Makalah Seminar Kerja Praktek TEKNOLOGI BASE STATION CONTROLLER PADA SISTEM CDMA 2000 1X PADA JARINGAN FLEXI Elfira Nureza Ardina (L2F607023) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro ABSTRAK Kemampuan akses berbasis mobile station dengan kecepatan tinggi dari jaringan komunikasi data sangat diperlukan untuk jenis informasi dan komunikasi data yang semakin beragam. Untuk penyaluran data dan suara berkecepatan tinggi, diperlukan bandwidth yang besar sehingga menuntut penyediaan media transmisi yang baik untuk melewatkan data dan suara tersebut. PT. TELKOM mengimplementasikan layanan suara dan data berkecepatan tinggi dengan sebutan Flexi yang menggunakan teknologi CDMA 2000 1X yang mempunyai kecepatan uplink dan downlink tidak sama. Teknologi CDMA 2000 1X adalah teknologi wideband dengan teknik spread spectrum yang memanfaatkan teknologi CDMA untuk memenuhi kebutuhan layanan sistem komunikasi wireless generasi ketiga (3G) berupa aplikasi layanan multimedia. Mobile Station (MS) merupakan perangkat yang dibawa oleh pelanggan atau kata lain telepon selulernya yang akan menerima maupun mengirimkan data. Base Station Controller (BSC) merupakan komponen sentral dari jaringan pada BSS yang bertanggung jawab untuk mengontrol semua BTS yang berada di dalam daerah cakupannya serta mengatur rute paket data dari BTS ke PDSN atau sebaliknya serta trafik suara berbasis TDM dari BTS ke MSC atau sebaliknya. Bace Station Controller (BSC) berfungsi untuk mengontrol bagian besar dari radio network, tugas terpenting adalah menjamin probabilitas utilisasi terbesar dari sumber daya radio Kata Kunci : CDMA 2000 1X, BSC, Mobile Station, BTS
1. 1.1
PENDAHULUAN Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, memicu manusia untuk mendapatkan kebutuhan sarana dan prasarana yang praktis, mudah dan efisien. Seperti halnya dalam dunia telekomunikasi dan informasi yang sangat dibutuhkan dan dicari manusia karena dapat memudahkan dalam berinteraksi, bertransaksi melakukan aktifitasnya sebagai makhluk sosial. Saat ini, perkembangan layanan informasi sudah sangat beragam, mulai dari layanan berupa voice (telepon), data, bahkan sedang dikembangkan internet TV. Kehadiran jaringan internet dan layanan telepon berbasis CDMA (Code Division Multiple Access) sehingga di Indonesia tak lagi hanya mengandalkan sistem Pengkabelan untuk menyalurkan sistem pengiriman voice (telepon) dan data yang terhubungkan melalui mobile station, tetapi mulai menuju ke akses berkecepatan tinggi menggunakan teknologi Pemancaran Base Transceiver Station
(BTS) yang sudah banyak digelar PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. (PT. TELKOM) sebagai bagian dari perluasan usahanya dengan menawarkan produk Flexi menuju ke era jaringan CDMA. PT.TELKOM sendiri sudah cukup lama menawarkan jasa akses CDMA menggunakan infrastruktur jaringan pemancaran BTS (Base Transceiver Station) yang sudah digunakan oleh Mobile Station para pelanggan. Di PT TELKOM sendiri media untuk mentransmisikan informasi dari sentral sampai ke pelanggan sebelumnya masih menggunakan kabel tembaga, akan tetapi setelah
ditemukannya jaringan pemancar BTS yang memiliki kecepatan akses lebih tinggi dan jarak jangkau yang lebih luas dari pada kabel tembaga, pembangunan jaringan kabel yang baru, PT. TELKOM beralih menggunakan jaringan pemancaran menggunakan sinyal transmisi yang dikirimkan menggunakan BTS.. Dalam perkembangannya, sinyal informasi yang dilewatkan jaringan CDMA (Code Division Multiple Access) ke pelanggan semakin hari semakin besar, sehingga perlu bandwidth yang besar pula agar kecepatan akses ke pelanggan tidak lambat. Oleh karena itu, untuk menjaga kepuasan pelanggan DIVRE IV Semarang berusaha mengoptimalkan dan meningkatkan kemampuan akses Flexi melalui jaringan pemancar BTS, salah satu perangkat yang akan memproses semua sinyal informasi yang sebelum dipancarkan oleh BTS disebut BSC (Base Station Controller). BSC ini merupakan perangkat yang menghubungkan sejumlah koneksi BTS (Base Transceiver Station) ke sebuah saluran MSC (Mobile Switching Center). 1.2
Tujuan Tujuan dari Kerja Praktek di PT. TELKOM DIVRE IV Semarang adalah : 1. Mengetahui komponen-komponen penyusun dan fungsi BSC. 2. Memahami karakteristik dan prinsip kerja BSC
3. Mengetahui unjuk kerja teknologi BSC pada akses Flexi. 4. Menambah khasanah pengetahuan tentang teknologi BSC. 5. Memahami fungsi dan prinsip kerja BSC pada sistem CDMA 2000 1X. 1.3
Pembatasan Masalah Dalam melakukan penyusunan laporan kerja praktek ini, agar pembahasan menjadi terarah, penulis akan membatasi kajian mengenai masalah yang dibahas. Adapun pembahasan yang penulis angkat adalah mengenai bagian-bagian dan analisis kerja BSC (Base Station Center) pada sistem CDMA 2000 1X dalam jaringan akses Flexi.
TEKNOLOGI BSC PADA SISTEM CDMA 2000 1X DALAM JARINGAN FLEXI 2.1. Definisi BSC Base Station Controller (BSC) merupakan komponen sentral dari jaringan pada BSS yang bertanggung jawab untuk mengontrol semua BTS yang berada di dalam daerah cakupannya serta mengatur rute paket data dari BTS ke PDSN atau sebaliknya serta trafik suara berbasis TDM dari BTS ke MSC atau sebaliknya. CDMA 2000 1X adalah teknologi wideband dengan teknik spread spectrum yang memanfaatkan teknologi CDMA untuk memenuhi kebutuhan layanan sistem komunikasi wireless generasi ketiga (3G) berupa aplikasi layanan multimedia. Sehingga membutuhkan BTS yang telah ada dapat dipakai untuk menghantarkan data dan voice ke para pelanggan dalam jumlah yang besar dan dengan kecepatan yang tinggi. Pada CDMA 2000 1X terdapat banyak sekali jenis komponen sentral yang berfungsi untuk menerima data dan voice dari pelanggan dan mengirim kembali ke pelanggan, yaitu MS, BTS, BSC, PDSN, dan MSC. Teknologi BSC merupakan teknologi CDMA 2000 1X yang sangat mendukung dalam memberikan layanan wideband. Teknologi BSC kemudian di-insertkan menjadi salah satu bagian teknologi BSS (Base Station Subsystem) yang merupakan suatu konsep jaringan akses terintegrasi yang dapat menyediakan varian layanan data, voice dan video dalam satu platform perangkat. Perangkat BSC dapat diletakkan di STO (Sentral Telephone Otomate). Pada perangkat BSC biasanya sudah terpasang CMUX yang berfungsi memisahkan sinyal suara (MSC) dan sinyal data (PDSN), dimana sinyal suara akan menuju perangkat MSC (Mobile Switching Center) dan sinyal data akan diarahkan menuju PDSN (Paket Data Serving Node) melalui media transmisi yang bisa berbentuk protokol E1 (2 Mbps).
2.2
Bagian-Bagian Umum BSC
Secara umum perangkat BSC terdiri dari subrak system dalam BSC yang secara fisik modem sentralnya berupa board module yang berisi banyak modem sentral. BSC ditempatkan di Sentral dalam bentuk SUBRACK, seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut:
2
Gambar 1 BSC SUBRACK Pada Rak 0
Gambar 2 BSC SUBRACK Pada Rak 1-5
Gambar 3 BSC SUBRACK Pada Rak 6
Secara umum penjelasan mengenai bagian-bagian BSC adalah sebagai berikut: 1. Power Supply Power supply yang digunakan pada perangkat BSC dapat berasal dari 220 VAC atau -48 VDC. Pada bagian remote juga terdapat baterai yang digunakan sebagai
cadangan listrik ketika jaringan listrik PLN padam. 2. Fan Unit Bagian ini digunakan untuk menjaga suhu modul dalam perangkat. 3. CBIE CBIE merupakan module yang menghubungkan sel ATM melalui kabel E1/T1 dari sistem BSC. CBIE yang berfungsi menyediakan 32 E1/T1 standar. Selain itu menyediakan sebuah inverse multiplexing dalam kemampuan memproses ATM pada E1/T1 dan mendukung ATM atas pembuatan E1. Pada module CBIE juga berfungsi untuk menampilkan transmisi yang transparan atas Abis interface antara BTS dan BSC yang dihubungkan oleh kabel E1/T1. 4. BAM BAM adalah sebuah monitor yang digunakan untuk menampilkan data monitoring antara subrak maupun di bagian rak di BSC. Jadi apabila terdapat kerusakan pada BSC maupun terjadi terputusnya koneksi kabel E1/T1 dapat termonitoring dengan cepat oleh BAM. 5. CRMU Modul CRMU merupakan modul BSC yang berfungsi bertanggung jawab untuk menjaga dan mengelola sumber daya interface dan memproses dan mendistribusikan sinyal interface. 6. CPCU Modul CPCU merupakan modul BSC yang bertanggung jawab untuk menjaga kondisi paket call. Selain itu juga berfungsi mendirikan sinyal dan jalur koneksi. 7. CMUX Modul CMUX merupakan modul BSC yang dikonfigurasi didaerah control board utama. Modul CMUX bertanggung jawab untuk mengelola dan memantau semua software yang berada di board lokal subrack. Selain itu modul CMUX juga bertanggung jawab untuk memonitoring sebuah power frame, fan box, dan kondisi operasi pada lingkungan. CMUX berfungsi untuk mengumpulkan data dan memisahkan data yang ada disubrack BSC. 8. GCKP GCKP merupakan perangkat yang menyediakan BSC dengan sistem clock dan informasi waktu yang absolut setelah menerima dan memproses sinyal satelit sinkronisasi clock. GCKP bertanggung jawab untuk menerima informasi waktu dari sistem sinkronisasi satelit. 9. CMPU Modul CMPU merupakan pusat control board modul switching. Oleh karena itu modul CMPU melakukan tugas seperti pemeliharaan, manajemen, pengalarman pada board modul switching, dan bertugas memelihara sistem BSC. Modul CMPU berfungsi sebagai :
a. Menjaga dan mengalokasikan sumber pada modul switching. b. Proses pada sinyal dan informasi diluar switching. c. Menjaga dan memonitoring semua papan didalam modul switching. d. Seleksi pengontrolan active-standby clock dan pesawat network switching. 10. CNET Modul CNET menyediakan sistem desain disrtibusi dengan memisahkan masukan clock untuk masing-masing masukan interface. Selain itu pada modul CNET juga menyediakan sistem fungsi diagnosis sebagai status laporan pada jaringan swithcing dalam kenyataan dan membantu sistem deteksi dan indikasi kesalahan. 11. CLPC Modul ini berfungsi pada interface jaringan swithcing, untuk menambah header sel internal yang berisi informasi rute ke sel dan mentransmisi ke jaringan swithcing untuk sel swithcing. CLPC menampilkan fungsi dasar di layer ATM yang ditetapkan pada model referensi protokol ATM dan mendukung protokol yang terkait. 12. CFMR Pada modul CFMR ini terdapat banyak fungsinya yaitu : Frame Protocol Processing : untuk merespon jalur frames pada interface Abis/A3. Selection and distribution : saat terjadi proses soft handoff, frame sinyal uplink pada MS dinilai dalam beberapa sel dan kualitas terbaik dalam frame, dilanjutkan proses selanjutnya dalam beberapa tahap. Power Control : ketika tampilan dengan sebuah algoritma secara spesifik yang tergantung dalam parameter set power control dan diukur nilai power yang dilaporkan dari uplink. Multiplexing/demultiplexing : fungsi mayoritas yang memenuhi syarat MAC. LAC SAR : menampilkan fungsi sub layer SAR pada LAC. Radio Link Protocol : sebuah fungsi utama dalam proses MAC. Hal ini untuk merespon transmisi yang handal pada paket data. Internal Protocol Processing unit : sebuah proses komunikasi protokol internal antara CSPU dan CFMR.
TRAU Frame Protocol Processing : demultiplexing pada frame data suara dari MAC yang dikirim ke CEVC dengan layer 1 pada penambahan TRAU frame protokol. Dapat dilihat diatas ternyata modul CFMR sangatlah berperan penting dalam BSC karena memiliki banyak fungsi penting dalam modul BSC. 13. CSPU Modul CSPU berfungsi untuk merespon proses sinyal interface dan sinyal panggil dan sumber proses pelayanan distribusi. Selain itu CSPU berfungsi untuk mengalokasikan berbagai sumber yang dibutuhkan untuk sinyal setup dan jalur koneksi dan sebagai penanganan sinyal panggil. 14. CEVC Modul CEVC ini mempunyai fungsi yang cukup banyak yaitu : Untuk mengecek dan menginsert sinyal DTMF. Menyediakan fungsi pembatalan gema antara MS dan PSTN. Menampilkan pelayanan data sirkit dibawah 64 k. Proses TTL frame protokol. 15. CLAP Modul CLAP mempunyai fungsi sebagai spesifik fungsi ITU-T Q.703, sebagai pengukuran, perbaikan, dan troubleshooting untuk sinyal link SS7. spesifik fungsi ITU-T Q.703 seperti Initial Alignment Control (IAC), Congestion Control (CC), Receiving Control (RC), Link Status Control (LSC), Alignment Error Rate Monitoring (AERM), Signaling Link Unit Error Rate Monitoring (SUERM), dan Delimiting, locating, and error-checking of processor out-ofservice control (POC) signal units. 16. CAIE Modul CAIE menerapkan interface A1/A2 antara BSC dan MSC yang menyediakan 32 kabel E1/T1 dan interface 960. Pada Modul CAIE berfungsi untuk menyediakan interface E1/T1, switching TDM dan conversi rate, dan ekstraksi clock. 17. CHAC Modul CHAC berfungsi mengirim ulang jalur data A10 yang diterima dari PDSN ke CBPU. Selain itu CHAC sebagai tempat proses jalur data A8 yang diterima CPPU dan menerima data SDB dari CPCU dan mengirimkan ulang data ke PDSN melalui interface A10. Pada CHAC juga melakukan forwarding downlink signaling data dan forwarding uplink signaling data. Dalam hal ini terjadi pengiriman ulang secara langsung sinyal data A11 yang diterima dari PDSN ke CPCU.dan sebaliknya. Modul CHAC juga menyediakan 1.000 M interface ethernet ke PDSN dan mendukung protokol RFC826.
18.
CBPU Modul CBPU berfungsi sebagai penyangga, proses, dan mengirim ulang downlink paket data. Selain itu berfungsi juga untuk menerima resequencing paket dari PDSN ketika PCF dikoneksikan dengan PSDN melalui LAN atau internet. 19. CPPU Modul CPPU ini berfungsi untuk memproses dan mengirim ulang downlink maupun uplink paket data pada interface A8.
3.
PENGGUNAAN BSC PADA SISTEM CDMA 2000 1X DALAM JARINGAN FLEXI 3.1. Definisi Flexi Flexi adalah sebuah teknologi telekomunikasi terbaru yang dikeluarkan oleh PT TELKOM dengan memakai layanan telepon fixed wireless berbasis CDMA 2000 1X. Telkom Flexi diluncurkan pada 2003 yang lalu. Flexi menggunakan teknologi CDMA (Code Division Multiple Access) 2000 1x, dan berlisensi sebagai Fixed Wireless Access (FWA) atau Telepon Tetap Nirkabel. Sampai posisi saat ini, Flexi masih menjadi operator terbesar dalam layanan FWA di Indonesia. 3.2. Keunggulan Flexi Berikut merupakan keunggulan dari layanan Flexi: a. Sebagai teknologi CDMA sangat tahan terhadap gangguan cuaca dan interferensi, karenanya noise CDMA sangat rendah sehingga menghasilkan kualitas suara yang sangat baik. Bahkan dalam hujan yang sangat lebat pun kualitas suaranya masih dalam batas yang masih dapat ditoleransi. b. CDMA tidak dapat digandakan (dikloning) karena setiap pelanggan diberikan kode yang berbeda (unik). Kode-kode ini sangat sulit dilacak karena bersifat acak. c. Daya pancarnya yang sangat rendah (1/100 GSM) memungkinkan hand phone CDMA irit dalam mengonsumsi baterei, sehingga dapat beroperasi lebih lama untuk bicara maupun stand by. d. Kapasitas pelanggan per BTS CDMA dapat mencapai 6000 (10 kali GSM). Hal ini disebabkan CDMA lebih irit dalam pemakaian frekuensi. Semua BTS CDMA beroperasi pada frekuensi yang sama, sehingga tidak
memerlukan penghitungan yang rumit dalam menyusun konfigurasinya. Besarnya kapasitas per BTS membuat biaya investasi yang dikeluarkan sangat rendah. Selain itu CDMA-2000 (1X) beroperasi pada spectrum frekuensi 800 MHz. Hal ini akan membuat luas coverage BTS-nya jauh lebih besar dari GSM. Sehingga hanya memerlukan lebih sedikit BTS untuk meng- cover luas yang sama jika dibandingkan dengan GSM. CDMA-2000 (1X) dapat me-ngirim data dengan kecepatan hingga 144 Kbps, sementara GSM 9,6 Kbps. Sehingga dapat mendukung layanan SMS, MMS, main game dan down load data melalui internet. 3.3. Konfigurasi Umum Jaringan Flexi Berikut merupakan konfigurasi umum dari jaringan Flexi dengan menggunakan BSC Huawei sebagai berkut :
Gambar 4 Konfigurasi Umum Jaringan Flexi
3.4. Penggunaaan BSC dalam Jaringan Flexi Penggunaan BSC pada Flexi. Berikut merupakan ilustrasi pentransmisian BSC pada jaringan flexi. BSC sebagai pengubung antara BTS dan MSC. Di dalam BSC juga terjadi pemisahan sinyal data dan sinyal voice yang diterima dari BTS. Untuk interkoneksi sinyal data dan sinyal voice pada BTS ke BCS menggunakan Fiber Optik (FO), selain menggunakan FO, Interkoneksi BTS dapat juga menggunakan Radio Link. Kemudian setelah dikoneksikan ke BSC, kemudian BSC mengirimkan sinyal ke MSC berupa sinyal data voice dan ke PDSN berupa sinyal data. a. Base Station Controller (BSC), bertanggung jawab untuk mengontrol semua BTS yang berada di dalam daerah cakupannya serta mengatur rute paket data dari BTS ke PDSN atau sebaliknya serta trafik suara berbasis TDM dari BTS ke MSC atau sebaliknya.
b. Mobile Switching Center (MSC), diletakkan di pusat jaringan mobile communication dan juga bekerja dengan jaringan lain seperti PSTN, PLMN, dll. c. Base Transceiver Station (BTS), bertanggung jawab untuk mengalokasikan daya digunakan oleh pe langgan serta berfungsi sebagai antar muka yang menghubungkan jaringan CDMA 2000 1X dengan perangkat pelanggan. BTS terdiri dari perangkat radio yang digunakan untuk mengirimkan dan menerima sinyal CDMA. d. Mobile Station (MS), yang merupakan perangkat dibawa oleh pelanggan atau kata lain telepon selulernya yang akan menerima maupun mengirimkan data. Mobile Station terdiri dari Radio transceiver, Display dan Digital Signal Proccesor (DSP) dan kartu SIM (Subscriber Identity Module). Dalam Code Division Multiple Access telecommunication (CDMA) identitas panggilan tidak dihubungkan dengan handphonenya tetapi dengan kartu SIM sehingga bila kartu SIM dimasukan keterminal lain maka pengguna akan tetap menerima panggilan dan dapat melakukan pemanggilan dari terminal tersebut serta dapat menerima layanan pelanggan yang lainnya. Mobile Equipment atau Handphone secara unik dapat dikenali dengan International Mobile Subscriber Identity (IMEI) sedangkan kartu SIM memiliki International Mobile Subscriber Identity (IMSI) yang dapat mengidentifikasi pelanggan. e. Base Station Management (BSM), yang merupakan salah satu dari bagian BSS subsystem bertanggung jawab menyediakan fungsi operasi dan memelihara untuk BSC dan BTS. BSM menyediakan suatu graphical User Interface (GUI) yang mudah digunakan oleh operator untuk memeriksa status sistem dan membuat perintah untuk menjalankan proses tertentu. f. Home Location Register (HLR), suatu data base yang menyimpan dan mengatur informasi langganan CDMA 2000 1X dan mempunyai stuktur dan konfigurasi toleransi kesalahan yang
menyediakan proses database real time. HLR melaksanakan fungsinya berinteraksi dengan MSC, pusat layanan pesan singkat, pusat kendali jaringan , dan pusat pelanggan. g. Paket Data Serving Node (PDSN), Suatu gateway paket data untuk sistem CDMA 2000 1X yang support dengan mobile IP sehingga pelanggan bergerak (mobile node) dapat selalu terhubung ke internet kapanpun dan dimanapun. Mobile IP sebagai protokol untuk PDSN tersebut, mempunyai beberapa entitas fungsional diantaranya: mobile node, home agent, foreign agent dan routing agent yang merupakan entitas optional yang bisa diterapkan atau tidak. Mobile node akan melakukan proses registrasi untuk menginformasikan lokasi terkini ke home agent tiap ia melintasi subnet IP di PDSN lain / jaringan lain. Datagram yang dikirimkan untuk mobile node dirutekan ke home agent sebelum dilakukan proses tunneling ke mobile node melalui foreign agent. Ketika mobile node berada jauh dari home agentnya mengakibatkan meningkatnya probabilitas paket drop hingga menyebabkan terjadinya penurunan throughput. Untuk itu diperlukan routing agent karena dengan routing agent ini membuat proses update menjadi lebih dinamik dan fleksibel. h. Public Switched Telephone Network (PSTN), Jaringan telepon tetap yang menggunakan standar teknik yang di buat oleh ITU-T (International Telecommunication UnionTelecommunication Standar Sector). i. Inter Working Function (IWF), suatu sistem yang diperlukan untuk menyediakan pelanggan mobile dengan rangkaian jasa komunikasi data seperti fax dan modem serta mempunyai suatu modem khusus di dalamnya. Atas permintaan MS atau PSTN untuk data rangkaian, IWF menyediakan jasa menyediakan sumber utama modem. j. Internet, yaitu bertanggung jawab untuk memberikan informasi berupa data. Internet adalah sebuah layanan informasi yang menggunakan situs untuk mengaksesnya. Informasi yang ditampilkan berupa data. . 3.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja BSC Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja dari BSC. Faktor tersebut antara lain: 1. Sumber Tegangan (Power Parammeter) Secara umum, BSC dicatu dari jaringan listrik PLN. Oleh karena itu kestabilan dari jaringan litrik sangat penting terhadap kinerja dari BSC.
Ketidak stabilan tersebut menyebabkan kinerja BSC turun bahkan BSC dapat tidak bekerja atau rusak. Hal tersebut ditemui salah satunya di area Sentral Semarang, ada salah satu BSC yang memerlukan Stabilizer atau Automatic Voltage Regulator (AVR) karena aliran listrik yang mencatu BSC tersebut tidak stabil. Pemadaman listrik dalam waktu yang lama menyebabkan BSC tidak dapat bekerja karena tidak ada yang mensuplai daya untuk BSC. Dalam sistem BSC dilengkapi dengan baterai untuk mensuplai BSC jika terjadi pemadaman listrik, akan tetapi kemampuan baterai tersebut terbatas. Baterai yang baru dapat mensupali BSC sekitar 8 jam yang kemampuannya akan terus berkurang dengan bertambahnya usia batería tersebut. Jika pemadaman listrik melebihi batas kemampuan baterai mensupali BSC maka perlu suplai dari Genset. Kondisi jaringan listrik dan baterai dapat dipantau dari OMC BSC tersebut. 2. Kondisi Lingkungan (Environtment Parameter)
BSC merupakan kumpulan modul yang masing-masing modul terdiri dari komponen elektronik. Komponen elektronik memerlukan kondisi tertentu agar dapat bekerja secara optimal. Oleh karena itu BSC memerlukan kondisi tertentu sehingga dapat bekerja secara optimal. Jika kondisi tersebut dilampaui, maka dapat menurunkan kinerja dari BSC atau bahkan merusaknya. 3.6. Kerusakan pada BSC Kerusakan BSC atau tidak berfungsinya BSC secara umum dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: 1. Kerusakan Media Transmisi Media transmisi dari BTS ke BSC menggunakan fiber optik (FO) dan radio link. Kerusakan pada fiber optik dan radio link dapat menyebabkan tidak bekerjanya BSC. - Kerusakan fiber optik antara lain : a. Putusnya kabel fiber optik karena suatu hal, seperti karena gempa, pasak bumi, dll. b. Redaman kabel fiber optik yang terlalu besar, sehingga sinyal dari pusat tidak sampai ke BSC atau sinyal mendapat derau yang terlalu besar. Kerusakan radio link antara lain : a. Putusnya hubungan radio link antara BTS dengan BSC karena terkena petir.
b.
Akibat adanya propagasi karena terjadinya hujan mengakibatkan terputusnya radio link.
Kerusakan pada radio link dapat dikontrol atau dicek lewat OMC BSC. 2. Kerusakan Bagian Power Supply Kerusakan bagian power supplay antara lain: a. Terputusnya aliran listrik dari PLN baik karena pemadaman ataupun ada jaringan yang putus. b. Rusaknya bagian rectifier dari Unit BSC. c. Rusaknya baterai sehingga baterai tidak dapat mensupaly BSC ketika aliran listrik dari PLN terputus. 3. Kerusakan Modul BSC Jika ada salah satu dari modul BSC mengalami kerusakan maka akan terjadi gangguan pada sistem dan juga pada kinerja BSC. Jika kerusakan terjadi pada modul prosesor maka BSC tidak dapat bekerja. Kerusakan pada bagian modul prosesor dapat diatasi dengan merestart modul tersebut, akan tetapi jika modul ini masih mengalami kerusakan juga maka berarti modul tersebut perlu diganti. Kerusakan power supply, dan modul-modul BSC dapat dipantau dengan OMC. Jika terdapat error atau kerusakan maka akan terjadi alarm pada OMC. Sehingga penanganannya dapat lebih cepat dilakukan. Untuk Melihat semua kerusakan pada BSC baik secara transmisi, secara power supply, maupun secara modul BSC, dapat langsung dikontrol melalui OMC disetiap BSC. Seperti tampilan gambar dibawah ini yang menunjukkan bagian-bagian modul BSC yang berada di setiap rak. Karena setiap rak BSC berbeda-beda.
Gambar 5 Tampilan Monitor Pada OMC BSC Rak 0
Gambar 6 Tampilan Monitor Pada OMC BSC Rak 1-5
Gambar 7 Tampilan Monitor Pada OMC BSC Rak 6
Pada tampilan tersebut terdapat tanda berwarna hijau yang berarti pada bagian tersebut available atau dengan artian bahwa pada bagian modul tersebut kondisi masih tersedia sangat baik. Pada bagian ini juga terdapat tanda berwarna biru yang berarti pada bagian tersebut sedang standby av atau dengan artian posisi standby karena kondisi modul akan mengalami kondisi yang kurang baik atau tidak tersedia. Pada rak BSC ini tidak diperlihatkan modul yang mengalami unavailable, offline, blocked, dan unknown. Apabila modul mengalami unavailable maka akan menunjukkkan tanda berwarna merah dan apabila modul mengalami unvailable maka pengontrol OMC BSC akan melakukan sistem blocked secara monitoring. Setelah diblocked apabila mengalami kerusakan yang cukup parah maka oleh pengontrol BSC akan melakukan pengofflinenan pada modul BSC yang ditunjukkan tanda warna abu-abu. Untuk tanda berwarna hijau kebiru-biruan adalah tanda sebuah modul BSC yang mengalami kerusakan yang belum diketahui secara jelas apa kerusakannya, maka pada modul BSC akan memberi tanda berwarna hijau kebirubiruan yang berarti adalah modul tidak diketahui kerusakannya.
4. PENUTUP 4.1. Kesimpulan Dari uraian di atas dapat ditarik bebrapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Teknologi CDMA 2000 1X merupakan teknologi wideband dengan teknik spread spectrum yang memanfaatkan teknologi CDMA untuk memenuhi kebutuhan layanan sistem komunikasi wireless generasi ketiga (3G) berupa aplikasi layanan multimedia. 2. Teknologi MS (Mobile Station) merupakan perangkat yang dibawa oleh pelanggan atau kata lain telepon selulernya yang akan menerima maupun mengirimkan data. 3. Mobile Station terdiri dari Radio transceiver, Display dan Digital Signal Proccesor (DSP) dan kartu SIM (Subscriber Identity Module). 4. Base Station Controller (BSC) bertanggung jawab untuk mengontrol semua BTS yang berada di dalam daerah cakupannya serta mengatur rute paket data dari BTS ke PDSN atau sebaliknya serta trafik suara berbasis TDM dari BTS ke MSC atau sebaliknya. 5. BSC yang digunakan di PT. Telkom DIVRE IV Semarang yaitu BSC SUBRACK / BSC INDOOR 4.2. Saran Berdasarkan hasil kerja praktek di PT.TELKOM, penyusun memberikan saran sebagai berikut : 1. Dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap penggunaan telepon seluler dan internet di Indonesia, maka perlu dipertimbangkan efisiensi dan efektifitas dari layanan PT. Telkom DIVRE IV Semarang harus ditingkatkan dalam menyediakan layanan Flexi. 2. Perlu ditambahkan literatur-literatur yang mendukung pada PT. Telkom DIVRE IV Semarang. 5.
[5] ---, CDMA BSS Product Training Manual Volume 1. PT TELKOM INDONESIA DIVRE IV. Semarang. 2006. [6] ---, CDMA BSS Product Training Manual Volume 2. PT TELKOM INDONESIA DIVRE IV. Semarang. 2006. [7] ---, CDMA BSS Product Training Volume 1. PT TELKOM INDONESIA DIVRE IV. Semarang. 2006.
BIOGRAFI PENULIS Elfira Nureza Ardina (L2F607023). Lahir di kota Semarang pada tanggal 4 Juni 1989. Menempuh pendidikan di SDN 6 Ungaran, SMPN 2 Salatiga, SMAN 6 Semarang. Anak pertama dari dua bersaudara ini sedang menyelesaikan studi strata 1 di Teknik Elektro Universitas Diponegoro mengambil Konsentrasi Informatika dan Komputer dan telah melaksanakan kerja prakteknya di PT TELKOM DIVISI REGIONAL (DIVRE) IV Semarang.
Semarang, Agustus 2010 Menyetujui Dosen Pembimbing
DAFTAR PUSTAKA
[1] Godbole, Achyut. 2003. Data Communications and Network. Mumbai: McGraw-Hill [2] Green, DC. 1995. Komunikasi Data. Yogyakarta : Penerbit Andi. [3] Saydam, Gouzali. 2005.Teknologi Telekomunikasi Perkembangan dan Aplikasi. Bandung : CV. Alfabeta. [4] Sukiswo, ST. Buku Ajar Jaringan Telekomunikasi. Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. Semarang. 2002. .
Adian Fatchur Rochim, ST.MT. NIP.195207271982031003