TEOLOGI PEMBEBASAN PEREMPUAN DALAM ISLAM Luthfi Maulana (Mahasiswa STAIN Pekalongan) Email:
[email protected]
Abstract: This study aims to understand the theology of liberation as an alternative solution that freed because of the discrimination against women. Discrimination against women is a result of the hegemony of patriarchal society jahiliya that is still growing in the view of Islam, so that religion can not function as a mercy to entire human race. Religion as the foundation of justice also become invisible. That condition requires a liberating theology, so it can be used as an alternative to achieve maslaha of the people, including women Keywords: Theology of Liberation, Women's Rights, Islam and maslaha Abstrak: Kajian ini dimaksudkan untuk memahami teologi pembebasan sebagai alternatif pemahaman yang membebaskan karena adanya diskriminasi terhadap perempuan. Diskriminasi terhadap perempuan adalah akibat dari hegemoni patriarki masyarakat jahiliyah yang masih berkembang dalam pandangan Islam saat ini, sehingga agama tidak dapat mengfusikan dirinya sebagai rahmat bagi seluruh umat manusia. Agama sebagai landasan adanya keadilan juga menjadi tidak nampak. Kondisi tersebut membutuhkan sebuah teologi yang membebaskan, sehingga dapat dijadikan sebagai alternatif untuk mewujudkan kemaslahatan umat termasuk kaum perempuan. Kata Kunci: Teologi Pembebasan, Hak Perempuan, Islam dan maslahat. Islam masa kini, membuat agama seakan
PENDAHULUAN Agama
kembali
ditantang
oleh
tak berpihak terhadap hak perempuan
perkembangan zaman, dengan maraknya
Arrijalu qawwamuuna ala al-nisa
problem kontemporer seperti kekerasan,
dalam Surat al-Nisa’ diartikan secara
ketidakadilan,dan
kesewenang-wenangan
tekstualis dan pemahamannya dianggap
terhadap perempuan (Muhammad Mun’im
sudah qath’i (Abdurrahman Wahid, dkk,
Esha, 2006; 8-59). Keadaan ini diperparah
1999; 206-207). Hal lain juga didukung
oleh hegemoni pengetahuan masyarakat
pemahaman syariah yang menganggap
Islam yang meyakininya sebagai sikap
kebenaran sudah final dalam pandangan
yang dibenarkan agama (teologis), dengan
hukum kitab fiqih yang menyebutkan
berbagai asumsi dan dalih yang selalu
bahwa segala amal kebaikan perempuan
menjadi rujukan bagi
superioritas lelaki
dianggap gugur dihadapan Tuhan karena
terhadap perempuan. Pandangan teologis
terlambat melayani kebutuhan seksual
patriarki yang menghegemoni masyarakat
suaminya dan betapa kebaikan seorang perempuan menjadi tidak berharga apabila
Teologi Pembebasan Perempuan dalam Islam (Luthfi Maulana)
| 83
berbicara
kurang
sopan
dihadapan
disiplin ilmu yang berbicara tentang
suaminya (Zainul Fanani, 2007;101). Teks-
kebenaran
teks seperti itulah yang dijadikan dasar
Filsafat dan ilmu pengetahuan. Sedangkan
sebagian besar masyarakat Islam dalam
menurut Gove, teologi diartikan sebagai
melegitimasi
penjelasan
kekuasaan
laki-laki
dan
wahyu
serta
keimanan,
perbuatan, secara
dan
merendahkan perempuan. Padahal menurut
pengalaman
al-Na’im, diskriminasi atas dasar agama
(William L Resse, 1980: 28.). Beberapa
terhadap perempuan adalah melanggar hak
tokoh mengartikan teologi sebagai ilmu
asasi manusia (Abdullah Ahmad Na’im,
yang mengungkap kalam Tuhan dan
1996; 336-346).
bersifat
Berdasarkan uraian di atas, peran
agama
independensi
revolusioner
memposisikan
diri
rasional
serta
dengan
dapat
kesadaran
teologis Islam yang dalam hal ini Al-Quran
praksis sosial, karena kesadaran beragama
perlu diungkap kembali guna menjawab
yang berhenti pada arah intelektual tidak
ketimpangan masyarakat Islam yang telah
membuahkan teologi yang membebaskan.
melahirkan perlakuan kurang adil terhadap
Menurut Gutirrez, teologi pembebasan
perempuan dalam kehidupan sosial dan
adalah teologi yang mampu menjadi
kultural (Nasarudin Umar, Nasaruddin
kekuatan revolusioner menuju perubahan
Umar,
sosial (Muhammad In’am Esa, 2006:89.).
1999:13).
Mengingat
agama
Kontruksi pemahaman suatu teologi
diharuskan bisa memberi respon atas berbagai
persoalan
memfungsikan
misi
serta
tidak terpisahkan dari posisi agama dalam
Al-Quran
struktur sosial yang menyejarah secara
umat pokok
dari
dialektis hingga bersinggungan dengan
diskriminasi dan penindasan. Oleh karena
budaya dan konstruksi sosialserta wacana
itu, dalam kajian ini akan membahas
teologi dalam setiap komunitas umat.
teologi perempuan ditinjau dari teologi
Untuk memahaminya dengan mencermati
pembebasan perempuan dalam al-Quran.
pola dialektika sosial yang ditawarkan oleh
dalam
membebaskan
manusia
Berger. Menurut Berger, ada tiga momen
PEMBAHASAN
dialektis yang terjadi dalam masyarakat,
A. Pengertian Teologi
yaitu
Menurut William Resee, “Theology
eksternalisasi,
objektivasi,
dan
internalisasi (Nur Said, 2005: 14.).
to be a discipline resting on revealed truth
Menurut Hasan Hanafi teologi bukan
and independent of both philosophy and
sekadar ilmu tentang ketuhanan, melainkan
science”, yang berarti teologi merupakan
tersirat sisi kemanusiaan yang bersifat antropologis konstekstual (199i:7). Teologi
84 |
MUWAZAH, Volume 7, Nomor 1, Juni 2015
merupakan manifestasi dari kemuliaan
Islam
Tuhan dalam situasi yang selalu baru dan
menghadapi berbagai problem, sehingga
teologi harus mengakar dan membumi
mengembalikan
pada situasi tertentu (Ali Asghar Engginer,
menjawab
1990:
Rahman, 1982:152).
138).Perkembangannya,
teologi
tidak terbatas hanya membahas ketuhanan
dapat
membimbing
elan
manusia
vitalnya
untuk
umat
(Fazlur
problematika
Teologi Islam merupakan ilmu yang
secara eksklusif, tetapi merupakan paduan
membahas
dari banyak nuansa pemikiran keagamaan
dalam bangunan keislaman. Hal tersebut
yang sudah berinteraksi secara sinergis-
tidak lain karena teologi Islam sangat
kritis
bersentuhan dengan aspek-aspek akidah
dengan
pemikiran
kontemporer
(Muhammad In’am Esha, 2008: 8).
sesuatu
yang
fundamental
atau pokok-pokok keimanan manusia.
Teologi disebut juga sebagai ilmu
Posisi dalam akidah sendiri sangat urgen
tauhid yang merupakan kajian terhadap
dalam membentuk perilaku keberagamaan
teks al-Quran. Tauhid merupakan inti dari
dan kehidupan setiap orang. Selain itu,
ajaran Islam yang mengajarkan kepada
teologi juga sebagai landasan pembaharuan
manusia bagaimana berketuhanan yang
pemahaman dan pembinaan umat Islam.
benar, dan menuntun manusia untuk
Posisi strategis yang dimiliki teologi Islam
berkemanusiaan yang benar (Badriyah
inilah yang mendorong upaya aktualisasi
Fayumi, dkk 2001:1). Perkembangannya,
wujud elan vital-nya dalam merespon
teologi
berbagai persoalan kekinian.
Islam
merupakan
fakta
yang
menunjukan adanya sence of social crisis
Adanya
kesadaran
bahwa
telogi
tauhid
yang
para ahli terhadap realitas masyarakat. Hal
Islam
ini
menyempurnakan ruang dan waktu, karena
dibuktikan
melalui
sejarah
yang
sebagai
mengatakan bahwa, pada saat umat Islam
tauhid
menghadapi problem, diperlukan upaya
merupakan
rasionalitas terhadap pokok akidah akibat
membimbing dan mengarahkan manusia
mainstrem pemikiran Yunani yang mulai
bertindak
merambah umat Islam (Amin Abdullah,
dengan Allah, sesama manusia, maupun
1995: 48.). Teologi Islam yang awalnya
dengan alam semesta. Prakteknya tauhid
disibukan dengan pembahasan persoalan
juga harus tampak sebagai pencerahan,
yang
berkembang
pembebasan manusia, dan keadilan bagi
menjadi suatu respon positif kritis dalam
umat manusia dengan tidak memandang
menjawab berbagai permasalahan umat
laki-laki
Islam (Syafi’iMa’arif, 1997:3). Teologi
Shimogaki, 1993: 17).
bersifat
metafisika,
dalam
aspek kehidupan
pegangan benar,
ataupun
Teologi Pembebasan Perempuan dalam Islam (Luthfi Maulana)
dalam
sehari-sehari pokok
yang
hubunganya
perempuan
(Kazuo
| 85
B. Teologi Perempuan Pembicaraan sekitar perempuan dari
telah menafkah sebagian dari harta mereka.” (QS Al-Nisa’ 4:34).
zaman ke zaman selalu menarik untuk
Mufasir
klasik
memaknai
diangkat ke permukaan. Hal ini karena
qawwamun, sebagai, penanggungjawab,
adanya
pemimpin,
anggapan-anggapan
mengenai
penguasa,
pelindung
dan
perbedaan antara laki-laki dan perempuan
sejenisnya. Argumen yang dikemukakan
baik dari segi substansi kejadian maupun
untuk tugas kepemimpinan laki-laki atas
peran yang diemban dalam masyarakat
perempuan karena, kaum lelaki memiliki
menjadi problem tersendiri. Hal lain juga
kelebihan
dipicu problem pemahaman masyarakat
kekuasaan laki-laki atas perempuan telah
terhadap
perempuan
hegemoni
kesalah
dari
perempuan.
Hierarki
berada
dalam
mendapat legitimasi teologis. Artinya,
anggapan,
bahkan
pernyataan Tuhan merupakan ketentuan
menjadi fatal karena berimbas menjadi
pasti dan tidak bisa diubah (Abdurrahman
pemahaman
Wahid, dkk, 206-207).
yang
dilegitimasi
dengan
keagamaan. Anggapan perempuan sebagai
Ayat tersebut menjelaskan kekuasaan
kelas kedua (the second class) dalam
lelaki atas perempuan dalam lingkup
tatanan
domestik,
kehidupan
sosial
menjadi
namun
sebagian
ulama
paradigma yang tidak tergantikan. Padahal,
menggeneralisasikannya
hal ini hanya hegemoni kaum jahiliyah
yang lebih luas, yaitu dalam urusan sosial
yang
dan
menggambarkan
kedudukan
politik
atau
dalam
lingkup
mu’amalah
al-
patriarkis
ini
perempuan dalam tatanan sosial ((Amin
madaniyyah.
Teologi
Abdullah, dkk, 2000: 27).
berkembang
ke semua sistem sosial.
Pandangan teologi (keagamaan) yang
Konsekuensi pandangan ini sangat jelas,
dianut selama ini, kekuasaan hierarkis laki-
bahwa peran perempuan di wilayah publik
laki atas perempuan adalah keputusan
dan domestik tersubordinasi oleh laki-laki.
Tuhan yang tidak bisa diubah. Argumen
Dari uraian tersebut, jelas bahwa
yang diajukan biasanya adalah pernyataan
persoalan paling subtansial mengangkat
Tuhan dalam al-Quran bahwa laki-laki
sikap diskriminatif terhadap perempuan
adalah qawwamun atas perempuan. ْ ُ َ َّ َ َ َ ِّ َ َ َ ُ َّ َ ُ َ ِّ اﷲ َﻧﻌ َﻀ ُﻬ ْﻢ اﻟﺮﺟﺎل ﻗﻮاﻣﻮن ﺒﻟ اﻟﻨﺴﺂءِﺑِﻤﺎ ﻓﻀﻞ... َُ َ َْ ْ ََ .... ﺒﻟ َﻧﻌ ٍﺾ َوﺑِ َﻤﺂأﻧﻔﻘﻮا ِﻣ ْﻦ أﻣ َﻮاﻟ ِ ِﻬ ْﻢ “Kaum laki-laki adalah pemimpin atas kaum perempuan karena Allah telah melebihkan sebagian mereka atas sebagian yang lain, dan karena mereka
adalah adanya pemahaman keagamaan
86 |
(teologis) kekuasaan
yang
menganggap
laki-laki
atas
bahwa
perempuan
merupakan keputusan Tuhan yang tidak dapat diubah atau dalam bahasa lain, hierarki kekuasaan laki-laki yang diyakini MUWAZAH, Volume 7, Nomor 1, Juni 2015
bersifat kodrat, dan bukan karena alasan
pendukung dalam anggapan peran laki-laki
sosiologis atau kultural yang tentu saja
lebih mendominasi, terutama di sektor
kontekstual dan bisa berubah. Keyakinan
publik. Di sisi lain, mayoritas masyarakat
itu
Islam
merupakan
ketidakadilan
pelanggengan terhadap
sistem
perempuan
(Abdulrahman Wahid, Dkk, 210). Sikap perempuan
diskriminasi
memahami
teks
keagamaan
yang
ditafsirkan
perspektif
“kepentingan”
ajaran dalam
maskulin,
terhadap
sehingga muncul pemahaman dikotomis
menjadi
paradigma
terhadap peran lelaki dan perempuan,
masyarakat
tentang
yang
pemahaman
masih
(Amin Abdullah, 3-4)
ketidaksetaraan laki-laki dan perempuan
Kesimpulan
ini
tidak
lantas
merupakan akibat doktrin anggapan yang
meniscayakan pembalikan terhadap peran
telah menjadi keyakinan bahwa perempuan
kepemimpinan atau kekuasaan. Nilai ideal
tidak cocok memegang kekuasaan karena
Islam harus menjadi landasan cara pandang
diklaim tidak memiliki kemampuan seperti
terhadap perempuan, bahkan juga terhadap
laki-laki. Hal tersebut, berimbas pada
manusia dan lingkungan.Perempuan tidak
sempitnya
lagi dipandang sebagai makhluk Tuhan
dibatasi
aktivitas di
rumah
perempuan dan
yang
penundukan
yang
tersubordinasi,
marginal,
dapat
perempuan di bawah struktur kekuasaan
dilecehkan atau diperlakukan secara zalim,
laki-laki (Asghar Ali Enginer, 2000: 63).
karena
Pandangan
terhadap
bertentangan
dengan
asas
perempuan
perlindungan hak dasar manusia yang
tersebut, karena perempuan hanya semata-
menjadi ideal Islam dan kemanusiaan.
mata dilihat dari segi seks, bukan dari
Konsekuensinya adalah, relasi suami-istri
kemampuan,
ditempatkan pada porsi masing-masing.
kesempatan,
dan
aspek
manusiawi secara universal, yaitu sebagai
Perbincangan
tentang Islam dan
manusia yang berakal, bernalar, dan
perempuan, perlu dilakukan dalam konteks
berperasaan (Handayani, dkk, 2006:6).
sosio kultural agar diperoleh pemahaman
Munculnya sikap diskriminasi terhadap
yang tepat tentang kaum perempuan dan
perempuan
dari
hal yang harus mereka pertahankan guna
beberapa faktor di atas sehingga laki-laki
membebaskan perempuan dari problem
menjadi diabsahkan kekuasaanya baik
stereotype
secara
patriarkhi dan menyudutkan perempuan.
merupakan
hukum
maupun
imbas
kepentingan
yang
memakai
ideologi
lainnya. Ditambah lagi sistem patriarki yang menempatkan posisi pria dalam hirarki yang lebih tinggi menjadi faktor Teologi Pembebasan Perempuan dalam Islam (Luthfi Maulana)
| 87
C. Hak Perempuan dalam Islam sebagai
ن َ ﻈ ُﻜ ْﻢ َﻟ َﻌﱠﻠ ُﻜ ْﻢ َﺕ َﺬ ﱠآﺮُو ُ ﻲ َﻳ ِﻌ ِ ﺤﺸَﺂ ِء وَا ْﻟﻤُﻨ َﻜ ِﺮ وَا ْﻟ َﺒ ْﻐ ْ ﻦ ا ْﻟ َﻔ ِﻋ َ
Teologi Pembebasan Perempuan Islam
merupakan
agama
ن وَإِﻳﺘَﺂئِ ذِي ا ْﻟ ُﻘ ْﺮﺑَﻰ َو َﻳ ْﻨﻬَﻰ ِ ﺣﺴَﺎ ْﻹ ِ ل َو ْا ِ ﷲ َﻳ ْﺄ ُﻣ ُﺮ ﺑِﺎ ْﻟ َﻌ ْﺪ َ نا ِإ ﱠ
yang
dihadirkan Tuhan di tengah manusia dalam rangka menegakkan kemaslahatan, kasih sayang, dan keadilan secara menyeluruh, karena Islam merupakan agama rahmatan lil alamin, dinyatakan dengan jelas dalam
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berbuat adildan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.”
illa
Selain itu, prinsip keadilan dalam
rahmatan lil alamiin. Teks-teks keagamaan
memutuskan perkara juga di jelaskan
ini merupakan landasan teologis bagi
dalam al-Quran Surat an-Nisa’ ayat 58:
seluruh tatanan kehidupan umat manusia di
ﺣ َﻜ ْﻤﺘُﻢ َ ت ِإﻟَﻰ أَ ْهﻠِﻬَﺎ َوِإذَا ِ ﻷﻣَﺎﻥَﺎ َ ﷲ َﻳ ْﺄ ُﻣ ُﺮ ُآ ْﻢ أَن ُﺕﺆَدﱡوا ْا َ نا ِإ ﱠ
manapun dan kapanpun. Selain itu, tauhid
ﷲ َ نا ﻈ ُﻜ ْﻢ ِﺑ ِﻪ ِإ ﱠ ُ ﷲ ِﻥ ِﻌﻤﱠﺎ َﻳ ِﻌ َ نا ل ِإ ﱠ ِ ﺤ ُﻜﻤُﻮا ﺑِﺎ ْﻟ َﻌ ْﺪ ْ ن َﺕ ْ س َأ ِ ﻦ اﻟﻨﱠﺎ َ َﺑ ْﻴ
sebagi landasan teologi umat Islam juga
ﺱﻤِﻴﻌًﺎ َﺑﺼِﻴﺮًا َ ن َ آَﺎ
mengajarkan tentang pembebasan manusia
“Sungguh Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia hendaknya kamu menetapkanya dengan adil. Sungguh Allah sebaik-baik memberi pengajaran kepadamu, sungguh Allah Maha mendengar, Maha melihat.”
al-Quran,
Wamaa
arsalnaaka
dari belenggu thagut dan kezaliman, baik yang diciptkan oleh manusia yang lebih kuat maupun secara tidak sadar telah diciptakan sendiri (BadriyahFayumi, 6). Tauhid merupakan ajaran teologi Islam yang memberikan secercah sinar pembebasan dari segala tindakan yang tidak berkeadilan ataupun segala hal yang berbentuk kekerasan baik terhadap lakilaki atau perempuan. Dengan menjadikan tauhid sebagai pedoman hidup beragama, maka konsep keadilan akan dijadikan sebagai prinsip dasar. Al-Quran banyak dijumpai ajaran tentang keadilan yang dinyatakan secara tegas, seperti perintah menegakan keadilan, kebaikan berbuat baik pada keluarga, sebagaimana dalam Surat an-Nahl ayat 90:
88 |
Islam hadir di dunia membawakan keadilan,
begitu
memandang
juga
keadilan
Islam
hanya
tidak
berpihak
kepada laki-laki saja, melainkan keadilan yang bersifat universal untuk seluruh umat manusia. Dengan demikian sudah barang tentu perempuan juga berhak mendapatkan keadilan.
Hal
mengajarkan
ini
tentang
karena keadilan
agama yang
memuat prinsip pembela yang benar, melindungi yang tertindas, dan melindungi kezaliman
dan
kesewenang-wenangan.
MUWAZAH, Volume 7, Nomor 1, Juni 2015
Dengan keadilan, yang benar akan dibela
tidak dicetuskan sebagai hukum yang
meskipun kelompok minoritas, mereka
memihak
yang tertindas akan dilindungi hak-haknya
perlindungan hak dasar yang berlaku bagi
dari yang berkuasa dan menguasai secara
seluruh umat manusia, laki-laki maupun
zalim. Keadilan menjadi tumpuan dan
perempuan. Lima perlindungan hak dasar
harapan bagi kaum yang didiskriminasi-
manusia merupakan tujuan menuju cita-
kan.
Oleh karena itu, dengan adanya
cita kemaslahatan dan kasih sayang, yaitu:
keadilan segala macam hukum yang
al-kuliyyat al-khams atau al-dharuriyyah
bersifat diskriminatif harus ditindaklanjuti
al-khams, yaitu hizfh al-din, hizfh al-‘aql,
guna memfungsikan agama sebagai mana
hizfl al-nasl dan hifzh almal (perlindungan
mestinya.
atas
Dalam konteks hubungan laki-laki
satu
agama,
sama
jiwa,
lain,
akal,
melainkan
keturunan,
kehormatan dan harta).
dan perempuan, keadilan meniscayakan
Lima hak dasar manusia tersebut
ketidakcondongan kearah jenis kelamin
merupakan sikap universal yang diakui
tertentu dan mengabaikan jenis kelamin
oleh semua agama dan merupakan norma
yang lain. Keadilan juga memberikan
yang melekat dalam fitrah manusia dan
bobot yang sepadan antara hak dan
kemanusiaan. Perwujudan perlindungan
kewajiban
tersebut,
laki-laki
dan
perempuan.
mengakomodasi
kepentingan
Keadilan tidak meletakan perempuan pada
semua pihak tanpa memandang keyakinan,
pihak yang lebih rendah dan berada
golongan, warna kulit, etnis, dan jenis
dibawah
Keadilan
kelamin. Artinya, penegakan hak dasar
memang tidak menafikan perbedan antara
manusia harus memperlihatkan keadilan,
keduanya, namun keadilan sama sekali
kemerdekaan, dan kesetaraan manusia di
tidak
depan hukum baik ditujukan kepada laki-
dominasi
laki-laki.
menghendaki
dijadikan
pembedaa.
perbedaan
untuk
Inilah
prinsip
laki maupun perempuan.
keadilan dalam hubungan antara laki-laki
Ssecara konsepsional pelaksanaan
dan perempuan dalam ajaran al-Quran
hak di atas bisa dilakukan melalui dua cara
(BadriyahFayumi, dkk, 26-27).
jalb al-mashalih dan daf’ al-mafasid untuk
Beberapa tokoh seperti Al-Ghazali
menegakan
kebaikan
mewujudkan
(w.505/1111 M), Izzudin bin Abd Al-
kesejahteraan umum. Atas dasar ini, maka
Salam (w. 660 H/126 M), dan Abu Ishaq
seluruh pemikiran dan sistem apapun yang
Al-Syatibi (w. 790 H/1388 M) juga telah
melegitimasi
praktik
merumuskan
marginalisasi,
misoginis,
ide
normatif
tentang
diskriminasi, penindasan
perlindungan hak dasar manusia. Hak ini Teologi Pembebasan Perempuan dalam Islam (Luthfi Maulana)
| 89
terhadap siapapun, harus ditolak demi
keagamaan dituntut terlibat secara intens
agama dan kemanusiaan.
dalam mengatasi problem diskriminasi
Dalam
ajaran
Islam,
keharusan
menegakan kemaslahatan dan menolak
terhadap
perempuan,
dalam
wilayah
ekslusif maupun dalam ruang publik.
kerusakan didasarkan atas hukum-hukum
Atas dasar itu, maka dengan keadilan
Tuhan. Al-Quran menyatakan dalam Surat
Islam memberikan pembebasan perempuan
Al-An’am ayat 57:
dalam berbagai hal, yaitu hak untuk
ﺧ ْﻴ ُﺮ َ ﻖ َو ُه َﻮ ﺤﱠ َ ﷲ َﻳ ُﻘﺺﱡ ا ْﻟ ِ ﻻ ﺤ ْﻜ ُﻢ ِإ ﱠ ُ ن ا ْﻟ ِ ِإ.......
beraktivitas, mencari ilmu, mencari nafkah,
ﻦ َ ﺹﻠِﻴ ِ ا ْﻟﻔَﺎ
melakukan transaksi, dan bahkan aktivitas
Allah.
politik yang dilakukan secara terhormat
“Hukum
hanyalah
wewenang
Dialah yang menyatakan Kebenaran (alHaq)
dan
dialah
sebaik-baik
yang
dan bermartabat. Sejarah Islam juga memberikan hak yang sama terhadap perempuan. Hal ini
memutuskan”. Hukum-hukum yang dibuat oleh
dibuktikan pada zaman Nabi Muhammad
manusia, hanya dapat dibenarkan sesuai
SAW, tercatat ada 1.232 perempuan yang
dengan hukum Tuhan, sehingga masalah
menerima periwayatan hadits. Ummul
diskriminasi perempuan yang lambat laun
Mukminin Aisyah tercatat sebagai salah
masih saja terjadi, maka Islam sebagai
satu dari tujuh bendaharawan hadits.
agama tauhid perlu ditegakkan kembali
Beliau
guna memfungsikan Islam sebagai agama
Khadijah binti Khuwailid terkenal sebagai
yang membebaskan manusia. Disamping
perempuan sukses dalam dunia bisnis.
membebaskan
Zainab, istri rasulullah menyamak kulit
belenggu
tauhid
hadits.
dan hasilnya disedekahkan. Zainab istri
menghapuskan semua sekat diskriminasi
Ibnu Mas’ud dan Asma’ binti Abu Bakar
dan subordinasi. Keyakinan bahwa hanya
keluar rumahnya mencari nafkah untuk
Allah yang patut dipertuhankan dan tidak
keluarganya. Di medan laga, banyak nama
ada siapapun dan apapun yang setara
sahabat perempuan yang tercatat sebagai
dengan Allah meniscayakan kesamaan dan
pejuang, seperti mengobati prajurit yang
kesetaraan semua manusia di hadapan
luka dan menyediakan logistik maupun
Allah SWT, baik laki-laki dan perempuan
memegang senjata berhadapan dengan
(BadriyahFayumi, dkk: 27). Hal ini karena
lawan. Nusaibah binti Ka’ab tercatat
agama hadir memberi rasa aman, damai,
sebagai
perempuan
rahmat, dan menegakkan keadilan. Dengan
senjata
melindungi
demikian, sudah saatnya penafsiran teks
perang
90 |
kezaliman,
dari
2.210
juga
taghut
dan
manusia
meriwayatkan
Uhud.
yang
memanggul
Rasululllah
Al-Rabi’
binti
ketika al-
MUWAZAH, Volume 7, Nomor 1, Juni 2015
Mu’awwad, Ummu Sinan, Ummu Sulaim,
perempuan mendapatkan hak dan keadilan
Ummu Athiyah juga turun kemedan laga
sebagaimana mestinya.
(Badriyah Fayumi, 25-26). Uraian singkat diatas menunjukan bahwa
pada
masa
Nabi
Muhammad
DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Amin. 1995. Falsafah Teologi
keadilan perempuan bukan sekedar kata
Islam
melainkan upaya serius untuk membuka
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
akses yang sama bagi perempuan dalam
di
Era
______________ dkk. 2000. Islam dan
berbagai bidang. Menurut Hasan Turabi
Problem
dan Muhammad Abduh, perempuan Islam
Aditya Media.
wajib mendapatkan hak di ruang publik
Postmodernisme.
Yogyakarta:
Gender.
Engginer, Ali Asghar. 1990. Islam a
terutama dalam hak pendidikan formal dan
Liberation
perguruan tinggi, supaya perempuan Islam
Liberative Element in Islam. New
mengetahui hak dan tanggungjawabnya
Delhi: Sterling Publishers Private
sebagai Muslimah dalam pembangunan
Limited.
umat. Islam juga mengakui hak publik perempuan,
termasuk
mengemukakan
hak
kebebasan
pendapat,
pemilu,
berdagang, shalat jama’ah, dan hal lainnya
Theologi:
__________________. Perempuan
Essay
on
2000.Hak-hak dalam
Islam.
Yogyakarta: LPSA. Esha, Muhammad In’am. 2008.Teologi Islam Isu-isuKontemporer. Malang:
(Syamsuddin Arif, 2008:109-110.).
Uin Malang Press. Esha,
PENUTUP
Muhammad
Mun’im.
2006.
Teologi Islam mengajarkan tentang
“Kekerasan dan Afirmasi Teologi
hal yang membebaskan seorang hamba
Sosial”. Jurnal Dialogia. Vol. 4. 1
dari segala taghut dan kezaliman, sehingga
Januari.
pemahaman teologi yang masih bersifat
Esa, Muhammad In’am. 2006. Retinking
diskriminatif menjadi teologi yang tidak
Kalam Sejarah Sosial Pengetahuan
difungsikan
Islam. Yogyakarta: eLsAQ.
sebagaimana
mestinya.
Teologi pembebasan adalah teologi yang
Fakih, Mansour. Dkk. 1996. Membincang
membebasakan manusia dari diskriminasi
Fenimisme
dan
Perspektif Islam. Surabaya: Risalah
kesewenang-wenangan,
sehingga
dengan adanya pemahaman teologi yang membebaskan
manusia,
laki-laki
dan
Diskursus
Gender
Gusti. Fanani,
Zainul.
2007.
“Islam
dan
Fenimisme: Tela’ah atas Teologi Teologi Pembebasan Perempuan dalam Islam (Luthfi Maulana)
| 91
Fenimisme", Jurnal Justitia Islamic.
Republik Indonesia, Departemen Agama.
Ponorogo. Vol. 4/No. 1/Januari-Juni.
2002. Al-Quran dan Terjemahnya,
Fayumi, Badriyah dkk. 2001. Keadilan dan Kesetaraan
Gender
(Perspektif
Jakarta: Kemenag RI. Resse, William L. 1980. Dictionary of
Islam. Jakarta: Tim Pemberdayan
Philosophy
Perempuan Bidang Agama Depag
Humanities Press Ltd.
RI.
Said,
Hanafi, Hasan. 1991. Agama Ideologi dan pembangunan. Jakarta: P3M.
Nur.
and
2005.
religio.
Perempuan
Himpitan Teologi dan HAM di Syafi’i Ma’arif, 1997. Islam Kekuatan
Penelitian Gender. Malang: UMM
Doktrin
Press.
Yogyakarta: PustakaPelajar.
Ogaki, Kazuo Shim. 1993. Kiri Islam: Modernisasi
dan
Postmodernism. Yogyakarta: Lkis. Rahman,
Fazlur.
andModernity: Intelektual
1982.
Islam
Tranformation
Tradition.
Chicago University Press.
dalam
Indonesia. Yogyakarta: Pilar Religia.
Handayani, dkk. 2006. Konsep dan Teknik
Antara
USA:
Chicago:
Umar,
dankegamanganUmat.
Nasarudin.
1999.
Kesetaraan
Jender Perspektif Al-Quran. Jakarta: Paramadina. Wahid, Abdurrahman,dkk. 1999.Menakar “Harga”
Perempuan:
Eksplorasi
Lanjut Atas Hak-hak Reproduksi Perempuan Dalam Islam. Bandung: Mizan.
92 |
MUWAZAH, Volume 7, Nomor 1, Juni 2015