Aplikasi Isorop don Radiasi, 1996
STUDI SIFAT KOMPATIBILITAS DARAH DAN SIFAT KIMIA PEMBALUT LUKA HIDROGEL POLl VINIL PIROLIDON (PVP) Darmawan Darwis, Rahayu Chosdu, dan Nazly Hilmy Pusat Aplikasi Isotop daD Radiasi, BATAN
ABSTRAK STUDI SIFAT KOMPATIBILITAS DARAH DAN SIFAT KIMIA PEMBALUT LUKA HIDROGEL POLl VINIL PIROLIDON (pVP). Telah dilakukan pengujian terhadap sifat kompatibilitas terhadap darah daD sifat kimia seperti pH, permeabilitas terhadap CO2, daD absorpsi serta pelepasan obat dari hidrogel PVP steril yang dibuat dengan teknik radiasi sinar gamma. Hidrogel PVP dibuat dengan melarutkan serbuk PVP daD Agar dalam air dengan bantuan pemanasan dalam otoklav dan dicampur dengan PEG serta diiradiasi dengan sinar gamma dengan dosis 25 kGy. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa baik terhadap golongan darah A. B maupun 0, hidrogel PVP tidak menyebabkan hemolisis, serta tidak menghambat waktu pembekuan darah (hemostatik). Hidrogel juga mempunyai sifat dapat ditembus oleh CO2, mempunyai pH 6,0, dan dapat digunakan untuk pelepasan obat seperti tetrasiklin HCI daD hidrokortison asetat. Dari hasil yang diperoleh memperlihatkan bahwa hidrogel rnempunyai sifat kompatibel terhadap darah dan mempunyai pH yang sesuai dengan pH keseimbangan kulit normal.
ABSTRACT BLOOD COMPATIBILITY
AND CHEMICAL CHARACTERISTICS
STUDY OF STERILED POLY VI-
NYL PHYROLIDON (pVP) HYDROGEL DRESSING. Study of blood compatibility and chemical characteristics such as pH, cabon dioxide, permeability, absorption, and drugs release characteristics of PVP hydrogel steriled by gamma irradiation have been carried out. The hydrogel was prepared by dissolving of PVP and Agar powders in bidistilled water using an autoclave, and then mixed with PEG and irradiated using gamma ray from a 6OCOsource with a dose of25 kGy. The result shows that PVP hydrogel does not cause either hemolysis nor prolong the clothing time (hemostatic) of blood of group A. B, or 0. The hydrogel has a pH 5.8 and it can be penetrated by carbon dioxide gas. It can also be used as a carrier for release of drugs such as tetracycline HCI and hydrocortison acetate. From this experimental results indicated that hydrogel was compatible to the blood and the pH was relevant to the pH balance of normal skin.
PENDAHULUAN
Sejak ditemukannya polimer hidrofilik (hidrogel) polihidroksietilmetakrilat (pHEMA) oleh WICHTERLE and LIM pada awal tahun 60-an, penelitian dan pengembangan hidrogel terutama untuk digunakan dalam bidang kedokteran dan farmasi berkembang dengan sangat pesat (1). Tujuan utama pengembangan hidrogel sebagai bahan biomaterial adalah untuk perbaikan kesehatan manusia melalui penggunaan biomaterial tersebut sebagai komponen alat kedokteran (2). Alat-alat kedokteran haruslah efektif dan aman dalam pemakaian klinisnya. Pembalut 100 merupakan salah satu alat kedokteran yang digunakan sebagai penutup 100 dengan tujuan melindungi luka dari kontarninasi mikroba, mencegah dehidrasi yang berlebihan, dan membantu mempercepat proses penyembuhan luka. Suatu pembalut 100 yang ideal harus memenuhi beberapa persyaratan antara lain dapat mengabsorpsi cairan tubuh, melekat dengan baik pada luka, barier terhadap rnikroba, tidak bersifat toksik, kompatibel terhadap darah, mudah dalam pemakaian dan penggantian pembalut, tidak bersifat toksik, permeabel terhadap udara, dan lain sebagainya (3).
Sifat kompatibilitas terhadap darah dari pembalot luka dimaksudkan agar tidak terjadi penguraian terhadap sel-sel darah merah (hemolisis) serta bersifat tidak menghambat proses pembekoan darah normal (hemostatik) (2). Di samping itu, pembalut 100 hams mempunyai pH yang berada dalam daerah pH keseimbangan kolit mormal (pH balance). Pada penelitian terdahulu telah dilakukan pembuatan pembalut 100 hidrogel poli vinil pirolidon (pVP) secara radiasi serta telah dilakukan pengamatan terhadap sifat uji rnikrobiologi, mekanik, toksisitas, serta sifat fisika kirnia lainnya (4-7). Penelitian ini dimaksudkan untuk mengamati apakah pembalut luka hidrogel PVP bersifat kompatibel terhadap darah serta mengamati sifat-sifat lainya seperti pH, penetrasi udara (CO2), dan pelepasan obat terkendali (slow release) dari membran hidrogel PVP.
BAHAN DAN METODE Baban. Bahan kirnia yang digunakan adalah polivinil pirolidon (PVP) K 90, agar teknis No.3, polietilen
117
AplikasiIsotopdanRadiasi,1996
glikol (pEG) 300, tetrasiklin HCI, hidrokortison asetat, etaool, kalsium hidroksida, darah manusia golongan A, B, dan 0, asarn sitrat, natrium kIorida, dan akuabides. Pembuatan Hidrogel PVP. Pembuatao hidrogel PVP dilakukan sesuai dengan earn yang dilakukan pada percobaan terdahulu (4-7), yakni serouk PVP dan agar dilarutkan dalan akuabides dengan bantuan pemanasan dalam otoklav, laIDditambahkan PEG, dan dicampur hingga homogen. Larutan tersebut lain dituang ke dalam cetakan plastik dan dibiarkan pada suhu kamar selama 24 jam, laIDdiiradiasi dengan sinar gamma dengan dosis 25 kGy dan laju dosis 7 kGy/jam. Setelah iradiasi dilakukan pengamatao terhadap derajat keasarnan (PH), permeabilitas CO2, pengamatao terhadap kompatibilitas darah dan pelepasan obat dari membran hidrogel. Pengujian Derajat Keasaman (PH). Pengujian pH dilakukan terhadap larutao ekstrak hidrogel dan permukaan membran hidrogel. Pengukuran pH pada larutao ekstrak dilakukan dengan terlebih dahulu membuat larutao ekstrak dengan earn sebagai berikut (8). Hidrogel dipotong-potong dengan ukuran 1,5 em2 daD ditimbang sebanyak 20 gram , dimasukkan ke dalam crIeDmeyer bertutup dan ditambahkan akuabides sebanyak 100 mi. Campuran diekstraksi pada suhu 37°C selama 72 jam. Setelah ekstraksi, tarutao disaring clan dicukupkan kekurangan volumenya dengan menambahkan akuabides hingga 100 mi. Sebagian larutao diambil dan diukur dengan menggunakan pH meter Marubishi. Sebagian tarutao yang lain ditambah NaCI padat hingga menjadi larutan isotonis (0,9%) untuk digunakan pada pengujian hemolisis. Pengukuran pH pada permukaan membran hidrogel dilakukan menggunakan alat Skin pH Meter tipe 900 PC (KOIN-WEST, Germany). terlebih dahulu pH meter distandardisir dengan larutao dapar pH 7 dan 4, kemudian elektrodanya ditempelkan pada permukaan membran hidrogel dan nilai pH dapat dibaca pada layar monitor. Pengamatan Sifat Kompatibilitas. Sifat kompatibilitas membran hidrogel PVP dengan darah diamati berdasarkan uji hemolisis dan hemostatik. Untuk uji hemoIsis terlebih dahulu dibuat suspensi eritrosist 10% dengan eara sebagai berikut: Terhadap masing-masing darah manusia (golongan A, B. clan 0) sebanyak 9 mI, ditambahkan 1 mI larutao natriun sitrat 3,8%, laID eampuran disentrifuse (dipusing) pada kecepatao 320 g selama 10 menit. Endapan eritrosit yang terbentuk dipisahkan dari serum laIDendapan dieuci dengan larutao NaCI 0,9% dan dilakukan sentrifuse seperti eara di atas. UIangi peneucian hingga tiga kali. Dari endapan eritrosit yang diperoleh, diambil 1 mI dan ditambahkan 9 ml larutao NaCI 0,9%. Larutao akua pro injeksi dibuat sesuai dengan cara pembuatao pada Farmakope Indonesia Edisi III (9). Penentuan Persen Hemolisis. Ke dalam 3 tabung reaksi, masukkan larutao ekstrak isotonis masing-masing sebanyak 5 mi. - Ke dalam 3 tabung lainya, masukkan larutao NaCI isotonis masing-masing sebanyak 5 mI (sebagai kontrol). - Ke dalam 3 tabung berikutnya. masukkan larutao akua pro injeksi masing-masing sebanyak 5 ml (100% hemolisis).
118
Kepada 9 tabung tersebut, ditambahkan masingmasing sebanyak 0,25 mI suspensi eritrosit 10%dan diaduk secara perlahan, laID diinkubasikan selama 24 jam pada suhu 37°C. Tabung didinginkan hingga suhu kamar, laID disentrifuse dengan kecepatan 240 g selama 10 menit. Pisahkan bagian larutao yang bening (supernatao) dan ukur absorpsinya dengan menggunkan spektrofotometer UV-Vas pada panjang gelombang 540 om. Gunakan larutao NaCI 0,9% sebagai blanko. Persen hemolisis dihitung dengan rumus berikut: %-H di mana: ES EK
= {(ES -EK)/E1O0} X
=
100
Absorpsi supernatao dari ekstrak.
= Absorpsi tarutao NaCI isotonis (sebagai kontrol). E100 = Absorpsitarutao akua pro injeksi (100% hemolisis).
Pengukuran Daya Hemostatik(10). Metode yang digunakan adaIah metode LEE and WIllTE. Sebanyak 2 ml darah manusia diambil dati pembuluh darah vena menggunakan syringe plastik. Pada saat darah masuk ke dalam syringe, hidupkan stop watch. Ke dalam 2 buah tabung reaksi yang berisi hidrogel (ukuran 1 em x 1 em) dan telah dikondisiskan pada sOOu37°C masukkan segera darah masing-masing sebanyak 1 mI, tutup segera permukaan tabung dengan kapas steril dan taruh dalam penangas air pada suhu 37°C. Setelah 3 menit, tabung pertama diambil, miringkan seeara perlahan hingga membentuk sudut 450. Amati apakah darah sudah membeku. Jika darah belum membeku, kembalikan tabung ke dalam penangas air dan amati kembali setelah 30 detik berikutnya. Setelah tabung pertama membeku, amati segera tabung kedua dengan cara yang sama. Darah pada tabung kedua biasanya segera membeku setelah darah pada tabung pertama membeku. Catat waktu yang diperlukan. Waktu pembekuan dinyatakan dalam menit, pembulatan dilakukan pada setengah menit terdekat. Pengukuran Permeabilitas (Daya Tembus) CO2 (11). Cawan dengan diameter 6 em dan pada bagian atasnya berlubang dengan diameter 3 em dihilangkan udaranya dengan menambahkan gas N2, lain dimasukkan larutao jenuh Ba(0H)2 dan segera ditutup menggunakan hidrogel dengan diameter 4 em. Pada bagian tepi hidrogel dilapisi dengan malam. Kemudian cawan tersebut dimasukkan ke dalam eksikator yang telah diisi dengan gas CO2, serta eksikator sp.geraditutup. Biarkan sampel selama interval waktu tertentu' Cawan dikeluarkan dari eksikator dan digoyang-goyang secara perlahan, SaTinglarutao Ba(0H)2 dan timbang endapan yang terbentuk. UIangi pereobaan untuk interval waktu yang lainnya. Daya Absorpsi Hidrogel PVP terbadap Lamtan Obat. Hidrogel dengan ukuran 1,5 em x 1,5 em dikeringkan pada suhu kamar selama 24 jam laIDdilanjutkan pada suhu 60°C dalam oven vakum hingga berat konstan, (Wk). Lalu bidrogel kering direndam dalam larutao tetrasiklin HCI 0,5% daiam air dan larutao hidrokortison asetat 0,125% dalam etaool dengan interval wak-
Aplikasi fs%p
tu tertentu, kemudian ditimbang (Wt). ulangi perendaman hingga 24 jam. Kinetika absorpsi dihitung dengan rumus: Absorpsi
= (Wt
- Wk)/Wk
Uji Pelepasan Obat dari Membran Hidrogel PVP. Hidrogel dikeringkan pada temperatur kamar selama 24 jam, lalu dilanjutkan dengan pengeringan dalam oven vakum pada subu 60°C hingga berat konstan, lalu ditimbang (Wk). Hidrogel direndam dalam larutao tetrasiklin HCI 0,5% dalam air atau dalam larutao hidrokortison asetat 0,125% selarna 24 jam, lalu ditimbang (Ws). Sebagian hidrogel dilakukan pengujian pelepasan obat menggunakan alat dissolution tester dengan menggunakan media tarutao natrium klorida 0.9% pada suhu 37°C. Sebagian lainnya dikeringkan pada subu kamar selarna 24 jam kemudian dilanjutkan dengan subu 45°C dalam oven vakum hingga berat konstan. JumlOOtetrasiklin HCI yang terlepas diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 380 om. Sedangkan hidrokortison asetat, setelOOdi pelepasan dalam larutao NaCI, maka hidrogel direndam kembali dalam etaool selama 7 hari. JumlOOhidrokortison sisa yang ada dalam etanol diukur menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 241,4 om. HASH.. DAN PEMBAHASAN Pengujian Derajat Keasaman (PH). Penentuan pH daTi suatu bahan biomaterial yang akan digunakan berkontak dengan kulit atau diimplantasikan pada tubuh sangat membantu untuk mengetahui pengaruhnya terhadap keseimbangan asam-basa dari jaringan sekitamya. Pada pembalut luka hidrogel ini pengukuran pH dilakukan terhadap tarutao ekstrak maupun permuakaan membran hidrogel. Pengukuran pH tarutao ekstrak dimaksudkan untuk mengetahui lebih jaub terhadap kemungkinan adanya bagian hidrogel yang terlepas yang memungkinkan terganggunya keseimbangan asam-basa kulit (pH balance). Tabel 1 memperlihatkan nilai pH larutao ekstrak maupun pH permukaan membran hidrogel. Baik tarutao ekstrak maupun permukaan membran hidrogel mempunyai pH sedikit asam, yaitu 5,8 daD 6,0. Kulit manusia normal mempunyai pH keseimbangan (pH balanee) antara 4,2 sampai 6 (12). Kulit manusia dilindungi oleh mantel asam yang berfungsi sebagai pelindung dari adanya invasi mikroorganisme. Adanya suatu penyakit dapat merusak keasaman kulit, sehingga nilai keasaman berubah menjadi basa (pH > 7). Di samping itu, bahan yang bersifat basa dapat merubOOkeasaman kulit manusia menjadi basa. Dalam keadaan basa, kulit manusia mudOOterserang mikroorgamisme. Dari Tabel I terlihat bOOwahidrogel PVP mempunyai pH yang berada dalam range pH normal kulit sehingga dapat menjaga keseimbangan pH kulit. Kompatibilitas terhadap Darah. Luka pada kulit sering menimbulkan teIjadinya perdarOOanterutama hila terputusnya pembulub darOOvena yang dapat menimbulkan bahaya yang fatal terhadap penderita. Sifat kompatibilitaas terhadap darah, yaitu hemolisis (terurainya set
don Radiasi. J 996
darah merah clan menjadi bebasnya hemoglobin) clan hemostatik (sifat menghentikan perdarOOan)yang ditunjukkan oleh waktu pembekuan darah (13), merupakan persyaratao penting yang hams dipenuhi oleh suatu pembalut luka. Tabel 2 memperlihatkan pengaruh hidrogel terhadap persen hemolisis dan waktu pembekuan damh dari berbagai golongan darOO.Terlihat bOOwabaik darah dari golongan A, B, maupun o menunjukkan persen hemolisis berturut-turut 0,03; 0,05; dan 0,02%. Suatu bahan dikatakan mempunyai daya hemolisis hila persen hemolisis IOOih berat dari I (satu) persen (8). Dari basil yang diperoleh terlihat bOOwahidrogel PVP mempunyai persen hemolisis yang sangat kecil (0,02-0,06%) sehingga tidak menyOOabkan teIjadinya hemolisis. Untuk melihat adanya pengaruh hidrogel terhadap waktu pembekuan darah (hemostatik) maka dibandingkan waktu pembekuan darOOgolongan A, B, dan o sebagai kontrol dengan darah tersebut yang diberi sampel hidrogel. Terlihat bOOwawaktu pembekuan darah daTi golongan A, B, clan o (kontrol) masing-masing adalah 7, 6, dan 5 menit Menurut literatur (10) waktu pembekuan darah normal adalah antara 5-12 menit. Dari darOOyang diperiksa memenuhi persyaratao waktu pembekuan darah normal. Waktu pembekuan darOOgolongan A, B, dan o yang telOOditambahkan hidrogel adalOOsarna dengan waktu pembekuan darah kontrol, yaitu masing-masing adalOO7, 6, dan 5 menit. Dari basil yang diperoleh menunjukkan bahwa hidrogel PVP tidak menghambat waktu pembekuan darOO. Daya Penetrasi Gas. Suatu pembalut luka hams bersifat permeable (dapat ditembus) oleh gas-gas seperti karbon dioksida (CO2) clan oksigen (°2)' Adanya gas-gas tersebut akan mempengaruhi aktivitas humoral dan eelutar sehingga akan mempercepat proses epitelisasi clan akhimya mempercepat proses penyembuhan (14). Pada penelitian ini, pengujian daya tembus gas dilakukan terhadap gas COr Adanya penetrasi CO2terhadap membran hidrogel ditunjukkan oleh terbentuknya endapan BaCO) sebagai akibat daTi reaksi antara: Ba(0H)2 + CO2 -> BaCO). Pada Tabel 3 terlihat bOOwadengan bertambOOnya waktu, maka jumlah endapan BaCO) yang dihasilkan semakain bertambOObanyak. Hal ini membuktikan bOOwa hidrogel dapat ditembus oleh gas COr Sifat Pelepasan Obat Terkendali dari Membran Hidrogel. Di samping sifat-sifat yang telOOdisebutkan di atas, maka pembalut luka juga harus mempunyai sifat sebagai barier terhadap mikroba sehingga dapat mencegah masuknya mikroba dari luar. Sifat barier dapat dicapai baik melalui sifat dari hidrogel tersebut maupun dengan menambahkan obat antimikroba topikal. Oleh karena itu, suatu pembalut luka harus dirancang sehingga dapat dimuati oleh obat antimikroba maupun bOOanlainnya seperti growth factor, fibroblast factor daft lain sebagainya dan dapat mengontrol pelepasan bahan-bahan tersebut ketempat luka (15). Gambar I memperlihatkan kinetika absorpsi hidrogel terhadap larutao 0,5% tetrasiktin HCI dalam air dan larutao 0,125% hidrokortison asetat dalam etanol. Dengan bertambahnya waktu, maka jumlah tetrasiklin HCI maupun hidrokortison asetat yang terabsorpsi semakin bertambah. Daya absorpsi hidrogel terhadap larutan tetrasiklin HCI daft hidrokortison asetat bertambah 110
Aplikan Isotop dan Radiasi, 1996
dengan cepat hingga waktu perendaman 8 jam, lain dengan bertambahnya waktu, jumlah larutan tetrasiklin dan hidrokortison yang terabsorpsi bertambah dengan perlaban hingga akhimya konstan. Absorpsi terhadap larutan tetrasiklin lOOihbesar daripada larutan hidrokortison asetat. Hal ini disebabkan karena hidrogel bersifat hidrofilik. Kinetika pelepasan tetrasiklin HCI dan hidrokortison asetat dapat ditunjukkan oleh Gambar 2 dan 3. Kecepatan pelepasan tetrasiklin HCI (kadar air 90%) dan hidrokortison asetat (kadar alkohol) 80% lebih besar daripada yang berkadar air dan alkohol 0%. Tetrasiklin HCl dengan kadar air 90% sudah terlepas seluruhnya dalam Waktu sekitar 10 jam sedangkan tetrasiklin HCl dengan kadar air 0% hingga waktu perendaman 24 jam terlepas sebanyak 90%. Hidrokortison asetat hingga waktu 24 jam terlepas sebanyak 20 dan 2,5% untuk kadar air masing-masing 80 daD 0%. Hidrokortison asetat tidak larut dalam air sehingga pelepasannya sangat lambat. KESIMPULAN Dari basil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa: I. Hidrogel PVP basil iradiasi sinar gamma bersifat kompatibel terhadap darah, dan dapat ditembus oleh gas CO2, 2. Derajad keasaman (PH) hidrogel PVP adalah 6. 3. Hidrogel PVP dapat digunakan untuk pelepasan obat terkendali seperti tetrasiklin HCI daD hidrokortison asetat. Kecepatan pelepasan obat bergantung pada kadar air, dan kelarutan dalam air. UCAPAN TERIMA KASm Penulis mengucapkan terima kasih kepada PT Ristra Indolab. atas bantuan pemeriksaan pH, serta kepada Sdri. Karsiah star Instalasi Keselamatan Radiasi PSPKR atas bantuan pengambilan sampel darah. Terima kasih juga disampaikan kepada Pejabat Teknisi Litkayasa Lely Hardiningsih dan Tati Erlinda atas bantuan pemeriksaan sampel serta rekan-rekan Kelompok Sterilisasi, Sanitasi dan Pengawetan Makanan, PAIR-BATAN atas kesediaanya menyumbangkan darah.
DAFTAR PUSTAKA 1. PEPPAS, N.A, and MIKOS, AG., "Preparation methods and structure of hydrogel", Hydrogel in Medicine and Pharmacy (pEPPAS, N.A, ed.) 1 (1987) 2. 2. AKITA, N., "Standard of biological evaluation for biomaterial", UNDP/RCA/IAEA Regional Training Course on Advanced Application of Radiation Technology Biomedical Applications, Takasaki, Japan (1995) 69.
1?fI
3. QUINN, K.J., COURTNEY, J.M., EVANS, J.H., GAYLOR, J.D.S., and REID, W.H., Principle of bum dressing, Biomaterials Q (1985) 369. 4. DARWIS, D., HILMY, N., ERLINDA, T., and HARDININGSIH, L., "Pembuatan pembalut luka hidrogel polivinilpirolidon dengan teknik radiasi gamma", Aplikasi Isotop daD Radiasi dalam Industri, Pertanian, dan Lingkungan (Risalah Pertemuan Dmiah Jakarta, 1993), BATAN, Jakarta (1994) 753. 5. DARWIS, D., LELY, H, ERIZAL, daD RAHAYU, C., "Daya absorpsi hidrogel polivinilpirolidon (pVP) basil iradiasi gamma terhadap air dan pelarut organik", Aplikasi Isotop dan Radiasi (Risalah pertemoan Ilmiah Jakarta, 1994), Buku I, BATAN, Jakarta (1995) 129. 6. DARWIS, D., NAZLY, H, RAHAYU, C., TATY, E., daD LELY, H, "Uji sterilitas daD toksisitas hidrogel polivinilpirolidon", Aplikas Isotop dan Radiasi dalam Bidang Industri, Pertanian, dan Lingkungan (Risalah Pertemuan Dmiah Jakarta, 1992), BATAN, Jakarta (1993) 569. 7. HILMY, N., DARWIS, D., and HARDININGSIH, L., Poly(N-vinylpirrolidone) hydrogels: 2. Hydrogel composites as wound dressing for tropical environment, Journal Radiation Physics and Chemistry 42 (1993) 911. 8. DEPARTMENT OF EXPERIMENTAL SURGERY AND RESEARCH ON BIOMA1ERIALS, CLINICAL ON TRAUMATIC SURGERY OF MEDICAL ACADEMY IN WROCLAW, Report on the laboratory and biological investigations of hydrogel dressings HDR, Poland (unpublish data). 9. DEPAR1EMEN KESEHATAN R.I., Farmakope Indonesia, edisi III, Depkes, Jakarta (1979) 97. 10. WORLD HEALTH ORGANIZATION, Manual ofBasic Techniques for a Health Laboratory, WHO, Geneva (1980) 423. 11. HEINRICH, W., HELGA, R., EKKEHARD,V., ERWIN, S., and BOTHO, K., "Theoritical aspect and clinical experience on a new hydrogel wound dressing materia", Geliperm: A Clear Advance in Healing (WOOD, HF., and COTTIR, D., eds.) (1983) 3. 12. SAGARIN, E., Cosmetics, Science and Technology, Interscience Publisher, (1966) 92. 13. AHMAD R,. dan PAMOENTJAK, K.ST., Kamus Kedokteran, Djambatan, Jakarta (1993). 14. QUINN, K.J., COURTNEY, J.M., EVAN, J.H, GAYLOR, J.D.S., and REID, W.H., Principle of burns dressings, Biomaterials Q (1985) 369. 15. PHILIP, H., COLIN, J.H, and BRIAN, J.T., Synthetic hydrogels Iv. Hydrogel composites as wound dressing and implant materials, Biomaterials 10 (1989) 3.
Aplikasi Isalop don Radiasi. 1996
Tabel 1. Derajat keasaman (PH) pembalut luka hidrogel PVP
12 ""
Bentuk sampel Larutan ekstrak Membran hidrogel Akuabides (kontrol)
10
:¥
pH
8
$:, 3:
6,0 5,8 6,7
6
.
4 .c
2
«
0
/~
r (
0
Gambar I.
Tabel
2. Pengaruh hidrogel PVP terhadap persen hemoli-
c
0
p-
10
5
15
20
2
Waldo (Jam)
Daya absorpsi hidrogel PVP terhadap larutan 0,5% tetrasiklin dalam air clan larutan 0,125% hidrokortison dalam etanol
sis dan waktu pembekuan darah (hemostatik) pada beberapa golongan darah manusia 120
Golongan darah A B o
Hemolisis (%) 0,03 0,05 0,02
Waktu pembekuan (menit) S 6 5
K 6 5
100 1/1
11
CII "t:
11 1ii .a 0
.s::: nJ
80
60 40
E;:, 20
-,
+k.
air OO°.(,-e-K. air 0
0 0
4
8
12
16
20
24
Waldo ( Jam)
Gambar 2.
Kinetika pelepasan tetrasiklin HCI dari membran hidrogel sebagai fungsi waktu. Konsentrasi tetrasiklin HCI 0,5%
Tabel 3. Penetrasi gas CO2 terhadap membran hidrogel PVP pada beberapa interval waktu. Luas permukaan koDIak = 28,27 cm2, tebal membran 2,3 :!: 0,2 mm
"#- 25 1/1
Waktu (Jam) 1 2 3 4 6
Berat BaCO) yang terbentuk (mg) 72,2 140,0 195,5 275,8 402.5
[20
GI "t:
.!! c:
15
~
'E 10
~
~
5
.s::: IV
E
~
0 0
5
10
15
20
2
Waldo ( Jam)
Gambar 3. Kinetikapelepasanhidrokortisonasetat dari membran hidrogel PVP sebagai fungsi waktu. Konsentrasi hidrokortison asetat 0,125% dalam etanol
Aplikasi Isotop don Radiasi, 1996
DISKUSI
MARIA UNA R
YUMIARTI
1. Apa dasar penggunaan eritrosit 10% untuk uji Lemolisis? 2. Berapa kadar eritrosit dalam darah? 3. Mengapa uji/percobaan ini digunakan obat tetrasilin indolortisan asetat dan tidak digunakan antibiotika lain?
Selain dosis iradiasi sinar-a 25 kGy, apakah Anda juga mencoba dosis yang lebih tinggi? Apa alasan pemilihan dosis tersebut?
DARMA W AN
DARMAWAN
1. Dasar penggunaan eritrosit 10% merupakan standar yang diberikan oleh WHO untuk uji Lemolisis. 2. Kadar jumlah eritrosit dalam darah normal adalah ~ juta sel. 3. Dipilih tetrasilin HCl, karena tetrasiklin antibiotika spektrum luas dan banyak digunakan pada 100 eksternal maupun pemakaian oral. Hidrokortison asetat merupakan obat anti inflamasi yang banyak dipakai untuk 100.
Dosis iradiasi 25 kGy digunakan karena pada dosis tersebut telah didapatkan frakksi gel yang optimum (95)0/0,penambahan dosis radiasi tidak banyak mengubah fraksi gel. Di samping itu, dosis radiasi 25 kGyjuga sekaligus untuk mensterilkan hidrogel yang terbentuk.