BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penelitian Sebagai lembaga keuangan yang memegang peranan penting dalam
mendukung perekonomian di Indonesia, bank merupakan salah satu lembaga yang menjadi fondasi dalam menopang perekonomian di Indonesia dan memiliki peranan penting di dalam kegiatan perekonomian yang berhubungan dengan penyimpanan dan pengelolaan dana masyarakat. Menurut Zarkasyi ( 2008:111) menyatakan bahwa banyaknya ketentuan yang mengatur sektor perbankan dalam rangka melindungi kepentingan masyarakat, termasuk ketentuan yang mengatur kewajiban untuk memenuhi modal minimum sesuai dengan kondisi masingmasing bank, menjadikan sektor perbankan sebagai sektor yang “highly regulated”. Atas dasar tersebut suatu bank harus mampu memperlihatkan suatu kinerja yang baik dan maksimal dimata masyarakat, hal tersebut bertujuan untuk memberikan kepercayaan masyarakat terhadap bank.
Grafik 1.1 Pertumbuhan Jumlah Perusahaan Perbankan Periode 2010-2014
Sub Sektor Bank 45 40
Jumlah Bank
35
Pertumbuhan Jumlah Bank
30 25
Linear (Pertumbuhan Jumlah Bank)
20 15 10 5 0 2010
2011
2012
2013
2014
1
Dilihat dari grafik 1.1 dapat diketahui bahwa jumlah bank yang terdaftar di BEI periode 2010-2014 mengalami kenaikan setiap tahunnya., pada tahun 2010 bank terdaftar di BEI berjumlah 29 bank, tahun 2011 bank terdaftar di BEI terdapat 31 bank, tahun 2012 terdapat 32 bank, tahun 2013 terdapat 36 bank dan tahun 2014 terdapat 40 bank yang terdaftar di BEI. Oleh karena itu dapat disimpulkan bisnis perusahaan perbankan terus tumbuh dengan setiap tahunnya mengalami peningkatan jumlah bank yang terdaftar di BEI. Salah satu tujuan pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan pemilik perusahaan atau pemegang saham. Pemilik menginginkan untuk memaksimalkan laba perusahaan agar kesejahteraannya semakin tinggi tetapi dalam prosesnya laba suatu perusahaan tidak akan selalu meningkat malah bisa menurun. Oleh karena itu diperlukan analisis untuk menilai kinerja suatu perusahaan agar dapat mengetahui dan menilai kinerja perusahaan, salah satunya dengan melihat laporan keuangan. Laporan keuangan yang dapat kita lihat hanya pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Melalui laporan keuangan dapat mengetahui perusahaan yang memiliki nilai tambah dan dapat meningkatkan nilai perusahaan. Investor biasanya mengacu pada laporan keuangan perusahaan. Pada laporan keuangan dapat terlihat bagaimana kinerja keuangan yang baik dapat mencerminkan harga saham yang baik. Harga saham akan naik jika semakin banyak investor yang membeli saham perusahaan begitu pula sebaliknya.
2
Grafik 1.2 Pergerakan Harga Saham Sub Sektor Bank Periode 2010-2014
Sub Sektor Bank 2500 2000 1500 Harga Saham 1000
Linear (Harga Saham)
500 0 2010
2011
2012
2013
2014
Sumber : Indonesia Capital Market Direcotry (data diolah)
Secara umum jika dilihat dari grafik diatas dapat terlihat harga saham sub sektor bank mengalami fluktuasi pada setiap tahunnya, namun garis trend menurun menunjukan bahwa hal ini berbanding terbalik dengan pertumbuhan jumlah bank yang terdaftar di BEI periode 2010-2014 yang setiap tahunnya mengalami peningkatan. Oleh karena itu jika dilihat dari grafik 1.2 banyak bank yang harga sahamnya stagnant bahkan cenderung turun. Hal ini tidak lepas dari kondisi eksternal perusahaan, dimana selama tahun 2011 sampai 2014 terjadi krisis global di kawasan Eropa dan melemahnya perekonomian Amerika Serikat, yang akhirnya berdampak pada perekonomian di Indonesia khususnya sub sektor bank, selain itu faktor internal perusahaan seperti corporate governance masih menjadi isu utama yang berdampak pada penilaian investor terhadap perusahaan (www.infobanknews.com). Apabila kita melihat grafik harga saham di atas perusahaan perbankan harus mampu menjaga kinerja perusahaannya dan pada perusahaan yang mengalami penurunan, kinerja perusahaan harus terus didorong agar dapat berkembang. Harga saham terbentuk dipasar modal dan ditentukkan oleh beberapa faktor seperti laba per lembar saham atau earning per share, rasio laba terhadap 3
harga per lembar saham atau price earning ratio, tingkat bunga bebas resiko yang diukur dari tingkat bunga deposito pemerintah dan tingkat kepastian operasi perusahaan (Sartono, 2008). Harga saham perusahaan mencerminkan nilai perusahaan, sehingga perusahaan harus menjaga harga sahamnya agar tetap stabil bahkan meningkat. Untuk itu perusahaan perlu mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi harga saham. Dalam perkembangan pemikiran di bidang manajemen terciptalah beberapa metode atau pendekatan yang dapat membantu mengarahkan, mengendalikan, dan mengukur kinerja perusahaan salah satunya menggunakan Good Corporate Governance (GCG) dan Economic Value Added (EVA). Dibandingkan dengan rasio keuangan dalam mengukur kinerja perusahaan, GCG dan EVA tidak hanya menggunakan nilai buku dalam mengukur kinerja perusahaan tetapi juga menggunakan nilai pasar seperti EPS maupun kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial. Sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia No. 8/14/PBI/2006 tentang pelaksanaan Good Corporate Governance bagi bank bahwa semua bank harus menerapkan Good Corporate Governance dengan senantiasa berlandaskan pada lima prinsip dasar yaitu transparansi, akuntabilitas, tanggung jawab, independensi, dan kewajaran. Good Corporate Governance pada dasarnya merupakan suatu sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan agar tercapai keseimbangan antara kekuatan dan kewenangan perusahaan (www.ojk.go.id). Kajian
yang
dilakukan
oleh
Asian
Development
Bank
(ADB)
menunjukkan beberapa faktor yang memberi kontribusi pada krisis di Indonesia. Pertama, konsentrasi kepemilikan perusahaan yang tinggi; kedua, tidak efektifnya fungsi pengawasan dewan komisaris; ketiga, inefisiensi dan rendahnya transparansi mengenai prosedur pengendalian merger dan akuisis perusahaan; keempat, terlalu tingginya ketergantungan pada pendanaan eksternal; kelima, tidak memadainya pengawasan oleh para kreditor. Tantangan terkini yang dihadapi masih belum dipahaminya secara luas prinsip-prinsip dan praktek good corporate governance oleh komunitas bisnis dan publik pada umumnya (Daniri, 2007).
4
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Institute of Corporate Directorship (IICD) praktik bisnis kalangan perbankan Indonesia jauh lebih baik dibandingkan sebelum krisis 1997 karena regulasi dan pengawasannya semakin baik, penerapan GCG oleh bank BUMN juga di nilai lebih baik di banding bank swasta, dapat di lihat dari maraknya kasus pada perbankan swasta yang terjadi mulai dari BCA mengenai permohonan keberatan pajak dan yang masih hangat dalam ingatan yaitu kasus Century, tentunya kasus-kasus tersebut sudah melanggar asas-asas transparansi, akuntabilitas, pertanggungjawaban dan keadilan (SWA:27:2014). Menurut hasil penelitian IICD skor peringkat Corporate Governance Indonesia di Asia Tenggara lebih baik dari Vietnam tetapi masih tertinggal dari Thailand, Singapura, dan Malaysia. Hal ini tentu tidak menguntungkan bagi Indonesia, karena buruknya Corporate Governance mengancam kelangsungan investasi yang akan masuk ke Indonesia. Padahal investasi asing itu sangat dibutuhkan oleh Indonesia untuk meningkatkan kondisi ekonominya. Pengaruh dari konflik keagenan menyebabkan turunnya nilai perusahaan sehingga diperlukan suatu mekanisme pengendalian yang dapat menyelaraskan perbedaan kepentingan anatara kepentingan kedua belah pihak, yaitu dengan mekanisme Good Corporate Governance. Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan untuk memproksikan mekanisme Good Corporate Governance adalah melalui proporsi kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial. Dalam mekanisme GCG kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional memiliki peranan penting didalam kepercayaan investor pada suatu perusahaan, dengan adanya kepemilikan manajerial perusahaan menunjukan bahwa manajemen perusahaan memiliki porsi kepemilikan saham yang bisa mendorong pihak manajemen untuk bertindak demi keuntungan perusahaaan dalam hal ini adalah pemegang saham, karena manajemen akan berusaha semaksimal mungkin melakukan
tindakan-tindakan
yang
dapat
memaksimalkan
kemakmuran
pemegang saham yang tidak lain adalah dirinya sendiri. Selain itu dengan kepemilikan institusional dapat menjamin bahwa kepemilikan oleh institusi bersifat berkelanjutan, aktivitas monitoring institusi mampu menurunkan biaya
5
keagenan, dan meningkatkan nilai perusahaan. Oleh karena itu diharapkan mekanisme GCG ini memiliki pengaruh yang positif terhadap kinerja saham perusahaan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Laba ekonomis (economic income) merupakan sumber penciptaan nilai (value creation) di perusahaan dan bahwa tingkat pengembalian (rate of return / cost of capital) di tentukan berdasarkan tingkat resiko yang diasumsikan oleh investor. Sayangnya Miller dan Modigliani tidak memberikan teknik untuk mengukur laba ekonomis dalam suatu perusahaan. Menurut Steward & Company, earnings dan earnings per share adalah pengukuran yang keliru untuk kinerja perusahaan. Pengukuran kinerja yang terbaik adalah Economic Value Added. Metode EVA didasarkan pada gagasan laba ekonomis yang menyatakan bahwa kekayaan hanya diciptakan ketika sebuah perusahaan mampu menutup biaya operasi dan biaya modal. Pendekatan EVA pertama kali dicetuskan pada tahun 1993 oleh G Bennet Steward dan Joel M Stren, analisis keuangan dari lembaga konsultan manajemen AS, Stren Steward Management Service, EVA berpijak dari konsep biaya modal, yaitu resiko yang dihadapi perusahaan dalam melakukan investasi. Makin tinggi resiko investasi makin tinggi tingkat pengembalian yang bisa diperoleh. Banyak literatur dan penelitian menyebutkan bahwa semakin banyak perusahaan-perusahaan besar menggunakan ukuran kinerja EVA sebagai prinsip analisis ukuran dalam kebijakan perusahaan mereka. EVA dianggap sebagai satu ukuran sederhana yang memberikan gambaran yang sebenarnya
dari
penciptaaan
kekayaan
pemilik
saham
(Trully
dalam
Panggabean, 2007). Seorang manajer perusahaan harus mengevaluasi kinerja perusahaan pada interval waktu tertentu, misalkan satu tahun oleh karena itu EVA dapat di gunakan karena EVA merupakan suatu sistem manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomis suatu perusahaan (Keown & Martin, 2010). Prinsip EVA memberikan sistem pengukuran yang baik dalam menilai kinerja dan prestasi keuangan manajemen perusahaan karena EVA berhubungan langsung dengan nilai pasar suatu perusahaan. EVA merupakan tujuan perusahaan untuk meningkatkan nilai atau value added dari modal yang telah ditanamkan pemegang
6
saham dalam operasi perusahaan. Oleh karenanya EVA merupakan selisih laba operasi setelah pajak (Net Operating Profit After Tax atau NOPAT) dengan biaya modal (Cost of Capital). Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “PENGARUH MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN ECONOMIC VALUE ADDED TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2010-2014.”
1.2
Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat disimpulkan rumusan
masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana perkembangan kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, economic value added dan harga saham. 2. Bagaimana pengaruh kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan economic value added terhadap harga saham secara simultan dan parsial?
1.3
Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian ini untuk mengumpulkan data dan informasi
mengenai pengaruh good corporate governance dan economic value added terhadap harga saham yang nantinya akan penulis gunakan sebagai bahan penyusunan skripsi yang merupakan prasyarat dalam menempuh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Bisnis dan Manajemen Universitas Widyatama. Sedangkan tujuan penelitian ini yaitu: 1. Mengetahui perkembangan kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, economic value added dan harga saham. 2. Mengetahui pengaruh kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan economic value added terhadap harga saham secara simultan dan parsial.
7
1.4
Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan antara lain sebagai
berikut: 1. Bagi Investor Penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu pertimbangan pengambilan keputusan investasi pada perusahaan yang berkaitan dengan penerapan yang baik pada
mekanisme good corporate governance dan
economic value added.
2. Bagi Penulis Penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan wawasan mengenai pentingnya penerapan mekanisme good corporate governance dan economic value added yang baik sehingga dapat menjadi dasar bagi pengetahuan dalam dunia kerja.
3.
Bagi Peneliti Lain Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian mengenai penerapan mekanisme good corporate governance serta economic value added pada suatu perusahaan.
1.5
Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian in adalah metode deskriptif dan
metode verifikatif, yang memiliki tujuan untuk mengetahui pengaruh mekanisme GCG dan EVA terhadap harga saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Menurut Sugiyono (2008): “Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel maupun lebih tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan antara satu variabel dengan variabel lain”.
8
Menurut Hasan (2009): “Metode verifikatif yaitu menguji kebenaran sesuatu (pengetahuan) dalam bidang yang telah ada dan digunakan untuk menguji hipotesis yang menggunakan perhitungan statistik”.
1.6
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan melalui situs Bursa Efek Indonesia, Pojok Bursa
Universitas Widyatama, Indonesia Capital Market Directory, dan jurnal peneliti lain. Penelitian ini dilakukan dari bulan Januari 2015 sampai dengan selesai.
9