UMI KULSUM: SUFIKS -IS DAN -IK SERTA PROBLEMATIKANYA...
SUFIKS -IS DAN -IK SERTA PROBLEMATIKANYA DALAM BAHASA INDONESIA (SUFFIX –IS AND –IK AND ITS PROBLEMATICS IN INDONESIAN LANGUAGE)
Umi Kulsum Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat Jalan Sumbawa Nomor 11, Bandung Ponsel: 085624076463; Pos-el:
[email protected] Tanggal naskah masuk: 5 Juni 2015 Tanggal revisi terakhir: 30 Nevember 2015
Abstract ALTHOUGH suffix –is and –ik are not genuinely Indonesian suffixes they are quite productive suffixes. They are very interesting to observe since they vary in forms, functions, and meanings compared to other suffixes. Another problem is that people use both suffixes as if they were interchangeable while the media seem to use them arbitrarily. It needs to be noticed and taken care of especially on derivatives containing either of both suffixes with the same meaning. Another problem to solve is the entries containing the suffixes in Kamus Besar Bahasa Indonesia. This writing aims to describe suffixes –is and –ik within the derivatives according to their forms, functions, meanings, formulas, and their problematic using descriptive method and referential equivalence in analyzing the data. Data were taken from mass media such as Kompas, Pikiran Rakyat, Koran Tempo, and tabloid Nakita. The conclusions were (1) there were six variations of root verbs that could be followed by the suffix –is and –ik, (2) suffix –is had more variations in terms of function and meaning than that of suffix –ik. Suffix –is had four functions of noun determiner and two functions as adjective determiner, meanwhile suffix –ik only had two functions of meaning determiner; (3) there were three derivation formulas involving suffix –is and –ik; (4) the problematic concerning suffix –is and –ik can be classified into four categories. Key words: suffix, noun, adjective, function, meaning
Abstrak SUFIKS -is dan -ik merupakan sufiks yang produktif walaupun bukan merupakan sufik asli bahasa Indonesia. Sufiks ini sangat menarik untuk diamati karena, jika dibandingkan dengan sufiks asing lain, sufiks ini mempunyai variasi bentuk, fungsi, dan makna yang cukup beragam. Permasalahan lainnya adalah banyak penggunaan kedua sufiks ini yang dipertukarkan. Bentukan dengan -ik dan –is yang terus berkembang pemakaiannya di masyarakat, khusususnya di media massa, terkesan “suka-suka”. Hal tersebut perlu diperhatikan dan ditertibkan, terutama mengenai kata turunan yang dapat dilekati duaduanya dengan makna yang sama, dan problematika yang lainnya yang perlu dicarikan solusinya, termasuk lema dan maknanya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Masalah dalam tulisan ini adalah bagaimanakah sufiks –is dan –ik serta kata yang dilekatinya, yang meliputi bentuk, fungsi, makna, formula, dan probematikanya. Metode yang digunakan dalam tulisan ini ialah metode deskriptif dengan metode padan referensial sebagai metode kajian. Data diambil dari Kompas, Pikiran Rakyat, Koran Tempo, 241
Metalingua, Vol. 13 No. 2, Desember 2015:214—260
dan tabloid Nakita. Simpulan yang diperoleh adalah (1) ada enam variasi bentuk dasar yang dilekati oleh sufiks –is dan –ik, (2) sufiks –is mempunyai fungsi dan makna yang lebih variatif daripada sufiks –ik. Fungsi sufik –is sebagai pembentuk nomina ada empat dan sebagai pembentuk adjektiva ada dua. Sementara sufik -ik hanya membentuk dua makna dengan fungsi pembentuk nomina dan adjektiva, (3) ada tiga formula pembentukan kata dengan sufiks –is dan–ik, serta (4) cukup banyak masalah atau problematika mengenai kata yang bersufiks- -is dan –ik yang dapat diklasifikasikan menjadi empat masalah. Kata kunci: sufiks, nomina, adjektiva, fungsi, makna
1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Setiap masyarakat pemakai suatu bahasa memiliki kesepakatan tentang bahasanya, baik dari segi struktur atau kosakatanya. Kata-kata yang terdapat pada bahasa itu tentunya merupakan bahasa yang khas yang menjadi ciri bahasa tersebut, tetapi tidak menutup kemungkinan akan adanya kesepakatan untuk menggunakan kosakata dari bahasa luar yang dianggap lebih mampu mewadahi konsep, gagasan, atau ide yang ada mengenai suatu peristiwa bahasa sehingga berkembanglah suatu bahasa, termasuk bahasa Indonesia. Sejalan dengan itu, Sugono ([Penyunting], 2007:2) menyatakan bahwa kontak budaya antarbangsa mengakibatkan pula kontak bahasanya, tak terkecuali terhadap bahasa Indonesia. Bahasa Melayu, sebagai cikal-bakal bahasa Indonesia, ibarat bunga karang, menyerap banyak unsur asing yang membuat bahasa tersebut lebih lengkap dan kaya. Beribu-ribu kata yang berasal dari bahasa Sansekerta, Arab, Jawa Kuna, Portugis, Belanda, Jawa Modern, Sunda, Minang, juga Inggris tercatat masuk ke dalam bahasa nasional kita. Terkait dengan kosakata atau istilah yang berasal dari bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia Ruskhan (2007:3–5) menaytakan ada tiga cara yang dapat ditempuh, yaitu penerjemahan, penyerapan, dan gabungan penerjemahan dan penyerapan. Contoh yang diberikan untuk penerjemahan atau disebut juga pemadanan adalah catering ‘jasa boga’ dan snack ‘kudapan’. Hal yang terkait dengan 242
penyerapan diulas cukup panjang lebar. Disebutkan bahwa pertimbangan untuk penyerapan adalah istilah asing yang diserap (1) meningkatkan ketersalingan bahasa asingIndonesia secara timbal balik, (2) mempermudah pemahaman teks asing, (3) lebih ringkas jika dibandingkan dengan terjemahan Indonesianya, (4) mempermudah kesepakatan antarpakar jika banyak sinonimnya, dan (5) lebih sesuai dan lebih tepat karena tidak mengandung konotasi buruk. Contoh yang diberikan untuk penyerapan adalah positive menjadi positif (penyesuaian ejaan dan lafal); design menjadi desain (ejaan disesuaikan, tetapi lafalnya tetap); radio menjadi radio (penyesuaian lafal, tetapi ejaan tetap); penyerapan utuh, contoh film. Contoh yang diberikan untuk gabungan penerjemahan dan penyerapan adalah multilingual menjadi mutlibahasa. Jadi, dapat dikatakan bahwa penyerapan dilakukan dengan syarat-syarat yang cukup ketat untuk mempertahankan “kekhasan” kosakata dan istilah bahasa Indonesia. Sejalan dengan itu, Sugono ([Penyunting], 2007:2) menyatakan bahwa ada perbedaan mencolok di antara penyerapan zaman dahulu dan sekarang. Dulu penyerapan tersebut berlangsung secara spontan berdasarkan cita rasa orang seorang. Sekarang pengembanganan, termasuk penyerapan ke dalam, bahasa Indonesia dilakukan secara berencana. Dalam kenyataannya bukan hanya kosakata dan istilah yang diserap oleh bahasa Indonesia, unsur morfem terikat, seperti sufiks pun, banyak yang diserap dari bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia. Sufiks yang banyak diserap bahasa Indonesia berasal dari bahasa Inggris, Belanda,
UMI KULSUM: SUFIKS -IS DAN -IK SERTA PROBLEMATIKANYA...
Arab, ataupun bahasa lainnya. Sufiks asing yang turut “mewarnai wajah” bahasa Indosia di antaranya adalah sufiks –ik dan –is. Sufiks -is dan -ik merupakan sufiks yang produktif. Artinya adalah banyak serapan baru yang mengandung sufiks ini dan sufiks ini dapat dilekatkan pada kata yang bukan berasal bahasa Inggris. Contohnya adalah dramatis (berasal dari kata drama) dan kata drama bukan berasal dari bahasa Inggris sehingga dapat dinyatakan bahwa bentuk –is merupakan sufiks yang berkembang dan dapat dilekatkan dengan kata selain yang berasal dari bahasa Inggris. Padahal, beberapa pakar bahasa menyatakan bahwa sufiks asing bersifat tidak produktif. Sufiks ini sangat menarik untuk diamati karena, jika dibandingkan dengan sufiks serapan yang lain, sufiks ini mempunyai variasi bentuk dan makna yang cukup beragam. Sebagian besar sufiks -is ini menyatakan sifat. Akan tetapi, pada beberapa kata sufiks -is menyatakan nomina dengan makna yang cukup variatif. Begitu pula sebaliknya, tidak semua sufiks -ik menyatakan nomina (sebagaimana pada umumnya), ada beberapa sufiks -ik yang menyatakan adjektiva. Permasalahan lainnya adalah banyak penggunaan kedua sufiks ini yang dipertukarkan, contohnya etnik dan etnis, akademik dan akademis, pedagogik dan pedagogis. Mari kita perhatikan contoh pemakaian kedua sufiks ini. (a) Sinyal elektronik adalah besaranelektrik berukur yang berubah dalam waktu dan atau dalam ruang. (b) Data akan disimbolkan ke dalam kode tertentu yang berbentuk sinyal elektronis. Pada contoh (a) digunakan frasa sinyal elektronik, sedangkan pada contoh (b) digunakan sinyal elektronis. Dalam hal ini terjadi ketidakkonsistenan bentuk pada atribut frasa. Dalam data lain, digunakan frasa pertanian organik dan pertanian organis. Tulisan ini mencoba mendeskripsikan bentuk, fungsi, dan makna nomina serta adjektiva yang dilekati kedua sufiks ini serta mencari formula
penggunaan keduanya. Selain itu, permasalahan penggunaan sufiks ini cukup beragam sehingga kedua sufiks ini layak untuk diamati. 1.2 Masalah Masalah dalam tulisan ini adalah bagaimanakah sufiks –is dan –ik dalam bahasa Indonesia serta penggunaannya dalam kalimat bahasa Indonesia. Adapun rumusan masalah pada tulisan ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimana variasi bentuk nomina dan adjektiva yang dilekati sufiks -is atau -ik? 2. Apa sajakan fungsi sufiks –is dan –ik serta bagaimana makna kata yang dilekati keduanya ? 3. Bagaimana formula sufiks -is atau –ik berdasarkan lema yang terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)? 4. Masalah apa saja yang terkait dengan penggunaan sufiks -is atau -ik? 1.3 Tujuan Adapun tujuan dari tulisan ini adalah (1) mendeskripsikan variasi bentuk nomina dan adjektiva yang dilekati sufiks -is dan -ik; (2) mendeskripsikan fungsi sufiks –is dan –ik dan makna yang dilekati keduanya; (3) mendeskripsikan formula -is atau –ik berdasarkan lema yang terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI); (4) mendeskripsikan masalah penggunaan sufiks -is dan –ik. Manfaat yang diharapkan dari pembahasan ini adalah (1) menambah wawasan mengenai sufiks yang diserap dari bahasa asing; (2) menambah wawasan mengenai penyerapan sufiks asing ke dalam bahasa Indonesia; (3) sebagai bahan untuk pembinaan bahasa Indonesia dan masukan untuk Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1.4 Metode Metode yang digunakan dalam tulisan ini ialah metode deskriptif. Metode deskriptif dalam tulisan ini dipakai untuk mencari data dan 243
Metalingua, Vol. 13 No. 2, Desember 2015:214—260
memaparkan hasil temuan yang berupa kata yang bersufiks –is atau –ik. Pengambilan data dilakukan dengan studi pustaka, yaitu mengumpulkan kata yang bersufks -is dan -ik dari surat kabar. Kemudian, data tersebut dicatat, dikartukan, dan dicocokkan, serta dimaknai seturut KBBI Pusat Bahasa Edisi IV (2008) dan dianalisis berdasarkan masalah penelitian. Metode kajian yang digunakan ialah metode padan referensial dengan alat penentu kenyataan yang ditunjuk bahasa (memiliki acuan/referent) (Djajasudarma, 1993:60). Data diambil dari Kompas, Pikiran Rakyat, Koran Tempo, dan tabloid Nakita.
2. Kerangka Teori
5. 6.
7.
8.
9.
2.1 Sufiks Sufiks adalah imbuhan yang terletak di akhir kata. Beberapa pakar bahasa mengatakan bahwa dalam pembentukan kata, sufiks tidak pernah mengalami perubahan bentuk. Pembentukannya disebut sufiksasi (suffixation). Contoh sufiks adalah -kan, -an, -i, -nya, -man, -wati, -wan, asi, -isme, -in, dan -wi. Kridalaksana (1996) menjelaskan bahwa sufiks serapan yang membentuk adjektiva ada yang berasal dari bahasa Inggris dan ada yang berasal dari bahasa Arab. Contohnya adalah sufiks -al’!formal, nasional; -iah’!alamiah, batiniah; -i’!abadi, alami, hewani, rohani; if’!produktif, sportif. Berikut senarai sufiks asing yang diserap dalam bahasa Indonesia 1. –asi/isasi, misalnya pada afiksasi, konfirmasi, nasionalisasi, kaderisasi, komputerisasi, sufiks ini menyatakan ‘proses menjadikan’ atau ‘penambahan’; 2. –asme, misalnya pada pleonasme, aktualisme, sarkasme, antusiasme; sufiks ini menyatakan kata benda; 3. –et, misalnya pada operet, mayoret, sigaret, novelet, sufiks ini menyatakan pengertian ‘kecil’; jadi, operet ‘opera kecil’, novelet ‘novel kecil’; 4. –isme, misalnya pada nasionalisme, patriotisme, Hinduisme, bapakisme; sufiks ini mengadung arti ‘paham’; 244
10.
11.
12.
13. 14.
15.
16.
17.
18.
–logi, misalnya pada filologi, sosiologi, etimologi, kelirumologi; sufiks ini artinya ‘ilmu’; –ir, misalnya pada mariner, avonturir, banker; Sufiks ini menyatakan ‘orang yang bekerja pada bidang...’ atau ‘orang yang mempunyai kegemaran ber-....’; –or, misalnya pada editor, operator, deklamator, noderator; sufiks ini bermakna ‘orang yang bertindak sebagai...’ atau ‘orang yang mempunyai kepandaian seperti yang tersebut pada kata dasar’; –ur, misalnya pada donator, redaktur, kondektur, debitur, direktur; sufiks ini menyatakan agentif atau pelaku; –itas, misalnya pada aktualitas, objektivitas, universitas, produktivitas; sufiks ini menyatakan benda; –al, misalnya pada aktual, struktural, emosional, intelektual; sufiks ini menyatakan sifat yang ada pada kata dasar; –er, misalnya pada primer, sekunder, arbitrer, elementer; sufiks ini menyatakan sifat yang ada pada kata dasar; –i/-wi/-iah, misalnya pada hakiki, maknawi, asasi, asali, duniawi, gerejani, insani, harfiah, unsuriyah, wujudiyah; sufiks ini menyatakan sifat; –if, misalnya pada aktif, transitif, objektif, agentif, naratif; sufiks ini menyatakan sifat; –ik (1), misalnya pada linguistik, statistik, semantik, didaktik; sufiks ini menyatakan ‘benda’ dalam arti ‘bidang ilmu’; -ik (2), misalnya pada spesifik, unik, karakteristik, fanatik, otentik; sufiks ini menyatakan sifat; –il, misalnya pada idiil, materiil, moril; akhiran ini menyatakan sifat, pada kata-kata lain, sufiks ini dapat diganti dengan –al; –is (1), misalnya pada kata praktis, ekonomis, yuridis, praktis, legendaris, apatis; sufiks ini menyatakan sifat. –is (2), misalnya pada kata ateis, novelis, sukarnois, marxis, prosais, esei; sufiks ini menyatakan ‘orang yang mempunyai paham yang terkandung pada kata dasar’ atau ‘orang yang ahli menulis dalam bentuk seperti yang disebut di dalam kata dasar’.
UMI KULSUM: SUFIKS -IS DAN -IK SERTA PROBLEMATIKANYA...
Dari senarai tersebut dapat dinyatakan bahwa sufik –ik dan –is (nomor 14, 15, 17, dan 18) merupakan sufiks serapan pembentuk nomina dan adjektiva. 2.2 Fungsi dan Makna Sufiks -is dan ik Amat terbatas kajian mengenai kedua sufiks ini. Beberapa pakar tidak mencantumkan sufiks ini dalam bahasannya. Contohnya adalah Sasangka (2013:76—86), pada bagian bentuk kata dipaparkan beberapa sufik, yaitu sufiks -an, sufiks –kan, dan sufiks –i. Selain itu, dibahas pula sufiks yang bermasalah, yaitu sufiks -isasi dan ing. Akan tetapi, Sasangka tidak mengungkap sufiks -ik dan/atau -is. Putrayasa (2010:31—32) mengungkap beberapa sufiks serapan, yaitu sufiks -man, -wan dan -wati, -a dan -i, -in/-at, -i, -ani, -iah, -is, dan -isme. Putrayasa hanya mengungkap sufiks is yang berarti sifat atau orang, misalnya egois, novelis, pancasilais, kapitalis, dan komunis. Chaer (1994:177—178) mengungkapkan proses morfemis dalam bahasa Indonesia, di antaranya adalah afiksasi. Dinyatakan pula adanya afiks dalam bahasa Indonesia, contohnya -an pada kata bagian dan pada bahasa Inggris ada sufika –ion, seperti pada kata delegation dan pada kata constritutionality terdapat sufiks –ion, -al, dan -ity. Chaer (2008:165—167) dalam bukunya yang lain menyatakan ada beberapa nomina bersufik asing, terutama yang berasal dari bahasa Arab, bahasa Inggris, dan bahasa Belanda. Kosakata asing biasanya diserap secara utuh. Artinya, kosakata itu diserap sekaligus dengan sufiks yang menjadi penanda katergori kata serapan itu. Sufiks penanda nomina antara lain -in, -at, -ah, -si, -ika, -ir, -ur, -us, -isme, -sasi, dan -or. Selain itu, dinyatakan bahwa sufiks asing bersifat tidak produktif. Ramlan (1987:60—61) menjelaskan bahwa dalam bahasa Indonesia terdapat afiks asing, di antaranya pra-, a-, -wan, -wati, -is, -man, dan wi. Afiks-afiks tersebut tidak dianggap afiks
bahasa Indonesia dan masuk ke dalam bahasa Indonesia secara keseluruhan dengan tidak mengingat bentuk serta fungsi aslinya. Dalam Alwi et al. (2003:235—237) hanya diungkap penurunan nomina dengan -el, -er, -em, -in; -wan/ -wati; -at/-in dan -a/-i; -isme, -(is)asi, -logi, dan –tas. Sama sekali tidak diungkap sufiks –ik dan –is. Dalam Pedoman Umum Pembentukan Istilah (2000:29) disebutkan bahwa (1) sufiks asing -ic, -ique (nomina) diserap menjadi –ik, contoh analgesic menjadi analgesik, electronic menjadi elektronik, dan unique menjadi unik; (2) sufiks –ic, -ical, -isch (adjektiva) diserap menjadi –is, contoh electronic dan electronisch diserap menjadi elektronik; econimical dan economisch diserap menjadi ekonomis; practical dan practisch diserap menjadi praktis; logical dan logisch diserap menjadi logis. Pada halaman lain Pedoman Umum Pembentukan Istilah (2000:41) juga disebutkan bahwa sufiks –ist diserap menjadi -is, contohnya adalah extremist diserap menjadi ekstremis. Soedjito dan Djoko Saryono (2014:152;155) -lah yang agak banyak mengungkap mengenai sufiks –is. Dinyatakannya bahwa sufiks -is merupakan penyesuaian akhiran -isch (Belanda) atau -ical (Inggris). Belanda Economical Logisch Practisch
Inggris Economical Logical Practical
Indonesia Ekonomis Logis Praktis
Catatan: Perhatikan pemakaian sufiks -is dalam kalimat berikut; (1) Seorang jurnalis harus dapat berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. (2) Ayah saya benar-benar seorang nasionalis dan idealis.
Sufiks -is pada contoh di atas merupakan penyesuaia sufiks -ist dari bahasa Inggris, bukan penyesuaian -isch dari bahasa Belanda dan juga bukan sufiks -ical dari bahasa Inggris. Perhatikan terjemahan berikut! Lexical meaning : makna leksikal Grammatical meaning : makna gramatikal 245
Metalingua, Vol. 13 No. 2, Desember 2015:214—260
Jika berpegang teguh pada pedoman yang berlaku, bentuk Indonesianya adalah makna leksis dan makna gramatis. Sufiks -ical dan -sis tidak digunakan dalam bidang linguistik dewasa ini. Pakar lain yang cukup banyak menyungkap fungsi dan makna kedua sufiks ini adalah Kridalaksana (1996:65, 79). Diungkapkannya bahwa sufiks -ik dan –is merupakan afiks pembentuk adjektiva dan nomina dan dua-duanya mempunyai makna ‘bersangkutan dengan’. Contohnya pada kata patriotik, teknis, dan praktis yang dapat diamati pada kalimat berikut. (a) Sikap patriotik harus ditanamkan dalam jiwa anak sejak usia dini. (b) Sekolah teknik ini memberikan pengetahuan teknis dan praktis tentang permesinan. Selain berfungsi membentuk adjektiva, sufiks –is juga dapat berfungsi sebagai pembentuk nomina yang bermakna ‘orang yang bersangkutan dengan...”. Contoh (c) Apakah kedudukan kaum kapitalis makin kuat pada zaman sekarang? (d) Pikirannya mencerminkan ia seorang feodalis. Ada juga sufiks yang berhubungan dengan sufiks –ik dan –is, yaitu sufiks –ika. Sufiks –ika yang mempunyai makna ‘ berhubungan dengan ilmu’. Contoh (e) Fisika adalah mata pelajaran yang paling tidak saya sukai (f) Kita harus memakai logika dalam memutuskan masalah ini. (Kridalaksana, 1996:79) Jadi, amat terbatas pembahasan mengenai kedua sufiks ini. Padahal sufiks ini sangat berkembang dalam pemakaian bahasa Indonesia. Pakar yang membahas sufiks -is dan -ik pun hanya sebatas menjelaskan bahwa keduanya membentuk adjektiva dan nomina dengan makna berhubungan dengan (untuk adjektiva) dan orang yang bersangkutan (untuk nomina). Tulisan ini berusaha mengungkap sufiks -is dan –ik secara lebih menyeluruh, baik dari segi bentuk, fungsi, makna, maupun pemakaian yang tidak konsisten, termasuk problematikanya dalam bahasa Indonesia. 246
3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Bentuk Kata Dari data yang ada dapat dinyatakan bahwa pembentukan kata dengan sufiks -is dan -ik dapat dikelompokkan atas beberapa jenis, yang diuraikan sebagai berikut. a. Langung dibubuhi sufiks –is atau –ik, contohnya adalah estremis, moralis, morfinis, rasis, teroris, turis, gitaris, jurnalis, satiris, kolonialis, nasionalis, elipsis, grafis, simbolis, spesialis, minimalis, idealis, pluralis, zionis, vokalis, alfabetis, magnetis, sistemik, magnetik, vulkanik, heroik, motorik, dan psikomotorik. b. Pengurangan fonem tertentu, contohnya adalah pianis; dari kata piano hingga menjadi atau menghasilkan kata pianis mengalami beberapa gejala, yaitu fonem /o/ pada piano mengalami apokop (penghilangan fonem di akhir kata). Kemudian, fonem-fonem yang tersisa, yaitu /pian/, dibubuhi akhiran –is sehingga menjadi pianis. Contoh lainnya adalah analis, aktris, komisaris, nudis, otokratis, populis, servis, esensi, krisis, eksis, matematis, dan skeptis. c. Penambahan fonem tertentu, contohnya optimistis, saintis, pesimistis, aromatik, sporadis, teoritis, traumatik, dilematis, dramatis, kolumnis, notaris, legendaris, kapitalistik, dan realistis. Dari contohcontoh tersebut dapat dinyatakan bahwa ada tambahan fonem t, d, n, dan r sebelum sufiks –is. Sebagian besar penambahan fonem ini terjadi pada kata yang berakhir dengan vokal. d. Jika fonem terakhir sebuah bentuk dasar adalah i, fonem i yang muncul hanya satu, contoh akademis, anarkis, ironis, strategis, radiologis, sinergis, arkeologis, ekologis, ekonomis, geografis, geologis, dan historis. e. Jika berasal dari kata yang bersuku akhir -ik, yang berubah hanya fonem /k/ menjadi /s/, contohnya adalah politis, teknis, etnis,
UMI KULSUM: SUFIKS -IS DAN -IK SERTA PROBLEMATIKANYA...
f.
pragmatis, estetis, praktis, tropis, dan publis yang berasal dari kata politik, teknik, etnik, pragmatik, estetik, praktik, tropik, dan publik. Fonem /s/ berubah menjadi /t/, contohnya adalah demokratis, diplomatis, dan sintaktis yang berasal dari kata demokrasi, diplomasi, dan sintaksis.
3.2 Fungsi dan Makna A. Sufiks -is Sufiks -is berfungsi sebagai pembentuk nomina dan sebagai pembentuk adjektiva. 1)
Pembentuk Nomina
Sebagai pembentuk nomina, sufiks –is dapat digolongkan berdasarkan makna yang terkandung di dalamnya. Pemaknaan disesuaikan dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Pusat Bahasa Edisi IV (2008). Penggolongan berdasarkan makna dapat dilihat berikut. a.
Orang yang Mempunyai Sifat atau Melakukan Pekerjaan pada Kata Dasar
Contoh kalimat yang mengandung sufiks -is yang bermakna orang yang mempunyai sifat atau melakukan pekerjaan pada kata dasar dapat dilihat berikut. (1) Lepas dari isu Iran, pada 27 Desember 2009, dua aktivis Hamas juga tewas dalam sebuah ledakan bom di Beirut selatan. (2) Para analis mengatakan perusahaan itu telah kehilangan fokus. (3) Selama ini Baghdadi diduga hanyalah tokoh rekaan kelompok-kelompok ekstremis. (4) Salah satu contohnya ketika salah satu gembong teroris, Hambali, diserahkan ke AS, tetapi Indonesia tidak pernah mendapat informasi strategis yang diperlukan. (5) Kondisi dermaga Angke yang jorok tidak pernah menarik turis untuk datang ke sana. Pada contoh (1)—(5) terdapat kata aktivis, analis, ekstremis, teroris, dan turis. Kelimanya
mengandung sufiks -is yang bermakna orang yang mempunyai sifat atau melakukan pekerjaan pada kata dasar. Aktivis bermakna orang (terutama anggota organisasi politik, sosial, buruh, petani, pemuda, mahasiswa, wanita) yang bekerja aktif mendorong pelaksanaan sesuatu atau berbagai kegiatan dalam organisasinya atau orang yang yang menggerakkan (demonstrasi). Analis bermakna orang yang menganalisis atau melakukan analisis atau ahli ilmu kimia yang bekerja di laboratorium (menjalankan penyelidikan) atau orang yang mencari dan mengumpulkan data untuk penilaian kekayaan atau kemampuan perusahaan demi kepentingan pemodal. Ekstremis berarti orang yang ekstrem atau orang melampaui batas kebiasaan (hukum) dalam membela atau menuntut sesuatu. Teroris adalah orang yang menggunakan kekerasan untuk menimbulkan rasa takut, biasanya untuk tujuan politik, dan turis atau yang biasa disebut juga pelancong/wisatawan adalah orang yang melakukan tur. Contoh lainnya adalah moralis (orang yang hidup menurut moral atau orang yang mengajarkan atau mempelajari moral sebagai cabang filsafat atau orang yang menaruh perhatian terhadap pengaturan moral orang lain) dan morfinis (orang yang ketagihan morfin; pencandu morfin). b.
Ahli
Contoh kalimat yang mengandung sufiks -is yang bermakna ahli dapat dilihat berikut. (6) Krisna, gitaris The Young Prodigies tampil memukau di depan fansnya. (7) Pianis klasik Andre Previn, legenda musik country Loretta Lynn, peniup terompet jazz Clark Terry, dan artis musik blues David Edwards akan dianugrahi penghargaan yang sama. (8) Sejarah hidup Junghuns yang penuh pengembaraan sekaligus prestasi yang sangat signifikan pada zamannya merupakan contoh ideal seorang saintis. (9) Ortodontis merupakan dokter spesialis ortodonti. 247
Metalingua, Vol. 13 No. 2, Desember 2015:214—260
Gitaris menunjukkan orang yang ahli bermain gitar atau orang yang terampil memainkan gitar dan pianis berarti orang yang ahli dalam bermain piano atau juga pemain piano. Sementara saintis adalah orang yang ahli di bidang sains, spesialis berarti ahli suatu cabang ilmu atau keterampilan. c.
Profesi
Contoh kalimat yang mengandung sufiks -is yang menyatakan profesi dapat dilihat berikut. (10) Penyegelan kedua ini dipimpin oleh Wakil Camat Kebayoran Baru Mahludin didampingi Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Jakarta Selatan, jurnalis, dan Lurah Selong Humair Ali. (11) Akan tampil juga kolumnis politik Kompas, Budiarto Shambazy pada Jumat untuk mengulas situasi pemilu di AS dan kesamaan/perbedaannya dengan pemilu di Indonesia. (12) Kemarin kami bersama Komisaris PT PBB Kuswara S Taryono mengurus berbagai persyaratan administrasi pembentukan PT di kantor notaris Antje Mariana Ma’Moen. (13) Secara terpisah, Sekretaris Satgas Denny Indrayana juga membenarkan semangat yang tinggi dari masyarakat dalam mengadukan kasus mafia hukum. (hal. 2) (14) Vokalis grup band itu saudara temanAndi. Jurnalis adalah orang yang pekerjaannya mengumpulkan dan menulis berita di surat kabar, kolumis adalah orang yang secara tetap menulis artikel di surat kabar atau majalah, notaris adalah orang mendapatkan kekuasaan dari pemerintah untuk mengesahkan dan menyaksikan berbagai surat perjanjian, surat wasiat, akta, dan sebagainya, sekretaris adalah orang (pegawai, anggota pengurus) yang disertai pekerjaan tulismenulis atau surat-menyurat, dan vokalis berarti penyanyi (tunggal). Contoh lainnya adalah satiris (pengarang satire atau penulis sajak sindiran), komisaris, dan aktris. 248
d.
Orang atau Penganut Paham
Makna sufiks –is yang berhubungan dengan orang atau penganut paham tertentu (-isme) dapat dilihat pada contoh berikut. (15) Belanda adalah salah satu negara kolonialis. (16) Komunis bertahan di Asia dan di negara-negara lainnya di dunia. (17) Pantai bagi para nudis itu sudah tak aneh lagi. (18) Hal serupa dialami PKS sebagai partai kader yang mencoba untuk populis. (19) Digulingkannya rezim-rezim totaliter atau otokratis ini telah menggeser keseimbangan kekuatan global. Kolonialis adalah orang atau negara yang menganut paham atau mempraktikkan kolonialisme, komunis adalah penganut paham komunis, nudis berarti orang yang gemar melakukan praktik nudisme. Nudisme sendiri berarti tradisi tidak mengenakan pakaian (bertelanjang bulat), baik pria maupun wanita, yang bergabung di suatu kelompok pada waktu tertentu dan di tempat yang terpencil, populis berarti penganut paham populisme. Populisme berarti paham yang mengakui dan menjunjung tinggi hak, kearifan, dan keutamaan rakyat kecil, sedangkan otokratis adalah orang yang mempunyai kekuasaan mutlak atau diktator. Contoh lainnya adalah separatis (orang/golongan yang menghendaki pemisahan diri dari suatu persatuan, zionis (penganut zionisme), nasionalis, dan rasis. B. Pembentuk Adjektiva Cukup banyak sufiks –is yang menunjukkan sifat atau adjektiva. Hal tersebut dapat dipilah atas makna-makna berikut. 1)
Mempunyai Sifat yang Terkandung pada Kata Dasar
Makna sufiks –is yang berhubungan atau mempunyai sifat yang terkandung pada kata dasar dapat dilihat pada contoh berikut.
UMI KULSUM: SUFIKS -IS DAN -IK SERTA PROBLEMATIKANYA...
(20) Gaya rumah yang sedang disukai oleh banyak kalangan akhir-akhir ini adalah gaya minimalis. (21) Promo ini berlaku otomatis bagi pengguna perdana prabayar baru, tanpa harus mendaftar terlebih dahulu. (22) Daerah itu telah berubah menjadi lahan kritis dan tengah menghadapi masalah sangat dilematis. (23) Medellinhanyamembutuhkanhasilimbang untuk lolos, tetapi gol dramatis itu memastikan Defensor bersama klub Brasil, Sao Paulo, lolos ke babak 16 besar. Minimalis berkenaan dengan penggunaan unsur-unsur yang sederhana dan terbatas untuk mendapatkan efek atau kesan yang terbaik. Otomatis berasal dari kata dasar otomat yang berarti alat atau mesin yang dapat bergerak dan bekerja sendiri. Otomatis sendiri berarti secara otomat. Dramatis berarti bersifat drama atau mengenai drama. Contoh lain yang menyatakan sifat adalah elastis, idealis, dinamis, pluralis, grafis, legendaris, politis, skeptis, sporadis, stategis, teoretis, geografis, pragmatis, seksis, dan praktis. 2)
Sifat pada Ilmu
Sufiks -is yang menunjukkan sifat pada ilmu dapat dilihat pada contoh di bawah ini. (24) Padahal, kawasan arkeologis bernilai sejarah tinggi itu masih dalam penelitian. (25) Langkah tersebut guna mencegah kerusakan ekologis yang pada gilirannya dapat memukul perekonomian masyarakat pesisir. (26) Sejumlah pengembang telah hadir di daerah Baros untuk merealisasikan keinginan pemerintah daerah untuk memajukan dan menata daerah ini, khususnya pada lahan-lahan “tidur” yang saat ini kurang bernilai ekonomis. (27) Liga Super U-21 mengunakan sistem turnamen yang dibagi menurut letak geografis. (28) Secara matematis masih ada kesempatan, tetapi di sisi lain, Anda tidak boleh menyia-nyiakan poin.
Arkeologis mempunyai makna bersifat arkeologi. Kata ekologis berasal dari ekologi. Ekologi adalah ilmu tentang hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan (kondisi) alam sekitarnya (lingkungannya), sedangkan ekologis mengandung makna bersifat ekologi. Kerusakan ekologis dalam kalimat di atas berarti karusakan lingkungan yang diakibatkan ulah manusia sendiri, bersifat ekologi. Kata ekonomis dan geografis bersangkut paut dengan ekonomi dan geografi. Geografi adalah ilmu tentang permukaan bumi, iklim, penduduk, flora, fauna, serta hasil yang diperoleh dari bumi. Geografis pada kalimat di atas lebih menunjukkan letak. Sementara matematis berarti bersifat matematika; bersangkutan dengan matematika. Contoh lainnya adalah geologis, historis, psikologis, dan sintaktis. C. Sufiks -ik Berdasarkan data, sufiks –ik mempunyai dua fungsi dan makna, yaitu membentuk nomina dengan makna ilmu dan aliran dan membentuk adjektiva dengan makna mempunyai atau mengandung sifat yang yang terkandung pada kata dasar. 1)
Pembentuk Nomina dengan Makna Ilmu dan Aliran
Sufiks –ik sebagai pembentuk nomina dengan makna ilmu dan/atau aliran dapat dilihat pada contoh berikut. (29) Mahasiwa yang mengambil jurusan bahasa umumnya mendapatkan mata kuliah psikolinguistik. (30) Penyebab utama gangguan atau penyulit kehamilan adalah gaya hidup dan faktor genetik. (31) Plastik dilengkapi dengan kebun hidroponik yang ditanami sayur dan buah agar awak kapal tak terkena skorbut. (32) Menurut Arief pemikiran Sutjipto tentang hukum memang sedikit berbeda dibandingkan dengan tokoh dan 249
Metalingua, Vol. 13 No. 2, Desember 2015:214—260
(36) Sempat tertinggal satu set lebih dulu, putri Kab. Bandung tampil heroik dengan melahap tiga set berikutnya untuk mengalahkan Kabupaten Bandung Barat. (37) Anak yang mengalami traumatik akan berpengaruh pada pertemanan anak dengan lawan jenisnya. (38) Masyarakat diminta tetap waspada karena letupan asap tebal berupa material debu vulkanik masih keluar.
praktisi hukum lain yang sebagian besar menganut aliran positivistik dan legalistik. (33) Pendidikan Indonesia sudah terlanjur menganut sistem kapitalistik. Psikolinguistik, genetik, dan hidroponik berkaitan dengan ilmu atau cabang ilmu. Psikolinguistik adalah ilmu tentang hubungan antara bahasa, perilaku dan akal budi manusia; ilmu interdisipliner linguistik dengan psikologi. Genetik pada kalimat (30) berarti turun-temurun atau turunan atau pewarisan, berasal dari kata gen (faktor keturunan). Hidroponik bermakna cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah. Sementara positivistik, legalistik, dan kapitalistik berkaitan dengan aliran atau paham tertentu. 2)
Pembentuk Adjektiva dengan Makna Mempunyai atau Mengandung Sifat pada Kata Dasar
Kata yang bersufiks -ik dengan makna sifat dapat dilihat pada contoh berikut. (34) Beras aromatik kemungkinan justru berpotensi besar untuk diekspor. (35) Jika Thaksin menerima saran itu, hubungan diplomatik Thailand dan kamboja akan normal lagi.
Aromatik berarti berkenaan dengan atau mempunyai aroma. Aroma di sini adalah baubauan yang harum (yang berasal dari tumbuhtumbuhan atau akar-akaran) atau bersifat atau mengandung hal tertentu. Diplomatik berkenaan dengan hubungan resmi antara negara dan negara. Traumatik berarti menggoncangkan jiwa (tentang pengalaman yang dahsyat). Vulkanik berhubungan dengan kata vulkan yang berarti gunung yang berkawah (lubang pada kerak bumi) yang hampir selalu mengeluarkan gas, abu, lahar, api, dan sebagainya; gunung berapi. Contoh lain sufiks –ik yang mengandung sifat adalah sistemik dan motorik. Sistemis bertalian atau berhubungan dengan suatu sistem atau susunan yang teratur. Motorik bersangkutan dengan penggerak (motor). Fungsi dan makna sufiks –is dan –ik dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1 Fungsi dan Makna Sufiks -is dan –ik Sufiks –is No. 1.
250
Nomina Orang yang mempunyai Sifat atau Melakukan Pekerjaan pada Kata Dasar Contoh: aktivis, analis, ekstremis, teroris, turis, moralis, dan morfinis
Sufiks –ik Adjektiva
Adjektiva
Adjektiva
Mempunyai Sifat yang Terkandung pada Kata Dasar Contoh: minimalis, otomatis, dramatis, elastis, idealis, dinamis, pluralis, grafis, legendaris, politis, skeptis, sporadis, stategis, teoretis, geografis, pragmatis, seksis, dan praktis
Mempunyai Sifat yang Terkandung pada Kata Dasar Contoh: minimalis, otomatis, dramatis, elastis, idealis, dinamis, pluralis, grafis, legendaris, politis, skeptis, sporadis, stategis, teoretis, geografis, pragmatis, seksis, dan praktis
Pembentuk Adjektiva dengan Makna Mempunyai atau Mengandung Sifat yang Terkandung pada Kata Dasar Contoh: aromatik, diplomatik, heroik, traumatik, vulkanik, sistemik dan motorik
UMI KULSUM: SUFIKS -IS DAN -IK SERTA PROBLEMATIKANYA...
2.
Ahli Contoh: gitaris, pianis, Sifat pada Ilmu saintis, dan spesialis Contoh: arkeologis ekologis, ekonomis, geografis, geologis, historis, psikologis, dan sintaktis
Sifat pada Ilmu Contoh: arkeologis ekologis, ekonomis, geografis, geologis, historis, psikologis, dan sintaktis
------
3.
ProfesiContoh: jurnalis, kolumnis, notaris, sekretaris, vokalis, satiris, komisaris, dan aktris
———
———
------
4.
Orang atau Penganut Paham (Berhubungan dengan – isme)Contoh: kolonialisme, komunis, nudis, populis, otokratis, sparatis, zionos, nasionalis, dan rasis
———
———
------
3.3 Formula Sufiks –is dan –ik dalam Membentuk Nomina dan Adjektiva Formula sufiks -is dan -ik ini diperoleh dari data yang ada dan disesuaikan dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi IV yang terbit tahun 2008. A. Formula (1): Nomina Tanda Sufiks dan Adjektiva Bersufiks –is Formula (1), yaitu nomina tanpa sufiks dan adjektiva bersufik –is dapat dilihat pada contohcontoh berikut. 1)
Akademi dan Akademis
Akademi bermakna lembaga pendidikan tinggi, kurang lebih tiga tahun lamanya, yang mendidik tenaga profesional atau perkumpulan orang terkenal yang dianggap arif bijaksana untuk memajukan ilmu, kesusastraan, atau bahasa. Sementara akademis mengandung makna mengenai (berhubungan dengan) akademi, bersifat ilmiah, bersifat ilmu pengetahuan, bersifat teori, atau tanpa arti praktis yang langsung. Sering kita temukan kata akademik. Dalam KBBI kata akademik mengacu pada akademis. Dengan demikian, akademik dianggap kata yang tidak baku. Contoh kata akademis dapat dilihat pada data berikut.
(39) Di kalangan akademis, kebudayaan lebih banyak disebut ketimbang peradaban. 2)
Demokrasi dan Demokratis
Kata demokratis mempunyai kata dasar demokrasi. Demokrasi berarti bentuk atau sistem pemerintahan yang seluruh rakyatnya turut serta memerintah dengan perantaraan wakilnya; pemerintahan rakyat. Arti demokratis sendiri adalah bersifat demokrasi atau berciri demokrasi. Jelas bahwa sufiks –is pada kata ini berfungsi sebagai pembentuk adjektiva, contohnya dapat dilihat pada data berikut. (40) Karena itu, sangat wajar kalau sejak pemilu demokratis pertama tahun 1994, ANC selalu menang. Sementara kata demokratik tidak ditemukan dalam KBBI yang berarti demokratik merupakan benduk yang tidak baku. 3)
Puisi dan Puitis
Puisi merupakan nomina dengan makna ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait; gubahan dalam bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara cermat sehingga mempertajam kesadaran orang akan pengalaman dan 251
Metalingua, Vol. 13 No. 2, Desember 2015:214—260
membangkitkan tanggapan khusus lewat penataan bunyi, irama, dan makna khusus. Turunan kata puisi adalah kata puitis yang bermakna bersifat puisi. Sementara kata puitik mengacu pada kata puitis yang berarti bahwa puitik merupakan bentuk yang tidak baku. Contoh penggunaan kata puitis dapat dilihat pada data berikut. (41) Tweet berisi foto lebih disukai ketimbang kicauan puitis. 4)
Ironi dan Ironis
Ironis berarti bersifat ironi. Ironi sendiri berarti kejadian atau situasi yang bertentangan dengan yang diharapkan atau yang seharusnya terjadi, tetapi sudah menjadi suratan takdir. Contoh penggunaan ironis dalam kalimat dapat dilihat pada data berikut. (42) Gundulnya kawasan konservasi air sangat ironis ketika justru terjadi di Majalengka Sementara ironis menunjukkan sifat dari ironi. 5)
Pedagogi dan Pedagogis
Pedagogi merupakan nomina yang bermakna ilmu pendidikan; ilmu pengajaran dan pedagogis adalah adjektiva dengan makna bersifat pedagogi; bersifat mendidik, contoh penggunaan kata pedagogis dapat dilihat pada data berikut. (43) Interaksi pedagogis merupakan suatu pergaulan antara anak dengan orang dewasa untuk mencapai tujuan pendidikan, yaitu manusia mandiri, manusia dewasa. Dalam KBBI kata pedagogik mengacu pada pedagogis. 6)
Geografi dan Geografis
Geografi mempunyai makna ilmu tentang permukaan bumi, iklim, penduduk, flora, fauna, serta hasil yang diperoleh dari bumi, sementara geografis mempunyai makna bersangkut paut dengan geografi. Dengan kata lain dapat dinyataan bahwa geografis merupakan adjektiva yang 252
dibentuk dari nomina geografi. Contoh penggunaan geografis dapat dilihat pada kalimat berikut. (44) Pembagian grup 2 dan grup 3 tidak melulu memakai pertimbangan geografis. Contoh lain yang termasuk dalam formula (1) adalah simbol dan simbolis, higien dan higienis, sinergi dan sinergis, hieraki dan hierarkis, geometri dan geometris. Dalam KBBI tidak ditemukan geometrik. B. Formula (2): Nomina Bersufiks-ik dan Adjektiva Bersufiks –is Formula (2), yaitu nomina bersufiks -ik dan adjektiva bersufik –is dapat dilihat pada contohcontoh berikut. 1)
Sistematik dan Sistematis
Kata sistematik terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dengan makna susunan; aturan. Sementara sistematis merupakan adjektiva dengan makna teratur menurut sistem; memakai sistem; dangan cara yang diatur baik-baik. Contoh penggunaan kata ini dapat dilihat dalam kalimat berikut. (45) Bekerja secara sistematis tidak dapat dipisahkan dari bekerja secara rasional. Ada juga bentukan yang menyatakan ilmu yang terkait dengan sistematik dan sistematis, yaitu sistematika. Sistematika merupakan nomina yang bermakna pengetahuan mengenai klasifikasi (penggolongan). 2)
Elektrik dan Elektris
Elektrik merupakan nomina yang bersinonim dengan listrik, sementara elektris menunjukkan adjektiva dengan makna bersifat listrik; disebabkan oleh listrik. Contoh berikut mengandung kata yang bersufiks -ik dan -is dalam satu bentuk. (46) Elektrik bersinonim dengan listrik dan pemakaiannya saling menggantikan. (47) Pada sistem komunikasi wireless, data
UMI KULSUM: SUFIKS -IS DAN -IK SERTA PROBLEMATIKANYA...
akan disimbolkan ke dalam kode tertentu yang berbentuk sinyal elektris, radio, dan sinar. 3)
Elektronik dan Elektronis
Kata elektronik merupakan nomina yang mempunyai arti alat yang dibuat berdasarkan prinsip elektronika; hal atau benda yang menggunakan alat-alat yang dibentuk atau bekerja atas dasar elektronika, sedangkan elektronis merupakan sifat yang berhubungan dengan elektron atau ada hubungannya dengan elektronika. Kedua kata ini sama-sama berasal dari kata elektron. Jadi, kata elektronik menunjukkan nomina, sedangkan kata elektronis menunjukkan adjektiva. Contoh penggunaan keduanya dapat dilihat pada data berikut. (48) Sebagian area rumah sakit gelap dan peralatan elektronik tak berfungsi. (49) Mobil ML350 bisa dikunci secara elektronis dan dilengkapi low gear. Ada juga bentukan yang menyatakan ilmu yang terkait dengan elektronik dan elektronis, yaitu elektronika. Elektronika merupakan cabang fisika yang mempelajari pemancaran, perilaku, dan dampak elektron, serta alat-alat yang menggunakannya. 4)
Praktik dan Praktis
Praktik adalah pelaksanaan secara nyata apa yang disebut dalam teori atau pelaksanaan pekerjaan (tentang dokter, pengacara, dan sebagainya) atau perbuatan menerapkan teori (keyakinan dan sebagainya), sementara praktis bermakna berdasarkan praktik atau mudah dan senang memakainya (menjalankan dan sebagainya). Contoh (50) Baru 5 tahun meninggalkan bangku sekolah dasar dan lanjutan, praktik berbahasa sudah berubah. (51) Supaya praktis dan karena saya ketika itu bertugas sebagai wartawan “PR” di Pemda Provinsi Jawa Barat, saya bukan sebagai khalifah.
5)
Politik dan Politis
Politik merupakan nomina dengan makna (pengetahuan) mengenai ketatanegaraan atau kenegaraan (seperti tentang sistem pemerintahan, dasar pemerintahan) atau segala urusan dan tindakan (kebijakan, siasat, dan sebagainya) mengenai pemerintahan negara atau terhadap negara lain atau cara bertindak (dalam menghadapi atau menangani suatu masalah); kebijaksanaan. Politis merupakan adjektiva dengan makna bersifat politik; bersangkutan dengan politik. Contoh (52) Mereka hafal tentang politik, seperti Trias Politica dari Montesquie (16891755), Kontrak sosial dari Rousseau (1712-1778), filsuf penulis Prancis kelahiran Swiss, dan rasionalismeYunani. (53) Pengacara Direktur Utama PT Cipta Televisi Pendidikan Indonesia Mohamad Jarman, Dedy Kurniadi, membantah anggapan bahwa upaya hukum kliennya bermuatan politis. f.
Klinik dan Klinis
Contoh lain untuk formula (2) adalah klinik dan klinis. Klinik merupakan nomina yang menunjukan tempat, yaitu (bagian) rumah sakit atau lembaga kesehatan tempat orang berobat dan memperoleh advis medis serta tempat mahasiswa kedokteran melakukan pengamatan terhadap kasus penyakit yang diderita para pasien; balai pengobatan khusus; organisasi kesehatan yang bergerak dalam penyediaan pelayanan kesehatan kuratif (diagnosis dan pengobatan), biasanya terhadap satu macam gangguan kesehatan. Selain itu, kita juga mengenal kata klinis, yaitu adjektiva yang bersangkutan atau berdasarkan pengamatan klinik. Contoh (54) Setelah dilakukan serangkaian pemeriksaan di klinik khusus yang menangani program bayi tabung, ternyata diketahui masalah ada di suami. (55) Sekarang obat yang diberikan bisa dihitung berdasarkan keperluan lewat perhitungan usia, berat dan tinggi 253
Metalingua, Vol. 13 No. 2, Desember 2015:214—260
makna yang dikaji dalam pragmatik berbeda dengan makna yang dikaji dalam semantik. (59) Masyarakat sekarang kerap berpikir pragmatis dalam menyelesaikan berbagai persoalan kehidupan.
badan, kondisi klinis, dan lainnya. Contoh lainnya adalah etik dan etis, teknik dan teknis. C. Formula (3): Nomina yang Menyatakan Ilmu Bersufiks -ik dan Adjektiva Bersufiks –is Tidak banyak contoh untuk formula (3) dan formula (3) ini hampir sama dengan formula (2), bedanya adalah hanya nomina yang bersufiks -ik pada formula (2) bermakna umum, sedangkan pada formula (3) bermakna ilmu. Contohnya dapat dilihat pada kalimat-kalimat berikut. 1)
Semantik dan Semantis
Ilmu tentang makna kata dan kalimat disebut semantik. Semantik juga dapat bermakna pengetahuan mengenai seluk-beluk dan pergeseran arti kata; bagian struktur bahasa yang berhubungan dengan makna ungkapan atau struktur makna suatu wicara. Sementara semantis bermakna berhubungan dengan ilmu tentang makna dalam bahasa; menurut atau mengenai semantik; menyangkut makna. Contoh (56) Semantik adalah cabang linguistik yang mempelajari arti/makna yang terkandung pada suatu bahasa, kode atau jenis representasi lain. (57) Penelitian ini berusaha mengabstraksikan peran semantis verba BJ dan kasus-kasus yang diperlukannya dalam membangun sebuah proposisi atau kalimat. 2)
Pragmatik dan Pragmatis
Pragmatik adalah ilmu yang mempelajari penggunaan bahasa dalam kehidupan sehari-hari. Sementara pragmatis adalah adjektiva dengan makna praktis dan berguna bagi umum; bersifat mengutamakan segi kepraktisan dan kegunaan (kemanfaatan); mengenai atau bersangkutan dengan nilai-nilai praktis; mengenai atau bersangkutan dengan pragmatisme. Contoh (58) Meskipun memiliki fokus kajian yang serupa dengan semantik, yaitu makna, seperti akan saya jelaskan kemudian, 254
3.4 Problematika Penggunaan Sufiks –ik dan –is A. Penggunaan Bentuk yang Menunjukkan Pelaku/Orang Pada kenyataan berbahasa sering digunakan bentuk yang menunjukkan orang/pelaku untuk bentuk yang mengacu pada sifat. Contohnya dapat dilihat pada bentuk berikut. 1)
Optimis dan Optimistis
Optimis berarti orang yang selalu berpengharapan (berpandangan) baik dalam menghadapi segala hal, sedangkan kata optimistis berarti bersifat optimis; penuh harapan (tentang sikap). Akhiran –is pada optimistis menunjukkan sifat atau sikap seseorang terhadap sesuatu. Perhatikan contoh berikut. (60) Kami optimis merebut poin tiga. Kata optimis bermakna orang yang selalu berpengharapan (berpandangan) baik dalam menghadapi segala hal. Akan tetapi, pada contoh tersebut optimis digunakan untuk menunjukkan sifat. Seharusnya bentuk optimis disulih dengan optimistis sehingga pembetulan untuk contoh (60) adalah sebagai berikut. (60a) Kami optimistis (dapat) merebut poin tiga. 2)
Pesimis dan Pesimistis
Pesimistis bermakna bersikap atau berpandangan tidak mempunyai harapan baik atau mudah putus harapan; bersikap atau tidak mengandung harapan baik (lawannya optimistis) Contohnya penggunaan kata pesimis yang tidak tepat dapat dilihat pada data berikut. (61) Saya selalu bersikap pesimis untuk mendapat sebuah kejutan.
UMI KULSUM: SUFIKS -IS DAN -IK SERTA PROBLEMATIKANYA...
Pesimis mengandung makna orang yang mempunyi sikap atau yang bersikap atau berpandangan tidak mempunyai harapan baik (khawatir kalah, rugi, celaka, dan sebagainya); orang yang mudah putus (tipis) harapan dan kata tersebut tidak tepat digunakan dalam contoh (61), yang seharusnya digunakan pesimistis sehingga kaimat akan menjadi seperti berikut. (61a) Saya selalu bersikap pesimistis dengan harapan mendapat sebuah kejutan. 3)
Anarkis dan Anarkistis
Anarkis bermakna orang yang mempunyai sifat anarki. Saat ini banyak orang atau media yang tidak tepat dalam penggunaan kata ini. Contohnya dapat dilihat pada data berikut. (62) Meski tak ada aksi anarkis, tak urung unjuk rasa warga tersebut membuat kendaraan-kendaraan yang mengangkut karyawan PT CGI tertahan di daerah Tarogong Kidul. Untuk menyatakan sifat, semestinya digunakan anarkistis dan kalimat (62) akan berbunyi sebagai berikut. (62a) Meski tak ada aksi anarkistis, tak urung unjuk rasa warga tersebut membuat kendaraan-kendaraan yang mengangkut karyawan PT CGI tertahan di daerahTarogong Kidul. B. Penggunaan Bentuk yang Tidak Baku Dalam kenyataan berbahasa sehari-hari kadang-kadang kita kebingungan menentukan antara akademis dan akademik, demokratis dan demokratik, diagnostik dan diagnosis, elektrik dan elektris, elektronik dan elektronis, genetik dan genetis, kinetik dan kinetis, organik dan organis, politis dan politik, pedagogik dan pedagogis, pragmatik dan pragmatis, praktik dan praktis, puitik dan puitis, semantik dan semantis, sistematik dan sistematis. Kebingungan-kebingungan tersebut dapat dijabarkan pada data berikut.
1)
Akademik
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia lema akademik mengacu pada akademis sehingga dapat dinyatakan bahwa akademik merupakan bentuk tidak baku. Contoh penggunaan kata yang tidak baku ini dapat dilihat pada data berikut. (63) Mahasiswa sekarang lebih digembleng dari sisi akademik daripada karakter manusia yang mengasah daya juang, kreativitas, daya kritis, kepekaan kultural, dan solidaritas sosial. Akademik pada contoh tersebut semestinya menggunakan akademis. 2)
Demokratik
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tidak ditemukan kata demokratik, yang ada adalah kata demokrasi untuk nomina dan untuk adjektiva digunakan demokratis. Akan tetapi, dalam kenyataan berbahasa banyak kita temukan bentuk demokratik (mengacu pada nomina), contohnya dapat dilihat berikut. (64) Partai-partai oposisi, seperti Kongres Rakyat yang didirikan para pembangkang ANC dan Aliansi Demokratik diperkirakan juga akan meraih suara. 3)
Estetik
Estetik juga tidak ditemukan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang ada adalah estetis yang berarti indah; mengenai keindahan; tentang apresiasi keindahan (alam, seni, dan sastra). Selain estetis, ditemukan pula bentuk estetika dengan makna ilmu, yaitu cabang filsafat yang menelaah dan membahas seni dan keindahan serta tanggapan manusia terhadapnya. Contoh penggunaan kata estetik dapat dilihat pada data berikut. (65) Saat ini banyak kasus dapat ditangani dengan bahan tambal dengan jenis tambalan yang lebih estetik dan fungsional.
255
Metalingua, Vol. 13 No. 2, Desember 2015:214—260
4)
Realistik
Walaupun kata realistik sering digunakan, jika kita melihat Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata ini tidak kita temukan, yang kita temukan adalah realitas. Realistis berarti bersifat nyata atau bersifat wajar. Contoh penggunaan realistik dapat dilihat pada data berikut. (66) Dia bersikap realistik karena Sriwijaya adalah tim kuat. 5)
Simbolik
Bentuk simbolik tidak ditemukan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang ada hanyalah simbol dan simbolis. Simbol merupakan nomina dan simbolis merupakan adjektiva yang bermakna sebagai lambang; menjadi lambang; mengenai lambang. Contoh penggunaan simbolik dapat dilihat pada data berikut. (67) Bank Jabar Banten menyerahkan hadiah secara simbolik kepada nasabah yang diwakili oleh pemimpin cabang. 6)
Pedagogik
Pedagogik juga tidak ditemukan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang ada hanyalah pedagogi dan pedagosis. Contoh kalimat yang mengandung pedagogik adalah sebagai berikut. (68) Kompetensi pedagogik merupakan kompetensi yang sedang ramai sedang dibicarakan oleh para guru, karena di dalam kompetensi pedagogik terdapat beberapa kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru. 7)
Puitik
Bentuk puitik juga tidak ditemukan dalam KBBI, yang ada hanyalah kata puisi dan puitis. Contoh kata puitik terdapat pada kalimat berikut. (69) Salah satu kecenderungan baru sejak sepuluh tahun terakhir di jagad sastra tanah air adalah prosa yang puitik dan puisi yang naratif. 256
C. Kurangnya Lema Bersufiks –ik atau – is dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Beberapa bentuk yang mengandung sufiks ik dan -is sangat tinggi pemakaiannya dalam bahasa Indonesia. Akan tetapi, kata-kata tersebut belum ada dalam KBBI. Kata-kata tersebut tergolong dalam formula (2), yaitu nomina dibentuk dengan sufiks -ik dan adjektiva dibentuk dengan sufiks -is. tetapi lema-lema tertentu belum terdapat dapal KBBI. Lema-lema tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut. 1)
Hidraulik
Hidraulis merupakan adjektiva yang bermakna mempunyai sifat menggerakkan melalui air atau zat cair; digerakkan oleh tenaga air. Di samping kata hidraulis, ditemukan kata hidrolika yang mengacu pada cabang ilmu teknik yang berkenaan dengan gerakan air, yaitu mengenai penggunaan air untuk menghasilkan tenaga. Dalam kenyataan sehari-hari banyak ditemukan kata hidaulik yang mengacu ke nomina. Contohnya dapat dilihat pada data berikut. (70) Hidraulik (tertulis hidrolik) berfungsi sebagai penerus gaya. Frekwensi kemunculan hidrolik dalam bidang teknis sangat tinggi. 2)
Genetik
Genetik tidak ditemukan dalam Kamus Besar BahasaIndonesia,yangditemukanadalah genetisuntuk adjektiva dengan makna berhubungan dengan awal pertumbuhan dan genetika (nomina) dengan makna cabang biologi yang menerangkan sifat turun-temurun. Penggunaankatagenetiksetakatinisangattinggi.Contoh penggunaan kata ini terdapat dalam data berikut. (71) Genetik adalah gen yang merupakan sepotong DNA yang membawa info suatu sifat dan gen tersebut terdapat di dalam kromosom. 3)
Tropik
Dalam KBBI dinyatakan bahwa tropik mengacu pada tropika yaitu nomina yang
UMI KULSUM: SUFIKS -IS DAN -IK SERTA PROBLEMATIKANYA...
bermakna daerah (darat, laut) yang terletak di antara 23,5R” LU dan 23,5R” LS, beriklim panas-lembap berhujan. Sementara contoh yang lain menyebutkan bahwa sebagian besar sufiks / a/ menunjukkan ilmu, contohnya elektronika, matematika, statistika, dan estetika. Kita mengenal kata tropis dan kata ini (tropis) menunjukkan adjektiva yang bermakna mengenai daerah tropik (sekitar khatulistiwa): beriklim panas. Penggunaan tropik cukup tinggi walaupun kata ini tidak ada dalam KBBI. Contoh penggunaan tropik dapat dilihat pada data berikut. (72) Fitoplankton adalah produsen yang sebagai tropik level pertama dalam rantai makanan..
kinetik dan kinetika. Kinetik adalah adjektiva yang bermakna berhubungan dengan gerak. Padahal, secara umum untuk adjektiva digunakan akhiran -is (kinetis). Ada ketidakkonsistenan dalam hal ini. Sementara untuk nomina yang menyatakan ilmu dikenal kinetika, yaitu cabang pengetahuan dinamika tentang pengaruh suatu gaya pada gerakan benda; ilmu gerak. Kinetis tidak ditemukan dalam KBBI. Contoh penggunaan kata ini dapat dilihat pada data berikut. (74) Energi kinetis atau energi gerak (juga disebut energi kinetik) adalah energi yang dimiliki oleh sebuah benda karena gerakannya.
Contoh lainnya adalah sintetik dan matematik (untuk konsep nomina) walaupun sudah ada sintetis dan matematis (yang menyatakan adjektiva), serta matematika yang mengatakan ilmu. Konsep sintetik dan matematik diperlukan untuk menyatakan benda yang bukan ilmu.
6)
4)
Etnis
Kata etnis tidak ditemukan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang ditemukan hanya kata etnik dengan makna bertalian dengan kelompok sosial dalam sistem sosial atau kebudayaan yang mempunyai arti atau kedudukan tertentu karena keturunan, adat, agama, bahasa, dan sebagainya. Kata ini diperlukan untuk konsep adjektiva yang berhubungan dengan etnik. Contohnya dapat dilihat pada data berikut. (73) Du Qinglin, pejabat Partai Komunis China yang bertanggung jawab soal kelompok religius dan etnis, mengatakan, pemerintah China tidak akan pernah mundur dari klaim kedaulatan penuh atas Tibet. 5)
Kinetis
Hal yang setipe dengan etnis adalah kata kinetis. Kata ini tidak ditemuakan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Yang ada hanyalah kata
Radiologis
Dalam KBBI ditemukan kata radiologi yang bermakna ilmu pengobatan yang menggunakan sinar X atau sinar radioaktif untuk mengetahui penyakit; ilmu tentang radioaktif. Bentuk radiologis diperlukan untuk menunjukkan sifat dari radiologi. Akan tetapi, kata radiologis tidak ditemukan dalam KBBI. Contoh kata radiologis dapat dilihat pada kalimat berikut. (75) Pemeriksaan radiologis pun perlu dilakukan pada kasus tertentu. D. Frasa Atributif Bersufiks -ik 1)
Politik
Pada kalimat berikut politik menempati fungsi kata sifat, yaitu sebagai atribut frasa nomina. (76) Budaya politik merupakan pola perilaku suatu masyarakat dalam kehidupan bernegara, penyelenggaraan administrasi negara, politik pemerintahan, hukum, adat istiadat, dan norma kebiasaan yang dihayati oleh seluruh anggota masyarakat setiap harinya. Untuk kalimat (76), lebih tepat digunakan politis karena menempati fungsi sebagai atribut nomina.
257
Metalingua, Vol. 13 No. 2, Desember 2015:214—260
2)
Sinergi
Sinergis merupakan adjektiva yang berkenaan dengan kata sinergi. Sinergi bermakna kegiatan atau operasi gabungan. Contoh penggunaan kata yang kurang tepat mengenai kata ini dapat dilihat pada data berikut. (77) Berpegang teguh pada hukum yang ada pun cukup sinergi. Kata sinergi dalam contoh (77) semestinya diubah menjadi senergis (adjektiva) karena ada penanda adjektiva cukup sebelum kata ini. 3)
Elektrik
Elektrik bersinonim dengan listrik dan elektik merupakan nomina. Di samping elektrik dikenal pula kata elektris. Kedua data berikut menggunakan elektrik dan elektris (adjektiva yang bermakna berhubungan dengan listrik) dalam bentuk frasa yang sama. (78) Sinyal elektrik adalah besaran elektrik terukur yang berubah dalam waktu dan atau dalam ruang, serta membawa informasi. (79) Pada sistem komunikasi wireless, data akan disimbolkan ke dalam kode tertentu yang berbentuk sinyal elektris, radio, dan sinar. Jika kita konsisten, kita akan memilih elektris untuk frasa sinyal elektis karena sinyal elekris merupakan frasa nomina atributif. 4) Diagnostik Diagnostik adalah nomina yang berarti ilmu untuk menentukan jenis penyakit berdasarkan gejala yang ada. Sementara diagnosis adalah nomina yang bermakna penentuan jenis penyakit dengan cara meneliti (memeriksa) gejalagejalanya. Kedua kata ini sering dipertukarkan dalam pemakaian bahasa Indonesia. Berikut contohnya. (80) Selain itu USG merupakan alat bantu diagnostik, cara kerjanya dengan adalah memancarkan gelombang suara kepada janin. 258
Pada kalimat (80) kata diagnostik berarti alat untuk mendeteksi penyakit. Harusnya kata yang digunakan adalah diagnosis karena dalam KBBI kata diagnostik menunjukkan ilmunya. Pemakaian kata diagnosis yang sesuai dapat dilihat pada data berikut. (81) Diagnosis perlu dilakukan untuk mengetahui penyakitnya. 5)
Organik
Organik adalah adjektiva yang mengandung makna berkaitan dengan zat yang berasal dari makhluk hidup (hewan atau tumbuhan, seperti minyak dan batu bara); berhubungan dengan organisme hidup. Organis adalah adjektiva yang berkenaan dengan organ (alat-alat); dilengkapi dengan organ (alat-alat). Jadi, baik organik maupun organis merupakan adjektiva. Akan tetapi, makna keduanya berbeda. Di bawah ini ada dua contoh penggunaan frasa nomina atributif yang menggunakan organis dan organik. Contoh (82) Pertanian organik adalah sistem budi daya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan kimia sintetis. (82) Bicara keberlanjutan, pertanian organis tidak dapat dipisahkan dengan dimensi ekonomi, selain dimensi lingkungan dan dimensi sosial. Bentuk yang seharusnya dipilih ada pertanian organik karena kata organik (berhubungan dengan organisme hidup) lebih tepat untuk pertanian jika dibandingkan dengan organis (berhubungan dengan organ).
4. Penutup 4.1 Simpulan Berdasarakan data yang dikumpulkan serta paparan sebelumnya dapat dinyatakan hal-hal berikut. 1. Ada enam variasi bentuk dasar yang dilekati oleh sufiks –is dan sufiks –ik, yaitu (1) langsung dibubuhi sufiks –is atau –ik, (2) pengurangan fonem tertentu, (3)
UMI KULSUM: SUFIKS -IS DAN -IK SERTA PROBLEMATIKANYA...
2.
3.
penambahan fonem tertentu, (4) Jika fonem terakhir sebuah bentuk dasar adalah fonem i, fonem i yang muncul hanya satu, (4) jika bentuk yang berasal dari kata yang bersuku akhir –ik, hanya fonem /k/ yang berubah, yaitu menjadi /s/, dan (5) fonem /s/ berubah menjadi /t/. Sufiks –is mempunyai fungsi dan makna yang lebih variatif daripada sufiks –ik. Fungsi sufik –is adalah (1) pembentuk nomina dan (2) pembentuk adjektiva. Sebagai pembentuk nomina, sufiks –is bermakna (a) orang yang mempunyai sifat atau melakukan pekerjaan pada kata dasar (b) ahli, (c) profesi, (d) orang atau penganut paham (berhubungan dengan -isme). Cukup banyak sufiks –is yang menunjukkan sifat atau adjektiva dan dapat dipilah atas makna berikut: (a) mempunyai sifat yang terkandung pada kata dasar, (b) menyatakan sifat pada ilmu. Sementara itu, sufik -ik mempunyai dua fungsi dan dua makna, yaitu (a) membentuk nomina dengan makna ilmu dan aliran dan (b) membentuk adjektiva dengan makna mempunyai atau mengandung sifat yang yang terkandung pada kata dasar. Berdasarkan data yang disesuaikan dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia dapat dinyatakan bahwa ada tiga formula pembentukan kata dengan sufiks -is dan -ik. Formula-formula tersebut adalah formula (1)
4.
nomina tanda sufiks dan adjektiva bersufiks –is; formula (2) nomina bersufiks-ik dan adjektiva bersufiks –is; (3) nomina yang menyatakan ilmu bersufiks -ik dan yang menyatakan adjektiva bersufiks –is. Cukup banyak masalah atau problematika mengenai kata yang bersufiks -is dan –ik. Problematika tersebut dapat dikelompokkan atas (1) penggunaan bentuk yang menunjukkan pelaku/orang, (2) penggunaan bentuk yang tidak baku, (3) kurangnya lema bersufiks –ik atau -is dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dan (4) masalah pada frasa atributif bersufiks –ik.
4.2 Saran Bentukan dengan sufiks -ik dan –is yang terus berkembang pemakaiannya di masyarakat, khusususnya media massa, terkesan “suka-suka”. Oleh karena itu, hal tersebut perlu diperhatikan dan ditertibkan, terutama mengenai bentukan yang tidak konsisten dan problematika yang lainnya yang perlu dicarikan solusinya, termasuk lema dan maknanya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Selain itu, perlu upaya sosialisasi dan penyebaran informasi mengenai hal tersebut, khususnya untuk media massa sebagai “penyebar kosakata” yang peranannya sangat signifikan dalam perkembangan bahasa Indonesia.
Daftar Pustaka Alwi, Hasan et al. 2003. Tata Bahasa Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta. Chaer, Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta: Rineka Cipta. Djajasudarma, T. Fatimah. 1993. Metode Linguistik: Ancangan Metode Penelitian dan Kajian. Bandung: Eresco. Kridalaksana, Harimurti. 1996. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Edisi Kedua. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama. Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia. 2000. Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Jakarta: Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional. Putrayasa, Ida Bagus. 2010. Kajian Morfologi (Bentuk Derivasional dan Infleksional). Bandung: Refika Aditama. 259
Metalingua, Vol. 13 No. 2, Desember 2015:214—260
Ramlan. 1987. Morfologi: Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: CV Karyono. Ruskhan, Abdul Gaffar. 2007. Kompas Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Grasindo. Sasangka, Sry Satriya Wisnu. 2013. Gapura Bahasa Indonesia. Yogyakarta: ElmateraPublishing. Soedjito dan Djoko Saryono. 2014. Morfologi Bahasa Indonesia. Malang: Aditya Media Publishing. Sugono, Dendy (Penyuting). 2007. Pengindonesiaan Kata dan Ungkapan Asing. Jakarta: Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional. Sugono, Dendy dkk. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Edisi IV. Jakarta: Gramedia.
260