Jurnal Pen. Perikanan Laut No. 41 Th. 1987 Hal. 11-17
TELAAH MEN GENAl PANJANG CAGAK IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) YANG TERTANGKAP DI INDONESIA PADA TAHUN 1985 Sofri Bahar*) dan Priyanto Rahardjo*) ABSTRAK
: Pengumpulan data berdasarkan pengambilan contoh ikan cakalang di perairan Sorong, Ambon, Bitung, Kedonganan (Bali), Prigi, Pelabuhan Ratu dan Bungus (Padang). Kisaran Panjang cakalang yang didaratkan di temp at pelelangan ikan adalah 18-90 cm dengan modus pad a tiap lokasi pendaratan masing-masing secara berurut adalah: 48, 49,9; 48,8; 47,53,1; 61,5 dan46 cm. Dalam tulisan ini disajikan analisis frekuensi panjang cagak ikan cakalang yang tertangkap disemua tempat pendaratan ikan. ABSTRACT : Review on fork length distribution of skipjack (Katsuwonus pelamis) caught in Indonesia waters 1985, by Sofri Bahar*) and Priyanto Rahardjo*) . Length data were obtained from skipjack sampling in Sorong, Ambon, Bitung, Kedonganan (Bali), Prigi, Pelabuhan Ratu and Bungus (Padang) waters. Their fork length were 18-90 cm for each landing place with mode of: 48, 49.9, 48.8, 47, 53.1, 61.5, and 46 cm respectively. Length frequency analysis is also presented in this paper. PENDAHULUAN Seperti halnya dengan sumberdaya perikanan laut lainnya sumberdaya perikanan cakalang dapat pulih kembali (renewable) namun demikian perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh dalam pengelolaan agar pengusahaan dan potensinya tetap lestari. Cakalang mempunyai kemampuan bergerak sangat cepat dan dapat beruaya jauh, bahkan menyeberangi lautan antar lintas negara. Hal ini menimbulkan penambahan dan pengurangan sediaan disuatu perairan yang berperan penting dalam sediaan lokal pada saat musim penangkapan di suatu daerah penangkapan. Seberapa jauh pengetahuan tentang ruaya dan pengelolaan sumberdaya ini tidak dapat dilakukan sendiri-sendiri, akan tetapi membutuhkan kerjasama antar negara yang berbatasan dan mempunyai kepentingan yang sarna. Perlu ditegaskan bahwa data statistik yang akurat mutlak perlu bagi terlaksananya pengkajian stok, karena kenyataannya masih banyak hambatan untuk memperoleh data sekunder yang terpercaya dan lengkap dilapangan sehingga menyulitkan pengkajiannya. Tulisan ini membahas ukuran panjang cagak cakalang yang tertangkap dari hasil pengambilan contoh (sampling) yang dilakukan pad a tahun 1985 ditujuh lokasi
*) Balai Penelitian Perikanan Laut, Jakarta.
11
Sofri Bahar dan Priyanto Rahardjo
di perairan Indonesia, untuk menipelajari struktur populasi dan parameter biologi lainnya. BAHAN DAN CARA Bahan yang digunakan dalam pengkajian tulisan ini diambil dari hasil sampling Balai Penelitian Perikanan Laut Jakarta tahun 1985di perairan: Sorong (Irian Jaya), Ambon (Maluku Utara), Bitung (Sulawesi Utara), Kedonganan (Bali), Prigi (Jawa Timur), Pelabuhan Ratu (Jawa Barat) dan Bungus (Sumatera Barat). Pengambilan sampling dilakukan secara acak dari kapal penangkap, diharapkan contoh ikan yang diamati dapat mewakili populasi yang ada. Untuk mengetahui adanya perbedaan panjang cagak ditiap daerah dilakukan analisa variasi dengan metode perbandingan ganda Tukey.
HASIL DAN PEMBAHASAN Umumnya alat-alat tangkap yang digunakan dalam penangkapan cakalang di Indonesia adalah pancing tonda (troll line), huhate (pole and line), pukat cincin (purse seine), jaring insang hanyut (gill net), payang, rawai tuna (tuna longline). Untuk m~nghindari bias sampling karena perbedaan selektivitas alat tangkap (contoh: gill net) maka dipilih alat tangkap yang dapat menangkap ikan cakalang dari berbagai ukuran dengan tingkat peluang yang sarna baik yang besar maupun yang keci!. Alat tangkap yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: Huhate (pole and line) di Sorong, Ambon, Bitung; Pancing tonda di Bungus dan Kedonganan; Pukat cincin di Prigi dan Payang di Pelabuhan Ratu. Kisaran, rataan dan kelompok panjang ikan cakalang yang tertangkap dapat disarikan sebagai berikut: Kisaran Rataan Modus 24-76 47,02 48 Sorong Ambon 30-67 49,50 49,9 Bitung 35-63 48,11 48,8 Kedonganan 35-57 47,5 47 Prigi 42-84 50,04 53,1 Pelabuhan Ratu 42-69 56,90 61,5 Bungus 18-90 45,23 46 Hasil analisis sidik ragam menunjukkan adanya perbedaan rataan panjang cagak ikan cakalang di tiap daerah pada tingkat kepercayaan 5 persen (Tabel 1). Selanjutnya untuk membandingkan rataan panjang cagak ikan ini dilakukan perhitungan perbandingan ganda Tukey (Tabel 2). Interval-interval yang tidak memuat nol sebanyak sembilan interval, karena sembilan interval ini terletak dikiri nol, sehingga kesimpulannya adalah: Perairan Prigi dan Pelabuhan Ratu mempunyai ukuran rataan panjang cagak yang tidak dapat kita bedakan dan merupakan yang tertinggi dibandingkan perairan lainnya. Perairan Ambon mempunyai rataan panjang cagak lebih rendah dibanding Prigi dan P. Ratu, tapi lebih tinggi dibanding 12
furnal Pen. Perikanan Laut No. 41 Th. 1987 Hal. 11-17
Tabel
I.
HasH sidik ragam panjang
cagak cakalang
1985.
Table 1. Analysis of variance fork length from skipjack 1985. 14 6 db df
Sumber variasi
Source of var. Treatment Error
FhiL
Ftab. (5070)
MS
Fcal.
Ftab.
372,23
60,04
152,16*
2,74
5,71
0,41
lumlah
Sesatan
kuadrat SS
Kuadrat
rata2
Perlakuan
*
A-B
nyata/ Significant.
Berbeda
Batas konfidensi Batas Selisih konfidensi 0,01 0,39 0,13 --10,8 3,57 3,17 3,43 -9,89 0,69 4,26 7,24 4,76 2,87 2,48 1,09 0,84 9,02 9,88 6,54 1,39 1,65 9,18 5,62 6,05 2,49 9,05 -mean 1,78 4,66 2,04 1,52 8,19 13,45 0,92 9,71 6,15 10,81 2,62 -II 0,7 0,95 2,61 8,1 8,32 1,79 ,66 sampel 7,4 -10,83 7,27 4,27 -10,57 1,1 9,97 6,41 7,01 0,26 2,88 -XA-XB 12,59 4,4 0,84 2,64 9,03 11,67 7,93 0,86 +panjang 1,78 8,79 (XA-XB) 2. Perbandingan(XA-XB) ganda Tukey cagak ikan cakalang 1985. Table 2. Multiple comparation of Tukey on fork length of skipjack 1985.
Tabel
Selisih mean
Keteranganl U1 U2 U3 U4 U5 U6 U7
= = = = = = =
Remarks:
Sorong Ambon Bitung Kedonganan Prigi Pelabuhan
(Bali) Ratu
Bungus (Padang) UI
'" U3 = U4 = U7
<
U2
< US
= U6
13
Sofri Bahar dan Priyanto
Rahardjo
perairan Iainnya. Sedangkan perairan Sarong, Bitung, Kedonganan dan Bungus mempunyai
ukuran
rataan panjang
eagak yang tidak dapat kita bedakan.
Hasil penelitian Sivasubramanian (1985) diperairan Srilangka dan sekitarnya kisaran panjang eagak ikan eakalang yang tertangkap 30-78 em, terdiri dari kelompok umur 1, 2, 3,4,5 dengan modus 34,2; 43; 52,4; 63; 72,5 em. Sementara itu hasil penelitian Appukuttan dkk, (1977) di perairan India dan sekitarnya mendapatkan parameter pertumbuhan ikan ini L = 843 mm, to = 11,95 tahun dan K = 0,22314. Kisaran panjang 350-695 mm denganmodus 402,2; 494; 562 dan 620,5 mm. Hasil penandaan ikan eakalang di Indonesia Timur (Suhendrata dkk, 1986) telah memberi gambaran mengenai jangkauan dan ruaya ikan yang dilepas, namun belum dapat menentukan unit populasi/unit stok ikan diperairan ini. Sementara itu perikanan industri beroperasi seeara intensif di lautail Pasifik Barat (Utara Irian) dalam skala besar yang masih dalam jangkauan ikan eakalang yang dilepas pada penelitian ini. Data ini diperkirakan mewakili sebahagian kecil dari hasil tangkapan ikan eakalang di stok/populasi yang sarna, oleh karena itu dalam penelitian ini tidak dieoba menentukan struktur populasi dan parameter biologi lainnya.
KESIMPULAN
DAN SARAN
1. Kisaran panjang eagak ikan eakalang yang tertangkap di Indonesia adalah 18-90 em, dengan perincian kisaran panjang yang tertangkap memakai alat Huhate 24-76 em, Pukat cinein 35-84 em, memakai alat Payang 42-69 em dan Tonda 18-90 em. 2. Ukuran ikan yang terkecil dan terbesar ditangkap di perairan Bungus (Padang), dan dari analisa rataan, maupun kelomp~k panjang (modus) ikan yang tertangkap diperairan Indonesia bagian Barat lebih besar dibandingkan Cakalang dari perairan Indonesia Timur. 3. Rataan panjang Pelabuhan Ratu.
eagak
ikan
yang
tertinggi
terdapat
4. Untuk mempelajari arah ruaya, besar populasi Indonesia Barat khususnya di Samudera India eakalang.
DAFTAR
di perairan
dan stok ikan perlu diadakan
Prigi
dan
di perairan penandaan
PUSTAKA
Appukuttan, K.K.; P.N, Radhakrishnan and K.K. Kunshikoya. 1977. Studies on the fishery and growth rate of oeeanie skipiak (Katsuwonus pe/amis Linnaeus) at Minieoy Island from 1966-1969. Indian Journal of Fisheries, 24: 33-47. Dajan, A. 1972. Pengantar Metode Statistik I. Lembaga Penelitian. Penerapan Ekonomi dan Sosial, Jakarta. Hal. 53-146. Sivasubramaniam, Srilangka. 14
Pendidikan
K. 1985. The tuna fishery in the EEZs of India, BOBP/WP/31. Colombo: 19-35.
Maldives
dan and
Jurnal Pen. Perikanan Laut No. 41 Th. 1987Hal. 11-17
Soejoeti, Z. 1985. Metode Statistika II. Universitas Terbuka. Karunia. Jakarta: 96-142. Suhendrata, T; I.G.S. Merta dan B. Gafa, 1986. Pendugaan pertumbuhan dan pergerakan ikan cakalang yang diberi tanda di Perairan Indonesia Timur. Jurnal Penelitian Perikanan Laut nomor 35: 67-77.
15 iiĀ·,\
Sofri Bahar dan Priyanto Rahardjo 100
110
120
Gambar 1. Daerah penelitian. Figure J. Survey areas.
"
P. Ratu 24-76 42-84 42-69 18-90 Bali 30-67 35-63 35-57 Area Daerah Modus Gear Rataan Tonda Pukat Huhate 47,85 cincin 45,23 56,90 47,02 56,04 Sorong Bitung Prigi Padang Keteranganl Ambon Remarks: (Cm) 48,11 49,50 Alat tangkap Panjang Length Average (Cm) ikan Payang (Cm)
Kode.
16
I~O
Jurnal Pen. Perikanan Laut No. 41 Th. 1987 Hal. 11-17
0J0
20
Sorong n=4136
10
60
30
fJ!o fJ!o
10
20
Ambo" 'L "~l~ ~
Bitung
n=2~
10
~ __
ID
W
Fork length (em) 20
Bali
n= 45 50 Fork length (em)
40
1094
10
fJ!o
10
5
45
50
Fork length (em) 60
.~--<
10
l;:"~
5~
10
Fork length (em)
fJ!0J
30
~ 50 Fork length (em)
fJ!o
60
P. Ratu n = 1794
5
70
Gambar 2. Penyebaran frekuensi panjang dalam persen ikan cakalang 1985. Length-frequency distribution in percentage of skipjack 1985. Figure 2.
17