PEMETAAN DAERAH POTENSIAL PENANGKAPAN IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) DI LAUT SERAM DAN LAUT BANDA
MEISKE MANERY
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pemetaan Daerah Potensial Penangkapan Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) di Laut Seram dan Laut Banda adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014
Meiske Manery C552100031
RINGKASAN MEISKE MANERY. Pemetaan Daerah Potensial Penangkapan Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) di Laut Seram dan Laut Banda. Dibimbing oleh JONSON LUMBAN GAOL dan VINCENTIUS SIREGAR. Permasalahan yang umumnya dihadapi nelayan yaitu peramalan daerah penangkapan ikan masih berdasarkan cara tradisional yang menyebabkan hasil tangkapan tidak pasti, karena armada penangkapan harus mencari-cari daerah yang potensial sebagai daerah penangkapan sehinga tidak efisien dari segi waktu dan biaya operasional. Keberadaan ikan dipengaruhi oleh kondisi oseanografi perairan seperti suhu, salinitas dan kelimpahan plankton sebagai sumber makanan. Teknologi penginderaan jauh satelit dapat dimanfaatkan untuk memperoleh informasi mengenai kondisi oseanografi suatu perairan dan ditunjang dengan data penangkapan ikan, maka dapat dihasilkan suatu peta daerah potensial penangkapan ikan yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh nelayan pada umumnya. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Menganalisis sebaran suhu permukaan laut (SPL) dan konsentrasi klorofil-a di Laut Seram dan Laut Banda; (2) Menganalisis hasil tangkapan ikan cakalang di Laut Seram dan Laut Banda; (3) Menganalisis hubungan antara SPL maupun klorofil-a terhadap hasil tangkapan cakalang; dan (4) Memetakan daerah potensial penangkapan ikan cakalang di Laut Seram dan Laut Banda. Penelitian ini menggunakan data SPL dan klorofil-a dari sensor Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer (MODIS) Aqua yang diunduh pada situs resmi National Aeronautics and Space Administration (NASA) http://oceancolor.gsfc.nasa.gov/ kemudian diolah menggunakan perangkat lunak SeaWIFS Data Analysis System (SeaDAS). Data harian (waktu, lokasi dan bobot) armada penangkapan cakalang yang beroperasi di Laut Seram dan Laut Banda diperoleh dari Pelabuhan Perikanan Nusantara Ambon selama tahun 2011-2012, data tersebut diolah untuk mendapatkan Catch Per Unit Effort (CPUE) atau hasil tangkapan per unit usaha. Hubungan antara CPUE dengan SPL maupun klorofil-a dianalisis menggunakan regresi linear sederhana. Untuk mendapatkan peta daerah potensial penangkapan cakalang, dilakukan overlay antara data tangkapan terhadap citra SPL/klorofil-a. Hasil penelitian menunjukan SPL pada lokasi penangkapan bervariasi antara 26°-30°C dan konsentrasi klorofil-a berkisar antara 0.10-0.60 mg/m3. Musim Barat sampai pertengahan Musim Peralihan Barat-Timur SPL berkisar antara 28.5-30°C, MusimTimur 26-27°C dan Musim Peralihan Timur-Barat 28-30°C. Konsentrasi klorofil-a rendah pada Musim Barat dan Musim Peralihan Barat-Timur yaitu antara 0.15-0.30 mg/m3 sedangkan Musim Timur dan awal Musim Peralihan Timur-Barat berkisar antara 0.30-0.60 mg/m3. Cakalang tertangkap sepanjang tahun dengan hasil tangkapan tertinggi pada Musim Timur (Juni-September) rata-rata 3000-3700 kg/trip, sedangkan Musim Barat dan Musim Peralihan hasil tangkapan cakalang umumnya kurang dari 2200 kg/trip. Nilai koefisien determinasi (R2) antara SPL dan klorofil-a
terhadap CPUE sebesar 0.74 %. Pengaruh SPL terhadap hasil tangkapan lebih kecil dibandingkan klorofil-a. Daerah potensial penangkapan cakalang terdapat pada beberapa lokasi di Laut Seram (bagian utara Pulau Buru dan Pulau Seram) dan Laut Banda bagian timur di sekitar Kepulauan Key dan Tanimbar dengan lokasi yang sangat potensial untuk penangkapan ikan cakalang berada disekitar Kepulauan Key. Kata kunci: Daerah potensial penangkapan, cakalang, Laut Seram, Laut Banda, SPL, klorofil-a.
SUMMARY MEISKE MANERY. Potential Fishing Ground Mapping of Skipjack (Katsuwonus pelamis) in Seram Sea and Banda Sea. Supervised by JONSON LUMBAN GAOL and VINCENTIUS SIREGAR. A common problem faced by most fishermen in Indonesia is related to a forecast on fishing area that is still based on traditional ways so that the catch result is very often uncertain. Fishing fleet have to find potential fishing areas, making fishing activities inefficient in terms of time and operational costs. The presence of fish is influenced by oceanographic conditions such as water temperature, salinity and abundance of plankton as a food source. Satellite remote sensing technology can be used to obtain information on oceanographic conditions of particular waters, and supported by fish catch data, a map of potential fishing area can be determined. The aims of this study were (1) to analyze the distribution of sea surface temperatures (SSTs) and the concentration of chlorophyll-a in the Seram Sea and the Banda Sea; (2) to analyze the catches of skipjack in the Seram Sea and the Banda Sea; (3) to analyze the relationship between SST and chlorophyll-a on skipjack catch; and (4) to map potential areas of skipjack fishing in the Seram Sea and the Banda Sea. This study used data of SST and chlorophyll-a from the sensor of Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer (MODIS) Aqua which was downloaded from the official website of National Aeronautics and Space Administration (NASA) http://oceancolor.gsfc.nasa.gov/ Then the data were processed using a software of SeaWiFS Data Analysis System (SeaDAS). Daily data (time, location and weight) of skipjack fishing fleet operating in the Seram Sea and the Banda Sea were obtained from Pelabuhan Perikanan Nusantara Ambon during the period of 2011-2012, and the data were processed to obtain Catch Per Unit Effort (CPUE). The relationship between CPUE, SST and chlorophyll-a were analyzed using simple linear regression. To get a map of potential areas of skipjack fishing, an overlay between catch data and the image of SST / chlorophyll-a was carried out. The study results showed that the SST at the fishing location varied between 26-30°C and chlorophyll-a concentrations ranged from 0.10-0.60 mg/m3. In the west monsoon until the mid-transitional period between the west and the east monsoon, SST ranged from 28.5-30°C, in the east monsoon 26-27°C and in the west-east transitional monsoon 28-30°C. The concentration of chlorophyll-a was low in the west monsoon and in the west-east transitional monsoon, namely between 0.15-0.30 mg/m3, while in the east monsoon and the beginning of the west-east transitional monsoon ranged from 0.30-0.60 mg/m3. The highest catches were in the east monsoon (June to September) with an average catch of 3000-3700 kg / trip, while during the west monsoon and the west-east transitional monsoon skipjack catches were generally less than 2200 kg/trip. Determination coefficient (R2) between SST and chlorophyll-a on skipjack CPUE is 0.74 %. The effect of SST on the catch result was smaller than chlorophyll-a. Potential areas for skipjack fishing consisted of a
number of locations in the Seram Sea (the northern part of Buru island and Seram Island) and the eastern part of the Banda Sea around Key and Tanimbar islands with a very potential fishing location around Key Islands Keywords: Potential fishing ground, Skipjack, Seram sea, Banda sea, SST, Chlorophyll-a.
© Hak Cipta milik IPB, Tahun 2014 Hak Cipta dilindungi Undang-undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun baik cetak, fotokopi, microfilm dan sebagainya tanpa izin IPB.
PEMETAAN DAERAH POTENSIAL PENANGKAPAN IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) DI LAUT SERAM DAN LAUT BANDA
MEISKE MANERY
Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Teknologi Kelautan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Penguji Luar Komisi Pada Ujian Tesis: Prof. Dr. Ir. Setyo. B. Susilo, M.Sc
LEMBAR PENGESAHAN Judul Tesis
:
Pemetaan Daerah Potensial Penangkapan Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) di Laut Seram dan Laut Banda.
Nama
:
Meiske Manery
Nomor Pokok
:
C552100031
Program Studi
:
Teknologi Kelautan
Disetujui oleh Komisi Pembimbing
Dr. Jonson Lumban Gaol
Dr. Vincentius P. Siregar, DEA
Ketua
Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi
Dekan Sekolah Pascasarjana IPB
Teknologi Kelautan
Dr. Jonson Lumban Gaol
Tanggal Ujian: 29 Agustus 2014
Dr. Ir Dahrul Syah, MSc Agr
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yesus untuk anugerah, penyertaan dan bimbingan tangan kasihNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan ini. Penelitian yang berjudul “Pemetaan Daerah Potensial Penangapan Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) di Laut Seram dan Laut Banda” ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada program study Teknologi Kelautan, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Jonson Lumban Gaol sebagai ketua komisi pembimbing dan Dr. Vincentius Siregar sebagai anggota pembimbing yang telah membimbing dan memberikan ilmu kepada penulis dari awal penelitian sampai selesainya penulisan ini. Ungkapan terimakasih yang tulus juga penulis ucapkan kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis selama menempuh study hingga selesai. 1. Ketua program study Teknologi Kelautan yang telah memberikan arahan, motivasi dan membantu penulis dalam pengurusan-pengurusan akademik. 2. Dosen dan staf pegawai program study ilmu kelautan yang telah memberikan segudang ilmu dan bantuan dalam proses akademik selama penulis menempuh study di IPB 3. Kepala Pelabuhan Perikanan Nusantara Ambon yang telah memberikan bantuan data yang penulis butuhkan dalam penelitian ini. 4. Papa Willem Manery, mama Margaretha Sahetapy dan adik Meichel Henry untuk doa, semangat dan motivasi yang selalu diberikan tak hentinya kepada penulis. 5. Joseph Kaya untuk doa, semangat, motivasi serta bantuan yang diberikan kepada penulis selama melakukan penelitian sampai selesainya penulisan ini. 6. Rekan-rekan mahasiswa Maluku di Bogor kak Musa Thenu, Kak Leny Tapotubun, Kak Ledy Tetelepta, Styla Johanes, Frets Riewpassa, Aprilia Tomasoa dan kak Yunita Latupeirissa trimaksih untuk doa, motivasi dan kebersamaan kita yang terjalin selama ini. 7. Rekan-rekan Pascasarjana program study TEK terimaksih untuk motivasi, bantuan dan kebersamaan selama kita menuntut ilmu di IPB. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan tesis ini. Kritik dan saran untuk perbaikan dan penyempurnaan tesis ini sangat diharapkan. Semoga penulisan ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan kepada semua pihak yang membutuhkan. Bogor, Agustus 2014 Meiske Manery
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL……………………………………………………………………ii DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………......iii 1
PENDAHULUAN Latar Belakang……………………..………………………………………...........1 Permasalahan……………………………………………………….......................2 Tujuan dan Manfaat Penelitian……………………………………………............3 Hipotesis………………………………………………………………………..…3 Kerangka Pemikiran………………………………………………………..……..3
2
TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi dan Tingkah Laku Ikan Cakalang…..…………………………..……...5 Parameter Oseanografi dan Kehadiran Ikan Suhu Permukaan Laut…………………….…………………...…………..7 Klorofil-a Fitoplankton…………….…………………...............................8 Penginderaan Jauh Satelit………………………………………............................9
3
METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian………………………………………………........13 Alat dan Bahan………………………………………………………….….…...13 Sumber Data………………………………...………………………………......14 Analisis Data Citra SPL dan Klorofil-a……………………………………...................14 Hasil Tangkapan Ikan Cakalang……………………...............................15 Hubungan Antara SPL dan Klorofil-a Terhadap Hasil Tangkapan Ikan Cakalang…………………………………………………………...15 Pemetaan Daerah Potensial Penangkapan Ikan Cakalang……................15
4
HASIL DAN PEMBAHASAN Sebaran SPL dan Klorofil-a di Laut Seram dan Laut Banda…..………………...16 SPL dan Klorofil-a Pada Lokasi Penangkapan Cakalang………………………..27 Hasil Tangkapan Ikan Cakalang………………………………………..………..28 Hubungan Antara SPL dan Klorofil-a Terhadap CPUE Ikan Cakalang…...........30 Daerah Penangkapan Ikan Cakalang di Laut Seram da Laut Banda………….....32 Pendugaan Daerah Potensial Penangkapan Ikan Cakalang……………………...39
5
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan………………………………………………………………………....41 Saran……………………………………………………………………….…….41
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………….…………………42
DAFTAR GAMBAR 1. Diagram alir penelitian……………………………………………………………4 2. Ikan cakalang (Katsuwonus pelamis)…………………………………………......5 3. Satelit Aqua yang membawa sensor MODIS………………………...………….11 4. Lokasi penelitian………………...…………………………………………….....13 5. Rerata SPL bulanan tahun 2011-2012…………………………………………...16 6. Rerata klorofil-a bulanan tahun 2011-2012……………………………………...17 7. Sebaran SPL (°C) Musim Barat tahun 2011 dan 2012……………...…………...18 8. Konsentrasi klorofil-a (mg/m3) Musim Barat tahun 2011 dan 2012………...…..19 9. SPL (°C) Musim Peralihan Barat-Timur tahun 2011 dan 2012….………..…….20 10. Konsentrasi klorofil-a (mg/m3) Musim Peralihan Barat-Timur tahun 2011 dan 2012………………………………………………………….….21 11. Sebaran SPL (°C) Musim Timur tahun 2011 dan 2012……………………….....22 12. Konsentrasi klorofil-a (mg/m3) Musim Timur tahun 2011 dan tahun 2012……..24 13. Sebaran SPL (°C) Musim Peralihan Timur-Barat tahun 2011 dan 2012………..25 14. Konsentrasi klorofil-a (mg/m3) musim peralihan timur-barat tahun 2011 dan 2012……………………………………………………………..26 15. Rerata SPL (°C) bulanan pada lokasi penangkapan cakalang…………………..28 16. Rerata klorofil-a (mg/m3) bulanan pada lokasi penangkapan cakalang…………28 17. Rerata bobot (kg) hasil tangkapan ikan cakalang per trip (CPUE) Tahun 2011-2012………………………………………………………………...29 18. Grafik hubungan antara SPL dan klorofil-a terhadap CPUE ikan cakalang tahun 2011-2012………………………………………………....30 19. Peta daerah potensial penangkapan ikan cakalang Musim Barat..…………...….33 20. Peta daerah potensial penangkapan ikan cakalang Musim Peralihan BaratTimur…..……………………………………………………......……………….35 21. Peta daerah potensial penangkapan ikan cakalang Musim Timur..…..………….36 22. Peta daerah potensial penangkapan ikan cakalang Musim Peralihan TimurBarat……………………………………………………………..……………….38 DAFTAR TABEL 1. Kisaran suhu optimum distribusi dan penangkapan cakalang………………...…..8 2. Nilai rata-rata konsentrasi klorofil-a fitoplankton pada beberapa perairan di Maluku……………………………………………………………………….....9 3. Fungsi kanal pada sensor MODIS…………………………………………….....12 4. Koefisien band 31 dan band 32 sensor MODIS Aqua…………………………...15 5. Pendugaan daerah potensial penangkapan ikan cakalang berdasarkan konsentrasi klorofil-a…………………………………………………………..…40
DAFTAR LAMPIRAN 1. Data penangkapan ikan cakalang tahun 2011 2. Data penangkapan ikan cakalang tahun 2012 3. Hasil analisis linear berganda
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Cakalang (Katsuwonus pelamis) merupakan sumberdaya ikan yang potensial dikembangkan untuk menunjang ekonomi daerah dan penyumbang devisa negara khususnya hasil ekspor sub sektor perikanan, juga sebagai sumber protein hewani dengan kandungan omega-3 yang diperlukan oleh tubuh. Potensi Tuna dan cakalang di perairan Indonesia adalah 780.040 ton (Dahuri, 2004). Sumberdaya tersebut menyebar di perairan Indonesia dari barat hingga ke timur dan dominanya berada di perairan lepas pantai. Uktolseja 1978 dalam Arifin 2006, menjelaskan bahwa cakalang di wilayah perairan Indonesia Timur tersedia sepanjang tahun, terutama di Laut Maluku, Laut Halmahera, Laut Banda, Laut Seram dan Laut Sulawesi. Wilayah perairan tersebut termasuk daerah migrasi kelompok ikan cakalang dari Samudra Pasifik bagian selatan. Populasi cakalang yang dijumpai di Perairan Indonesia bagian timur sebagian besar berasal dari Samudra Pasifik yang memasuki perairan ini mengikuti arus. Provinsi Maluku yang sebagian wilayahnya merupakan wilayah perairan laut, sangat mengandalkan hasil laut untuk menunjang pertumbuhan ekonominya. Kegiatan perikanan tangkap di provinsi Maluku merupakan salah satu kegiatan ekonomi perikanan dan kelautan yang berkontribusi besar bagi pendapatan daerah. Laut Seram dan Laut Banda khususnya yang terdapat di provinsi Maluku, terkenal sebagai perairan yang kaya dengan potensi sumberdaya perikanannya. Komoditi perikanan tangkap di Maluku terutama pada Laut Seram dan Laut Banda yaitu ikan pelagis kecil maupun pelagis besar. Ikan pelagis besar seperti tuna dan cakalang merupakan komoditi andalan untuk pasar lokal, pasar dalam negeri sampai pasar luar negeri. Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Maluku (2010) mencatat produksi cakalang di perairan Maluku secara keseluruhan sebesar 35.952,4 ton pada tahun 2010. Ikan cakalang sebagai sumberdaya bernilai ekonomis dapat dimanfaatkan secara efisien namun dibutuhkan peningkatan hasil tangkapan yang dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti (1) pengembangan kapal ikan, (2) pengembangan alat tangkap ikan, (3) peningkatan keterampilan para nelayan dan (4) pengarahan armada penangkapan ke daerah penangkapan yang paling menguntungkan (Laevastu dan Hayes, 1981). Usaha pertama dapat dilakukan dengan menentukan tenaga mesin atau ukuran kapal yang optimum, usaha ke dua dengan mekanisme alat penangkapan dan penanganan ikan. Usaha ke tiga dapat dilakukan melalui penyuluhan teknologi penangkapan ikan kepada nelayan. Usaha ke empat adalah penerapan dan pengembangan ilmu pengetahuan mengenai hubungan antara tingkah laku ikan dengan kondisi oseanografi untuk mengkaji daerah penangkapan ikan. Namun permasalahan yang sering dihadapi nelayan adalah peramalan daerah penangkapan ikan yang masih didasarkan pada cara-cara tradisional misalnya mengamati batang kayu yang hanyut,burung yang terbang menukik dan sekumpulan lumba-lumba. Cara tradisional seperti inilah yang menyebabkan hasil tangkapan tidak menentu karena
2
armada penangkapan harus mencari-cari dahulu daerah penangkapan yang potensial sehingga tidak efisien dari segi waktu dan biaya operasional. Keberadaan ikan disuatu perairan dipengaruhi oleh kondisi oseanografi perairan seperti suhu, salinitas, arus yang ikut mempengaruhi tingkah-laku atau kebiasaan ikan yaitu kemampuan ikan untuk beradaptasi dengan toleransi minimumnya. Parameter oseanografi yang umumnya digunakan untuk mengetahui distribusi serta daerah potensial penangkapan ikan yaitu suhu permukaan laut (SPL) dan klorofil-a sebagai indikator kesuburan perairan yang menunjang ketersediaan makanan, namun yang menjadi kendala untuk mendapatkan data oseanografi tersebut adalah terbatasnya sumber data. Pada umumnya data SPL dan klorofil-a diperoleh melalui survei dan pengukuran langsung di lapangan dengan konsekuensi dari survei tersebut adalah biaya operasional yang tinggi, area cakupan studi yang sempit dan perubahan kondisi oseanografi secara temporal menyebabkan kontinyuitas data tidak sesuai dengan yang diharapkan, dengan memanfaatkan teknologi penginderaan jauh satelit yang aplikasinya telah banyak dimanfaatkan pada sektor perikanan dan kelautan untuk memperoleh data oseanografi tanpa kontak langsung dengan objek yang dikaji namun data yang diperoleh bersifat kontinyu dan real time serta meliputi cakupan area studi yang luas maka kendala yang dihadapi tadi dapat teratasi. Citra yang dihasilkan dari sensor Moderate Resolution Imaging Spectroradioterer (MODIS) dapat digunakan untuk memperoleh informasi mengenai SPL dan klorofil-a fitoplankton, ditunjang dengan data penangkapan cakalang dari armada-armada penangkapan yang beroperasi di perairan tersebut maka dapat dihasilkan suatu peta daerah potensial penangkapan ikan cakalang. Pemanfaatan teknologi penginderaan jauh satelit untuk mendapatkan data oseanografi perairan yang dimanfaatkan untuk menduga keberadaan ikan di suatu perairan telah banyak dilakukan khususnya di perairan Indonesia Timur diantaranya, Waas dan Siregar (2006) meneliti daerah potensial penangkapan ikan cakalang dan tuna di utara Papua. Syahdan et al., (2007) melihat hubungan antara SPL dan klorofila terhadap hasil tangkapan cakalang di perairan Timur Sulawesi Tenggara. Arifin (2006) menggunakan multi sensor satelit untuk memetakan daerah potensial penangkapan cakalang di Laut Maluku. Hamka (2012) memanfaatkan multi sensor satelit untuk memetakan daerah potensial penangkapan ikan layang di Laut Banda. Permasalahan Permasalahan yang umumnya dihadapi oleh nelayan tradisonal adalah keterbatasan armada penangkapan dan juga keterbatasan pengetahuan tentang keberadaan ikan di suatu perairan yang berpotensi sebagai daerah penangkapan. Penentuan daerah penangkapan ikan selama ini masih berdasarkan kebiasaan dan pengalaman seperti menggunakan cara-cara tradisional dengan mengamati hanyutan kayu atau gerombolan burung di laut. Selama ini metode tradisonal seperti ini cukup berhasil diterapkan hanya saja tidak menjamin hasil tangkapan selalu maksimal. Kehadiran ikan di suatu perairan dipengaruhi oleh kondisi oseanografi perairan yang berhubungan dengan habitat, ruaya dan kelimpahan makanan. Untuk
3
memperoleh data oseanografi perairan dibutuhkan waktu yang lama serta biaya yang sangat besar serta dinamika perairan yang terus berubah menjadi hambatan jika pengumpulan data oseanografi dilakukan secara manual, maka dengan memanfaatkan metode penginderaan jarak jauh satelit maka data oseanografi dapat diperoleh secara real time, mencakup daerah yang luas serta menghemat waktu dan biaya. Setelah diperoleh data oseanografi perairan perlu diketahui juga faktor kebiasaan ikan serta didukung dengan adanya data penangkapan maka dapat diprediksi daerah potensial penangkapan ikan cakalang di Laut Seram dan Laut Banda. Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menganalisis sebaran SPL dan konsentrasi klorofil-a di Laut Seram dan Laut Banda 2. Menganalisis hasil tangkapan ikan cakalang di Laut Seram dan Laut Banda 3. Menganalisis hubungan antara SPL maupun klorofil-a terhadap hasil tangkapan cakalang 4. Memetakan daerah potensial penangkapan ikan cakalang di Laut Seram dan Laut Banda Diharapkan hasil penelitian ini menghasilkan suatu peta daerah potensial penangkapan ikan cakalang yang sesuai untuk Laut Seram dan Laut Banda sehingga bermanfaat dan dapat digunakan sebagai informasi awal untuk meningkatkan perolehan hasil tangkapan cakalang di Laut Seram dan Laut Banda. Hipotesis Kehadiran ikan cakalang disuatu perairan dipengaruhi faktor oseanografi perairan seperti suhu permukaan laut, klorofil-a, salinitas, arus dan kecerahan, dengan mengetahui faktor-faktor pendukung tersebut maka dapat diprediksi daerah potensial penangkapan ikan cakalang di Laut Seram dan Laut Banda. Kerangka Pemikiran Laut Seram dan Laut Banda dengan potensi sumberdaya perikanan yang tinggi sangat bermanfaat secara ekonomis untuk menunjang pendapatan nelayan, hanya saja untuk bisa memanfaatkan sumberdaya ikan seperti cakalang sangat dibutuhkan armada penangkapan yang memadai serta pengetahuan mengenai daerah potensial penangkapan, sehingga armada penangkapan dapat langsung diarahkan ke lokasi potensial penangkapan untuk memperoleh hasil tangkap yang maksimal dengan pemanfaatan biaya operasional secara efisien.
4
Kondisi oseanografi perairan seperti SPL dan klorofil-a dapat dijadikan indikator untuk memprediksi daerah potensial penangkapan. Data SPL dan klorofil-a yang diperoleh dengan memanfaatkan metode penginderaan jauh satelit dioverlay dengan data tangkapan dari nelayan diharapkan merupakan suatu kombinasi yang baik untuk menghasilkan prediksi daerah potensial penangkapan ikan cakalang di Laut Seram dan Laut Banda. Secara sistematis kerangka pemikiran ini dapat dilihat pada Gambar 1. Potensi sumberdaya cakalang di Laut Seram dan Laut Banda
Pemanfaatan teknologi penginderaan jauh
Data tangkapan cakalang di Laut Seram dan Laut Banda (lokasi, waktu, bobot)
Citra Aqua MODIS L3 komposit 8 hari, resolusi 4 km
Variabilitas suhu permukaan laut (SPL)
Catch per unit effort (CPUE)
Konsentrasi klorofil-a fitoplankton
Hubungan antara SPL dan Klorofil-a terhadap CPUE cakalang Pemetaan daerah penangkapan ikan cakalang di Laut Seram dan Laut Banda
Pendugaan daerah potensial penangkapan cakalang berdasarkan SPL dan klorofil-a
Gambar 1. Diagram alir penelitian
2 TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi dan Tingkah Laku Cakalang Menurut Linberg’s (FAO, 1991) cakalang atau skipjack (Gambar 2) termasuk dalam family Scombridae, secara lengkap skema taksonomi ikan cakalang sebagai berikut : Phylum : Chordata Subphylum : Vertebrata Superclass : Gnathostomata Class : Teleostomi Subclass : Actinopterygii Order : Perciformes Suborder : Scombroidei Family : Scombridae Subfamily : Scombrinae Tribe : Thunnini Genus : Katsuwonus Species : pelamis
Gambar 2. Ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) Matsumoto et al. (1984) mendiskripsikan morfologi ikan cakalang sebagai berikut: memiliki tubuh yang kuat dengan penampang bulat dan penuh dengan garisgaris besar, rahang atas tidak tersembunyi oleh preorbital, terdapat 40 gigi pada rahang namun tidak terdapat pada tulang vormer dan palatine; corselet terbentuk dengan baik dan hampir tidak terdapat sisik pada seluruh tubuh; jarak antara sirip punggung pertama dengan sirip punggung kedua hampir tidak melebihi diameter matanya; gurat sisi melengkung ke bawah tepat di bawah sirip punggung kedua; tepi
6
sirip punggung pertama sangat cekung; sirip dada pendek dan berbentuk segitiga mencapai sirip punggung ke sembilan atau ke sepuluh. Lebih lanjut Matsumoto et al (1984) menjelaskan, warna tubuh ikan cakalang hidup yaitu biru baja dengan warna ungu mengkilap sepanjang permukaan punggung dan intensitasnya menurun di sisi tubuh sampai ketinggian pada pangkal sirip dada; setengah dari tubuhnya, termasuk bagian abdomen berwarna putih hingga kuning muda, garis-garis vertikal terlihat di sisi tubuh pada saat ikan baru ditangkap, cahaya keabuan terdapat pada bagian bawah tulang belakang yang bersatu dengan warna putih pada bagian bawah tubuh. Terdapat empat sampai enam garis hitam mencolok yang melintang pada setiap sisi tubuh. Collete (1983) menambahkan, Cakalang memiliki tapis ingsang (gill rackers) sebanyak 53-63 pada helai pertama, dua sirip punggung yang terpisah pada sirip punggung pertama terdapat 14-16 jari-jari keras, jari-jari lemah pada sirip punggung ke dua diikuti oleh 7-9 finlet. Ayodhyoa (1981) menyebutkan bahwa cakalang termasuk ikan perenang cepat dan mempunyai sifat makan yang rakus. Ikan jenis ini sering bergerombol dan hampir bersamaan melakukan ruaya di sekitar pulau maupun jarak jauh dan senang melawan arus. Cakalang biasa bergerombol di perairan pelagis hingga kedalaman 200 meter. Jumlah cakalang dalam suatu gerombolan (schooling) berkisar antara beberapa ekor hingga ribuan ekor dengan kisaran ukuran yang relatif sama dalam suatu gerombolan. Ikan cakalang dengan ukuran tubuh yang lebih besar berada pada lapisan perairan yang lebih dalam dengan gerombolan yang lebih kecil sebaliknya cakalang yang berukuran lebih kecil berada pada lapisan permukaan dengan gerombolan yang lebih besar. Ikan cakalang mencari makan berdasarkan penglihatannya. Cakalang aktif mencari makan pada pagi hari, mulai menurun pada siang hari dan kembali aktif mencari makan pada sore hari, pada malam hari hampir tidak ada aktifitas mencari makan. Distribusi ikan cakalang di laut sangat ditentukan oleh berbagai faktor, baik faktor internal dari ikan itu sendiri maupun faktor eksternal dari lingkungan. Faktor internal meliputi jenis (genetis), umur dan ukuran, serta tingkah laku (behavior). Perbedaan genetis ini menyebabkan perbedaan dalam morfologi, respon fisiologis dan daya adaptasi terhadap lingkungan, diantaranya adalah parameter oseanografis seperti suhu, salinitas, kedalaman lapisan termoklin, arus dan kelimpahan makanan (Muklis et al, 2009). Cakalang menyebar pada perairan tropis maupun subtropis. Menurut Uktolseja et al (1989) penyebaran cakalang di perairan Indonesia meliputi Samudra Hindia (perairan barat Sumatra, selatan Jawa, Bali, Nusa tenggara), perairan Indonesia bagian timur (laut Sulawesi, Maluku, Arafura, Banda, Flores dan selat Makasar) dan samudra Pasifik (perairan utara Irian Jaya). Lebih lanjut Nikijuluw (1986) dalam Arifin (2006) menulis penangkapan cakalang di perairan Indonesia dapat dilakukan sepanjang tahun dan hasil yang diperoleh berbeda menurut periode musim dan bervariasi menurut lokasi penangkapan. Saat tangkapan dengan hasil lebih banyak biasanya disebut musim puncak dan bila hasil penangkapan lebih sedikit dari biasanya disebut musim paceklik.
7
Parameter Oseanografi dan Keberadaan Ikan Keberadaan ikan di suatu perairan sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Faktor oseanografi fisik, kimia dan biologi mempengaruhi kelimpahan dan distribusi ikan. Ikan cakalang merupakan ikan pelagis besar dengan habitat pada lapisan epipelagis atau lapisan permukaan sampai kedalaman sekitar 200 m, dengan demikian kondisi oseanografi perairan pada lapisan permukaan banyak mempengaruhi karakteristik ikan cakalang ini. Faktor oseanografi seperti SPL dan klorofil-a fitoplankton dapat digunakan untuk meramalkan keberadaan ikan cakalang di suatu perairan. Suhu Permukaan Laut (SPL) Suhu didefinisikan sebagai besaran fisika yang menyatakan banyaknya energi panas yang terdapat pada suatu benda. Suhu permukaan laut (SPL) merupakan suhu air yang terdapat dekat dengan permukaan dan banyak menerima penyinaran matahari secara langsung, seperti di daerah khatulistiwa yang mendapat penyinaran matahari sepanjang tahun maka SPL akan lebih tinggi di banding suhu lapisan dibawahnya. Nontji (2005) menulis bahwa suhu air merupakan faktor yang banyak mendapat perhatian dalam pengkajian-pengkajian kelautan. Data suhu air dapat dimanfaatkan bukan saja untuk mempelajari gejala-gejala fisika di dalam laut, tetapi juga dalam kaitannya dengan kehidupan hewan atau tumbuhan. Hal ini didukung oleh Hutabarat dan Evans (1986) yang menyatakan bahwa suhu di laut adalah salah satu faktor yang amat penting bagi kehidupan organisme di lautan, karena suhu mempengaruhi baik aktifitas metabolisme maupun perkembangbiakan dari organisme-organisme tersebut. Masih menurut Nontji (2005), suhu air permukaan di perairan Nusantara berkisar antara 28-31oC. Di lokasi dimana penaikan air (upwelling) terjadi, seperti di Laut Banda suhu air permukaan bisa turun sampai sekitar 25 oC. Secara alami suhu air permukaan memang merupakan lapisan hangat karena mendapat radiasi matahari pada siang hari, karena kerja angin maka lapisan teratas sampai kedalaman kira-kira 50-70 m terjadi pengadukan, hingga di lapisan tersebut terdapat suhu hangat (sekitar 28oC) yang homogen. Oleh sebab itu lapisan teratas sering pula disebut lapisan homogen. Suhu air di perrmukaan dipengaruhi oleh kondisi meteorologi seperti curah hujan, penguapan, kelembaban udara, suhu udara, kecepatan angin dan intensitas radiasi matahari. Suhu perairan mempengaruhi pertumbuhan ikan seperti aktifitas dan mobilitas gerakan; ruaya, peyebaran dan kelimpahan; penggerombolan, maturasi, fekunditas dan pemijahan; masa inkubasi dan penetasan telur serta kelangsungan hidup larva ikan. Perubahan suhu perairan dapat menyebabkan perubahan densitas populasi ikan di suatu perairan. Ikan-ikan pelagis akan bergerak menghindari suhu yang lebih tinggi dan mencari daerah dengan suhu yang lebih rendah (Laevastu dan Hayes, 1981).
8
Beberapa acuan yang menujukan kisaran suhu optimum untuk distribusi dan penangkapan ikan cakalang pada berbagai lokasi dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kisaran suhu optimum distribusi dan penangkapan cakalang Suhu Optimum (oC) Lokasi Sumber Distribusi Penangkapan Uda (1952) dalam 17-28 19-23 Perairan Jepang Matsumoto (1984) Silas (1963) dalam 27-30 Samudra Hindia Matsumoto (1984) Kawakami (1970) dalam 27.5-29 Perairan Maluku Matsumoto (1984) 26-32 28-29 Perairan Tropis Gunarso (1985) 26-27 Perairan Maluku Tengah Nanere (1987) 28-30 PNG & Solomon Island FAOa (1994) 28.5-31 29.29.50 Utara Papua, Pasifik Barat Waas (2004) Perairan Bagian Timur 25-32.5 Syahdan (2005) Sulawesi Tenggara 26-32 Laut Maluku Arifin (2006) Kakiay (1965) dalam 27-32 Perairan Maluku Utara Arifin (2006) Klorofil-a Fitoplankton Hutabarat dan Evans (1986) mendefinisikan fitoplankton sebagai tumbuhantumbuhan air yang berukuran sangat kecil yang terdiri dari sejumlah besar klas yang berbeda. Nontji (2005) menambahkan, fitoplankton sebagai tumbuhan yang mengandung pigmen klorofil mampu melaksanakan reaksi fotosintesis dimana air dan karbon dioksida dengan adanya sinar surya dan garam-garam hara dapat menghasilkan senyawa organik seperti karbohidrat, karena kemampuan membentuk zat organik dari zat anorganik maka fitoplankton disebut sebagai produsen primer (primary producer). Lebih lanjut Nontji (2005) menjelaskan bahwa dalam rantai makanan (food chain) fitoplankton akan dimakan oleh hewan herbivor yang merupakan produsen sekunder (secondary producer). Produsen sekunder ini umumnya berupa zooplankton yang kemudian dimangsa pula oleh hewan karnivor yang lebih besar sebagai produsen tersier (tertiary producer) demikian seterusnya rentetan karnivor memangsa karnivor lain hingga merupakan produsen tingkat keempat, kelima dan seterusnya. Sehingga fitoplankton sebagai produser primer ini sangat besar peranannya dalam bidang perikanan khususnya perikanan tangkap, karena dengan mengetahui keberadaan fitoplankton sebagai produser primer dapat diketahui keberadaan ikanikan kecil sebagi pemangsa zooplankton, dan dengan diketahuinya keberadaan ikanikan kecil maka dapat diketahui pula keberadaan ikan besar seperti cakalang yang memangsa ikan-ikan kecil tersebut. Umumnya ikan seperti cakalang dan tuna akan mencari perairan yang subur karena terdapat banyak makanan (ikan-ikan kecil).
9
Dalam bidang penginderaan jarak jauh, untuk mengetahui keberadaan fitoplankton dapat di deteksi dari pigmen warna yang terkandung di dalam fitoplankton itu sendiri umumnya berupa klorofil-a. Klorofil-a berkaitan erat dengan produktifitas primer perairan yang ditunjukan dengan besarnya biomassa fitoplankton yang menjadi rantai pertama makanan ikan pelagis, dengan demikian kandungan klorofil-a dalam perairan merupakan salah satu indikator tinggi rendahnya kelimpahan fitoplankton atau tingkat kesuburan suatu perairan. Nontji (2005) mengemukakan, konsentrasi klorofil-a perairan Indonesia ratarata 0.19 mg/m3 selama musim barat sedangkan pada musim timur 0.21 mg/m 3. Konsentrasi produktivitas primer berada di perairan pantai melebihi 60% dari produktifitas primer yang ada di laut. Hal ini disebabkan karena perairan pantai mendapat lebih banyak masukan dari daratan yang mengandung zat-zat hara. Penelitian-penelitian yang dilakukan pada beberapa Perairan di Maluku menunjukan nilai rataan konsentrasi klorofil-a yang berbeda sesuai lokasi penelitiannya, nilai rataan konsentrasi klorofil-a pada beberapa Perairan di Maluku disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Nilai rata-rata konsentrasi klorofil-a fitoplankton pada beberapa perairan di Maluku Konsentrasi Lokasi Waktu Peneliti (mg/m3) Wouthuyzen et al Perairan Lease Juli 1993 0.935 (1993) Laut Banda November-Desember 1993 0.016 Edward (1988) Laut Banda September 1974 0.260 Nontji (1974) Laut Seram September 1974 0.400 Nontji (1974) Teluk Ambon Juni 1985 1.180 Sutomo (1987) Teluk Ambon Juli 1985 0.510 Sutomo (1987) Teluk Ambon September 1985 0.580 Sutomo (1987) Teluk Ambon Oktober 1985 0.262 Sutomo (1987) Sumber : Sediadi, A dan Edward (2000) Penginderaan Jauh Satelit Penginderaan jauh (inderaja) adalah suatu ilmu dan teknologi (JARS, 1993). Menurut Sutanto (1987) indraja merupakan ilmu bila digunakan dalam lingkup inderaja itu sendiri dan merupakan suatu teknik bila digunakan sebagai penunjang untuk mempelajari bidang ilmu yang lain. Definisi lain menyebutkan bahwa inderaja adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang obyek, daerah atau fenomena alam melalui analisis data yang diperoleh dengan alat tanpa kontak langsung dengan obyek, daerah maupun fenomena yang dikaji (Lillesand dan Kiefer, 1990). Alat yang dimaksud adalah sensor (alat perekam objek bumi) yang dipasang pada wahana (platform) berupa pesawat terbang, balon udara, satelit, atau wahana lainnya. Secara umum, teknologi penginderaan jauh terdiri dari 3 (tiga) segmen utama yaitu segmen antariksa, segmen darat dan segmen aplikasi. Sementara dari segi
10
perolehan datanya, terdiri dari empat komponen penting yaitu (1) sumber tenaga elektromagnetik, (2) atmosfer, (3) interaksi antara tenaga dan obyek serta (4) sensor. Teknik penginderaan jauh berkembang sangat pesat sejak diluncurkan satelit penginderaan jauh Earth Resources Technology Satellite (ERTS) pada 1972, hal itu memungkinkan pengumpulan data permukaan bumi dalam jumlah besar (Purwadhi, 2001). Aplikasi teknologi penginderaan jauh ini telah diterapkan pada berbagai bidang diantaranya pertanian, arkeologi, kehutanan, geografi, geologi, perencanaan dan bidang lainnya dengan tujuan utama penginderaan jauh ini ialah mengumpulkan data sumberdaya alam dan lingkungan (Lo, 1986). Sedangkan dalam bidang perikanan dan kelautan, teknologi penginderaan jauh satelit ini dimanfaatkan untuk memperoleh informasi mengenai kondisi oseanografi suatu perairan seperti distribusi suhu permukaan laut, salinitas dan konsentrasi klorofil-a fitoplankton yang dapat digunakan untuk meramalkan keberadaan ikan di suatu perairan. Salah satu sensor satelit yang dimanfaatkan untuk memperoleh data oseanografi perikanan tersebut secara luas dan mendekati real time adalah sensor Moderate Resolution Imaging Specrtroradiometer. Karakteristik Sensor Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer (MODIS) Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer (MODIS) merupakan sensor yang terpasang pada satelit Earth Observing System (EOS) Terra yang diluncurkan pada 18 Desember 1999 dan Aqua yang diluncurkan pada 4 Mei 2002 oleh National Aeronautics and Space Administration (NASA). Ketinggian orbit MODIS yaitu 705 km dari permukaan bumi. Pola orbit MODIS adalah sun-synchronous (melewati daerah kutub dan mengelilingi bumi dari kutub selatan ke kutub utara dan sebaliknya). Satelit Terra mengorbit bumi dari utara ke selatan (descending) dan melewati khatulistiwa pada pagi hari, sedangkan Aqua mengorbit bumi sebaliknya dari selatan ke utara (ascending) dan melewati khatulistiwa pada sore hari. Lebar daerah sapuan pada permukaan bumi setiap penyiamannya sebesar 2330 km. MODIS berfungsi untuk mempelajari proses yang berkaitan antara atmosfir, laut dan daratan dengan perubahan sistem cuaca dan pola iklim di bumi. MODIS memiliki resolusi spektral tinggi (36 kanal) dan resolusi spasial yang bervariasi, yaitu 250 m (untuk kanal 1 dan 2), 500 m (kanal 3-7), dan 1000 m (kanal 8-36). Dengan resolusi radiometrik sebesar 12 bit, MODIS mampu mendeteksi dan membedakan suatu objek sampai 4.096 (212) pada skala keabuan. Sensor MODIS biasanya digunakan untuk pemantauan bumi sebagai satu sistem terpadu di mana proses-proses yang terjadi di daratan, lautan dan atmosfer berinteraksi secara erat. Sehingga dapat diprediksi perubahan dimasa akan datang dan dapat dibedakan antara pengaruh manusia dengan pengaruh alami pada lingkungan, cuaca dan iklim. Fungsi setiap kanal pada sensor MODIS dapat dilihat pada Tabel 3. Keunggulan teknis yang dimiliki sensor MODIS tersebut karena sensor ini memang dirancang untuk mengamati fenomena dan mendukung penelitian secara global. Sensor MODIS mengamati perubahan luas lahan produktif dan tandus, indeks vegetasi, persediaan senyawa karbon, pemantulan sinar matahari, peningkatan suhu global, kebakaran hutan dan tutupan es (di darat dan di laut). Sedangkan di laut
11
MODIS digunakan untuk memantau suhu permukaan yang dimanfaatkan untuk aplikasi prediksi tangkapan ikan. MODIS juga dimanfaatkan untuk memantau atmosfer terutama liputan awan dan kadar aerosol (partikel padat/cair yang mengambang di udara). Data atmosfer ini dapat dimanfaatkan dalam aplikasi pemantauan polusi, peningkatan suhu global (global warming) dan kerusakan lapisan ozon.
Gambar 3. Satelit Aqua yang membawa sensor MODIS sumber http://earthobservatory.nasa.gov
12
Tabel 3. Fungsi kanal pada sensor MODIS Fungsi utama Kanal Lebar kanal 1 620-670 Pengamatan daratan, awan, batas aerosol 2 841-876 3 459-479 4 545-565 Pengamatan daratan, awan, dan 5 1230-1250 sifat-sifat aerosol 6 1628-1652 7 2105-2155 8 405-420 9 438-448 10 483-493 11 526-536 Pengamatan warna air laut (ocean 12 546-556 color), fitoplankton, biokimia 13 662-672 14 673-683 15 743-753 16 862-877 17 890-920 Uap air di atmosfer 18 931-941 19 915-965 20 3.660-3.840 21 3.929-3.989 Pengamatan suhu permukaan / suhu awan 22 3.929-3.989 23 4.020-4.080 24 4.433-4.498 Pengamatan temperatur atmosfer 25 4.482-4.549 26 1.360-1.390 Pengamatan uap air pada awan 27 6.535-6.895 cirus 28 7.175-7.475 Pengamatan sifat-sifat awan 29 8.400-8.700 Pengamatan ozon 30 9.580-9.880 31 10.780-11.280 Pengamatan suhu permukaan /suhu awan 32 11.770-12.270 33 13.185-13.485 34 13.485-13.785 Pengamatan ketinggian awan 35 13.785-14.085 36 14.085-14.385 Keterangan: kanal 1-19 dalam nanometer (nm), kanal 20-36 dalam mikrometer (µm) Sumber http://modis.gsfc.nasa.gov/about/specifications.php
3 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini adalah Laut Seram dan Laut Banda yang terletak antara koordinat 125-134o BT dan 2-8o LS (Gambar 4). Lokasi penelitian sebelah barat berbatasan dengan Laut Sulawesi, sebelah timur dengan Propinsi Irian Jaya, sebelah utara dengan Kepulauan Sula dan Pulau Obi (Propinsi Maluku Utara), sebelah selatan dengan Laut Arafura. Penelitian dilakukan dalam II tahap, tahap I (pengambilan data tangkapan cakalang) dilakukan pada bulan Agustus 2012-Februari 2013, tahap II (pengunduhan, pengolahan dan analisis citra suhu permukaan laut dan klorofil-a) berlangsung selama Februari-November 2013.
Gambar 4. Peta lokasi penelitian Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini meliputi : 1. Data Local Area Coverage (LAC) sensor Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer (MODIS) Aqua level 3 komposit 8 hari (91 data) dan bulanan (24 data) masing-masing untuk SPL dan klorofil-a periode tahun 2011-2012 diunduh dari http://oceancolor.gsfc.nasa.gov/ 2. Data hasil tangkapan harian ikan cakalang (waktu, bobot dan lokasi) dari armada penangkapan purse sein yang beroperasi di Laut Seram dan Laut Banda.
14
3. Perangkat lunak pengolahan citra SeaWIFS Data Analysis System (SeaDAS) versi 6.0 4. Perangkat komputer untuk pengolahan dan analisis data. Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data LAC citra MODIS Aqua level 3 dengan resolusi 4 km x 4 km antara tahun 2011-2012 yang diunduh dari situs resmi NASA (http://oceancolor.gsfc.nasa.gov/). Informasi yang diekstak dari citra LAC Aqua MODIS ini yaitu suhu permukaan laut (SPL) dan klorofil-a 8 harian dan bulanan. Hasil tangkapan harian ikan cakalang (waktu, bobot dan lokasi) selama tahun 2011-2012 diperoleh dari arsip data Pelabuhan Perikanan Nusantara Ambon yaitu yang berasal dari armada-armada penangkapan purse sein cakalang yang beroperasi di Laut Seram dan Laut Banda. Analisis Data Citra SPL dan Klorofil-a Penelitian ini menggunakan citra SPL dan Klorofil-a dari sensor Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer (MODIS) Aqua level 3 komposit 8 harian dan bulanan dengan resolusi spasial 4km x 4km. Citra yang diperoleh telah terkoreksi secara geometrik maupun radiometrik dan tersimpan dalam format Hierachial Data Format (HDF). Citra SPL dan Klorofil-a diekstrak dan diolah pada perangkat lunak SeaWIFS Data Analysis System (SeaDAS) 6.4 menggunakan menu standar pengolahan citra (function) yang terdapat pada perangkat lunak tersebut. Tahapan pengolahan citra yang dilakukan meliputi pemotongan citra sesuai lokasi penelitian dan anotasi citra (layout) yang meliputi pemberian warna daratan (landmask) dan garis pantai (coastline) dan pembuatan skala ulang (rescale) nilai SPL dan Klorofil-a. Setelah dilakukan anotasi citra, hasil pengolahan citra SPL dan klorofil-a ini disimpan dalam format JPEG sehingga mudah diamati secara visual. Nilai SPL dan konsentrasi klorofil-a yang diperoleh dapat dibuka pada Microsoft Excel untuk diolah lebih lanjut. Nilai SPL dari citra MODIS Aqua diperoleh berdasarkan algoritma Miami Pathfinder Sea Surface Temperature (Brown and Minnet, 1999) MODIS_SST = c1+c2*T31+c3*T31-32+c4*(Sec(θ)-1)*T 31-32……………………….(1) dimana: T31, T32 = Brightness temperature (temperatur kecerahan) band 31 dan 32, θ = Sudut Zenith satelit, c1, c2, c3, c4 adalah konstanta yang nilainya dapat dilihat pada Tabel 4.
15
Tabel 4. Koefisien band 31 dan band 32 sensor MODIS Koefisien T31-T32 ≤ 0.7 T31-T32 > 0.7 c1 1.11071 1.196099 c2 0.9586865 0.9888366 c3 0.1741229 0.1300626 c4 1.876752 1.627125 Konsentrasi Klorofil-a diperoleh berdasarkan algoritma OC3M (O’Reilly et al., 2000): Ca = 10 0,283-2,753R+1,457R2+0,659R3-1,403R4…………………………………….…….(2)
R = log 10
………………………………………………………...(3) dimana: Ca = Konsentrasi Klorofil-a (mg/m3), R = Rasio Reflektansi, Rrs = Remote Sensing Reflectance Hasil Tangkapan Ikan Cakalang Data penangkapan ikan cakalang diperoleh dari hasil tangkapan harian armada penangkapan purse seine yang beroperasi di sekitar Laut Seram dan Laut Banda selama tahun 2011-2012. Data tangkapan tersebut diperoleh dari Pelabuhan Perikanan Nusantara Ambon. Hasil tangkapan per unit usaha (CPUE) dihitung berdasarkan bobot hasil tangkapan (kg) yang diperoleh dari satu satuan alat tangkap dalam kurun waktu tertentu. Perhitungan CPUE mengacu pada formula yang dikembangkan oleh Gulland (1983): = …………………………………………………………………...(4)
i = 1, 2, 3…,n
dimana: CPUEi = Hasil tangkapan per upaya penangkapan (kg/trip penangkapan), Catch i = Hasil tangkapan (kg) dalam bulan ke i, effort i = Upaya penangkapan (trip penangkapan) dalam bulan ke i.
Hubungan Antara SPL dan Klorofil-a Terhadap Hasil Tangkapan Ikan Cakalang Hubungan antara SPL maupun klorofil-a terhadap CPUE ikan cakalang dianalisis menggunakan regresi linear berganda dengan formula (Mattjik, 2006): Y = a + b1x1 + b2x2 +…+ bnxn……………………………………………………...(5) dimana: Y=CPUE ikan cakalang (kg), a=Intersep, b1=koefisien regresi SPL b2=koefisien regresi klorofil-a, x1=SPL, x2=klorofil-a. Pemetaan Daerah Potensial Penangkapan Ikan Cakalang Pemetaan daerah potensial penangkapan dilakukan dengan cara overlay titik tangkapan ikan cakalang pada citra SPL dan klorofil-a. Bobot hasil tangkapan yang diperoleh dari lokasi penelitian dibagi dalam 3 kategori yaitu hasil tangkapan tinggi jika bobot tangkapan lebih dari 4000 kg, hasil tangkapan sedang jika bobot tangkapan 2000-4000 kg dan hasil tangkapan rendah jika bobot tangkapan kurang dari 2000 kg.
16
4 HASIL DAN PEMBAHASAN Sebaran SPL dan Klorofil-a di Laut Seram dan Laut Banda Gambar 5 menunjukan rerata SPL bulanan di Laut Seram dan Laut Banda pada tahun 2011-2012. SPL rerata bulanan bervariasi antara 26-30°C dengan suhu minimum 26.40°C pada Agustus dan suhu maksimum 29.46°C pada Nopember 2011. Sedangkan pada 2012, suhu minimum 26.26°C pada Agustus dan suhu maksimum 29.66°C pada Desember. Musim Barat sampai pertengahan Musim Peralihan BaratTimur (Januari-April) 2011, SPL rata-rata di Laut Seram dan Laut Banda berkisar antara 28.5-29 °C. Memasuki akhir Musim Peralihan Barat-Timur (Mei) dan Musim Timur SPL mengalami penurunan dari 28.9°C mencapai 26.4°C. SPL mulai mengalami penaikan menjadi lebih hangat ketika memasuki Musim Peralihan TimurBarat dengan nilai 27°C pada September sampai 29.46°C pada Nopember 2011. Musim Barat sampai Musim Peralihan Barat-Timur (Desember 2011-Mei 2012) ratarata SPL berkisar antara 28.60-29.40°C. SPL kembali mengalami penurunan ketika memasuki Musim Timur dari 28 °C pada Juni 2012 dan mencapai SPL terendah pada Agustus 2012 dengan nilai 26.26°C. Pada Musim Peralihan Timur-Barat 2012, SPL kembali meningkat dari suhu 27°C pada September sampai mencapai 29.66°C pada Desember. 30.00 28.00 27.00 26.00
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
SPL (°C)
29.00
Gambar 5. Rerata SPL bulanan tahun 2011-2012 Konsentrasi klorofil-a rerata bulanan 2011-2012 di Laut Seram dan Laut Banda ditunjukan pada Gambar 6. Klorofil-a berkisar antara 0.15-0.60 mg/m3 dengan konsentrasi terendah 0.18 mg/m3 pada Desember dan tertinggi 0.57 mg/m3 pada Agustus 2011, sedangkan pada tahun 2012 konsentrasi klorofil-a terendah 0.16 mg/m3 pada Maret dan tertinggi 0.56 mg/m3 pada Agustus. Rata-rata konsentrasi klorofil-a rendah pada Musim Barat dan tinggi pada Musim Timur. Musim Barat sampai Musim Peralihan Barat-Timur (Januari-Mei) 2011 konsentrasi klorofil-a berada pada kisaran 0.20-0.30 mg/m3. Konsentrasi klorofil-a meningkat pada musim timur dari 0.40 mg/m3 hingga 0.58 mg/m3. Pada awal Musim Peralihan Timur-Barat (September) konsentrasi klorofil-a masih berada pada kisaran yang tinggi yaitu ratarata 0.50 mg/m3 dan mulai menurun pada pertengahan Musim Peralihan Timur Barat (Oktober) dengan konsentrasi rata-rata 0.30 mg/m3. Konsentrasi klorofil-a berada pada kisaran yang sangat rendah yaitu kurang dari 0.20 mg/m3 pada Musim Barat
17
sampai Musim Peralihan Barat Timur (Nopember-Mei) 2012. Pada Musim Timur konsentrasi klorofil-a kembali meningkat, rata-rata konsentrasi klorofil-a pada musim ini yaitu lebih dari 0.40 mg/m3 dan mencapai konsentrasi maksimum 0.56 mg/m3 pada Agustus. Setelah itu konsentrasi klorofil-a kembali menurun memasuki Musim Peralihan Timur-Barat dengan nilai antara 0.15-0.30 mg/m3. 0.50 0.40 0.30 0.20 0.10 0.00
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
Klorofil-a (mg/m3)
0.60
Gambar 6. Rerata klorofil-a bulanan tahun 2011-2012 Musim Barat SPL di Laut Seram dan Laut Banda pada Musim Barat umumnya tinggi berkisar antara 27-30°C sedangkan SPL dominan antara 28-30°C (Gambar 7). SPL tinggi dengan kisaran 29-30°C dominan terjadi pada bulan Desember di Laut Banda sedangkan Laut Seram antara 27.5-29°C namun dominannya SPL 29°C. Pada Januari dan Februari 2011 kisaran SPL antara 27-3 °C tersebar secara merata di Laut Seram dan Laut Banda, pada bulan tersebut SPL yang lebih rendah antara 27-28.5°C terdapat di bagian Barat sampai bagian Tengah Laut Banda. SPL tinggi berkisar antara 29.5-30°C pada Februari 2012 terkonsentrasi di Laut Banda bagian Tengah (Selatan Pulau Ambon) sedangkan disekitarnya SPL berkisar antara 28.5-30°C. Tutupan awan secara merata di Laut Seram dan Laut Banda juga terjadi pada Februari 2011 dan Januari 2012. Konsentrasi klorofil-a dominan di Laut Seram dan Laut Banda pada musim barat (Gambar 8) umumnya kurang dari 0.20 mg/m 3. Konsentrasi klorofil-a dominan ini tersebar merata di seluruh perairan Laut Seram dan Laut Banda. Tidak terjadi fluktuasi spasial maupun temporal dari konsentrasi klorofil-a pada Musim Barat ini, konsentrasi klorofil-a cenderung stabil pada kisaran 0.02-0.20 mg/m3. Terdapat tutupan awan pada citra bulanan di Musim Barat ini dengan tutupan awan terbanyak pada Februari 2011.
18
23°C
Desember
Desember
Januari
Januari
Februari
Februari 26°C
28°C
30°C
32°C
Gambar 7. Sebaran SPL (°C) Musim Barat tahun 2011 (kiri) dan 2012 (kanan)
Musim Peralihan Barat-Timur Sebaran SPL pada Musim Peralihan Barat-Timur di Laut Seram dan Laut Banda (Gambar 9) berkisar antara 27-30°C. SPL di Laut Seram lebih tinggi dengan kisaran 28.5-30°C. Sedangkan di Laut Banda SPL lebih bervariasi, pada bulan Maret SPL didominasi kisaran 27-28.5°C, April 2011 SPL di Laut Banda didominasi kisaran 28-29.5°C. Pada April 2012 SPL lebih homogen, didominasi kisaran 2929.5°C. Mei 2011 terdapat perbedaan kisaran SPL antara Laut Banda bagian Timur dan Barat. Bagian Barat Laut Banda didominasi kisaran 28.5-29.5°C sedangkan
19
bagian Timur SPL lebih rendah berkisar antara 27-28.5°C. Tutupan awan yang cukup tinggi terjadi pada citra Maret 2012 di bagian Timur Laut Banda maupun Laut Seram.
0.00 mg/m3
Desember
Desember
Januari
Januari
Februari
Februari
0.20 mg/m3
0.40 mg/m
3
0.60 mg/m3
0.80 mg/m3
1.00 mg/m3
Gambar 8. Konsentrasi klorofil-a (mg/m ) Musim Barat tahun 2011 (kiri) dan 2012 (kanan)
Konsentrasi klorofil-a di Laut Seram dan Laut Banda (Gambar 10) pada Musim Peralihan Barat-Timur tidak jauh berbeda dibandingkan Musim Barat. Konsentrasi klorofil-a dominan kurang dari 0.25 mg/m3 dan tersebar merata pada seluruh perairan Laut Seram dan Laut Banda. Pada wilayah pesisir Pulau Seram dan Pulau Buru mulai terlihat konsentrasi klorofil-a antara 0.30-0.40 mg/m3 khususnya
20
pada bulan Mei, namun pada bulan tersebut terdapat tutupan awan di Laut Banda yang cukup tinggi. Konsentrasi klorofil-a yang lebih tinggi tersebut dapat diindikasikan sebagi masukan material dari daratan melalui sungai-sungai yang bermuara di wilayah pesisir sehingga meningkatkan konsentrasi klorofil-a di pesisir pantai.
23°C
Maret
Maret
April
April
Mei
Mei 26°C
28°C
30°C
32°C
Gambar 9. SPL (°C) Musim Peralihan Barat-Timur tahun 2011 (kiri) dan 2012 (kanan)
21
0.00 mg/m3
Maret
Maret
April
April
Mei
Mei
0.20 mg/m3
0.40 mg/m3
0.60 mg/m3 3
0.80 mg/m3
1.00 mg/m3
Gambar 10. Konsentrasi klorofil-a (mg/m ) Musim Peralihan Barat-Timur tahun 2011 (kiri) dan 2012 (kanan)
Musim Timur Memasuki Musim Timur SPL menjadi lebih rendah dibanding pada musim lainnya dengan kisaran antara 24-29°C (Gambar 11). Pada awal Musim Timur (Juni) SPL berkisar antara 25-29°C dengan kisaran dominan 27-28°C di Laut Banda dan 2729°C di Laut Seram. Pertengahan Musim Timur (Juli) SPL didominasi kisaran 2528°C di Laut Banda sedangkan di Laut Seram dengan kisaran 27-29°C. Pada akhir Musim Timur (Agustus) SPL di Laut Banda bagian Barat didominasi kisaran 2627°C dan bagian Timur dengan kisaran dominan antara 25-26°C, sedangkan Laut
22
Seram dengan kisaran 27-28.5°C. Citra bulanan Musim Timur menunjukan SPL di Laut Seram lebih tinggi dengan kisaran antara 27-29°C dibanding Laut Banda dengan kisaran yang lebih rendah yaitu antara 25-27°C.
23°C
Juni
Juni
Juli
Juli
Agustus
Agustus 26°C
28°C
30°C
32°C
Gambar 11. Sebaran SPL (°C) Musim Timur tahun 2011 (kiri) dan 2012 (kanan)
Berbanding terbalik dengan kondisi SPL pada Musim Timur di Laut Seram dan Laut Banda, konsentrasi klorofil-a justru mengalami peningkatan. Konsentrasi klorofil-a berkisar antara 0.20-1.00 mg/m3 (Gambar 12). Konsentrasi klorofil-a tinggi yakni lebih dari 0.80 mg/m3 umumnya terdapat pada perairan di sekitar pulau dan di bagian Timur Laut sampai Tenggara Laut Banda (dekat Kepulauan Key) yang
23
merupakan pengaruh konsentrasi klorofil-a dari Laut Arafura. Pada awal Musim Timur (Juni) klorofil-a masih didominasi konsentrasi yang rendah yaitu antara 0.100.25 khususnya pada Laut Banda bagian Barat, sedangkan bagian Timur konsentrasi klorofil-a lebih tinggi dengan kisaran 0.20-1.00 mg/m3 namun dominannya antara 0.20-0.60 mg/m3. Sedangkan pada pertengahan Musim Timur (Juli) masih terdapat konsentrasi klorofil-a dengan kisaran antara 0.10-0.30 mg/m3 khususnya di sebagian besar Laut Seram dan disekitar pulau Wetar (Selatan Laut Banda) namun konsentrasi dominan antara 0.40-1.00 mg/m3. Citra bulan Agustus (akhir Musim Timur) menunjukan sebaran konsentrasi klorofil-a tinggi pada seluruh perairan dengan konsentrasi dominan berkisar antara 0.30-0.60 mg/m3. Konsentrasi klorofil-a lebih dari 0.60 mg/m3 terdapat pada perairan disekitar pulau yaitu di bagian Selatan Pulau Seram, Selatan Buru, Utara Kepulauan Key dan Timur Kepulauan Tanimbar. Tutupan awan pada citra klorofil-a bulanan Musim Timur cukup tinggi sehingga hampir tidak ada citra bulanan yang bebas awan. Musim Peralihan Timur-Barat Sebaran SPL pada Musim Peralihan Timur-Barat di Laut Seram dan Laut Banda mengalamai variasi mulai dari SPL dingin pada awal Musim Peralihan, hangat pada pertengahan musim sampai panas pada akhir Musim Peralihan Timur-Barat. Variasi sebaran SPL tersebut dapat dilihat pada Gambar 13. Pada awal Musim Peralihan Timur-Barat (September) SPL relatif rendah dengan kisaran antara 25-28°C tersebar di Laut Banda dan Laut Seram berkisar antara 27-29°C. Pada September 2011 ada perbedaan sebaran SPL antara Laut Banda bagian barat yang lebih homogen dengan kisaran ± 27°C dan Laut Banda bagian Timur dengan kisaran antara 24-27°C. September 2012 terlihat perbedaan yang mencolok antara SPL di Laut Seram yang lebih hangat dengan kisaran 27-29°C dibanding SPL di Laut Banda yang lebih homogen dengan kisaran antara 27-28°C. Pada Nopember yang merupakan akhir Musim Peralihan Timur dari SPL rendah ke Musim Barat dengan SPL tinggi, citra menunjukan peningkatan SPL di Laut Seram dan Laut Banda dibandingkan bulan sebelumnya. SPL Nopember berkisar antara 28-30°C dengan SPL dominan antara 2930°C yang tersebar secara merata pada Laut Seram maupun Laut Banda. Citra SPL Musim Peralihan Timur-Barat merupakan citra yang paling minim tutupan awan dibandingkan pada musim lainnya. Tutupan awan pada citra hanya ditemukan pada September 2011. Gambar 14 menunjukan sebaran konsentrasi klorofil-a di Laut Seram dan Laut Banda selama Musim Peralihan Timur-Barat (September-Nopember). Pada September 2011 konsentrasi klorofil-a cenderung masih tinggi dengan kisaran antara 0.20-0.60 mg/m3, konsentrasi tinggi yaitu 0.40-0.60 mg/m3 sebagian besar berada di Laut Banda bagian Timur yaitu dari Selatan Pulau Seram sampai Kepulauan Key dan Tanimbar, pada Laut Banda bagian Barat terdapat di sekitar Pulau Buru, Pulau Ambon dan Utara Pulau Wetar, tetapi pada September 2012 konsentrasi klorofil-a antara 0.40-0.60 mg/m3 tersebut hanya terdapat pada sebagian kecil pesisir Pulau Seram bagian Selatan dan Tenggara Kepulauan Key dan Tanimbar, namun konsentrasi klorofil-a dominan berada pada kisaran 0.10-0.25 mg/m3. Pada Oktober
24
konsentrasi klorofil-a relatif homogen pada seluruh perairan dengan kisaran antara 0.05-0.25 mg/m3 sedangkan pada Nopember yang merupakan akhir Musim Peralihan Timur-Barat, konsentrasi klorofil-a berada pada kisaran antara 0.03-0.20 mg/m3 dengan nilai konsentrasi dominan antara 0.04-0.10 mg/m3 di Laut Banda dan 0.100.20 mg/m3 di Laut Seram pada Nopember 2011 dan konsentrasi antara 0.03-0.18 mg/m3 yang tersebar merata di seluruh perairan pada Nopember 2012.
0.00 mg/m3
Juni
Juni
Juli
Juli
Agustus
Agustus
0.20 mg/m3
0.40 mg/m
0.60 mg/m3 3
0.80 mg/m3
1.00 mg/m3
Gambar 12. Konsentrasi klorofil-a (mg/m ) Musim Timur tahun 2011 (kiri) dan tahun 2012 (kanan)
25
23°C
September
September
Oktober
Oktober
Nopember
Nopember 26°C
28°C
30°C
32°C
Gambar 13. Sebaran SPL (°C) Musim Peralihan Timur-Barat tahun 2011 (kiri) dan 2012 (kanan)
Pada Musim Barat SPL di Laut Seram dan Laut Banda relatif tinggi khususnya pada Desember namun mulai menurun pada Januari dan Februari. Hal ini karena pada Musim Barat di belahan bumi bagian Selatan (termasuk Laut Seram dan Laut Banda) terjadi musim panas sehingga intensitas matahari yang diterima pada permukaan laut tinggi, sebaliknya terjadi musim dingin pada belahan bumi bagian Utara yang mengakibatkan tekanan udara di Utara khatulistiwa menjadi tinggi sehingga angin akan bertiup dari tekanan udara tinggi (benua Asia) ke tekanan udara
26
rendah (benua Australia). Sehingga SPL di Laut Seram dan Laut Banda pada JanuariFebruari mengalami penurunan akibat tiupan angin dari Utara khatulistiwa yang membawa masa udara dingin. Selama periode ini di perairan Indonesia angin bertiup dari Barat ke Timur sehingga disebut Musim Timur.
0.00 mg/m3
September
September
Oktober
Oktober
Nopember
Nopember
0.20 mg/m3
0.40 mg/m3
0.60 mg/m3 3
0.80 mg/m3
1.00 mg/m3
Gambar 14. Konsentrasi klorofil-a (mg/m ) Musim Peralihan Timur-Barat tahun 2011 (kiri) dan 2012 (kanan)
Pada saat Musim Peralihan Barat-Timur yang dicirikan dengan hembusan angin yang lemah karena kecepatannya berkurang dan arahnya tidak menentu sehingga permukaan laut lebih tenang menyebabkan laut menerima intensitas
27
matahari secara maksimal. Akibatnya suhu pada lapisan permukaan menjadi tinggi hal ini dapat dilihat dari citra satelit bulanan pada musim tersebut umumnya tinggi. Memasuki Musim Timur, terjadi penurunan SPL secara drastis hal ini disebabkan karena pada Musim Timur di Laut Seram dan Laut Banda terjadi peristiwa upwelling yang membawa air dingin dari lapisan bawah naik ke atas. Selain itu pada Musim Timur matahari berada di belahan bumi Utara sehingga Utara khatulistiwa mengalami musim panas, sebaliknya bumi bagian Selatan seperti benua Australia termasuk juga Laut Seram dan Laut Banda kurang mendapat penyinaran matahari sehingga suhu pada wilayah tersebut mencapai kisaran minimum. Musim Peralihan Timur-Barat pada citra SPL bulanan terlihat jelas SPL dari dingin (pengaruh Musim Timur) pada bulan September mulai hangat pada Oktober dan menjadi panas pada Nopember. Pada kondisi tersebut terlihat bahwa September merupakan akhir dari peristiwa upwelling yang terjadi di Laut Banda, pada Oktober telah terjadi transisi dari musim dingin di belahan bumi Selatan menjadi musim panas karena pada musim ini matahari dari belahan bumi Utara bergerak melintasi khatulistiwa menuju belahan bumi Selatan akibatnya pada Oktober, SPL di Laut Seram dan Laut Banda menjadi hangat. Selanjutnya Nopember yang merupakan akhir Musim Peralihan Timur-Barat telah mendapat intensitas matahari yang cukup sehingga SPL menjadi lebih tinggi seperti layaknya Musim Barat pada belahan bumi Selatan. Konsentrasi klorofil-a tinggi yang terjadi pada Musim Timur (Juni-Agustus) yaitu >0.30 mg/m3, disebabkan karena terjadinya penaikan massa air (upwelling). Nontji (2005) menyatakan air naik terjadi hanya pada Musim Timur dimulai dari Mei sampai kira-kira September, karena pada saat itu angin Musim Timur mendorong keluar air permukaan Laut Banda dengan laju yang lebih besar daripada yang dapat diimbangi oleh air permukaan sekitarnya maka air dari bawahpun naik untuk mengisi kekosongan. Penaikan massa air dari lapisan bawah ke lapisan permukaan inilah yang membawa serta unsur hara sehingga produksi fitoplankton meningkat pada daerah ini. Sebaliknya pada Musim Barat konsentrasi klorofil-a rendah yaitu kurang dari 0.30 mg/m3 karena pada saat itu arus Musim Barat yang membawa masuk air dari Laut Flores ke Laut Banda volumenya terlalu besar untuk dapat diimbangi dengan yang bisa keluar melalui selat-selat disekitarnya, akibatnya air menumpuk lalu tenggelam dan keluar ke Samudra Hindia pada kedalaman sekitar 1.000 m melalui Laut Timor. Penenggelaman inilah yang menyebabkan pada Musim Barat produksi fitoplankton mengalami penurunan. SPL dan Klorofil-a Pada Lokasi Penangkapan Cakalang Gambar 15 menunjukan rerata bulanan SPL pada lokasi-lokasi penangkapan cakalang di Laut seram maupun Laut Banda. Rerata SPL bulanan pada lokasi penangkapan tidak jauh berbeda nilainya dengan rerata bulanan SPL pada keseluruhan perairan Laut Seram dan Laut Banda. SPL pada lokasi penangkapan
28
umumnya tinggi saat Musim Barat sampai Peralihan Barat-Timur (Januari-Mei) yang berkisar antara 28.29-29.47 °C. SPL mulai menurun saat memasuki Musim Timur yaitu berkisar antara 26.39-28.25 °C. Pada Musim Peralihan Timur-Barat SPL berkisar antara 26.58-29.35 °C.
SPL (°C)
30.00 29.00 28.00 27.00 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
26.00
Gambar 15. Rerata SPL (°C) bulanan pada lokasi penangkapan cakalang
Klorofil-a (mg/m3)
Rerata bulanan konsentrasi klorofil-a fitoplankton pada lokasi penangkapan cakalang dapat dilihat pada Gambar 16. Konsentrasi klorofil-a rendah pada saat Musim Barat sampai Musim Peralihan Barat-Timur yang berkisar antara 0.09-0.19 mg/m3. Konsentrasi klorofil-a mencapai puncaknya pada saat Musim Timur yaitu antara 0.31-0.47 mg/m3. Konsentrasi klorofil-a kembali menurun saat memasuki Musim Peralihan Timur-Barat yaitu berkisar antara 0.14-0.26 mg/m3 kecuali pada September 2011 konsentrasi klorofil-a masih tinggi dengan rata-rata 0.43 mg/m3. 0.50 0.40 0.30 0.20 0.10 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
0.00
Gambar 16. Rerata klorofil-a (mg/m3) bulanan pada lokasi penangkapan cakalang Hasil Tangkapan Ikan Cakalang Data tangkapan ikan cakalang yang diperoleh dari armada-armada penangkapan yang beroperasi di Laut Seram dan Laut Banda menunjukan bahwa ikan cakalang dapat ditangkap sepanjang tahun namun dengan hasil yang berbeda sesuai dengan musimnya. Musim puncak penangkapan ditandai dengan tingginya hasil tangkapan yang diperoleh pada setiap trip penangkapan, sedangkan musim paceklik merupakan musim dengan hasil tangkapan yang rendah. Rata-rata bobot hasil tangkapan cakalang per trip (CPUE) per bulan selama tahun 2011-2012 dapat dilihat pada Gambar 17. Perhitungan CPUE ini diperoleh berdasarkan jumlah total hasil
29
tangkapan cakalang (yang dinyatakan dalam kg) dalam kurun waktu tertentu (bulan) dibagi usaha yang dinyatakan dalam trip penangkapan pada kurun waktu yang sama. Pada Musim Timur (Juni-Agustus) 2011 hasil tangkapan cakalang rata-rata 30003500 kg/trip, sedangkan pada tahun 2012 hasil tangkapan tertinggi pada Agustus mencapai 3700 kg/trip. Juni, Juli dan September hanya mencapai 2500 kg/trip. Selama Musim Barat dan Musim Peralihan Barat-Timur maupun Timur-Barat hasil tangkapan ikan cakalang umumnya berkisar antara 1500-2500 kg/trip. Hasil tangkapan terendah terjadi pada Musim Barat yaitu pada Desember 2011 sebesar 1677 kg/trip dan Januari 2012 sebesar 1648 kg/trip. 3000 2000 1000 0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
CPUE (Kg/Trip)
4000
Gambar 17. Rerata bobot (kg) hasil tangkapan ikan cakalang per trip (CPUE) tahun 2011-2012 Berdasarkan hasil analisis CPUE ikan cakalang ini sesuai dengan wawancara yang dilakukan dengan beberapa nelayan lokal di Pulau Seram yang menyatakan bahwa musim penangkapan cakalang di Laut Seram berlangsung antara AgustusSeptember (Musim Timur) dan musim paceklik antara Desember-Maret (Musim Barat). Hasil penelitian Tadjuddah (2005) mendapati produksi cakalang di Kabupaten Wakatobi Sulawesi Tenggara tinggi pada Musim Timur (Juni-Agustus) yaitu lebih dari 2500 kg dan mencapai puncaknya pada September dan terendah pada Maret. Suprianto et al (2012) melakukan penelitian di Laut Maluku, musim penangkapan ikan cakalang terjadi pada April untuk fase pertama kemudian pada Juli-September untuk fase kedua tetapi fase kedua lebih besar dan lama, bukan musim ikan terjadi pada Nopember-Maret. Musim puncak penangkapan cakalang di Laut Seram dan Laut Banda yang terjadi pada Musim Timur ini dapat dikaitkan dengan tingginya produktivitas perairan pada musim tersebut. Pada Musim Timur di Laut Banda terjadi peristiwa upwelling yang merupakan proses pengkayaan perairan karena zat hara dari dasar perairan terangkat naik ke permukaan sehingga lapisan permukaan menjadi subur. Peristiwa ini dimanfaatkan oleh fitoplankton yang menggunakan zat hara untuk pertumbuhannya, sehingga pada lokasi upwelling didapati konsentrasi klorofil-a yang merupakan pigmen fotosintesis pada fitoplankton ini tinggi. Edward dan Tarigan (2003) berpendapat daerah upwelling merupakan daerah yang sangat baik untuk untuk usaha penangkapan ikan karena daerah dimana terjadi proses upwelling sangat kaya akan nutrient sehingga plankton melimpah dan ikan-ikan akan berkumpul di
30
daerah itu. Lebih lanjut penelitian keduanya mendapati bahwa puncak upwelling di Laut Banda terjadi pada Agustus (Musim Timur). Pendapat lain mengungkapkan bahwa peristiwa upwelling di Laut Banda mulai bulan Mei dan mencapai puncaknya pada Nopember (Nontji 1987 dalam Edward dan Tarigan 2003). Sedangkan menurut Wyrtky 1961 dalam Edward dan Tarigan 2003, upwelling di Laut Banda di mulai pada Musim Timur yakni dari Juni sampai Agustus. Peristiwa upwelling inilah yang meyebabkan hasil tangkapan cakalang di Laut Seram dan Laut Banda pada Musim Timur lebih tinggi daripada musim lainnya. Hubungan antara SPL dan Klorofil-a Terhadap CPUE Ikan Cakalang
5000 4000 3000 2000 1000 0 26.00 27.00 28.00 29.00 30.00 31.00 SPL (°C)
CPUE (kg/trip)
CPUE (kg/trip)
Analisis regresi SPL dan klorofil-a fitoplankton terhadap CPUE ikan cakalang menunjukan nilai koefisien determinasi (R 2) sebesar 0.74 (Lampiran 1), yang artinya kedua faktor tersebut saling berkaitan dan menentukan CPUE cakalang sebesar 74 % sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor oseanografi lainnya seperti salinitas, cahaya dan lain-lain. Hasil analisis menunjukan klorofil-a lebih berpengaruh terhadap CPUE cakalang dibandingkan dengan SPL. Kisaran SPL optimum untuk penangkapan cakalang di Laut seram dan Laut Banda berkisar antara 26.20-28.20°C, sedangkan konsentrasi klorofil-a penangkapan cakalang antara 0.12-0.52. Grafik hubungan antara SPL maupun klorofil-a terhadap CPUE ikan cakalang dapat dilihat pada Gambar 18. 5000 4000 3000 2000 1000 0 0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 0.60 Klorofil-a (mg/m3)
Gambar 18. Grafik hubungan antara SPL (kiri) dan klorofil-a (kanan) terhadap CPUE ikan cakalang tahun 2011-2012 SPL penangkapan ikan cakalang di Laut Seram dan Laut Banda berkisar antara 25.85-30.18°C. CPUE tertinggi sebesar 3964 kg pada SPL 26.24°C dan konsentrasi klorofil-a 0.53 sedangkan CPUE terendah sebesar 1150 kg pada SPL 28.31°C dan konsentrasi klorofil-a 0.12 mg/m3. Penangkapan cakalang tinggi (>2500 kg/trip) terjadi pada saat Musim Timur sampai pertengahan Musim Peralihan TimurBarat dan mencapai puncaknya pada Agustus-September, dengan kisaran SPL antara 25.85-28.77°C dan rata-rata SPL pada musim tersebut adalah 27.12°C sedangkan konsentrasi klorofil-a antara 0.30-0.58 mg/m3 dengan rata-rata konsentrasi klorofil-a sebesar 0.40 mg/m3. Pada saat akhir Musim Peralihan Timur-Barat, Musim Barat dan Musim Peralihan Barat-Timur penangkapan terjadi pada kisaran SPL 27.31-30.18°C
31
dengan konsentrasi klorofil-a antara 0.08-0.28 mg/m3. Syahdan (2005) melakukan penelitian di perairan bagian Timur Sulawesi Tenggara mendapati hal yang sama yakni hasil tangkapan cakalang terbanyak berada pada kisaran suhu 25-26°C dengan konsentrasi klorofil-a 0.38-0.52 mg/m3. Berdasarkan hasil yang diperoleh diketahui bahwa penangkapan cakalang di Laut Seram dan Laut Banda berada pada kisaran SPL antara 25.85-30.18°C. Menurut Nontji (2005) cakalang lebih banyak hidup di lapisan permukaan dengan suhu 1630°C. Sedangkan penangkapan cakalang tinggi pada kisaran SPL antara 25.8528.77°C. Kisaran suhu tersebut berada pada kisaran suhu yang sesuai untuk penangkapan cakalang di Maluku, yaitu pada kisaran suhu penangkapan antara 27.529°C menurut Matsumoto (1984) dan 26-27°C di perairan Maluku tengah menurut Nanere (1987) dengan demikian diketahui bahwa hasil tangkapan ikan cakalang di Laut Seram dan Laut Banda tidak terlalu dipengaruhi oleh fluktuasi SPL karena SPL di Laut Seram dan Laut Banda berada pada kisaran suhu optimum untuk menunjang kehidupan cakalang. Selanjutnya diketahui juga bahwa penangkapan cakalang tinggi pada konsentrasi klorofil-a antara 0.30-0.58 mg/m3 (pada Musim Timur sampai awal Musim Peralihan Timur-Barat) dan rendah pada konsentrasi klorofil-a 0.08-0.28 mg/m3 (akhir Musim Peralihan Timur-Barat, Musim Barat dan Musim Peralihan Barat-Timur). Hal tersebut menunjukan bahwa konsentrasi klorofil-a di perairan memberikan pengaruh terhadap hasil tangkapan cakalang. Sesuai dengan hasil uji statistik, korelasi antara konsentrasi klorofil-a dengan hasil tangkapan ikan cakalang bernilai positif sehingga kenaikan konsentrasi klorofil-a ikut menaikan hasil tangkapan cakalang sebaliknya hasil tangkapan yang rendah disebabkan oleh konsentrasi klorofil-a di perairan yang juga rendah. Tingginya hasil tangkapan ikan cakalang di perairan Indonesia Timur berkaitan dengan peristiwa upwelling yang terjadi secara periodik khususnya di Laut Banda pada Musim Timur. Peristiwa ini ditandai dengan menurunnya SPL dan meningkatnya konsentrasi klorofil-a di perairan. Smith (1968) menjelaskan di daerah upwelling lapisan termoklin akan naik bahkan mungkin mencapai permukaan dan terjadi anomali suhu rendah di permukaan dibanding sekitarnya. Solanki et al (2005) menambahkan bahwa perairan yang dingin merupakan indikator perairan yang tinggi nutrient, sehingga ketika produktifitas (nutrient) di lapisan permukaan maupun kolom perairan tinggi maka sumber makanan yang tersedia juga tinggi. Secara alami kelimpahan dan distribusi cakalang berkaitan erat dengan ketersediaan makanan (Manik, 2007). Sependapat dengan hal tersebut, Jamal et al (2011) menemukan bahwa ikan cakalang di Perairan Teluk Bone melakukan migrasi berhubungan dengan ketersediaan makanan di zona utara yang lebih banyak dibanding zona tengah terlihat dari konsentrasi klorofil-a di zona utara yang mencapai 0.50 mg/m3 dibanding zona tengah hanya 0.20-0.30 mg/m3, sehingga kelimpahan ikan cakalang khususnya pada Musim Timur di Laut Banda dan Laut Seram berkaitan dengan meningkatnya konsentrasi klorofil-a yang merupakan indikator kesuburan perairan.
32
Daerah Penangkapan Ikan Cakalang di Laut Seram dan Laut Banda Daerah penangkapan ikan (DPI) di Laut Seram dan Laut Banda dipetakan berdasarkan kondisi oseanografi perairan dan hasil tangkapan (bobot dan posisi) cakalang yang diperoleh dari armada-armada penangkapan yang beroperasi pada perairan tersebut. Faktor oseanografi yang digunakan dalam pemetaan ini adalah konsentrasi klorofil-a fitoplankton karena berdasarkan analisis sebelumnya yakni hubungan antara SPL maupun klorofil-a terhadap hasil tangkapan cakalang didapati klorofil-a fitoplankton memiliki hubungan yang lebih kuat terhadap peningkatan hasil tangkapan cakalang dibandingkan SPL. Bobot tangkapan cakalang di Laut Seram dan Laut Banda per trip berkisar antara 500-6000 kg, sehingga bobot tangkapan tersebut dapat dibagi menjadi 3 kategori yaitu tangkapan rendah jika bobot tangkapan berkisar antara 0-2000 kg, tangkapan sedang antara 2000-4000 kg dan tangkapan tinggi 4000-6000 kg. Sedangkan konsentrasi klorofil-a dikategorikan berdasarkan rata-rata konsentrasi klorofil-a bulanan selama tahun 2011-2012 di Laut Seram dan Laut Banda yang berkisar antara 0.10-0.60 mg/m3. Arifin (2006) menggunakan indikator klorofil-a untuk menduga daerah potensial penangkapan cakalang di perairan Laut Maluku dan membaginya menjadi 3 kategori yaitu DPI kategori rendah jika konsentrasi klorofil-a antara 0.10-0.20 mg/m3, potensial sedang antara 0.30-0.40 mg/m3 dan potensial tinggi 0.50-0.60 mg/m3. Berdasarkan kategori tersebut dan rata-rata konsentrasi klorofil-a bulanan di Laut Seram dan Laut Banda maka DPI cakalang dibagi dalam 4 kategori yaitu potensial sangat rendah dengan konsentrasi klorofil-a antara 0.00-0.10 mg/m3, potensial rendah 0.10-0.20 mg/m3, potensial sedang 0.20-0.40 mg/m3 dan potensial tinggi 0.40-0.60 mg/m3. Titik tangkapan cakalang yang dilakukan oleh armada penangkapan pada peta DPI ditandai dengan lingkaran berwarna putih untuk titik tangkapan yang dilakukan pada tahun 2011 dan warna hitam untuk tahun 2012. Musim Barat DPI cakalang pada Musim Barat rata-rata berada pada daerah potensial rendah dengan konsentrasi klorofil-a antara 0.10-0.20 mg/m3 (Gambar 19). Bulan Desember terdapat pada beberapa lokasi diantaranya Utara Pulau Buru dan sebelah Utara Kepulauan Key dan Tanimbar dengan hasil tangkapan rata-rata sedang (2000-4000 kg/trip), selain itu juga terdapat DPI dengan potensial sedang pada bagian Timur Pulau Seram. Pada Januari DPI potensial sedang berada di Laut Seram tepatnya diantara Pulau Buru dan Pulau Seram namun aktifitas penangkapan lebih banyak dilakukan di bagian Timur Laut Banda yaitu disekitar Kepulauan Key dan Tanimbar dengan potensi klorofil-a sangat rendah dan rendah. Sedangkan pada Februari perairan Laut Banda dan Laut Seram sebagian besar berpotensi rendah berdasarkan konsentrasi klorofil-a dengan hasil tangkapan rata-rata sedang pada Utara Pulau Buru, rendah-sedang di bagian Timur Kepulauan Key serta rendah dan tinggi di Utara Kepulauan key.
33
Desember
Januari
Februari
Gambar 19. Peta daerah penangkapan ikan cakalang pada Musim Barat
34
Musim Peralihan Barat-Timur Pada Musim Peralihan Barat-Timur DPI cakalang yang berada di perairan Laut Seram dan Laut Banda rata-rata berpotensi sangat rendah dan rendah kecuali pada bulan Mei terdapat daerah dengan potensi tinggi di bagian Timur Kepulauan Key. Pada Maret sebagian besar perairan berpotensi rendah dengan hasil tangkapan sedang yang berada disekitar Pulau Buru dan Selatan Pulau Ambon juga terdapat aktifitas penangkapan dengan hasil rendah di Selatan Kepulauan Key dan hasil tangkapan rata-rata rendah yang tersebar di bagian Timur Laut Banda. Sedangkan pada April sebagian besar Laut Banda berpotensi sangat rendah dan sebagian besar Laut Seram berpotensi rendah. Aktifitas penangkapan pada bulan April tersebut cukup tinggi baik yang terdapat pada Laut Seram tepatnya di Utara Pulau Buru, Barat Laut Pulau Tanimbar dan tersebar antara Pulau Seram bagian Timur dan Kepulauan Key bagian Utara dengan hasil tangkapan yang diperoleh rata-rata rendah dan sedang. Sedangkan bulan Mei terdapat daerah dengan potensial sedang dan tinggi khususnya di bagian Tenggara Laut Banda tepatnya bagian Timur Kepulauan Tanimbar namun aktifitas penangkapan justru dilakukan pada daerah dengan potensi rendah di sekitar Kepulauan Key. Pada bulan Mei ini aktifitas penangkapan lebih banyak dilakukan di Laut Seram dengan hasil cukup memuaskan khususnya di utara Pulau Buru dan Utara Pulau Seram. DPI cakalang pada Musim Peralihan Barat-Timur dapat dilihat pada Gambar 20. Musim Timur Musim Timur merupakan musim puncak penangkapan cakalang di Laut Seram dan Laut Banda hal ini terlihat dari tingginya aktifitas penangkapan dan jumlah hasil tangkapan yang rata-rata sedang dan tinggi (Gambar 21). Pada bulan Juni terdapat daerah dengan potensi rendah khususnya di bagian barat Laut Banda namun di bagian Timur Laut Banda tepatnya di sekitar Kepulauan Key dan Tanimbar berpotensi sedang dan tinggi, aktifitas penangkapan yang dilakukan banyak terdapat pada daerah dengan potensi tinggi disekitar Kepulauan Key. Pada Laut Seram sebagian besar perairan berpotensi sedang namun aktifitas penangkapan lebih banyak dilakukan di Utara Pulau Buru yang berpotensi yang rendah dengan hasil tangkapan yang didapat rata-rata sedang. Sedangkan pada Juli perairan Laut Banda dan Laut Seram berpotensi sedang dan tinggi. Perairan di sekitar Kepulauan Key dan Tanimbar sebagian besarnya berpotensi tinggi dengan hasil tangkapan yang diperoleh dari sedang sampai tinggi. Sedangkan di Laut Seram berpotensi sedang dengan rata-rata hasil tangkapan yang diperoleh rendah dan sedang. Pada Agustus aktifitas penangkapan tinggi khususnya yang terjadi di sekitar Kepulauan Key pada perairan dengan potensi tinggi, begitu juga yang terjadi di Laut Seram pada perairan dengan potensi sedang maupun tinggi dengan hasil yang diperoleh rata-rata sedang dan tinggi.
35
Maret
April
Mei
Gambar 20. Peta daerah penangkapan ikan cakalang Musim Peralihan Barat-Timur
36
Juni
Juli
Agustus
Gambar 21. Peta daerah penangkapan ikan cakalang Musim Timur
37
Musim peralihan timur barat DPI cakalang di Laut Seram dan Laut Banda pada Musim Peralihan TimurBarat dapat dilihat pada Gambar 22. Pada bulan September sebagian besar perairan masih berpotensi sedang namun aktifitas penangkapan mulai menurun dibanding bulan sebelumnya, daerah dengan potensi tinggi terdapat di bagian tenggara Laut Banda. Aktifitas penangkapan dilakukan di sekitar Kepulauan Key dan Utara Pulau Tanimbar pada daerah dengan potensi sedang di sekitar Kepulauan Key dan potensi rendah di Utara Tanimbar dengan hasil tangkapan rata-rata sedang, aktifitas penangkapan dengan intensitas yang lebih tinggi terjadi di Utara Pulau Buru pada perairan yang sebagian besar berpotensi sedang dengan hasil tangkapan rata-rata sedang. Pada Oktober sebagian besar perairan berpotensi rendah, perairan dengan potensi sedang terdapat di sekitar Pulau Seram dan di Tenggara Laut Banda tepatnya disekitar Kepulauan Key. Aktifitas penangkapan lebih banyak dilakukan di Laut Banda bagian Timur yang tersebar disekitar Kepulauan Key dengan hasil tangkapan rata-rata dari rendah sampai sedang, sedangkan pada Laut Seram aktifitas penangkapan hanya dilakukan pada Utara Pulau Buru yang berpotensi rendah dengan hasil tangkapan rata-rata rendah-sedang. Pada Nopember sebagian besar perairan berpotensi rendah dan aktifitas penangkapan hanya terjadi di Laut Banda bagian Timur khususnya di sekitar Kepulauan Key dan Tanimbar dengan rata-rata hasil tangkapan yang diperoleh sedang.
38
September
Oktober
Nopember
Gambar 22. Peta daerah penangkapan ikan cakalang Musim Peralihan Timur-Barat
39
Pendugaan Daerah Potensial Penangkapan Ikan Cakalang Pendugaan daerah potensial penangkapan ikan cakalang didasarkan pada indikator klorofil-a fitoplankton. Berdasarkan peta DPI cakalang maka daerah potensial penangkapan dapat dibagi dalam 4 zona yaitu zona A (sekitar Pulau Buru) dan zona B (Utara Pulau Seram) yang terdapat di Laut Seram, zona C (sekitar Kepulauan Key) dan zona D (sekitar Kepulauan Tanimbar) yang terdapat di Laut Banda. Sedangkan berdasarkan konsentrasi klorofil-a fitoplankton daerah potensial penangkapan ikan cakalang dibagi dalam 4 kategori yaitu potensial sangat rendah dengan konsentrasi klorofil-a antara 0.00-0.10 mg/m3, potensial rendah 0.10-0.20 mg/m3, potensial sedang 0.20-0.40 mg/m3 dan potensial tinggi 0.40-0.60 mg/m3. DPPI cakalang perbulan berdasarkan konsentrasi klorofil-a dapat dilihat pada Tabel 5. Data tersebut dapat digunakan untuk memprediksi daerah penangkapan cakalang setiap bulan selama setahun. Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa Laut Seram yang meliputi zona A dan B, digolongkan dalam daerah potensial penangkapan kategori rendah pada Musim Barat dan Peralihan Barat-Timur maupun Musim Peralihan Timur-Barat kecuali pada Musim Timur yang berpotensi sedang sampai tinggi. Laut Banda yang meliputi zona C dan D tergolong daerah potensial penangkapan kategori rendah pada Musim Barat dan Musim Peralihan namun tergolong kategori DPPI cakalang tinggi pada Musim Timur dan sedang pada Musim peralihan Timur-Barat, hal ini disebabkan karena peristiwa upwelling di Laut Banda yang terjadi pada Musim Timur sehingga menyuburkan perairan Laut Banda dan sekitarnya. Sekalipun berdasarkan data klorofil-a diprediksi bahwa Musim Barat dan Musim Peralihan Barat-Timur umumnya digolongkan dalam DPPI kategori rendah namum berdasarkan data tangkapan yang pernah dilakukan di Laut Seram maupun Laut Banda, nelayan tetap melakukan usaha penangkapan setiap bulannya khususnya di Laut Banda. Usaha penangkapan di zona A setiap tahunnya juga dilakukan kecuali pada Januari dan November, sedangkan di zona B hanya dilakukan pada saat musim penangkapan ikan cakalang yaitu pada pertengahan Musim Peralihan Barat-Timur sampai awal Musim Peralihan Timur-Barat.
Tabel 5. Pendugaan daerah potensial penangkapan ikan cakalang berdasarkan konsentrasi klorofil-a Waktu Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop
Zona A
Klorofil Tangkapan (mg/m3)
0.10-0.40 0.10-0.40 0.10-0.20 0.00-0.20 0.00-0.20 0.10-0.20 0.10-0.60 0.20-0.60 0.20-0.60 0.10-0.40 0.10-0.20 0.10-0.20
x x
Kategori
Klorofil (mg/m3)
Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Sedang Tinggi Tinggi Sedang Rendah Rendah
0.10-0.60 0.10-0.20 0.10-0.20 0.10-0.20 0.10-0.20 0.10-0.20 0.20-0.60 0.20-0.60 0.20-0.60 0.10-0.40 0.10-0.40 0.10-0.20
Keterangan = x =
Ada kegiatan penangkapan Tidak ada kegiatan penangkapan
Zona B Tangkapan Kategori
x x x x x x
Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Sedang Tinggi Tinggi Rendah Rendah Rendah
Klorofil (mg/m3)
0.10-0.40 0.00-0.20 0.00-0.20 0.00-0.20 0.00-0.20 0.10-0.20 0.20-0.60 0.20-0.60 0.40-0.60 0.10-0.40 0.10-0.40 0.10-0.40
Zona C Tangkapan Kategori
Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Sedang Sedang
Klorofil (mg/m3)
0.00-0.40 0.00-0.20 0.10-0.40 0.10-0.60 0.00-0.20 0.10-0.60 0.10-0.60 0.20-0.60 0.20-0.60 0.10-0.40 0.10-0.40 0.10-0.50
Zona D Tangkapan Kategori
x
Rendah Rendah Rendah Sedang Rendah Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Sedang Sedang
41
5 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. SPL pada lokasi penangkapan bervariasi antara 26°-30°C sedangkan konsentrasi klorofil-a berkisar antara 0.10-0.60 mg/m3. Musim Barat sampai pertengahan Musim Peralihan Barat-Timur SPL berkisar antara 28.5-30°C, Musim Timur 2627°C, Musim Peralihan Timur-Barat 28-30°C. Konsentrasi klorofil-a rendah pada Musim Barat dan Musim Peralihan Barat-Timur berkisar antara 0.15-0.30 mg/m3, pada MusimTtimur dan awal Musim Peralihan Timur-Barat konsentrasi klorofil-a 0.30-0.600mg/m3. 2. Cakalang tertangkap sepanjang tahun dengan hasil tangkapan tertinggi pada Musim Timur (Juni-September) rata-rata 3000-3700 kg/trip, sedangkan Musim Barat dan Musim Peralihan hasil tangkapan ikan cakalang umumnya kurang dari 2200 kg/trip. 3. Nilai koefisien determinasi (R2) antara SPL dan klorofil-a terhadap CPUE ikan cakalang sebesar 0.745 yang menunjukan korelasi sebesar 74 %. 4. Daerah potensial penangkapan cakalang terdapat pada beberapa lokasi di Laut Seram yaitu bagian utara Pulau Buru (zona A), Pulau Seram (zona B) dan Laut Banda bagian timur di sekitar Kepulauan Key (zona C) dan Tanimbar (zona D) dengan lokasi yang sangat potensial untuk penangkapan ikan cakalang berada disekitar Kepulauan Key. Saran Perlu dilakukan analisis terhadap faktor-faktor oseanografi lainnya selain SPL dan klorofil-a dan juga pengambilan data tangkapan yang lebih lama sehingga pendugaan daerah potensial penangkapan ikan cakalang ini lebih akurat.
42
DAFTAR PUSTAKA Arifin, I. 2006. Penentuan Daerah Penangkapan Ikan Cakalang Dengan Data Satelit Multi Sensor Di Perairan Laut Maluku. Tesis. Sekolah Pascasarjana, IPB. Bogor. Ayodhyoa, A. U. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Yayasan dewi Sri. Bogor. Brown, O.B and Minnet, P. J. 1999. MODIS Infrared Sea Surface Temperature Algorithm. University of Miami. Miami. Collete, B. B. and Nauren. 1983. Scombrids of The World. An Annotated and Illustrated Catalogue of Tuna, Mackerels, Bonitos and Related Species Known to Date. FAO Fish. Synop. Rome. Dahuri, H. R. 2004. Sumber Daya Wilayah Pesisir Dan Lautan Secara Terpadu. Pradnya Paramitha. Jakarta. Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Maluku. 2010. Laporan Tahunan Statistik Perikanan. Ambon. Edward dan Tarigan, M. S. 2003. Pengaruh Musim Terhadap Fluktuasi Kadar Fosfat dan Nitrat di Laut Banda. Makara Sains 7 (2). FAO. 1991. Interaction of Pasific Tuna Fisheries. Vol 2. Papers on Biology and Fisheries. FAO. Rome. FAOa. 1994. Interaction of pacific Tuna Fisheries. Vol 2. Papers on Biology and Fisheries. FAO. Rome. Gulland, J. A. 1983. Fish Stock Assessment: a Manual of Basic Methods. John Wiley & Sons. New York. Gunarso, W. 1985. Tingkah Laku Ikan: Hubungannya dengan Alat, Metoda dan Taktik Penangkapan. Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hamka, E. 2012. Pemetaan Daerah Penangkapan Potensial Ikan Layang (Decapterus spp) di Laut Banda. Tesis. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hutabarat, S dan Stewart M Evans. 1986. Pengantar Oseanografi. Universitas Indonesia. Jakarta. http://earthobservatory.nasa.gov (18 Februari 2012) http://www.fishbase.org (18 Februari 2012) http://modis.gsfc.nasa.gov/about/specifications.php (18 Februari 2012) http://oceancolor.gsfc.nasa.gov/ (10 Februari 2013) Japan Association on Remote Sensing (JARS). 1993. Remote Sensing Note. University of Japan. Tokyo. Jamal, M., Sondita, M. F. A., Haluan, J., Wiryawan, B. 2011. Pemanfaatan Data Biologi Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) dalam Rangka Pengeloloaan Perikanan Bertanggung Jawab di Perairan Teluk Bone. Jurnal Natur Indonesia 14 (1). Laevastu, T and M. L. Hayes. 1981. Fisheries Oceanography and Ecology. Fishing News Book Ltd. Lillesand, M. T and Kiefer, R. W. 1990. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
43
Lo, C. P. 1986. Applied Remote Sensing. Longman Scientific and Technical Inc. Manik, N. 2007. Beberapa Aspek Biologi Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) di Perairan Sekitar Pulau Seram Selatan dan Pulau Nusalaut. Oseanografi dan Limnologi Indonesia 33: 17-25. Matsumoto, W. M., R. A. Skillman and A. E. Dizon. 1984. Synopsis of Biological Data on Skipjack Tuna, Katsuwonus pelamis. NOAA Tech.Rep.NMFS Circ. Mattjik, A. A., Sumertajaya I. M. 2006. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab. Bogor (ID): IPB Press. Mugo, R., S. Saitoh., A. Naihira., and T. Kuroyama. 2010. Habitat Characteristics of Skipjack Tuna (Katsuwonus pelamis) in the Western North Pasific: a remote sensing perspective. Fisheries Oceanography. Blackwell Publishing Ltd. Muklis., Gaol, J. L., Simbolon, D. 2009. Pemetaan Daerah Penangkapan Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) dan Tongkol (Euthynnus affinis) Di Perairan Utara Nanggroe Aceh Darussalam. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol 1 No 1 Hal 24-32. Nontji, A. 2005. Laut Nusantara. Cetakan keempat. Djambatan. Jakarta. O’Reilly, J. E., Maritorena. S., Mueller, J. L., O’Brien, M. C., Siegel, D. A., Toole, D., Mitchell, B. G., Kahru, M., Chaves, F. P., Strutton, P., Cota, G. F., Hooker, S. B., McClain, C. R., Carder, K. L., Carger, F. M., Harding, L., Magnuson, A., Phinney, D., Moore, G. F., Aiken, J., Arrigo, K. R., Letelier, R and Culver, M. 2000. Sea WiFs Postlaunch Calibration and Validation Analyses, Part 3. NASA Technical Memorandum. Purwadhi, F. S. H. 2001. Interpretasi Citra Digital. Grasindo. Jakarta. Sediadi, A dan Edward. 2000. Kandungan Klorofil-a Fitoplankton Di Perairan Pulaupulau Lease Maluku Tengah. Puslitbang Oseanologi-LIPI. Jakarta. Smith, R. L., 1968. Upwelling, Oceanography and Marine Biology. An Annual Review. Scotland. Solanki, H. U., Mankodi, P. C., Nayak, S. R., Somvanshi, V. S. 2005. Evaluation of remote-sensing-based potential fishing zone (PFZs) forecast methodology. Continental Shelf Research. 25 : 2163-2173. Suprianto, D., Reppie, E., Budiman, J. 2012. Daerah Penangkapan Ikan dari Kapal Huhate yang Berpangkalan di Pelabuhan Perikanan Pantai Belang. Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap 1(2):57-62. Sutanto, 1987. Pengindraan Jauh. Jilid I. Gajah Mada University Press. Jogjakarta. Syahdan, M., Sondita, F. M. A., Atmadipoera, A., Simbolon, D. 2007. Hubungan Suhu Permukaan Laut dan Klorofil-a Terhadap Hasil Tangkapan Cakalang (Katsuwonus Pelamis, Linnaeus) di Perairan Bagian Timur Sulawesi Tenggara. Buletin PSP Volume XVI No 2. Tadjuddah, M. 2005. Analisis Daerah Penangkapan Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) dan Madidihang (Thunnus albacores) dengan Menggunakan Data Satelit di Perairan Kabupaten Wakatobi Sulawesi Tenggara. Tesis. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Uktoseja, J. C. B., Gafa, B., Bahar, S., Mulyadi, E. 1989. Potensi dan Penyebaran Sumberdaya Ikan Laut di Perairan Indonesia. Jurnal Penelitian Perikanan Laut No 43. Balai Penelitian Perikanan Laut. Jakarta.
44
Waas, H. J. D and Siregar, V. 2006. Identification of Oceanographic Parameters for Determining Pelagic Tuna Fishing Ground in the North Papua Waters Using MultiSensor Satellite Data. Biotropia Vol 13 No 1:37-48.
Lampiran 1. Data penangkapan ikan cakalang tahun 2011 No Date Latitude Longitude Catch SST 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
4/1/2011 6/1/2011 6/1/2011 7/1/2011 8/1/2011 11/1/2011 13/1/2011 14/1/2011 15/1/2011 15/1/2011 15/1/2011 16/1/2011 17/1/2011 18/1/2011 20/1/1011 22/1/2011 23/1/2011 23/1/2011 26/1/2011 27/1/2011 28/1/2011 30/1/2011 30/1/2011
4.35 4.4 4.33 5.95 4.5 5.75 5.87 6.25 4.68 4.28 6.65 5.58 6.5 5.5 4.43 4.5 6.77 5.83 5.9 6.83 6.9 4.75 4.42
132.88 132.92 130.03 131.3 132.83 131.52 131.67 133.08 132.75 130.12 133.33 131.65 133.25 131.68 130.05 130.2 133.42 131.72 131.8 133.58 133.7 132.63 130.32
2 1.5 1 0.5 0.75 2 1.5 2 1 2.5 2 2 2.5 2 2 1 2.5 3 2.5 1.5 3 2 2.5
27.03 27.12 28.43 29.22 29.77 29.14 28.69 27.49 27.61 29.06 27.5 28.8 28.62 28.75 29.61 27.53 28.68 28.28 26.97 28.46 28.32 27.36 28.93
Chl-a
Rerata Mingguan SST Januari
0.18 0.18 0.09 0.08 0.10 0.09 0.08 0.06 0.07 0.10 0.08 0.08 0.14 0.13 0.10 0.08 0.13 0.14 0.15 0.13 0.19 0.13 0.11
Rerata Mingguan Chl-a
Rerata Catch
CPUE
28.31
0.12
5.75
1.15
28.33
0.08
13
1.86
28.58
0.12
13
2.17
28.01
0.14
11.5
2.30
27.31
0.13
11.5
2.30
Februari 1 2 3 4 5 6
3/2/2011 4/2/2011 6/2/2011 6/2/2011 7/2/2011 10/2/2011
3.23 4.67 5.62 4.78 3.17 3.07
125.5 132.72 133.67 132.75 125.6 125.67
4 3 1 1.5 2 0.5
27.00 27.89 27.07 28.09 26.51 27.29
0.13 0.12 0.11 0.13 0.15 0.11
No 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Date 11/2/2011 12/2/2011 12/2/2011 15/2/2011 17/2/2011 18/2/2011 19/2/2011 20/2/2011 21/2/2011 24/2/2011 26/2/2011 26/2/2011 28/2/2011
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1/3/2011 1/3/2011 3/3/2011 5/3/2011 5/3/2011 7/3/2011 8/3/2011 10/3/2011 13/3/2011 17/3/2011 18/3/2011 19/3/2011 20/3/2011 21/3/2011 23/3/2011 25/3/2011 25/3/2011 28/3/2011
Latitude Longitude Catch 5.67 133.87 2.5 6.1 133.48 1 4.83 132.88 3.5 4.72 132.83 2.5 6.17 133.53 3.5 5.75 133.67 2 5.78 133.57 2 6.27 133.65 2.5 2.73 125.83 3 2.7 125.73 2 5.9 133.75 2 6.3 133.68 2.5 3.83 125.5 1.5 2.70 3.10 3.38 2.80 3.58 3.88 3.97 4.25 4.33 4.50 2.70 3.92 3.98 4.50 2.72 2.15 4.68 4.68
125.73 125.52 125.48 125.73 125.33 126.22 126.37 126.45 126.5 126.5 125.7 128.17 128.12 125.67 126.7 126.5 125.85 125.85
1.5 1.5 2.5 1 3 2 0.5 3 0.5 4 2 3 2.5 1 1 1.5 2.5 2
SST 29.36 29.17 29.15 29.06 29.24 29.59 29.32 29.40 29.78 29.41 27.38 28.29 27.85 27.98 29.12 27.51 27.63 29.06 28.33 28.30 29.30 29.34 29.16 27.50 29.76 29.75 29.51 28.52 29.82 28.27 28.27
Chl-a Rerata Mingguan SST Rerata Mingguan Chl-a Rerata Catch 0.20 0.11 0.23 0.21 0.13 28.88 0.16 13.5 0.12 0.12 0.12 0.11 0.10 29.50 0.12 11.5 0.13 0.14 0.12 Maret 0.13 0.13 0.15 0.13 0.14 28.10 0.14 15.5 0.11 0.13 0.13 0.14 28.82 0.13 6 0.09 0.09 0.12 0.12 0.09 29.14 0.10 12.5 0.14 0.14 0.10 0.10
CPUE
2.25
2.30
1.94
1.50
2.50
19 20 21 22
28/3/2011 28/3/2011 29/3/2011 30/3/2011
4.83 4.18 4.77 4.50
126.5 126.58 128.33 125.85
3 1.5 3 1.5
28.33 28.06 28.38 27.01
0.11 0.13 0.13 0.12
28.52
0.12
14.5
2.07
27.32
0.12
11.5
1.92
28.76
0.10
9.5
1.90
29.21
0.11
21.7
2.41
28.96
0.13
18
2.25
April 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
1/4/2011 3/4/2011 4/4/2011 5/4/2011 6/4/2011 8/4/2011 10/4/2011 11/4/2011 12/4/2011 13/4/2011 16/4/2011 16/4/2011 17/4/2011 18/4/2011 18/4/2011 18/4/2011 19/4/2011 21/4/2011 22/4/2011 23/4/2011 24/4/2011 24/4/2011 25/4/2011 28/4/2011 29/4/2011 30/4/2011 30/4/2011
4.83 4.53 4.5 4.77 4.58 4.07 4.5 4.83 4.67 2.83 4.92 2.73 2.88 2.78 2.58 7.33 6.58 2.5 7.05 2.67 7.5 2.5 7.28 2.67 2.8 2.83 7.17
126.33 125.92 126.17 128.33 125.98 126.98 126.08 130.92 125.97 125.42 132.97 126.3 126.22 125.92 125.25 130.67 131.63 126.83 131.08 126.25 130.17 125.42 130.83 128.05 125.67 125.42 130.73
1 2.5 3 1.5 2 3 0.5 1 1 4 2 3 3.5 1 1.5 2 4 2.7 2 3.5 2 3 2.5 1.5 3 2 0.5
27.45 27.08 27.58 27.94 26.86 28.26 28.45 29.35 28.56 28.67 28.53 29.53 29.68 29.85 29.55 29.05 28.84 29.32 28.56 29.37 28.97 29.44 28.67 27.87 29.52 29.29 28.52
0.11 0.11 0.11 0.13 0.11 0.10 0.12 0.08 0.11 0.10 0.12 0.12 0.11 0.12 0.11 0.10 0.11 0.14 0.10 0.12 0.13 0.12 0.11 0.19 0.11 0.09 0.14
No
Date
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
2/5/2011 3/5/2011 4/5/2011 4/5/2011 5/5/2011 6/5/2011 7/5/2011 10/5/2011 13/5/2011 13/5/2011 15/5/2011 15/5/2011 15/5/2011 16/5/2011 18/5/2011 18/5/2011 18/5/2011 19/5/2011 20/5/2011 20/5/2011 20/5/2011 21/5/2011 23/5/2011 23/5/2011 26/5/2011 26/5/2011 27/5/2011 28/5/2011 29/5/2011 29/5/2011 30/5/2011
Latitude Longitude Catch 2.8 2.83 2.75 2.47 2.57 2.52 2.62 5.42 4.47 2.92 2.75 4.57 5.2 4.93 4.5 2.68 5.15 4.88 2.83 5.15 2.87 4.53 4.75 2.17 2.27 2.83 2.27 3.12 3.98 2.87 2.8
126.25 126.33 126.17 125.67 125.7 125.75 125.65 127.33 126.63 126.1 125.98 126.65 132.77 132.95 126.58 125.65 132.92 132.88 126.13 132.75 125.47 126.47 132.88 125.12 125.05 125.83 125.07 125.25 125.08 125.47 125.4
2.5 3 2 2.5 0.5 1 1.5 2.5 3 2 1 2.5 1 2.5 0.5 4 2.5 2 3.5 2.5 0.5 0.5 1.5 2.5 3 2.6 3 2 2 3 3
SST 27.40 27.35 27.31 27.75 27.62 27.69 27.53 28.83 28.96 29.81 29.94 28.67 29.21 28.90 29.36 29.72 28.57 27.37 27.87 29.86 29.36 29.36 27.28 29.62 28.13 29.64 28.13 28.80 28.89 29.30 28.72
Chl-a 0.20 0.19 0.22 0.13 0.12 0.17 0.13 0.11 0.09 0.16 0.16 0.08 0.11 0.12 0.23 0.20 0.14 0.17 0.26 0.10 0.20 0.23 0.17 0.14 0.31 0.23 0.31 0.15 0.22 0.39 0.45
Rerata Mingguan SST Mei
Rerata Mingguan Chl-a
Rerata Catch
CPUE
27.52
0.17
13
1.86
29.19
0.12
14.5
2.07
28.84
0.18
20
2.00
Juni 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
1/6/2011 1/6/2011 2/6/2011 2/6/2011 2/6/2011 3/6/2011 4/6/2011 4/6/2011 4/6/2011 4/6/2011 5/6/2011 5/6/2011 6/6/2011 9/6/2011 9/6/2011 10/6/2011 10/6/2011 10/6/2011 11/6/2011 11/6/2011 12/6/2011 12/6/2011 13/6/2011 14/6/2011 14/6/2011 15/6/2011 16/6/2011 17/6/2011 18/6/2011 18/6/2011 19/6/2011 20/6/2011
2.92 4.35 4.35 4.65 2.35 2.4 2.37 6.15 5.52 2.75 2.37 5.52 3.53 4.83 4.37 4.47 2.5 4.92 5.05 4.88 5.07 4.58 4.45 5.67 5.02 5.9 5.9 5.93 5.63 7.28 5.63 5.75
125.53 126.55 126.6 132.82 125.55 125.62 125.5 133.43 127.5 125.42 125.5 127.33 125.27 132.7 126.72 126.92 125.32 133.82 132.58 131.62 131.5 126.38 126.35 130.8 131.37 130.7 130.7 130.98 132.83 130.77 133.37 133.4
4 1.7 2 4 4 2.5 3.5 4 2 2 1 1.6 3.5 4.5 2 3.5 3 3 3 3 3.5 1.5 1.5 3 3.5 3 3 2.5 4 2 1.5 2
29.02 28.32 27.17 26.53 28.69 28.65 28.75 27.07 28.11 27.60 28.75 27.92 28.02 26.43 27.25 27.73 28.22 26.58 26.72 27.25 27.17 27.59 27.72 27.04 27.26 27.56 27.56 26.52 26.13 27.04 25.73 25.54
0.44 0.13 0.10 0.71 0.18 0.18 0.18 0.37 0.14 0.15 0.18 0.13 0.37 1.07 0.14 0.48 0.27 0.43 0.40 0.33 0.63 0.14 0.13 0.28 0.61 0.26 0.26 0.21 0.56 0.17 0.32 0.39
28.77
0.29
24.80
2.76
27.76
0.30
36.60
2.82
27.30
0.34
37.00
2.85
No 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52
Date 20/6/2011 20/6/2011 21/6/2011 21/6/2011 21/6/2011 22/6/2011 23/6/2011 23/6/2011 23/6/2011 23/6/2011 24/6/2011 25/6/2011 26/6/2011 26/6/2011 26/6/2011 27/6/2011 28/6/2011 29/6/2011 30/6/2011 30/6/2011
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1/7/2011 1/7/2011 1/7/2011 2/7/2011 3/7/2011 3/7/2011 4/7/2011 4/7/2011 4/7/2011 5/7/2011 5/7/2011
Latitude Longitude Catch 7.48 130.97 3 2.78 125.7 2 7.12 130.75 6 4.07 126.08 2.5 2.62 125.7 3 6.08 133.45 3 2.65 125.62 3.5 5.45 133.45 5.5 7.17 130.72 2 4.32 126.6 4 5.45 133.35 3 2.32 125.48 3 3.12 125.9 3 4.63 132.68 4 5.17 131.75 1.5 4.9 131.45 2 5.03 133.03 4 7.2 130.75 2 5.5 133.43 5 5.25 131.32 4 5.5 5.2 7.07 7.1 5.23 7.3 4.5 5.05 5.85 7.08 5.83
132.45 131.33 130.93 130.93 131.35 133.92 126.43 130.9 133.55 130.57 133.37
6 3 6 3.5 1.5 3.5 2 3.5 3.5 4 4
SST 27.13 27.66 26.98 27.10 27.77 25.77 27.03 25.83 26.96 27.73 26.13 27.27 28.75 25.89 26.18 25.55 25.53 26.79 25.89 26.12 26.29 25.84 26.97 26.99 26.18 25.11 26.89 26.28 25.84 26.08 26.05
Chl-a Rerata Mingguan SST Rerata Mingguan Chl-a Rerata Catch 0.51 0.34 0.21 0.25 0.28 0.37 0.48 0.30 0.18 0.53 0.30 0.45 26.74 0.35 50.00 0.22 0.87 0.68 0.96 0.97 0.22 0.87 0.59 Juli 0.66 0.63 0.27 0.26 0.61 0.31 26.29 0.58 49.00 0.18 0.44 0.44 0.28 0.44
CPUE
3.13
3.50
12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 37 38 40 41 42 43 44 45 46
6/7/2011 6/7/2011 6/7/2011 7/7/2011 7/7/2011 7/7/2011 7/7/2011 8/7/2011 8/7/2011 8/7/2011 9/7/2011 9/7/2011 10/7/2011 11/7/2011 11/7/2011 12/7/2011 12/7/2011 13/7/2011 13/7/2011 14/7/2011 14/7/2011 15/7/2011 15/7/2011 15/7/2011 16/7/2011 16/7/2011 16/7/2011 17/7/2011 17/7/2011 18/7/2011 20/7/2011 25/7/2011 26/7/2011
7.2 4.8 5.72 7.18 4.75 5.4 2.23 7.17 2.33 4.97 7.13 2.23 7.27 4.97 2.78 7.2 2.75 6.17 2.67 6.12 2.83 5.2 5.88 2.92 5.08 5.83 6.55 6.58 5.8 5.2 5.05 5.2 3.25
131.05 126.62 133.35 131.08 126.52 133.3 125.08 130.92 126.97 132.87 130.95 126.08 130.9 125.48 126.03 131.01 126.28 133.55 126.23 133.45 126.88 131.37 133.17 125.83 131.47 133.18 131.32 131.35 133.47 131.75 131.45 131.37 125.22
3 3 3.5 3 2 4 2 2 3 4.5 2 3 4 2 3.5 3 4 3 4 5 2 4 4 1 4.5 2 4 3 3 5 5 4 3
26.72 27.29 26.13 26.37 26.81 25.70 27.39 26.24 26.12 25.52 26.91 26.12 25.19 26.81 25.73 26.58 28.16 25.43 28.30 25.72 28.13 25.19 25.62 28.17 25.82 25.47 26.26 26.27 25.25 25.74 26.38 26.43 26.36
0.38 0.25 0.44 0.29 0.24 0.50 0.20 0.22 0.31 0.73 0.21 0.24 0.22 0.19 0.21 0.21 0.27 0.54 0.29 0.44 0.31 0.53 0.51 0.23 0.58 0.48 0.30 0.33 0.75 0.26 0.42 1.09 0.29
26.31
0.32
61.50
3.08
26.41
0.40
51.50
3.43
No 47 48 49 50
Date 27/7/2011 27/7/2011 28/7/2011 31/7/2011
Latitude Longitude Catch 2.25 125.15 3 7.23 130.8 2.5 2.25 125.07 3.5 7.2 130.78 2.5
SST 27.45 26.83 26.81 26.80
Chl-a 0.23 0.21 0.36 0.22
Rerata Mingguan SST
Rerata Mingguan Chl-a
Rerata Catch
CPUE
26.69
0.45
17.50
3.50
26.78
0.25
24.00
3.43
26.40
0.45
23.20
3.31
26.70
0.47
43.00
3.31
Agustus 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
2/8/2011 2/8/2011 3/8/2011 4/8/2011 4/8/2011 5/8/2011 6/8/2011 10/8/2011 10/8/2011 11/8/2011 12/8/2011 12/8/2011 13/8/2011 13/8/2011 14/8/2011 15/8/2011 16/8/2011 16/8/2011 17/8/2011 17/8/2011 18/8/2011 18/8/2011 19/8/2011 19/8/2011 20/8/2011 21/8/2011 21/8/2011
7.42 7.25 2.4 7.12 2.3 5.3 6.55 5.05 2.32 2.52 2.83 5.83 3.02 5.67 5.75 7.33 2.75 5.72 5.73 7.17 7.17 5.75 7.25 2.85 2.62 7.32 4.97
130.8 130.6 125.25 131.42 125.7 131.42 131.37 131.63 125.42 125.7 125.67 133.5 125.5 132.83 132.92 130.83 125.88 132.92 132.83 130.87 130.92 132.83 130.92 125.65 125.98 130.93 132.58
3 4 2.5 6 2.5 4.5 4 4.7 2 2 2.5 3.5 3 3.5 4.5 2 4 4.5 4 2.5 3 4.5 3 2 2.5 4 4
26.53 26.60 27.24 26.48 26.97 25.22 25.64 25.13 27.77 27.92 27.79 25.32 27.92 25.75 25.95 26.56 27.85 25.75 25.81 26.66 26.85 25.81 26.79 27.75 27.63 25.81 26.47
0.18 0.167 0.423 0.241 0.178 0.753 0.455 0.643 0.22 0.229 0.456 0.374 0.304 0.706 0.706 0.229 0.421 0.706 0.707 0.274 0.254 0.707 0.222 0.297 0.542 0.656 0.341
28 29 30 31 32 33 34 35
21/8/2011 22/8/2011 23/8/2011 24/8/2011 25/8/2011 26/8/2011 29/8/2011 31/8/2011
2.33 4.75 2.33 4.7 4.45 4.75 2.15 2.72
125.12 132.68 125.12 132.77 126.65 126.45 125.03 126.18
3.7 2.5 4 3.5 4.5 4.5 3.5 4
26.55 24.10 26.65 24.89 26.24 26.40 26.47 27.97
0.455 0.308 0.455 0.406 0.898 0.508 0.4 0.342
25.89
0.50
30.70
3.84
27.28
0.44
21.50
3.58
25.85
0.29
21.50
3.07
26.24
0.53
27.75
3.96
September 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
1/9/2011 2/9/2011 3/9/2011 5/9/2011 6/9/2011 7/9/2011 7/9/2011 8/9/2011 9/9/2011 9/9/2011 10/9/2011 14/9/2011 14/9/2011 15/9/2011 15/9/2011 17/9/2011 18/9/2011 21/9/2011 22/9/2011 23/9/2011 23/9/2011 23/9/2011 24/9/2011 24/9/2011
2.7 3.17 3.17 4.82 4.63 4.67 7.13 7.18 7.17 4.82 4.8 5.8 2.42 2.42 6.12 3.07 4.85 5.87 5.07 5.27 2.52 5.27 5.15 4.88
126.17 125.75 125.53 132.87 132.83 132.82 131.05 130.77 130.68 132.68 132.68 133.33 125.25 125.12 133.02 125.02 132.33 133.22 132.55 131.75 125.65 131.75 131.47 132.62
4 3 2.5 5 5 4.5 2 2 2 3 3 4.25 5 4 3 3 4 4.5 8 3 4 3 8 3
27.87 28.34 27.67 25.38 25.27 25.61 26.56 26.57 26.36 25.27 25.32 25.62 26.88 26.92 25.91 26.78 25.84 25.72 26.54 26.02 27.66 26.04 26.16 26.54
0.43 0.30 0.32 0.86 0.50 0.50 0.17 0.16 0.19 0.25 0.25 0.63 0.40 0.30 0.50 0.34 0.95 0.62 0.46 0.47 0.26 0.46 0.91 0.39
No 26 27 28 29 30 31 32 33
Date 25/9/2011 26/9/2011 26/9/2011 27/9/2011 27/9/2011 30/9/2011 30/9/2011 30/9/2011
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
3/10/2011 3/10/2011 4/10/2011 4/10/2011 5/10/2011 7/10/2011 9/10/2011 9/10/2011 10/10/2011 11/10/2011 12/10/2011 12/10/2011 13/10/2011 14/10/2011 14/10/2011 15/10/2011 15/10/2011 15/10/2011 16/10/2011 16/10/2011 17/10/2011 17/10/2011 18/10/2011
Latitude Longitude Catch 4.8 132.42 3.2 4.83 132.38 2.6 2.35 125.6 2 5.7 133.33 3 4.75 132.8 3.2 5.82 133.15 3 2.28 125.23 2 5.97 133.23 3
SST 26.93 26.58 27.97 26.16 26.86 27.64 28.61 28.43
Chl-a 0.46 0.46 0.30 0.51 0.39 0.45 0.21 0.43
27.83 28.60 27.54 27.16 27.80 28.33 28.17 27.06 26.99 27.64 27.62 28.27 26.78 28.26 28.58 28.06 28.09 27.53 28.38 28.56 28.36 28.80 28.06
0.38 0.27 0.31 0.41 0.32 0.34 0.29 0.35 0.55 0.32 0.25 0.20 0.24 0.21 0.23 0.27 0.18 0.22 0.27 0.19 0.26 0.17 0.19
Rerata Mingguan SST
Rerata Mingguan Chl-a
Rerata Catch
CPUE
26.68
0.46
43.00
3.91
27.99
0.35
28.50
3.17
27.75
0.28
27.20
2.27
Oktober 4.85 2.67 4.75 2.38 4.88 2.37 2.08 6.12 5.98 5.77 5.93 4.7 5.17 4.75 2.6 4.83 2.47 7.15 2.68 7.15 2.55 7.22 2.4
131.47 125.88 131.33 125.48 131.3 125.15 125.52 133.22 133.75 131.75 131.45 132.97 131.83 133.03 125.35 132.73 125.45 131.1 125.55 130.92 125.48 130.75 125.1
3.5 2 3 4 3.5 4.5 2 3 4 2 1.7 2 1.5 2 3 2.5 1.5 2 2 2 2.5 2.5 2.5
24 25 26 27 28 29 30 31 32
18/10/2011 20/10/2011 21/10/2011 24/10/2011 25/10/2011 26/10/2011 27/10/2011 28/10/2011 29/10/2011
7.33 2.45 2.4 6.05 6.1 6.12 6.28 6.18 5.97
130.98 125.37 125.28 132.98 133.48 133.42 133.48 133.2 133.53
3 2.5 2 2.8 2.5 2 2 1.3 2
28.62 28.64 28.49 28.60 28.40 28.32 27.38 28.78 28.68
0.36 0.19 0.20 0.22 0.15 0.15 0.16 0.18 0.16
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
1/11/2011 2/11/2011 3/11/2011 4/11/2011 5/11/2011 6/11/2011 7/11/2011 8/11/2011 9/11/2011 10/11/2011 11/11/2011 11/11/2011 12/11/2011 13/11/2011 14/11/2011 15/11/2011 15/11/2011 16/11/2011 17/11/2011 18/11/2011 19/11/2011 20/11/2011 21/11/2011
4.67 4.67 5.75 5.2 4.8 4.97 4.08 4.88 7.03 7.13 7.76 4.65 4.47 4.42 4.57 4.88 6 6.22 6.03 6.08 6.65 4.63 6.58
132.33 132.67 133.33 131.5 131.37 131.38 133.88 132.82 131.08 130.88 130.89 132.72 132.45 132.33 132.75 132.67 133.12 133.33 133.4 133.42 130.85 132.5 130.93
2 2.5 3 3 1.5 2 3 2.5 0.5 2.5 3.7 1.5 3 1.2 3 2 2 1.5 2.5 3 1 3 2
28.09 28.19 28.11 28.56 28.27 28.99 27.95 29.12 28.92 29.21 28.18 29.12 29.39 28.58 29.46 29.77 28.71 29.22 30.74 30.52 29.77 30.00 29.75
0.19 0.17 0.24 0.22 0.23 0.16 0.35 0.17 0.11 0.10 0.56 0.26 0.28 0.28 0.26 0.21 0.15 0.19 0.18 0.20 0.09 0.15 0.07
28.49
0.23
19.00
2.38
28.36
0.17
12.60
2.10
28.41
0.22
19.50
2.44
29.06
0.24
20.90
2.09
November
No 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
Date Latitude Longitude Catch 22/11/2011 4.63 132.5 2 22/11/2011 5.55 133.58 1.5 22/11/2011 4.67 132.55 1.5 23/11/2011 5.7 133.42 2.5 24/11/2011 5.78 133.15 2.5 25/11/2011 4.83 132.83 1 25/11/2011 5.85 133.33 2 25/11/2011 4.53 132.12 3 26/11/2011 4.83 132.9 3 26/11/2011 5.28 132.47 2 27/11/2011 5.15 131.67 2.5 28/11/2011 5.88 133.38 1.5 29/11/2011 6.68 130.98 1
SST 30.00 29.97 30.28 30.51 30.24 29.99 29.34 29.73 30.11 29.81 29.05 28.90 30.06
Chl-a 0.15 0.13 0.19 0.17 0.18 0.13 0.16 0.17 0.12 0.13 0.16 0.13 0.06
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
4/12/2011 4/12/2011 5/12/2011 7/12/2011 7/12/2011 8/12/2011 9/12/2011 9/12/2011 10/12/2011 13/12/2011 14/12/2011 15/12/2011 15/12/2011 17/12/2011 18/12/2011 20/12/2011 21/12/2011 24/12/2011
30.43 30.60 30.30 29.72 30.43 30.08 29.92 29.58 30.00 28.71 28.77 29.06 28.95 29.21 29.22 28.23 28.12 27.89
0.09 0.06 0.07 0.07 0.09 0.08 0.08 0.12 0.09 0.09 0.17 0.09 0.09 0.09 0.09 0.11 0.11 0.14
Rerata Mingguan SST
Rerata Mingguan Chl-a
Rerata Catch
CPUE
30.18
0.15
21.50
2.15
29.62
0.13
16.00
2.00
30.12
0.09
14.20
1.58
28.99
0.10
10.00
1.67
Desember 7.23 5.97 6.07 6.05 7.25 6.08 6.08 4.83 6.17 7.57 6.17 6.25 7.52 6.25 6.22 6.28 6.33 4.97
130.75 130.98 131.92 131.12 130.75 131.17 131.25 132.83 131.33 130.43 133.18 131.42 130.43 131.45 131.42 131.33 131.58 131.98
1.5 1 1.5 1.7 2 1.5 2 1.5 1.5 2 2.5 1.5 1.5 1 1.5 1 2 2
19 20 21 22
26/12/2011 27/12/2011 30/12/2011 31/12/2011
5.08 6.93 5.33 5.6
132.67 131.6 132.9 131.58
2 2.5 2 1.2
27.89 27.05 27.82 27.27
0.32 0.22 0.13 0.10
28.03
0.17
7.00
1.75
27.38
0.15
5.70
1.90
Lampiran 2. Data penangkapan ikan cakalang tahun 2012 No Date Latitude Longitude Catch SST 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
1/1/2012 2/1/2012 3/1/2012 4/1/2012 6/1/2012 7/1/2012 10/1/2012 11/1/2012 13/1/2012 14/1/2012 15/1/2012 15/1/2012 15/1/2012 16/1/2012 16/1/2012 17/1/2012 18/1/2012 18/1/2012 19/1/2012 19/1/2012 23/1/2012 25/1/2012 25/1/2012 28/1/2012 30/1/2012 30/1/2012 31/1/2012
4.35 7.58 7.6 4.5 4.82 4.77 4.62 4.67 6.52 6.68 6.48 6.97 7.92 7.15 6.5 6.93 6.83 7.2 7.05 7.13 6.75 5.5 7.88 5.47 7.73 5.92 5.78
132.33 133.35 133.32 132.72 132.92 132.4 132.6 132.32 133.28 133.33 133.35 132.77 131.75 132.58 133.38 130.82 130.37 130.82 130.77 130.6 130.05 133.33 131.25 133.32 130.12 133.6 133.57
2 2 0.5 1 2 2 2 1 2.5 2 2 1.5 1 1.5 1 1.5 1.5 2 1.5 1.5 1 1.5 2 2.5 2.5 2 1
27.17 27.12 27.32 27.74 27.86 27.12 30.07 30.51 29.92 29.07 29.45 29.32 28.76 29.35 29.72 29.33 29.35 29.38 29.45 29.45 29.21 29.56 28.33 29.37 28.56 29.44 29.48
Chl-a 0.11 0.07 0.07 0.10 0.11 0.12 0.11 0.08 0.09 0.08 0.09 0.10 0.09 0.10 0.09 0.08 0.09 0.08 0.08 0.08 0.09 0.08 0.12 0.08 0.12 0.08 0.09
Rerata Mingguan SST Januari
Rerata Mingguan Chl-a
Rerata Catch
CPUE
27.39
0.10
9.50
1.58
29.57
0.09
14.50
1.61
29.36
0.08
9.00
1.50
29.12
0.10
11.50
1.92
Februari 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
2/2/2012 3/2/2012 4/2/2012 4/2/2012 7/2/2012 7/2/2012 8/2/2012 8/2/2012 9/2/2012 9/2/2012 9/2/2012 10/2/2012 11/2/2012 12/2/2012 13/2/2012 13/2/2012 14/2/2012 14/2/2012 15/2/2012 15/2/2012 16/2/2012 17/2/2012 18/2/2012 18/2/2012 18/2/2012 19/2/2012 19/2/2012 20/2/2012 21/2/2012 22/2/2012
5.87 2.68 5.92 2.82 7.2 4.78 4.65 5.72 5.62 4.42 2.52 4.87 5.92 6.57 4.53 6.07 5.95 6.57 2.72 5.2 4.92 5 4.52 2.92 3.78 3.8 4.95 3.92 4.21 2.64
133.42 126.08 133.15 126.28 132.38 132.72 132.72 133.33 133.67 132.22 126.89 132.42 133.5 131.78 132.72 133.48 133.25 133.23 126.32 131.8 131.48 131.5 126.18 125.87 130.43 130.47 131.5 131.20 130.74 126.22
2 1.5 2 2.5 2 1 2 3 2 3 1.5 1 1.5 2.5 2 1 1.5 1.5 2.5 1 2.5 1.5 1 3 2 2 1 2.5 1.5 1.5
27.28 27.39 27.14 27.28 28.07 28.83 27.82 28.88 27.18 27.85 28.54 27.71 27.94 27.85 27.45 27.67 28.33 28.37 26.66 27.34 27.50 27.61 29.13 29.56 28.83 29.05 28.95 28.74 28.19 28.85
0.13 0.13 0.13 0.13 0.12 0.15 0.15 0.13 0.13 0.13 0.19 0.12 0.10 0.11 0.12 0.10 0.10 0.11 0.14 0.13 0.12 0.12 0.09 0.12 0.13 0.12 0.12 0.17 0.12 0.14
27.84
0.14
22.50
2.05
27.68
0.11
18.50
1.68
No 31 32 33 34 35 36
Date 23/2/2012 24/2/2012 24/2/2012 25/2/2012 26/2/2012 27/2/2012
Latitude Longitude Catch 6.90 130.48 1 6.9 130.25 2.5 5.88 133.53 1 4.75 130.55 2 5.43 133.3 1 6.82 131.53 2.5
SST 29.24 29.35 29.42 30.04 29.25 29.30
Chl-a 0.10 0.09 0.09 0.12 0.07 0.13
Rerata Mingguan SST
Rerata Mingguan Chl-a
Rerata Catch
CPUE
29.11
0.12
21.00
1.75
29.07
0.10
7.50
1.50
27.84
0.12
6.00
1.50
28.03
0.12
18.50
2.06
Maret 1 2 3 4 5 8 9 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
2/3/2012 3/3/2012 4/3/2012 5/3/2012 6/3/2012 7/3/2012 8/3/2012 22/3/2012 22/3/2012 24/3/2012 24/3/2012 25/3/2012 26/3/2012 27/3/2012 27/3/2012 28/3/2012 29/3/2012 30/3/2012 30/3/2012 31/3/2012
5.75 6.87 4.09 3.97 4.91 5.16 5.92 4.73 5.85 6.08 5.22 6.7 5.28 5.82 5.07 5.93 7.08 7.43 6.1 6.3
133.25 131.53 130.42 130.11 130.37 131.45 131.48 131.78 133.28 133.57 131.62 131.27 133.67 133.17 132.32 133.12 131.12 130.42 133.58 133.75
1 2 1 2 1.5 1 1.5 1.5 2 2.5 1 2 2.5 2.5 1.5 3 2.5 2 1 2
28.66 29.30 28.86 28.82 27.65 27.38 27.49 28.83 27.69 27.18 28.47 28.03 27.85 27.88 28.56 27.75 28.37 29.11 29.55 29.34
0.07 0.13 0.12 0.13 0.12 0.12 0.12 0.12 0.14 0.14 0.08 0.12 0.12 0.14 0.12 0.14 0.23 0.14 0.09 0.12 April
1 2
1/4/2012 3/4/2012
5.2 5.1
131.58 131.57
1 1.5
29.58 29.67
0.08 0.08
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
4/4/2012 5/4/2012 6/4/2012 8/4/2012 8/4/2012 8/4/2012 9/4/2012 9/4/2012 10/4/2012 10/4/2012 10/4/2012 11/4/2012 11/4/2012 12/4/2012 12/4/2012 13/4/2012 14/4/2012 15/4/2012 15/4/2012 16/4/2012 17/4/2012 18/4/2012 18/4/2012 19/4/2012 20/4/2012 21/4/2012 25/4/2012 25/4/2012 25/4/2012 26/4/2012 27/4/2012
7.45 7.53 4.38 7.27 5.08 2.4 4.55 2.38 7.27 2.25 4.87 2.58 4.63 5.78 4.48 4.8 5.7 4.48 2.57 5.4 2.53 2.58 4.67 4.67 2.55 5.52 4.88 2.62 4.03 2.3 2.35
130.62 130.4 131.98 130.4 132.55 125.2 132.17 125.15 130.1 125.07 132.95 125.18 132.55 133.5 132.17 132.28 133.45 132.17 130.2 133.35 128.98 129.28 125.17 125.28 128.92 125.48 131.4 125.13 131.6 125.25 125.42
2 2 1 1.5 1 1.5 2 2.5 2 1.5 2 1 1 0.5 1 1 1.5 1.5 2 2 3 4 1 2 1.5 1 1.5 1 2.5 3 1.5
29.39 29.50 29.15 29.08 29.56 29.87 29.49 29.72 29.37 29.60 29.17 29.66 29.82 29.20 29.85 29.37 29.39 29.03 29.98 28.83 29.21 30.01 29.15 28.87 29.32 29.34 28.90 29.76 28.85 30.10 30.33
0.16 0.16 0.09 0.08 0.08 0.09 0.08 0.09 0.09 0.09 0.11 0.09 0.09 0.08 0.08 0.08 0.08 0.11 0.12 0.12 0.12 0.14 0.09 0.10 0.12 0.10 0.08 0.05 0.12 0.11 0.12
29.31
0.13
14.00
1.75
29.49
0.09
19.50
1.39
29.31
0.11
19.50
1.95
No 34 35 36
Date 27/4/2012 28/4/2011 28/4/2012
Latitude Longitude Catch 4.5 131.43 2 2.42 126.58 2 2.42 126.22 1
SST 29.24 29.57 29.90
Chl-a 0.11 0.13 0.12
Rerata Mingguan SST
Rerata Mingguan Chl-a
Rerata Catch
CPUE
29.58
0.10
14.50
1.81
28.61
0.11
7.30
1.83
29.60
0.13
9.30
2.33
29.47
0.12
13.00
1.86
29.23
0.17
11.50
2.88
28.71
0.16
9.00
1.50
Mei 1 2 3 4 5 6 7 8 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1/5/2012 3/5/2012 4/5/2012 5/5/2012 8/5/2012 10/5/2012 10/5/2012 15/5/2012 18/5/2012 19/5/2012 19/5/2012 21/5/2012 21/5/2012 21/5/2012 22/5/2012 25/5/2012 25/5/2012 28/5/2012 30/5/2012
2.58 5.5 2.67 5.33 5.62 5.33 2.8 5.38 2.78 2.72 2.57 2.72 2.72 2.43 2.52 2.62 2.62 2.5 2.67
125.65 133.22 125.92 133.28 133.58 133.42 125.83 133.32 125.83 125.75 129.2 125.17 126.18 129.88 129.5 128.45 128.83 129.67 130.22
2 1.5 1.8 2 1 4 2 2.3 1 0.5 3 1 2.5 2 3 2 3 3.5 3
28.48 28.94 28.42 28.61 29.46 29.51 29.90 29.54 29.56 29.72 29.77 29.72 29.44 29.36 28.74 28.89 28.82 29.63 29.59
0.11 0.10 0.11 0.11 0.08 0.16 0.11 0.17 0.10 0.09 0.12 0.09 0.11 0.17 0.13 0.15 0.16 0.15 0.21 Juni
1 2 3 4 5 6
1/6/2012 3/6/2012 4/6/2012 6/6/2012 7/6/2012 8/6/2012
2.67 5.62 5.67 2.5 2.57 2.75
130.15 133.33 133.4 125.67 125.75 125.83
2 1.5 1 1 2 1.5
29.59 27.71 27.71 29.04 29.02 29.16
0.20 0.19 0.19 0.12 0.10 0.17
7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
9/6/2012 10/6/2012 12/6/2012 12/6/2012 13/6/2012 13/6/2012 13/6/2012 14/6/2012 14/6/2012 14/6/2012 14/6/2012 15/6/2012 15/6/2012 15/6/2012 16/6/2012 17/6/2012 18/6/2012 18/6/2012 19/6/2012 19/6/2012 19/6/2012 20/6/2012 20/6/2012 21/6/2012 23/6/2012 25/6/2012 25/6/2012 28/6/2012
2.83 5.88 5.82 5.52 5.5 2.17 2.63 2.47 5.47 5.28 2.38 5.67 2.17 5.42 2.25 5.35 2.37 2.62 2.32 2.37 2.48 2.52 2.5 2.35 2.5 2.37 2.53 2.65
125.88 133.28 133.75 131.9 131.9 125.17 125.65 125.52 131.83 133.3 125.67 133.42 125.53 131.85 125.58 131.83 130.87 125.67 125.25 130.88 129.63 128.57 125.4 125.25 125.17 125.42 128.88 125.28
3 3 2.5 3 3 2 2.5 3 3.5 3.5 2 2.5 3 2.5 2.5 3 4 2.5 1.5 3.5 3.5 2.5 2 1.5 2.5 2 2 4
29.30 27.60 28.14 27.63 27.53 28.13 29.02 28.70 27.59 26.77 28.54 27.41 28.17 27.54 28.45 27.27 28.19 28.37 28.36 28.19 28.73 29.05 28.18 28.38 28.27 28.25 28.97 27.41
0.22 0.51 0.33 0.53 0.65 0.17 0.25 0.19 0.65 0.84 0.23 0.45 0.17 0.64 0.20 0.71 0.53 0.19 0.13 0.53 0.44 0.29 0.12 0.12 0.14 0.09 0.21 0.24
28.03
0.40
41.50
2.77
28.30
0.32
26.50
2.65
28.21
0.19
10.00
2.50
Juli 1 2
2/7/2012 3/7/2012
2.28 2.42
128.52 128.75
2 3
28.19 28.28
0.22 0.35
No 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Date 5/7/2012 6/7/2012 8/7/2012 10/7/2012 12/7/2012 12/7/2012 13/7/2012 14/7/2012 16/7/2012 17/7/2012 18/7/2012 19/7/2012 23/7/2012 23/7/2012 23/7/2012 24/7/2012 25/7/2012 25/7/2012 26/7/2012 26/7/2012 26/7/2012 28/7/2012 29/7/2012
Latitude Longitude Catch 2.52 128.8 3 2.3 125.45 2 2.33 128.63 2.5 2.25 128.77 2 2.6 128.87 2 2.48 128.67 3 2.38 125.5 2 6.57 131.48 3.5 6.67 131.55 3.7 2.65 128.72 2 2.62 128.88 3.5 2.6 128.98 2 2.55 128.5 3 2.35 125.33 1.5 6.65 131.25 2.5 6.7 131.63 2 2.67 125.17 2.5 2.15 125.5 3.5 2.5 125.08 2 6.15 133.2 4.5 2.63 128.72 3 5.98 133.67 4 2.3 125.42 3
SST 29.01 27.79 29.02 28.75 28.85 28.49 28.10 26.00 26.04 28.72 28.85 28.22 27.09 26.66 25.98 26.12 26.84 26.99 26.72 26.16 27.09 26.72 25.58
Chl-a 0.30 0.22 0.22 0.25 0.24 0.30 0.18 0.64 0.65 0.20 0.24 0.24 0.18 0.23 0.32 0.28 0.26 0.31 0.26 0.67 0.24 0.46 0.32
Rerata Mingguan SST
Rerata Mingguan Chl-a
Rerata Catch
CPUE
28.57
0.27
12.50
2.50
27.86
0.35
19.70
2.81
26.79
0.30
26.50
2.65
26.24
0.43
11.50
3.83
Agustus 1 2 3 4 5 6
3/8/2012 4/8/2012 4/8/2012 5/8/2012 6/8/2012 6/8/2012
5.83 5.73 2.4 2.27 2.53 2.5
133.42 133.65 125.43 125.5 125.48 128.45
3.5 4 3 3.5 4 4
26.42 25.51 25.58 27.22 27.37 27.57
0.52 0.56 0.36 0.41 0.53 0.31
7 8 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
6/8/2012 9/8/2012 11/8/2012 12/8/2012 12/8/2012 12/8/2012 12/8/2012 13/8/2012 13/8/2012 13/8/2012 13/8/2012 14/8/2012 15/8/2012 15/8/2012 16/8/2012 16/8/2012 20/8/2012 20/8/2012 21/8/2012 21/8/2012 21/8/2012 22/8/2012 22/8/2012 23/8/2012 23/8/2012 23/8/2012 24/8/2012 24/8/2012 25/8/2012 25/8/2012 26/8/2012
5.62 2.58 2.58 2.5 2.9 5.82 3.13 2.58 2.5 5.83 2.98 5.97 2.63 2.25 5.98 5.82 2.58 5.67 6.17 5 2.92 2.38 5.62 5.13 5.2 2.2 4.82 5.05 2.15 5.8 2.63
133.33 129.17 129.07 128.97 126.5 133.33 125.3 128.55 128.57 133.25 125.93 133.05 127.53 125.67 133.12 133.33 126.62 133.5 133.25 132.8 126.33 127.25 133.48 131.7 133.33 126.87 132.08 133.63 125.83 133.38 128.72
5 4 3.5 3.5 3.5 4 3 3 3 3.5 3 4 3.5 2.5 4.5 5 5 5.5 3 2.5 4 3 5 4 2.5 4 4 2 3 3 3.5
26.73 27.13 27.13 27.36 27.61 26.74 27.43 27.71 27.66 25.39 27.71 25.35 27.80 26.64 25.31 25.43 27.35 25.41 25.78 25.53 27.63 27.71 25.68 25.80 25.54 27.35 26.06 25.69 27.64 25.47 28.01
0.65 0.36 0.36 0.25 0.37 0.47 0.64 0.33 0.32 0.81 0.32 0.96 0.30 0.18 0.94 0.71 0.66 0.74 0.47 0.67 0.32 0.26 0.77 1.11 0.37 0.36 0.47 0.89 0.21 0.58 0.18
26.78
0.44
31.00
3.88
26.78
0.51
46.00
3.54
No 36 37 38 39 40 41
Date 27/8/2012 27/8/2012 28/8/2012 28/8/2012 29/8/2012 31/8/2013
Latitude Longitude Catch 2.37 125.7 4 2.65 126.62 3.5 2.62 126.2 5 2.52 129.08 4 2.48 128.95 4.25 2.53 129.08 4
SST 26.56 27.93 27.50 27.98 28.95 28.33
Chl-a 0.23 0.41 0.38 0.23 0.14 0.13
Rerata Mingguan SST
Rerata Mingguan Chl-a
Rerata Catch
CPUE
26.54
0.51
61.50
3.62
27.78
0.23
32.25
3.23
27.29
0.20
39.50
3.04
September 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
1/9/2012 2/9/2012 3/9/2012 3/9/2012 4/9/2012 4/9/2012 5/9/2012 5/9/2012 6/9/2012 6/9/2012 6/9/2012 6/9/2012 7/9/2012 7/9/2012 7/9/2012 8/9/2012 10/9/2012 12/9/2012 12/9/2012 13/9/2012 17/9/2012 18/9/2012 19/9/2012
2.65 2.9 2.88 2.25 2.38 2.25 2.5 2.97 2.17 3.17 2.17 8.2 2.95 2.33 8.6 8.57 2.75 7.57 2.83 7.08 2.82 2.62 5.75
126.12 125.5 125.67 125.45 125.48 125.5 125.75 125.65 125.5 125.55 125.38 130.9 125.85 125.45 130.5 130.6 125.58 130.62 126 130.83 127.67 127.92 133.33
2 4 2 2.5 2.5 2 2 2 2 4 3.5 4 2 4 2 4 4 2 4 2.5 2 2 3
28.13 27.69 27.86 27.25 27.16 26.97 28.00 27.59 27.42 27.24 27.44 26.69 27.88 27.51 26.56 27.05 27.06 27.05 27.33 26.59 28.19 29.35 27.07
0.40 0.26 0.21 0.20 0.17 0.17 0.16 0.27 0.20 0.29 0.18 0.15 0.23 0.25 0.12 0.12 0.27 0.12 0.22 0.18 0.18 0.17 0.32
24 25 26 27 28 29 30 31
20/9/2012 21/9/2012 21/9/2012 23/9/2012 27/9/2012 28/9/2012 28/9/2012 30/9/2012
5.5 5.65 2.57 2.63 6.15 7.15 2.15 2.17
133.35 133.38 129.17 129.08 131.92 131.17 125.17 125.25
2 2 4 4 2 4 2 2
26.77 27.04 28.89 28.29 27.40 27.10 27.86 25.30
0.27 0.33 0.20 0.14 0.23 0.19 0.17 0.16
27.59
0.22
11.50
2.30
27.76
0.21
18.00
3.00
26.86
0.19
9.00
1.80
27.70
0.28
16.50
2.06
28.16
0.22
17.50
2.19
Oktober 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
1/10/2012 2/10/2012 3/10/2012 5/10/2012 7/10/2012 10/10/2012 10/10/2012 11/10/2012 12/10/2012 13/10/2012 14/10/2012 14/10/2012 15/10/2012 16/10/2012 17/10/2012 18/10/2012 18/10/2012 21/10/2012 21/10/2012 22/10/2012 24/10/2012 25/10/2012
2.67 2.33 2.5 2.28 2.75 4.65 4.88 4.5 4.98 5.5 5.75 4.93 5.33 5.8 5.55 3.13 3.22 2.42 6.12 2.23 5.67 5.98
125.45 125.17 125.67 125.17 125.78 133.5 133.2 133.17 133 133.08 133.68 132.33 132.72 133.67 133.38 125.65 125.72 125.6 133.23 125.2 133.63 133.72
3 2 1 2 1 1.5 2 2 4 3 1 2 2.5 2.7 2.3 3 2 2 2 1 2.5 1.5
26.60 27.24 27.25 26.88 26.96 27.06 27.58 27.66 28.34 28.07 27.97 27.98 28.15 28.21 26.72 28.96 28.54 28.81 27.72 28.19 28.67 27.33
0.26 0.17 0.19 0.16 0.23 0.40 0.23 0.22 0.22 0.32 0.41 0.19 0.16 0.34 0.28 0.19 0.17 0.18 0.31 0.11 0.22 0.20
No Date Latitude Longitude Catch 23 27/10/2012 5.5 133.67 4 24 28/10/2012 5.67 133.63 4
SST 27.59 28.67
Chl-a 0.21 0.22
Rerata Mingguan SST
Rerata Mingguan Chl-a
Rerata Catch
CPUE
28.07
0.21
12.00
3.00
28.25
0.17
10.50
2.10
28.49
0.15
14.00
2.33
29.38
0.13
9.65
1.93
29.68
0.08
9.20
2.30
28.45
0.13
10.00
2.50
November 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
3/11/2012 4/11/2012 6/11/2012 6/11/2012 7/11/2012 8/11/2012 8/11/2012 8/11/2012 11/11/2012 13/11/2012 14/11/2012 17/11/2012 18/11/2012 21/11/2012 22/11/2012 23/11/2012 24/11/2012 26/11/2012 26/11/2012 28/11/2012
5.7 5.5 6.72 4.67 6.67 6.62 5.3 7.08 4.63 6.62 7.27 6.53 7.33 4.53 6.43 4.48 6.35 7.2 6.3 6.25
131.5 131.3 130.97 132.75 130.88 130.83 131.2 131.12 132.67 130.85 131.02 130.78 130.92 132.6 130.72 132.52 130.93 130.97 130.67 130.77
2.5 1.5 2 2 2.5 3 3 1.5 1.5 2.5 2.5 1.5 2.4 1 3 1.75 3.2 2 1.5 2.5
28.59 27.49 28.46 27.64 29.08 28.48 28.37 27.06 28.95 28.89 29.19 29.21 29.54 29.02 29.47 29.64 29.25 29.88 29.91 29.66
0.16 0.17 0.17 0.16 0.20 0.21 0.16 0.15 0.13 0.13 0.13 0.13 0.12 0.14 0.12 0.13 0.12 0.09 0.06 0.07 Desember
1 2 3 4 5 6
5/12/2012 6/12/2012 7/12/2012 9/12/2012 10/12/2012 14/12/2012
2.5 2.47 2.53 2.67 2.3 4.5
126.35 126.53 126.2 126.08 126.13 128.12
3 3 2 2 1 1.5
28.13 28.22 28.51 28.95 28.37 30.21
0.17 0.13 0.13 0.08 0.09 0.09
7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
15/12/2012 17/12/2012 18/12/2012 20/12/2012 22/12/2012 23/12/2012 23/12/2012 26/12/2012 27/12/2012 28/12/2012 30/12/2012 30/12/2012
4.67 4.78 4.78 4.97 4.92 2.42 4.93 4.87 5.03 5.23 5.3 5.1
128.25 128.33 128.5 128.47 132.87 126.17 132.75 132.77 132.88 132.97 133.3 133.12
1.5 2.5 2.5 1 3 1 3.7 1.5 2 1 2.5 2
29.98 29.85 29.67 29.97 29.08 29.54 28.99 28.99 28.72 29.31 28.89 28.97
0.09 0.10 0.10 0.08 0.15 0.07 0.14 0.20 0.08 0.09 0.07 0.06
29.60
0.09
6.50
1.63
29.45
0.11
11.20
2.24
28.98
0.10
9.00
1.80
Lampiran 3. Hasil analisis linear berganda Regression Statistics Multiple R 0.86193212 R Square 0.74292699 Adjusted R Square 0.73715006 Standard Error 346.110829 Observations 92 ANOVA df Regression Residual Total
Intercept SPL Klorofil-a
2 89 91
SS MS F Significance F 30811300.35 15405650 128.6026 5.59131E-27 10661550.86 119792.7 41472851.2
Coefficients Standard Error t Stat P-value 2370.47382 1522.613747 1.556845 0.123056 -30.9785644 51.58853355 -0.600493 0.549704 4252.33671 424.5928386 10.01509 2.98E-16
Lower 95% -654.9271933 -133.4838795 3408.679805
Upper 95% Lower 95.0% Upper 95.0% 5395.874841 -654.927193 5395.874841 71.52675071 -133.48388 71.52675071 5095.993621 3408.6798 5095.993621
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Ambon, pada tanggal 20 Mei 1987. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara dari Bapak Willem Manery, MH dan Ibu Margaretha Manery/Sahetapy, SH. Pada tahun 2004 penulis melanjutkan pendidikan Sarjana pada Program Studi Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unirsitas Pattimura Ambon. Pada tahun 2010 penulis melanjutkan ke jenjang pendidikan Magister Sains pada Program Studi Teknologi Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Penulis melakukan penelitian dan menyusun tesis sebagi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor dengan judul “Pemetaan Daerah Potensial Penangkapan Ikan Cakalang (katsuwonus pelamis) di Laut Seram dan Laut Banda” dibawah bimbingan Dr. Ir. Jonson Lumban Gaol dan Dr. Ir. Vincentius Siregar, DEA.