PENGARUH FINANCIAL STABILITY, FINANCIAL TARGET, PERSONAL FINANCIAL NEED, NATURE OF INDUSTRY DAN RATIONALIZATION PADA FINANCIAL STATEMENT FRAUD DALAM PERSPEKTIF FRAUD TRIANGLE (Studi Empiris pada Perusahaan Property, Real Estate and Building Construction yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2013)
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh : Rezza Fahlevi NIM: 1110082000132
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/ 2015 H
PENGARUH FINANCIAL STABILITY, FINANCIAL TARGET, PERSONAL FINANCIAL NEED, NATURE OF INDUSTRY DAN RATIONALIZATION PADA FINANCIAL STATEMENT FRAUD DALAM PERSPEKTIF FRAUD TRIANGLE (Studi Empiris pada Perusahaan Property, Real Estate and Building Construction yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2013)
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh : Rezza Fahlevi NIM: 1110082000132
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/ 2015 H i
ii
iii
iv
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I.
IDENTITAS PRIBADI 1. Nama
: Rezza Fahlevi
2. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 19 Mei 1992
II.
III.
3. Alamat
: Jl. Adhyaksa II Rt.003 Rw. 01 No.1 Lebak Bulus.
4. Telepon
: 08211 767 5624
5. Email
:
[email protected]
PENDIDIKAN 1. MI Al-Hidayah Lebak Bulus
Tahun 1998-2004
2. SMPN 86 Jakarta
Tahun 2004-2007
3. SMAN 46 Jakarta
Tahun 2007-2010
4. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun 2010-2015
PENGALAMAN BERORGANISASI 1. Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan Akuntansi
Tahun 2011-2012
Divisi Kesenian dan Olah Raga 2. Wakil Ketua Komunitas Pecinta Fotografi IV.
Tahun 2010-2012
SEMINAR DAN WORKSHOP 1. Peserta dalam “Seminar Anti-Corruption Training Road to Campus”, 21 Oktober 2010.
vi
2. Peserta dalam “Workshop Bisnis Asuransi bersama AXA Financial Indonesia”, 27 Mei 2011, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Peserta dalam “Studium General Jurusan IESP Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Jakarta” yang diselenggarakan oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis dengan pembicara Drs. Rizqullah MBA (dirut. BNI Syariah). Rabu, 28 Maret 2012. 4. Peserta dalam “Seminar Kebijakan Fiskal-Kementrian Keuangan RI”, 4 Mei 2012 Jakarta 5. Peserta dalam “Seminar Dialog Jurusan dan Seminar Konsentrasi Himpunan Mahasiswa Jurusan Akuntansi” 3 Oktober 2012, Teater Lt.2 Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Peserta dalam “Seminar Auditing Days” 6-7 November 2012 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 7. Peserta dalam “Kuliah Umum Sosialisasi Hemat Energi”. Jumat, 8 November 2012.
V.
KEPANITIAAN 1. Panitia 9th Anniversary Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011. 2. Seksi Dokumentasi PROPESA (Program Pengenalan Studi dan Almamater) BEMF UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2011. 3. Seksi Dokumentasi dalam OPAK (Orientasi Pengenalan Akademik Kampus) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012.
vii
4. Ketua Kuliah Kerja Nyata PETA 2013, Desa Curugbitung, Nanggung, Bogor. VI.
LATAR BELAKANG KELUARGA 1. Ayah
: Nur Ali
2. Ibu
: Noviyati
3. Anak ke
: 2 (dua)
viii
Pengaruh Financial Stability, Financial Target, Personal Financial Need, Nature of Industry dan Rationalization pada Financial Statement Fraud dalam Perspektif Fraud Triangle (Studi Empiris pada Perusahaan Property, Real Estate and Building Construction yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2013)
Abstract
The aim of this research is to analyze the effects of financial stability, financial target, personal financial need, nature of industry, and rationalization on financial statement fraud with indicator accrual earnings management. The sample of this research are property, real estate and building construction companies listed on Indonesia Stock Exchange (IDX) in 2010 to 2013 periods. The number of companies in this research were 31 companies with 4 years observation. Based on purposive sampling method, final sample total is 124 companies. The data analysis methods uses multiple regressions. Based on adjusted R square can be found effect of the independent variables to financial statement fraud with indicator accrual earnings management can be explained 69 %. The results of these research indicate that percent change in total assets (ACHANGE), operating cash flows (OCF), the company reported a loss (LOSS), return on total assets (ROA), and audit opinion (AUDREP) influence financial statement fraud with 0.000, 0.000, 0.010, 0.019, and 0.058 significant value. Meanwhile, percent change in receivable on sales (RECEIV) and the cumulative percentage of ownership in the firm held by insiders (OSHIP) has no significant impact on financial statement fraud (accrual earnings management) with 0.377 and 0.576 significant value.
Keywords: Financial Statement Fraud, Accrual Earnings Management, Fraud Triangle, Financial Stability, Financial Target, Personal Financial Need, Nature of Industry, Rationalization.
ix
Pengaruh Financial Stability, Financial Target, Personal Financial Need, Nature of Industry dan Rationalization pada Financial Statement Fraud dalam Perspektif Fraud Triangle (Studi Empiris pada Perusahaan Property, Real Estate and Building Construction yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2013) Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh financial stability, financial target, personal financial need, nature of industry, dan rationalization terhadap kecurangan laporan keuangan dengan indikator manajemen laba akrual. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan property, real estate and building construction yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010 sampai 2013. Jumlah perusahaan yang dijadikan sampel penelitian ini adalah 31 perusahaan dengan pengamatan selama 4 tahun. Berdasarkan metode purposive sampling, total sampel yang diperoleh adalah 124 perusahaan. Metode analisis data penelitian ini menggunakan metode analisis regresi berganda. Berdasarkan hasil adjusted R square ditemukan bahwa pengaruh variabel independen terhadap kecurangan laporan keuangan dengan indikator manajemen laba akrual dapat dijelaskan sebesar 69%. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa persentase perubahan total aset (ACHANGE), arus kas operasi (OCF), perusahaan yang melaporkan kerugian (LOSS), return on total assets (ROA), dan opini audit (AUDREP) berpengaruh terhadap manajemen laba akrual dengan nilai signifikansi 0.000, 0.000, 0.010, 0.019 dan 0.058. Sedangkan persentase perubahan piutang pada penjualan (RECEIV) dan kepemilikan saham orang dalam (OSHIP) tidak berpengaruh terhadap manajemen laba akrual dengan nilai signifikansi 0.377 dan 0.576. Kata kunci: Financial Statement Fraud, Accrual Earnings Management, Fraud Triangle, Financial Stability, Financial Target, Personal Financial Need, Nature of Industry, Rationalization.
x
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur kepada Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, Sang teladan yang selalu membimbing kita menuju kebenaran. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi ini, terutama kepada: 1.
Kedua orang tua tercinta, penyemangat hidup dengan kasih sayangnya, doanya, sholatnya, dan dzikirnya yang selalu memohonkan kemudahan dan kelancaran dalam setiap langkah penulis. Terima kasih banyak Ma, Pa.
2.
Kakak Siska Apriani dan Abang Alamsyah terima kasih atas doa dan dukungannya dan juga kedua keponakan Faris Muhammad Keandre dan Attaya Azka Al-Khalifi yang selalu menjadi mood booster penulis.
3.
Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah.
4.
Ibu Yessi Fitri, S.E., Ak., M.Si selaku Ketua Program Studi Akuntasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5.
Bapak Hepi Prayudiawan S.E., M.M., Ak., CA selaku Sekertaris Program Studi Akuntasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6.
Ibu Rahmawati M.M. selaku Pembimbing Akademik penulis selama menempuh masa studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7.
Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, M.S. selaku dosen pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk berdiskusi, memberi nasihat dan bimbingan dalam proses penulisan skripsi ini.
xi
8.
Ibu Atiqah S.E., M.S., Ak. selaku dosen pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk berdiskusi, mendengarkan keluhan, memberi nasihat, memberikan semangat dan bimbingan dalam proses penulisan skripsi ini.
9.
Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bantuan kepada penulis selama menempuh masa studi.
10. Teman-teman satu angkatan dan seperjuangan, khususnya Akuntansi D (Keluarga Daeng) dan khususon kepada Diah Anug yang telah menjadi ‘Pembimbing III’, sukses untuk kita semua dan semangat selalu bagi teman-teman yang masih menyelesaikan tanggungjawabnya. 11. Teman-teman KKN PETA dan ‘gerombolan begundal’ DPR terima kasih untuk pengalaman-pengalaman ‘aneh’ bersama kalian \m/. “tenang saja walaupun sering disebut ‘lilin’, tapi cahayanya engga pernah habis, haha” 12. Dan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam setiap langkahnya. Penulis menyadari bahwa skripsi masih jauh dari sempurna dikarenakan keterbatasan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran, masukan dan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Wassalammualaikum Wr.Wb.
Jakarta, 26 November 2015
(Rezza Fahlevi)
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .......................................................... ii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ............................ iii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ............................................. iv LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ..................... v DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... vi ABSTRACT ..................................................................................................... ix ABSTRAK ...................................................................................................... x KATA PENGANTAR .................................................................................... xi DAFTAR ISI ................................................................................................... xiii DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvii DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xviii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xix BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1 B. Perumusan Masalah .......................................................................... 9 C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 10 D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 11 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Literatur ............................................................................. 13 1. Teori Agensi (Agency Theory).................................................... 13 2. Laporan Keuangan ...................................................................... 16 a. Pengertian Laporan Keuangan .............................................. 16 b. Tujuan Laporan Keuangan ................................................... 18
xiii
3. Fraud ........................................................................................... 20 a. Definisi Fraud ...................................................................... 20 b. Jenis-jenis Fraud .................................................................. 22 c. Financial Statement Fraud ................................................... 24 4. Fraud Triangle Theory ............................................................... 26 a. Pressure (Tekanan) ............................................................... 27 b. Opportuniy (Kesempatan) .................................................... 28 c. Rationalization (Rasionalisasi) ............................................. 29 5. Manajamen Laba ........................................................................ 29 B. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis ..................... 33 1. Financial Stability dengan Financial Statement Fraud.............. 33 a. Persentasi perubahan total aset ............................................ 34 b. Arus kas operasi ................................................................... 35 c. Perusahaan yang melaporkan adanya kerugian ................... 36 2. Financial Target dengan Financial Statement Fraud: Return On total Assets ................................................................................. 36 3. Personal Financial Need dengan Financial Statement Fraud .. 38 4. Nature of Industry dengan Financial Statement Fraud .............. 39 5. Rationalization dengan Financial Statement Fraud ................... 40 C. Hasil penelitian terdahulu ................................................................. 41 D. Kerangka Pemikiran ......................................................................... 48 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................ 51 B. Metode Penentuan Sampel ............................................................... 51 C. Metode Pengumpulan Data............................................................... 52 D. Metode Analisis ................................................................................ 53 1. Statistik Deskriptif ...................................................................... 53 2. Uji Asumsi Klasik ...................................................................... 54 a. Uji Normalitas ...................................................................... 54 b. Uji Multikolonieritas ............................................................ 54
xiv
c. Uji Heteroskedastisitas ......................................................... 55 d. Uji Autokorelasi.................................................................... 55 3. Uji Hipotesis ............................................................................... 56 a. Koefisien Determinasi (R2)................................................... 57 b. Uji Statistik t ......................................................................... 58 c. Uji Statistik F ........................................................................ 58 E. Operasionalisasi Variabel Penelitian ............................................... 59 1. Financial statement fraud (Y) .................................................... 60 2. Financial Stability ...................................................................... 62 a. Persentase perubahan total aset (ACHANGE) ..................... 62 b. Arus Kas Operasi (OCF) ...................................................... 62 c. Perusahaan yang melaporkan kerugian (LOSS) ................... 63 3. Financial Targets: Return On total Assets (ROA) ..................... 64 4. Personal Financial Need: Persentase Kepemilikan Saham oleh Orang Dalam (OSHIP) ............................................................... 65 5. Nature of Industry: Persentase Perubahan Piutang pada Penjualan (RECEIV) .................................................................. 65 6. Rationalization: Opini Audit (AUDREP)................................... 66 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN BAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ................................................. 68 B. Statistik Deskriptif ........................................................................... 70 C.
Analisis dan Pembahasan ............................................................... 72 1. Uji Asumsi Klasik ...................................................................... 72 a. Uji Normalitas ...................................................................... 73 b. Uji Multikolonieritas ............................................................ 74 c. Uji Heteroskedastisitas ......................................................... 75 d. Uji Autokorelasi.................................................................... 76 2. Hasil Pengujian Hipotesis ........................................................... 77 a. Koefisien Determinasi .......................................................... 77 b. Uji F (Model Fit) .................................................................. 78
xv
c. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) ......... 79 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ....................................................................................... 89 B. Saran ................................................................................................. 90 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 93 LAMPIRAN .................................................................................................... 98
xvi
DAFTAR TABEL
No.
Keterangan
Halaman
2.1
Jenis-Jenis Fraud .................................................................................... 23
2.2
Ringkasan Penelitian Terdahulu ................................................................46
3.1
Operasional Variabel dan Pengukuran ...................................................... 67
4.1
Tahanapan Seleksi Sampel Penelitian ........................................................68
4.2
Daftar Nama Perusahaan ............................................................................69
4.3
Statistik Deskriptif .....................................................................................70
4.4
Hasil Uji Kolmogorov Smirnov (K-S) .......................................................73
4.5
Hasil Uji Multikolonieritas ........................................................................74
4.6
Hasil Uji Heteroskedastisitas: Uji Glejser..................................................75
4.7
Hasil Uji Autokorelasi: Uji Lagrange Multiplier (LM Test) .....................76
4.8
Hasil Uji Koefisien Determinasi ...............................................................77
4.9
Hasil Uji F (ANOVA) ................................................................................78
4.10
Hasil Uji Statistik t ................................................................................... 79
xvii
DAFTAR GAMBAR
No.
Keterangan
Halaman
2.1
Fraud Triangle ......................................................................................... 27
2.2
Skema Kerangka Pemikiran .................................................................... 49
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Keterangan
Halaman
1
Daftar Nama Perusahaan .......................................................................... 98
2
Data Perusahaan Tahun 2010 – 2013 ....................................................... 99
3
Output SPSS ...............................................................................................10
xix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Produk utama dari akuntansi yaitu serangkaian dokumen yang disebut dengan laporan keuangan. Laporan keuangan (financial statement) merupakan dokumen perusahaan yang menjabarkan perusahaan dalam bahasa moneter. PSAK No.1 paragraf ke 7 (revisi 2009) menjelaskan bahwa laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Penerbitan laporan keuangan secara umum bertujuan untuk memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan. Pelaporan keuangan bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumbersumber daya yang dipercayakan kepada mereka (Ikatan Akuntan Indonesia, 2009). Laporan keuangan tersebut berisikan informasi yang dibutuhkan bagi pihak-pihak yang berkepentingan, baik internal maupun eksternal perusahaan dan merupakan refleksi dari keadaan keuangan sebuah perusahaan serta bagaimana kinerja suatu manajemen dalam mengelola perusahaan. Perilaku kecurangan dalam penyajian laporan keuangan penting menjadi perhatian agar
1
tindakan ini dapat dideteksi sedini mungkin serta dapat diminimalisir semaksimal mungkin. Sehingga laporan keuangan akan dapat dipercaya oleh pihak-pihak yang berkepentingan dan menggambarkan keadaan perusahaan yang sebenar-benarnya. Oleh karena itu laporan keuangan harus disajikan secara akurat serta relevan, sehingga tidak menyesatkan para pengguna laporan keuangan dalam mengambil keputusan. Meskipun demikian dalam praktiknya dapat kita temui pelaku-pelaku bisnis yang secara sadar melakukan kecurangan dalam pelaporan keuangan (financial statement fraud) untuk tujuan tertentu, baik untuk keuntungan organisasi maupun keuntungan pribadi. Dalam dua dekade terakhir financial statement fraud telah meningkat secara substansial (Rezaee, 2002). Kecurangan pada laporan keuangan dapat saja memberikan keuntungan bagi para pelaku bisnis untuk sebuah tujuan tertentu dengan mengkondisikan sebuah laporan keuangan agar terlihat baik dalam pandangan publik. Akan tetapi hal tersebut tentu juga sangat merugikan bagi pihak-pihak yang menggantungkan suatu keputusan berdasarkan laporan keuangan. Menurut Financial Accounting Standard Board (FASB), yang termasuk pengguna utama laporan keuangan adalah pemegang saham, investor lain dan kreditor (Hendrikson, 2000). Dalam laporan keuangan, informasi laba menjadi informasi potensial yang digunakan para pengguna laporan keuangan untuk menilai kinerja manajemen. Laba menjadi pusat perhatian investor dalam menginvestasikan dana mereka pada suatu perusahaan. Keleluasaan dalam memilih metode akuntansi kadang
2
menjadi kesempatan bagi perusahaan untuk ‘memainkan’ laporan keuangan mereka. Seperti dinyatakan dalam Zulfiati (2013) bahwa standar akuntansi menyediakan berbagai pilihan metode akuntansi yang memungkinkan manajemen untuk melakukan pengelolaan atas laba sesuai dengan keinginan manajemen. Tindakan manajemen sebagai intervensi yang sengaja dilakukan untuk maksud tertentu dalam proses pelaporan keuangan ini untuk memperoleh beberapa keuntungan selanjutnya disebut sebagai Manajemen Laba (Schiper, 1989). Manajemen laba terjadi ketika manajemen menggunakan keputusan tertentu dalam laporan keuangan dan transaksi untuk mengubah laporan keuangan sebagai dasar kinerja perusahaan yang bertujuan menyesatkan pemilik atau untuk mempengaruhi hasil kontraktual yang mengandalkan angka-angka akuntansi yang dilaporkan (Healy dan Wahlen, 1999). Manajemen laba terjadi akibat adanya asimetri informasi yang terjadi antara manajer dan pemegang saham (Dye, 1988 dalam Rusmin, 2010). Menurut Scott (2009) terdapat beberapa strategi yang digunakan manajemen perusahaan dalam praktik manajemen laba yaitu taking a bath, income maximization, income minimization, dan income smoothing. Taking a Bath yaitu melaporkan kerugian dalam jumlah besar yang diharapkan dapat meningkatkan laba di masa yang akan datang. Income Minimization dilakukan pada saat perusahaan memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi dengan maksud agar tidak mendapatkan perhatian oleh pihak-pihak yang berkepentingan (aspek politicalcost). Income maximization bertujuan untuk melaporkan net income yang
3
tinggi untuk tujuan bonus yang lebih besar. Income smoothing dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil. Skandal akuntansi telah berkembang secara luas, seperti halnya di Amerika Serikat dengan kasus Enron-nya, Australia juga tidak terlepas dari kasus skandal akuntansi (Brennan dan McGrath, 2007). Pada kasus HIH yang merupakan salah satu kegagalan bisnis terbesar dalam sejarah Australia, salah saji pada aset tidak diungkapkan oleh Arthur Andersen dalam jurnal penyesuaian akhir tahun, oleh karenanya salah saji tersebut tidak dimasukkan pula dalam penilaian atas kebenaran dan fairness pada laporan keuangan. Kasus lain terjadi pada National Australia Bank. Kasus ini bermula ketika adanya pihak staf yang menyembunyikan adanya kerugian foreign-exchange trading melalui transaksi yang keliru dan manipulasi sistem yang tidak terdeteksi oleh auditor eksternal. Hal tersebut berakibat pada laporan keuangan yang menyesatkan. Dalam konteks Indonesia, hasil riset Leuz et al. (2003) menunjukkan bahwa karena lingkungan perlindungan investor yang lemah maka praktek manajemen laba di Indonesia cenderung lebih intensif dilakukan dibanding negara-negara lain dengan perlindungan investor yang kuat (Ratmono, 2010). Manajemen laba dapat dilakukan dengan dua cara yaitu melalui pilihan kebijakan akuntansi (manajemen laba akrual) dan tindakan riil atau yang kita kenal dengan manajemen laba riil (Scott, 2009). Dalam fokus penelitian ini
4
hanya akan membahas manajemen laba akrual. Manajemen laba akrual merupakan model yang paling kuat dalam mendeteksi manajemen laba alasannya karena dalam pembuatan laporan keuangan disusun berdasarkan sistem akuntansi akrual (Sulistyanto, 2008). Meningkatnya berbagai kasus skandal akuntansi di dunia menyebabkan berbagai pihak berspekulasi bahwa manajemen telah melakukan kecurangan pada laporan keuangan (Skousen et al., 2009). Cressey (1953) menyatakan jika kecurangan laporan keuangan disebabkan oleh tiga kondisi, yaitu Tekanan (pressure), Kesempatan (opportunity), dan Rasionalisasi (Rationalization) yang sering disebut dengan Fraud Triangle. Teori Fraud Triangle ini telah diadopsi dalam standar auditing dan dianggap sebagai salah satu literatur utama dalam menjelaskan fenomena kecurangan laporan keuangan yaitu dalam Statement on Auditing Standards (SAS) No. 99. Komponen Fraud Triangle tidak dapat diteliti secara langsung maka peneliti harus mengembangkan variabel dan proksi untuk mengukurnya (Skousen et al., 2009). Komponen Fraud Triangle yang pertama yaitu Tekanan (Pressure), salah satu kondisi yang selalu hadir saat terjadi kecurangan laporan keuangan adalah tekanan (pressure) (Cressey, 1953). Tekanan dapat terjadi saat kinerja perusahaan berada pada titik di bawah rata-rata kinerja industri (Skousen et al, 2009). Kondisi tersebut tidak menunjukan bahwa perusahaan berada pada posisi yang stabil yang berarti bahwa perusahaan tidak mampu mendayagunakan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien. Hal ini juga akan berdampak buruk pada aliran dana yang masuk dari para investor.
5
Kaitannya dengan unsur tekanan, peneliti menggunakan proksi persentase perubahan total aset (ACHANGE), arus kas operasi (OCF), dan perusahaan yang melaporkan adanya kerugian (LOSS) untuk stabilitas keuangan (financial stability). Untuk personal financial need digunakan proksi persentase kepemilikan saham oleh orang dalam (OSHIP) serta proksi Return On total Asset (ROA) untuk financial target. Variabel -variabel tersebut dipilih sekaligus untuk melihat konsistensinya dengan penelitian-penelitian terdahulu yang sebagian besar memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan. Komponen fraud triangle yang kedua yaitu, kesempatan (opportunity). Pada laporan keuangan terdapat akun-akun tertentu yang besarnya saldo ditentukan oleh perusahaan berdasarkan suatu estimasi, misalnya akun piutang tak tertagih dan akun persediaan usang. Kesalahan secara sengaja dalam menentukan estimasi untuk menilai saldo piutang tak tertagih dan menilai saldo persediaan usang menjadi sebuah kesempatan bagi manajemen untuk melakukan kecurangan (Ratmono et al., 2014). Oleh karena itu dalam penelitian ini menggunakan proksi persentase perubahaan piutang pada penjualan (RECEIV) untuk kategori nature of industry dalam komponen kesempatan (opportunity) Komponen
fraud
triangle
yang
terakhir
yaitu,
rasionalisasi
(rationalization). Rasionalisasi merupakan komponen fraud triangle yang masih sulit untuk diteliti. Rasionalisasi lebih sering dihubungkan dengan sikap dan karakter seseorang yang membenarkan nilai-nilai etis yang sebenarnya 6
tidak baik (Rustendi, 2009). Rendahnya integritas yang dimiliki seseorang menimbulkan pola pikir di mana orang tersebut merasa dirinya benar saat melakukan kecurangan, sebagai contoh manajemen membenarkan untuk melakukan praktik manajemen laba (Ratmono et al., 2014). Francis dan Krishnan (dalam Skousen et al., 2009) menyimpulkan bahwa kelebihan dari penggunaan diskresionari akrual menyebabkan opini audit tidak wajar. Tindakan manajemen laba tersebut tentunya karena manajemen merasionalkan perbuatannya. Oleh karena itu proksi opini audit (AUDREP) digunakan untuk mengukur rasionalisasi. Financial statement fraud yang tidak terdeteksi dapat berkembang menjadi skandal besar yang merugikan banyak pihak (Skousen et al., 2009). Maka, penelitian ini dimaksudkan untuk mendeteksi financial statement fraud menggunakan analisis fraud triangle dengan acuan penelitian yang dilakukan oleh Skousen et al. (2009) dan (Ratmono et al., 2014). Penelitian oleh Skousen et al. (2009) berhasil mengembangkan model prediksi kecurangan yang mengalami peningkatan substansial dibandingkan model prediksi fraud lainnya. Penelitian yang dilakukan untuk mendeteksi financial statement fraud menggunakan analisis fraud triangle masih cukup jarang di Indonesia. Penelitian ini merupakan replikasi dan pengembangan dari penelitian yang dilakukan oleh Resti Molida dan Anis Chariri yang meneliti tentang pengaruh financial stability, personal financial need dan ineffective monitoring pada financial statement fraud dalam perspektif fraud triangle yang meneliti faktorfaktor
yang
mempengaruhi
kecurangan
laporan
keuangan
dengan 7
menggunakan earning management sebagai proksi dari financial statement fraud yang diproksikan lagi dengan discretionary accruals, rasio perubahan total aset sebagai proksi dari financial stability (unsur fraud triangle: pressure), persentase kumulatif dari kepemilikan pada perusahaan yang dimiliki oleh orang dalam sebagai proksi dari personal financial need (unsur fraud triangle: pressure) dan jumlah komite audit sebagai proksi dari ineffective monitoring (unsur fraud triangle: oppurtunity). Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu: 1.
Dalam penelitian ini terdapat beberapa penambahan variabel independen yaitu Return On total Asset (ROA), Operating Cash Flow (OCF), perusahaan yang melaporkan kerugian (LOSS), persentase perubahaan piutang pada penjualan (RECEIV) dan opini audit (AUDREP).
2.
Penelitian ini dilakukan pada tahun 2014 sedangkan penelitian sebelumnya dilakukan pada tahun 2011.
3.
Dalam penelitian ini pengukuran nilai Discretionary Accruals atau manajemen laba diukur menggunakan Model Kothari et al. (2005).
4.
Objek pada penelitian ini merupakan perusahaan pada sektor industri Property, Real Estate and Building Construction Go Public yang terdaftar selama periode 2010-2013 di mana pada penelitian-penelitian sebelumnya menggunakan sektor industri manufaktur dan perbankan sebagai objek penelitian dengan periode pengamatan selama 2 tahun. Selain itu peneliti juga menilai bahwa industri Property, Real Estate and Building Construction sedang dalam perkembangan yang sangat pesat, seperti
8
dikutip dari investor daily, Jumat 7 Desember 2012 menyatakan bahwa berdasarkan hasil riset Pricewaterhouse-Coopers (PWC) dan Urban Land Institute (ULI), Jakarta dinobatkan sebagai kota tujuan utama investasi properti komersial di kawasan Asia Pasifik pada 2013. Jakarta mengalahkan kota besar lainnya, yakni Shanghai, Singapura, Sydney, dan Kuala Lumpur. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mengambil judul “Pengaruh Financial Stability, Financial Target, Personal Financial Need, Nature of Industry dan Rationalization
pada Financial Statement Fraud dalam
Perspektif Fraud Triangle (Studi Empiris Pada Perusahaan Property, Real Estate and Building Construction Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2013)”. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Apakah persentase perubahan total aset (ACHANGE) (kategori dari financial stability) berpengaruh signifikan terhadap financial statement fraud?
2.
Apakah arus kas operasi (OCF) (kategori dari financial stability) berpengaruh signifikan terhadap financial statement fraud?
3.
Apakah perusahaan yang melaporkan adanya kerugian (LOSS) (kategori dari financial stability) berpengaruh signifikan terhadap financial statement fraud? 9
4.
Apakah return on total assets (ROA) (kategori dari financial target) berpengaruh signifikan terhadap financial statement fraud?
5.
Apakah persentase kepemilikan saham oleh orang dalam (OSHIP) (kategori dari personal financial need) berpengaruh signifikan terhadap financial statement fraud?
6.
Apakah persentase perubahan piutang pada penjualan (RECEIV) (kategori dari nature of industry) berpengaruh signifikan terhadap financial statement fraud?
7.
Apakah
opini
audit
(AUDREP)
(kategori
dari
rationalization)
berpengaruh signifikan terhadap financial statement fraud? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut: 1.
Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh persentase perubahan total aset (ACHANGE) terhadap kecurangan laporan keuangan.
2.
Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh arus kas operasi (OCF) terhadap kecurangan laporan keuangan.
3.
Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh perusahaan yang melaporkan adanya kerugian (LOSS) terhadap kecurangan laporan keuangan.
4.
Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh return on total assets (ROA) terhadap kecurangan laporan keuangan.
10
5.
Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh persentase kepemilikan saham oleh orang dalam (OSHIP) terhadap kecurangan laporan keuangan.
6.
Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh persentase perubahan piutang pada penjualan (RECEIV) terhadap kecurangan laporan keuangan.
7.
Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh opini audit (AUDREP) terhadap kecurangan laporan keuangan.
D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian dari penelitian tersebut adalah untuk: 1.
Bagi Ilmu Pengetahuan Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan memperkuat atau memperluas penelitian sebelumnya terutama mengenai analisis fraud triangle dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan.
2.
Bagi Investor Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris yang dapat digunakan untuk menambah informasi sebagai dasar pengambilan keputusan investasi di pasar modal. Salah satunya dengan mengamati faktor-faktor untuk menilai kewajaran laporan keuangan.
3.
Bagi Mahasiswa Jurusan Akuntansi Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan referensi penelitian selanjutnya dan pembanding untuk ilmu pengetahuan.
11
4.
Bagi Peneliti Berikutnya Sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang akan melaksanakan penelitian lebih lanjut mengenai topik ini.
5.
Bagi Penulis Sebagai sarana untuk memperluas wawasan serta menambah referensi mengenai auditing, terutama tentang faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya kecurangan laporan keuangan, sehingga diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis dimasa yang akan datang.
12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur 1.
Teori Agensi ( Agency Theory ) Teori keagenan menjelaskan hubungan antara agen (manajemen suatu usaha) dan prinsipal (pemilik usaha). Teori agensi atau teori keagenan biasa digunakan untuk menjelaskan kecurangan dalam akuntansi. Di dalam hubungan keagenan terdapat suatu kontrak dimana si agen menutup kontrak untuk melakukan tugas-tugas tertentu bagi prinsipal, prinsipal menutup kontrak untuk memberi imbalan pada si agen. Analoginya seperti antara pemilik perusahaan dan manajemen perusahaan itu (Hendriksen, 2000). Teori keagenan bermaksud memecahkan dua problem yang terjadi dalam hubungan keagenan. Yaitu, bila keinginan atau tujuan dari prinsipal dan agen bertentangan (conflict of interest), dan bila prinsipal merasa kesulitan menelusuri apa yang dilakukan oleh agen. Bila agen dan prinsipal berupaya memaksimalkan utilitasnya masing-masing, serta memiliki keinginan dan motivasi yang berbeda, maka agen tidak selalu bertindak sesuai keinginan prinsipal serta akan bertindak merugikan prinsipal, antara lain berperilaku tidak etis dan cenderung melakukan kecurangan akuntansi (Wilopo, 2012). Konflik kepentingan antara pemilik dan agen terjadi karena kemungkinan agen tidak selalu berbuat sesuai
13
dengan kepentingan prinsipal, sehingga memicu biaya keagenan (Sam’ani, 2008). Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara manajer (agent) dengan pemegang saham (principal). Hubungan keagenan tersebut terkadang menimbulkan masalah antara manajer dan pemegang saham. Konflik yang terjadi karena manusia adalah makhluk ekonomi yang mempunyai sifat dasar mementingkan kepentingan diri sendiri. Pemegang saham dan manajer memiliki tujuan yang berbeda dan masing-masing menginginkan tujuan mereka terpenuhi, akibat yang terjadi adalah munculnya konflik kepentingan. Pemegang saham menginginkan pengembalian yang lebih besar dan secepat–cepatnya atas investasi yang mereka tanamkan sedangkan manajer menginginkan kepentingannya diakomodasi dengan pemberian kompensasi atau insentif yang sebesar-besarnya atas kinerjanya dalam menjalankan perusahaan. Menurut Scott (1997), aplikasi agency theory dapat terwujud dalam kontrak kerja yang akan mengatur proporsi hak dan kewajiban masingmasing pihak dengan tetap memperhitungkan kemanfaatan secara keseluruhan. Kontrak yang efisien adalah kontrak yang memenuhi dua faktor, yaitu: a.
Agent dan principal memiliki informasi yang simetris artinya baik agent maupun principal memiliki kualitas dan jumlah informasi yang
14
sama sehingga tidak terdapat informasi yang disembunyikan yang dapat digunakan untuk keuntungan diri sendiri. b.
Risiko yang dipikul berkaitan dengan imbal jasanya adalah kecil, yang berarti agent mempunyai kepastian yang tinggi mengenai imbalan yang diterimanya. Principal menilai kinerja agent berdasarkan kemampuannya untuk
menghasilkan laba sebesar mungkin dan secara langsung akan berpengaruh terhadap besarnya deviden yang diberikan kepada investor. Semakin tinggi laba perusahaan, semakin besar pula pemberian deviden kepada investor. Eisenhardt (1989) dalam Sam’ani (2008) membagi tiga jenis asumsi sifat dasar manusia untuk menjelaskan tentang teori agensi yaitu: 1) manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self interest) 2) manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan 3) manusia selalu menghindari risiko (risk averse). Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia. Manajer sebagai manusia kemungkinan besar akan bertindak berdasarkan sifat opportunistic (Haris, 2004 dalam Sam’ani, 2008:34). Maksud dari sifat opportunistic adalah bahwa manajer akan lebih mengutamakan kepentingan pribadinya dibandingkan kepentingan orang lain (investor). Agent akan berusaha mencari keuntungannya sendiri untuk mendapatkan bonus dari perusahaan
15
dengan berbagai cara seperti memanipulasi angka-angka di laporan keuangan. Jensen dan Meckling (1976); Brickley dan James, (1987); dan Shivdasani (1993) dalam Wilopo (2012:3) menjelaskan bahwa prinsipal dapat memecahkan permasalahan ini dengan mengeluarkan biaya keagenan biaya ini mencakup memberi kompensasi yang sesuai kepada agen, serta mengeluarkan biaya monitoring. Diantaranya, adanya pengawasan ekstenal yang dilakukan oleh auditor eksternal untuk menghasilkan laporan keuangan yang transparan (Watts dan Zimmerman, 1986 dalam Meisaroh dan Lucynda, 2011:5). 2.
Laporan Keuangan a.
Pengertian Laporan Keuangan Beberapa pengertian laporan keuangan menurut para ahli ekonomi: 1) Pengertian laporan keuangan menurut Mulyadi (2002) adalah suatu
penyajian
data
keuangan
termasuk
catatan
yang
dimaksudkan untuk mengkomunikasikan sumber daya ekonomi (aktiva) dan atau kewajiban entitas pada saat tertentu atau perubahan atas aktiva dan/atau kewajiban selama suatu periode tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atau basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum. 2) Menurut Apriyono (2008), definisi laporan keuangan adalah ringkasan dari proses akuntansi selama tahun buku yang
16
bersangkutan digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihakpihak yang berkepentingan terhadap data atau aktivitas perusahaan tersebut. 3) Pengertian laporan keuangan menurut Zaki Baridwan (2004) adalah merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Dalam Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Laporan Keuangan adalah: “Laporan yang menggambarkan dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang diklasifikasikan dalam beberapa kelompok besar menurut karakteristik ekonominya”. (IAI, 2002: par 47) Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan Laporan Keuangan adalah: 1) Merupakan produk akuntansi yang penting dan dapat digunakan untuk membuat keputusan-keputusan ekonomi bagi pihak internal dan eksternal. 2) Merupakan potret perusahaan, yaitu dapat menggambarkan kinerja keuangan maupun kinerja manajemen perusahaan dalam setiap kondisi. 3) Merupakan rangkaian aktivitas ekonomi perusahaan yang diklasifikasikan dalam suatu periode perusahaan dalam kurun waktu setahun.
17
4) Merupakan ringkasan dari suatu proses transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama periode yang bersangkutan. b. Tujuan Laporan Keuangan Tujuan laporan keuangan menurut Ikatan Akuntan Publik Indonesia dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja keuangan serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang dilakukan manajemen (stewardship) atau pertanggungjawaban manajemen atau sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Menurut Ainun Na’im (1988) tujuan umum laporan keuangan adalah: 1) Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai aktiva dan kewajiban serta modal suatu perusahaan. 2) Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan dalam aktiva netto suatu perusahaan yang timbul dari kegiatan usaha dalam rangka memperoleh laba. 3) Memberikan informasi keuangan yang membantu pemakai laporan dalam menaksir potensi perusahaan. Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari suatu proses pencatatan yang merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan buku bersangkutan.
18
Menurut SFAC Nomor 1 tentang Objectives of Financial Reporting by Business Enterprises, tujuan laporan keuangan untuk organisasi pencari laba adalah adalah: 1) Memberikan informasi yang berguna bagi investor, kreditor, dan pemakai lainnya dalam membuat keputusan secara rasional mengenai investasi, kredit, dan lainnya. 4) Memberikan informasi untuk membantu investor atau calon investor dan kreditor serta pemakai lainnya dalam menentukan jumlah, waktu, dan prospek penerimaan kas dari dividen atau bunga dan juga penerimaan dari penjualan, piutang, atau saham, dan pinjaman yang jatuh tempo. 5) Memberikan informasi tentang sumber daya (aktiva) perusahaan, klaim atas aktiva, dan pengaruh transaksi, peristiwa, dan keadaan lain terhadap aktiva dan kewajiban. 6) Memberikan informasi tentang kinerja keuangan perusahaan selama satu periode. 7) Memberikan
informasi
tentang
bagaimana
perusahaan
mendapatkan dan membelanjakan kas, tentang pinjaman dan pengembaliannya, tentang transaksi yang mempengaruhi modal, termasuk dividen dan pembayaran lainnya kepada pemilik, dan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi likuiditas dan solvabilitas perusahaan.
19
8) Memberikan
informasi
tentang
bagaimana
manajemen
perusahaan mempertanggungjawabkan pengelolaan perusahaan kepada pemilik atas penggunaan sumber daya (aktiva) yang telah dipercayakan kepadanya. 9) Memberikan informasi yang berguna bagi manajer dan direksi dalam proses pengambilan keputusan untuk kepentingan pemilik perusahaan. Berdasarkan tujuan laporan keuangan diatas dapat disimpulkan bahwa dengan memperoleh laporan keuangan suatu perusahaan, dapat diketahui kondisi keuangan perusahaan tersebut secara menyeluruh. Kemudian, laporan keuangan tidak hanya sekadar cukup dibaca saja, tetapi juga harus dimengerti dan dipahami tentang posisi keuangan perusahaan saat ini. Caranya
adalah
dengan
melakukan
analisis keuangan melalui berbagai rasio keuangan yang lazim dilakukan. 3.
Fraud a.
Definisi Fraud Statement on Auditing Standards No. 99 mendefinisikan fraud sebagai “an intentional act that result in a material misstatement in financial statements that are the subject of an audit”. Sedangkan menurut Black’s Law Dictionary dalam Prasetyo et al. (Peak Indonesia, 2003), fraud didefinisikan sebagai:
20
Mencakup semua macam yang dapat dipikirkan manusia, dan yang diupayakan oleh seseorang untuk mendapatkan keuntungan dari orang lain dengan saran yang salah atau pemaksaan kebenaran, dan mencakup semua cara yang tak terduga, penuh siasat licik atau tersembunyi, dan setiap cara yang tidak wajar yang menyebabkan orang lain tertipu. Sedangkan menurut the Association of Certified Fraud Examiners (ACFE), fraud adalah: Perbuatan-perbuatan yang melawan hukum yang dilakukan dengan sengaja untuk tujuan tertentu (manipulasi atau memberikan laporan keliru terhadap pihak lain) dilakukan orangorang dari dalam atau luar organisasi untuk mendapatkan keuntungan pribadi ataupun kelompok yang secara langsung atau tidak langsung merugikan pihak lain. Tampubolon (2005) berpendapat, fraud tidak selalu sama dengan tindak kriminal. Tindak kriminal didefinisikan sebagai “an intentional at that violates the Criminal Law under which no legal excuse applies”. Sementara itu fraud didefinisikan sebagai “any behavior by which one person gains or intend to gain a dishonest advantage over another”. Tindakan fraud dapat dikatakan sebagai kriminal apabila niat atau perbuatan untuk mendapatkan keuntungan yang tidak jujur tersebut juga sekaligus melanggar ketentuan hukum, misalnya korupsi atau penggelapan pajak. Fraud yang bukan kriminal masuk kategori risiko operasional, sedangkan fraud yang sekaligus tindak kriminal masuk kategori risiko ilegal. Dari beberapa definisi atau pengertian fraud (kecurangan) di atas, maka dapat diketahui bahwa pengertian fraud sangat luas dan
21
dapat dilihat pada beberapa kategori kecurangan. Menurut BPK (2008) secara umum, unsur-unsur dari kecurangan adalah: 1) harus terdapat salah pernyataan (misrepresentation); 2) dari suatu masa lampau (past) atau sekarang (present); 3) fakta bersifat material (material fact); 4) dilakukan secara sengaja atau tanpa perhitungan (makeknowingly or recklessly); 5) dengan maksud (intent) untuk menyebabkan suatu pihak beraksi; 6) pihak yang dirugikan harus beraksi (acted) terhadap salah pernyataan tersebut (misrepresentation); 7) yang merugikannya (detriment). b. Jenis-jenis Fraud The Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) membagi kecurangan (fraud) dalam 3 (tiga) jenis atau tipologi berdasarkan perbuatan, yaitu: 1.
Asset Misappropriation Asset misappropriation meliputi penyalahgunaan/pencurian aset atau harta perusahaan atau pihak lain. Ini merupakan bentuk fraud yang paling mudah dideteksi karena sifatnya yang tangible atau dapat diukur/dihitung (defined value).
2.
Fraudulent Statements Fraudulent statements meliputi tindakan yang dilakukan oleh
22
pejabat atau eksekutif suatu perusahaan atau instansi pemerintah untuk menutupi kondisi keuangan yang sebenarnya dengan melakukan rekayasa keuangan dalam penyajian laporan keuangannya untuk memperoleh keuntungan. 3.
Corruption Yang banyak terjadi di negara-negara berkembang yang penegakan hukumnya lemah dan masih kurang kesadaran akan tata kelola yang baik sehingga faktor integritasnya masih dipertanyakan. Fraud jenis ini sering kali tidak dapat dideteksi karena para pihak yang bekerja sama menikmati keuntungan (simbiosis
mutualisme).
Termasuk
didalamnya
adalah
penyalahgunaan wewenang/konflik kepentingan (conflict of interest), penyuapan (bribery), penerimaan yang tidak sah/illegal (illegal gratuities), dan pemerasan secara ekonomi (economic extortion). Lebih lanjut menurut the Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) dalam Prasetyo (Peak Indonesia 2003) fraud diklasifikasikan menjadi lima jenis. Tabel 2.1 Jenis-jenis fraud Jenis Kecurangan Penggelapan uang atau kecurangan pekerjaan
Korban Pegawai
Pelaku Pemberi Kerja
Penjelasan Pemberi kerja secara langsung atau tidak langsung mengambil hak dari pekerjanya
23
Jenis Kecurangan Kecurangan Manajemen
Korban Pemegang saham,
Pelaku Manajemen tingkat atas
Penjelasan Manajemen tingkat atas memberikan penyajian yang salah, pada informasi keuangan
Kecurangan Investasi
Investor
Individu
Individu menipu investor
Kecurangan Penyediaan / logistik
Pembeli barang atau jasa
Penjual barang atau jasa
Mengenakan biaya yang berlebih atas barang atau jasa kepada pembeli
Kecurangan pelanggan
Penjual barang atau jasa
Pelanggan
Pelanggan meminta harga yang lebih kecil
Sumber: ACFE Robertson (2000) dalam Rezaee (2002) melihat bahwa management fraud dan financial statement fraud bersinonim, karena secara tipikal financial statement fraud muncul dengan persetujuan atau sepengetahuan dari manajemen. Dilihat dari kelima jenis fraud tersebut, penelitian ini berfokus pada kecurangan manajemen yaitu financial statement fraud di mana kecurangan tersebut dilakukan oleh manajemen. c.
Financial Statement Fraud Kecurangan laporan keuangan (financial statement fraud) bersama dengan kegagalan audit menjadi topik yang hangat. Kantor akuntan publik internasional Arthur Andersen, yang mengaudit Enron menjadi contoh kantor akuntan publik yang terjerat kasus kegagalan audit (Intal dan Do, 2002). Kecurangan laporan keuangan
24
(financial statement fraud) telah didefinisikan secara berbeda di antara para akademisi dan praktisi (Nguyen, 2008). Menurut Eliot dan Willingham (1980) dalam Spathis (2002) financial statement fraud atau management fraud didefinisikan sebagai “kecurangan yang sengaja dilakukan oleh manajemen yang melukai investor dan kreditor
melalui
laporan
keuangan
yang
secara
material
menyesatkan”. Statement on Auditing Standards No. 99 “Consideration of Fraud in Financial Statement”, mendefinisikan fraud sebagai: “an intentional act that result in a material misstatement in financial statements that are the subject of an audit”. Menurut Standar Audit seksi 316, tentang pertimbangan atas kecurangan dalam audit laporan keuangan, kecurangan laporan keuangan didefinisikan sebagai “salah saji atau penghilangan secara sengaja jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan untuk mengelabuhi pemakai laporan keuangan”. Gravitt (2006) dalam Nguyen (2008) mengatakan bahwa kecurangan pada laporan keuangan melibatkan skema berikut: 1.
Pemalsuan, perubahan, atau manipulasi catatan keuangan yang material, dokumen pendukung atau transaksi bisnis;
2.
Kelalaian yang disengaja atau misrepresentasi peristiwa, transaksi, rekening, atau informasi penting lainnya dari laporan keuangan yang disusun;
25
3.
Kesalahan yang disengaja pada penggunaan prinsip akuntansi, kebijakan, dan prosedur yang digunakan untuk mengukur, pengakuan, laporan, dan mengungkapkan peristiwa ekonomi dan transaksi bisnis;
4.
Kelalaian yang disengaja pada pengungkapan atau penyajian pengungkapan
yang tidak memadai berdasarkan prinsip
akuntansi dan kebijakan dan nilai keuangan yang terkait. 4.
Fraud Triangle Theory Teori yang mendasari penelitian ini adalah fraud triangle theory. Konsep segitiga kecurangan pertama kali diperkenalkan oleh Cressey (1953). Melalui serangkaian wawancara dengan 113 orang yang telah di hukum karena melakukan penggelapan uang perusahaan yang disebutnya “trust violators” atau “pelanggar kepercayaan”, Cressey (1953) dalam Gagola (2011) menyimpulkan bahwa : Orang yang dipercaya menjadi pelanggar kepercayaan ketika ia melihat dirinya sendiri sebagai orang yang mempunyai masalah keuangan yang tidak dapat diceritakannya kepada orang lain, sadar bahwa masalah ini secara diam-diam dapat diatasinya dengan menyalahgunakan kewenangannya sebagai pemegang kepercayaan di bidang keuangan, dan tindak-tanduk sehari-hari memungkinkannya menyesuaikan pandangan mengenai dirinya sebagai seseorang yang biasa dipercaya dalam menggunakan dana atau kekayaan yang dipercayakan. Ilustrasi faktor risiko kecurangan dari standar kecurangan yang ada (yakni SAS 99, ISA 240, TSAS 43), serta oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) dalam Pernyataan Standar Akuntansi No. 70 didasarkan pada teori segitiga kecurangan yang dicetuskan oleh D. R. Cressey pada
26
tahun 1953 dalam Lou and Wang (2009), Cressey menyimpulkan terdapat kondisi yang selalu hadir dalam kegiatan kecurangan perusahaan yakni yaitu tekanan/motif, kesempatan, dan rasionalisasi. Gambar 2.1 Fraud Triangle Oppurtunity
FRAUD Pressure
Rationalization
Sumber: Fraud Triangle Theory oleh Cressey (1953) a. Pressure (Tekanan) Tekanan adalah dorongan seseorang dalam melakukan fraud. Tekanan dapat mencakup hampir semua hal termasuk gaya hidup, tuntutan ekonomi, dan lain-lain termasuk hal keuangan dan non keuangan. Dalam hal keuangan sebagai contoh dorongan untuk memiliki barang-barang yang bersifat materi. Tekanan dalam hal non keuangan juga dapat mendorong seseorang untuk melakukan fraud, misalnya tindakan untuk menutupi kinerja yang buruk karena tuntutan pekerjaan untuk mendapatkan hasil yang baik (Molida, 2011).
27
Menurut SAS No.99, terdapat empat jenis kondisi yang umum terjadi pada pressure yang dapat mengakibatkan kecurangan. Kondisi tersebut adalah financial stability, external pressure, personal financial need, dan financial targets. Kategori yang digunakan dalam penelitian ini berkaitan dengan unsur pressure yaitu financial stability, personal financial need, dan financial target. b. Opportunity (Kesempatan) Adanya kesempatan memungkinkan terjadinya kecurangan. Kesempatan tercipta karena adanya kelemahan pengendalian internal,
ketidakefektifan
pengawasan
manajemen,
atau
penyalahgunaan posisi atau otoritas. Kegagalan untuk menetapkan prosedur yang memadai untuk mendeteksi aktivitas kecurangan juga meningkatkan peluang terjadinya kecurangan. Dari tiga faktor risiko kecurangan (pressure, opportunity dan rationalization), peluang merupakan hal dasar yang dapat terjadi kapan saja sehingga memerlukan pengawasan dari struktur organisasi mulai dari atas. Organisasi harus membangun adanya proses, prosedur dan pengendalian yang bermanfaat dan menempatkan karyawan dalam posisi tertentu agar mereka tidak dapat melakukan kecurangan dan efektif dalam mendeteksi kecurangan seperti yang dinyatakan dalam SAS No.99. SAS No.99 menyebutkan bahwa peluang pada financial statement fraud dapat terjadi pada tiga kategori kondisi. Kondisi
28
tersebut adalah nature of industry, ineffective monitoring, dan organizational structure. Dan yang digunakan dalam penelitian itu berkaitan dengan unsur oppurtunity yaitu nature of industry. c. Rationalization (Rasionalisasi) Rasionalisasi
adalah
komponen
penting
dalam
banyak
kecurangan (fraud). Rasionalisasi menyebabkan pelaku kecurangan mencari pembenaran atas perbuatannya. Rasionalisasi merupakan bagian dari fraud triangle yang paling sulit diukur (Skousen et al., 2009). Menurut SAS No.99 rasionalisasi pada perusahaan dapat diukur dengan siklus pergantian auditor, opini audit yang didapat perusahaan tersebut serta keadaan total akrual dibagi dengan total aktiva. Dan yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur unsur ketiga dari fraud triangle ini yaitu opini audit yang didapat oleh perusahaan. 5.
Manajamen laba Manajemen laba (Earnings management) telah dijelaskan secara berbeda oleh para akademisi, peneliti, praktisi dan badan lain yang terotorisasi (Rezaee, 2002). Schipper (1997) dalam Rezaee (2002) mendefinisikan manajemen laba sebagai suatu intervensi terhadap proses pelaporan keuangan eksternal untuk memperoleh beberapa keuntungan pribadi. Earnings management seringkali dilakukan atas intervensi manajemen. Pernyataan itu sejalan dengan Healy and Wahlen (1999)
29
yang menyatakan bahwa earnings management terjadi ketika manajer menggunakan judgement dalam pelaporan keuangan dan melakukan manipulasi transaksi untuk mengubah laporan keuangan, baik untuk menyesatkan beberapa stakeholders tentang kinerja perusahaan atau untuk mempengaruhi kontrak yang bergantung pada angka-angka dalam laporan keuangan. Standar Akuntansi Keuangan (SAK) memberikan fleksibilitas bagi manajemen untuk memilih kebijakan akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan. Fleksibilitas inilah yang terkadang dimanfaatkan oleh manajemen untuk memilih kebijakan yang dapat menguntungkannya. Scott (2000) menyatakan bahwa manajemen laba adalah cara yang digunakan oleh manajer untuk mempengaruhi angka laba secara sistematis, dengan cara memilih kebijakan akuntansi dan prosedur akuntansi tertentu yang bertujuan untuk memaksimumkan keuntungan manajer dan atau nilai pasar dari perusahaan. Dasar akrual telah disepakati sebagai dasar penyusunan laporan keuangan (Wibisono, 2004). Pemilihan basis akrual sebagai dasar penyusunan laporan keuangan bertujuan untuk menjadikan laporan keuangan lebih informatif yaitu laporan keuangan yang mencerminkan kondisi yang sebenarnya. Chaerul (2003) meyatakan bahwa dalam mengaplikasikan kebijakan akrual digunakan accrual, defferal dan prosedur alokasi yang bertujuan untuk menyesuaikan beban dan pendapatan dengan periodenya, bukan mengaitkan beban dan pendapatan
30
berdasarkan atas pengeluaran dan penerimaan kas (cash basis) (Ujiyantho dan Pramuka, 2007). Oleh karena itu, kebijakan accrual dalam mengaplikasikan standar akuntansi ini dapat digunakan untuk melakukan manajemen laba. Tindakan earnings management merupakan cikal bakal terjadinya suatu skandal akuntansi. Cornett et al. Dalam Ujiyantho dan Pramuka (2007) menyatakan bahwa tindakan earnings management telah memunculkan beberapa kasus skandal pelaporan akuntansi yang secara luas diketahui, antara lain Enron, Merck, World Com dan mayoritas perusahaan lain di Amerika Serikat. Gideon (2005) juga menyatakan bahwa beberapa kasus yang terjadi di Indonesia, seperti PT. Lippo Tbk dan PT. Kimia Farma Tbk juga melibatkan pelaporan keuangan (financial reporting) yang berawal dari terdeteksi adanya manipulasi laba. Berbagai fakta dan teori yang telah diuraikan di atas mengindikasikan bahwa terdapat hubungan erat antara earnings management dan financial statement fraud. Pernyataan tersebut diperkuat kembali oleh Rezaee (2002) yang menyatakan bahwa: ”Suatu financial statement fraud sering diawali dengan salah saji atau manajemen laba dari laporan keuangan kuartal yang dianggap tidak material tetapi akhirnya berkembang menjadi fraud secara besarbesaran dan menghasilkan laporan keuangan tahunan yang menyesatkan secara material”. Scott (2009) menyatakan
bahwa terdapat beberapa pola dalam
manajemen laba, yaitu:
31
1.
Taking a bath Pola ini dapat terjadi saat ada tekanan organisasioanal pada saat pergantian manajemen baru. Teknik ini dilakukan dengan mengakui adanya biaya-biaya pada periode mendatang dan kerugian periode berjalan. Konsekuensinya manajemen melakukan write off asset dengan
membebankan
perkiraan-perkiraan
biaya
mendatang.
Akibatnya laba periode berikutnya akan lebih tinggi dari seharusnya. 2.
Income minimization Pola manajemen ini hampir sama dengan taking a bath namun tidak terlalu ekstrim. Pola ini dilakukan pada saat profitabilitas perusahaan sangat tinggi dengan maksud agar tidak mendapatkan perhatian oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Kebijakan yang diambil dapat berupa write-off atas barang modal dan aktiva tak berwujud, pembebanan menggunakan
biaya
iklan,
metode
biaya
persediaan
riset yang
dan
pengembangan,
dapat
mengecilkan
pendapatan, tujuannya yaitu untuk kepentingan pajak. 3.
Income maximization Pola manajemen laba income maximization dilakukan dengan cara menjadikan laba pada laporan keuangan periode berjalan lebih tinggi dari pada laba sesungguhnya. Pola ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh bonus yang lebih besar, meningkatkan keuntungan, menghindari pelanggaran atas kontrak hutang jangka panjang, ataupun untuk menarik investor.
32
4.
Income smoothing Perataan laba (income smoothing) merupakan cara yang paling populer dan sering dilakukan. Perataan laba merupakan salah satu bentuk manajemen laba yang dilakukan dengan cara membuat laba akuntansi relatif konsisten (smooth) dari periode ke periode. Dalam hal ini pihak manajemen dengan sengaja menurunkan atau meningkatkan laba untuk mengurangi untuk mengurangi gejolak dalam pelaporan laba, sehingga perusahaan terlihat stabil atau tidak berisiko tinggi. Berdasarkan uraian di atas, sangat relevan bila penelitian untuk
mendeteksi financial statement fraud diproksikan dengan earnings management yang dilakukan perusahaan karena keduanya memiliki hubungan kausalitas. B. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis Hubungan atau keterikatan antara variabel independen dan variabel dependen dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut: 1.
Financial Stability dengan Financial Statement Fraud Menurut SAS No. 99, manajer menghadapi tekanan untuk melakukan financial statement fraud ketika stabilitas keuangan (financial stability) atau profitabilitas terancam oleh keadaan ekonomi, industri, dan situasi entitas yang beroperasi (Skousen et al., 2009). Financial stability merupakan keadaan yang menggambarkan kondisi keuangan perusahaan dari kondisi stabil. Ketika financial stability perusahaan berada dalam
33
kondisi yang terancam, maka manajemen akan melakukan berbagai cara agar stabilitas keuangan perusahaan terlihat baik. Loebbecke, Eining dan Willingham (1989) dan Bell, Szykowny, dan Willingham (1991) menunjukkan bahwa kasus dimana perusahaan mengalami pertumbuhan industri di bawah rata-rata, manajemen mungkin untuk melakukan manipulasi laporan keuangan untuk meningkatkan prospek perusahaan (Skousen et al., 2009). Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel yang termasuk financial stability yang mewakili unsur pressure (tekanan) dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan, yaitu: a.
Persentasi perubahan total aset (ACHANGE) Bentuk manipulasi pada laporan keuangan yang dilakukan oleh
manajemen salah satunya berkaitan dengan pertumbuhan aset perusahaan (Skousen et al., 2009). Oleh sebab itu, yang pertama financial stability diproksikan dengan persentase perubahan total aset (ACHANGE). FASB mendefinisikan aset sebagai manfaat ekonomik masa mendatang yang cukup pasti atau diperoleh atau dikuasai/dikendalikan oleh suatu entitas akibat transaksi atau kejadian masa lalu. Tingginya aset yang dimiliki perusahaan menjadi daya tarik bagi investor. Untuk menarik para investor, manajemen perusahaan tentunya berupaya untuk sebaik mungkin menyajikan gambaran perusahaan melalui laporan keuangan yang meyakinkan bagi investor.
34
Penelitian yang dilakukan oleh Skousen et al. (2009) dan Molida (2011) menunjukkan bahwa persentase perubahan total aset (ACHANGE) berpengaruh posiitif terhadap financial statement fraud. Berdasarkan uraian tersebut, diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut: 𝐻1 : Persentase perubahan total aset (ACHANGE) berpengaruh signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan dengan indikator manajemen laba akrual (DAC). b. Arus kas operasi (OCF) Skousen et al. (2009) menyatakan bahwa ketidakmampuan perusahaan dalam menghasilkan arus kas positif (baik)
dalam
pertumbuhan laba yang dilaporkan akan berkaitan dengan stabilitias keuangan. Arus kas yang buruk akan berdampak pada penilaian investor karena arus kas dapat digunakan untuk meramalkan kinerja perusahaan di masa yang akan datang serta pembanding kinerja keuangan antar peusahaan. Pradhana dan Rudiawarni (2013) menunjukan bahwa terdapat hubungan negatif antara arus kas operasi dengan kecurangan laporan keuangan dengan indikator manajemen laba akrual. Berdasarkan uraian tersebut, diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut: 𝐻2 : Arus kas operasi (OCF) berpengaruh signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan dengan indikator manajemen laba akrual (DAC).
35
c.
Perusahaan yang melaporkan adanya kerugian (LOSS) Hayn (1995), Lipe et al. (1998), dan Collins et al. (1999)
menunjukkan bahwa tingkat cross-sectional pengembalian laba (atau harga) perusahaan yang dilaporkan mengalami kerugian jauh lebih lemah dibandingkan dengan perusahaan yang melaporkan keuntungan. Hayn (1995) melaporkan koefisien negatif untuk regresi pengembalian pendapatan perusahaan yang melaporkan kerugian selama dua tahun atau lebih berturut-turut. Francis dan Yu (2009) dalam Herusetya et al., (2012) juga menemukan asosiasi negatif perusahaan yang mengalami rugi bersih dengan kualitas akrual, menunjukan bahwa insentif yang lebih rendah untuk manajemen laba akrual daripada perusahaan yang melaporkan laba positif. Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini mengajukan hipotesis sebagai berikut: 𝐻3 : Perusahaan yang melaporkan adanya kerugian (LOSS) berpengaruh signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan dengan indikator manajemen laba akrual (DAC). 2. Financial Target dengan Financial Statement Fraud: Return On total Assets (ROA) Dalam menjalankan kinerjanya, manajer perusahaan dituntut untuk melakukan performa terbaik sehingga dapat mencapai target keuangan yang telah direncanakan. Perbandingan laba tehadap jumlah aktiva atau Return On total Asset adalah ukuran kinerja operasional yang banyak digunakan untuk menunjukkan seberapa efisien aktiva telah bekerja
36
(Skousen et al., 2009). ROA sering digunakan dalam menilai kinerja manajer dan dalam menentukan bonus, kenaikan upah, dan lain-lain. Summerrs dan Sweeney (1998) melaporkan bahwa ROA secara signifikan berbeda antara fraud firm dan non-fraud firm (Skousen et al., 2009). Oleh karena itu, Return On Asset dijadikan proksi untuk variabel financial targets. Return On total Asset digunakan untuk mengukur manajemen perusahaan dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA yang diperoleh, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai oleh perusahaan tersebut dan semakin baik pula posisi perusahaan tersebut dari segi penggunaan aset (Dendawijaya, 2005). Analisis Return on total Asset (ROA) atau sering diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai rentabilitas ekonomi mengukur perkembangan perusahaan menghasilkan laba pada masa lalu. Analisis ini kemudian diproyeksikan ke masa mendatang untuk melihat kemampuan perusahaan menghasilkan laba pada masamasa mendatang. Oleh karena itu, semakin tinggi ROA yang ditargetkan perusahaan maka semakin rentan perusahaan akan melakukan manajemen laba yang merupakan salah satu bentuk kecurangan laporan keuangan. Penelitian Carlson dan Bathala (1997) dalam Widyastuti (2009) membuktikan bahwa perusahaan yang memiliki laba yang besar (diukur dengan profitabilitas atau ROA) lebih mungkin melakukan manajemen
37
laba daripada perusahaan yang memiliki laba yang kecil. Akan tetapi, hasil penelitian dari Skousen et al. (2009) tidak menguatkan bukti bahwa ROA berpengaruh terhadap financial statement fraud. Penelitian ini mencoba membuktikan bahwa ROA berpengaruh signifikan terhadap financial statement fraud. Berdasarkan uraian tersebut, diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut: 𝐻4 : Return On Total Assets (ROA) berpengaruh signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan dengan indikator manajemen laba akrual (DAC). 3.
Personal Financial Need dengan Financial Statement Fraud Personal financial need merupakan suatu kondisi dimana keuangan perusahaan turut dipengaruhi oleh kondisi keuangan para eksekutif perusahaan (Skousen et al., 2009). Beasly (1996), Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission (COSO) (1999), dan Dunn (2004) menunjukkan bahwa ketika eksekutif perusahaan memiliki peranan keuangan yang kuat dalam perusahaan, personal financial need dari eksekutif perusahaan tersebut akan turut terpengaruh oleh kinerja keuangan perusahaan (Skousen et al., 2009). Sebagian saham yang dimiliki oleh eksekutif perusahaan akan mempengaruhi kebijakan manajemen dalam mengungkapkan kinerja keuangan perusahaan. Oleh sebab itu, personal financial need diproksi dengan persentase kepemilikan saham oleh orang dalam (OSHIP).
38
Saham adalah sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu perusahaan, dan pemegang saham memiliki hak klaim atas penghasilan dan aktifa perusahaan. Adanya konsentrasi kepemilikan perusahaan di Indonesia yang dikendalikan melalui institusi yang berbadan hukum atau holding company, menurut Clessen et al. (2000), mengakibatkan tidak terdapat adanya pemisahan yang jelas antara kepemilikan dan kontrol pada perusahaan
go
public.
Ketika
sebagian
saham
dimiliki
oleh
manajer,direktur, maupun komisaris perusahaan, maka secara otomatis akan mempengaruhi kondisi finansial perusahaan. Kepemilikan sebagian saham oleh orang dalam ini dapat dijadikan sebagai kontrol dalam pelaporan keuangan (Skousen et al., 2009). Manajemen perusahan akan lebih bertindak hati-hati dalam menyajikan laporan keuangan. Semakin tinggi persentase kepemilikan saham oleh orang dalam maka praktek fraud dalam memanipulasi laporan keuangan semakin berkurang. Penelitian yang dilakukan oleh Skousen et al. (2009) menunjukkan bahwa persentase kepemilikan saham oleh orang dalam (OSHIP) berpengaruh positif terhadap financial statement fraud. Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini mengajukan hipotesis sebagai berikut: 𝐻5 : Persentase kepemilikan saham oleh orang dalam (OSHIP) berpengaruh signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan dengan indikator manajemen laba akrual (DAC).
39
4.
Nature Of Industry dengan Financial Statement Fraud Summers dan Sweeney (1998) mencatat bahwa akun piutang memerlukan penilaian subjektif dalam memeperkirakan tidak tertagihnya piutang. Mereka menyarankan bahwa karena adanya penilaian subjektif dalam menentukan nilai dari akun tersebut, manajemen dapat menggunakan akun tersebut sebagai alat untuk memanipulasi laporan keuangan. Argumen ini didukung oleh Loebbecke et al. (1998), yang menemukan bahwa akun piutang terlibat dalam sejumlah besar fraud dalam sampel mereka. Summers dan Sweeney (1998), menggunakan proksi nature of industry yang berkaitan dengan piutang adalah rasio perubahan dalam piutang usaha. Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini mengajukan hipotesis sebagai berikut: 𝐻6 : Persentase perubahan piutang pada penjualan (RECEIV) berpengaruh signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan dengan indikator manajemen laba akrual (DAC).
5.
Ratioanalization dengan Financial Statement Fraud Auditor merupakan salah satu pihak yang memberikan peranan penting demi tercapainya laporan keuangan yang berkualitas. Terdapat lima opini audit, antara lain: (1) pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion); (2) pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas (unqualified opinion with explanatory language); (3) pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion); (4) pendapat tidak wajar (adverse opinion); dan (5) tidak memberikan pendapat
40
(disclaimer opinion). Opini auditor wajar tanpa pengecualian diberikan oleh auditor kepada perusahaan yang menyajikan laporan keuangannya secara wajar dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum di indonesia. Opini audit wajar tanpa pengecualian mengindikasikan bahwa tidak terdapat kesalahan yang material dalam laporan keuangan yang disusun perusahaan (Mulyadi, 2010). Hasil penelitian Effendi (2008) menunjukkan bahwa opini auditor wajar tanpa pengecualian (unqualified) berpengaruh negatif terhadap kecurangan laporan keuangan. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Soselisa dan Mukhlasin (2008), tetapi tidak konsisten dengan hasil penelitian Skousem et al. (2009). Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini mengajukan hipotesis sebagai berikut: 𝐻7 : Opini audit (AUDREP)
berpengaruh signifikan terhadap
kecurangan laporan keuangan dengan indikator manajemen laba akrual (DAC). C. Hasil Penelitian Terdahulu Penelitian dengan bahasan kecurangan laporan keuangan (financial statement fraud) sebelumnya beberapa kali telah dilakukan. Berikut ini adalah beberapa contoh penelitian yang berkaitan dengan fraud (kecurangan). Penelitian yang dilakukan Spathis (2002) menggunakan data yang telah terpublikasi untuk mengembangkan model yang dapat mendeteksi faktor yang terkait dengan false financial statements (FFS). False financial statement di Yunani dapat diidentifikasi berdasarkan pada kuantitas dan konten
41
dari kualifikasi dalam laporan yang diajukan oleh auditor. Sampel yang digunakan berjumlah perusahaan terdiri dari 38 perusahaan dengan FFS dan 38 perusahaan non-FFS. Spathis (2002) memilih sepuluh variabel keuangan yang berpotensi dapat digunakan untuk memprediksi FFS. Penelitian ini menggunakan statistik univariate dan multivariate seperti regresi logistik untuk mengembangkan model yang dapat mengidentifikasi faktor yang terkait dengan FFS. Model ini terbukti akurat dalam mengklasifikasikan total sampel dengan tingkat akurasi melebihi 84 persen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model berfungsi efektif dalam mendeteksi FFS dan dapat membantu auditor internal dan eksternal, dirjen pajak dan sistem perbankan suatu negara. Intal and Do (2002) melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengidentifikasikan alasan mengapa auditor tidak dapat mendeteksi financial statements fraud. Metode penelitian dilakukan dengan menganalisis kasus kecurangan laporan keuangan khususnya pada masalah pengakuan pendapatan. Dari segi teknikal dapat disimpulkan alasan mengapa auditor tidak dapat mendeteksi financial statement fraud adalah karena tidak dapat menyediakan bukti audit yang layak dan kuat, lemahnya model risiko audit dan penilaian risiko internal control, dan kegagalan audit dalam pengakuan pendapatan dan pengungkapan transaksi dengan pihak ketiga. Dari segi etika, faktor yang berkaitan dengan gagalnya auditor mendeteksi financial statement fraud adalah mengenai independensi audit dan jumlah jasa non-audit yang diberikan oleh auditor.
42
Turner et al., (2003) menguji dampak dari fraud triangle terhadap proses audit. Turner et al., mengembangkan jaringan bukti yang memiliki dua subjaringan. Pertama, untuk menangkap resiko dan bukti hubungan untuk audit laporan keuangan konvensional. Kedua, untuk menangkap hubungan resiko dan bukti untuk penilaian resiko kecurangan. Jaringan ini menggunakan pendekatan belief functions untuk mengekspresikan ketidakpastian yang terlibat dalam bukti audit laporan keuangan. Hasil analisis pada penelitian ini mendukung konsep fraud triangle bahwa dalam tiga komponen dan hubungan antar komponen terbukti memilki dampak yang besar pada resiko audit. Nguyen (2008) melakukan penelitian bertujuan untuk fokus pada sifat kecurangan laporan keuangan dan skema kecurangan terhadap laporan keuangan. Dua kasus kecurangan pada laporan keuangan dianalisis dari Enron dan WorldCom. Penelitian ini membahas teknik-teknik umum yang digunakan untuk mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Di Indonesia, Koroy (2008) berusaha untuk mengidentifikasi dan menguraikan permasalahan dalam pendeteksian kecurangan dalam audit atas laporan keuangan oleh auditor eksternal. Menurutnya, meskipun pendeteksian kecurangan penting untuk meningkatkan nilai pengauditan, namun terdapat banyak masalah yang dapat menghalangi implementasi dari pendeteksian yang tepat. Metode yang digunakan adalah dengan analisis faktor-faktor yang menjadi hambatan auditor dalam menjalankan tugasnya mendeteksi kecurangan. Berdasarkan telaah atas berbagai penelitian yang telah dilakukan, terdapat empat faktor penyebab besar yang diidentifikasikan melalui
43
penelitian tersebut. Pertama, karakteristik terjadinya kecurangan sehingga menyulitkan proses pendeteksian. Kedua, standar pengauditan belum cukup memadai untuk menunjang pendeteksian yang sepantasnya. Ketiga, lingkungan kerja audit dapat mengurangi kualitas audit. Keempat, metode dan prosedur audit yang ada tidak cukup efektif untuk melakukan pendeteksian kecurangan. Skousen et al., (2009) melakukan penelitian secara empiris yang mengkaji efektivitas teori Cressey (1953) mengenai kerangka faktor resiko kecurangan yang diterapkan dalam SAS No. 99 untuk mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Menurut teori Cressey, pressure, opportunity dan rationalization selalu hadir dalam situasi fraud. Skousen et al mengembangkan variabel yang berfungsi sebagai ukuran proksi untuk tekanan/motif, kesempatan, dan rasionalisasi dan menguji variabel-variabel ini menggunakan informasi umum yang tersedia. Lou dan Wang (2009) melakukan penelitian untuk menguji faktor resiko dari fraud triangle. Hasilnya mengindikasikan bahwa kecurangan pelaporan berhubungan dengan salah satu kondisi berikut: tekanan keuangan dari suatu perusahaan atau supervisor perusahaan, persentase yang lebih tinggi dari transaksi yang kompleks suatu perusahaan, lebih dipertanyakannya integritas manajer sebuah perusahaan, atau penurunan hubungan antara perusahaan dengan auditornya. Sebuah model logistik sederhana berdasarkan contoh faktor risiko kecurangan ISA 240 dan SAS 99 mengukur kemungkinan kecurangan pelaporan keuangan dan dapat menguntungkan praktisi.
44
Gagola (2011) melakukan penelitian secara empiris yang mengkaji efektivitas teori Cressey (1953) mengenai kerangka faktor resiko kecurangan yang diterapkan dalam SAS No. 99 dan PSA No. 70 untuk mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Gagola mengembangkan variabel yang berfungsi sebagai ukuran proksi untuk tekanan, kesempatan, dan rasionalisasi dan menguji variabel-variabel ini menggunakan informasi umum yang tersedia. Molida (2011) melakukan penelitian yang bertujuan untuk memperoleh bukti empiris tentang efektivitas dari fraud triangle dalam mendeteksi financial statement fraud. Variabel-variabel dari fraud triangle yang digunakan adalah financial stability yang diproksi dengan ACHANGE, personal financial need yang diproksi dengan OSHIP, dan ineffective monitoring yang diproksi dengan AUDCSIZE. Pendeteksian financial statement fraud pada penelitian ini menggunakan manajemen laba dengan proksi discretionary accruals sebagai variabel dependen. Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008 dan 2009. Total sampel penelitian ini adalah 40 perusahaan manufaktur dengan dua tahun pengamatan. Analisis data dilakukan dengan uji asumsi klasik dan pengujian hipotesis dengan metode regresi linear. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa financial stability denga proksi ACHANGE dan personal financial need dengan proksi OSHIP berpengaruh signifikan terhadap financial statement fraud. Sementara itu,
45
ineffective monitoring dengan proksi AUDCSIZE tidak berpengaruh secara signifikan terhadap financial statement fraud. Ratmono et al., (2014) melakukan penelitian yang betujuan untuk menguji kemampuan teori fraud triangle dalam menjelaskan fenomena kecurangan laporan keuangan. Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian ini menguji faktor-faktor yang mempengaruhi kecurangan laporan keuangan. Berdasarkan teori fraud triangle, terdapat tiga variabel yang dihipotesiskan mempengaruhi kecurangan laporan keuangan yaitu tekanan, kesempatan, dan rasionalisasi. Penelitian ini menggunakan data 27 perusahaan yang melakukan kecurangan laporan keuangan dan 27 perusahaan lain sebagai sampel padanan. Data yang didapat dianalisisi dengan regresi logistik, yang menunjukan hasil bahwa terdapat hubungan positif antara tekanan dan rasioanalisasi dengan kecurangan laporan keuangan. Tabel 2.2 Ringkasan Penelitian Terdahulu No. Penelitian 1. Spathis (2002)
2.
Intal dan Do (2002)
Hasil Penelitian Membuktikan bahwa model penelitian terbukti akurat dalam mengklasifikasikan total sampel dengan tingkat akurasi melebihi 84 persen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model berfungsi efektif. Alasan mengapa auditor tidak dapat mendeteksi financial statement fraud adalah: Segi technical, tidak dapat menyediakan bukti audit yang layak dan kuat, lemahnya model risiko audit dan penilaian risiko internal control, dan kegagalan audit dalam pengakuan pendapatan dan pengungkapan transaksi dengan pihak ketiga. Segi etika, mengenai independensi audit dan jumlah jasa non-audit yang diberikan oleh auditor.
46
No. Penelitian 3. Turner et al., (2003)
4.
Nguyen (2008)
5.
Koroy (2008)
6.
Skousen et al., (2009)
Hasil Penelitian Mengembangkan jaringan bukti yang memiliki dua sub-jaringan. Pertama, untuk menangkap resiko dan bukti hubungan untuk audit laporan keuangan konvensional. Kedua, untuk menangkap hubungan resiko dan bukti untuk penilaian resiko kecurangan. Melakukan penelitian bertujuan untuk fokus pada sifat kecurangan laporan keuangan dan skema kecurangan terhadap laporan keuangan. Dua kasus kecurangan pada laporan keuangan dianalisis dari Enron dan WorldCom. Penelitian ini membahas teknik-teknik umum yang digunakan untuk mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Terdapat empat faktor penyebab hambatan: 1. Karakteristik terjadinya kecurangan sehingga menyulitkan proses pendeteksian. 2. Standar pengauditan belum cukup memadai untuk menunjang pendeteksian yang sepantasnya. 3. Lingkungan kerja audit dapat mengurangi kualitas audit. 4. Metode dan prosedur audit yang ada tidak cukup efektif untuk melakukan pendeteksian kecurangan. Berdasarkan permasalahan ini, perbaikan yang perlu disarankan untuk diterapkan. Melakukan penelitian secara empiris yang mengkaji efektivitas teori Cressey (1953) mengenai kerangka faktor resiko kecurangan yang diterapkan dalam SAS No. 99 untuk mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Menurut teori Cressey, pressure, opportunity dan rationalization selalu hadir dalam situasi fraud. Skousen et al mengembangkan variabel yang berfungsi sebagai ukuran proksi untuk tekanan/motif, kesempatan, dan rasionalisasi dan menguji variabel-variabel ini menggunakan informasi umum yang tersedia.
47
No. Penelitian 7. Lou dan Wang (2009)
Hasil Penelitian Menguji faktor resiko dari fraud triangle. Hasilnya mengindikasikan bahwa kecurangan pelaporan berhubungan dengan salah satu kondisi berikut: tekanan keuangan dari suatu perusahaan atau supervisor perusahaan, persentase yang lebih tinggi dari transaksi yang kompleks suatu perusahaan, lebih dipertanyakannya integritas manajer sebuah perusahaan, atau penurunan hubungan antara perusahaan dengan auditornya. Sebuah model logistik sederhana berdasarkan contoh faktor risiko kecurangan ISA 240 dan SAS 99 mengukur kemungkinan kecurangan pelaporan keuangan dan dapat menguntungkan praktisi. 8. Gagola (2011) Melakukan penelitian secara empiris yang mengkaji efektivitas teori Cressey (1953) mengenai kerangka faktor resiko kecurangan yang diterapkan dalam SAS No. 99 dan PSA No. 70 untuk mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Gagola mengembangkan variabel yang berfungsi sebagai ukuran proksi untuk tekanan/motif, kesempatan, dan rasionalisasi. 9 Molida (2011) Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa financial stability dengan proksi ACHANGE dan personal financial need dengan proksi OSHIP berpengaruh signifikan terhadap financial statement fraud. Sementara itu, ineffective monitoring dengan proksi AUDCSIZE tidak berpengaruh secara signifikan terhadap financial statement fraud. 10 Ratmono et al. Melakukan penelitian yang betujuan untuk menguji (2014) kemampuan teori fraud triangle dalam menjelaskan fenomena kecurangan laporan keuangan, dengan menggunakan 27 sampel perusahaan yang melakukan kecurangan laporan keuangan dan 27 sampel perusahaan lain sebagai padanan. Data diuji dengan menggunakan regresi logisitik, dengan hasil bahwa terdapat hubungan positif antara tekanan dan rasioanalisasi dengan kecurangan laporan keuangan. Rasioanalisasi tidak didukung sebagai determinan kecurangan laporan keuangan. Hasil penelitian ini memberikan dukungan parsial untuk teori fraud triangle dalam menjelaskan fenomena kecurangan laporan keuangan. Sumber: Dari berbagai referensi pendukung penelitian
48
D. Kerangka Pemikiran Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam gambar 2.2 sebagai berikut. Gambar. 2.2 Skema Kerangka Pemikiran Cukup banyaknya kasus-kasus manipulasi laporan keuangan pada perusahaanperusahaan besar dan adanya kasus kebangkrutan yang disebabkan oleh kegagalan audit Basis Teori: Teori Agensi,Teori Fraud Triangle PRESSURE
Financial Stability Persentase perubahan total aset (ACHANGE) Arus kas operasi (CFO) Kerugian perusahaan (LOSS) Financial Target Return on total assets (ROA) OPPORTUNITY
Nature of Industry
Financial Statement Fraud (DAC)
Persentase perubahan piutang pada penjulan (RECEIV) RATIONALIZATION
Rationalization Opini audit (AUDREP)
49
Lanjutan...
Metode Analisis: Regresi Berganda
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
50
BAB III METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian kausal komparatif yaitu penelitian dengan karakteristik masalah berupa hubungan sebab-akibat antara dua variabel atau lebih. Penelitian ini bertujuan untuk menguji variabel independen persentase perubahan total aset (ACHANGE), arus kas operasi (CFO), perusahaan yang melaporkan adanya kerugian (LOSS), Return On total Asset (ROA), persentase kepemilikan saham oleh orang dalam (OSHIP), persentase perubahan piutang pada penjualan (RECEIV), dan opini audit (AUDREP) terhadap variable dependen yaitu kecurangan laporan keuangan dengan indikator manajemen laba yang diproksikan dengan Discretionary Accruals (DAC). Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan Property, Real Estate, and Building Construction yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2013. B. Metode Penentuan Sampel Populasi yaitu kumpulan pengukuran atau data pengamatan yang dilakukan terhadap orang, benda atau tempat, sedangkan sampel yaitu sebagian dari populasi atau dalam istilah matematik dapat disebut sebagai himpunan bagian atau subset dari populasi. Metode penelitian sampel yang digunakan adalah Purposive Sampling, yaitu tipe pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya diperoleh 51
dengan menggunakan pertimbangan tertentu, umumnya disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian (Indriantoro dan Bambang, 2002). Sampel untuk penelitian ini adalah semua perusahaan dalam industri Property, Real Estate, and Building Construction yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2013, dengan pertimbangan sebagai berikut: 1.
Perusahaan pada industri Property, Real Estate, and Building Construction yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 20102013.
2.
Perusahaan pada industri Property, Real Estate, and Building Construction yang menerbitkan laporan keuangan auditan selama empat tahun berturutturut, yaitu dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2013.
3.
Perusahaan yang memiliki tahun tutup buku 31 Desember.
4.
Perusahaan tidak keluar (delisting) di Bursa Efek Indonesia selama periode penelitian tahun 2010-2013.
5.
Laporan tahunan perusahaan memiliki data-data yang berkaitan dengan variabel penelitian.
C. Metode Pengumpulan Data Dalam memperoleh data-data pada penelitian ini, peneliti menggunakan dua cara yaitu penelitian pustaka dan penelitian lapangan. 1.
Penelitian Pustaka (Library research) Peneliti memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti melalui buku, jurnal, majalah, tesis, internet, dan perangkat lain yang berkaitan dengan judul penelitian. 52
2. Penelitian Lapangan Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Seluruh data bersumber dari laporan keuangan auditan tahunan perusahaan-perusahaan Property, Real Estate, and Building Construction tahun 2010 sampai dengan 2013 yang telah dipublikasikan lengkap di Bursa Efek Indonesai (BEI). D. Metode Analisis Metode analisis data menggunakan statistik deskriptif, uji asumsi klasik dan uji hipotesis. 1.
Statistik Deskriptif Statistik deskriptif merupakan proses transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi sehingga mudah dipahami dan diinterpretasikan. Tabulasi menyajikan ringkasan, pengaturan atau penyusunan data dalam bentuk tabel numerik dan grafik (Indriantoro dan Bambang, 2002). Metode analisis data yang digunakan adalah dengan cara analisis kuantitatif yang bersifat deskriptif yang menjabarkan data yang diperoleh dengan menggunakan analisis regresi berganda untuk menggambarkan fenomena atau karakteristik dari data, yaitu dengan memberikan gambaran tentang pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi financial statement fraud dengan indikator manajemen laba akrual. Metode analisis data akan dilakukan dengan bantuan aplikasi komputer program SPSS.
53
2.
Uji Asumsi Klasik Untuk
melakukan uji asumsi klasik atas data sekunder ini, maka
penelitian ini melakukan uji normalitas, uji heteroskedastisitas, uji multikolinearitas dan uji autokorelasi. Adapun penjelasannya sebagai berikut: a.
Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Bila asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil (Ghozali, 2009). Dalam penelitian ini pengujian uji normalitas dilakukan dengan menggunakan metode uji non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S).
b. Uji Multikolonieritas Pengujian ini bertujuan untuk meneliti apakah pada model regresi ditentukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang valid adalah model regresi yang bebas dari multikolinearitas. Multikolinearitas terjadi ketika variabel independen yang ada dalam metode berkolerasi satu sama lain, ketika korelasi antar variabel independen sangat tinggi maka sulit untuk memisahkan masingmasing pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. 54
Dalam melakukan pengujian terhadap multikolinearitas. Dapat dideteksi dengan menggunakan tolerance value dan variance inflation factor (VIF), jika nilai tolerance > 0,10 dan VIF < 10 maka tidak terjadi multikolinearitas (Ghozali, 2009). c.
Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dari residual pengamatan ke pengamatan lain tetap maka disebut homoskedatisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang
homoskedatisitas
atau
tidak
terjadi
heteroskedastisitas
(Ghozali,2009). Dalam penelitian ini pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan metode Uji Glejser. Uji glejser dilakukan dengan cara meregresi nilai absolut residual terhadap variabel independen (Gujarati, 2003 dalam Ghozali, 2011). d. Uji Autokorelasi Pengujian autokorelasi dalam penelitian ini mengunakan Uji Lagrange Multiplier (LM test). LM test dipilih dikarenakan uji ini lebih tepat digunakan dibanding uji Durbin–Watson terutama bila sampel yang digunakan relatif besar (lebih dari 100) (Ghozali, 2011). Pengujian ini bertujuan untuk meneliti apakah sebuah model regresi linier ada korelasi antara
kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, 55
maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada runtut waktu karena “gangguan” pada seseorang individu/kelompok cenderung mempengaruhi “gangguan” pada individu/kelompok yang sama pada periode berikutnya (Ghozali, 2009). 3.
Uji Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model regresi berganda. Model regresi berganda bertujuan untuk memprediksi besar variabel dependen dengan menggunakan data variabel independen yang sudah diketahui besarnya (Santoso, 2000). Model regresi berganda umumnya digunakan untuk menguji pengaruh dua atau lebih variabel independen terhadap variabel dependen dengan skala pengukuran interval atau rasio dalam suatu persamaan linier (Sunyoto, 2009). Variabel independen terdiri dari persentase perubahan total aset (ACHANGE), arus kas operasi (CFO), perusahaan yang melaporkan adanya kerugian (LOSS), Return On total Asset (ROA), persentase kepemilikan saham oleh orang dalam (OSHIP), persentase perubahan piutang pada penjualan (RECEIV), dan opini audit (AUDREP) terhadap
56
variable dependen yaitu manajemen laba (DAC) yang diproksikan dengan Discretionary Accruals. Untuk menguji hipotesis tersebut, maka rumus persamaan regresi yang digunakan adalah sebagai berikut: DAC = α0 + β1 ACHANGE + β2 CFO + β3 LOSS + β4 ROA+ β5 OSHIP + β6 RECEIV + β7 AUDREP + ε Dimana: DAC
= Kecurangan laporan keuangan (manajemen laba akrual)
α0
= Konstanta
β1,2,3,...
= Koefisien variabel
ACHANGE = Persentase perubahan total aset OCF
= Arus kas operasi
LOSS
= Perusahaan yang melaporkan adanya kerugian
ROA
= Return On total Assets
OSHIP
= Persentase kepemilikan saham oleh orang dalam
RECEIV
= Persentase perubahan piutang pada penjualan
AUDREP
= Opini Audit
Pengujian ini dilakukan melalui: a.
Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol (0) dan satu (1). Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam 57
menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variable dependen (Ghozali, 2009). b.
Uji Statistik t Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh suatu variabel penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen dan digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen secara individual terhadap variabel dependen yang diuji (Ghozali, 2009). Dalam penelitian ini menggunakan tingkat signifikansi 5 % dan 10%. 1) Jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 dan/atau 0,10 maka Ho diterima atau Ha ditolak, ini berarti menyatakan variabel independen atau bebas tidak mempunyai pengaruh individual terhadap variabel dependen atau terikat. 2) Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 atau 0,10 maka Ho ditolak dan Ha diterima, ini berarti menyatakan bahwa variabel independen atau bebas mempunyai pengaruh secara individual terhadap variabel dependen atau terikat.
c.
Uji Statistik F Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat. Uji 58
statistif F digunakan untuk mengetahui semua variabel indepnden yang dimasukkan dalam model regresi secara bersama-sama terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikasi 0,05 (Ghozali, 2009). 1) Jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05, maka H0 diterima dan Ha ditolak, ini berarti menyatakan bahwa semua variabel independen atau bebas tidak mempunyai pengaruh secara bersamasama terhadap variabel dependen atau terikat. 2) Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima, ini berarti menyatakan bahwa semua variabel independen atau bebas mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat.
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian Operasionalisasi variabel penelitian adalah penentuan construct sehingga menjadi variabel yang dapat diukur. Definisi operasionalisasi menjelaskan cara tertentu
yang
digunakan
dalam
suatu
penelitian
dalam
mengoperasionalisasikan construct, sehingga memungkinkan penelitian lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau mengembangkan cara pengukuran construct yang lebih baik. Pada bagian ini akan diuraikan definisi dari masing-masing variabel yang digunakan berikut dengan operasional dan cara pengukurannya.
59
1.
Financial Statement Fraud (Y) Financial statement fraud sering kali diawali dengan salah saji atau manajemen laba dari laporan keuangan kuartal yang dianggap tidak material tetapi akhirnya tumbuh menjadi fraud secara besar-besaran dan menghasilkan laporan keuangan tahunan yang menyesatkan secara material (Rezaee, 2002). Oleh sebab itu, earnings management digunakan sebagai proksi Financial statement fraud dalam penelitian ini. Jika pada suatu kondisi di mana pihak manajemen ternyata tidak berhasil mencapai target
laba
yang
ditentukan,
manajemen
termotivasi
untuk
memperlihatkan kinerja yang baik dalam menghasilkan nilai atau keuntungan maksimal bagi perusahaan (Halim et al., 2005). Dasar akrual dalam laporan keuangan memberikan kesempatan kepada manajer untuk memodifikasi laporan keuangan untuk menghasilkan jumlah laba yang diinginkan (Halim et al., 2005). Jumlah akrual yang tercermin dalam penghitungan laba terdiri dari discretionary accruals dan nondiscretionary accruals. Nondiscretionary accruals merupakan komponen akrual yang terjadi seiring dengan perubahan dari aktivitas perusahaan. Discretionary accruals merupakan komponen akrual yang berasal dari earnings management yang dilakukan manajer. Selanjutnya
manajemen
laba
diproksikan
lagi
menggunakan
discretionary accruals yang dihitung dengan cara menyelisihkan total accruals
(TACC) dan nondiscretionary accruals (NDACC). Dalam
menghitung DACC, digunakan model yang disusun oleh Kothari et al. 60
(2005), model ini terbukti menghasilkan nilai adjusted R2 yang lebih besar daripada model Jones, modified Jones, dan Kasznik (Fanny, 2007; Permatasari, 2011 dalam Junius dan Fitriany, 2012).
𝑇𝐴𝐶𝐶𝑖𝑡 1 ∆𝑅𝐸𝑉𝑖𝑡 − ∆ 𝐴𝑅𝑖𝑡 𝑃𝑃𝐸𝑖𝑡 = 𝑎0 + 𝑎𝑖 [ ] + 𝛽1𝑖 [ ] + 𝛽2𝑖 [ ] + 𝛿1 𝑅𝑂𝐴𝑖,𝑡−1 + ɛ𝑖𝑡 𝐴𝑖𝑡−1 𝐴𝑖𝑡−1 𝐴𝑖𝑡−1 𝐴𝑖𝑡−1
Keterangan : TACC
= Total akrual perusahaan, dihitung dari laba bersih sebelum pos luar biasa dikurangi dengan arus kas operasi (CFO)
A
= Total aset perusahaan
ΔREV
= Perubahan pendapatan, dihitung dari pendapatan bersih pada tahun t dikurangi dengan pendapatan pada tahun t-1
ΔAR
= Perubahan account receivable (AR), dihitung dari AR pada tahun t dikurangi AR pada tahun t-1
PPE
= Nilai Plant, Property, dan Equipment (PPE) bruto untuk perusahaan i
ROA
= Laba bersih perusahaan dibagi dengan total aset
= Residual eror
61
2.
Financial Stability a.
Persentase perubahan total aset (ACHANGE) Financial stability merupakan keadaan yang menggambarkan kondisi keuangan
perusahaan
dalam
kondisi
stabil.
Penilaian
mengenai kestabilan kondisi keuangan perusahaan dapat dilihat dari bagaimana
keadaan
asetnya.
FASB
(1980)
dalam
Ghozali
dan Chariri (2007) mendefinisikan aset sebagai manfaat ekonomi yang mungkin terjadi di masa mendatang yang diperoleh atau dikendalikan oleh suatu entitas tertentu sebagai akibat transaksi atau peristiwa masa lalu. Total aset menggambarkan kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan yang meliputi aset lancar dan aset tidak lancar. Persentasi perubahan total aset (ACHANGE) merupakan rasio perubahan aset selama dua tahun. ACHANGE dihitung dengan rumus: ACHANGE =
(𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐀𝐬𝐞𝐭 𝐭 – 𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐀𝐬𝐞𝐭 𝐭−𝟏 ) 𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐀𝐬𝐞𝐭 𝐭
b. Arus kas operasi (OCF) Skousen et al. (2009) menyatakan bahwa ketidakmampuan untuk menghasilkan arus kas positif dalam pertumbuhan laba yang dilaporkan akan berkaitan dengan stabilitas keuangan. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Lou dan Wang (2009) bahwa ada hubungan positif yang terjadi antara arus kas operasi negatif dengan 62
kecurangan laporan keuangan. Arus kas negatif akan berdampak pada penilaian investor karena arus kas dapat digunakan untuk meramalkan kinerja perusaahaan di masa depan. Arus kas biasanya juga sebagai pembanding kinerja antar perusahaan. Jika perusahaan mengalami arus kas operasi negatif maka perusahaan tersebut sedang dalam keadaan yang tidak stabil dan menimbulkan suatu tekanan bagi manajemen. Nilai arus kas operasi diukur berdasarkan nilai operating cah flow laporan arus kas akhir tahun berjalan di bagi dengan total aset akhir tahun berjalan (Pradhana dan Rudiawarni, 2013). c.
Perusahaan yang melaporkan kerugian (LOSS) Hayn dalam Lou dan Wang (2009) menunjukkan tingkat crosssectional pengembalian laba (atau harga) perusahaan yang dilaporkan mengalami kerugian jauh lebih lemah dibandingkan dengan perusahaan yang melaporkan keuntungan. Adanya kerugan dari aktivitas utama perusahaan menandakan bahwa perusahaan tidak mampu memaksimalkan penjualannya sehingga para investor tidak akan menerima dividen pada tahun tersebut. Varibel LOSS yaitu perusahaan yang melaporkan adanya kerugian diukur dengan menggunakan variabel dummy dimana kategori 1 untuk perusahaan yang melaporkan adanya kerugian, dan kategori 0 untuk perusahaan yang melaporkan keuntungan.
63
3.
Financial Targets: Return On total Assets (ROA) Dalam menjalankan aktivitasnya, perusahaan seringkali mematok besaran tingkat laba yang harus diperoleh atas usaha yang dikeluarkan untuk mendapatkan laba tersebut, kondisi inilah yang dinamakan financial targets. Salah satu pengukuran untuk menilai tingkat laba yang diperoleh perusahaan atas usaha yang dikeluarkan adalah ROA. Perbandingan laba tehadap jumlah aktiva (ROA) adalah ukuran kinerja operasional yang banyak digunakan untuk menunjukkan seberapa efisien aktiva telah bekerja (Skousen et al., 2009). ROA sering digunakan dalam menilai kinerja manajer dan dalam menentukan bonus, kenaikan upah, dan lainlain. Oleh karena itu, ROA dijadikan sebagai proksi untuk variabel financial targets dalam penelitian ini. Pengertian Return On total Asset (ROA) menurut Hanafi dan Halim (2003) adalah: “Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan total aset (kekayaan) yang dipunyai perusahaan setelah disesuaikan dengan biaya-biaya untuk mendanai aset tersebut”. Return On total Asset (ROA) merupakan bagian dari rasio profitabilitas dalam analisis laporan keuangan atau pengukuran kinerja perusahaan. ROA dihitung dengan rumus sebagai berikut: ROA =
𝑵𝒆𝒕 𝑰𝒏𝒄𝒐𝒎𝒆 𝒃𝒆𝒇𝒐𝒓𝒆 𝒆𝒙𝒕𝒓𝒂𝒐𝒓𝒅𝒊𝒏𝒂𝒓𝒚 𝒊𝒕𝒆𝒎 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑨𝒔𝒔𝒆𝒕𝒔
64
4.
Personal Financial Need: Persentase Kepemilikan Saham Oleh Orang Dalam (OSHIP) Personal financial need merupakan suatu kondisi dimana keuangan perusahaan turut dipengaruhi oleh kondisi keuangan para eksekutif perusahaan (Skousen et al., 2009). Sebagian saham yang dimiliki oleh eksekutif perusahaan akan mempengaruhi kebijakan manajemen dalam mengungkapkan kinerja keuangan perusahaan. Struktur kepemilikan saham perusahaan dapat mempengaruhi tingkat terjadinya fraud. Personal financial need diproksi dengan OSHIP. Proksi OSHIP merupakan persentase komulatif dari kepemilikan pada perusahaan yang dimiliki oleh orang dalam. Saham yang dimiliki oleh manajemen dibagi dengan saham biasa yang beredar. OSHIP = The cumulative percentage of ownership in the firm held by insiders. Shares owned by management divided by the common shares outstanding.
5.
Nature of Industry: Persentase Perubahan Piutang Pada Penjualan (RECEIV) Summers dan Sweeney (1998) mencatat bahwa akun piutang memerlukan penilaian subjektif dalam memperkirakan tidak tertagihnya piutang. Mereka menyarankan bahwa karena adanya penilaian subjektif dalam menentukan nilai dari akun tersebut, manajemen dapat menggunakan akun tersebut sebagai alat untuk memanipulasi laporan keuangan. Argumen ini didukung oleh Loebbecke et al. (1998), yang menemukan bahwa akun 65
piutang terlibat dalam sejumlah besar fraud dalam sampel mereka. Summers dan Sweeney (1998), menggunakan proksi nature of industry yang berkaitan dengan piutang adalah rasio perubahan dalam piutang usaha. Dalam Skousen (2009) Persentase Perubahan Piutang Pada Penjualan (RECEIV) dapat diukur dengan rumus: RECEIV = (𝑹𝒆𝒄𝒆𝒊𝒗𝒂𝒃𝒍𝒆𝒕 /𝑺𝒂𝒍𝒆𝒔𝒕 − 𝑹𝒆𝒄𝒆𝒊𝒗𝒂𝒃𝒍𝒆𝒕−𝟏 /𝑺𝒂𝒍𝒆𝒔𝒕−𝟏 ) 6.
Rationalization: Opini Audit (AUDREP) Opini audit wajar tanpa pengecualian diberikan oleh auditor kepada perusahaan yang menyajikan laporan keuangannya secara wajar dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum di indonesia. Opini audit wajar tanpa pengecualian mengindikasikan bahwa tidak terdapat kesalahan yang material dalam laporan keuangan yang disusun perusahaan (Mulyadi, 2010). Hasil penelitian Effendi (2008) menunjukkan bahwa opini auditor wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) berpengaruh negatif terhadap kecurangan laporan keuangan. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Soselisa dan Mukhlasin (2008), tetapi tidak konsisten dengan hasil penelitian Skousen et al. (2009). AUDREP ini diukur dengan menggunakan variable dummy di mana kategori 1 untuk perusahaan yang mendapat opini audit Unqualified Opinion dan kategori 0 untuk perusahaan yang mendapat opini audit Unqualified Opinion with explanatory language. 66
Variabel dan skala pengukuran terdapat dalam penelitian disajikan secara ringkas dalam Tabel 3.1 dibawah ini: Tabel 3.1 Operasional Variabel dan Pengukuran No 1
2
3
4
5
6
7
8
Variabel Financial Statement Fraud (Discretionary Accruals) (Herusetya et al., 2012)
Pengaruh Persentase Perubahan Total Aset (ACHANGE) (Skousen et al. 2009; Ratmono et al. 2014) Arus Kas Operasi (OCF) (Pradhana dan Rudiawarni, 2013) Perusahaan Yang Melaporkan Kerugian (LOSS) (Herusetya et al., 2012) Return On total Assets (ROA) (Skousen et al. 2009; Ratmono et al. 2014) Persentase Kepemilikan Saham Oleh Orang Dalam (OSHIP) (Skousen et al. 2009); Ratmono et al. 2014). Persentase Perubahan Piutang Pada Penjualan (RECEIV) (Skousen et al. 2009); Ratmono et al. 2014). Opini Audit (Skousen et al. 2009); Ratmono et al. 2014).
Definisi Operasional
Pengukuran 𝑇𝐴𝐶𝐶𝑖𝑡 𝐴𝑖𝑡−1
Dependen
Independen
Independen
Independen
Independen
Independen
Independen
Independen
= 𝑎0 + 𝑎𝑖 [
Skala Pengukuran
1
] 𝐴𝑖𝑡−1 ∆𝑅𝐸𝑉𝑖𝑡 − ∆ 𝐴𝑅𝑖𝑡 + 𝛽1𝑖 [ ] 𝐴𝑖𝑡−1 𝑃𝑃𝐸𝑖𝑡 + 𝛽2𝑖 [ ] + 𝛿1 𝑅𝑂𝐴𝑖,𝑡−1 + ɛ𝑖𝑡 𝐴𝑖𝑡−1
Rasio
(Total Aset t – Total Aset t−1 ) Total Aset t
Rasio
Rasio
Arus kas operasi / total aset Variabel dummy, diberi angka 1 untuk perusahaan yang mengalami kerugian dan diberi angka 0 jika lainnya
Nominal
Net Income before extraordinary item / Total Assets t
Rasio
Persentase saham yang dimiliki oleh manajemen.
Rasio
(Receivablet /Salest − Receivablet−1 /Salest−1)
Rasio
variable dumm,y di mana angka 1 untuk perusahaan yang mendapat opini audit Unqualified Opinion dan angka 0 lainnya
Nominal
Sumber: Dari berbagai referensi pendukung penelitian
67
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian Perusahaan Property, Real Estate and Building Construction yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2010 hingga 2013 merupakan populasi dalam penelitian ini. Perusahaan - perusahaan tersebut tidak keluar dari BEI (delisting) dan telah sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan pada bab sebelumnya. Dari pertimbangan tersebut didapatkan sampel sebanyak 31 perusahaan dengan total 124 data observasi.
Tabel 4.1 Tahapan Seleksi Sampel Penelitian Keterangan
Jumlah
Jumlah perusahaan di industri Property, Real Estate and Building Construction yang terdaftar di BEI pada tahun 2010-2013
38
Perusahaan yang tidak memenuhi kriteria
(7)
Jumlah sampel penelitian terpilih
31
Tahun pengamatan
4
Jumlah sampel total dalam periode penelitian
124
Sumber: Data sekunder diolah Dari hasil seleksi sampel penelitian di atas, terdapat 31 perusahaan yang sesuai dengan kriteria. Berikut merupakan daftar perusahaan Property, Real Estate and Building Construction yang menjadi sampel dalam penelitian ini. 68
Tabel 4.2 Daftar Nama Perusahaan No
Nama Perusahaan
Kode
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Agung Podomoro Land Tbk. Alam Sutera Realty Tbk. Bekasi Asri Pemula Tbk. Bumi Citra Permai Tbk. Bukit Darmo Property Tbk. Sentul City Tbk. Ciputra Development Tbk. Ciputra Property Tbk. Ciputra Surya Tbk.
APLN ASRI BAPA BCIP BKDP BKSL CTRA CTRP CTRS
10
Duta Anggada Realty Tbk.
DART
11
Intiland Development Tbk.
DILD
12
Duta Pertiwi Tbk.
DUTI
13
Bakrieland Development Tbk.
ELTY
14
Perdana Gapuraprima Tbk.
GPRA
15
Jaya Real Property Tbk.
JIHD
16
Jakarta International Hotel & Dev. Tbk.
JRPT
17
Kawasan Industri Jababeka Tbk.
KIJA
18
Lippo Karawaci Tbk.
LPKR
19
Modernland Realty Tbk.
MDLN
20
Pakuwon Jati Tbk.
PWON
21
Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk.
RBMS
22
Roda Vivatex Tbk.
RDTX
23
Danayasa Arthatama Tbk.
SCBD
24
Suryamas Dutamakmur Tbk.
SMDM
25
Summarecon Agung Tbk.
SMRA
26
Adhi Karya (Persero) Tbk.
ADHI
27
Nusa Konstruksi Enjiniring Tbk.
DGIK
28
Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk.
JKON
29
PP (Persero) Tbk.
PTPP
30
Total Bangun Persada Tbk.
TOTL
31
Waskita Karya (Persero) Tbk.
WIKA
Sumber: Data sekunder diolah
69
B. Statistik Deskriptif Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan regresi berganda. Tujuannya untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh mengenai pengaruh variabel independen persentase perubahan total aset (ACHANGE), arus kas operasi (OCF), perusahaan yang melaporkan adanya kerugian (LOSS), Return On total Asset (ROA), persentase kepemilikan saham oleh orang dalam (OSHIP), persentase perubahan piutang pada penjualan (RECEIV), dan opini audit (AUDREP) terhadap variable dependen yaitu manajemen laba (DAC) yang diproksikan dengan Discretionary Accruals. Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan informasi mengenai data yang dimiliki dan tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis. Analisis ini hanya digunakan untuk menyajikan dan menganalisis data agar dapat memperjelas keadaan atau karakteristik data yang bersangkutan. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu nilai terendah (minimum), nilai tertinggi (maximum), rata-rata (mean), dan standar deviasi. Berikut ini adalah hasil statistik deskriptif dari variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Tabel 4.3 Statistik Deskriptif
DAC ACHANGE OCF
N Minimum Maximum 124 -0,28398 0,53224 124 -0,31884 0,53468 124 -0,15876 0,25348
Mean Std. Deviation -0,00492 0,10538 0,15531 0,15576 0,04952 0,08085 70
N Minimum Maximum 124 -0,07234 0,36252 124 0,00000 0,50310 124 -0,68941 1,35966 124 0 1 124
ROA OSHIP RECEIV AUDREP Valid N (listwise) Sumber: Data sekunder diolah
Mean Std. Deviation 0,04473 0,04707 0,02999 0,08668 -0,00105 0,21819 0,55 0,500
Berdasarkan hasil statistik deskriptif di atas, variabel kecurangan laporan keuangan dengan indikator manajemen laba (DAC) yang diproksikan dengan Discretionary Accrual menunjukan nilai terendah (minimum) sebesar 0,28398, nilai tertinggi (maximum) sebesar 0,53224, nilai rata-rata (mean) sebesar -0,00492 dan standar deviasi sebesar 0,10538. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa
pada
perusahaan
Property,
Real
Estate
and
Building Construction melakukan manajemen laba cenderung dengan teknik income minimization. Selanjutnya Hasil analisis statistik deskriptif persentase perubahan total aset (ACHANGE) menunjukan nilai terendah (minimum) sebesar -0,31884, nilai tertinggi (maximum) sebesar 0,53468, nilai rata-rata (mean) sebesar 0,15531, dan standar deviasi sebesar 0,15576. Hasil analisis statistik deskriptif arus kas operasi (OCF) menunjukan nilai terendah (minimum) sebesar -0,15876, nilai tertinggi (maximum) sebesar 0,25348, nilai rata-rata (mean) sebesar 0,04952, dan standar deviasi sebesar 0,08085. Hasil analisis statistik deskriptif perusahaan yang melaporkan adanya kerugian (LOSS) menunjukan nilai terendah (minimum) sebesar 0, nilai tertinggi (maximum) 71
sebesar 1, nilai rata-rata (mean) sebesar 0,07, dan standar deviasi sebesar 0,260. Hasil analisis statistik deskriptif Return On total Asset (ROA) menunjukan nilai terendah (minimum) sebesar -0,07234, nilai tertinggi (maximum) sebesar 0,36252, nilai rata-rata (mean) sebesar 0,04473, dan standar deviasi sebesar 0,04707. Hasil analisis statistik deskriptif persentase kepemilikan saham oleh orang dalam (OSHIP) menunjukan nilai terendah (minimum) sebesar 0, nilai tertinggi (maximum) sebesar 0,50310, nilai rata-rata (mean) sebesar 0,02999, dan standar deviasi sebesar 0,08668. Selanjutnya hasil analisis statistik deskriptif persentase perubahan piutang pada penjualan (RECEIV) menunjukan nilai terendah (minimum) sebesar 0.68941, nilai tertinggi (maximum) sebesar 1.35966, nilai rata-rata (mean) sebesar -0.00105, dan standar deviasi sebesar 0.21819. Dan terakhir, hasil analisis statistik deskriptif opini audit (AUDREP) menunjukan nilai terendah (minimum) sebesar 0, nilai tertinggi (maximum) sebesar 1, nilai rata-rata (mean) sebesar 0.55, dan standar deviasi sebesar 0,500. C. Analisis dan Pembahasan 1.
Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik dilakukan dalam penelitian ini untuk menguji apakah data memenuhi asumsi klasik atau tidak. Hal ini untuk menghindari terjadinya estimasi yang bias mengingat tidak semua data dapat diterapkan menggunakan regresi. Di bawah ini merupakan uji asumsi klasik yang telah dilakukan dan hasilnya adalah sebagai berikut:
72
a.
Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel penggangu atau residual memiliki distribusi normal (Gujarati, 2011). Model regresi yang baik adalah yang mempunyai distribusi data normal atau mendekati normal. Dalam penelitian ini pengujian uji normalitas dilakukan dengan menggunakan metode uji non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Dasar pengambilan keputusan pada uji K-S ini adalah dengan melihat nilai probabilitas signifikansi data residual. Jika angka probabilitas kurang dari 0,05 maka variabel ini tidak berdistribusi secara normal. Sebaliknya, bila angka probabilitas di atas 0,05 maka HA ditolak yang berarti variabel terdistribusi secara normal (Ghozali, 2011). Adapun hasil uji Kolmogorov-Smirnov (K-S) dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 4.4 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov (K-S) Asymp. Sig. (2-tailed)
Keterangan
0,170
Data berdistribusi normal
Sumber: Data sekunder diolah Berdasarkan tabel 4.4 diatas, hasil uji Kolmogorov-Smirnov (KS) menunjukan nilai sebesar 0,170 yang berarti bahwa data terdistribusi secara normal. Hal ini dapat terlihat karena nilai probabilitas sebesar 0,170 lebih besar dari 0,05. Sehingga model penelitian ini memenuhi uji asumsi klasik normalitas.
73
b. Uji Multikolonieritas Uji multikolonieritas bertjuan untuk menguji apakah adanya korelasi antar variabel bebas (independen) dalam model regresi. Untuk mendeteksi adanya masalah multikolonieritas dalam penelitian ini dengan menggunakan Nilai Tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor). Regresi yang terbebas dari masalah multikolonieritas apabila nilai VIF <10 dan nilai tolerance >0,10 maka data tersebut tidak ada multikolonieritas. Berikut ini disajikan hasil uji multikolonieritas dengan menggunakan Nilai Tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor), yaitu: Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolonieritas Model
Collinearity Statistics Tolerance
ACHANGE OCF LOSS ROA OSHIP RECEIV
0,851 0,889 0,743 0,756 0,895 0,961
Kesimpulan
VIF
1,175 1,125 1,346 1,322 1,118 1,040
Tidak terjadi multikolonieritas Tidak terjadi multikolonieritas Tidak terjadi multikolonieritas Tidak terjadi multikolonieritas Tidak terjadi multikolonieritas Tidak terjadi multikolonieritas
AUDREP 0,895 1,117 Tidak terjadi multikolonieritas Sumber: Data sekunder diolah Dalam tabel 4.5 di atas menunjukan hasil uji multikolonieritas dengan nilai Tolerance berkisar antara 0,743 – 0,961. Sedangkan nilai Variance Inflation Factor (VIF) berkisar antara 1,040 – 1,346.
74
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam model penelitian ini tidak terjadi masalah multikolonieritas. c.
Uji Heteroskedastisitas Tabel 4.6 di bawah merupakan hasil Uji Heteroskedastisitas dengan menggunakan Uji Glejser. Uji glejser mengusulkan untuk meregres nilai absolut residual terhadap variabel independen (Gujarati,2003). Jika variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas (probabilitas signifikansi tingkat kepercayaan 5%) (Ghozali, 2011). Tabel 4.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas Uji Glejser Variabel
ACHANGE OCF LOSS ROA OSHIP
Sig.
0,141 0,385 0,543 0,884 0,763
Keterangan
Tidak terjadi heteroskedastisitas Tidak terjadi heteroskedastisitas Tidak terjadi heteroskedastisitas Tidak terjadi heteroskedastisitas Tidak terjadi heteroskedastisitas
RECEIV 0,637 Tidak terjadi heteroskedastisitas AUDREP 0,055 Tidak terjadi heteroskedastisitas Sumber: Data sekunder diolah Dari hasil uji glejser tersebut semua variabel independen menunjukan angka signifikansi di atas 0,05 yang berarti bahwa dalam persamaan regresi tersebut tidak terjadi heteroskedastisitas.
75
d. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada masalah autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya (Ghozali, 2011). Pada penelitian ini menggunakan Uji Lagrange Multiplier (LM test) dikarenakan uji ini lebih tepat digunakan dibanding uji Durbin – Watson terutama bila sampel yang digunakan relatif besar (lebih dari 100) (Ghozali, 2011). Berikut merupakan hasil uji autokorelasi dengan menggunakan LM test: Tabel 4.7 Hasil Uji Autokorelasi Uji Lagrange Multiplier (LM Test) Variabel
Sig.
Keterangan * Tampilan output menunjukan koefisien parameter untuk residual lag 2 (RES_2) memberikan probabilitas signifikan 0,209 hal ini menunjukkan indikasi tidak adanya masalah autokorelasi dalam model regresi linier yang digunakan.
ACHANGE 0,815 OCF 0,946 LOSS 0,830 ROA 0,902 OSHIP 0,907 RECEIV 0,961 AUDREP 0,923 RES_2* 0,209 Sumber: Data sekunder diolah
76
2.
Hasil Pengujian Hipotesis a.
Koefisien Determinasi Koefisien determinasi (R2 ) mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerapkan model regresi dalam menerangkan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Dalam penelitian
ini
menggunakan
variabel
independen
persentase
perubahan total aset (ACHANGE), arus kas operasi (CFO), perusahaan yang melaporkan adanya kerugian (LOSS), Return On total Asset (ROA), persentase kepemilikan saham oleh orang dalam (OSHIP), persentase perubahan piutang pada penjualan (RECEIV), dan opini audit (AUDREP), serta variable dependen yaitu manajemen laba (DAC) yang diproksikan dengan Discretionary Accruals. Adapun hasil uji koefisien Adjusted R Square disajikan pada tabel 4.8 di bawah ini: Tabel 4.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi Model 1
Adjusted R Square 0,690
Sumber: Data sekunder diolah Tabel 4.8 menunjukkan nilai Adjusted R Square sebesar 0,690, hal ini berarti bahwa 69% variabel manajemen laba dapat dijelaskan oleh persentase perubahan total aset (ACHANGE), arus kas operasi (CFO), perusahaan yang melaporkan adanya kerugian (LOSS), 77
Return On total Asset (ROA), persentase kepemilikan saham oleh orang dalam (OSHIP), persentase perubahan piutang pada penjualan (RECEIV), dan opini audit (AUDREP). Sedangkan sisanya yaitu sebesar 31% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. b. Uji F (Model Fit) Hasil Uji F pada penelitian ini dilakukan dengan melihat nilai signifikansi pada tabel hasil Uji F berikut ini: Tabel 4.9 Hasil Uji F (ANOVA) Model Sig. 1 0,000 Sumber: Data sekunder diolah Pada tabel 4.9 diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000, nilai tersebut lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi yang digunakan layak untuk menguji data atau dapat dikatakan bahwa persentase perubahan total aset (ACHANGE), arus kas operasi (OCF), perusahaan yang melaporkan adanya kerugian (LOSS), Return On total Asset (ROA), persentase kepemilikan saham oleh orang dalam (OSHIP), persentase perubahan piutang pada penjualan (RECEIV), dan opini audit (AUDREP) secara bersama-sama
mempengaruhi
kecurangan
laporan
keuangan
(Financial Statement Fraud) yang diproksikan dengan manajemen laba akrual. 78
c.
Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) Uji statistik t digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh masing-masing
variabel
independen
secara
individual
terhadap variabel dependen. Tabel 4.10 berikut ini menyajikan hasil uji statistik t dalam penelitian ini, yaitu:
Tabel 4.10 Hasil Uji Statistik t B Sig. Kesimpulan Berpengaruh ACHANGE 0,175 0,000* Berpengaruh OCF -1,076 0,000* Berpengaruh LOSS -0,062 0,010* Berpengaruh ROA 0,309 0,019* Tidak Berpengaruh OSHIP 0,057 0,377 Tidak Berpengaruh RECEIV 0,014 0,576 Berpengaruh AUDREP -0,021 0,058* Variabel Dependen: Manajemen Laba (DAC) * Signifikansi pada α 5% * Signifikansi pada α 10% Sumber: Data sekunder diolah Berdasarkan tabel 4.10 di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat empat variabel independen yaitu persentase perubahan total aset (ACHANGE), arus kas operasi (OCF), perusahaan yang melaporkan adanya kerugian (LOSS), dan return on total assets (ROA) yang berpengaruh signifikan dengan tingkat signifikansi pada 5%. Sedangkan tiga variabel independen lainnya yaitu persentase kepemilikan saham oleh orang dalam (OSHIP), persentase perubahan piutang pada penjualan (RECEIV), dan opini audit (AUDREP) tidak berpengaruh pada kecurangan laporan keuangan 79
yang diindikasikan dengan manajemen laba dengan proksi discretionary accruals. Adapun penjelasan dari masing-masing variabel adalah sebagai berikut: a) Pengaruh Persentase Perubahan Total Aset (ACHANGE) terhadap Manajemen Laba Hasil pengujian variabel Persentase Perubahan Total Aset mempunya signifikansi 0,000 lebih kecil dari α =0,05. Nilai koefisien beta yang dihasilkan 0,175. Hal ini menunjukan bahwa hipotesis H1 terdukung sehingga dapat dikatakan persentase perubahan total aset (ACHANGE) berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba akrual pada tingkat signifikansi 5%. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Skousen et al (2009) dan Molida (2011), tetapi tidak mendukung hasil peneltian yang dilakukan oleh Ratmono et al. (2014). Bentuk manipulasi pada laporan keuangan yang dilakukan oleh manajemen salah satunya berkaitan dengan pertumbuhan aset perusahaan (Skousen et al., 2009). Tingginya aset yang dimiliki perusahaan menjadi daya tarik bagi investor. Untuk menarik para investor, manajemen perusahaan tentunya berupaya
untuk
sebaik
mungkin
menyajikan
gambaran
80
perusahaan melalui laporan keuangan yang meyakinkan bagi investor salah satunya yaitu dengan tingginya aset yang dimiliki. b) Pengaruh arus kas operasi (OCF) terhadap Manajemen Laba Hasil pengujian variabel Arus Kas Operasi pada tabel 4.10 menunjukkan signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari α = 0,05. Nilai koefisien beta yang dihasilkan -1,076. Hal ini menunjukkan hipotesis H2 terdukung sehingga dapat dikatakan arus kas operasi (OCF) berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba akrual pada tingkat signifikansi 5%, konsisten dengan hasil penelitian Nastiti dan Gumanti (2011) dan Pradhana dan Rudiawarni (2013). Menurut Nastiti dan Gumanti (2011) arus kas dari aktivitas operasi mencerminkan kemampuan riil perusahaan dalam menghasilkan dana (arus dana) untuk digunakan dalam membiayai kegiatan operasinya, melunasi kewajiban, melakukan investasi baru tanpa mengandalkan dari sumber pendanaan lain. Maka jika arus kas dari aktivitas operasi perusahaan tinggi mengindikasikan perusahaan tersebut kinerjanya baik sehingga motivasi untuk melakukan kegiatan manajemen laba akrual akan menurun. Sebaliknya, pada saat arus kas dari aktivitas operasi rendah,
maka
manajemen
akan
termotivasi
melakukan
manajemen laba akrual untuk memperbaiki kinerjanya agar terlihat baik. 81
c) Pengaruh Perusahaan Yang Melaporkan Adanya Kerugian (LOSS) terhadap Manajemen Laba Hasil pengujian Perusahaan Yang Melaporkan Adanya Kerugian (LOSS) pada tabel 4.10 menunjukkan signifikansi sebesar 0,010 lebih kecil dari α = 0,05. Nilai koefisien beta yang dihasilkan -0,062. Hal ini menunjukkan hipotesis H3 terdukung sehingga dapat dikatakan perusahaan yang melaporkan adanya kerugian (LOSS) berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba akrual. Konsisten dengan hasil penelitian Herusetya et al., (2012). Hal ini menunjukan bahwa perusahaan yang mengalami dan melaporkan kerugian dalam laporan keuangannya kemungkinan untuk melakukan praktik manajemen laba atau manipulasi laporan keuangan lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang melaporkan laba pada laporan, karena perusahaan yang cenderung melakukan manajemen laba menginginkan agar laporan keuangan yang mereka terbitkan nampak dalam kondisi keuangan yang baik di mata para pengguna laporan keuangan tersebut. d) Pengaruh Return On total Asset (ROA) terhadap Manajemen Laba Hasil pengujian Return On total Asset (ROA) mempunyai nilai signifikansi 0,019 lebih kecil dari α =0,05. nilai koefisien 82
beta yang dihasilkan sebesar 0,309. Hal ini menunjukkan hipotesis H4 terdukung sehingga dapat dikatakan bahwa Return On total Assets (ROA) berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba akrual pada tingkat signifikansi 5%. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Norbarani (2012), Daljono (2013), dam Ratmono et al. (2014). Tetapi hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian Skousen (2009) yang menunjukkan hasil berbeda bahwa Return On total Assets tidak berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan. Return On total Asset (ROA) digunakan untuk mengukur manajemen perusahaan dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA yang diperoleh, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai oleh perusahaan tersebut dan semakin baik pula posisi perusahaan tersebut dari segi penggunaan aset (Dendawijaya, 2005). ROA yang tinggi menunjukkan profitabilitas perusahaan yang tinggi pula, hal tersebut menjadikan target keuangan yang harus dicapai pada tahun-tahun berikutnya. Selain itu
ROA
adalah ukuran kinerja operasional yang banyak digunakan untuk menunjukkan sebearap efisien aktiva telah bekerja (Skousen et al. 2009) dan sering digunakan dalam menilai kinerja manajer serta dalam penentuan bonus, kenaikan upah dan lain-lain. Oleh karena 83
itu, hal tersebut akan memberikan tekanan kepada manajemen sehingga
kemungkinan
manajamen
melakukan
tindak
kecurangan atau manipulasi laporan keuangan akan lebih besar. Maka hal tersebut sesuai dengan hipotesis yang diajukan bahwa Return On total Asset memiliki dampak yang signifikan dalam mempengaruhi manajemen melakukan tindak kecurangan laporan keuangan. e) Pengaruh Persentase Kepemilikan Saham Oleh Orang Dalam (OSHIP) terhadap Manajemen Laba Tabel 4.10 menunjukkan hasil pengujian Persentase Kepemilikan Saham Oleh Orang Dalam (OSHIP) menghasilkan signifikansi 0,377 lebih besar dari α = 0,05. Nilai koefisien beta yang dihasilkan sebesar 0,057. Hal tersebut menunjukkan bahwa hipotesis H5 tidak terdukung sehingga dapat dikatakan Persentase Kepemilikan Saham Oleh Orang Dalam (OSHIP) tidak memiliki pengaruh terhadap manajemen laba akrual. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Norbarani (2012), Daljono (2013), dan Ratmono et al. (2014). Dalam penelitian tersebut tidak mendapatkan bukti OSHIP memiliki pengaruh terhadap manajemen laba akrual. Namun penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Skousen (2009) dan Molida (2011) yang
84
menunjukan hasil adanya pengaruh antara OSHIP terhadap kecurangan laporan keuangan. Kaitannya dengan penelitian ini, OSHIP tidak menunjukkan hasil adanya hubungan dengan kecurangan laporan keuangan dikarenakan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan pada industri property, real estate, dan building construction yang terdaftar di Bursak Efek Indonesia di mana terdapat cukup banyak perusahaan milik negara yang di dalamnya para manajemen tidak ada kepemilikan saham. Dari seluruh sampel yang digunakan dalam penelitian, perusahaan dengan kepemilikan saham oleh orang dalam di bawah 5% sebanyak 54,84% dari total sampel,
perusahaan dengan
kepemilikan saham oleh orang dalam di atas 5% hanya 12,81%, dan sisanya sebesar 32,35% dari total sampel menunjukkan tidak adanya kepemilikan saham oleh orang dalam. Sehingga dalam penelitian ini OSHIP tidak dapat menunjukkan adanya hubungan dengan manajamen laba akrual kaitannya dengan kecurangan laporan keuangan. f)
Pengaruh Persentase Perubahan Piutang Pada Penjualan (RECEIV) terhadap Manajemen Laba Tabel 4.10 menunjukkan hasil pengujian Persentase Perubahan Piutang Pada Penjualan (RECEIV) menghasilkan signifikansi 0,576 lebih besar dari α = 0,05. Nilai koefisien beta 85
yang dihasilkan sebesar 0,014. Hal tersebut menunjukkan bahwa hipotesis H6 tidak terdukung sehingga dapat dikatakan Persentase Perubahan Piutang Pada Penjualan (RECEIV) tidak memiliki pengaruh terhadap manajemen laba akrual. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh skousen (2009) yang menunjukkan bahwa Persentase Perubahan Piutang Pada Penjualan (RECEIV) tidak memberikan bukti adanya pengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan. Namun hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Summers dan Sweeney (1998) dan Rahardjo (2014) yang menunjukkan adanya hubungan antara RECEIV dan kecurangan laporan keuangan (manajemen laba akrual). Berdasarkan penelitian ini perubahan piutang pada penjualan belum mampu membuktikan adanya pengaruh RECEIV dengan manajemen laba akrual. Walaupun RECEIV diyakini karena adanya penilaian subjektif dalam menentukan nilai dari akun tersebut, manajemen dapat menggunakan akun tersebut sebagai alat untuk memanipulasi laporan keuangan (Summers dan Sweeney, 1998). Kaitannya dengan penelitian yang dilakukan Rahardjo (2014), penelitian ini memiliki hasil berbeda dikarenakan
perbedaan
sampel
yang
digunakan.
Dalam
penelitian ini menggunakan sampel perusahaan property, real estate, dan building construction dengan kecenderungan seluruh 86
perusahaan memiliki piutang yang besar dan peningkatan setiap tahunnya dikarenakan
pada umumnya perusahaan property,
real estate, dan building construction
melakukan penjualan
dengan sistem yang hampir pasti selalu menimbulkan piutang sehingga variabel ini tidak dapat membedakan mana saja perusahaan
yang
cenderung
melakukan
suatu
praktik
manajamen laba. Sehingga pernyataan Rahardjo (2014) yang menyebutkan bahwa kenaikan piutang usaha yang signifikan dapat menjadi dorongan bagi manajemen untuk memanipulasi laporan keuangan dapat dikatakan tidak berlaku dalam penelitian ini. g) Pengaruh Opini Audit (AUDREP) terhadap Manajemen Laba Tabel 4.10 menunjukkan hasil pengujian Opini Audit (AUDREP) menghasilkan signifikansi 0,058 lebih kecil dari α = 0,10. Nilai koefisien beta yang dihasilkan sebesar -0,021. Hal tersebut menunjukkan bahwa hipotesis H7 terdukung sehingga dapat dikatakan Opini Audit (AUDREP) memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba akrual pada tingkat signifikansi 10%. Penggunaan signifikansi 10% pada penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian ekonomi dan ekonomi merupakan bagian dari social science, selalin itu dalam kaitannya dengan Indonesia, opini Wajar Tanpa Pengecualian (unqualified) masih belum dapat memastikan seratus persen 87
bahwa suatu entitas yang mendapat opini tersebut terbebas dari segala bentuk kecurangan seperti contoh kasus PT. Bank Lippo Tbk. pada tahun 2002 dan juga mengutip dari pernyataan Badan Pemeriksa Keuangan RI bahwa opini WTP tidak menjamin tidak ada korupsi atau kecurangan (Jakarta, 30 Juni 2011) sehingga dalam konteks opini audit masih cocok untuk menggunakan tingkat signifikansi 10% (α = 0,10). Hasil penelitian ini menunjukkan hasil yang berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Skousen (2009) di mana dalam penelitian tersebut AUDREP tidak dapat membuktikan adanya pengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan (manajemen laba akrual). Tetapi hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Soselisa dan Mukhlasin (2008) dan Effendi (2008) yang menunjukkan bahwa opini auditor wajar tanpa pengecualian (unqualified) berpengaruh negatif terhadap kecurangan laporan keuangan. Opini auditor wajar tanpa pengecualian diberikan oleh auditor
kepada
perusahaan
yang
menyajikan
laporan
keuangannya secara wajar dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum di indonesia. Opini audit wajar tanpa pengecualian mengindikasikan bahwa tidak terdapat kesalahan yang material dalam laporan keuangan yang disusun perusahaan (Mulyadi, 2010). Praktik manajemen laba atau manipulasi 88
laporan keuangan merupakan suatu tindakan yang sangat material dalam kaitannya dengan laporan keuangan, sehingga dapat dipastikan laporan keuangan yang terindikasi adanya praktik manipulasi laporan keuangan tidak akan mendapat opini audit unqualified. Oleh karena itu perusahaan yang mendapat opini audit Unqualified kecenderungan adanya praktik manipulasi laporan keuangan yang terjadi menjadi lebih kecil.
89
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka didapat beberapa kesimpulan, yaitu: 1.
Persentase perubahan total aset (ACHANGE) berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan dengan indikator manajemen laba (DAC). Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Skousen et al (2009) dan Molida (2011).
2.
Arus kas operasi (OCF) berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan dengan indikator manajemen laba (DAC). Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Nastiti dan Gumanti (2011) dan Pradhana dan Rudiawarni (2013).
3.
Perusahaan yang melaporkan adanya kerugian (LOSS) berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan dengan indikator manajemen laba (DAC). Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Herusetya et al., (2012).
4.
Return On Total Assets (ROA) berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan dengan indikator manajemen laba (DAC). Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Norbarani (2012), Daljono (2013), dam Ratmono et al. (2014).
90
5.
Persentase kepemilikan saham oleh orang dalam (OSHIP) tidak berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan dengan indikator manajemen laba (DAC). Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Norbarani (2012), Daljono (2013), dan Ratmono et al. (2014).
6.
Persentase perubahan piutang pada penjualan (RECEIV)
tidak
berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan dengan indikator manajemen laba (DAC). Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang telah dilakukan oleh skousen et al. (2009). 7.
Opini audit (AUDREP) berpengaruh terhadap
kecurangan laporan
keuangan dengan indikator manajemen laba (DAC). Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Soselisa dan Mukhlasin (2008) dan Effendi (2008) B. Saran Penelitian di masa mendatang diharapkan dapat menyajikan hasil penelitian yang lebih baik lagi dengan adanya beberapa masukan mengenai beberapa hal diantaranya: 1.
Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah jumlah sampel kategori perusahaan agar dapat memprediksi financial statement fraud pada kategori perusahan lain atau menggunakan seluruh kategori perusahaan yang ada untuk meneliti financial statement fraud secara menyeluruh.
91
2.
Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan pengukuran lain dalam menentukan nilai discretionary accrauls seperti model Jones (1991), model Kaznik (1999) atau model Francis et al. (2005).
3.
Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan variabel dependen yang lain sebagai pengukur dari financial statement fraud selain dengan manajemen laba.
4.
Masih sedikit dan sulitnya cara mengukur aspek rationalization pada fraud triangle, diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat menemukan proksi lain yang dapat digunakan untuk mengukur aspek rationalization selain pergantian auditor dan opini audit.
5. Dikarenakan masih sedikitnya literatur tentang Fraud Diamond Theory pada awal penelitian dimulai, peneliti masih menggunakan Fraud Triangle Theory pada penelitian ini. Penelitian lanjutan tentang Fraud Diamond Theory mulai banyak diteliti sekitar tahun 2014, walaupun D.T. Wolfe telah memperkenalkan teori ini sejak tahun 2004. Maka dari itu pada penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan teori lanjutan dari Fraud Triangle yaitu Fraud Diamond Theory yang diperkenalkan pertama kali oleh David T. Wolfe dan Dana R. Hermanson sebagai penyempurna dari teori Fraud Triangle.
92
DAFTAR PUSTAKA
ACFE. 2004. Occupational Fraud and Abuse. USA: Association of Certified Fraud Examiners. AICPA. 2007. Consideration of Fraud in a Financial Statement Audit AU Section 316. New York: PCAOB Standards and Related Rules. Apriyono, Soemarso. 2008. Akuntansi Suatu Pengantar. Edisi 4. Rineka Cipta. Jakarta. Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam). 2002. Siaran Pers Badan Pengawas Pasar Modal. Baridwan, Zaki. 2004. Intermediate Accounting. Yogyakarta: BPFE. Yogyakarta. Beasley, et al. 2000. Fraudulent financial reporting: Consideration of industry traits and corporate governance mechanisms. Accounting Horizons 14 (4): 441454. Boynton, et al. 2003. Modern Auditing. Edisi Terjemahan Ketujuh. Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Brennan, et al. 2007. Financial statement fraud : some lessons from US and European case studie. Wiley-Blackwel. Australian Accounting Review, 17 (42): 49-61. Brigham, Eugene, and Houston. 2006. Dasar-Dasar Manajemen. Keuangan, alih bahasa Ali Akbar Yulianto, Buku satu, Edisi sepuluh. Salemba Empat. Charalambos, Spathis. 2002. Detecting false financial statements using published data: some evidence from Greece. Managerial Auditing Journal, Vol. 17 Iss: 4, h.179 – 191. Cressey, D. 1953. Other People’s Money; a Study in the Social Psychology of Embezzlement. Glencoe, IL, Free Press. Dechow and Sweeney. 1996. Causes and consequences of earnings manipulation: An analysis of firms subject to enforcement actions by the SEC. Contemporary Accounting Research 13 (1): 1-36. Dendawijaya, Lukman. 2005. Manajemen Perbankan. Ghalia. Bogor.
93
Ernst & Young. 2009. Detecting Financial Statement Fraud: What Every Manager Needs to Know. Gagola, Christo. 2011. Analisis Faktor Risiko yang Mempengaruhi Kecenderungan Kecurangan Pelaporan Keuangan Perusahaan Publik di Indonesia. Tesis Universitas Diponegoro. Tidak dipublikasi. Ghozali dan Chariri. 2007. Teori Akuntansi. Semarang: Bpadan Penerbit Undip. Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro Gideon, Budiono. 2005. Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba. Simposium Nasional Akuntansi VIII, Solo. Gujarati. 2003. Basic Econometrics. Mc-Grawhill. New York. Halim, et al. 2005. Pengaruh Manajemen Laba pada Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan pada Perusahaan Manufaktur yang Termasuk dalam Indeks LQ-45. Simposium Nasional Akuntansi VIII, Solo. Hamid, Abdul. 2010. Panduan Penulisan Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Haris, Wibisono. 2004. Pengaruh Earnings Management Terhadap Kinerja di Seputar SEO. Tesis Magister Sains Akuntansi Universitas Diponegoro. Tidak dipublikasi. Healy and Wahlen. 1999. A Review of the Earnings Management Literature and its Implication for Standard Setting. Accounting Horizon 12. Hendriksen, et al. 2000. Teori Akuntansi terjemahan dari Accounting Theory. Interaksara Jakarta. Herusetya, Antonius. 2012. Analisis Kualitas Audit Terhadap Manajemen Laba Akuntansi: Studi Pendekatan Composite Measure Versus Conventional Measure. Disertasi Program Pascasarjana Ilmu Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia. Ikatan Akuntan Indonesia, 2009. Standar Akuntansi Keuangan, Jakarta: Salemba Empat. Ikatan Akuntan Indonesia. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.1 (Revisi 2009): Penyajian Laporan Keuangan”, IAI, Jakarta.
94
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 2002 Metodologi Penelitian Bisnis, Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta. Intal, Tiina dan Linh Thuy Do. 2002. Financial Statement Fraud: Recognition of Revenue and the Auditor’s Responsibility for Detecting Financial Statement Fraud. Thesis Graduate Business School, Goteborg University. Junius dan Fitriany. 2012. Pengaruh Audit Capacity Stress, Pendidikan Profesi Lanjutan (PPL), Ukuran KAP, Spesialiasi, terhadap Manajemen Laba Akrual dan Manipulasi Aktifitas Riil. Simposium Nasional Akuntansi XV Banjarmasin. Koroy. Pendeteksian Kecurangan (Fraud) Laporan Keuangan oleh Auditor Eksternal. STIE Nasional Banjarmasin. Kusumawardhani, Prisca. 2013. Deteksi Financial Statement Fraud Dengan Analisis Fraud Triangle pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI. Jurnal Universitas Negeri Surabaya, Vol. 1, No. 3. Leuz, et al. 2003. Earnings Management and Investor Protection: An International Comparison. Journal of Financial Economic 69. Lou and Wang. 2009. Fraud Risk Factor Of The Fraud Triangle Assessing The Likelihood Of Fraudulent Financial Reporting. Journal of Business and Economic Research, Vol. 7, No. 2, h. 62-66. Martantya, Daljono. 2013. Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan Melalui Faktor Risiko Tekanan dan Peluang. Diponegoro Journal of Accounting, Vol. 2, No.2, h. 1-12. Meizaroh dan Jurica Lucynda. 2011. Pengaruh Corporate Governance dan KosentrasiKepemilikan pada Pengungkapan Enterprise Risk Management, Simposium Nasional Akuntansi 14. Molida, Resti dan Chariri, Anis. 2011. Pengaruh Financial Stability, Personal Financial Need Dan Ineffective Monitoring Pada Financial Statement Fraud Dalam Perspektif Fraud Triangle. Mulyadi. 2002. Auditing. Edisi 6. Penerbit Salemba Empat. Na’im, Ainun. 1988. Akuntansi Keuangan I. BPFE. Yogyakarta. Nastiti dan Gumanti. 2011. Kualitas Audit dan Manajemen Laba pada Initial Public Offerings di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi XIV Aceh.
95
Nguyen, Khanh. 2008. Financial Statement Fraud: Motives, Methodes, Cases and Detection. Dissertation.com: Florida Norbarani, Listiani. 2012. Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan dengan Analisis Fraud Triangle yang Diadposi dalam SAS No. 99. Universitas Diponegoro. Pradhana dan Rudiawarni. 2013. Pengaruh kualitas audit terhadap earning management pada perusahaan sektor manufaktur yang go public di BEI periode 2008-2010. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol. 2 No. 1. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). 2009. Tentang Penyajian Pelaporan Keuangan No. 1. Ratmono, et al. 2014. Dapatkah Teori Fraud Triangle Menjelaskan Kecurangan Dalam Laporan Keuangan?. SNA XVII Mataram, Lombok. Rezaee, Zabihollah. 2002. Financial Statement Fraud : Prevention and Detection. John Wiley & Sons. Rusmin. 2010. Auditor Quality and Earnings Management: Singaporean Evidence. Managerial Auditing Journal, Vol. 25. No. 7. Rustendi, Tedi. 2009. Analisis Terhadap Faktor Pemicu Terjadinya Fraud: Suatu Kajian Teoritis Bagi Kepentingan Auditor Internal. Jurnal Akuntansi Vol. 4 No. 2. Jakarta. Sam’ani. 2008. Pengaruh Good Corporate Governance dan Leverage Terhadap Kinerja Keuangan pada Perbankan yang Terdaftar di BEI tahun 2004 – 2007. Tesis Magister Manajemen Universitas Diponegoro. Santoso, Singgih. 2000. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Elex Media Komputindo, Jakarta. Schipper, Katherine. 1989. Comentary Katherine on Earnings Management. Accounting Horizon. Scott. 2009. Financial Accounting Theory (5th edition). Pearson Education. Skousen, et al. 2009. Detecting and Predicting Financial Statement Fraud: The Effectiveness of the Fraud Triangle and SAS No.99. In C. J. Skousen, K. R. Smith, & C. j. Wright, Advances in Financial Economics (pp. 53-81). Bingley: Emerald Group Publishing Limited.
96
Soselisa dan Mukhlasin. 2008. Pengaruh Faktor Kultur Organisasi Manajemen Strategik Keuangan dan Auditor Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi: Studi Pada Perusahaan Publik Di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi XI Unika Atmajaya. Sulistyanto, Sri. 2008. Manajemen Laba: Teori dan Model Empiris. Grasindo. Jakarta. Summers and Sweeney. 1998. Fraudulently Misstated Financial Statements and Insider Trading: an Empirical Analysis. The Accounting Review Vol. 73. No. 1, h. 131-146. Sunyoto, Danang. 2009. Analisis Regresi dan Uji Hipotesis, Yogyakarta, Media Pressindo. Tampubolon, Manahan. 2005. Manajemen Keuangan (Financing Management). Ghalia. Bogor. Tuanakotta, Theodorus M. 2012. Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat. Turner, et al. 2003. ”An Analysis of the Fraud Triangle.” WorkingPaper. Ujiyantho dan Pramuka. 2007. Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan. SNA X: Unhas Makasar. Ujiyantho. Asimetri Informasi dan Manajemen Laba: Suatu Tinjauan dalam Hubungan Keagenan. STIE Muhammadiyah Pekalongan. Widyastuti, Tri. 2009. Pengaruh Struktur Kepemilikan dan Kinerja Keuangan Terhadap Manajemen Laba. Jurnal MAKSI.9 (1): 30-41. Wilopo.
2012. Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi (Studi pada Perusahaan Terbuka dan BUMN), Jurnal Riset Akuntansi Indonesia.
Zulfiati, Lies. 2013. Manajemen Laba, Relevansi Nilai Informasi Akuntansi dan Siklus Hidup Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi XVI. Manado.
97
Lampiran 1: Daftar Sampel Perusahaan Property, Real Estate and Building Construction
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Nama Perusahaan Agung Podomoro Land Tbk. Alam Sutera Realty Tbk. Bekasi Asri Pemula Tbk. Bumi Citra Permai Tbk. Bukit Darmo Property Tbk. Sentul City Tbk. Ciputra Development Tbk. Ciputra Property Tbk. Ciputra Surya Tbk. Duta Anggada Realty Tbk. Intiland Development Tbk. Duta Pertiwi Tbk. Bakrieland Development Tbk. Perdana Gapuraprima Tbk. Jaya Real Property Tbk. Jakarta International Hotel & Dev. Tbk. Kawasan Industri Jababeka Tbk. Lippo Karawaci Tbk. Modernland Realty Tbk. Pakuwon Jati Tbk. Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk. Roda Vivatex Tbk. Danayasa Arthatama Tbk. Suryamas Dutamakmur Tbk. Summarecon Agung Tbk. Adhi Karya (Persero) Tbk. Nusa Konstruksi Enjiniring Tbk. Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk. PP (Persero) Tbk. Total Bangun Persada Tbk. Waskita Karya (Persero) Tbk.
98
Kode APLN ASRI BAPA BCIP BKDP BKSL CTRA CTRP CTRS DART DILD DUTI ELTY GPRA JIHD JRPT KIJA LPKR MDLN PWON RBMS RDTX SCBD SMDM SMRA ADHI DGIK JKON PTPP TOTL WIKA
Lampiran 2: Data Perusahaan Tahun 2010 – 2013
NO. EMITEN
DAC
ACHANGE
OCF
LOSS
ROA
OSHIP
RECEIV
AUDREP
1
ADHI
0,08761
-0,142411
-0,006241
0
0,029404
0,002700
0,278564
0
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39
ADHI ADHI ADHI APLN APLN APLN APLN ASRI ASRI ASRI ASRI BAPA BAPA BAPA BAPA BCIP BCIP BCIP BCIP BKDP BKDP BKDP BKDP BKSL BKSL BKSL BKSL CTRA CTRA CTRA CTRA CTRP CTRP CTRP CTRP CTRS CTRS CTRS
-0,08275 0,02707 -0,11120 0,22965 0,14195 -0,00485 -0,05974 -0,15073 -0,18787 -0,12326 -0,15094 0,00989 -0,06548 0,02469 -0,00430 0,21939 0,14440 -0,00551 -0,28398 -0,02079 0,00447 -0,00160 -0,10758 0,06848 0,10544 -0,01024 0,06222 -0,05946 -0,03980 -0,05362 0,02854 -0,02010 0,05140 -0,01226 -0,06262 -0,02555 -0,03001 -0,07685
0,193893 0,223463 0,190196 0,418226 0,298745 0,290108 0,227860 0,224068 0,236296 0,451186 0,241312 0,010816 0,079183 0,069195 0,094184 0,130610 0,192911 0,304550 0,209736 0,153608 -0,042044 -0,085050 -0,064414 0,421720 0,089987 0,140367 0,422989 0,087904 0,186252 0,232872 0,253120 0,044873 0,113842 0,280157 0,224723 0,130537 0,260638 0,203058
0,084978 0,030642 0,057820 -0,116157 -0,027551 0,079766 0,075663 0,173685 0,236204 0,185519 0,161979 0,113660 0,029712 0,019086 -0,038643 -0,094302 -0,158763 0,023690 0,247820 -0,026486 -0,006886 -0,037657 -0,021910 -0,030309 -0,085613 0,071084 0,001848 0,064969 0,076954 0,115021 0,015315 0,041139 0,001172 0,079504 0,066686 0,032728 0,076329 0,142747
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0,038453 0,029892 0,027140 0,007980 0,031976 0,063492 0,055364 0,016521 0,063314 0,100330 0,111095 0,066592 0,092996 0,039851 0,028211 0,051685 0,097248 0,010052 0,027787 -0,008318 -0,014459 -0,021284 -0,064888 0,000883 0,013603 0,025804 0,035907 0,015937 0,027506 0,042865 0,056537 0,020318 0,044252 0,039067 0,053785 0,025178 0,033411 0,056482
0,000450 0,000500 0,000000 0,031010 0,031010 0,030980 0,031010 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 0,000008 0,000008 0,000008 0,062107 0,002500 0,002500 0,002500 0,002500 0,157200 0,157200 0,157200 0,082000 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 0,002000 0,002000 0,002000 0,002091 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000
0,045911 0,051191 -0,122548 -0,036329 0,076803 0,075328 -0,044821 -0,043109 0,002287 -0,009339 0,013990 0,232007 0,552501 0,317886 -0,183664 -0,165193 0,126547 -0,099837 -0,015709 -0,265531 1,359658 0,900724 -0,266768 -0,589471 0,291904 0,070969 -0,052587 0,017001 0,031576 0,044556 -0,048911 0,017742 0,000472 0,159710 -0,113730 -0,031577 0,040580 0,002035
0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0
99
40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83
CTRS DART DART DART DART DGIK DGIK DGIK DGIK DILD DILD DILD DILD DUTI DUTI DUTI DUTI ELTY ELTY ELTY ELTY GPRA GPRA GPRA GPRA JIHD JIHD JIHD JIHD JKON JKON JKON JKON JRPT JRPT JRPT JRPT KIJA KIJA KIJA KIJA LPKR LPKR LPKR
-0,07175 -0,01465 0,02313 0,03358 0,05032 -0,18816 0,07733 0,06360 -0,10275 0,28684 0,05941 0,02219 -0,01129 -0,00471 -0,00652 0,02333 0,08026 0,19327 0,07681 -0,09133 -0,10506 -0,06768 0,01247 0,11471 0,01251 -0,02110 -0,03950 -0,01975 -0,10665 -0,00720 -0,09630 0,20695 0,03603 -0,14981 -0,01620 0,06350 0,03266 -0,03976 -0,00677 -0,02260 -0,19870 0,09002 0,00779 0,07999
0,232568 -0,254255 0,375732 0,044086 0,099674 0,237055 -0,318836 0,154940 0,163196 0,534678 0,191969 0,065637 0,190623 0,062215 0,089592 0,212988 0,117927 0,320646 0,036354 -0,162272 -0,238556 -0,116910 0,041715 0,056474 0,016805 -0,075610 -0,094888 0,020691 0,310787 0,212128 -0,314623 0,419180 0,251471 0,215505 0,193099 0,182833 0,189012 0,042526 0,404030 0,209169 0,142620 0,249313 0,115218 0,265795
0,104893 0,023708 -0,007938 0,021001 -0,017940 0,181111 -0,132756 -0,006711 0,059639 -0,061137 -0,039802 0,028979 0,029261 0,059109 0,072021 0,093089 0,034449 -0,129431 -0,071657 0,053655 0,022931 0,100144 0,007538 -0,031135 0,016213 0,019174 0,065263 0,069917 0,224513 0,062520 0,152391 -0,058195 -0,019245 0,199686 0,076320 0,056678 0,057143 0,030395 0,082488 0,092497 0,114500 -0,042710 0,020512 0,051823
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
100
0,061856 0,009394 0,010503 0,014883 0,042120 0,044651 0,036005 0,005381 0,027002 0,011968 0,076206 0,025902 0,032916 0,047858 0,056536 0,081468 0,093299 0,011409 0,012329 0,004221 -0,072336 0,023652 0,029689 0,036283 0,042955 0,061347 0,012859 0,016025 0,019163 0,081867 0,059071 0,009229 0,072426 0,074147 0,080384 0,084883 0,085615 0,144245 0,018623 0,058265 0,053773 0,031997 0,032518 0,031760
0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 0,028900 0,028900 0,001000 0,001000 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 0,260300 0,215600 0,215600 0,212337 0,047950 0,085500 0,085500 0,077400 0,000070 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 0,000041 0,000000
-0,060281 -0,171892 0,065110 -0,338366 -0,007710 0,100714 0,011771 0,046292 -0,038425 0,311192 -0,183745 -0,305520 -0,007761 0,006712 -0,015659 -0,006998 0,019987 -0,127727 -0,278635 -0,548145 -0,080247 -0,401614 0,058413 0,116652 -0,164816 -0,068248 0,014353 0,155253 -0,089676 0,062819 -0,023245 0,028955 -0,008461 -0,056058 -0,005891 -0,004771 -0,000370 0,015411 -0,024271 -0,009264 0,013431 -0,026328 -0,037181 -0,124506
1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0
84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124
LPKR MDLN MDLN MDLN MDLN PTPP PTPP PTPP PTPP PWON PWON PWON PWON RBMS RBMS RBMS RBMS RDTX RDTX RDTX RDTX SCBD SCBD SCBD SCBD SMDM SMDM SMDM SMDM SMRA SMRA SMRA SMRA TOTL TOTL TOTL TOTL WIKA WIKA WIKA WIKA
0,15321 0,04242 -0,03369 0,06100 0,53224 0,03899 0,01234 0,03808 -0,09405 -0,10169 0,01380 -0,08683 -0,15492 -0,04773 0,09715 0,09909 -0,25715 -0,02160 -0,03062 -0,03340 -0,17944 0,00435 -0,05774 -0,02630 -0,07641 -0,02509 0,01286 0,06349 -0,06433 -0,10581 -0,06257 -0,04854 0,08593 -0,00907 -0,11812 -0,00197 0,11647 0,02457 -0,06316 0,02453 -0,04259
0,205463 0,128867 0,156719 0,475078 0,524046 0,242194 0,214799 0,189162 0,311286 0,116946 0,314617 0,240702 0,186317 -0,016046 0,137094 0,110428 0,038904 0,236105 0,212368 0,103993 0,220543 -0,094294 0,000779 0,022608 0,358806 0,007176 0,159642 0,069267 0,105972 0,273528 0,241942 0,255343 0,203728 0,188631 0,162362 0,080739 0,072919 0,093169 0,244705 0,239578 0,130985
-0,066415 -0,017910 0,068142 0,028820 -0,031810 0,012284 0,021093 0,022900 0,052422 0,136805 0,060271 0,180812 0,226178 0,026514 0,004852 0,014680 0,168461 0,177061 0,141444 0,161263 0,189961 0,024224 0,064771 0,073823 0,253483 0,017835 0,002757 -0,014041 0,036070 0,106584 0,092516 0,120399 -0,000052 0,072796 0,144915 0,097626 -0,050147 0,033394 0,100735 0,041251 0,022955
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
101
0,099824 0,001319 0,018991 0,038187 0,056725 0,039573 0,037040 0,034647 0,036217 0,042171 0,069479 0,065892 0,101310 0,000983 -0,036618 0,117392 0,107327 0,362520 0,200446 0,105261 0,103321 0,069765 0,022007 0,020917 0,019519 0,001151 -0,000892 0,014116 0,017822 0,037518 0,038028 0,047993 0,072826 0,040348 0,050821 0,065096 0,088039 0,033193 0,045324 0,048279 0,046483
0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 0,000300 0,000300 0,000300 0,000300 0,012200 0,453100 0,503100 0,503100 0,000000 0,000000 0,010300 0,012688 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 0,003000 0,003000 0,002800 0,002800 0,025600 0,025600 0,025600 0,018300 0,032518 0,024558 0,020300 0,018500
0,017412 0,424638 -0,689406 -0,164840 -0,208591 0,059526 0,027167 0,046653 0,010484 0,036240 -0,021825 -0,015053 -0,008874 -0,001735 0,057087 -0,003196 0,040723 0,007006 -0,007714 0,101315 -0,122947 -0,056511 -0,005163 -0,018657 0,094640 -0,130446 -0,015464 0,002755 -0,000475 0,014290 -0,095321 0,005110 0,013660 0,097252 0,037156 -0,112389 -0,005401 0,089525 -0,031254 0,037713 -0,067441
1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1
Lampiran 3: Output SPSS
DAC ACHANGE OCF LOSS ROA OSHIP RECEIV AUDREP Valid N (listwise)
Model
(Constant) ACHANGE
OCF
N 124 124 124 124 124 124 124 124 124
Descriptive Statistics Minimum Maximum Mean Std. Deviation -0,28398 0,53224 -0,00492 0,10538 -0,31884 0,53468 0,15531 0,15576 -0,15876 0,25348 0,04952 0,08085 0 1 0,07 0,260 -0,07234 0,36252 0,04473 0,04707 0,00000 0,50310 0,02999 0,08668 -0,68941 1,35966 -0,00105 0,21819 0 1 0,55 0,500
Unstandardized Coefficients B Std. Error ,022 ,011 ,175 ,037 -1,076 ,069
LOSS -,062 ROA ,309 OSHIP ,057 RECEIV ,014 AUDREP -,021 a. Dependent Variable: DAC 1
,024 ,129 ,065 ,025 ,011
t
Sig.
B (Constant) ACHANGE OCF LOSS ROA OSHIP RECEIV AUDREP
,023 ,040 -,044 ,010 ,014 ,014 -,009 ,016
Collinearity Statistics Tolerance VIF
,258 -,825
2,012 4,742 -15,493
,047 ,000 ,000
,851 ,889
1,175 1,125
-,153 ,138 ,047 ,029 -,102
-2,624 2,387 ,886 ,560 -1,914
,010 ,019 ,377 ,576 ,058
,743 ,756 ,895 ,961 ,895
1,346 1,322 1,118 1,040 1,117
Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients
Model
1
Coefficientsa Standardized Coefficients Beta
Std. Error ,008 ,027 ,051 ,017 ,094 ,047 ,018 ,008
a. Dependent Variable: ABS_RES 102
t
Sig.
Beta ,145 -,083 ,064 ,015 ,029 -,043 ,185
2,889 1,481 -,873 ,611 ,146 ,302 -,472 1,942
,005 ,141 ,385 ,543 ,884 ,763 ,637 ,055
Model
(Constant) ACHANGE OCF LOSS 1 ROA OSHIP
Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta -,004 ,011 ,009 ,037 ,024 -,005 ,069 -,007 ,005 ,024 ,023 ,016 ,129 ,013 ,008 ,064 ,012
RECEIV -,001 ,025 AUDREP ,001 ,011 RES_2 -,119 ,094 a. Dependent Variable: Unstandardized Residual
Mode l 1
t
-,005 ,009 -,119
Sig.
-,322 ,235 -,069 ,216 ,123 ,118
,748 ,815 ,946 ,830 ,902 ,907
-,049 ,097 -1,264
,961 ,923 ,209
Model Summaryb R R Square Adjusted R Std. Error of Square the Estimate ,841a ,707 ,690 ,05870182
a. Predictors: (Constant), AUDREP, RECEIV, OCF, OSHIP, ACHANGE, ROA, LOSS b. Dependent Variable: DAC
Model
1
Regression Residual
Sum of Squares ,966 ,400
ANOVAa df 7 116
Mean Square ,138 ,003
F
Sig.
40,060
Total 1,366 123 a. Dependent Variable: DAC b. Predictors: (Constant), AUDREP, RECEIV, OCF, OSHIP, ACHANGE, ROA, LOSS
103
,000b
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardize d Residual N
124
Normal Parametersa,b Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation
,0000000 ,05700698
Absolute
,100
Positive
,100
Negative
-,073
Kolmogorov-Smirnov Z
1,110
Asymp. Sig. (2-tailed)
,170
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
104