Nama : Sentanu Eddy Pramandang NIM : 06324020 Minggu Pertama Kerja Praktek dimulai pada 3 Agustus 2009 dengan dipertemukannya saya dengan pihak HRD dan pihak Manager Business and Development Network selaku penanggung jawab saya saat Kerja Praktek di PT CSM. Setelah berbincang sebentar dan menyampaikan pokok bahasan yang akan akan saya pelajari nanti, kemudian saya diberi beberapa materi untuk bahan pembelajaran dan pengenalan industri. Setelah diberikan meja saya pun diberikan materi mengenai WiMAX dari literatur yang ada disana kemudian selanjutnya saya diperkenankan mengikuti aktifasi beberapa node yang telah dibangun oleh PT CSM. Aktifasi node pertama yang saya ikuti adalah aktifasi node di PT TIGA WARNA yang berlokasi bebrapa kilometer dari kantor. Node tersebut berada di rooftop dengan menggunakan tower monopole 3 sektor. Tabel berikut memperlihatkan keterangan dari tiap-tiap perangkat yang dipergunakan. Tabel 1 : Perangkat dalam shelter No Gambar Perangkat 1
Keterangan CERAGON Microwave Radio; Sebagai Radio microwave untuk menghubungkan trunk antar node ke pusat (Cikarang)
2 DAP Modem Motorola; Berisi 2 buah modem yang masing-masing dapat melayani 2 antena sektoral. Koneksi dengan antenna menggunakan FO 3 MRV Manageable Switch; Sebuah switch yang dapat deprogram dengan console cable untuk membuat koneksi VLAN dengan DAP dan CERAGON 4 Rectifier AC-DC; Sebuah perangkat untuk meng-konversi arus dan tegangan AC PLN ke tegangan DC yang masuk ke perangkat 5
MCB Board; Rangkaian MCB yang tersusun dengan fungsinya masing-masing. Tiap satu perangkat harus difasilitasi satu MCB (tidak boleh digunakan bersamaa). Hal ini dilakukan untuk mepermudah maintenance dan menghindari kerusakan akibat perangkat lain.
6 Inverter DC-AC; Merupakan kebalikan dari Rectifier digunakan sebagai suplai konektor saklar AC di belakang rak yang semuanya tersambung ke baterai 48 V. 7 Baterai 48 V; Merupakan rangkaian 4 baterai 12 V yang tersusun seri. Digunakan untuk mensuplai listrik ke seluruh rak. Tabel 2 : Proses Aktifasi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Proses Aktifasi Lakukan konfigurasi terlebih dulu untuk perangkat CERAGON dengan Terminal Emulation Program (Contohnya Windows Hyper Terminal) Tunggu hingga lampu indikator menyala Lakukan Console pada perangkar MRW Switch untuk membuat VLAN Hubungkan MRV dengan CERAGON pada port VLAN yang telah dikonfigurasi 1 Gbps Pasang Kabel Fiber Optik yang terhubung dengan antena sektoral pada konektor yang terdapat pada modem Lakukan konfigurasi dengan perangkat DAP untuk mengaktifkan modem Setelah aktif tunggu beberapa saat sampai terjadi sinkronisasi pada antena sektoral terkadang membutuhkan Reebot) Jika antena sektoral belum diarahkan dengan benar, antena harus disesuaikan dengan derajatnya masing-masing Sektor 1 = 60 derajat, Sektor 2 = 180 derajat, Sektor 3 = 300 derajat Setelah selesai, langkah terakhir adalah meng-update Firmware DAP ke pusat (Cikarang)
Gambar 1 : Konfigurasi menggunakan console
Gambar 2 : Antena Monopole di Rooftop PT TIGA WARNA
Gambar 3 : Menentukan sudut antenna sektoral menggunakan kompas
Gambar 4 : Proses menyesuaikan sudut antena
Minggu Kedua Minggu berikutnya saya banyak belajar mengenai Fiber Optik secara fisik karena saat itu sedang mengalami gangguan sehingga harus melakukan troubleshooting dan saya diperbolehkan ikut tim lain yang ada di lantai 18 untuk memeriksa kerusakan dan troubleshooting link Fiber Optik yang menghubungkan semua backbone PT CSM. Struktur utamanya adalah berpusat di Cikarang dan terus menyambung hingga membentuk ring Chase PlazaCikarangGedung IDC CyberPlaza MandiriChase Plaza. Link tersebut ternyata tidak tersambung hingga membentuk ring, namun antara Chase Plaza dan Cikarang belum terjadi koneksi. Sehingga komunikasi antara Chase Plaza dengan Cikarang tidak dapat dilakukan, namun komunikasi Plaza Mandiri ke Cikarang dapat dilakukan karena link Plaza MandiriCikarang menggunakan rute memutar melewati Gedung IDC Cyber terlebih dulu. Pertama-tama saya dapat pelajaran mengenai perangkat-perangkat Fiber Optik, beberapa konektor dan aksesoris yang digunakan serta perangkat pengukuran Fiber Optik. Tabel 3 : Perangkat dan aksesoris Fiber Optik No 1
Perangkat Optik
Keterangan OTB (Optical Terminating Box) atau FDF (Fiber Distribution Frame); Adalah kotak yang digunakan untuk membagi/mendistribusikan core-core fiber optic sehingga mudah untuk dihubungkan dengan perangkat atau jalur fiber optik lagi.
2 Kabel FC; Kabel dengan tipe konektor FC biasa terdapat ulir yang dapat diputar. Biasanya digunakan pada OTB/FDF.
3 Kabel SC to LC; Kabel dengan konektor SC (atas) dan konektor LC (bawah). 4 Attenuator; Peredam bila sumber optic terlalu besar. 10 dB (atas) dan 25 dB (bawah). 5
Konektor (Male to Female Converter); Dari kiri: FC, LC, dan SC.
6 SFP; Adalah perangkat untuk meng-konversi antar dua koneksi yang berbeda. Dalam hal ini SFP (untuk CERAGON) ke LC optic. 7 OTDR (Optical Time Domain Reflectometer); Adalah alat ukur yang dapat digunakan untuk mendetekdi sambungan, intensitas cahaya, dan lainlain, sehingga dapat digunakan untuk mendeteksi putusnya optic secara fisik. Setelah lama diteliti oleh tim, akhirnya penyebab diketahui yaitu sebelum menuju Cikarang dari Chase Plaza, kabel optik melewati beberapa sambungan salah satunya di
Tebet (Kantor CSM Tebet) dan di perangkat OTB-nya tersebut kabel dari sambungan Chase Plaza belum di-‘jumper’ dengan sambungan ke Cikarang sehingga terdeteksi putus. Masalah tersebut dapat diketahui dari perangkat OTDR yang dapat membaca sambungan dengan menggunakan pantulan sinar dari Fiber Optik.
Minggu Ketiga Pada minggu ketiga saya ikut tim CSM dan tim Motorola untuk troubleshooting di dua site yang berbeda karena sempat terjadi trouble di site Sport Mall dan Sunter Mall dimana salah satu sector tidak dapat berjalan dengan baik atau rusak. Pada hari sebelumnya telah dilakukan pengujian dengan menukar posisi sector dan mengencangkan konektor power masing-masing sector, namun hal tersebut tidak membuahkan hasil. Pada hari berikutnya akhirnya diketahui bahwa kerusakan terjadi pada RF head dan tidak dapat ditolerir lagi bahwa RF head harus diganti dengan kerusakan yang belum diketahui oleh tim CSM dan tim Motorola selaku vendor perangkat WiMAX. Lalu untuk kepentingan riset, RF Head yang sudah rusak tersebut dibawa lagi ke pabriknya, Malaysia, untuk diteliti lagi kerusakannya. Berikut langkah-langkah penggantian RF Head pada site Sport Mall: No 1
2
3
Langkah-langkah
Keterangan Tahap Persiapan: Tim dari Subcon bersiap untuk memanjat dengan memasang safety belt terlebih dulu dan mempersiapkan tali tambang beserta katrolnya. RF Head; Merupakan bagian dari antenna sektoral yang didalamnya terdapat rangkaian filter untuk range frekuensi 2,5 GHz
Tahap Penurunan Antena: Tim dari Subcon mulai menaiki tower monopole dengan membawa tambang yang telah disiapkan dan memasang katrol pada ujung tower yang tepat. Kemudian hal selanjutnya adalah mengikat antenna
sektoral pada dudukan antenna yang akan diganti. Kemudian antenna siap diturunkan secara perlahan dan hati-hati.
4
Tahap Melepaskan RF Head lama: Satu rangkaian lengkap antenna sektoral sendiri terdiri dari 3 bagian utama, yaitu Kepala Antena, RF Head, dan ODU (Outdoor Unit) sebagai radio utama. Semuanya harus dilepas terlebih dulu dari dudukannya kecuali ODU dan melepas kabel-kabel penghubungnya sebelum proses penggantian.
5
Proses Penggantian dan Pemasangan RF Head : RF Head yang telah disiapkan dan dicatat serial numbernya dipasangkan terlebih dulu dengan ODU. Kemudian dipasangkan dengan dudukan serta Kepala Antena. Kemudian konektor dan kabel-kabel disambungkan satu per satu sesuai portnya. Kabel dari ODU disambungkan ke Kepala Antena dan RF Head sedangkan dari RF Head disambungkan kabel power dan kabel data Fiber Optik untuk disambungkan pada modem di IDU (Indoor Unit). Setelah itu kemiringan antenna diatur 2 derajat sesuai dengan yang tertera pada dudukannya.
6
Setelah Selesai, langkah berikutnya adalah mengencangkan semua baut dan tambang sehingga antenna siap untuk dipasang kembali di tower.
Minggu Keempat Pada minggu keempat saya bersama tim infrastruktur lain menuju kawasan Tebet Timur yang dipasang BTS baru diatas Pasar Tebet Timur. Pada waktu itu BTS tersebut belum dioperasikan sehingga hanya terdapat Tower BTS dan Shelternya. Tugas kami waktu itu adalah modifikasi rack dan instalasi listrik AC maupun DC pada rack serta penyambungan grounding antara rack dan tower. Pada saat memodifikasi rack, hal-hal yang harus diperhatikan adalah penyediaan tempat untuk meletakkan baterai untuk menyuplai arus dan tegangan DC pada seluruh rack. Pada rack yang masih belum dimodifikasi ruang yang tersedia untuk memasukkan perangkat sangat sempit dan terbatas sehingga kita diharuskan membongkar sedikit bagian dalamnya. Berikut adalah gambar proses untuk memperlebar ruang dalam rack:
Gambar 5 : Proses membongkar bagian dalam rack untuk memperbesar ruang penempatan alat
Rack yang telah dimodifikasi akan memiliki lebih banyak ruang untuk penempatan alat dan baterai. Dibutuhkan ruang yang agak besar untuk penempatan baterai karena satu rack menggunakan daya 48 V yang disuplai dari 4 aki masing-masing 12 V. Apabila rack belum dimodifikasi, keempat aki tersebut tidak dapat diletakkan dibawah rack.
Berikut adalah gambar dari rack yang telah dimodifikasi:
Gambar 6 : Rack yang telah dimodifikasi (bagian bawah)
Gambar 7 : Rack yang telah dimodifikasi (bagian samping)
Berikutnya adalah instalasi ground dengan menyambungkan ground dari tower dan ground pada rack. Ground tersebut disatukan dengan menggunakan Busbar tembaga yang dipasang pada bagian atas shelter agar mudah dijangkau apabila akan dipasangkan grounding yang baru.
Berikut adalah instalasi ground dengan menggunakan kabel tembaga pejal :
Gambar 8 : Tempat masuk kabel grounding dari tower ke shelter
Gambar 9 : Busbar yang digunakan untuk menyambungkan kabel dari tower ke rack
Gambar 10 : Tempat masuk kabel grounding dari busbar ke rack, melewati blower
Tahap berikutnya adalah instalasi baterai 12 V DC agar menjadi 48 V DC menggunakan aki sehingga proses pemasangannya dengan menghubungkan baterai tersebut secara seri dengan konektor metal. Baterai yang telah terpasang nantinya
diletakkan di dasar rack sehingga tidak mengganggu perangkat yang lain dan mudah untuk dihubungkan dengan perangkat yang membutuhkan catu daya dengan bantuan beberapa MCB.
Gambar 11 : Baterai yang belum disambungkan secara seri dengan plat metal
Gambar 12 : baterai yang telah dihubungkan seri dengan baterai lainnya menggunakan plat metal
Gambar 13 : Baterai yang telah diberi kabel positif (+) dan kabel negative (-)
Semua perangkat yang terpasang pada rack membutuhkan suplai DC, kecuali blower, yang menggunakan suplai AC. Baterai yang digunakan gunanya untuk mensuplai listrik ke rack selama beberapa jam apabila listrik shelter mati. Secara langsung baterai dapat dipakai untuk menyalurkan arus dan tegangan DC setelah melewati MCB. Namun untuk mensuplai arus dan tegangan AC dibutuhkan inverter lagi untuk mengubah DC dari baterai ke AC. Hal ini dilakukan agar pada saat listrik shelter mati, suplai AC pada rack tetap dapat teratasi dengan baik selama beberapa jam kedepan. Pada saat listrik sudah menyala lagi baterai secara otomatis akan mengisi kembali.
Gambar 14 : Inverter yang telah terpasang pada rack
Gambar 15 : Rack yang telah selesai diinstalasi