TAYUB NINTHING: TARI KREASI BARU YANG BERSUMBER PADA KESENIAN TAYUB
ARTIKEL
OLEH: AJENG RATRI PRATIWI 105252479205
UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS SASTRA JURUSAN SENI DAN DESAIN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI TARI DAN MUSIK Januari 2012
TAYUB NINTHING: TARI KREASI BARU YANG BERSUMBER PADA KESENIAN TAYUB Ajeng Ratri Pratiwi Universitas Negeri Malang E-mail:
[email protected] ABSTRAK: Kesenian Tayub merupakan suatu kesenian tradisional yang berkembang di masyarakat khususnya di Tulungagung. Dalam kenyataannya, minuman keras selalu mendapatkan tempat penting dalam suatu pertunjukan Tayub. Kehidupan penarinya dilekati dengan kehidupan prostitusi karena perubahan nilai-nilai dalam masyarakat yang menyebabkan turunnya martabat mereka baik di masyarakat ataupun terhadap dunia tari itu sendiri. Tayub Ninthing diharapkan dapat menghilangkan anggapan negatif yang telah melekat dan remaja bias tertarik pada kesenian tradisi. Metode penciptaan meliputi eksplorasi, eksperimentasi (imitasi, improvisasi, evaluasi), pembentukan (forming), rangsang visual, rangsang gagasan, rangsang kinetik. Ditarikan oleh lima orang penari dengan tata rias cantik, kostum atasan kebaya biru, bawahan jarik motif bunga, serta asesoris dan menggunakan properti sampur. Panggung prosenium sebagai tempat pementasan karena akan dinikmati dari arah depan. Menciptakan karya tari harus melalui proses dan langkah-langkah yang terstruktur. Tayub Ninthing diharapkan bissa diterima di masyarakat dan menjadi obyek apresiasi. Kata Kunci: Kesenian Tayub, Tari Kreasi Baru, Tayub Ninthing Kesenian Tayub saat ini seperti kekurangan pendukung dari kalangan muda. Jika diperhatikan pendukungnya adalah kalangan orang tua-tua saja. Sesuai pengamatan peneliti, selama ini kalangan remaja kurang atau bahkan hampir tidak ada sama sekali yang berminat pada kesenian ini. Jangankan untuk mau belajar ataupun terjun langsung dalam kesenian Tayub ini, melirikpun tidak. Mereka pikir kesenian Tayub adalah hiburannya para kaum tua, Tayub itu kuno, ketinggalan jaman, dan membosankan. Para remaja sekarang lebih suka atau lebih nyaman menikmati seni pertunjukan modern, dalam hal tari misalnya hip hop yang dianggap lebih keren dan gaul. Faktor lain yang mempengaruhi para remaja enggan
untuk
mempelajari
kesenian
Tayub
ini
yaitu
karena
dalam
perkembangannya kesenian Tayub ini telah dialih fungsikan sebagai ajang
perjudian dan pesta miras. Dalam pengungkapannya sering pula dijumpai unsurunsur hubungan seksual yang terkandung di dalamnya. Seperti misalnya sepasang penari pria-wanita yang melekatkan pinggulnya, yang pada akhir gerak digendongnya penari wanita dibawa pergi, untuk kemudian menghilang sepasang demi sepasang di kegelapan malam. Tayub yang merupakan pertunjukan tari yang dilakukan berpasangan, memiliki empat komponen sebagai pelaku utama yaitu Pramugari, Sindhir, Pengibing, dan Pengawit. Pramugari atau gedhog berperan sebagai pengatur tata laku pertunjukan gedhog/pramugari mengantar kepada siapa sampur pertama harus diberikan, mengatur pengiring dalam menari berpasangan dengan penari wanita. Dalam memberikan sampur sebagai tanda mempersilahkan tamu untuk menari (ngibing) dengan penari Tayub wanita, disertai dengan menyajikan segelas arak sebagai tata caranya. Melihat keadaan yang seperti itu, maka untuk mewujudkan keinginan agar anggapan negatif pada kesenian Tayub bisa hilang dan para remaja tidak lagi enggan untuk mempelajari kesenian Tayub, koreografer ingin mewujudkan suatu bentuk tari kreasi baru yang bersumber pada kesenian Tayub sebagai tari Tayub remaja yang diberi judul “Tari Tayub Ninthing”.
METODE Karya tari ini bermula dari rangsang visual, koreografer melihat pertunjukan Tayub di Tulungagung baik langsung ataupun melalui VCD. Dari kebiasaan penonton Tayub yang selalu dibumbui dengan pesta miras dan ajang perjudian, membuat koreografer terdorong untuk menciptakan suatu karya tari kreasi baru yang diharapkan bisa menarik para remaja untuk mencintai kesenian tradisional salah satunya kesenian Tayub. Dari rangsang visual tersebut kemudian menjadi rangsang gagasan atau ide untuk membuat suatu karya tari. Sumber materi gerak diambil melalui proses: 1) Eksplorasi, 2) Pelatihan Dasar, 3) Eksperimentasi, 4) Forming (pembentukan), 5) Composing (peramuan). Sedangkan musik menggunakan iringan musik tradisional yaitu gemelan. Judul tari ini adalah Tayub Ninthing. Tayub dari kata di tata cek guyub.Kata Ninthing diambil dari istilah Jawa yang menyebut anak remaja wanita yang masih gadis atau wanita yang belum menikah dengan sebutan perawan thing-thing, karena
yang akan diciptakan adalah tari Tayub remaja. Adapun beberapa sumber pendukung dalam tari ini antara lain: 1) Musik, 2) Properti, 3) Tata Rias dan Tata Busana, 4) Tata panggung (Stage).
PROGRAM PENCIPTAAN Pengembangan Ide Ide karya tari Tayub Ninthing ini berawal dari rangsang visual ketika peneliti melihat perunjukan Tayub di Tulungagung yang diwarnai/dibumbui dengan pesta miras dan dibuat sebagai ajang perjudian. Pada pertunjukan Tayub ini penari wanita (ledhek) yang menari dan akhirnya mempersilahkan penonton pria (pengibing) menari bersamanya. Saat keduanya menari (ledhek
dan
pengibing) ada seorang ledhek yang bertugas menuangkan miras untuk diminum para pengibing yang dilakukan bergilir kesemua pengibing. Adapun penonton genit yang mencolek-colek si penari wanita (ledhek). Di kesibukan lain penonton asyik bermain judi sambil pesta miras. Hasil penciptaan Judul tari ini adalah Tayub Ninthing yang merupakan wujud suatu imitasi dari kesenian Tayub dimana tarian ini adalah sebuah tarian remaja. Sinopsis dari tari ini adalah diilhami dari kesenian Tayub yang sudah dikenal oleh masyarakat Jawa, terwujudlah Tayub Ninthing sebagai sebuah tarian baru. Tayub dari kata ditata cek guyub, Ninthing dari istilah perawan thing-thing. Penggambaran beberapa remaja putri yang membentuk kelompok untuk menghadapi keresahan yang dirasakan oleh para remaja wanita atas persepsi negatif terhadap kesenian Tayub. Maka mereka tergugah untuk menjadi seorang pelestari kesenian tradisi. Dengan durasi 8 menit, tarian ini ditarikan oleh lima orang penari, menggunakan tata rias cantik yang menggambarkan kecantikan para remaja dengan warna-warna yang disesuaikan. Untuk rambutnya, menggunakan sanggul tekuk dan di atasnya diberi hiasan bunga. busana yang digunakan disesuaikan dengan kesenian Tayub itu sendiri, yaitu kebaya warna biru, mekak (kemben), sabuk, jarik motif bunga yang dibuat menyerupai rok panjang, tidak lupa sampur sebagai properti yang digunakan untuk menari. Disertakan pula asesoris seperti giwang dan kalung. Properti yang digunakan adalah sampur dengan panjang 250 cm. Sampur terbuat
dari kain sifon warna putih dan di ujung-ujungnya diberi payet yang berfungsi sebagai hiasan sekaligus pemberat sampur. Dalam karya tari Tayub Ninthing ini, pola lantai dibuat berdasarkan kepentingan-kepentingan tertentu, misalnya untuk memberikan kesan dalam setiap adegan, suasana, dan karakter. Selain itu pola lantai di sini juga diberikan sebagai bentuk estetik komposisi ruang. Tata pentas menggunakan panggung prosenium, yaitu panggung yang hanya dipandang dari satu arah pandang saja, sehingga fokus penggarapan penyajian lebih memfokuskan pada formasi ke arah depan. Tarian ini tidak mempertimbangkan situasi, perubahan karakter tokoh, atau peristiwa tertentu. Maka konsep tata lampu lebih hanya bersifat untuk penerangan lantai pentas dengan harapan semua sikap, gerak dan formasi dapat jelas dilihat oleh penonton. Disamping itu yang dibutuhkan sebenarnya adalah untuk menonjolkan dan sebagai pendukung nuansa dan suasana dalam rangkaian garapan tari.
PENUTUP Kesimpulan Sebuah karya dapat diilhami dari beberapa hal, baik dari yang dilihat, dirasakan, didengar ataupun dialami. Tayub merupakan sebuah kesenian yang dijadikan sumber penggarapan karya tari Tayub Ninthing oleh koreografer. Tari Tayub Ninthing menceritakan penggambaran beberapa remaja putri yang membentuk kelompok untuk menghadapi keresahan yang dirasakan oleh para remaja wanita atas anggapan negatif terhadap kesenian Tayub. Maka mereka tergugah untuk menjadi seorang pelestari kesenian tradisi. Karya tari Tayub Ninthing ini dibuat sebagai bentuk tari remaja yang ditarikan oleh lima orang penari. Sehingga dengan jumlah tersebut dapat menampilkan variasi gerak dan komposisi sesuai dengan ruang dan waktu yang sudah direncanakan. Saran Dengan terbentuknya sebuah tarian yaitu tari Tayub Ninthing disarankan dapat bermanfaat. Bagi para seniman dapat menerima tari Tayub Ninthing sebagai salah satu bentuk tari kreasi baru yang dapat berdampingan dengan kesenian tradisi. Dan bagi masyarakat dapat menerima tari Tayub Ninthing sebagai upaya
mengkreasikan seni tari khususnya seni tari tradisi sebagai bentuk kesenian, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan apresiasi.