STUDI EVALUASI AKUNTANSI ZAKAT PADA LAZIS DENGAN PEDOMAN PSAK 109
Faris Abdurrahman Universitas Trisakti Jl. Kyai Tapa No. 1, Grogol, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11440, Indonesia Email :
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa penerapan PSAK 109 mengenai Akuntansi Zakat, Infak/shadaqah pada LAZIS Yayasan Rumah Zakat. Penelitian ini menganalisa proses akuntansi LAZIS dengan ketentuan dalam PSAK 109. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan Rumah Zakat Pusat di Bandung pada periode 2013 yang telah diaudit, serta wawancara terhadap staf Rumah Zakat yang menangani proses akuntansi. Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa proses akuntansi pada LAZIS Yayasan Rumah Zakat Pusat telah sesuai dengan ketentuan yang dicantumkan dalam PSAK 109. Kata kunci : PSAK ,akuntansi, Zakat,Akuntansi Islam,Infaq,Shadaqah
Abstract The objective of this empirical study is to analyze and determine the observance of PSAK 109 about the accounting procedure for alms and charity bodies in Rumah Zakat Foundation. The source of datas for this study is the financial report of Rumah Zakat Foundation head office in bandung for the 2013 period , and the interview of the accounting staff that handles the accounting process. The result of this study shows that the accounting process in the Rumah Zakat Foundation head office in bandung is fully in observance with the guidelines of PSAK 109. Key Words : PSAK, Accounting, Zakat, Islamic Accounting,Infaq,Shadaqah I.
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara dengan populasi muslim terbesar di dunia yaitu 200 juta lebih muslim. Dan sebagai muslim, salah satu dari lima kewajiban pokok adalah membayar zakat, sesuai dengan firman Allah SWT , Al Quran surat Al Baqarah ayat 43 : 34
*ق ن
س
بق
٤٣ -
Dari fakta diatas, bias dipastkan bahwa potensi zakat masyarakat amat besar dan diperlukan suatu wadah yang akan menampung serta membagikan zakat tersebut kepada sasaran yang sesuai. -zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurushatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha bijaksana ( QS At Taubah 60 )
Untuk melaksanakan tugas menampung serta mendistribusikan zakat masyarakat tersebut, maka pemerintah mendirikan BAZIS , atau badan amil zakat infak dan shadaqah serta pihak swasta mendirikan LAZIS yaitu Lembaga amil zakat infak dan shadaqah. Karena BAZIS dan LAZIS memiliki tanggung jawab besar mengurus dana zakat masyarakat, dan kenyataan bahwa lembaga tersebut merupakan lembaga keuangan, maka lembaga tersebut menggunakan sistem akuntansi dan harus dipertanggungjawabkan segala operasi keuangannya, dan sebagai lembaga keuangan, bentuk dari pertanggungjawaban tersebut adalah menyusun laporan keuangan yang baik dan benar. Dalam upaya mengatur akuntabilitas atau kemampuan mempertanggung jawabkan laporan keuangan suatu badan keuangan, maka IAI mengeluarkan PSAK yang mengatur sistem pencatatan badan dan lembaga keuangan. Khusus untuk BAZIS dan LAZIS, IAI mengeluarkan PSAK 109 yaitu untuk badan dan lembaga zakat infaq shadaqah. Standar akuntansi Zakat sesungguhnya mempunyai aturan tersendiri dengan melihat sifat zakat,dan mengikuti bagaimana harta dinilai dan diukur. Secara umum standar akuntansi zakat akan dijelaskan sebagai berikut : penilaian dengan harga pasar sekarang, aturan satu tahun, kekayaan/aset, aktiva tetap tidak kena zakat, nisab (batas jumlah). Akuntabilitas organisasi pengelola zakat ditunjukkan dalam laporan keuangan tersebut, untuk bisa disahkan sebagai organisasi resmi, lembaga zakat harus menggunakan sistem pembukuan yang benar dan siap untuk diaudit akuntan publik. Ini artinya standar akuntansi zakat mutlak diperlukan. Di dalam PSAK 109 terdapat panduan standar dalam mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan transaksi zakat, infak dan shadaqah. 35
Namun sayangnya, dari contoh kasus yang diteliti, dapat diambil kesimpulan bahwa sebagian besar LAZIS dan BAZIS belum sepenuhnya menerapkan pedoman PSAK 109. Dari lima tahap utama, yaitu Pengakuan, Pengukuran, Pengungkapan dan Penyajian, biasanya yang masih harus disesuaikan dengan PSAK 109 adalah penyajian. Dari lima laporan yang harus disusun menurut PSAK 109, kebanyakan dalam kasus yang ditemui hanya salah satu dari laporan tersebut yang disusun oleh LAZIS. Masih banyak terdapat BAZIS dan LAZIS yang belum sepenuhnya menerapkan ihwal PSAK 109 dalam penyusunan laporan keuangan mereka. Sebagai contoh seperti pada LAZ DPU DT cabang semarang (Umah , 2011), khususnya dalam menyusun lima laporan keuangan yang diregulasikan dalam PSAK 109 yaitu neraca, laporan arus kas, laporan perubahan dana, laporan sumber dana dan penggunaannya, serta catatan atas laporan keuangan, terdapat kasus dimana LAZIS hanya menyusun laporan perubahan dana saja Dari contoh kasus yang diteliti, neraca, laporan arus kas, laporan sumber dana serta penggunaannya, dan catatan atas laporan keuangan belum disusun oleh badan LAZIS. (Nuraida ,2014), Laporan sumber penerimaan dan penggunaan dana, neraca, laporan perubahan dana, serta catatan atas laporan keuangan belum disusun (Istutik 2013) Atas dasar latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian pada sebuah LAZIS di bandung yaitu RZ pusat. Karena dengan adanya penerapan akuntansi zakat secara baik dan benar akan mewujudkan pengelolaan zakat secara optimal dan profesional pada Lembaga Amil Zakat. II.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif studi kasus dengan tingkat intervensi minimal. Unit analisis penelitian adalah organisasi dengan cross-sectional horizon waktu selama 2013. Penelitian ini mengambil data berupa laporan keuangan periode 2013. Pengumpulan data dilakukan dengan melalui wawancara kuesioner, dan data yang digunakan adalah data primer. Pengumpulan data juga akan dilakukan melalui observasi atas laporan keuangan Yayasan Rumah Zakat Indonesia periode 2013. Berikut kuesioner untuk penelitian penulis : Tabel 2.1 Kuesioner Penelitian No. 1. 2. 3.
Pertanyaan Apakah Zakat langsung diakui pada saat diterima ? Apakah zakat non kas diakui sebesar nilai wajar ? Apakah penurunan nilai aset zakat diakui sebagai pengurang dana zakat ?
ya
tidak
36
Apakah penurunan nilai aset yang 4. disebabkan kelalaian amil diakui sebagai pengurang dana amil ? Apakah Zakat yang disalurkan kepada 5. mustahiq diakui sebagai pengurang dana zakat ? Apakah zakat non kas yang disalurkan 6. kepada mustahiq diakui sebagai pengurang dana zakat sebesar nilai yang tercatat ? Apakah kebijakan prioritas penyaluran zakat 7. diungkapkan ? Apakah presentase pembagian untuk amil 8. diungkapkan ? Apakah alasan presentase pembagian untuk 9. amil diungkapkan ? Apakah mustahiq diungkapkan dalam 10. laporan ? Apakah metode penentuan nilai wajar aset 11. nonkas diungkapkan ? Apakah rincian dana yang diterima mustahiq 12. diungkapkan ? 13. Apakah beban pengelolaan diungkapkan ? Jika ada hubungan istimewa antara amil 14 dengan mustahiq ,apakah diungkapkan ? Apakah jumlah aset yang disalurkan kepada 15. mustahiq yang mempunyai hubungan istimewa dengan amil diungkapkan ? Apakah jenis aset yang disalurkan kepada 16. mustahiq yang mempunyai hubungan istimewa dengan amil diaungkapkan ? 17. Apakah neraca keuangan disajikan ? Apakah kas dan yang setara disajikan dalam 18. neraca ? Apakah instrumen keuangan disajikan dalam 19. neraca ? 20. Apakah piutang disajikan dalam neraca ? 21. Apakah aset tetap disajikan dalam neraca ? Apakah akumulasi penyusutan disajikan 22. dalam neraca ? Apakah segala bentuk kewajiban disajikan 23. dalam neraca ? Apakah dana zakat dan amil disajikan dalam 24. neraca ? 25. Apakah laporan perubahan dana disusun ?
37
26. 27. 28.
III.
Apakah laporan perubahan dana mencakup bagian untuk dana zakat dan bagian untuk dana amil ? Apakah catatan atas laporan keuangan disusun ? Apakah laporan arus kas disusun ?
HASIL DAN PEMBAHASAN
RZ merupakan lembaga sosial yang bergerak di bidang amil zakat yaitu sebuah lembaga yang mengemban amanah untuk mengelola zakat agar terkelola dengan baik dan benar. Sebuah jalinan empati dan sinergi telah terjalin hangat dalam 17 tahun terakhir. RZ berusaha menjadi jembatan dan rumah terbaik bagi muzakki (donatur) dan mustahik (penerima manfaat), saling bergandeng tangan berkontribusi menata peradaban yang lebih baik. RZ memiliki 4 program unggulan yaitu : 1. Senyum Juara Yaitu program RZ yang membantu masyarakat dalam bidang pendidikan. Untuk menunjang hal itu, RZ mempunyai Sekolah Juara. Yaitu sekolah yang berkualitas namun siswa tidak dipungut biaya sedikit pun. Sekolah yang didirikan adalah SD Juara, SMP Juara dan SMK Juara Peternakan. RZ telah memiliki 13 Sekolah Juara yang tersebar di 11 kota. Selain itu RZ pun memiliki program beasiswa untuk siswa SD hingga mahasiswa yang hingga tahun 2011 telah membantu 629.626 anak. 2. Senyum Sehat Yaitu program RZ yang bergerak di bidang kesehatan masyarakat. RZ bersama mitra telah mendirikan 7 Rumah Bersalin Sehat Keluarga dan 1 Klinik Sehat. RZ pun bekerjasama dengan 48 mitra Layanan Bersalin, dan kini memiliki 19 Armada Kesehatan dan 39 Mobil Jenazah Gratis. 3. Senyum Mandiri Sementara Senyum Mandiri merupakan program di bidang ekonomi dan pemberdayaan masyarakat. RZ telah memiliki 33 Balai Bina Mandiri yang didirikan di wilayah binaan dan didampingi seorang Member Relationship Officer (MRO) yang memiliki tugas sebagai pendamping, pemberdaya, surveyor pemberdayaan, penggerak lingkungan, dan advokat masyarakat. Di wilayah ICD program pemberdayaan ekonomi seperti Kelompok Usaha Kecil Mandiri, Sarana Usaha Mandiri, Pelatihan Skill Produktif, hingga Budidaya Agro dapat dilaksanakan. 4. Senyum Lestari Senyum lestari merupakan program yang berorientasi pada kelestarian lingkungan dan siaga bencana. Diantaranya program kampung lestari, waterwell, siaga gizi nusantara dan siaga bencana.
38
Akuntansi Akuntansi adalah suatu aktivitas jasa (mengidentifikasikan, mengukur, mengklasifikasikan dan mengikhtisarkan) kejadian atau transaksi ekonomi yang menghasilkan informasi kuantitatif terutama yang bersifat keuangan yang digunakan dalam pengambilan keputusan. (Amin. W, 1997). Akuntansi zakat adalah proses : 1. Pengakuan : penetapan terpenuhinya kriteria pencatatan suatu kejadian atau peristiwa dalam catatan akuntansi sehingga akan menjadi bagian yang melengkapi unsur aset, kewajiban, ekuitas dana, pendapatan, belanja, dan pembiayaan, agar dapat diakui atau dicatat. 2. Pengukuran : penetapan jumlah uang untuk mengakui dana memasukkan setiap unsur laporan keuangan dalam neraca laporan laba rugi. Proses ini menyangkut pemilihan dasar pengukuran tertentu dari tiga alternatif, yaitu : biaya hitoris, biaya kini, dan nilai realitas. 3. Pengungkapan : penyajian informasi dalam statemen keuangan termasuk statemen keuangan itu sendiri, catatan atas statemen keuangan. 4. Penyajian : penyajian catatan informasi keuangan suatu entitas pada suatu periode yang dapat menggambarkan kinerja keuangan entitas tersebut selama periode tersebut transaksi zakat sesuai dengan kaedah syariat islam untuk memberikan informasi pengelolaan zakat oleh Amil kepada pihak-pihak yang berkepentingan untuk mencapai good govermance yang meliputi transparency,responsibility, accountability, fairness, dan independency. Sedangkan tujuan Akuntansi Zakat, yaitu : 1. Memberikan informasi yang diperlukan untuk mengelola secara tepat, efisien, dan efektif dana zakat yang dipercayakan kepada organisasi pengelola ZIS. 2. Memberikan informasi yang memungkinkan bagi lembaga pengelola zakat (manajemen) untuk melaporkan pelaksanaan tanggung jawab dalam mengelola secara tepat dan efektif program dan penggunaan zakat yang menjadi wewenangnya dan memungkinkan bagi lembaga pengelola zakat untuk melaporkan kepada publik atas hasil operasi dan penggunaan dana publik (ummat). Tujuan ini terkait dengan akuntabilitas. PSAK 109 Pernyataan PSAK 109 bertujuan untuk mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan transaksi zakat infak/shadaqah. Pernyataan PSAK 109 berlaku untuk amil yang menerima zakat , infak/shadaqah. Amil yang menerimadan menyalurkan zakat, infak /shadaqah yang selanjutnya disebut amil merupakan organisasi pengelola zakat yang pembentukannya dimaksudkan untuk mengumpulkan dan menyalurkan zakat , infak/shadaqah Pernyataan PSAK 109 tidak berlaku untuk entitas syariah Islam yang menerima dan menyalurkan dana zakat, infak/shadaqah tetapi bukan merupakan kegiatan utamanya. Entitas seperti itu mengacu kepada PSAK 101 untuk entitas syariah Islam. 39
Perlakuan Akuntansi Zakat menurut PSAK 109 1. Pengakuan Awal Zakat Penerimaan zakat diakui pada saat kas atau aset lainnya diterima. Zakat yang diterima dari muzakki diakui sebagai penambah dana zakat. a. Jika dalam bentuk kas maka sebesar jumlah yang diterima b. Jika dalam bentuk nonkas maka sebesar nilai wajar aset nonkas tersebut. Penentuan nilai wajar aset nonkas yang diterima menggunakan harga pasar. Jika harga pasar tidak tersedia, maka dapat menggunakan metode penentuan nilai wajar lainnya sesuai yang diatur dalam PSAK yang relevan. Zakat yang diterima diakui sebagai dana amil untuk bagian amil dan dana zakat untuk bagian non amil. Penentuan jumlah atau persentase bagian untuk mustahiq ditentukan oleh amil sesuai dengan prinsip syariah dan kebijakan amil. Jika muzakki menentukan mustahiq yang harus menerima penyaluran zakat melalui amil maka aset zakat yang diterima seluruhnya diakui sebagai dana zakat. Jika atas jasa tersebut amil mendapatkan ujrah/fee maka diakui sebagai penambah dana amil. 2. Pengukuran Setelah pengakuan Awal Zakat Jika terjadi penurunan nilai aset zakat nonkas, jumlah kerugian yang ditanggung harus diperlakukan sebagai pengurang dana zakat atau 22 pengurang dana amil tergantung dari sebab terjadinya kerugian tersebut. Penurunan nilai aset zakat diakui sebagai: a. Pengurang dana zakat, jika terjadi tidak disebabkan oleh kelalaian amil; b. Kerugian dan pengurang dana amil, jika disebabkan oleh kelalaian amil. 3. Penyaluran Zakat Zakat yang disalurkan kepada mustahiq diakui sebagai pengurang dana zakat sebesar: a. Jumlah yang diserahkan, jika dalam bentuk kas; b. Jumlah tercatat, jika dalam bentuk aset nonkas. 4. Pengakuan Awal Infak/Sedekah Infak/sedekah yang diterima diakui sebagai dana infak/sedekah terikat atau tidak terikat sesuai dengan tujuan pemberi infak/sedekah sebesar: a. Jumlah yang diterima, jika dalam bentuk kas; b. Nilai wajar, jika dalam bentuk nonkas. Penentuan nilai wajar aset nonkas yang diterima menggunakan harga pasar untuk aset nonkas tersebut. Jika harga pasar tidak tersedia, maka dapat menggunakan metode penentuan nilai wajar lainnya sesuai yang diatur dalam PSAK yang relevan. Infak/sedekah yang diterima diakui sebagai dana amil untuk bagian amil dan dana infak/sedekah untuk bagian penerima infak/sedekah. Penentuan jumlah atau persentase bagian untuk para penerima infak/sedekah ditentukan oleh amil sesuai dengan prinsip syariah dan kebijakan amil. 40
5.
6.
7.
Pengukuran Setelah Pengakuan Awal Infak/Sedekah Infak/sedekah yang diterima dapat berupa kas atau aset nonkas. Aset nonkas dapat berupa aset lancar atau tidak lancar. Aset tidak lancar yang diterima oleh amil dan diamanahkan untuk dikelola dinilai sebesar nilai wajar saat penerimaannya dan diakui sebagai aset tidak lancar infak/sedekah. Penyusutan dari aset tersebut diperlakukan sebagai pengurang dana infak/sedekah terikat apabila penggunaan atau pengelolaan aset tersebut sudah ditentukan oleh pemberi. Amil dapat pula menerima aset nonkas yang dimaksudkan oleh pemberi untuk segera disalurkan. Aset seperti ini diakui sebagai aset lancar. Aset ini dapat berupa bahan habis pakai, seperti bahan makanan; atau aset yang memiliki umur ekonomi panjang, seperti mobil ambulance. Aset nonkas lancar dinilai sebesar nilai perolehan sedangkan aset nonkas tidak lancar dinilai sebesar nilai wajar sesuai dengan PSAK yang relevan. Penurunan nilai aset infak/sedekah tidak lancar diakui sebagai: a. pengurang dana infak/sedekah, jika terjadi bukan disebabkan oleh kelalaian amil; b. kerugian dan pengurang dana amil, jika disebabkan oleh kelalaian amil. Dalam hal amil menerima infak/sedekah dalam bentuk aset (nonkas) tidak lancar yang dikelola oleh amil, maka aset tersebut harus dinilai sesuai dengan PSAK yang relevan. Dana infak/sedekah sebelum disalurkan dapat dikelola dalam jangk waktu sementara untuk mendapatkan hasil yang optimal. Hasil dana pengelolaan diakui sebagai penambah dana infak/sedekah. Penyaluran Infak/Sedekah Penyaluran dana infak/sedekah diakui sebagai pengurang dana infak/sedekah sebesar: a. jumlah yang diserahkan, jika dalam bentuk kas; b. nilai tercatat aset yang diserahkan, jika dalam bentuk aset nonkas. Penyaluran infak/sedekah kepada amil lain merupakan penyaluran yang mengurangi dana infak/ sedekah sepanjang amil tidak akan menerima kembali aset infak/sedekah yang disalurkan tersebut.Penyaluran infak/sedekah kepada penerima akhir dalam skema dana bergulir dicatat sebagai piutang infak/sedekah bergulir dan tidak mengurangi dana infak/ sedekah. Pengungkapan Zakat, Infak/Sedekah menurut PSAK109 a. Zakat Amil harus mengungkapkan hal-hal berikut terkait dengan transaksi zakat, tetapi tidak terbatas pada: Kebijakan penyaluran zakat, seperti penentuan skala prioritas penyaluran dan penerima Kebijakan pembagian antara dana amil dan dana nonamil atas penerimaan zakat, seperti persentase pembagian, alasan, dan konsistensi kebijakan; Metode penentuan nilai wajar yang digunakan untuk penerimaan zakat berupa aset nonkas; 41
Rincian jumlah penyaluran dana zakat yang mencakup jumlah beban pengelolaan dan jumlah dana yang diterima langsung mustahiq; dan Hubungan istimewa antara amil dan mustah yang meliputi: Sifat hubungan istimewa; Jumlah dan jenis aset yang disalurkan Melalui wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap staf Rumah Zakat, serta observasi laporan keuangan yang diizinkan oleh Rumah Zakat untuk diperlihatkan, dapat dikumpulkan bukti penerapan PSAK 109 sebagai berikut. PSAK 109 pasal 9 menyatakan bahwa zakat harus diakui saat diterima, hasil penelitian menunjukkan bahwa Rumah Zakat mengakui zakat pada saat penerimaan. PSAK 109 pasal 10 menyatakan bahwa aset yang diterima harus diakui sebagai penambah dana zakat, hasil penelitian menunjukkan bahwa Rumah Zakat telah melakukannya. PSAK 109 pasal 10a menyatakan bahwa aset yang diterima berupa kas harus diakui sebagai penambah dana zakat sebesar kas yang diterima, hasil penelitian menunjukkan bahwa Rumah Zakat telah melakukannya PSAK 109 pasal 10b menyatakan bahwa zakat non-kas harus diakui sebesar nilai wajar, hasil penelitian menunjukkan bahwa Rumah Zakat telah melakukannya. PSAK 109 pasal 11 menyatakan bahwa penentuan nilai wajar aset non kas yang diterima menggunakan harga pasar, jika tidak ada maka penentuan nilai wajar aset menggunakan metode yang diatur sesuai PSAK yang relevan, hasil penelitian menunjukkan bahwa Rumah Zakat telah melakukannya. PSAK 109 pasal 12 menyatakan bahwa zakat yang diterima diakui sebagai dana non amil jika itu dana zakat dan dana amil jika diperuntukkan bagi amil, hasil penelitian menunjukkan bahwa Rumah Zakat telah melakukannya. PSAK 109 pasal 13 menyatakan bahwa penentuan jumlah atau presentase bagian untuk masing masing mustahiq ditentukan oleh amil sesuai dengan prinsip syariah dan kebijakan amil, hasil penelitian menunjukkan bahwa Rumah Zakat telah melakukan hal tersebut. PSAK 109 pasal 15 menyatakan bahwa jika terjadi penurunan nilai aset zakat non kas, jumlah kerugian yang ditanggung harus diperlakukan sebagai pengurang dana zakat atau pengurang dana amil tergantung dari sebab terjadinya kerugian tersebut, hasil penelitian menunjukkan bahwa Rumah Zakat telah melakukannya. PSAK 109 pasal 16 a dan b menyatakan bahwa jika penurunan aset nonkas yang bukan disebabkan oleh kelalaian amil maka diakui sebagai pengurang dana zakat, namun yang disebabkan kelalaian amil maka diperlakukan sebagai pengurang dana amil, melalui penelitian yang dilakukan diketahui bahwa Rumah Zakat menginstruksikan amil untuk mengganti rugi kerusakan aset nonkas akibat kelalaian amil dengan uang pribadi amil maka dalam laporan keuangan tidak terdapat penurunan aset nonkas akibat kelalaian amil. 42
PSAK 109 pasal 17 menyatakan bahwa zakat yang disalurkan kepada mustahiq diakui sebagai pengurang dana zakat, hasil penelitian menunjukkan bahwa Rumah Zakat telah melakukannya. PSAK 109 pasal 34 menyatakan bahwa amil harus menyajikan dana amil, dana zakat, dana infak/shadaqah, dan dana nonhalal secara terpisah dalam neraca, hasil penelitian menunjukkan bahwa Rumah Zakat telah melakukannya. PSAK 109 pasal 35a menyatakan bahwa kebijakan penyaluran zakat, seperti mustahiq prioritas serta skala zakat yang disalurkan ke berbagai mustahiq, harus diungkapkan, penelitian menunjukkan bahwa Rumah Zakat telah melakukannya. PSAK 109 pasal 35b menyatakan bahwa kebijakan pembagian antara dana amil dan dana non amil atas penerimaan zakat, seperti presentase, alasan pembagian dan konsistensi harus diungkapkan, hasil penelitian menunjukkan bahwa hal ini telah dilaksanakan Rumah Zakat. PSAK 109 pasal 35c menyatakan bahwa metode untuk menentukan nilai wajar aset nonkas harus diungkapkan, hasil penelitian menunjukkan bahwa hal ini telah dilaksanakan oleh Rumah Zakat. PSAK 109 pasal 35d menyatakan bahwa rincian jumlah penyaluran dana zakat yang mencakup jumlah beban pengelolaan dan jumlah dana yang diterima langsung mustahiq harus diungkapkan, hasil penelitian menunjukkan bahwa hal ini telah dilaksanakan oleh Rumah Zakat. PSAK 109 pasal 35e 1-3 menyatakan bahwa hubungan istimewa antara amil dan mustahiq tertentu, sifatnya, jumlah dan jenis aset yang disalurkan, serta presentase aset yang disalurkan tersebut dari total penyaluran pada periode tersebut harus diungkapkan, hasil penelitian menunjukkan bahwa hal tersebut telah dilaksanakan oleh Rumah Zakat. PSAK 109 mengharuskan lembaga untuk menyusun laporan arus kas, laporan perubahan dana, laporan perubahan aset kelolaan, neraca, dan catatan atas laporan keuangan, kelima laporan tersebut telah disusun oleh Rumah Zakat. Hasil dari penelitian ini mendapatkan bahwa Rumah Zakat bandung telah sepenuhnya menerapkan PSAK 109 dalam kegiatan akuntansinya. Pengakuan,pengukuran, pengungkapan, serta penyajian akuntansi RZ telah sesuai dengan panduan PSAK 109 yang dikhususkan untuk lembaga zakat, infak/shadaqah. Berbeda dengan sebagian besar studi sebelumnya yang menjadi acuan studi ini, terdapat banyak LAZIS/BAZIS yang belum sepenuhnya menerapkan PSAK 109. Pada studi LAZIS DPU DT cabang semarang (Umah, 2011), ditemukan bahwa LAZIS tersebut belum sepenuhnya menerapkan PSAK 109, walaupun lebih banyak pasal PSAK 109 yang sudah diterapkan dibandingkan dengan yang belum. Studi pada LAZIS Wahdah Islamiyah makassar (Widiasti, 2014) , lembaga tersebut belum menyusun laporan arus kas, serta catatan atas laporan keuangan, tetapi sudah menyusun laporan perubahan dana. Begitu juga studi yang dilakukan di beberapa BAZNAS kalimantan selatan dan kota banjarmasin dimana kelima jenis laporan yaitu laporan
43
arus kas, neraca, laporan perubahan dana, laporan perubahan aset kelolaan, dan catatan atas laporan keuangan belum disusun. Berbeda kasusnya pada beberapa LAZIS di kota malang (Astutik,2013), dimana laporan arus kas dan laporan perubahan dana sudah disusun, namun belum 58 memenuhi standar yang dipedomankan PSAK 109. Pada studi di LAZIS Pos Keadilan Peduli Ummat, ditemukan penerapan PSAK 109 yang hampir menyeluruh kecuali terdapat perbedaan dengan pedoman PSAK 109 pada pengelompokkan dana yang dicatat, dimana lazis tersebut masih menggabungkan semua dana dan tidak memisahkannya sesuai jenis. (Wahyuni,2010) Perbedaan juga ditemukan pada studi di BAZDA gorontalo, dimana pencantuman kebijakan dan prosedur akuntansi, penyusunan laporan, pengakuan pencatatan, dan sistem pencatatan belum sesuai dengan PSAK 109. Satu studi di LAZ Dompet Dhuafa cabang makassar menemukan bahwa lazis tersebut telah sepenuhnya menerapkan pedoman PSAK 109, berbeda dengan studi acuan yang lain. (Setiariware 2103) Studi peneliti pada LAZIS Rumah Zakat bandung adalah satu dari sekian banyak penelitian pada LAZIS/BAZIS tanah air mengenai penerapan PSAK 109 . Namun masih banyak LAZIS/BAZIS yang belum diteliti seputar penerapan PSAK 109. Maka dari itu peluang untuk penelitian PSAK 109 selanjutnya masih luas. Penelitian selanjutnya juga sebaiknya dilakukan pada beberapa badan/lembaga sekaligus pada suatu wilayah sehingga gambaran umum mengenai penerapan PSAK 109 pada wilayah tersebut dapat lebih cepat diketahui dibandingkan dengan penelitian pada satu lembaga/badan saja. Alasan disusunnya PSAK 109 adalah untuk menjamin akuntabilitas lembaga/badan zakat infak dan shadaqah. Dikarenakan studi ini hanya meneliti penerapan PSAK 109 saja, maka penelitian selanjutnya diharapkan menambah efek penerapan tersebut terhadap akuntabilitas badan/lembaga yang diteliti. Akuntabilitas suatu badan juga berpengaruh terhadap opini auditor sehingga disarankan juga penelitian selanjutnya menambah penerapan PSAK 109 terhadap efek tersebut. Studi ini dilakukan pada laporan keuangan Rumah Zakat selama periode 2013. Jika dilakukan pada periode yang lebih lama, maka dapat diukur konsistensi penerapannya. Disarankan penelitian selanjutnya melakukan studi pada periode lebih dari setahun.
44
IV. KESIMPULAN Hasil studi peneliti pada Rumah Zakat Bandung menunjukkan bahwa Rumah Zakat termasuk dari sebagian LAZIS/BAZIS di tanah air yang sudah menerapkan pedoman dari PSAK 109. Pengakuan, pengukuran, pengungkapan, serta penyajian keuangan pada lembaga ini telah sepenuhnya mengikuti pasal PSAK 109 yang terkait dengan akuntansi zakat. V.
DAFTAR PUSTAKA
Ikatan Akuntan Indonesia.2008. Exposure Draft Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 109 tentang akuntansiZakat, Infaq/Sedekah. Jakarta.IAI. Qardawi, Yusuf.(1973).Fiqhuz Zakat.Beirut. Muassasat ar risalah. Sekaran,Uma.(2003). Research Methods for Business.New York. John Wiley & Sons, Inc. Yayasan Rumah Zakat Indonesia.2013.Laporan Keuangan.
45