TERPAAN IKLAN DAN BRAND IMAGE (Studi Korelasi Terpaan Iklan LA.Light di Media Televisi Nasional Dengan Brand Image Mahasiswa Komunikasi Non Reguler Angkatan 2007 UNS Terhadap Iklan LA.Light)
disusun oleh : LUCIA IKA PRECISA D1207542
SKRIPSI (diajukan sebagai persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta)
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Periklanan dapat dipahami dari berbagai sudut pandang. Salah satunya bahwa iklan merupakan suatu media dan pesan sekaligus sebuah proses komunikasi yang mempunyai tuntutan untuk dapat menciptakan alur komunikasi antara komunikator dan komunikan seefektif mungkin. Periklanan juga diartikan sebagai alat komunikasi masa yang berguna untuk menarik kesadaran, menanamkan citra serta mengembangkan sikap audience. Dilain sisi, periklanan memerlukan elemen media masa dalam dalam penyampaian pesannya, karena media masa merupakan sarana yang sangat efektif untuk menyampaikan pesan kepada target audience. Hal ini yang membuat periklanan dikategorikan sebagai komunikasi masal yang bersifat non personal. Iklan bukan hanya menampilkan produk yang ditawarkan, tapi sekaligus untuk menyampaikan dan mengkomunikasikan suatu produk kepada pasar yang dipilih (target market), untuk memberikan informasi tentang keistimewaan, kegunaan, serta yang paling penting adalah keberadaan produk tersebut, agar dapat mengubah sikap ataupun mendorong konsumen untuk bertindak (mengkonsumsi) dan diikuti segala kegiatan sesudahnya. Maka dari itu, penting dalam sebuah iklan untuk merancang pesan dengan sedemikian rupa agar bisa membujuk atau mempengaruhi konsumen.
Pada intinya tujuan periklanan adalah menawarkan barang atau jasa dengan jalan menyampaikan pesan-pesannya melalui suatu media. Tujuan periklanan
juga dapat digolongkan menurut sasarannya/target audience, dan
dapat dikelompokkan berdasarkan pengelompokkan demografis, geografis, ekonomi, dan kepercayaan/religi. Dilain pihak, bagian pemasar juga dapat mengelompokkan target audience berdasarkan pengelompokkan segmentasi pembeli produk. Pengelompokkan berdasarkan pembeli produk berarti pemasar harus mengidentifikasi kebiasaan-kebiasaan konsumen dalam mengkonsumsi produk, termasuk seberapa sering mereka membeli produk dan sebagainya. Cara pengelompokkan target audience lainnya adalah dengan berdasarkan psikografi. Pengelompokkan psikografi ini memilih target market berdasarkan motivasi dan perilaku maksudnya suatu pembelian tidak akan pernah terjadi kecuali muncul motivasi/dorongan yang mendasari terpenuhinya kebutuhan, dan perilaku konsumen (consumen behavior) merupakan suatu proses atau tindakkan yang langsung terlibat dalam menadapatkan, mengkonsumsi serta menghabiskan produk/ jasa. Hal yang secara umum dikelompokkan dalam psikografi adalah gaya hidup dan kepribadian (kecendrungan konsumen dalam mengikuti trend). Oleh karena itu, dalam menentukan sasaran, identifikasi audience harus jelas jika tidak, pesan yang akan disampaikan dalam iklan tidak akan efektif atau menjadi tidak jelas, apakah
itu
menginformasikan, membujuk ataupun
mengingatkan.
Pengidentifikasian audience itu tergantung dari jenis produk yang ditawarkan.
Identifikasi audience yang tepat diharuskan dalam sebuah iklan rokok, karena iklan rokok merupakan salah satu iklan yang memiliki karakteristik tersendiri, yakni tidak boleh menampilkan produk yang ditawarkan berikut aktivitas pengkonsumsiannya. Secara umun iklan rokok yang ditayangkan di televisi tidak pernah menampilkan gambar orang merokok, hal ini dikarenakan Peraturan Pemerintah (PP) melarang iklan rokok menampilkan gambar rokok dan aktivitas merokok. Akibatnya
perusahan-perusahaan
rokok
saling
beradu
kreatif
dalam
berkomunikasi dengan target audience dan setiap iklan rokok mengemas produk mereka dengan gaya/ciri khas masing-masing sehingga memiliki karateristik dan image tersendiri. Penayangan iklan rokok ditelevisi sangatlah ketat, bahkan pernah melalui PP No. 18/ 1999, rokok dilarang beriklan kecuali hanya menggunakan media luar ruangan atau media cetak saja. Tak heran jika pada akhirnya menimbulkan gejolak dan aksi protes dari perusahan-perusahaan rokok terhadap PP ini. Maka atas kesepakatan bersama antara pemerintah dengan Asosiasi Produsen Rokok Kretek Indonesia (GAPRI), peraturan tersebut direvisi dengan PP No. 38/200, yang menyatakan bahwa iklan rokok diperbolehkan beriklan dimedia masa, namun tidak boleh memperlihatkan aktivitas merokok atau memperlihatkan bungkus rokok. Selain itu, waktu tayang iklan rokok ditelevisi dibatasi dari pukul 21.30 sampai pukul 05.00waktu setempat, dan sekarang ditambah lagi dengan aturan bahwa iklan rokok tidak boleh menggunakan animasi atau ikon-ikon yang dekat dengan anak.
Berdasarkan PP baru ini, dan dengan adanya tingkat persaingan yang tinggi diantara perusahaan-perusahaan rokok, membuat mereka harus memutar otak untuk adu strategi dan kreativitas dalam menarik, membentuk, membangun brand image sehingga secara otomatis volume penjualan meningkat. Memahami hal tersebut Iklan rokok LA Light hadir dengan visualisasi yang berbeda, Iklan LA.Ligth buka dalam visual nuansa pesta perkawinan. Syahdan ceritanya, Agus ‘’Ringgo’’ Rahman sebagai model iklan banyak dihujani pertanyaan oleh tamu undangan perihal statusnya yang masih jomblo alias bujangan. Mereka, para tamu undangan, bertanya pada Ringgo, kapan ia menikah. Karena pernyataan tersebut terkesan menyudutkan dirinya dan Ringgo seakanakan dipaksa harus segera menjawab, maka Ringgo dengan gaya cuek dan santai menjawab pertanyaan tersebut secara singkat, ‘’Mei’’. Sejurus kemudian, para undangan yang mengajukan pertanyaan secara spontan merasa gembira atas jawaban kepastian pernikahan Ringgo yang akan diselenggarakan bulan Mei. Tetapi oleh si Ringgo ucapan kata ‘’Mei’’ merupakan kependekan kata mei + be = maybe: ‘’Maybe Yes Maybe No’’ dalam sebuah rangkaian kalimat yang diucapkannya sambil pergi meninggalkan kerumunan tamu undangan. Adegan ditutup dengan tampilan logo rokok LA Ligh. Iklan komersial yang gencar di tayangkan di beberapa stasiun televisi swasta ini adalah bukti nyata dari sebuah eksekusi desain iklan dengan menggunakan pendekatan guyon pari keno ala parodi. Dengan pendekatan guyonan pari keno ala parodi, diharapkan calon konsumen terhibur dengan
tayangan iklan tersebut dan pesan yang disampaikan bisa menancap dengan mulus di benak target sasaran, tanpa pretensi menggurui dan nyinyir. Selanjutnya ketika konsumen membutuhkan produk tersebut, maka merek produk yang sudah masuk dalam rekaman otak konsumen akan segera dikeluarkan dalam bentuk aktivitas nyata, yaitu membeli produk tersebut. Berdasarkan latar belakang diatas penulis ingin mengetahui apakah ada hubungan antara penayangan iklan yang gencar dengan brand image yang terbentuk melalui pesen iklan yang diterima oleh audience. Sehingga dalam penelitian ini penulis mengambil judul ” korelasi antara terpaan iklan dan brand image mahasiswa terhadap iklan LA.Light” . B. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah, maka dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut : “ada korelasi antara terpaan iklan LA.Ligth dengan brand image mahasiswa terhadap iklan LA.Light? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan dan agar penelitian ini menjadi lebih terarah secara jelas maka penelitian ini bertujuan untuk : “ Mengetahui apakah ada korelasi antara terpaan iklan LA.Ligth dengan brand image mahasiswa terhadap iklan LA.Light. D. MANFAAT PENELITIAN 1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sarana berpikir ilmiah
yang didapat
dibangku kuliah
terhadap
masalah-masalah
periklanan. 2. Bagi perusahaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan informasi, acuan dan masukan bagi perusahaan dalam mengetahui efektivitas periklanan yang dilakukan.
3. Bagi penelitian lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai gambaran dan acuan bagi peneliti lain yang berminat terhadap penelitian dengan pokok permasalahan yang sama. E. Kerangka Teori Komunikasi adalah proses interaksi sosial yang digunakan orang untuk menyusun makna yang merupakan citra mereka mengenai dunia. Menurut definisi Carl I. Hovland “komunikasi adalah proses dimana individu (komunikator) mengoper perangsang (biasanya berupa lambang-lambang bahasa) untuk merubah tingkah laku individu-individu yang lain atau komunikan”.
1
Komunikasi bukan
sekadar penerusan informasi dari sumber kepada publik, ia lebih mudah dipahami sebagai penciptaan kembali gagasan-gagasan informasi oleh publik jika diberikan petunjuk dengan simbol, slogan atau tema pokok. 1
Djoenasih S. Sunaryo. Pengantar Ilmu Komunikasi 1.Liberti. Yogyakarta. 1991. hal 15
Dalam komunikasi, pesan dapat disampaikan dari komunikator kepada komunikan melalui dua macam saluran, yaitu media massa dan saluran antar persona. Dalam hal ini media massa meliputi surat kabar, majalah, film, radio, dan televisi. Komunikasi diawali dengan proses penyampaian encoding dari seorang komunikator, atau sering disebut tahap penyandian, hal ini bisa berupa simbol kata atau tulisan yang disebut sebagai pesan. Setelah ide itu disandikan dalam bentuk kata-kata yang dapat didengar dan dibaca oleh orang lain (komunikan), komunikan tersebut kemudian menafsirkan apa makna pesan yang disampaikan oleh komunikator tersebut. Kegiatan menangkap (mendengar atau membaca) pesan itu disebut , penyandian ulang (decoding) atau persepsi, sedangkan proses memahami pesan atau memberi makna disebut interprestasi atau menafsirkan. Setelah memahami maksud yang disandikan, seorang komunikan memberi tanggapan dengan meng-encode pikirannya menjadi simbol kembali, maka terjadilah komunikasi antara komunikator dan komunikan yang melibatkan encoding-interpeting-decoding dan persepsi-interprestasi-simbolisasi. Komunikasi sebagai proses berlangsung sepanjang waktu. Komunikasi yang berlangsung “saat ini” merupakan kelanjutan dari komunikasi yang telah berlangsung sebelumnya, dan mungkin akan berlanjut pada masa sesudahnya. dan komunikasi yang berlangsung “saat ini” hanya bisa dimengerti karena sebelumnya telah terjadi komunikasi.
Komponen-komponen komunikasi massa yang mencirikan sifat khusus institusi media adalah : 1. “Si pengirim” dalam komunikasi massa selalu merupakan bagan dari sebuah kelompok yang teorganisir, dan seringkali merupakan anggota dari sebuah lembaga yang punya fungsi lain sebgai komunikasi. 2. “Si penerima” selalu seseorang tetapi juga dapat dilihat oleh si pengirim sebagai suatu kelompok atau kumpulan dengan beberapa atribut umum tertentu. 3. Salurannya tidak lagi terdiri dari hubungan antar manusia, alat-alat ekspresi atau alat indera tetapi mencakup alat-alat dengan sistem penyebaran yang berdasarkan tehnologi. Sistem-sistem ini tetap memiliki komponen-komponen sosial, karena terikat pada hukum, adat istiadat, harapan-harapan masyarakat. 4. Pesan-pesan dalam komunikasi massa bukan merupakan sesuatuyang unik, tetapi merupakan struktur simbolik yang diproduksi secara massal, dapat diulang-ulang dan seringkali sangat komplek sifatnya. 2 Karena perbedaan teknis, maka sistem komunikasi massa juga mempunyai karakteristik psikologis yang khas, antara lain : 1. Pengendalian Arus Informasi Mengendalikan arus informasi berarti mengatur jalannya pembicaraan yang disampaikan dan yang diterima. Menurut Cassata dan Asante (1979:12), bila arus informasi hanya dikendalikan oleh komunikator, 2
Mursito BM. Memahami Institusi Media. Lindu Pustaka dan SPIKOM. Surakarta. 2006. hal. 30
situasi dapat menunjang persuasi efektif. Sebaliknya bila khalayak dapat mengatur arus informasi, situasi akan mendorong belajar yang efektif.3 2. Umpan Balik Dalam komunikasi umpan balik dapat diartikan sebagai respons, peneguhan, dan servomekanisme internal. Sebagai respons, umpan balik adalah pesan yang dikirim kembali dari penerima ke sumber, memberitahu sumber tentang reaksi penerima, dan memberikan landasan kepada sumber untuk menentukan perilaku selanjutya. Sebagai peneguhan, respon yang diperteguh
akan
mendorong
orang
mengulangi
respon
tersebut.
Sebaliknya, respons yang tidak mendatangkan ganjaran-atau tidak diperteguh- akan dihilangkan. Umpan balik sebagai servomekanisme, artinya dalam setiap sistem, selalu ada aparat yang memberikan respons pada jalannya sistem. Disini sikap, yang diperoleh melalui belajar, diinternalisasi dalam diri indinidu sebagai mekanisme yang menstabilkan individu. 3. Stimulasi Alat Indera Orang menerima stimuli lewat seluruh alat indera. Ia dapat mendengar, melihat, mencium, meraba, dan merasa. Dalam komunikasi massa, stimuli alat indera bergantung pada media massa. Pada surat kabar dan majalah, pembaca hanya melihat. Pada radio dan rekaman audiktif, khalayak hanya mendengar. Pada televisi dan film, kita mendengar dan melihat.
3
Dan Nimmo.Op. Cit. hal.190
4. Proporsi Unsur Isi dengan Hubungan Dalam komunikasi massa, unsur isi (apanya) dianggab lebih penting. Berita
disusun
berdasarkan
sistem
tertentu
dan
ditulis
dengan
menggunakan tanda-tanda baca dan pembagian paragraf yang tertib. Pesan media massa juga dapat dilihat atau didengar kembali, begian-bagian berita yang penting dapat dikliping dan dilihat kembali bila diperlukan. Hal ini menunjukkan bahwa pesan media massa dapat disimpan, diklasifikasi, dan didokumentasikan. Proses komunikasi dalam komunikasi massa berlangsung dengan menggunakan media massa. DeFleur/Dennis, menunjuk adanya lima proses komunikasi massa : 1. Sebuah pesan diformulasikan oleh para komunikator profesional. 2. Pesan dikirim secara cepat dan kontineu dengan meneruskannya melalui media 3. Pesan menjangkau audien yang luas dan beragam, yang menyertai media dengan cara selektif. 4. Individu anggota audien menginterprestasikan pesan dengan cara sesuai dengan makna berdasarkan pengalamannya yang diharapkan kurang lebih sama denagn yang dimaksud komunikator profesional. 5. Sebagai hasil pengalaman makna ini anggota audien dipengaruhi dalam suatu cara, bahwa komunikasi memiliki pengaruh.4
4
Mursito BM. Op. Cit. hal. 31
Media massa sering diidentifikasikan dengan pers. Wujud dari media massa menurut Undang-undang No.40/1999 pasal 2 adalah perusahaan penerbitan yang bergerak di bidang media cetak, meliputi perusahaan penerbitan surat kabar, majalah, tabloid, dan Buku. sedang media elektronika terdiri dari radio dan televisi Televisi merupakan media elektronik yang memiliki kemampuan menyampaikan informasi dengan memperlihatkan gambar dan memperdengarkan suara. Kemudian diterima oleh indera penglihatan dan pendengaran pemirsa yang sedang menyaksikan siaran televisi. Sastro Subroto : “Televisi merupakan sentuhan syaraf kita, yang berkenaan dengan pandang dengar, dengan kamera, mikropon serta video kabel yang membawa sinyalnya dan seperti kita ketahui bahwa menerima berbagai informasi melalui mata yang paling besar prosentasenya, sampai 75% dari seluruh informasi yang dapat diterima dengan jalan melihat”.5 Setiap media mempunyai karakteristik masing-masing, termasuk media televisi yang mempunyai kekuatan : media massa, jangkauannya luas, bersuara, gambar, warna, dan bergerak, memiliki citra yang positif, menarik perhatian. Onong U effendi mengungkapkan : “...bahwa televisi mempunyai daya tarik yang kuat tidak perlu dijelaskan lagi. Kalau radio mempunyai daya tarik yang kuat disebabkan unsur katakata, musik dan sound effect, maka televisi selain ketiga unsur tadi juga 5
Darwanto Sastro Subroto. Produksi Acara Televisi. Duta Wacana Universitu Press. Yogyakarta. 1994. hal. 4
memiliki unsur visual berupa gambar hidup yang mampu meninggalkan kesan mendalam.”6 Pendapat ini diperkuat lagi oleh Bovee dan Arens The combination of sight, sound and movement; the opportunity todemonstrate the produc; the potential to use special efect; the believability of seeing it happen right before your eyes; and the emphaty of the viewer.7
Kekuatan daya tarik yang dimiliki televisi seperti unsur kata-kata, musik, sound effeck dan unsur visual yang berupa gambar bergerak, telah menjadikan televisi sebagai teman bagi pemirsa dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Jadi jelas televisi merupakan media massa yang cukup familiar di kalangan masyarakat. Untuk mengakses media televisi, khalayak tidak membutuhkan keahlian khusus, karena hanya dengan menyediakan waktu dan memberikan perhatian, maka pemirsa sudah dapat menikmati tayangan acara televisi. Di saat menonton televisi itulah audiens berada pada posisi yang terhubung dengan media, sedangkan pesan-pesan dalam tayangan yang disiarkan televisi, menerpa audiens secara aktual. Seperti penjelasan yang diberikan Larry Shore tentang media exposure, sebagai berikut :
6
Onong U. Effendi. Teori-Teori Komunikasi. Remaja Karya. Bandung. 1995. hal 173 Curtland L. Bovee & William f. Arens, contemporary of advertising, second edition ,Irwin lomewood,Ilionis 2007,hal 435 7
“Media exposure ternyata lebih kompleks dari pada sekedar mengakses, karena bertujuan tidak hanya dengan apa dan seseorang berada dalam daerah yang terhubung dengan media massa, tetapi juga apakah seseorang secara aktual diekpos pesan. Exposure adalah mendengar, melihat, membaca atau lebih ummnya pengalaman, dengan perhatian pesan media massa yang jumlahnya sedikit sekali”.8 Perhatian yang diberikan pemirsa terhadap tayangan yang disiarkan televisi, yaitu dengan melihat, membaca, dan mendengarkan pesan-pesan yang disampaikan media massa, merupakan wujud dari perilaku audiens dalam menggunakan media. Pada saat menonton televisi, audiens terkena terpaan pesan dari acara televisi yang ditayangkan, sehingga terjalin hubungan antara media dan khalayak. Untuk mengetahui sejauh mana keaktifan audiens dalam menggunakan media massa, maka Franc Biocca mengungkapkan lima karakteristik yang menggambarkan keadaan audiens pada saat terkena terpaan pesan media, yaitu : 1. Selectivity (selektifitas) Kemampuan audiens untuk menetapkan pilihan terhadap media dan isi yang akan diekspos. 2. Utilitarianism (kemanfaatan) Kemampuan audiens untuk menemukan kebutuhan dan tujuannya menggunakan media. 8
Dra. Sofiah. Hubungan Antara Terpaan Kampanye Pemilu malalui Media Televisi dengan Perilaku Pemilih. Program Paska Sarjana Universitas Padjajaran. Bandung. 2001
3. Intentionality (kesengajaan) Kesengajaan audiens menggunakan media, kemampuan audiens dalam mengungkapakan tujuan penggunaan isi media. 4. Involvement (keterlibatan) Keterlibatan audiens dengan memperhatikan, memikirkan tentang media dan penggunaannya, yaitu kemampuan audiens mengikuti isi pesan yang disampaikan media, kemampuan memikirkan pesan yang disampaikan media. 5. Impervious to influence (kemampuan melawan pengaruh media). Kemampuan mempertimbangkan setiap isi pesan, serta keterlibatan pemikiran dalam menilai setiap isi pesan yang disampaikan media. 9 Kelima elemen ini akan menggambarkan terpaan media terhadap seseorang dan juga dapat diketahui pula bagaimana perilaku audiens dalam menggunakan media. Dengan memperhatikan terus program acara yang ditontonnya, serta berusaha untuk mengerti dan memahami pesan yang disampaikan, nantinya pemirsa akan memberi penilaian terhadap tayangan yang ditontonnya, dan terkadang pemirsa membandingkannya dengan tayangan lain. Media massa dalam kadar tertentu dan terhadap individu tertentu mempunyai pengaruh atau dampak. Ada banyak faktor yang ikut andil ketika kita menyimpulkan bahwa sebuah perilaku dipengaruhi oleh media. Pemikiran teoritik tentang dampak media mengalami perkembangan dan 9
Stephen W Littlejohn. Theories of Human Communication. Wadsworth. Belmont, CA< USA. 2002. hal 312
pergeseran waktu, dipengaruhi oleh suasana, tempat, dan waktu, serta bebrapa faktor lingkungan, yakni : kepentingan pemerintah dan pembuat undang-undang, kebutuhan industri, aktivitas berbagai kelompok penekan, tujuan propaganda politik dan komersial, tekanan opini publik pada saat bersangkutan, dan model ilmu sosial.10 Munculnya berbagai pemikiran teoritik bersandar “Teori Peluru” membuktikan bahwa suatu saat media dianggap memiliki pengaruh dan dampak yang besar pada audiens. Tetapi disaat lain, muncul teori yang menyanggahnya, Two Step Flow, teori yang mengatakan bahwa media memiliki pengaruh tetapi pengaruh itu tak sebesar yang digambarkan teori peluru. Dampak media dapat didefinisakn sebagai akibat yang diterima audien setelah menerima pesan dari komunikator. Namun, dampak media tidak hanya disebabkan oleh pesan yang disampaikan media melainkan juga berhubungan dengan kehadiran media. Steve H. Charffe menyebut lima hal yang berhubungan dengan kehadiran media, natara lain :
1. Efek Ekonomi Dengan hadirnya media massa menggerakkan berbagai usaha (produksi, distribusi, dan konsumsi) “jasa’ media massa. 2. Efek Sosial
10
Dennis McQuails. 1989. Teori Komunikasi Massa- Suatu Pengantar. Erlangga. Jakarta. hal. 228
Berkenaan dengan dengan perubahan pada struktur atau interaksi sosial akibat media massa. Misal jaman dahulu, orang yang memiliki televisi dianggab mempunyai status sosial yang lebih tinggi. 3. Efek Penjadwalan kegiatan Misal dengan kehadiran televisi telah mengubah jadwal kegiatan seseorang. Joyce Cramond menyebutnya sebagai “displacement effects” (efek alihan), yaitu reorganisasi kegiatan yang terjadi karena masuknya televisi; beberapa kegiatan dikurangi dan beberapa kegiatan lainnya dihentikan sama sekali karena waktunya dipakai untuk menonton televisi. 4. Efek pada penyaluran/ penghilangan perasaan Sering
terjadi
orang
menggunakan
media
untuk
menyalurkan/
menghilangkan perasaan tidak enak (kesepian, marah, kecewa, dan sebagainya). Media digunakan tanpa mempersoalkan isi pesan yang disampaikannya. 5. Efek pada perasaan orang terhadap media. Tiap orang mempunyai perasaan positif atau negatif pada media tertentu. Hal ini berkaitan erat dengan pengalaman individu bersama media tersebut. 11 Dampak yang lain juga bisa dikategorikan menjadi dampak kognitif (terjadi perubahan pada pengatahuan setelah menerima pesan dari media), afektif (
11
Jalaluddin Rakhmat. Op. Cit. hal. 220-222
bangkitnya perasaan atau emosi tertentu pada khalayak), dan kognatif ( perilaku yang disebabkan oleh media ).12 Daya tarik televisi tersebut sering dimanfaatkan sebagai alat penyampai pesan. Salah satu pesan yang dimaksud disini adalah pesan iklan. Iklan dapat didefinisikan sebagai berikut Advertising is paid non personal communication from an identified sponsor using mass media to persuade or influence an audience13 Ketika sebuah iklan dalam visualisasinya menggunakan pendekatan parodi, kesan yang muncul di benak pemirsa atau calon konsumen adalah sebuah tayangan iklan yang dikerjakan dengan konsep ‘’main-main’’, guyonan, lucu, dan segar. Efeknya, menurut Heru seperti dicatat harian Media Indonesia (26/05/2009) sangat positif. Sebab, pesan verbal atau pun visual yang ingin disampaikan dapat menancap kuat di benak khalayak sehingga dapat membentuk brand image. Brand Image mempresentasikan keseluruhan persepsi terhadap merek dan dibentuk dari informasi dan pengalaman masa lalu terhadap merek itu. Sebelum brand image terbentuk,terlebih dahulu terjadi proses pengolahan informasi, yang meliputi sensasi, persepsi, memori dan berfikir. Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubunganhubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan
12 13
Mursito BM. Op. Cit. hal 44 William Weles,et.al,Advertising ; Principles and practice,Hall,Ina,New jersey,2006
pesan.14 Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan. Penginderaan adalah merupakan suatu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat penerima yaitu alat indera.15 Alat indera merupakan penghubung antara individu dengan dunia luarnya. Dengan persepsi individu dapat menyadari, dapat mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada di sekitarnya, dan juga tentang keadaan diri individu yang bersangkutan. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa dalam persepsi, stimulus dapat datang dari luar diri individu, tetapi juga dapat datang dari dalam individu yang bersangkutan. Berdasarkan atas hal tersebut, dapat dikemukakan bahwa dalam persepsi sekalipun stimulusnya sama, tetapi karena pengalaman tidak sama, kemampuan berfikir tidak sama, kerangka acuan tidak sama, adanya kemungkinan hasil persepsi antara individu satu dengan individu yang lain tidak sama, oleh karena itu persepsi bersifat individual.16 Persepsi pada dasarnya ditentukan oleh faktor personal dan faktor situasional, dengan demikian berarti yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberikan respons pada stimuli itu.17 Dengan kata lain manusialah yang menentukan makna stimuli itu, bukan stimuli itu sendiri. Oleh karena itu tidak mengherankan bila pesan yang datang kepada seseorang akan diberi makna yang berlainan oleh orang yang berbeda. 14
Jalaludin Rahkmat. Psikologi Komunikasi. Remaja Rosdakarya. Bandung. 2001. hal. 51 Bimo Walgito. Psikologi Sosial. Andi Offset. Yoyakarta. 1994. hal. 53 16 Bimo Walgito. ibid. hal 54 17 Jalaluddin Rakhmat. Op. Cit. hal. 51 15
Persepsi meliputi penginderaan (sensasi), atensi, dan inteprestasi.18 Sensasi merujuk pada pesan yang dikirimkan ke otak lewat indera kita. Melalui penginderaan kita dapat mengetahui dunia. Atensi tidak terelakkan karena sebelum kita merespon atau menafsirkan kejadian atau rangsangan apapun kita harus terlebih dahulu memperhatikan kejadian atau rangsangan tersebut. Ini berarti bahwa persepsi mensyaratkan kehadiran suatu objek untuk dipersepsi, termasuk orang lain dan diri sendiri. Banyak rangsangan sampai kepada kita melalui panca indra, namun kita tidak mempersepsi semua itu secara acak. Umumnya kita hanya dapat memperhatikan satu rangsangan saja secara penuh. Kalau kita memperhatikan dua atau lebih rangsangan pada saat yang sama, kualitas perhatian kita akan berkurang. Atensi (perhatian) adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah. Atensi dipengaruhi oleh faktor-faktor internal, yaitu faktor biologis (lapar, haus, dsb); faktor fisiologis (tinggi, pendek, lelah, dsb); faktor sosial budaya (gender, agama, tingkat pendidikan, pekerjaan, status sosial, dsb); faktor psikologis (kemauan, keinginan, motivasi, pengharapan, dsb), semakin besar perbedaan aspek-aspek tersebut secara antar individu, semakin besar persepsi mereka mengenai realitas.
18
Deddy Mulyana. Op. Cit. hal. 182
Faktor eksternal yang mempengaruhi atensi yakni atribut-atribut objek yang dipersepsi seperti gerakan, seperti organisme lain, manusia secara visual tertarik pada objek-objek yang bergerak. Intensitas, kita akan memperhatikan stimuli yang lebih menonjol dari stimuli yang lain. Kebaruan, hal-hal yang baru, yang luar biasa, yang berbeda akan menarik perhatian. Dan faktor ekternal lainnya adalah perulangan objek yang dipersepsi, hal-hal yang disajikan berkali-kali, bila disertai sedikit variasi, akan menarik perhatian. Persepsi intrapersonal dipengaruhi oleh beberapa faktor, faktor pertama adalah faktor fungsional yang berasal dari kebutuhan, pengalaan masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk apa yang kita sebut sebagai faktor personal. Yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi karena karakteristik orang yang memberikan respon pada stimuli itu. Krech dan Crutchfield merumuskan dalil persepsi yang pertama yaitu persepsi bersifat selektif secara fungsional yang berarti bahwa objek-objek yang mendapat tekanan dalam persepsi kita biasanya objek-objek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi. Faktor kedua yang mempengaruhi persepsi adalah faktor struktural yang semata-mata berasal dari sifat stimuli fisik dan efek-efek saraf yang ditimbulkannya pada sistem saraf individu. Kohler menjelaskan, jika kita ingin memahami suatu peristiwa, kita tidak dapat meneliti fakta-fakta yang terpisah, kita harus memandangnya dalam hubungan keseluruhan.
Dalam komunikasi intrapersonal, memori memegang peranan penting dalam mempengaruhi persepsi maupun berpikir. Menurut Schlessinger dan Groves, memori adalah sistem yang sangat berstruktur, yang menyebabkan organisme
sanggup
merekam
fakta
tentang
dunia
dan
menggunakan
pengetahuannya untuk membimbing perilakunya.19 Secara singkat, memori melewati tiga proses : perekaman, penyimpanan, dan pemanggilan. Perekaman (encoding) adalah pencatatan informasi melalui reseptoe indera dan sirkuit saraf internal. Penyimpanan (storage), adalah menentukan berapa lama informasi itu berada beserta kita, dalam bentuk apa, dan dimana. Penyimpanan bisa aktif atau pasif. Kita menyimpan secara aktif bila kita menambahkan informasi tambahan, sedagkan secara pasif terjadi tanpa penambahan. Pemanggilan (retrieval), dalam bahasa sehari-hari, mengingat lagi, adalah menggunakan informasi yang disimpan.20 Pemanggilan dalam memori dapat diketahui dengan empat cara : 1. Pengingatan (Recall). pengingatan adalah proses aktif untuk menghasilkan kembali fakta dan informasi secara verbatim(kata demi kata), tanpa petunjuk yang jelas. 2. Pengenalan (Recognition). Agak sukar untuk mengingat kembali sejumlah fakta, lebih mudah mengenalnya kembali. 3. Belajar lagi (Relearning). Menguasai kembali pelajaran yang sudah pernah kita peroleh sebelumnya termasuk pekerjaan memori. 19 20
Jalaluddin Rakhmat. Op. Cit. hal. 62 Ibid. hal. 63
4. Redintegrasi (Redintegration), Ialah merekontruksi seluruh masa lalu dari satu petunjuk memori kecil.21
Untuk mengetahui mekanisme cara kerja memori, ada 3 teori tentang meori yaitu : Teori Aus (Disuse Theory), menurut teori ini, memori hilang atau memudar karena waktu. Seperti otot, memori kita baru kuat bila dilatih terus menerus. Teori yang kedua adalah, teori Inteferensi (Interference theory), menrut teori ini, memori merupakan meja lilin atau kanvas. Katakanlah, pada kanvas itu sudah terlukis hukum relativitas. segera setelah itu, anda akan mencoba merekam hukum medan gabungan. Yang kedua akan menyebankan terhapusnya rekaman yang pertama atau mengaburkannya Ini yang disebut interferensi. Teori yang ketiga adalah, Teori pengolahan informasi (Information processing theory), teori ini menyatakan bahwa informasi mula-mula disimpan pada sensory storage (gudang inderawi), kemudian masuk short term memory (STM, memori jangka pendek), lalu dilupakan atau dikoding untuk dimasukkan ke dalam long term memory (LTM, memori jangka panjang). Sensory storage lebih merupakan proses perseptual daripada memori. Ada dua macam memori : memori ikonis untuk meteri yang kita peroleh secara visual, dan memori ekosis untuk materi yang masuk secara auditif (melalui pendengaran). penyimpanan disini berlangsung cepat. ensory storage lah yang menyebabkan kita melihat rangkaioan gambar seperti bergerak, ketika kita menonton film.
21
Ibid. hal. 64
Supaya dapat diingat, informasi harus disandi (encode) dan masuk dalam shor term meory. Bila informasi ini berhasil dipertahankan pada STM, ia akan masuk dalam LTM Inilah yang umumnya kita kenal sebagai ingatan. Persepsi sosial merupakan proses menangkap arti objek-ojek sosial dan kejadian-kejadian yang kita alami dalam lingkungan kita.22 Namun demikian karena yang dipersepsi itu manusia seperti halnya dengan yang mempersepsi, maka objek persepsi dapat memberikan pengaruh kepada yang mempersepsi. Untuk tidak mengaburkan istilah dan unutk menggarisbawahi manusia sebagai objek persepsi, disini kita akan menggunakan istilah persepsi interpersonal. Ada empat perbedaan antara persepsi objek dengan persepsi interpersonal : Perbedaan Persepsi Objek dengan Persepsi Interpersonal Persepsi Objek
Persepsi Interpersonal
Stimuli ditangkap oleh alat indera Stimuli sampai kepada kita melalui kita
melalui
(Gelobang,
benda-benda cahaya,
fisik lambang-lambang verbal atau grafis
gelombang yang disampaikan pihak ketiga
suara, temperatur, dsb). Bila kita menanggapi objek, kita Kita mencoba memahami apa yang hanya menanggapi sifat-sifat luar tidak tampak pada alat indera kita. objek.
Kita
tidak
hanya
melihat
perilakunya tetapi juga mengapa ia berperilaku seperti itu.
22
Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi. Remaja Rosdakarya. Bandung 2007. hal. 191
Ketika kita mempersepsi objek, Faktor-faktor personal anda, dan objek tidak tidak bereaksi kepada karakteristik orang ditanggapi. kita,
kitapun
tidak
memberikan
reaksi emosional kepadanya. Objek relatif tetap
Manusia selalu berubah Sumber : Psikologi Komunikasi23:
Dalam persepsi interpersonal juga dipengaruhi oleh faktor situasional dan faktor personal. Faktor situasional dapat berupa : 1. Diskripsi verbal Kita melukiskan orang mulai dari central trait, menjelaskan sifat itu terperinci, baru melanjutkan pada sifat-sifat yang lain. 2. Petunjuk proksemik Jarak yang dibuat individu dalam hubungannya dengan orang lain menunjukkan tingkat keakraban mereka. 3. Petunjuk kinesik Persepsi itu didasarkan pada gerakan orang itu. Orang lebih mempercayai petunju kinesik karena petunjuk kinesik adalah yang paling sukar untuk dikendalikan secara sadar oleh orang yang menjadi stimuli. 4. Petunjuk wajah.
23
Jalaluddin Rakhmat. Op. Cit. hal. 81-82
diantara berbaga petunjuk nonverbal, petunjuk wajah adalah yang paling penting dalam mengenali perasaan persona stimuli. Ahli komunikasi nonverbal, dale G Leathers, menulis “Wajah sudah lama menjadi sumber informasi dalam komunikasi interpersonal. Inilah alat yang sangat penting dalam menyampaikan makna. dalam beberapa detik ungkapan wajah dapat menggerakkan kita ke puncak keputusasaan. Kita menelaah wajah rekan sahabat kita untuk perubahan-perubahan halus dan nuansa makna dan mereka.”24 5. Petunjuk paralinguistik Yang dimaksud dengan paralinguistik ialah cara bagaimana orang menucapkan lambang-lambang verbal. meliputi tinggi randahnya suara, tempo bicara, dialek, dan interaksi (perilaku ketika melakukan komunikasi). 6. Petunjuk Artifaktual Meliputi segala macam penampilan sejak potongan tubuh, kosmetik, baju yang dipakai, tas, pangkat, badge, dan atribut-atribut lainya. Disini petunjuk verbal bukan tidak berperan. Yang dimaksud petunjuk verbal ialah isi komunikasi persona stimuli, bukan cara. Misalnya orang yang menggunakan pilihan kata-kata yan tepat, mengorganisasikan pesan secara sistematis, mengungkapkan pikiran yang dalam dan komprehensif, akan menimbulkan kesan bahwa orang itu cerdas dan terpelajar. 24
Ibid. hal. 87
Faktor kedua yang mempengaruhi persepsi interpersonal adalah faktor personal. Secara umum faktor-faktor personal dalam persepsi interpersonal sama dengan faktor personal di persepsi intrapersonal. Disini akan dijelaskan faktor personal yang mempengaruhi persepsi secara langsung, antara lain : 1. Pengalaman Pengalaman mempengaaruhi kecermatan persepsi. pengalaman tidak selalu lewat proses belajar formal. pengalaman kita bertambah juga melalui rangkaian peristiwa yang pernah kita hadapi. 2. Motivasi Bila anda dihadapkan kepada stimuli yang mengancam, anda akan bereaksi sebegitu rupa sehingga mungkin tidak akan menyadari bahwa stimuli itu ada. hal ini disebut perceptual defence. Di sini berlaku dalil komunkasi, anda hanya mendengar apa yang mau anda dengar, dan anda tidak akan mendengar apa yang tidak ingin anda dengar. Motif yang lainnya adalah kebutuhan untuk mempercayai dunia yang adil. Misal bila kita melihat orang celaka kita salahkan karena kurang hati-hati, orang miskin karena malas dan tidak berjiwa wiraswasta. 3. Kepribadian Proyeksi adalah mengekternalisasi pengalaman subjektif secara tidak sadar. Pada persepsi interpersonal orang mengenakan pada orang lain sifat-sifat yang ada pada dirinya, yang tidak disenanginya. Manusia secara
sadar berusaha menampilkan dirinya kepada orang lain sebaik mungkin, inilah yang disebut Erving Goffman sebagai self presentation. Proses persepsi interpesonal disebut sebagai proses pembentukan kesan, antara lain : 1. Stereotyping Menurut
psikologi
kognitif,
pengalaman-pengalaman
baru
akan
dimasukkan pada “laci” kategori yang ada dalam memori kita, berdasarkan kesamaannya dengan pengalaman massa lalu. Bersama itu, semua sifat yang ada pada kategori pengalaman itu dikenakan pada pengalaman baru. dengan cara seperti ini, orang memperoleh informasi tambahan dengan segera, sehingga membantu dalam mengambil keputusan yang cepat atau dalam meramalkan peristiwa. Stereotyping ini mungkin yan menjelaskan terjadinya primacy effect dan halo effect yang sudah kita jelaskan di muka. Primacy effect secara sederhana menunjukkan bahwa kesan pertama amat menentukan, karena kesan itulah yang menentukan kategori. Begitu pula, halo effect. Persona stimuli yang sudah kita senangi telah mempunyai kategori tertentu yang positif, dan pada kategori itu sudah disimpan semua sifat yang baik. 2. Implicit Personality Theory Setiap orang mempunyai konsepsi tersendiri tentang sifat-sifat apa berkaitan dengan sifat-sifat apa. Konsepsi ini merupakan teori yang dipergunakan orang ketika membentuk kesan terhadap orang lain. Sebagai
contoh kita menilai orang yang sembahyang itu baik dan jujur, tapi belum tentu benar. 3. Atribusi Atribusi adalah proses penyimpulan motif, maksud, dan karakteristik orang lain dengan melihat pada perilakunya yang tampak. Menurut Jones dan Nisbett, kita dapat memahami motif persona stimuli dengan memperhatikan dua hal. Pertama, kita memfokuskan perhatian pada perilaku yang hanya memungkinkan satu atau sedikit penyebab. Kedua, kita memusatkan perhatian pada perilaku yang menyimpang dari pola perilaku yang biasa. Dalam proses pengelolaan kesan, peralatan lengkap yang kita gunakan untuk menampilkan diri ini diebut front. Front terdiri dari panggung (setting), penampilan (appearance), dan gaya bertingkah laku (manner).. Panggung adalah peralatan ruang dan benda yang kita gunakan. Penampilan berarti menggunakan petunjuk artifaktual. gaya bertingkah laku menujukkan kita cara berjalan, duduk, berbicara, memandang, dan sebagainya. Menurut Solomon, secara sederhana, proses persepsi dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar I. Proses Persepsi Menurut Solomon
Melihat
Mata
Mendengar
Telinga
Mencium
Hidung
Eksposure
Perhatian
Interprestasi
Sumber : Perilaku Konsumen.25
Psikologi seorang komunikator dalam komunikasi sangat berperan penting. Ketika komunikator berkomunikasi yang berpegaruh bukan saja apa yang ia katakan tetapi juga keadaan dia sendiri. Ia tidak dapat menyuruh pendengar hanya memperhatikan apa yang ia katakan, pendengar juga akan memperhatikan siapa yang ia katakan, bahkan kadang-kadang siapa lebih penting dari apa. Aristoteles menyebut karakter komunikator yang baik sebagai ethos. Ethos terdiri dari pikiran yang baik, akhlak yang baik, dan maksud yang baik (good sense, good moral character, good will). Sedangkan menurrut Herbert C. Kelman, pengaruh komunikasi kita pada orang lain berupa tiga hal, yaitu ;
25
Ristiyanti Prasetijo dan John J .O. I Ihalauw. Perilaku Konsumen. Andi. Yogyakarta. 2005. hal 68
1. Internalisasi, terjadi bila orang menerima pengaruh karena perilaku yang dianjurkan itu sesuai dengan sistem nilai yang dimilikinya. Internalisai terjadi keika kita menerima anjuran orang lain atas dasar rasional. 2. Identifikasi, terjadi bila individu mengambil perilaku yang berasal dari orang atau kelompok lain kerana perilaku itu berkaitan dengan hubungan yang mendefinisikan dir secara memuakan dengan orang atau kelompok itu. 3. Ketundukan, terjadi bila individu menerima pengaruh dari orang atau kelompok lain karena ia berharap memperoleh reaksi yang menyenangkan dari orang lain. Dalam ketundukan, orang menerima perilaku yang dianjurkan bukan karena empercayainya, tetapi karena perilaku trsebut mebantunya untuk menghasilkan efek sosial yang memuaskan.26 Sedangakn faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikator adalah : 1. Kredibilitas, adalah seperangkat persepsi komunikate tentang sifat-sifat komunikator. Dalam definisi ini terkandung dua hal : (1) kredibilitas adalah persepsi komunikate, jadi tidak inheren dalam diri komunikator; (2) kredibilitas berkenaan dengan sifat-sifat komunikator, yang selanjutnya akan kita ebut sebagai komponen-komponen kredibilitas. Karena krdibilitas itu masalah persepsi, kredibilitas berubah bergantung pada pelaku persepsi (komunikate), topik yang dibahas, dan situasi. Halhal yang mempengaruhi komunikate tentang komunikator sebelum ia 26
Jalaluddin Rakhmat. Op. Cit. hal. 256-257
berlakukan komunkasinya disebut prior ethos, sumbernya bisa dari pengalaman langsung dengan komunikator itu atau dari pengalaman wakilan. Sedangkan hal yang mempengaruhi lainya adalah setelah komunikator berbicara, anda terpesona dengan pemilihan kata, isi yang disampaikannya
dan
kedalaman
uraiannya.
Perlahan-lahan
anda
menyukainya dan mempercayainya, komunikator sekarang mempunyai intrinsic ethos. Selain pelaku persepsi dan topik yang dibahas, faktor situasi juga mempengaruhi kredibilitas. pembicara pada media massa memiliki kredibilitas yang lebih tinggi dibandingkan pembicara pada pertemuan RT. Komponen kredibilitas yang paling penting adalah keahlian dan kepercayaan. keahlian adalah kesan yang dibentuk komunikate tentang kemampuan komunikator dalam hubungannya dengan topik yang dibicarakannya. Sedangkan kepercayaan adalah kesan komunikate tentang komunikator yang berkaitan dengan wataknya. 2. Atraksi. Atraksi fisik menyebabkan komunikator menarik, dan karena menarik ia memiliki daya persuasif. tetapi kita juga tertarik kepada seseorang karena adanya beberapa kesamaan antara dia dengan kita. Oleh karena itu, komunikator yang ingn mempengaruhi orang lain sebaiknya memulai
dengan
komunikate.
menegaskan
kesamaan
antara
dirinya
dengan
Simons menerangkan mengapa komunikator yang dipersepsi memiliki kesamaan dengan komunikate cenderung berkomunikasi dengan efektif. Pertama, kesamaan mempermudah proses decoding, yakni proses menerjemahkan lambang-lambang yang diterima menjadi gagasangagasan. Kedua, kesamaan membantu membangun premis yang sama. Premis yang sama mempermudah proses deduktif. Ini berarti bila kesamaan disposisional relevan dengan topik persuasi, orang akan terpengaruh oleh komunikator. Ketiga, kesamaan menyebakan komunikate tertarik pada komunikator. Karena tertarik dengan komunikator, kita aka cenderung
menerima
gagasan-gagasannya.
Keempat,
kesamaan
menumbuhkan rasa hormat dan percaya kepada komunikator. 3. Kekuasaan. Kekuasaan adalah kemampuan menimbulkan ketundukan. Kekuasaan menyebabkan eorang komunikator dapat “memaksakan” kehendaknya kepada orang lain, karena ia memiliki sumber daya yang sangat penting. Berdasarkan sumber daya yang dimilikinya, French dan Raven menyebutkan jenis-jenis kekuasaan, antara lain ; a. Kekuasaan
Koersif
(coersive
power).
Kekuasaan
koersif
menunjukkan kemampuan komunikator untuk mendatangkan ganjaran atau memberikan hukuman pada komunikate. b. Kekuasaan keahlian (expert power). Kekuasaan ini berasal dari pengetahuan, pengalamanm ketrampilan, atau kemampuan yang dimilikikomunikator.
c. Kekuasaan
Informasional.
kekuasaan
ini
berasal
dari
isi
komunikasi tertentu atau pengetahuan baru yang dimiliki oleh komunikator. d. Kekuasaan
Rujukan
(referent
power).
Disini
komunikate
menjadikan komunikator sebagai kerangka rujukan untuk menilai dirinya. e. Kekuasaan Legal (legitimate power). Kekuasaan ini berasal dari perangkat peraturan atau norma yang menyebabkan komunikator berwenang untuk melakukan suatu tindakan.27 Sebagaimana psikologi komunikator, pesan juga mempunyai psikologi tersendiri. Manusia mengucapkan kata-kata dan kalimat dengan cara-cara tertentu. setiap cara berkata memberikan maksud tersendiri. Cara-cara ini kita sebut pesan paralinguistik(bahasa). Tetapi manusia juga menyampaikan pesan dengan caracara lain selain dengan bahasa, misalnya dengan isyarat ; ini kita sebut dengan pesan ekstralinguistik. Definisi formal menyatakan bahasa sebagai semua kalimat yang terbayangkan, yang dapat dibuat menurut peaturan tata bahasa. Tata bahasa meliputi tiga unsur : fonologis, sintaksis, dan semantik. Untuk mampu menggunakan bahasa tertentu, kita harus menguasai ketiga tahap pengetahuan bahasa diatas, ditambah dua tahap lagi. Pada tahap pertama, kita harus memliki informasi fonologis tentang bunyi-bunyi bahasa. Tahap kedua, kita harus memiliki pengetahuan sintaksis tentang cara pembentukkan kalimat. Pada tahap ketiga, kita 27
Ibid. hal. 256
harus mengetahui secara leksikal arti kata atau gabungan kata-kata. tahap keempat, kita harus mengetahui pengetahuan konsep hal tentang dunia tempat tinggal kita dan dunia yang kita bicarakan. Akhirnya, pada tahap kelima, kita harus mempunyai semacam sistem kepercayaan untuk menilai apa yang kita dengar. Kita mungkin dapat berfikir tanpa menggunakan bahasa. Tapi bahasa mempermudah kemampuan belajar dan mengingat, memecahkan persoalan, dan menarik kesipulan. bahasa memungkinkan kita menyandi (encode) peristiwaperistiwa dan objek-objek dalam entuk kata-kata. dengan bahasa, kita mengabtraksikan pengalaman kita, dan yang lebih penting menkomunikasikannya pada orang lain. Kata-kata tidak bermakna, oranglah yang memberi makna. Makna pertama adalah makna inferensial, yakni makna satu kata (lambang) adalah objek, pikiran, gagasan, konsep yang dirujuk oleh kata tersebut. dalam uraian Ogden dan Richards, proses pemberian makna (reference process) terjadi ketika kita menghubungkan lambang dengan yang ditunjukkan lambang. Satu lambang dapat menunjukkan banyak rujukan.28 Makna yang kedua adalah menunjukkan arti (significance) suatu istilah, sejauh dihubungkan dengan konsep-konsep yang lain. Makna yang ketiga adalah makna intensional, yakni makna yang dimaksud oleh seorang pemakai lambang. Makna ini terdapat dalam pikiran orang, hanya dimiliki dirinya saja.
28
Ibid. hal. 279
Dalam penggunaan bahasa, pesan nonverbal masih juga digunakan. menurut Mark L. knapp, fungsi pesan non verbal adalah : (1) Repetisi, mengulang kembali gagasan yang sudah disajikan secara verbal, (2) Subtitusi, menggantikan lambang-labang verbal, (3) kontradiksi, menolak pesan verbal atau memberikan makna yang lainterhadap pesan verbal, (4) komplemen, melengkapi dan memperkaya makna pesan non verbal, (5) aksentuasi, menegaskan pesan verbal atau menggarisbawahi. Pesan nonverbal menurut Leathers, pesan nonverbal dibagi menjadi tiga kelompok besar : pesan non verbal visual yang meliputi kinesik, proksemik, dan artifaktual; pesan nonverbal auditif yang disini hanya terdiri dari satu saja yaitu pesan paralinguistik; dan pesan nonverbal nonvisual nonauditif, artinya tidak berupa kata-kata, tidak terlihat, an tidak terdengar, meliputi sentuha dan penciuman. Pesan kinesik, menggunakan gerak tubuh yang berarti erdiri dari tiga komponen utama fasial, pesan gestural dan postural. Pesan fasial menggunakan air muka untuk menyampaikan makna tertntu. Leathers menyimpulkan penelitian tentang wajah sebagai berikut : (1) wajah mengkomunikasikan penilaian dengan ekspresi senang dantak senang, yang menunjukkan apakah komunikator memandang objek penelitianya baik atau jelek, (2) wajah mengkomunikaskan berminat atau ta berminat pada orang lain atau lingkungan, (3) wajah mengkomunikasikan
intensitas
keterlibatan
dalam
situasi,
(4)
wajah
mengkomunkaikan tingkat pengendalian individu terhadap pernyataannya sendiri,
(5) dan wajah barangkali mengkomunikasikannya adanya atau kurangnya pengertian. Pesan gestural menunjukkan gerakan sebagian anggota badan seperti mata dan tangan untuk mengkomuikasikan berbagai makna. Menurut galoway,pesan gestural kita gunakan untuk mengungkapkan : (1) mendorong/membatasi, (2) menyesuaikan/mempertentangkan, (3) responsif/tak responsif, (4) perasaan positif/negatif, (5) memperhatikan/tidak memprhatikan, (6) Melancarkan/tidak reseptif, (7) menyetuji/menolak. Pesan postural berkenaan dengan keseluruhan anggota badan. mehrabian menyebutkan tiga makna yang disampaikan postur : immediacy, power, dan responsiveness. Immediacy adalah ungkapan kesukaan atau ketidaksukaan terhadap individu lain. Power mengungkapakan status yang tinggi pada diri kouikator. Individu mengkomunikasikan responsiveness bila ia bereaksi secara emosional pada lingkungan, secara positif dan negatif. Bila postur anda tiak berubah, anda mengungkapakan sifat yang tidak responsif. Pesan proksemik disampaikan melalui pengaturan jarak dan ruang. Umumnya dengan mengatur jarak kita mengungkapkan keakraban kta dengan orang lain. Pesan artifaktual diungkapakan melalui penapilan, tubuh, pakaian dan kosmetik. sedangkan pesan paralinguistik adalah pesan nonverbal yang berhubungan dengan cara mengungkapkan pesan verbal. Satu pesan verbal yang
sama dapat menyampaikan arti yang berbeda bila diucapkan dengan cara yang berbeda. Dalam sebuah pesan, Beighley meninjau berbagai penelitian yang membandingkan efek pesan yang tersusun dengan pesan yang tidak tersusun. Ia menemukan bukti yang nyata yang menunjukkan bahwa pesan yang diorganisasikan dengan baik lebih mudah dimengerti daripada pesan yang idak tersusun baik. Alan H monroe dalam “motivated sequence”, menyarankan lima langkah dalam menyusun pesan : 1. Attention (perhatian) 2. Need (kebutuhan) 3. satisfaction (pemuasan) 4. Visualization (visualisasi) 5. Action (Tindakan)29 Bila pesan-pesan kita dimaksudkan untuk mempengaruhi orang lain maka kita harus menyentuh motif yang menggerakkan atau mendorong perilaku komunikate. degan perkataan lain, kita secara psikologis mengimbau khalayak untuk menerima dan melaksanakan gagasan kita. Imbauan rasional didasarkan pada anggapan bahwa manusia pada dasarnya makhluk rasional yang baru bereaksi pada imbauan emosional, bila himbauan rasioanal tidak ada. Menggunakan imbauan rasional artinya
29
Ibid. hal. 297
meyakinkan orang lain dengan pendekatan logis atau penyajian bukti-bukti. burgoon dan Betinghaus kemudian menyarankan hal-hal berikut : 1. Penggunaan pembuktian sangat bergantung pada topik pesan. dalam situasi ini penggunaan testimoni atau sekedar menyentuh alat indera barangkali lebih efektif. 2. Khalayak mungkin berbeda-beda dalam banyak faktor, misalnya usia, sks, pendidikan, dan lain-lain. 3. Sistem klasifikasi pembuktian yang ada sekarang ini berasal dari sistem hukum. Imbauan emosional menggunakan pernyataan-pernyataan atau bahasa yang menyentuh emosi komunikate. Banyak penelitian yang menemukan bahwa pesan yang menggunakan imbauan emosional lebih berhasil daripada pesan-pesan raional. Bettighaus menyarankan kepada kita hal-hal berikut ini untuk membangkitkan emosi manusia : (1) gunakan bahasa yang penuh muatan emosional utnuk melukiskan situasi tertentu. (2) hubungkan gagasan yang diajukan dengan gagasan yang tengah populer atau tidak populer, (3) hubungkan gagasan dengan unsur-unsur visual dan nonverbal yang membangkitkan emosi, (4) tampakkan pada diri komunikator petunjuk nonverbal yang emosional. Imbauan takut menggunakan pesan yang mencemaskan, mengancam, atau meresahkan. Efektivitas imbauan takut bergantung pada jenis pesan, kredibilitas komunikator, dan jenis kepribadian penerima.
Imbauan ganjaran menggunakan rujukan yang menjanjikan komunikate sesuatu yang mereka perlukan atau yang mereka inginkan. Dan yang terakhir adalah imbauan motivasional menggunakan imbauan motif
yang menyentuh
kondisi intern dalam diri manusia F. HIPOTESA Hipotesis dapat diartikan sebagai “suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul”30. Berdasarkan kajian teori sebagaimana telah diuraikan di muka, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah ”Ada hubungan antara terpaan iklan LA.Ligth dengan brand image mahasiswa” G. DEFENISI KONSEPTUAL Supaya diperoleh
kesamaan
pengertian
terhadap
variabel-variabel
penelitian ini, akan diuraikan defenisi konsepsional dalam judul dan variabel penelitian.
1. Variabel Bebas 30
Suharsini Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.Jakarta : Rineka Cipta.
Terpaan iklan LA. Light a. Terpaan media : ” keadaan terkena pada khalayak akan pesan-pesan yang disebarkan oleh media masa” 31 b. Iklan ” Suatu kegiatan yang dilakukan oleh produsen untuk mempengaruhi calon pembeli agar tertarik untuk mengetahui bahkan membeli produk barang atau jasa yang ditawarkan media massa. 2. Varibel Terikat Brand Image ” Suatu proses pemberian kesan-kesan yang dilakukan oleh individu, kelompok ataupun organisasi terhadap suatu produk merek sebagai suatu akibat dari pengalamannya terhadap produk merk, pelayanan, dan sumbersumber lainnya” 32 DIAGRAM HUBUNGAN ANTAR VARIABEL Variabel Bebas
Variabel Terikat
Terpaan Iklan di Televisi - Frekwensi melihat iklan LA.Light di Televisi - Intensitas melihat iklan Band Image LA.Light ditelevisi - Pemahaman pesan iklan 31 Jalaluddin Rakhmat. Op. Cit. hal. 20 32 LA.Light A.A. Anwar Prabu Mangkunegara.1988. Perilaku Konsumen. Bandung : PT Eresco.
H. DEFENISI OPEASIONAL 1.
Variabel Bebas Terpaan iklan LA. Light yang muncul di televisi indikatornya: a. Frekwensi, frekwensi diukur dari : 1) Berapa kali responden melihat iklan LA.Light di televisi dalam 1 hari : v ≥ 5 kali v 4 kali v 3 kali v ≤ 2 kali v 1 2) Keseringan responden melihat iklan LA.Light dalam sehari : v Sangat sering v Sering v Cukup sering v Kadang – kadang v Tidak pernah b. Intensitas melihat iklan LA.Light ditelevisi diukur dari perhatian responden terhadap iklan LA.Light ditelevisi : v Selalu memperhatikan v Memperhatikan
v Cukup memperhatikan v Kurang memperhatikan v Tidak memperhatikan c. Pemahaman terhadap isi pesan iklan LA.Light diukur dari pemahaman responden ketika melihat iklan LA.Light : v Sangat memahami v Memahami v Cukup memahami v Kurang memahami v Tidak memehai 2.
Variabel Terikat Brand Image Indikatornya : Persepsi,persepsi diukur dari : 1) Apakah isi iklan LA.Light mudah diingat oleh responden v Sangat mudah v Mudah v Cukup mudah v Sulit v Sangat sulit 2) Bagaimana tampilan iklan LA.Light dilihat dari tema iklan yang diangkat v Sangat menarik v Menarik
v Cukup menarik v Kurang menarik v Tidak menarik 3) Bagaimana perasaan responden ketika melihat iklan LA.Ligth v Sangat terhibur v Terhibur v Cukup terhibur v Kurang terhibur v Tidak terhibur I. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian merupakan sumber untuk mendapatkan data, informasi, keterangan dan hal- hal yang berkaitan dengan kepentingan penelitian. Sesuai dengan judul penelitian ” Terpaan iklan LA. Light di Televisi dan brand image”. Penelitian ini mengambil lokasi di Fakultas Ilmu Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta yang beralamat di Jl. Ir. Sutami No. 36a. Solo. Dengan waktu penelitian pada bulan April sampai selasai. B. Jenis Penelitian Sehubungan dengan wilayah dan sumber data yang dijadikan sebagai subjek penelitian, maka dikenal 3 jenis penelitian: 1. Penelitian populasi 2. penelitian sampel
3. penelitian kasus.33 Dalam penelitian ini jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelian populasi atau disebut juga dengan studi sensus. Penulis memilih jenis penelitian ini karena peneliti ingin meneliti semua subjek yang ada dalam wilayah penelitia. Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa komunikasi non reguler angkatan 2007 yang berjumlah 99 orang. C. Jenis Data 1.
Data Primer
Yaitu data yang diperoleh langsung dari responden dengan jalan menyebarkan kuisioner. 2.
Data Sekunder Yaitu data tambahan yang diperoleh dengan mengutip dari sumber lain yang bertujuan untuk melengkapi data primer. Data tambahan berasal dari buku, dan internet.
D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode angket. Metode angket atau kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunkan untuk memperoleh informasi dari responden tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui.34 E. Metode Analisis Data
33 34
Suharsimi Arikunto ibdid hal 130 Suharsimi arikunto Ibdib hal 222
Penelitian ini dianalisis dengan statistik. Statistik digunakan karena dalam penelitian
ini
dihadapkan
pada
hipotesa,
populasi
dan
metode
pengambilan data. Sedang metode untuk membuktikan hipotesa adalah metode korelasi. Teknik korelasi yang akan digunakan adalah korelasi Tata Jenjang Spearman. Tata Jenjang Spearman digunakan untuk mengukur asosiasi antara 2 variabel yang keduanya setidak setidak--tidaknya mempunyai skala ordinal yang memungkinkan aghar individu ob objek yang diteliti itu dapat diberi jenjang atau rangking. Rumusnya adalah :
Rumus tersebut digunakan bila skor sama yang terdapat pada dua variabel dapat diabaikan. Tetapi bila skor yang sama banyaknya tidak dapat diabaikan pengaruhnya terhadap rs, maka harus menggunakan rumus sebagai berikut :
dimana :
Keterangan : rs : Koefesien korelasi Tata Jenjang Spearman ∑d2 : Jumlah kuadrat selisih antar variabel Tx : Jenjang kembar pada variabel X Ty : Jenjang kembar pada variabel Y ∑x2 : Jumlah kuadrat variabel X ∑y2 : Jumlah kuadrat variabel Y Dalam penelitian ini hasil perhitungan rs tidak dapat langsung dikonsultasikan dengan tabel harga kritik yang berlaku untuk batas maksimal sampel n = 30, maka rumus harga kritik dalam menentukan signifikan adalah sebagai berikut :
2
Setelah diketahui besarnya t, nilai tersebut harus dikonsultasikan dengan tabel distribusi t dengan daerah bebas / degrees of freedom (df) dan batas kepercayaan 90% atau taraf signifikan 10%.35
BAB II DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN
A. SEKILAS TENTANG UNS SOLO 1. Sejarah Berdirinya Universitas Sebelas Maret Surakarta Universitas Sebelas Maret Surakarta berdiri sejak 11 Maret 1976, yang pada awalnya merupakan gabungan dari 5 perguruan tinggi yang ada di Surakarta. Penggabungan beberapa perguruan tinggi tersebut, mempunyai satu tujuan yang besar yaitu meningkatkan kualitas pendidikan tinggi di Surakarta Setelah lima tahun melakukan konsolidasi, UNS mempersiapkan diri untuk memulai proses perkembangannya. Pembangunan secara fisik dimulai pada tahun 1980. Di bawah kepemimpinan dr. Prakosa, kampus yang semula terletak di beberapa tempat disatukan dalam suatu kawasan. 35
Slamet Y, Analisa Kuantitatif Untuk Data Sosial, Dabara Publisher, 1993. Hal. 73
Lokasi tersebut adalah di daerah Kentingan, di tepi Sungai Bengawan Solo, dengan cakupan area sekitar 60 hektar. Di daerah Kentingan inilah pembangunan kampus tahap pertama berakhir pada tahun 1985. Pembangunan fisik kampus yang tergolong cepat, juga diimbangi dengan perkembangan di sektor lain. Tahun 1986, Prof. Koento Wibisono, selaku rektor berikutnya, melakukan peletakan dasar-dasar percepatan pertumbuhan.
Pada
masa
ini,
perubahan
telah
terjadi,
seperti
perkembangan yang cukup bagus dalam bidang akademik dan jumlah staf, juga dalam penguatan infrastruktur kampus. Setelah prof. Haris Midjiman, Ph.D menjadi rektor berikutnya, percepatan UNS dimulai untuk melangkah ke arah yang lebih baik. Semangat dan komitmen yang tinggi untuk melakukan perubahan sangatlah dibutuhkan untuk membuat kemajuan di setiap sisi kehidupan UNS. Efek dari perubahan tersebut sangatlah mengesankan. Sekarang, UNS Solo merupakan universitas muda dengan pertumbuhan yang luar biasa. Dengan berbagai potensi yang ada, misalnya seperti dokter bedah kulit dengan reputasi nasional (Fakultas Kedokteran), penemuan starbio dan padi tahan garam (Fakultas Pertanian), dan beberapa kemajuan yang terjadi di setiap fakultas dan unit-unit kerja lainnya. UNS jega melakukan langkah maju dalam perkembangan teknologi informasi. Dengan ekspansi jaringan teknologi informasi yang lebih besar lagi, Pusat Komputer UNS Solo membuat torehan sejarah UNS dalam buku kemajuan
dan
perkembangan
UNS.
Torehan-torehan
sejarah
yang
lebih
mengesankan lainnya akan terjadi seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan universitas ini. 2. Visi dan Misi serta Tujuan UNS Solo a. Visi UNS Solo Universitas Sebelas Maret menjadi Pusat Pengembangan Ilmu, Teknologi, dan Seni yang Unggul di Tingkat Internasional dengan Berlandaskan pada Nilai-nilai Luhur Budaya Nasional. b. Misi UNS Solo 1) Menyelanggarakan pendidikan dan pengajaran yang menuntut pengemabangan
diri
dosen
dan
mendorong
kemandirian
mahasiswa dalam memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap. 2) Menyelenggarakan penelitian yang mengarah pada penemuan baru di bidang ilmu, teknologi, dan seni. 3) Menyelenggarakan kegiatan pengabdian pada masyarakat yang berorientasi pada upaya pemberdayaan masyarakat. c. Tujuan UNS Solo 1) Menciptakan lingkungan yang mendorong setiap warga kampus mau belajar guna mengembangkan kemampuan diri secara optimal. 2) Menghasilkan lulusan yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi luhur, cerdas, terampil dan mandiri, serta sehat jasmani dan rohani dan sosial.
3) Melahirkan temuan-temuan baru di bidang ilmu, teknologi, dan seni yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah dalam masyarakat dan unutk membangun kehidupan yang lebih baik. 4) Mendiseminasikan hasil pendidikan dan pengajaran serta penelitian kepada masyarakat sehingga terjadi transformasi secara terus menerus menuju kehidupan yang lebih modern. 5) Menggali dan mengembangkan nilai-nilai luhur budaya nasional sebagai salah satu landasan berpikir, bersikap, dan berperilaku dalam kehidupan, baik di dalam maupun di luar kampus. 6) Mengembangkan pranata kehidupan yang lebih beradab menuju terciptanya masyarakt yang makin cerdas, terampil, mandiri, demokratis, damai, dan religius. 7) Mendukung terciptanya kehidupan berbangsa dan bernegara yang berdaulat, bersatu, adil dan makmur. 8) Menjadikan Universitas Sebelas Maret perguruan tinggi yang muncul di kawasan Asia Pasifik pada tahun 2015. 3. Arti Lambang Universitas Sebelas Maret Surakarta Lambang Universitas Sebelas maret mempunyai arti sebagai berikut : a. Lambang bentuk bunga yang mempunyai empat putik daun bunga, melambangkan bangsa, maksudnya Universitas mendidik putra-putri bangsa yang kelak membawa keharuman tanah air. b. Tiga daun bunga atas, samping kanan dan kiri, mengejawantahkan tri Dharma Perguruan Tinggi.
c. Satu daun bunga di bawah atas lima satuan melambangkan sila-sila Pancasila. d. Garis pembentuk empat daun bunga dibuat secara berantai sedemikian rupa menggambarkan kesatuan dari keseluruhan Civitas Akademika Universitas Sebelas Maret. e. Dalam bentuk putik bunga dibamarkan wiku, dengan sanggul bersusun. f. Tulisan melingkar yang mirip aksara Jawa itu adalah candra sengkala (hi tungan tahun Jawa) berbunyi “Mangesthi Luhur Ambangun Nagara”, menggambarkan angkat tahun Jawa 1908 atau tahun Masehi 1976. Penafsiran yang diberikan Universitas Sebelas Maret, bercita-cita membangun negara dengan sifat-sifat yang luhur. Candra sengkala itu seolah-olah Praba yang bersinar. Praba dalam sejarah Agama dan Pewayangan dipakai orang suci, bijaksana, dan berbudi luhur. Pusat dari lambang itu adalah otak wiku yang digambarkan sebagai nyala api, mengisyaratkan sinar keabadian ilmu Pengetahuan. Yang dimaksud Universitas Sebelas Maret ikut berpartisipasi untuk menyumbangkan Ilmu Pengetahuan kepada Negara, Warna Lambang Biru Laut melambangkan ikrar kesetiaan dan kebaktian kepada negara, bangsa dan juga ilmu pengetahuan. 4. Fasilitas Umum UNS Solo
Fasilitas yang dapat dikategorikan fasilitas umum di UNS antara lain adalah sarana gedung pertemuan, sarana ibadah, serta sarana kesehatan. UNS memiliki Student Center yang dapat ifungsikan sebagai tempat kegiatan akademik seperti seminar, workshop, ataupun pertemuan dengan skalan peserta yang besar maupun melaksanakan kegiatan olahraga seperti Tae Kwon Do, jiu Jit Su, Karate, Pencak Silat, dan lainya. Untuk gedung pertemuan, secara khusus UNS memiliki Auditorium dengan fasilitas yang lebih memenuhi syarat untuk kegiatan baik akademik maupun kegiatan entertainment seperti pentas seni ataupun konser musik. Dalam hal sarana ibadah UNS memiliki Masjid Nurul Huda UNS. Merupakan satu-satunya masjid terbesar yang berada di lingkungan kampus Universitas Sebelas Maret Surakarta. Universitas Sebelas Maret Surakarta mempunyai 4 (empat) masjid yang tersebar di 4 (empat) lokal kampus UNS, yaitu lokal Kentingan, Manahan, Kleco, dan Pabelan. Masjid Nurul Huda UNS terletak di kampus UNS lokal Kentingan. Kampus UNS lokal Kentingan merupakan pusat dari segala aktivitas UNS. Karena terletak di pusat aktivitas UNS, maka masjid Nurul Huda merupakan bagian yang tak terpisahkan dari berbagai aktivitas yang dilakukan di kampus UNS. Sejak diresmikan penggunaannya pada tanggal 22 Oktober 1982. Masjid Nurul Huda mempunyai kontribusi yang sangat besar terhadap perkembangan dakwah Islam di UNS. Karena selain berfungsi sebagai sarana ibadah (sholat), masjid Nurul Huda juga berfungsi sebagai sarana untuk menanamkan nilai-nilai Islam kepada
civitas muslim UNS, khususnya mahasiswa muslim. Kemudian untuk umat Kristiani, UNS memiliki sebuah gereja, untuk umat Hindu ada Pura, serta 1 buah Vihara untuk pemeluk agama Budha. Kesehatan adalah faktor yang penting dalam mendukung kegiatan akademik, sehingga UNS memiliki fasilitas kesehatan yang dapat diakses oleh civitas UNS dan masyarakat di sekitar kampus. Hal ini sebagai bagian dari wujud pengabdian pada masyarakat. Fasilitas kesehatan di UNS bernama Medical Centre. UNS Medical Centre (UNS-MC) adalah sebuah unit pelaksana kegiatan non-struktural yang berfungsi sebagai pusat pelayanan kesehatan bagi sivitas akademika UNS. Selain sebagai pusat pelayanan kesehatan, UNS-MC juga berfungsi sebagai sarana penunjang kegiatan belajar mengajar bagi mahasiswa S1 Fakultas Kedokteran dan mahasiswa S2 Kedokteran Keluarga. UNS-MC diresmikan bertepatan dengan acara Dies Natalis UNS ke-26 pada tanggal 9 Maret 2002. Penyelenggaraan UNS-MC ditunjang dengan peralatan bantuan dari Depkes senilai Rp.400 juta sebagai bagian dari seluruh bantuan yang akan diberikan sebesar Rp.1,2 milyar. 5. Fasilitas Pendidikan UNS Solo Untuk menunjang kegiatan akademik, UNS dilengkapi dengan fasilitas akademik Unit Pelaksana Teknis yang terdiri dari UPT. Perpustakaan, UPT. Pusat Komputer, UPT. Pelayanan dan Pengembangan Bahasa, UPT. Mata Kuliah Umum, serta UPT. UNS Press. Kemudian UNS juga mempunyai 2 Lembaga, yaitu Lembaga Pengembangan
Pendidikan dan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat. Fasilitas berikutnya adalah Laboratorium, baik ditingkat Universitas maupun di tiap-tiap Fakultas. UPT. Perpustakaan, dengan koleksi buku mencapai 59.590 judul berjumlah 170.123 eksemplar, menjadi resource center yang sangat penting dalam berbagai kegiatan akademik di UNS. Demi peningkatan pelayanan sebagai resource center, UPT. Perpustakaan UNS juga melengkapi pelayanan dengan Jurnal Elektronik. Dalam melaksanakan tugasnya, UPT. Perpustakaan didukung dengan Perpustakaan yang ada di setiap Fakultas. Saat ini ada dua sistem yang sedang dikembangkan di Perpustakaan untuk peningkatan pelayanan terhadap publik adalah UNSLA (UNS Library Automation) dan Digital Library. UNSLA merupakan fasilitas pencarian buku koleksi perpustakaan yang dapat dilakukan secara online, sedangkan Digital Library adalah digitalisasi karya ilmiah yang telah dihasilkan oleh civitas akademika UNS. Sistem ini dibangun agar layanan UPT. Perpustakaan UNS dapat dijangkau oleh semua elemen masyarakat yang ada diluar UNS. Unit Penunjang yang kedua adalah UPT. Pusat Komputer. Selain tugas pokoknya menyelenggarakan mata kuliah lab komputer, training dan technical support, UPT Komputer terus mengantisipasi tuntutan kemajuan teknologi informasi dengan mengembangkan jaringan internet dan intranet yang telah terhubung ke seluruh unit serta terus mengembangkan sistem informasi administrasi baik di bidang akademik, keuangan, sarana-
prasarana maupun ketenagaan. Di bidang akademik saat ini telah dikembangkan sistem informasi dengan basis web secara on-line sehingga untuk mengetahui hasil studi mahasiswa dapat diakses dari tempat manapun dengan mengunjungi homepage: http://siakad.uns.ac.id . Sistem ini juga telah diaplikasikan melalui telepon sellular/Handphone yang support GPRS di http://wap.uns.ac.id ataupun via SMS ke No. 3011. Di bidang keuangan UPT komputer juga telah mengaplikasikan sistem pembayaran beaya studi mahasiswa secara on-line. UPT Komputer terus berupaya mengembangkan jaringan teknologi informasi yang handal untuk menuju terwujudnya smart campus yang mampu menyelenggarakan manajemen pengelolaan perguruan tinggi secara tepat, cepat dan akurat berorientasi pada kepuasan layanan. Karena itu, UPT Komputer dipercaya masyarakat melalui kerja sama dengan berbagai instansi, antara lain: Universitas La Rochelle, IFMA Clermont Ferrand, KOICA Korea, Pemda dan Pemprov Jateng. Unit
Penunjang
berikutnya
adalah
UPT.
Pelayanan
dan
Pengembangan Bahasa. UPT. P2B merupakan Unit Pelaksana Teknis Pelayanan dan Pengembangan Bahasa yang bekerja dibawah koordinasi Pembantu Rektor I Universitas Sebelas Maret yang menangani masalah pelayanan dan pengembangan bahasa. Unit ini berfungsi memberikan layanan yang berupa pelatihan-pelatihan bahasa asing dan jasa penerjemahan baik baik untuk lingkup UNS sendiri maupun masyarakat pada umumnya. Kemudian melakukan pengembangan-pengembangan
teknik pembelajaran bahasa melalui pembuatan materi-materi pelajaran maupun pendekatan-pendekatan pengajaran yang efektif melalui short training maupun workshop dengan skala regional maupun nasional. Selain aktifitas tersebut diatas UPT. P2B juga membuat dan menyediakan materimateri pengajaran yang berbentuk multimedia seperti kaset, kaset video, vcd, maupun computer-based materials. Dalam hal penerbitan buku-buku serta karya ilmiah UNS memiliki UNS Press. Saat ini terus diberdayakan untuk menangani cetakan bukubuku untuk keperluan universitas. Selama tahun ini tidak kurang dari 42 buku telah diterbitkan oleh UNS Press, disamping 25 buku teks yang lain yang telah diterbitkan sebagai hasil kerja sama dengan Lembaga Pengembangan Pendidikan. Selain menerbitkan buku teks UNS Press juga melayani percetakan untuk keperluan rutin Universitas. Revitalisasi UNS Press sebagai aset yang potensial akan terus dikembangkan agar mampu menunjang proses belajar mengajar yang ada di UNS dan benar-benar menjadi unit yang produktif. Fasilitas yang masih dapat dikategorikan sebagai Fasilitas Akademik adalah 2 buah lembaga, yaitu Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat. LPP (Lembaga Pengembangan Pendidikan) mempunyai fungsi tidak kalah penting dengan unit yang lain. Dengan E-Learning yang dikembangkan oleh LPP, civitas akademika UNS baik pengajar maupun mahasiswa lebih efektif dalam melakukan aktifitas akademik terutama dalam hal komunikasi aktif antara pengajar dengan mahasiswa. e-Learning
UNS adalah situs untuk memanfaatkan teknologi internet sebagai kelas virtual yang diharapkan dapat menambah interaksi antara dosen dan mahasiswa. Situs ini sama sekali bukan dimaksudkan untuk menggantikan proses pembelajaran tatap muka di kelas ataupun di laboratorium. Situs ini dikelola oleh Lembaga Pengembangan Pendidikan Universitas Sebelas Maret (LPP UNS) dan diperuntukkan untuk prodi/jurusan/fakultas yang ada di UNS. Lembaga yang kedua adalah LPPM. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat merupakan unsur pelaksana Universitas Sebelas Maret yang mempunyai tugas mengkoordinasikan, memantau, dan menilai
pelaksanaan
kegiatan
penelitian
dan
pengabdian
kepada
masyarakat yang diselenggarakan oleh Pusat-Pusat di Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Fakultas, Jurusan, Bagian, kelompok dan perorangan, mengusahakan pengendalian dalam hal penggunaan sumber daya, serta mengusahakan pengembangan dan peningkatan mutu penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Fasilitas Akademik yang terakhir adalah Laboratorium Praktikum. Dalam mendukung aktivitas science, UNS juga memiliki Laboratorium MIPA Pusat. Laboratorium Pusat MIPA UNS mulai beroperasi pada tahun 1988, berawal dari bantuan peralatan proyek OECF II. Secara bertahap laboratorium ini terus dikembangkan dengan (penataan fasilitas baik) penambahan peralatan-peralatan baru maupun melengkapi komponen peralatan yang sudah ada. Peralatan-peralatan ini juga datang dari Proyek
DUE (tahun 1996-2000). Disamping itu dilakukan pula peningkatan kualitas dan kuantitas ketenagaan, baik staf ahli maupun teknisi, diantaranya melalui kerja sama dengan IDP-Australia dalam bentuk Workshop (1990-1995). Selain Laboratorium MIPA Pusat, disetiap fakultas juga terdapat laboratorium-laboratorium lain sesuai dengan disiplin ilmu dimasing-masing fakultas.
B. KAMPUS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNS SOLO 1. Sejarah Fisip UNS Solo Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret (FISIP-UNS) berdiri pada tahun 1976, bersamaan dengan diresmikan berdirinya Universitas Negeri Surakarta Sebelas Maret yang dikukuhkan dengan Keputusan Presiden RI Nomor : 10 Tahun 1976. FISIP-UNS termasuk salah satu diantara sembilan Fakultas di lingkungan UNS. Pada saat berdiri nama FISIP-UNS adalah Fakultas Ilmu Sosial dan Politik dan memiliki dua jurusan, yaitu Jurusan Administrasi Negara dan Jurusan Publisistik. Baru pada tahun 1982, berdasarkan SK Presiden RI Nomor : 55 Tahun 1982 tentang Susunan Organisasi Universitas Sebelas
Maret, nama Fakultas dirubah menjadi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret (FISIP-UNS). Kemudian berdasarkan SK Mendikbud RI Nomor : 017/0/1983, tertanggal 14 Maret 1983 nama Jurusan juga berubah, menjadi Jurusan Ilmu Administrasi dan Jurusan Ilmu Komunikasi. Dengan keluarnya SK Mendikbud RI Nomor : 055/0/1983 tanggal 8 Desember 1983 tentang Jenis dan Jumlah Jurusan pada Fakultas di Lingkungan Universitas Sebelas Maret, FISIP-UNS menambah satu Jurusan baru, yaitu Jurusan Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU). Jurusan ini khusus melayani Mata Kuliah Dasar Umum di semua Program Studi (Prodi) di lingkungan Universitas Sebelas Maret dan berada di bawah tim MKDU Universitas Sebelas Maret. Berdasarkan Surat Keputusan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan R.I (SK Dirjen Dikti Depdikbud) Nomor : 27/Dikti/Kep./1986 tanggal 29 Mei 1986, di FISIP-UNS dibentuk Program Studi Sosiologi yang mengawali programnya pada semester Juli-Desember 1986. Terakhir dengan SK Dirjen Dikti Nomor : 66/Dikti/Kep./1998, tanggal 2 Maret 1998 Program Studi Sosiologi menjadi Jurusan Sosiologi yang merupakan Program Sarjana (S1) dan berada dibawah Dekan. Kemudian Jenis dan jumlah Prodi di setiap Jurusan pada Fakultas-Fakultas di lingkungan UNS juga ditata/dibakukan berdasarkan SK Dirjen Dikti Depdikbud R.I. Nomor : 222/Dikti/Kep./1996 tentang Program Studi pada Program Sarjana di
Lingkungan Universitas Sebelas Maret. Prodi untuk Jurusan Ilmu Administrasi dan Jurusan Ilmu Komunikasi masing-masing adalah Ilmu Administrasi Negara dan Ilmu Komunikasi. 2. Visi dan Misi serta Tujuan FISIP UNS Solo a. Visi Fisip UNS Solo Mengembangkan konsep-konsep dan teori-teori keilmuan sosial dan politik yang sesuai dengan perubahan masyarakat baik pada tingkat global, regional, nasional, maupun lokal. Dengan demikian terjadi link and match antara perguruan tinggi dengan masyarakat penggunanya. b. Misi FISIP UNS Solo 1) Menghasilkan sarjana ilmu sosial dan ilmu politik yang memiliki power of reasoning, kepakaran dalam bidang penelitian, keahlian dalam menerapkan ilmu pengetahuan bagi kemaslahatan manusia. 2) Menghasilkan sarjana yang sujana (berbudi luhur) yang memiliki
kepekaan
(sensitive)
dan
kepedulian
sosial,
khususnya terhadap masyarakat miskin, tidak berdaya, tidak mempunyai hak suara dan tertindas. 3) Meningkatkan kualitas dan profesionalisme tenaga akademik dan tenaga adminitrasi. 4) Menumbuhkembangkan suasana ilmiah dan terbentuknya pola sikap budaya keilmuan di kalangan civitas akademika.
5) Melengkapi sarana penunjang bagi kegitan proses belajar mengajar. 6) Meningkatkan sistem pembinaan penalaran, menat, dan bakat serta kesejahteraan mahasiswa. 7) Peningkatan mutu profesionalisme organisasi mahasiswa. 8) Peningkatan mutu dan pembinaan mahasiswa melalui berbagai media. c. Tujuan FISIP UNS Solo 1) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yaitu dosen, karyawan, dan mahasiswa. 2) Melaksanakan pemberdayaan fakultas dan jurusan dalam rangka menuju otomoni kampus. 3) Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak baik pemerintah maupun swasta baik dalam negeri maupun luar negeri. 4) Menjadikan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik sebagai pusat kegiatan ilmuah. 5) Mewujudkan cita-cita Universitas Sebelas Maret (UNS) sebagai teaching university menuju research university. 3. Fasilitas FISIP UNS Solo Fasilitas umum yang dimiliki oleh kampus Fisip UNS Solo antara lain : a. Gedung perkuliahan b. Laboratorium
c. Perpustakaan Perpustakaan berfungsi memberikan layanan informasi kepada mahasiswa, dosen, karyawan, dalam melaksanakan tugas-tugas Tri Darma Perguruan Tinggi yang mencakup pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Terdapat 2466 judul buku dan 65 jurnal buku dengan jumlah buku 6220 ekslemplar dan 137 eksemplar jurnal. d. Free Hotspot Area Semua pihak sudah dapat menggunakan Notebook/Laptop/PDA untuk mengakses internet berkecepatan tinggi dengan menggunakan hotspot yang sudah dipasang di FISIP. Perangkat Wifi ini dipasang di gedung 3 lantai 2 didepan ruang I dengan jangkauan maksimal 100 meter.
4. Daftar Pejabat FISIP UNS Solo Nama
Jabatan
Drs. Supriyadi SN, SU
Dekan
Drs. Priyanto Susiloadi, M.Si
Pembantu Dekan I
Drs. H. Marsudi, MS
Pembantu Dekan II
Dra. Suyatmi, MS
Pembantu Dekan III
Drs. Sudarto, M.Si
Ketua Jurusan Ilmu Adminitrasi
Drs. Agung Priyono, M.Si
Sekretaris
Jurusan
Ilmu
Administrasi
Ilmu
Administrasi
Program S1 Reguler Rino Ardian Nugroho, S.Sos, M.TI
Sekretaris
Jurusan
Program S1 Non Reguler Dra. Prahastiwi Utari, M.Si, Ph.D
Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi
Drs. Hamid Arifin, M.Si
Sekretaris
Jurusan
Ilmu
Komunikasi
Program S1 Reguler Drs. Surisno Satrio Utomo, M.Si
Sekjur. Ilmu Komunikasi Program S1 Non Reguler
Dra. Trisni Utami, M.Si
Ketua Jurusan Sosiologi
Dra. Sri Hilmi Puji H, M.Si
Sekretaris Jurusan Sosiologi Program S1 Reguler
Dra. Eva Agustina, M.Si
Sekjur.
Sosiologi
Program
S1
Non
Reguler
Drs. A. Eko Setyanto, M.Si
Ketua Prodi Diploma 3 Komunikasi Terapan
Drs. Nuryanto, M.Si
Sekretaris Prodi Komunikasi Terapan Konsentrasi Periklanan
Dra. Christina Th, M.Si
Sekretaris Prodi Komunikasi Terapan Konsentrasi Humas
Drs. Aryanto Budhy S, M.Si
Sekretaris Prodi Komunikasi Terapan Konsentrasi Penyiaran
Drs. Sakur, MS
Ketua Prodi Diploma 3 Manajemen Administrasi
Drs. Ali, MS
Sekretaris Prodi Diploma 3 Manajemen Administrasi
Drs. Alex Ibnu Muridjal, M.Si
Ketua Prodi Diploma 3 Perpustakaan
Dra. Urip Haryati, M.Si
Sekretaris Prodi Diploma 3 Perpustakaan
Heni Prihutami, SH
Kepala Tata Usaha
Nanik Tina Yulia, S.Pd
Kasubbag. Umum dan Perlengkapan
Dra. Nanik Indiasri
Kasubbag. Keuangan dan Kepegawaian
Okta Triswantara, S.IP
Kasubbag. Kemahasiswaan
Drs. Widodo M.Soc.Sc
Kasubbag. Pendidikan
Tabel 2.1: Daftar Nama Pejabat FISIP UNS Solo (Sumber : http://www.fisip.uns.ac.id tahun 2009)
5. Berdirinya Program S-1 Ekstensi Ilmu Komunikasi (Untuk Angkatan 2007 program ini bernama Non Reguler) Fokus pembangunan nasional pada dekade mendatang adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia. Usaha yang dilakukan terutama melalui jalur pendidikan. Jadi, ada hubungan yang bersifat interdependensi antara pembanguan pendidkan dan usaha peningkatan sumber daya manusia. Untuk melakukan pembangunan diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas dan ini hanya bisa dicapai melalui pendidikan, sebaliknya penyelanggaraan pendidikan merupakan salah satu tujuan pembangunan. Dalam usaha meningkatkan sumber daya manusia, pendidikan formal merupakan sarana yang hingga kini paling menonjol. Tidak ada suatu jenis dan bentuk pendidikan yang kontribusinya terhadap pembangunan, terhadap peningkatan sumber daya manusia sebesar sumbangan yang diberikan oleh pendidikan formal telah diakui peranannya dalam pembangunan.
Bagi
perguruan
tinggi,
salah
satu
tujuan
penyelengaraan
pendidikannya adalah melahirkan lulusan sarjana yang diharapkan dapat bekerja di masyarakat. Namun demikian, karena satu dan hal lain, tidak semua mahasiswa di perguruan tinggi dapat menyelesaikan pendidikannya hingga mencapai gelar sarjana (S-1). Banyak diantara mereka yang berhenti kuliah di tengah jalan, mungkin karena adanya beberapa kendala dan kemudian bekerja, atau karena memang memilih jenjang pendidikan hanya pada tingkat sarjana muda/diploma III. Padahal, tuntutan kerja pada saat ini atau tuntutan karir pribadi menghendaki jenjang pendidikan hingga sarjana. Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan jenis dan bentuk pendidikan tinggi formal yang memungknkan para mahasiswanya dapat berkuliah tanpa harus meninggalkan pekerjaannya atu berhenti bekerja. Hal ini mungkin apabila program pendidikan tinggi formal itu diselenggarakan pada sore/malam hari, diluat jam kerja. Program Non Reguler FISIP UNS diadakan untuk menjawab permasalahan ini. Dengan program pendidikan lanjutan ini, pemerintah akan memperoleh keuntungan ganda. Pertama, pemerintah akan meperoleh tenaga kerja yang kualitasnya telah ditingkatkan, kedua tidak perlu mengadakan rekruitmen tenaga kerja baru, serta yang ketiga dengan program ini setidak-tidaknya tidak menambah jumlah pengangguran. a. Tujuan Pendidikan
1) Meningkatkan peguasaan teori dan konsep, kapabilitas intelektual, serta etika profesi dan wawasan yang luas di bidang ilmu-ilmu sosial dan politik. 2) Meningkatkan kemampuan analitik mahasiswa, sehingga mereka lebih dapat menganalisis permasalahan pembangunan, khusunya sektor
pembangunan
yang
berhubungan
dengan
bidang
pekerjaannya. 3) Meningkatkan kemampuan di bidang penelitian mahasiswa agar lebih dapat mengidentifikasi dan merumuskan yang permasalahan pembangunan, khususnya sektor pembangunan yang berhubungan dengan bidang pekerjaannya. b. Visi Program S-1 Non Reguler Jurusan Komunikasi FISIP UNS Program S-1 Non Reguler Jurusan Komunikasi FISIP UNS dikembangkan dan diarahkan pada upaya peningkatan ketrampilan dan pengetahuan di bidang ilmu sosial dan ilmu politik, dan lebih khusus lagi pada bidang keilmuan Administrasi, Komunikasi dan Sosiologi sehingga lebih mampu memberikan kontrobusi terhadap proses pembangunan nasional, terutama dalam hal perencanaan, pelaksanaan sampai pada monitoring dan evaluasi. Secara tidak langsung kemampuan demikian akan sangat membantu dalam memacu proses pembangunan di Indonesia, khususnya dalam meningkatkan dan melembagakan
tertib
administrasi
maupun
menciptakan
iklim
komunikasi yang kondusif, baik di lingkungan instansi tempat kerja maupun di masyarakat.
c. Misi Program S-1 Non Reguler Jurusan Komunikasi FISIP UNS Dengan harapan-harapan yang tertuang dan visi tersebut di atas, maka misi yang diemban oleh program S-1 Non Reguler FISIP UNS adalah sebagai berikut : 1) Meningkatkan pemerataan kesempatan belajar pada jenjang program Sarjana (S-1). 2) Memberi wawasan yang lebih luas agarlebih profesional dalam menangani masalah-masalah pembangunan. 3) Meningkatkan kemampuan bagi yang sedang/telah/pernah bekerja sehingga dapat memperoleh jenjang pendidikan S-1 sesuai dengan bidang ilmunya yang dipelajarinya.
d. Sistem Pendidikan S-1 Non Reguler Jurusan Komunikasi FISIP UNS Sistem pendidikan S-1 Non Reguler Ilmu Komunikasi FISIP UNS adalah sistem kredit, dimana sistem penyelenggaraan pendidikan yang terdiri beban studi mahasiswa serta beban kerja tenaga pengajat dinyatakan dalam kredit (SKS-Sistem Kredit Semester). Sistem ini diatur dalam SK Rektor No. 177/PT 40.11/921.
Jumlah SKS untuk menyelesaikan studi sekurang-kurangnya 144 SKS dan sebanyak-banyaknya 154 SKS (jumlah SKS termasuk yang berasal dari capaian di perguruan tinggi asal/akademi asal).
e. Akreditasi Akademik 1)
Akreditasi akademik adalah penetapan mata kuliah yang telah dicapai dan harus diambil oleh mahasiswa.
2)
Akreditasi akademik berlaku untuk peserta yang berasal dari Sarjana Muda/Akademi/Diploma dan yang setara dari PTN/PTS asal.
3)
Akreditasi ditetapkan dengan pengakuan
atau pembebasan
(diloloskan). 4)
Pengakuan dilakukan terhadap mata kuliah yang memiliki bobot SKS yang sama dan sesuai dengan kurikulum Fakultas.
5)
Mata kuliah yang dapat diakreditasi adalah mata kuliah yang memiliki nilai minimal C.
6)
Pembebasan/pengakuan dengan hanya menilai dari salah satu transkip yang diajukan oleh calon mahasiswa.
f. Perkuliahan S-1 Non Reguler Jurusan Komunikasi FISIP UNS
1)
Setiap tahun dibagi dalam dua semester (semester ganjil dan genap), dan dilaksanakan sesuai dengan kalender akademik universitas yang ditetapkan oleh Surat Keputusan Rektor.
2)
Setiap awal semester mahasiswa diwajibkan mengisi Kartu Rencana Studi (KRS) dengan persetujuan Pembimbing Akademik (PA), sebagai syarat untuk mengikuti perkuliahan. KRS tersebut rangkap 3 (tiga), dengan rincian 1 (satu) untuk mahasiswa yang bersangkutan, 1 (satu) diserahkan ke bagian Pengajaran dan 1 (satu) lagi diserahkan ke PA.
3)
Syarat untuk dapat mengikuti ujian mahasiswa telah mengikuti minimal 75% dari semua kegiatan akademik yang terjadwal pada semester yang bersangkutan. Pada akhir perkuliaha menjelang ujian semester, dosen pengampu akan mengevaluasi KRS yang dibawa oleh mahasiswa untuk menentukan apakah mahasiswa tersebut memenuhi syarat untuk mengikuti ujian atau tidak. KRS yang sudah dievaluasi oleh seluruh dosen pengampu, kemudian oleh mahasiswa dimintakan pengesahan ke PA masing-masing.
4)
Ujian susulan dapat dilaksanakan apabila mahasiswa yang bersangkutan : a) Melaksanakan tugas negara. b) Sakit, dengan surat keterangan opname dari rumah sakit. c) Ada keluarga inti yang meninggal.
5)
Pada akhir settiap semester mahasiswa menerima hasil evaluasi (yudisium) dalam bentuk Kartu Hasil Studi (KHS) yang telah disahkan oleh PA dan Sekretaris Program Studi Non Reguler.
6)
Bagi mahasiswa yang belum melengkapi kewajiban pembayaran biaya sesuai dengan ketentuan yang sudah disepakati, maka yudisiumnya akan ditunda.
7)
Perkuliahan dilaksanakan sore hari (mulai jam 16.30) di luar kegiatan program reguler.
g. Program Studi Tiga jurusan yang berada dibawah FISIP masing-masing membuka program studi: 1)
Ilmu Administrasi : Program Studi Administrasi Negara
2)
Ilmu Komunikasi : Program Studi Ilmu Komunikasi
3)
Sosiologi : Program Studi Pembangunan Masyarakat
C. SEKILAS TENTANG LA.Light DAN PT DJARUM LA.Light adalah salah satu produk PT. Djarum yang termasuk dalam kategori kretek mild. LA.Light memiliki diameter kecil dan filter berwarna putih dengan kadar kadar tar dan nikotin yang rendah.
PT Djarum adalah salah satu perusahaan rokok di Indonesia. Perusahaan ini mengolah dan menghasilkan jenis rokok kretek dan cerutu.Ada tiga jenis rokok yang kita kenal selama ini. Rokok Cerutu (Terbuat dari daun tembakau dan dibungkus dengan daun tembakau pula), rokok putih (Terbuat dari daun tembakau dan dibungkus dengan kertas sigaret), dan rokok kretek (Terbuat dari tembakau ditambah daun cengkeh dan dibungkus dengan kertas sigaret).Rokok kretek adalah sebuah produk yang racikannya ditemukan oleh H. Djamhari (Kebangsaan Indonesia) pada tahun 1880 di kota Kudus (Kudus kota keretek). Saat itu H. Djamhari adalah seorang perokok dan ia sering merasa sesak napas. Saat ia menderita sesak, ia menggunakan minyak cengkeh untuk mengobati penyakitnya. Hingga suatu ketika ia mencoba meracik daun tembakau dan bunga cengkeh untuk rokoknya. Alhasil percobaannya tersebut membuahkan hasil dan rokok tersebut disebut kretek karena letupan api yang membakar cengkeh menghasilkan bunyi tek-tek-tek. (Lintasan Sejarah dan Peranan Bagi Pembangunan Bangsa dan Negara, oleh Ong Hok Ham & Amen Budiman). Pada tahun 1905, rokok kretek diproduksi untuk dipasarkan. M. Nitisemito adalah orang yang membangun perusahaan itu dan dinamakan Bal Tiga. Terbukti pasar untuk produk ini sangat pesat. Hal ini dibuktikan dengan niatan M. Nitisemito yang ingin membuat lantai kamarnya dengan uang golden. Hal ini membuat pemerintahan (Saat itu jajahan Belanda) tersinggung, tapi dengan diplomatis pemerintah mengungkapkan bahwa beliau dapat melanjutkan niatannya asal posisi uang golden tersebut dalam posisi berdiri. Di sini ada dua pendapat yang belum bisa di pastikan. Pendapat pertama rencana itu dilanjutkan
dan pendapat kedua M. Nitisemito tahu bahwa itu hanya penolakan halus pemerintah. Djarum sendiri adalah perusahaan yang berdiri pada saat Indonesia telah merdeka pada tahun 1951 (tepatnya 21 April 1951). Pendiri Djarum adalah Oei Wie Gwan. Lambang jarum yang digunakan oleh perusahaan ini adalah jarum grama phone. Pada tahun 1983 Djarum menjadi perseroaan terbatas, PT Djarum.
PT. Djarum memiliki lima nilai inti, yaitu : 1. Fokus pada pelanggan 2. Profesionalisme 3. Organisasi yang terus belajar 4. Satu keluarga 5. Tanggungjawab sosia
Perusahaan yang memiliki 76 lokasi kerja (70 di Kudus, 3 di Pati, 1 Rembang dan 2 di Jepara) ini cukup diakui masalah kesehatan dan keselamatan kerja karyawannya. Hal ini dibuktikan dari perolehan Zero Accident Acknowledgement pada tahun 2002. Pada tahun 2004 di Audit External Keselamatan dan Kesehatan dengan hasil 85%. Karena hasil auditan yang memuaskan, pada tahun 2005 memperoleh Bendera Emas. Pada tahun 2007, hasil auditan meningkat menjadi 93% dan tahun 2008 menunggu memperoleh Bendera Emas kembali. Karena hal itulah masalah keselamatan dan kesehatan bukan lagi menjadi masalah bagi perusahaan ini.
Selaian masalah keselamatan dan kesehatan, perusahaan ini juga aktif dalam bidang koperasi. Pada tahun 1976, koperasi karyawan dibuka. Koperasi yang memiliki anggota sebanyak 51 ribuan orang ini memiliki kas hingga 75 ribu miliaran hingga Januari 2008 ini. Karena ketekunannyalah, koperasi ini juga memperoleh penghargaan sebagai Koperasi Teladan dari tahun 1993 sampai dengan 1996. Perusahaan ini juga memiliki program-program penghijauan. Program yang dimulai sejak tahun 1977 ini telah banyak berpengaruh untuk masyarakat sekitar. Kota Kudus yang dulu gersang, dengan adanya program ini akhirnya kota Kudus dapat hijau kembali. Tidak hanya itu pada tahun 1980-1985, PT Djarum membagikan bibit mangga kepada 59 Desa di Kudus. Pada tahun 1995 sesuai dengan data dari Pemerintahan Propinsi mencatat bahwa penghasilan warga dari penjualan mangga mencapai 2,5 miliaran. Hingga saat ini pun program penghijauan itu terus berjalan. Perusahaan yang memiliki nilai ekspor hampir 16 juta dolar Amerika (tahun 2007) ini juga telah mampu mengolah limbah pabrik dengan sangat baik. Menurut Sucofindo pada Agustus 2007, data menyebutkan limbah air, uji odorant dan juga uji emisi yang berhasil diolah jauh dibawah baku mutu yang ditetapkan. Jadi perusahaan ini telah mampu untuk mengolah limbah dengan baik.
BAB III PENYAJIAN DATA
A. TERPAAN IKLAN 1.
Deskripsi Variabel Bebas Terpaan iklan LA.Light adalah variabel bebas yang berarti khalayak pemirsa dalam hal ini Mahasiswa Komunikasi Non Reguler Angkatan 2007 FISIP UNS yang secara sengaja ataupun tidak menerima sejumlah pesan yang antara lain berupa iklan. Iklan yang dimaksud disini
adalah iklan LA.Light yang tampil dalam jeda program acara di stasiun tv nasional Terpaan iklan LA.Light ditelevisi diukur melalui tiga indikator yaitu : c. Frekwensi responden terkena terpaan iklan LA. Light di televisi dalam 1 hari d. Intensitas perhahian responden terhadap iklan LA.Light ditelevisi e. Pemahaman responden terhadap isi pesan iklan LA.Light Berikut ini adalah penjabaran selengkapnya dari kedua indikator tersebut: a. Frekwensi Responden Terkena Terpaan Iklan LA.Light di Televisi Dalam 1 Hari Frekwensi responden terkena terpaan iklan LA.Light dalam 1 hari merupakan tingkat keseringan responden menyasikan
iklan LA.Light
yang tayang di televisi. Adpun indikator ini tercermin dalam pertanyaan kuisioner nomer 1 dengan perincian sebagai berikut : Berapa kali anda melihat iklan LA.Light dalam satu hari ? v ≥ 5 kali v 4 kali v 3 kali v ≤ 2 kali v 1 kali Kemudian tiap-tiap jawaban responden atas kuisioner diberi skor dengan ketentuan sebagai berikut:
v Jawaban a diberi nilai 5 v Jawaban b diberi nilai 4 v Jawaban c diberi nilai 3 v Jawaban d diberi nilai 2 v Jawaban e diberi nilai 1 Tabel berikut akan memberikan gambaran mengenai frekwensi responden melihat iklan LA.Light yang tayang di televisi dalam 1 hari FREKUENSI RESPONDEN MELIHAT IKLAN LA.LIGHT DALAM 1 HARI DI TELEVISI TABEL 3.1 N=99 No
Frekuensi
1.
≥ 5 kali
43
43,4
2.
4 kali
29
29,3
3.
3 kali
19
19,2
4
≤ 2 kali
5
5,1
5
1 kali
3
3
Jumlah
99
100
Sumber, pertanyaan no 1
N
%
Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 99 responden yang pernah melihat iklan LA.Light yang tayang di televisi sebanyak 43 responden (40%) melihat iklan LA.Light ≥ 5 kali sehari. Indikator mengenai frekwensi juga tercermin dari pertanyaan kuisioner no.2 dengan perincian sebagai berikut : Apakah anda sering melihat iklan LA.Light di televisi? a. Sangat sering b. Sering c. Cukup sering d. Kadang – kadang e. Tidak pernah Kemudian tiap-tiap jawaban responden atas kuisioner diberi skor dengan ketentuan sebagai berikut: v Jawaban a diberi nilai 5 v Jawaban b diberi nilai 4 v Jawaban c diberi nilai 3 v Jawaban d diberi nilai 2 v Jawaban e diberi nilai 1 Tabel berikut akan memberikan gambaran mengenai tingat keseringan responden melihat iklan LA.Light yang tayang di televisi dalam 1 hari TINGKAT KESERINGAN RESPONDEN MELIHAT IKLAN LA.LIGHT DALAM 1 HARI DI TELEVISI
TABEL 3.2 N=99 No
Tingkat
N
%
keseringan 1.
Sangat sering
45
45,5
2.
Sering
21
21,2
3.
Cukup sering
18
18,2
4
Kadang-kadang
3
3
5
Tidak pernah 99
100
Jumlah Sumber, pertanyaan no 2
Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 99 responden yang pernah melihat iklan LA.Light yang tayang di televisi sebanyak 45 responden sangat sering iklan LA.Light dalam sehari. b. Intensitas Perhatian Responden Terhadap Iklan LA.Light di Televisi Intensitas perhatian responden terhadap iklan LA.Light ditelevisi merupakn tingkat perhatian responden terhadap iklan LA.Light yang tayang ditelevisi. Indikator yang dipakai berasal dari pertanyaan kuisioner nomer 3 dengan perincian sebagai berikut : Saat melihat iklan LA.Light muncul, apakah anda memperhatikan iklan tersebut hingga selesai ?
a. Selalu memperhatikan b. Memperhatikan c. Cukup memperhatikan d. Kurang memperhatikan e. Tidak memperhatikan Kemudian tiap-tiap jawaban responden atas kuisioner diberi skor dengan ketentuan sebagai berikut: v Jawaban a diberi nilai 5 v Jawaban b diberi nilai 4 v Jawaban c diberi nilai 3 v Jawaban d diberi nilai 2 v Jawaban e diberi nilai 1 Tabel berikut akan memberikan gambaran mengenai intensitas perhatian responden terhadap iklan LA.Light INTENSITAS PERHATIAN RESPONDEN TERHADAP IKLAN LA.Light DI TELEVISI TABEL 3.3 N=99 No
Intensitas Perhatian
n
%
1.
Selalu memperhatikan
44
44,4
2.
Memperhatikan
27
27,3
3.
Cukup memperhatikan
11
11,1
4.
Kurang memperhatikan
6
6,1
5.
Tidak memperhatika
2
2
Jumlah
99
100
Sumber, pertanyaan no 3 Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 99 responden yang pernah melihat iklan LA.Light yang tayang di televisi sebanyak 44 responden selalu memperhatikan iklan LA.Light. c. Pemahaman Responden Terhadap Isi Pesan Iklan LA.Light Pemahaman
responden
terhadap
iklan
LA.Light
ditelevisi
merupakn tingkat pemahaman responden terhadap isi pesan iklan LA.Light yang tayang ditelevisi. Indikator yang dipakai berasal dari pertanyaan kuisioner nomer 4 dengan perincian sebagai berikut : Apakah anda memahami isi pesan iklan LA.Light? a. Sangat memahami b. Memahami c. Cukup memahami d. Kurang memahami e. Tidak memahami
Kemudian tiap-tiap jawaban responden atas kuisioner diberi skor dengan ketentuan sebagai berikut: v Jawaban a diberi nilai 5 v Jawaban b diberi nilai 4 v Jawaban c diberi nilai 3 v Jawaban d diberi nilai 2 v Jawaban e diberi nilai 1 Tabel berikut akan memberikan gambaran mengenai tingat pemahaman responden terhadap iklan LA.Light yang tayang di televisi PEMAHAMAN RESPONDEN TERHADAP ISI PESAN IKLAN LA.Light DI TELEVISI TABEL 3.4 N=99 No
Intensitas Perhatian
n
%
1.
Sangat memahami
44
44,4
2.
Memahami
27
27,3
3.
Cukup memahami
11
11,1
4.
Kurang memahami
6
6,1
5.
Tidak memahami
2
2
Jumlah Sumber, pertanyaan no 4
99
100
2.
Penyajian Data Tentang Variabel Bebas. Keseluruhan variabel independen yaitu terpaan iklan LA.Light yang terdiri dari tiga indikator diklasifikasikan. Pengklasifikasian dapat diketahui dengan cara memberi nilai atau skor pada alternatif jawaban dari nilai-nilai yang ada kemudian dijumlahkan sehingga akan didapatkan nilai data. Nilai data tertinggi dari variabel ini adalah 20 dan terendah 3. Setelah nilai data diketahui, kemudian dicari nilai intervalnya. Nilai interval didapat dari jarak (range), yaitu nilai tertinggi dikurangi nilai terendah dibagi jumlah kategori. Dengan demikian diperoleh rumus sebagai berikut :
Interval =
nilaitertinggi - nilaiterendah jumlahkategori
Disini variabel terpaan iklan LA.Light dikategofikan ke dalam 5 kelas, yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang,rendah,sangat rendah. Maka nilai intervalnya adalah :
=
20 - 17 5
=
3 5
= 0,6 Sehingga dalam pengelompokkan didapat interval yang bergerak dari 3 sampai 20 sedangkan kategori kelas yang diperoleh adalah sebagai berikut:
19,4 – 20 , untuk kategori sangat tinggi 18,8 – 19,4, untuk kategori tinggi 18,2 – 18,8 , untuk kategori sedang 17,6 – 18,2 , untuk kategori rendah 17 – 17,6 ,untuk kategori sangat rendah Hasil dari kategorisasi diatas maka akan diperoleh data yang dapat dilihat dalam tabel berikut ini KATEGORI TERPAAN IKLAN TABEL 3.5 N=99 No
Kategori
N
%
1
Sangat Tinggi
47
47,4
2
Tinggi
23
23,3
3
Sedang
11
11,
4
Rendah
10
10
5
Sangat rendah
8
81
Jumlah
99
100
Sumber, pertanyaan 1,2,3,dan 4 Tabel tersebut diatas menunjukkan bahwa responden melihat iklan LA.Light yang tayang ditelevisi dalam frekwensi, intensitas, dan
pemahaman yang berbeda-beda, dari 99 responden sebanyak 47 responden memiliki frekwensi, intensitas, dan pemahaman yang sangat tinggi terhadap iklan LA.Light, ini diharapkan dapat mempengeruhi brand image. B. Brand Image 1. Deskripsi Variabel Terikat Brand Image Mahasiswa Komunikasi Non Reguler angkatan 2007 FISIP UNS adalah variabel terikat yang berarti gambaran atau kesan terhadap LA.Light setelah melihat iklan LA.Light yang ditayangkan di televisi oleh Mahasiswa Komuniksi Non Reguler angkatan 2007 FISIP UNS. Brand Image Mahasiswa Komunikasi Non Reguler angkatan 2007 FISIP UNS, diukur melalui persepsi sebagai indikator. Berikut ini adalah penjabaran selegkapnya mengenai persepsi sebagai indikator dari brand image Disini persepsi meliputi penginderaan (sensasi), atensi, dan inteprestasi. Indikator yang dipakai berasal dari pertanyaan kuisioner nomer 5 dengan perincian sebagai berikut: Apakah isi iklan LA.Light mudah diingat ? a. Sangat mudah b. Mudah c. Cukup mudah d. Sulit e. Sangat sulit
Kemudian tiap-tiap jawaban responden atas kuisioner diberi skor dengan ketentuan sebagai berikut: v Jawaban a diberi nilai 5 v Jawaban b diberi nilai 4 v Jawaban c diberi nilai 3 v Jawaban d diberi nilai 2 v Jawaban e diberi nilai 1 Tabel berikut akan memberikan gambaran mengenai tingkat kemudahan responden dalam mengingat isi iklan LA.Light yang tayang di televisi dalam TINGKAT KEMUDAHAN RESPONDENDALAM MENGINGAT ISI IKLAN LA.LIGHT DI TELEVISI TABEL 3.5 N=99 No
Tingkat
N
%
kemudahan 1.
Sangat mudah
44
44,4
2.
Mudah
37
37,3
3.
Cukup mudah
17
17,2
4
Sulit
5
Sangat sulit
Jumlah
99
100
Sumber, pertanyaan no 5 Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 99 responden yang pernah melihat iklan LA.Light yang tayang di televisi sebanyak 44 responden merasa sangat mudah mengingat iklan LA.Ligh. Indikator mengenai persepsi juga tercermin dari pertanyaan kuisioner no.6 dengan perincian sebagai berikut : Menurut anda, bagaimana tampilan iklan LA.Light dilihat dari tema iklan yang diangkat? a. Sangat menarik b. Menarik c. Cukup menarik d. Kurang menarik e. Tidak menarik Kemudian tiap-tiap jawaban responden atas kuisioner diberi skor dengan ketentuan sebagai berikut: v Jawaban a diberi nilai 5 v Jawaban b diberi nilai 4 v Jawaban c diberi nilai 3 v Jawaban d diberi nilai 2 v Jawaban e diberi nilai 1
Tabel berikut akan memberikan gambaran mengenai tingkat kemenarikkan tema iklan LA.Light yang tayang di televisi TINGKAT KEMENARIKAN TEMA IKLAN LA.LIGHT DI TELEVISI TABEL 3.6 N=99 No
Tingkat
N
%
menarikan 1.
Sangat menarik
50
50,5
2.
Menarik
29
29,3
3.
Cukup menarik
15
15,6
4
Kurang menarik
5
5,1
5
Tidak menarik 99
100
Jumlah Sumber, pertanyaan no 6
Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 99 responden yang pernah melihat iklan LA.Light yang tayang di televisi sebanyak 50 responden merasa temaiklan LA.Light sangat menarik. Indikator mengenai persepsi juga tercermin dari pertanyaan kuisioner no.7 dengan perincian sebagai berikut : Bagaimana perasaan anda ketika melihat iklan LA.Ligth? a. Sangat terhibur b. Terhibur
c. Cukup terhibur d. Kurang terhibur e. Tidak terhibur Kemudian tiap-tiap jawaban responden atas kuisioner diberi skor dengan ketentuan sebagai berikut: v Jawaban a diberi nilai 5 v Jawaban b diberi nilai 4 v Jawaban c diberi nilai 3 v Jawaban d diberi nilai 2 v Jawaban e diberi nilai 1 Tabel berikut akan memberikan gambaran mengenai perasaan responden ketika melihat iklan LA.Light yang tayang di televisi
PERASAAN RESPONDEN KETIKA MELIHAT IKLAN LA.LIGHT DI TELEVISI TABEL 3.7 N=99 No
Tingkat
N
%
menarikan 1.
Sangat terhibur
53
53,5
2.
Terhibur
28
28,3
3.
Cukup terhibur
10
15,6
4
Kurang terhibur
5
5,1
5
Tidak terhibur
3
3
Jumlah
99
100
Sumber, pertanyaan no 7 Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 99 responden yang pernah melihat iklan LA.Light yang tayang di televisi sebanyak 53 responden merasa iklan LA.Light sangat menghibur. 2. Penyajian Data Tentang Variabel Terikat Keseluruhan variabel dependen yaitu Brand Image Mahasiswa Komunikasi Non Reguler FISIP UNS Angkatan 2007 yang terdiri dari satu indikator diklasifikasikan. Pengklasifikasian dapat diketahui dengan cara memberi nilai atau skor pada alternatif jawaban dari nilai-nilai yang ada
kemudian dijumlahkan sehingga akan didapat nilai data. Nilai data tertinggi dari variabel ini adalah 15 dan terendah adalah 3. Setelah nilai data diketahui, kemudian menemukan nilai interval didapat jarak(range), yaitu nilai tertinggi dikurangi nilai terendah dibagi jumlah kategori. Dengan demikian diperoleh rumus sebagai berikut : Interval =
Nilaitertinggi - nilaiterendah jumlahkategori
Disini variabel Brand Image dikategofikan ke dalam 5 kelas, yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah,dan sangat rendah. Maka nilai intervalnya adalah :
=
15 - 13 5
=
2 5
= 0,4 Sehingga dalam pengelompokkan didapat interval yang bergerak dari 27 sampai 9 sedangkan kategori kelas yang diperoleh adalah sebagai berikut : 14,6 – 15 untuk kategori sangat tinggi 14,2 - 14,6 untuk kategori tinggi 13,8 - 14,2 untuk kategori sedang
13,4 – 13,8 untuk kategori rendah 13 – 13,4 untuk kategori sangat rendah Hasil dari kategorisasi diatas maka akan diperoleh data yang dapat dilihat dalam tabel berikut ini KATEGORI BRAND IMAGE TABEL 3.8 TABEL N=99 No
Kategori
1
Sangat Tinggi
49
49,5
2
Tinggi
29
29,3
3
Sedang
10
10,1
4
Rendah
7
7,1
5
Sangat rendah 4
Jumlah
N
%
4
100
Sumber, pertanyaan no 5.6.7 Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 99 responden, sebanyak 49 responden ditelevisi.
memahami serta menyukai iklan LA.Light yang tayang
BAB IV ANALISA DATA Dalam bab ini, akan dibahas tentang ada tidaknya hubungan yang signifikan antara variabel independen yaitu terpaan iklan LA.Light dengan variabel dependen yaitu pembentukan brand image mahasiswa Ilmu Komunikasi Non Reguler Angakatan 2007 Universitas Sebelas Maret Surakarta. Analisa data ini dimaksudkan untuk membuktikan hipotesa dalam penelitian ini, yaitu : ” Ada hubungan antara terpaan iklan LA.Ligth dengan brand image mahasiswa. Penelitian dapat diian populasi golongkan kedalam jenis penelit. Penulis memilih jenis penelitian ini karena peneliti ingin meneliti semua subjek yang ada dalam wilayah penelitia. Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa komunikasi non reguler angkatan 2007 yang berjumlah 142 orang. Sedangkan taraf signifikan yang diharapkan sebesar 0,01 atau taraf kepercayaan 90%. Untuk mengetahui hubungan antara terpaan iklan LA.Light dengan brand image mahasiswa jurusan Komunikasi Non Reguler Angkatan 2007 FISIP UNS, langkah pertama yang harus dilakukan adalah membuat tabel untuk rangking yang disesuaikan untuk variabel X dan variabel Y. Langkah pertama yang harus dilakukan sebelum mengetahui ada tidaknya korelasi antara terpaan iklan LA.Light terhadap pembentukan brand image
mahasiswa adalah membuat tabel untuk rangking yang disesuaikan untuk variabel X dan variabel Y. TABEL 4.1 Tabel Kerja Untuk Mencari rs pada Variabel X (n =99) No.
Nilai /
f
rs
Skor 1.
20
(1+2+3+4+5+….+45):45
23
2.
19
(46+47+48+…….+70):25
58
3.
18
(71+72+73…..+90):20
80,5
4.
17
(91+92+93+94+95+96+97+98+99):9 95
Selanjutnya setelah rangking yang disesuaikan pada variabel X diketahui, maka dicari skor kembar pada variabel X atau Tx. Untuk itu digunakan cara sebagai berikut :
TABEL 4.2 Tabel Kerja Untuk Mencari Nilai T pada Variabel X (n = 30) No.
Nilai / Skor
f
1.
20
45
7590
2.
19
25
1300
3.
18
20
665
4.
17
9
720
Tx =
t3 - t 12
å Tx = 10275
.
Kemudian guna mencari å X 2 , hasil ∑Tx = 10275dengan n = 99 didistribusikan ke dalam rumus berikut :
åX2 = =
N3 - N - Tx N 99 3 - 99 - 10275 99
=9696,2
Dengan demikian, diperoleh
åx
2
= 9696,2 Langkah selanjutnya mencari
dengan cara yang sama seperti mencari
åx
2
åY
2
. Namun, sebelumnya perlu
dilakukan penyesuaian rangking masing-masing responden dalam urutan yang ditentukan menurut masing-masing variabel. Untuk mengetahui rangking yang disesuaikan pada variabel dependen dapat dilihat pada tabel kerja berikut : TABEL 4.3 Tabel Kerja Untuk Mencari rs pada Variabel Y No.
Nilai/Skor
f
rs
1.
15
(1+2+3+4+5+….+55):55
28
2.
14
(56+57+58+......+80):25
68
3.
13
(81+82+83+.......+99):19
90
Selanjutnya setelah rangking yang disesuaikan pada variabel Y diketahui, maka dicari skor kembar pada variabel Y atau Ty. Untuk itu digunakan cara sebagai berikut:
TABEL 4.4 Tabel Kerja Untuk Mencari Nilai T pada Variabel Y (n = 99) No.
Nilai/Skor
f Ty =
1.
15
55
13860
2.
14
25
1300
3.
13
19
570
å Ty = 15730
.
Kemudian guna mencari
åY
2
hasil ∑Ty = 15730 dengan n = 99 didistribusikan
ke dalam rumus berikut : N3 - N å Y = N - Ty 2
=
99 3 - 99 - 15730 99
=9641,1 Dari nilai-nilai nilai di atas, kita dapat menghitung nilai rs sebagai berikut :
å x + å y - å di = 2 (å x )(å y ) 2
rs
2
2
2
2
=
=
771,5 + 773,5 - 58 2 771,5.773,5
1487 1544,9
= 0,965 Hasil rs tersebut langsung dicocokkan dengan Tabel Nilai Kritis t sebagaimana terlampir. Untuk menghitung signifikan t digunakan rumus sebagai berikut :
t = rs
N -2 1 - rs2
= 0,965
30 - 2 1 - 0,965 2
= 5,02 Setelah diketahui nilai kritik t =5,02, kemudian dikonsultasikan dengan nilai kritik t pada tabel, dengan memperhatikan derajat kebebasan (df) n-2 = 99, serta taraf kepercayaan 90% dan taraf signifikansi 0,01 maka diperoleh hasil sebagai berikut : 5,02 > 1,701. Berdasarkan hasil pengujian di atas, diketahui nilai t yang diperoleh lebih besar daripada nilai kritiknya. Maka dalam pengujian terbukti, ada hubungan yang signifikan antara variabel independen yaitu terpaan iklan LA.Light dengan variabel dependen yaitu brand image. Sehingga dapat diketahui bahwa hipotesa terbukti yaitu ada hubungan yang signifikan .
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Setelah penghitungan dan analisa data dilakukan, langkah selanjutnya adalah menarik kesimpulan bedasarkan hasil yang telah didapat. Penelitian ini bermula dari hipotesa yang menyatakan ”ada hubungan yang signifikan antara terpaan iklan LA.Light dan brand image mahasiswa Komunikasi Non Reguler angkatan 2007 FISIP UNS. Berdasarkan penghitungan data melalui metode korelasi Tata Jenjang Spearman, diketahui bahwa hipotesa tersebut telah terbukti, karena t hitung lebih besar dari pada t tabel. Karena berdasarkan perhitungan rs = 5,02 yang kemudian dikonsultasikan dengan nilai kritik pada tabel dengan memperhatikan derajat kebebasan (df) n-2 = 99 – 2= 97, serta taraf kepercayaan 90% dan taraf signifikan 10% maka nilai df = 97 yaitu 1,701, sehingga hasilnya 5,02>1,701 Berdasarkan hasil pengujian tersebut diketahui nilai t yang diperoleh lebih besar dari nilai kritiknya. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungn yang signifikan antara terpaan iklan (x) dengan brand image mahasiswa Komunikasi Non Reguler angkatan 2007 (y). Ini berarti hipotesa dalam penelitian ini dapat dibuktikan.
B. Saran Saran – saran dalam penelitian ini adalah : 1. Bagi Produsen : Agar produsen LA.Light dalam hal ini tetap mempertahankan iklan LA.Light yang kreatif
namun tetap mudah dipahami oleh audience,
sehingga audience tetep tertarik untuk menyaksikan iklan LA.Light yang tayang di Televisi. 2. Bagi Konsumen Iklan memang seringkali menimbulkan keinginan untuk mencoba atau membeli. Tetapi meskipun menimbulkan keinginan membeli, ada baiknya konsumen untuk lebih teliti dalam memilih dan membeli produk,cobalah untuk mengumpulkan informasi sebanyak mungkin tentang produk
DAFTAR PUSTAKA
A.A. Anwar Prabu Mangkunegara. 1988.Perilaku Konsumen. Bandung : PT Eresco. Bimo Walgito. 1994. Psikologi Sosial. Yogyakarta : Andi Offset Curtland L. Bovee & William f. Arens, contemporary of advertising, second edition 2007 Djoenasih S. Sunaryo. 1991. Pengantar Ilmu Komunikasi 1.Yogyakarta : Liberti Darwanto Sastro Subroto. 1994. Produksi Acara Televisi. Yogyakarta: Duta Wacana Universitas Press.
Dra. Sofiah. 2001. Hubungan Antara Terpaan Kampanye Pemilu malalui Media Televisi dengan Perilaku Pemilih. Bandung : Program Paska Sarjana Universitas Padjajaran.
Dennis McQuails. 1989. Teori Komunikasi Massa- Suatu Pengantar. Jakarta : Erlangga. Djoenasih S. Sunaryo. 1991. Pengantar Ilmu Komunikasi 1. Yogyakarta : Liberti. Deddy Mulyana. 2007. Ilmu Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya. Jalaludin Rahkmat. 2006. Psikologi Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya. Mursito BM. 2006. Memahami Institusi Media. Surakarta : Lindu Pustaka dan SPIKOM.
Onong U. Effendi. 1995. Teori-Teori Komunikasi. Bandung : Remaja Karya. Ristiyanti Prasetijo dan John J .O. I Ihalauw. 2005 Perilaku Konsumen. Yogyakarta: Andi.
Suharsini Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.
Stephen W Littlejohn. 2002. Theories of Human Communication. CA
William Weles,et.al,Advertising . 2006.Principles and practice.New jersey: Hall,Ina