Studi Desain Kerajinan Manik-Manik “Griya Manik” Di Gambang Jombang Siswi Pangestiningsasi Program Studi Pendidikan Seni Rupa, Jurusan Seni dan Desain, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang E-mail :
[email protected] ABSTRACT: This research was conducted with the aim to describe the process of creation of craft beads at Griya Manik and describe the visual manifestation of the type and design of the craft beads that are in the "Griya Manik" Gambang Jombang. This study used descriptive qualitative research design, data creation process in the form of exposure to craft beads and craft a visual form of beads obtained from direct observation and secondary data from various sources. Collecting data using interviews, observation and documentation. Data analysis starts from the description, formal analysis, interpretation, and evaluation or decision. In the process of creating glass artisans utilize the waste to be used as the main ingredient of making crafts beads are unique. The equipment used is the stove sits, strong stoves, furnaces, capitalization, pliers, wire stenlis, stenlis pipes, grinders and materials is quite simple in its construction of waste glass, kaolin, pigment, and fuel, but from the creative process simplicity and high yield a bead handicraft products superior. In the process of making crafts beads using a technique-temperature combustion of 400-800o C. to obtain the beads are varied and good packaging design in order to maintain the quality of the products in the market and have selling points that tinggi.Terkait with visual form design, generally glass beads produced beads Griya Manik is a necked, lapidary techniques, manic monochrome , policrom beads, and bead jointed. The beads include kiffa beads, beads borneo, islamic beads, mulisalah, sevron and modern beads. Of each bead has a symbolic meaning, social, cultural, aesthetic and economic value. Keywords: Design, Crafts Griya Manik, Jombang ABSTRAK : Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mendeskripsikan proses penciptaan kerajinan manik-manik di Griya Manik serta mendeskripsikan wujud visual mengenai jenis dan desain dari kerajinan manik-manik yang ada di “Griya Manik” Gambang Jombang. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif kualitatif, berupa paparan data proses penciptaan kerajinan manik-manik dan wujud visual kerajinan manik-manik diperoleh dari observasi langsung dan data sekunder dari berbagai sumber. Pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis data dimulai dari deskripsi, analisis formal, interpretasi, dan evaluasi atau keputusan. Dalam proses penciptaan pengrajin memanfaatkan limbah kaca untuk dipergunakan sebagai bahan utama pembuatan kerajinan manik-manik yang unik. Peralatan yang digunakan yaitu kompor duduk, kompor strong, tungku, kapi, tang, kawat stenlis, pipa stenlis, gerinda dan bahan cukup sederhana dalam pembuatannya yaitu limbah kaca, kaolin, pigmen, dan bahan bakar, namun dari kesederhanaan dan proses kreatif yang tinggi menghasilkan suatu produk kerajinan manik-manik yang unggul. Dalam proses pembuatan kerajinan manik-manik menggunakan teknik pembakaran bersuhu 400-800o C. untuk memperoleh manik-manik yang bervariasi dan pengemasan desain yang baik guna menjaga kualitas produk dipasaran serta memiliki nilai jual yang tinggi.Terkait dengan wujud visual desain, secara umum manik-manik kaca yang diproduksi Griya Manik merupakan manik manik berleher, teknik lapidary, manik monokrom, manik policrom, dan manik beruas-ruas. Manik-manik tersebut antara lain kiffa beads, borneo beads,
islamic beads, mulisalah, sevron dan modern beads. Dari setiap manik-manik tersebut memiliki makna simbolik, sosial, budaya, estetik, dan nilai ekonomis. Kata Kunci: Desain, Kerajinan Griya Manik, Jombang
“Manik merupakan benda yang biasanya berbentuk bulat, dilubangi dan dironce guna menghias badan atau sebuah benda” (Adhyatman, 1996: 1). Tidak banyak orang yang meneliti tentang kerajinan manik-manik, bahkan mereka cenderung berhasrat lebih untuk memiliki daripada memahaminya Adhyatman (1996: x). Hal ini sangat disayangkan karena manik-manik juga merupakan salah satu kebudayaan Indonesia yang perlu terus dilestarikan. Di Jombang Jawa timur tepatnya di daerah Gambang kecamatan Gudo yang memiliki sentra kerajinan manik-manik kaca di desa tersebut. Hampir di setiap rumah penduduknya menjadi tempat pengrajin manik-manik, salah satunya yaitu Griya Manik. Griya Manik adalah salah satu perusahaan yang bergerak di bidang kerajinan tangan manik-manik kaca di Kota Jombang, Jawa Timur, Indonesia. Didirikan sejak tahun 1990 dan merupakan salah satu penerus seni kerajinan manik-manik kaca yang sudah menjadi tradisi sejak lama di Kota Jombang. Griya Manik memproduksi material manik-manik kaca yang telah siap untuk dirangkai menjadi bentuk perhiasan jadi, dan memproduksi bentuk jadi perhiasan yang siap untuk digunakan seperti gelang, kalung, gantungan kunci, anting dan sebagainya. Griya Manik telah memproduksi ratusan macam motif manik-manik kaca, sebagian manik kaca bermotikan manik-manik kaca tua sebagai replika, sebagian lagi dengan motif modern yang mengadaptasikan gaya-gaya manik tua juga gaya manik-manik Cina, Africa dan Venesia yang tentunya memiliki makna artistik tersendiri. Meskipun Griya Manik adalah home industry yang tidak lebih memperkerjakan 20 pengrajin, akan tetapi produk-produk mereka telah diekspor ke berbagai negara, terutama Jepang, Thailand dan Eropa. Dengan meningkatnya permintaan manik-manik kaca, kekayaan ragam motif manik-manik produksi Griya Manik tersebut semakin besar, karena banyak pemesan membawa berbagai macam motif sesuai selera pasar mereka. Selain itu mereka juga menciptakan motif-motif sendiri untuk ditawarkan. Semua ini Griya Manik lakukan sebagai
bentuk pelestarian budaya dan tradisi kuno sehingga tetap lestari. Karena tidak sedikit masyarakat Indonesia yang kurang tahu tentang adanya kerajinan manikmanik kaca di daerah Jombang ini, meskipun mereka secara tidak sadar telah menggunakannya. Seperti yang diungkapkan Adhyatman (1996: x) “…. Manik telah menjadi bisnis besar, dan ada orang-orang tertentu yang lebih bergairah memiliki dari pada memahaminya. Berdasarkan paparan di atas, maka penelitian ini dimaksudkan untuk mendiskripsikan bagaimana proses penciptaan kerajinan manik-manik “Griya Manik” di desa Gambang Jombang serta mengidentifikasi bagaimana wujud visual kerajinan manik-manik “Griya Manik” di desa Gambang Jombang. METODE Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif kualitatif, berupa paparan data proses penciptaan kerajinan manik-manik dan wujud visual kerajinan manik-manik diperoleh dari observasi langsung dan data sekunder dari berbagai sumber. Pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis data dimulai dari deskripsi, analisis formal, interpretasi, dan evaluasi atau keputusan. HASIL DAN PEMBAHASAN Proses Penciptaan Kerajinan Manik-Manik “Griya Manik” Di Desa Gambang Jombang Berdasarkan hasil wawancara dan analisis yang dilakukan oleh peneliti dan selelah melihat dengan seksama, bahwa kerajinan manik-manik kaca “Griya Kriya” ini menggunakan peralatan cukup sederhana antara lain kompor yang telah dimodif sendiri oleh pengrajin, tungku, kapi, tang, kawat stenlis, pipa stenlis, dan grinda. Dari kesekian alat tersebut yang nampak modern hanya pada grinda, sedangkan alat yang lainnya cukup sederhana. Namun dari kesederhanaan dan proses kreatif yang tinggi dapat menghasilkan suatu produk yang unggul.
Gambar 1.1 Peralatan dan Bahan Sederhana Pembuatan Manik-Manik Kaca (Sumber: Manik-manik di Indonesia, 1996: 142)
Di Griya Manik ini bahan utama pembuatan manik-manik juga kaca daur ulang berupa segala jenis limbah kaca yang diperoleh dari pengepul dari daerah setempat. Selain bahan utama berupa limbah kaca untung pembuatan manikmanik ada pula bahan pendukung lainnya yakni pigmen keramik, kaolin, tepung, dan gas elpigi sebagai bahan bakar. Sebenarnya pasir kuarsa adalah bahan yang baik untuk pembuatan manikmanik kaca, karena pasir kuarsa merupakan bahan dasar untuk pemuatan kaca. Adhyatman, (1996: 150) menyebutkan “ kaca dibuat dari komposisi pasir kuarsa (silica), alkali (soda, kalium karbonat, nitro kadang-kadang timbel) dan kapur. Untuk mewarnai kaca ditambahkan besi, tembaga, mangan, uranium, dan kobalt. Besi untuk warna hijau, tembaga untuk warna merah, kobalt untuk biru, uranium untuk kuning, dan mangan untuk merah ungu”. Dengan kata lain jika di Griya Manik menggunakan pasir kuarsa dan pewarna seperti yang disebutkan di atas, produk yang dihasilkan akan lebih baik. Namun disisi lain dengan penggunaan limbah kaca merupakan hal bagus demi kelestarian lingkungan dan ramah lingkungan. Karena saat ini komoditas ekspor adalah produk-produk yang ramah lingkungan sesuai dengan tujuan pameran Ina Craft 2011. Sedangkan teknik penggarapannya kerajinan manik-manik kaca ini dibuat dengan proses pembakaran yang mencapai 400o-800o C. agar memperoleh manikmanik yang berkualitas tinggi.
Ada beberapa tahap dalam pembuatan kerajinan manik-manik , mulai dari memilih kaca sampai pada finishing. Untuk memperjelas proses pembentukan kerajinan manik-manik ini akan dipaparkan sebagai berikut:
Limbah kaca yang sudah bersih kaca ditimbang sesuai ukutan dan diberi pewarna.
Menarik leburan kaca dengan tang agar menjadi batangan manikmanik yang akan siap di cetak.
Mencetak manik-manik pada kawat stenlis yang diberi cairan kaolin dan tepung sesuai dengan bentuk yang diinginkan dengan pembakaran 400o-500 oC.
Kaca dibakar menggunakan kompor stongbersuhu 700o-800o C untuk dilengketkan pada pipa stenlis.
Melumerkan kaca dengan cara di putar-putar dengan pipa stenlis di atas kompor duduk dan kompor strong selama 20 menit agar memperoleh warna yang diinginkan atau warnanya merata.
Manik dilepas dari kawat stenlis dan digrinda atau dipoles agar lebih menarik kemudian dicuci untuk menghilangkan kotoran kemudian dijemur diterik matahari selanjutnya dirangkai menjadi berbagai macam kerajinan yang terbuat dari manikmanik.
Bagan Poses Pembuatan Manik-Manik Kaca di Griya Manik
Wujud Visual Kerajinan Manik-Manik “Griya Manik” Di Desa Gambang Jombang. Berdasarkan jenis dan desain kerajinan manik-manik dalam buku manik di Indonesia (1996: 147) disebutkan beberapa jenis manik-manik yaitu Manik berleher, teknik lapidary, manik monokrom, manik policrom, manik beruas-ruas, dan manik tabular. Manik berleher terdapat dalam akik, onok dan kuarsa. Dalam bentuk kuarsa merupakan manik tarik yang dibakar ulang dan ditekan menjadi pipih atau bulat tampak dengan tambahan kaca yang yang membentuk leher di seputar lubang. Teknik lapidary membentuk manik dengan cara menatal, menggerinda, memotong dan memoles. Keahlian “lapidary” sering di terapkan pada manik kaca. Manik monokrom yakni manik berwarna satu. Manik policrom yakni manik dengan banyak warna. Manik beruas-ruas: Pipa di tempatkan pada kawat, dibakar dan dibatasbatasi menjadi serangkaian manik satu-satu atau beberapa manik yang beruas. Manik tabular: sering merupakan hasil sampingan dari produksi cincin jari. Dari penjelasan di atas mengenai jenis-jenis manik dapat diketahui bahwa manik-manik kaca yang diproduksi oleh Griya Manik merupakan manik manik berleher, teknik lapidary, manik monokrom, manik policrom, dan manik beruasruas. Berikut ini pembahasan lebih rinci mengenai jenis dan desain mani-manik yang ada di Griya Manik. 1. Kiffa Beads Manik kiffa adalah manik yang paling terkenal dari manik-manik yang diproduksi Afrika. Merupakan produksi buatan tangan yang terampil dan individual, terbuat dari bubuk kaca yang dibuat oleh kaum wanita, di dalam dan sekitar kota Kiffa di Mauritania, selama lebih dari 100 tahun. Manik-manik kiffa dari Mauritania lokal disebut Murakad merupakan salah satu tingkat tertinggi keterampilan artistik dan kecerdikan dalam pembuatan manik-manik. Manik-manik yang diproduksi dengan bahan sederhana dan alatalat yang tersedia: bubuk kaca Eropa, botol kaca, pecahan tembikar, kaleng sarden, ranting, jarum baja, dan kebakaran terbuka. Kaca dihancurkan menjadi
bubuk dan dicampur dengan air liur. Manik-manik yang berbentuk segitiga dicetak dengan sebuah tongkat kecil atau ranting. Motif manik-manik terbuat dari bubur kaca (kaca dilumatkan dicampur dengan air liur) dan dibentuk dengan alat runcing, biasanya jarum baja ditempatkan dalam kaleng sarden dan kemudian dibakar (Simak, 2006). Urutan warna dalam manik-manik tua tradisional dengan dekorasi polikrom selalu sama: merah-kuning-hitam (coklat tua atau hijau) kuning-merahputih-biru-putih. Seringkali pada sisi balik manik-manik mereka dihiasi juga dan diyakini bahwa pembuatan manik-manik ini memiliki gaya tersendiri tergantung siapa yang membuatnya (Simak, 2006). Biru, merah, dan manik-manik berbentuk segitiga polikrom dengan warna putih, merah dan garis biru dan dekorasi 'mata' hitam kuning mewakili satu bentuk dari berbagai bentuk. Ada juga biru merah dan polikrom berlian, manik-manik kiffa berbentuk cerutu, kerucut dan berbagai manik-manik bulat dan oblate kecil. Berlian berbentuk manik-manik yang dijahit strip dari kain atau kulit dan dipakai sebagai gelang dan rangkai dalam set tradisional terdiri dari jumlah tertentu biru ke merah untuk manik-manik polikromatik. Manik-manik berbentuk segitiga secara tradisional digunakan sebagai hiasan rambut dalam golongan tradisional terdiri dari misalnya tiga set triangulars, satu merah, biru satu, satu polikromatik, dipakai di ketinggian candi. Berbentuk kerucut dan bola anyaman manik-manik yang dikenakan pada rambut atau dijahitkan pada strip kain dan dipakai sebagai hiasan rambut atau di kalung, dikombinasikan dengan manik-manik batu dan kaca. Manik kiffa tidak pernah dipakai dalam golongan tertentu, sering terlihat untuk dijual di kolektor pasar (Simak, 2006). Dalam sebuah jurnal seni rupa dan desain menyebutkan bahwa simbolik dari bentuk segitiga/kerucut digunakan untuk menegaskan konsep tri-tunggal, seperti kelahiran, kehidupan dan kematian filsuf Yunani Pitagoras pada abad ke 6 sebelum masehi menggunakan segitiga ini sebagai simbol dari kearifan. Menurut Cooper (1998: p.179) segitiga adalah sorga, bumi dan manusia atau ayah, ibu dan anak. Masih banyak lagi kepercayaan-kepercayaan di muka bumi ini yang menggunakan bentuk segitiga sebagai simbol yang memiliki arti religious (Suwardikun, 2006)
Meskipun diprediksi akan segera punah, ada kebangkitan kerajinan membuat manik-manik kiffa selama tahun 1990-an, ketika versi yang lebih baru mulai muncul. Sebagian besar dari manik-manik kiffa baru dibuat di sekitar Kiffa, Mauritania. Para ahli dari manik-manik baru tidak pernah mencapai standar yang tinggi, diamati pada manik-manik tua yang dibuat dalam jumlah kecil atau untuk penggunaan pribadi. Manik-manik kiffa baru sedang dibuat untuk alasan komersial terutama untuk ekspor. Beberapa kiffa baru jenis manik-manik yang kurang baik dibuat dalam versi tradisional, tapi dekorasi mereka tidak mematuhi urutan warna tradisional dan pola tradisional(Simak, 2006). Seniman Barat telah membuat versi mereka sendiri pada tanah liat polimer, atau dari kaca lampworked, tapi tidak ada kreasi modern mendekati menyerupai keindahan manik-manik kiffa tradisional. Industri manik kaca Indonesia terkenal karena keahlian dan baru-baru ini replika manik-manik tua dari seluruh penjuru dunia telah menghasilkan replika pertama Mauritania manik-manik kiffa. Walaupun manik Indonesia mirip dengan aslinya sampai batas tertentu, masih nampak perbedaan bahkan lebih jelas dari manik-manik yang baru-baru ini diproduksi di Afrika. Sementara yang terakhir masih dibuat dari serbuk kaca dengan menggunakan metode lama, replika yang baru dibuat Indonesia tidak hanya secara visual tetapi juga secara teknis berbeda. Yang pertama imitasi Krobo kaca bubuk dari manik-manik Kiffa diamati pada tahun 2005 (Simak, 2006).
Gambar 1.2 Manik-Manik Kiffa (Sumber: Old Beads.com)
Sesuai paparan di atas kiffa beads adalah manik-manik yang berasal dari Africa, tergolong sebagai manik tua. Di Griya Manik ini terdapat replikanya yang dibuat mirip dengan aslinya. Manik kiffa sebenarnya hanya pada 4 manik-manik bagian bawah dan lainnya merupakan campuran manik kiffa. Berbentuk kalung,
bentuk kalungnya sendiri merupakan bentuk paten dari manik kiffa yang pernah ditemukan. Jika diperinci manik-manik kiffa ini bentuknya beragam seperti kerucut, bulat, segitiga, oval dan dari tiap bentuk memiliki ukuran yang berbeda. Kesemuanya itu sesuai dengan bentuk asli yang pernah ditemukan di Afrika, berwarna-warni dan memiliki pola hias yang rumit yang mempunyai makna khusus. 2. Borneo beads Dinamakan borneo beads karena manik ini berasal dari daerah Borneo Kalimantan. Manik ini ada 2 jenis yaitu mata tiong dan alang-alang, sebenarnya ada banyak jenis manik-manik dari borneo namun kedua manik-manik ini yang banyak digemari. Warna dari manik-manik borneo ini beragam dan cenderung warna cerah. Manik-manik mata tiong merupakan salah satu manik-manik mata atau eyebeads termasuk salah satu motif tua yang juga masih digemari. Berupa hiasanhiasan bulat yang dilingkari oleh satu atau lebih warna lain. Hiasan bentuk mata tersebut kadang sambung- menyambung, kadang pula terpisah satu dengan lainnya. Manik-manik mata tiong terkenal di Sarawak dikenal sebagai Tiong mata burong. Bentuk dari mata tiong ini tidak selalu bambuan ada pula yang bulat namun bentuk bambuan ini yang paling tren. Sedangkan Manik alang-alang ini berbentuk semi gendang.
Gambar 1.3 Manik-Manik Mata Tiong (Sumber: Griya Manik)
Dilihat dari gambar di atas manik-manik mata tiong ini berbentuk tabung dengan hiasan pola berbentuk lingkaran. lingkaran digunakan untuk menandakan
sifat alam semesta yang tidak bertepi, mewakili sifat keabadian, lingkaran juga menjadi simbol ideografi kuno. Warna dari manik-manik mata tiong ini secara kasap mata juga sudah mewakili corak-corak warna dari Pulau Kalimantan yang cenderung kontras dengan pemakaian warna hitam, kuning, putih hijau, dan merah. Kaitan dengan nama manik-manik mata tiong, di Negara Malaysia terdapat Burung Tiong Mas boleh didapati dari India hingga China dan Asia Tenggara termasuk Semenanjung Malaysia. Dengan kata lain manik-manik mata tiong ini merupakan salah satu manik-manik borneo yang mengadaptasi dari nama hewan yang ada di kepulauan Borneo.
Gambar 1.4 Burung Tiong Mas (Sumber: Wikimedia)
Gambar 1.5 Manik Alang-Alang (Sumber: Griya Manik)
Manik alang-alang merupakan salah satu manik-manik borneo berbentuk semi gendang dengan hiasan motif garis pada setiap ujungnya. Motif garis tersebut mungkin diadaptasi dari rumput alang-alang yang banyak dijumpai di Pulau Kalimantan dan tertiup angin, sehingga terbentuklah motif gelombang garis tersebut. Warna dari manik-manik alang-alang ini merupakan corak warna dari Pulau Kalimantan dengan background warna hitam dan hiasan motif garis merah dan putih.
3. Islamic beads
Gambar 1.6 Islamic Beads (Sumber: Koleksi Beads)
Gambar 1.7 Persian Glass Beads (Sumber: Koleksi Karun)
Islamic beads merupakan manik-manik yang berasal dari Persia. Hal itu didukung adanya kesamaan pola motif yang ada pada tiap-tiap manik dan Persia merupakan salah setu negara islam. Mungkin Islamic beads ini dipergunakan sebagai tasbih atau prayer beads untuk menghitung doa atau lafalan. Fungsi ini dikenal di berbagai agama di Indonesia seperti tasbih bagi pemeluk Islam, Hindu, dan Budha serta rosario bagi pemeluk Kristen dan Katolik. Bahkan ada juga yang mempercayai bahwa manik-manik yang dirangkai menjadi tasbih harus diakhiri dengan tassel karena tassel tersebut berfungsi sebagai penghalau setan sehingga pada saat menggunakan tasbih untuk berdoa dapat terhindar dari setan (Nugrahani, 2008). Dari wawancara Suloso dijelaskan bahwa dinamakan Islamic beads karena manik-manik ini berasal dari Negara Islam Tibet. Merupakan manik-manik tua yang direplikadari bentuk aslinya. Bentuk dari islamic beads tidak selalu bulat namun juga ada yang lonjong sesuai bentuk pakemnya, begitu pula dengan motifnya dan warnanya yang kesemuanya itu tidak boleh dirubah. Sebuah lingkaran digunakan untuk menandakan sifat alam semesta yang tidak bertepi, mewakili sifat keabadian. Lingkaran juga menjadi simbol ideografi kuno ditemukan di gua-gua prasejarah di Kolumbia ada lukisan lingkaran yang digambarkan kosong dan ada lingkaran yang diberi titik ditengahnya. Lingkaran yang kosong memberi makna mata atau mulut yang terbuka, lingkaran yang diberi titik di tengahnya yang menggambarkan matahari atau “mata” dari Penguasa Alam (Suwardikun, 2006). Hiasan pada islamic beads cenderung rangkaian garis yang berkesinambungan dan terbentuk tidak lebih dari tiga warna.
Gambar 1.8 Manik-Manik Islamic (Sumber: Griya Manik)
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Islamic beads merupakan manik-manik yang berasal dari Persia. Bisa dikatakan demikian, didukung adanya kesamaan pola motif yang ada pada tiap-tiap manik dan Persia merupakan salah satu negara islam. Sedangkan Tibet merupakan bagian dari Cina yang terkenal dengan ajaran Budha. Namun tidak menutup kemungkinan manik ini terdapat di Tibet karena dalam pemeluk ajaran budha pun terdapat prayer beads yang digunakan oleh biksu sembahyang, alasan lain juga bisa karena adanya perdagangan internasional. 4. Mutisalah Kata "muti" (moeti di Old Belanda) berasal dari Dravida/Sansekerta "Mukti", yang berarti mutiara. Dan "Salah" berarti palsu. Jadi Mutisalah berarti "mutiara palsu" atau hanya manik. Nama lain untuk manik-manik di pulau-pulau ini adalah Mutibatta yang merupakan "batu bata mutiara", merujuk pada warna oranye manik-manik (batu bata oranye di bagian dunia). Mutitanah "bumi mutiara" merujuk pada warna bumi coklat kemerahan, Mutiraja, "mutiara Raja"(Tawna, 1993). Dari wawancara dengan Pangeran Umbu Darius, dari keluarga kerajaan Sumba ada dua kelas Mutisalah satu Mutiraja hanya dipakai dengan royalti. …. coklat kemerahan atau oranye, mengkilap, dan berat dan lebih besar (1,5-3cm) dengan diameter yang hanya ditemukan di Sumba dan sangat langka, sedangkan Mutiraja yang digunakan di seluruh NTT cukup kecil. Satu kelas yang lain dikenal sebagai Mutibatta (oranye) atau Mutitanah (merah coklat). Mereka tertarik manikmanik kaca soda kapur sedikit lebih besar dari Mutiraja, membosankan dalam kilau, dan tidak berat. Indo-Pasifik ini adalah manik-manik dari rakyat jelata (Tawna, 1993).
Dalam buku manak-manik di Indonesia juga di jelaskan …. Mutitanah kalu berwarna merah atau mutibata kalau berwarna jingga. Manik spiral Cina berwarna jingga …. Disebut mutiraja dan khusus digunakan oleh kalangan raja. Tidak hanya Mutiraja dan Mutitanah/Mutibatta manik-manik pusaka dimiliki oleh kelas yang berbeda orang, mereka bersirkulasi sebagai pusaka dalam tata krama jelas berbeda dalam budaya Indonesia. Sebagai contoh, awam pusaka manik-manik (Mutitanah/Mutibatta) diberikan oleh pengantin pria kepada keluarga pengantin sebagai hadiah dan diturunkan kepada anak-anak keluarga (Tawna, 1993).
Gambar 1.9 Manik-Manik Mutisalah (Sumber: Manik-manik di Indonesia, 1996: 93)
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa manik mutisalah adalah manik pusaka di pulau Nusa Tenggara Timur. Kata "muti" (moeti di Old Belanda) berasal dari Dravida / Sansekerta "Mukti", yang berarti mutiara. Dan "Salah" berarti palsu. Jadi Mutisalah berarti "mutiara palsu" atau hanya manik. Manik mutisalah ini ada dua jenis yakni mutibata dan mutiraja. Manik ini merupakan manik pusaka yang digunakan dalam upacara adat, misalnya perkawinan, penyambutan tamu dsb. 5. Sevron Dalam buku manik di Indonesia (1996: 148) menyebutkan bahwa “sevron merupakan manik-manik yang berasal dari Venesia, disebut juga manik bintang atau manik rosetta dan merupakan manik yang paling digemari dalam perdagangan ke Afrika”.
“Sevron juga dikenal sebagai manik bintang atau rosetta dari Venesia, Itali, berlapis tujuh bewarna putih, merah dan biru. Dinamakan golongan ningrat manik, karena pembuatannya yang rumit dan warnanya yang cemerlang” (Adhyatman, 1996: 93). Dijelaskan juga manik sevron pertama kali dibuat pada sekitar 1480 hingga 1600 M. umumnya manik inilah yang paling rumit, berlapis tujuh, dengan lapisan pertama dan ketiga (dari inti sampai ke permukaan) berwarna hijau muda dan tembus pandang, gambar 1.10. Pada akhir kedua ujungnya digerinda menjadi persegi-persegi, kebanyakan seperti bintang besudut duabelas. Warnanya adalah putih biru dan merah, pada abad ke-17 banyak dilakukan pecobaan-percobaan kombinasi warna dan pola gambar. Di kemudian hari memiliki kurang dari tujuh lapis dan ujung-ujungnya bulat gambar 1.11. …. Manik sevron itu merupakan mata dagang yang banyak digemari di Afrika dan bernilai tinggi. Di Indonesia hanya sedikit manik sevron masa awal ditemukan di Lampung Sumatra pada kalung orang Dayak” (Adhyatman, 1996: 89). Pada ujung manik-manik sevron ada motif bintang atau rosetta yang merupakan hiasan atau pola menyerupai bunga mawar yang dipakai sebagai lambang kantor atau sebagai pengakuan setelah memenangkan suatu kehormatan. Oleh karena itu manik-manik sevron ini disebut juga manik-manik rosetta.
Gambar 1.10 Manik-Manik Sevron Pertama yang Memiliki Ciri-Cirinya ialah Intinya Transparan (Sumber: Manik-manik di Indonesia, 1996: 93)
Gambar 1.11 Manik-Manik Sevron Memiliki Kurang dari Tujuh Lapis dan UjungUjungnya Bulat (Sumber: Manik-manik di Indonesia, 1996: 93)
Di Griya Manik ini memproduksi sevron yang berlapis 4 saja karena tingkat pembuatannya yang rumit. Di Indonesia tepatnya di daerah Kupang dan juga manik sejenis sevron namun penduduk menyebutnya sebagai palaona. Warna dari manik-manik sevron ini beragam ada merah, hijau, hitam, biru, putih, kuning. Namun yang laku di Griya Manik ini warna biru untuk daerah Sumba, Kupang, Timur-timur manik-manik ini digunakan untuk upacara adat, dipakai untuk kaum bangsawan bersama manik-manik mutisalah. Manik sevron sebenarnya buatan Itali dan manik-manik Afrika juga buatan Itali semua. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa manik sevron merupakan manik Venesia yang disebut juga manik bintang atau manik rosetta. Dinamakan golongan ningrat manik, karena pembuatannya yang rumit dan warnanya yang cemerlang. Dari perkembangan jaman manik bentuk dari manik sevron juga berubah yang mulanya bulat oval menjadi seperti bentuk tabung. Manik sevron juga digunakan dalam upacara adat di daerah Sumba, Kupang, Timur-timur dipakai untuk kaum bangsawan bersama manik-manik mutisalah. 6. Modern beads Manik-manik modern adalah manik assesories yang biasa digunakan dalam perhiasan, sepatu, baju dsb. Tidak ada spesifikasi khusus dalam desain manik-manik modern ini, desain yang ada saat ini merupakan ciptaan dari para pengrajin yang menekuninya (Admin, 2011). Para pengrajin bisa terinpirasi dari berbagai bentuk yang ada di sekelilingnya, misalnya hewan, tumbuhan, bentukbentuk abstak dsb. Jadi pengrajin cukup mengeksplore bentuk-bentuk yang ada agar nantinya bisa diwujudkan pada desain manik-manik. Disebutkan oleh Suloso bahwa manik-manik modern di Griya Manik ini beragam yang desainnya diperoleh dari ide-ide para pengrajin.
Gambar 1.12 Manik-Manik Modern (Sumber: Griya Manik)
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa manik-manik modern merupakan manik-manik produk kembangan dari setiap pengrajin. Manik ini tidak memiliki makna khusus, hanya dipergunakan untuk assesories saja. Bentuknya beragam dan tak terbatas karena tidak ada paten khusus dalam pembuatannya, tidak seperti mank manik yang lain. Setiap bentuk manik-manik tentulah beragam dan memiliki makna simbolik tertentu dan ciri manik-manik tersendiri serta beragam dan terkadang ada yang hampir sama. Seperti manik-manik Afrika dengan manik-manik Indonesia, manik-manik Islamic dengan manik majapahit. Dan manik-manik di Indonesia juga memiliki sejarah tersendiri mengacu pada legenda terdahulu, mereka mengikuti apa nenek monyangnya pakai. Misalnya di daerah Kupang setiap ada perkawinan pasti menggunakan manik mutisalah dan pada tatrian-tarian adat para wanitanya menggunakan manik mutisalah. Dalam sebuah kajian tentang Menguntai Sejarah dengan Manik-Manik oleh Kartika menyebutkan manik-manik yang ditemukan di Indonesia mempunyai bermacam-macam bentuk dan ukuran. Ada yang berbentuk cakram silinder, silinder, pipa, kerucut, bulat, elips, cincin, tabular, prisma, kubus, segi empat panjang, segi lima, segi enam, kubus tanpa sudut, prisma tanpa sudut, belah ketupat, manik berleher pipih, tong, belimbing, bidang banyak bergalur, berpembatas, murbel, piramid terpenggal, manik panel, beruas-ruas, panjang, manik burung, manik pancaran matahari, manik lukut tuma dan lain-lain. Bentuk yang terkecil berukuran sebesar kepala jarum. Warna manik-manik bervariasi antara putih, biru, kuning, hijau, hitam, merah-cokelat, jingga putih, dan ungu. Adapun warna-warna yang umum digunakan adalah hitam, merah, coklat, biru, hijau, kuning, putih, dan ungu (Susantio, 2004). Dalam perangkaian kalung bentuknya dinamakan pucuk bung yaitu bentuk susunan kalungnya dimulai dari bentuk yang lebih kecil dahulu kemudian bentuk yang lebih besar dan kembali lagi kebentuk yang lebih kecil. Setelah dirangkaikan akan membentuk seperti pucuk bung dengan manik-manik berbentuk besar dibagian bawah. Penggunaan teknik pucuk bung ini agar manik-manik rapi dan enak dilihat. Dalam perangaian kalung cenderung simetris pada sisi kanan dan kiri
kalung, itu hanya untuk kerapian semata saja. Karena menurut Suloso jika rangkaian manik-manik asal-asalan akan susah laku dipasaran. Karena dalam pembuatan kerajinan finishing merupakan suatu teknik yang digunakan dalam penyelesaian tahap akhir produk kerajinan. Tujuan dari finishing ini adalah untuk menambah keindahan benda tersebut. Herawati (1991: 84) menyebutkan 3 tujuan finishing, yaitu: (1) Mempertahankan hasil teknik yang baik agar tetap baik, (2) Menambah keindahan, dan (3) Menambah keawetan. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan paparan data dan pembahasan mengenai mengenai proses penciptaan kerajinan manik-manik “Griya Manik” di Gambang Jombang, kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut: Pertama dalam proses penciptaan kerajinan manik-manik “Griya Manik” ini pengrajin memanfaatkan sisa-sisa kaca untuk dipergunakan sebagai media pembuatan kerajinan manik-manik yang unik, media tersebut berupa alat dan bahan. Peralatan yang digunakan antara lain: kompor duduk dan kompor stong, tungku, kapi, tang, kawat stenlis, pipa stenlis, dan gerinda. Selain alat adapula bahan yang diperlukan yaitu bahan utama pembuatan manik-manik berupa kaca daur ulang yang diperoleh dari pengepul dari daerah setempat. Bahan pendukung lainnya yakni pigmen keramik, kaolin, tepung dan elpigi sebagai bahan bakar. Teknik pembuatan kerajinan manik-manik kaca ini dibuat dengan proses pembakaran yang mencapai 400o-800o C. Kedua mengenai wujud visual kerajinan manik-manik “Griya Manik” di desa Gambang Jombang yaitu tentang jenis dan desain manik-manik yang ada di Griya Manik, secara umum manik-manik kaca yang diproduksi oleh Griya Manik merupakan manik manik berleher, teknik lapidary, manik monokrom, manik policrom, dan manik beruas-ruas. Secara spesifiknya yaitu: (1) Kiffa beads merupakan manik-manik tua yang berasal dari Afrika. Warna dan bentuk manikmanik kiffa berbeda-beda dan memiliki pola hias rumit yang memiliki makna khusus, (2) Borneo beads merupakan manik yang berasal dari Borneo Kalimantan.
Warna dari manik-manik borneo ini beragam dan cenderung bewarna cerah, (3) Islamic beads merupakan manik-manik yang berasal dari Persia. Memiliki hiasan cenderung rangkaian garis yang berkesinambungan dan terbentuk tidak lebih dari tiga warna, (4) Mulisalah adalah manik pusaka di Pulau Nusa Tenggara Timur. Ada dua jenis yakni mutibata dan mutiraja, merupakan manik pusaka yang digunakan dalam upacara adat, misalnya perkawinan, penyambutan tamu, dsb, (5) Manik sevron merupakan manik Venesia yang terkenal, disebut juga manik bintang atau rosetta. Dinamakan golongan manik ningrat, dan digunakan dalam upacara adat di daerah Sumba, Kupang, Timor-timor dipakai untuk kaum bangsawan bersama manik-manik mutisalah, (6) Modern beads merupakan manik-manik produk kembangan dari setiap pengrajin. Bentuknya beragam dan tidak terbatas karena tidak ada paten khusus dalam pembuatannya. Saran Dari keseluruhan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai Proses Penciptaan Kerajinan Manik-Manik “Griya Manik” Di Desa Gambang Jombang dan Wujud Visual Kerajinan Manik-Manik “Griya Manik” Di Desa Gambang Jombang, maka penulis memberikan saran-saran sebagai berikut: 1. Mengenai proses penciptaan yakni pada media pembuatan berupa bahan utama akan lebih menghasilkan manik-manik yang bernilai tinggi jika pengrajin menggunakan bahan dasar kaca yaitu pasir kuarsa. 2. Kepada pengusaha sekaligus pengrajin agar lebih memperdalam pengetahuan tentang ragam manik-manik baik di Indonesia maupun luar negeri karena dengan wawasan yang luas akan memperkaya pengetahuan dan dapat mengaplikasikan dalam berbagai macam produk manik-manik. DAFTAR RUJUKAN Adyatman, Sumarah. Arifin, Rejeki. 1996. Manik-Manik di Indonesia. Semarang. Herawati, Ida Siti. 1991. Pengantar Kerajinan Anyam. Malang: Proyek Operasi dan Perawatan Fasilitas IKIP Malang. Karun. 2008. Persian Glass Beads (Online), (http://www.karuncollection.com/ ?cat=19), diakses 28 april 2010. Simak, Evelyn. 2006. African Trade Beads, (Online), http://www.africantradebeads.com/Product_Index/Kiffa/Kiffa-st/kiffast.html), diakses 26 april 2011.
Simak, Evelyn (2006). "Mauritanian Powder-Glass Kiffa Beads". Ornament 5 (29): 60–63. "Mauritania Powder-Kaca Kiffa Beads" (Online), (http://www. "Mauritanianpowder-glasskiffabeads"/ancient.html), diakses 26 april 2011. Suwardikun, Widiatmoko, Didit. 2006. Tentang logo. Visual – Jurnal Seni Rupa dan Desain, 09(1), (Online), (http:// dkvdiditw.wordpress.com/ /2007/12/20/ tentang -logo/), diakses 26 april 2011 Tawna. 1993.The Margaretologist, the official journal of The Margaretologist, 6(2), (Online), (http:// the margaretologist, the official journal of the margaretologist.wordpress.com/heirbloomsumba?/), diakses 28 april 2011. Universitas Negeri Malang. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi, Tesis, Disertai Artikel, Majalah, Laporan Penelitian. Edisi Kelima. Malang: Dpartemen Pendidikan Nasional. Wikimedia. 2011. Burong Tiong Mas, (Online), http://www.wikimedia.com/ burongtiong_mas_images/Satwa/images-borneost.html), diakses 06 mei 2011. Wikimedia. 2011. Borneo, (Online), http://www.wikimedia.com/ borneo_kalimantan_index/?/borneo/??//.html), diakses 06 mei 2011.