STRUKTUR BAHASA PENYARANG Herkulanus Aniko Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Untan Email:
[email protected] Abstrak: judul penelitian ini adalah “Struktur Bahasa Penyarang”. Tujuan penelitian ini mendeskripsikan struktur bahasa Penyarang. Metode yang digunakan metode deskriptif, berbentuk kualitatif dengan pendekatan struktural. Data dalam penelitian ini, cerita rakyat dan percakapan bebas, sumber data dari penelitian ini adalah masyarakat Penyarang yang tinggal di desa Penyarang. Teknik pengumpul data adalah teknik pancing, teknik wawancara, dan teknik bercerita. Kesimpulan penelitian ini sebagai berikut; 1. Struktur fonologi, Vokal; /i/, /u/, /e/, //, /o/, /a/. Konsonan; /p/, b/, t/, /d/, /c/, /j/, /k/, /g/, /s/, /h/, /m/, /n/, //, //, /r/, /l/, /w/, dan /y/. Diftong, yaitu; /aw/, ow, dan /ay/. 2. Struktur morfologi, Morfem bebas : /tampay/ ‘lihat’. Morfem terikat; Afiks : m-, di-, b-, s -, atn, pm, (ke-…-an), (di-…-an), Pokok kata: temu, Partikel –lah dan –pun, Reduplikasi; pengulangan seluruh dan pengulangan sebagian betuk di-, Kata Majemuk; (KB+KB), (KB+KS), (KB+KK), (KS+KS). 3. Struktur sintaksis: frase endosentrik dan frase eksosentrik, klausa struktur intern, klausa berdasarkan ada tidaknya kata negatif yang secara gramatik mengaktifkan predikat, Penggolongan klausa berdasarkan kategori kata atau frase yang menduduki fungsi predikat, Kalimat berdasarkan bentuk dan kalimat berdasarkan makna. Kata kunci : struktur Fonologi, Morfologi, sintaksis. Abstract: The title of this research is “Penyarang Language Structure”. The purpose of this research is to describe the structure of Penyarang Language. The method used in this research is descriptive in gualitative form by using structural approach. The data of this research are folk tale and fire conversation, the data source of this research was. The Penyarang society who lived in Penyarang village. Techique of data collecting is bouch, interview technique, and telling strory technique. The conclusion of this research are: 1. Phonologi structure, vocal; /i/, /u/, /e/, //, /o/, /a/. consonant; /p/, b/, t/, /d/, /c/, /j/, /k/, /g/, /s/, /h/, /m/, /n/, //, //, /r/, /l/, /w/, dan /y/. Diftong; /aw/, ow, dan /ay/. 2. Morphology structure, free morphem; /tampay/ ‘lihat’. Base words, Reduplication; Repeatation of some or whole form complex words. 3. Sintax structure, endosentric frase and exocentric frase, intern structure clause, this clause based on negative word which grammatically activated the predicate. This clause was classified based on word or frase which stood before predicate, sentence based on form and sentence based on meaning. Keywords: Phonology structure, Morphologi, sintax.
M
anusia dalam kehidupan sehari-hari tidak bisa terlepas dari bahasa karena bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan untuk berkomunikasi antara satu dengan lainnya dalam kehidupan bermasyarakat. Perkembangan bahasa senantiasa berkembang bersamaan dengan perkembangan zaman dan meningkatnya peradaban manusia. Oleh karena itu, pengetahuan tentang bahasa harus ditingkatkan guna terus membina dan mengembangkan bahasa itu sendiri. Berdasarkan pandangan tentang pentingnya bahasa sebagai alat komunikasi, muncullah sebuah ilmu kebahasaan atau disebut juga linguistik. Linguistik adalah ilmu tentang bahasa; atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya (Martinet, 1987:19). Pendekatan bahasa sebagai bahasa ini sejalan dengan ciri-ciri hakiki bahasa, yaitu: 1) bahasa adalah bunyi ujaran, 2) bahasa bersifat unik, 3) bahasa adalah suatu sistem, 4) bahasa dapat berubah dari waktu ke waktu dan 5) bahasa bersifat empiris. Pembinaan dan pengembangan bahasa daerah merupakan keharusan, di samping pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia. “ Di daerah-daerah yang mempunyai bahasa sendiri, yang dipelihara oleh rakyatnya dengan baik-baik, maka bahasa-bahasa itu akan dihormati dan dipelihara juga oleh Negara.” (UUD 1945 Bab xv, pasal 36, dalam Hanafiah, Adnan dkk. 1984:1). Sehubungan dengan penjelasan UUD 1945 itu, bahasa Penyarang sebagai satu di antara bahasa daerah yang masih hidup dan masih dipakai oleh masyarakat Penyarang yang perlu dipelihara dan dibina sehingga akan berfungsi sesuai dengan kedudukannya selaku bahasa daerah. Menurut (Sujarni Alloy, dkk. 2008:137) Bahasa Penyarang adalah bahasa yang dituturkan oleh masyarakat Setipayan, Batu Menang, Semantun, Janda Brias, Pembangunan Kinjil, dan Lubuk Bayur. Adapun tempat pemukiman penutur bahasa Penyarang yaitu berada di sekitar Sungai Jalai, tepatnya di anak sungainya yaitu sungai Lekah dan sungai Semantun. Kelompok ini mengidentitaskan kelompoknya sebagai orang Penyarang sehubungan dengan asal-usul Kampung Penyarang. Namun demikian, secara umum kelompok ini juga mengklaim identitasnya sebagai orang Jalai. Mengingat pentingnya pembinaan dan pengembangan bahasa Penyarang, maka penelitian untuk memperoleh data dan deskriptif terhadap bahasa penyarang harus segera dilakukan. Adapun masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah adalah sturktur bahasa Penyarang yang meliputi aspek fonologi, morfologi, dan sintaksis. Penelitian terhadap Bahasa Penyarang diharapkan dapat memberikan sumbangan yaitu: 1) sebagai bahan perbandingan dengan bahasa-bahasa lain atau bahasa Indonesia, 2) untuk mempermudah mengajarkan bahasa Indonesia. Lokasi penelitian bahasa Penyarang ini terletak di desa Penyarang kecamatan Jelai Hulu, kabupaten Ketapang. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori linguistik struktural. Terori ini memandang bahasa sebagai suatu kesatuan sistem yang memiliki struktur sendiri. (Lyons 1995) mengemukakan bahwa teori struktur memandang setiap bahasa sebagai suatu sistem hubungan, yang unsur-unsurnya adalah bunyi, kata, dan sebagainya. Struktur bahasa inilah yang kemudian menjadi aspek-aspek khusus dalam tinjauan penelitian bahasa. Ilmu tentang bunyi disebut fonologi. Fonologi adalah bidang dalam tataran linguistik yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya (Kridalaksana, 2008: 57). Ada dua sifat bunyi, yaitu bersifat ujar (parole) dan yang bersifat sistem (langue). Untuk membedakan bunyi itu digunakan istilah yang berbeda, pertama disebut fon atau bunyi, dan kedua disebut fonem (Samsuri, 1994: 125). Penutur asli bahasa itu hanya mengenal bunyi dan distingtif (berfungsi untuk membedakan satuan-satuan bahasa) yang secara fonetis akustis beraneka ragam. Jadi, ada dua macam pengukuran bunyi bahasa, yakni (1) bunyi yang terjadi secara
akustik dan (2) bunyi yang dituturkan oleh penutur asli. Bunyi yang pertama dilihat dari segi ucapan atau ujaran (parole) yang disebut bunyi fon, bunyi yang kedua lihat dari segi sistem (langue) yang disebut fonem. Kajian bunyi ujar disebut fonetik, sedangkan kajian fonem disebut fonemik. Morfologi ialah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata; atau morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik (Ramlan, 2009: 21). Morfem bebas adalah morfem yang dapat berdiri sendiri dalam sebuah tuturan yang biasa. Misalnya, kata meja dapat berdiri sendiri dalam sebuah tuturan yang biasa tanpa terikat oleh satuan lain (Sutawijaya dkk, 1996/1997:26). Morfem Terikat. Semua morfem yang bermakna gramatikal tidak dapat muncul dalam sebuah tuturan secara berdiri sendiri, tetapi selalu terikat oleh satuan lain. Misalnya morfem terikat oleh juang dalam kata berjuang, terikat oleh nyanyi dalam satuan bernyanyi, terikat oleh pakaian dalam satuan berpakaian. Morfem yang tidak dapat muncul dalam tuturan secara berdiri sendiri seperti itu disebut morfem terikat (Sutawijaya dkk, 1996/1997:26). Sintaksis secara langsung terambil dari bahasa Belanda Syntaxis. Sintaksis (Yunani: Sun + tattein = mengatur bersama-sama) adalah bagian dari tata bahasa yang mempelajari dasar-dasar dan proses-proses pembentukan kalimat dalam suatu bahasa. Sintaksis (Inggris: syntax) adalah bagian atau cabang ilmu bahasa yang membicarakan seluk-beluk wacana, kalimat, klausa, dan frasa (Keraf, 1980, Ramlan, 2001:18, dalam Simanjuntak, 2008:1). Secara terperinci tujuan penelitian ini ialah untuk mendeskripsikan tentang struktur bahasa Penyarang. Struktur fonologi bahasa Penyarang, struktur morfologi bahasa Penyarang, struktur sintaksis bahasa Penyarang. METODE Penelitian struktur bahasa Penyarang ini dilakukan menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif diarahkan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diteliti dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek yang diteliti secara apa adanya sesuai dengan fakta pada saat penelitian dilakukan. Menurut Sudaryanto, (1993:62). Metode deskriptif menyarankan penelitian yang dilakukan semata-mata berdasarkan pada fakta yang ada atau fenomena yang memang secara empiris hidup pada penuturpenuturnya, sehingga dihasilkan atau dicatat berupa pemberian bahasa yang dikatakan sifatnya seperti potret, paparan seperti apa adanya. Dengan metode deskriptif, penelitian dilakukan semata-mata berdasarkan fakta atau fenomena yang memang hidup pada penuturnya. Dalam hal ini, metode deskriptif memberikan gambaran yang objektif tentang struktur bahasa Penyarang yang dianalisis sesuai dengan faktor pemakaian sebenarnya dari bahasa Penyarang. Adapun sumber data dalam penelitian ini bahasa Penyarang yang dipergunakan oleh penuturnya. Untuk memperoleh data, peneliti mengambil beberapa informan yang merupakan penutur asli bahasa Penyarang. Kriteria yang dijadikan patokan dalam penentuan informan adalah informan pemakai bahasa Penyarang, dilahirkan di wilayah pemakai bahasa Penyarang dan sampai sekarang masih aktif menggunakan bahasa Penyarang. Selain itu, dalam menentukan informan juga ditentukan umur, jabatan dan status sosial, tidak cacat organ bicaranya, sehat jasmani dan rohani. Menurut Sudaryanto (1988a:26) metode sebagai cara kerja haruslah dijabarkan sesuai dengan alat dan sifat alat yang dipakai. Jabaran metode sesuai dengan alat beserta sifat alat yang dimaksud disebut ”teknik”. Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dalam penelitian adalah mendapatkan data.
Strategi penyediaan data dilakukan dengan teknik pancing, teknik wawancara, teknik bercerita. Teknik Pancing; Pada prakteknya, percakapan atau metode percakapan atau metode cakap diwujudkan dengan pemancingan. Si peneliti untuk mendapatkan data dengan segenap kecerdikan dan kemauannya memancing seseorang atau beberapa orang agar berbicara (Sudaryanto, 1988b:7). Kegiatan pemancingan juga dilakukan dengan tiga teknik lanjutan, yaitu CS (Cakap Semuka), rekam, dan catat (Sudaryanto, 1988b:7) . Teknik CS yaitu percakapan langsung, tatap muka, atau tansemuka secara lisan. Dalam hal ini percakapan dikendalikan oleh peneliti dan diarahkan sesuai dengan kepentingan, yaitu memperoleh data selengkap-lengkapnya. Teknik wawancara adalah wawancara terstruktur dan wawancara tak terstruktur (Moleong, 2004:138-139). Wawancara terstruktur adalah wawancara yang pewawancaranya menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan. Wawancara tak terstruktur merupakan wawancara yang dilakukan tanpa menyiapkan pertanyaan-pertanyaan terlebih dahulu. Teknik bercerita dilakukan penulis dengan meminta informan untuk menyampaikan cerita rakyat yang ada dalam masyarakat Dayak Jalai bahasa Penyarang. Cerita rakyat direkam kemudian ditranskripsikan ke dalam bentuk tulisan. Data yang diperoleh peneliti di lapangan perlu dianalisis agar data tersebut sesuai dengan keperluan atau permaslahan yang dinginkan peneliti menjadi bermakna. Adapun langkah-langkah analisis data dalam peneltian ini adalah sebagai berikut: Transkripsi; Pada tahap ini semua ujaran yang telah direkam atau dicatat, dipilih sesuai dengan permasalahan yang diperlukan. Ujaran yang tidak berhubungan dengan aspek yang diteliti tidak perlu diambil. Transkripsi data dalam penelitian ini adalah transkripsi lisan menjadi tulisan. Menerjemahkan; Pada tahap ini data yang telah dikumpulkan yang masih dalam bentuk bahasa Penyarang, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia supaya memudahkan peneliti dalam menganalisis. Klasifikasi; Pada tahap ini data yang sudah dikumpulkan diklasifikasikan berdasarkan struktur fonologi, struktur morfologi, dan struktur sintaksis; Pada tahap ini data yang sudah diklasifikasikan kemudian dianalisis sesuai dengan submaslah yang akan diteliti, yaitu; Menganalisis data berdasarkan struktur fonologi, Menganalisis data berdasarkan struktur morfologi, Menganalisis data berdasarkan struktur sintaksis. Penarikan Simpulan; Pada tahap ini, data yang dianalisis disimpulkan berdasarkan hasil analisis data, sehingga diperoleh deskripsi linguistik secara menyeluruh tentang struktur bahasa Penyarang. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Fonologi 1. Deskripsi Fonetis Fonetik yang dibahas dalam penelitian ini adalah fonetik organis (artikulatoris atau fisiologis). Fonetik organis mempelajari bagaimana mekanisme alat-alat bicara menghasilkan bunyi bahasa. Bunyi bahasa atau bunyi ujaran dihasilkan oleh alat ucap manusia seperti pita suara, lidah, dan bibir. Pembahasan fonetik organis meliputi: deskripsi bunyi vokal dan konsonan, diftong, dan deret dalam bahasa Penyarang. a. Deskripsi Vokal Bunyi vokal adalah bunyi bahasa yang dihasilkan oleh arus udara dari paru-paru melalui pita suara dan penyempitan pada saluran suara di atas glottis. Vokal dalam bahasa Penyarang yaitu: [i], [u], [e], [],[o], dan [a]. Deskripsi vokal dalam bahasa Penyarang dijabarkan sebagai berikut. 1) Bunyi [i] adalah vokal tinggi depan takbulat. Vokal ini terbentuk dengan kedua bibir agak terentang ke samping. Contoh vokal [i]. [insap] (kds 85) ‘hisap’, iko (kds 68) ‘ekor’
2) Bunyi [u] adalah vokal tinggi belakang bulat. Vokal ini dibentuk dengan meninggikan lidah. Kedua bibir agak maju dan sedikit membundar. [kudo(kds 7)‘anjing’, [cucol] (kds 16) ‘bakar’ 3) Bunyi [e] adalah vokal sedang depan takbulat. Vokal ini dibentuk dengan daun lidah dinaikkan, tetapi agak lebih rendah daripada vokal [i]. vokal ini disertai dengan bentuk bibir yang netral, artinya tidak terentang dan juga tidak membundar. Berikut contoh vokal [e]. botes (kds 103)‘kaki’, [joyet(kds 97) ‘jahit’ 4) Bunyi [] adalah vokal sedang tengah takbulat. Vokal ini dibentuk dengan bagian lidah agak dinaikkan pada bagian tengah dan dengan bentuk bibir yang netral. Berikut contoh vokal [].contoh: (kds 114) ‘kiri’, [sop] (kds 172) ‘siapa’ 5) Bunyi [o] adalah vokal sedang belakang bulat. Vokal ini dibentuk dengan kedua bibir agak maju ke depan dan agak membundar serta belakang lidah agak meninggi, tetapi agak lebih rendah dan kurang bundar daipada vokal [u]. [kocet(kds 110)‘kecil’, [ribot] (kds 6) ‘angin’ 6) Bunyi [a] adalah vokal rendah tengah bulat. Vokal ini dibentuk dengan cara bagian tengah lidah agak merata dan mulut pun terbuka lebar. Berikut contoh vokal [a]. [aray(kds 2) ‘air’, [bopay] (kds 13) ‘ayah’ b. Deskripsi Konsonan Bunyi konsonan adalah bunyi bahasa yang dihasilkan dengan menghambat aliran udara pada satu di antara tempat di saluran suara di atas glotis. Konsonan bahasa Dayak Menterap Kabut yaitu: [p], [b], [t], [d], [k], [], [g], [c], [j], [s], [h], [m], [pm], [n], [tn], [], [], [k], [r], [l], [w], dan [y]. Deskripsi konsonan dalam kata bahasa Penyarang dijabarkan sebagai berikut. 1) Bunyi [p] adalah konsonan hambat bilabial takbersuara. Konsonan ini dibentuk dengan bibir atas dan bawah terkatup rapat. Udara dari paru-paru tertahan sebentar. Berikut contoh konsonan [p] beserta alofonnya. Contoh: [bopay] (kds 13) ‘ayah’, tampay(kds 129)‘lihat’ 2) Bunyi [b] adalah konsonan hambat bilabial bersuara. Konsonan ini di bentuk dengan bibir atas dan bibir bawah terkatup rapat. Udara di paru-paru tertahan sebentar. Berikut contoh konsonan [b]. Contoh: [ribot] (kds 6) ‘angin’, botes(kds 103) ‘kaki’ 3) Bunyi [t] adalah konsonan hambat alveolar takbersuara. Konsonan ini dibentuk dengan menempelkan ujung lidah pada gusi untuk menghambat udara dari paru-paru dan kemudian dilepaskan. Berikut contoh konsonan [t] beserta alofonya. ribot(kds 6) ‘angin’, [tampay] (kds 129)‘lihat’ 4) Bunyi [d] adalah konsonan hambat alveolar bersuara. Konsonan ini dibentuk dengan menempelkan ujung lidah pada gusi untuk menghambat udara dari pari-paru dan kemudian dilepaskan. Berikut contoh konsonan [d].kudo(kds 7)‘anjing’, [doay] (kds57) ‘dengar’ 5) Bunyi [c] adalah konsonan palatal takbersuara. Konsonan ini dibentuk dengan menempelkan daun lidah pada langit-langit keras untuk menghambat udara dari paru-paru dan kemudian dilepaskan. Berikut contoh konsonan [c]. [cucol(kds 16) ‘bakar’, [licetn] (kds 127) ‘licin’ 6) Bunyi [j] adalah konsonan hambat palatal bersuara. Konsonan ini dibentuk dengan menempelkan daun lidah pada langit-langit keras untuk menghambat udara dari paru-paru dan kemudian dilepaskan. Contoh konsonan [j].[joyet] (kds 97)‘jahit’, [ijaw] (kds 84) ‘hijau’ 7) Bunyi [k] adalah konsonan hambat velar tak bersuara. Konsonan ini dibentuk dengan menempelkan bagian belakang lidah pada langit-langit lunak untuk menghambat udara dari paru-paru dan kemudian dilepaskan. Berikut contoh konsonan [k] beserta alofonya.
[boka(kds 26)
‘bengkak’, [kotap] (kds 76)
‘gigit’
8) Bunyi konsonan yang dihasilkan dengan posisi pita suara sama sekali merapat sehingga menutup glotis. Contoh konsonan .[timpa(kds 126)‘lempar’, [gola] (kds 178)‘takut’ 9) Bunyi [g] konsonan hambat velar bersuara. Konsonan ini dibentuk dengan menempelkan bagian belakang lidah pada langit-langit lunak untuk menghambat udara dari paru-paru dan kemudian dilepaskan. Contoh konsonan [g]. [gurotn(kds 164)‘rumput’, [gomu(kds 74) ‘gemuk’ 10) Bunyi [s] adalah konsonan frikatif alveolar tak bersuara. Konsonan ini dibentuk dengan menempelkan ujung lidah pada gusi sambil melepaskan udara lewat samping lidah sehingga menimbulkan bunyi desis. Contoh konsonan. [s].[sute(kds165)‘satu’, [pusat] (kds161) ‘pusar’ 11) Bunyi [h] adalah konsonan frikatif glotal tak bersuara. Konsonan ini dibentuk dengan melewatkan arus udara di antara pita suara yang menyempit sehingga menimbulkan bunyi desis tanpa dihambat oleh tempat lain. Berikut contoh konsonan [h]. [bansah] (kds 21) ‘basah’, [mirah] (kds 140) ‘merah’ 12) Bunyi [m] adalah konsonan nasal bilabial bersuara. Konsonan ini dibentuk dengan kedua bibir dikatupkan, kemudian arus udara dilepaskan melalui rongga hidung. Contoh konsonan [m].dumatn(kds 30)‘beri’, [amutn(kds 104) ‘kalau’ p 13) Bunyi m adalah konsonan hambat nasal bilabial bersuara. Konsonan ini dibentuk dengan kedua bibir dikatupkan, kemudian arus udara dilepaskan melalui rongga hidung. Contoh konsonan pm.itapm(kds 86) ‘hitam’, tajapm(kds 177) ‘tajam’ 14) Bunyi [n] adalah konsonan nasal alveolar bersuara. Konsonan ini dibentuk dengan cara menempelkan ujung lidah pada gusi untuk menghambat udara dari paru-paru dan kemudian dikeluarkan lewat rongga hidung. Berikut contoh konsonan [n]. [towotn(kds 176)‘tahun’, insap(kds 85) ‘hisap’ t 15) Bunyi [ n] adalah konsonan hamabat nasal alveolar bersuara. Konsonan inni dibentuk dengan cara menempelkan ujung lidah pada gusi untuk menghambat udara dari paru-paru dan kemudian dikeluarkan lewat rongga hidung. Berikut contoh [tn]. dowotn(kds 53)‘daun’, [loyetn(kds 120) ‘lain‘ 16) Bunyi [] adalah konsonan nasal palatal bersuara. Konsonan ini dibentuk dengan menempelkan bagian depan lidah pada langit-langit keras untuk menahan udara dari paruparu dan kemudian dikeluarkan melalui rongga hidung sehingga terjadi persengauan. Contoh kosnonan [].tiak] (kds 64) ‘berdiri’, ak] (kds 150)‘panjang’ 17) Bunyi [] adalah konsonan nasal velar bersuara. Konsonan ini dibentuk dengan menempelkan bagian belakang lidah pada langit-langit lunak dan kemudian dilepaskan melalui rongga hidung. Berikut contoh konsonan []. dampek(kds 55)‘dekat’, doay(kds 57) ‘dengar’ 18) Bunyi [k] adalah konsonan hambat nasal velar bersuara. Konsonan ini dibentuk dengan menempelkan bagian belakang lidah pada langit-langit lunak dan kemudian dilepaskan melalui rongga hidung. Berikut contoh konsonan [k]. ] (kds 64) ‘diri(ber)’, dampek(kds 55)‘dekat’ 19) Bunyi [r] adalah konsonan getar alveolar bersuara. Konsonan ini dibentuk dengan menempelkan ujung lidah pada gusi dan kemudian menghembuskan udara sehingga lidah tersebut secara berulang-ulang menempel dan lepas dari gusi. Berikut contoh konsonan [r]. aray] (kds 2) ‘air’, ribot(kds 6) ‘angin’
20) Bunyi [l] adalah konsonan lateral alveolar bersuara. Konsonan ini dibentuk dengan menempelkan ujung lidah pada gusi dan mengeluarkan udara melewati samping lidah. Sementara itu pita suara dalam keadaan bergetar. Berikut contoh konsonan [l]. [cucol(kds 16) ‘bakar’, [kaal] (kds 134) ‘main’ 21) Bunyi [w] adalah konsonan semivokal bilabial bersuara. Konsonan ini dibentuk dengan mendekatkan kedua bibir tanpa menghalangi udara yang dihembuskan dari paru-paru. Berikut contoh konsonan [w]. [watn] (kds 49) ‘dan’, [lowot(kds 122) ‘laut’ 22) Bunyi [y] adalah konsonan semivokal palatal bersuara. Konsonan ini dibentuk dengan mendekatkan depan lidah pada langit-langit keras, tetapi tidak sampai menghambat udara yang keluar dari paru-paru. Berikut contoh konsonan [y]. [joyet(kds 97) ‘jahit’, [doay(kds 57) ‘dengar’ c. Deskripsi Diftong Diftong adalah dua buah vokal yang melambangkan satu bunyi vokal yang tidak dapat dipisahkan dan mempunyai satu hembusan nafas. Deskripsi diftong dalam bahasa Penyarang hanya terdapat satu bentuk diftong, yaitu [ay]. Berikut beberapa contoh diftong. 1) Diftong [ay] [doay] (kds 57) ‘dengar’, [tampay] (kds 129) ‘lihat’ 2) Diftong [aw] [danaw] (kds 50) ‘danau’, ikaw(kds 70) ‘engkau’ 3) Diftong [ow] [tohow] (kds 175) ‘tahu’ d. Deskripsi Deret 1) Deret Vokal Diftong dibedakan dari deret vokal. Deret vokal merupakan dua vokal yang masingmasing mempunyai satu hembusan nafas. Vokal yang berurutan masing-masing bersifat silabis, jadi masing-masing vokal merupakan anggota suku yang berlaianan. Berikut contoh deret vokal dalam bahasa Penyarang. (a) Deret Vokal iu ciyopm (kds 46) ‘cium’, tiyop (kds 194) ‘tiup’ Deret Vokal ia kdiapmatn (CRI/3) ‘kediaman’ 2) Deret Konsonan Klaster atau yang lazim disebut gugus konsonan, dibentuk apabila cara artikulasi atau tempat artikulasi dari kedua konsonan yang saling berbeda. Berikut contoh deret konsonan dalam bahasa Penyarang. (a) Deret Konsonan ns ansap (kds 11) ‘asap’unsot (kds 77) ‘gosok’ k (b) Deret Konsonan mp dampe (kds 55) ‘dekat’ompat (kds 69) ‘empat’ p (c) Deret konsonan nt anta m (kds 79) ‘hantam’, ntapi (kds 160) ‘punggung’ 2. Deskripsi Fonem a. Penemuan Fonem Berdasarkan dari hasil inventarisasi dan deskripsi fonetis, terdapat beberapa bunyi yang termasuk dalam kategori pasangan minimal. Bunyi-bunyi tersebut sebagi berikut. 1) Vokal [i] – [u], [e] – [],[o] – [u], [] – [a] 2) Konsonan p - b, [t] – [d], [c] – [j], [k] – [g], m - n, - , [s] – [h], r - l, dan w - y
b. Pembuktian Fonem Pembuktian fonem bahasa Penyarang dilakukan dengan tiga cara, yaitu: pasangan minimal, distribusi yang komplementer, dan lingkungan yang mirip. Pasangan bunyi yang diragukan statusnya perlu dibuktikan sifat fonemis atau alofonisnya. 1) Pembuktian Fonem Vokal a) Bunyi [i] dan [u] adalah dua fonem yang berbeda karena masing-masing fonem tersebut berkontras dalam pasangan minimal. Contoh: [oni] (kds 12) ‘ini’ [onu] (kds 56)‘itu’ Dengan demikian, dalam bahasa Penyarang terdapat fonem /i/ dan /u/. b) Bunyi [o] dan [u] adalah dua fonem yang berbeda karena masing-masing fonem tersebut berdistribusi dalam lingkungan yang mirip. Contoh: [kocet](kds 110) ‘kecil’ [kukot] (kds 73) ‘garuk’ Dengan demikian, dalam bahasa Penyarang terdapat fonem /o/ dan /u/. c) Bunyi [e] dan [] adalah dua fonem yang berbeda karena masing-masing fonem tersebut berkontras dalam lingkungan yang mirip. Contoh: [kocet] (kds 110) ‘kecil’ [kib] (kds 114) ‘kiri’ Dengan demikian, dalam bahasa Penyarang terdapat fonem /e/ dan //. d) Bunyi [] dan [a] adalah dua fonem yang berbeda karena masing-masing fonem tersebut berkontras dalam pasangan minimal. ‘punggung’ [antapm] (kds 79) ‘hantam’ Contoh: [ntapi] (kds 160) Dengan demikian, dalam bahasa Penyarang terdapat fonem // dan /a/. 2) Pembuktian Fonem Konsonan a) Bunyi [p] dan [b] adalah dua fonem yang berbeda karena masing-masing fonem tersebut tersebut berkontras dalam pasangan minimal. Contoh: [poras] (kds 154) ‘peras’ [boras] (CRII/2) ‘beras’ Dengan demikian dalam bahasa Penyarang terdapat fonem /p/ dan /b/. b) Bunyi [t] dan [d] adalah dua fonem yang berbeda karena masing-masing fonem tersebut berkontras dalam pasangan minimal. Contoh: [tuw] (kds 196) ‘tua’[duw] (kds 66) ‘dua’ Dengan demikian dalam bahasa Penyarang terdapat fonem /t/ dan /d/. c) Bunyi [c] dan [j] adalah dua fonem yang berbeda karena masing-masing fonem tersebut berdistribusi dalam lingkungan yang mirip. [joyet] (kds 97) ‘jahit’ Contoh: [ciyopm] (kds 46) ‘cium’ Dengan demikian dalam bahasa Penyarang terdapat fonem /c/ dan /j/. d) Bunyi [k] dan [g] adalah dua fonem yang berbeda karena masing-masing fonem tersebut berdistribusi dalam lingkungan yang mirip. Contoh: [kocet] (kds 110) ‘kecil’ [gomu] (kds 74) ‘gemuk’ Dengan demikian dalam bahasa Penyarang terdapat fonem /k/ dan /g/. e) Bunyi [s] dan [h] adalah dua fonem yang berbeda karena masing-masing fonem tersebut berdistribusi dalam lingkungan yang mirip. Contoh: [botes] (kds 103) ‘kaki’ [laboh] (kds 100) ‘jatuh’ Dengan demikian dalam bahasa Penyarang terdapat fonem /s/ dan /h/. f) Bunyi [m] dan [n] adalah dua fonem yang berbeda karena masing-masing fonem tersebut berdistribusi dalam lingkungan yang mirip. Contoh: [ompat] (kds ‘empat’ [unsot] (kds 77) ‘gosok’ Dengan demikian dalam bahasa Penyarang terdapat fonem /m/ dan /n/. g) Bunyi [] dan [] adalah dua fonem yang berbeda karena masing-masing fonem tersebut berdistribusi dalam lingkungan yang mirip. Contoh: [baa] (kds 18) ‘banyak’ [lait] (kds 121) ‘langit’
Dengan demikian dalam bahasa Penyarang terdapat fonem // dan //. h) Bunyi [r] dan [l] adalah dua fonem yang berbeda karena masing-masing fonem tersebut berdistribusi pada lingkungan yang mirip. Contoh: [libar] (kds 123) ‘lebar’ [kaal] (kds 134) ‘main’ Dengan demikian dalam bahasa Penyarang terdapat fonem /r/ dan /l/ i) Bunyi [w] dan [y] adalah dua fonem yang berbeda karena masing-masing fonem tersebut berdistribusi dalam lingkungan yang mirip. Contoh: [lowot] (kds 122) ‘laut’ [joyet] (kds 97) ‘jahit’ Dengan demikian dalam bahasa Penyarang terdapat fonem /w/ dan /y/. c. Fonem dan Alofonnya 1. Vokal dan Alofonnya Vokal dalam bahasa Penyarang terbagi dalam enam vocal, yaitu: /i/, /u/, /e/, //, /o/, dan /a/. Berikut fonem vokal dan alofonnya. a) Fonem /i/ hanya memiliki satu alofon, yaitu i. Berikut contoh alofon i. oni (kds 94) ‘ini’, timpa (kds 126) ‘lempar’ b) Fonem /u/ hanya memiliki satu alofon, yaitu u. Berikut contoh alofon u. dudo (kds 67) ‘duduk’, utatn (kds 88) ‘hutan’ Fonem /e/ hanya memilki satu alofon, yaitu e. Berikut contoh alofon e. kocet (kds 110) ‘kecil’, loyetn (kds 120) ‘lain’ c) Fonem // hanya memiliki satu alofon, yaitu . Berikut contoh alofon . tuw (kds 196) ‘tua’, trobak (kds 186) ‘lain’ d) Fonem /o/ hanya memiliki satu alofon, yaitu o. Berikut contoh alofon o. poras (kds 154) ‘peras’, karot (kds 152) ‘pegang’ e) Fonem /a/ hanya memiliki satu alofon, yaitu a. Berikut contoh alofon a. bosar (kds 32) ‘besar’,ansap (kds 11) ‘asap’ 2. Konsonanan dan Alofonnya Konsonan dalam bahasa Penyarang terbagi dalam delapan belas macam, yaitu: /p/, /b/, /t/, /d/, /c/, /j/, /k/, /g/, /s/, /h/, /m/, /n/, //, //, /r/, /l/, /w/, /y/. Masing-masing fonem konsonan tersebut mempunyai alofon. Berikut ini adalah konsonan dan alofon dalam bahasa Penyarang. a) Fonem /p/ hanya memiliki satu alofon, yaitu p. Alofon p terdapat pada awal dan akhir suku kata. Contoh alofon p. bopay (kds 13) ‘ayah’, pana (kds 153) ‘pendek’ b) Fonem /b/ hanya memiliki satu alofon, yaitu b. Alofon b terdapat pada awal suku kata. Contoh alofon b. bopay (kds 13) ‘ayah’, ribot (kds 6) ‘angin’ c) Fonem /t/ hanya memiliki satu alofon, yaitu t. Alofon t terdapat pada awal dan akhir ‘angin’ suku kata. Contoh alofon t. timpa (kds 126) ‘lempar’, ribot (kds 6) d) Fonem /d/ hanya memiliki satu alofon, yaitu d. Alofon ini terdapat pada awal suku kata. Contoh alofon d. kudo (kds 7) ‘anjing’, doay (kds 57) ‘dengar’ e) Fonem /c/ hanya memiliki satu alofon, yaitu c. Alofon ini terdapat pada awal suku kata. Contoh alofon c. ciyopm (kds 46) ‘cium’, cucol (kds 16) ‘bakar’ f) Fonem /j/ hanya memiliki satu alofon, yaitu j. Alofon ini terdapat pada awal suku kata. Contoh alofon j. joyet (kds 97) ‘jahit’, jowoh (kds 101) ‘jauh’ g) Fonem /k/ hanya memiliki dua alofon, yaitu k dan . Alofon ini terdapat pada awal dan akhir suku kata. Contoh alofon k. kali (kds 97) ‘gali’,kukot (kds 73)‘garuk’
h) Fonem /g/ hanya memiliki satu alofon, yaitu g. Alofon ini terdapat pada awal suku kata. ‘gemuk’, gola (kds 1178) ‘takut’ Contoh alofon g. gomu (kds 74) i) Fonem /s/ hanya memiliki satu alofon, yaitu s. Alofon ini terdapat pada awal dan akhir suku kata. Contoh alofon s. sompet (kds 169)‘gemuk’, luros (kds 132) ‘lurus’ j) Fonem /h/ hanya memiliki satu alofon, yaitu h. Alofon ini terdapat pada akhir suku kata. Contoh alofon h. mirah (kds 140) ‘merah’, rosah (kds 146) ‘nafas’ k) Fonem /m/ hanya memiliki satu alofon, yaitu m. Alofon ini terdapat pada awal dan akhir suku kata. Contoh alofon m. mutah (kds 144) ‘muntah’,timpa(kds126) ‘lempar’ l) Fonem /n/ hanya memiliki satu alofon, yaitu n. Alofon ini terdapat pada awal dan akhir ‘pendek’ suku kata. Contoh alofon n. bonih (kds 27) ‘benih’, pana (kds 153) m) Fonem // hanya memiliki satu alofon, yaitu . Alofon ini terdapat pada awal suku kata. ‘panjang’ Contoh alofon . ai (kds 147) ‘nyanyi’, paak (kds 150) n) Fonem // hanya memiliki satu alofon, yaitu . Alofon ini terdapat pada awal dan akhir ‘main’ suku kata. Contoh alofon .urak (kds 148) ‘orang’, kaal (kds 134) o) Fonem /r/ hanya memiliki satu alofon, yaitu r. Alofon ini terdapat pada awal dan akhirb suku kata. Contoh alofon r. mirah (kds 140) ‘merah’, rosah (kds 146) ‘nafas’ p) Fonem /l/ hanya memiliki satu alofon, yaitu l. Alofon ini terdapat pada akhir awal dan akhir suku kata. Contoh alofon l. kali (kds 71)‘gali’, kaal (kds 134) ‘main’ q) Fonem /w/ hanya memiliki satu alofon, yaitu w. Alofon ini terdapat pada awal suku t kata. Contoh alofon w. dowotn (kds 53) ‘daun’, uwa n (kds 56) ‘dengan’ r) Fonem /y/ hanya memiliki satu alofon, yaitu y. Alofon ini terdapat pada awal suku kata. Contoh alofon y. joyet (kds 97) ‘jahit’, boye (kds 15) ‘baik’ d. Realisasi Fonem 1. Realisasi Vokal Realisasi vokal dalam bahasa Penyarang sebagai berikut. a) Realisasi vokal /i/ terdapat pada posisi awal, dan akhir suku kata. Berikut contoh: [silu] (kds 116) ‘kuku’, [kloyi] (kds 111) ‘kelahi’ b) Realisasi vokal /u/ terdapat pada awal, dan akhir suku kata. Berikut contoh: [ujatn] (kds 88) ‘hujan’, [onu] (kds 96) ‘itu’ c) Relisasi vokal /e/ terdapat pada posisi tengah suku kata. Berikut contoh: kocet (kds 110) ‘kecil’, [siket(kds 168) ‘sedikit’ d) Realisasi vokal // terdapat pada posisi awal dan akhir suku kata. Berikut contoh: klibat] (kds 41) ‘buru (ber)’, [btin] (kds 155) ‘perempuan’ e) Realisasi vokal ini yang dianggap umum adalah /o/. Vokal /o/ terdapat pada awal, dan akhir suku kata. Berikut contoh: [doay(kds 57) ‘dengar’, [kotap] (kds 76) ‘gigit’ f) Relisasi vokal /a/ terdapat pada posisi awal, dan tengah suku kata. Berikut contoh: bopay] (kds 13) ‘ayah’, [pusat] (kds 161) ‘pusar’ 2. Realiasi Konsonan Realiasi konsonan dalam bahasa Penyarang adalah sebagai berikut. a) Realisasi konsonan /p/ yang umum adalah [p] yang terdapat pada posisi awal dan tengah kata. Contoh: kotap(kds 76) ‘gigit’, tampay(kds 129) ‘lihat’
b) Realisasi konsoan /b/ yang umum adalah [b] yang terdapat pada posisi awal dan tengah kata. Contoh: botes (kds 103) ‘kaki’, laboh (kds 100) ‘jatuh’ c) Realiasi konsonan /t/ yang dianggap umum adalah [t] yang terdapat pada posisi awal dan ‘lihat’, kukot (kds 73) ‘garuk’ tengah kata. Contoh: [tampay(kds 129) d) Realisasi konsonan /d/ yang dianggap umum adalah [d] yang berposisi pada awal dan tengah kata. Contoh: [dampek(kds 55) ‘dekat’, kudo (kds 7) ‘anjing’ e) Realisasi konsonan /c/ yang dianggap umum adalah [c] yang terdapat pada posisi awal dan tengah kata. Contoh: kocet (kds 110) ‘kecil’, cucol (kds 16) ‘bakar’ f) Realisasi konsonan /j/ yang dianggap umum adalah [j] yang terdapa pada posisi awal dan ‘jahit’, [jowoh(kds 101) jauh’ tengah suku kata. Contoh: [joyet(kds 97 g) Realisasi konsonan /k/ yang dianggap umum adalah [k] yang terdapat pada posisi awal dan tengah kata. Contoh: kocet(kds 110) ‘kecil’, [kudo] (kds 7) ‘anjing’ h) Realisasi konsonan /g/ yang dianggap umum adalah [g] yang terdapat pada posisi awal dan tengah kata. Contoh: [gomu(kds 74) ‘gemuk’, [gola(kds 178) ‘takut’ i) Realisasi konsonan /s/ yang dianggap umum adalah [s] yang terdapat pada posisi awal, tengah, dan akhir kata. Contoh: sompet(kds 169)‘sempit’, [pusat] (kds 161) ‘pusar’ j) Realisasi konsonan /h/ yang dianggap umum adalah [h] yang terdapat pada posisi awal, tengah, dan akhir kata. Contoh: [bolah] (kds 24) ‘belah (mem)’, [tohow] (kds 175)‘tahu’ k) Realisasi konsoan /m/ yang dianggap umum adalah [m] yang terdapat pada awal, tengah, ‘muntah’, gomu] (kds 74) ‘gemuk’ dan akhir kata. Contoh: mutah] (kds 144) l) Realisasi konsonan /n/ yang dianggap umum adalah [n] yang terdapat pada posisi awal, tengah, dan akhir kata. Contoh: [ansap] (kds 11) ‘asap’, [loyetn] (kds 120) ‘lain’ m) Realisasi konsonan // yang dianggap umum adalah [] yang terdapat pada posisi awal dan tengah kata. Contoh:ai] (kds 147) ‘nyanyi’, paak] (kds 150) ‘panjang’ n) Realisasi konsonan // yang dianggap umum adalah [] yang terdapat pada posisi awal, tengah, dan akhir kata. Contoh: doay] (kds 129)‘dengar’, [dampek(kds 129)‘dekat’57 o) Realiasi konsonan /r/ yang dianggap umum adalah [] yang terdapat pada posisi awal, tengah, dan akhir kata. Contoh: [ramot] (kds 163) ‘rambut’, aray] (kds 2) ‘air’ p) Realiasi konsonan /l/ yang dianggap umum adalah [l] yang terdapat pada posisi awal, tengah, dan akhir kata. Contoh: [lima (kds 130)‘lima’, kaal (kds134) ‘bermain’ q) Realisasi konsonan /w/ yang dianggap umum adalah [w] yang terdapat pada posisi awal dan tengah kata. Contoh: [lowot] (kds 122) ‘laut’, jowoh (kds 101) ‘jauh’ r) Realisasi konsonan /y/ yang dianggap umum adalah [y] yang terdapat pada posisi awal, tengah, dan akhir kata. Contoh: [joyet (kds 97)‘jahit’, loyetn (kds 120) ‘lain’ 3. Realisasi Diftong Realisasi diftong dalam bahasa Penyarang adalah sebagai berikut. a) Realisasi diftong /ay/ yang umum adalah [ay] yang terdapat pada posisi akhir kata. Berikut contoh: [doay] (kds 57) ‘dengar’, tampay (kds 129) ‘lihat’ b) Realisasi diftong /aw/ yang umum adalah [aw] yang terdapat pada posisi akhir kata. Berikut contoh: ikaw (kds 70) ‘engkau’, danaw (kds 50) ‘danau’ c) Realisasi diftong /ow/ yang umum adalah [ow] yang terdapat pada posisi akhir kata. Berikut contoh: tohow (kds 175) ‘tahu’
e. Struktur Suku Kata Suku Kata dalam bahasa Penyarang umumnya terdiri atas dua dan tiga suku kata, tetapi ada juga yang bersuku kata empat. Berikut struktur kata dalam bahasa Penyarang. 1. Struktur kata bersuku Satu VK /eh/ (PII/4) ‘tidak mau’ KVK /seh/ (PII/10) ‘sih’ 2. Struktur kata bersuku dua itu V-KV /o-n/ (kds 96) V-KVK /a-pos/ (kds 80) hapus VK-KVK /in-sap/ (kds 85) ‘hisap’ KV-KV /tu-w/ (kds 196) ‘tua’ KV-KVK /bo-nar/ (PI/9) benar KVK-KVK /tum-pol/ (kds 198) 'tumpul' B. Morfologi Dalam morfologi bahasa Penyarang secara berturut-turut akan dibicarakan jenis-jenis morfem, reduplikasi, dan kata majemuk. Jenis-jenis Morfem Jenis-jenis morfem bahasa Penyarang terdiri dari morfem bebas dan morfem terikat. a. Morfem Bebas Contoh: /tampay/ (PII/17) ‘lihat’, /bonar/ (PII/9) ‘benar’ b. Morfem Terikat Morfem terikat bahasa Penyarang terdiri dari afiks, reduplikasi, dan kata majemuk. 1) afiks a) Awalan (prefiks) Awalan dalam bahasa Penyarang adalah sebagai berikut. Contoh: b -+ jalatn = /bjalatn/ (CRIII/3) ‘berjalan’ m - + lumpat = /mlumpat/ (PI/1) ‘melompat’ di -+ tota = /ditota/ (CRII/14) ‘dipotong’ t s - + loye n = /sloyetn/ (PI/1) ‘selain’ b) Akhiran (sufiks) Akhiran dalam bahasa Penyarang adalah sebagai berikut.Contoh: ruas -+ an = /ruasatn/ (CRII/11) ‘ruas bambu’ pasar -+ an = /pasaratn/ (CRII/16) ‘kuburan’’ c) Sisipan (infiks) Dari data penelitian terhadap bahasa Dayak Penyarang tidak ditemukan sisipan. d) Kombinasi afiks (Konfiks/simulfiks) Konfiks atau simulfiks dalam bahasa Penyarang adalah sebagai berikut. Contoh: (pe-…-an) = /pmansoatn/ (PI/5) ‘pemasukan’ p t (ke-…-an) = /kdia ma n/ (CRI/3) ‘kediaman’ t (di-…-an) = /dikibasa n/ (CRI/17) ‘dilemparkan’ 2) Klitik Klitik dalam bahasa Penyarang adalah sebagai berikut. Contoh: /ku tampay/ (PII/17) ‘ku lihat’, /aw/ (CRII/2) ‘mulutnya’ 3) Pokok Kata Pokok kata dalam bahasa Penyarang adalah sebagai berikut. Contoh: be -+ tomu = /betomu/ (CRI/3) ‘bertemu’
4) Partikel Partikel dalam bahasa Penyarang adalah sebagai berikut. Contoh: -lah + on = onlah (CRI/24) ‘itulah’ -pun + sodetn = sodetnputn (CRI/25) ‘merekapun’ 5) Reduplikasi Reduplikasi atau perulangan dalam bahasa Penyarang dapat dilihat dari data yang diperoleh melalui percakapan bebas dan cerita rakyat. a) Pengulangan seluruh Pengulangan seluruh bahasa Penyarang tampak dalam contoh sebagai berikut. ‘hari’ /rat-rat/ ‘rata-rata’ /rat/ (CR3/1) /doay/ (PII/11 ‘dengar’ /doay-doay/ ‘dengar-dengar’ /sam/ (CRI/2) ‘sama’ /sam-sam/ ‘sama-sama’ b) Pengulangan sebagian Pengulangan sebagian bahasa Penyarang tampak dalam contoh sebagai berikut. (1) Bentuk diPengulangan sebagian bentuk di- bahasa Penyarang tampak dalam contoh sebagai berikut: ‘dihitung-hitung’ /diitok/ (PI/39) ‘dhitung’ /diitok-itok/ 6) Kata Majemuk Dari data penelitian bahasa Penyarang yang diperoleh melalui cerita rakyat dan percakapan bebas ditemukan kata majemuk atau pemajemukan. a) (KB+KB). Contoh: /ana dar/ (CRII/16) ‘anak gadis’ /pido boras/ (CRII/2) ‘pengukat beras’ b) (KB+KS). Contoh: /ana kocet/ (PI/37) ‘anak kecil’/kanetn bmalu/ (CRII/6) ‘kalian malu’ c) (KB+KK). Contoh:/pesawat trobak/ (PII/33) ‘pesawat terbang’, /tukak jag/ (PI/36) ‘tukang jaga’ d) (KS+KS). Contoh: /tigi bosar/ (PII/4) ‘tinggi besar’, /kuros korek/ (PII/32) ‘kurus kering’ C. Sintaksis Sintaksis membicarakan seluk-beluk frase, klausa, dan kalimat. Dalam membicarakan frase menurut unsur-unsurnya, peneliti mengikuti pola kalimat yang dikemukakan Ramlan (2001:18). 1. Frase Dalam bahasa Penyarang frase terbentuk dari rangkaian kelas kata yang satu dan kelas kata yang lain, baik pada posisi pertama maupun pada posisi kedua. Contoh: (P2/36) /sonal baru/ ‘sandal baru’, (P2/34) /honda onu/ ‘motor itu’ a. Frase Endosentrik Frase endosentrik bahasa Penyarang tampak dalam contoh sebagai berikut. (CR1/3) /duwa urak btin mbrosehay piatn di blakak rumah/ ‘dua orang perempuan mencuci piring di belakang rumah‘ Frase endosentrik terbagi menjadi: 1) Frase Endosentris yang Koordinatif Frase endosentris yang koordinatif bahasa Penyarang tampak dalam contoh sebagai berikut. (PI/45) /bkroj watn brdoa/ ‘bekerja dan berdoa’ (PII/4) /laki bini/ ‘suami istri‘ 2) Frase Endosentris yang Atributif
Frase endosentris yang atributif bahasa Penyarang tampak dalam contoh sebagai berikut. (CR3/3) /dinih ari/ ‘dini hari’, (P2/36) /sonal baru/ ‘sandal baru’ 3) Frase Endosentris yang Apositif Dari data penelitian Frase endosentris Apositif dalam bahasa Penyarang tampak dalam contoh sebagai berikut. (PII/7) /kpala Desa kit urak yak saat brani/ ‘kepala Desa kita orang yang sangat berani‘ b. Frase Eksosentris Frase eksosentris bahasa Penyarang tampak dalam contoh sebagai berikut. (CR1/1) /tial di buket/ ‘tinggal di bukit‘ Frase Eksosentris terbagi menjadi: 1) Frase Nomina Frase nomina bahasa Penyarang tampak dalam contoh sebagai berikut. (P2/36) /sonal baru/ ‘sandal baru‘, (P2/34) /honda onu/ ‘motor itu’ 2) Frase verbal Frase verbal bahasa Penyarang tampak dalam contoh sebagai berikut. (CR2/7) /brakat bayau/ ‘pergi memotong kepala‘, (CR2/12)/sodetn datak/ ‘mereka tiba‘ 3) Frase Bilangan Frase bilangan bahasa Penyarang tampak dalam contoh sebagai berikut. (CR3/1) /mrimak kudo tujoh jatuan/ ‘memelihara anjing tujuh ekor’, (CR2/11)/tig bakal/ ‘tiga kali’ 4) Frase Keterangan Frase keterangan bahasa Penyarang tampak dalam contoh sebagai berikut. (CRII/16)/ana dar/ ‘anak gadis’, (CRII/14)/urak bigal/ ‘orang menari’ 5) Frase Depan Frase depan (preposisional) bahasa Penyarang tampak dalam contoh sebagai berikut. (CR1/1) /di gunuk / ‘di gunung’, (CR3/10)/k pakalatn/ ‘ke jamban’ 2. Klausa Klausa bahasa Penyarang tampak dalam contoh sebagai berikut. (CRIII/2) /jadi pateh ntomk tay kbojiatn napm/ ‘jadi Patih Entomang jatuh sakit’ (CR1/2) /bini sodetn sam buntekatn tig bulatn/ ‘istri mereka sama-sama hamil tiga bulan’ a. Penggolongan Klausa Berdasarkan Struktur Intern. Penggolangan klausa berdasarkan struktur internnya bahasa Penyarang tampak dalam contoh sebagai berikut. (P2/17) /moma toah mac koratn/ ‘paman sedang membaca koran’ (P1/39) /moma ajar japm/ ‘paman ngajar juga‘ b. Penggolongan Klausa Bersdasarkan Ada tidaknya Kata negatif yang secara Gramatik Mengaktifkan P. 1) Klausa Positif Klausa positif bahasa Penyarang tampak dalam contoh sebagai berikut. (CR1/1) /Pateh Gajah Mad tay kdiapmatn di gunuk Paku Golaw/ ‘Patih Gajah Mada bertempat tinggal di gunung Pangku Golau’ (CR1/2) /bini sodetn sam-sam buntekatn tig bulatn/ ‘istri mereka sama-sama hamil tiga bulan‘
2) Klausa negatif Klausa negatif bahasa Penyarang tampak dalam contoh sebagai berikut. (CR3/4) /siko bay ka bisi iy btomu babi/ ‘satu ekorpun tidak ada dia bertemu babi’ (CR3/6) /maka urak tuw kanetn ka bisi/ ‘makanya orang tua kalian tidak ada’ c. Penggolongan Klausa Berdasarkan Kategori Kata atau Frase yang Menduduki Fungsi P. 1) Klausa Nomina Klausa nomina bahasa Penyarang tampak dalam contoh sebagai berikut. (P1/1) /moma, ikapm gurukatn/ ‘paman, kamu gurukan’ k p ‘paman berdagang juga ya‘ (P1/35) /momani bdaga ja m naay/ 2) Klausa Verba Klausa verba bahasa Penyarang tampak dalam contoh sebagai berikut. (CR2/7) /kanetn ona brakat bayaw/ ‘kalian mau berangkat memotong kepala‘ ‘naik ke rumah mereka meloncat‘ (CR2/12) /noyi k rumah sodetn mlumpat/ 3) Klausa Bilangan Klausa bilangan atau klausa numerial bahasa Penyarang tampak dalam contoh sebagai berikut. ‘memelihara anjing tujuh ekor‘ (CR3/1) /mrimak kudo tujoh jatuatn/ k (CR3/4) /ala lanta kayu, sbiji bulat sbiji luok/ ‘menggonggong buah pohon, sebutir bundar sebutir lonjong’ 4) Klausa Depan Klausa depan atau klausa preposisional bahasa Penyarang tampak dalam contoh sebagai berikut. ‘kera di atas pohon‘ (CR1/3) /klasi di puco tapak/ t k k (CR2/1) /akat di Uba n Sian anta / ‘dari kakek buyut Sengiang Antang‘ 3. Kalimat a. Kalimat Berdasarkan Bentuk 1) Kalimat Tunggal Kalimat tunggal bahasa Penyarang tampak dalam contoh sebagai berikut. (CR3/2) /kolapmnu akum yak bburu/ ‘besok biar saya yang berburu‘ k (CR3/4) /iybay pula k rumah/ ‘diapun pulang ke rumah‘ a) Kalimat Tunggal Berpredikat Verba (1) Kalimat Aktif Kalimat aktif bahasa Penyarang tampak dalam contoh sebagai berikut. (CRIII/3)/dinih ari dimandiay iy kudo iy/ ‘dini hari anjingnya dia mandikan’ p (CRIII/3)/toros jopel iy tolap iy k dala m tkalak/ ‘kemudian di ambilnya masukan ke dalam tempat yang digendong’ Kalimat aktif dibedakan lagi atas kalimat aktif transitif, kalimat bitransitif, dan aktif intransitif. (2) Kalimat Aktif Transitif Kalimat aktif transitif bahasa Penyarang tampak dalam contoh sebagai berikut. (CR1/4) /Tmook Galak Tanah umpet klasi disbolah/ ‘Temenggung Galang Tanah menyumpit kera disebelah’ (CR1/4) /sodetn sam-sam brobot klasi tepm/ ‘mereka sama-sama memperebutkan kera tersebut’
(3) Kalimat Bitransitif Kalimat bitransitif bahasa Penyarang tampak dalam contoh sebagai berikut. (P2/38) /uwa numatnnay aku sbukos ruko/ ‘kakak ipar memberi saya satu bungkus rokok’ (4) Kalimat Intransitif Kalimat intransitif bahasa Penyarang tampak dalam contoh sebagai berikut. (P2/) /ikay brakat k kosotn/ ‘kami pergi ke sana’ (P2/25) /abo ikay udah matiapm/ ‘kakek kami sudah meninggal’ (5) Kalimat Pasif Kalimat pasif bahasa Penyarang tampak dalam contoh sebagai berikut (P2/31) /kudo ditampar kucek/ ‘anjing digampar kucing’ b) Kalimat Tunggal Berpredikat Nomina Kalimat Tunggal Berpredikat Nomina bahasa Penyarang tampak dalam contoh sebagai berikut. (P2/24) /nam abo ku Alun/ ‘nama kakek saya Alun’ c) Kalimat Tunggal Berpredikat Numeralia Kalimat Tunggal Berpreidikat Numeralia dalam bahasa Penyarang tampak dalam contoh sebagai berikut. (CR3/1) /Pateh ntomak tay brana tujoh urak/ ‘Patih Entomsng memiliki tujuh orang anak’ (CR/8) /jadi matn pon klasi kit pbagi bolah duw/ ‘jadi kalau seperti ini kera kita bagi belah dua’ d) Kalimat Tunggal Berpredikat Adjektiva Kalimat Tunggal Berpredikat Adjektiva bahasa Penyarang tampak dalam contoh sebagai berikut. (P2/22) /inayku boye bonar/ ‘ibu saya baik sekali’ (P2/29) /baju btin on jaa bonar/ ‘baju perempuan itu bagus sekali‘ e) Kalimat Tunggal Berpredikat Frasa Preposisional Kalimat Tunggal Berpredikat Frasa Preposional bahasa Penyarang tampak dalam contoh sebagai berikut. (CR1/3) / klasi puco tapak/ ‘kera di atas pohon’ b. Kalimat Berdasarkan Makna 1) Kalimat Berita (deklaratif) Kalimat berita bahasa Penyarang tampak dalam contoh sebagai berikut. (P2/7) /kpala desa kit urak yak saat brani/ ‘kepala desa kita orang yang sangat berani’ 2) Kalimat Tanya (interogatif) Kalimat tanya bahasa Penyarang tampak dalam contoh sebagai berikut. (CR1/7) /sop dam bisatn/ ‘siapa nama bisan’ 3) Kalimat Perintah (imperatif) Contoh: (CR5/12) /Tumas sodetn datak tag paa ditare, pintu tapak di tutop/ ‘setelah mereka tiba tangga panjang ditarik, pintu kayu di tutup’ 4) Kalimat seru (interjektif) Contoh: (P1/29) /haye na ay moma/ ‘wah gitu ya paman’ 5) Kalimat Empatik Contoh: ( P2/8) /pa kpala desalah yak mprtahatn atn utatn kit/ ‘pak kepala desalah yang mempertahankan hutan kita’
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Penelitian ini telah memerikan struktur bahasa Penyarang dalam bentuk fonologi, morfologi, dan sintaksis. 1. Fonologi Berdasarkan hasil penelitian pada bahasa Penyarang, sistem fonologi bahasa Penyarang, dapat disimpulkan sebagai berikut. a. Deskripsi Fonetik Bunyi bahasa Penyarang di deskripsikan sebagai berikut. Bunyi vokal bahasa Penyarang berjumlah enam bunyi, yaitu: i, u, e, , o, a. Bahasa Penyarang mempunyai 22 bunyi konsonan, yakni: p, b, t, d, c, j, k, , g, s, h, m,pm , n, tn, , , k, r, l, w, dan y. Bahasa Penyarang, selain mempunyai vokal dan konsonan, juga memiliki tiga buah diftong, yaitu ay, aw, dan ow. b. Deskripsi Fonemik Fonem vokal berjumlah enam, yaitu: /i/, /u/, /e/, //, /o/, dan /a/. Fonem konsonan berjumlah 18, yaitu: /p/, /b/, /t/, /d/, /c/, /j/, /k/, /g/, /s/, /h/, /m/, /n/, //, //, /r/, /l/, /w/, dan /y/. 1) Fonem Diftong bahasa Penyarang berjumlah tiga, yaitu: /ay/, /aw/, /ow/. 2) Deret vokal dalam bahasa Penyarang berjumlah dua, yaitu: /iu/, /ia/, / 3) Struktur suku kata bahasa Penyarang adalah VK, KV, dan KVK. 2. Morfologi Berdasarkan hasil penelitian pada bahasa Penyarang, sistem Morfologi bahasa Penyarang, dapat disimpulkan sebagai berikut. a. Morfem bebas dan morfem terikat Morfem bebas : /rumah/ ‘rumah’, /tampay/ ‘lihat’, /pulak/ ‘pulang’, /bonar/ ‘benar’ b. Morfem terikat dalam bahasa Penyarang meliputi: 1) Afiks terdiri dari: Awalan (prefiks): m-, di-, b-, s -. Akhiran (sufiks): atn, pm. Kombinasi afiks (Konfiks/simulfiks): (ke-…-an), (di-…-an). 2) Klitik: /ku tampay/ (PII/17) ‘ku lihat’, /aw/ (CRII/2) ‘mulutnya’ 3) Pokok Kata: be-+ tomu = /betomu/ (CRI/3) ‘bertemu’ 4) Partikel: –lah dan -pun 5) Reduplikasi dalam bahasa Penyarang terdiri dari: pengulangan seluruh dan pengulangan sebagian. Pengulangan sebagian seperti bentuk di6) Kata Majemuk dalam bahasa Penyarang yaitu, (KB+KB), (KB+KS), (KB+KK), (KS+KS). 3. Sintaksis Berdasarkan hasil penelitian pada bahasa Penyarang, sistem Sintaksis bahasa Penyarang, dapat disimpulkan sebagai berikut. a. Frase dalam bahasa Penyarang terdiri dari: 1) Frase endosentrik terbagi menjadi: frase endosentris yang koordinatif, frase endosentris yang atributif, frase endosentris yang apositif. 2) Frase Eksosentris terbagi menjadi dua yaitu: Frase nomina dan Frase verbal 3) Frase Bilangan 4) Frase Keterangan 5) Frase Depan b. Klausa dalam bahasa Penyarang terdiri dari: 1) klausa struktur intern.
2) Penggolongan klausa berdasarkan ada tidaknya kata negatif yang secara gramatik mengaktifkan predikat terdiri dari klausa positif dan klausa negatif. 3) Penggolongan klausa berdasarkan kategori kata atau frase yang menduduki fungsi predikat, terdiri dari klausa nomina, klausa verba, klausa bilangan, klausa depan. c. Kalimat dalam bahasa Penyarang terdiri dari: 1) Kalimat Berdasarkan Bentuk a) Kalimat berdasarkan bentuk dalam bahasa Penyarang terdiri dari, (1) Kalimat Tunggal (a) Kalimat Tunggal Berpredikat Verba; Kalimat Aktif, Kalimat Aktif Transitif, Kalimat Bitransitif, Kalimat Intransitif, dan Kalimat Pasif (b) Kalimat tunggal berpredikat nomina (c) Kalimat tunggal berpredikat numeralia (d) Kalimat tunggal berpredikat adjektiva (e) Tunggal berpredikat frasa preposisional b. Kalimat Berdasarkan Makna Kalimat berdasarkan makna dalam bahasa Penyarang terdiri dari lima kalimat yaitu: berita, tanya, perintah, seru, dan empatik. Saran Bagi masyarakat Penyarang penelitian ini merupakan bentuk pendokumentasian terhadap bahasa Penyarang agar tidak punah. Bagi guru bahasa dan sastra Indonesia, penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam pembelajaran, misalnya siswa-siswa dapat menemukan kalimat-kalimat di dalam Cerita Rakyat pada bidang studi bahasa Indonesia, contohnya menemukan kalimat perintah. Bagi mahasiswa yang akan mengadakan penelitian terhadap bahasa, penelitian ini dapat dijadikan sebagai metodologi penelitian untuk bahan rujukan penyusunan skripsi. DAFTAR RUJUKAN Alloy, Sujarni dkk. 2008. Mozaik Dayak: Keberagaman Subsuku dan Bahasa Dayak di Kalimantan Barat. Pontianak: Institut Dayakologi. Alwi, Hasan dkk. 2000. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Kridalaksana, H. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia. Moleong. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT . Remaja Rosdakarya. Parera, Daniel Jos. 1998. Morfologi. Jakarta: PT. Gramedia. Ramlan M. 2001. Sintaksis. Yogyakarta: CV. Karyono. Sudaryanto. 1988. Metode Linguistik Bagian Kedua. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.