TANWIR
AL-MIQBAS MIN
TAFSIR IBN ‘ABBAS
KARYA AL-FAIRUZABADI
Oleh A. Hasan Asy’ari Ulama’i*
Pendahuluan Salah satu khazanah keilmuan Islam adalah literatur tafsir yang begitu banyak dengan keragaman metode, pendekatan, corak, visi dan paradigmanya mulai dari masa Rasulullah Saw. Hidup, masa sahabat, tabi‘in, tabi‘ al-tabi‘in hingga era modern saat ini. Urgensi tafsir al-Qur’an mulai tumbuh sejak masa Nabi Saw. sebagai salah satu kebutuhan hidup ummat dalam memahami pedoman hidupnya. Namun al-Qur’an yang sarat akan rahmatan li al-‘alamin tersebut tidak sepenuhnya dapat secara langsung dipahami oleh umat. Melalui otoritas Nabi Saw. sebagai mubayyin, maka segala persoalan yang muncul pada saat itu (berkaitan dengan al-Qur’an) dapat segera terselesaikan. Kita sadari semua bahwa persoalan memahami al-Qur’an tidak pernah berhenti setelah Nabi Saw. wafat, bahkan persoalan tersebut semakin kompleks, oleh karenanya tafsir menjadi salah satu kebutuhan umat dalam memahami
al-Qur’an sebagai pedoman hidupnya tersebut. Thameem Ushama mengutip pendapat al-Suyuthi yang menyebutkan bahwa ada sekitar sepuluh orang sahabat terkemuka yang memiliki kredibilitas dalam bidang tafsir semasa Rasulullah Saw. hidup dan sepeninggalnya beliau. Di antaranya adalah empat khulafa’ alrashidin (Abu Bakar al-Siddiq, ‘Umar bin al-Khattab, ‘Usman bin ‘Affan, ‘Ali bin Abi Talib), kemudian Ibn ‘Abbas, Ibn Mas‘ud, Ubay bin Ka‘ab, Zaid bin Sabit, Abu Musa alAsh‘ari dan ‘Abd Allah bin Zubair.1 Salah seorang tokoh tafsir di kalangan sahabat ini adalah Ibn ‘Abbas yang diakui oleh banyak kalangan sebagai the leader of mufassir (ra’is al-mufassirin) sebagaimana ditulis Manna` alQattan,2 juga the father of tafsir (abu al-tafsir). 3 Demikian pentingnya sosok Ibn `Abbas dalam konstelasi sejarah tafsir di dunia Islam, hingga terasa kurang absah seandainya ada tafsir yang tidak melibatkan penafsiran Ibn `Abbas ini di
Tanwir al-Miqbas min Tafsir Ibn Abbas
dalamnya. Oleh karenanya, menjadi sangat penting untuk melihat bagaimana metode penafsirannya. Salah satu himpunan tafsir dari karya Ibn ‘Abbas ini adalah kitab Tanwir al-Miqbas Min Tafsir Ibn ‘Abbas karya al-Fairuzabadi yang akan dibahas secara khusus dalam bahasan berikut ini mulai dari biografi ‘Ibn ‘Abbas sebagai penafsir dan al-Fairuzabadi sebagai penghimpun tafsirnya, dan untuk selanjutnya analisis terhadap kitab Tanwir al-Miqbas Min Tafsir Ibn ‘Abbas itu sendiri. Ibn ‘Abbas Nama ‘Abdullah ibn ‘Abbas tidak dapat ditinggalkan ketika seseorang membicarakan tafsir al-Qur’an, karena dialah yang secara terangterangan mendapatkan doa khusus dari Nabi Saw. (kalau boleh penulis nyatakan ia telah mendapat legitimasi langsung dari Nabi Saw.) menjadi salah seorang yang mampu memahami dan menafsirkan alQur’an (allahumma faqqihhu fi al-din wa ‘allimhu al-ta’wil).4 Nama lengkap Ibn ‘Abbas adalah ‘Abd Allah bin ‘Abbas bin ‘Abd alMutalib bin Hashim bin ‘Abd alManaf al-Quraishi al-Hashimi. Ibunya bernama Umm al-Fadl Lubanah binti al-Haris al-Hilaliyyah. Ia dilahirkan ketika Bani Hashim berada di Shi’b, kurang lebih tiga atau lima tahun sebelum hijrah (pendapat pertama) atau lahir tahun 3 sebelum Hijriyah, yang 144
dianggap oleh sebagian besar ulama, lebih kuat.5 Ia pernah diangkat menjadi gubernur Basrah pada masa Usman dan pada masa ‘Ali. Kemudian setelah masa terbunuhnya ‘Ali, Ibn ‘Abbas mengangkat ‘Abd Allah bin al-Haris sebagai penggantinya. Dalam perjalanan hidupnya, Ibn ‘Abbas banyak berdialog dengan Rasulullah Saw. sekalipun ia masih muda, bahkan saat ia berumur sekitar 13-15 tahun ia ditinggal Nabi Saw. berpulang ke rahmatullah, artinya semasa hidup Nabi Saw. ia masih sangat muda sekali. Kemudian ia sendiri wafat pada tahun 68 H. dengan umur 71 tahun, di kota Taif dan dikuburkan di sana pula.6 Ketenaran Ibn ‘Abbas di bidang tafsir bahkan keilmuannya secara umum menjadikan ia banyak dikenal dengan beberapa gelar antara lain: bahr al-‘Ilm (lautan ilmu), habr al-ummah (ulama’ umat), turjuman al-Qur’an (juru tafsir al-Qur’an), rais al-mufassirin (pemimpin para mufassir), al-bahr (lautan)7, dan juga habr al-Qur’an (ulama’ al-Qur’an).8 Julukan-julukan di atas sebagai pengakuan umat atas ilmunya yang banyak, ijtihadnya yang agung, dan ma‘ rifatnya terhadap maknamakna al- Qur ’an di samping akhlaknya yang mulia, hingga ia banyak dijadikan sandaran sahabat dalam tafsir maupun fatwa. Di antara sahabat yang mengakui
Wahana Akademika, Vol. 6, Nomor 2, September 2004
Tanwir al-Miqbas min Tafsir Ibn Abbas
kemampuan dan juga bersandar kepada Ibn ‘Abbas dalam bidang tafsir ini adalah ‘Umar bin alKhattab. Di antara sebab keunggulan dan kemasyhurannya di bidang ilmu khususnya bidang tafsir ini, menurut sebagian ulama antara lain:9 1. Doa Nabi Saw. khusus terhadapnya: allahumma ‘allimhu alkitab wa al-hikmah, dalam riwayat lain dikemukakan: allahumma faqqihhu fi al-din wa ‘allimhu al-ta’wil. 2. Masa pertumbuhannya di kediaman Nabi Saw. sehingga banyak mendengar dari Nabi Saw. berikut menyaksikan berbagai peristiwa yang terkait dengan nuzul al-Qur’an. 3. Hubungan dia dengan sahabat besar setelah Nabi Saw. wafat sekaligus banyak meriwayatkan dari mereka, memahami tempattempat nuzul al-Qur’an, tarikh tashri‘, asbab al-nuzul dan beberapa hal yang terkait dengan al-Qur’an. 4. Upaya sungguh-sungguh memelihara bahasa Arab, memahami gharib, adab, khasais dan asalibnya. 5. Ia telah mencapai maqam ijtihad dan keberaniannya dalam menjelaskan apa yang ia yakini benar. Dua karakter khas dari pengutipan Ibn ‘Abbas dalam
menafsirkan al-Qur’an:10 pertama, menggunakan syair-syair Arab kuno sebagai unsur pembuktian dan membantu pemahaman makna lafadz yang gharib dari al-Qur’an, dan untuk menguatkan alasan ini ia mengatakan: “Bila dalam alQur’an terdapat sesuatu yang sulit dimengerti maknanya, carilah keterangannya dari syair-syair kuno”. Kedua, merujuk kepada orang-orang Ahl al-Kitab yang telah memeluk agama Islam seperti Ka‘ab al-Akhbar al-Yahudi, ‘Abd Allah bin Salam, dan ahl al-Kitab, dengan dasar apa yang dikutipnya tersebut memiliki kesesuaian dengan ajaran al- Qur’an dan pengutipan inipun dalam wilayah yang sangat terbatas. Beberapa catatan penting tentang Ibn ‘Abbas ini antara lain:11 1. Ibn ‘Abbas dianggap sebagai orang pertama yang mendirikan perguruan tafsir di mana ilmu bahasa dan syair-syair kuno diajarkan sebagai mata pelajaran pelengkap. 2. Ibn ‘Abbas tidak hanya menggunakan fikiran semata dalam menafsirkan ayat, ia juga melandaskan kepada riwayat, bahkan diketahui hadis riwayat Ibn ‘Abbas seluruhnya berjumlah 660 hadis, 95 hadis di antaranya disepakati oleh al-Bukhari dan Muslim, secara terpisah alBukhari menetapkan 120 hadis dan Muslim menetapkan 49 buah.
Wahana Akademika, Vol. 6, Nomor 2, September 2004
145
Tanwir al-Miqbas min Tafsir Ibn Abbas
Al-Fairuzabadi Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Ya‘qub bin Muhammad bin Ibrahim bin Muhammad bin Abi Bakr bin Idris ibn Fadl Allah bin al-Shaikh Abi Ishaq Sahib pengarang kitab “alTanbih” al-Shaikh Majd al-Din Abu al-Tahir al-Shairazi alFairuzabadi Shahib “al-Qamus”12. Al-Fairuzabadi13 lahir pada Rabi’ al-akhir, ada yang menyatakan Jumad al-Akhir tahun 729 di Kazrun sebuah kota di Persi antara al-Bahr dan Shairaz. Ia tumbuh dan menghafal Qur’an pada saat berada di Kazrun tersebut, saat umur 7 tahun ia menghafal al-Qur’an.14 Kemudian setelah pindah ke Shairaz, ia belajar bahasa serta adab dari ayahnya sendiri di samping kepada Qawam al-Din ‘Abd Allah bin Mahmud dan lainnya. Selanjutnya ia ke Baghdad, dan di kota ini ia belajar kepada Taj alDin Muhammad bin al-Sabbak, kemudian menuju Damaskus, ia belajar kepada lebih dari 100 guru, selanjutnya ke Quds yang membawanya kepada kemasyhuran, karena di kota inilah ia mulai mengajar dan menerbitkan karyakaryanya. Kemudian dilanjutkan ke Kaero dan belajar kepada alJamal al-Asnawi, Ibn Hisham, alBaha’ bin ‘Uqail dan beberapa ulama lain. Perjalanan ilmiah alFairuzabadi ini berlangsung terus hingga mencapai wilayah Tenggara menuju Roma, India dan beberapa 146
kota lainnya.15 Di antara karyanya di bidang tafsir, hadis, tarikh, bahasa antara lain: 16 1. Basair zawai al-Tamyiz fi Lata’if alKitab al-‘Aziz, 2. Tanwir al-Miqbas fi Tafsir Ibn ‘Abbas, 3. al-Dur al-Nudum al-Murshid ila Fada’il al-Qur’an al-‘Adim dan beberapa karya bidang tafsir lainnya, 4. Shawariq al-Asrar al-‘Ulyah fi Sharh Mashariq al-Anwar alNubuwwah, dan beberapa karya bidang hadis lainnya, 5. Nuzhah al-Azhan fi Tarikh Asbihan, 6. Raudah al-Nadir fi Tarjamah alShaikh ‘Abd al-Qadir, dan kara bidang tarikh lainnya, 7. al-Luma‘ al-Mu‘allim al-‘Ajab alJami‘ bain al-Muhkam wa al‘Abab, 8. Maqsud zawai al-Albab fi ‘Ilm alA‘ rab, dan beberapa karya lainnya di bidang bahasa. Demikian banyak karya alFairuzabadi seimbang dengan kesibukannya menuntut ilmu ke beberapa ulama di beberapa kota. Al-Fairuzabadi meninggal pada tanggal 20 Syawwal 818 di daerah Zabid.17 Tanwir al-Miqbas Min Tafsir Ibn ‘Abbas Kitab Tanwir al-Miqbas min Tafsir Ibn ‘Abbas, sebagaimana sering kita jumpai di perpustakaan menurut al-
Wahana Akademika, Vol. 6, Nomor 2, September 2004
Tanwir al-Miqbas min Tafsir Ibn Abbas
Ustaz Amin al-Khauli merupakan kitab yang ditulis oleh Majd al-Din al-Fairuzabadi yang juga penyusun kamus al-Muhit,18 sehingga kitab tersebut bukanlah susunan Ibn `Abbas sendiri melainkan riwayat beliau yang dikutip oleh serangkaian jalur periwayatan yang sampai kepada al-Fairuzabadi. Di dalam bagian awal kitab ini dikemukakan jalur sanad yang dijadikan sandaran al-Fairuzabadi mengutip tafsiran Ibn ‘Abbas yaitu: Al-Fairuzzabadi berkata: Abd Allah al-Siqah bin al-Ma’mun al-Harawi telah menyampaikan riwayat kepada kami; ia (Abdullah) berkata: Ayahku telah menyampaikan riwayat kepada kami, ia (ayahku) berkata: Abu Abd Allah telah menyampaikan riwayat kepada kami; Ia (Abu Abdullah) berkata: Abu ‘Ubaid Allah Mahmud bin Muhammad al-Razi menyampaikan riwayat kepada kami; Ia (Abu Ubaid) berkata: Ammar bin Abdullah almajid al-Harawi telah menyampaikan riwayat kepada kami; Ia (Ammar) berkata: Ali bin Ishaq alSammarqandi telah menyampaikan riwayat kepada kami dari Muhammad bin Marwan dari al-Kalby dari Abi Salih dari Ibn Abbas ia berkata:
Jalur sanad di atas merupakan salah satu di antara jalur sanad yang meriwayatkan secara khusus tafsir Ibn ‘Abbas di samping jalur lain yang banyak jumlahnya. Dari beberapa jalur tersebut ada yang menyatakan bahwa sanad yang paling baik adalah yang melalui ‘Ali bin Abi Talhah al-Hashimi dari Ibn
‘Abbas 20 sebagaimana jalur ini dipedomani Imam al-Bukhari dalam kitab Shahih-nya. Sedangkan sanad yang dinilai cukup baik (jayyid) adalah sanad yang melalui Qais bin Muslim al-Kufi dari ‘Atha’ bin alSa’ib.21 Namun menurut penilaian beberapa peneliti, riwayat ‘Ali bin Abi Talhah tersebut tidak didengar langsung dari Ibn ‘Abbas, sebagaimana pernyataan al-Zahabi mengutip penuturan Imam al-Syafi‘i: “Tidak dapat dipastikan tafsir tersebut berasal dari Ibn ‘Abbas kecuali beberapa hadis yang jumlahnya kurang lebih 100 buah”.22 Adapun jalur al-Fairuzabadi di atas, dinilai termasuk sanad yang rancu bahkan jalur yang melalui alKalbi dari Abi Salih dianggap paling rancu oleh sebagian ulama, bahkan bila jalur ini digabung dengan riwayat Muhammad bin Marwan al-Sadi al-Saghir dianggap sebagai silsilat al-kazib (mata rantai kebohongan). Sanad lain yang juga lemah adalah sanad Muqatil bin Sulaiman bin Bishr al-Azdi, bahkan dibandingkan dengan al-Kalbi, lebih lemah lagi, karena Muqatil dinilai umumnya ulama da’if (lemah).23 Jalur sanad lainnya yang disandarkan kepada Ibn ‘Abbas ini adalah sanad al-Dahak bin Muzahim al-Kufi dari Ibn ‘Abbas, namun jalur ini munqathi’ dan bila riwayat ini digabung dengan
Wahana Akademika, Vol. 6, Nomor 2, September 2004
147
Tanwir al-Miqbas min Tafsir Ibn Abbas
riwayat Bishr bin ‘Imarah, maka riwayat ini menjadi lemah karena Bisyr sendiri dinilai da‘if, bahkan bila riwayat ini dikutip dari Juwaibir dari al-Dahak, maka riwayatnya semakin lemah dan sebiknya ditinggalkan riwayat tersebut. Demikian pula riwayat yang melalui al-Aufi dan seterusnya dari Ibn ‘Abbas yang banyak digunakan Ibn Jarir dan Ibn Abi Hatim juga lemah sekalipun tidak terlalu kelemahanya sehingga oleh al-Turmuzi jalur ini dinilai hasan.24 Jalur-jalur lain adalah dari Qais bin Muslim al-Kufi dari ‘Atha’ bin al-Sa’ib dari Sa‘id Ibn Jubair dari Ibn ‘Abbas, di mana jalur ini memenuhi syarat shahihain. Demikian pula jalur Ishaq (sahib “al-Sir”) dari Muhammad bin Abi Muhammad maula Ali Zaid ibn Sabit dari ‘Ikrimah atau Sa‘id bin Jubair dari Ibn ‘Abbas dinilai jayyid, dan sanadnya hasan. Kemudian jalur Isma‘il bin ‘Abd al-Rahman al-Sadi al-Kabir, terkadang dari Malik, kadang juga dari Abi Shalih dari Ibn ‘Abbas, pada Isma‘il al-sadi dinilai Muslim dan Sahib al-Sunan alArba‘ah berbau-bau syi‘i. Jalur lainnya dari ‘Abd al-Mulk bin Juraij dari Ibn ‘Abbas, hanya saja jalur ini perlu dikaji secara mendalam, mengingat Ibn Juraij dinilai kurang adanya kesungguhan untuk menunjukkan kesahihan riwayatnya.25 Beberapa catatan jalur periwayatan di atas tidak lain untuk 148
membuka wacana tentang tafsir yang disandarkan kepada Ibn ‘Abbas dengan sikap kritis dan terbuka, tanpa ada maksud menjatuhkan kitab tafsir khususnya kitab susunan al-Fairuzabadi ini, akan tetapi diharapkan ada upaya membandingkan dengan tafsir yang memiliki jalur yang lebih baik seperti yang dihimpun al-Bukhari atau minimal dibandingkan dengan kitab tafsir lainnya yang mengutip pendapat dari Ibn ‘Abbas ini. Di antara kitab tafsir yang juga secara khusus mengutip pendapat Ibn ‘Abbas ini adalah kitab Al-Durr al-Mansur karya al-Suyuti, di mana tafsir Ibn ‘Abbas ini ditempatkan pada tepi kitab tersebut.26 Demikianlah gambaran dari jalur penyandaran tafsir terhadap Ibn ‘Abbas berikut penilaian ulama terhadap berbagai jalur, termasuk di dalamnya jalur yang digunakan alFairuzabadi dalam kitab Tanwir alMiqbas min Tafsir Ibn ‘Abbas ini. Analisis Terhadap Kitab Dan Muallif Muallif kitab ini adalah alFairuzabadi yang hidup di luar Jazirah Arab, namun wilayahwilayah tetangganya merupakan basis tempat berkembangnya hadis Nabi Saw. seperti Bukhara, Samarqand dan beberapa kota lainnya, sehingga penulis berasumsi bahwa tafsir yang dihimpun al-Fairuzabadi dengan sandaran periwayatan ini tidak dapat lepas dari pengaruh
Wahana Akademika, Vol. 6, Nomor 2, September 2004
Tanwir al-Miqbas min Tafsir Ibn Abbas
lingkungan tersebut. Terlebih perjalanan ilmiah al-Fairuzabadi yang demikian luas, yaitu ke beberapa kota basis ilmuan dan ulama sekaligus banyak berguru kepada ulama-ulama besar yang ada di dalamnya mendorong dirinya untuk berkiprah di dunia ilmu. Lingkungan keluarga yang ilmiah dan diniyah terut membentuknya sebagai ulama, terbukti pendidikan yang diberikan ayahnya sejak kecil dari hafalan al-Qur’an. Ilmu bahasa dan adab dan beberapa ilmu lainnya. Masa hidupnya yang semasa dengan al-Mahalli dan al-Suyuti (w. 911) yang juga muhaddis (keduanya penulis tafsir Jalalain) menampakkan kemiripan dalam cara menafsirkan al-Qur’an yaitu pola yang sederhana dengan menampilkan makna kata, hanya saja pada Tanwir al-Miqbas ditampakkan jalur sanadnya (sekalipun dinilai lemah oleh ulama) sementara Jalalain tidak demikian, karenanya pula umumnya ulama memasukkan Tanwir al-Miqbas ke dalam kelompok tafsir bi al-ma’sur, dengan alasan sumber penafsirannya adalah riwayat Ibn ‘Abbas. Sedangkan Jalalain digolongkan pada tafsir bi al-ra’y, dengan alasan sumber penafsirannya adalah nalar kebahasaan. Terlepas dari penilaian di atas, penulis melihat ada trend di masa itu untuk menghidangkan tafsir alQur’an yang simple (sederhana),
ringkas dan padat. Hal ini menurut hemat penulis sebagai wujud penafsiran yang global dan memudahkan pembaca berikut membiarkan pembaca mengembangkan sendiri seluas-luasnya pemahaman terhadap al-Qur’an. Nama kitab tafsir karya alFairuzabadi tersebut adalah Tanwir al-Miqbas min tafsir Ibn ‘Abbas, ada juga yang menyebutnya dengan Tanwir al-Miqbas fi tafsir Ibn ‘Abbas (dengan kata “fi” bukan “min”. Penamaan awal (menggunakan “min”) dapat disaksikan pada halaman judul kitab tafsir ini yang diterbitan Dar al-Fikir juga terdapat dalam beberapa kitab seperti altafsir wa al-mufassirun karya alZahabi serta umumnya jumhur ulama. Sementara penamaan yang kedua dapat dijumpai dalam kitab Sazrat al-Zahab karya Abu al-Falah dan al-Dawudi dalam kitabnya thabaqat al-Mufassirin.27. Tentang penyandaran riwayat dalam tafsirnya, penulis sependapat dengan beberapa penilaian ulama di atas yaitu jalurnya lemah, karena di dalam mengutip riwayat Ibn ‘Abbas disandarkan pada al-Kalbi dari Abi Shalih yang dinilai ulama lemah. Padahal masih ada jalur lain yang lebih baik dan dipegangi jumhur ulama khususnya sahib al-sunan, yaitu jalur Qais bin Muslim al-Kufi dari ‘Atha’ bin al-Sa’ib dari Sa’id Ibn Jubair dari Ibn ‘Abbas. Model (style) atau gaya serta contoh penafsiran Ibn ‘Abbas secara
Wahana Akademika, Vol. 6, Nomor 2, September 2004
149
Tanwir al-Miqbas min Tafsir Ibn Abbas
global, khususnya yang telah disalin Marwan ‘an al-Kalbi ‘an Abi dan dihimpun oleh al-Fairuzabadi Salih ‘an Ibn ‘Abbas. Artinya, dalam kitab Tanwir al-Miqbas min penaf-siran ayat-ayat dalam surat Tafsir Ibn ‘Abbas adalah sebagai al-Baqarah ini disandarkan pada berikut: riwayat ‘Abd Allah al-Siqah bin 1. Format umum pada setiap awal al-Ma’mun al-Harawi, dari alsurat, dalam hal ini al-FairuMa’mun, dari Abu ‘Abd Allah, zabadi mengawali penafsirannya dari Abu ‘Ubaid Allah Mahmud dengan ungkapan sebagai beribin Muhammad al-Razi, dari kut: wa bi isnadihi ‘an Ibn ‘Abbas. ‘Abd Allah bin al-Mubarak Artinya, penafsiran ayat-ayat (pada jalur pokok diriwayatkan yang akan ia sampaikan tersebut ‘Ammar bin ‘Abd al-Majid aldisandarkan kepada sanad yang Harawi), dari ‘Ali bin Ishaq altelah tertera dalam muqaddimah Samarqandi, dari Muhammad tafsir, yaitu riwayat ‘Abd Allah bin Marwan, dari al-Kalbi, dari al-Siqah bin al-Ma’mun alAbu Shalih, dari Ibn ‘Abbas. Harawi, dari al-Ma’mun, dari 3. Penyandaran riwayat dalam Abu ‘Abd Allah, dari Abu setiap surat di atas (point 1 dan ‘Ubaid Allah Mahmud bin 2) merupakan upaya alMuhammad al-Razi, dari Fairuzabadi menafsirkan al‘Ammar bin ‘Abd al-Majid alQur’an sesuai dengan riwayat Harawi, dari ‘Ali bin Ishaq alIbn ‘Abbas. Namun demikian, Samarqandi, dari Muhammad ada beberapa penafsiran albin Marwan, dari al-Kalbi, dari Fairuzabadi dalam kitab Tanwir Abu Shalih, dari Ibn ‘Abbas. al-Miqbas ini yang tidak Jalur inilah yang dijadikan diriwayatkan Ibn ‘Abbas. sandaran pokok al-Fairuzabadi Contoh: Penafsiran kata “wa menafsirkan ayat. shahidin wa mashhud” (Qs al2. Pada surat tertentu, penafsiran alBuruj) dengan makna “hari Fairuzabadi disandarkan kepada Jum`ah dan hari `Arafah”. jalur periwayatan yang sedikit Penafsiran tersebut - setelah berbeda dari jalur periwayatan dilakukan penelusuran kepada yang pokok (poin no 1). Contoh: kitab Jami` al-Usul fi Ahadis alpada saat mengawali tafsir surat Rasul karya Ibn al-Asir 28 merupakan riwayat Abu al-Baqarah, al-Fairuzabadi Hurairah. Contoh lainnya menggunakan sandaran riwayat adalah penafsiran kata “tabaqan sebagai berikut: wa bi isnadihi ‘an `an tabaq” (Qs al-Insyiqaa: 19) ‘Abd Allah bin al-Mubarak qala yang diartikan sebagai halan haddasana ‘Ali bin Ishaq alba`da halin (keadaan demi Samarqandi ‘an Muhammad bin 150
Wahana Akademika, Vol. 6, Nomor 2, September 2004
Tanwir al-Miqbas min Tafsir Ibn Abbas
keadaan yaitu kematian kemu- 6. Pada setiap awal surat diberikan keterangan makiyyah madaniyahdian kehidupan, kematian nya, kemudian jumlah ayat serta kemudian kehidupan lagi dan seterusnya). Penafsiran ini jumlah hurufnya. merupakan riwayat Ibn `Umar 7. Ditinjau dari metode yang digunakan di dalamnya, tafsir ini dan bukan riwayat Ibn ‘Abbas. menggunakan manhaj (metode) 4. Bahkan tak jarang riwayat Ibn ijmali atau global method, ‘Abbas yang terdapat di dalam mengingat penafsiran dilakukan kitab Jami‘ al-Usul (sebagai kitab kalimat-perkalimat, ayat-per himpunan dari kitab-kitab hadis ayat, surat-persurat secara mu‘tabar, seperti Sahih alberurutan dari awal surat hingga Bukhari, Sahih Muslim, Sunan alakhir surat dengan tafsiran Tirmizi, Sunan Abi Dawud, dan global atau thariqah al-mujmal. beberapa kitab hadis lain) tidak Bahkan kalau boleh dinyatakan, dimasukkan dalam kitab penaftafsir ini mirip polanya dengan siran al-Fairuzabadi ini. Contoh: Jalalain yaitu mencari makna kalimat “inni mutawaffika” Ibn padanan, apakah padanan itu ‘Abbas menafsirkannya dengan diambil dari bahasa ataukan “mumituka” sebagaimana diriwa29 riwayah. Tentunya al-Fairuzayatkan al-Bukhari. Dan banyak badi bermaksud hanya menlagi contoh lainnya carikannya dari riwayat khusus5. Termasuk dalam hal Qira’at nya kepada Ibn ‘Abbas, sesuai riwayat Ibn ‘Abbas, oleh aldengan penamaan kitabnya Fairuzabadi tidak disinggung Tanwir al-Miqbas min Tafsir Ibn sama sekali, seperti bacaan ‘Abbas. tambahan Ibn ‘Abbas pada surat al-Baqarah ayat 19: laisa ‘alaikum 8. Ditinjau dari sisi al-laun (warna) tafsirnya, sulit ditentukan secara junahun an tabtaghu fadlan min pasti, mengingat orientasi dan rabbikum fi mawasim al-hajj,30 di wacana mufassirnya kurang mana kata fi mawasim al-hajj merupakan tambahan dari Ibn begitu nampak, hal ini dikare‘Abbas. Demikian juga lafad alnakan orientasi awal dari alsalama dipendekkan lam fathahFairuzabadi dalam tafsirnya ini nya dalam surat al-Nisa’ ayat 90, adalah menyandarkan pada dibaca al-salam dengan dipanriwayat Ibn ‘Abbas, bukan jangkan lam fathahnya: wala hendak mengedepankan sisi taqulu liman alqa ilaikumus kebahasaannya, ayat hukumnya, salama lasta mu’mina, qara’a Ibn nilai filosofisnya, ilmu kalamnya, Abbas al-salama (Riwayat sejarahnya, tasawwufnya atau31 Bukhari dan Muslim). pun yang lainnya. Wahana Akademika, Vol. 6, Nomor 2, September 2004
151
Tanwir al-Miqbas min Tafsir Ibn Abbas
9. Pada penafsiran ayat tertentu yang menunjuk kepada seseorang atau kelompok orang, Ibn ‘Abbas menunjuk nama orang yang ada pada masanya. Contoh: tafsir ayat “wa bil akhirati hum yuqinun” (Qs 2: 4): “dan terhadap hari kebangkitan setelah kematian serta kenikmatan surga mereka meyakininya, yang di maksud mereka ini adalah ‘Abd Allah bin Salam wa ashabih” (nama ini sering disebut di samping nama Abu Bakar untuk mewakili orang yang beriman). Sebaliknya, untuk menggambarkan orang yang inkar dari kalangan Yahudi, Ibn ‘Abbas sering menyebut nama Ka’ab bin Ashraf dan teman-temannya; dan untuk menggambarkan orang yang ingkar dari kalangan musyrikin, Ibn ‘Abbas menyebut nama ‘Utbah, Shaibah dan Walid. Contoh: tafsir ayat “wa lahum ‘azabun ‘adim” (Qs 2: 7): “bagi mereka siksa yang pedih, mereka ini orang-orang Yahudi yaitu Ka’ab bin al-Ashraf dan temantemannya, juga mereka ini adalah kelompok musyrik penduduk Mekah seperti ‘Utbah, Shaibah dan Walid”. 10. Kitab Tanwir al-Miqbas ini, disamping memuat penafsiran yang disandarkan kepada Rasulullah Saw., juga menggunakan ijtihad atau renungan mendalam Ibn ‘Abbas, bahkan 152
beberapa penafsirannya ia sandarkan kepada cerita ahl alKitab. Contoh : Tafsir ayat “qulna ihbitu minha jami’an” (Qs 2: 38) : “Kami berkata kepada Adam, Hawa, ular, burung dan iblis: keluarlah kalian semua dari langit”. 11. Mashadir atau sumber penafsiran Ibn ‘Abbas lainnya adalah pada syair-syair kuno. Contoh: Tafsir kata “al-wasilah” dalam Qs 5: 35 ditafsirkan dengan “derajat yang tinggi atau jalan terdekat yaitu dengan amal shalih”. Dalam kutipan al-Zahabi terhadap penafsiran ayat di atas, Ibn ‘Abbas menyertakan sebuah syair untuk memperjelas makna, yaitu: Inna al-rijala lahum ilaika wasilah an ya’khuzuka takhaly wa takhdaby,“Sesungguhnya para pria memiliki hajat kepadamu, bila mereka menghendakimu maka kamu bercelak dan memakai warna-warni.” 32 Namun dalam Tanwir al-Miqbas, syair ini tidak dikemukakan Kesimpulan Dari pembahasan di atas ada beberapa point penting yang perlu diperhatikan: 1. Ibn ‘Abbas dalam sejarah tafsir dikenal sebagai pemimpin para mufassir dan telah mendapatkan restu Nabi Saw. di bidang ini. 2. Penafsiran Ibn ‘Abbas ini banyak dikutip oleh mufassir, demikian pula ulama yang menghimpun
Wahana Akademika, Vol. 6, Nomor 2, September 2004
Tanwir al-Miqbas min Tafsir Ibn Abbas
secara khusus tafsirnya melalui riwayat sama sekali, sehingga beberapa jalur sanad. Masingdimung-kinkan dalam kitab tafsir masing jalur periwayatan yang ini (Tanwir al-Miqbas) memuat disandarkan kepada Ibn ‘Abbas ijtihad al-Fairuzabadi sendiri ini memiliki kekuatan dan dengan pendekatan kebahasaan kelemahan, sehingga ada yang semata. benar-benar otentik dari Ibn 5. Namun demikian, penulis tetap ‘Abbas, ada pula yang tidak mengakui bahwa kitab tafsir ini otentik lagi. secara global menggunakan 3. Salah satu kitab himpunan Tafsir pendekatan riwayah. Dalam hal Ibn ‘Abbas adalah Tanwir almanhaj al-tafsir, al-Fairuzabadi Miqbas min Tafsir Ibn ‘Abbas menggunakan manhaj ijmali karya al-Fairuzabadi yang hidup yaitu penafsiran ayat secara utuh sekitar 6 abad setelah Ibn ‘Abbas sesuai urutan mushaf secara wafat sehingga terdapat global. Mengingat penafsiran tenggang waktu yang cukup yang dituangkan dari keinginan panjang dan tidak mustahil awal al-Fairuzabadi ini berdaterjadi perubahan-perubahan sarkan riwayah, maka tidak dalam periwayatannya. nampak corak khusus dalam 4. Dalam menafsirkan ayat, Ibn tafsirnya, apakah corak bahasa, ‘Abbas merujuk kepada Rasuhukum, kalam, tasawwuf dan lullah Saw., nalar ijtihad-nya, lainnya. syair-syair kuno serta beberapa 6. Selain sisi kelebihan yang ada keterangan ahl al-Kitab yang pada kitab tafsir ini, ada telah memeluk agama Islam. beberapa kekurangan yang Namun setelah ditelaah secara cukup jelas. Salah satu kekumendalam terhadap kitab Tanwir rangan tersebut adalah tidak al-Miqbas –yang disandarkan digunakannya jalur yang dipemuallifnya kepada tafsir Ibn gangi jumhur ulama dan sahib al‘Abbas- ternyata di dalamnya sunan, sehingga sering kali memuat beberapa riwayat yang penafsiran Ibn ‘Abbas yang disandar-kan kepada selain Ibn dituangkan dalam Tanwir al‘Abbas, seperti riwayat Abu Miqbas berbeda dengan riwayat Hurairah dan Ibn ‘Umar, bahkan Ibn ‘Abbas yang terhimpun di ada yang tidak memiliki sandaran dalam kitab hadis mu‘tabar.[]
Wahana Akademika, Vol. 6, Nomor 2, September 2004
153
Tanwir al-Miqbas min Tafsir Ibn Abbas
CATATAN AKHIR: Penulis adalah dosen Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang. Thameem Ushama, Methodologies of the Qur’anic Exegesis, (Kuala Lumpur: A.S. Noordien,1995), h. 13-14 2 Manna‘ al-Qattan, Mabahis fi ‘ulum al-Qur’an, (Beirut: Muassasah al-Risalah, 1994), h 382 3 Lihat sebutan pada bab Ibn ‘Abbas dalam Mustafa al-Sawi al-Juwaini, Manahij fi al-Tafsir, (Iskandariyah: al-Ma‘arif, tth.), h. 21 4 Thameem Ushama, loc.cit. 5 Manna‘ al-Qattan, op.cit., 6 Ibid.; lihat juga Muhammad Husain al-Zahabi, al-Tafsir wa al-Mufassirun, (Beirut: Dar al-Kutub al-Hadisah, 1976), juz 1, h. 65 7 Ibid. (Thameem Ushama, Manna al-Qattan, al-Zahabi) 8 Lihat catatan kaki ‘Abd al-Halim al-Najjar dalam mentahqiq Mazahib al-Tafsir al-Islami lil al-‘Alam al-Mustashriq Ignas Golziher, (Mesir: Maktabah al-Khanji, 1955), h. 83 9 Al-Zahabi, op.cit., 67-68 10 Ibid., h. 72-75; lihat juga Ahmad al-Shirbasi, Sejarah Tafsir Qur’an, terj. Team Pustaka Firdaus, (ttp: Pustaka Firdaus, 1994), Cet III. h. 72 11 Ibid., h. 72-73 12 Al-Hafiz Shams al-Din Muhammad bin ‘Ali Ibn Ahmad al-Dawudi, Tabaqat al-Mufassirin, (ttp: Maktabah Wahbah Abidin, 1992), juz 2, h. 274-276. 13 Al-Fairuzabadi dinasabkan kepada daerah yang bernama Fairuzabad sebuah kota di Persi dekat Shairaz, saat ini daerah tersebut menjadi bagian dari wailayah Azarbaijan. Farid ‘Abd al-‘Aziz al-Jundi, Mu‘jam al-Buldan, (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1990), juz 4, h. 321 14 Al-Dawudi, loc.cit. Lihat juga Abu al-Falah ‘Abd al-Hayy bin al-‘Imad alHanbali (w.109), Shazrat al-zahab fi akhbar min zahab, (Beirut: Dar al-Kutub al‘Ilmiyyah, tth.), juz 7, h.127 15 Al-Dawudi, loc.cit. Abu al-Falah, loc.cit. 16 Ahmad al-Shirbasi, op.cit. h. 74., Liihat juga Abu al-Falah, op..cit., h. 127129 17 Al-Dawudi, loc.cit. 18 Ahmad al-Shirbasi, lo.cit.. 19 Abu Tahir bin Ya‘qub al-Fairuzabadi, Tanwir al-Miqbas min Tafsir Ibn ‘Abbs, (Beirut: Dar al-Fikr, tth.), h.2 20 Mengutip dari tulisan al-Zahabi bahwa Imam Ahmad menyatakan: sesungguhnya di Mesir terdapat satu sahifah tafsir yang diriwayatkan oleh ‘Ali bin Abi Talhah; beberapa ulama yang memegangi jalur ini antara lain: Ibn Jarir alTabari, Ibn Abi Hatim, Ibn al-Munzir, termasuk Muslim dan Ashab al-Sunan berhujjah kepada jalur ‘Ali bin Abi Talhah ini. Al-Zahabi, op.cit., h. 77-78 21 Manna‘ al-Qattan, op.cit., h. 383 22 Al-Zahabi, loc.cit. * 1
154
Wahana Akademika, Vol. 6, Nomor 2, September 2004
Tanwir al-Miqbas min Tafsir Ibn Abbas Manna‘ al-Qattan, op.cit.. 383-384 Ibid. 25 Al-Zahabi, op.cit., h. 79 26 Ahmad al-Shirbasi, op.cit., h. 73-74 27 Al-Dawudi, op.cit. h. 277, Abu al-Falah, op.cit., h. 127, al-Zahabi, op.cit., h. 23 24
81 Al-Imam al-Mubarak bin Muhammad ibn al-Asir al-Jazari, Jami‘ al-Usul fi Ahadis al-Rasul, (Beirut: Dar al-Fikr, 1983), juz 2, h. 426 29 Al-Imam al-Mubarak bin Muhammad Ibn al-Asir al-Jazari, op.cit., h. 68 30 Ibid., h. 34 31 Ibid., h. 98-99 32 Al-Zahabi, op.cit., h. 76 28
DAFTAR PUSTAKA Al-Qur’an al-Karim ‘Abd al-Halim al-Najjar, Mazahib al-Tafsir al-Islami li al-‘Alam alMustashriq Ignas Golziher, Maktabah al-Khanji, Mesir, 1955 Abu al-Falah ‘Abd al-Hayy bin al-‘Imad al-Hanbali (w.109), Shazrat alzahab fi akhbar min zahab, Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, Beirut, tth., juz 7, hlm.127 Abu Tahir bin Ya‘qub al-Fairuzabadi, Tanwir al-Miqbas min Tafsir Ibn ‘Abbs, Dar al-Fikr, Beirut, tth Ahmad al-Shirbasi, Sejarah Tafsir Qur’an, terj. Team Pustaka Firdaus, Pustaka Fitdaus, cet III, 1994 Al-Hafid Syams al-Din Muhammad bin ‘Ali Ibn Ahmad al-Dawudi, Tabaqat al-Mufassirin, Maktabah Wahbah, Abidin, 1992 Al-Imam al-Mubarak bin Muhammad ibn al-Asir al-Jazari, Jami‘ alUsul fi Ahadis al-Rasul, Dar al-Fikr, Beirut, 1983 Farid ‘Abd al-‘Aziz al-Jundi, Mu‘jam al-Buldan, Dar al-Kutub al‘Ilmiyyah, Beirut, 1990. Jalal al-Din al-Mahalli, Jalal al-Din al-Suyuti, Tafsir al-Qur’an al-‘Adim (Jalalain), Dar al-Fikr, Beirut, 1981 Mustafa al-Sawi al-Juwaini, Manahij fi al-Tafsir, al-Ma‘arif, Iskandariyah, tth. Wahana Akademika, Vol. 6, Nomor 2, September 2004
155
Tanwir al-Miqbas min Tafsir Ibn Abbas
Manna‘ al-Qattan, Mabahis fi ‘Ulum al-Qur’an, Muassasah al-Risalah, Beirut, 1994 Muhammad Husain al-Zahabi, al-Tafsir wa al-Mufassirun, Dar al-Kutub al-Hadisah, Beirut, 1976 Thameem Ushama, Methodologies of the Qur’anic Exegesis, A.S. Noordien, Kuala Lumpur, 1995
156
Wahana Akademika, Vol. 6, Nomor 2, September 2004