138 Pengembangan Inovasi Pertanian 3(2), 2010: 138-153
Mesak Tombe
TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN DALAM PENGENDALIAN PENYAKIT BUSUK BATANG VANILI1) Mesak Tombe Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Jalan Tentara Pelajar No. 1 Bogor 16111 Telp. (0251) 8313083 Faks. (0251) 8336194, e-mail:
[email protected]
PENDAHULUAN Vanili (Vanilla planifolia Andrews) merupakan salah satu tanaman rempah yang dibudidayakan di negara beriklim tropis seperti Indonesia. Tanaman ini dikenal luas di dunia sebagai bahan pemberi aroma pada makanan, minuman, kue, es krim, obatobatan, dan juga sebagai bahan baku parfum. Ekstrak vanili telah digunakan secara luas sebagai pengharum pada kopi, teh, susu, dan lain-lain. Di Indonesia, vanili diintroduksi dari Meksiko pada tahun 1819, dan pertama kali ditanam di Kebun Raya Bogor. Vanili mulai dibudidayakan secara komersial sejak 1850 di Jawa Barat. Saat ini, vanili telah dibudidayakan secara luas di beberapa provinsi, seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Lampung, dan Sumatera Utara Selama beberapa dekade, Indonesia merupakan negara penghasil vanili nomor dua di dunia setelah Madagaskar, atau memasok 20-30% dari total kebutuhan vanili dunia. Pada awal abad ke-20, vanili
1)
Naskah disarikan dari bahan Orasi Profesor Riset yang disampaikan pada tanggal 31 Maret 2010 di Bogor.
Indonesia sangat terkenal dengan nama dagang Java Vanilla Beans karena mempunyai kualitas terbaik dengan kadar vanilin 2,75%. Vanili dari negara pesaing utama Madagaskar hanya memiliki kadar vanilin 1,91-1,98%, Sri Lanka 1,48%, dan Meksiko 1,89-1,98% (Risfaheri et al. 1998). Kendala dalam pengembangan vanili di Indonesia antara lain adalah harga yang tidak stabil, gangguan penyakit, dan kualitas produk yang rendah. Busuk batang vanili (BBV) merupakan penyakit utama dan menjadi salah satu kendala dalam sistem produksi vanili di Indonesia sejak 1960 (Soetono 1962; Hadisutrisno et al. 1967; Risfaheri et al. 1998). Penyakit BBV telah merusak tanaman vanili di sentra produksi sehingga menimbulkan kerugian miliaran rupiah setiap tahun. Kerugian yang ditimbulkan oleh BBV pada tahun 1991 diperkirakan mencapai Rp32 miliar (Untung 1992). Di Bali, kerusakan tanaman vanili akibat serangan BBV pada tahun 1994 mencapai 80% (Sedhana 1996). Penyakit BBV disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporum f.sp. vanillae (Fov). Penyakit ini mampu merusak seluruh bagian tanaman pada semua fase pertumbuhan (Tombe et al. 1993a), dan memproduksi klamidospora yang dapat bertahan di dalam tanah selama 7-10 tahun. Patogen ini terutama menular melalui setek yang
Teknologi ramah lingkungan ...
digunakan sebagai sumber bahan tanaman. Setek vanili yang digunakan petani saat ini berisiko terinfeksi patogen penyakit BBV antara 7-32% (Tombe et al. 1987a; Sukamto dan Tombe 1998). Dalam era globalisasi, konsumen menghendaki produk pertanian yang bebas residu bahan kimia berbahaya. Oleh karena itu, untuk mengendalikan penyakit BBV perlu dikembangkan teknologi ramah lingkungan dengan komponen berupa benih sehat, agens pengendali hayati (APH), fungisida nabati, dan pupuk organik. Satu paket teknologi ramah lingkungan pengendalian penyakit BBV telah ditemukan. Paket teknologi tersebut mengandalkan mikroba penginduksi, biopestisida, bibit sehat, fungisida nabati, dan bahan organik, yang diperkenalkan sebagai teknologi BioFOB.
PENYAKIT BBV DAN TEKNOLOGI PENGENDALIANNYA Dinamika Perkembangan Penyakit BBV Di Indonesia, penyakit BBV pertama kali ditemukan oleh Zimmerman pada tahun 1903 (Tombe 1994). Penyakit ini dilaporkan dapat menginfeksi batang dan daun vanili. Pada tahun 1925, van Hall menyebutkan terjadi penularan penyakit yang disebabkan oleh jamur secara sporadis pada vanili di Jawa, yang diduga adalah BBV (Tucker 1927; Tombe 1993). BBV dilaporkan endemis di Jawa Tengah sejak 1960 (Soetono 1962; Hadisutrisno et al. 1967). BBV merusak akar dan batang vanili dan diduga disebabkan oleh jamur Fusarium. Penyakit ini telah menghancurkan tanaman vanili di sentra produksi di Jawa Tengah, seperti Temanggung, Purwokerto, dan Magelang
139
pada tahun 1960-1970, kemudian di Bali, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Timur. Akibat serangan BBV, luas areal dan produksi vanili di Bali turun drastis pada tahun 1994 menjadi hanya 91,40 ton dari 323,314 ton pada tahun 1988 (Sedhana 1996; Tombe 2004a). Sampai saat ini, penyakit BBV telah ditemukan di semua daerah penghasil vanili di Indonesia, seperti Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, Bali, dan Nusa Tenggara Timur (Tombe 2005, 2007). Penyakit BBV juga telah dilaporkan di negara-negara penghasil vanili dunia, antara lain Puerto Riko, Brasil, Uganda, Tonga, Thailand, dan Cina (Tombe 1994; Ruan et al. 1998). Penyebab penyakit BBV pertama kali dilaporkan oleh Soetono (1962) yaitu Fusarium batatatis, kemudian direvisi menjadi Fusarium oxysporum f.sp. vanillae (Tombe 1993; Tombe et al. 1993b). Analisis keserasian vegetatif (VCG) isolat F. oxysporum f.sp. vanillae yang ada di Indonesia terbagi ke dalam dua grup, yaitu VCG 0201B1 dan VCG 0202BI. Grup VCG 0201B1 ditemukan di semua daerah di Indonesia dan mempunyai daya virulensi yang lebih tinggi (Tombe et al. 1994). Pengelompokan VCG pada vanili di Indonesia merupakan VCG baru dalam grup F. oxysporum dan belum pernah dilaporkan sebelumnya (Katan 1999). Jamur ini menghasilkan organ reproduksi berupa mikrokonidia, makrokonidia, dan klamidospora (Hadisutrisno 1996; Tombe et al. 1993c). Klamidospora (spora istirahat) dapat bertahan di dalam tanah selama 7-10 tahun. Apabila telah masuk ke suatu areal lahan pertanian, patogen BBV sangat sulit dikendalikan. BBV dapat ditemukan pada seluruh bagian tanaman, terutama batang dan akar.
140
Mesak Tombe
Teknologi Pengendalian Penyakit BBV Untuk menjawab permasalahan penyakit BBV, penelitian diarahkan untuk mendapatkan APH, setek bebas BBV, pestisida nabati, teknologi budi daya yang sejalan dengan good agricultural practices (GAP), fungisida kimia, varietas tahan, dan pupuk bioorganik.
Agens Pengendali Hayati Agens pengendali hayati (APH) adalah kelompok mikroorganisme yang digunakan untuk pengendalian penyakit tanaman secara biologi. Dilaporkan bahwa mikroorganisme mempunyai fungsi rangkap, yaitu menstimulasi pertumbuhan tanaman, APH, dan menginduksi ketahanan tanaman (Kloepper 1997; Nelson 2004). Mikroorganisme tersebut dikenal dengan istilah mikroorganisme pemacu pertumbuhan tanaman (plant growth promoting microorganism, PGPM). Mikroorganisme yang termasuk golongan tersebut antara lain adalah Bacillus subtilis, Pseudomonas flourescens, P. putida, F. oxysporum nonpatogenik (Fo-NP), dan Trichoderma (Mariano et al. 1997; Hyakumamachi 1997). Mariano et al. (1997) melaporkan bahwa penggunaan formula B. subtilis dapat mengendalikan penyakit take all dan meningkatkan produksi gandum sampai 105%. PGPM juga telah diteliti pada tanaman vanili selama beberapa tahun dan diperoleh beberapa spesies yang potensial, yaitu P. flourescens, Trichoderma lactae, Fo-NP, T. viride, T. harzianum, Bacillus firmus, dan B. pantotkenticus (Tombe et al. 1987b; Sukamto dan Tombe 1995; Tombe et al. 1997; Tombe et al. 2005b).
Eksplorasi PGPM bekerja sama dengan JICA berhasil mengidentifikasi beberapa spesies jamur dan bakteri yang berpotensi untuk mengendalikan BBV (Tombe et al. 1987b; Tombe et al. 1996; Nurawan et al. 1995). Mikroorganisme tersebut antara lain adalah Fo-NP, P. florescens, B. pantotkenticus, B. firmus, T. viride, T. harzianum, dan T. lactae (Tombe 1986; Nurawan et al. 1995; Tombe et al. 2005a). Tiga spesies memberikan hasil cukup baik dan berpotensi dikembangkan, yaitu Fo-NP, B. pantotkenticus, dan T. lactae. Fo-NP diisolasi dari vanili sehat dan beberapa strain telah diuji dan teridentifikasi bahwa strain F10AM dapat menginduksi ketahanan bibit vanili terhadap BBV (Tombe et al. 1995b, 1997; Tombe 2005). Teknik induksi telah dikembangkan untuk memperoleh bibit bebas dan toleran BBV (Sukamto dan Tombe 1998; Tombe 2002, 2008a). B. pantotkenticus dan T. lactae telah dikemas dalam formula BioTRIBA dan siap dipakai di lapangan (Tombe 2003).
Pestisida Nabati Untuk memperoleh komponen teknologi pestisida nabati dalam pengendalian penyakit BBV, telah dieksplorasi ekstrak beberapa jenis tanaman dan diteliti efektivitasnya secara in vitro terhadap patogen BBV, seperti mimba, bawang putih, sirih, pinang, kayu manis, serai, temulawak, dan cengkih (Tombe et al. 1992a; Noveriza et al. 1999). Penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun, bunga, dan gagang cengkih bersifat fungisidal terhadap patogen BBV dibandingkan dengan ekstrak tanaman uji lainnya. Identifikasi bahan aktif dengan TLC dan GS MS menunjukkan bahwa eugenol
141
Teknologi ramah lingkungan ...
merupakan komponen utama dalam minyak cengkih yang bersifat fungisidal terhadap BBV (Tombe et al. 1992a; Tombe et al. 1993d; Tombe 2002). Senyawa tersebut juga bersifat fungisidal terhadap beberapa jamur patogenik, seperti Fusarium solani, Phythopthora capsici, Sclerotium rolfsii, Rigidoporus lignosus, Colletotrichum, Pseudomonas solanacearum, dan nematoda (Hartati et al. 1994; Manohara et al. 1994; Mustika dan Rahmat 1994; Asman et al. 1995). Penggunaan tepung daun, bunga, dan gagang cengkih pada kebun vanili dapat menekan intensitas penularan penyakit BBV (Sukamto et al. 1996). Pengujian limbah pabrik rokok dengan bahan baku utama bunga cengkih dapat menekan populasi patogen tanah, termasuk penyakit BBV (Noveriza dan Tombe 2003). Temuan ini telah membuka peluang baru pemanfaatan cengkih sebagai bahan pestisida nabati, di samping untuk keperluan rokok kretek dan kegunaan lainnya.
Bahan Organik Bahan organik merupakan komponen penting dalam budi daya tanaman karena dapat memperbaiki sifat biologi, kimia, dan fisik tanah. Sifat biologi tanah antara lain dapat meningkatkan populasi mikroorganisme berguna seperti APH, dan mengandung senyawa antibiosis yang menghambat perkembangan patogen (Cook 1991). Penelitian menunjukkan bahwa arang sekam padi, limbah daun dan bunga cengkih, kotoran sapi, dan kotoran kambing dapat digunakan dalam budi daya vanili karena dapat menurunkan populasi patogen penyakit BBV (Tombe dan Arini 1989; Sukamto dan Tombe 1994).
Aplikasi arang sekam padi pada areal endemis dapat menekan penularan BBV sampai 66,6% dan aplikasi tepung daun cengkih menurunkan serangan BBV 5070% (Tombe et al. 1993a; Sukamto et al. 1996). Limbah daun cengkih dan arang sekam padi meningkatkan bobot basah/ kering dan tinggi tanaman vanili sebesar 30-40%. Analisis kandungan hara tanah percobaan menunjukkan terjadi peningkatan kandungan N, Ca, dan K setelah aplikasi limbah daun cengkih dan arang sekam padi (Sukamto dan Tombe 1994). Hasil pengkajian menunjukkan, B. pantotkenticus dan T. lactae dapat digunakan sebagai bioaktivator bahan organik untuk memproduksi pupuk organik yang bermutu. Pengolahan sampah pasar dengan menggunakan kedua mikroorganisme tersebut memberikan hasil yang cukup baik (Tombe et al. 2001b; Tombe 2003), dan meningkatkan populasi mikroorganisme berguna seperti Bacillus, Trichoderma, Penicillium, dan P. flourescens. Penggunaan pupuk organik yang diproses dengan mikroba tersebut dapat berfungsi ganda, yaitu sebagai sumber nutrisi dan mengendalikan patogen tanah, seperti penyakit BBV.
Pola Tanam Patogen penyakit BBV mempunyai inang yang spesifik, hanya menginfeksi tanaman vanili (Nurawan et al. 1993; Tombe 1994). Pengembangan pola tanam campuran atau rotasi berpeluang menurunkan populasi patogen dalam tanah. Rotasi dapat memutus siklus hidup patogen, meningkatkan populasi APH, dan tanah dapat menekan perkembangan patogen (Cook 1991). Pengalaman menunjukkan bahwa kebun
142
Mesak Tombe
yang pernah terinfeksi penyakit BBV sangat sulit ditanami vanili kembali karena klamidospora patogen tersebut dapat bertahan di dalam tanah tanpa tanaman inang. Beberapa tanaman telah diuji dan menunjukkan bahwa bawang-bawangan dan jagung berpeluang digunakan sebagai tanaman rotasi untuk menurunkan populasi patogen penyakit BBV (Tombe et al. 1991b; Manohara et al. 1994). Telah dipublikasikan bahwa rizosfera bawang-bawangan mengandung banyak APH, seperti P. flourescens (Cook 1991). Kombinasi APH seperti P. flourescens dan tanaman bawang efektif menurunkan populasi patogen BBV (Tombe 1986).
Varietas Untuk mendapatkan varietas vanili tahan BBV telah dilakukan beberapa penelitian, antara lain mengoleksi berbagai tipe vanili budi daya dan jenis hutan, serta kultur dan seleksi secara in vitro. Sebanyak 22 tipe vanili budi daya dan 19 tipe hutan telah diseleksi langsung, tetapi belum ditemukan yang tahan terhadap penyakit BBV (Nuryani et al. 1996). Kesulitan untuk mendapatkan varietas tahan BBV disebabkan sempitnya keragaman genetik tanaman vanili. Oleh karena itu, seleksi melalui kultur in vitro merupakan alternatif yang dipilih (Mariska et al. 1996). Melalui seleksi in vitro menggunakan filtrat kultur isolat F. oxysporum f.sp. vanillae dan asam fusarat telah ditemukan beberapa nomor vanili yang tahan terhadap patogen BBV (Mariska et al. 1997; Kosmiatin et al. 2000). Dalam beberapa tahun terakhir, telah diuji sifat toleransi atau ketahanan beberapa nomor hasil uji terhadap penyakit BBV. Pengujian in vitro memperoleh sembilan nomor hibrida, 34
nomor somaklon, dan empat mutan di daerah endemis BBV di Sumedang, Jawa Barat (Manohara et al. 2007). Namun, sampai saat ini belum ada varietas unggul vanili tahan BBV yang dilepas (Seswita dan Hadipoentyanti 2007). Pada tahun 2008 telah dilepas varietas unggul lokal Bali dengan nama Vania 2. Varietas ini mempunyai keunggulan produktivitas tinggi dan agak toleran penyakit BBV.
PAKET TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN PENGENDALIAN PENYAKIT BBV Penelitian yang dilakukan selama beberapa tahun untuk mengatasi penyakit BBV di Indonesia telah menghasilkan empat komponen teknologi ramah lingkungan. Teknologi tersebut dirakit dalam satu paket dan diperkenalkan dengan nama paket teknologi BioFOB. Paket teknologi ini sudah siap pakai dan dapat diproduksi dalam skala komersial, terdiri atas empat komponen yaitu: (1) bibit vanili BioFOB, (2) formula APH yang disebut BioTRIBA, (3) fungisida nabati Mitol 20EC, dan (4) pupuk organik OrganoTRIBA dan turunannya. Paket teknologi BioFOB mulai diperkenalkan kepada petani vanili sejak tahun 2001 dan mendapat respons yang cukup baik dari petani, Dinas Perkebunan, dan swasta.
Bibit Diinduksi dengan Fo-NP (Vanili BioFOB) Setek yang digunakan oleh petani selama ini berpeluag terinfeksi BBV 7-32% walaupun diambil dari vanili yang tidak ada gejala BBV (Rahmadiono et al. 1982; Tombe et al. 1987a). Akibatnya, penyakit BBV
143
Teknologi ramah lingkungan ...
dapat menular ke daerah lain, terutama melalui setek. Salah satu cara pengendalian penyakit BBV adalah menggunakan bibit bebas BBV. Teknik yang digunakan di lapangan sampai saat ini adalah teknik induksi dengan FoNP. Teknik ini dapat menghasilkan bibit vanili bebas dan toleran BBV (Tombe et al. 1995b; Tombe et al. 2001). Teknik induksi bibit merupakan salah satu cara untuk mengurangi penggunaan pestisida sintetis (Tuzun dan Kuc 1991). Untuk produksi secara massal, telah tersedia beberapa formula, antara lain BioFOB EC, BioFOB WP, dan Organik FOB (Tombe 2004b). Formula ini telah dipatenkan di Ditjen HKI sejak 2003 dengan nomor ID.0.000404.S. Teknologi ini juga sudah dikomersialkan melalui mitra Balittro (Tombe 2004b) dan dapat menginduksi ketahanan tanaman dengan menstimulasi produksi beberapa enzim, antara lain ß-1,4glukosidase, kitinase, dan ß-1-3-glukonase (Fuchs et al. 1997; Forsyth et al. 2006). Kelompok Fo-NP dilaporkan dapat menginduksi ketahanan tanaman terhadap penyakit layu Fusarium, busuk Phytophthora, dan layu Verticillium (Yamaguchi et al. 1992; Hyakumamachi 1997). FoNP pertama kali dipublikasikan oleh Komada (1990). Hasil temuannya menjelaskan, efektivitas Fo-NP sama dengan benomil untuk mengendalikan penyakit layu Fusarium pada ubi jalar. Teknik ini telah digunakan di Jepang, Amerika Serikat, Perancis, dan Yunani (Komada 1990; Fuchs et al. 1997; Pantelides et al. 2009).
Formula APH (BioTRIBA) Penelitian untuk menemukan formula APH yang efektif dan potensial mengendalikan
penyakit BBV telah dilakukan selama beberapa tahun sampai di tingkat lapangan. Melalui penelitian tersebut telah ditemukan beberapa spesies APH, antara lain P. flourescens, T. lactae, Fo-NP, T. viride, B. firmus, dan B. pantotkenticus (Tombe et al. 1987b; Nurawan et al. 1995; Tombe et al. 1997; Tombe 2008b). Dari berbagai penelitian dan analisis, B. pantotkenticus strain J2 dan T. lactae strain JM2 (Noveriza et al. 1999) berpotensi mengendalikan BBV. Kedua spesies APH tersebut berhasil dibuat formulanya sehingga untuk tujuan komersial sudah dapat diproduksi secara massal dalam skala industri kecil. Formula diperkenalkan dengan nama BioTRIBA dan telah didaftarkan patennya di Ditjen HKI dengan nomor P.00200600160.
Formula Fungisida Nabati Cengkih (Mitol 20EC) Salah satu komponen pengendalian ramah lingkungan adalah pestisida nabati. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa eugenol yang terdapat dalam daun dan bunga cengkih dapat mematikan patogen BBV pada konsentrasi 300 ppm (Tombe et al. 1991a). Aplikasi di lapangan secara langsung dengan menggunakan serasah daun atau dalam bentuk tepung dapat menekan populasi patogen BBV dalam tanah sebesar 70-79%, mencegah penularan penyakit BBV 50-94%, dan meningkatkan pertumbuhan tanaman vanili 37,5% (Tombe et al. 1998; Kosmiatin et al. 2000). Untuk aplikasi dalam skala luas dengan bahan aktif eugenol yang konstan, telah dibuat formula dalam bentuk tepung dan cair (Mustika dan Rahmat 1994). Salah satu formula dalam bentuk cair adalah Mitol 20EC dengan bahan aktif
144
Mesak Tombe
eugenol. Formula tersebut telah memperoleh sertifikat merek dan digunakan untuk mengendalikan penyakit BBV.
Formula Bahan Organik (OrganoTRIBA) Formula bahan organik OrganoTRIBA terdiri atas limbah kotoran sapi, arang sekam, cocopit, serta limbah produk cengkih yang diproses dengan teknik fermentasi menggunakan B. pantotkenticus dan T. lactae. Produk juga diperkaya beberapa mikroorganisme berguna, antara lain B. pantotkenticus, T. lactae, B. firmus, dan P. flourescens. Di samping sebagai sumber nutrisi, bahan organik ini juga mengandung APH yang dapat mengendalikan patogen tanah (Simanungkalit et al. 1999). Uji in vitro ekstrak OrganoTRIBA setelah difermentasi selama 2 minggu menunjukkan sifat fungisidal terhadap BBV (Seswita dan Hadipoentyanti 2007). Dengan demikian, ekstrak OrganoTRIBA dan turunannya dapat berfungsi sebagai fungisida organik.
POTENSI DAN PELUANG PENGGUNAAN TEKNOLOGI BioFOB DALAM PERTANIAN ORGANIK Clean agriculture dan back to nature merupakan simbol usaha tani yang diinginkan oleh konsumen dalam era globalisasi. Produk pertanian yang diharapkan adalah bebas dari bahan kimia sintetis. Peluang ini hanya dapat diraih dengan mengembangkan teknologi ramah lingkungan, seperti paket teknologi BioFOB. Teknologi BioFOB berpotensi mensubstitusi sebagian komponen produksi,
seperti pupuk dan pestisida kimia dalam budi daya tanaman selain vanili. Pada saat harga vanili turun, teknologi BioFOB dapat diaplikasikan pada tanaman lain. Observasi di lapangan memberikan hasil positif pada beberapa tanaman, seperti lada, tembakau, cengkih, jambu mete, jagung, cabai, sayuran, dan padi.
Vanili Pada saat harga vanili meningkat tajam pada tahun 2003, animo petani untuk membudidayakan vanili menguat. Teknologi BioFOB telah menarik minat swasta, pemerintah daerah, dan petani untuk menggunakannya secara komersial. Pada tahun 2003-2006, 12 perusahan swasta telah menandatangani nota kesepahaman dengan Balittro sebagai pewaralaba. Budi daya vanili menggunakan teknologi BioFOB dianjurkan untuk tidak menggunakan komponen lain, seperti pupuk anorganik dan pestisida kimia sehingga dapat menghasilkan vanili organik. Penanaman vanili BioFOB pertama kali dilakukan di Bali pada tahun 2001 dan menunjukkan hasil yang cukup baik. Pada tahun 2006, harga vanili menurun tajam sehingga petani tidak lagi memelihara tanamannya sesuai dengan SOP yang dianjurkan. Pada tahun 2008, dilaporkan tanaman vanili di Madagaskar yang merupakan negara penghasil utama vanili di dunia terjangkit berat penyakit yang diduga Fusarium. Akibatnya, kerusakan tanaman vanili di negara itu mencapai 80%. Diperkirakan produksi vanili Madagaskar akan turun drastis pada tahun 2010. Dengan dukungan teknologi BioFOB, Indonesia berpeluang menjadi negara penghasil utama vanili dunia, sekaligus memperkenalkan teknologi BioFOB.
145
Teknologi ramah lingkungan ...
Tanaman Lain Beberapa observasi menunjukkan bahwa paket teknologi tersebut dapat diaplikasikan pada tanaman lain, seperti lada, jambu mete, tembakau, kelapa sawit, cabai, dan sayuran. Formula fungisida nabati cengkih Mitol 20EC. Senyawa eugenol yang merupakan komponen utama dalam minyak cengkih (70-90%) dapat bersifat pestisidal terhadap beberapa patogen, antara lain patogen layu Fusarium selain vanili (Benhamou dan Goulet 2002). Sifat fungisidal juga ditunjukkan pada P. capsici, R. lignosis, S. rolfsi, karat daun kopi, P. solanacearum (Sukamto et al. 1996; Noveriza dan Tombe 2003), nematoda (Cook 1991), dan jamur kontaminan pada penyimpanan (Tombe 1989; Tombe et al. 1992c, 1995a). Gambaran ini menunjukkan bahwa fungisida nabati dengan bahan aktif eugenol berpotensi cukup besar untuk dikembangkan dalam skala industri. Formula BioTRIBA. Uji in vitro menunjukkan B. pantotkenticus dan T. lactae dapat menghambat tidak hanya F. oxysporum asal vanili, tetapi juga beberapa jamur patogenik pada tanaman lain. Dengan demikian, formula BioTRIBA berpotensi diaplikasikan sebagai APH penyakit pada tanaman lain. Formula BioTRIBA sebagai bioaktivator telah dikaji penggunaannya untuk mengolah limbah organik menjadi pupuk organik. Beberapa produk pupuk organik yang diolah dengan menggunakan formula BioTRIBA adalah OrganoTRIBA, Biost, dan Mapan Organik. Pupuk organik ini mulai digunakan petani dalam skala kecil pada beberapa tanaman, antara lain kelapa sawit, jarak, jambu mete, padi, jagung, lada, cabai, dan tembakau. Penggunaan pupuk
ini dapat menekan penularan penyakit dan mengurangi penggunaan pupuk anorganik 25-50% (Tombe et al. 1992b; Tombe 2008a). Analisis terakhir menunjukkan BioTRIBA dapat mengurangi takaran pupuk P sehingga berpeluang juga sebagai pupuk hayati. Formula BioFOB. Mekanisme induksi ketahanan tanaman dengan menggunakan Fo-NP telah dilaporkan pada berbagai jenis tanaman, antara lain melon, tomat, cabai, stroberi, tembakau, pisang, seledri, dan bawang-bawangan (Fuchs et al. 1997; Benhamou dan Goulet 2002; Forsyth et al. 2006). Hasil observasi menunjukkan adanya peluang formula BioFOB untuk digunakan pada tanaman lain, seperti lada, tomat, cabai, tembakau, nilam, dan jagung (Tombe et al. 1999a; Perina 2002; Noveriza et al. 2005). Formula ini dapat digunakan sebagai seed treatment untuk meningkatkan kualitas benih.
ARAH DAN STRATEGI PENGENDALIAN BBV DENGAN TEKNOLOGI BioFOB Arah Pengendalian Berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang penyakit tanaman dan tren permintaan pasar, arah pengendalian penyakit BBV ke depan adalah: (1) ramah lingkungan dengan memanfaatkan jasa ekologi (ecological service) secara optimal; (2) produk yang dihasilkan dalam penerapan teknologi pengendalian penyakit BBV bebas dari residu bahan kimia atau pada kadar seminimal mungkin; dan (3) teknologi BioFOB sebagai komponen utama dalam pengendalian BBV hendaknya juga dijadikan salah satu unsur utama dalam pertanian organik.
146
Mesak Tombe
Strategi Pengendalian Penyakit BBV Strategi pengendalian disusun berdasarkan sifat patogen, antara lain dapat menular melalui setek, dapat bertahan dalam tanah 7-10 tahun, dan merusak seluruh bagian tanaman pada semua tingkat umur. Untuk itu, strategi pengelolaan penyakit dibagi berdasarkan status penyakit pada kebun yang menjadi target, yaitu kebun baru, kebun vanili belum ada BBV, kebun tertular ringan, kebun tertular berat, dan kebun bekas penularan BBV. Kebun baru. Kebun belum pernah ditanami vanili sehingga tindakan penanggulangan BBV adalah mencegah masuknya patogen penyakit BBV ke dalam kebun. Untuk itu, tindakan pengendalian penyakit BBV yaitu menggunakan bibit BioFOB disertai OrganoTRIBA atau turunannya sebagai pupuk organik yang diperkaya dengan APH. Kebun belum ada gejala penyakit BBV. Pada kebun kategori ini belum ditemukan gejala BBV. Oleh karena itu, tindakan pengendalian yang dapat diterapkan adalah memantau secara berkala dan bila ditemukan gejala BBV segera dilakukan tindakan eradikasi disertai penyemprotan fungisida nabati Mitol 20EC dengan dosis 3-5 ml/l. Pemupukan menggunakan OrganoTRIBA atau bahan organik yang diolah dengan formula BioTRIBA dengan interval 4-6 bulan sekali sebanyak 3-5 kg/ tanaman. Kebun tertular penyakit BBV. Gejala penyakit BBV sudah ditemukan di kebun, tetapi secara ekonomis masih menguntungkan untuk dikendalikan. Oleh karena itu, komponen yang dapat digunakan
adalah eradikasi tanaman atau bagian tanaman yang terinfeksi BBV, dilanjutkan dengan aplikasi fungisida nabati Mitol 20EC 3-5 ml/l. Tanaman yang sehat diberi bahan organik OrganoTRIBA atau pupuk organik turunannya yang telah diolah dengan BioTRIBA, dan penyemprotan berkala dengan BioTRIBA dengan dosis 10 ml/liter pada pangkal batang untuk meningkatkan populasi APH dalam tanah. Kebun tertular berat. Pada kebun yang demikian, tindakan pengendalian penyakit BBV sudah tidak ekonomis lagi. Disarankan untuk melakukan eradikasi seluruh tanaman vanili, kemudiaan tanah diolah dan ditanami dengan tanaman yang mempunyai nilai ekonomi cukup baik. Jika lahan akan ditanami vanili kembali, disarankan agar tanaman dipupuk dengan OrganoTRIBA atau pupuk organik sejenisnya serta menanam tanaman yang dapat mengurangi populasi patogen penyakit BBV dalam tanah, seperti bawang-bawangan, jagung, dan kacang-kacangan. Lahan dapat ditanami vanili kembali 2 tahun setelah dilakukan rotasi. Kebun bekas tertular BBV. Kebun yang pernah tertular penyakit BBV sangat sulit ditanami vanili kembali karena penyakit ini mempunyai struktur istirahat, yaitu klamidospora yang dapat bertahan dalam tanah 7-10 tahun. Karena itu, tindakan yang dapat diambil adalah menggunakan bibit BioFOB, diaplikasi dengan organoTRIBA atau pupuk organik yang diperkaya APH, disemprot dengan larutan BioTRIBA 4 bulan sekali, disertai tindakan budi daya yang tepat. Aplikasi teknologi ini pada lahan bekas tertular penyakit BBV di Bali, Temanggung, dan Sukabumi menunjukkan hasil yang baik (Tombe et al. 1993, 1996, 1999).
147
Teknologi ramah lingkungan ...
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kesimpulan 1. BBV merupakan salah satu kendala utama dalam usaha tani vanili di Indonesia sehingga perlu penerapan paket teknologi pengendaliaan yang tepat dan ramah lingkungan di tingkat petani. 2. Patogen penyakit BBV ditularkan melalui bahan tanaman yaitu setek sehingga bahan tanaman bebas BBV, seperti bibit yang diproduksi dengan teknologi BioFOB, sangat penting dalam upaya pengendalian. 3. Penelitian untuk memperoleh teknologi pengendalain BBV yang ramah lingkungan telah merakit empat komponen teknologi dalam satu paket, yang diperkenalkan dengan nama teknologi BioFOB, yaitu bibit bebas dan toleran BBV, APH (BioTRIBA), pupuk bioorganik OrganoTRIBA, dan fungisida nabati Mitol 20E. 4. Pengendalian penyakit BBV berbasis teknologi BioFOB akan memberikan hasil yang optimal apabila memerhatikan sifat patogen dan status penyakit BBV di kebun yang menjadi target kegiatan.
2.
3.
4.
5. Implikasi Kebijakan 1. Selama beberapa dekade, Indonesia tidak lagi menjadi negara kedua terbesar penghasil vanili dunia karena berbagai kendala, termasuk penyakit BBV. Dengan adanya teknologi BioFOB, produksi dan kualitas vanili
Indonesia diharapkan meningkat. Madagaskar sebagai pemasok utama vanili dunia, produksi vanilinya diperkirakan akan turun drastis dalam beberapa tahun mendatang akibat gangguan penyakit. Situasi ini merupakan peluang bagi Indonesia untuk menggantikan posisi Madagaskar sebagai pemasok kebutuhan vanili dunia. Pemerintah diharapkan dapat mengisi peluang ini dengan aplikasi teknologi BioFOB. Balittro telah bermitra dengan swasta lokal dalam mentransfer atau memperkenalkan teknologi BioFOB kepada petani dengan sistem waralaba dan berhasil dengan baik. Pola kemitraan ini dapat menjadi pertimbangan pemerintah dalam menyusun kebijakan alih teknologi yang melibatkan swasta. Bahan baku yang digunakan untuk memproduksi formula BioFOB adalah 99% dari sumber lokal. Untuk tujuan komersial dan produksi dalam skala industri, teknologi ini akan dapat bersaing dengan produk dari luar. Untuk itu, perlu dukungan pemerintah dalam pengembangan dan komersialisasi teknologi sejenis ini. Paket teknologi yang dihasilkan dari suatu balai penelitian komoditas seperti BioFOB agar penggunannya tidak dibatasi pada komoditas yang bersangkutan. Indonesia memiliki sumber daya genetik dan hayati yang melimpah sehingga mempunyai peluang untuk menghasilkan sarana produksi ramah lingkungan. Untuk itu, pemerintah diharapkan dapat mendorong pengembangan sarana produksi ramah lingkungan yang dihasilkan dari sumber daya genetik dan hayati di dalam negeri.
148
Mesak Tombe
PENUTUP BioFOB yang merupakan intisari dari hasil penelitian penulis selama beberapa tahun, merupakan teknologi yang memanfaatkan bahan alamiah asli Indonesia. Teknologi ini dapat bersifat global apabila diintroduksikan dengan baik ke pengguna di luar negeri, terutama dalam mengembangkan pertanian organik yang merupakan simbol clean agriculture di masyarakat pertanian dunia. Teknologi ini diharapkan dapat membantu petani dalam memperbaiki kualitas dan kuantitas produksi tanaman yang berorientasi pada pertanian ramah lingkungan Mrs. Patrecia Rain, pemerhati vanili dunia yang mendapat gelar Vanilla Queen, mengatakan: “People ask me all the time how and why I became the Vanilla Queen. There’s a simple answer and there’s a longer story. The simple answer: I’ve always loved vanilla and as I have an inquiring mind to learn everything possible about vanilla”.
DAFTAR PUSTAKA Asman, A., M. Tombe, dan D. Manohara. 1995. Peluang penggunaan produk cengkeh sebagai pestisida nabati. Monograf Tanaman Cengkeh, Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat II: 90-102. Benhamou, N. and A. Goulet. 2002. Ability of nonpathogenic Fusarium oxysporum strain Fo.47 to induce resistance Pythium ultimum infection in cucumber. Appl. Environ. Microbiol. 68(8): 4044-4060. Cook, R.J. 1991. Biological control of plant diseases: Broad concepts and applica-
tions. The Biological Control of Plant Diseases. FFTC Book Series 42: 129. Forsyth, L.M., L.J. Smith, and E.A.B. Atikan. 2006. Indentification and characterization of non-pathogenic Fusarium oxysporum capable of increasing and deceasing Fusarium wilt severity. Mycol. Res. 110(8): 929-935. Fuchs, J.G., Y. Moenne-Loccoz, and G. Defago.1997. Nonpathogenic Fusarium oxysporum Fo.47 induces resistance to Fusarium wilt in tomato. Plant Dis. 81: 492 -496. Hadisutrisno, B., Sudarmadi, dan R. Sunarti. 1967. Epidemiologi penyakit busuk batang vanili (Vanilla planifolia Andrews). Kongres Perhimpunan Fitopatologi Indonesia IV, Gambung, Bandung. Hadisutrisno. B. 1996. Pengendalian penyakit busuk batang vanili (Fusarium oxysporum f.sp. vanillae). Proc. Integrated Control of Main Disease on Industrial Crops, Bogor, 3-14 March 1996. p . 95-102. Hartati, S.Y., E.M. Adhi, A. Asman, dan N. Karyani. 1994. Uji efikasi eugenol, minyak dan serbuk cengkeh terhadap bakteri Pseudomonas solanacearum. Prosiding Seminar Hasil Penelitian dalam rangka Pemanfaatan Pestisida Nabati, Bogor, 1-2 Desember 1993. hlm. 37-42. Hyakumamachi, M. 1997. Induced systemic resistance against anthracnose in cucumber due to plant growth promoting fungi and studies on mechanisms. Proc. Fourth International Workshop on Plant Growth Promoting Rhizobacteria. Japan-OECD Workshop. p. 164-171. Katan, T. 1999. Current status of vegetative compatibiliy groups in Fusarium oxysporum. Phytoparasitica 27: 51- 64.
Teknologi ramah lingkungan ...
Kloepper, J.W. 1997. Current status and future trends in biocontrol research and development in the USA. International Symposium on Clean Agriculture. Sapporo, Japan, 8 October 1997. p. 49-52. Komada. 1990. Biological control of Fusarium wilts in Japan. p 65-75. In D. Hornby (Ed.). Biological Control of Soil Borne Pathogens. CAB International, England. Kosmiatin, M., I. Mariska, A. Husni, Y. Rusyadi, Hobir, dan M. Tombe. 2000. Seleksi silang ketahanan tunas in vitro vanili terhadap asam fusarat dan ekstrak Fusarium oxysporum. Jurnal Bioteknologi Pertanian 5(2): 77-83. Manohara, D., D. Wahyono, dan Sukamto.1994. Pengaruh tepung dan minyak cengkeh terhadap Phytophthora, Rigidoporus dan Sclerotium. Prosiding Seminar Hasil Penelitian dalam rangka Pemanfaatan Pestisida Nabati, Bogor, 1-2 Desember 1993. hlm.19-27. Manohara, D., E. Hadipoentyanti, N. Bermawi, M. E. A. Hadad, dan M. Herman. 2007. Status Teknologi Tanaman Rempah. Prosiding Seminar Nasional Rempah, Bogor, 21 Agustus 2007. hlm. 40- 48. Mariano, R.L.R., S.J. Michereff, E.B. Silveira, S.M. Assis, and A. Reis.1997. Plant growth-promoting rhizobactera in Brazil. Proc. Fourth International Workshop on Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR). Japan-OECD Workshop. p. 22-29. Mariska, I., M. Tombe, dan D. Sumadjaya. 1996. Peningkatan keragaman genetik tanaman vanili hubungannya dengan ketahanan penyakit BBV. Proc. Integrated Control of Main Disease on In-
149
dustrial Crops, Bogor, 13-14 March 1996. p. 62-70. Mariska, I., M. Tombe, dan M. Kosmiatin. 1997. Seleksi in vitro untuk mendapatkan sifat ketahanan terhadap F. oxysporum f.sp. vanillae pada tanaman vanili. Laporan Hasil Penelitian. Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan, Bogor. 18 hlm. Mustika, I. dan A. Rahmat. 1994. Efikasi beberapa produk cengkeh dan tanaman lain terhadap nematoda lada. Prosiding Seminar Hasil Penelitian dalam rangka Pemanfaatan Pestisida Nabati, Bogor, 1-2 Desember 1993. hlm. 43-48. Nelson. L.M. 2004. Plant growth promoting rhizobacteria (PGPR): Prospects for new inoculants. Crop Management. p. 34-37. Noveriza, R., C. Winarti, dan M. Tombe. 1999. Pengaruh rimpang temu lawak terhadap pertumbuhan Phytophthora capsici dan Fusarium oxysporum f. sp. vanillae. Prosiding Forum Komunikasi Ilmiah Pemanfaatan Pestisida Nabati, Bogor, 9-10 November 1999. hlm. 555561. Noveriza, R. dan M. Tombe. 2003. Uji in vitro limbah pabrik rokok terhadap beberapa jamur patogenik tanaman. Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat XIV(2): 30-36. Noveriza, R., M. Tombe, H. Rialdy, dan D. Manohara. 2005. Teknik aplikasi Fusarium oxysporum nonpatpgenik (Fo. NP) untuk menginduksi ketahanan bibit lada LDL terhadap Phytophthora capsici. Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat XVI(1): 27-37. Nurawan, A., M. Tombe, Sukamto, and M. Oniki. 1993. Effect of soil amendments with eugenol, clove leaf and charcoal
150
on disease occurrence of vanilla stem rot. Strengthening Research on Disease of Industrial Crops in Indonesia, ATA380 JICA-Balittro. Annual Report No. 2: 67-70. Nurawan, A., M. Tombe, dan K. Matsumoto. 1995. Penelitian antagonis isolat bakteri yang diisolasi dari rhizosfera berbagai tanaman terhadap patogen BBP. Kumpulan Intisari Seminar Ilmiah dan Kongres Perhimpunan Fitopatologi Indonesia XIII, Mataram. hlm 7174. Nuryani, Y., M. Tombe, dan S. Mogi. 1996. Respon beberapa tipe vanili terhadap patogen busuk batang (Fusarium oxysporum f.sp. vanillae). Proc. Integrated Control of Main Disease on Industrial Crops, Bogor, 13-14 March 1996. p. 123-128. Pantelides, I.S., S.E. Tjamos, I.A. Striglis, I. Chatzipalidis, and E.J. Paplomatas. 2009. Mode of action a non-pathogenic strain against Verticillium dahlae using real time QPCR analysis and biomarker transformation. Laboratory of Plant Pathology, Agricultural University of Athena. Science DirectBiological Control. p. 1- 3. Perina. H. 2002. Pengujiaan Kemampuan Fusarium oxysporum Nonpatogenik Asal Vanili dalam Menginduksi Ketahanan Tanaman Tomat terhadap Penyakit Layu Fusarium (Fusarium oxysporum f. sp. lycopersici). Skripsi Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Rahmadiono, S.G. Kartono, Sujindro, dan B. Hariadi.1982. Observasi penyakit vanili di Bali. Pemberitaan Penelitian Tanaman Industri 8(42): 21-24.
Mesak Tombe
Risfaheri, S. Rusli, dan T. Hidayat.1998. Standar mutu vanili. Monograf Vanili No. 4: 121-129. Ruan, X.Y., J.B. Chen, and Y.Y. Zhu. 1998. Review on vanilla diseases researches. J. Yunnan Agric. Univ. 13(1): 139-144. Sedhana, I.G. 1996. Pengendalian penyakit busuk batang vanili secara terpadu di daerah Bali. Proc. Integrated Control of Main Disease on Industrial Crops, Bogor, 13-14 March 1996. p.103-108. Seswita, D. dan E. Hadipoentyanti. 2007. Multiplikasi in vitro vanili hibrida dan somaklon tahan penyakit busuk batang. Prosiding Seminar Nasional Rempah, Bogor, 21 Agustus 2007. hlm. 93-96. Simanungkalit, R.D.M., P. Nainggolan, Budiharjo, dan M. Tombe. 1999. Peranan bahan organik dalam PHT perkebunan. Prosiding Forum Komunikasi Ilmiah Pemanfaatan Pestisida Nabati, Bogor, 9-10 November 1999. hlm. 9-19. Soetono. 1962. Penyakit busuk batang pada tanaman vanili. Kongres Nasional Ilmu Pengetahuan di Indonesia. 24 hlm. Sukamto dan M. Tombe. 1994. Penggunaan produk cengkeh untuk penanggulangan penyakit BBV. Makalah disampaikan pada Seminar Hasil Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Bogor, 21-23 November 1994. 7 hlm. Sukamto dan M. Tombe. 1995. Antagonis Trichoderma viride tehadap Fusarium oxysporum f. sp. vanillae penyebab BBP secara in vitro. Intisari Seminar Ilmiah dan Kongres Perhimpunan Fitopatologi Indonesia XIII, Mataram. hlm. 81. Sukamto, M. Tombe, dan M. Mogi.1996. Produk cengkeh sebagai fungisida na-
Teknologi ramah lingkungan ...
bati dalam pengendalian busuk batang vanili. Prosiding Seminar on Integrated Control on Main Diseases of Industrial Crops, Bogor, 13-14 March 1996. p. 7785. Sukamto dan M. Tombe. 1998. Usaha penyiapan stek vanili sehat. Monograf Vanili No 4: 102-106. Tombe, M. 1986. Hubungan beberapa faktor abiotik tanah dengan populasi jamur Fusarium oxysporum dalam rizosfera panili. Pemberitaan Penelitian Tanaman Industri XI(3-4): 67-73. Tombe, M., D. Sitepu, dan T. Sukmaraganda. 1987a. Penyebaran penyakit busuk batang vanili melalui stek batang dan cara penanggulangannya. Gatra Penelitian Penyakit Tumbuhan dalam Pengendalian Secara Terpadu. Risalah Seminar Ilmiah Perhimpunan Fitopatologi Indonesia, Jakarta, 29-31 Oktober 1985. hlm. 135-136. Tombe, M., D. Sitepu, H. Sastraatmadja, dan S. Sastrosuwigyo. 1987b. Prospek pengendalian penyakit BBV secara biologi. Gatra Penelitian Penyakit Tumbuhan dalam Pengendalian Secara Terpadu. Risalah Seminar Ilmiah Perhimpunan Fitopatologi Indonesia, Jakarta, 29-31 Oktober 1985. hlm. 136-137. Tombe, M. 1989. Masalah penyakit busuk batang vanili dalam budi daya tanaman vanili di Indonesia. Prosiding Seminar Tanaman Industri di Indonesia VII: 1205-1213. Tombe, M. dan D. Arini. 1989. Pengaruh kotoran hewan terhadap populasi Fusarium oxysporum penyebab busuk batang vanili. Prosiding Seminar Perhimpunan Fitopatologi Indonesia X. hlm. 393-395. Tombe, M., N. Tezuka, dan M. Oniki. 1991a. Resistensi beberapa isolat F. oxysporum asal tanaman vanili terhadap
151
benomil. Prosiding Seminar dan Kongres Nasional Perhimpunan Fitopatologi Indonesia XI, Ujung Pandang. hlm. 119-121. Tombe, M., A. Nurawan, dan M. Oniki. 1991b. Pengaruh pola tanam campuran dengan tanaman bawang-bawangan dan fungisida terhadap perkembangan penyakit BBV. Makalah disampaikan pada Seminar dan Kongres Perhimpunan Fitopatologi Indonesia XI, Ujung Pandang. 5 hlm. Tombe, M., K. Kobayashi, Ma’mun, Triantoro, dan Sukamto. 1992a. Eugenol dan daun tanaman cengkeh untuk pengendalian penyakit tanaman industri. Review Hasil Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. 8 hlm. Tombe, M., K. Tsuchiaya, A. Nurawan, S.B. Nazaruddin, M. Oniki, and K. Matsumoto. 1992b. Experimental on the introduction of biological and cultural control of stem rot diseases of vanilla. Indust. Crops Res. J. 4(2): 20-26. Tombe, M., K. Matsumoto, A. Nurawan, Sukamto, and S.B. Nazarudin. 1992c. Strains, morphology, physiology and ecology of causal fungus and disease damages of vanilla. Proc. Final Seminar of the Joint Study Programme RISMCJICA, ATA-380. Bogor, Indonesia. p. 50-57. Tombe, M. 1993. Stem and foot rot on vanilla. Diagnostic Manual for Industrial Crop Diseases in Indonesia. JICARISMC. p. 76-77. Tombe, M., A. Nurawan, and M. Oniki. 1993a. Controlling stem rot diseases of vanilla with several treatment combinations. Annual Report No. 2 JICA ATA 380-RISMC, Bogor. p. 52-56. Tombe, M., K. Kobayashi, Ma’mun, Triantoro, K. Oniki, and K. Matsumoto. 1993b. The role of eugenol in disease
152
suppression of stem rot of vanilla. Ann. Phytopathol. Soc. Japan. 59: 282 (Abstract). Tombe, M., Y. Komoto, and N. Tetsuka. 1993c. Identification and cultural types of Fusarium isolated from vanilla in Indonesia. Indust. Crop. Res. J. 6(1): 16. Tombe, M., A. Nurawan, dan M. Oniki. 1993d. Pengaruh tiga jenis fungisida terhadap penyakit busuk batang vanili (BBV). Annual Report No. 2 JICA ATA 380-RISMC, Bogor. p. 47-51. Tombe, M. 1994. Studies on The Stem Rot Diseases of Vanilla (Vanilla planifolia Andrews) in Indonesia. Doctor Thesis. Faculty of Agriculture, Hokkaido University, Japan. Tombe, M., K. Kobayashi, and A. Ogoshi. 1994. Vegetative compatibility grouping of Fusarium oxysporum f.sp. vanillae in Indonesia. Indon. J. Crop Sci. 9(2): 29-39. Tombe, M., K. Kobayashi, and A. Ogoshi. 1995a. Toxicity of clove eugenol against several pathogenic fungi. Indon. J. Crop Sci. 10(1): 11-18. Tombe, M., Sukamto, dan S. Mogi. 1995b. Studi pendahuluan penggunaan mutan Fusarium oxysporum nonpatogenik sebagai agensia hayati penyakit BBP panili. Makalah Seminar Ilmiah dan Kongres Perhimpunan Fitopatologi Indonesia XIII, Mataram. hlm. 332-335. Tombe, M., Sukamto, dan S. Mogi. 1996. Penelitian beberapa komponen PHT penyakit busuk batang panili (BBP). Proc. International Control of Main Disease on Industrial Crops, Bogor, 1314 March 1996. p. 53 -61. Tombe, M., D. Sitepu, and S. Mogi. 1997. Present status of biological control research of vanilla stem rot disease in Indonesia. Proc. Fourth International
Mesak Tombe
Workshop on PGPR. Japan-OECD Workshop. p. 13-17. Tombe, M., Sukamto, dan A. Asman. 1998. Status penyakit busuk batang dan usaha penanggulangannya. Monograf Vanili. Monograf No. 4 Balittro: 83-95. Tombe, M., Sukamto, Zulhisnain, dan E. Taufik.1999. Penggunaan Fusarium nonpathogenic (Fo.NP) untuk memperoleh bibit vanili yang bebas patogen BBV. Prosiding Simposium III Hasil Penelitian dan Pengembangan Tanaman Perkebunan. hlm. 152-159. Tombe, M., Zulhisnain, dan E. Taufik. 2001. Penggunaan BioFOB strain 10 AM untuk pengendalian penyakit BBV vanili secara hayati. Prosiding Simposium Mari. Jakarta, 13-14 September 2001. hlm. 209-216. Tombe, M. 2002. Prospek pengendalian penyakit busuk batang vanili (BBV) berorientasi pertaniaan organik. Perkembangan Teknologi Tanaman Rempah dan Obat XIV(1): 5-8. Tombe, M. 2003. Biotriba membantu mengolah limbah menjadi kompos. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian 25(5): 7-9. Tombe, M. 2004a. Budi daya tanaman vanili dengan menggunakan teknologi Bio-FOB. Makalah disampaikan pada Lokakarya Peringatan Hari Koperasi ke-57, Surabaya, 8 Juni 2004. 7 hlm. Tombe, M. 2004b. Pengendalian penyakit BBV vanili dengan menggunakan teknologi BioFOB ramah lingkungan. Pertemuaan Pembahasan Upaya Pengembangan Areal Vanili. Dinas Perkebunan Bali, Denpasar. 20 hlm. Tombe, M. 2005. Status teknologi imunisasi silang untuk pengendalian OPT vanili dan lada. Makalah disampaikan pada Pertemuaan Teknis Pengembangan Teknologi Pertanian Regional Su-
Teknologi ramah lingkungan ...
matera Tahun 2005, Pekanbaru, Riau, 18-20 Juli 2005. 11 hlm. Tombe, M., D. Wahyuno, dan Zulhisnain. 2005a. Pengendalian penyakit jamur akar putih (JAP) jambu mente secara terpadu. Perkembangan Teknologi Tanaman Rempah dan Obat XVII(1):1325. Tombe, M., Sukamto, Zulhisnain, dan E. Taufik. 2005b. Budi daya vanili dengan menggunakan teknologi BioFOB. Perkembangan Teknologi Tanaman Rempah dan Obat XVII(1): 31-40. Tombe, M. 2007. Introduction of vanilla stem rot disease (VSRD) and their control. Paper presented at Vanilla Malaysian for The World Course. Vanilla Biomatrix Sdn Bhd. Kuala Lumpur, Malaysia, 14 December 2007. 21 hlm. Tombe, M. 2008a. Peluang pemanfaatan teknologi BioFOB dalam budi daya tanaman secara organik. Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri 14(2): 26-28.
153
Tombe, M. 2008b. Protokol teknik produksi bibit sehat dengan metode BioFOB. Makalah disampaikan pada Pelatihan Teknologi BioFOB untuk Pengguna dan Penangkar, Bogor, 22-24 Mei 2008.15 hlm. Tucker, C.M. 1927. Vanilla root root. J. Agric. Res. 35(12): 1121-1136. Tuzun, S. and J. Kuc. 1991. Plant immunization: An alternative of pesticides for control of plant disease in the green house and field. Proc. The International Seminar on Biological Control of Plant Disease and Virus Vector. FFTC Book Series. p. 30-39. Untung. 1992. Penyakit busuk batang merupakan masalah utama dalam budidaya vanili di Indonesia. Trubus XXV (270): 8. Yamaguchi, K., M. Kida, and M. Takahushi. 1992. Induction of systemic resistance by Fusarium oxysporum MT0062 in solanaceous crops. Ann. Phytophatol. Soc. Japan 58: 16-22.