PEMBERDAYAAII II,TASYAIL{KAT SEKITAR KAWASAI\ IIUTAIY LNDUNG JOMPI KABT]PATEN MUNA, PROVINSI SULAWESI TENGGARA Oleh: Dasmin Sidut), Basita Ginting Sugihen2), Pang S. Asngarf), Sumardjo2)
ABSTRACT Forest as an asset of national development is really beneficial for life and livelihood. lt brings benefits ecologically, culturally, and economically on condition that the forest is properly exploited. For that purpose, forest should be managed, protected, and exploited continuously for the sake of the people's welfare, not only for the,present but also for the next generation. Jompi Preserved Forest Area is one ofthe preserved forest areas in Muna Regency, which is now in very bad condition. The people living around the forest are powerless. This research aims: (l) to analyze the factors influencing the people's productivity and capability around the forest, and (2) to formulate a model of community empowerment adjusted to the local condition. The technique of collecting samples used is cluster sampling, covering 226 heads of family. The analysis used is correlation analysis of Rank Spearman (r,), Multiple Regression, and Path Analysis. The result of analysis shows that the people's productivity and capability are still relatively low. This condition is resulted from the physical, human, and social capitals in the community. Similarly, the low capability of the empowerment facilitators and empowerment process also contribute to this situation. The effective empowerment model for the community around the preserved forest is the one that integrates the physical, human, and social capitals, and the facilitaton' capability and empowerment process to create the power that can improve the productivity and capability of the community living around the Jompi Preserved Forest Area.
Key words: Empowerment, Preserved Forest Area, powerless, and stakeholders.
PENDAHULUAI\ Berdasarkan fungsinya, hutan dibagi menjadi hutan konservasi, hutan lindung dan hutan produksi. Hutan dengan fungsi konservasi dan lindungnya berperan dalam mempertahankan dan meningkatkan ketersediaan air dan kesuburan tanah. Ketersediaan air dan kesuburan tanah merupakan urat nadi kehidupan mahluk yang ada di muka bumi ini (IJ[J RI No. 4l Tahun 1999). Hutan juga
memiliki fungsi ekologi yaitu
sebagai
penimbun karbon melalui kegiatan fotodi udara
Kerusakan hutan telah terjadi sejak lama, sebagai akibat dari aktivitas manusia yang tidak mempertimbangan kelestariannya" seperti pembalakan liar (illegal logging) dan perambahan. Pembalakan liar dan perambahan semakin marak seiring dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk, desakan kebutuhan semakin meningkat, kebutuhan akan lahan pertanian dan perkebunan meningkat, kebutuhan lahan pemukiman baru terus bertambah, dan lain sebagainya. Kerusakan hutan saat ini tidak hanya terjadi di kawasan hutan
produksi dan hutan konservasi tetapi juga
sitensisnya dapat mengubah gas CO2
sudah merambah pada kawasan hutan lindung.
menjadi karbohidrat yang merupakan sumber energi bagi mahluk hidup, termasuk manusia (lda & Carol, 2003). Oleh karena itu, hutan memiliki manfaat yang nyata bagi kehidupan dan penghidupan masyarakat, baik manfaat ekologi, sosial budaya maupun ekonomi. Untuk itu, hutan perlu dilindungi, dikelola dan dimanfaatkan secara berkesi-nambungan bagi kesejahteraan masyaraka! baik generasi
Pada hal, hutan lindung mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi
sekarang maupun yang akan datang.
t) 2)
air laut, dan memelihara kesuburan tanah. Luas kawasan hutan Kabupaten Muna sebesar t237.377 ha atau 5l,3yo dari seluruh luas wilayah Kabupaten Muna. Dari luas kawasan hutan tersebut, + 46.363 ha atau
Staf Pengaiar Jurusan Sosek Falaltas Pertanian (Jniversitas Haluoleo, Kendari Masing-Masing StafPengaju Program Pascasarjana PPN IPB, Bogor.
69
70
l9,53yo adalah kawasan hutan lindung. Kawasan hutan lindung Jompi memiliki luas ! 1.927 ha atau 4, ?% dari luas kawan hutan
pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik klaster (Sugiyono, 2001; Winarsunu, 2004), yaitu kawasan hutan lindung Jompi dibagi menjadi klaster Watupute, Kontunaga dan Duruka sebagai unit analisis kecamatan. Dari tiga unit kecamatan ini diambil seqra acak kelurahan/desa yang bersentuhan langsung dengan kawasan . hutan lindung Jompi dan terletak di bagian hulu dan tengah DAS Jompi. Semua KK yang bermata pencaharian utama sebagai petani di kelurahan/desa yang terpilih merupakan populasi penelitian. Dengan menggunakan
di
Kabupaten Muna. Dari luas Kawasan hutan lindung Jompi tersebut, + 1.233 ha atau 63,9V/o adalah hutan jati alam dan + 694 ha atau 36,0lVo adalah hutan campuran. Kawasan hutan lindung Jompi
lindung
telah mengalami kerusakan yang cukup serius, t L080 ha atau 56,050 (seluruhnya hutan jati)
t rusak dan t
sudah rusak dan terancam
263 ha atau
13,650
578 ha atau 30% dalam keadaan aman (Dinas Kehutanan Kabupaten Muna, 2005). Kawasan hutan lindung Jompi secara admnistrasi berbatasan dengan lima kecamatan, yakni: Kecamatan Batalaiworu di sebelah Utara, Kecamatan Katobu di sebelah Timur, Kecamatan Duruka di sebelah Selatan, Kecamatan Kontunaga dan Watuputeh di sebelah Barat. Berdasarkan data dari BPMD Kabupaten Muna tahun 2005 menunjukkan bahwa sebagian besar kelurahan/desa di lima kecamatan tersebut tergolong miskin dan tidak
rumus Solvin dengan tingkatan kesalahan 0,06
persen diperolah 226
KK
sebagai sampel
penelitian.
Alat analisis yang digunakan adalah korelasi Rank Spearman (r,) untuk mengetahui kuat dan arah hubungan antar
uji
variabel (Sudjana 2003; Winarsunu, 2004), regresi berganda untuk mengetahui pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen (Sudjana, 2003; Winarsunu, 2004), dan path anlysis untuk mengetahui besarnya pengaruh (sumbangan efektif; variabel independen terhadap variabel dependen baik
berdaya. Pertanyaan yang muncul adalah mengapa masyarakat di sekitar kawasan hutan lindung Jompi masih miskin dan tidak berdaya? Sejauhmana tingkat keberdayaan masyarakat di sekitar kawasan hutan lindung Jompi saat ini dan faktor-faktor apa sajd yang
langsung, tidak langsung, bersama-sama maupun dari luar model (Sudjana, 2003; Winarsunu,2004)
mempengaruhinya?, dan model pemberdayaan
masyarakat seperti apa yang sesuai dengan kondisi masyarakat sekitar kawasan hutan
HASIL DAN PEMBAHASAN
lindung Jompi?
Penelitian
ini
bertujuan untuk
Profil Responden
; (l)
Sebagain besar responden merupakan
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat keberdayaan masyarakat sekitar kawasan hutan lindung, dan (2) merumuskan modcl pcmberdayaan masyarakat sekitar kawasan hutan lindung yang
usia produktif dengan tingkat pendidikan rendah, memiliki lahan yang sempit dan bermatapencaharian utama sebagai petani. Pola pemanfaatan lahan dominan untuk perladanngan dan perkebunan (68,41%). Sistem pertanian yang digunakan masyarakat sekitar kawasan hutan lindung Jompi masih tradisional dan berorientasi konsumtif. Kondisi ketersediaan modal fisik (physical capital) seperti sarana dan prasarana produksi, pendidikan, kesehatan ekonomi, komunikasi dan transportasi) yang mendukung aktivitas masyarakat kurang tersedi4 demikian juga modal manusia (human capital)
sesuai dengan kondisi lokal.
METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di sekitar kawasan hutan lindung Jompi Kabupaten
Muna Provinsi Sulawesi Tenggara.
Pengumpulan data dilakukan pada bulan Oktober 2005 sampai Mei 2006. Teknik
AGRIPLUS, Volume 17 Nomor
01
tanuari 2(MZ ISSN 0gS&0IZg
7t
yang
dimiliki masih tergolong rendah.
Kondisi
sering terlibat dalam aktivitas organisasi sosial
modal sosial (social capital) masyarakat yang ada di lingkungannya. Namun sebagian sekitar kawasan hutan lindung Jompi besar kondisi kehidupan masyarakat di sekitar
tergolong sedang, mereka saling bekerjasama, tidak berdaya. Secara rinci karakteristik saling percaya antar sesam4 patuh terhadap respondendisajikanpadaTabel l. norrna yang ada, peduli terhadap sesama dan Tabel
I Distribusi profil
renponden dan peubah penelitian
Uraian
fl) Umur
Kategori
Q\ produktif ( < 14 ) Produktif ( l$59 Belum
Non Tingkat Pendidikan
produktif ( > 59 )
)
Rendah (Tdk tamet-Temat SD )
Sempit (<1.0 ha )
Sosial Copital (X3)
Tingkat Keberdayaan (Y2)
0 71.20
65
28.80
t34
5930
83
36.70
9
4.00
197
155
87.20 10.60 2.20 8.8 68.6
5l
22.6
69
30.5 28.8 40.7
20
Tidak tersedia (skor 43-57\ Tinsei (skor 80-104) Sedang (skor 75-83)
Rendah (skor 5G74) Tinesi (skor 98-l l8)
kkor 7tl9Tt
Rendah (skor 60-73)
Proses Pemberdayaan (Y1)
r6l
24
Sedans Kemampuan Pelaku Pemberdayaan (Xn)
(4)
(>2.00) Tersedia (skor 72-88)
Kurans tersedia (skor 5&71) Human Capital (X2)
(3)
Sedans (1,0-2,0 ha)
Luas
Physical Capital (X1)
Persentase (7o)
0
Sedang (TdkTamat-Tamat SMP/SMA Tinsei (Tdk Tamat-Tamat PT) Luas Lahan
Jumlah Resoonden (Jiwa)
Tinesi (skor 74-97) Sedane (skor 74-97)
5
65 92 27
I 1.9
160
70.8
39 43
t7.3
u
Rendah (skor 6G73) Efektif(skor 44-57\ Kurans efektif (skor 2943\ Tidak efektif (skor l5-28) Berdaya (skor 3747)
Ir9
Kurang berdaya (skor 25-36) Tidak Berdava (skor l4-24)
t9.7 28.3 52.6
t2
5.3
87
73
38.5 56.2 I 1.9 32.3
t26
55.8
127
27
Sumber : Hasil analisis data primer
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi variabel dependen (Y) digunakan uji korelasi Masyarakat Rank Spearman (r,). Nilai koefisien korelasi (r') disajikan pada Tabel 2' Untuk mengetahui ada tidaknya
Tingkat Keberdayaan
hubungan anlara variabel independen (X)
AGRIPLUS, Volume 17 Nomor LlJanuad 2007, ISSN 085+0129
72
Tabel 2 Nilai koefisien korelasi antar variabel X dengan variabel Y
Tinskat Keberdavaan Masvarakat (Y)
Variabel lndenenden (X)
Modal fisik bhvsicul canital) (X,\ Modal manusia (humun cunital) (Xt) Modal sosial /.rac'ial c'unitul) (Xt\ Kemampuan pelaku rlemberdayaan(Xa) Proses pemberdayaan (Xs))
0.423-0.433 0.496-0,543-0.708--
Sumber: Hasil analisis data Primer Nilai r:0,00 -. 0,20, korelasi sangat lemah, r = 0,21 - 0,40, Katerangan : r* Sangat nyata pada s 0,0 korelasi lemah, r = 0,41 - 0.60, korelasi cukup kuat, r = 0,61 - 0,80 korelasi kuat, r:0,81 -1,00 korelasi sangat kuat (Triton. 2005)
l.
Tingkat keberdayaan masyarakat memiliki korelasi positif dan cukup kuat dengan ketersediaan faktor modal fisik (physical capital), modal manusia (human capital), modal sosial (social capital), kemampuan pelaku pemberdayaan dalam mengenal kondisi sosial masyarakat sasaran dan perencanaan partisipatif serta proses pemberdaya-an yang melibatkan masyarakat secara efektif. Artinya, bahwa rendahnya modal frsik (physical capital), modal manusia (human capilal), modal *sial (social capital), kemampuan pelaku pemberdayaan dan proses
yang kurang melibatkan masyarakat secara efektif akan menyebabkan rendahnya tingkat keberdaya-an masyarakat sekitar kawasan hutan lindung Jompi. Hasil uji regresi (Tabel 3) menunjukkan bahwa faltor modal fisik (physical capital), modal manusia (human capital), modal sosial pemberdayaan
(sociol capital), kemampuan
pemberdayaan
pelaku
dan proses pemberdayaan
berpengaruh nyata dan positif terhadap tingkat
keberdayaan masyarakat. Nilai koefisien regresi variabel X terhadap variabel Y disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Nilai koefisien regresi variabel X terhadap variabel Y Variabel lndependen (X) (physical capital) (X1)
Keberdayaan Masyarakat
Modal fisik Modal manusia (human capital) (X2) Modal sosial (.rocral capitall (X3) Kemampuan pelaku pemberdayaan(Xa) Proses pemberdayaan (Xs)
(Y)
0, I 60--
0,0760,085 0,061
0,384 _o
Kostanta R2
,ot**
0,595
F hitung
64,727**
Sumber: Hasil analisis data Primer
Keterngan
* nyata padac0,05 ** sangatnyata padac0,0l
Tingkat keberdayaan
masyarakat
dipengaruhi oleh faktor-faktor modal fisik (physical capitul), modal manusia (humon capital), modal sosial (social capital), kemampuan pelaku pemberdayaan dan proses pemberdayaan. Artinya bahwa tersedia-nya
modal fisik (physical capital) dan tingginya modal manusia (human capital), modal sosial (social capital) dan kemampuan pelaku pemberdayaan serta tingginya keter-libatan masyarakat dalam proses pemberdayaan akan
menyebabkan meningkatnya tingkat keber-
AGRIPLUS, Yolume 17 Nomor 0I Januari 2007, ISSN 0854-0U8
It
berturut-turut faktor proses pemberdayaan
dayaan masyarakat dengan model persamaan regresi sebagai berikut
Y:
-9,292
0,085Xr + 0,06
llL
+
(Yr), modal fisik Qthysical capital) (Xr),
:
tingkat kemampuan pelaku pemberdayaan (Xa), modal sosial (sociol capital) (Xr), dan
0,160X'+ 0,076Xr +
+ 0,384Xs
modal manusia (human capital) (Xz) memiliki sumbangan efektif yang seginifikan terhadap tin gkat keberdayaan masyarakat (Y2). Artinya,
Dari model regresi dapat dijelaskan bahawa dalam meningkatkan tingkat keberdayaan masyarakat di sekitar kawasan
bahwa untuk meningkatkan tingkat keberdayaan masyarakat secara efektif, maka
hutan lindung Jompi, maka para stakehol-ders,
terutama pemerintah secara berturut-turut perlu meningkatkan keterlibatan masya-rakat dalam proses pemberdayaan, meningkatkan modal fisik (plrysrcal capital), modal sosial kocial capitall, modal manusia (human capital), dan kemampuan pelaku pem-
strategi yang ditempuh adalah mengutamakan peningkatkan keterlibatan masyarakat dalam proses pemberdayaan mulai dari p€rencanaan
sampai dengan evaluasi dan menjamin ketersediaan modal fisik Qthysical capital). Strategi yang ditempuh untuk meningkatkan
berdayaan.
keterlibatan masyarakat dalam
Model Efektif Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Kawasan Hutan Lindung Jompi
pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan dengan meningkatkan kemampuan pelaku pemberdayaan dan menjamin ketersediaan modal fisik @hysical capital)..
Hasil analisis jalur (path analysis) (Gambar 2) menunjukkan bahwa secara
rq
EY, :0.1lE
,trryrntet
I
rr*
Scjlhtcn
c.l
€ olt
Proses
t
Pemberdapan
0.otr
" 4.E821
fY,)
I
Keberdayaan
--il
Masyarakat
cY, Kemampuan Pelakr Pemberdayaan
I
v Huten
6o
Lesteri
E.:0.632 Keterangan : : Pengaruh :
langsung
Jalur efektif
---+:
Pengaruh tidak langsung
Gambar 2 Model efektif pemberdayaan masyasakat di sekitar kawasan hutan lindung Jompi
AGRIPLUS, Yolume 17 Nomor Ollanuari
2il)7
proses
ISSN 085+0U8
74
Semua proporsi varian tingkat keberdayaan masyarakat pada semua pola hubungan yang terjadi (lihat Cambar 2) dapat dijelaskan dengan baik melalui huhungan
pemberdayaan yang efektif adalah proses pemberdayaan yang melibatkan masyarakat dengan mengoptimalkan modal muanusia, modal sosial, potensi dan sumberdaya lokal. Semakin efektif proses pemberdayaan, maka
langsung dengan proses
pemberdayaan, karena dalam pola hubungan langsung dengan
akan semakin tinggi tingkat
keberdayaan masyarakat. faktor proses pemberdayaan memiliki sumbangan efektif (lihat Tabcl 4) yang paling tinggi dibanding faktor lain. Hal ini mengandung makna bahwa keberhasilan suatu program pemberdayaan yang berpotensi meningkatkan keberdayaan masyarakat sangat ditentukan oleh faktor proses pemberdayaan yang efektif. Proses
keberdayaan
masyarakat sasaran.
Besamya sumbangan efektif variabel independen (X) terhadap variabel dependen
(Y) ttaik melalui pola
hubungan langsung
Qlirecl "fect) maupun hubungan tidak langsung (indirect eflect) disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4 Nilai sumbangan efektif variabel X terhadap variabel Y
Nilai Dekomposisi
Nilai Sumbangan Efektif
Total.
Pola hubungan antar
Variabel
Lang-sung
Xr melalu X, X1 melalu X: Xr melaluiXs X1 mela u
Xr mela
u
0.177
X;&X. X,&X.
X1 mela u Xr&Xs X1 mela u X2, X3 & Xs
X2 X2 X2 X3
Tidak Lanssuns
Langsung 0.0979
0.0143 0.0335 0. r 067 0.0027 0.0059
Tidak Lanssuns
0.00 r 6 0.1 t9
0.0590 0.0015 0.0032 0.0106 0.0009
0.3879
0.0229
0.0550
0.0489
melaluiXl & melalui X.
0.0r3l
0.2210
0.r34
0.476'l
0.3 r 07
0.1 40
0.03 r s
Xs
Xa melalu Xr Xa melalu Xr Xa melalu Xs
0.0734 0.0825
0.0403 0.0597
Xr melalu Xr&Xr )L melaluiXr & X< Xq melaluiXr & Xs Xa melalui Xz, Xr & Xs
0.006
r
0.0130 0.023
r
0.0035
Xs
0.401
Jumlah Cabungan
0.0079
0.018s
0.0t91
melalui Xr melalui Xs
Total.
0.35 r 8
0.40t
0.0r06 o.0226 0.006r 0.0420 0.0186 0.0238 0.0352 0.0036 0.0076 0.0136 0.0020
0.2859
0.5947
0. I 99s
0.1022 0.1 t 54
0. I 869
0.2859 0.2373
0.8E20
Sumber : Hasil analisis dara primer.
Pada Tabel 4 juga menunjukkan bahwa pola hubungan tidak langsung faktor proses p€mberdayaan dan rnodal sosial (soslal capital) memiliki sumbangan efektif paling tinggi dibanding faktor kemampuan pelaku
AGfrIPLI
tS,
pemberdayaan, modal fisik Qthysical capital), dan modal manusis (humsn copital). Artinya,
bahwa kedua
frktor
tersebut merupakan
thktor yang paling efektif untuk menjembatani pengaruh faktor kemampuan pelaku pem-
Volume 17 Nomor Ollanuari 2(X17, ISSN 01S4-0US
75
berdayaan, modal
fisik @hysical capitall,
modal sosial (social capital) dan modal manusia (human
capital)
terhadap tingkat
keberdayaan masyarakat.
Total pengaruh (langsung dan tidak langsung) faktor modal fisik (pfusical capital), modal manusia (human capital), modal sosial (social capilal), kemampuan pelaku pemberdayaan dan proses pemberdayaan terhadap faktor keberdayaan masyarakat sebesar 8E,20yo. Hal ini bermakn4 bahwa 88,20t/o variasi tingkat keberdayaan
masyarakat (Y) dapat dijelaskan oleh faktor independen (X) yang s€cara bernrrut-turut dari faktor yang memiliki pengaruh tertinggi adalah faktor proses pemberdayaan (X5),
modal
fisik
@hysical capital)
(Xl),
ke-
mampuan pelaku pemberdayaan (X4), modal sosial (srcial capitaf (X3), dan faktor modal manusia (human c apitat) (X2).
SIMPULAI{ DAIY SAIU{N Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (l) tingkat keberdayaan masyarakat sekitar kawasan hutan lindung Jompi adalah masih rendah, hal ini disebabkan oleh rendahnya modal fisik Qthysical capita[), modal manusia (human capital), kemampuan pelaku pemberdayaan, dan lemahnya proses pemberdayaan masyarakat; (2) faktor proses pemberdayan dan modal sosial (social capital) merupakan faktor yang paling efektif dalam menjembatani pengaruh modal fisik Qthysical capital), modal manusia (hurutn capital), dan kemampuan pelaku pemberdayaan terhadap tingkat keberdayaan masyarakat; dan 3) model pemberdayaan yang efektif adalah model yang memadukan dan meningkatkan faktor proses pemberdayaan dan ketersediaan modal fisik Qthysical capital) yang oleh kemampuan pelaku pemberdayaan, modal sosial (social capila[) dan modal manusia (human capital) masyarakat. Dari hasil penelitian dapat disarankan: (l ) dalam meningkatkan keberdayaan masyarakat di sekitar kawasan hutan lindung Jompi, maka upaya yang perlu dilakukan adalah meningkatkan keterlibatan masyarakat
dalam proses pemberdayaan mulai
dari p€rencanaan program sampai pemanfaatan hasil yang didukung oleh modal fisikQtlrysical capital) dan kemampuan pelaku pemberdayaan; (2) perlu upaya tertentu yang dapat meningkatan modal manusia dan menguatatan modal sosial, s€perti menyediakan fasilitas kursus dan latihan; (3) agar. model pem-
berdayaan masyarakat yang efektif dapat diaplikasikan, maka perlu ada dukungan dan komitmen yang kuat dari semua stakeholders (pemerintah, swasta/pelaku bisnis, pemerhati lingkungan/LSM dan masyarakat) terutama dalam hal pendanaan dan pembinaan semra partisipatif; dan (4) agar dapat memahami secara mendalam pengaruh faktor modal sosial (social capital) terhadap tingkat keberdayaan masyarakat, maka perlu dilakukan penelitian pada masyarakat yang memiliki kondisi sosial budaya yang berbeda, terutama berbeda dalam hal matapencarian dan orientasi budaya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2003. Statistik Dinas
Kehutanan Kabupaten Munq Raha: Dishut.
Fukuyamq
F. 2000. The Great Disruption
:
Human Nature and the Reconstitution of Soclal Order. Simon & Scuster: New
York
Ida Aju P.R. & Carol J. P. Colfer.2003. Kemana
Hams Melangkah?. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Ife, Jim. 1995. Community Development: Creating Community Alternatives,Yision, Analysis and Practice. Longman: Australia.
Jamasy
O. 2004.
Keadilan, Pemberdayaan, & Penanggulangan Kemiskinan. Jakarta: Blantika
Putnam, Robert D. 1995. "Bowling Alone : America's Declining Social Capilal". Jurnal Democracy 6.
Slamet, Margono. 2003.
"Pemberdayaan
Masyarakat." Dalam Membetuk Pola
Perilaku Manusia
Pembangunan
AGRIPLUS, Yolume 17 Nomor Lltanuari 2MZ ISSN 085+0128
76
Disunting oleh lda Yustina dan Adjat
Kemandirian Petani
Sudradjat. Bogor: I PB Press.
Jawa Barat." Disertasi:
Sugiyono. Metode Penelitian
Administrasi.
Bandung: Alvabeta.
Suharto,
U. 200,5.
Menrbangun Masyarakat Memberdayakan Rakyak : Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial da Pekerjaan Sosial.Rafika Aditama.
Ka.sus
di Propinsi Program
lnstitut Pertanian Bogor:
Todaro, P.M. 1997. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jakarta: Erlangga.
ljokrowinoto, Moeljarto. 2001. Pembangunan: Dilema dan Tantangan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sudjana. 2003. Teknik Analisis Regresi
dan
Korelasi. Bandung: Tarsito. Bandung.
Sumado. 1999. "Transformasi Model Penyuluhan
Pertanian Menuju
Pascasarjana IPB
:
T. 2004. Statistik dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan. Malang:
Winarsunu,
UMM
Press.
Pengembangan
ACRIPLUS, Volume 17 Nomor Lltenuari 2(M7, ISSN 08#0US