The 20th Anniversary of LIVE AID CONCERT A History 6t Study Analysis Daniel Haryono Art History Lecturer
[email protected] Abstract
Two bis events were held in 1980s which become the cornerstone in sportainment and music industries. First was 1984-Los Angeles Summer Olympiads, organized by Peter Ueberroth which proved that privatization of the state-deficit project could be turn into multi billion dollar profits. Second was 1985 Live Aid Concert, organized by Bob Celdof which proved that music is not just for entertainment, but it can be used as a medium for moral movement. The success of these events were undoubtedly bolstered by the sophisticated system of Integrated Design Concept (EGD). This article is topic no. 2 from The Trilogy EGD article-series. It has been presented partially in the 2002 COMMINEX (Communication Exploration) of Universitas Padjadjaran, with co-speaker Harry Roesli under the title 80s: The Greatest Moment In Music History.
Prologue How can I forget your smile, Berhan... when chorus Feed The World is played
again...
Masih teringat dibenak, ketika alunan musik pop, rock, folk, blues, rap diselingi narasi para tokoh dunia, terdengar lamat-lamat selama lebih-kurang 16 jam dari radio transistor yang saya dekap. Sementara pada layar TV berulang kali ditayangkan cuplikan Live Aid Concert dari duet David Bowie dan Mick Jagger membawakan lagu Dancing in the Street. Beberapa hari kemudian ketika ke Seven-Eleven mini market, mencari Band Aid untuk luka tergores, pegawai toko bertanya Band Aid Music atau Band Aid Plaster? Waktu berlalu cepat dan tidak terasa 20 tahun telah berselang, ketika kisah ini bermula...
Korem and Makele, Ethiopia 1984: a Historical
Perspective
Semuanya berawal dari tempat ini. Sulit terbayang apa yang akan terjadi selanjutnya di Etiopia dan bagian lain benua Afrika yang sedang dilanda bencana kelaparan, jika
2d3d
93
Gambar 3 : Courtesy of BAND AID Trust Perjuangan terakhir sebelum tiada
Gambar 6 : Courtesy of BBC Bocah tidak berdaya yang menjadi sumber inspirasi gerakan BAND AID
malam itu, dibulan Oktober 1984 tidak banyak pemirsa TV melihat cuplikan dokumenter sepanjang 4 menit yang ditayangkan oleh BBC. Wartawan BBC Michael Buerke dan kameraman Mohammad Amin dari kantor berita Visnews (kini Reuter) mendokumentasikan drama kehidupan yang terjadi di pusat penampungan pengungsi Korem dan Makele di Ethiopia. Seorang petugas yayasan kemanusiaan hams memisahkan sekitar 300 dari 10.000 pengungsi yang berserakan menanti kematian, untuk diberi makanan yang dapat memperpanjang hidup mereka. Diantara yang terpilih dan tersisa hanya dipisahkan oleh sekat setinggi pinggang yang sekaligus merupakan garis pembatas antara kehidupan dan kematian. Ribuan orang hanya bisa memandang pasrah, tanpa rasa iri dan berontak ke arah 300 yang terpilih. Pada tayangan berikutnya, seorang anak kecil tertunduk tidak berdaya meski hanya untuk mengusir lalat yang merubung wajahnya. Untuk sesaat lamanya, Bob Geldof, musisi Inggris, terpaku melihatnya, tanpa sepatah katapun terucap. Beberapa hari kemudian, Geldof menghubungi Midge Ure rekannya sesama musisi untuk mengaransir lagu Feed The World yang ditujukan untuk menggalang dana kepedulian sosial lewat musik. Akhirnya pada 25 November 1984, para musisi Inggris ternama berdatangan dari berbagai penjuru dunia untuk menyumbangkan suara dalam pembuatan single Do They Know It's Christmas dengan chorus 'Feed The World' (gambar 7). Sebuah komposisi dan judul lagu yang disesuaikan dengan makin dekatnya hari raya Natal yang biasa dirayakan meriah dinegara Barat. Tapi aransemen yang bagus dan timing yang tepat untuk memasarkan tidak menjamin suksesnya penjualan single tersebut, mengingat sudah membanjirnya lagu bertema sama. Adalah Peter Blake,
Gambar 7 Courtesy of The Official BAND AID Magazine No.1 BAND AID 'Feed The World', al: Phil Collins, George Michael, Paul Mc Cartney, Boy George, Duran-Duran, David Bowie, Bono, Sting, Bananarama, Midge Ure, Bob Geldof, Kool & The Gang, dll. desainer grafis ternama yang menciptakan sampul rekaman sekaligus berfungsi sebagai poster kampanye yang provokatif dan bersama desainer grafis lainnya menciptakan logotype,
logogram dan title yang tidak hanya digunakan untuk promosi saat itu tapi
dapat digunakan untuk gerakan moral selanjutnya yang jauh lebih dahsyat melalui musik. Merupakan aplikasi teori EGD yang brilian yang akan dijelaskan di paragraf berikutnya. Akhirnya single BAND AID 'Feed The World' tercatat sebagai single terlaris sepanjang masa dan lagu Natal terpopuler setelah Silent Night. Ketika dirilis pada 7 Desember 1984, 3,5 juta kopi terjual cepat di Inggris, yang merupakan record penjualan single terbesar dalam sejarah blantika musik Pop Inggris dan 1,5 juta kopi lainnya di Amerika. yang membuat hampir seluruh perusahaan rekaman di Eropa menghentikan produksinya hanya untuk mencetak single 'Feed The World'. Bob Geldoff sebelumnya memperkirakan hanya akan meraup 70.000 poundsterling atau sekitar 100.000 dollar dari hasil penjualan single 'Feed The World'. Tapi akhirnya terkumpul 11 j u t a dollar atau seratus kali lipat dari perkiraan semula yang dapat digunakan untuk dana kemanusiaan menolong Ethiopia dan bagian lain benua Afrika yang sedang dilanda kekeringan dan kelaparan (gambar 10 - 11).
2d3d
95
USA for AFRICA, al: Michael Jackson, Bette Midler, Harry Belafonte, Ray Charles, Tina Turner, Cyndi Lauper, Billy Joel, Wilie Nelson, James Ingram, Kenny Rogers, Lionel Ritchie, Al Jarreau, Steve Perry, Kenny Loggins, Pointer Sisters, Quincy Jones Gambar 12 Courtesy of We Are The World: The Photos, Music and Inside Story
Sukses Feed The World, mendorong musisi Amerika menciptakan We Are The World yang dikerjakan pada malam 28 Januari 1985 setelah acara American Music Award. Para musisi yang beberapa jam sebelumnya bersaing untuk merebut penghargaan tertinggi, kini berkumpul di A&M studio, Los Angeles, saling bahu-membahu untuk satu tujuan bersama yang mulia. Dalam waktu semalam, tanpa latihan berulangkali, 45 musisi berbakat secara silih berganti melantunkan bait We Are The World yang diaransir oleh Michael Jackson dan Lionel Ritchie dengan dipandu oleh Quincy Jones, maestro musik Pop Amerika (gambar 12). Dalam tempo seminggu, setelah dirilis pada 7 Maret 1985, jutaan kopi habis terjual, mengikuti debut Feed The World. Puncaknya adalah pada hari raya Jum'at Agung, 5 April 1985 ketika 8.000 stasiun radio di seluruh Amerika dan berbagai negara memutarnya pada waktu yang bersamaan. Hampir setiap orang yang mendengarkan radio pada jam itu (10.50 waktu New York) terketuk hatinya oleh pesan moral yang dilantunkan. Siaran tersebut merupakan strategi conditioning yang brilian dalam promosi yang tercatat dalam Guiness Book of Record sebagai lagu yang paling banyak didengar oleh manusia dimuka bumi pada waktu yang sama. Dalam waktu singkat
96
2d3d
single tersebut meroket ke tangga lagu Billboard dan menjadi salah satu hit terbesar dalam sejarah blantika musikAmerika. Dari hasil penjualan single rekaman dan pernakpernik merchandise terkumpul 44 juta dollar atau 4 kali lipat dari BAND AID 'Feed The World'.
Sukses Feed The World dan We Are The World mendorong musisi lain melakukan gerakan serupa. Para musisi Kanada yang tergabung dalam Northern Lights for Africa dengan dipandu oleh David Foster menghasilkan Tears are not Enough di bulan February, 60 musisi Latin ternama, diantaranya Placido Domingo, Julio Iglesias yang tergabung dalam Hermanos merekam single Cantare Cantaras di bulan April, 40 musisi Heavy Metal Rock dibawah arahan Ronnie Dio mengeluarkan album Hear 'N' Aid di bulan Mei. Menyusul Perancis dengan Chanteurs Sans Frontieres, Jerman: dengan Nackt Im Wind (Naked in the Wind), Belgia dengan Leven Zonder Honge (Life Without Hunger), Belanda dengan Samen (Together) dan puncaknya adalah konser LIVE AID pada 13 July 1985 yang diadakan secara simultan selama 16 jam nonstop di Stadion Wembley, London dan JFK, Philadelphia. Tercatat sebagai konser musik terbesar dan terindah sepanjang masa. Tidak hanya besar dalam jumlah penonton, pemirsa TV dan pendengar radio yang menyaksikan langsung dan mengikutinya lewat jaringan satelit, tapi juga besar dalam jumlah artis yang tampil dalam sebuah konser sehari. Sekitar 160.000 penonton (70.000 di Wembley dan 90.000 di JFK) memadati dua stadion di samudera Atlantik yang terpisah ribuan kilometer dengan selang waktu 5 jam dan 1,5 milyar pemirsa TV serta pendengar radio di lebih 130 negara yang mengikuti siaran langsung lewat 16 satelit dan 22 transponder dan 40 negara lainnya lewat siaran tunda. Menjangkau lebih banyak audience dibandingkan liputan Olimpiade Los Angeles 1984 yang hanya menggunakan 2 satelit atau Concert for Bangladesh, konser musik amal pertama yang dirintis oleh George Harrison pada tahun 1971 di gedung Madison Square Garden dan Concert for Kampuchea oleh Paul McCartney pada tahun 1979 di gedung Hammersmith, Odeon yang hanya bisa diikuti langsung oleh penonton dalam gedung itu. Meskipun dikemudian hari kedua konser tersebut dirilis dalam bentuk video dan film yang bisa menjangkau audience lebih besar, gemanya sudah jauh berkurang. Beda halnya dengan LIVE AID, yang membuat dunia seakan berhenti berputar selama 16 jam didepan "Global Juke Box" untuk diketuk hatinya memberikan sumbangan. Melalui telethon (liputan langsung untuk program amal) yang menyediakan 6.000 toll free number (sambungan bebas pulsa) terkumpul 100 juta dollar lebih dari sumbangan yang datang dari berbagai penjuru dunia dan hasil penjualan tiket serta concert merchandise. Tapi gerakan Feed The World, We Are The World dan Rock
2d3d
97
The World (Live Aid) belum behenti sampai disitu, karena masih dibutuhkan aliran dana lebih besar untuk menuntaskan masalah kelaparan di Ethiopia dan Afrika yang telah menelan korban meninggal 1 juta manusia dalam waktu 3 bulan Beberapa bulan kemudian, tepatnya pada 5 November 1985 bertempat di Royal Albert Hall, London, Geldoff kembali menggelar malam amal lewat FASHION AID bersama para desainer pakaian terkenal dan puncaknya adalah SPORT AID 'Run The World' yang diadakan pada 25 May 1986. Sekitar 20 juta manusia, dari 77 negara yang tersebar di 275 kotadengan perbedaan waktu hingga 10 jam, berlari pada waktu yang bersamaan. Ketika obor yang dibawa lari dari Sudan oleh pelari legendaris Omar Kalifah (mirip penyelenggaraan Olympiade) tiba di New York dan dinyalakan di kaldron puncak gedung dekat kantor PBB, saat itulah lonceng berdentangan dan jutaan manusia berlari dalam SPORT AID. Melalui liputan satelit langsung, terlihat ratusan ribu manusia berlari dari Hyde Park, London dan ribuan lainya dari Barcelona, Bangkok, Vancouver, Abu Dhabi, Rio de Janeiro, Seattle, Seoul, Athena, Hongkong, Budapest, Dublin, dan puluhan kota lainnya. Bahkan pelari dari kota Melbourne, Australia harus berlari pada malam hari ditengah hujan, karena perbedaan waktu yang besar dan pelari dari beberapa negara Afrika harus menahan cuaca panas hingga 40 derajat celcius. Melihat cuplikan film tersebut, siapapun akan merinding dibuatnya, karena musik Vangelis: The Race Against Time yang menjadi lagu tema terasa lebih megah dan dramatis dibandingkan musik pembukaan Olimpiade manapun. Pada hari yang sama, para musisi Amerika yang tergabung dalam USA for AFRICA menyelenggarakan gerakan amal serupa yang tidak kalah dahsyatnya, yaitu Hands Across America. Total 5.442.960 manusia bergandengan tangan, termasuk 10 ekor gajah, sepanjang 6.677 Km dari New York di Pantai Timur Amerika hingga Los Angeles di Pantai Barat dan pada waktu yang ditentukan melantunkan lagu We Are The World secara serentak. Tapi mengapa gerakan BAND AID 'Feed The World' yang digagas oleh Bob Geldof lebih konsisten dalam penciptaan event identity dibandingkan USA for AFRICA 'We Are The World' dan mengapa event identity tersebut dapat diaplikasikan kedalam berbagai event berikutnya, sementara gerakan serupa yang dilakukan oleh para musisi lain tidak berlanjut? Paragraf selanjutnya akan menganalisanya dari teori Integrated Design Concept (EGD) yang digunakan.
BAND AID, LIVE AID, SPORT AID, USA for AFRICA, LIVE 8: a Study Analysis of EGD Environmental Graphic Design (EGD) termasuk disiplin ilmu baru yang sebetulnya lebih tepat jika bernama Integrated Design Concept (IDC), karena dalam prakteknya tidak hanya mengerjakan signage dan way-finding system, Lahir di kota Detroit pada
2d3d
tahun 1973 ketika signage kota tidak memiliki acuan grafis yang baku sehingga berubah menjadi membingungkan. Bersamaan dengan itu muncul bermacam persoalan antara desainer grafis yang menciptakan graphic identity dan fabrikator yang mengerjakan aplikasinya. Para arsitek, disainer, fabrikator, dan kontraktor makin menyadari perlunya dikembangkan ilmu EGD dan di tahun 1976 resmi dibentuk SEGD (Society of Environmental Graphic Designer), nama yang mengacu pada perlunya konsep desain secara menyeluruh, terpadu dan konsisten. Tapi EGD sering ditafsirkan hanya sebagai ilmu signage dan wayfinding system, padahal sejak awal berdirinya ikut menangani pembuatan logo, poster dan maskot yang merupakan trilogi terpenting dalam pencitraan corporate identity dan event identity. Salah satu contohnya adalah Lance Wyman, dosen grafis Parsons School of Design, New York dan presiden SEGD Education Foundation yang mengerjakan pembuatan event identity untuk Olympiade Mexico 1968. Sebelum menciptakan signage, wayfinding dan iconic image, Wyman lebih dulu menciptakan logo dan poster yang merupakan elemen dasar dalam pembuatan EGD. Karya cipta Wyman akhirnya tercatat sebagai salah satu yang terbaik dalam desain grafis Olimpiade, karena dirancang secara terpadu mulai dari awal. Dari berbagai elemen EGD yang luas kita akan memulainya dengan pembahasan tentang 77r/e, Logo, Poster dan Maskot yang berhubungan dengan edisi kali ini dan pada edisi berikutnya baru akan dibahas signage dan wayfinding system. Selanjutnya akan digunakan terminologi IDC (Integrated Design Concept) menggantikan EGD (Environmental Graphic Design) yang sudah terlanjur berkonotasi sempit dan dapat ditafsirkan lain (lingkungan), supaya didapat gambaran lengkap tentang perlunya konsep integrasi dan konsistensi dalam penciptaan identitas secara menyeluruh. Teori dan aplikasi IDC yang akan dibahas dalam paragraf selanjutnya masih berbentuk hipotesa dari proses dialektika (thesis - antithesis - synthesis) pengembangan suatu ilmu. Bisa saja dikemudian hari hipotesa ini menjadi synthesis atau tetap seperti semula sebagai antithesis. Untuk itu penulis mengharapkan pembaca bersikap lebih kritis dalam membaca jurnal ilmiah yang mulai menganalisa sebuah kejadian sejarah dari aplikasi berbagai teori yang berlaku didalamnya.
Basic Theory IDC 1.
2d3d
TITLE pada topik kali ini dibagi dua, yaitu Main title dan Subtitle yang dalam aplikasinya dapat berwujud 'nama' dan 'judul'. 'Nama' pada hakekatnya merupakan identitas utama (Main Identity) yang membedakan satu dengan lainnya. 'Judul', jika berdiri sendiri akan berfungsi seperti 'nama', tapi jika muncul bersama 'nama' akan berfungsi sebagai pendukung atau pelengkap. Dalam aplikasinya, 'Judul'
99
dapat berujud slogan, tema atau deskripsi sebagaimana yang terlihat pada 'Feed The World', 'We Are The World' berupa slogan. Title secara keseluruhan merupakan hierarki tertinggi sebelum terciptanya bermacam desain grafis, tapi dalam prakteknya jarang dibahas, karena biasanya sudah tercipta, ketika desain grafis hendak diciptakan untuknya.
100
2.
LOGO merupakan bentuk kedua setelah Title dalam penciptaan i'dentitas. Logo, khususnya logogram, pada hakekatnya mirip Piktografi yang digunakan oleh nenek moyang kita ribuan tahun silam sebelum terciptanya visual komunikasi lewat aksara dan alfabet. Logo yang indah adalah Simple but Meaningful. Merepresentasikan arti suatu simbol atau filosofi dan kiprah suatu institusi (corporate identity) dan kegiatan (event identity) atau lainnya. Dalam rupa, dapat berbentuk logotype yang berujud tulisan seperti logo suratkabar KOMPAS, atau logogram berujud gambar seperti logo lidah ROLLING STONES atau kombinasi dari keduanya, seperti WALT DYSNEY atau berujud abstrak figuratif seperti logogram bingkai persegi kuning milik NATIONAL GEOGRAPHIC dan logotype inisial milik maskapai NORTHWEST, atau berwujud abstrak murni seperti logo AVENTIS atau wujud lainnya yang masih terus berkembang. Konsep simplicity makin dibutuhkan ketika fabrikator mengerjakan aplikasi logo pada berbagai medium dan color background. Pembahasan detail tentang penciptaan logo akan disatukan pada edisi berikutnya bersama dengan aplikasi color palette dan tipografi.
3.
POSTER yang indah adalah provokatif dan story telling, tidak sekedar eye-catching atau ilustratif. Kata provokatif bukan berkonotasi negatif tapi memancing orang yang melihatnya untuk memahami pesan atau kisah yang hendak disampaikan. Mengutip majalah Premiere dalam edisi khusus The 50 Greatest Movie Posters of All Time: "If watching a film is like having a dream wide awake, then movie posters are invitations to those dreams - a lot of weight for one image to carry." (Premiere, August 2001: 64). Poster biasanya dibuat setelah Title (nama/ judul) diciptakan. Salah satu contohnya adalah pembuatan poster film Anatomy of Murder karya desainer kenamaan Saul Bass yang tidak sekedar disesuaikan dengan judulnya tapi membuat orang penasaran untuk melihat film tersebut. Bermacam contoh poster dan proses pembuatannya, terutama di pusat perfilman Hollywood yang mengundang decak kagum atau bahkan menimbulkan salah tafsir, akan dibahas pada edisi mendatang dalam topik no. 3: What is IDC and How To Make It.
4.
MASCOT yang indah adalah Local Charming and Fun. Bagian ini baru akan dibahas secara detail pada topik no 1: Peter Ueberroth and The Creation of LOOK Concept
2d3d
in 1984 Olympics bersama pembahasan logo. Karena BAND AID, LIVE AID, FASHION AID, SPORT AID dan USA for AFRICA tidak menggunakan maskot, mengingat bencana kelaparan yang tidak memiliki unsur charming and fun. Yang tercipta hanyalah Iconic /mage yang berfungsi mirip maskot. Pada awalnya berupa dua bocah Ethiopia dirubung lalat memegang roti pemberian badan dunia, tapi dikemudian hari berupa seorang bocah kering-kerontang sedang berjalan tertatih terlihat dari belakang. Iconic Image tersebut muncul dalam poster LIVE AID 1985 dan BAND AID 20 yang baru saja dirilis serta bermacam publikasi lainnya (gambar 33 & 34). Kata Iconic Image berarti sebuah image yang berfungsi dan didesain menyerupai Icon, sedangkan fungsi dan arti kata Icon dalam desain grafis seperti yang dinyatakan oleh Lance Wyman: "We live in a world of familiar objects and activities that can be pictorially referenced (icon) as well as more abstractly referenced (word), and when a situation warrants, icons can help make communication simple, direct and multilingual (user-friendly)." (Hunt 1994: 235).
Application of IDC 1.
TITLE. Hingga kini belum diketahui secara persis siapa pencipta nama dan judul slogan BAND AID 'Feed The World', USA for AFRICA 'We Are The World', LIVE AID 'Rock The World', SPORT AID 'Run The World'. Kemungkinan besar adalah Bob Geldof sendiri yang memiliki gagasan paling awal, kecuali USA for AFRICA, atau ide bersama yang muncul secara spontan, ketika para musisi dan desainer grafis berkumpul di studio rekaman. Nama BAND AID bukan dicipta tapi dipilih dari yang sudah ada, karena memiliki arti strategis. Pertama mudah dilafal karena plaster obat luka buatan Johnson & Johnson yang sudah dikenal. Kedua, memiliki tujuan yang serupa seperti plaster Band Aid sebagai penolong. Ketiga, "merepresentasikan kolaborasi para musisi dalam sebuah group (BAND) untuk tujuan amal (AID)." (Berger 1987: 37). Judul Feed The World yang sebelumnyaberjudul It's My World, diambil dari chorus lagu Do The Know It's Christmas yang selanjutnya berfungsi sebagai slogan dan digunakan sebagai logotype. Sedangkan nama USA for AFRICA diciptakan oleh Ken Kragen, produser musik pop Amerika untuk "merepresentasikan kolaborasi musisi Amerika dari berbagai ras." (Berger 1987: 39). Karena ide sebelumnya yang dicetuskan oleh Harry Belafonte, penyanyi lagu Day-0 berkulit hitam yang terkenal ditahun 60-an, hanya akan menghimpun penyanyi Afro-Americans. Satu hal yang menonjol pada nama tersebut
yang tidak dimiliki oleh title lainnya adalah penciptaan akronim USA yang merupakan singkatan dari United Support of Artists. Sedangkan slogan 'We Are The World' diambil dari judul lagu yang diciptakan oleh Michael Jackson dan Lionel Richie. Aplikasi color palette dan typografi pada BAND AID dan USA for AFRICA akan dibahas pada paragraf berikutnya, karena berfungsi sebagai logo. Dari semua title yang mereka ciptakan, termasuk yang diciptakan oleh musisi lain dari berbagai negara, yang paling brilian adalah lateral thinking sang pencipta nama dan judul BAND AID 'Feed The World', yang dapat mengantisipasi bakal munculnya gerakan serupa dan mengaplikasikan identitas semula secara konsisten dan terpadu. Ketika LIVE AID, FASHION AID dan SPORT AID diadakan, para desainer grafis tinggal plug in dengan sedikit modifikasi sehingga dalam promosi tidak harus memulainya dari awal karena event identity yar\g sudah terkondisikan. Beda halnya dengan USA for AFRICA 'We Are The World'. Meskipun memiliki tipografi yang lebih menarik dan syair lagu yang bersifat lebih umum, title tersebut sulit diaplikasikan untuk event lain. Terbukti ketika menyelenggarakan gerakan serupa berjudul Hands Across America, nama USA for AFRICA seolah berdiri sendiri dan tidak terintegrasi dengan judul event sebelumnya.
Gambar 26 :Courtesy of POLYGRAM Record Poster dan Sampul rekaman BAND AID 'Feed The World' 2.
102
POSTER akan dibahas lebih dulu, karena pembahasan logo akan disatukan dengan diciptakannya logo LIVE 8 untuk event yang akan diadakan pada awal bulan Juli. Poster Band Aid dikerjakan serba tergesa karena waktu yang tersisa tinggal tiga
2d3d
minggu untuk memasarkan single tersebut. Tetapi oleh tangan dingin Peter Blake, akhirnya tercipta sampul rekaman yang sekaligus berfungsi sebagai Poster Campaign yang sangat brilian. Blake menggunakan tehnik Photo Montage untuk menggambarkan suasana Natal di negara Barat yang biasa dirayakan meriah dalam kelimpahan (gambar 26). Sementara dibagian depan, ditempatkan dua bocah Ethiopia dirubung lalat sedang memegang roti pemberian badan dunia. Jika image yang ada dalam poster itu diperhatikan secara detail, seperti kuda caroussel, tumpukan hadiah yang belum dibuka, bermacam jenis pakaian yang dikenakan oleh anak-anak yang sedang bersuka ria, seperti mantros, tartan, bahkan kucing berdasi, maka poster tersebut hendak berbicara bahwa betapa malangnya kedua anak Ethiopia itu. Jangankan pakaian indah, mainan, susu, permen dan makanan suplementer, untuk sekedar air dan makanan pokok saja tidak mereka dapatkan. Apakah kedua anak itu tahu dan dapat merasakan sukacita, bahwa hari itu adalah hari raya Natal, saat seluruh anggota keluarga berkumpul dan saling bagi hadiah serta menyantap hidangan yang lezat dan makanan suplementer yang berlimpah? Judul lagu dan image tersebut melebihi sekedar kidung Natal dan poster serta sampul sebuah rekaman.
Poster & Cover Buku LIVE AID versi Wembley Gambar 27 Courtesy of WEMBLY Concert Program
Poster & Cover Buku LIVE AID versi JFK Gambar 28 Courtesy of JFK Concert Program
Poster We Are The World tidak sesulit Feed The World dalam pembuatannya. Berdasarkan judul We Are The World, kita langsung dapat memahami bentuk poster yang dibuat, yaitu sebuah foto bersama yang biasa didokumentasikan ketika para tokoh dunia berkumpul (gambar 12). Sedangkan untuk poster LIVE AID versi Amerika yang juga digunakan untuk cover depan buku acara, para desainer grafis membuatnya dalam bentuk lain. Color identityAfrika versi Coubertein dalam logo LIVE AID berwama hitam yang sudah tercipta sebelumnya dirubah menjadi merah, kuning, hijau, warna bendera Ethiopia (gambar 28). Meskipun tidak konsisten, secara grafis masih terintegrasi, mengingat logo yang sama yang digunakan. Hands Across America yang diadakan bersamaan waktunya dengan SPORT AID memiliki poster yang dibuat mirip logonya, yaitu deretan orang besar-kecil, laki-perempuan bergandengan tangan dari ujung Barat hingga Timur negara Amerika, (gambar 40). Pada color palette digunakan warna tritunggal bendera Amerika yang terdiri merah, putih dan biru. Poster tersebut mampu mengundang orang untuk terlibat didalamnya, meskipun secara grafis tampak sederhana.
Icon Pertama yang sempat digunakan dalam promosi awal terbentuknya BAND AID Gambar 29 Courtesy of Billboard Indonesia
Icon kedua yang tidak mungkin digunakan Gambar 30 Courtesy of WEMBLY Concert Program
Poster LIVE AID versi Inggris yang sekaligus digunakan untuk cover depan buku konser kembali dirancang oleh Peter Blake dengan tehnik Photo Montage seperti BAND AID (gambar 27). Dibandingkan poster serupa versi Amerika, Poster karya
104
2d3d
Blake lebih bercerita. Dalam poster tersebut Blake mulai menampilkan iconic image yang berfungsi menyerupai mascot, yaitu seorang bocah sedang berjalan tertatih terlihat dari belakang. Penciptaan Icon tersebut didapat dari bermacam image yang sulit untuk ditampilkan. Perhatikan 2 foto dibawah yang sebelumnya akan menjadi icon. Pertama, tampak "kotor," karena lalat merubung wajah kedua anak itu (gambar 29). Kedua, tampak "menakutkan," karena arteri pada bagian kepala dan pupil mata yang terbelalak terlihat sangat jelas, ketika anak itu mencoba menelan makanan kedalam kerongkongannya yang kering (gambar 30). Kedua foto tersebut jika digunakan dalam poster montage pasti akan menimbulkan kesan yang berbeda. Akhirnya foto anak yang terbelalak itu yang digunakan, tapi dari angle berbeda, yaitu dari belakang (gambar 31). Icon tersebut muncul diberbagai publikasi, diantaranya poster, halaman dalam buku dan sampul depan rekaman (gambar 33 & 34)
«&2£&b
USA AFRICA Gambar 35 Courtesy of BAND AID Trust
BAND AID
FEEDTHE
Gambar 36 Courtesy of BAND AID Trust
Gambar 37 a 38 Courtesy of A Project of USA for AFRICA
01
m
Gambar 39 Courtesy of A Project of USA for AFRICA
LOGO BAND AID, LIVE AID, FASHION AID dan SPORT AID yang diciptakan oleh David Hastings Associates memiliki kombinasi logogram dan logotype yang saling terkait, konsisten dan terpadu. Logogram BAND AID berwujud piring makan bergambar bola dunia lengkap dengan sendok dan garpu dikedua sisinya dengan focus pada benua Afrika berwarna hitam pekat yang nantinya diaplikasikan pada logo LIVE AID dan pada bagian atas tercantum logotype 'Feed The World' yang sekaligus berfungsi sebagai slogan (gambar 35). Pada aplikasi poster dan merchandise, typografi 'Feed The World' dimodifikasi menjadi 2 baris dan bukan memanjang dalam satu baris, supaya memiliki ukuran font lebih besar dan mudah dibaca, mirip aplikasi logotype USA for AFRICA (gambar 36 Et 39). Pada tipografi digunakan font Arial Black yang memberi kesan spontan dan tidak dekoratif. Sedangkan penggunaan font semua dalam huruf besar (FEED THE WORLD) dapat diartikan sebagai sebuah seruan. Pada Color Pallete, digunakan warna hitam yang terintegrasi dengan warna logo LIVE AID.
I
LIVE AID
Gambar 41 Courtesy of BAND AID Trust
Logo LIVE AID yang diciptakan oleh David Hastings Associates memiliki Logogram dan Logotype yang dikombinasikan menjadi satu, yaitu huruf T pada logotype LIVE dan AID sekaligus membentuk ruas dari logogram gitar berwujud benua Afrika (gambar 41). Pada Color Pallete, digunakan warna hitam yang terinspirasi dari logogram 5 lingkaran Olimpiade ciptaan Pierre de Courbetein. Merah mewakili benua Amerika, Kuning untukAsia, Hijau untuk Oceania (Australia, New Zealand,
Pacific Islanders), Biru untuk Eropa dan Hitam untuk Afrika. Menurut Courbetein pembagian warna tersebut bukan representasi warna kulit tapi diambil dari salah satu unsur warna bendera yang paling banyak digunakan oleh bangsa-bangsa yang mendiami benua itu.
Gambar 42 Courtesy of BAND AID Trust
Gambar 43 Courtesy of BAND AID Trust
FASHION AID, tetap menggunakan tipografi dan logogram yang sama seperti LIVE AID. Hanya pada logogram bagian atas dimodifikasi menjadi bentuk hanger dan pada color palette menggunakan warna metalik gantungan pakaian (gambar 42). Logogram SPORT AID juga demikian, dengan bagian atas ditambah api dari obor yang menyala (gambar 43). Pada tipografi tetap menggunakan font yang sama, hanya dirubah kedalam bentuk Italic yang dimaksudkan untuk memberi kesan motion atau berlari dan pada huruf T ' dan T sekaligus membentuk tangkai pegangan obor. Pada color palette logogram SPORT AID menggunakan warna merah dan biru dengan latar belakang putih yang merupakan komposisi bendera Inggris Union Jack
Gambar 39 Courtesy A Project of USA for AFRICA
2d3d
Gambar 40 Courtesy of A Project of USA for AFRICA
107
Logotype USA for AFRICA 'We Are The World' yang diciptakan oleh Michael Monogian menggunakan font Haettenschweiler dan Stacatto yang juga memberi kesan spontan seperti BAND AID. Tapi bedanya, pada tipografi USA, huruf Adihias dengan image not balok dan pada AFRICA dengan image gandum yang dapat diartikan sebagai Musik untuk Amal atau From America with Music for Africa with Wheat. Pada aplikasi color palette, timbul kerancuan antara warna sky blue yang biasa digunakan oleh Badan Dunia seperti PBB atau dark blue yang merupakan salah satu unsur warna bendera Amerika, mengingat warna lain yang digunakan adalah merah dan putih yang merupakan unsur warna tricolor American flag (gambar 37 £t 38). Ketidakkonsistenan itu muncul secara menyolok dalam pembuatan poster, T-shirt dan sampul rekaman. Puncaknya adalah ketika menciptakan event 'Hands Across America' yang merupakan lanjutan dari USA for AFRICA 'We Are The World'. Munculnya logogram baru dan judul yang tidak memiliki kemiripan, telah membuat kedua event tersebut seakan berdiri sendiri. Hanya pada color palette dan tipografi, kedua event tersebut masih menyisakan konsep integrasi dan konsistensi, tapi itupun mudah ditafsirkan sebagai gerakan serupa yang saling tidak berkait (gambar 40).
Gambar 44 Courtesy of BAND AID Trust
Beda halnya dengan BAND AID 'Feed The World' dan LIVE AID yang bisa diaplikasikan kedalam berbagai event hingga saat ini. Bahkan hingga dirilisnya versi baru BAND AID 20 dibulan November tahun lalu untuk memperingati 20 tahun gerakan tersebut dan akan diselenggarakannya konser LIVE 8 pada 2 Juli 2005 di 5 kota besar dunia: London, Philadelphia, Roma, Berlin dan Paris secara serentak. Sukses BAND AID,
LIVE AID, FASHION AID dan SPORT AID semuanya tidak terlepas dari aplikasi Integrated Design Concept yang brilian dalam penciptaan event identity, terutama pada modifikasi Title dan Logo yang tetap mempertahankan identitas semula secara konsisten dan terpadu. Meskipun bentuk logogram dan logotype LIVE 8 terasa dipaksakan dan pada aplikasi color palette berubah menjadi kuning emas, yang masih belum jelas artinya, secara keseluruhan masih terintegrasi dan konsisten (gambar 44). Nama LIVE 8 merupakan plesetan kosakata LIVE AID yang sudah dikenal sebelumnya (brand name) sehingga hanya dalam waktu beberapa hari sejak diumumkannya pada awal bulan Juni, event tersebut kini sudah dinantikan jutaan penduduk dunia karena memiliki event identity yang konsisten dan terintegrasi. Bermacam merchandise dan domain internet sudah diciptakan untuk menyongsong akan kembali bersatunya penduduk dunia melawan kemiskinan dan ketimpangan sosial. Apakah konser LIVE 8 yang kini bukan untuk charity tapi justice dan ditujukan untuk para pemimpin negara G8 yang akan bertemu pada 6 July, akan mengulang sukses seperti event sebelumnya atau bahkan lebih besar? Waktu yang akan membuktikan dan sejarah yang akan mencatatnya. Good tuck Bob and let's Change The World!!!
Epilogue How can I forget your smile, Berhan, you were a dying girl in a refugee camp who later was saved by BAND AID Project. Twenty years after, you grew up as a beautiful girl and your smile was shown in BAND AID 20, when chorus Feed The World is played again by young artists and the world will unite again.Jn music for another movement Dibagian akhir ini, ketika dunia mengenang kebesaran dan keindahan konser LIVE AID yang berlangsung 20 tahun silam, saya kembali teringat ucapan Bob Geldoff disaat pertemuannya dengan Mother Theresa, "Anda dapat melakukan apa yang tidak bisa saya lakukan dan saya melakukan apa yang tidak bisa Anda lakukan, tapi kita bersama melakukan sesuatu." Melakukan sesuatu yang baik, tidak hams keluar dari habitat, karena jika kita tidak melakukan sesuatu yang dapat dilakukan, maka kita bagian dari pelaku kejahatan. Lakukanlah sesuatu yang baik untuk sesamamu, lewat talentamu masing-masing! (Jakarta, Juni 2005)
BIBLIOGRAPHY: Book: Aris, Brian. Simon Hills. Band Aid 'Feed The World'. Sawmill Publications, 1984. Breskin, David. We Are The World: The Photos, Music, and Inside Story of One of The Most Historic Events In American Popular Music. Perigee Books 1985. Berger, Gilda. USA for Africa: Rock Aid In The Eighties. Franklin Watts 1987. Geldof, Bob. Paul Vallely. Is That It? Penguin Book, 1986. Live Aid Concert Program, Wembley. Concert Publishing Co. 1985 Raban, Duncan. Mega-RockAt Wembley: A Picture Album Of The Greatest Show on Earth. AJW1985 Live Aid Concert Program, JFK, Philadelphia 1985 Hillmore, Peter. Live Aid: Worldwide Concert Book. Unicorn. 1985 Hands Across America: The Official Record Book. Pocket Books. 1986 Hunt, Wayne. Designing & Planning Environmental Graphics. Madison Square Press. 1994. Heller, Steven. Seymour Chwast. Graphic Style: From Victorian to Post Modern. Thames and Hudson. 1988. Video/ DVD: The Story Official of Band Aid Video. Polygram Video. 1984. We Are The World: The Video Event. RCA/ Columbia. 1985. Video Aid: The Feed The World Compilation. Virgin Records. 1985. Live Aid. Warner Music Vision. 2004 - plus private collection, compiled from MTV, BBC, ABC TV programs. 1985 Fashion Aid. Video Gems. 1985 Sport Aid: The Race Against Time. Video Collection. 1986. The Story of Hands Across America. Karl Lorimar. 1986 Excerpt/ Cliping: TIME, NEWSWEEK, LIFE, ROLLING STONES. July - December 1985 Website: www.bbc.com, www.live8.com, plus private networking throughout the world
110
2d3d