyah) TIDAK ADA NABI DAN RASUL SETELAH NABI MUHAMMAD SAW Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
َ ن َ َ) ٌ آ/َDُ ََ ٍ َأ9َ ِْ َأ8ْ ِر3ُ"ِ ِْ"َل َو َ ُ َر% ِ ا3َ ََ َو َ C ِ)0ن ا َ َ َوآ% ُ اQ C ُ"ِ ً َ<ْ ٍء/ َِ6 “Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha mengetahui 4
segala sesuatu.” (QS:Al-Ahzab: 40) Asy-Syaikh Muhammad Nashirudin Al-Albani rahimahullahu berkata: “Aqidah ini yang meyakini Muhammad SAW adalah nabi terakhir telah ditetapkan dalam hadits yang masyhur dan diterima oleh umat.” (Ta’liq Ath-Thahawiyyah) Di antara hadits yang beliau isyaratkan adalah: [1] Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah SAW bersabda:
( ُ ِْF ّ ُ= Eََ6 ِْ َ ِء.Pَْ( ا ٍّ ِ:ِ: ( ُ ِVْ6 ُأXَ ََِا8 ،ِ3َِ"ْت ا ُ ِْ5ُ. َو،ِZْ6K ِ ْ()ِ9< َوُأ َ ِ ،ُ3ِ#َ0َ[ْا ْ(َِMُ8< َو َ ِ ض ُ ْرPَُْرًا ا4َ] ،ْ>ِ ًا:َ( َو ُ ِْْ َوُأرEَ^ ِإ ِ َْ_ْ ا،ًT)=َ آ3َ ِ ُ< َو َ ِ ن َ K ِ)0ا “Aku diberi keutamaan atas nabi selainku dengan enam hal: aku diberi jawami’ul kalim, ditolong dengan rasa takut, dihalalkan bagiku ghanimah, dijadikan bagiku bumi sebagai masjid dan alat bersuci, aku diutus kepada semua makhluk, dan kenabian ditutup olehku.” (HR. Muslim no. 523) [2] Dari Tsauban radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata:
ْ ِيMَ < ) َِ. َ َ C ِ)0 ا3ُ ََ َ.< َوَأ a َِ. ُ). َأ3ُ ُ6ْbَْ ی3ُ4Kُن آ َ ُAََA ن َ ُن =ِ< ُأ) ِ< آَ*)ا ُ ُ"َ َ ُ).ِإ “Akan ada setelahku 30 orang pendusta, semuanya mengaku sebagai nabi. Padahal aku adalah penutup para nabi, tidak ada nabi setelahku.” (HR. Abu Dawud no. 4252, dan Ahmad dengan sanad yang shahih) Semua pengakuan kenabian setelah Rasulullah Muhammad SAW dan kepercayaan adanya nabi dari kalangan wanita ataupun jin adalah kesesatan dan hawa nafsu semata.
5