Persepsi dan Pengetahuan Guru Kelas-kelas Awal Sekolah Dasar di Jawa Timur terhadap Fererbelajaran Terpadu
dalam Bidang MIPA
Srini M.Iskandar ChotrisSaodijatr
Abstract: This study tries to describe perception and knowledge of prirnary schooi teachers in integrated instruction of mathematics and science. The population of this research is primary school teachers in firsl, second, and third grades in East Java" The sampling technique of this research is multistage proportional area cluster random sarnpling. The sample is 700 primary school teachers in Sampang, Blitar, Probolinggo, Bojonegoro, Lamongan, and Malang. The research found (l) the perception oithe primary school teachers in integrated instruction ofmathematics and science is good {mean76,20l ofthe score maximum 100); (2) the knowledge of the primary school teachers in integrated instruction of mathematics and science is not good (mean i0,071 of the score maximum 25).
that:
Key words: perception, knowledge, integrated instruclion, mathematics and science, primary school teacher Pembelajaran yang baik di kelas-kelas awal di sekolah dasar merupakan hal yang penting, sebab dapat menjadi penentu bagi masa depan anak. Untuk mengelola pembelaj aran di kelas-kelas awal secara baik diperlukan pemahaman Srini M. Iskondar adalah dosen Jurusan Kimia, dan Cholis Sa'dijah adalah dosen Jurusan Matematika, FMIPA Universitas Negeri Malang
l5
16 JURNAL PENEUTUN KEPENDIDIKAN, TH.
13,
NO.
I'
Juni 200i
tentang dunia anak dan pengertian tentang perkembangan intelek anak-anak utamanya anak-anak usia sekolah dasar kelas I sampai dengan kelas III. Alam pikiran anak-anak tidak mendapat perhatian dari para ahli ilmu jiwq sampai Jean Piaget seorang psikolog berkebangsaan Swiss, mulai mengarahkanperhatiandanmelakukanrisetmengonaiperkembangan intelektual padaanak-anak(Dworetzky, 1988). Ahli-ahlipsikologidanpendidikan(carin, i 993, Dwor etzky, 1 98 8, Flavell, 1 985, Gega, 1 994] sependapat bahwa Piaget memberi sumbangan besar mengenai bagaimana anak mengadaptasi dan menginterpretasi obyek dan kejadian di dalam dunia di sekitarnya. Hasil penelitian Piaget menunjukkan bahwa anak-anak berperan aktif di dalam pernbentukan pengetahuannya mengenai dunia nyata, artinya mereka tidak menerima be gitu saj a informasi secara pas if. Mereka meme gan g peranan aktif dalam menafsirkan informasi yang mereka dapat dari pengalaman dan mengadaptasikannya ke dalarn khazanah pengetahuan yang telah mereka miliki sebelumnya atau dengan perkataan lain belajar merupakan proses modifikasi berkesinambungan dari skema dan struktur kognitif anak. Pembelaj aran akan bermakna bila pengetahuan dikonstruksi oleh anak secara
individual (Fappas, Kiefer, dan Levstik, 1995). Menurut pakar-pakar pendidikan (Carin, 1 993 ; Flavell, I 98 5 ) anak-anak berbeda usia memiliki perkembangan kognitif atau perkembangan intelektual yan g berbeda pula. Leb ih lanj ut
P
iaget (dalam Dwo r etzky,
I 9 8 8)
menyatakan
anak-anak, yaitu tahap (2-7 operasi konkret (6-1 1 tahun), onal sensorimotor (0-2 tahun), pra operasi atauT-l2tahun), dan tahap operasional formal (11-14 tahun ke atas). Dalam hubungannya dengan proses perkembangan belajar, anak-anak
bahwa ada empat tahap perkembangan
kognitif
usia sekolah dasar mempunyai kecenderungan-kecenderungan sebagai berikut:
beranjak dari hal-hal yang konkret, memandang sesuafu yang dipelajari sebagai suatu keutuhan, terpadu, dan melalui proses manipulasi, serta, berkembang mengikuti tahapan secara hirarkis. pembelajaran terpadu adalah pembelajaran yang mengacu kepada kecenderungan-kecenderungan tersebut di atas, dan merupakan praktik pernbe laj aran yang sesuai dengan tahap-tahap perkembangan ko gn
itif
anak.
iOap :..developmentally appropriate practice"). Lebih lanjut Collins dan Dixon
(
1
99 I ) mengemukakan bahwa pembelaj aran terpadu terj ad i j ika kej adian
atau eksplorasi yang autentik dari suatu topik dalam kurikulum. Melalui
hkandar, Persepsi dan Pengetahuan Guru
l7
eksplorasi, siswa belajar proses dan isi sekaligus, lebih dari satu materi pelajaran pada saat yang sama.
Pembelajaran terpadu mempunyai sumbangan penting terhadap pertumbuhan dan perkembangannya kemampuan anak untuk mengadakan kerjasama denan orang lain. Kemampuan bekerjasama ini penting bagi masyarakat Indonesia yang melestarikan nilai-nilai kekeluargaan seperti tercermin dalam kegiatan gotong royong (sosial), koperasi (ekonomi), dan musyawarah untuk mufakat (politik). Selain itu, kemampuan mengadakan kerjasama dengan orang lain juga urgen di era globalisasi karena kemajuan daiarn bidang pengetahuan dan teknologi, khususnya transportasi dan komunikasi, telah menyebabkan terjadinya interrelasi, interaksi, dan bahkan interdependensi antar bangsayang semakin meningkat. Kenyataan ini menuntut
generasi mendatang untuk memiliki wawasan, pengetahuan, sikap, dan kemampuan yang sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman yang semakin
mendunia dan cepat berubah. Salah satu dari kemampuan yang dimaksud adalah kerjasama. Dengan kata lain, kemampuan bekerjasama tidak saja penting untuk menghadapi era globalisasi tetapi juga merupakan upaya untuk memantapkan nilai-nilai budaya bangsa yang
sej ak
dulu telah dikembangkan
dan dipraktikkan.
Pembelajaran terpadu dinyatakan mempunyai peranan penting dalam menumbuhkan sikap dan kemampuan bekerjasama karena dalarn proses
pelaksanaannya rnenekankan pada pembelajaran koperatif (cooperative instruction/ cooperative learning).Beberapaciridari pembelajaran kooperatif antara lain adalah adanya kerj asama kelompok (gr oup proc es s ing),tanggung jawab kelompok, saling ketergantungan secarapositif, danpenilaian kelompok oleh masing-masing anggota (Lang, 1995). Hal ini dapat terlaksana karena pembelajaran terpadu memberikan kesempatan kepada setiap anak untuk mengembangkan minat dan kemampuannya secara terarah melalui kerja kelompok. Masalah pembelajaran terpadutercantum secara eksplisit di dalam buku Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar Kelas I (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, I99 4 : 70). Se lanj utnya, dalam Seminar Lokakarya Implementasi Kurikulurn SD 1994 di PGSD Malang yang berlangsung pada
tanggal
10-ll
Agustus 1994, dan pelatihan-pelatihan implernentasi
pembelajaran terpadu yang diselenggarakan oleh Proyek PGSD dalam tahun 1997, serta pelatihan guru pamong dan dosen pembimbing PPL PGSD yang
lSJURNALPENELITIANKEPENDIDIKAN,TH'ti'NO't'Juni2003 Pembelajaran kesemuanya melibatkan guru-guru sD di seluruh Indonesia, penting' latihan bahan merupakan salah satu Terpadu .Meskipundemikiandataempirikmenunjukkanbahwapembelajarandi pada umumnya belum memperhatikan bahwa-penekanan aspek-aspek keterpaduan, dan hampir dapat dipastikan di sekolah dasar Guru-guru pengertian. adalah hafalan bukan
kelas-kelas awal
di sekolah dasai
p"mU"tuju.",
lrung,"rtiUu,dalamlokakaryadanpelatihantersebutdiatas,kembalimengelola mata pelajaran p",riU"tu.1u.u, di kelas-kela, .""uru terkotak-kotak menurut Terpadu' iebab diiapangan belum ada Petunjuk Pelaksanaan Pembelajaran
Risetmenunjukkanbahwabilamata-matapelajarandisajikandengan maka kesemuanya pendekatan holistik dalam bentuk pembelajaran terpadu atandipelajariolehsiswasecaraefektif(Gamberg etal,l98q;Pappas,Kiefer, ( 1 9 8 5 ) menyatakan bahwa dan Levstik, 1 99 5 ). Sedan gkan Kobalta dan B ethel matematika akan bila IpA dipadukan dengln mata pelajaran lain misalnya memperbaiki kualitas dan kuantitas pembelaj aran' sebagai upaya untuk Pendekatan pembelajaran terpadu dapat dipandang dalam rangka terutama memperbaiki kualitas p"naidit ulr di tingkat dasar, proses *"rjirnbungi gejala penjejalan kurikulum yang sering terjadi dalam kurikulum" mungkin f.rn[.tu;u.in ai r"f.ofuf,. Walaupun "penjejalan
_.rgu,iung
perkembangan unsur kebaikan, namun di pihak lain efeknya pada karena menuntut anak mengerjakan aktivitas atau
ana[-anak adalah buruk, Efek negatif itu ialah iugur Vung melebihi kapasitas dan kebutuhan mereka.
bisa mereka
*J"VJU"itan anak kehilangan sesudtu yang lain yangseharusnya t."4"tun.Jikaanakhanyamerespontanda-tandadariguru,merekaakan
pengalaman sensorik telritungan pengalaman pembelaj aran alamiah langsung'
dariduniamerekayangmembentukdasarkemampuanpembelajaranabstrak utama rnenjadi tidak tersenltuh. Padahal itu merupakan karakteristik perkembangan anak SD.
'
pengeiianPembelajaranterpadumemilikipengertiandapatdilihatsebagai
berikut.
a.
sebagai pusatperhatian Pembelajaranyangberanjakdari suatutematertentu gejala-gejala dan memahami untuk (center L7 intrr"r-) yani digunattan
kon,.pluin,baikyangberasaldaribidangstudiyangbersangkutanmaupun dari bidang studi lainnYa.
Iskandar, Persepsi dan Pengetahuan Guru 19
b.
c. d.
Suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan berbagai bidang studi yang mencerminkan dunia nyata di sekeliling dan dalam rentang kemampuan dan perkembangan anak. Suatu cara untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan anak secara sirnultan. Merakit atau menghubungkan sejurnlah konsep dalam beberapa bidang studi yang berbeda, dengan harapan anak akan belajar dengan lebih baik dan berrnakna. Sebagai suatu proses, pembelajaran terpadu memiliki ciri-ciri sebagai
berikut.
a. Berpusat pada anak (child centered) b. Memberikan pengalaman langsung pada anak c. Pemisahan antar bidang studi tidak begitu jelas d. Menyajikan konsep dari berbagai bidang studi dalam suatu proses pembelajaran
e. Bersifatluwes
f.
Hasil pembelajaran dapat berkernbang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.
Dari uraian dan ciri-ciri di atas, pendekatan pembelajaran terpadu memiliki kelebihan-kelebihan dari pendekatan konvensional. Kelebihankelebihan tersebut di antaranya adalah sebagai.berikut. a. Pengalaman dan kegiatan belajar anak akan selalu relevan dengan tingkat perkembangan anak. b. Kegiatan yang dipilih sesuai dan bertolak dari minat dan kebutuhan anak. c. Seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi anak sehingga hasii belajar akan bertahan lebih lama.
d. Pembelajaran Telpadu menumbuh kembangkan keterampilan berpikir anak.
e. Menyaj ikan ke giatan yang bers ifat pragmatis se suai den gan permasalahan yang sering ditemui dalam lingkungan anak.
f.
Menumbuh kernbangkan keterampilan sosial anak seperti kerjasama, toleransi, komunikasi, dan respek terhadap gagasan orang lain.
Beberapa pihakmemandang bahwa penerapan pendekatan pembelajarara terpadu di lndonesia akan menimbulkan masalah, dari mulai hadangan sikap-
sikap konservatif sebagian besar guru-guru Indonesia hingga lenrahnya infrastruktur aparat lain yang kurang menunjang terhadap peralbelajaran
20 JURNAL PENELITIAN KEPENDIDIKAN, TH. ],3, NO. I, Juni
2003
terpadu. Yang disorot palingtajam sementara iniadalah masalah penyesuaian pola penerapan dan hasil pembelajaran terpadu dikaitkan dengan kurikulum SD 1994. Masalah terakhir ini, dalam tahap awal dapat dilakukan dengan melihat isi kurikulum dalam satu caturwulan dengan lebih lentur. Artinya, untuk dapat melaksanakan Pembelajaran Terpadu di SD, tanpa
meninggalkantuntunan kurikulum 1994, tersediapeluang dalamhal pengajuan pokok-pokok bahasan dalam satu caturwulan yang dapat dilakukan secara tidak berurutan. Maksudnya, urutan pokok bahasan yang tercantum daiarn satu catur wutran tidak harus diikuti tepat seperti itu, tetapi boleh disajikan secara acak dengan ketentuan tidak ada pokok bahasan yang dihilangkan.
Jadi, sebelum rnerancang pembelajaran terpadu sebaiknya guru mengumpulkan dan menyusun semuapokok bahasan dari semua semua bidang studidalam saftr cafurwulan, kemudian dilanjutkan denganproses perancangan pembelajaran terpadu. Di dalam praktiknya, pembelajaran terpadu yang dikembangkan oieh guru tidak hanya satu dimensi. Ada pembelajaran terpadu spontan yang nremadukan dua meta pelajaran secara utuh. Ada pula pembeiajaran terpadu terencana yang didasarkan atas suatu tema tertentu, dan dilaksanakan setiap periode waktu tertentu, dan dilaksanakan setiap periode waktu tertentu. Hampir tidak ditemukan pembelaj aran terpadu yang unidimensional. Untuk dapat melaksanakan pembelajaran terpadu, beberapa hal yang cliperlukan antara lain adalah sebagai berikut. a. Kecermatan profesionai guru dalam mengantisipasi pemanfaatan berbagai kemungkinan arahan pengait konseptual intra ataupun antar bidang studi. b. Penguasaaan rnaterial dan metodologi terhadap bidang-bidang studi yang perlu dikaitkan. c. lVa'nasan kependid ikan yan g marnpu membuat guru selalu waspada untuk memanfaatkan setiap ke pulusan dan tindakarnya untuk memberikan urunan nyata bagi pencapaian tuj uan utuh pendidikan (dampak instruksional dan
dampakpengiring)
METOI}E Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif. Artinya, penelitian ini bermaksud mendeskipsikan secara sistematis, rinci, dan akurat persepsi dan pengetahuan yang dimiliki oleh para guru kelas-kelas awal SD
Islrandar, Persepsi dan Pengetahuan Guru
2l
tentang Pembelajaran Terpadu dalam bidang MIPA. untuk keperluan ini dilakukan survai. Survai digunakan untuk mengetahui persepsi para guru kelas-kelas awal sD dan mengukurpengetahuan merekatentang pembelajaran
Terpadu dalam bidang MIPA.
Variabel utamayangdikajipadapenelitian ini adalah(l ) persepsi dan (2) pengetahuan para guru kelas-kelas awal SD tentang Pembelajaran Terpadu dalam bidang MIPA. Variabel penting lainnya yang juga diteliti adalah karakteristik para guru kelas-kelas awal SD, yang meliputi: ( I ) jenis kelamin, (2) kelas tempat guru mengajar, dan (3) kota tempat guru mengajar. Populasi penelitian ini adalah para guru kelas-kelas awal SD Negeri di propinsi Jawa Timur. Yang dimaksud dengan guru kelas-kelas awal SD adalah guru SD yangmengajardikelas 7,2,dan3. Jumiah SDNegeri di propinsi Jawa Timur sebanyak 21.$A buah (Depdikbud, 1999). Dengan demikian, guru kelas-kelas awal kurang lebih berjumlah 21.630 x 3 orang: 64.890 orang. Mengingat jumlah populasi yang sangat besar, maka untuk keperluan survai diharapkan sampel sebanyak 720 orangguru dengan menggunakan teknik multistages proportional area cluster random sampling. Maksudnya adalah sebagai berikut. wilayah propinsi Jawa Timur dipilah menjadi tiga daerah dengan cara membagi wilayah Jawa Timur menjadi wilayah bagian timur, tengah, dan barat. Dari masing-masing wilayah ini dipilih dua daerah kabupaten/kota. Dengan cara demikian teryilih enam kabupaten/kota, yaitu Sampang, Blitar, Probolinggo, Bojonegoro, Lamongan, dan Malang. Dari masing-masing kabupaten/ kota dipilih secara acak 40 SDN. Dari masingmasing SD dipilih secaraacakgurukelas 1,2, dan 3 masing-masing satu orang guru Para guru kelas-kelas awal yang sekolahnya terpilih secara acak (random),dengan otomatis menjadi sampel penelitian ini. Dengan demikian diharapkan sampel dari masing-masing kabupaten/kota sebanyak 120 orang guru. Namun pada kenyataannya, sampel dalam penelitian ini sebanyak 700 orang. Rincian sampel penelitian ini berdasarkan (r) jenis kelamin, (2) kelas tempat guru mengajar, dan (3) kota tempat guru mengajar adalah sebagai berikut.
22 JURNAL PENELITIAN KEPENDIDIKAN, TH.
13,
NO.
l, Juni 2003
Jenis Kelamin
Frekuensi
l^aki-laki
133 567 700
Peremouan
Total Kelas Tempat Guru Menmiar Kelas I Kelas 2 Kelas 3
Frekuensi
238 230
Total
232 700
Kota Tern:at Gwu Mengaiar
Frekuensi
Sampang
119
Blitar
120
Probolineeo Boionesoro
t22
lamonmn Mahne
117
Total
700
105
tt7
Dari uraian dalam rancangan pene litian dapat diketahui bahwa instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dan tes. Langkah yang ditempuh dalam merf,usun kuesioner ini adalah sebagai berikut. Pertama, melakukan penjabaran variabel utama dalam penelitian ini, yakni persepsi guru terhadap Pembelajaran Terpadu dalam bidangMIPA. Penjabaran
variabel ini dituangkan dalam bentuk subvariabel dan indikatornya. Kedua, dari indikator-indikator ini kemudian disusun kisi-kisi (tabel spesifikasi) instrurnen . Ketiga, melaksanakan penyusunan butir-butir pertanyaailpernyataan
berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat. Keempat, melakukan telaah butir pertanyaan/pernyataan. Telaah ini dilakukan oleh sebuah tim yang didalamnya paling sedikit melibatkan tiga pihak, yaitu ahli pengukuran, ahli metodologi penelitian,danpengajarPembelajaranTerpadu.Telaah instrumeninibertujuan untuk mengetahui ketepatannya ditinjau dari aspek substantif dan teknis administratif. Kelima, melaksanakan uji coba instrumen dengan tujuan untuk mengetahui relevansi dan "keterbacaan" instrumen. Keenam, melakukan
Is{*a$ddr,
Forry*i
dnn PeagA*hwn,G,wu 23
peny€mpur,n'aan instr&msfl. F,r.s,seril,sr yang .idemtik ,dilakukara untuk menge.nrbaqgkan tes yang di.gun-rkan :mrtuk naenguk'ur pengetahuan guru tentang .Pembelajaran Terpach.l dalam,bidang M{PA..
lnstrumen persqpsi penrbei*jaran terpadu ,dalarn bidang M{PA dikembangkan berdasarkan aspek dan indikator sebagai berilkut. Aspek dan Indikator Instrumen Persepsi Fembelajaran Terpadu dalam
Bidang,MIPA
fudikator
Aspek I
Konsep
'Defurisi -Tuiuan
2
,I(esesua'ian
lbhap Peikembanpn
3
I(ernanlaatan
,I(einardirian
Pelrranp
Asertif KecrrdasanEmosi
Keerdasanlrrte'bk Perbedaaalndiv,idu '4
Keteildksanaan
\M:aktll
ifargol,Kur,lculum
I(e5i4panGrru
KeeranpilanGuru P.engalaruan
Evaluasi 'Sarana8ras.arana
Selanjutnya instrurnenkeman*puanpembelajaran ter,padu dalam bidang MIPA dikembangkanberdasarkan delapan aspek,yaitu,karakeristik, landasan pelaksanaan, hrjuan, kemanfaatan, faktor pendukung, fuktor pengharnbat, rnodel, dan prosedur pelaksanaan kemampuan pembelajaran terpadu dalam bidang MIPA. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikuf penyebarankuesionerdan.plaksanaantes.Pengurnpulandatakuesioner persepsi guru terhadappembel4j aran terpadu dur,pelaksanaan tes pengetahuan guru terhadap pembelajaran brpadu dalam bitlang MIPA dilaksanakan di rnasing-masing kabupatenf,kota ternpat,gur.r,mengajar.
24 IURNAL PENELITMN KEPENDIDIKAN, TH. 13, NO. I, Jani 2W3 Mernperhatikan jenis data yang dikurnpulkan, maka teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kuantitatif. Jenis teknik analisis kuantitatif yang dipakai adalah analisis statistik deskriptif.
HASIL DAIY BAHASAN Persepsi Guru Terhadap Pembelajaran Terpadu dalam Bidang
MIPA
Skor, kriteria, frekuensi, dan persentase persepsi guru terhadap pernbelajaran terpadu dalarn bidang MtrPA sebagai berikut.
Kriteria Ferserei
Skor
Frekuemi
Persentase 0.7
<60
Krransbaik
60-15 >75
Cukrn bailc
324
46,3
Baik
371 700
53,0
5
Total
100
Hasil t-tes Perbedaan Jenis Kelanin Hasil t-tes persepsi guru terhadap pembelajaran terpadu dalam bidang MIPA berdasarkanjenis kelamin adalah sebagai beriklt. Ifulonpok
kkthki Fererrpuan N[ilai
t7
Banyaknlrs sisrrz 733 567
t
Mean 75.6165 76-3386
6.595
o.572
6"344
o-266
Deraht Kebebasan 698
Std Error
Std Devi*si
Prob2 ekor a-241
Kesinnpulan: Jika ditetapkan taraf signifrkansi
SYo,
tidak
ada perbedaan
persepsi antara guru laki-laki dan p€rempuan terhadap pembelajaran terpadu dalarn bidang MIPA.
Berdasarkan KotaTempat Guru Mengajar Persepsi guru terhadap pembelajaran terpadu dalam bidang MIPA berdasarkan kota ternpat guru mengaj u adalah sebagai berikut.
Iskandar, Persepsi dan Pengetahuan Guru 25 Rrnkins I 2 3
4 6
Kota
Mean
Probolinspo
80, l 066
Blitar Boiorr:soro
L4rnonpq
76,3000 75,4952 75.3782 75.3248
Malane
74.376t
Sanpang
Berdasarkan analisis varians, disimpulkan bahwa padataraf signifi kansi adaperbedaan yang signifkan antara persepsi guru terhadap pembelajaran terpadu di Probolinggo dibanding guru di 5 kabupaten/ kota yang lain (B1itar, Boj onegoro, Sampang, Lamongan, dan Malang). Melihat meannya, persepsi guru terhadap pembelajaran terpadu di Probolinggo lebih baik daripada guru di 5 kabupatenlkota yang lain (I3litar, Bojonegoro, Sampang, Lamongan, dan SYo,
Malang). Setelah dilakukan analisisterhadap kuesioneryang didistribusikan kepada
guru, maka didapatkan bahwa persepsi guru-guru terhadap Pembelajaran Terpadu dalam bidang MIPA adalah baik. Ini dapat dibuktikan dari rerata persepsi merekayaituT6,2Al dari 100, dengan skortertinggi 95,00 dan skor terendah 46,AA. Berdasarkan kota tempatr*engajarranking pertama ditempati oleh guru Probolinggo dengan rerata 80, I 066 dan ranking terendah ditempati oleh guru dari kota lV1alang dengan rerata 7 4 ,37 6 I . Ranking kedua ditempati oleh guru Blitar dengan rerata 76,3000 dan Bojonegoro dengan reratal5,4952. Rerata yang tak berbedajauh dari itu yakni 7 5 ,37 82 danT 5 ,3?48 diperoleh oleh guru
dari Sampang dan Lamongan Pengetahuan Guru Terhadap Pembelajaran Terpatlu dalam Bidang
MIpA
Skor, kriteria, frekuensi, dan persentase kemampuan guru terhadap pembelajaran terpadu dalam bidang MIPA sebagai berikut. Skor <15
l5-t8 t9 -25
Kriteria Kernamouan
Frekuensi
Kurang menndai Cukup nemadai
663 34
Menndai Total
700
3
Persentase 94,8 4,8 0.4 100
26 JU4NAL PENELITIAN KEPENDIDIKAN, TH.
13,
NO l, Juni 2003
Dari persentase ternyata mayoritas guru (663 orang atau 94,8Yo) mempunyai pengetahuan pembelajaran terpadu dalam bidang MIPA yang kurang, 34 orang guru (4,8%) mempunyai pengetahuan yang cukup memadai, dan hanya 3 oang guru (0,4%) yang mempunyai pengetahuan pembela.jaran terpadu dalam bidang MIPA yang memadai. Rerata yang dicapai dari pengetahuan guru terhadap pernbelajaran terpadu dalam bidang MIPA mencapai 10,071 dari rentangan skor terendah 0 dan tertinggi 19. Modusnya berada pada skor 11, dengan median 10.
Hasil t-tes Perbedaan Jenis Kelamin
Hasil t-tes pengetahuan guru terhadap pembelajaran terpadu dalam bidang MIPA berdasarkan jenis kelamin adalah sebagai berikut. Banyaknya
Kelompok
suru
Laki-laki
r33
Perempuan
567
Nilai
t
-? ?s
std
Mean
Deviasi 2.909 2.939
9.5338 I 0,1975
std Error 0,252 0.123
Pmb 2 ekor
Deraiat Kebehsan
0.01 9
698
Kesimpulan: Jika ditetapkan taraf signifikansi 5o%, ada perbedaan pengetahuan antara guru laki-laki dan perempuan terhadap pembelajaran i.rpuAu. Melihat meannya, guru perempiran lebih baik daripada guru laki-laki. Berdasarkan Kota Tempat Guru Mengajar Pengetahuan guru terhadap pembelajaran terpadu berdasarkan kota tempat guru mengajar adalah sebagai berikut. Rankins a
Mean
Kota Probolinggo
11.2541 10.5385 10.4500
5
larnongan Blitar Malane Boionercro
9,6325 9.2571
6
Sanrpang
9.1681
J 4
Islrandar, Persepsi dan Pengetahuan Guru 27
Berdasarkan analisis varians, disimpulkan bahwa pada taraf signifikansi
5ol0,
l)
ada perbedaan yang signifikan antara pengetahuan guru terhadap pembelajaran terpadu dalam bidang MIPA di Probolinggo dibanding guru di 3 kotayang lain (Sampang, Bojonegoro, dan Malang). Melihatmeannya, pengetahuan guru terhadap pembelajaran terpadu dalam bidang MIPA di Probolinggo lebih baik daripada guru di 3 kota yang lain (Sampang, Bojonegoro, dan Malang). 2) ada perbedaan yang signifkan antara pengetahuan guru terhadap pembelaj aran terpadu dalam bidang MIPA di Lamongan dibanding guru di 2
kotayang lain (Sampangdan Bojonegoro). Melihatmeannya, pengetahuan
guru terhadap pembelajaran terpadu dalam bidang \4iPA di Lamongan lebih baik daripada guru di 2kotayang lain (Sampang dan Bojonegoro). 3) ada perbedaan yang signifkan antara pengetahuan guru terhadap pernbelajaran terpadu dalam bidang MIPA di Blitar dibanding guru di Sarnpang. Melihat meannya, pengetahuan guru terhadap pembelajaran terpadu di Blitar lebih baik daripada guru di Sampang. SINIPUL.&N DAN SAR.AN
. "
Kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut. Persepsi guru kelas-kelas awal sekolah dasar terhadap pembelajaran teqpadu dalam bidang MIPA berkategori baik(mean 7 6,2A1 dari maksirnum 1 00) Fengetahuan guru kelas-kelas awal sekolah dasar terhadap pembelajaran terpadu dalam bidang MIFA belum memadai (mean 1 0,07 1 dari maksimum
2s)
u
Dari hasil penelitian ini, maka dikemukakan saran sebagai berikut. Perlu disusun buku petunjuk dan balian ajarpemtrelajaran terpadu dikelas-
"
keias awal SD yang mengacu kepada paradigma pendidikan baru, yaitu teori konstruktivisme. Perlunya pelaksanaan implementasi pembelajaran terpadu yang sesuai dengan fi losofi konstruktivisme, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual, dan kemandirian dalam bela.jar.
28 JURNAL PENELITIAN KEPENDIDIKAN, TH.
13,
NA. l, Juni 2003
DAF'TAR RUJUKAN Collins,Gillian, dan Dixon, Hazel. 1991. Integrated Learning Planned Curriculum
Urlr. Gasford, Australia: Bookshelf Publishing Pty Ltd. Carin, Arthur A. 1993. Teaching Modern Science. Sixth Edition. New York, N.Y.: Merrill, An Imprint of Mc Millan Publishing Company Degeng, I Nyoman Sudana. 1998. Mencari Paradigma Baru Pemecahan Masalah Belajar. Pidato Pengukuhan Guru Besar di IKIP MALANG DeparlemenPendidikandanKebudayaan. 1999.BukuKerjaDepartemenPendidikan dan Kebudayaan Jawa Timur. Svrabaya: Depdikbud Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1995. Pendekatan dan Metodologi Mengaj ar. Disampaikan pada Latihan Kerja,Pelatihan Tenaga Kependidikan Meialui Proyek Sekolah Menengah Umum Dworetzky, John P. 1988. Fsyclologt. San Francisco, CA: West Pubiishing Company Flavell, J.H. 1985. Cognitive Development Englewood, N.J.: Prentice Hall Gabel, Dorothy L. 1993. Introductory Science Skl//s. Second Edition. Prospect Heights, Ill.: Waveland Press, Inc. Gega, PeterC.1994. How toTeach Elementary Science. NewYork, N.Y.: Mc Millan Publishing Company Goleman, Daniel. 1995. Emotional Intelligence. New York, N.Y.: West Pubiishing Company Lang, H. 1995. Teuching Stratregies and Methods for Student Centered Instruction. Toronto, Canada: Hartcourt Brau Pappas, C.C, Kiefer, 8.2", dan Levstick. 1995. An Integrated Language Perspective in Elementary Sckool. Theory in to Action. White Plains, New Ycrk: Longman Publishers USA