ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
SKRIPSI
STUDI IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI CACING ENDOPARASIT IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) BRONDONG LAMONGAN
Oleh : CATUR AMRINA S SURABAYA – JAWA TIMUR
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2014
Skripsi
CATUR AMRINA S STUDI IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI CACING ENDOPARASIT IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) BRONDONG LAMONGAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
SKRIPSI
STUDI IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI CACING ENDOPARASIT IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) BRONDONG LAMONGAN
Oleh : CATUR AMRINA S NIM. 141011078
Telah diujikan pada Tanggal : 7 Oktober 2014
KOMISI PENGUJI SKRIPSI Ketua
: Dr. Gunanti Mahasri, Ir., M.Si.
Anggota
: Dr. Kismiyati, Ir., M.Si. Agustono Ir., M.Kes. Prof. Dr. Hj. Sri Subekti, drh., DEA. Sudarno, Ir., M.Kes.
Surabaya, Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Dekan,
Prof. Dr. Hj. Sri Subekti, drh., DEA NIP. 19520517 197803 2 001
Skripsi
CATUR AMRINA S STUDI IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI CACING ENDOPARASIT IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) BRONDONG LAMONGAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Yang bertanda tangan di bawah ini : N a m a : Catur Amrina S N I M : 141011078 Tempat, tanggal lahir : Surabaya, 06 Maret 1992 Alamat : Jl. Galangan No.11 Semampir, Sedati, Sidoarjo Judul Skripsi : Studi Identifikasi dan Prevalensi Cacing Endoparasit Ikan Kuniran (Upeneus sulphureus) di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Brondong Lamongan Pembimbing : 1. Prof. Dr. Hj. Sri Subekti, drh., DEA. 2. Sudarno Ir., M.Kes. Menyatakan dengan sebenarnya bahwa hasil tulisan laporan Skripsi yang saya buat adalah murni hasil karya saya sendiri (bukan plagiat) yang berasal dari Dana Penelitian : Pribadi. Di dalam skripsi / karya tulis ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya, serta kami bersedia : 1. Dipublikasikan dalam Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga; 2. Memberikan ijin untuk mengganti susunan penulis pada hasil tulisan skripsi / karya tulis saya ini sesuai dengan peranan pembimbing skripsi; 3. Diberikan sanksi akademik yang berlaku di Universitas Airlangga, termasuk pencabutan gelar kesarjanaan yang telah saya peroleh (sebagaimana diatur di dalam Pedoman Pendidikan Unair 2010/2011 Bab. XI pasal 38 – 42), apabila dikemudian hari terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain yang seolaholah hasil pemikiran saya sendiri Demikian surat pernyataan yang saya buat ini tanpa ada unsur paksaan dari siapapun dan dipergunakan sebagaimana mestinya. Surabaya, 7 Oktober 2014 Yang membuat pernyataan,
Catur Amrina S NIM. 141011078
Skripsi
CATUR AMRINA S STUDI IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI CACING ENDOPARASIT IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) BRONDONG LAMONGAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
RINGKASAN Catur Amrina S. Studi Identifikasi dan Prevalensi Cacing Endoparasit Ikan Kuniran (Upeneus Sulphureus) di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Brondong, Lamongan. Dosen pembimbing Prof. Dr. Hj. Sri Subekti, drh., DEA dan Sudarno, Ir., M.Kes. Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Brondong, Lamongan merupakan tempat pendaratan ikan terbesar di Jawa Timur. lkan kuniran (Upeneus sulphureus) termasuk dalam kelompok ikan demersal yang mempunyai nilai ekonomis penting. Beberapa penelitian tentang ikan laut menyatakan bahwa, ikan laut sering terinfeksi cacing endoparasit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis cacing endoparasit dan prevalensi cacing endoparasit yang menginfeksi ikan kuniran (Upeneus sulphureus) di TPI Brondong. Metode penelitian yang digunakan adalah survey dengan pengambilan sampel yang dilakukan secara acak (random sampling) terhadap ikan kuniran di TPI Brondong. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak empat kali pengambilan masing-masing 25 ikan, sehingga total sebanyak 100 ikan. Ikan sampel dilakukan pemeriksaan organ-organ tubuh dan saluran pencernaan, pewarnaan cacing dan identifikasi cacing. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditemukan larva stadium tiga Anisakis simplex dan cacing dewasa Camallanus carangis. Tingkat prevalensi larva stadium tiga Anisakis simplex dan Camallanus carangis pada ikan kuniran (Upeneus sulphureus) di TPI Brondong, Lamongan sebesar 36% (Commonly). Dengan ditemukannya larva stadium tiga Anisakis simplex diperlukan pengolahan yang baik dan benar sebelum ikan tersebut dikonsumsi oleh manusia karena bersifat zoonosis.
iv Skripsi
CATUR AMRINA S STUDI IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI CACING ENDOPARASIT IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) BRONDONG LAMONGAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
SUMMARY
Catur Amrina S. Study Identification and Prevalence of Worm Endoparasites in Sulphur goathfish (Upeneus Sulphureus) at The Fish Auction Place Brondong, Lamongan. Academic Advisor Prof. Dr. Hj. Sri Subekti, drh., DEA and Ir. Sudarno, M. Kes. The Fish Auction Place Brondong, Lamongan is the biggest fish landing sites in East Java. Sulphur goathfish (Upeneus sulphureus) including in groups fish demersal that has value economically important. Some research on marine fishes suggest that, marine fishes that is often infected by worm endoparasites. This aims of the study is want to know a kind of worm endoparasites and their prevalence that infected Sulphur goathfish (Upeneus sulphureus) in The Fish Auction Place Brondong, Lamongan. Methods of research done by random sampling survey. Sampling was conducted four times, each taking 25 samples, therefore the total were 100 samples. Fish samples examined body organo and digestive tract, and performed staining and identification of worms. Research result showed that there were third stage larvae of Anisakis simplex and adult worm of Camallanus carangis. The prevalence of third stage larvae of Anisakis simplex and adult worm of Camallanus carangis in Sulphur goathfish (Upeneus sulphureus) was 36 % (commonly). With the discovery of third stage larvae of Anisakis simplex, therefore required processing the good and right of Kuniran fish before the fish for human consumption because it is zoonotic.
v Skripsi
CATUR AMRINA S STUDI IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI CACING ENDOPARASIT IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) BRONDONG LAMONGAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat-Nya, sehingga skripsi yang berjudul Studi Identifikasi Dan Prevalensi Cacing Endoparasit Ikan Kuniran (Upeneus Sulphureus) di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Brondong Lamongan dapat terselesaikan. Laporan ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di Laboratorium Pendidikan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Airlangga pada bulan Juli-Agustus 2014. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan informasi yang berguna bagi semua pihak.
Surabaya, September 2014
Penulis
vi Skripsi
CATUR AMRINA S STUDI IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI CACING ENDOPARASIT IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) BRONDONG LAMONGAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
UCAPAN TERIMA KASIH
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat serta ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Prof. Dr. Hj. Sri Subekti, drh., DEA, Dekan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga. 2. Dosen wali, Prof. Moch Amin Alamsjah, Ir., M.Si., Ph.D atas pengarahan akademik dan non-akademik. 3. Ibu Prof. Dr. Hj. Sri Subekti, drh., DEA, Dosen Pembimbing pertama dan Bapak Ir. Sudarno, M.Kes, Dosen Pembimbing kedua yang telah memberikan bimbingannya sejak penyusunan usulan hingga penyelesaian skripsi. 4. Ibu Dr. Gunanti Mahasri, Ir., M.Si., Ibu Dr. Kismiyati, Ir., M.Si, dan Prof. Hari Suprapto, Ir., M.Agr., dosen penguji yang telah memberikan banyak saran dan masukan terhadap perbaikan skripsi ini. 5. Ibu Putri Desi Wulansari S.Pi., M.Si. yang telah membantu kelancaran skripsi ini. 6. Orang tua tercinta Bapak Suhatmadi, Ibu Masri’ah dan kakak-kakakku yang selalu menjadi inspirasi dan motivasi selama ini. 7. Fatra, Dhanik, Rahma, Mega, Devi, Sari, Fifit, Maya, Mentari, Amalia, Shinta dan Shasa. Serta teman Budidaya Perairan Unair 2010. 8. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam pelaksanaan maupun penyelesaian skripsi.
vii Skripsi
CATUR AMRINA S STUDI IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI CACING ENDOPARASIT IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) BRONDONG LAMONGAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
DAFTAR ISI
Halaman Ringkasan......................................................................................................... iv Summary ......................................................................................................... v Kata Pengantar ................................................................................................. vi Ucapan Terima Kasih....................................................................................... vii Daftar Isi........................................................................................................... viii Daftar Tabel ..................................................................................................... ix Daftar Gambar.................................................................................................. x Daftar Lampiran ............................................................................................... xi I.
Pendahuluan......... ...................................................................................
1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................
3
1.3 Tujuan ........... ...................................................................................
3
1.4 Manfaat... ...... ...................................................................................
3
Tinjauan Pustaka .. ...................................................................................
4
2.1 Ikan Kuniran (Upeneus sulphureus) ................................................ 2.1.1 Klasifikasi (Upeneus sulphureus).......................................... 2.1.2 Morfologi (Upeneus sulphureus)........................................... 2.1.3 Habitat dan Penyebaran (Upeneus sulphureus) ....................
4 4 4 5
2.2 Parasit........... ...................................................................................
5
2.3 Cacing Nematoda ............................................................................ 2.3.1 Camallanus carangis.............................................................. 2.3.2 Camallanus cotti .................................................................... 2.3.2 Anisakis simplex ....................................................................
5 6 8 10
2.4 Cacing Trematoda ............................................................................ 2.4.1 Lecithochirium........................................................................ 2.4.2 Prosorhynchus ........................................................................
13 14 17
III. Kerangka Konseptual dan Hipotesis ........................................................
19
3.1 Kerangka Konseptual .......................................................................
19
IV. Metodologi Penelitian ...............................................................................
22
4.1 Tempat dan Waktu ...........................................................................
22
4.2 Materi Penelitian ..............................................................................
22
II.
viii Skripsi
CATUR AMRINA S STUDI IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI CACING ENDOPARASIT IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) BRONDONG LAMONGAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
4.2.1 Alat Penelitian ....................................................................... 4.2.2 Bahan Penelitian ....................................................................
22 22
4.3 Metode Penelitian.............................................................................. 4.3.1 Prosedur Penelitian ................................................................. 4.3.2 Identifikasi Cacing.................................................................
22 23 25
4.4 Diagram Alir Penelitian ...................................................................
25
4.5 Parameter Penelitian .........................................................................
25
4.6 Analisis Data ...................................................................................
26
V. Hasil dan Pembahasan.................................................................................
27
5.1 Hasil................................................................................................... 5.1.1 Identifikasi Cacing Endoparasit pada Ikan Kuniran ................. 5.1.2 Prevalensi Larva Cacing Endoparasit pada Ikan Kuniran ........
27 27 32
5.2 Pembahasan......................................................................................... 33 VI.
Kesimpulan dan saran .............................................................................
36
6.1 Kesimpulan ......................................................................................
37
6.2 Saran.................................................................................................
37
Daftar Pustaka ..................................................................................................
38
Lampiran ........................................................................................................
41
ix Skripsi
CATUR AMRINA S STUDI IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI CACING ENDOPARASIT IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) BRONDONG LAMONGAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
SKRIPSI
STUDI IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI CACING ENDOPARASIT IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) BRONDONG LAMONGAN
Sebagai Salah Satu untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga
Oleh : CATUR AMRINA S NIM. 141011078
Menyetujui, Komisi Pembimbing
Skripsi
Pembimbing Utama
Pembimbing Serta
Prof. Dr. Hj. Sri Subekti, drh., DEA NIP. 19520517 197803 2 001
Sudarno, Ir., M.Kes NIP. 19550713 198601 1 001
CATUR AMRINA S STUDI IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI CACING ENDOPARASIT IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) BRONDONG LAMONGAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1 Jenis Larva Cacing Endoparasit pada Ikan Kuniran ..................
28
2 Hasil Perhitungan Prevalensi Larva Cacing Endoparasit ............
32
x Skripsi
CATUR AMRINA S STUDI IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI CACING ENDOPARASIT IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) BRONDONG LAMONGAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1. Morfologi Ikan Kuniran ..............................................................
5
2. Camallanus carangis ..................................................................
7
3. Camallanus cotti . .......................................................................
9
4. Siklus Hidup Camallanus cotti ...................................................
10
5. Anisakis simplex .. .....................................................................
11
6. Siklus Hidup Anisakis simplex ....................................................
14
7. Lecithochirium grandiporum ......................................................
15
8. Siklus Hidup Lecithochirium grandiporum ................................
16
9. Prosorhynchus longisaccatus .....................................................
17
10. Kerangka Konseptual Penelitian ...............................................
21
11. Diagram Alir Penelitian .............................................................
25
12. Morfologi Cacing Anisakis simplex (Mikroskop Binokuler) ......
29
13. Morfologi Cacing Anisakis simplex (Mikroskop Lucida)..........
30
14. Morfologi Cacing Camallanus carangis (Mikroskop Binokuler)
31
15. Morfologi Cacing Camallanus carangis (Mikroskop Lucida) ...
32
xi Skripsi
CATUR AMRINA S STUDI IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI CACING ENDOPARASIT IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) BRONDONG LAMONGAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1 Predileksi cacing yang Ditemukan ............................................... 2 Data Ikan Kuniran ....................................................................... 3 Data Cacing Yang Ditemukan ..................................................... 4 Kunci identifikasi Camallanus...................................................... 5 Kunci Identifikasi Anisakis ............................................................
41 42 46 47 49
xii Skripsi
CATUR AMRINA S STUDI IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI CACING ENDOPARASIT IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) BRONDONG LAMONGAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Brondong berada di Kabupaten Lamongan dan merupakan tempat pendaratan ikan terbesar di Jawa Timur. TPI Brondong memiliki peranan strategis dalam pengembangan perikanan dan kelautan, yaitu sebagai pusat atau sentral kegiatan perikanan laut serta berperan penting dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Hasil tangkapan laut nelayan TPI Brondong Lamongan didominasi oleh ikan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, diantaranya ikan kuniran (Upeneus sulphureus), kambangan (Lutjanus sanguineus), krese (Nemipterus japonicus), golok sabrang (Pricanthus tayenus), kapasan (Gares punctatus), kakap merah (Lutjanus campechanus), kakap putih (Lates calcarifer), kerapu (Cromileptes), layur (Trichiurus savala), cumi-cumi (Loligo sp), tongkol (Auxis thazard), hiu (Carcharias menissorah) dan bawal (Pampus argentus) (Muttaqin dan Abdulgani, 2013). lkan kuniran (Upeneus sulphureus) termasuk dalam kelompok ikan demersal yang mempunyai nilai ekonomis penting yaitu memiliki nilai pasaran yang tinggi, volume produksi makro yang tinggi dan luas serta daya produksi tinggi harga tidak mempengaruhi (Genisa, 1999) dan tersebar di seluruh wilayah perairan Indonesia (Ernawati dan Sumiono, 2006). Di TPI Brondong ikan kuniran termasuk ikan komoditi utama dan banyak ditangkap oleh nelayan. Berdasarkan sumber Pusat Informasi Pelabuhan Perikanan jumlah tangkapan ikan kuniran di TPI Brondong dalam bulan Agustus
Skripsi
CATUR AMRINA S STUDI IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI CACING ENDOPARASIT IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) BRONDONG LAMONGAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
2
2014 mencapai 190.348 kg. Berdasarkan data Statistik Perikanan Tangkap Perairan Laut, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap pada tahun 2012 menunjukkan bahwa volume produksi seluruh perikanan tangkap ikan kuniran (Upeneus sulphureus) di perairan laut Indonesia mencapai 3.588.890 kg. Beberapa penelitian tentang ikan laut menyatakan bahwa, ikan laut yang bersifat karnivora sering terinfeksi cacing endoparasit. Salah satu cacing endoparasit yang mempunyai prevalensi tinggi pada spesies ikan laut adalah Anisakis sp. (Muttaqin dan Abdulgani, 2013). Endoparasit merupakan parasit yang hidup di dalam tubuh inang. Parasit tersebut mengambil bahan makanan dari organisme yang ditumpangi dengan maksud untuk berkembang biak (Subekti dan Mahasri, 2012). Secara umum infeksi endoparasit nematoda hanya menimbulkan kondisi patologis yang ringan, bahkan pada kondisi lingkungan yang normal gejala klinisnya kurang dapat dilihat dengan jelas. Walaupun ikan yang terinfeksi cacing tidak menimbulkan kematian, akan tetapi dapat mengakibatkan menurunnya fekunditas inang, dan meningkatkan kerentanan terhadap patogen lain, serta dapat mengakibatkan kerusakan jaringan pada usus (Saputra, 2011). Infeksi parasit dapat menyebabkan kerugian pada inang definitif misalnya menghambat pertumbuhan dan penurunan produksi. Infeksi cacing pada manusia dapat berdampak terhadap kesehatan manusia (zoonosis) yang ditandai dengan gejala sakit pada abdomen, kejang dan muntah (Palm, 2008). Oleh karena itu, diperlukan pemahaman terhadap cacing parasitik dan penyakit yang ditimbulkan terutama yang berasal dari produk perikanan (Yamaguti dalam Emelina 2008).
Skripsi
CATUR AMRINA S STUDI IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI CACING ENDOPARASIT IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) BRONDONG LAMONGAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
3
Sampai saat ini, informasi tentang identifikasi dan prevalensi cacing endoparasit pada ikan di Indonesia masih sedikit (Sarjito dan Desrina, 2005), dengan demikian berdasarkan hal di atas yang telah dikemukakan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang identifikasi dan prevalensi cacing endoparasit pada ikan kuniran di TPI Brondong, Lamongan. 1.2 Rumusan Masalah 1. Jenis cacing endoparasit apa saja yang menginfeksi ikan kuniran (Upeneus sulphureus) di TPI Brondong, Lamongan ? 2. Berapa tingkat prevalensi cacing endoparasit yang menginfeksi ikan kuniran (Upeneus sulphureus) di TPI Brondong Lamongan ? 1.3 Tujuan 1. Mengetahui jenis cacing endoparasit yang menginfeksi ikan kuniran (Upeneus sulphureus) di TPI Brondong, Lamongan. 2. Mengetahui tingkat prevalensi cacing endoparasit yang menginfeksi ikan kuniran (Upeneus sulphureus) di TPI Brondong, Lamongan. 1.4 Manfaat Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu memberikan informasi mengenai jenis dan jumlah cacing endoparasit yang menginfeksi ikan kuniran (Upeneus sulphureus). Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan dalam kegiatan pemantauan kesehatan ikan di perairan laut.
Skripsi
CATUR AMRINA S STUDI IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI CACING ENDOPARASIT IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) BRONDONG LAMONGAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan Kuniran (Upeneus sulphureus) 2.1.1 Klasifikasi Ikan Kuniran (Upeneus sulphureus) Ikan kuniran merupakan salah satu jenis ikan yang hidupnya cenderung berada di perairan yang relatif dalam, yaitu antara 30 sampai 70 meter dari permukaan laut. Ikan tersebut termasuk ke dalam famili Mullidae (Sumiono dan Nuraini, 2007). Berikut ini klasifikasi dari ikan kuniran menurut Uiblein dan Heemstra (2009) yaitu Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies
: Chordata : Actinopterygii : Perciformes : Mullidae : Upeneus : Upeneus sulphureus
2.1.2 Morfologi Ikan Kuniran (Upeneus sulphureus) Menurut Sumiono dan Nuraini (2007), ciri morfologis antara lain terdapat dua garis melintang berwarna kuning dari kepala sampai bagian ekor. Pada kedua sirip punggung terdapat dua sampai tiga tulang keras, ujung sirip berwarna kuning. Sirip anus dan sirip dada berwarna pucat dengan ekor berbentuk tumpul dan berwarna kuning. Bagian punggung (dorsal) ikan berwarna kemerahan dan bagian perut (abdomen) berwarna keputihan. Sirip punggung pertama terdapat tonjolan runcing. Sirip dada berjari - jari antara 15-18 cm. Ikan kuniran (Upeneus sulphureus) memiliki bentuk badan yang memanjang hingga mencapai panjang maksimum 23 cm.
Skripsi
CATUR AMRINA S STUDI IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI CACING ENDOPARASIT IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) BRONDONG LAMONGAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
5
Gambar 2.1 Morfologi Ikan Kuniran (Ublein, 2009) 2.1.3 Habitat dan Penyebaran Ikan Kuniran (Upeneus sulphureus) lkan kuniran (Upeneus sulphureus) termasuk dalam kelompok ikan demersal yang mempunyai nilai ekonomis penting dan tersebar di seluruh wilayah perairan Indonesia. Berdasarkan kedalaman, habitat ikan kuniran terdapat pada kedalaman perairan 30 sampai 40 meter dari permukaan laut. Kelompok ikan demersal mempunyai ciri sebagai berikut bergerombol tidak terlalu besar, aktifitas relatif rendah dan gerak ruaya atau migrasi juga tidak terlalu jauh (Badrudin, 2006 dalam Ernawati dan Sumiono, 2006). 2.2 Parasit
Menurut Kabata (1985) parasit dapat dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan habitat parasit yaitu ektoparasit dan endoparasit. Ektoparasit adalah parasit yang habitatnya di bagian permukaaan tubuh. Endoparasit adalah parasit yang habitatnya di dalam tubuh inang, antara lain saluran pencernaan, hati dan organ lain. 2.3 Cacing Nematoda Cacing Nematoda terdiri atas mulut dibagian anterior, kadang-kadang sub dorsal atau sub ventral dan biasanya dikelilingi oleh bibir-bibir. Lubang mulut dari Nematoda yang menuju ke rongga mulut mempunyai dinding kutikula tebal
Skripsi
CATUR AMRINA S STUDI IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI CACING ENDOPARASIT IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) BRONDONG LAMONGAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
6
dan dapat berisi struktur seperti gigi atau menuju faring yang biasanya silindris dan dikelilingi oleh jaringan muskuler atau langsung masuk ke esofagus (Subekti dan Mahasri, 2012). Menurut Sarjito dan Desrina (2005), cacing Nematoda yang dapat menginfeksi ikan laut adalah sebagai berikut Camallanus carangis, Camallanus cotti, dan anisakis simplex 2.3.1 Camallanus sp a. Klasifikasi Klasifikasi cacing Camallanus carangis menurut Rigby et al (1998) yaitu sebagai berikut : Filum Kelas Subkelas Ordo Subordo Famili Genus Spesies
: Nemathelminthes : Nematoda : Spirudida : Camallanoidea : Camallanidae : Camallaninae : Camallanus : Camallanus carangis
b. Morfologi Menurut Moravec et al (2006), cacing Camallanus merupakan cacing nematoda yang berukuran panjang 16,5 mm untuk cacing jantan dan 18,1 mm untuk cacing betina serta memiliki bentuk tubuh silindris memanjang. Tubuhnya ditutupi oleh lapisan kutikula halus yang melintang mulai dari ujung anterior sampai ujung ekor berwarna oranye sampai coklat. Bagian ujung kepalanya membulat sedangkan bagian akhir ekor meruncing. Bagian mulut terdapat celah sempit yang terbuka dengan sudut yang membulat. Terdapat delapan papila cephatic yaitu empat bagian papila terletak lebih dekat dengan mulut dan empat
Skripsi
CATUR AMRINA S STUDI IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI CACING ENDOPARASIT IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) BRONDONG LAMONGAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
7
bagian papila lainnya terletak di bagian luar mulut dan berbentuk bulat besar. Organ khas yang dimiliki cacing Camallanus yaitu adanya buccal capsule. Setiap katup pada buccal capsule dilengkapi dengan sembilan lekukan, satu lekukan di bagian tengah dan masing-masing empat lekukan di bagian ventral dan dorsal. Lekukan tersebut terletak agak miring dari ujung anterior ke ujung posterior.
a
b
Gambar 2.2 Camallanus carangis (Rigby et al, 1998) Keterangan : a. Anterior Camallanus carangis b. Posterior Camallanus carangis c. Predileksi Camallanus sp. secara umum menginfeksi usus, cacing ini juga menginfeksi pilorus dan sekum (Adji, 2008). Cacing Camallanus sering disebut juga gastro intestinal parasite, selain itu hidupnya berkoloni. d. Siklus Hidup
Skripsi
CATUR AMRINA S STUDI IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI CACING ENDOPARASIT IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) BRONDONG LAMONGAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
8
Adapun siklus hidup parasit ini yakni cacing dewasa berkopulasi di tubuh inang kemudian cacing betina yang mengandung larva menuju lumen usus. Camallanus sp. merupakan cacing vivipar, larva akhirnya berada di air dan dapat termakan kopepoda yang akan terinfeksi pada hemocoelnya. Kopepoda sebagai inang perantara dari Camallanus sp. tersebut dan akan dimakan oleh inang definitif ikan. Melalui ingesti dan digesti kopepoda, larva cacing melekat pada lapisan muskularis mukosa dan berkembang menjadi cacing dewasa pada ikan sebagai inang definitif. Inang paratenik termasuk dalam siklus cacing tersebut, dengan cara beberapa ikan pembawa larva dan akan berakhir pada saluran pencernaan ikan. Adapun gejala yang ditimbulkan yaitu cacat dan anemia pada ikan (Buchmann and Brescani, 2001). d. Gejala Klinis Infeksi cacing Camallanus tidak menunjukkan gejala klinis, namun apabila terinfeksi berat dapat menyebabkan ikan menjadi lemah, terdapat luka pada usus, anemia, dan emasiasi (tubuh kurus dan kering) (Rigby, 1997). 2.3.2 Camallanus cotti a. Klasifikasi Klasifikasi cacing Camallanus cotti menurut Moravec and Justine (2006) sebagai berikut : Filum Kelas Subkelas Ordo Subordo Famili Genus
Skripsi
: Nemathelminthes : Nematoda : Spirudida : Camallanoidea : Camallanidae : Camallaninae : Camallanus cotti
CATUR AMRINA S STUDI IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI CACING ENDOPARASIT IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) BRONDONG LAMONGAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
9
b. Morfologi Menurut Moravec and Justine (2006) cacing Camallanus cotti termasuk nematoda yg berukuran sedang, jantan memiliki panjang 2,60 – 3,63 mm dan betina berukuran 7,00 – 9,44 mm. Cacing ini memiliki kutikula yang tipis. Memiliki buccal capsule yang besar dan tridents yang berukuran besar. Excretory pore terletak pada bagian posterior dari lingkar saraf.
a
b
Gambar 2.3 Morfologi Camallanus coti (Moravec and Justine, 2006) Keterangan : a. Anterior Camallanus cotti dengan skala bar 200 μm b. Posterior Camallanus cotti dengan skala bar 200 μm c. Predileksi Menurut Moravec and Justine (2006), habitat dari cacing Camallanus cotti adalah pada usus ikan. d. Siklus Hidup Camallanus sp. berkembang melalui keberadaan inang perantara. Kebanyakan larvanya dapat hidup bebas di air selama 12 hari. Larva parasit ini menjadi makanan krustasea dan berkembang dalam saluran pencernaan dan menjadi inang perantara bagi Camallanus sp.. Kemudian krustasea akan termakan
Skripsi
CATUR AMRINA S STUDI IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI CACING ENDOPARASIT IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) BRONDONG LAMONGAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
10
oleh ikan. Disini ikan akan menjadi inang definitif bagi Camallanus jika ikan tidak dimakan oleh ikan karnivora lebih besar. Parasit ini juga dapat berkembang tanpa inang perantara. Pada inang parasit ini dapat berkembang dan mencapai kematangan seksual untuk kemudian melepaskan larvanya dan berkembang disana (Untergasser 1989).
Gambar 2.4 Siklus Hidup Camallanus cotti (Monks, 2014) e. Gejala Klinis Pada umumnya infeksi cacing endoparasit Camallanus cotti tidak menunjukkan gejala klinis yang nyata (Moravec and Justine, 2006). 2.3.3 Anisakis simplex a. Klasifikasi Klasifikasi cacing Anisakis simplex menurut Kabata (1985) sebagai berikut: Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies
Skripsi
: Nemathelminthes : Nematoda : Ascaridida : Anisakidae : Anisakis : Anisakis simplex
CATUR AMRINA S STUDI IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI CACING ENDOPARASIT IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) BRONDONG LAMONGAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
11
b. Morfologi Cacing Anisakis simplex merupakan cacing dari Nematoda, bentuknya gilik memanjang dan berukuran panjang antara 7 sampai 22,5 mm dengan bentuk tubuh tumpul pada bagian posterior dan meruncing pada bagian anterior dan berwarna putih sampai krem. Bagian esophagus memiliki panjang 1,3-2 mm yang terletak di bagian anterior ventriculus dan terlihat jelas pada stadium larva. Bagian ventriculus terletak di bagian akhir esophagus dengan panjang 0,5-0,9 mm. Bagian ekor berbentuk tumpul dengan panjang antara 0,08-0,58 mm yang dilengkapi dengan mucron kecil yang berukuran 0,015-0,02 mm (Zubaidy, 2010).
Gambar 2.5 Anisakis simplex dengan skala bar 0,7 mm Keterangan : (bt : boring tooth) gigi larva, (nr : nerve ring) cincin saraf, (es : esophagus) esofagus, (ve : ventriculus) ventrikulus, (in : intestinum) usus, (an : anus) anus. (Gandarilas and Lohrmann, 2009) c. Predileksi Menurut Muttaqin dan Abdulgani (2013), distribusi Anisakis sp. dalam tubuh ikan adalah di lambung, usus, hati, rongga tubuh, gonad dan ginjal. Habitat dan penyebaran cacing endoparasit dapat dipengaruhi oleh struktur dan fisiologis usus sehingga mempengaruhi keberadaan dan jumlah parasit. Terdapatnya cacing
Skripsi
CATUR AMRINA S STUDI IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI CACING ENDOPARASIT IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) BRONDONG LAMONGAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
12
endoparasit karena banyaknya sumber bahan organik yang bisa diserap oleh cacing (Desrina dan Kusumastuti, 2006 dalam Saputra, 2011). d. Siklus Hidup Menurut Pascual et al. (1999) cacing Anisakis simplex memiliki siklus hidup yang kompleks dan melalui sejumlah inang perantara dalam siklus hidupnya. Melalui feses mamalia laut yang berperan sebagai inang definitif elur tersebut menetas dan larva stadium kedua hidup bebas di dalam air yang dapat bertahan hidup selama beberapa hari tergantung pada temperatur air. Larva ini kemudian dimakan oleh krustasea laut yang berperan sebagai inang perantara pertama dan larva tersebut melanjutkan perkembangan hidupnya hingga stadium infektif (larva stadium kedua). Jika krustasea dimakan oleh ikan atau cumi-cumi, larva stadium kedua akan bermigrasi ke berbagai jaringan inang perantara kedua dan berkembang menjadi larva stadium ketiga dan menetap di organ dalam. Pada saat ikan yang terinfeksi Anisakis simplex dimakan oleh inang definitif maka larva akan dilepaskan ke dalam saluran pencernaan. Larva akan mengalami pergantian kulit, berkembang menjadi larva stadium keempat dan kemudian menjadi cacing dewasa. Manusia dapat bertindak sebagai inang definitive ((Audicana and Kennedy, 2008)
Skripsi
CATUR AMRINA S STUDI IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI CACING ENDOPARASIT IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) BRONDONG LAMONGAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
13
Gambar 2.6 Siklus Hidup Anisakis simplex (Audicana and Kennedy, 2008) d. Gejala Klinis Gejala klinis yang sering dialami ikan yang diserang oleh Anisakis antara lain adalah terjadinya penurunan berat badan, terjadinya pembengkakan di dekat saluran pencernaan, adanya gangguan pada lambung ikan dan berkurangnya absorsi makanan pada saluran pencernaan ikan yang terserang (Anderson,1992). 2.4 Cacing Trematoda Secara umum cacing kelas Trematoda memiliki bentuk tubuh ovoid atau seperti daun dan tidak bersegmen. Biasanya mempunyai saluran pencernaan yang buntu (sekum, dilengkapi dengan satu atau dua alat penghisap untuk menempel). Cacing classis Trematoda memiliki sistem reproduksi hermaprodit (Subekti dan Mahasri, 2012). Menurut Zubaidy (2010), adapun cacing Trematoda yag dapat menginfeksi ikan laut adalah sebagai berikut Lecithochirium grandiporum dan Prosorhynchus longisaccatus.
Skripsi
CATUR AMRINA S STUDI IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI CACING ENDOPARASIT IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) BRONDONG LAMONGAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
14
2.4.1 Lecithochirium a. Klasifikasi Klasifikasi cacing Lecithochirium menurut Zubaidy (2010) sebagai berikut: Filum Kelas Subkelas Ordo Subordo Famili Subfamili Genus
: Platyhelminthes : Trematoda : Digenea : Azyiigida : Hemiurata : Hemiuridae : Hemiuroidea : Lecithochirium grandiporum
b. Morfologi Menurut Zubaidy (2010), cacing Lecithochirium berukuran panjang 1,1 sampai 2,8 mm dengan bentuk tubuh memanjang dan menggembung disekitar ventral sucker yang terletak di anterior tubuh. Oral sucker terletak di sub terminal dengan diameter 0,13mm. Memiliki esophagus yang sangat pendek dan uterus yang melilit. Genital pore terletak di belakang oral sucker dan diantara intestine.
Skripsi
CATUR AMRINA S STUDI IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI CACING ENDOPARASIT IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) BRONDONG LAMONGAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
15
Gambar 2.7 Lecithochirium dengan skala bar 0,3 mm Keterangan : (os : Oral sucker) mulut penghisap, (ph : pharynx) faring, (gp: Genital pore) lubang genital, (sc : sinus sac) , (sv : seminal vesicle) kantung seminal, (vs : ventral sucker), (in : intestine) usus, (ts : testis) testis, (ut: uterus) uterus, (ov : ovary) ovarium, (vt : vittelaria) vitelin, (ca : caudal appendage) (Zubaidy, 2010) c. Predileksi Menurut Susanti (2008), distribusi cacing Lecithochirium dalam tubuh ikan adalah pada saluran pencernaan yaitu lambung, usus, dan caecum. d. Siklus Hidup Menurut Susanti (2008), cacing Lecithochirium memiliki siklus hidup yang dimulai dari telur yang hidup bebas di perairan menetas melalui terbukanya operkulum menjadi miracidium, kemudian menembus permukaan kulit inang perantara siput (moluska) yang akan berkembang di tubuhnya menjadi cercaria dan lepas ke perairan menuju inang perantara kedua (ikan, krustasea) dan berkembang menjadi metacercaria dalam tubuhnya. Apabila ikan atau krustasea ini dikonsumsi oleh satwa lain seperti burung atau anjing, atau bahkan oleh
Skripsi
CATUR AMRINA S STUDI IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI CACING ENDOPARASIT IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) BRONDONG LAMONGAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
16
manusia dalam kondisi mentah atau kurang matang, dapat pula mengakibatkan kecacingan karena perkembangan metacercaria yang tumbuh menjadi stadium dewasa dalam tubuh inang definitif. Serkaria menginfeksi krustasea dan encyst menjadi metaserkaria
Sporokista redia serkaria Krustasea dan ikan kecil yang mengandung metacercaria akan dimakan ikan kuniran dan berkembang menjadi cacing dewasa
Mirasidium menetas dan menembus siput
Telur berembrio Telur tidak berembrio
Gambar 2.8 Siklus Hidup Lecithochirium (Cuomo et al, 2014) e. Gejala Klinis Infeksi dari cacing Lecithochirium tidak menunjukkan gejala klinis. Dalam jumlah yang banyak, infeksi cacing Lecithochirium dapat mengakibatkan infeksi sekunder pada organ terinfeksi dan dapat mengakibatkan penurunan metabolisme tubuh (Susanti,2008).
Skripsi
CATUR AMRINA S STUDI IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI CACING ENDOPARASIT IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) BRONDONG LAMONGAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
17
2.4.2 Prosorhynchus a. Klasifikasi Klasifikasi cacing Prosorhynchus menurut Kabata (1985) sebagai berikut : Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies
: Platyhelminthes : Trematoda : Plagiorchiida : Bucephalidae : Prosorhynchus : Prosorhynchus longisaccatus
b. Morfologi Menurut Kabata (1985), cacing Prosorhynchus memiliki tubuh yang memanjang dan tidak tumpul di kedua ujungnya. Kutikulanya tertutupi oleh duri dan tubuhnya melebar di bagian ovarium. Testis terletak di sisi kanan tubuh dan genital pore terletak di posterior tubuh.
Gambar 2.9 Prosorhynchus dengan skala bar 500 μm (Bray and Justine, 2013) c. Predileksi Distribusi cacing Prosorhynchus dalam tubuh ikan adalah usus, rongga perut, dan otot (Kabata, 1985).
Skripsi
CATUR AMRINA S STUDI IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI CACING ENDOPARASIT IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) BRONDONG LAMONGAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
18
d. Siklus Hidup Cacing Prosorhynchus memiliki siklus hidup yang dimulai dari telur yang hidup bebas di perairan menetas melalui terbukanya operkulum menjadi miracidium, kemudian menembus permukaan kulit inang perantara siput (moluska) yang akan berkembang di tubuhnya menjadi cercaria dan lepas ke perairan menuju inang perantara kedua (ikan, krustasea) dan berkembang menjadi metacercaria dalam tubuhnya. Apabila ikan atau krustasea ini dikonsumsi oleh satwa lain seperti burung atau anjing, atau bahkan oleh manusia dalam kondisi mentah atau kurang matang, dapat pula mengakibatkan kecacingan karena perkembangan metacercaria yang tumbuh menjadi stadium dewasa dalam tubuh inang definitif. (Cuomo et al, 2014). e. Gejala Klinis Cacing ini tidak begitu merusak usus kecuali infeksi dalam jumlah yang banyak (Kabata 1985).
Skripsi
CATUR AMRINA S STUDI IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI CACING ENDOPARASIT IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) BRONDONG LAMONGAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
III KERANGKA KONSEPTUAL
lkan kuniran (Upeneus sulphureus) termasuk dalam kelompok ikan demersal yang mempunyai nilai ekonomis penting dan tersebar di seluruh wilayah perairan Indonesia. Permintaan masyarakat terhadap ikan kuniran cukup tinggi karena harganya yang relatif murah. Di TPI Brondong ikan kuniran termasuk ikan yang banyak ditangkap oleh nelayan. Sampai saat ini ikan yang berada di pasar masih berasal dari tangkapan alam. Kondisi lingkingan yang tidak terkontrol mengakibatkan menurunnya kualitas air dan menyebabkan ikan stres. Ikan yang stres daya tahan tubuhnya akan menurun sehingga mudah terinfeksi oleh parasit. Menurut Kabata (1985) parasit dapat dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan habitat parasit yaitu ektoparasit dan endoparasit. Ektoparasit adalah parasit yang habitatnya melekat pada bagian permukaaan tubuh. Endoparasit adalah parasit yang habitatnya di dalam tubuh inang, antara lain saluran pencernaan, hati dan organ lain. Secara umum infeksi endoparasit nematoda hanya menimbulkan kondisi patologis yang ringan, bahkan pada kondisi lingkungan yang normal gejala klinisnya kurang dapat di deteksi dengan jelas. Ikan yang terinfeksi cacing tidak menimbulkan kematian, akan tetapi dapat mengakibatkan menurunnya fekunditas inang, dan meningkatkan kerentanan terhadap patogen lain, serta dapat mengakibatkan kerusakan jaringan pada usus (Saputra, 2011). Dalam jumlah yang banyak keberadaan cacing endoparasit dapat menyebabkan efek kematian pada populasi inang dan konsekuensinya dapat
Skripsi
CATUR AMRINA S STUDI IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI CACING ENDOPARASIT IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) BRONDONG LAMONGAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
20
menyebabkan kerugian besar bagi industri perikanan dan akuakultur. Infeksi cacing endoparasit dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya cara hidup dan kebiasaan makan, migrasi dan adanya kontak antar individu dalam kelompoknya. Ikan yang bergerombol menjadi sarana paling efektif dari satu ikan yang terinfeksi cacing ke ikan yang lainnya. Menurut Sarjito dan Desrina (2005), sampai saat ini informasi tentang identifikasi dan prevalensi cacing endoparasit pada ikan di Indonesia masih sedikit. Secara umum infeksi cacing endoparasit pada ikan tidak mematikan, sehingga kerugian yang ditimbulkan tidak langsung dapat dirasakan seperti ikan budidaya, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang identifikasi dan prevalensi endoparasit cacing pada ikan kuniran di TPI Brondong. Penelitian ini akan mengambil sampel di TPI Brondong Lamongan. Pemilihan daerah tersebut karena Tempat Pelangan Ikan (TPI) Brondong merupakan tempat pendaratan ikan terbesar di Jawa Timur dan banyak laporan mengenai kasus endoparasit yang menyerang ikan kuniran. Secara skematis kerangka konseptual penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1.
Skripsi
CATUR AMRINA S STUDI IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI CACING ENDOPARASIT IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) BRONDONG LAMONGAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
21
Hasil tangkapan ikan Ikan Kuniran Menurunnya kualitas air, stress, suhu tinggi
Penyakit
Non-Infeksius
Infeksius
Virus
Parasit
Ektoparasit
Bakteri
Jamur
Endoparasit Cacing Identifikasi Prevalensi
Gambar 3.1 Kerangka konseptual penelitian Keterangan : : Aspek yang diteliti : Aspek yang tidak diteliti
Skripsi
CATUR AMRINA S STUDI IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI CACING ENDOPARASIT IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) BRONDONG LAMONGAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat pengambilan sampel dilakukan di TPI Brondong, Lamongan. Pemeriksaan cacing endoparasit dilakukan di Laboratorium Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni sampai Agustus 2014. 4.2 Materi Penelitian 4.2.1 Alat Penelitian Peralatan yang digunakan dalam pengambilan sampel yaitu styrofoam. Selain itu, alat yang digunakan untuk proses identifikasi yaitu mikroskop, pisau bedah (scalpel), gunting bedah, petridisk, object glass, cover glass, pipet tetes, centrifuge, microtube, dan nampan. 4.2.2 Bahan Penelitian Penelitian ini menggunakan sampel berupa ikan kuniran (Upeneus sulphureus) sebanyak 100 ekor yang diambil secara acak dan pengambilan dilakukan sebanyak empat kali yang mengacu pada Israel (2013) karena populasi sampel lebih dari 100.000. Bahan lain yang digunakan untuk identifikasi dan pewarnaan yaitu larutan alkohol gliserin 5%, larutan Carmine, alkohol 70%, HCl, NaHCO3, alkohol 85%, alkohol 95%, larutan Hung’s I dan larutan Hung’s II. 4.3 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey melalui pengambilan sampel pada lokasi untuk mengidentifikasi jenis cacing
Skripsi
CATUR AMRINA S STUDI IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI CACING ENDOPARASIT IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) BRONDONG LAMONGAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
23
saluran pencernaan pada ikan kuniran (Upeneus sulphureus). Menurut Azwar (2010), metode survey adalah metode yang bertujuan untuk menggambarkan secara sistematik dan akurat mengenai populasi yang menggambarkan situasi atau kejadian. Metode pengambilan sampel dilakukan secara acak (random sampling) terhadap ikan dari TPI Brondong Lamongan. 4.3.1 Prosedur Penelitian a. Pengambilan sampel Pengambilan sampel dilakukan secara acak sebanyak 100 ekor yang diambil secara berkala karena keterbatasan peneliti yang membutuhkan ketelitian dalam memeriksa sampel. Sampel kemudian dimasukkan ke dalam styrofoam yang diberi es lalu dibawa ke Laboratorium Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya. b. Pemeriksaan Sampel dan Identifikasi Cacing Sampel diambil satu persatu lalu diletakkan di atas nampan, kemudian diukur panjangnya. Bagian anal ikan dibedah dengan menggunakan gunting bedah mengarah ke anterior tubuh sampai pada bagian sirip ventral, kemudian digunting ke arah dorsal ikan sampai pada bagian gurat sisi lalu digunting mengarah di bagian anal ikan. Saluran pencernaan ikan dan organ-organ tubuh lain dilakukan pengamatan terhadap adanya endoparasit Feses dikeluarkan dan diambil secukupnya dan diletakkan diatas object glass ditetesi air kemudian diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 100x dan 400x (Stasiun Karantina Ikan Kelas I Hang Nadim Batam, 2010). Apabila terbukti positif, sampel cacing endoparasit diambil dan dilakukan pewarnaan.
Skripsi
CATUR AMRINA S STUDI IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI CACING ENDOPARASIT IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) BRONDONG LAMONGAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
24
c. Pewarnaan Cacing Endoparasit Pewarnaan endoparasit menggunakan metode Semichen-Acetic Carmine yang mengacu pada Khulmann (2006), yaitu dengan cara cacing disimpan ke dalam alkohol gliserin 5% selama 24 jam. Setelah itu, cacing dimasukkan ke dalam alkohol 70% selama 5 menit, kemudian cacing dipindahkan ke dalam larutan Carmine yang sudah diencerkan dengan alkohol 70% dengan perbandingan 1 : 2, dibiarkan selama empat jam. Cacing dilepas dari object glass dan dipindahkan dalam larutan alkohol asam (alkohol 70% + HCl) selama 2 menit, larutan alkohol basa (alkohol 70% + NaCO3) selama 20 menit, kemudian dilakukan dehidrasi bertingkat dengan alkohol 70% selama 5 menit, alkohol 85% selama 5 menit dan alkohol 95% selama 5 menit. Selanjutnya, dilakukan mounting dalam larutan Hung’s I selama 20 menit, kemudian diletakkan pada object glass yang bersih, larutan Hung’s II diteteskan diatas cacing tersebut, kemudian ditutup dengan cover glass. d. Pemeriksaan telur cacing Menurut Subekti dkk (2007), pemeriksaan telur cacing dilakukan dengan metode sedimentasi. Cara kerja metode sedimentasi yaitu feses yang didapat dicampur air dengan perbandingan 1:10 lalu diaduk sampai tercampur. Campuran feses disaring dan dimasukkan ke dalam tabung sentrifus (centrifuge tube) dan disentrifus (centrifuge) selama 1-2 menit dengan kecepatan 1500-3000 rpm. Supernatan selanjutnya dibuang dan diganti dengan air, lalu diaduk sampai tercampur dan disentrifus (centrifuge) kembali dengan kecepatan 1500-3000 rpm
Skripsi
CATUR AMRINA S STUDI IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI CACING ENDOPARASIT IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) BRONDONG LAMONGAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
25
selama 1-2 menit. Supernatan dibuang dan disisakan sedikit sedimen kemudian diperiksa di bawah mikroskop dengan perbesaran 100x. 4.3.2 Identifikasi Cacing Identifikasi cacing dilakukan berdasarkan Grabda (1991), Rigby (1998), dan Bykhosvskaya-Pavlovskaya (1962). 4.4 Diagram Alir Penelitian Diagram alir penelitian dapat dilihat pada gambar 4.1 Persiapan Alat dan Bahan
Pengambilan Sampel di TPI Brondong
Pembedahan ikan kuniran dan pengamatan organ-organ dan saluran pencernaan Pengambilan cacing dan pemeriksaan feses Pewarnaan cacing menggunakan metode Semihen Acetic Carmine Identifikasi cacing dengan menggunakan kunci identifikasi Kabata (1985) GambarPenghitungan 4.1 Diagram alir penelitian prevalensi
4.5 Parameter Penelitian Parameter yang utama diamati dalam penelitian ini adalah tingkat prevalensi dan jenis cacing endoparasit yang menginfeksi ikan kuniran (Upeneus sulphureus) di TPI Brondong Lamongan. Prevalensi adalah besarnya persentase
Skripsi
CATUR AMRINA S STUDI IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI CACING ENDOPARASIT IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) BRONDONG LAMONGAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
26
ikan yang terinfeksi dari ikan yang diperiksa. Prevalensi infeksi cacing dihitung sesuai dengan metode dari Stasiun Karantina Ikan Kelas I Hang Nadim Batam (2010), dengan rumus sebagai berikut : Prevalensi = N x 100% n Dimana :
N : Jumlah sampel ikan (inang) yang terinfeksi parasit (ekor) n : Jumlah sampel ikan (inang) yang diamati (ekor)
4.6 Analisis Data Data hasil identifikasi cacing endoparasit yang menginfeksi ikan kuniran (Upeneus sulphureus) dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk gambar dan tabel.
Skripsi
CATUR AMRINA S STUDI IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI CACING ENDOPARASIT IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) BRONDONG LAMONGAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian Penelitian dilakukan dengan pengamatan secara mikroskopis, yaitu dengan melakukan pembedahan pada organ dalam dan saluran pencernaan ikan setelah itu melakukan pengamatan menggunakan mikroskop dengan pembesaran 40x dan 100x. Hasil penelitian dilakukan dengan sampel 100 ikan kuniran (Upeneus sulphureus) ditemukan larva stadium tiga Anisakis simplex dan cacing dewasa Camallanus carangis. 5.1.1 Identifikasi Cacing Endoparasit pada Ikan Kuniran Pemeriksaan sampel dilakukan secara langsung dengan melakukan pembedahan pada tubuh ikan untuk diambil organ dalam dan saluran pencernaannya. Apabila sampel positif terdapat cacing, sampel disimpan kemudian dilakukan pewarnaan. Pewarnaan terhadap cacing dilakukan dengan metode Semichen Acetic Carmine. Setelah pewarnaan cacing, dilakukan proses identifikasi. Hasil identifikasi cacing pada 100 sampel ikan yang telah diperiksa pada organ dalam dan saluran pencernan ikan kuniran (Upeneus sulphureus) di Tempat Pelelangan Ikan Brondong Lamongan ditemukan dua jenis spesies yaitu larva stadium tiga Anisakis simplex dan cacingdewasaCamallanus carangis. Pada pemeriksaan telur cacing dengan metode sedimentasi tidak ditemukan adanya telur cacing.
Skripsi
CATUR AMRINA S STUDI IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI CACING ENDOPARASIT IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) BRONDONG LAMONGAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
28
Cacing Anisakis simplex termasuk dalam ordo Ascaridida tersebut ditemukan menempel pada rongga perut, lambung, usus, dan hati sedangkan cacing Camallanus carangis dari ordo Camallanoidea ditemukan pada usus. Data identifikasi cacing pada ikan kuniran dapat dilihat pada tabel 5.1 Tabel 5.1 Jenis Larva Cacing Endoparasit pada Ikan Kuniran di TPI Brondong Lamongan Pengambilan Panjang Cacing yang Panjang Keterangan Ke- (Jumlah Tubuh Ditemukan Tubuh Sampel) Ikan Cacing (cm) (mm) I (25 ekor) 16 – 22 Anisakis simplex 11-22 Larva Stadium Tiga Camallanus carangis 11 Cacing Dewasa II (25 ekor)
17 – 24
Anisakis simplex
10-16
Larva Stadium Tiga
III ( 25 ekor) 16 – 21,5
Anisakis simplex
7-17
Larva Stadium Tiga
IV (25 ekor)
Anisakis simplex
6-20
Larva Stadium Tiga
17,5 – 21
Cacing yang ditemukan menurut kunci identifikasi adalah larva stadium tiga Anisakis simplex, cacing tersebut merupakan Phylum dari Nemathelmintes, Kelas Nematoda, Ordo Ascaridida, Famili Anisakidae, Genus Anisakis (Grabda, 1991). Larva stadium tiga Anisakis simplex yang ditemukan memiliki warna putih susu, berukuran panjang 7-22 mm dengan diameter 0,4-0,9 mm, ditemukan dalam bentuk lurus dan melingkar (coil) yang dibungkus oleh jaringan kista halus. Larva stadium tiga Anisakis simplex yang ditemukan memiliki bentuk tubuh silindris memanjang, di bagian anterior cacing tersebut memiliki bibir yang dilengkapi dengan gigi larva (larval tooth) yang mengelilingi mulut, organ tersebut digunakan untuk mengambil makanan dari inang. Memiliki esophagus yang lurus berbentuk silindris, dan dilanjutkan dengan adanya ventrikulus berupa otot yang
Skripsi
CATUR AMRINA S STUDI IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI CACING ENDOPARASIT IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) BRONDONG LAMONGAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
29
menghubungkan langsung pada usus. Ventrikulus yang terletak di antara esophagus dan usus menjadi ciri khas Anisakis simplex dari jenis nematoda lainnya. Larva Anisakis simplex memiliki mukron pada bagian posteriornya. Mukron adalah suatu penjuluran kontraktil dari kutikula yang tipis.
a
b
c Gambar 5.1 Larva stadium tiga Anisakis simplex pada ikan kuniran (Upeneus sulphureus). Skala bar 0,5 mm Keterangan : a. bagian anterior Anisakis simplex (Perbesaran 100x) b. Bagianventriculus Anisakis simplex (Perbesaran 100x) c. Bagian posterior Anisakis simplex (Perbesaran 100x)
Skripsi
CATUR AMRINA S STUDI IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI CACING ENDOPARASIT IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) BRONDONG LAMONGAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
a
b
30
c
Gambar 5.1 Larva stadium tiga Anisakis simplex pada ikan kuniran (Mikroskop Binokuler yang dilengkapi dengan kamera Lucida).Skala bar 50 µm Keterangan : a. bagian anterior Anisakis simplex b. Bagianventriculus Anisakis simplex c. Bagian posterior Anisakis simplex Selain itu juga ditemukan cacing dewasa Camallanus carangis, cacing tersebut merupakan Filum dari Nemathelminthes, Kelas Nematoda, Ordo Camallanoidea, Famili Camallaninae, Genus Camallanus dan Spesies Camallanus carangis (Rigby, 1998). Cacing dewasa Camallanus carangis ditemukan di usus memiliki warna merah dan bentuk tubuh yang lurus yang berukuran 11 mm. Tubuhnya ditutupi oleh lapisan kutikula halus yang melintang mulai dari ujung anterior sampai ujung ekor. Bagian ujung kepalanya membulat sedangkan bagian akhir ekor meruncing. Pada bagian kepala terdapat buccal capsule yang dilengkapi 9 lekukan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditemukan Larva stadium tiga dari jenis Anisakis simplex, cacing dewasa Camallanus carangis dan tidak ditemukannya telur cacing pada ikan kuniran dari hasil tangkapan nelayan yang didaratkan di TPI Brondong, Lamongan.
Skripsi
CATUR AMRINA S STUDI IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI CACING ENDOPARASIT IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) BRONDONG LAMONGAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
a
31
b
c Gambar 5.3 Cacing Camallanus carangis pada ikan kuniran (Upeneus sulphureus). Skala bar 0,5 mm Keterangan : a. Bagian anterior Camallanus carangis (Perbesaran 100x) b. Bagian ventriculus Camallanus carangis (Perbesaran 100x) c. Bagian posterior Camallanus carangis (Perbesaran 100x)
Skripsi
CATUR AMRINA S STUDI IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI CACING ENDOPARASIT IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) BRONDONG LAMONGAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
32
a b c Gambar 5.4 Cacing Camallanus carangis pada ikan kuniran (Mikroskop yang dilengkapi dengan kamera Lucida).Skala bar 50 µm. Keterangan : a. bagian anterior Camallanus carangis b.bagian ventriculus Camallanus carangis c.bagian posterior Camallanus carangis 5.1.2 Prevalensi Cacing Endoparasit pada Ikan Kuniran Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
tingkat
prevalensi
setiap
pengambilan sampel bervariasi. Data hasil perhitungan prevalensi endoparasit ikan kuniran dapat dilihat pada Tabel 5.2 Tabel 5.2 Hasil Perhitungan Prevalensi Cacing Endoparasit pada Ikan Kuniran Pengambilan Jumlah Sampel Jumlah Ikan yang Prevalensi Ke yang Diperiksa Terinfeksi (ekor) (%) 1 25 7 28 2 25 10 40 3 25 9 36 4 25 10 40 Total 100 36 36 Hasil perhitungan prevalensi dari setiap pengambilan di TPI Brondong Lamongan diperoleh data dari setiap pengambilan adalah pada pengambilan pertama sampai dengan pengambilan keempat berturut-turut sebesar 28%, 40%,36% dan 40%. Larva cacing Anisakis simplex memiliki bentuk melingkar dan lurus sedangkan cacing dewasa Camallanus carangis memiliki buccal
Skripsi
CATUR AMRINA S STUDI IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI CACING ENDOPARASIT IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) BRONDONG LAMONGAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
33
capsule di bagian anteriornya dan memiliki tridents. Prevalensi rata-rata ikan kuniran hasil tangkapan nelayan di TPI Brondong yang terinfeksi cacing Anisakis simplex dan Camallanus sebesar 36%. 5.2 Pembahasan Cacing endoparasit yang ditemukan pada penelitian ini termasuk dalam Phylum Nemathelmintes, Kelas Nematoda, Ordo Ascaridida, Famili Anisakidae, Genus Anisakis dan Species Anisakis simplex. (Grabda, 1991).Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditemukan larva stadium tiga Anisakis simplex yang berwarna putih susu dan memiliki larval tooth dan mukron. Larva stadium tiga Anisakis simplex yang ditemukan memiliki saluran ekskresi di bagian posterior dan memiliki esophagus, ventrikulus dan usus. Larva stadium tiga Anisakis simplex umumnya ditemukan di saluran pencernaan, rongga perut dan hati. Hal ini disebabkan ikan terinfeksi karena memakan crustacea yang di dalam tubuhnya mengandung larva stadium dua dari Anisakis simplex. Crustacea berperan sebagai inang perantara pertama, hal ini sesuai dengan pernyataan Nuchjangreed et al.,(2006). Terdapatnya Anisakis simplex pada rongga tubuh dansaluran pencernaan karena banyaknya sumber bahan organik yang sebagaisumber makanan dari parasit nematoda. Selain itu juga ditemukan cacing dalam Phylum Nemathelmintes, Kelas Nematoda, Ordo Camallanoidea, Famili Camallaninae, Genus Camallanus dan Spesies Camallanus carangis. Camallanus carangis memiliki ciri khas yaitu terdapat buccal capsule pada bagian anterior. Setiap katup pada buccal capsule
Skripsi
CATUR AMRINA S STUDI IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI CACING ENDOPARASIT IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) BRONDONG LAMONGAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
34
dilengkapi dengan sembilan lekukan. Bagian ujung posterior meruncing dan terdapat lubang anus dibagian posterior. Infeksi larva Anisakis simplex dan cacing dewasa Camallanus carangis pada umumnya tidak menunjukkan adanya gejala klinis yang jelas pada ikan. Hal ini menyebabkan sulit mendeteksi adanya parasit pada tubuh ikan, akan tetapi jika dilakukan pembedahan dan dilakukan pengamatan pada bagian organ dalamnya, keberadaan
endoparasit tersebutdapat diketahui. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan Sarjito dan Desrina (2005) yang menyatakan bahwa infeksi endoparasit tidak menunjukkan gejala klinis eksternal dan sulit untuk terdeteksi dengan cepat, sehingga perlu dilakukan pembedahan dan pengamatan organ dalamnya. Tingkat prevalensi larva stadium tiga Anisakis simplex dan cacing dewasa Camallanus carangispada ikan kuniran (Upeneus sulphureus) di TPI Brondong Lamongan sebesar 36%. Menurut kategori infeksi berdasarkan Williams and Williams (1996), prevalensi ikan kuniran yang telah diteliti termasuk dalam kategori commonly (49-30%). Bervariasinya prevalensi pada setiap pengambilan sampel dapat dipengaruhi oleh perbedaan ukuran ikan. Semakin besar ukuran ikan menyebabkan kesempatan ikan tersebut terinfeksi parasit juga semakin besar, hal tersebut dipengaruhi kebiasaan makan ikan, semakin besar ukuran ikan maka semakin banyak jumlah pakan yang dikonsumsi oleh ikan. Beberapa jenis pakan yang dikonsumsi oleh ikan memicu masuknya beberapa organisme patogen yang mengganggu kesehatan ikan.
Skripsi
CATUR AMRINA S STUDI IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI CACING ENDOPARASIT IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) BRONDONG LAMONGAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
35
Selain faktor-faktor diatas, ditemukannya endoparasit pada saluran pencernaan ikan kuniran (Upeneus sulphureus) di perairan laut dan diambil di TPIBrondong, Lamongan, kemungkinan juga karena adanya limbah industri, yang menyebabkan menurunnya kualitas air di sekitar daerah pengambilan sampel, sehingga menurunnya kualitas air dapat menyebabkan daya tahan tubuh dari ikan menurun dan ikan tersebut mudah terinfeksi oleh parasit (Yuliarti, 2011). Anisakis simplex dapat menginfeksi manusia melalui mekanisme memakan ikan kuniran (Upeneus sulphureus) yang kurang matang. Dalam tubuh manusia larva akan menembus jaringan mukosa usus, kasus infeksi umumnya tidak menunjukkan gejala tetapi larvanya terkadang bisa ditemukan ketika larva hidup keluar melalui muntah atau feses (Sugane et al., 1992). Anisakis simplex pada manusia dapat menyebabkan beberapa gejala antara lain rasa sakit pada perut bagian bawah, mual, muntah, demam, diare, dan adanya darah dalam feses. Untuk mencegahnya agar tidak mengkonsumsi ikan yang kurang matang, sebaiknya memakan ikan yang matang. Larva Anisakis simplex mati apabila disimpan dalam suhu -20º C selama 168 jam dan dimasak pada suhu diatas 200º C (Bucciet al., 2013).
Skripsi
CATUR AMRINA S STUDI IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI CACING ENDOPARASIT IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) BRONDONG LAMONGAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1
Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :
1.
Cacing endoparasit yang ditemukan pada ikan kuniran (Upeneus sulphureus) yang diambil dari tangkapan nelayan di TPI Brondong Lamongan adalah larva stadium tiga Anisakis simplex dan cacing dewasa Camallanus carangis
2.
Prevalensi cacing endoparasit ikan kuniran (Upeneus sulphureus) yang diambil dari tangkapan nelayan di TPI Brondong Lamongan adalah sebesar 36% (commonly).
6.2
Saran Dengan ditemukannya larva stadium tiga Anisakis simplex pada saluran
pencernaan ikan kuniran (Upeneus sulphureus), maka diperlukan pengolahan yang baik dan benar sebelum ikan tersebut dikonsumsi manusia, karena bersifat zoonosis.
Skripsi
CATUR AMRINA S STUDI IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI CACING ENDOPARASIT IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) BRONDONG LAMONGAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
36
DAFTAR PUSTAKA
Adji. A.O.S. 2008. Studi Keragaman Cacing Parasitik Pada Saluran Pencernaan Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) dan Ikan Tongkol (Euthynnus spp.). Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor. Audicana, M.T and M.W Kennedy. 2008. Anisakis simplex: from Obsecure Infections Worm to Inducer of Immune Hypersensitivity. American Soc Microbiol. 21 (2) : 361-373. Arifudin S dan N Abdulgani. 2013. Prevalensi dan Derajat Infeksi Anisakis sp. Pada Saluran Pencernaan Ikan Kerapu Lumpur (Ephinephlus sexfasciatus) di TPI Brondong Lamongan. Skripsi. Jurusan Biologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Teknologi Sepuluh November. Surabaya. Azwar, S. 2010. Metode Penelitian. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Hal 83. Bray, R.A and J.L. Justine. 2013. Bucephalidae (Digenea) from Epinephelines (Serranidae : Perciformes) from The Waters Off New Caledonia, Including Neidhartia lochepintade n. sp. Parasitol 20 (56) : 1-26. Bucci, C., G. Serena., M. Ivonne., Fortunato., C. Carolina., I. Paola. 2013. Anisakis, just think about it in an emergency!. Int. J. Infect. Dis. 17(11): 1071-1072. Buchmann K. and Bresciani J. 2001. An Introduction to Parasitic Diseases of Freshwater Trout. Denmark: DSR Publisher. Bykhosvskaya-Pavlovskaya, I.E., 1962. Key to Parasites of Freshwater Fish of U.S.S.R. Translations. Birrow, A. Ve Cale, Z.S. 1964 Israel Program for Scientic Translations, Jerusalem. Cuomo, M.J., L.B Noel, and D.B White. 2014. Diagnosing Medical Parasites : A Public Health officers Guide to Assisting Laboratory and Medical Officers. Air Education and Training Command. 286 page. Derbel H., Chaari M., and Neifar L. 2012. Digenea Species Diversity In Teleost Fishes From The Gulf Of Gabes, Tunisia (Western Mediterranean). Parasitol. 19 : 129-135. Direktorat Jendral Perikanan Tangkap. 2012. Statistik Perikanan Tangkap Perairan Laut Tahun 2012. Jakarta. Emelina, N. 2008. Cacing Parasitik pada Insang Ikan Kembung (Decopterus spp). Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 56 hal
Skripsi
CATUR AMRINA S STUDI IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI CACING ENDOPARASIT IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) BRONDONG LAMONGAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
37
Ernawati T dan B. Sumiono. 2006. Sebaran dan Kelimpahan Ikan Kuniran (Mullidae) di Perairan Selat Makassar. Balai Riset Perikanan Laut. Jakarta. Gandarillas M.C.P., K.B. Lohrmann., A.L. Valdivia., and C.M. Ibanez. 2009. First Record of Parasite of Desidicus gigas (d’Orbigny, 1835) (Cephalopoda : Ommastrephidae) From The Humboldt Current System Off Chile. Biol Marine Oceanografi. 44 (2) : 397-408. Genisa, A. S. 1999. Pengenalan Jenis - Jenis Ikan laut Ekonomis Penting di Indonesia. Balitbang Biologi Laut. Oseana 24 (1) : 17-38. Grabda, J. 1991. Marine Fish Parasitology. VHC and PWN-Polish Scientific Publishers, New York. Hal 5-27. Israel, G. D., 2013. Determining Sampel Size. Institute of Food and Agricultural Sciences. University of Florida. Florida: 5p. Kabata Z. 1985. Parasites and Diseases Of Fish Cultured In The Tropics. London: Taylor and Prancis. Kuhlmann, W.F. 2006. Preservation, Staining and Mounting Parasites Spesiment. http//www.facstaff.unca.com Martins, M.L., F. Gracia, R.S. Piazza., and L. Ghoraldelli. 2007. Camallanus maculatus n. Sp. (Nematoda : Camallanidae) In On Ornamental Fish Xiphophorus maculatus (Oisteichthyes : Poecilidae) cultivated in Sao Paulo State, Brazil. Arq Bras Med Vet Zootec. 59 (5) : 1224-1230. Monks, N. 2014. Camallanus Worm Are Among The Most Commonly Encountered Internal Parasites For Aquarium Fish. http//www.fishchannel.com Moravec, F and J.L., Justine. 2006. Camallanus cotti (Nematoda: Camallanidae), an introduced parasite of fishes in New Caledonia. Parasitol. 53 : 287-296. Muttaqin M. Z dan N Abdulgani. 2013. Prevalensi dan Derajat Infeksi Anisakis sp. Pada Saluran Pencernaan Ikan Kakap Merah (Lutjanus malabaricus) di Tempat Pelelangan Ikan Brondong Lamongan. Sains Seni Pomits. 2 (1) : 3033. Nuchjangreed C, Z. Hamzah, P. Suntornthiticharoen, and P.S. Muntawarasilp. 2006. Anisakid in Marine Fish from The Coast of Chon Buri Province, Thailand. Palm, H.W. 2008. Molecular Genotyping of Anisakis. Science and Technol. 3. 8p.
Skripsi
CATUR AMRINA S STUDI IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI CACING ENDOPARASIT IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) BRONDONG LAMONGAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
38
Pascual, S., A.F. Gonzales, C. Arias, and A, Guerra. 1999. Larval Anisakis simplex B (Nematoda: Ascaridoidea) of Short-Finned Squid (Cephalopoda: Ommastrephidae) in North-West Spain. Marine Bio. Association of the United Kingdom 79: 65-72. Pusat Informasi Pelabuhan Perikanan. 2014. Informasi Produksi dan Harga PP. Brondong, Agustus. Rigby, M.C. 1997. The Camallanidae (Nematoda) Of Indo-Pacific Fishes: Taxonomy, Ecology And Host-Parasite Coevolution. Proc. 5th Indo-Pac. Fish Conf. 633:644 Rigby, M.C., M.L. Adamson, and T.L Deardorf. 1998. Camallanus carangis Olsen, 1954 (Nematoda: Camallanidae) Reported from French Polynesia and Hawai with a Redescription of The Spesies. Parasitol 84 (1): 158-162. Saputra A. R. 2011. Deteksi Morfologi Dan Molekuler Parasit Anisakis Spp Pada Ikan Tongkol (Auxis thazard). Skripsi. Program Studi Budidaya Perairan. Jurusan Perikanan. Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar. Sarjito., Desrina. 2005. Analisa Infeksi cacing Endoparasit Pada Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) dari Perairan Pantai Demak. Jurusan Perikanan. Fakultas Perikanan dan Kelautan. Universitas Diponegoro. 40hal. Stasiun Karantina Ikan Kelas I Hang Nadim Batam. 2010. Laporan Pemantauan HPI dan HPIK. Stasiun Karantina Ikan Kelas I Hang Nadim Batam. Batam. 57 hal. Subekti S, S. Koesdarto, S. Mumpuni, H. Puspitawati dan Koesnoto. 2007. Diktat Kuliah Helmintologi Veteriner. Departemen Pendidikan Nasional. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Airlangga. Surabaya. Subekti S, dan G. Mahasri. 2012. Buku Ajar Parasit dan Penyakit Ikan (Trematodiasis dan Cestodiasis). Fakultas Perikanan dan Kelautan. Universitas Airlangga. Surabaya. Sugane, K., S.H. Sun, and T. Matsuura, (1992). Radiolabelling of The ExcretorySecretory and Somatic Antigens of Anisakis simplex Larvae. Helminthol., 66 (4): 305-309. Sumiono B dan S Nuraini. 2007. Beberapa Parameter Biologi Ikan Kuniran (Upeneus sulphureus) Hasil Tangkapan Cantrang Yang Didaratkan Di Brondong Jawa Timur. lktiol Ind. 7 (2). 83-88. Susanti, E. 2008. Identifikasi caacing Parasitik Pada Saluran Pencernaan Ikan Kembung (Decapterus spp.). Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor.
Skripsi
CATUR AMRINA S STUDI IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI CACING ENDOPARASIT IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) BRONDONG LAMONGAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
39
Uiblein, F. and P.C. Heemstra. 2009. A Taxonomic Review Of The Western Indian Ocean Goatfishes Of The Genus Upeneus (Family Mullidae), with Descriptions Of Four New Species. South African Institute of Aquatic Biodiversity, Private Bag 1015, Grahamstown, South Africa. Untergasser D. 1989. Handbook and Diseases. T.F.H Publication Inc. Translated by Howard H. Hirschorn. Neptune City. United States. 159 p. Williams, E. H., and L.B. Williams. 1996. Parasites of Offshore Big Game Fishes if Puerto Rico an The Western Atlantic. Departement of Marine Sciences and Departement of Biology University of Puerto Rico : Puerto Rico 320p. Yuliarti, E. 2011. Tingkat Serangan Ektoparasit pada Ikan Patin (Pangasius djambal) pada Beberapa Pembudidayaan di Kota Makassar. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hassanudin. Makassar. Zubaidy, A.L. 2010. First Record of Lecithochirium sp. (Digenea : Hemiuridae) in the Marine Fish Carangoides bajad from The Red Sea, Coast of Yemen. Marine Sci 21 (1): 85-94. Zubaidy, A.L. 2010. Third-Stage Larvae of Anisakis simplex (Rudolphi, 1809) in the Red Sea Fishes, Yemen Coast. Marine Sci 21 (1): 95-112.
Skripsi
CATUR AMRINA S STUDI IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI CACING ENDOPARASIT IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) BRONDONG LAMONGAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Lampiran 1
Gambar predileksi larva stadium tiga Anisakis simplex dan cacing dewasa Camallanus carangis
. Gambar predileksi larva stadium tiga Anisakis simplex
Gambar predileksi larva stadium tiga Anisakis simplex
Skripsi
CATUR AMRINA S STUDI IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI CACING ENDOPARASIT IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) BRONDONG LAMONGAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
41
Lampiran 2 DATA IKAN KUNIRAN Pengambilan ke I (14 Juni 2014) Nomor Sampel
Ukuran (cm)
Habitat Parasit Yang Menginfeksi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
22 20 19 19 21 18 21 20 18,5 18 17 18 18 22 19 18 18 16 19 19 18 17 16 19 17
Usus Usus Usus Usus Usus Peritoneum Lambung -
Jumlah Parasit yang Menginfeksi (ekor) 2 5 1 2 7 4 1 -
Jumlah Ikan Yang Terinfeksi Prevalansi =
x 100% Jumlah Ikan Yang Diperiksa
=
7 X 100% = 28% 25
Skripsi
CATUR AMRINA S STUDI IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI CACING ENDOPARASIT IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) BRONDONG LAMONGAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
42
Pengambilan ke II (25 Juni 2014) Nomor Sampel
Ukuran (cm)
Habitat Parasit Yang Menginfeksi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
22 24 22 20 19 21 21 20 20 21 21 18 18 19 20 21 19 21 17 20 17 19 20 20 21
Peritoneum Peritoneum dan usus Lambung Peritoneum Usus Usus Hati Usus Peritoneum Peritoneum -
Jumlah Parasit Yang Menginfeksi (ekor) 1 2 1 2 2 1 1 1 3 1 -
Jumlah Ikan Yang Terinfeksi Prevalansi =
x 100% Jumlah Ikan Yang Diperiksa
=
10 X 100% = 40% 25
Skripsi
CATUR AMRINA S STUDI IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI CACING ENDOPARASIT IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) BRONDONG LAMONGAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
43
Pengambilan ke III (1 Juli 2014) Nomor Sampel
Ukuran (cm)
Habitat Parasit Yang Menginfeksi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
19 19 19 17 21,5 20 19,5 19 18 17 19 17 18 17 17 17,5 17,5 16,5 17 16,5 19 16 17 17 16
Lambung Lambung Peritoneum Peritoneum Peritoneum dan lambung Usus Lambung Peritoneum Peritoneum Hati -
Jumlah Parasit Yang Menginfeksi (ekor) 2 7 1 2 2 1 1 2 1 1 1 -
Jumlah Ikan Yang Terinfeksi Prevalansi =
x 100% Jumlah Ikan Yang Diperiksa
=
9 X 100% = 36% 25
Skripsi
CATUR AMRINA S STUDI IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI CACING ENDOPARASIT IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) BRONDONG LAMONGAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
44
Pengambilan ke IV (3 Juli 2014) Nomor Sampel
Ukuran (cm)
Habitat Parasit Yang Menginfeksi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
18,5 18,5 20 20 20 18 18,5 17,5 17 19 19 18 20 19 17 18 18 21 18 19 18 20 18 21 17,5
Hati Usus Peritoneum Lambung dan usus Usus Lambung Peritoneum dan lambung Lambung Peritoneum Peritoneum
Jumlah Parasit Yang Menginfeksi (ekor) 1 1 1 1 2 2 1 3 2
2
Jumlah Ikan Yang Terinfeksi Prevalansi =
x 100% Jumlah Ikan Yang Diperiksa
=
10 X 100% = 40% 25
Skripsi
CATUR AMRINA S STUDI IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI CACING ENDOPARASIT IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) BRONDONG LAMONGAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
45
Lampiran 3 Data Cacing Yang Ditemukan Pengambilan Ikan Ke - Jumlah Cacing (ekor) 1 1 4 1 2 3 5 1 I 8 1 15 1 2 3 4 19 1 2 22 1 5 1 6 1 7 1 8 1 II 11 1 13 1 20 1 21 1 23 1 2 1 3 1 5 1 6 1 III 7 1 10 1 14 1 20 1 22 1 24 1 2 1 4 1 15 1 IV 16 1 20 1 22 1 25 1
Skripsi
Jenis Cacing Anisakis simplex Camallanus carangis Anisakis simplex Anisakis simplex Anisakis simplex Anisakis simplex Camallanus carangis Anisakis simplex Anisakis simplex Anisakis simplex Anisakis simplex Anisakis simplex Anisakis simplex Anisakis simplex Anisakis simplex Anisakis simplex Anisakis simplex Anisakis simplex Anisakis simplex Anisakis simplex Anisakis simplex Anisakis simplex Anisakis simplex Anisakis simplex Anisakis simplex Anisakis simplex Anisakis simplex Anisakis simplex Anisakis simplex Anisakis simplex Anisakis simplex Anisakis simplex Anisakis simplex Anisakis simplex Anisakis simplex Anisakis simplex Anisakis simplex Anisakis simplex Anisakis simplex
CATUR AMRINA S STUDI IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI CACING ENDOPARASIT IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) BRONDONG LAMONGAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
46
Lampiran 4 Kunci Identifikasi Camallanus menurut Rigby et al (1998)
Skripsi
CATUR AMRINA S STUDI IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI CACING ENDOPARASIT IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) BRONDONG LAMONGAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
47
Gambar Kunci Identifikasi Camallanus menurut Rigby et al (1998)
Skripsi
CATUR AMRINA S STUDI IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI CACING ENDOPARASIT IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) BRONDONG LAMONGAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
48
Lampiran 5 Kunci identifikasi Anisakis menurut Bykhosvskaya-Pavlovskaya (1962)
Key to Families of Suborder Ascaridida 1 (2) Cuticule throughout covered by series of rings with posterior margins armed with posteriorly directed spines ................................. Goezildae 2 (1) Cuticule lacking annular siructures ............................ Anisakidae Family ANISAKIDAE Skryabin and Karokhin, 1945 Cuticule without spines or supplementary ridgelike or fringelike structures. Esophagus with ventricle. Either esophageal or intestinal caeca present or both. Blind processes occasionally absent or several in number Parasites of freshwater and migratory fish, represented in the U.S.S.R by four genera. Key to Genera of Faily Anisakidae 1 (6). Intestinal canal with one or two blind caeca. 2 (5). Intestinal canal with one blind caecum 3 (4). Anterior intestinal caecum present ............................ Porrocaecum 4 (3). Posterior esophageal caecum present ........................ Raphidascaris 5 (2). Two caeca present, intestinal pointing anteriorly and esophageal pointing posteriorly ....................... .......................................... Contracaecum 6 (1). Intestinal canal without caeca .................................... Anisakis Genus Anisakis Dujardin, 1845 Esophagus consists of anterior muscular ortion and posterior glandular portion (ventricle). No intestinal or ventrical caeca. Three labia present. Intermediate labia absent. Parasites of digestive tract of marine mammals, occasionally birds. Fish parasitized only by larval forms, occurring in body cavity, on mesentery, in liver, and in kidneys, chiefly of cyprinids and on intestinal walls and intestine itself of predatory fish numerous bodies of water of the U.S.S.R. larvae generally coil into spiral enclosed in capsule. Nomerous species undoubtedly occur in nature, but diagnosis of specific larval affiliations is only possible in experimental studies. Of forms mentioned in the literature only two with fairly detailed descriptions will be presented here. These may als be catch-all forms.
1. A. simplex (Rudolphi, 1809)
Skripsi
CATUR AMRINA S STUDI IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI CACING ENDOPARASIT IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) BRONDONG LAMONGAN
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
49
Larvae up to 30 mm in length. Length of anterior muscular part of esophagus of worms from Siberian salmon and pink salmon 1,9-2,66 mm, length of stomach 1,04501,254 mm. worms from Amur catfish with esophagus 1,8-2,3 mm and stomach 1,05-1,14 mm long. Posterior end of body rounded, but then lapers to turn into short spine (0,012-0,015 mm long). Cuticle on anterior part of body striated. In body cavity and stomach of great Siberian slurgeon, pink salmon and Amur catfsh, Amur River basin.
Skripsi
CATUR AMRINA S STUDI IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI CACING ENDOPARASIT IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) BRONDONG LAMONGAN