STUDI DESKRIPTIF TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK PADA SANTRI SEKOLAH ISLAM SALAF PONDOK-PESANTREN GIRIKESUMO GIRIKUSUMA MRANGGEN DEMAK S K R I P S I Diajukan untuk Memenuhi tugas dan melengkapi Syarat guna memperoleh Gelar Sarjana program strata 1 dalam Ilmu Tarbiyah
Oleh : Nur Khasan NIM : 3101291
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2006
DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS TARBIYAH SEMARANG Alamt : Jl. Raya Ngalian (kampus II) Telp/fex : 024-7601295 Semarang, 50185
PENGESAHAN Skripsi Saudara
: Nur Khasan
Nomor Induk
: 3101291
Judul Skripsi
: STUDI DESKRIPTIF TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK PADA SANTRI SEKOLAH ISLAM SALAF PONDOKPESANTREN GIRIKESUMO GIRIKUSUMA MRANGGEN DEMAK.
telah dimunaqasahkan oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, dan dinyatakan lulus dengan predikat cumlaude / baik / cukup, pada tanggal : 29 Juli 2006. Dan dapat diterima sebagai syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata 1 tahun akademik 2005 / 2006. Semarang, 29 Juli 2006. Sekretaris Sidang
Ketua Sidang
Drs. Shodiq Abdullah, M. Ag NIP.150 267 030
Ismail SM, M. Ag. NIP. 150 282 135
Penguji I
Penguji II
Lif. Anis Ma’sumah, M. Ag. NIP. 150 279 718
Drs. Jasuri, M. Si NIP. 150 267 135 Pembimbing
Nasirudin, M. Ag. NIP. 150277510
MOTTO
Syauqi Bek berkata dalam sebuah Sya’ir yang dikutip oleh Rahmat Jatnika dalam bukunya yang berjudul System Etika Islami, (Akhlak Mulia) :
ﺍﻨﻤﺎﺍﻻﻤﻡ ﺍﻻﺨﻼ ﻕ ﻤﺎ ﺒﻘﻴﺕ ﻓﺈﻥ ﻫﻡ ﺫﻫﺒﺕ ﺍﺨﻼ ﻗﻬﻡ ﺫﻫﺒﻭﺍ Sesungguhnya, bagsa itu jaya selagi mereka masih mempunyai akhlak yang mulia; maka apabila (akhlak yang baik) telah hilang maka hancurlah bangsa itu.1
1
Rahmat Jatnika, System Etika Islami, (Akhlak Mulia), ( Jakarta : Pustaka Panjimas, 1996 ), Cet. II, hlm. 15.
PERSEMBAHAN Skripsi ini di persembahkan kepada yang terhormat dan tercinta : 1. Kedua orang tua yang selalu mengiringi dengan Do’a. 2. Seseorang yang akan menjadi pendamping hidup. 3. Teman-teman yang ikut membantu.
KATA PENGANTAR Bismillaahirrahmaanirrahiim Segala puji dan syukur di panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena hanya dengan karunia nikmat dan hidayah-Nyalah skripsi ini dapat diselesaikan. yang merpakan tugas dan syarat yang wajib di penuhi guna memperoleh gelar kesarjanaan dari Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. Demikian juga shalawat serta salam mudah-mudahan tetap sampai pada Nabi Muhammad SAW, serta para sahabat dan pewaris risalah-Nya. Suatu kebahagiaan tersendiri, jika suatu tugas telah diselesaikan dengan usaha yang maksimal, karena penulisan skripsi merupakan suatu tugas yang tidak ringan. tentunya dalam penulisannya banyak hambatan yang selalu menghadang, dan akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan walaupun dengan bantuan beberapa fihak. Untuk itulah kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, maka ucapan terima kasih tak terhingga kepada mereka: 1. Drs. H. Mustaqim, M. Pd. ( Dekan Fakultas Tarbiyah ). 2. Drs. H. Raharjo, M. Ed. ( Pembantu Dekan I ). 3. Nasirudin, M.Ag. ( Dosen Pembimbing ). 4. K.H. Munif Muhamad Zuhri ( Pengasuh Pondok-pesantren Girikesumo). 5. Muzni Husnan, S.Ag. ( Kepala Sekolah Islam Salaf Pondok-pesantren Girikesumo ). 6. Abdul Rahman ( Fasilitator ). 7. Semua pihak yang tidak dapat di sebutkan satu persatu.
Semoga segala amal yang telah diperbuat akan menjadi amal saleh, yang akan mendapatkan pahala yang setimpal dari Allah kelak di kemudian hari. Akhirnya berharap semoga skripsi ini bermanfaat, amin ya rabal alamin.
Semarang, 14 Juli 2006.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL……………………………………………………….
i
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ……………………………………...
ii
HALAMAN PENGESAHAN …………..…………………………………
iii
HALAMAN MOTTO ….………………………………………………...
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ……………………….…………………..
v
KATA PENGANTAR ……………………………………………………..
vi
DAFTAR ISI .………………………………………………………………
viii
HALAMAN DEKLARASI…………………………………………………
xi
HALAMAN ABSTRAK …………………………………………………...
xii
BAB I
BAB
: PENDAHULUAN
II
A. Latarbelakang Masalah ……………………………......
1
B. Alasan Pemilihan Judul ………………………………..
3
C. Penegasan Istilah ……………………………………....
4
D. Rumusan Masalah ……………………………………..
7
E. Tujuan Penelitian ………………………………………
8
F. Manfaat Penelitian ……………………………………..
8
G. Kajian Pustaka ………………………………………...
8
H. Metode Penelitian ……………………………………..
9
: PENDIDIKAN AKHLAK DAN PESANTREN A. Pendidikan Akhlak …………………………………….
12
1. Pengertian Pendidikan Akhlak ……………………...
12
2. Dasar-Dasar Pendidikan Akhlak ……………………
18
3. Tujuan Pendidikan Akhlak …………………………
20
4. Metode Pendidikan Akhlak …………………………
21
BAB III
5. Pendekatan Pendidikan Akhlak ……………………….
26
B. Gambaran Umum Pesantren ……………………………..
27
: GAMBARAN UMUM SEKOLAH ISLAM SALAF PONDOK-PESANTREN GIRIKESUMO A. PENDIDIKAN AKHLAK PADA SANTRI SEKOLAH ISLAM SALAF PONDOK-PESANTREN GIRIKESUMO 1. Letak Geografis ……...………………………………
30
2. Sejarah dan Perkembangan Sekolah Islam Salaf Girikesumo ………….…………………..…………..
31
3. Visi dan Misi ………...………………………………
37
4. Struktur Organisasi ……...…………………………..
38
5. Kurikulum Sekolah Islam Salaf Pondok-pesantren Girikesumo ………………..………………………...
39
6. Kegiatan Belajar Mengajar Di Sekolah Islam Salaf Pondok-Pesantren Girikesumo..…….………............
40
B. PENDIDIKAN AKHLAK PADA SANTRI SEKOLAH ISLAM SALAF PONDOK-PESANTREN GIRIKESUMO 1. Tujuan Pendidikan akhlak di Sekolah Islam Salaf PondokPesantren Girikesumo……...………………………... .
45
2. Metode dan Pendekatan Pendidikan Akhlak di Sekolah Islam Salaf Pondok-Pesantren Girikesumo..
BAB IV
47
3. Metode pendidikan akhlak ……………………………
47
4. Pendekatan pendidikan akhlak ………………………..
54
: ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK PADA SANTRI SEKOLAH ISLAM SALAF PONDOK-PESANTREN GIRIKESUMO A. Analisis tujuan pendidikan akhlak di sekolah Islam salaf Pondok-pesantren Girikesumo ……………………….
58
B. Analisis metode pendidikan akhlak di sekolah Islam salaf pondok-pesantren Girikesumo………………………...
59
C. Analisis pendekatan pendidikan akhlak di sekolah Islam salaf pondok-pesantren Girikesumo………………….
BAB V
65
: PENUTUP A. Kesimpulan ……………………………………………
68
B. Saran-Saran ……………………………………………
69
C. Penutup ………………………………………………..
70
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang telah pernah di tulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Semarang 14 Mei 2006 Deklarator
Nur Khasan 3101291
ABSTRAK Nur Khasan ( NIM
: 3101291). Studi Deskriptif Tentang Pendidikan Akhlak
Pada Santri Sekolah Islam Salaf
Pondok-pesantren Girikesumo Girikusuma
Mranggen Demak. Skripsi. Semarang ; Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2006. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : ( 1 ) Tujuan pendidikan akhlak yang diterapkan di sekolah Islam salaf pondok-pesantren Girikesumo. ( 2 ) Untuk mengetahui metode dan pendekatan yang di terapkan dalam pendidikan akhlak di sekolah Islam salaf pondok-pesantren Girikesumo. Penelitian ini menggunakan metode field research dengan tekhnik analisis deskriptif kualitatif. setelah dianalisis dengan analisis deskriptif kualitatif telah di ketahui ada tiga tujuan yaitu ; a) Santri dapat bersikap sopan santun, b) Santri dapat menghargai dan menghormati dengan orang lain, c) Berperilaku, berbicara, dan berpakaian dengan sopan. Kemudian enam metode pendidikan akhlak, Pertama Metode keteladanan, yaitu dengan memberi contoh-contoh terhadap santri, oleh kiai atau ustadz. Kedua; Metode latihan dan pembiasaan, yaitu mendidik dengan cara memberikan latihan-latihan terhadap santri. Ketiga ; Metode Ibrah yaitu santri mengambil pelajaran dari peristiwa. Keempat ; Metode Mauizhah yang pada penerapannya meliputi ; a) Uraian yang mencakup kebaikan dan kejelekan. b) Motivasi agar santri dapat melakukan kebaikan dan meninggalkan kejelekan. c) Peringatan tentang bahaya yang akan muncul bagi orang yang melakukan kejelekan (dosa). Kelima yaitu Metode Targhib wa Ta’zhib ; yaitu memberikan janji-janji yang disertai bujukan agar santri tertarik untuk melakukan kebaikan dan menjauhi kejahatan. serta ancaman untuk menakut-nakuti anak santri yang berbuat tidak benar. dan yang terkhir adalah Metode Kedisiplinan yaitu upaya untuk melatih santri agar dapat memanfaatkan waktunya dengan baik. Selanjutnya ada dua pendekatan pendidikan akhlak, a) Ta’limi yaitu pendekatan yang bersifat teoritis, penekanannya pada aspek kognitif. b). Pendekatan Irsyadi ; yaitu lebih bersifat spiritual, penekanannya bersifat langsung
seperti amalan-amalan dari guru, dan penekanan tidak langsung terfokus pada afektif dan psikomotorik. Penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi dan masukan bagi mahasiswa, para tenaga pengajar, para peneliti, dan semua pihak yang membutuhkannya, agar lebih berhati-hati.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan akhlak merupakan bagian besar dari isi pendidikan Islam, posisi ini terlihat dari kedudukan Al Qar’an sebagai referensi paling penting tentang akhlak bagi kaum muslimin, individu, kelurga, masyarakat, dan umat.2 Artinya bahwa pendidikan
akhlak merupakan alat kontrol bagi
mereka, karena tanpa pendidikan
akhlak manusia akan hidup seperti
kumpulan binatang. Pendidikan akhlak dalam Islam yang tersimpul berprinsip berpegang pada kebaikan dan kebajikan serta menjauhi keburukan dan kemungkaran, berhubungan erat dengan upaya mewujudkan tujuan utama pendidikan Islam yaitu ketaqwan, ketundukan, dan beribadah kepada Allah.3 Masih berkaitan dengan pendidikan akhlak dalam Islam, disamping pendidikan akhlak berupaya untuk membentuk manusia yang bertakwa, tunduk dan beribadah kepada Allah. Pendidikan akhlak dalam Islam pertamatama keikhlasan niat kepada Allah. Penekanan dimaksudkan agar akhlak benar-benar berakar bukan artifisial yang bisa berubah mengikuti perubahan situasi dan kondisi serta lingkungan pergaulan.4 Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.5
2
Hery Noer Aly, Watak Pendidikan Islm, (Jakarta : Friska Agung Insani, 2003), Cet.II,
hlm. 89. 3
Ibid., hlm. 90. Ibid., hlm. 91. 5 UU RI NO. 20 Tahun 2003, Tentang SISDIKNAS ( Sistem Pendidikan Nasional ), ( Jakarta: Sinar Baru Grafika, 2003 ), hlm. 6. 4
Aktualisasi tujuan pendidikan diatas, supaya diimplementasi kedalam berbagai model dan bentuk pendidikan di Indonesia tanpa memandang kelas sosial. Salah satu yang harus dan tetap dipertahankan serta dilaksanakan yaitu pendidikan akhlak sebagai alat untuk menata kehidupan bangsa agar berbudi pekerti yang luhur. Kemajuan ilmu dan teknologi yang makin canggih dewasa ini telah menimbulkan berbagai macam perubahan dalam kehidupan manusia, termasuk perubahan dalam tatanan sosial dan moral yang dahulu masih sangat dijunjung tinggi, sekarang nampaknya meluncur pada kurang dipindahkan. Kehidupan manusia makin bertambah mudah dengan penemuan berbagai ilmu dan teknologi, sehingga jarak antara kedua tempat yang selama ini dianggap sangat jauh terasa dekat. Ruang dan waktu seakan-akan bukan faktor penghalang bagi kegiatan manusia untuk melakukan aktifitas tertentu. Namun dibalik kemajuan yang pesat itu, mulai terasa pengaruh yang kurang menggembirakan, yaitu mulai tampak dan terasa nilai-nilai yang selama ini sangat diagungkan bangsa Indonesia mulai menurun, bahkan kadang kala diabaikan, karena ingin meraih kesuksesan dalam karir dan kehidupan. 6 Merosotnya
moralitas
bangsa
semata-mata
karena
kurangnya
penekanan akhlak terhadap generasi muda, sehingga akan mengakibatkan tingkah laku yang mencemaskan terutama bagi anak yang terlibat dalam perkelahian, masalah narkotik, dan pergaulan bebas. Munculnya gagasan tentang pendidikan akhlak harus diakui kaitannya erat dengan semakin berkembangnya pandangan dalam masyarakat luas, bahwa pendidikan nasional dalam berbagai jenjangnya, khususnya jenjang menengah dan tinggi telah gagal dalam membentuk peserta didik yang memiki akhlak, moral dan budi pekerti yang baik.7
6
Fuad ikhsan, Dasar-Dasar Kependidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 1997), Cet. I, hlm.
146. 7
Azumardi Azra, Paradigma Baru Pendidikan Nasional, (Jakarta : Kompas Media Nusantara, 2002), Cet. I, hlm. 178.
Pondok-pesantren sebagai lembaga islam tertua nampaknya masih tetap mempertahankan pendidikan
akhlak, sehingga eksistensi pesantren
dapat berfungsi sebagai sarana membenahi anak didik. Dari apa yang telah dipaparkan diatas, bahwa pondok-pesentren pengaruhnya sangat besar terhadap penekanan akhlak santri, hal itu dapat berimplikasi terhadap wali santri yang semakin tertarik untuk menitipkan anaknya dipesantren. Berdsarkan pemaparan diatas penulis sangat tertarik untuk mengkaji lebih lanjut tentang Pendidikan
Akhlak Pada Santri Sekolah Islam Salaf
Pondok-Pesantren Girikesumo Girikusuma Mranggen Demak. Dalam sebuah skripsi yang berjudul : STUDI DESKRIPTIF TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK PADA SANTRI SEKOLAH ISLAM SALAF PONDOKPESANTREN GIRIKESUMO GIRIKUSUMA MRANGGEN DEMAK.
B. Alasan Pemilihan Judul Ada beberapa alasan yang mendasari penulis memilih judul : “Studi Deskriptif Tentang Pendidikan Akhlak Pada Santri Sekolah Islam Salaf
Pondok-Pesantren
Girikesumo
Girikusuma
Mranggen
Demak”,
diantaranya : 1.
Dengan berbagai kemajuan ilmu dan teknologi yang telah hadir di tengah-tengah masyarakat kita, pengaruhnya terhadap generasi muda terutama anak didik, nampaknya kurang menggembirakan bagi kalangan masyarakat’
2.
Upaya orang tua untuk menitipkan anaknya kepondok-pesantren dengan alasan agar anaknya dapat berubah menjadi lebih baik nampaknya semakin diperkuat dengan eksistensi pondok-pesantren di tengah-tengah masyarkat.
3.
Sekolah Islam Salaf pondok-pesantren Girikesumo Girikusuma adalah salah satu lembaga pendidikan
agama islam dari beberapa lembaga
pesantren di jawa pada khususnya, dan salah satu lembaga pesanten
tergolong tua dijawa tengah yang masih mempertahankan pendidikan akhlak.
C. Penegasan Istilah Untuk mengantisipasi kesalah pahaman dan penafsiran terhadap istilah-istilah dalam judul “Studi Deskriptif Tentang Pendidikan Akhlak Pada Santri Sekolah Islam Salaf Pondok-Pesantren Girikesumo Girikusuma Mranggen Demak” yang penulis ajukan, maka penulis akan memberi penegasan arti dan isi penulisan tersebut.
1. Studi Deskriptif Dalam kamus besar bahasa Indonesia studi diartikan sebagai kajian, telaah, penelitian, dan penyelidikan ilmiah.8 Kemudian deskriptif adalah pemaparan/penggambaran dengan kata-kata secra jelas dan terinci.9 Selanjutnya yang dimaksud dengan studi deskriptif
dapat di artikan
sebagai kajian atau penelitian yang menggambarkan pereistiwa dilapangan secara faktual.
2. Pendidikan Akhlak Pendidikan dalam pengertian bahasa disebut the proses of training end developing the knowledge, skills, mind, character, atc., especially, by formal schooling. Artinya bahwa pendidikan merupakan proses melatih dan mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, pikiran, perilaku, dan lainlain terutama oleh sekolah formal.10 Kemudian pendidikan ditinjau dari aspek terminologi, beberapa pakar mengemukakan pendapatnya sebagai berikut :
8
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1990), Cet., III, hlm. 860. 9 Ibid. hlm. 201. 10 A. Qodri A. Azizi, Pendidikan Agama Untuk Membangun Etika Social, (Semarang : Aneka Ilmu, 2003), hlm. 18.
Mustafa Al Gholayani berpendapat bahwa pengertian pendidikan adalah :
ﺍﻟﺘﺮﺑﻴﺔ ﻫﻲ ﻏﺮﺱ ﺍﻷﺧﻼ ﻕ ﺍﻟﻔﺎﺿﻠﺔ ﰱ ﻧﻔﻮﺱ ﺍﻟﻨﺎﺷﺌﲔ ﻭﺳﻘﻴﻬﺎ ﲟﺎﺀ ﺍﻹﺭﺷﺎﺩ ﺎ ﺍﻟﻔﻀﻴﻠﺔ ﻭﺍﳋﲑﻭﺍﻟﻨﺼﻴﺤﺔ ﺣﱴ ﺗﺼﺒﺢ ﻣﻠﻜﺔ ﻣﻦ ﻣﻠﻜﺎﺕ ﺍﻟﻨﻔﺲ ﰒ ﺗﻜﻮﻥ ﲦﺮﺍ 11 .ﻭﺣﺐ ﺍﻟﻌﻤﻞ ﻟﻨﻔﻊ ﺍﻟﻮﻃﻦ “Pendidikan adalah penanaman akhlak yang mulia dalam jiwa anak-anak dan menyiraminya dengan petunjuk dan nasihat hingga (didikan yang mereka terima) menjadi malakhah (hal yang meresap) dalam jiwa, kemudian malakhah itu membuahkan kemuliaan, kebaikan, serta cinta beramal untuk kepentingan Negara.” Kihajar dewantara mengatakan bahwa pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran dan tubuh anak.12 Dalam UU RI No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional disebutkan bahwa : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.13 Menurut pendekatan etimologi kata akhlaq berasal dari bahasa arab, jama’ dari kata khuluqun, yang menurut logat diartikan budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.14 Dalam bahasa inggris, kata akhlak disamakan dengan moral atau ethic yang sama-sama dari bahasa yunani, mores dan ethicos yang berarti adat kebiasaan.15 11
Mustafa Al Gholayani, Izhotunnasyiin, ( Berut : Pustaka Al Asriyah, 1953), hlm. 185. Fuad Ikhsan, Dasar-Dasar Kependidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 1997), Cet. I, hlm. 5. 13 UU RI NO. 20 Tahun 2003, Tentang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional), (Jakarta: Sinar Baru Grafika, 2003), hlm. 3. 14 Zahrudin AR, dan Hasanudin Sinaga, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta : Raja Ngrafindo Persada, 2004), Cet. I, hlm. 1. 15 Tamyiz Burhanudin, Akhlak Pesantren, (Yogyakarta : Ittaqa Press, 2001), hlm.39. 12
Akhlak menurut Al Ghazali :
ﺍﳋﻠﻖ ﻋﺒﺎﺭﺓ ﻋﻦ ﻫﻴﺌﺔ ﰱ ﺍﻟﻨﻔﺲ ﺭﺍﺳﺨﺔ ﻋﻨﻬﺎ ﺗﺼﺪﺭ ﺍﻷﻓﻌﺎﻝ ﺑﺴﻬﻮﻟﺔ ﻭﻳﺴﺮ ﻣﻦ ﻏﲑﺣﺎﺟﺔ ﺇﱃ ﻓﻜﺮ ﻭﺭﻭﻳﺔ ﻓﺈﻥ ﻛﺎﻧﺖ ﺍﳍﻴﺌﺔ ﲝﻴﺚ ﺗﺼﺪﺭ ﻋﻨﻬﺎ ﺍﻷﻓﻌﺎﻝ ﺍﳉﻤﻴﻠﺔ ﺍﶈﻤﻮﺩﺓ ﻋﻘﻼ ﻭﺷﺮﻋﺎ ﲰﻴﺖ ﺗﻠﻚ ﺍﳍﻴﺌﺔ ﺧﻠﻘﺎ ﺣﺴﻨﺎ ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﺍﻟﺼﺎﺩﺭ ﻋﻨﻬﺎ 16 .ﺍﻷﻓﻌﺎﻝ ﺍﻟﻘﺒﻴﺤﺔ ﲰﻴﺖ ﺍﳍﻴﺌﺔ ﺍﻟﱴ ﻫﻰ ﺍﳌﺼﺪﺭ ﺧﻠﻘﺎ ﺳﻴﺌﺎ “Bahwa akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dan tidak memerlukan pertimbangan pemikiran, apabila sifat itu dapat memunculkan perbuatan yang baik serta terpuji baik menurut akal maupun syara’ maka sifat itu dinamakan akhlak yang baik, dan apabila sesuatu yang muncul adalah perbuatan yang jelek maka sifat itu dinamakan akhlak yang jelek”. Akhmad Amin mendefinisikan akhlak menurut pandangannya adalah : “Akhlak adalah kehendak yang di biasakan, maksudnya jika kehendak tersebut membiasakan sesuatu maka kebiasaan tersebut disebut akhlak”.17 Dari beberapa definisi diatas, yang penulis maksudkan dengan pendidikan akhlak adalah suatu proses penanaman nilai terhadap peserta didik yang bersifat materi, kemudian diaplikasikan kedalam perilaku anak didik agar dapat berakhlak mulia.
3. Santri Istilah santri yang mula-mula dan biasanya memang dipakai untuk menyebut murid yang mengikuti pendidikan Islam merupakan perubahan bentuk dari kata India Shantri yang berarti oang-orang yang tahu kitabkitab suci (hindu), seseorang ahli kitab suci, adapun kata shantri
16 17
Imam Al Ghozali, Ihya Ulumidin, Jilid III, ( Darul Kutub al Islami), ttp., tt. 52. Tamyiz Burhanudin, Op.Cit., hlm. 40.
diturunkan dari kata shastra yang berarti kitab suci atau karya keagamaan atau karya ilmiah.18 Satu istilah lain untuk santri sebagai lazimnya digunakan oleh orang jawa ialah kata putihan, yang diturunkan dari pangkal kata putih dengan akhiran an. Istilah ini agaknya dipakai karena pakaian putih yang mereka kenakan waktu shalat. Para putihan biasanya memakai kopyah yang terbuat dari bludru hitam serupa fez, sehelai kemeja putih dan sarung putih. (terutama bila mereka ikut shalat dalam masjid).19 Dalam hubungan ini kata jawa pesantren yang di turunkan dari kata santri dengan di bubuhi awalan pe-dan akhiran-en, berarti sebuah pusat pendidikan Islam tradisional atau sebuah pondok-pesantren atau para siswa muslim sebagai model siswa sekolah agama Islam di jawa.20
4. Sekolah Islam Salaf Pondok-Pesantren Girikesumo Sekolah Islam Salaf pondok-pesantren Girikesumo merupakan pondok-pesantren tradisional dengan sistem klasikal yang menggunakan metode bandongan dan sorogan, adalah salah satu pesantren dari beberapa pondok-pesantren di jawa khususnya di jawa tengah, yang menekankan pendidikan akhlak. Sekolah Islam Salaf pondok-pesantren Girikesumo Girikusuma, adalah salah satu lembaga pesantren yang berada dibawah yayasan Ky Ageng Giri Girikusuma Mranggen Demak.
D. Rumusan Masalah Agar permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini lebih spesifik, maka penulis memandang perlu mengangkat permasalahan dari judul diatas sebagai berikut :
18
Zaini Mukhtarom, Islam di Jawa Dalam Perspektif Santri dan Abangan, (Jakarta : Salemba Diniah, 2002), hlm. 12. 19 Ibid., hlm. 13. 20 Ibid., hlm. 12.
1. Apa tujuan pendidikan akhlak di Sekolah Islam Salaf pondok-pesantren Girikesumo Girikusuma ? 2. Metode dan pendekatan apakah yang diterapkan dalam pendidikan akhlak pada santri Sekolah Islam Salaf pondok-pesantren Girikesumo Girikusuma ?
E. Tujuan Penelitian Dalam penelitian ini, tujuan yang ingin dicapai penulis : 1. Untuk mengetahui tujuan pendidikan Sekolah Islam Salaf pondok-pesantren Girikesumo Girikusuma. 2. Untuk mengetahui Metode dan pendekatan yang diterapkan dalam pendidikan akhlak pada santri Sekolah Islam Salaf pondok-pesantren Girikesumo Girikusuma.
F. Manfaat Penelitian Dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis tentang pendidikan akhlak di sekolah Islam salaf pondok-pesantren Girikesumo, penulis menjadi tahu tentang tujuan pendidikan yang ingin dicapai oleh sekolah Islam salaf pondok-pesantren Girikesumo, serta mengetahui metode pendidikan akhlak yang di terapkan oleh sekolah Islam salaf pondok-pesantren Girikesumo.
G. Kajian Pustaka Secara umum bahwa karya ilmiah yang mengkaji tentang akhlak sudah bnyak termasuk skripsi yang berjudul Metode Pendidikan Akhlak Pada Fase Perkembangan Keagamaan Anak di TPQ Bustanul Hikmah Semarang. Oleh Sodiqno, selanjutnya adalah skripsi yang ditulis oleh Layinatun Ni’mah yang berjudul Studi Korelasi Sikap Keagamaan Orang Tua Dengan Akhlak Anak didesa Bakal Rejo Kec. Dukuhseti Kab. Pati. dan selanjutnya adalah skripsi yang ditulis oleh Imam Bukhori yang berjudul Pendidikan Akhlak Di Pesantren Al Ittihad Jungpasir Wedung Demak. Tetapi semua karya ilmiah yang telah dikaji nampaknya kurang spesifik, kemudian karya ilmiah yang ditulis oleh Imam Bukhori sudah spesifik, akan tetapi karya tersebut lebih
menekankan pada materi akhlak dipesantren, sedangkan karya ilmiah yang akan dikaji oleh penulis masih dalam ruanglingkup akhlak secara spesifik, akan tetapi lebih ditekankan pada perilaku santri, sedangkan yang dikaji meliputi tujuan pendidikan akhlak, metode dan pendekatan yang di terapkan pada santri sekolah Islam salaf Girikesumo sehari-hari. Sedangkan dalam skripsi yang telah dikaji oleh Sodikno, Layinnatun Nikmah, dan Imam Bukhori belum menyinggung tentang tujuan, metode dan pendekatan pendidikan akhlak di pesantren.
H. Metode Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua teknik : 1. Tekhik Pengumpulan Data. Yaitu dengan menggunakan beberapa metode penelitian : a. Metode Interview/Wawancara Interview/Wawancara adalah suatu percakapan, Tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih yang duduk berhadapan secara fisik dan diarahkan pada suatu masalah tertentu.21 Jenis Interview yang digunakan bebas tetapi terstruktur. Artinya, Interview dengan menggunakan beberapa kerangka pertanyaan, akan tetapi tidak tetap pada lingkup pertanyaan yang telah disiapkan, artinya pertanyaan suatu saat bisa bertambah yang masih berhubungan dengan permasalahan yang dibahas. Proses Interview secara demikian dapat berfungsi untuk mengantisipasi terjadinya pembicaraan yang kaku dan kurang terarah. Metode ini dapat difungsikan untuk menggali data dan metode yang dipakai dalam penerapan pendidikan akhlak di Sekolah Islam salaf pondok-pesantren Girikesumo.
21
Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Riset Social, (Bandung : Mandar Maju,1990),Cet. VI. Hlm.187.
b. Metode Dokumentasi Metode Dokumentasi adalah, mencari data mengenahi hal- hal atau fariabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasati, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya.22 Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang bersifat dokumenter, misalkan data tentang tujuan pendidikan, metode yang diterapkan dalam pendidikan sekolah islam salaf. Metode dokumentasi jauh lebih mudah bila dibandingkan dengan metode lain karena datanya masih tetap sehingga sangat kecil kemungkinan terjadi kekeliruan data.
c. Metode Observasi Metode Observasi adalah, studi yang di sengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala alam dengan jalan pengamatan dan pencatatan.23 Tujuan pengamatan dalam metode ini adalah untuk memperoleh data yang sesuai. Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang lokasi sekolah Islam salaf pondokpesantren, bentuk perilaku anak santri pada waktu beraktivitas, dan dapat berfungsi untuk mengecek data yang diperoleh melalui interview dan dokumentasi, sehingga metode tersebut dapat berfungsi sebagai pelengkap metode yang lain.
2. Tekhnik Analisis Data Setelah data terkumpul secara keseluruhan melalui beberapa tekhnik pengumpulan data, langkah selanjutnya adalah data diseleksi selanjutnya data tersebut dianalisis.
22 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : Bina Aksara, 1987), hlm. 188. 23 Karini Kartono, op. cit. hlm. 157.
Untuk menganalisis data yang telah terkumpul, penulis akan menganalisis dengan analisis non statistik, yaitu mengunakan analisis deskriptif.24
24
Sumardi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1998), Cet. II, hlm. 85.
BAB II PENDIDIKAN AKHLAK DAN PESANTREN
A. Pendidikan Akhlak. 1. Pengertian Pendidikan akhlak Kata pendidikan akhlak berasal dari dua kata yaitu pendidikan dan akhlak, masing-masing perkataan tersebut dapat didefinisikan sebagi berikut : a. Pengertian pendidikan Menurut UU RI NO. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya untuk masyarakat.25 Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.26 Pendidikan dalam arti yang luas meliputi semua perbuatan dan usaha
dari
generasi
tua
untuk
mengalihkan
pengetahuannya,
pengalamannya, kecakapannya serta ketrampilannya kepada generasi muda sebagai usaha menyiapkannya agar dapat memenuhi fungsi hidupnya baik jasmaniah maupun rohaniah 27
25
UU RI NO. 20 Tahun 2003, tentang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional), (Jakarta: Sinar Baru Grafika, 2003), hlm. 2 26 Ahmad D. Marimba, Pegantar Filsafat Pendidikan Islam, ( Bandung : Alma’arif, 1980 ), cet. IV, hal. 19 27 Soegarda Poerbakawatja, Harahap, Ensiklopedi Pendidikan, ( Jakarta : Gunung Agung, 1982 ) hlm. 257.
Frederick
J.
McDonald,
mengatakan
bahwa
pendidikan
adalah:“Education is a process or an activity which is directed at producing desirable changes in the behavior of human beings”.28 “Pendidikan adalah sebuah proses/aktivitas yang di jelaskan pada usaha untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang dapat diinginkan dalam tingkah laku manusia”. M. Athiyah Al-Abrasyi menyebutkan dalam Ruh Al-Tarbiyah wa Al-Ta’lim:
ﺬﻳﺐ ﺍﻟﻘﻮﻯ ﺍﻟﻄﺒﻴﻌﻴﺔ ﻟﻠﻄﻔﻞ ﻛﻰ ﻳﻜﻮﻥ ﻗﺎﺩﺭﺍ ﻋﻠﻰ ﺍﻥ ﻳﻘﻮﺩ ﺣﻴﺎﺓ ﺧﻠﻘﻴﺔ ﺍﻟﺘﺮﺑﻴﺔ 29 .ﺻﺤﻴﺔ ﺳﻌﻴﺪﺓ “Pendidikan adalah membentuk tabiat kepada anak agar ia mampu mencapai kehidupan manusia yang sehat dan bahagia.” Menurut pendapat Mustafa Al Gholayani bahwa pendidikan dapat diartikan sebagai berikut :
ﺍﻟﺘﺮﺑﻴﺔ ﻫﻲ ﻏﺮﺱ ﺍﻷﺧﻼﻕ ﺍﻟﻔﺎﺿﻠﺔ ﰱ ﻧﻔﻮﺱ ﺍﻟﻨﺎﺷﺌﲔ ﻭﺳﻘﻴﻬﺎ ﲟﺎﺀ ﺍﻹﺭﺷﺎﺩ ﺎ ﺍﻟﻔﻀﻴﻠﺔ ﻭﺍﳋﲑﻭﺍﻟﻨﺼﻴﺤﺔ ﺣﱴ ﺗﺼﺒﺢ ﻣﻠﻜﺔ ﻣﻦ ﻣﻠﻜﺎﺕ ﺍﻟﻨﻔﺲ ﰒ ﺗﻜﻮﻥ ﲦﺮﺍ 30 .ﻭﺣﺐ ﺍﻟﻌﻤﻞ ﻟﻨﻔﻊ ﺍﻟﻮﻃﻦ Pendidikan adalah penanaman akhlak yang mulia dalam jiwa anakanak dan menyiraminya dengan petunjuk dan nasihat hingga (didikan yang mereka terima) menjadi malakhah (hal yang meresap) dalam jiwa, kemudian malakhah itu membuahkan kemuliaan, kebaikan, serta cinta beramal untuk kepentingan negara. Chabib Thoha mendefinisikan pendidikan sebagai suatu proses pemindahan pengetahuan atau pengembangan potensi-potensi yang dimilikinya
28
untuk
mencapai
perkembangan
secara
optimal
serta
Frederick J. McDonald, Educational Psychology, (San Fransisco : Wadsworth publishing company, 1959), hlm. 4. 29 M. Athiyah Al-Abrasyi, Ruh Al-Tarbiyah wa Al-Ta’lim, ( mesir : Isa Al-Ababil Al Halal wa Syirkah, 1950), hlm. 6. 30 Mustafa Al Gholayani, Izhotunnasyiin, ( Berut : Pustaka Al Asriyah, 1953), hlm. 185.
membudayakan manusia melalui proses transformasi nilai-nilai yang utama.31 Beberapa definisi pendidikan yang di utarakan oleh para pakar diatas tidak mengarah pada perselisihan pendapat, karna pada intinya mereka dalam berpendapat mempunyai tujuan yang sama, yaitu terbentuknya manusia yang sempurna, disamping itu pada hakikatnya pendidikan
merupakan proses pembentukan
kepribadian, perilaku,
pengembangan potensi pada peserta didik. Dalam bahasa arab ada beberapa istilah yang biasa dipergunakan dalam pengertian pendidikan yaitu : Ta’lim, Tarbiyah, Tah’zhib. Namun menurut ahli pendidikan terdapat perbedaan antara ketiga istilah itu : Ta’lim
: Berarti pengajaran, jadi lebih sempit dari pada pendidikan
sedangkan kata tarbiyah yang sering digunakan di negara-negara berbahasa arab terlalu luas sebab kata tarbiyah juga digunakan untuk binatang, tumbuh-tumbuhan dengan pengertian memelihara atau menggembala atau menternak. Sementara pendidikan yang diambil dari kata education hanya untuk manusia saja.32 Sedangkan kata tah’zhib menurut al Athas lebih tepat, sebab tidak terlalu sempit, sekedar mengajar saja dan tidak meliputi makhluk-makhluk selain manusia. Tah’zhib sudah meliputi ta’lim dan tarbiyah. Selain itu kata tah’zhib erat hubungnnya dengan kondisi ilmu dalam Islam yang termasuk dalam isi pendidikan.33
b. Pengertian akhlak. Kata akhlak secara etimologi berasal dari arab akhlaq bentuk jamak dari mufradnya khuluq, yang berarti budi pekerti.34
31
M. Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1996), hlm. 99. 32 Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, (Jakarta : Pustaka Al Husna, 1992), hlm. 4-5. 33 Muhaimin, dkk., Kontroversi Pemikiran Fazrur Rahman, Studi Kritis Pembaharuan Pendidikan Islam, (Cirebon : Pustaka Dinamika, 1999), hlm. 4. 34 Rahmat Jatnika, System Etika Islami, (Akhlak Mulia), (Jakarta : Pustaka Panjimas, 1996), Cet. II, hlm. 26.
Dalam istilah sehari-hari ditemukan pula kata etika atau moral yang diartikan sama dengan akhlak : Etika. Perkataan etika berasal dari bahasa yunani ethos yang berarti adat kebiasaan.35 Moral. Perkataan moral berasal dari bahasa latin yang mengandung arti laku, perbuatan lahiriah.36 Sedangkan kata akhlak secara terminologi ; Ahmad Amin mendefinisikan akhlak adalah kebiasaan kehendak, yaitu apabila suatu kehendak sudah terbiasa maka menjadilah adat, dan kebiasaan itu disebut akhlak.37 Akhlak menurut Al Ghazali :
ﺍﳋﻠﻖ ﻋﺒﺎﺭﺓ ﻋﻦ ﻫﻴﺌﺔ ﰱ ﺍﻟﻨﻔﺲ ﺭﺍﺳﺨﺔ ﻋﻨﻬﺎ ﺗﺼﺪﺭ ﺍﻷﻓﻌﺎﻝ ﺑﺴﻬﻮﻟﺔ ﻭﻳﺴﺮ ﻣﻦ ﻏﲑ ﺣﺎﺟﺔ ﺇﱃ ﻓﻜﺮ ﻭﺭﻭﻳﺔ ﻓﺈﻥ ﻛﺎﻧﺖ ﺍﳍﻴﺌﺔ ﲝﻴﺚ ﺗﺼﺪﺭ ﻋﻨﻬﺎ ﺍﻷﻓﻌﺎﻝ ﺍﳉﻤﻴﻠﺔ ﺍﶈﻤﻮﺩﺓ ﻋﻘﻼ ﻭﺷﺮﻋﺎ ﲰﻴﺖ ﺗﻠﻚ ﺍﳍﻴﺌﺔ ﺧﻠﻘﺎ ﺣﺴﻨﺎ ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﺍﻟﺼﺎﺩﺭ ﻋﻨﻬﺎ 38 .ﺍﻷﻓﻌﺎﻝ ﺍﻟﻘﺒﻴﺤﺔ ﲰﻴﺖ ﺍﳍﻴﺌﺔ ﺍﻟﱴ ﻫﻰ ﺍﳌﺼﺪﺭ ﺧﻠﻘﺎ ﺳﻴﺌﺎ “Bahwa akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dan tidak memerlukan pertimbangan pemikiran, maka apabila sifat itu dapat memunculkan perbuatan yang baik serta terpuji baik menurut akal maupun syara maka sifat itu dinamakan akhlak yang baik, dan apabila sesuatu yang muncul adalah perbuatan yang jelek maka sifat itu dinamakan akhlak yang jelek”. Ia juga mendefinisikan dalam bukunya Rahmat Jatnika yang berjudul Sistem Etika Islami bahwa :
ﺩ ِﺓ ﺍﺩﺓﹸ ﺍ ِﻹﺭ ﺎﻖ ﻋ ﳋﹸﻠ ﺍﹸ 35
Hamzah Ya’qub, Etika Islam, (Bandung : Diponegoro, 1993), hlm. 12. Nasarudin Rozak, Dinul Islam, (Bandung : Al Ma’arif, 1973), hlm. 49. 37 Akhmad Amin, Etika (Ilmu Akhlak), (Jakarta : Bulan Bintang, 1975), hlm. 62. 38 Imam Al Ghozali, Ihya Ulumidin, Jilid III, ( Darul Kutub al Islami), ttp., tt. 52. 36
“Huluk adalah menbiasakan kehendak”.39 Dalam pengertian yang terakhir ini perlu dijelaskan apa yang dimaksud dengan ‘adah dan apa yang dimaksud dengan ‘iradah. Yang dimaksud dengan kata ‘adah adalah bahwa perbuatan itu selalu diulang-ulang sedangkan mengerjakannya dengan syarat : Pertama
: Ada kecenderungan hati kepadanya.
Kedua
: Ada pengulangan yang cukup banyak, sehingga mudah
mengerjakannya tanpa memerlukan pikiran lagi.40 Kata akhlak dalam kamus besar bahasa Indonesia dimaksudkan sebagai suatu hal yang berkaitan dengan perilaku dan sifat-sifat manusia dalam berinteraksi dengan dirinya dan sasaranya serta makhluk-makhluk lain dan dengan tuhannya.41 Beberapa definisi yang telah dipaparkan oleh para pakar diatas dapat penulis simpulkan bahwa pendidikan merupakan proses pembentukan kepribadian peserta didik agar menjadi lebih sempurna, sedangkan akhlak diartikan sebagai prilaku, perangai atau budi pekerti. Jadi pendidikan akhlak adalah proses pembentukan perilaku anak kearah yang lebih baik. Menurut Ahmad Amin yang dikutip oleh Rahmat Jatnika dalam bukunya yang berjudul Sistem Etika Islami, kata akhlak berbeda dengan ilmu akhlak, kata akhlak itu berkaitan dengan sikap sedangkan ilmu akhlak adalah :
ﻳ ﹶﺔﺎ ﺍﹾﻟﻐﺡﺸﺮ ﻭﻳ ،ﺎﻌﻀ ﺑ ﻢ ﻬﻌﻀ ﺑ ﺱ ِ ﺎﻣﹶﻠ ﹶﺔ ﺍﻟﻨ ﺎﻣﻌ ﻦﺒﻴﻭﻳ ﺮ ﺸ ﺍﻟﻴ ِﺮﻭﺨ ﲎ ﺍﹾﻟ ﻌ ﻣ ﺿﺢ ِ ﻮﻢ ﻳ ِﻋ ﹾﻠ .ﻲ ﺒ ِﻐﻨﻳ ﺎﻤ ِﻞ ﻣ ﻌ ﻴ ﹶﻞ ِﻟﺴِﺒ ﺍﻟﻦﺒﻴﻭﻳ ، ﻢ ﺎ ِﻟ ِﻬﻋﻤ ﺎ ﻓِﻰ ﹶﺍﺪﻫ ﺼ ﻳ ﹾﻘ ﻲ ﹶﺍ ﹾﻥ ﺒ ِﻐﻨﻳ ﹾﺍﹶﻟﺘِﻰ Ilmu akhlak adalah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, serta menerangkan sebagian apa yang harus dilaksanakan oleh sebagian manusia terghadap sebagian yang lain, menjelaskan tujuan yang hendak dicapai oleh manusia dalam perbuatan mereka dan menjelaskan jalan yang lurus yang harus diperbuat.42 39
Rahmat Jatnika, System Etika Islami, (Akhlak Mulia), (Jakarta : Pustaka Panjimas, 1996), Cet. II, hlm. 27. 40 Ibid. 41 Lukman Ali, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta : Balai Pustaka, 1994) hlm. 17. 42 Rahmat Jatnika, Op. cit., hlm. 30.
Masalah ahklak mempunyai peranan penting dalam perjalanan hidup manusia, sebab ahlak memberikan norma-norma baik dan buruk, dan dapat mementingkan sesuatu itu baik atau buruk, tidak selalu tercapai persesuaian antara seseorang dengan orang lain. Atara satu kelompok dengan kelompok lain.43 Artinya bahwa dengan akhlak kesesuaian antara satu orang dengan orang lain, kesesuaian antara satu kelompok dengan kelompok lain itu akan di temukan. Allah SWT memerintahkan kepada manusia untuk berbuat baik dan melarang kepada manusia untuk berbuat jelek, sebagaimana firman Allah dalam Q.S.An-Nahl: 90
ﻨ ﹶﻜ ِﺮﻭﹾﺍﳌﹸ ﺂ ِﺀﺤﺸ ﻋ ِﻦ ﺍﹾﻟ ﹶﻔ ﻬﻰﻳﻨﻭ ﰉﺉ ﺫِﻱ ﺍﹾﻟ ﹸﻘﺮ ِ ﺂﻳﺘﻭِﺍ ﺎ ِﻥﺣﺴ ﻭﹾﺍ ِﻹ ﺪ ِﻝ ﻌ ﺑِﺎﹾﻟﺮﻳ ﹾﺄﻣ ﷲ َ ِﺇﻥﱠ ﺍ (90 : ﻭ ﹶﻥ ) ﺍﻟﻨﺤﻞﺗ ﹶﺬ ﱠﻛﺮ ﻢ ﻌﻠﱠﻜﹸ ﻢ ﹶﻟ ﻳ ِﻌﻈﹸﻜﹸ ﻐ ِﻲ ﺒﻭﺍﹾﻟ "Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”.44 Pembagian akhlak ada dua : 1. Berdasarkan sifatnya. Berdasarkan sifatnya akhlak dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu : a. Akhlak mahmudah (akhlak terpuji) atau akhlak karimah (akhlak yang mulia). b. Akhlak mazhmumah (akhlak tecela) atau akhlak sayyiah (akhlak yang jelek). Yang dimaksud akhlak karimah (akhlak terpuji) ialah : ridha kepada Allah, cinta dan beriman kepadanya, beriman kepada 43
Ahmad Azar basir, dkk, Pendidikan Agama Islam (Yogyakarta, Perpustakaan Fakultas Hokum Universitas Islam Indonesia, 1995), hlm. 35. 44 Hafizh Dasuki, dkk., Al Qur’an dan Terjemahannya, ( Bandung : Lubuk Agung,1989 ), hlm. 415.
malaikat, kitab, Rasul, hari kiamat, takdir, taat beribadah, selalu menepati janji, melaksanakn amanah, berlaku sopan dalam ucapan dan perbuatan, konaah, tawakal, sabar, syukur, tawadu dan segala perbuatan yang baik menurut
agama
Islam. Yang temasuk akhlak mazhmumah adalah kufur, syirik, murtad, fasik, riya’, takabur, mengadu domba dan semua perbuatan yang tercela.
2. Berdasarkan objeknya Berdasarkan objeknya akhlak dibedakan menjadi dua : a. Akhlak kepada Kholiq Ada dua kewajiban sang makhluk terhadap kholiknya yaitu: 1. Mentauhidkan-Nya yakni tidak memusrikan-Nya kepada sesuatu apapun. 2. Beribadah kepada-Nya.45 b. Akhlak kepada makhluk, yang terbagi menjadi lima : 1 Akhlak terhadap Rasul. 2 Akhlak terhadap keluarga. 3 Akhlak terhadap diri sendiri. 4 Akhlak terhadap semua orang. 5 Akhlak terhadap lingkungan alam.46
2. Dasar-dasar Pendidikan Akhlak Dasar-dasar pendidikan akhlak adalah Al Qur’an dan Al Hadis, Al Qur’an dapat dijadikan landasan yang paling utama dalam pendidikan akhlak, karena Al Qur’an merupakan kitab yang dapat dijadikan penunjuk dari kegelapan menuju penerangan sebagaimana firman-Nya :
45
Rahmat Jatnika, Op. cit., hlm.176. Manan Abdul Djalil, ed., Al Islam 2 Muamalah dan Akhlak, (Bndung : Pustaka Setia, 1999), Cet.I, hlm. 78. 46
ﻮ ِﺭﺕ ِﺍﻟﹶﻰ ﺍﻟﻨ ِ ﺎﻦ ﺍﻟﻈﱡﹸﻠﻤ ﻢ ِﻣ ﻬﺨ ِﺮﺟ ﻭﻳ ﻼ ِﻡ ﺴﹶ ﹶﻞ ﺍﻟﺒﻪ ﺳﺍﻧﺿﻮ ﻊ ِﺭ ﺒﺗﻣ ِﻦ ﺍ ُ ﻱ ِﺑ ِﻪ ﺍﷲ ﻬ ِﺪ ﻳ (16 : ) ﺍﳌﺎ ﺋﺪﺓ.ﻴ ٍﻢﺘ ِﻘﺴ ﻣ ﻁ ٍ ﺍﺻﺮ ِ ﻢ ِﺍﱃ ﻳ ِﻬﻬ ِﺪ ﻳﻭ ِﺑِﺎ ﹾﺫﻧِﻪ “Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridoan-Nya kejalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita menuju cahya yang terang benderang dengan seizing-Nya dan menunjuki mereka kejalan yang lurus”. (Al Maa-idah : 16)47 Selain itu akhlak merupakan sistem moral yang bertitik pada ajaran islam, sedangkan Hadis dapat dijadikan sebagai landasan yang kedua setelah Al Qur’an sebagai penguat wahyu tuhan, karena hadis termasuk penjelas dari Al Qur’an, maka dari itulah Hadis dapat diterima sebagai landasan sebagaimana firman-Nya :
(7 : )ﺍﳊﺸﺮ.ﺍﻬﻮ ﺘﻧ ﻓﹶﺎﻨﻪﻋ ﻢ ﻬ ﹸﻜﺎ ﻧﻭﻣ ﻩ ﺨﺬﹸﻭ ﻮ ﹸﻝ ﹶﻓﺮﺳ ﻢ ﺍﻟ ﺂ ﺍﺗﺎ ﹸﻛﻭﻣ “Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah”. (Al hasyr: 7).48 Beberapa ayat yang berkaitan dengan akhlak dalam Al Qur’an telah disebutkan sebagai berikut :
(2 1: )ﺍﻻﺣﺰﺍﺏ.ٌﺔﺴﻨ ﺣ ﻮﹲﺓ ﺳ ﷲ ﹸﺃ ِ ﻮ ِﻝ ﺍﺭﺳ ﻲ ﻢ ِﻓ ﺪ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﹶﻟ ﹸﻜ ﹶﻟ ﹶﻘ “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu teladan yang baik bagimu”. (Al Ahzab : 12).49 Hal senada juga telah disebutkan dalam ayat lain :
(4 : )ﺍﻟﻘﻠﻢ.ﻴ ٍﻢﻋ ِﻈ ﻠﹸ ٍﻖﻠﻰ ﺧﻚ ﹶﻟﻌ ﻧﻭِﺇ “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”. (Al Qalam : 4).50
47
Hafizh Dasuki, dkk., Al Qur’an dan Terjemahannya, op. cit., hlm. 161. Ibid. hlm. 916. 49 Ibid. hlm. 670. 50 Ibid. hlm. 960. 48
Berdasarkan ayat tersebut juga telah diperkuat dengan hadis nabi sebagai berikut :
ﺎﻧﻤ ِﺍ: ﻰ ﺍﷲ ُﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﷲ ﺻﻠ ِ ﻮ ﹸﻝ ﺍﺭﺳ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ: ﻗﹶﺎ ﹶﻝﻨﻪﻋ ُ ﻲ ﺍﷲ ﺿ ِ ﺭ ﺮ ﹶﺓ ﻳﺮ ﻦ ﹶﺍﺑِﻲ ﻫ ﻋ 51 ( ) ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻯ.ﻕ ِ ﻼ ﺧ ﹶ ﺢ ﹾﺍ َﻷ ﺎِﻟﻢ ﺻ ﻤ ﺗُ ِﻷ ِﻌﹾﺜﺖﺑ “Dari Abi Hurairota RA ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda sesungguhnya aku diutus hanya untuk memperbaiki kebaikan akhlak”.( HR bukhori ). Ada sebagian sahabat yang bertanya pada Siti Aisyah yang sebagai istri Rasul, dan tentunya Siti Aisyah lebih tahu tentang akhlak Rasul seharihari, maka jawab Siti Aisyah : 52
.ﺮﹶﺍ ﹸﻥ ﷲ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ُﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺍﹾﻟ ﹸﻘ ِ ﻰ ﺍ ﻖ ﻧِﺒ ﻠﹸﹶﻓِﺈﻥﱠ ﺧ
“Sesungguhnya akhlak Rasulullah SAW itu Al Qur’an”. Maksud dari hadis tersebut adalah bahwa akhlak Rasulullah itu ialah mempraktekkan Al Qur’an, tentang perintah larangan janji dan ancaman yang kesemuanya itu didasari Al Qur’an. Al Qur’anlah sebagai norma akhlak Islamiyah yang di praktekkan Rasulullah.53 3. Tujuan Pendidikan Akhlak Dalam bukunya Manan Abdul Djalil disebutkan bahwa tujuan pendidikan akhlak itu ada tiga : a.
Mendapat ridha Allah. Artinya orang yang melaksanakan perbuatan karena mengharap ridha Allah berarti ia telah ikhlas atas segala amal perbuatannya. Ridha Allah inilah yang melandasi ibadah seseorang.
b.
Membentuk kepribadian muslim Maksudnya ialah segala perilaku baik ucapan, perbuatan, pikiran dan kata hatinya mencerminkan sikap ajaran islam.
51 52
Jalaludin Aburrahman, Jami’ As-Shoghir, Juz I (Indo. Tth. : Dar Al-Ihya, ), hlm. 103. Jalaludin As Suyuti, Sunan Nasa’i Jilid III, ( Bairut Libanon : Darul Ma’arif, 1991),
hlm. 222. 53
Rahmat Djatnika, System Etika Islam, (Akhlak Mulia), (Jakarta : Pustaka Panjimas, 1996), Cet.II,hlm. 21.
c.
Mewujudkan perbuatan yang mulia dan terhindarnya perbuatan yang tercela Dengan bimbingan hati yang di ridhai Allah dengan keikhlasan, maka akan terwujud perbuatan-perbuatan yang terpuji, yang seimbang antara kepentingan dunia dan akhirat serta terhindar dari perbuatan tercela.54 Menurut Al Gholayani pendidikan akhlak bertujuan membentuk
jiwa anak didik menjadi bermoral, berjiwa bersih, berkemauan keras, bercita-cita besar, tahu akan arti kewajiban, dan pelaksanaanya, menghormati hak-hak orang lain, tahu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, memiliki keutamaan karena cinta keutamaan, menghindari suatu perbuatan yang tercela karena memang hal itu tercela dan selalu ingat kepada Allah setiap melakukan pekerjaan.55 Sedangkan menurut barmami umar tujuan pendidikan akhlak adalah sebagai berikut : a. Untuk memperoleh Irsyad, yaitu dapat membedakan antara amal yang baik dan buruk. b. Untuk mendapatkan Taufiq, sehingga perbuatannya sesuai dengan tuntunan Rasulullah dan akal yang sehat. c. Untuk mendapatkan Hidayah, artinya melakukan perbuatan baik dan terpuji serta menghindari perbuatan yang buruk.56
4. Metode Pendidikan Akhlak Istilah metode berasal dari bahasa yunani ‘metha’ dan ‘hodos’, metha artinya melalui atau melewati, sedangkan hodos bererti jalan atau cara. Dari dua gabungan diatas, maksud metode yaitu cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu57
54 55
Manan Abdul Djalil, ed., Op. cit., hlm. 76-77. Abdul Kholik, dkk., Pemikiran Pendidikan Islam, (Jogjakarta : Pustaka Pelajar, 1999),
hlm. 121. 56 57
Barmami Umar, Materia Akhlak, (Solo : Ramadani, 1995), hlm. 3. Zuhairini et.al, Metodologi Pendidikan Agama, (Solo : Ramadhani, 1993), hlm. 66.
Kemudian menurut M. Kuthb, ada beberapa metode pendidikan akhlak yang dapat dipakai dalam mendidik anak sebagai berikut
:
Metode pendidikan akhlak yang dapat dipakai adalah ; metode teladan, metode nasihat, metode hukuman, metode cerita, metode kebiasaan, metode penyaluran kekuatan, metode mengisi kekosongan, metode hikmah atau peristiwa.58 Pendapat M. Qutb tersebut diatas dapat dipaparkan dalam penjelasan pendidikan akhlak yang perlu di terapkan dalam mendidik akhlak anak sebagai berikut ; a. Metode Teladan Pendidikan dengan teladan berarti pendidikan dengan memberikan contoh, baik berupa tingkah laku, sifat, cara berfikir dan lain lain. Banyak ahli pendidikan berpendapat bahwa pendidikan dengan teladan merupakan metode yang paling berhasil guna. Hal itu karena dalam belajar, orang pada umumnya lebih mudah menangkap yang kongkrit dari pada yang abstrak. Abdullah Ulwan umpamanya, mengatakan bahwa pendidik barangkali akan merasa mudah mengkomunikasikan pesannya secara lisan. Namun, anak merasa kesulitan dalam memahami pesan itu apabila ia meliat pendidiknya
tidak
memberikan
contoh
tentang
pesan
yang
disampaikan.59 Metode teladan sangat evektif untuk diterapkan terhadap peserta didik, mengingat peserta didik sangat kritis terhadap permasalahan yang ia hadapi, metode teladan diterapkan terhadap peserta didik yang bertujuan agar peserta didik dapat mengikuti ajaran akhlak yang diterapkan, sebagaimana firman Allah :
(21 : )ﺍﻷﺣﺰﺍﺏ. ﻨ ﹲﺔﺴ ﺣ ﻮﹲﺓ ﺳ ﷲ ﹸﺃ ِ ﻮ ِﻝ ﺍﺭﺳ ﻲ ﻢ ِﻓ ﺪ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﹶﻟ ﹸﻜ ﹶﻟ ﹶﻘ 58
M. Quthb, System Pendidikan Islam, terj. Salman Harun, (Bandung, Al Ma’arif, 1988),
hlm. 325. 59
Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Logos, 1999), cet. II, hlm. 178.
“Sesunguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suritoladan yang baik bagi kalian”.(Al Ahzab : 21).60 Berdasarkan surat Al Ahzab ayat 21 bahwa keteladanan termasuk hal terpenting dalam pendidikan akhlak, karena pada waktu itu Allah telah menjadikan nabi Muhammad sebagai uswatun hasanah atau suritoladan yang baik bagi umatnya.
b. Metode Kisah. Metode kisah merupakan salah satu metode pendidikan yang mashur dan terbaik, sebab kisah itu mampu menyentuh jiwa jika didasari oleh ketulusan hati yang mendalam.61 Dalam realitas kehidupan sehari-hari, banyak kisah-kisah yang memiliki kedudukan sangat penting dalam kehidupan manusia. Sejak zaman dahulu tiap bangsa dan negara mempunyai kisah-kisah yang mengandung nilai-nilai moral yang dapat dipakai dalam mendidik para anak cucu atau generasi mudanya. Demikian pula dalam Islam, banyak kisah tentang keteladanan ataupun akhlak para nabi dan rasul, terutama akhlak nabi Muhammad SAW. Tetapi semua itu paling tidak dapat dijadikan sebagai pelajaran, sebagaimana ayat yang telah disebutkan oleh Allah dalam sebuah Al Qur’an sebagai berikut :
(111 : )ﻳﻮﺳﻒ.ﺏ ِ ﺮﹲﺓ ِﻷُﻭﻟِﻰ ﹾﺍ َﻷ ﻟﹾﺒﹶﺎ ﺒﻢ ِﻋ ﺼ ِﻬ ِﺼ ﻲ ﹶﻗ ﺪ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ِﻓ ﹶﻟ ﹶﻘ ”Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal”. (Yusuf :111).62 Berdasarkan ayat tesebut penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa manusia sebagi mahluk ciptaan Allah yang diberi akal tentunya dapat belajar dari kisah-kisah atau cerita. 60
Hafizh Dasuki, dkk., Al Qur’an dan Terjemahannya, ( Bandung : Lubuk Agung,1989 ),
hlm. 670. 61 Armai Arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta : PT. Intermasa, 2002), Cet. I, hlm. 31. 62 Hafizh Dasuki, dkk., Al Qur’an dan Terjemahannya, Op. cit., hlm. 366.
c. Metode Nasihat Nasihat merupakan metode yang paling evektif dalam usaha pembentukan keimanan, menanamkan nilai-nilai moral, spiritual dan sosial, karena nasihat dapat membukakan mata hati anak akan hakikat sesuatu dan mendorongnya menuju situasi luhur dan menghiasinya dengan akhlak yang mulia. Secara keseluruhan Al Qur’an berisi nasihat bagi umat Islam, sebagai contoh, diantaranya ketika Luqman Hakim mengajarkan larangan menyekutukan Allah pada anaknya. Sebagaimana dipaparkan dalam ayatnya :
.ﻢ ﻴﻋ ِﻈ ﻢ ﻙ ﹶﻟ ﹸﻈ ﹾﻠ ﺮ ﺸ ﷲ ِﺍﻥﱠ ﺍﻟ ِ ﻙ ﺑِﺎ ﺸ ِﺮ ﺗ ﹶﻻﻨﻲﺒﻳ ِﻌﻈﹸﻪ ﻳ ﻮ ﻭﻫ ﺑﻨِﻪﻦ ِ ِﻻ ﻭِﺇ ﹾﺫ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﹸﻟﻘﹾﻤ (13 : )ﻟﻘﻤﺎﻥ “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya diw aktu ia memberi pelajaran kepadanya :“hai anakku janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezholiman yang besar”.(Lukman : 13).63 d. Metode Hukuman Metode hukuman itu perlu di terapkan karena mengingat manusia tidak sama selamanya, dan tentu saja metode hukuman tidak dijadikan sebagai tindakan yang pertama kali, metode hukuman di terapkan setelah dengan nasihat dan teladan tidak mempan.64 Metode hukuman merupakan metode terburuk, tetapi dalam kondisi tertentu harus digunakan. Oleh sebab itu, ada beberapa hal yang hendaknya diperhatikan pendidik dalam menggunakan hukuman : 1. Hukuman adalah metode kuratif, artinya tujuan hukuman ialah untuk memperbaiki peserta didik yang melakukan kesalahan dan memelihara peserta didik lainnya, bukan untuk balas dendam. 63 64
hlm.341.
Ibid. hlm. 654. Muhamad Quthb, Sistem Pendidikan Islam, ( Bandung : Al Ma’arif, 1993 ), cet. III
2. Hukuman baru digunakan apabila metode lain, seperti nasihat dan peringatan tidak berhasil guna dalam memperbaiki peserta didik. 3. Sebelum dijatuhi hukuman, peserta didik hendaknya lebih dulu diberi kesempatan untuk bertaubat dan memperbaiki diri. 4. Hukuman yang dijatuhkan pada peserta didik hendaknya dapat dimengerti olehnya, sehingga ia sadar akan kesalahannya dan tidak mengulanginya. 5. Hukuman psikis lebih baik ketimbang hukuman fisik. 6. Hukuman hendaknya disesuaikan dengan perbedaan latar belakang kondisi peserta didik. 7. Dalam menjatuhkan hukuman, hendaknya diperhatikan prinsip logis, yaitu hukuman disesuaikan dengan jenis kasalahan. 8. Pendidik hendaknya tidak mengeluarkan ancaman hukuman yang tidak mungkin dilakukan.65
e. Metode Pembiasaan Metode pembiasaan sangat evektif jika penerapanya dilakukan terhadap peserta didik yang berusia kecil. Karena memiliki “rekaman“ ingatan yang kuat dan kondisi kepribadian yang belum matang, sehingga mereka terlarut dalam kebiasaan yang mereka lakukan sehari-hari. Oleh karena itu sebagai awal dalam proses pendidikan, pembiasaan merupakan cara yang sangat evektif dalam menanamkan nilai-nilai moral kedalam jiwa anak. Nilai-nilai yang tertanam dalam dirinya ini kemudian akan termanifestasikan dalam kehidupannya semenjak ia mulai melangkah keusia remaja dan dewasa.66
f. Metode Penyaluran Kekuatan. Artinya bahwa kekuatan yang dikandung oleh eksistensi manusia, dan dihimpun oleh Islam, adalah kekuatan energik dan “netral” yang bisa 65 66
Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Logos, 1999), cet. II, hal. 202 Ibid., hlm. 110.
baik dan bisa saja buruk, bisa untuk membangun dan bisa saja untuk menghancurkan, serta bisa pula habis percuma tanpa tujuan dan arah. Maka Islam berusaha menyalurkan kekuatan itu kearah yang benar untuk kebaikan.67
g. Metode Mengisi Kekosongan. Kekosongan pada dasarnya dapat merusak jiwa, karena kerusakan utama yang timbul oleh jiwa manusia adalah kurang mampu mengisi kekosongan itu sendiri. Selanjutnya orang itu akan terbiasa pada sikap buruk yang dilakukannya untuk mengisi kekosongan itu.68 Oleh karena itulah kekosongan harus di isi dengan hal-hal yang bermanfaat misalkan kegiatan yang berkaitan dengan ibadat, zdikir dengan menyebut nama Allah, dan atau duduk bersandar untuk beristirahat di tengah hari.69
h. Metode hikmah atau Peristiwa. Metode ini mempunyai keistimewaan tersendiri dari pada metode yang lain, karena peristiwa itu dapat menimbulkan suatu situasi yang khas dalam perasaan, artinya peristiwa akan sangat membekas pada perasaan yang akan mengakibatkan luluhnya perasaan itu sendiri.70
5. Pendekatan Pendidikan Akhlak Dalam kamus besar bahasa Indonesia di sebutkan bahwa pendekatan adalah proses, perbuatan, cara mendekati, atau usaha dalam rangka aktifitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti.71 Berdasarkan pemaparan tersebut dapat di ketahui bahwa pendekatan
67 M. Quthb, System Pendidikan Islam, terj. Salman Haryun, (Bandung, Al Ma’arif, 1988), hlm. 369. 68 Ibid. hlm. 371. 69 Ibid. 70 Ibid. 374. 71 Lukman Ali, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta : Balai Pustaka, 1994) hlm. 218.
merupakan proses yang terjadi setelah pendidikan tersebut belum mengalami keberhasilan. Pendekatan pendidikan akhlak dapat di jelaskan sebagai berikut : Pertama pendekatan normatif, yaitu pendekatan berdasarkan norma yaitu ukuran atau ketentuan yang berlaku. Kedua pendekatan rasional, yaitu pendekatan rasio yang cocok dengan akal pikiran. Ketiga pendekatan praktis atau keteladanan, yaitu pendekatan berdasarkan kenyataan dalam praktek yang dapat ditauladani.72
B. Gambaran Umum Pesantren Kata Pesantren berasal dari kata “santri” yang mendapat imbuhan awalan “pe” dan akhiran “en” yang menunjukan tempat, maka artinya adalah tempat para santri. terkadang pula pesantren dianggap sebagai gabungan dari kata “santri” ( manusia baik ) dengan suku kata “tra” (suka menolong) sehingga kata pesantren dapat diartikan tempat pendidikan manusia baik-baik.73 Sedangkan perkataan santri sesungguhnya berasal dari bahasa jawa cantrik, yang artinya seseorang yang selalu mengikuti seorang guru kemana guru ini pergi menetap. tentunya dengan tujuan dapat belajar darinya mengenahi suatu keahlian.74 Devinisi yang telah di paparkan diatas dapat di pahami bahwa pesantren merupakan tempat yang di fungsikan untuk tinggal para santri yang ingin menempuh pendidikan agama Islam di pondok-pesantren. Pesantren adalah lembaga pendidikan yang ciri-cirinya di pengaruhi dan ditentukan oleh pribadi para pendiri dan pimpinannya, dan cenderung untuk tidak mengikuti suatu pola jenis tertentu. 75
72
Nasrun Rusli, Aqidah Akhlak I, ( Jakarta : Dirjen Binbaga Islam, 1993 ), hlm. 4. Ahmad Fathullah Zarkasyi, Pondok-pesantren Sebagai Lembaga Pendidikan dan Dakwah dalam Adi Sasono. et. al. Solusi Islam Atas Problematika Umat ( Ekonomi Pendidikan dan Dakwah ), ( Jakarta : Gema Risalah Press, 1998 ), hlm. 106. 74 Nurcholis Majid, Bilik-Biik Pesantren Sebuah Otet Perjalanan, ( Paramadina : 1997 ), cet. I, hlm. 20. 75 Manfred Ziemek, Pesantren Dalam Perubahan Social, (Jakarta : Temprint, 1986), hlm. 97. 73
Zamahsari Dofier mengemukakan bahwa lembaga-lembaga pendidikan pesantren memiliki beberapa elemen dasar yang merupakan ciri khas dari pesantren itu sendiri, elemen itu adalah : a. Pondok atau asrama. b. Tempat belajar mengajar, biasanya berbentuk masjid dan bisa berbentuk lain. c. Santri. d. Pengajaran kitab-kitab agama, bentuknya adalah kitab-kitab yang berbahasa arab dan klasik atau lebih dikenal dengan kitab kuning. e. Kyai dan Ustadz.76 Bentuk pesantren yang tersebar luas di Indonesia dewasa ini mengandung unsur-unsur berikut sebagai cirinya : kiai sebagai pendiri, pelaksana dan guru, pelajar (santri) yang secara pribadi langsung diajar berdasarkan naskah-naskah arab klasik tentang pengajaran, faham dan akidah keislaman. Disini santri dan kiai tinggal bersama-sama untuk masa yang lama, yaitu pesantren bersifat asrama (tempat pendidikan dengan pemondokan dan makan). Sarana fisik sebuah pesantren biasanya terdiri dari unsur-unsur dasar sebagai berikut : dipusatnya ada sebuah masjid atau langgar, surau, yang dikelilingi bangunan tempat tinggal kiai, asrama untuk pelajar serta ruanganruangan untuk belajar. Pesantren sering berada dibatas pedesaan dan terpisah, dibatasi dengan pagar. Mereka kebanyakan menguasai lahan pertanian sendiri yang sering dihibahkan oleh penduduk desa untuk tujuan-tujuan agama (wakaf).77 Secara organisatoris pondok-pesantren mempunya organisasi yang democratic dalam bentuk sebagai berikut : 1. Kiai dan pembantunya (badalnya), sebagai sentral core (inti pusat).
76 Zamahsari Dofier, Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai, ( Jakarta : LP3S, 1982), hlm. 44. 77 Ibid. hlm. 101.
2. Lurah pondok yang dipilih oleh santri dalam jangka waktu tertentu. 3. Pengurus dari masing-masing grup santri yang tinggal dalam satu sub kompleks yang biasanya disebut komisariat dan sebagainya.78 Selanjutnya ada dua ciri pesantren yang dapat membedakan antara pesantren satu dengan pesantren lainnya, yaitu : Pertama ; Pesantren tradisional (pesantren salaf) yaitu pesantren yang pengajarannya masih menggunakan system sorogan atau bandongan tanpa kelas dan batas umur.79 Atau pesantren yang masih mempertahankan system pengajaran tradisional, dengan materi pengajaran kitab-kitab klasik atau sering disebutkan dengan kitab kuning.80 Kedua ; Pesantren modern (pesantren kholaf) yaitu pesantren yang system pengajarannya sudah menggunakan system kelas, kurikulum dan batas umur.81 Kedua model pesantren tersebut mengalami perbedaan, terutama dibidang sistem yang di terapkan pada masing-masing pesantren, akan tetapi dalam perkembangan pesantren tradisional, sudah menerapkan system pengajaran kelas yang terbatas pada madrasah atau sekolah yang dibangun dalam lingkungan pesanhtren. Sementara sistem lama tetap diterapkan dalam pembelajaran dan pengajaran dipesantren (bukan disekolah atau madrasahnya).
78
H.M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum), (Jakarta : Bumi Aksara, 1995), Cet. 3, hlm. 244. 79 Husni Rahim, Arah Baru Pendidikan Islam Di Indonesia, (Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 2001), Cet. 1, hlm. 159. 80 Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia, (Jakarta : LkiS, 1995), hlm. 156. 81 Husni Rahim, Op. cit., hlm. 159.
BAB III PENDIDIKAN AKHLAK PADA SANTRI SEKOLAH ISLAM SALAF PONDOK-PESANTREN GIRIKESUMO
A. GAMBARAN
UMUM
SEKOLAH
ISLAM
SALAF
PONDOK
PESANTREN GIRIKESUMO 1.
Letak Geografis Sekolah Islam Salaf
pondok-pesantren Girikesumo, terletak di
dusun Girikusuma desa Banyumeneng kec. Mranggen kab. Demak. Dilingkup kepesantrenan dan kekiyaian
nama Sekolah Islam Salaf
pondok-pesantren Girikesumo tergolong “sepuh” atau jajaran “atas“, sebab dari sudut historis pesantren, pondok-pesantren Girikesumo tergolong sesepuh bagi beberapa pesantren (terutama pesantren thoriqoh) di jawa tengah. Sehinga terjadi hubungan emosional dengan keluarga kyai di Girikusuma, baik karena tinggal di lingkungan dekat pesantren atau karena hubungan darah, perguruan atau bahkan karena pernah nyantri pada tahuntahun silam. Secara geografis, wilayah pedukuahan Girikusuma dibatasi oleh : a. Desa Kebon Batur disebelah utara. b. Desa Kewengen disebelah selatan. c. Desa Sumberejo disebelah timur dan d. Desa Rowosari disebelah barat. Pondok-pesantren yang terletak di pinggir hutan jati ini, nampaknya sangat setrategis untuk kegiatan belajar mengajar, karena disamping
kenyamanan,
Sekolah
Islam Salaf
pondok-pesantren
Girikesumo ini jauh dari kota, sehingga dalam proses pembelajaran santri tidak mengalami banyak gangguan. Asrama atau tempat tinggal santri di pondok-pesantren Girikesumo terbagi menjadi dua komplek yang disesuaikan dengan program kegiatan santri, yaitu bagi santri yang mengikuti kegiatan sekolah formal dan santri yang mengikuti program Sekolah Islam Salaf. Kondisi tempat tinggal bagi
para santri sangat sederhana yaitu dengan jumplah 14 kamar bagi santri putra dan 13 kamar bagi santri putri. Komplek Sekolah Islam Salaf
pondok-pesantren Girikesumo,
luasnya sekitar 300 meter persegi, dibatasi dengan sungai pada sebelah barat, dibatasi dengan saluran irigasi pada sebelah utara, dibatasi dengan rumah kyai pada sebelah timur dan sebelah selatan dibatasi dengan jalan yang menuju kearah mranggen. Letak pesantren berada disebelah utara bangunan masjid untuk asrama putra, berada disebelah selatan masjid untuk rumah kyai dan dibelakangnya asrama santri putri dan gedung SMU serta TK Ky Ageng Giri, berada di sebelah barat masjid gedung SMP Ky Ageng Giri serta koperasi Ky Ageng Giri berdampingan dengan poliklinik dibelakangnya, dan di sebelah timur masjid gedung madrasah Sekolah Islam Salaf beserta kantor yayasan Ky Ageng Giri. Secara fisik asrama putra dan asrama putri dibangun dengan menggunakan kayu jati, begitu juga bangunan masjid yang berada di tengah-tengah komplek pesantren juga dibangun dengan menggunakan kayu jati pilihan. Pondok-pesantren Girikesumo yang berada di dukuh Girikusuma terletak sejauh sekitar 25 km ke tenggara dari arah kota Semarang, dan 15 km dari arah kota Demak.
2. Sejarah dan Perkembangan Sekolah Islam Salaf Girikesumo. Sebelum berdirinya Sekolah Islam Salaf pondok-pesantren Girikesumo, diduga bahwa perkembangan kondisi masyarakat yang kental dengan Islam tradisional, sebagaimana nampak dalam lembaga-lembaga peribadatan dan pendidikan diatas, tidak lepas dari peranan K.H. M. Abdul Hadi, sebagai sesepuh desa tersebut yang merupakan pembuka pertama kali desa tersebut. Girikusuma pada saat kedatangan K.H. M. Abdul Hadi masih kawasan tidak dikenal yang saat itu merupakan kawasan hutan. K.H. M. Abdul Hadi adalah tokoh yang melakukan babat alas kawasan Girikusuma, yang semula merupakan kawasan yang sangat
angker dengan penghuni utama makhluk halus dan jin.82 Atas perintah gurunya, beliau membuka tempat untuk pendidikan, hingga pada akhirnya menyebabkan lahirnya komunitas masyarakat baru. Demikian pula sarana peribadatan berupa masjid yang dibangun sebagai pusat kegiatan keagamaan dan sosial, yang peninggalanya masih bisa disaksikan sampai sekarang. Jadilah wilayah Girikusuma dengan pesantrennya. Dengan peran K.H. M. Abdul Hadi tersebut, maka sampai sekarang keluarga atau dzurriyyah K.H. M. Abdul Hadi tetap menjadi sentral bagi masyarakat desa tersebut. Peran yang dimiliki oleh K.H. M. Abdul Hadi secara otomatis diwarisi oleh anak keturunannya sampai saat ini, dengan tampilan pondok-pesantren salaf
dan berkembang hingga
menjadi yayasan Ky Ageng Giri pada tahun 1997 dilengkapi dengan lembaga pendidikan berasrama sejak TK/RA hingga Aliah/SMU dalam kepengasuhan K.H. Munif Muhamad Zuhri bin K.H. M. Zuhri bin K.H. Zahid bin K.H. M. Abdul Hadi. Berdirinya yayasan Ky Ageng Giri mempunyai tiga tujuan penting yang dapat di paparkan sebagai berikut : a. Meningkatkan kwalitas sumber daya manusia dilingkungan umat Islam serta untuk mencapai izul Islam walmuslimin di tengahtengah kehidupan masyarakat dan negara kesatuan republik Indonesia yang berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar 45. b. Menyelenggarakan, mengembangkan dan mengusahakan lembaga pendidikan dan pengajaran menurut paham ahlusunah wal jamaah dengan menganut salah satu mazhab empat : Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali.
82
Informasi Mbah Juariah umur 105 Th. warga setempat.
c. Menyelenggarakan
dan
mengusahakan
berbagai
kegiatan
keagamaan, tempat atau sarana ibadah dan usaha-usaha sosial dalam wadah dan nafas Islam.83 Pondok-pesantren tersebut semula hanya merupakan pondokpesantren thoriqoh Kholidiyah Naksabandiyah yang didirikan pada tahun 1288 H/1868 M, dengan bangunan awal sebuah masjid yang dibangun ditepi hutan jati, yang kini pengelolaannya ditangani oleh perum perhutani unit 1 jawa tengah. Konon masjid tersebut dibangun hanya dalam waktu 4 jam.84 Sehingga dari segi usia, pondok-pesantren Girikesumo sejajar dengan pesantren-pesantren lainnya, yang umumnya muncul antara tahun 1800-an. Pendidikan pondok pada awalnya dimaksudkan sebagai institusi yang menangani pendidikan akhlak dan ilmu-ilmu agama di tengah-tengah masyarakat yang melingkupinya.85 Sebagai langkah awal pendidikan akhlak dilaksanakan dengan mengadakan pengajian thoriqoh Kholidiyah, dan untuk memajukan pendidikan umat, diadakan pengajian kitab-kitab kuning dengan menggunakan sistem bandongan dan sorogan yang dikenal dengan sistem salaf. Pendidikan akhlak dimulai dari bangunan masjid tersebut, yang setiap hari diasuh oleh K.H. M. Abdul Hadi yang semakin lama semakin banyak pengikutnya. Lokasi yang berada dibawah perbukitan yang dikenal dengan “Gunung Ibrahim” tersebut semakin menarik bagi kalangan luar untuk nyantri, dan hingga pada akhirnya dibuatlah kamar-kamar dikanan dan kiri masjid dan berkembang menjadi komplek pesantren. 83
Muzni Husnan, Selayang pandang Sekolah Islam Salaf, Pondok-pesantren Girikesumo.
hlm. 18. 84 Lihat Papan diatas pintu tengah msjid Girikusuma yang di tulis dengan huruf arab pegon berbunyi “Iki lah penget masjid dukuh Girikusuma tahun ba Hijriah Nabi SAW 1288 H wulan Robi’ul akhir tanggal ping nem belas awit jam songo dalu, jam satunggal dalu rampung yasane kyai muhamad Giri ugi serto sekabehe wong ahli mu’min kang hadhir taqobalallahu taala amin”. Jika di alih bahasakan kebasa Indonesia dalam terjemahan bebas kurang lebih akan berbunyi “Ini adalah pengingat masjid Girikusuma yang didirikan pada tanggal 16 Rabiul Akhir tahun ba Hijriah Nabi Muhamad SAW 1288 H. dibangun dari pukul 9 malam sampai pukul satu malam (dini hari), hasil karya kyai Muhamad Giri dan semua orang mukmin yang hadir semoga diterima Allah taala amin.” 85 Muzni Husnan, Selayang Pandang, Op. cit. hlm. 2.
K.H. M. Abdul Hadi diberi usia yang cukup panjang oleh Allah, yakni 110 tahun, sehingga memungkinkan beliau untuk menyiapkan kader-kader penerus untuk kemudian hari. Dan memang program regenerasi ini menjadi perhatian utama dari mbah Hadi, sehingga ketika beliau wafat pada tahun 1931 suksesi kepemimpinan pondok-pesantren berjalan normal, dengan diteruskan oleh putranya yaitu KH. Zahid. Selama K.H. M. Abdul Hadi menempuh perjuangannya, beliau mendapat banyak rintangan, disamping rintangan alam serta lingkungan hutan yang disebut angker oleh kalangan masyarakat, ternyata beliau juga mendapat halangan serius dari pemerintahan belanda. Sehingga beliau pernah dijebloskan kedalam penjara mlaten semarang karena sikapnya yang anti terhadap pemerintahan belanda, dan sifat ini juga ditanamkan pada santri dan masyarakatnya. Hanya saja karena beliau mempunyai kharisma yang cukup karena keshalehannya, sehingga walaupun dipenjara, beliau tetap mendapatkan kebebasan untuk keluar ruang tahanan untuk menjadi imam shalat berjamaah lima waktu di masjid pekojan semarang.86 Sepeninggal K.H. M. Abdul Hadi, pondok-pesantren Girikesumo berkemabang pesat dibawah kepengasukan KH Zahid, dimana para santri makin berkembang dari seluruh pelosok nusantara. Hal ini disebabkan karena disamping sistem pendidikan pesantren salaf sebagaimana lazimnya, pesntren Girikesumo memiliki ciri khas pengajian thoriqohnya (Kholidiyah). KH Zahid memegang tampuk kepengasuhan pondok-pesantren selama 30 tahun, dan pada tahun 1961 estafet kepemimpinan dipegang oleh putra tertua KH Zahid yaitu KH Muhamad Zuhri, yang oleh para santri dan masyarakat disebut dengan nama mbah Muh. Sementara itu kondisi kesehatan mbah Zahid makin menurun hingga wafatnya pada tahun 1967, setelah mengasuh pondok-pesantren selama 30 tahun. Pada masa mbah Muh, sistem pendidikan pondok-pesantren semakin dikembangkan dengan melengkapi sistem bandongan dan sistem 86
Informasi Ibu Hjh. Rofi’ah, Ibu dari KH. Munif Muhamad Zuhri.
klasikal. Sistem ini ternyata setelah dicoba lebih efektif dalam membantu santri untuk memahami dan menguasai materi kitab-kitab yang dikaji, disamping penyajiannya lebih sistematis. Mbah Muh wafat pada tahun 1980, dan kepemimpinan pondokpesantren diteruskan oleh generasi ke empat yaitu KH. Munif Muhamad yang pada saat itu usianya belum genap 30 tahun.87 Dalam kepemimpinannya, pendidikan dengan sistem klasikal mendapatkan perhatian serius disamping tetap mempertahankan pola salaf dan tetap menekankan pendidikan akhlak bagi para santrinya. Pada tahun 1985, putra ketiga KH Muhamad Zuhri, kakak KH. Munif
Muhamad,
pengembaraanya
yakni mencari
KH. ilmu
Nazhif di
Zuhri
Universitas
telah
pulang
Islam
dari
Madinah.
Kehadirannya semakin mempertajam sistem klasikal dan membawa angin segar bagi pesatnya kemajuan pondok-pesantren Girikusuma. Madrasah yang sudah ditata secara klasikal, lalu semakin dipertajam dengan materi penyajian dan pelajarannya dengan mendirikan Sekolah Islam Salaf (SIS) pada tahun 1986. Setiap santri baru yang datang ke Sekolah Islam Salaf pondokpesantren Girikesumo untuk menuntut ilmu harus melewati seleksi terlebih dahulu, seleksi tersebut bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman anak terhadap agama, sehingga berdasarkan seleksi atau tes tersebut dapat diketahui bahwa calon santri yang terlalu minim pengetahuannya tentang agama harus dimasukan kejenjang persiapan (I’dad) tanpa memandang umur mereka. Tidak sedikit dari wali santri yang sengaja menitipkan anaknya ke pondok-pesantren dengan tujuan agar anaknya dapat menjadi anak yang shalih, mau berbakti kepada orang tua dan dapat berguna bagi agama. Bagi wali santri prilaku anak akan menjadi sorotan tersendiri, sehingga tidak heran jika orang tua santri menitipkan anaknya agar dapat berprilaku baik.
87
Muzni Husnan, Selayang Pandang, Op. cit. hlm. 6.
Sedangkan keadaan santri pondok-pesantren Girikesumo hingga saat ini secara keseluruhan meliputi santri yang mengikuti program Sekolah Islam Salaf tercatat 250 santri terdiri dari santri putra 180 orang dan santri putri 70 orang. Santri yang mengikuti program sekolah formal dan madin berjumplah 300 santri terdiri dari 150 santri putra dan 150 santri putri. Jumplah santri yang telah selesai belajar dan sekarang mengabdikan diri pada pondok-pesantren berjumplah 50 orang. Jadi jumplah santri Sekolah Islam Salaf pondok-pesantren Girikesumo secara keseluruhan 250 + 300 + 50 = 600.88 Sarana pendidikan di sekolah Islam salaf
pondok-pesantren
Girikesumo meliputi asrama putra dan putri, auditorium, gedung sekolah Islam salaf, perpustakaan, leb komputer. Sarana olah raga meliputi ; lapangan minton, lapangan foli, padepokan untuk beladiri, dan tenes meja. Sementara itu, sarana kesejahteraan pondok-pesantren meliputi : koperasi, kantin, wartel yang semua itu di kelola oleh anak santri pondokpesantren Girikesumo. Untuk mempertegas dan menambah kiprahnya dalam dunia pendidikan dan keagamaan Sekolah Islam Salaf
Pondok-pesantren
Girikusuma, pada tahun 1997 dibentuklah “Yayasan Ky Ageng Giri” dengan akta Notaris nomor 1 Tanggal 2 Januari 1997, sebagai badan hukum. Dengan yayasan inilah kemudian berdiri SMP Ky Ageng Giri, SMU Ky Ageng Giri serta beberapa lembaga lainnya atas bimbingan KH Abdurrahman Wahid (Mantan ketua PBNU) yang menjadi penasehat yayasan tersebut, hingga pada akhirnya yayasan tersebut dalam perkembangannya telah memiliki 2 buah madrasah Diniah, 4 buah
88
hlm. 4.
Muzni Husnan, LPJ Sekolah Islam Salaf Pondok-pesantren GirikesumoTh 1427H.
Roudhotul Atfal/TK, satu buah madrasah Ibtidaiyah, 1 SMP, 1 buah SMU, dan dua buah pondok-pesantren Sekolah Islam Salaf
pondok-pesantren Girikesumo yang pada
awalnya memang ditangani sendiri oleh KH Nazhif Zuhri, sejak tahun 1999 setelah KH. Nazhif Zuhri wafat, kepengasuhan Sekolah Islam Salaf pondok-pesantren dan keseluruhan lembaga secara otomatis dibawah yayasan Ky Ageng Giri yang dibawah kepengasuhan KH. Munif Muhamad. Namun hal itu tidak menghalangi perkembangan pondokpesantren Girikesumo hingga saat ini. Keberadaan santri yang selalu dalam pengawasan pengasuh pondok-pesantren itu sendiri, menambah kemantapan bagi masyarakat yang
menitipkan
anaknya
di
pondok-pesantren,
karena
dengan
pengawasan santri secara ketat perilaku santri akan mudah di kontrol, sehingga santri yang ketahuan melanggar akan diarahkan secepatnya dengan jalan atau cara yang telah menjadi ketentuan pondok-pesantren.
3. Visi dan Misi Sekolah Islam Salaf pondok-pesantren Girikesumo sebagai lembaga non formal juga mempunyai fisi dan misi, karena fisi dan misi merupakan pokok tepenting dalam pendidikan. Visi Sekolah Islam Salaf pondok-pesantren Girikesumo adalah upaya meningkatkan mutu pendidikan non formal di lingkup pondokpesantren, sebagai lembaga yang betul-betul mendidik santri yang berakhlak dan dapat diterima dimasyarakat. Misi Sekolah Islam Salaf pondok-pesantren Girikesumo adalah menyebar luaskan ajaran Islam yang bersumber dari Al-Qur’an, Al-Hadis dan Ijma’ para Ulama dengan penuh keikhlasan dan tanggung jawab.89
89
Wawancara dengan Bpk. Muzni Husnan, ( kepala Sekolah Islam Salaf pondokpesantren Girikesumo), hari sabtu 18 Pebruari, Jam 10.00. WIB.
4. Struktur Organisasi Sekolah
Islam
salaf
pondok-pesantren
Girikesumo
dalam
menggerakan organisasinya dilengkapi dengan susunan kepengurusan. Struktur kepengurusan sekolah Islam salaf secara rinci sebagi berikut : Struktur organisasi sekolah Islam salaf terdiri dari : Pengasuh
: KH. Munif Muhamad Zuhri
Ketua Umum
: Muzni Khusnan, S.Ag.
Sekretaris
: Shodik Yusuf
Ketua Pondok Putra
: Zamakhsyari Hasim
Sekretaris
: Khoiruman
Bendahara
: Umar Wasdaan
Bidang-bidang
:
- Hubungan masyarakat
: Ahmad Munawar M.Amin Abdul Razak
- Keamanan dan ketertiban
: Asrori Ahmad Saad Hanafi Madhan
- Sarana dan prasarana
: M. Soni A. Aziz
- Kebersihan
: Nur Aly Al Mubarok
Ketua Pondok putri
: Sunatun Mahmudah
Sekretaris
: Eva Rosiana
Bendahara
: Dwi Yuniasih
Bidang-bidang
:
- Hubungan masyarakat
: Nur Ainah Sakinah
- Keamanan dan ketertiban
: Sri Utari
Dwi Yuniasih - Kebersihan
: Qurotul Aini Zakiyah Khamidah
5. Kurikulum Sekolah Islam Salaf Pondok-Pesantren Girikesumo Kurikulum Sekolah Islam Salaf
pondok-pesantren Girikesumo
disetarakan dengan kurikulum pendidikan formal, yaitu pelajaran yang diberikan dan disusun berdasarkan kurikulum tetap yang berlaku untuk semua santri Sekolah Islam Salaf pondok-pesantren Girikesumo, akan tetapi kurikulum yang di rumuskan dengan ketetapan pesantren. Secara umum, karena memang kurikulum pondok-pesantren itu berbeda-beda, maka jangan heran jika kurikulum sekolah Islam salaf pondok-pesantren Girikesumo tidak sama dengan kurikulum pondokpesantren yang lain terutama dalam merumuskannya. Dalam kurikulum yang ditetapkan, untuk kurikulum lama meliputi tujuan pembelajaran umum dan tujuan pembelajaran khusus pada setiap bab dan sub bab. Kemudian untuk komposisi jam setiap mata pelajaran adalah 34X 45 menit dalam satu semester.90 Dan sekarang sekolah Islam salaf pondok-pesantren Girikesumo sudah mulai menerapkan kurikulum baru yang disetarakan dengan kurikulum berbasis kompetensi (KBK), dengan ketentuan pesantren dan berlaku untuk semua santri sekolah Islam salaf
pondok-pesantren
Girikesumo. Tujuan dirumuskannya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) adalah karena mengingat tujuan pondok-pesantren Girikesumo yang memang harus terjun kemasarakat setelah mereka pulang kekampung halamannya masing-masing, maka kurikulum baru harus disesuaikan dengan kebutuhan masarakat, dalam arti sekolah Islam salaf pondok-
90
Muzni Husnan, Khoiruman Afwan, GBPP Sekolah Islam Salaf Th.1423 H.
pesantren Girikesumo harus sudah saatnya menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi secara mandiri. Materi yang diajarkan di sekolah Islam salaf secara keseluruhan meliputi berbagai jenjang sebagai berikut :
NO
I’DAD
MUTAWASIT
TSANAWI
1
Al Qur’an
Al Qur’an
Al Qur’an
2
Hadis
Hadis
Hadis
3
Tauhid
Tauhid
Tauhid
4
Fiqh
Fiqh
Fiqh
5
Qowa’id
Qiro’ah
Qowa’id
6
Safahi
Nusus
Tafsir
7
Qiroah
Nahwu
Ulumul Qur’an
8
Tahriri
Akhlak
Ulumul Hadis
9
Nusus
Safahi
Usul Fiqh
10
Akhlak
Tahriri
Qowa’id Al-Fiqh
11
Khot impla’
Tafsir
Faro’id
12
Nahwu
Khot dan impla
Tsaqofah
13
Sorof
Sorof
Siroh
Siroh
Manahijul bahs
14 15
Balaghoh
16
Turuqu attadris
17
Tarikh tasyri’
6. Kegiatan Belajar Mengajar Di Sekolah Islam Salaf Pondok-Pesantren Girikesumo. Kegiatan belajar mengajar di sekolah Islam salaf pondok-pesantren Girikesumo meliputi :
a. Pembelajaran bagi santri salaf. Santri salaf yaitu santri yang mengikuti program Sekolah Islam Salaf secara keseluruhan baik intra maupun ekstra kurikuler. Program pembelajaran di sekolah Islam salaf pondok-pesantren Girikesumo itu terbagi menjadi dua, yaitu intra kurikuler dan ekstra kurikuler. Masing-masing program pembelajaran dapat di jelaskan sebagai berikut : ' Intra Kurikuler Intra kurikuler sekolah Islam salaf pondok-pesantrn Girikesumo berupa sekolah non formal dengan menggunakan sistem klasikal, dengan alokasi waktu jam 7 pagi hingga jam 11. 30. siang. Program ini diikuti oleh semua santri salaf yang nyatri di pondokpesantren Girikesumo, yang meliputi empat jenjang pendidikan sebagai berikut : a.
I’dad yaitu sekolah persiapan bagi santri baru yang belum punya bekal
ilmu agama sama sekali, sekolah I’dad ditempuh selama
satu tahun. b.
Mutawasit sederajat dengan tingkat Tsanawi ditempuh selama tiga tahun.
c.
Tsanawi sederajat dengan tingkat Aliyah ditempuh selama tiga tahun.
d.
Sekolah Tinggi (Ma’had Aly), ditempuh sekurang-kurangnya dua tahun. Metode merupakan komponen proses belajar mengajar yang
sangat penting. Yang dimaksud dengan metode megajar ialah cara yang dipergunakan guru (ustadz) dalam mengadakan hubungan dengan siswa (santri) dan pada saat berlangsungnya pengajaran. Dengan demikian metode merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Karena metode berperan sebagai alat mencapai tujuan pendidikan, maka
seorang pendidik diharapkan dapat memilih metode yang tepat agar materi pelajaran yang disampaikan dapat difahami oleh santri. Metode pengajaran yang diterapkan di sekolah Islam salaf pondok-pesantren Girikesumo, menggunakan metode pengajaran sebagai berikut : a.
Metode Ceramah Metode ceramah yaitu memberikan pengertian dan uraian suatu masalah/materi, metode ini diterapkan oleh guru pada saat guru menyampaikan mata pelajaran fiqih, tauhid, tafsir, dan semua materi yang perlu menggunakan metode ceramah.
b.
Metode Hafalan. Metode hapalan yaitu guru memerintahkan siswanya untuk menghafalkan salah satu materi, metode ini diterapkan oleh guru pada saat guru sedang menyampaikan mata pelajaran Hadis dan Al Qur’an. Caranya santri disuruh untuk menghapalkan Hadis dan Al Qur’an dihadapan guru.
c.
Metode Tanya Jawab. Metode Tanya jawab yaitu terjadinya komunikasi dua arah antara guru dan siswa, metode ini di terapkan untuk mengantisipasi apabila santri merasa jenuh, mengantuk dan bermain sendiri.
d.
Metode Demonstrasi. Metode demonstrasi yaitu menggunakan peraga untuk memperjelas atau
menunjukan
sebuah
masalah/menyampaikan
materi.
diterapkan oleh guru agar santri lebih mudah dalam memahami pelajaran. e.
Metode Cerita. Metode cerita yaitu guru saat menyampaikan materinya dengan menggunakan cerita, metode ini di terapkan oleh guru dengan tujuan agar santri dapat meresapi inti dari cerita tersebut, sehingga
santri dapat mengambil hikmahnya dan dapat mengaplikasikannya kedalam perilaku kehidupannya.91 Materi pelajaran yang diajarkan meliputi tiga bidang yaitu : Pertama ; bidang agama meliputi Al Qur’an, Al Hadist, fiqh, tauhid, perbandingan agama, tasawuf dan akhlak. Kedua ; bidang bahasa dan gramatika yang materinya meliputi bahasa arab dan inggris. Ketiga ; bidang sosiologi Islam yang materinya meliputi sejarah nabi, sejarah Islam, tsaqofah Islamiah, dan siasah.92 ' Ekstra Kurikuler Ekstra kurikuler sekolah Islam salaf
pondok-pesantren
Girikesumo meliputi aspek ilmiah, kesenian dan olah raga. a. Aspek Ilmiah meliputi : 1.
Pengajian Tahfid Qur’an. Pengajian ini dilaksanakan dengan dua program, yaitu program Binnadhor dan program Bilgho’ib dengan alokasi waktu setelah ashar.93
2.
Mengaji Kitab Mengaji kitab ini dilaksanakan dengan sistem bandongan atau sorogan yang disesuaikan dengan tingkatannya masing-masing. Adapun materi yang dikaji meliputi fiqh, hadist, tafsir, tasawuf dan akhlak.94 Metode yang diterapkan dalam penyampaiannya, adalah : a. Metode Bandongan. Pengajian dengan menggunakan metode bandongan yaitu dilakukan
oleh
santri-santri
senior,
kiai
memberikan
pengajaran kitab-kitab klasik dengan membacakan dan 91
Wawancara, Op. cit Muzni Husnan, Selayang Pandang, Opcit. hlm. 10. 93 Muzni Husnan, LPJ Sekolah Islam Salaf, Pondok-Pesantren Girikesumo , hlm. 3. 94 Muzni Husnan, Selayang Pandang, Opcit. hlm. 16. 92
menerangkan didepan para santri, pengajian dengan metode ini dilakukan bersama-sama secara klasikal. b. Metode Sorogan. Metode sorogan ini di gunakan dalam pengajian kitab-kittab klasik yang di berikan pada santri pemula. Caranya santri membacakan kitab didepan ustazh secara individual, atau ustazh membacakan kitab yang dibawa oleh masing-masing santri kemudian di ikuti oleh santri sampai ia mengerti dan faham apa yang telah disampaikan dan diajarkan oleh ustazh. Apabila ada kesalahan maka ustazh biasanya langsung membetulkan dan menjelaskannya kembali. c. Metode Halaqoh. Metode halaqoh memahami
adalah santri disuruh diskusi untuk
maksud
atau
isi
kitab
bukan
untuk
mempertanyakan salah dan benarnya isi kitab. d. Metode Musyawarah. Metode musyawarah di gunakan untuk mengingatkan santri, apabila ada pembahasan yang telah lampau yang tidak dapat diingat dan atau mengalami kesulitan dalam menganalisis maksud dari isi kitab. 3.
Muzhakaroh. Muzhakaroh difungsikan oleh para santri untuk mengingat pelajaran sekolah yang telah lampau dengan alokasi waku jam 08.00 malam (setelah isya’) sampai jam 10.30. Pada saat muzhakaroh, santri dipimpin oleh santri senior sesuai dengan kelas masing-msing. Dan tugas santri senior bekerja mengarahkan para santri zunior bila terdapat kesalah pahaman, atau ditemui pemahaman yang kurang lurus.
b. Aspek kesenian meliputi latihan drumbend. c. Aspek olah raga meliputi latihan sepak bola, bola voli, tenes meja, sepak takrao, bela diri.95
b. Pembelajaran bagi santri non salaf. Santri non salaf yaitu santri yang mengikuti program sekolah formal di luar sekolah Islam salaf sehingga mereka harus mengikuti program sekolah Islam salaf diluar jam non formal sekolah Islam salaf yang meliputi ; Fashalatan, Arba’u al-Rasa’il, Mukhtar al-Ahadits, Risalatu al-Mahith, Fatkhu al-Karib, dan Bulughu al-Maram.96 Masing-masing materi pengajian tersebut diatas disesuaikan dengan tingkatan kelas masing-masing. Pembelajaran bagi santri non salaf juga diikuti oleh santri kalong, karena santri kalong pada umumnya berdomisili di rumah dekat pesantren, sehingga mereka lebih suka mendatangi pesantren pada saat kegiatan mengaji saja. Sedangkan diluar jam belajar mereka ( santri kalong ) mengisi kegiatannya dengan membantu orang tua mereka.
B. PENDIDIKAN AKHLAK PADA SANTRI SEKOLAH ISLAM SALAF PONDOK-PESANTREN GIRIKESUMO a. Tujuan Pendidikan akhlak di Sekolah Islam Salaf Pondok-Pesantren Girikesumo Ada empat tujuan pendidikan yang dirumuskan oleh sekolah Islam salaf pondok-pesantren Girikesumo yaitu : 1. Menyebarkan ajaran Islam keseluruh umat. 2. Mendidik para santri agar berpegang teguh pada ajaran Islam, dengan berbekal ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang membuat mereka
95 96
mampu
berdakwah
Ibid. hlm. 12. Muzni Husnan, LPJ, Opcit. hlm. 3.
serta
mampu
memecahkan
problematika umat menurut petunjuk Al Qur’an, Hadis dan Ijma para ulama. 3. Menanamkan semangat memiliki Islam dengan memberikan latihan-latihan praktis baik dalam kehidupan individu maupun sosial. 4. Membentuk santri yang berakhlak mulia.97 Berdasarkan data yang telah dipaparkan oleh penulis diatas, tujuan pendidikan sekolah Islam salaf pondok-pesantren Girikesumo yang keempat adalah membentuk santri yang berakhlak mulia. Ini tentunya mempunyai tujuan tersendiri yaitu : a.
Santri dapat bersikap sopan santun.
b.
Santri dapat menghargai dan menghormati dengan orang lain
c.
Berperilaku, berbicara, dan berpakaian dengan sopan. Beberapa indikator yang diharapkan oleh Sekolah Islam Salaf
pondok pesantren Girikesumo dalam pendidikan akhlak pada santri adalah sebagai berikut : 1.
2.
3.
97
Indikator pada santri. a.
Secara psikologis santri dapat bersikap sopan santun.
b.
Giat melakukan ajaran Islam.
c.
Mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi.
Indikator pada keluarga. a.
Santri lebih menghormati pada kedua orang tua.
b.
Senang membantu kesulitan orang tua.
Indikator pada masyarakat. a.
Menghormati dan menghargai masyarakat.
b.
Dapat diterima oleh masyarakat dengan baik.
c.
Dapat di jadikan sebagai suri toladan yang baik.98
Muzni Husnan, Selayang Pandang, Sekolah Islam Salaf Pondok-pesantren Girikesumo, hlm. 14. 98 Wawancara , dengan Bpk Muzni Husnan ( Kepala Sekolah Islam Salaf ), pada hari minggu tanggal 19 Februari 2006, Jam. 09. 00.
b. Metode dan Pendekatan Pendidikan Akhlak di Sekolah
Islam Salaf
Pondok-Pesantren Girikesumo 1. Metode Pendidikan Akhlak. Ada enam metode pendidikan akhlak yang diterapkan di Sekolah Islam Salaf Pondok-pesantren Girikesumo yakni : a.
Metode Keteladanan Keteladanan yang dimaksud adalah dengan memberi contohcontoh yang baik terhadap santri, oleh sang kiai atau ustadz dan paling tidak orang yang lebih besar dari para santri, pemberian contoh ini dilakukan untuk semua aktivitas di pesantren yang berkaitan dengan ibadah-ibadah ritual, misalkan shalat berjamaah, shalat tahajud, shalat duha, shalat sunah rawatib, berpuasa setiap senin dan kamis, dan ibadah lain yang berhubungan dengan keagamaan. Selain itu kiai atau ustadz juga memberikan contoh dalam pergaulan yang baik dengan teman-temanya, dan contoh cara belajar yang evektif.
b.
Metode Latihan dan Pembiasaan. Mendidik dengan latihan dan pembiasaan adalah mendidik dengan cara memberikan latihan-latihan terhadap suatu norma, kemudian santri membiasakannya untuk melakukan. Metode ini di gunakan oleh sang kiai atau ustadz untuk melatih santri, agar para santri tidak merasa keberatan dalam mengamalkan nilai-nilai keagamaan, terutama dalam melakukan ibadah, dan membiasakan perilaku yang sopan.
c.
Metode Ibrah (Mengambil pelajaran) Ibrah secara sederhana dapat diartikan sebagai renungan dan memikirkan, kemudian secara umum ibrah dapat diartikan mengambil pelajaran dari peristiwa, artinya santri setelah mengalami peristiwa-peristiwa yang belum pernah ia jumpai agar diambil hikmahnya.
d.
Metode Mauizhah (Nasihat) Dalam metode ini meliputi tiga pokok : 1.
Uraian yang mencakup kebaikan yang harus dilakukan dan kejelekan yang harus ditinggalkan, dalam hal ini misalkan keharusan berjamaah, kerajinan dalam berpakaian, sopan santun terhadap lingkungan, dan sopan santun terhadap sang pencipta (Allah). Kejelekan yang harus ditinggalkan meliputi semua perbuatan yang bertentangan dengan norma keagamaan (kemaksiatan), misalkan mencuri, berbohong, melangar shalat lima waktu, dan lain sebagainya.
2.
Motivasi
agar
santri
dapat
melakukan
kebaikan
dan
meninggalkan kejelekan. 3.
Peringatan tentang bahaya yang akan muncul bagi orang yang melakukan kejelekan (dosa).
e.
Metode Tanghib wa Ta’zhib Metode bujukan, caranya pendidik memberikan janji-janji yang disertai bujukan agar santri tertarik untuk melakukan kebaikan dan menjauhi kejahatan. Metode ancaman, caranya seorang pendidik menakut-nakuti bagi anak santri yang berbuat tidak benar. Metode ini bertujuan agar santri merasa takut untuk melakukan pelanggaran-pelanggaran.99
f.
Metode Kedisiplinan Metode ini hampir sama dengan metode pemberian hukuman atau sangsi. Tujuannya untuk menumbuhkan kesadaran dan kedisiplinan pada jiwa santri. Dengan metode ini maka memerlukan ketegasan dan kebijaksanaan. Yang dimaksud ketegasan disini santri senior mengambil tindakan bagi anak yang melanggar, sedangkan
99
Ibid.
kebijaksanaan yang dimaksud pengurus harus adil dan arif dalam memberikan sangsi, artinya tidak terbawa emosi. Untuk mengantisipasi perilaku santri yang tidak baik ada beberapa aturan yang diterapkan dalam pendidikan akhlak oleh Sekolah Islam Salaf pondok-pesantren Girikesumo, melalui beberapa tata tertib pondok-pesantren sebagai berikut : a. Tertib Waktu. Tertib waktu merupakan upaya pondok-pesantren untuk membentuk kedisiplinan santri, terutama berkaitan dengan aktifitas pesantren, santri yang sudah terbiasa disiplin dengan memperhatikan
waktu
tentunya
mereka
akan
selalu
memanfaatkan waktunya dengan baik, artinya mereka tidak akan membuang-buang waktu dengan kegiatan yang tidak ada manfaatnya misalkan bermain. Tertib waktu ini meliputi : 1. Santri wajib mengikuti kegiatan pondok-pesantren dan sekolah tepat pada waktunya. 2. Santri dilarang meninggalkan pondok-pesantren kecuali atas izin rais al am atau pengurus yang berwenang. 3. Santri diperbolehkan pulang pada saat liburan semester atau hari raya kecuali karena berhalangan. 4. Santri
wajib
mengikuti
jamaah
shalat
setelah
azhan
berkumandang. 5. Santri wajib membayar SPP paling lambat tanggal 10 pada setiap bulan. b. Tertib Kegiatan. Tertib kegiatan ini juga dapat melatih santri untuk membiasakan pererbuatan kebaikan, dengan kebiasaan yang dilakukan oleh santri, kegiatan tersebut akan menjadi hal yang biasa dan lumprah, sehingga kegiatan yang sudah tertata ini tidak memberatkan bagi santri.
Tertib kegiatan ini meliputi : 1. Santri wajib mengikuti shalat berjamaah di masjid. 2. Santri harus mengikuti istighosah setiap malam kamis. 3. Santri putra dianjurkan mengikuti ziarah kubur setiap hari kamis. 4. Santri harus mengikuti yasinan malam jum’at. 5. Santri harus mengikuti acara maulid atau dibaan setiap malam jum’at. 6. Santri harus mengikuti tadarusan setelah shalat lima waktu terutama setelah shalat maghrib. Semua kegiatan diatas merupakan kegiatan yang bersifat ta’limi atau mendidik para santri agar terbiasa. c. Tertib Diri. Tertib diri ini yang dimaksud santri dapat berpenampilan dengan wajar dengan penampilan yang Islami, Tertib diri ini bertujuan agar santri terbiasa mengatur penampilanya serta mau menjaga etika santri. Tertib diri ini meliputi : 1.
Santri harus berpakaian sopan sesuai dengan etika santri.
2.
Santri harus berpakaian peci, baju, sarung, untuk putra, dan berjilbab untuk putrid ketika keluar pondok-pesantren.
3.
Santri dilarang berpakaian ketat atau berlebihan.
4.
Santri harus berpenampilan rapi.
d. Tertib Pergaulan. Pergaulan itu biasanya menjadikan perhatian husus dari masyarakat, sehingga santri memang harus berhati-hati dalam masalah pergaulan. Tertib pergaulan ini bertujuan agar santri terbiasa bergaul dengan baik dan tidak mudah terpengaruh oleh lingkungan luar ( Non pesatren ). Tertib pergaulan ini meliputi : 1.
Santri harus menghormati yang lebih besar dan mengasihi yang lebih kecil.
2.
Santri harus bertutur dan bersikap sopan terhadap semua orang.
3.
Santri harus mengucap salam ketika masuk kamar dan bertemu dengan temannya dijalan.
4.
Santri dilarang membuat perskongkolan yang tidak baik.
5.
Sanhtri dilarang mengunakan milik orang lain tanpa seizing yang punya.
6.
Santri harus menjaga almamater pondok.
e. Tertib Lingkungan. Yang dimaksud dengan tertib lingkungan adalah agar santri terbiasa hidup teratur dan dapat dijadikan contoh bagi yang lain. Tertib lingkungan ini meliputi : 1.
Santri harus menjaga kebersihan lingkungan.
2.
Santri harus memelihara fasilitas pondok.
3.
Santri dilarang corat-coret ditembok terutama lingkungan pesantren.
4.
Santri dilarang tidur di luar pondok.
5.
Santri harus minta izin jika akan keluar kawasan pondok.100
Agar peraturan tersebut bisa berjalan dengan wajar maka, Sekolah Islam Salaf pondok-pesantren Girikesumo memberikan beberapa sangsi bagi santri yang melanggar peraturan tersebut sesuai dengan tingkat kesalahan yang mereka lakukan. Deskripsi sangsi dan pelanggaran tata tertib santri pondokpesantren Girikesumo dapat di jelaskan sebagai berikut : Jenis
No 1
Pelanggaran Terlambat kegiatan
Skor 1
3X 2
Berpakaian tidak sopan
100
Sangsi Sangsi pelanggaran menurut jumplah skor, pelanggaran dengan
1
ketentuan sebagai berikut : 1. Peringatan 1
Muzni Husnan, dkk., Panduan Pondok-pesantren Girikesumo, hlm. 6.
3
Tidak tertib kegiatan
4
Keluar kegiatan
3. Peringatan 3
sebelum waktunya
4. Menulis basmalah 115 X
R I
5
N G
1
6
Penampilan
1
Tidur pada tempat
1
8
Membuat keributan
2
9
Tidak piket
2
2
Merokok
2
2
Membawa,
2
13. Percikan air kewajah oleh
14. Disiram air di depan umum oleh semua santri
menyimpan benda
15. Penyoretan wajah dengan
berbahaya 1
Membnyikan radio
3
arang oleh semua santri
2
Nonton TV
3
16. Diam di WC selama sehari
3
Berkata dan berbuat
3
S 4
Merusak prasarana
3
D
5
Tidak masuk
4
A
Keluar pondok tanpa
19. Pemanggilan orang tua dan skor 1 minggu 20. Pemanggilan orang tua untuk
kegiatan tanpa nizin 6
17. Gundul 18. Pemanggilan orang tua
tidak sopan
E
N
halamannya
semua santri
kebersihan 13
masjid dan kamar kecil/WC
membersihkan WC
terlarang Melanggar aturan
pondok 100X
12. Menguras dan
dilingkungan
12
9. Lari keliling komplek
11. Membersihkan pondok dan
elektronik 11
8. Di jemur sambil membaca
10. Membersihkan komplek
kebersihan Menggunakan alat
X
nazhom alfiah
yang dilarang
10
5. Menulis shalawat 313 X
7. Membaca Al Qur’an 5 juz
berlebihan 7
2. Peringatan 2
6. Menulis surat Al Fatihah 115
panjang, botak.
A N
Rambut, kuku
1
5
peringatan terakhir
G
izin 7
Membawa,
5
Catatan :
membaca buku
Setiap pelanggaran maka skor akan
porno
B
1
Membuat izin palsu
6
ditambah dengan sangsi yang telah
2
Menemui santri
6
ditentukan.
E
putrid atau
R
sebaliknya tanpa
A
izin
T
21. Pulang
3
Pulang tanpa izin
7
4
Membawa
10
mengkonsumsi narkoba 5
Pacaran
10
6
Mencuri
10
7
Berkelahi
10
Semua tata-tertib yang di terapkan diatas merupakan upaya yang di terapkan oleh pesantren agar santri dapat berprilaku sebagaimana layaknya seorang santri yang mempunyai sopan santun terhadap sesama serta ramah terhadap lingkungan, dan pada akhirnya akan tercipta suasana yang tenang dan damai. Ada dua cara yang di gunakan oleh pondok-pesantren Girikesumo dalam mengawasi para santrinya ; 1.
Mengawasi perilaku santri secara langsung. Yang dimaksud mengawasi perilaku santri secara langsung adalah santri di tempatkan dalam sebuah asrama, dan secara otomatis mereka akan berada dalam pengawasan pengasuh atau pengurus pondok-pesantren baik dalam berbicara, berpakaian, bergaul dan semua perilaku yang berkaitan norma Islam.
2.
Mengawasi perilaku santri secara tidak langsung.
Yang dimaksud mengawasi perilaku santri secara tidak langsung adalah pada saat santri berada di rumah pengurus pondok-pesantren berhubungan atau bekerjasama dengan wali santri agar mengawasi perilaku dan perkembangan anak mereka diluar pesantren. Dengan cara seperti ini akan sangat efektif bagi pengurus pondok pesantren untuk mengawasi para santrinya.101
2. Pendekatan Pendidikan Akhlak Ada dua pendekatan pendidikan akhlak pada santri sekolah Islam salaf pondok-pesantren Girikesumo, yaitu : a.
Pendekatan Ta’limi. Pendekatan ta’limi merupakan pendekatan yang bersifat teoritis, pendekatan tersebut lebih ditekankan pada aspek kognitif. Pendekatan ta’limi di pondok-pesantren Girikesumo itu berhubungan dengan pengajaran yang meliputi kurikuler dan ekstra kurikuler. Kurikuler meliputi sekolah formal dilingkup pesantren yang dipenuhi dengan beberapa mata pelajaran dengan alokasi waktu pagi jam 7 sampai siang jam 11.30. Sedangkan ekstra kurikuler meliputi pengajian
kitab-kitab
klasik
dengan
menggunakan
metode
bandongan dan sorogan, muzhakarah, dan tahfizd al Qur’an. Pendekatan tersebut bertujuan untuk membentuk karakter santri secara zhahiriah, sehingga santri merasa terbekali dengan pendekatan ta’limi yang diterapkan oleh sekolah Islam salaf setelah mendapatkan bekal yang cukup, santri dapat mengamalkannya sesuai dengan yang diajarkan. Dampak pendekatan ta’limi lebih terfokus pada aspek jasmaniah, karena pendekatan tersebut berkaitan dengan sesuatu yang bersifat teoritis, sehingga sasaranya adalah afektif dan psikomotorik, misalkan dalam pola berbicara, berpakaian, bergaul 101
20.00.
Wawancara dengan Bpk. Mukhlas ( Ustazd ), pada hari sabtu 18 Februari 2006 Jam
dan semua yang berhubungan dengan perilaku santri, harus di sertai dengan akhlak yang mulia. Adapun hikmah pendekatan ta’limi bagi santri adalah, secara kognitif santri dapat mengetahui semua aspek pengajaran yang di berikan oleh sekolah Islam salaf baik ekstra maupun intra kurikuler yang meliputi beberapa mata pelajaran. Selain itu santri dapat mengetahui dan mempraktekan ajaran tersebut dalam prilaku seharihari.102 b.
Pendekatan Irsyadi. Pendekatan irsyadi merupakan pendekatan yang bersifat spiritual, pendekatan tersebut penekanannya meliputi penekanan langsung dan penekanan yang tidak langsung. Yang di maksud dengan penekanan langsung adalah sesuatu yang berkaitan dengan praktek amalan-amalan dari guru seperti Mujahadah, Istighosah dan Yasinan. Sedangkan penekanan yang tidak langsung lebih terfokus pada aspek afektif dan psikomotorik. Penekanan langsung ini sudah terjadwal secara teratur dengan penentuan jadwal dan waktu yang sudah di sesuakan oleh pihak pesantren. Acara Mujahadah dan Istighosah para santri membaca auradan yang dilaksanakan setiap satu minggu satu kali yaitu pada malam kamis setelah shalat maghrib, acara tersebut di hadiri oleh semua santri baik santri senior maupun santri yunior. Sedangkan pembacaan dalam acara tersebut adalah pembacaan ; Basmalah 115, Shalawat 313, Yahayu yaa kayyum 313 disertai Birahmatika nastaghits satu kali, dan membaca Yaa fattahu yaa fattahu 115. selanjutnya membaca surat al Fatihah, al Ihlas, al Falak, al Nas dilanjutkan dengan bacaan tahlil 100 kali kemudian membaca do’a dan setelah do’a membaca lafal sebagai berikut :
102
Wawancara, Op.cit.
# ﺎﺮﻧ ﺸ ﺒﻳ ﻦ ﻤ ﺣ ﺮ ِﺍ ﱠﻥ ﺍﻟ
ﺝ ِ ﺮ ﻴ ِﻖ ِﺍﻻﱠ ﺍﹾﻟ ﹶﻔﻀ ﺪ ﺍﻟ ﻌ ﺑ ﺎﻣ # ﻬﺪِﻱ ﻰ ﹾﺍ ﹶﳌ ﻠﷲ ﻋ ِ ﺕﺍ ﺍﺻﹶﻠﻮ ﻬ ِﺞ ﻨﱃ ﺍﻟ ﺱ ِﺍ ﹶ ﺎﹾﺍﳍﹶﺎ ِﺩ ﺍﻟﻨ # ﻭﺑِﺎﹶﻟ ِﻪ ﺏ ِﺑ ِﻪ ﺭ ﺎﻳ 103 . x2 ﺝ ِ ﺮ ﻭﺑِﺎﹾﻟ ﹶﻔ ﺼ ِﺮ ﻨﺠ ﹾﻞ ﺑِﺎﻟ ﻋ Auradan yang di baca setiap ahad wage adalah Ratibu alAtas. Ratibu al Atas merupakan bentuk amalan yang diberikan oleh habib Ali al Atas dari pekalongan.104 selanjutnya aurad yang dibaca setelah shalat maghrib adalah Al Qur’an surat Al Ma’un, Al Ihlas, Al Fatihah, dan Do’a.105 Dan auradan yang di baca setiap setelah shalat maghrib dan subuh adalah syahadat.106 Dan yang terahir adalah membaca Al Qur’an surat yasin setiap malam jum’at setelah maghrib. Tujuan pendekatan irsyadi adalah untuk membentuk karakter santri melalui batiniah, karna orang yang suci hatinya akan mudah untuk menerima Nur atau cahaya dari Allah, dan ia akan mudah untuk menerima ilmu agama yang diberikan melalui pendekatan ta’limi, sehingga dengan kerjasama antara pendekatan ta’limi dan pendekatan irsyadi, masing-masing kedua pendekatan tersebut dapat membentuk karakter santri yang baik dengan mudah. Dan berbagai corak kemaksiatan akan mengalami kesulitan, karena kedua pendekatan tersebut sudah menyatu dalam jiwa santri sama-sama membentuk karakter.
103
Muzni Husnan, Khoiruman Afwan, Majmu’at al Aurad, ( Ma’had Girikesumo, 1425 H. ), hlm. 1-3. 104 Ibid. hlm. 4. 105 Ibid. hlm. 20-23. 106 Ibid. hlm. 24.
Dampak pendekatan irsyadi terfokus pada dua aspek yaitu ruhani dan jasmani, dampak pada ruhani terbentuk dalam penyucian, penyejukan dan penenang hati. Sedangkan dampak pada jasmani adalah adanya upaya untuk menahan dari perbuatan-perbuatan kemaksiatan.107 Adapun hikmah pendekatan irsyadi adalah, secara spiritual santri dapat merasakan ketenagan hati, jiwa dan pikiran, karena dengan rasa ketenagan yang sudah menyatu dalam jiwa mereka maka terbentuklah suatu karakter yang baik.108
107 Wawancara dengan Bpk. Muzni Husnan (Kepala Sekolah Islam Salaf ), pada hari selasa 21 Februari 2006, Jam 08.00. 108 Wawancara. Ibid.
BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK PADA SANTRI SEKOLAH ISLAM SALAF PONDOK-PESANTREN GIRIKESUMO
Semua teori yang telah di gunakan oleh penulis diatas untuk mengumpulkan data dilapangan, pada akhirnya akan menghasilkan sebuah analisis dengan tekhnik analisis yang di gunakan oleh penulis yaitu analisis non statistik dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Analisis ini akan dibahas melalui dua sub sebagai berikut : A. Analisis Tujuan Pendidikan akhlak di Sekolah Islam Salaf PondokPesantren Girikesumo Dalam bab dua telah di sebutkan bahwa tujuan itu merupakan sasaran yang akan di capai oleh pendidik setelah melewati beberapa proses pendidikan, padahal setiap pendidikan
pasti mempunyai tujuan, oleh
karena itulah tujuan pendidikan akhlak di sekolah Islam salaf pondokpesantren Girikesumo, merupakan inti dari sebuah proses pendidikan yang di terapkan oleh pondok-pesantren itu sendiri. Tujuan pendidikan itu di samping sebagai motifasi juga dapat berfungsi sebagai tolok ukur sebuah pendidikan, karena tanpa adanya tujuan yang pasti, pendidikan menjadi tidak jelas, selanjutnya apabila pendidikan tidak jelas maka tidak akan mendapatkan sasaran yang pasti. Sekolah Islam salaf pondok-pesantren Girikesumo memiliki empat tujuan pendidikan yang salah satunya adalah membentuk santri yang ber akhlak mulia, ini menunjukan bahwa betapa pentingnya pendidikan akhlak dalam sekolah Islam salaf pondok-pesantren Girikesumo. Pendidikan akhlak pada santri sekolah Islam salaf pondokpesantren Girikesumo memang di jadikan sebagai tujuan utama, karena tujuan tersebut adalah tujuan yang dapat mewarnai pendidikan Islam di pesantren, sehingga realisasinya paling tidak santri dapat terhindar dari perbuatan tercela, dan itupun melalui banyak proses termasuk dengan
menggunakan metode dan pendekatan dalam pendidikan akhlak yang harus di terapkan.
B. Analisis Metode dan pendekatan pendidikan akhlak di Sekolah Islam Salaf pondok-pesantren Girikesumo. 1. Analisis Metode pendidikan akhlak di Sekolah Islam Salaf pondokpesantren Girikesumo. Secara metodologis enam Metode pendidikan akhlak yang diterapkan di Sekolah Islam Salaf Pondok-pesantren Girikesumo telah memberikan banyak perubahan bagi perilaku santri, dengan tingkat perkembangan pendidikan akhlak yang di terapkan pada santri sekolah Islam salaf tersebut. Perjalanan yang di tempuh oleh pesantren dalam pendidikan akhlak dapat dianalisis oleh penulis pada masing-masing metode sebagai berikut : 1. Metode Teladan Metode Teladan yang di terapkan oleh kiai atau ustazh di sekolah Islam salaf pondok-pesantren Girikesumo, lebih di tekankan pada pembentukan perilaku yang berhubungan dengan keteladanan terhadap tuhannya, hal ini mengacu pada ketaatan dalam melakukan ibadah seperti shalat, puasa, dan ibadah yang lain yang melibatkan hamba dengan tuhannya, dalam metode ini memang sudah menjadi kewajiban mereka memberikan contoh-contoh yang baik terhadap para santri agar di tiru, contoh-contoh praktis seperti berpakaian, berbicara, bergaul dan lain sebagainya yang diberikan kepada santri merupakan contoh yang sangat sederhana, akan tetapi tanpa menggunakan contoh-contoh seperti ini proses pendidikan akhlak di sekolah Islam salaf
pondok-pesantren juga belum bisa dianggap
berhasil. Perilaku yang dapat di jadikan sebagai ukuran keberhasilan pendidikan akhlak di pondok-pesantren adalah, munculnya etika
anak santri yang sudah sesuai dengan ajaran Islam, artinya apabila ada perilaku santri yang tidak sesuai dengan ajaran Islam berarti pendidikan akhlak belum bisa dikatakan berhasil. Pada umumnya pondok-pesantren yang menggunakan metode teladan itu mengalami keberhasilan, seperti apa yang telah di katakan oleh ahli pendidikan dalam bab dua bahwa pendidikan dengan metode teladan itu paling berhasil, karena anak pada umumnya akan merasa
mudah
dalam
menerima
contoh-contoh
keteladanan
dibanding contoh secara lisan. Penerapan metode teladan dalam pendidikan akhlak itu sangat efektif, karena mengingat kondisi anak yang sangat kritis terhadap permasalahan yang dihadapi, sehingga anak tidak akan mudah menurut dengan perkataan semata, akan tetapi anak lebih cenderung untuk
meniru
perbuatan
pendidik.
Sehingga
pendidik
yang
berperilaku jelek atau tidak layak untuk di tiru, nasihatnya tidak akan didengarkan oleh anak. 2. Metode Latihan atau Pembiasaan Metode latihan atau pembiasaan yang diterapkan pada santri dapat dikatakan lebih efektif, karena dengan metode tersebut santri dapat melakukan kebaikan-kebaikan tanpa ada unsur paksaan, artinya dengan kebiasaan yang dialaminya akan menjadikan kemudahan secara sepontan. Makanya banyak para peserta didik yang tidak merasakan beban yang memberatkan dengan penerapan metode tersebut. Penerapan metode latihan dan pembiasaan ini sebenarnya untuk mendukung metode keteladanan, karena tanpa adanya kebiasaan atau latihan, metode keteladanan akan terasa berat untuk di terapkan, santri akan menjadi taat kepada Allah dengan mudah apa bila sudah terbiasa, misalkan melakukan shalat dan puasa yang merupakan bentuk dari anjuran Islam, hal ini kalau tidak di sertai
dengan latihan dan pembiasaan juga akan terasa berat. Oleh karena itulah metode latihan dan pembiasaan sangat diperlukan. Seperti apa yang telah dipaparkan dalam bab dua bahwa metode pembiasaan lebih efektif diterapkan pada anak-anak kecil, karena anak kecil itu lebih mudah di bina dengan menggunakan metode pembiasaan, disamping itu metode tersebut juga akan meringankan anak, sehingga tanpa terasa anak sudah terbiasa melakukan perilaku baik tanpa merasakan beban. Sedangkan di pondok-pesantren terdapat banyak sekali anak kecil yang masih dalam tahap belajar ilmu agama, akan tetapi tidak menutup kemungkinan metode tersebut di terapkan pada anak yang sudah besar, artinya sekalipun metode tersebut diterapkan pada anak yang sudah besar tidak menyebabkan kendala, karena pada dasarnya semua orang yang belum pernah mempraktekan sesuatu, apabila dalam prakteknya melalui pembiasaan tidak akan mengalami beban. 3. Metode Ibrah Metode ibrah atau mengambil pelajaran, merupakan metode yang dapat melengkapi proses pendidikan akhlak, karena dengan metode ibrah anak akan meresapi atau menghayati peristiwa yang telah menimpa dirinya. Pada umumnya metode ibrah atau mengambil pelajaran merupakan cara yang sangat efektif, karena metode ibrah atau mengambil pelajaran dapat menyentuh jiwa dengan mudah, sehingga dalam proses pembentukan perilaku anak metode ini cukup mengesankan. Selain itu dalam kehidupan sehari-hari yang dialami oleh manusia sebenarnya banyak peristiwa-peristiwa yang sangat menarik dan menyentuh hati, sehingga tidak mudah untuk dilupakan, dengan sentuhan-sentuhan tersebut maka perilaku manusia sedikit demi sedikit akan berubah. Dengan peristiwa itu juga manusia akan memulai belajar untuk merubah dirinya menjadi lebih baik, karena manusia tersebut sudah mengetahui akibat yang telah menimpanya.
Tanpa mengetahui akibat dari peristiwa yang telah menimpanya manusia tidak akan mengetahui, sehingga perubahan perilaku belum bisa terlaksana. Oleh karena itulah betapa pentingnya penerapan metode ibrah. Perlu dicermati bahwa peristiwa itu sangat membekas pada perasaan anak, sehinga dengan peristiwa tersebut akan menyebabkan trauma yang tidak dapat terlupakan bagi anak, berdasarkan pengalaman yang dialami oleh anak tersebut maka, perasaan mereka akan menjadi luluh, ini merupakan akibat dari peristiwa yang mereka alami. 4. Metode Nasihat Metode nasihat yang cenderung memberikan ungkapan yang bersifat memotifasi agar santri dapat berperilaku lebih baik, tentunya ini
akan
menjadi
bahan
renungan
bagi
para
santri
untuk
meninggalkan perilaku yang tidak terpuji, maka dari itulah metode nasihat sangat di perlukan untuk membentuk perilaku santri, karena tanpa metode nasihat anak akan merasa selalu dalam posisi benar, sehingga sekalipun mereka berperilaku salah akan mengalami kesulitan, metode ibrah memang perlu tetapi kalau tidak didukung dengan metode nasihat anak menjadi tidak terarah, karena fungsi metode nasihat bukan hanya sekedar menenangkan akan tetapi juga mengarahkan. Berdasarkan arahan-arahan inilah maka fungsi metode nasihat dapat di ketahui. Metode nasihat yang diterapkan pada santri sekolah Islam salaf pondok-pesantren Girikesumo sudah dapat di terapkan dengan baik, hal itu dapat di buktikan dengan praktek yang sudah biasa dilakukan oleh kiai pada saat menasehati para santrinya. Cara dalam menasehati anak yang di gunakan hendaknya anak diarahkan pada upaya pembentukan keimanan, menanamkan nilainilai moral, dan spiritual, karena nasihat dapat membukakan mata
hati anak, dengan cara inilah maka anak akan sadar terhadap perbuatannya. 5. Metode Targhib wa Ta’zhib Bujukan apabila tidak disertai dengan janji-janji yang dapat diharapkan oleh santri tidak akan menarik mereka untuk melakukan kebaikan, oleh karena itulah kenapa janji itu di perlukan, karena janji bisa dijadikan sebagai alasan agar santri dapat tertarik. Selanjutnya ancaman yang disertai hukuman bagi santri memang sudah lazim dilakukan di berbagai pesantren, tetapi pondokpesantren Girikesumo mempunyai ciri tersendiri, selain itu dengan metode tersebut setidaknya santri dapat berfikir terlebih dahulu untuk mengulangi kesalahanya, 6. Metode Kedisiplinan Kedisiplinan bagi santri itu sangat di perlukan karena dengan kedisiplinan tersebut akan melatih anak agar dapat mengatur waktunya dengan baik, tanpa kedisiplinan anak tidak akan mendapatkan apa-apa, disisi lain belajar kedisiplinan juga dapat membentuk karakter santri yang bertanggung jawab. Metode kedisiplinan juga dapat dijadikan sebagai pendorong program sekolah Islam salaf, karena dengan metode kedisiplinan santri juga akan menjadi terbiasa memanfaatkan waktuanya dengan baik, termasuk kegiatan belajar mengajar di pondok-pesantren Girikesumo apabila tidak dibarengi dengan kedisiplinan juga tidak akan menghasilkan apa-apa. Munculnya kedisiplinan di sekolah Islam salaf
pondok-
pesantren itu akan merubah tatanan menjadi lebih baik, karena semua aktifitas akan tertata rapi sehingga akan terasa teratur, padahal kalau semua
program sudah
tertata
rapi
dan
teratur
keberhasilan
pendidikan akan dapat tercapai dengan sempurna. Pada umumnya santri dapat menerima pendidikan akhlak dengan mudah, karena metode yang di berikan oleh pesantren
memang tidak memberatkan bagi para santri,
misalkan dengan
Metode keteladanan untuk melatih santri dengan memberi beberapa contoh agar supaya ditiru, pendidikan akhlak dengan metodenya yang di jadikan sasaran utama untuk merubah perilaku santri di pesantren, akan menambah kesempurnaan di bidang spiritual. Santri yang pada umumnya mendapatkan pengawasan penuh dari pihak lembaga, secara psikologis mereka akan terlatih dan terbiasa berperilaku baik tanpa mengalami proses kesulitan. Dan melalui pembiasaan ini mereka tidak mudah untuk terbawa oleh arus di luar lingkungan pesantren, karena secara geografis pesantren lebih tertutup dan upaya pengawasan kiai terhadap santri juga lebih ketat dibanding lembaga non pesantren. Sosialisasi metode pendidikan akhlak di sekolah Islam salaf pondok-pesantren Girikesumo secara garis besar tidak mengalami kesulitan, hanya saja ketika metode tersebut di terapkan pada santri baru
yang
belum
kenal
lingkungan
pondok-pesantren
akan
mengejutkan bagi mereka, ini terjadi karena mereka belum terbiasa dan secara psikologis mereka belum siap untuk menerima metode tersebut secara keseluruhan. Tetapi ini hanya bersifat sementara dan permasalahannya karena mereka belum terbiasa saja, sehingga wajarlah kalau metode ini agak memberatkan mereka ( santri baru ). Secara umum santri yang sedang menempuh pendidikan di sekolah Islam salaf
pondok-pesantren Girikesumo dapat bergaul
dengan temannya secara baik, terutama pada saat mereka sedang bertatap muka pada saat-saat tertentu, cara pembicaraan mereka dengan temannya juga baik, dan cara berpakaian yang mereka kenakan juga sesuai dengan norma agama. Penerapan pendidikan akhlak pada santri sekolah Islam salaf berupaya untuk meningkatkan santri dalam berbicara, berpakaian, bergaul dan berperilaku secara baik. Upaya tersebut di awali dengan kepedulian kiai atau ustazh yang telah mencurahkan seluruh
kemampuannya untuk lebih memperhatikan perilaku santri terutama dalam pergaulan mereka yang cenderung di jadikan sorotan bagi masyarakat kelak setelah pulang kekampung halamannya masingmasing. Hal ini menjadi perhatian fokus karena selain itu pendidikan akhlak juga merupakan bagian dari pendidikan Islam. Enam metode tersebut diatas merupakan metode yang sangat sederhana, karena metode-metode tersebut dalam penerapannya sangat mudah untuk di terima oleh para santri, maka jangan heran apabila di pondok-pesantren Girikesumo dengan metode pendidikan akhlaknya yang khas tersebut dapat membentuk karakter santri yang bertanggung jawab dan dapat di jadikan sebagai suri toladan yang baik bagi masyarakat, artinya bahwa setelah pondok-pesantren menerapkan metode tersebut pondok-pesantren dalam pendidikan akhlaknya mengalami keberhasilan.
2. Analisis Pendekatan pendidikan akhlak di Sekolah Islam Salaf pondokpesantren Girikesumo. Berdasarkan data yang telah penulis paparkan dalam bab tiga dapat penulis gambarkan bahwa, pendekatan ta’limi secara materil dapat di fungsikan sebagai alat untuk menunjukan anak secara teoritis, karena di dalamnya terkandung beberapa ajaran Islam dan termasuk didalamnya cara-cara bergaul secara Islami yang harus dilakukan oleh seorang santri. Pendekatan ta’limi dapat berfungsi sebagai arahan bagi santri secara zhahiriah, karena penekananya pada aspek kognitif, dimana anak harus menguasai bidang materi. Dan ini akan mengalami kemudahan dalam merealisasikan pendidikan akhlak karena lingkup pesantren lebih tertutup, hal ini bila di bandingkan dengan lingkungan non pesantren, yang cenderung tidak berhasil dalam pendidikan akhlak. Berarti keberhasilan pendekatan ta’limi juga didukung dengan sarana yang memadai serta dapat mengantisipasi berbagai kemungkinan
yang akan terjadi, misalkan merosotnya akhlak santri setelah ada pembekalan secara materi, dan contoh tersebut ada kemungkinan terjadi apabila tidak di barengi dengan upaya pengontrolan terhadap santri. Pendekatan pendidikan akhlak pada santri sekolah Islam salaf pondok-pesantren
Girikesumo
Girikusuma
Mranggen
Demak,
merupakan pendekatan yang sangat efektif bagi santri karena pendekatan tersebut nampaknya lebih memberikan solusi yang tepat, terutama dalam pendekatan irsyadi yang telah di tekankan pada santri. Pendekatan irsyadi dapat dijadikan sebagai pendekatan yang dapat membantu proses pendekatan ta’limi melalui sepiritual, karena hanya dengan menggunakan pendekatan ta’limi pada kenyataannya belum bisa mencukupi, sehingga perlu adanya pendekatan lain yang harus di terapkan yaitu pendekatan irsyadi sebagai pendekatan yang dapat membantu melalui spiritual. Secara spiritual pendekatan irsyadi sebenarnya lebih mudah di terapkan, karena pendekatan tersebut lebih terfokus pada aspek rahani, berbeda dengan pendekatan ta’limi yang penekanannya lebih bersifat zhahiri dalam arti materi, sering anak tidak menghiraukan perilakunya yang sudah melenceng dari norma agama, sekalipun secara materil anak sudah terbekali dengan ilmu agama, itukan semata-mata karena pendekatan spiritualnya tidak ada sehingga anak akan melakukan sesuai dengan lingkungan dan model yang ia kehendaki, tanpa menghiraukan apakah itu melanggar tatanan Islam atau tidak. Oleh karena itulah betapa pentingnya pendekatan irsyadi yang penekanannya lebih bersifat spiritual. Oleh karena itulah pendekatan pendidikan akhlak yang di terapkan pada santri mengacu pada pendekatan pendidikan akhlak sufiah, hal itu dapat diidentifikasi dengan pendekatan irsyadi yang menekankan pada amalan-amalan dari guru dengan bentuk mujahadah, dan istighosah.
Pendekatan tersebut merupakan pendekatan yang dijadikan sebagai
ciri
khas
pondok-pesantren
Girikesumo.
penulis
dapat
mengatakan sebagai pendekatan yang sudah menjadi khas di pondokpesantren Girikesumo, karena pendekatan tersebut tidak di temui di pondok-pesantren lain selain Girikesumo. Sehingga dengan pendekatan tersebut yang cendrung pada kesufian menjadikan sangat menarik, karena
dengan
keberhasilannya
yang
sudah
di
peroleh
cukup
memuaskan. dalam pendekatan tersebut nampaknya tidak mengalami kendala karena pendekatan tesbut merupakan isi dari bentuk amalanamalan dari guru yang cukup ringan dan praktis untuk dilakukan oleh para santri.
BAB V PENUTUP Setelah penulis menguraikan seluruh uraian isi skripsi yang membahas tentang pendidikan akhlak pada santri sekolah Islam salaf pondok-pesantren Girikesumo secara deskriptif, maka akhirnya penulis ingin menyimpulkan serta memberikan saran-saran seperlunya yang dirangkai dengan kata penutup akhir penulisan skripsi ini.
I.
Kesimpulan Setelah penulis menguraikan dan membahas skripsi ini, maka kiranya dapat diambil kesimpulan dari seluruh isi yang terkandung didalamnya sebagai berikut : Berdasarkan data yang telah dihimpun oleh peneliti berkaitan dengan tujuan pendidikan yang dirumuskan oleh sekolah Islam salaf
pondok-
pesantren Girikesumo, maka dapat disimpulkan ada tiga tujuan pendidikan akhlak pada santri sekolah Islam salaf yaitu ; a) Santri dapat bersikap sopan santun, b) Santri dapat menghargai dan menghormati dengan orang lain, c) Berperilaku, berbicara, dan berpakaian dengan sopan. Kemudian mengenai metode pendidikan akhlak yang di terapkan dapat di simpulkan ada enam metode pendidikan akhlak yang diterapkan di Sekolah Islam Salaf Pondok-pesantren Girikesumo yakni ; Pertama ; Metode keteladanan, yaitu dengan memberi contoh-contoh terhadap santri, oleh sang kiai atau ustadz dan paling tidak orang yang lebih besar dari para santri. Kedua ; Metode latihan dan pembiasaan, yaitu mendidik dengan cara memberikan latihan-latihan terhadap santri, agar santri terbiasa untuk melakukan kebaikan. Ketiga ; Metode Ibrah ( Mengambil pelajaran ), yaitu mengambil pelajaran dari peristiwa, artinya
santri setelah mengalami
peristiwa-peristiwa yang belum atau pernah ia jumpai agar diambil hikmahnya. Keempat ; Metode Mauizhah ( Nasihat ) yang pada penerapannya meliputi ; a) Uraian yang mencakup kebaikan dan kejelekan. b) Motivasi agar
santri dapat melakukan kebaikan dan meninggalkan kejelekan. c) Peringatan tentang bahaya yang akan muncul bagi orang yang melakukan kejelekan (dosa). Selanjutnya adalah metode yang Kelima yaitu Metode Targhib wa Tahzhib ; yaitu memberikan janji-janji yang disertai bujukan agar santri tertarik untuk melakukan kebaikan dan menjauhi kejahatan. serta ancaman untuk menakut-nakuti anak santri yang berbuat tidak benar. dan yang terkhir adalah Metode Kedisiplinan yaitu upaya untuk melatih santri agar dapat memanfaatkan waktunya dengan baik. Kemudian mengenai pendekatan, berdasarkan data yang sudah berhasil dikumpulkan oleh penulis maka, dapat disimpulkan ada dua pendekatan yang digunakan dalam penerapan pendidikan akhlak pada santri sekolah Islam salaf pondok-pesantren Girikesumo yaitu : a) Pendekatan Ta’limi yaitu sebagai pendekatan yang bersifat teoritis, yang mana pendekatan tersebut lebih ditekankan pada aspek kognitif. Pendekatan ta’limi di pondok-pesantren Girikesumo itu berhubungan dengan pengajaran yang meliputi kurikuler dan ekstra kurikuler. kurikuler meliputi pengajian kitabkitab klasik dengan menggunakan metode bandongan dan sorogan, muzhakarah, dan tahfizd al Qur’an. b) Pendekatan Irsyadi ; yaitu lebih bersifat spiritual, pendekatan tersebut ditekankan pada penekanan langsung dan penekanan yang tidak langsung, penekanan langsung berupa praktek amalan-amalan dari guru seperti Mujahadah, Istighosah dan Yasinan. Sedangkan penekanan yang tidak langsung lebih terfokus pada aspek afektif dan psikomotorik. Termasuk realisasi dari pendekatan ta’limi.
II. Saran-saran 1. Kepada semua santri yang ada di Girikusuma agar terus meningkatkan belajarnya,
agar
dapat
menghadapi
tantangan
zaman,
dapat
menyelesaikan problematika yang dihadapi oleh masyarakat dan tetaplah jadi santri yang beraklak mulia, dan hormatilah orang lain, karena penghormatan akan didapat setelah menghormati Allah sebagai
sang pencipta, orang lain sebagai sesama makhluk dan menghormati diri sendiri yaitu dengan menjaga jasmani dan rohani. 2. Kepada semua jajaran pengurus sekolah Islam salaf pondok-pesantren Girikesumo agar tetap semangat dalam pengabdiannya pada agama, karena eksistensi Islam itu harus selalu didukung dengan disebar luaskannya ajaran tersebut. 3. Kepada masarakat, ingatlah bahwa anak merupakan titipan tuhan, maka ajarilah mereka dengan akhlak yang mulia, agar pada akhirnya akan mengangkat derajat orang tua. 4. Kepada seluruh elemen bangsa, ingatlah bahwa tinggi rendahnya derajat bangsa tergantung pada baik dan buruknya akhlak mereka, jika akhlak mereka baik maka derajat negara akan menjadi tinggi, dan sebaliknya bila akhlak mereka jelek maka negara akan menjadi rendah derajatnya.
III. Penutup Dengan curahan rasa syukur Alhamdulillahi Rabil ‘Alamin, penulis haturkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang sederhana ini. Dengan menyadari kekurangan, kelemahan, serta kesederhanaan skripsi ini penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif dari semua pihak demi kesempurnaan dan kelengkapan penulisan selanjutnya, karena ini merupakan batas kemampuan yang dimiliki oleh penulis sebagai seorang biasa yang penuh dengan kekurangan. Dengan penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan perbaikan konstruktif
khususnya bagi lembaga yang bersangkutan atau bagi
pengembangan keilmuan dan harapan penulis mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi kita semua terutama bagi penulis secara pribadi. Akhirnya, kepada Allahlah penulis memohon ampunan dan bimbingan dari segala kesalahan dan kekhilafan dari penulisan skripsi ini.
DAFTAR PUSTAKA Abdul Djalil Manan, ed., Al Islam 2 Muamalah dan Akhlak, Bandung : Pustaka Setia, 1999. Abrasyi Al M. Athiyah, Prisip-Prinsip Dasar Pendidikan Islam, Bandung : Pustaka Setia, 2003. ---------------, Ruh Al-Tarbiyah wa Al-Ta’lim, Mesir : Isa Al-Ababil Al Halal wa Syirkah, 1950. Abdurrahman Jalaludin, Jami’ As-Shoghir, Juz I, Indo. Tth. : Dar Al-Ihya.
Ali Lukman, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1994.
Amin Akhmad, Etika (Ilmu Akhlak), Jakarta : Bulan Bintang, 1975. AR Zahrudin, dan Sinaga Hasanudin, Pengantar Studi Akhlak, Jakarta : Raja Ngrafindo Persada, 2004. Arif Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta : PT. Intermasa, 2002. Arifin H.M., Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum), Jakarta : Bumi Aksara, 1995. Arifin M., Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara, 2000. Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : Bina Aksara, 1987. Azar Basir Ahmad, dkk, Pendidikan Agama Islam Yogyakarta, Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Islam Indobesia, 1995. Azizi, Qodri A., Pendidikan Agama Untuk Membangun Etika Social, Semarang : Aneka Ilmu, 2003. Azra Azumardi, Paradigma Baru Pendidikan Nasional, Jakarta : Kompas Media Nusantara, 2002.
Burhanudin Tamyiz, Akhlak Pesantren, Yogyakarta : Ittaqa Press, 2001. Dasuki Hafizh, dkk., Al Qur’an dan Terjemahannya, Bandung : Lubuk Agung,1989. Djatnika Rahmat, System Etika Islam, (Akhlak Mulia), Jakarta : Pustaka Panjimas, 1996. Dofier Zamahsari, Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai, Jakarta : LP3S, 1982. Gholayani Al Mustafa, Izhotunnasyiin, Berut : Pustaka Al Asriyah, 1953. Ghozali Al Imam , Ihya Ulumidin, ttp., Darul Kutub al Islami, tt. Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia, Jakarta : LkiS, 1995. Husnan Muzni, Afwan Khoiruman, GBPP Sekolah Islam Salaf Th.1423 H. ----------------, Majmu’at al Aurad, ( Ma’had Girikesumo, Husnan Muzni, dkk., Panduan Pondok-pesantren Girikesumo. -----------------, LPJ Sekolah Islam Salaf Pondok-pesantren GirikesumoTh 1427H. ----------------, Selayang pandang Sekolah Islam Salaf, Pondok-pesantren Girikesumo. Ikhsan Fuad, Dasar-Dasar Kependidikan, Jakarta : Rineka Cipta, 1997. Kartono Kartini, Pengantar Metodologi Riset Social, Bandung : Mandar Maju,1990. Kholik Abdul, dkk., Pemikiran Pendidikan Islam, Jogjakarta : Pustaka Pelajar, 1999. Langgulung Hasan, Asas-asas Pendidikan Islam, Jakarta : Pustaka Al Husna, 1992. Majid Nurcholis, Bilik-Bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan, Paramadina : cet. I, 1997.
McDonald Frederick J, Educational Psychology, San Fransisco : Wadsworth Publishing Company, 1959. Mukhtarom Zaini , Islam di Jawa Dalam Perspektif Santri dan Abangan, Jakarta : Salemba Diniah, 2002. Nata Abudin, Pemikiran para Tokoh Pemikiran Pendidikan Islam, Jogjakrta : Raja Grafindo Persada, 2001. Noer Aly Hery , Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Logos, 1999.
------------------, Watak Pendidikan Islam, Jakarta : Friska Agung Insani, 2003. Poerbakawatja Soegarda, Harahap, Ensiklopedi Pendidikan, Jakarta : Gunung Agung, 1982. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1985. Quthb Muhamad, Sistem Pendidikan Islam, terj. Salman Harun, Bandung : Al Ma’arif, 1993. Rahim Husni, Arah Baru Pendidikan Islam Di Indonesia, Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 2001. Rozak Nasarudin, Dinul Islam, Bandung : Al Ma’arif, 1973. Rusli Nasrun, Aqidah Akhlak I, Jakarta : Dirjen Binbaga Islam, 1993. SM Ismail, dkk., eds., Dinamika Pesantren Dan Madrasah, Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset, 2002. Suryabrata Sumardi, Metodologi Penelitian, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1998. Suyuti As Jalaludin, Sunan Nasa’i Jilid III, Bairut Libanon : Darul Ma’arif, 1991. Tafsir A., Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung : Rosda Karya, 1994. Thoha HM Chabib, Kapita Selekta Pendidikan Pelajar, 1996.
Islam, Yogyakarta : Pustaka
Umar Barmami, Materia Akhlak, Solo : Ramadani, 1995. Undang-Undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional), Jakarta: Sinar Baru Grafika, 2003. Ya’qub Hamzah, Etika Islam, Bandung : Diponegoro, 1993. Zarkasyi Ahmad Fathullah, Pondok-pesantren Sebagai Lembaga Pendidikan dan Dakwah dalam Adi Sasono. et. al. Solusi Islam Atas Problematika Umat ( Ekonomi Pendidikan dan Dakwah ), Jakarta : Gema Risalah Press, 1998 Ziemek Manfred, Pesantren Dalam Perubahan Social, Jakarta : Temprint, 1986.
Zuhairini, dkk., Metodologi Pendidikan Agama, Solo : Rhamadani, 1993.