STUDI BIDANG BARU STANDARDISASI TERMASUK ICT DENGAN PENDEKATAN PERTUMBUHAN STANDAR INTERNASIONAL IEC DAN STANDAR NASIONAL SNI Prihadi Waluyo BPPT-TIRBR-PTIP Gedung II BPPT Lt 9, Jln. M.H.Thamrin No. 8, Jakarta 10340
[email protected]
ABSTRACT Standardization have moved rapidly following the development of science and technology and the need of trade. So that, to facilitate trade and to protect domestic consumers, we need supply or standards appropriately, such as study of new area of standardization with international standard and SNI development approach. The determination of priority of new area of standardization to be done by analysis the standards growth, use the same ICS, compare with the growth of international standards (ISO & IEC) versus SNI. The growth is measured by the growth curve slope during year 1991-2007, with slope more than 50% is meant high. Several new area of standardization from the study include Information technology, Sinematography, Radiation, and medical laboratorium science. Keywords: new area, standard, SNI, ISO, IEC, ICS
ABSTRAK Standardisasi telah berkembang dengan pesat seiring dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan permintaan pasar. Untuk memfasilitasi perdagangan dan melindungi konsumen domestik, diperlukan tersedianya standar yang tepat, seperti melalui pendekatan atau studi bidang baru standardisasi dalam kaitan antara standar internasional dan Standar Nasional Indonesia (SNI). Penentuan prioritas bidang baru standardisasi dilakukan dengan analisis pertumbuhan standar, menggunakan Klasifikasi Standar Internasional (ICS) yang sama, dibandingkan dengan pertumbuhan standar internasional (International Organization for Standardization/ISO & International Electrotechnical Commission/IEC). Pertumbuhan yang diukur pada slop kurva pertumbuhan selama tahun 1991-2007, dengan slop lebih dari 50% berarti tinggi. Beberapa bidang baru standardisasi termasuk dalam hal ini Teknologi Informasi, Sinematografi, Radiasi, dan Pengetahuan Laboratorium Medis. Kata kunci: bidang baru, standar, SNI, ISO, IEC , ICS
Studi Bidang Baru… (Prihadi Waluyo)
33
PENDAHULUAN Persaingan dalam perdagangan menjadi semakin tajam. Sementara, kesepakatan internasional (WTO) melarang terjadinya proteksi yang berlebihan maupun diskriminasi antar produk lokal dan impor. Dalam keadaan ini, peran standardisasi menjadi sangat signifikan. Standar yang dahulu hanya untuk kepentingan proses produksi dan penjaminan mutu, sekarang sudah merambah ke politik perdagangan. Standar banyak digunakan sebagai alasan logis untuk menghambat produk impor yang tidak sesuai dengan persyaratan lokal, terutama jika menyangkut keamanan, keselamatan, kesehatan, maupun kelestarian fungsi lingkungan hidup. Standar juga dipergunakan untuk menguasai suatu bidang tertentu yang merupakan produk atau komoditas unggulan suatu negara. Standardisasi bergerak sangat cepat mengikuti perkembangan iptek dan kebutuhan perdagangan. Oleh karena itu, untuk memfasilitasi perdagangan dan melindungi kepentingan konsumen domestik, diperlukan ketersediaan standar yang memadai. Agar Indonesia tidak ketinggalan, diperlukan usaha untuk mengisi semua bidang dalam kegiatan standardisasi. Sedangkan bidang yang harus menjadi prioritas pengembangan standardisasi terutama harus memperhatikan aspek kepentingan konsumen yang luas, kemampuan proses produksi dalam negeri, potensi ekspor dan impor serta kelestarian lingkungan dan dampak sosialnya. Berbagai organisasi pengembang standar internasional, seperti ISO (international organization for standardization) dan IEC (international electric and electrical committee) secara inovatif telah memasuki berbagai bidang baru. Indonesia perlu mengetahui sejauh mana perkembangan perumusan standar internasional yang diikuti oleh Indonesia. Kegiatan standar di Indonesia umumnya hanya berkonsentrasi pada produk konvensional. Untuk bisa mengikuti perkembangan internasional dengan lebih baik, diperlukan usaha yang lebih aktif dan kreatif. Halhal yang dahulu tidak mendapat perhatian dalam produksi, seperti tanggungjawab terhadap lingkungan, harus mulai diperhatikan. Karena masalah lingkungan dapat dijadikan hambatan bagi produk Indonesia untuk masuk dalam pasar internasional. Indonesia juga harus memperhatikan peluang-peluang baru seperti Teknologi informasi, Sinematografi, dan sebagainya agar tidak ketinggalan dalam memasuki pasar baru. Meskipun standardisasi di Indonesia telah berlangsung lama, namun diperkirakan masih terdapat bidang-bidang yang belum tertangani. Untuk itu, diperlukan suatu penelitian untuk bisa mengetahui posisi perumusan standar di Indonesia. Berdasarkan uraian sebelumnya, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: bidang baru apa saja yang dikembangkan oleh organisasi pengembang standar internasional; serta standar bidang baru apa yang perlu menjadi prioritas perumusan SNI di Indonesia. Sementara itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bidang baru standar internasional yang dikembangkan oleh organisasi pengembang standar internasional ISO & IEC; mengetahui standar Bidang baru yang perlu menjadi prioritas perumusan SNI di Indonesia; dan mengetahui Bidang yang belum banyak disentuh dalam perkembangan standar nasional. Sasaran penelitian ini adalah tersusunnya data tentang bidang baru yang masih gap dalam pengembangan SNI serta merekomendasikan prioritas bidang baru dalam perumusan standar nasional berdasarkan atas kesiapan stakeholder terkait. Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai masukan dalam kebijakan pengembangan standardisasi nasional di Indonesia, yang mencakup sebagai masukan bagi program kebijakan pengembangan SNI, khususnya bagi Panitia Teknis Perumusan SNI dalam menyusun program nasional perumusan standar dan sebagai informasi bagi departemen teknis atau LPND terkait tentang perkembangan standar di tingkat internasional.
34
INASEA, Vol. 12 No.1, April 2011: 33-43
METODE Kegiatan penelitian Bidang baru di bidang Standardisasi ditunjukkan dalam metode penelitian. Bidang baru secara sederhana dapat didefinisikan sebagai Bidang dimana kegiatan standardisasi di Indonesia belum secara intensif menyentuhnya. Hal ini diindikasikan sebagai gap antara standar ISO atau IEC dan SNI untuk suatu bidang tertentu, yang dalam penelitian ini menggunakan klasifikasi ICS 7 digit. Suatu bidang disebut Bidang baru yaitu jika ISO atau IEC sudah memasuki Bidang tersebut, yang ditandai dengan telah disusunnya standar terkait, tetapi Indonesia belum memiliki (atau masih sangat sedikit) SNI dalam bidang yang sama. Bidang baru dapat berarti bidang tersebut betul-betul baru dalam kegiatan standardisasi internasional, termasuk lingkup sosiologi, ilmu pengetahuan, dan teknologi, misalnya societal security dan nanotechnology, atau bukan suatu hal yang benar-benar baru tetapi belum cukup intens ditangani dalam kegiatan standardisasi nasional Indonesia, misalnya fisheries and aqua culture dan materials for aluminium production. Pendekatan gap antara ISO/IEC dengan SNI merupakan salah satu cara menentukan Bidang baru. Pendekatan lainnya ialah dari topik yang sedang in dalam ISO Focus dan IEC News, sebagai majalah resmi ISO/IEC yang membahas topik-topik utama yang sedang mendapat perhatian. Dari publikasi ISO Focus dan IEC News dapat diperoleh gambaran tentang Bidang baru yang sedang menjadi perhatian di masyarakat standar internasional, seperti misalnya societal security dan intelligent transport systems. Pendekatan yang lain lagi ialah dengan mengetahui ISO/TC/WG yang baru dibentuk. Pembentukan ISO/TC/WG baru menandakan adanya kebutuhan baru di bidang tersebut, yang selama ini belum ditangani atau diperlukan. Dari berbagai pendekatan lain tersebut dapat dirumuskan kriteria yang menandai suatu Bidang dapat disebut Bidang baru, sehingga dapat diperoleh daftar berbagai bidang yang disebut Bidang baru bagi kegiatan perumusan standar di Indonesia. Bidang baru ini diperkirakan akan berjumlah puluhan bahkan ratusan tergantung tingkat kedalaman bidang ICS yang digunakan. Supaya lebih efektif untuk dapat ditindaklanjuti, perlu dilakukan pemilihan Bidang baru yang menjadi prioritas dalam kegiatan SNI. Untuk itu perlu dibuat kriteria tentang Bidang baru yang menjadi prioritas dalam SNI. Kriteria ini dirumuskan dengan memperhatikan berbagai hal, antara lain peran bidang baru tersebut dalam menunjang keunggulan kompetitif nasional, menjadi bagian dari kebijakan pemerintah, kesiapan industri, kebutuhan pasar, atau faktor-faktor lain yang diperlukan dalam kaitannya perumusan standar terkait. Berdasarkan kriteria prioritas tersebut dapat dipilih sekitar 10 sampai dengan 20 bidang yang dianggap sebagai prioritas Bidang baru yang perlu dikembangkan standar nasionalnya.
Batasan dan Ruang Lingkup Mengingat luasnya ruang lingkup Bidang yang diteliti, penelitian ini mengacu kepada perkembangan perumusan standar yang telah dilakukan di ISO dan IEC. Penelitian diarahkan untuk mengetahui gap yang terjadi antara penyusunan standar di kedua organisasi tersebut dengan yang ada di Indonesia. Pada tahun-tahun berikutnya dimungkinkan untuk mengkaji gap antara SNI dan standar lain, misalnya Codex, ITU, dan lain-lain. Studi terhadap kesiapan industri dibatasi pada 10 sektor atau kelompok standar yang memiliki gap terbesar.
Metodologi Penelitian dan Tahap Studi Metode Penelitian
Studi Bidang Baru… (Prihadi Waluyo)
35
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yaitu penelitian yang menghasilkan penemuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau cara-cara lain dari kuantifikasi atau pengukuran (Strauss & Corbin, 1997). Pembahasan dalam penelitian ini dilakukan secara deskriptif yaitu membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian berdasarkan data atau keterangan yang faktual, dengan tahapan sebagai berikut: (1) pengumpulan data; (2) analisis studi bidang baru; (3) analisis studi bidang baru prioritas; (4) verifikasi; dan (5) penarikan kesimpulan. Tahap Studi Tahap studi yang dilakukan terbagi dalam tiga tahap. Tahap I merupakan pemilihan Bidang Baru, yaitu inventarisasi data (SNI, ISO, IEC), penetapan kriteria, dan pemilihan Bidang baru (long list). Tahap II merupakan penetapan Bidang Baru Prioritas, yang terdiri dari penetapan kriteria dan penetapan Bidang baru prioritas (short list). Tahap III yaitu identifikasi jenis standar dan PT terkait, terdiri dari identifikasi standar ISO/IEC kelompok Bidang baru prioritas dan identifikasi PT yang menangani.
HASIL DAN PEMBAHASAN Uraian berikut menjelaskan pelaksanaan dan analisa lebih lanjut setiap tahapan penelitian tersebut.
Pengumpulan Data Pengumpulan data sekunder yaitu mengumpulkan data dari ISO Focus, data ISO/TC maupun IEC/TC. Pengumpulan data primer untuk mengetahui Bidang Baru prioritas dan Kesiapan Industri dilakukan dengan Focus Group Discussion (FGD) dan survey ke responden tertentu dengan wawancara mendalam (in-depth interview). Pengumpulan data dilakukan dalam dua tahap: penentuan Bidang baru, dan penentuan Bidang baru prioritas. Pengumpulan data dilakukan melalui studi pustaka dan wawancara dengan pihak-pihak terkait. Dalam tahap pertama, data yang diperlukan mencakup judul-judul standar ISO dalam klasifikasi ICS, judul-judul standar IEC dalam klasifikasi ICS, serta judul-judul standar SNI dalam klasifikasi ICS. Dalam tahap kedua, dilengkapi dengan data yaitu: (1) daftar ISO TC/SC/WG; (2) daftar IEC TC/SC/WG; (3) daftar PT/SPT SNI; (4) judul-judul topik utama dalam ISO Focus; (5) judul-judul topik utama dalam IEC News; (6) data produksi dan perdagangan bidang-bidang potensial; (7) data ketersediaan dan kemampuan SDM bidang potensial; (8) data ketersediaan infrastruktur pendukung bidang potensial; (9) daftar SNI wajib; (10) daftar produk unggulan ekspor; (11) daftar produk prioritas industri. Data standar ISO, IEC, dan SNI yang dianalisis sampai dengan data per 31 Desember 2006, sedangkan ISO Focus digunakan periode 2004 sampai dengan pertengahan 2007, dan data produksi dan perdagangan digunakan periode 2001 sampai dengan 2006. Sumber data berasal dari Sekretariat ISO, Sekretariat IEC, BSN, BPS, dan sumber terbuka lainnya.
Data Analisis dan Hasil Penelitian Analisis dilakukan dengan mencari gap yang ada antara standar ISO dan IEC dengan SNI. Pencarian gap antara standar ISO dan IEC dengan SNI menggunakan kriteria pokok adanya perbedaan jumlah standar yang lebih besar dari 50% dan sekurang-kurangnya berjumlah 10
36
INASEA, Vol. 12 No.1, April 2011: 33-43
standar. Untuk memfokuskan pembahasan, dilakukan sortasi lanjut dengan membuat ranking tertinggi dari gap sehingga didapatkan daftar sekitar 100 bidang.
Analisis Studi Bidang Baru Pada tahap ini pemilihan Bidang baru standardisasi dilakukan dengan menggunakan kriteria: (1) terdapat gap antara standar ISO/IEC dengan SNI lebih dari 50%; (2) sebagai main topic dalam ISO Focus atau IEC News; (3) ISO TC/SC atau IEC TC/SC baru dibentuk. Suatu bidang disebut Bidang baru yaitu jika ISO atau IEC sudah memasuki Bidang tersebut, yang ditandai dengan telah disusunnya standar terkait, tetapi Indonesia belum memiliki (atau masih sangat sedikit) SNI dalam bidang yang sama. Proses diawali dengan pengelompokkan standar ISO, IEC dan SNI berdasarkan ICS 7 (tujuh) digit. Dari proses pengembangan data diperoleh standar ISO terbagi menjadi 939 (sembilan ratus tiga puluh sembilan), standar IEC terbagi menjadi 731 (tujuh ratus tiga puluh satu) kelompok ICS, dan standar SNI terbagi menjadi 694 (enam ratus sembilan puluh empat) kelompok ICS. Kemudian data tersebut dibandingkan berdasarkan ICS digit tersebut, antara ISO dengan SNI dan antara IEC dengan SNI, untuk kemudian dihitung gap untuk setiap kelompok ICS-nya, apabila jumlah SNI lebih besar dari pada standar internasionalnya, maka gap akan bernilai negatif. Dan sebaliknya jumlah SNI lebih besar dari pada standar internasionalnya, maka gap akan bernilai positif. Selanjutnya akan disortir menurut urutan gap terbesar, dari gap ISO-SNI diambil 200 gap terbesar, dan dari gap IEC-SNI diambil 100 gap terbesar, kemiudian digabung. Dari hasil penggabungan akan dieliminasi yang sama dan mendekati hingga menjadi daftar 150 Bidang baru. Dengan penambahan dua kriteria, di luar kriteria gap, yaitu: Sebagai main topic dalam ISO Focus atau IEC News, dan ISO TC/SC atau IEC TC/SC baru dibentuk, di dapat 209 Bidang baru berdasarkan ICS 5 digit.
Hasil Analisis Hasil analisis gap ISO/IEC dengan SNI dapat dilihat pada Tabel berikut. Tabel 1. Contoh Analisis sebagian dari 100 gap ISO dengan SNI berdasrkan ICS 7 digit No 1 2 3 4 5 6 7 8
ICS 25 .040 .40 35 .040 35 .100 .05 35 .100 .70 83 .080 .01 35 .060 23 .040 .20 11 .040 .40
9 10 11 12 13
49 .140 37 .020 53 .100 83 .060 35 .080
14 15 16
13 .180 71 .100 .60 35 .200
Judul ICS Industrial process measurement and control Character sets and information coding Multilayer applications Application layer Plastics in general Languages used in information technology Plastics pipes Implants for surgery, prosthetics and orthotics Space systems and operations Optical equipment Earth-moving machine Rubber Software development and system documentation Ergonomics Essential oils Interface and interconnection equipment
Studi Bidang Baru… (Prihadi Waluyo)
ISO 587 459 219 191 176 148 160 127
SNI 8 0 0 0 11 0 22 2
gap 579 459 219 191 165 148 138 125
119 113 132 131 109
0 2 21 20 0
119 111 111 111 109
106 124 96
0 25 0
106 99 96
37
17
17 .160
18 19 20 21
71 .100 .10 83 .080 .20 33 .040 .35 35 .240 .30
22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
17 .140 .20 23 .040 .45 43 .060 .40 35 .240 .20 11 .040 .70 53 .020 .20 35 .240 .15 35 .240 .60 35 .140 21 .100 .10 23 .020 .30
Vibrations, shock and vibration measurements Materials for aluminium production Thermoplastic materials Telephone networks IT applications in information, documentation and publication Noise emitted by machines and equipment Plastics fittings Fuel systems IT applications in office work Ophthalmic equipment Cranes Identification card and related devices IT applications in transport and trade Computer graphics Plain bearings Gas pressure vessels, gas cylinders
96
3
93
93 122 91 91
0 30 0 0
93 92 91 91
89 89 88 84 82 88 78 78 77 76 78
2 2 2 1 0 7 0 0 0 1 4
87 87 86 83 82 81 78 78 77 75 74
Tabel 2. Analisis sebagian dari 50 gap IEC dengan SNI berdasarkan ICS 7 digit NO
38
1 2 3 4
ICS 19 .040 25 .040 .40 11 .040 .50 17 .220 .20
Judul ICS
5 6 7 8 9 10
31 .220 .10 91 .140 .50 13 .260 19 .080 97 .040 .50 13 .220 .40
Plug-and-socket devices. Connectors Electricity supply systems Protection against electric shock Hinges, eyelets and other articulated joints Small kitchen appliances Ignitability and burning behaviour of materials and products
11 12 13
27 .160 31 .100 29 .260 .20
14 15 16 17
35 .240 .50 13 .280 33 .060 .20 33 .060 .30
Solar energy engineering Electronic tubes Electrical apparatus for explosive atmospheres IT applications in industry Protection against electric shock Receiving and transmitting equipment Radio relay and fixed satellite communications systems
18 19 20 21 22
27 .120 .20 97 .060 29 .160 47 .020 .70 21 .020
Nuclear power plants. Safety Laundry appliances Rotating machinery Navigation and control equipment Characteristics and design of machines, apparatus, equipment
47 48 42 50 42
4 5 1 9 3
43 43 41 41 39
23
97 .040 .20
Cooking ranges, working tables, ovens and similar appliances
47
9
38
24
31 .040 .10
Resistors in general
35
1
34
Screw threads Industrial process measurement and control Radiographic equipment Measurement of electrical and magnetic quantities
IEC 256 143 140 150
SNI 13 8 7 24
gap 243 135 133 126
124 126 112 89 89 80
1 12 4 1 6 6
123 114 108 88 83 74
78 57 54
12 3 3
66 54 51
48 54 48 46
0 7 1 2
48 47 47 44
INASEA, Vol. 12 No.1, April 2011: 33-43
25 26 27 28 29 30
11 .040 .60 17 .140 .20 97 .030 33 .160 .30 17 .240 29 .120 .50
31 32 33 34 35 36
33 .120 .10 11 .040 .01 13 .110 17 .220 .01 11 .040 .55 33 .160 .40
Therapy equipment Noise emitted by machines and equipment Domestic electrical appliances in general Audio systems Radiation measurements Fuses and other overcurrent protection devices Coaxial cables. Waveguides Medical equipment in general Safety of machinery Electricity. Magnetism. General aspects Diagnostic equipment Video systems
36 34 36 32 36 38
3 2 4 1 6 8
33 32 32 31 30 30
31 30 26 24 23 21
1 2 0 1 3 1
30 28 26 23 20 2
Analisis Studi Bidang Baru Prioritas Penetapan Bidang baru prioritas dilakukan dengan menganalisis pertumbuhan standar, menggunakan ICS yang sama, dibandingkan pertumbuhan standar internasional (ISO & IEC) versus SNI. Selanjutnya dibuat empat kriteria, yaitu kategori I, bila pertumbuhan standar internasional (IS) tinggi, sedang pertumbuhan standar nasional (SNI) rendah, kategori II bila pertumbuhan IS tinggi, dan pertumbuhan SNI juga tinggi, kategori III bila pertumbuhan IS rendah dan pertumbuhan SNI juga rendah, terakhir kategori IV bila pertumbuhan IS rendah dan pertumbuhan SNI tinggi, lihat tabel di bawah. Kategori II, III, dan IV dianggap tidak signifikan, karena tidak mencerminkan ketertinggalan SNI dengan SI, dilihat dari segi pertumbuhan standarnya. Sebaliknya untuk Kategori I dianggap penting, karena mencerminkan ketertinggalan SNI dengan IS. Tabel 3. Tahap II – Penetapan Bidang Baru Prioritas
Pertumbuhan Kategori IS
SNI
I
tinggi
rendah
II
tinggi
tinggi
III
rendah
rendah
IV
rendah
tinggi
Pertumbuhan diukur berdasarkan kemiringan (slope) kurva pertumbuhan selama tahun 1991-2007 Slope > 50% = tinggi
Tabel 4. Hasil Long-list (sebagian) No.
Judul (Indonesia)
ICS
1
35 .060
Bahasa yang digunakan dalam teknologi informasi
2
35 .080
Pengembangan perangkat lunak dan dokumentasi sistem
3
53 .020
Peralatan pengangkat
4
37 .060
Sinematografi
Studi Bidang Baru… (Prihadi Waluyo)
39
5
13 .280
Perlindungan terhadap radiasi
6
17 .160
Getaran, kejutan dan pengukuran getaran
7
49 .035
Komponen untuk konstruksi penerbangan
8
83 .160
Ban
9
11 .100
Ilmu kedokteran laboratorium
10
83 .180
Perekat
11
01 .060
Besaran dan satuan
12
13 .140
Bunyi yang berhubungan dengan manusia
Dari kategori I terdapat 24 judul Bidang baru prioritas menggunakan ICS lima digit, sebagaimana ditunjukkan pada hasil short-list di bawah, di mana nantinya setelah di telusuri, daftar standar IS pada kategori ini merupakan Bidang baru prioritas yang perlu dirumuskan SNI-nya. Tabel 5. Hasil Short-list No.
40
Judul (in)
ICS
1
35 .060
Bahasa yang digunakan dalam teknologi informasi
2
35 .080
Pengembangan perangkat lunak dan dokumentasi sistem
3
53 .020
Peralatan pengangkat
4
37 .060
Sinematografi
5
13 .280
Perlindungan terhadap radiasi
6
17 .160
Getaran, kejutan dan pengukuran getaran
7
49 .035
Komponen untuk konstruksi penerbangan
8
83 .160
Ban
9
11 .100
Ilmu kedokteran laboratorium
10
83 .180
Perekat
11
01 .060
Besaran dan satuan
12
13 .140
Bunyi yang berhubungan dengan manusia
13
35 .110
Jaringan
14
27 .040
Turbin gas dan turbin uap. Mesin uap
15
75 .120
Fluida hidrolik
16
49 .120
Peralatan kargo
17
79 .080
Semi manufaktur kayu
18
35 .260
Peralatan kantor
19
73 .120
Peralatan pengolahan mineral
20
23 .140
Kompresor dan mesin pneumatik
21
93 .030
Sistem pembuangan bagian luar
22
11 .020
Ilmu kedokteran secara umum
23
97 .190
Peralatan rumah tangga untuk anak-anak
24
03 .020
Sosiologi. Demografi
INASEA, Vol. 12 No.1, April 2011: 33-43
Narasi Bidang Baru Prioritas termasuk ICT Penjelasan (narasi) lebih lanjut dari beberapa judul Bidang baru prioritas yang terkait ICT (Information and Communication Technology)/Elektronika adalah sebagai berikut. Bahasa yang Digunakan dalam Teknologi Informasi - ICS 35.060 Bidang ini masuk kedalam kriteria Bidang baru karena adanya kesenjangan yang tinggi antara jumlah standar internasional (ISO) dan SNI. Data per awal Oktober 2007 menunjukkan jumlah standar ISO dalam kelompok ICS 35.060 telah mencapai 148 standar sedangkan pada bidang yang sama tidak tersedia SNInya. Perbedaan ini menunjukkan bahwa bidang tersebut belum tersentuh oleh perumusan standar nasional kita. Dalam organisasi ISO, bidang bahasa yang digunakan dalam teknologi informasi masuk di ruang lingkup ISO/TC 37: Terminology and languange Sedangkan di Indonesia belum ada ruang lingkup Panitia Teknisnya. Karena pentingnya kesamaan terminologi dan bahasa pada bidang informasi maka bahasa untuk teknologi informasi masuk sebagai main focus pada ISO focus, terbitan bulan Mei tahun 2007, dimana ISO/TC 37 telah merumuskan standar baru yaitu ISO 639 series: Codes for the representation of names of language. Pengembangan Perangkat Lunak dan Dokumentasi Sistem - ICS 35 .080 Ruang lingkup ICS ini meliputi Pengembangan perangkat lunak dan dokumentasi sistem. Bidang ini masuk kedalam kriteria Bidang baru karena bidang tersebut belum tersentuh oleh perumusan standar nasional kita. Jumlah standar ISO dalam kelompok ICS 35.080 telah mencapai 109 standar sedangkan pada bidang yang sama tidak tersedia SNI-nya (data per awal Oktober 2007). Dalam organisasi ISO, bidang Pengembangan perangkat lunak dan dokumentasi sistem masuk di ruang lingkup ISO/IEC JTC 1 - ISO/IEC Joint Technical Committee for Information technology. Sedangkan di Indonesia belum ditetapkan Panitia Teknisnya, namun untuk Pantia Teknis 01-03: Informasi dan dokumentasi, terdapat keterkaitan dengan Panitia Teknis internasional ISO/IEC JTC 1, dan untuk Pantia Teknis 3-01: Teknologi Informasi melalui Media Elektronik, terdapat keterkaitan dengan Panitia Teknis internasional ISO/TC JTC 1. Sinematografi - ICS 37 .060 Ruang lingkup ICS ini meliputi Sinematografi secara umum, Peralatan gambar hidup, Film gambar hidup dan standar lain yang berkaitan dengan sinematografi. Bidang ini masuk kedalam kriteria Bidang baru karena adanya perbedaan jumlah yang cukup besar antara jumlah standar internasional (ISO) dan SNI. Jumlah standar ISO dalam kelompok ICS 37 .060 telah mencapai 45 standar sedangkan jumlah SNI pada bidang yang sama hanya berjumlah 12 standar (data per awal Oktober 2007). Dalam organisasi ISO, bidang Sinematografi masuk dalam ruang lingkup TC 36: Cinematography, sedangkan di Indonesia belum ditetapkan Panitia Teknisnya. Perlindungan terhadap Radiasi - ICS 13 .280 Perlindungan terhadap radiasi masuk kedalam kriteria Bidang baru karena adanya perbedaan yang tinggi antara jumlah standar internasional (ISO) dan SNI, dimana jumlah standar ISO dalam kelompok ICS 13 .280 telah mencapai 102 standar sedangkan jumlah SNI pada bidang yang sama hanya berjumlah 7 standar (data per awal Oktober 2007). Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan standar nasional bidang tersebut masih lambat. Dalam organisasi ISO, bidang
Studi Bidang Baru… (Prihadi Waluyo)
41
Perlindungan terhadap radiasi masuk dalam ruang lingkup TC 85: Nuclear energy,. sdi Indonesia masuk dalam lingkup Panitia Teknis 17-01: Pengukuran Radiasi. Ilmu Kedokteran Laboratorium - ICS 11 .100 Ruang lingkup ICS ini meliputi Ilmu kedokteran laboratorium secara umum, Sistem uji dianostik invitro, Evaluasi biologi peralatan biologi, Analisis darah dan urine, dan standar lainnya berkaitan dengan ilmu kedokteran laboratorium. Bidang ini masuk kedalam kriteria Bidang baru karena bidang ini belum tersentuh oleh perumusan standar nasional kita. Jumlah SNI pada bidang ini tidak tersedia, sedangkan dalam ISO bidang ini cukup berkembang dimana jumlah standar ISO dalam kelompok ICS 11 .100 telah mencapai 43 standar (data per awal Oktober 2007). Dalam organisasi ISO, bidang Ilmu kedokteran laboratorium masuk dalam ruang lingkup TC 48: Laboratory equipment, TC 212: Clinical laboratory testing and in vitro diagnostic test systems, TC 194: Biological evaluation of medical devices, TC 106: Dentistry. Sedangkan di Indonesia telah ditetapkan Panitia Teknis 11-04: Invitro Diagnostic Test System. Jaringan - ICS 35 .110 Jaringan (ICS 35 .110) masuk kedalam kriteria Bidang baru karena bidang tersebut belum tersentuh oleh perumusan standar nasional kita. SNI untuk bidang ini tidak tersedia sedangkan jumlah standar ISO dalam kelompok ICS 35 .110 telah mencapai 26 (data per awal Oktober 2007). Dalam organisasi ISO, bidang Jaringan masuk dalam ruang lingkup ISO/IEC JTC 1 - ISO/IEC Joint Technical Committee for Information technology. Sedangkan di Indonesia masuk ruang lingkup Panitia Teknis 35-01: Teknologi Informasi melalui Media Elektronik. Karena dinamisnya teknologi informasi, maka selalu menjadi isu penting dalam ISO Focus edisi tahun 2007.
SNI Bidang Baru yang Perlu Dirumuskan Sebagai contoh output SNI Bidang baru yang perlu dirumuskan, adalah sebagaimana dalam tabel di bawah, berdasarkan data lengkap daftar standar internasional yang perlu dirumuskan SNInya (tidak ditampilkan dalam tulisan ini). Tabel 6 Contoh Output SNI Bidang Baru yang Perlu Dirumuskan No 1.
Bidang Baru Judul Standar Referensi Pengembangan Teknologi keamanan - Sistem ISO 27001 perangkatlunak informasi manajemen dandokumentasi sistem -ICS 35 .080
PT Terkait PT. 35.01
2.
Pengembangan Teknologi keamanan - Sistem ISO/FDIS 21827 perangkatlunak rekayasa keamanan – dandokumentasi Capability Maturity Model sistem -ICS 35 .080
PT. 35.01
Verifikasi Verifikasi dilakukan untuk mengkoreksi kelayakan hasil dengan mempertimbangkan masukan expert judgement, yang dalam hal ini dilakukan dalam bentuk FGD terbatas internal. Hasilnya adalah perlunya di pertimbangkan beberapa topik yang hangat di internasional untuk masuk sebagai Bidang baru, antara lain hal tentang turisme (kepariwisataan). Juga diminta untuk memasukan nilai ekspor masing-masing Bidang Baru prioritas.
42
INASEA, Vol. 12 No.1, April 2011: 33-43
PENUTUP Sebagai simpulan dari penelitian ini adalah: (1) Bidang baru standardisasi adalah bukan semata-mata bidang baru standardisasi yang sedang hangat di bahas di dunia internasional, seperti menjadi topik utama (main focus) pada majalah ISO Focus, karena bisa terjadi Bidang yang tidak baru dalam standardisasi internasional (ISO & IEC) menjadi Bidang baru dalam SNI; (2) dengan analisis gap telah dibandingkan antara jumlah standar internasional (ISO & IEC) dengan jumlah SNI, pada ICS yang sama, dengan menggunakan kriteria: terdapat gap antara standar ISO/IEC dengan SNI lebih dari 50%, sebagai main topic dalam ISO Focus atau IEC News, ISO TC/SC atau IEC TC/SC baru dibentuk, didapat 209 Bidang baru berdasarkan ICS 5 digit; (3) dari kategori I terdapat 24 judul Bidang baru prioritas menggunakan ICS lima digit, termasuk antara lain Bahasa yang digunakan dalam teknologi informasi - ICS 35.060, Ilmu kedokteran secara umum - ICS 11.020, termasuk teknologi nano untuk kesehatan, dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA Cooper, D. R, & Schindler, P. S. (2006). Marketing research. Mc Graw-Hill International. Hair, J., Bush, R., & Ortinau, D. (2003). Marketing research: Within a changing information environment (2nd ed.). Mc Graw-Hill. Strauss, A. C., & Corbin, J. M. (Editors) (1997). Grounded Theory in Practice, Sage Publications. NN.. ISO Focus. ISO Bulletin. 2004-2007. International Organization for Standardization (ISO). NN. Memento Panitia Teknis Perumusan SNI 2006. Badan Standardisasi Nasional (BSN). NN. Research Project. Supporting Foundation Degrees 2004. Mandatory Unit 8. Course Book. BPP Professional Education. NN. Senarai Standar Nasional Indonesia 2006. Badan Standardisasi Nasional (BSN).
Studi Bidang Baru… (Prihadi Waluyo)
43