STRUKTUR VISUAL GAMBAR ANAK TK LABORATORIUM UNIVERSITAS NEGERI MALANG
Yuni Indah Suryani Program Studi Pendidikan Seni Rupa Jurusan Seni dan Desain Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang ABSTRAK: Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan (1) struktur bentuk gambar anak TK Laboratorium Universitas Negeri Malang yang meliputi bentuk, tema dan gaya, (2) struktur warna gambar anak TK Laboratorium Universitas Negeri Malang yang meliputi variasi warna, sifat warna, intensitas warna dan atmosfer warna. Data dikumpulkan dengan studi dokumentasi dan pedoman observasi dari 23 siswa dan dianalisis dengan teknik deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian adalah (1) bentuk yang dibuat pada gambar, yang membuat bentuk rumah (82,60%), tumbuhan (82,60%) dan matahari (82,60%). Tema yang banyak digunakan yaitu tema lingkungan rumah (39,13%). Gaya gambar yang banyak dimiliki yaitu gaya gambar structural form dengan presentase (26,08%). Sedangkan pada (2) struktur warna, variasi warna yang digunakan meliputi warna primer, sekunder, tersier dan komplementer. Warna primer yang digunakan sebanyak (75,36%), warna sekunder yang digunakan sebanyak (66,66%), dan warna tersier sebanyak (52,17%) serta warna komplementer sebanyak (39,4%). Sifat warna yang ada pada gambar yaitu bersifat harmonis ada (60,86%) dan kontras ada (39,13%). Intensitas warna pada gambar yaitu terang (95,65%),redup (4,35%) dan gelap (0%). Atmosfer warna pada gambar yaitu beratmosfer panas dan dingin. Gambar yang beratmosfer panas sebanyak (52,17%) dan gambar yang beratmosfer dingin sebanyak (47,83%). Kata Kunci: Struktur Visual, gambar anak
Pada anak usia dini, ungkapan perasaan anak yang masih polos membuat mereka berekspresi secara wajar dan penuh spontan sehingga proses tersebut memiliki kebermaknaan bagi perkembangan mereka. Masa anak-anak merupakan awal dari perkembangan kreativitas anak. Kreativitas tampak di awal kehidupan anak dan terwujud dalam permainan. Seperti yang kita ketahui bahwa usia anakanak adalah usia bermain. Bermain adalah mencoret, mencoreng, berteriak, meloncat, bergerak dan lainnya. Kegiatan yang disenangi anak inilah yang diarahkan kepada pengembangan kreativitas. Suru (1983) berpendapat bahwa 1
2
setiap anak mempunyai nafsu untuk mengeluarkan perasaannya atau isi kesadaran jiwa yang lainnya. Nafsu-nafsu tersebut mendorong anak membuat coretancoretan. Pada anak-anak berusia 2-3 tahun, coretannya belum mempunyai arti atau si anak belum mempunyai maksud tertentu dengan coretannya. Tetapi lambat laun makin bertambah umurnya, ia mulai melihat sesuatu dari garis-garis yang dibuatnya. Pendidikan anak usia dini perlu diperhatikan sejak awal. Karena pendidikan di usia dini sangat berpengaruh pada pendidikan anak selanjutnya dan pada perkembangan anak pada khususnya. Lembaga pendidikan formal bagi anak usia dini seperti Taman Kanak-Kanak yang diharapkan dapat membina, mengarahkan
dan mengembangkan potensi dan kreativitas anak usia dini.
Khususnya pada pendidikan seni, karena seni dapat digunakan sebagai media pendidikan. Azaz pendidikan seni anak-anak telah menempatkan seni rupa sebagai media yang paling besar peluangnya bagi perkembangan kreativitas anak. Seperti yang diungkapkan Pranata (1996) di dalam proses menggambar itu anak mengadakan pembelajaran kreatif dan fantastis, bermain secara bebas dan spontan di dunia serba mungkin, tanpa batas norma, kaidah dan dimensi sebagaimana yang mengikat dunia faktual. Kekayaan nilai yang diperoleh lewat “proses menjadi” itu menentukan garis perkembangannya di masa datang. Pada pendidikan Taman Kanak-Kanak, yaitu di TK Laboratorium Universitas Negeri Malang proses berkeseniannya memiliki perbedaan dengan pendidikan Taman Kanak-Kanak lainnya di kota Malang. Pada pendidikan Taman Kanak-Kanak ini terdapat juga pengajaran seperti yang diterapkan di sanggar. Dengan mendatangkan pengajar yang ahli dalam pengajaran menggambar yang biasa diselenggarakan 1 minggu sekali. Sehingga secara langsung atau pun tidak langsung berpengaruh terhadap hasil gambar siswa TK Laboratorium Universitas Negeri Malang yaitu pada struktur visual gambar anak. Dengan peneliti mengangkat judul Struktur Visual Gambar Anak TK Laboratorium Universitas Negeri Malang. Menurut Pranata (1993) struktur visual gambar atau lukisan anakanak terdiri atas struktur bentuk dan struktur warna. Struktur bentuk terdiri atas bentuk perwujudan (form), tema dan gaya. Sementara itu, struktur warna terdiri atas karakter atau sifat warna, variasi dan intensitas warna, serta atmosfer warna. Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui sejauh mana pengaruh program
3
sanggar yang diselenggarakan oleh lembaga TK Laboratorium Universitas Negeri Malang terhadap struktur visual gambar anak. Dengan mengetahui bentuk, tema dan gaya yang digunakan serta pemilihan warna pada gambar anak, sehingga dapat dideskripsikan struktur visual gambar anak-anak. METODE Penelitian ini dilaksanakan selama 2 hari yaitu pada tanggal 11 April 2011 dan 16 April 2011. Pada penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif untuk melakukan analisis dokumentasi dan observasi, sumber data pada penelitian ini adalah gambar siswa tingkat B TK Laboratorium Universitas Negeri Malang. Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 1998:115). Pada penelitian ini populasinya adalah siswa tingkat B TK Laboratorium Universitas Negeri Malang yaitu ada 75 siswa. Pemilihan populasi ini dikarenakan pada jenjang kelas B, anak sudah mulai bisa mengkoordinasikan antara bentuk dan warna pada gambar dengan baik. Sehingga hasil gambar mereka bisa diamati secara teliti. Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto, 1998:117) Dan sampel yang digunakan pada penelitian ini yaitu kelas B1 TK Laboratorium Universitas Negeri Malang. Pemilihan sampel ini dilakukan secara random dengan pertimbangan kemampuan menggambar pada kelas B secara keseluruhan yaitu sama. Sehingga terpilih kelas B1 dengan jumlah 23 siswa. Dan pada hasil penelitian ini dilakukan generalisasi. Hasil penelitian ini berlaku pada semua siswa tingkat B TK Laboratorium Universitas Negeri Malang Tahun ajaran 2010/2011. Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah studi kuantitatif yang alat pengumpulan datanya menggunakan instrumen non tes berupa studi dokumentasi dan observasi pada gambar. Studi dokumentasi merupakan salah satu instrumen untuk mancari data verbal yang berupa gambar yaitu dengan mendokumentasikan gambar tersebut. Studi dokumentasi digunakan sebagai instrumen pada penelitian ini karena subyek penelitian ini adalah gambar anak, sehingga dibutuhkan instrumen yang mampu memberikan data secara deskriptif. Seperti yang diungkapkan Arikunto (2006:231) metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, gambar dan sebagainya. Dengan metode
4
dokumentasi yang diamati bukan benda hidup tetapi benda mati. Selain menggunakan metode dokumentasi, metode yang digunakan adalah observasi. Dalam melakukan observasi, untuk mengumpulkan data menggunakan pedoman observasi.
Proses
penganalisisan
data
dilakukan
melalui
tahapan:
1)
pencacahan/pengidentifikasian 2) Pengolahan 3) Penafsiran yaitu dengan menggunakan statistika deskriptif. Adapun tahapan yang dilalui untuk mengolah data yaitu 1) Pendokumentasian: Mendokumentasikan gambar sejumlah sampel yaitu 23 gambar. 2) Pemberian kode: Pada tahap ini memberi kode pada lembar pengamatan berdasarkan gambar yang diteliti. Member tanda 1 pada variable yang sesuai pada lembar pengamatan, dan memberi tanda - apabila tidak sesuai dengan variable yang ada pada lembar pengamatan. 3) Pentabulasian: Pada tahap ini memasukkan skor dari hasil data kegiatan pendokumentasian gambar ke dalam tabel untuk memudahkan proses analisis yaitu menggunakan penghitungan prosentase.
HASIL DAN PEMBAHASAN Kecenderungan Bentuk Pembuatan bentuk pada struktur visual gambar yang meliputi bentuk manusia, tumbuhan, hewan, gunung, awan, matahari, rumah dan bentuk nonfiguratif di TK Laboratorium Universitas Negeri Malang, menunjukkan bahwa terdapat anak-anak yang membuat bentuk-bentuk tersebut pada gambar dan ada juga yang tidak. Adapun prosentase bentuk yang dibuat adalah bentuk manusia (30,43%), hewan (17,39%), tumbuhan (82,60%), matahari (82,60%), gunung (52,17%), awan (73,91%), rumah (82,6%) dan bentuk non figuratif (0%). Jadi dapat disimpulkan bahwa kecenderungan
anak TK Laboratorium membuat
bentuk tumbuhan, matahari dan rumah pada struktur visual gambar dan anak TK Laboratorium tidak membuat bentuk nonfiguratif sama sekali. Dengan variasi bentuk manusia, tumbuhan, hewan, gunung, awan, matahari, rumah dan bentuk nonfiguratif. Namun ada beberapa hal yang harus diperhatikan, bentuk yang dibuat setiap anak berbeda sesuai dengan karakter masing-masing anak. Bentuk manusia
5
antara anak yang satu berbeda dengan yang lainnya. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan dalam perkembangan tiap anak secara khusus dalam penglihatannya. Sebagaimana diungkapkan Read dalam terjemahan Soetjipto (1973: 67) perbedaan-perbedaan kecepatan perkembangan dalam hal menggambar mungkin sekali disebabkan karena anak yang satu memiliki bakat penglihatan yang lebih baik dari yang lain. Dan dari perkembangan tubuh, ada beberapa hal yang mempengaruhi penglihatan anak. Seperti yang diungkapkan Pamadhi (2008:26) jika dilihat dari sudut perkembangan tubuh, penglihatan anak adalah: (1) Parsial, artinya anak masih belum dapat melihat secara jelas bahwa bagian-bagian dari objek mempunyai hubungan satu dengan yang lain. (2) Dipengaruhi egosentrisme, yaitu rasa keakuannya masih tinggi sehingga yang diiamati adalah sesuatu dari objek yang dia senangi. Dengan demikian apa yang diamati anak hanya sebagian dari objek yang menarik perhatiannya. (3) Gerak fisiologis tangan dan koordinasi dengan otak belum seimbang. Kadang pikiran anak telah mampu menjangkau bentuk objek secara rinci dan dianggap menarik perhatiannya, namun di sisi lain keterampilan untuk menyatakan objek belum dimiliki anak. (4) Pikiran atau perasaan lebih cepat bertindak dari pada tangannya, sehingga anak menjadi kebingungan untuk menyatakan bentuk objek. (5) Gaya anak mungkin berbeda dengan yang lain. Dalam perkembangan pikiran, gambaran yang telah terjadi sebelumnya, berubah menjadi persepsi. Persepsi ini kemudian berkembang terus menjadi dorongan bentuk objek dengan mengasosiasikan (menghubungkan dan menyamakan) dengan objek sebelumnya. Pada sebagian besar gambar anak, bentuk-bentuk yang dibuat seperti memiliki jiwa. Hal ini dapat dilihat pada gambar matahari yang memiliki mata, hidung dan mulut. Begitu juga gambar gunung yang memiliki mata dan mulut. Seperti yang diungkapkan F. Frobel (dalam Suru, I Made : 1983) Pada anak yang berusia 3-7 tahun, keadaan jiwanya baru mulai nampak perkembangannya. Maka itu pengamatannya belum mampu melahirkan pengindraan dan tanggapan yang mendetail, tetapi bersifat global. Jiwanya masih seutuhnya bersandar pada fantasi. Anak pada masa itu dikatakan hidupnya masih “animistis”, karena ia menganggap segala benda atau sesuatu yang ada di sekitarnya memiliki jiwa. Kecenderungan Tema
6
Pada struktur visual gambar di atas yang meliputi tema lingkungan rumah, lingkungan sekolah, suasana hati, keinginan anak, pemandangan alam, cita-cita, imajinasi, kepahlawanan dan peristiwa sekejap di TK Laboratorium Universitas Negeri Malang, menunjukkan bahwa terdapat variasi pada tema yang digunakan. Adapun prosentase tema yang digunakan adalah tema lingkungan rumah (39,13%), lingkungan sekolah (0%), suasana hati (0%), keinginan anak (8,6%), pemandangan alam (47,82%), cita-cita (0%), imajinasi (4,3%), kepahlawanan (0%) dan peristiwa sekejap (0%). Tema yang diambil dari gambar di atas adalah tema pemandangan alam. Merupakan pemandangan yang biasa diperhatikan dan diketahui oleh anak dalam kesehariannya. Tema merupakan unsur yang mewakili isi ungkapan yng disampaikan anak-anak. Menurut Garha (1981:93) karya anakanak yang dianggap berhasil ialah jika tema karya itu bersumber dari dunia anakanak sehingga karyanya dapat mewakili ungkapan perasaannya. Dari penjelasan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa tema yang ada di lngkungan sekitar anak khususnya pemandangan alam yang cenderung banyak diungkapkan melalui gambar. Akan tetapi hasil penelitian ini hanya berlaku di tingkat B TK Laboratorium Universitas Negeri Malang tahun ajaran 2010/2011.
Kecenderungan Gaya gambar Gaya gambar pada struktur visual gambar di atas yang meliputi gaya organic, lyric, impressionis, rhythmical pattern, structural form, schematic, haptik, ekspresionis, enumerative, decorative, romantic dan literary
di TK
Laboratorium Universitas Negeri Malang, menunjukkan bahwa terdapat variasi pada gaya yang digunakan. Adapun prosentase gaya yang digunakan adalah gaya organic (8.6%), lyrical (21,73%), impressionis (0%), rhythmical pattern (4,3%), structural form (26,08%), schematic (0%), haptik (13,04%), ekspresionis (8,6%), enumerative (4,3%), decorative (13,04%), romantic (0%) dan literary (0%). Jadi dapat disimpulkan bahwa kecenderungan anak TK Laboratorium menggunakan gaya structural form pada struktur visual gambar dan tidak menggunakan sama sekali gaya gambar impressionis , schematic,
romantic dan literary, dengan
7
variasi gaya organic, lyric, impressionis, rhythmical pattern, structural form, schematic, haptik, ekspresionis, enumerative, decorative, romantic dan literary. Dari penjelasan di atas, dapat diketetahui bahwa gaya gambar yang terdapat pada anak memiliki variasi dan merata. Tetapi ada salah satu gaya gambar yang menonjol daripada yang lain yaitu structura form, hal ini terlihat dari prosentase yang ada yaitu 26,08%. Angka ini paling tinggi diantara yang lainnya. Dan ditunjukkan oleh gambar di atas. Meskipun hasil penelitian terhadap gaya
gambar
ini
berbeda
dengan
pendapat
Read
dalam
terjemahan
Soetjipto(1973:77) structural form, tipe ini sangat jarang, obyeknya mengikuti rumus-rumus ilmu bangun. Hal ini berbeda karena dalam pendapat Read bahwa gaya Structural form ini sangat jarang ditemui, tetapi menurut hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah prosentase gaya gambar ini justru yang paling banyak dan cenderung dimiliki siswa TK Laboratorium Universitas Negeri Malang. Dari hal tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa kecenderungan gaya gambar structural form yang banyak dimiliki oleh anak. Akan tetapi hasil penelitian ini hanya berlaku di tingkat B TK Laboratorium Universitas Negeri Malang tahun ajaran 2010/2011.
Kecenderungan Struktur Warna Variasi Warna Penggunaan warna primer pada struktur visual gambar yang meliputi warna merah, kuning, dan biru di TK Laboratorium Universitas Negeri Malang. Menunjukkan bahwa terdapat anak-anak yang menggunakan warna-warna tersebut pada gambar dan ada juga yang tidak. Adapun prosentase warna primer yang digunakan adalah warna merah (47,82%), kuning (82,6%) dan biru (95,6%). Sedangkan anak-anak TK cukup banyak yang tidak menggunakan warna merah dan sedikit sekali yang tidak menggunakan warna kuning dan biru yaitu merah (52,18%), kuning (17,4%) dan biru (4,3%). Penggunaan warna sekunder pada struktur visual gambar yang meliputi warna jingga, hijau, dan ungu di TK Laboratorium Universitas Negeri Malang, menunjukkan bahwa terdapat anak-anak yang menggunakan warna-warna tersebut
8
pada gambar dan ada juga yang tidak. Adapun prosentase penggunaan warna sekunder adalah warna jingga (73,91%), hijau (86,9%) dan ungu (39,1%). Sedangkan anak-anak TK sedikit yang tidak menggunakan warna jingga dan hijau, cukup banyak yang tidak menggunakan warna ungu yaitu jingga (26,1%), hijau (13,1%) dan ungu (60,8%). Penggunaan warna tersier pada struktur visual gambar yang hanya meliputi warna coklat di TK Laboratorium Universitas Negeri Malang., menunjukkan bahwa terdapat anak-anak yang menggunakan warna coklat pada gambar dan ada juga yang tidak. Cukup banyak anak-anak TK yang menggunakan warna coklat. Yaitu penggunaan warna coklat (52,17%) Sedangkan anak-anak TK cukup banyak juga yang tidak menggunakan warna coklat (48,83%). Warna komplementer pada struktur visual gambar yang hanya meliputi warna kontras di TK Laboratorium Universitas Negeri Malang, menunjukkan bahwa terdapat anak-anak yang menggunakan warna komplementer pada gambar dan ada juga yang tidak. Sedikit anak-anak TK yang menggunakan warna komplementer. Yaitu penggunaan warna komplementer (39,4%) Sedangkan anakanak TK cukup banyak yang tidak menggunakan warna komplementer (60,6%). Yang perlu diperhatikan adalah pada gambar penggunaan warna anak belum seperti realita.seperti halnya pada gambar di atas, gambar karya Aal kelas B TK Laboratorium Universitas Negeri Malang. Jika pada keadaan sebenarnya langit berwarna biru tetapi pada gambar anak langit berwarna merah dan ungu. Hal ini wajar karena pada masa ini anak masih dipengaruhi oleh beberapa hal. Seperti yang dikemukakan Pamadhi (2008:40) Dalam hal warna, periode pra bagan belum banyak memberikan arti yang sangat kuat. Warna yang dipilih kadang kala tidak sesuai dengan objek sesungguhnya. Sebagai contoh:langit berwarna merah, tanah berwarna ungu serta yang lain ini merupakan bayangan interpretasi anak. Hal ini disebabkan karena hal-hal berikut: (1) Kesengajaan menggunakan warna tersebut untuk symbol tertentu: marah, senang.(2) Pemahaman atau pengetahuan tentang kualitas warna, seperti nama warna dan kegunaan juga belum paham sehingga untuk menginterpretasikan warna sangat minim.(3) Tipe anak bukan pada kekuatan warna melainkan kuat pada garis dan
9
bentuk atau kekuatan pada drawing atau menggambar, bukan painting atau melukis.(4) Kesukaan terhadap warna tertentu. Dari penjelasan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa anak sudah bervariasi dalam menggunakan warna primer, warna sekunder, warna tersier dan warna komplementer dalam gambarnya. Penggunaan warna primer pada gambar anak cenderung menggunakan warna biru. Penggunaan warna sekunder pada gambar anak cenderung menggunakan warna hijau. Siswa TK Laboratorium Universitas Negeri Malang cenderung menggunakan warna tersier yaitu warna coklat pada gambar. Dan pada gambar anak cenderung tidak menggunakan warna kontras. Akan tetapi hasil penelitian ini hanya berlaku di tingkat B TK Laboratorium Universitas Negeri Malang tahun ajaran 2010/2011.
Sifat Warna Pada struktur visual gambar yang meliputi sifat harmonis dan kontras di TK Laboratorium Universitas Negeri Malang., menunjukkan bahwa sifat gambar anak-anak ada yang harmonis dan ada yang kontras. Adapun prosentase sifat warna adalah warna pada gambar yang bersifat harmonis (60,86%). Sedangkan sifat warna kontras pada gambar (39,13%). Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Jumlah gambar anak yang bersifat kontras sama dengan jumlah gambar anak yang memakai warna komplementer pada gambarnya. Hal ini dikarenakan warna komplementer atau warna yang berseberangan dalam lingkaran warna akan menghasilkan sifat yang kontras. Seperti juga terlihat pada gambar di atas. Warna yang bersifat harmonis didominasi oleh warna yang berdekatan, sedangkan warna yang bersifat kontras didominasi oleh warna yang berseberangan. Dari penjelasan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa gambar anak cenderung banyak yang bersifat harmonis. Akan tetapi hasil penelitian ini hanya berlaku di tingkat B TK Laboratorium Universitas Negeri Malang tahun ajaran 2010/2011. Intensitas Warna
10
Intensitas warna pada struktur visual gambar yang meliputi terang, redup dan gelap di TK Laboratorium Universitas Negeri Malang., menunjukkan bahwa intensitas warna pada gambar anak-anak ada yang terang, redup dan tidak terdapat intensitas warna gelap. Adapun prosentase intensitas warna pada gambar yaitu intensitas terang (95,65%), redup (4,35%) dan gelap (0%). Perlu
diperhatikan
adalah
gambar
berintensitas
terang
karena
menggunakan warna-warna primer yang cerah. Gambar berintensitas redup karena menggunakan warna-warna yang bercampur dengan sedikit warna abu-abu. Dan gambar berintensitas gelap karena menggunakan warna-warna baik primer maupun sekunder yang bercampur banyak dengan warna abu-abu. Selain disebabkan oleh tekstur yang kasar, pengurangan nilai intensitas juga dapat disebabkan oleh netralisir/neutrality. Netralisir merupakan pencampuran warna dengan warna abu-abu yang menyebabkan penurunan tingkat intensitas (Anam,1996:47). Dari penjelasan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa gambar anak cenderung banyak yang berintensitas terang.
Akan tetapi hasil penelitian ini
hanya berlaku di tingkat B TK Laboratorium Universitas Negeri Malang tahun ajaran 2010/2011.
Atmosfer Warna Atmosfer warna pada struktur visual gambar yang meliputi atmosfer panas dan dingin di TK Laboratorium Universitas Negeri Malang., menunjukkan bahwa atmosfer warna pada gambar anak-anak ada yang panas dan ada yang dingin. Adapun prosentase atmosfer warna yaitu atmosfer warna pada gambar yang bersifat panas (52,17%), sedangkan atmosfer warna dingin pada gambar (47,83%). Yang perlu diperhatikan adalah gambar beratmosfer warna panas jika pada gambar banyak menggunakan warna merah, jingga atau kuning. Dan gambar beratmosfer warna dingin jika pada gambar banyak menggunakan warna biru dan hijau. Sebagaimana diungkapkan Pamadhi(2008:11) warna mempunyai simbol dan kesan rasa sebagai berikut: (1) Warna panas, dikatakan warna panas karena
11
kelompok warna ini dapat mempengaruhi kesan tenang. Kelompok warna panas adalah: merah, kuning, orange, putih. (2) Warna dingin, dikatakan warna dingin karena kelompok warna ini dapat mempengaruhi kesan sejuk. Kelompok warna dingin adalah biru, hijau. Dari penjelasan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa kecenderungan atmosfer warna pada struktur visual gambar anak adalah panas. Akan tetapi hasil penelitian ini hanya berlaku di tingkat B TK Laboratorium Universitas Negeri Malang tahun ajaran 2010/2011.
PENUTUP Kesimpulan Pada hasil penelitian ini dari struktur visual yang ada, pengaruh sistem sanggar yang diterapkan pada proses pembelajaran seni tidak mempengaruhi pada gambar siswa TK Laboratorium Universitas Negeri Malang. Hal ini terlihat pada subvariabel yang diteliti bahwa tidak ada dominasi yang terlalu besar pada hasil gambar anak, seperti tema, gaya gambar dan bentuk yang digunakan. Hasil yang diperoleh menunjukkan adanya kemerataan pada variasi variabel yang ada. Adapun struktur visual gambar anak TK Laboratorium Universitas Negeri Malang : Bentuk yang ada di lingkungan sekitar anak khususnya tumbuhan, rumah dan matahari cenderung lebih banyak diungkapkan melalui gambar dan bentuk yang nonfiguratif tidak diungkapkan sama sekali pada gambar. Dan bentuk yang dibuat realistis tetapi belum sempurna dan anak dalam gambarnya masih beranggapan bahwa segala macam benda memiliki jiwa. Sehingga sering dijumpai pada gambar anak, matahari yang memiliki mata, hidung dan mulut seperti makhluk hidup. Tema yang ada di lingkungan sekitar anak cenderung bertema pemandangan alam yang lebih banyak diungkapkan pada gambar. Tema pemandangan yang digunakan sudah akrab dengan anak. Sehingga tema benar-benar bisa mencerminkan ekspresi anak.
12
Gaya gambar structural form cenderung banyak dimiliki oleh anak. Gaya gambar ini memiliki ciri komposisinya yang berjajar dari atas ke bawah. Tidak ada perspektif dalam gambar, dengan obyek yang jauh berada di atas dan obyek yang lebih dekat berada di bawah. Pada gambar anak sudah terlihat variasi dalam menggunakan warna primer, warna sekunder, warna tersier dan warna komplementer. Dengan penggunaan warna primer cenderung banyak digunakan pada gambar anak. Gambar anak cenderung bersifat harmonis. Karena penggunaan warna yang bergradasi atau letaknya berdekatan. Misal warna hijau dengan kuning. Gambar anak cenderung berintensitas terang. Hal ini dikarenakan sebagian besar banyak digunakan warna primer pada gambar. Dan atmosfer warna pada gambar anak cenderung panas.
Saran Diharapkan adanya penambahan pustaka mengenai seni lukis anak. Selain dapat menunjang penelitian tentang seni lukis anak. Hal tersebut juga dapat membantu pendidik dan orang tua untuk mengetahui dan mengoptimalkan kemampuan anak khususnya bagi pendidik pada tingkat anak usia dini. Diharapkan adanya penelitian sejenis di tingkat yang lebih tinggi. Misalnya di tingkat SD dan SMP. Sehingga bisa mengetahui keberlangsungan dan perkembangan seni lukis dari anak hingga remaja. Diharapkan adanya penelitian lanjutan misalnya mengenai struktur visual gambar berdasarkan gender, struktur visual gambar ditinjau dari usianya dan struktur visual gambar berdasarkan kecerdasannya.
DAFTAR RUJUKAN Anam, Chairul. 1996. Seni Rupa untuk SMU Kelas I. Surabaya: PT Trijaya Pustakarya Arikunto, Suharsini. 1998. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Garha, Oho,dkk. 1981. Pendidikan Kesenian Seni Rupa. Program Spesialisasi II untuk SPG. Jakarta: Depdikbud
13
Pamadhi, Hajar. Sukardi, Evan. 2008. Seni Keterampilan Anak. Jakarta: Universitas Terbuka. Pranata, M. 1996. Implementasi Pembelajaran Menggambar di Sekolah Dasar: Menggambar Sebagai Alat Pendidikan. Malang: Seksi Kajian Bahasa dan Seni FPBS IKIP Malang. Pranata, Moeljadi. 1993. Keterhubungan antara Persepsi dengan Warna dan Bentuk terhadap Struktur Visual Gambar Anak di Daerah Marginal. Laporan Penelitian tidak diterbitkan: IKIP Malang Read, Herbert. 1975. Seni Rupa sebagai Alat Pendidikan. Terjemahan oleh Sutjipto, Katjik. Kartomihardjo, Suseno. Malang: Sub Proyek Penulisan Buku Pelajaran IKIP MALANG Suru, I Made. 1983. Nilai Kegiatan Menggambar dalam Kegiatan Ungkapan Kreatif bagi Anak-anak. Majalah Warta Scientia, no37,vol xii. IKIP Malang. Universitas Negeri Malang. 2007. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi, Tesis, Disertasi, Artikel, Makalah, Laporan Penelitian. Malang: Universitas Negeri Malang.