PROSIDING
TEMU ILMIAH IPLBl 201 2 Bandung, 3-4 November 201 2
bekerjasama dengan
PROSIDING
TEMU ILMIAH IPLBl 201 2 Bandung, 3-4 November 2012 ISBN: 978-602-17090-0-9
Ketua Panitia, Temu Ilmiah IPLBI 2012 Arif S a ~ l oW~bowo,Dr.Eng. Editor Arif Sarwo Wibowo Indah Widiastuti Hanson Endta Kusuma Dewi Larasati
@ IPLBI 2012 Hak cipta dilindungi Undang-undang. Dilatang mengutip atau rnernperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini'tanpa bin tertulis dari IPLBI.
IKATAN PENELITI UNGKUNGAN BINAAN INDONESIA (IPLBI) 31. Puriasih V I no. 3 Bandung 40292 Jawa brat, INDONESIA TeplIFax. 022-87522920 Email. temuilmiahQiplbi.or.id
bekefjasama dengan
7
Sekdah ArsiteMur, Peremcarman dan Pengembangan Kebijakan I N m TEKIWLOGI BANDUNG (ITB) 31. Ganesa 10 Bandung 40132 3awa brat, INDONESIA
DAFTAR IS1 KATA PENGANTAR DAFTAR I S 1 PEMBICARA KUNCI
Perencanaan dan Perancangan Arsitektur Isu, Tujuan, dan Kriieria Perancangan Pasar Tradisional Agus S. Ekornadyo, Sutan Hidayatsyah
Motivasi Pengunjung ke Shopping Mall pada Studi Kasus Bandung Indah Plasa M. Pmsetiyo Effendi Yasin
Pengadaan Ruang Bermain Anak di Lingkungan Rumah Susun Nina Nurdiani, Wiyantam Wizaka, Michael Isnaeni Djirnantom ii
Sayembara Anitektur sebagai Refleksi Pengembangan Praktik dan Pengetahuan Perancangan Pararnita Atrnodiwirjo
Perencanaan dan Perancangan Kota Studi Mengenai Konsep Community Malls di Kota Bangkok, Thailand dan Bandung, Indonesia R. Aswin Rahadi, Alia Widyarini H'apsariniaty
Kecerdasan Ruang Majinal dan Potensi Ruang Publik Ivan K. Nasution, Mediatrich Triani
Pengaruh Kualitas Rancang Kota terhadap Keinginan untuk Bejalan Kaki pada Kawasan Wisata Pantai Kuta-Bali Rlo Surya Rarnba Mangkukusurno
Migrasi vs Adaptasi Sebagai Solusi Dampak Perubahan Iklim di Kawasan Perkotaan Rlzki Kimna Yuniartanti
Perumahan Permukiman Refleksi Pemenuhan Kebutuhan Hunian Transisi di Perkotaan : Kasus Tipologi Lokasi Hunian Sewa Mahasiswa di Kota Bandung Allis Nurdini
Studi Persee Masyarakat Terhadap Kualitas Lingkungan Permukiman di Dusun Jaban Hindun Khaimtun Nadlifah, Ihya Fadjar Maharika
Preferensi Konsumen Apartemen di Kota Bandung Diah Cahyani P, Ilharndaniah, Nitih Indra K.D
Profile Gated-Communitydi Denpasar Ngakan Putu Swca, Luh Raka D i a fitriani ~
Fmspek Land-Sharing & Model Unit Hunian pada Penataan Permukiman Kumuh menjadi Hunian Bertingkat Sewa. Studi b u s Pernubm Ilegal di RW.12 Kel. Dago Kec. Coblong Bandung Puspita Darrnaningtyas, Allis Nurdini, Ismet Belgmvan Harun
Sejarah dan Teori Arsbktur & Kota Arsitektur Vernakular dabm Perubahan: Kajian terhadap Arsitektur Kampung Naga, Jawa Barat Arif Samo Wibowo
Unfolding Creative Space : Pengaruh Ruang Virtual Terhadap Industri Kreatif Skala Kecil di Yogyakarta Arini Yuliandari, Ilya Fadjar Maharika Konsep Spasial Perrnukirnan Suku Madura di Gunung Buring Malang (Studi kasus Desa Ngingit) Budi Fathony, Lalu Mulyad~,Gaguk Sukowiyono Guna dan Fungsi pada Arsitektur Bale Banjar Adat di Denpasar, Bali Christina Gantini, Josef Prilotomo, Yuswad~Saliya Karakteristik Permukirnan Tepian Sungai Kampung Beting di Pontianak (Dari Rurnah Lanting ke Rurnah Tiang) Hamdil Khaliesh, Indah Widiastuti, Barnbang Setiabudi Proses-Proses dalarn Pembentukan Vaastusastra: Kajian terhadap Mayamatam, Manasara, Manusyalaayacandrika dan Taccusastra Indah Widiastdi Pendekatan Arsitektur Antropologi untuk Kasus Penelitian Kornparatif Arsitektur-Pemukiman (Sefflement-Architecture)Minangkabau dan Kerala 'h Indah Widiastuti
'
Konstruksi Filsafat Arsitektur Nusantara (kasus filsafat Pamoring Kawula Gusti pada Arsitektur Jawa) lohannes Adivanto Peninggalan Arsitektur di Tepian Sungai Musi Tutur Lussetyowati
Sains dan Teknologi Bangunan Kualitas Pencahayaan Alarni Masjid di Lingkungan Perkotaan Padat Penduduk Aris Zainumhrnan, Achmad Siddiq Annur, Zainul Khotob, Aulia Fikriarini M. Pengaruh Sudut Kerniringan Atap Bangunan dan Orientasinya Terhadap Kualitas Termal Hicma Edwin Rosadi, Nurdin Risinansyah, Fahrni Fuad, Emaning Setiyowati Peraturan Keselarnatan Kebakaran Berbasis Kinerja: Persyaratan Implernentasi Lily Tarnbunan Embedded Computation Sebagai Alat Bantu Dalarn Eksplorasi Rancangan Responsive Architecture Yasser Hafizs, W i n Indraprastha
Perencanaan Wilayah dan Perdesaan Perkembangan Node Persinggahan Transportasi Pada Sumbu Pengembangan Eko Budi Santm Perrnukiman Berbasis Pariwisata dan Transforrnasinya: Refleksi Pasca Bencana di Jawa Barat Bagian Selatan Wiwik D Platiwi, Sarnsirina, Hersanti Eko Ratnaningrurn, Robbi Zidna Ilman, dan Nur Harnidah
Pengelolaan Pembangunan dan Pengembangan Kebijakan Teknik Penulisan Karya Tulis Ilrniah untuk Karya Profesi (Proyek Arsitektur) Sebagai Produk Penilaian KUM Keprofesian Dalarn Kegiatan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB)/ Gedit Point Development (CPD) Ikatan Arsitek Indonesia Robby Dwikojuliardi Pola Pembelajaran Pewarisan Tradisi Arsitektur Berkelanjutan: Dari Etnoarsitektur ke Etnopedagogi M. Syaom Barliana, Nuryanto. Diah Cahyani
Prosiding Ternu llmiah lPLBl 2012 ( v
TEMU ILMIAH IPLBI 2012
KONSEP SPASIAL PERMUKIMAN SUKU MADURA Dl GUNUNG BURING MALANG Studi Kasus Desa Ngingit Budi ~athony('),Lalu ~ u l ~ a d i (Gaguk ~ ) , ~ukowiyono'~) ("Sejarah dan Teori Arsitektur, Arsitektur Vernakular, PS.Anitektur, FTSP-ITN Malang (2'PerencanaanPerumahan & Perkotaan, Arsitektur & Permukiman Kota PS.Arsitektur ITN Malang (3'sainsArsitektur & Lingkungan,ArsitekturLingkungan,PS Arsitektur, FTSP-ITN Malang
Kehidupan masyamkat Madum di Desa Gunung Buring Malang merupakan perwjudan badis dan budaya Madm dengan karakteristiknya telah melekat sebagai wujud arsitektur, walaupun alam dan lingkungan daerah pegunungan pada ketinggian 631 meter dpl, bukan dari tempat aslnya (pubu Madum) rnerupakan daemh pesisir tidak menjadi penghalang bagi pertumbuhan dan perkembangan. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi kamMertitik konsep spasial permukhan Suku ~ a d u r ddi Gunung Buring Malang. Penelin dilakukan dengan pegelatan k u a l i i , pengkajiin berbagai f e n m rnenjadi proses pembentukan. Sampel secara purposif. Untuk memperjebs fokus penelin, data dikumpulkan dilakukan kategonsasi. P m analisis dilakukan sejak awal pengunpulan data dari lapangan, kemudian seleksi data dengan h j w n agar data yang terkunpul tidak meluas sebaliknya untuk memperJeBs Wus peneliin. Diharapkan temuan dihasilkan dari penelian ini adalah gum membangun teon' Id
Permukirnan dan bangunan nmah tinggal badisional Madura merupakan Idmanah dan warisan budaya yang cukup menonpl di daerah Jawa limur. Meskipun induknya adalah pmukiman dan bangunan rumah tinggal tmd i l Jawa namun temyata memiliki pola tata ruang dan pemmpilan yang sangat berbeda. Meskipun permukiman dan bangunan rumah tinggal WisioMI Madum diaptakan dan didukung deh masyankat yang secara lceseluruhan &pat dikatakan memeluk agama yang sma, yakni agama Isbm, namun ternyata masyamkat ini M l i k i kiMat (orientasi) budaya yang berbeda. Pada lapisan atas masyamhtnya berkiblat ke arah kehdayaan Jam, sementara pada bpisan bawah masyarakasrya M M a t ke arah kebudayaan Mdayu (Wiryopawiro, 1986). Disibusi penduduk Madura di Jawa mmur tidak hanya terdapat di kota-kata atau pantai, tetapi juga di katbkda, seperti Malang, Puger, Lunajang, dan lainnya (Sutjilko, F.A. 1983;310). Unihya, masyarakat ini tidak berdmisili di daerah pantai atau datamn rendah sebagaimana masyarakat Madum pada umumnya. Me& justru berdomisili di daemh pegunungan dengan ketinggian 631 m dari muka air laut. Tmdisi dan budaya yang diiliki oleh masyamkat Madura ini,
kimnya telah melekat dengan kehiiupan pribadi masyarakatnya. Sebagai komunitas yang menerapkan Islam dalam semua aspek kehiiupan, rnaka wajar jib &lam membangun dan mengatur tata ruang d a h rumah tinggal juga didasrkan pada kepercayaan yang dianut Masyamkat Madura membangun rumah tinggal smra berkelompok bedasarkan hubungan kekembatan. Salah satu attibut budaya yang rnasih tetap dipetahankan antara lain tala ruang dan tata bangunan masyarakat Madum, karena badisi dan budaya yang dirniliki deh masyarakat tersebut tebh melekat dergan kehiiupan pribadi masyarakat Madum.
Perurnusan Masalah K e b d a a n Desa Ngingit Gunung Buring belm banyak dikenal deh masyankat. Semda rnereka tinggal hanya sementara, karena kondis alam tarnpaknya tidak menjanjikan hampan untuk Wap bertahan tqgal. Pertambahan penduduk ini disebabkan karena faMw perkawinan dengan penduduk s e h r Gunung Buring, dan faMw kelwrga. Karena letaknya relatif tinggi dari pcst kcda Malang akan terlihat kawasan Gunung Buring. Lingkungan rumah tinggal masyarakat di desa Ngingit sebagiin besar terpengaruh deh rumah tinggal etnis Madura di daemh asalnya, walaupun Prosiding Temu llmiah lPLBl2012 161
Konsep Spasial Permukiman Suku Madura di Gunung &ring Malang. Studi Kasus Desa Ngingit
tiiak sama persls. Rumahtinggal di d m Ngingit lni mernpunyal keunlkan tersendiri dtbanding dengan rumah hnggal dl daemh datatan rendah Gunung Bunng (dl luar desa Nglngit, Kldal, dan Buring).
Gambar 1. Rurnah Tinggal di Desa Ngingit Gunung Buring Kabupaten Malang Sumber: Dokumentasi Lapangan
Dan mian di atas dapat ditarik runusn permasalahan sebagai berikut: Bagaimanakah kamkten'stik pda spasial perrnukiman etnb Madura di Gunung Buring Malang?
a).Mengidentifikasi kamkteristik konsep spasial permukman Sub Madum di Gunung Bwing Malang, b).Menentukan potensi-potensi yang menonjol dan kuat dalam kawasan Des Nginggit dan sekiimya di Gunung Buring Malang.
Manfaat Penelitian Penelitian tentang studi karakte&ik p b spasial permukiman etnis Madum di gunung W n g Malang dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan, pemerintah daemh, dan pmett~atip e m h n dan bangunan runah tinggal badisioMI. Hasil dari p d i i i a n ini dihampkan dapat mempertahankan keberadaan etnis Madura baik sosial dan budaya.
Spasial berarti segala seswtu yang berkenaan dengan tuang, di dalamnya terkandung pengerlian jamk rebg atau pania' (disarikan dari terbgai kamus). Spasal merupakan aspek menrang dalam pengertian bahwa ruang diharni bukan sematamata bersifat g e o d s , bebas nibi, atau ruang &lam pengertian tuang Mde, melainkan ruang dabm kaiinya dengan nib'inilai sosial clan nilaii nilai budaya. Ruang memilii makna, ndai, M f a t -1 mempunyan' ~engertian (bukan matematik), dan erat k a i i dengan aspek-aspek sosial dan W m l .
-
621 Prosiding Temu llmiah lPLBl2012
PermukimanTradiional
Perumahan tmdislonal merupakan rnanifestasi dan nllai &al budaya masyarakat yang erat kaitannya dengan nilai sosial budaya penghuninya, yang dalarn proses penyusunannya menggunahn dasar norrna-norma bad~si (Rapport dalam Fauzia (2006: 32). Menurut Habraken dabm Fama (2006: 32), sebagai suatu produk kcmunitas, bentuk lingkungan permukiman merupakan hasil kesepakabn sosial, bukan merupakan produk omn4 Der oram. ~rtin$ kanuniks yang berbeda tentunya mernlild ari perrnukiman yang m a pub. Perbedaan inibh yang memberihn keunikan tersendiri pada bangunan tmdisional, yang antara bin &pa# dilihat dari wkntasi, bentuk dan bahan bartgunan serta konsep digi yang melatatt%?lakanginya. lCeunikan tersebut sekalgus menjadi sabh satu daya tank bagi wistawan. Perurnahan tTadisional sering dir-ntasikan sebagai tempat yang masih memegang nilai-nibi adat dan budaya yang b&ubungan dengan nilai kepercayaan atau agama yang bersifat khusus atau unik pada suatu masyamlet tertentu yang bemkar dari tempat tertentu pula di luar detminasi sejamh (Oysler dalam Samngko 2001). Menunrt NorbergSchub dabm Sasangko (2001), bahwa sbuktur ruang perumahan digambarkan mdalui pengidentifikasian tempat, lintasan, batas sebagai kornpnen utama, sebnjdnya diuientasikan melalui himrld dan jaringan atau l i n , yang m w l dabm suatu lingkungan binaan mungkin secam fisik ataupun non fisik yang bidak hanya mementingkan orierrtasi saja tetapi juga objek nyata dari identifiw. Fenmahan tmdisional etnis Madura dabm suatu desa lebii merupakan kumpubn dari kelompok-kelompok kedl rumah yang twpencar-pencar. Pda lingbngan yang terbentuk rnenyerupai hm& yaitu kelompok I d r u n a b m h petani yang terlelak di ladang-ladang pertanian luas yang dibalasi deh ppohorm dan runpurrrumpun bambu sera dihubungkan oleh jabn kecil yang beriiiuliku (Tjjhjono et al. 1996), dan di d t a r phmngan lumah jugs terdapat ~ o h o w ~ h ~ n ~ semak-sernak, belukar, dan tanamtanaman yang membuat penmahan tersebut sebagin besr tertutup pandangan mata. Sasongko (2001: 11-16) rnenyebutkan bahwa taneyan adalah habman yang dikelingi okh rumah dan bangunan yang bin (bnggar, dapur, dan kandang). Kata pebrangan dgumkan untuk tanah yang ada di sektar taneyan. Pekarangan sering dinami pobn buabbwhan, jagung, tanaman belukar. Kalau kanpteks penmahan tembut Mi dari bebetapa nunah
Budi Fathony, Lalu Mulyadi. Gaguk Sukowiyono
tinggal barulah disebut taneyan bnjhang (halarnan yang panjang). Fungsi dari taneyan rnenwut Marcellinusdalarn Sasongko (2001: 11-16) adalah: 1). Merupalen suatu wadah yang &pat menarnpung aktivitas tertentu dari warga lingkungan seternpat (rnenjemur hasil pertanian, kayu bakar, rnenjemw pakaian dan lain-lain), baik secara i n d ~ d urnaupun secam kelompok, 2). Sebagai tempat berkunpulnya anggota keluarga dan mungkm juga warga lingkungan sekjtarnya, 3). Sebagai tempat bermain bagi anak-anak, 4). Merupakan ruang terbule yang aktif, S).Merupakan samna untuk berkomunikasi bagi penghuni, 6). Eksistensi ruang terbule (halaman tengah) pada kompleks hunian Madwa, sangat kuat sekali. Hal ini disebabkan karena posisinya yang dikelillngi oleh deretan m a s bangunan dan sebagai orie-amh hadap bangunan-bangunantersebut. Menunrt Wiryoprawiro (1986), Konsep utama tanqan adalah habman besarlbersarna yang d i i tanepn bnjhargyang merupakan: 1). Open yaitu rwngan terbuka yang panjang dan sifatnya rnengikat bangunanbangunan yang ada disekitamya, 2). btdic w, yaitu ruangan yang dipakai oleh seluruh hunian sebagai wngan bemrna untuk rnenjemur hasil pertanian, bermain, berkornunikasi dan lainlain. Pola permukhan tanepn lanjhang, merupakan poh yang terbentuk karena adanya badisi b e r m u h masyamkat badisional etnis Madm yarg dipengaruhi oleh garis matrilineal dengan membew satu pola permukirnan yang disebut sebagai taneyan bnjharg (halaman panjang) yang rnenunjukkdn suatu konsep lokal pada suatu peturnahan etnis Madum yang tidak rnengesampingkan unsur lingkungan (berupa tanaman dan perlunya ruang terbuka dahm Katu perrnuhan). (Dewi, 2008). Pembangunan
Indonesia. Di kmpleks taneyan lanjhang ini perkembangan rurnah-rumah . untuk keluarga diawali dari sebebh hnan yaitu rumah induk lalu kesebelah l m u r secam berurut-unrtan dan kalau tanah sudah penuh baru diiulai lagi perkernbangannya dari arah lrnur rnenuju ke arah Bamt dengan rnembentuk halarnan tengah bemma, 3).Tahapan lanjut, apaMla bangunanbangunan sudah memenuhi seluruh persil sehingga taneyan lanjhang tercipta jelas dan yang unik pada kmpleks ini ialah bahwa bangunan terakhir yang dibangun adabh bangunan di yung sebelah Bamt yaitu berupa rumah tinggal dimana pada bangunan kmpleks taneyan lanjhang selalu bervvujud langgar (musolla). Hal ini sesuai dengan agama yang rnereka anut adalah agarna Islap. \.
Tata &k bangunan dalarn kanpleks taneyan lanjhang adalah rnengelilingi watu halarnan, karena halaman ini bentuknya memanjang maka disetKlt taneyan hnjhang. Rumah-nn'nah menghadap Uam selatan, ha1 ini Wak Wepas dari atah orientasi nmah badisimal Madura. Penempatan bangunan di dalam kompleks taneyan bnjhang mempunyai tahapan-tahapan yak:
Gambar 3. Lay Out Kekwabatan Permiidman Suku
-.
w,
1).Tahapan awal, dirnana hanya Wiri dari Nmah induk dan daplr saja, 2). Tahapan berkernbang, di dalarn kanpleks taneyan bnjhang ini bangunanLSngunan baru ( m a h kelwrga amk atau farnili) dibangun dengan urut-urutan tata letak yang sangat jelas, ha1 ini berbeda dengan bnsq perkembangan rumah-nmah badisional lairmya di
Gambar 2. Model L a wTanean Lanjang ,di Kecamatan Torjun, Kabupatenbmpang, Madura,Memilild Atah Bangunan Utara-Matan Sumber : LintuTulistyantom,UK.Fetm Surabaya
QiMat
rumah induk
Madura di Pegunungan Buring Malang Swnber : Data Lapangan
Berdasarkanhjuan dan rnanfaat yang akan dicapai yang akan diinjau maka pemilihan pendelQtan dengan memadukan dua metode yaitu: metode histofis dan rnedode deMptif. Metode histwis adalah rnetode yang rnencari jawaban atau pemecahan permasabhan dengan cam menelmmi sejatah atau kejadian-kejadian pada masa yang tdah hlu. Pendekatan ini diblalQndengan mengadakan:
serta jeris
h i d i n g Ternu llmiah IPLBl 2012 163
Konsep Spasial Permukiman Suku Madura di Gunung Buring Malang. Studi Kasus Desa Ngingit
a. Survey kepustastakaan, dan b. Wawamra dengan penduduk setempat. Sedangkan Metode deskripif adalah metode yang memrai jawaban permaslahan dengan cam rnenguraikan dan rnenjelaslen perihal atau phenomena yang diiemukan pada sat di lapangan. Pendekatdn ini dilakukan dengan mengadakan survey lapangan dengan jalan: a)Pengamatan m r a visual, b) Wkaman, c)Pengwnpulan, d)Pengukumn, e) Penganalisaan, 9 Penginterpretasikan, dari data yang di d a m di lapangan b. Alat-Alat Penelin Alat penelin adalah inkqmtasi terhadap bentuk dan pola ruang dabm dan luar, tampilan bangunan, serta fungsi dan penggunaan ruang dalam dan ruang luar, sedangkan dalam pnxes pengwnpulan data lapangan dibutuhkan alat pernbantu lainnya seperti : c Jalannya Penelin Tahap 1). Observasi awal bertyuan untuk rnelihat kondisi kawasan fisik rumah tinggal, kondisi sosial budayanya dan pola spasial permukirnan yang nantinya dapat rnengamhkan dabm obsenmsi selanjuinya. Tahap 2). identifikasi pola tata ruang rumah tinggal dan pola tata bangunan sta kebemdaan dan fungsi ruanqruang terbuka. Pada tahap ini dihasilkan bemgam pertanyaan untuk penyusunan sebagai bahan questioner dan wawancam. Selanjuhya data sekunder tentang sejamh Wxnbknya pemldman ebb Madum di Gunung Buring Malang. Tahap 3). rnehkukan penyebaran quesioner kepada masyamkat setempat yang menempati permuldman Gunung Buring Malang. Tahap 4). quesioner di analisis sehingga didapat kesirnpulan tentang kareakbistik dan potensiWnsi yang rnenonjol dalam kawasan twsebut. d. Proses AMlisis Dabm peneliin ini, proses analisis merupakan bagan yang v a t u dengan prwes amatan data. K e i h peneli mebkukan observasi, p t u s analisis terjadi sehingga observasi akan bergemk pada katego&s&tm. Kernudian dari proses ini dapat dihasilkan kamkteristik pda spasial permukiman dan bangunan nrmuah tinggal etnis Madm sta dapat d i i u k a n potensi yang paling menonjd di kawasan Gunung Buring Malang.
Secam spasial, nmah induk merupakan bangunan paling a w l pernbangunan, terletak disebebh Batat Laut dengan on'entasi kearah Selatan. Pada sebelah 641 Prosiding Temu llmiah lPLBl2012
Timur rumah induk terdapat rumah anak tertw yang telah rnenikah disusul anak berikutnya sampai batas tanah yang dimiliki. Barat mengandung strata lebih t w semakin ke Timur merupakan sb-ata lebih muda. l i b kearah Timur lahan tidak cukup, maka m a h tinggal genemsi anak dan cucu d a m berpindah di Satan menghadap rumah induk diawali anak atau cucu terhra dan selanjutnya keamh Timur yang lebih muda. Orientasi keamh Selatan merupakan orientasi yang paling kuat karena mengandung nilai kepercayaanyang dianut. OrienWi keamh Timur merupakan pantangan karena rnembelakangi amh Mat ke Qiblat atau Batat, demikian juga untuk cnientasi ke Barat, penelitian spasial studi kasus Madum dalam perantawn M u m p c ? t ~ hdilakukan. Kelebihan penelitian ini akan membulta hsanah pengetahuan bagi permukiman suku Madum pada qaemh tapal kuda propimi Jawa Timur. Samn dan rekomendasi dari penelitian ini dihampkan akan memberi mmukan bagi pemerintah atau instansi terkaii dengan pelestarian dan perencanaan nmah tinggal dengan pengembangan arsitektur tmdisiial. Wain ih, dapat dilakukan penelitian lanjutan rumah tinggal Masyamkat Madura perantauan di bkasi lain dan hasilnya dapat dibandingkan dengan asalnya (Pubu Madum).
Rapoport Amos, 1969, Home Frxm and Mturr, Recentic~Hall Inc Englewood Clifk, NJ. Sasongko, W. 2001. hubahan PeMnahan dan
krmukiman Madura Petantauan Aldbat Rmdwngurwn, S t d k%m: DLsun Alas Gwlhe, Gunung Buflng, Kabupaten MaIang. TETESIS. Tdak Diterbitkan. Tjahjono R, P. & hdiman A. 1996. Tradis Membangun dan W u n i dabm AmMtw T&id& Madm ~2 Arus&ya. Malang: Jumal Pene(itianJur. A&ektur K UB. Tjiptoatmodjo, !%tjipb, 1983, KotbKota Pantai di S t a r Wat Madm, Abad XW s a w medo abad WC Disertasi, UGM, Yogyakarta. Wir/oprmnrim, Zein, M., 1986, Arsit&w T&id& Madm - Swnenq, Lab. Arsiteklur Tradisional mP
m,-baYa.