PENGARUH PENAMBAHAN ASPARTAM DAN SUKROSA SEBAGAI BAHAN PEMANIS DAN PATI BIJI DURIAN SEBAGAI BAHAN PENGIKAT DALAM TABLET HISAP EKSTRAK ETANOL 95% DAUN SIRIH (Piper Betle L.) THE EFFECT OF ASPARTAME AND SUCROSE AS SWEETENER AND DURIAN SEED’S STARCH AS A BINDING AGENT IN ETHANOL EXTRACT 95% BETLE LEAF LOZENGES Nurul Anggraeni, Ari Widayanti, Rahmah Elfiyani Jurusan Farmasi Fakultas Farmasi Dan Sains UHAMKA Jakarta Abstrak Tablet hisap dengan penambahan aspartam dan sukrosa sebagai bahan pemanis untuk menutupi rasa yang kurang enak dari ekstrak daun sirih. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan aspartam dan sukrosa sebagai bahan pemanis terhadap sifat fisik pada tablet hisap ekstrak daun sirih dan respon rasa yang baik. Tablet hisap ekstrak etanol 95% daun sirih dibuat dalam 5 formula yaitu 20% sukrosa (F1), 5% aspartam:15% sukrosa (F2), dan 10% aspartam:10% sukrosa (F3), 15% aspartam: 5% sukrosa (F4) dan 20% aspartam (F5). Evaluasi tablet meliputi uji organoleptik, keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan, keseragaman ukuran, dan waktu hancur. Analisis secara statistik dilakukan dengan metode ANOVA satu arah pada taraf kepercayaan 95% dan uji Chi Square pada data hedonis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan aspartam 5% dan sukrosa 15% mempengaruhi sifat fisik tablet dan kesukaan respon rasa. Kata kunci: Daun Sirih, Sukrosa, Aspartam, Pati Biji Durian, Tablet Hisap Abstract Aspartame and sucrose as a sweetener to cover up unpleasant taste of betel leafs extract in the lozenges. The aim of this research was to find out effects of aspartame and sucrose as a sweetener on physical tablet and taste response of betel leafs extract lozenges. The lozenges were made into 5 formulas that is 20% sucrose (F1), combination 5% aspartame and 15% sucrose (F2), combination 10% aspartame and 10% sucrose (F3), combination 15% aspartame and 5% sucrose (F4) and 20% aspartame (F5). The tablets were tested for organoleptic, weight uniformity, hardness, friability, size uniformity and disintegration time. Data was analyzed by one way ANOVA on 95% significancy level and Chi Square for hedonic data. The result showed that the combination 5% aspartame and 15% sucrose affected the physical characteristic of tablet and the taste of choice tablet. Keywords : Betel Leafs , Sucrose , Aspartame , Durian Seed’s Starch , Lozenges
1
PENDAHULUAN Salah satu tanaman yang sejak dulu
sudah
digunakan
penggunaan yang lebih praktis, daun
untuk
sirih dibuat dalam bentuk sediaan
pengobatan tradisional adalah sirih
tablet hisap yang diharapkan dapat
(Piper betle L.), bagian dari tanaman
memperbaiki rasa dan bau, sehingga
yang biasa digunakan adalah daunnya.
dapat diterima baik oleh konsumen.
Senyawa yang terkandung dalam daun
Bahan pemanis lazim digunakan
sirih cukup banyak, diantaranya adalah
untuk meningkatkan rasa pada tablet
asam
yang ditujukan untuk larut di dalam
amino,
polifenol,
saponin,
dan
flavonoid, atsiri
mulut. Pemanis ditambahkan pada
(Syamsuhidayat, 1991). Daun sirih
tablet jika menggunakan pembawa
memiliki banyak khasiat, salah satunya
seperti manitol, laktosa, dan sukrosa
sebagai
Dalam
yang belum mampu menutupi rasa
penggunaannya sebagai obat batuk
komponen formulasi (Agoes, 2012).
digunakan 2 gram daun sirih kering,
Sukrosa merupakan bahan tambahan
direbus dalam 120 ml air selama 15
yang bisa berfungsi sebagai pengisi,
menit, kemudian disaring ke dalam
pengikat
gelas, diminum 2 kali sehari (Depkes
pemanis sukrosa dirasa belum mampu
RI , 1980). Hal tersebut kurang praktis
menutupi rasa ekstrak daun sirih yang
cara penggunaannya, selain itu daun
khas dan pedas, salah satu bahan yang
sirih memiliki rasa yang pedas dan bau
bisa digunakan adalah aspartam yang
khas yang sulit untuk dihilangkan.
memiliki tingkat kemanisan 180-200
Oleh karena itu untuk menjadikan
kali dari sukrosa (Rowe et al, 2006).
pereda
minyak
batuk.
2
dan
pemanis.
Sebagai
Pada penelitian ini akan dibuat
UHAMKA, aspartam diperoleh dari
suatu model sediaan tablet hisap
PT Kimia Farma.
ekstrak etanol 95% daun sirih (Piper
Alat Penelitian
betle L.) dengan menggunakan bahan pemanis
aspartam
dan
Alat-alat yang digunakan adalah
sukrosa
mesin pencetak tablet single punch,
menggunakan metode granulasi basah.
friability
Dengan melihat pengaruh penambahan
disintegration
aspartam
tester,
dan
sukrosa
terhadap
tester,
hardness
tester,
ayakan
tester,
granul
bertingkat,
flow botol
kekerasan dan kerapuhan. Hal ini
timbang, tanur, timbangan analitik,
dikarenakan jika kekerasan baik maka
oven, jangka sorong, stopwatch, dan
tablet tidak rapuh. Selain itu juga,
alat-alat gelas lainnya.
respon rasa dari penambahan aspartam
Prosedur Penelitian
dan sukrosa yang dapat menutupi rasa
Pembuatan Pati Biji Durian
tidak enak dari ekstrak daun sirih.
Biji
durian
segar
yang
METODOLOGI
dikumpulkan
Bahan Penelitian
dahulu, kemudian dikeringkan pada
Bahan-bahan adalah
ekstrak
yang kental
digunakan daun
dibersihkan
telah
terlebih
suhu kamar kurang lebih 2-3 minggu
sirih
hingga mengering. Setelah itu biji
diperoleh dari BALITRO-Bogor, biji
durian
durian diperoleh dari Bekasi, manitol,
dengan jalan perebusan kurang lebih 5
sukrosa, nipagin, aerosil, magnesium
menit, lalu dikeringkan lagi selama 24
stearat, dan aquades diperoleh dari
jam. Saat kering kemudian dicampur
laboratorium Teknologi Farmasi FFS
dengan aquades dengan perbandingan 3
dibersihkan
dari
kulit
ari
3:1 lalu diblender hingga menjadi
Uji Susut Pengeringan
bubur. Hasil pencampuran disaring
Dimasukkan lebih kurang 2,0 g
dengan kain flannel dan diperas hingga
sampel dalam botol timbang bertutup
airnya habis. Ampasnya dicampur
yang sebelumnya telah dipanaskan
kembali dengan aquades kurang lebih
pada suhu penetapan selama 30 menit
¼ bagian dari ampas. Cairan yang
dan
diperoleh
dikeringkan pada suhu 105°C selama 5
dari
hasil
perasan
telah
jam,
disaring dengan kertas saring sampai
pengeringan dan ditimbang pada jarak
airnya habis, maka akan diperoleh pati
1 jam sampai perbedaan antara dua
basah. Pati dikeringkan dalam oven
penimbangan berturut-turut tidak lebih
dengan suhu 60o C selama 48 jam. Pati
dari 0,25% (Depkes RI, 1995).
kering
Uji Sisa Pemijaran
diayak
dengan
pengayak nomor 60 hingga diperoleh
ditimbang.
Kemudian
diendapkan kurang lebih 12 jam, lalu
kemudian
dan
ditara.
Lanjutkan
Dua gram sampel dimasukkan ke
serbuk pati kering (Pratama, 2012).
dalam krus (cawan pengabuan) yang
Pengujian Karakteristik Pati Biji
telah dipijar dan ditara. Kemudian
Durian
dipijarkan dalam tanur pengabuan
Uji Organoleptik
sampai didapat abu. Proses pengabuan
Pati
biji
diperoleh, organoleptik
durian
yang
diperiksa menggunakan
telah
dilakukan pada suhu 800°C dalam
secara
waktu 30 menit kemudian didinginkan
panca
dalam
eksikator
dan
ditimbang.
indera, meliputi bentuk, warna, bau
Perlakuan diulangi hingga diperoleh
dan rasa.
bobot konstan (Depkes RI, 1980). 4
5. Massa tersebut diayak dengan
Pembuatan Tablet Hisap 1. Bahan-bahan
yang
digunakan,
ditimbang
akan
ayakan no 12, hasil pengayakan
untuk
dikumpulkan kemudian ditimbang.
membuat granul.
6. Masukkan ke dalam oven dengan
2. Dibuat mucilago pati biji durian.
suhu ± 50°C selama ± 24 jam.
3. Setelah itu, ekstrak kental sirih
Granul tersebut ditimbang kembali,
dimasukkan
ke
dalam
wadah,
diayak dengan ayakan no 18. 7. Kemudian tambahkan magnesium
ditambahkan manitol, aduk hingga ektsrak
menjadi
dan
stearat dan aerosil pada granul
homogen, terlebih dahulu sukrosa
kering, dicampur sampai homogen.
dan
Lakukan evaluasi granul.
aspartam
kering
dicampur,
aduk
8. Setelah dilakukan evaluasi granul
hingga homogen, masukkan ke dalam wadah lalu aduk hingga
dicetak
homogen, tambakan nipagin, aduk
dengan menggunakan mesin cetak
hingga homogen.
single punch.
4. Mucilago
pati
biji
menjadi
tablet
9. Lakukan evaluasi tablet.
durian
ditambahkan sedikit demi sedikit, aduk hingga terbentuk massa yang bisa dikepal (banana breaking).
5
hisap
Tabel 4. Formula Tablet Hisap
Bahan Ekstrak Daun Sirih Aspartam Sukrosa Mg. Stearat Pati Biji Durian Nipagin Aerosil Manitol ad
1 117,3 0 150 22,5 15 0,75 1,875 750
2 117,3 37,5 112,5 22,5 15 0,75 1,875 750
Formula (mg) 3 117,3 75 75 22,5 15 0,75 1,875 750 buat grafik
4 5 117,3 117,3 112,5 150 37,5 0 22,5 22,5 15 15 0,75 0,75 1,875 1,875 750 750 distribusinya (Lachman
Evaluasi Granul
dkk., 1990).
Distribusi ukuran granul
Uji Waktu Alir
Distribusi
ukuran granul diuji
Waktu
dengan menggunakan ayakan mesh No
menggunakan
18, 20, 24, 30 dan 40. Sebanyak 100,0
Sebanyak
gram granul dimasukkan ke dalam ayakan
paling
atas
pada
ayakan
alir granul
granul
diuji
flow
tester.
50,0
gram
granul
dimasukkan
ke
dalam
corong
alumunium
yang
telah
ditutup
bertingkat yang telah disusun (ayakan
lubangnya. Tutupnya dibuka, catat
dengan no mesh paling kecil terletak di
waktu alirnya (Siregar, 2010).
atas).
Uji Sudut Diam
Mesin
dinyalakan
dengan
frekuensi 30 Hz selama 25 menit.
Disiapkan alat granul flow tester.
Bobot granul yang terdapat pada
Sebanyak
masing-masing
ditimbang.
Hitung % granul yang tertinggal dan
ayakan
50,0
gram
granul
dimasukkan
ke
dalam
corong
alumunium
yang
telah
ditutup
lubangnya. Tutup corongnya dibuka,
6
biarkan
granul
ditampung
mengalir.
Granul
dioven selama ±30 menit, kemudian
dengan
kertas
lalu
ditandai
kedalam oven pada suhu 105°C selama
milimeterblock-nya sebagai diameter
1 jam. Kemudian didinginkan dalam
dan ukur tinggi granulnya (Siregar,
eksikator
2010).
dipanaskan
Uji Kompresibilitas
selama 30 menit, dinginkan dalam
milimeterblock,
ditara.
Disiapkan mesin pengentap dan
eksikator
Selanjutnya
dan
ditimbang,
kembali
dan
dimasukkan
dalam
ditimbang
lalu oven
kembali.
gelas ukur 100 ml. Dimasukkan granul
Perlakuan diulangi sampai didapat
ke dalam gelas ukur sampai tanda
bobot konstan (Depkes RI, 1979).
batas
granul
Evaluasi Tablet
lakukan
Uji Penampilan
100
tersebut
ml,
kemudian
ditimbang.
pengetapan sebanyak 500 kali ketukan,
Meliputi
pengukuran
sejumlah
volume dicatat. Lakukan sebanyak 3
perlengkapan seperti bentuk, warna,
perlakuan. Granul dari gelas ukur
bau, rasa, dan cacat fisik (Lachman
tersebut ditimbang, bobotnya dicatat.
dkk., 1994).
Hitung kerapatan bulk (sebelum dan
Uji Keseragaman Bobot
sesudah
pengentapan).
Hitung
%
Disiapkan 20 tablet, ditimbang
kompresibilitasnya (Siregar, 2010).
lalu dihitung bobot rata-rata setiap
Uji Susut Pengeringan
tablet. Kemudian tablet ditimbang satu
Disiapkan ditimbang
1,0
didalam
gram botol
granul
persatu.
timbang
Hitung
penyimpangan
masing-masing bobot terhadap bobot
yang sebelumnya telah dikeringkan
rata-rata tablet (Depkes RI, 1979). 7
Uji Kekerasan
Waktu Hancur Tablet
Disiapkan 10 tablet. Uji kekerasan
Enam tablet dimasukkan ke dalam
tablet dengan alat hardness tester.
masing-masing
Uji Kerapuhan
disintegration tester. Untuk menguji
Disiapkan 20 tablet yang telah dibebasdebukan
ditimbang
tabung
pada
waktu hancur, tiap tabung diisi oleh
lalu
satu
tablet,
kemudian
keranjang
dimasukkan ke dalam alat penguji
diletakkan di dalam beaker berisi 1
keregasan, lalu dijalankan selama 4
liter air, cairan lambung buatan, atau
menit dengan kecepatan putaran 25
cairan usus buatan pada 37° C ± 2° C.
putaran per menit. Tablet yang masih
Uji Tanggapan Responden
utuh
dibebasdebukan
ditimbang.
kemudian
Hitung
Uji kesukaan merupakan pengujian
kehilangan
yang
panelisnya
mengemukakan
bobotnya (Voigt, 1995).
responnya berupa senang atau tidaknya
Uji Keseragaman Ukuran
terhadap sifat bahan yang diuji. Panelis
Pengukuran diameter dilakukan
diminta
untuk
mengemukakan
dengan menggunakan jangka sorong.
pendapatnya secara spontan tanpa
Persyaratan
membandingkan
diameter
tablet
untuk
dengan
sampel
tablet hisap adalah lebih dari 12,5 mm.
standard atau sampel yang diuji
Dua puluh tablet diukur ketebalannya
sebelumnya (Soekarto, 1985).
dengan menggunakan jangka sorong (Depkes RI, 1995; Bargava, 1994).
HASIL PENILITIAN DAN PEMBAHASAN 8
Tabel 5. Karakteristik Pati Singkong dan Pati Biji Durian No 1.
Pemeriksaan
2.
Organoleptis : a. Bentuk b. Aroma c. Rasa d. Warna Kadar Air
3.
Kadar Abu
Hasil Pati Singkong (Depkes RI, 1979) a. Serbuk halus b. Tidak berbau c. Tidak berasa d. Putih Tidak lebih dari 15,0% Tidak lebih dari 0,6%
Hasil Pati Biji Durian a. Serbuk halus b. Tidak berbau c. Tidak berasa d. Putih 13,51% 0,90%
Tabel 6. Hasil Evaluasi Massa Granul Evaluasi *Waktu alir (detik) *Sudut diam (º) *Kompresibilitas (%) *Susut pengeringan (%)
F1 F2 F3 F4 F5 08.8 08.77 08.67 08.57 08.77 25,81±1,06 28,51±1,28 26,88±0,55 26,49±1,77 28,51±1,28 6,47±0,56 9,21±0,55 6,36±0,55 7,28±0,57 8,81±0,54 1,2389 1,7075 1,8028 2,1137 2,4293 Keterangan (*): n = 3
Granul dapat dikatakan dapat mengalir
Uji kompresibilitas bertujuan untuk
dengan baik bila sudut diam lebih kecil
menentukan apakah sifat bahan dapat
atau sama dengan 30° sedangkan
membentuk masa yang stabil dan
waktu alir dapat dikatakan baik jika
kompak bila diberikan tekanan dan
granul dapat mengalir kurang dari 10
dari hasil penelitian didapat nilai
detik (Voigt 1994; Lachman dkk.,
kompresibilitas masuk dalam kategori
1994)
formula
baik sekali karena berada diantara 5-
menghasilkan sudut diam dan waktu
15% dari persyaratan kompresibilitas
alir
(Lachman dkk., 1994), dari kelima
dari
yang
kelima
masih
memenuhi
persyaratan.
formula menghasilkan kompresibilitas yang baik sekali karena masih berada
9
diantara 5-15%. susut
Selanjutnya hasil
pengeringan
granul
pencetakan karena granul yang lembab
dalam
menyebabkan
penempelan
bagian
penelitian ini relatif kecil yaitu kurang
tablet oleh punch.
dari 2,5% (Siregar, 2010), jika granul
Uji distribusi ukuran granul bertujuan
mempunyai susut pengeringan diatas
untuk mengetahui penyebaran ukuran
2,5% maka dikhawatirkan akan terjadi
granul
penempelan dan pengelupasan pada
penelitian ini granul F2, F3, F4 dan F5
proses
susut
lebih banyak menyebar pada nomor
untuk
ayakan 18, sedangkan granul pada F1
dalam
banyak menyebar pada nomor ayakan
pencetakan.
pengeringan mengetahui
Uji
bertujuan kandungan
air
granul, hal ini berguna untuk proses
yang
diperoleh,
dalam
24.
Tabel 7. Hasil Evaluasi Tablet Evaluasi F1 F2 F3 Organoleptis: a. Bentuk Oval Oval Oval b. Aroma Khas Khas Khas c. Warna Hijau muda Hijau muda Hijau muda d. Rasa Manis Manis Manis *Keseragaman 749,80±12,68 756,38±8,37 744,03±8,27 bobot (mg) *Kekerasan 12,37±0,57 13,14±0,44 13,13±0,64 2 (kg/cm ) *Diameter 16,11±0,02 16,12±0,03 16,11±0,02 (mm) *Ketebalan 5,58±0,08 5,68±0,14 5,75±0,24 (mm) *Keregasan 0,61±0,09 0,55±0,06 0,73±0,04 (%) *Waktu hancur 14,17±3,74 11,27±1,44 13,18±1,41 (menit) Keterangan (*): n = 3
10
F4
F5
Oval Khas Hijau muda Manis 774,49±15,85
Oval Khas Hijau muda Manis Manis 750,09±22,00
13,58±0,02
13,56±0,003
16,10±0,01
16,10±0,01
6,38±0,05
5,69±0,25
0,62±0,04
0,69±0,04
21,38±0,12
30±0,009
Hasil uji keseragaman bobot tablet pada
setiap
persyaratan
dapat mempengaruhi kekerasan tablet
formula
memenuhi
yang dihasilkan menjadi lebih rendah
pengujian
Farmakope
(Shotton dkk., 1976). Oleh sebab itu,
Indonesia edisi III.
pengaruh penambahan aspartam dan
Uji kekerasan tablet merupakan
sukrosa
mempengaruhi
kekerasan
salah satu parameter untuk menguji
tablet. Kekerasan yang baik untuk
ketahanan fisik tablet yang dihasilkan.
tablet hisap adalah 30-50 kg inci2,
Faktor yang berpengaruh terhadap
pada
kekerasan adalah sifat deformasi yang
persyaratan kekerasan.
kelima
formula
memenuhi
dimiliki oleh sukrosa dan aspartam.
Hasil pengujian keregasan tablet
Sifat deformasi plastis menyebabkan
pada lima formula memenuhi syarat
perubahan bentuk partikel ketika suatu
karena tidak lebih dari 1%. Ikatan
bahan diberi tekanan namun tidak
yang
kembali ke bentuk semula jika tekanan
permukaan tablet menyebabkan tablet
dihilangkan.
tidak rapuh.
Ikatan
kuat
yang
terbentuk pada bentuk partikel baru menyebabkan meningkat.
kekerasan Jika
suatu
kuat
antar
partikel
pada
Pengukuran waktu hancur tablet
tablet
memenuhi syarat, yaitu kurang dari 30
bahan
menit.
Hanya
4
formula
yang
mempunyai deformasi elastis, maka
memenuhi persyaratan waktu hancur
akan terjadi perubahan bentuk partikel
yaitu F1, F2, F3 dan F4, sedangkan F5
ketika diberi tekanan, namun akan
tidak memenuhi syarat karena waktu
kembali ke bentuk partikel semula
hancurnya
ketika tekanan dihilangkan. Hal ini
dikarenakan 11
30
menit.
konsentrasi
Hal
ini
aspartam
yang tinggi yang dapat menyebabkan
Berdasarkan uji Chi Square pada uji
tablet hancur lebih lama. Selain itu
kemanisan diperoleh bahwa perbedaan
juga, aspartam sedikit larut dalam air.
konsentrasi
Data
hasil
evaluasi
aspartam
dan
sukrosa
evaluasi
menyebabkan perbedaan kemanisan
kekerasan dan keregasan dianalisa
pada tablet hisap. Dan uji Chi Square
menggunakan ANOVA satu arah dan
pada uji kesukaan diperoleh bahwa
dilanjutkan dengan uji Tukey HSD
perbedaan konsentrasi sukrosa dan
untuk melihat perbedaan yang lebih
aspartam
sebagai
nyata.
menyebabkan
perbedaan
Terdapat perbedaan diantara 5 formula.
Setelah
itu,
pemanis kesukaan
pada tablet hisap.
dilanjutkan
Simpulan
dengan uji Tukey HSD dan hasilnya Peningkatan jumlah aspartam dan
menunjukkan adanya perbedaan yang
sukrosa dalam kombinasi aspartam dan nyata antara formula 2 dan formula 3.
sukrosa sebagai pemanis serta pati biji durian
Hasil Uji Kemanisan Tablet
sebagai
pengikat
mempengaruhi sifat fisik tablet. Hasil uji kekerasan dan kerapuhan pada kelima formula memenuhi persyaratan Berdasarkan hasil statistik kekerasan bahwa ada perbedaan yang nyata antara kelima formula. Penambahan aspartam
Hasil Uji Kesukaan Tablet
5%
dan
sukrosa
15%
mempengaruhi sifat fisik tablet dan kesukaan respon rasa.
12
Terhadap Sifat Fisik Tablet Hisap Ekstrak Daging Buah Pala (Myristica fragrans Houtt). Skripsi. FFS UHAMKA Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA Agoes, G. 2012. Sediaan Farmasi Padat (SFI-6). Penerbit ITB, Bandung. Hlm. 291. Bargava, HN, Mendes RW. 1994. Lozenges in Swarbrick J., and Boyland J.C. 1994. Encyclopedia of Pharmaceutical Technology Vol 9. Marcel Dekker, New York. Hlm. 76-80, 80-81.
Rowe. R. C., Sheskey, J. P. 2006. Handbook of Pharmaceutical Exipient Fifth Edition. The Pharmaceutical Press, London. Hlm. 188, 430, 449-450, 744.
Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Hlm. 6, 7, 9, 354, 807.
Shotton, E., Hersey, J. A., and Wray, P.E. 1976. Compaction and Compression, In: Lachman, L., Lieberman, H.A., Kanig, J.L., (Eds). The Theory and Practice of Industrial Pharmacy, 2nd Ed. Philadelpia,Lea and Febiger. Hlm. 296-318.
Departemen Kesehatan RI. 1980. Materia Medika Indonesia IV. Cetakan kelima. Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Hlm. 92-98 153-154, 157-158.
Siregar, C. 2010. Teknologi Farmasi Sediaan Tablet Dasar-Dasar Praktis. Universitas Indonesia Press, Jakarta. Hlm. 32, 34-36, 193-196, 505-523.
Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia, Edisi IV. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Hlm. 12, 519, 762, 1036, 1039-1040, 1043.
Soekarto, S. 1985. Penilaian Organoleptik Untuk Industri Pangan dan Hasil Pertanian. Bhratara Karya Aksara, Jakarta. Hlm. 45 – 55. Voigt, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi V. Penerjemah Soendani Noerono. UGM Press, Yogyakarta. Hlm. 160-162, 223, 263-266, 607609.
Lachman, L., Lieberman, H.A dan Kanig J.L. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri Jilid 1. Edisi Ketiga, Terjemah Suyatmi. UI Press, Jakarta. Hlm. 140, 147, 399, 400. Pratama, J.A. 2012. Pengaruh Peningkatan Konsentrasi Pati Biji Durian (Durio Zibethinus Murr) Sebagai Pengikat 13