STRATEGI UNIT LAYANAN MODAL MIKRO (ULAMM) SYARIAH PT. PERMODALAN NASIONAL MADANI (PERSERO) DALAM PEMBERDAYAAN UMKM (Studi Pada ULaMM Syariah Cakung)
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh : MAULANA SYARIF HIDAYATULLAH NIM : 106046101656
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT ( EKONOMI ISLAM ) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H. / 2011 M.
STRATEGI UNIT LAYANAN MODAL MIKRO (ULAMM) SYARIAH PT. PERMODALAN NASIONAL MADANI (PERSERO) DALAM PEMBERDAYAAN UMKM (STUDI PADA ULAMM SYARIAH CAKUNG)
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh :
MAULANA SYARIF HIDAYATULLAH NIM: 106046101656
Di Bawah Bimbingan: Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Alimin Mesra, M.Ag. NIP. 196908252000031001
Yuke Rahmawati, M. Ag. NIP. 197509032007011016
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT ( EKONOMI ISLAM ) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H / 2011 M
ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi yang berjudul “Strategi Unit Layanan Modal Mikro (ULaMM) Syariah PT. Permodalan Nasional Madani (Persero) dalam Pemberdayaan UMKM (Studi Pada ULaMM Syariah Cakung)” telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 10 Maret 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).
Jakarta, 10 Maret 2011 Dekan Fakultas Syariah dan Hukum,
Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH., MA., MM. NIP: 195505051982031012
Panitia Ujian Munaqasyah 1. Ketua
: Dr. Euis Amalia, M. Ag NIP: 197107011998032002
(………………….)
2. Sekretaris
: Mu’min Roup, S. Ag., M.Ag. NIP: 150281979
(………………….)
3. Pembimbing I
: Dr. Alimin Mesra, M.Ag NIP. 196908252000031001
(………………….)
4. Pembimbing II
: Yuke Rahmawati, M.Ag. NIP. 197509032007011016
(………………….)
5. Penguji I
: Dr. Euis Amalia, M. Ag NIP: 197107011998032002
(………………….)
6. Penguji II
: Dr. Syahrul A'dham, M.Ag. NIP: 197305042000031002
(………………….)
iii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 5 Rabiul Tsani 1432 H. 10 Maret 2011 M.
MAULANA SYARIF HIDAYATULLAH
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan cahaya ilmu-Nya, shalawat dan salam semoga selalu tercurah ke hadirat Rasul pembawa cahaya, Muhammad SAW. Di balik terselesaikannya skripsi dengan judul “Strategi Unit Layanan Modal Mikro (ULaMM) Syariah PT. Permodalan Nasional Madani (Persero) dalam Pemberdayaan UMKM (Studi Pada ULaMM Syariah Cakung), maka penulis ingin mengucapkan terima kasih terutama kepada : 1. Bapak Prof. Dr. H.M. Amin Suma, SH, MA, MM., Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag, dan Bapak Mu’min Roup, S. Ag., M.Ag. Ketua dan Sekretaris Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Dr. Alimin Mesra, M.Ag. dan Ibu Yuke Rahmawati, M.Ag, Dosen Pembimbing I dan II atas segenap waktu, arahan, motivasi, dan kesabarannya dalam membimbing penulis hingga akhir penulisan skripsi ini. 4. Segenap dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah atas ilmu yang diberikan kepada penulis, semoga ilmu ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya. 5. Segenap pimpinan dan staf Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah atas pelayanannya dalam melengkapi literatur penelitian.
v
6. Segenap pimpinan dan staf perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum atas kemudahan yang penulis rasakan selama pengumpulan literatur, dan staf dari berbagai perpustakaan di beberapa universitas di Jakarta yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. 7. Bapak Arief Mulyadi selaku Kepala Divisi Sekretaris Perusahaan PT. PNM (Persero), yang telah merekomendasikan penulis untuk dapat mengadakan penelitian di ULaMM Syariah. 8. Bapak Bambang Triyono selaku Kepala Koordinator ULaMM Cluster Timur (Bekasi) dan Bapak Wijantono selaku Unit Manager ULaMM Syariah Cakung, yang telah bersedia memberikan data dan keterangan lain yang dibutuhkan penulis. 9. Ayahanda M. Sahal H. Midih dan Ibunda Siti Kholidah H. Agus Salim, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat merasakan pendidikan di Perguruan Tinggi. Kakakku Ismaya, terimakasih atas semangat dan dorongannya. Adik-adikku tercinta: Nur Syarifah Aini, Ibnul Mubarok, dan Halimatus Sa’diyyah terimakasih atas tawa dan canda kalian yang mampu menghilangkan penat di kepala. 10. Sahabat-sahabatku Faiz, Ezi, Basir, Bedul, Dede, Ani, Ria dan teman-teman kelompok KKN terima kasih untuk perhatian, motivasi dan kebersamaannya. 11. Teman-teman di Program Studi Muamalat Perbankan Syariah angkatan 2006, terutama PSC 2006, yang telah menemani penulis selama menimba ilmu di perkuliahan.
vi
12. Semua pihak yang telah memberikan kontribusi terhadap penyelesaian skripsi ini baik moril maupun material yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Jazakumullahu Khairul Jaza. Ciputat, 5 Rabiul Tsani 1432 H 10 Maret 2011 M
MAULANA SYARIF HIDAYATULLAH
vii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL..............................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING....................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN PANITIA UJIAN..................................................
iii
LEMBAR PENYATAAN......................................................................................
iv
KATA PENGANTAR...........................................................................................
v
DAFTAR ISI..........................................................................................................
viii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang................................................................................
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.............................................
6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian…………………………………...
6
D. Tinjauan (Review) Studi Terdahulu ……………………………...
7
E. Kerangka Teori ...............................................................................
11
F. Kerangka Pemikiran .......................................................................
14
G. Metode Penelitian ..........................................................................
15
H. Sistematika Penulisan…………………………………………….
18
TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Pemberdayaan..................................................................
20
B. Pengertian Strategi ........................................................................
21
C. Pengertian dan Jenis-jenis Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.....
22
D. Pengertian, Tujuan dan Fungsi Pembiayaan .................................
29
E. Jenis-jenis Pembiayaan ..................................................................
33
F. Pengertian Analisis SWOT ...........................................................
36
ix
BAB III
BAB IV
BAB V
GAMBARAN UMUM UNIT LAYANAN MODAL MIKRO (ULAMM) SYARIAH CAKUNG A. Sejarah Berdirinya..........................................................................
42
B. Visi dan Misi ULaMM Syariah .....................................................
45
C. Struktur Organisasi ULaMM Syariah ...........................................
45
D. Produk-produk ULaMM Syariah ..................................................
47
E. Jumlah UMKM yang diberdayakan ..............................................
55
ANALISA HASIL PENELITIAN A. Mekanisme Pembiayaan ULaMM Syariah ...................................
56
B. Strategi Pembiayaan yang dilakukan ULaMM Syariah ................
65
C. Peluang dan Kendala yang dihadapi ULaMM Syariah .................
69
PENUTUP A. Kesimpulan.....................................................................................
79
B. Saran...............................................................................................
81
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................
82
LAMPIRAN..........................................................................................................
85
x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Struktur dunia usaha yang tangguh memiliki peran yang signifikan bagi penguatan struktur perekonomian nasional. Struktur dunia usaha yang tangguh, tidak saja akan memberikan kontribusi bagi penciptaan lapangan kerja tetapi juga terhadap devisa dan pengentasan kemiskinan melalui penciptaan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Sayangnya selama ini struktur dunia usaha kita masih timpang dan menghadapi sejumlah kelemahan. Pembangunan nasional yang selalu bertumpu pada kelompok usaha skala besar yang diharapkan menjadi generator pertumbuhan juga menghadapi sejumlah kelemahan mendasar, sementara kelompok usaha kecil juga menghadapi persoalan kronis. Kelompok usaha skala besar yang diharapkan mampu menopang struktur perekonomian nasional justru collaps dalam menghadapi terpaan krisis. Padahal selama ini kelompok usaha inilah yang telah banyak menikmati fasilitas sehingga meninggalkan bagian terbesar dari pelaku ekonomi yang ada yaitu ekonomi rakyat atau pelaku ekonomi usaha skala kecil sehingga menimbulkan ketidakadilan dan keresahan.1
1
Faisal Baasir, SH., Pembangunan dan Krisis –kritik dan solusi menuju kebangkitan Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2003), cet. 1, h. 4
2
Ketimpangan ini bisa dilihat dari beberapa indikator yang ada, seperti: dari sekitar 52.769.280 unit usaha di Indonesia, yang benar-benar masuk dalam unit usaha menengah dan besar hanya 45.810 buah atau hanya 0,09 persen. Kelompok yang 0,09 persen ini menguasai produk domestik bruto (PDB) sebesar 56,94 persen. Sementara itu unit usaha kecil dan rumah tangga yang jumlahnya mencapai sekitar 52.723.470 unit hanya menguasai 43,06 persen PDP (BPS, 2009) Usaha kecil dan menengah (UKM) mudah dijumpai di sekitar kita, baik di pedesaan maupun perkotaan. Umumnya mereka masih bersifat informal meskipun tidak sedikit yang sudah menjalankan usahanya secara formal atau bankable. Meskipun jumlah mereka sangat banyak, mencapai puluhan juta, tetapi posisi UKM dalam struktur perekonomian masih sangat kecil. Kontribusinya dalam proses pembentukan produk domestik bruto dan penguatan struktur perekonomian masih perlu ditingkatkan.2 Kondisi ini tidak terlepas dari beberapa kendala yang masih dihadapi oleh UKM. Masalah yang dihadapi oleh usaha skala kecil bisa dilihat dari segi internal maupun eksternal. Dari sisi internal misalnya, kelemahan tersebut bisa dilihat kekurang mampuan UKM dalam membaca peluang pasar, kelemahan permodalan, kelemahan manajerial, termasuk kelemahan dalam memperoleh informasi akses pasar.
2
Ibid, h. 12
3
Dari sisi eksternal misalnya bisa dilihat sistem politik ekonomi nasional yang masih belum kondusif bagi pertumbuhannya usaha-usaha menengah dan kecil. Kemauan politik pemerintah untuk menciptakan iklim dimaksud sudah ada, namun masih belum ditindaklanjuti dengan tindakan ekonomi yang kongkret. Selama ini masalah pembiayaan usaha atau permodalan memang masih menjadi masalah yang sering dihadapi oleh UKM. Dukungan permodalan atau pembiayaan usaha bagi UKM sangat penting. Di Indonesia lembaga keuangan yang dapat menyediakan dana untuk membantu permodalan secara formal adalah bank. Hanya saja bank belum mampu menyentuh semua lapisan masyarakat, hal ini disebabkan karena untuk mendapatkan pinjaman dari bank memerlukan persyaratan agunan/jaminan, proses yang cukup lama dan suku bunga pinjaman yang relatif tinggi. Selain lembaga keuangan bank, terdapat pula Lembaga Keuangan Non Bank (LKNB). Istilah LKNB di sini dipakai untuk merujuk kepada reksa dana (investment trust), uni kredit (credit unions), masyarakat koperasi, kapitalis ventura, dan sejumlah lembaga pengelola investasi lainnya. Mereka akan memobilisasi tabungan melalui penyertaan modal dan deposito mudharabah dan menyediakannya bagi para investor yang memiliki prospek. Dengan demikian, lembaga-lembaga ini melakukan peran perantara dalam membantu para pengusaha menemukan dana untuk melakukan ekspansi bisnis mereka.3
3
Chapra, M. Umer, Sistem Moneter Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 2000), h. 124
4
Dengan adanya sebuah lembaga yang dapat menjadi mediator antar pemilik kelebihan dana dan pihak yang memerlukan dana merupakan salah satu solusi dalam memecahkan masalah perekonomian rakyat tersebut. Dana ini yang akan digunakan untuk mengaktifkan sektor rill atau ekonomi rakyat. Lembaga ekonomi yang dapat menjadi mediator kebutuhan dana bagi rakyat yang ingin mengembangkan sektor rill adalah lembaga keuangan mikro, salah satunya Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) berbentuk Unit Layanan Modal Mikro (ULaMM) Syariah. Unit Layanan Modal Mikro (ULaMM) Syariah adalah layanan dari PT. Permodalan Nasional Madani (PNM) yang merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang dibentuk oleh pemerintah dengan maksud dan tujuan dalam rangka memberdayakan usaha mikro dan kecil. Kegiatan ULaMM Syariah ini hanya bersifat lending atau menyalurkan pembiayaan dan tidak menghimpun dana dari masyarakat karena unit usaha ini bukan lembaga perbankan.4 Seperti diketahui, persoalan utama kredit mikro adalah masalah akses, yaitu belum terbiasanya pelaku usaha mikro dan usaha kecil memanfaatkan jasa lembaga keuangan. Sebagai contoh, seorang pemilik warung yang berjualan dari pagi sampai sore, kemudian malam hari menyiapkan bahan-bahan untuk berjualan esok paginya. Dengan kesibukan seperti itu, maka dia tidak sempat datang ke lembaga keuangan. Oleh karena itu, harus dari pihak lembaga keuangan yang proaktif mendatangi pengusaha mikro kecil seperti ini.
4
Edy Sasmito, Rahasia Sukses Pengusaha Tahan Banting Pengalaman Pelaku Usaha Mikro Kecil, (Jakarta: PT. Permodalan Nasional Madani, 2010), h. 20
5
Sesungguhnya hal seperti itulah yang dilakukan para rentenir sejak ratusan tahun yang lalu. Jadi ini bukan hal yang baru. Hanya saja kehadiran ULaMM Syariah justru dengan maksud untuk membebaskan mereka dari lilitan ketergantungan pada para lintah darat. Selain memberikan akses pembiayaan yang lebih murah, ULaMM Syariah juga melakukan pembinaan dan pendampingan berupa pelatihan-pelatihan dan konsultasi terhadap nasabah UMK, agar usahanya bisa berkembang.5 Dengan kenyataan di atas, maka penulis berkeinginan untuk meneliti dan mengkaji lebih dalam tentang bagaimana strategi penyaluran dana yang dilakukan oleh Lembaga Keuangan ULaMM Syariah. Dan penulis memilih Lembaga Keuangan ULaMM Syariah sebagai objek penelitian, melihat perkembangan yang dialami oleh lembaga tersebut di tengah ketatnya persaingan tetapi tetap berkembang dan maju. Untuk itu penulis memberi judul skripsi ini dengan “Strategi Unit Layanan Modal Mikro (ULaMM) Syariah PT. Permodalan Nasional Madani (Persero) dalam Pemberdayaan UMKM (Studi Pada ULaMM Syariah Cakung)”.
5
Ibid, h. 21.
6
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Berdasarkan uraian pada masalah di atas, maka dalam hal ini penulis membatasi permasalahan yang diuraikan pada penyaluran dana masyarakat yang dilakukan oleh lembaga keuangan ULaMM Syariah terhadap UMKM. Dalam rangka menfokuskan pembahasan, penulis merumuskan beberapa hal yang perlu dikemukakan dalam skripsi ini, diantaranya: 1. Bagaimana mekanisme pembiayaan (financing) ULaMM Syariah? 2. Bagaimana strategi ULaMM Syariah dalam menyalurkan pembiayaan kepada UMKM? 3. Apa saja peluang dan kendala yang dihadapi oleh ULaMM Syariah?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Mengetahui mekanisme pembiayaan yang dilakukan ULaMM Syariah. 2. Mengetahui strategi penyaluran dana yang dilakukan oleh ULaMM Syariah. 3. Mengetahui peluang dan kendala yang dihadapi ULaMM Syariah.
7
Sedangkan manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Dengan adanya penelitian ini diharapkan menambah wawasan keilmuan tentang strategi penyaluran dana bagi UMKM. 2. Dengan adanya penelitian ini diharapkan akan menambah pengetahuan di bidang ekonomi Islam yang berkaitan dengan ULaMM Syariah. 3. Bagi pihak ULaMM Syariah untuk dapat lebih meningkatkan manajemen kinerja usahanya. D. Review Studi Terdahulu Untuk mendukung materi dalam penelitian ini, berikut akan dikemukakan beberapa penelitian terdahulu yang dilakukan oleh: 1) Skripsi Rahmat Sunandar Sholeh, S1 Perbankan Syariah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2008, dengan judul “Strategi Pembiayaan Bank BNI Syariah dalam Membantu Peningkatan Usaha Kecil dan Menengah” (Studi Pada Bank BNI Syariah Cabang Jakarta Selatan). Dalam skripsi tersebut dibahas mengenai masalah strategi yang dilakukan oleh BNI Syariah dalam membantu peningkatan UKM, pola penyaluran pembiayaan, prosedur dan persyaratan untuk mengajukan pembiayaan dan perkembangan pembiayaan yang dilakukan. Kesimpulan dari skripsi tersebut adalah sebagai berikut: Strategi yang dilakukan oleh BNI Syariah dalam membantu peningkatan UKM adalah melalui pemberdayaan UKM dan ritel yang dilandasi sikap proaktif Bank BNI Syariah kepada wirausahawan yang juga adalah nasabah pembiayaan,
8
disamping itu strategi meningkatkan efektivitas dan efisiensi jaringan distribusi, dengan penambahan jaringan ATM dan sentra-sentra pembiayaan. Adapun pola pembiayaan yang dilakukan BNI Syariah yaitu dengan pola bagi hasil dan pola jual beli. Untuk prosedur pembiayaan yang dilakukan masih bersifat manual, berupa calon nasabah datang ke bank BNI Syariah untuk dilakukan pengecekan dokumen dan verifikasi serta kalkulasi; setelah semuanya lengkap dan disetujui maka dibuatkan rekening pembiayaan. Dalam peningkatan pembiayaan UKM, BNI Syariah melakukan kerjasama dengan Pemerintah, Bank Indonesia, Bank BUMN, PT. Askrindo dan Perum SPU dalam memberikan suntikan dana sebagai modal dalam pengembangan usaha UKM. 2) Skripsi Ika Yuliasari, S1 Perbankan Syariah Universitas Syarif Hidayatullah, 2009, dengan judul “Konsep dan Implementasi Pemberdayaan UKM di Kelurahan Karang Timur Tangerang Perspektif Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam”. Dalam skripsi tersebut dibahas masalah mengenai konsep dan implementasi pemberdayaan UKM di Kelurahan Karang Timur dan berdasarkan perspektif keadilan distributif dalam ekonomi Islam. Kesimpulan dari skripsi tersebut adalah sebagai berikut: Program pemberdayaan UKM di Kelurahan Karang Timur dilaksanakan oleh Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) dan mempunyai 11 KSM dengan mengimplementasikan JPS, P2KP dan PNPM. Dalam program pemberdayaan UKM, Kelurahan Karang Timur mendapatkan dana bergulir untuk meminjamkan modal kepada para UKM di Kelurahan Karang Timur.
9
Keadilan distributif dalam Islam merupakan: 1) jaminan standar hidup yang layak bagi setiap warga Negara melalui pelatihan yang tepat, pekerjaan yang cocok dan upah yang layak, keamanan masyarakat dan bantuan keuangan bagi yang membutuhkan melalui pelembagaan zakat atau pemberdayaan UKM di tingkat desa atau kota; 2) penggalakkan pembagian kekayaan melalui sistem penyebaran pada tingkat
orang-orang yang lemah, membolehkan perbedaan pendapatan
sesuai dengan perbedaan kontribusinya terhadap masyarakat. 3) Skripsi Cecep Suyudi M, S1 Perbankan Syariah Universitas Syarif Hidayatullah, 2008, dengan judul “Strategi Lembaga Nirlaba dalam Upaya Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah” (Studi Pada Lembaga Nirlaba Syariah Masyarakat Mandiri Parung, Bogor). Dalam skripsi tersebut dibahas masalah mengenai latar belakang didirikannya Masyarakat Mandiri, strategi yang diterapkan Masyarakat Mandiri dalam upaya pemberdayaan UMKM dan dampaknya terhadap nasabah binaan (mitra) Lembaga Nirlaba Masyarakat Mandiri. Kesimpulan dari skripsi tersebut adalah sebagai berikut: Dompet Dhuafa sebagai sebuah lembaga yang menjaring dana-dana Zakat, Infak dan Shadaqah dari masyarakat turut berperan aktif dalam mengatasi kondisi sosial masyarakat dalam bidang kesejahteraan ekonomi yang tidak merata salah satunya dengan mendirikan Lembaga Nirlaba Syariah Masyarakat Mandiri pada tahun 2000.
10
Strategi yang dilakukan berupa strategi utama yang terdiri dari: 1) pembentukan kelompok secara partisipatif; 2) penguatan kapasitas SDM secara komunitas; 3) menciptakan
dan
mengembangkan
usaha
produkti;
4)
pengembangan
kelembagaan secara komunitas. Adapun strategi pendukung berupa: 1) pembinaan keislaman atau keagamaan; 2) pendampingan dan perluasan wawasan kelompok sasaran. Dampak dari pemberdayaan yang dilakukan adalah pendapatan mitra yang berpendapatan Rp. 20.000 – Rp. 30.000 yang berjumlah 64,3% menurun menjadi 7,1 % sedangkan mitra yang berpendapatan Rp. 30.000 – Rp. 40.000 yang berjumlah 7,1% meningkat menjadi 57%. Sementara itu, penelitian yang ingin penulis bahas yaitu tentang “Strategi Unit Layanan Modal Mikro (ULaMM) Syariah PT. Permodalan Nasional Madani (Persero) dalam Pemberdayaan UMKM (Studi Pada ULaMM Syariah Cakung)”. Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui tentang mekanisme pembiayaan yang dilakukan, strategi ULaMM Syariah dalam pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menengah, dan kendala serta peluang yang dihadapi ULaMM Syariah Cakung.
11
E. Kerangka Teori Kata pemberdayaan adalah terjemahan dari istilah bahasa inggris yaitu empowerment. Pemberdayaan (empowerment) berasal dari kata dasar power yang berarti kemampuan berbuat, mencapai, melakukan atau memungkinkan.6 Awal em berasal dari bahasa latin dan Yunani, yang berarti didalamnya, jadi pemberdayaan dapat diartikan kekuatan dalam diri manusia, suatu sumber kreativitas. Istilah pemberdayaan diartikan sebagai upaya memperluas horizon pilihan bagi masyarakat, dengan upaya pendayagunaan potensi. Pemanfaatan yang sebaik-baiknya dengan hasil yang memuaskan. Ini berarti masyarakat diberdayakan untuk melihat dan memilih suatu yang bermanfaat bagi dirinya, dapat dikatakan bahwa masyarakat yang berdaya adalah yang dapat memilih dan mempunyai kesempatan untuk mendapat pilihan-pilihan. Selain itu pemberdayaan atau pengembangan juga berarti menciptakan kondisi hingga semua orang (yang lemah) dapat menyumbang kemampuannya secara maksimal untuk mencapai tujuannya. Kartasasmita menyatakan bahwa keberdayaan dalam konteks masyarakat adalah kemampuan individu bersenyawa dalam masyarakat dan membangun keberdayaan masyarakat yang bersangkutan.7
6
Jhon M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama, 2000) cet. Ke-24, h. 441 7 Lili Bariadi dkk, Zakat dan Wirausaha, (Jakarta: CED, 2005), h. 54
12
Menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2008, Pemberdayaan adalah upaya yang dilakukan Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha, dan masyarakat secara sinergis dalam bentuk penumbuhan iklim dan pengembangan usaha terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah sehingga mampu tumbuh dan berkembang menjadi usaha yang tangguh dan mandiri. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) telah diatur secara hukum melalui Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008. Adapun Kriteria kelompok Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam UndangUndang ini. Begitu pula dengan Kriteria Usaha Kecil Adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini. Sedangkan Kriteria Usaha Menengah Adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan
13
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.8 Dana bergulir adalah Dana yang berasal dari pemerintah melalui Kementerian Negara Koperasi dan UMKM yang merupakan dana simpan-pinjam/pembiayaan yang disalurkan kepada Koperasi Simpan Pinjam/Koperasi Jasa Keuangan Syariah/lembaga keuangan lainnya untuk disalurkan lebih lanjut kepada anggotanya yaitu pengusaha mikro dan kecil.9 Pengusaha Mikro adalah Pengusaha yang melakukan kegiatan usaha yang memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 100.000.000 (seratus juta rupiah). Sedangkan pengusaha Kecil adalah Pengusaha yang melakukan kegiatan usaha yang memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000.- (satu milyar rupiah) atau memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000.- (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan.10
8
Http://www.financeindonesia.org, Pengertian Dasar Tentang Microfinance atau Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) 9 LPDB-KUMKM, Rencana Strategis Bisnis, (Jakarta: LPDB-KUMKM, 2006), h.3. 10 Ibid., h.5.
14
F. Kerangka Pemikiran
PT. Permodalan Nasional Madani (Persero)
Pembiayaan UMKMK (Sektor Riil)
Unit Layanan Modal Mikro (ULaMM) Syariah
Mekanisme Operasional
Peluang dan Kendala
Strategi yang dilakukan
Usaha Produktif
Pelayanan Prima pada Masyarakat
15
G. Metode Penelitian 1. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dalam bentuk desain deskriptif dan metode pegumpulan data dengan cara observasi. Deskriptif menurut pengertiannya adalah: Penelitian yang bermaksud untuk membuat pencandraan (penulisan : gambaran) mengenai situasi-situasi atau kejadiankejadian. Dalam pengertian ini penelitian deskriptif menggunakan data dasar deskriptif semata, tidak perlu mencari atau menerangkan saling hubungan, menguji hipotesis, membuat ramalan, atau mendapatkan makna dan implikasi.11 Pendapat lainnya mengatakan bahwa metode ini ”metode deskriptif bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat riset dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari gejala tertentu.”12 Pengertian kualitatif berkaitan dengan jenis data yang digunakan yaitu data kualitatif berupa kata-kata atau gambar dan tidak menekankan pada angka. Selain itu, penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses dari pada produk atau outcome.13 Walaupun ditemukan angka-angka dalam nilai nominal uang, akan tetapi itu bukan merupakan hasil analisis kuantitatif tetapi bagian dari representasi data yang akan diolah.
11
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Rajawali Press, 2002), h. 18-19. Husein Umar, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta: Rajawali Press, 2004), h. 22. 13 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2007), Cet. Ke-2, h. 13. 12
16
2. Jenis Penelitian Penelitian ini memadukan dua jenis penelitian, yaitu: a. Metode Library Research (pengumpulan data melalui studi kepustakaan), yaitu penelitian kepustakaan dan literature yang ada relevansinya dengan judul. Pengumpulan data ini akan memakai sumber berupa data primer yaitu data yang diperoleh langsung dan data skunder. b. Metode
Field
Research
(melakukan
penelitian
menggunakan penelitian dengan cara datang hubungannya
dengan tulisan
ini
untuk
lapangan),
kelembaga
yang
yaitu ada
melakukan wawancara
dengan unit manager ULaMM Syariah. 3. Teknik Pengumpulan Data a. Studi Dokumentasi Studi dokumentasi adalah kegiatan pengambilan/pengumpulan data penelitian yang dilakukan melalui sumber data dari sejumlah buku, laporan-laporan penelitian, laporan-laporan pelaksanaan program dan dokumen-dokumen lainnya yang mempunyai relevansi dengan tema penelitian. Kegiatan tersebut dimaksudkan sebagai upaya untuk menggali informasi dan memahami konsep-konsep yang selanjutnya dijadikan landasan dalam menganalisa temuan lapangan. b. Wawancara Mendalam Wawancara mendalam digunakan untuk menggali lebih dalam informasi yang terpendam dari para informan. Ini adalah salah satu teknik yang
17
digunakan dalam penelitian kualitatif untuk memperoleh fakta di dalam masyarakat. Sugiono (2005)14 mengatakan bahwa wawancara ini untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka. Dalam penelitian ini, wawancara mendalam dilakukan untuk memperoleh data mengenai strategi apa yang dilakukan oleh ULaMM Syariah dalam pemberdayaan UMKM. c. Observasi/Pengamatan terhadap Objek Pengamatan adalah metode pengumpulan data dimana peneliti mencatat informasi sebagaimana yang disaksikan selama penelitian.15 Kegiatan ini dilakukan dengan mengamati secara langsung subjek penelitian yang telah ditentukan. Hal ini bisa dilakukan dengan melihat, mendengarkan dan merasakan. Dalam penelitian ini gejala yang diamati adalah setiap gejala yang bisa memberikan informasi mengenai proses pendampingan dan hambatan-hambatannya dalam perkembangan ULaMM Syariah. 4. Teknik Pengolahan Data a. Seleksi Data: setelah memperoleh data dan bahan-bahan baik melalui library research maupun field research, lalu data diperiksa kembali satu persatu agar tidak terjadi kekeliruan. b. Klasifikasi Data: setelah data diperiksa kemudian diklasifikasikan dalam bentuk dan jenis tertentu.
14 15
Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2005), h. 73 W. Gulo, Metodelogi Penelitian, (Jakarta: PT. Grasindi, 2005), h. 116
18
c. Analisis Data: data dari informasi yang diperoleh diperbandingkan, dianalisis dan ditarik kesimpulan. 5. Teknik Penulisan Adapun teknik penulisan dalam penulisan skripsi ini adalah menggunakan “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007”
H. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah penulisan ini, maka disusun sistematika penulisan yang terdiri dari lima bab dengan rincian sebagai berikut: BAB I
PENDAHULUAN Pada bab ini memuat Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Kajian Kepustakaan, Kerangka Teori, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
BAB II
LANDASAN TEORI Pada bab ini membahas tentang Konsep Pemberdayaan, Pengertian Strategi, Pengertian dan Jenis-jenis Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, Pengertian, Tujuan dan Fungsi Pembiayaan, Jenis-jenis Pembiayaan, Pengertian Analisis SWOT.
19
BAB III
GAMBARAN
UMUM
LEMBAGA
KEUANGAN
UNIT
LAYANAN MODAL MIKRO (ULaMM) SYARIAH Pada bab ini memuat tentang Sejarah Berdirinya ULaMM Syariah, Visi dan Misi ULaMM Syariah, Struktur Organisasi ULaMM Syariah, Produk-produk ULaMM Syariah, Jumlah UMKM yang diberdayakan. BAB IV
ANALISA HASIL PENELITIAN Merupakan bab pembahasan mengenai hasil penelitian dan analisis data.
BAB V
PENUTUP Berisi tentang kesimpulan, saran dan lampiran-lampiran.
20
BAB II LANDASAN TEORI
A. Konsep Pemberdayaan Kata pemberdayaan adalah terjemahan dari istilah bahasa inggris yaitu empowerment. Pemberdayaan (empowerment) berasal dari kata dasar power yang berarti kemampuan berbuat, mencapai, melakukan atau memungkinkan.16 Awal em berasal dari bahasa latin dan Yunani, yang berarti didalamnya, jadi pemberdayaan dapat diartikan kekuatan dalam diri manusia, suatu sumber kreativitas. Istilah pemberdayaan diartikan sebagai upaya memperluas horizon pilihan bagi masyarakat, dengan upaya pendayagunaan potensi. Pemanfaatan yang sebaik-baiknya dengan hasil yang memuaskan. Ini berarti masyarakat diberdayakan untuk melihat dan memilih suatu yang bermanfaat bagi dirinya, dapat dikatakan bahwa masyarakat yang berdaya adalah yang dapat memilih dan mempunyai kesempatan untuk mendapat pilihan-pilihan. Selain itu pemberdayaan atau pengembangan juga berarti menciptakan kondisi hingga semua orang (yang lemah) dapat menyumbang kemampuannya secara maksimal untuk mencapai tujuannya. Kartasasmita menyatakan bahwa keberdayaan dalam konteks masyarakat adalah kemampuan individu bersenyawa dalam masyarakat dan membangun keberdayaan masyarakat yang bersangkutan.17 16
Jhon M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama, 2000) cet. Ke-24, h. 441 17 Lili Bariadi dkk, Zakat dan Wirausaha, (Jakarta: CED, 2005), h. 54
21
Menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2008, Pemberdayaan adalah upaya yang dilakukan Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha, dan masyarakat secara sinergis dalam bentuk penumbuhan iklim dan pengembangan usaha terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah sehingga mampu tumbuh dan berkembang menjadi usaha yang tangguh dan mandiri. B. Pengertian Strategi Istilah strategi diawali atau bersumber dari dan populer didunia militer. Kata strategi berasal dari kata Yunani yaitu strategos, yang berarti jenderal, militer dan gabungan kata stratos (tentara) ogo (mempimpin).18 Menurut Webster’s new dictionary, strategi adalah ilmu untuk merencanakan dan mengarahkan operasi-operasi militer berskala besar, mengarahkan pasukan ke posisi yang paling menguntungkan sebelum pertempuran yang sebenarnya dengan musuh.19 Sehingga penggunaan istilah strategi lebih dominan dalam situasi peperangan, sebagai tugas seorang komandan dalam menghadapi musuh, yang bertanggung jawab mengatur cara atau teknik untuk memenangkan peperangan.20 Memang sangat jelas pengertian strategi di atas, namun perlu didefinisikan dan dirumuskan tentang pengertian strategi yang mengarah kebidang bisnis/non bisnis, berikut di bawah ini beberapa pengertian tentang strategi bisnis/non bisnis:
18
Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep-Konsep, edisi Bahasa Indonesia, (Jakarta: Indeks, 2004), cet. 9 h. 34 19 Ibid 20 Hadari Nawawi, Manajemen Strategik Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2003), cet. 2 h. 147
22
a. Strategi merupakan suatu upaya bagaimana tujuan-tujuan perencanaan dapat dicapai dengan mempergunakan sumber-sumber yang dimiliki oleh suatu lembaga/perusahaan disamping diusahakan pula untuk mengatasi kesulitan serta tantangan-tantangan yang ada. b. Strategi sebagai seperangkat tujuan dan rencana tindakan yang spesifik, yang apabila dicapai akan memberikan suatu keunggulan kompetitif yang diharapkan.21 c. Strategi merupakan alat untuk mencapai perubahan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya. Strategi apa saja tidak cukup, dibutuhkan pengetahuan/manajemen yang memungkinkan perusahaan/lembaga mencapai tujuannya. Manajemen strategilah yang lebih tepat supaya strategi-strategi perusahaan/lembaga dapat terlaksana dengan baik. C. Pengertian dan Jenis-jenis Usaha Mikro, Kecil dan Menengah 1. Pengertian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Pengertian tentang usaha mikro, kecil dan menengah tidak selalu sama, tergantung konsep yang digunakan Negara tersebut. Definisi legal formal masingmasing berdasarkan peraturan dan perundang-undangan yang berbeda. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008, usaha mikro adalah usaha 21
Blocher. dkk., Manajemen Biaya, terjemahan Dra. A. Suty Ambarriani, M. Si., (Jakarta: Salemba Empat, 2000), h. 3
23
produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memiliki total asset maksimal Rp. 50.000.000,- dan memiliki hasil penjualan maksimal Rp. 300.000.000,-. Adapun usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memiliki total asset > Rp. 50.000.000,- sampai dengan Rp. 500.000.000,- dan memiliki hasil penjualan maksimal > Rp. 300.000.000,- sampai dengan Rp. 2,5 Milyar. Sedangkan usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih > Rp. 500.000.000,- sampai dengan Rp. 10 Milyar atau hasil penjualan tahunan > Rp. 2,5 Milyar sampai dengan Rp. 50 Milyar. Usaha kecil berdasarkan Undang-Undang No. 9 tahun 1995 adalah segala kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini. Adapun kriteria usaha kecil menurut undang-undang ini adalah sebagai berikut: 1) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200 juta (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha)
24
2) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1 Milyar 3) Milik Warga Negara Indonesia 4) Berdiri sendiri, bukan bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar 5) Berbentuk usaha perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum atau badan usaha yang berbadan hukum termasuk koperasi (pasal 5 ayat 1).22 Berdasarkan surat edaran BI No. 26/1/UKK tanggal 29 Mei 1993 perihal kredit usaha kecil, usaha kecil didefinisikan: yang dimaksud dengan usaha kecil adalah usaha yang memiliki total asset maksimum Rp. 600.000.000,- tidak termasuk tanah dan rumah yang di tempati.23 Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan usaha kecil sebagai usaha skala kecil yang difokuskan pada industri manufaktur dengan menggunakan kriteria serapan tenaga kerja. Berdasarkan kriteria BPS itu, industri skala kecil dicatat sebagai suatu perusahaan manufaktur yang mempekerjakan tenaga kerja antara 5 – 19 orang.
22
Euis Amalia, Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam Penguatan Peran LKM dan UKM di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Press, 2009), hal. 42 23 Indra Ismawan, Sukses di Era Ekonomi Liberal, Bagi Koperasi Perusahaan Kecil dan Menengah, (Jakarta: Gasindo, 2001), h. 3
25
Dari hasil penelitian yang dilakukan Lembaga Manajemen FE UI tahun 1987 dapat dirumuskan profil usaha kecil di Indonesia sebagai berikut:24 1) Hampir setengah dari perusahaan kecil hanya mempergunakan kapasitas produksi 60% atau kurang; 2) Lebih dari setengah perusahaan kecil didirikan sebagai pengembangan dari usaha-usaha kecilan atau dari industri rumah tangga; 3) Usaha menurun karena kurang modal, kurang mampu memasarkan, kurang ketrampilan teknis dan administrasi; 4) Mengharapkan bantuan pemerintah berupa modal, pemasaran, dan pengadaan barang; 5) Enam puluh persen menggunakan teknologi tradisional; 6) Tujuh puluh persen melakukan pemasaran langsung ke konsumen; 7) Untuk memperoleh bantuan perbankan, dokumen-dokumen yang harus disiapkan dipandang terlalu rumit dan biasanya nonbankable. Usaha kecil adalah kegiatan ekonomi yang mempunyai kriteria kekayaan bersih atau penjualan tahunan yang berbeda dengan usaha menengah, dimana kekayaan bersih atau penjualan tahunan usaha kecil lebih kecil daripada kekayaan bersih dan hasil penjualan tahunan usaha menengah. Tetapi, menurut Kamar Dagang dan Industri (KADIN) ada beberapa kesamaan kriteria usaha kecil dan menengah
24
Titik Sartika Partomo dan Abd. Rachman Soejoedona, Ekonomi Skala Kecil, Menengah dan Koperasi, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2004), h. 14
26
yaitu:25 1) Memiliki asset kurang dari Rp. 250 juta; 2) Mempekerjakan kurang dari 30 orang; 3) Memiliki nilai penjualan kurang dari Rp. 100 juta. Sedangkan usaha menengah adalah kegiatan ekonomi yang mempunyai kriteria kekayaan bersih atau penjualan tahunan lebih besar daripada kekayaan bersih dan penjualan tahunan usaha kecil. Dalam Inpres No. 10 tahun 1999 usaha menengah didefinisikan sebagai unit kegiatan yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp. 20.000.000,- sampai maksimal Rp. 10 Milyar (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha).26 Adapun kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut: 1) Memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp. 200.000.000,- sampai dengan paling banyak Rp. 10 Milyar, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; 2) Disamping itu sesuai ketentuan butir empat Inpres No. 10 tahun 1999 tentang usaha menengah, para menteri sesuai dengan ruang lingkup tugas kewenangan, dan tanggung jawab masing-masing dapat menetapkan kriteria usaha menengah sesuai dengan karakteristik sektornya dengan ketentuan kekayaan bersih paling banyak Rp. 10 Milyar; 3) Milik Warga Negara Indonesia (WNI); 25
Euis Amalia, Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam Penguatan Peran LKM dan UKM di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Press, 2009), hal. 45 26 Ibid,. h. 46
27
4) Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha besar; 5) Bentuk usaha orang perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum dan atau badan usaha yang berbadan hukum. Menurut Titik S. Partomo dan Abd. Rachman Soejoedona (2004), kriteria umum UKM dilihat dari ciri-cirinya pada dasarnya bisa dianggap sama, yaitu sebagai berikut:27 1) Struktur organisasi yang sangat sederhana; 2) Tanpa staf yang berlebihan; 3) Pembagian kerja yang “kendur” 4) Memiliki hirarki manajerial yang pendek; 5) Aktivitas sedikit yang formal, dan sedikit menggunakan proses perencanaan; 6) Kurang membedakan asset pribadi dari asset perusahaan. 2. Jenis-jenis UKM Menurut Hidayat (2000), yang dirujuk Titik S. Partomo dan Abd. Rachman Soejoedono (2004). Dengan menggunakan kriteria entrepreneurship, membagi UKM dalam empat bagian, yakni sebagai berikut: a. Livelihood Activities: UKM yang masuk kategori ini pada umumnya bertujuan mencari kesempatan kerja untuk mencari nafkah. Para pelaku
27
Titik Sartika Partomo dan Abd. Rachman Soejoedona, Ekonomi Skala Kecil, Menengah dan Koperasi, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002), h. 15
28
dikelompok ini tidak memiliki jiwa kewirausahaan. Kelompok ini disebut sebagai sektor informal. Di Indonesia jumlah UKM kategori ini sangat besar. b. Micro Entreprise: UKM ini lebih bersifat pengrajin dan tidak bersifat kewirausahaan. Jumlah UKM ini di Indonesia juga cukup besar. c. Small Dynamic Entreprise: UKM ini cukup memiliki jiwa kewirausahaan. Banyak pengusaha skala menengah dan besar yang berasal dari kategori ini. Jumlah UKM kelompok ini jauh lebih kecil dari jumlah UKM yang masuk kategori satu dan dua. d. Fast Moving Entreprise: ini adalah UKM asli yang mempunyai jiwa kewirausahaan. Kelompok ini akan menghasilkan pengusaha kecil, menengah dan besar.28 Sementara itu, berdasar laporan kelompok pakar usaha menengah kecil (UMK) APEC – dimana Indonesia menjadi motornya telah teridentifikasi empat kelompok UMK di lingkungan APEC, yaitu:29 1) Kelompok A UMK yang telah memasuki pasar global. Kelompok usaha ini telah menjadi subkontraktor dari perusahaan multinasional terutama disektor otomotif dan elektrik. Jumlahnya sekitar 3-4% dari seluruh UMK.
28
Ibid,. h. 26 Dawam Raharjo, Pembangunan Ekonomi Nasional: Suatu Pendekatan Pemerataan, Keadilan dan Ekonomi Kerakyatan, (Jakarta: Intermasa, 1997), h. 3 29
29
2) Kelompok B UMK yang telah memiliki pasar internasional. Kelompok UMK ini sudah mengekspor, tetapi atas dasar pesanan luar negeri dan bukan atas upaya pemasaran yang agresif. Berbeda dengan kelompok A, kelompok B tidak kontinyu. Jumlahnya sekitar 5-7%. Di Indonesia kelompok ini banyak terdapat di Bali, dimana para importir (yang datang sebagai turis) telah melaksanakan order bisnis yang cukup lumayan. Bahkan produk yang diekspornya tidak hanya dari Jawa Tengah dan Jawa Barat saja. 3) Kelompok C UMK yang belum pernah melakukan transaksi ke luar negeri, tetapi memiliki potensi yang besar. Jumlahnya sekitar 30%. 4) Kelompok D Kelompok UMK yang memang tidak berorientasi ke pasar luar negeri. Mayoritas UMK di Indonesia berada di kelompok ini dan jumlahnya sekitar 60%. D. Pengertian, Tujuan dan Fungsi Pembiayaan Kedudukan Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) dalam hubungannya dengan para nasabah adalah hubungan kemitraan, maka ULaMM Syariah dalam menjalankan pekerjaannya menggunakan berbagai teknik dan metode investasi. Mekanisme ULaMM Syariah yang berdasarkan prinsip mitra usaha adalah bebas bunga.
30
Pengertian pembiayaan menurut Undang-undang Perbankan Nomor 21 tahun 2008 pasal 1 ayat 25 adalah “penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa: transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah; transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik; transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istishna’; transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh; dan transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah dan/atau UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil.30 Pada bank konvensional kegiatan pembiayaan dikenal dengan istilah kredit yaitu penyediaan atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah waktu tertentu dengan pemberian bunga.31
30
Undang-undang Perbankan No. 21 thn. 2008. Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000), cet. Ke 4, h. 92 31
31
Pembiayaan (financing) adalah pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncakan.32 a. Tujuan Pembiayaan Secara umum tujuan pembiayaan dibedakan menjadi dua kelompok yaitu: tujuan pembiayaan untuk tingkat makro dan tujuan pembiayaan untuk tingkat mikro.33 Secara makro pembiayaan bertujuan untuk: 1) Peningkatan ekonomi umat, artinya masyarakat yang tidak dapat akses secara ekonomi, dengan adanya pembiayaan mereka dapat mengaksesnya. Dengan demikian diharapkan dapat meningkatkan taraf kehidupan ekonominya. 2) Tersedianya dana bagi peningkatan usaha membutuhkan dana tambahan. Dana tambahan ini dapat diperoleh melalui aktifitas pembiayaan. Pihak yang surplus dana menyalurkan kepada pihak yang minus dana, sehingga dapat tergulirkan. 3) Meningkatkan produktifitas, artinya adanya pembiayaan memberikan peluang bagi masyarakat usaha mampu meningkatkan daya produksinya dan mengembangkan usahanya, sebab upaya meningkatkan produksi tidak akan dapat terlaksana tanpa adanya dana. 4) Terjadinya distribusi pendapatan, artinya masyarakat usaha produtif mampu melakukan aktifitas kerja, berarti mereka akan memperoleh pendapatan dari 32
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005), h. 17 33 Ibid., h. 17-19
32
hasil usahanya. Penghasilan merupakan bagian dari pendapatan masyarakat. Jika ini berhasil, maka akan terjadi distribusi pendapatan. Adapun secara mikro, pembiayaan diberikan dalam rangka untuk: 1) Upaya memaksimalkan laba, artinya setiap usaha yang dibuka memiliki tujuan tertinggi, yaitu memaksimalkan laba usaha. Untuk menghasilkan laba maksimal, maka perlu pendukung dana yang cukup. 2) Upaya meminimalkan resiko, artinya usaha yang dilakukan mampu menghasilkan
laba
maksimal,
maka
para
pengusaha
harus
mampu
meminimalkan resiko. Resiko kekurangan modal dapat diatasi dengan tindakan pembiayaan. 3) Pendayagunaan ekonomi, artinya sumber daya ekonomi dapat dikembangkan dengan melakukan mixing antara sumber daya alam dengan sumber daya manusia serta sumber daya modal (pembiayaan). b. Fungsi Pembiayaan 1) Meningkatkan daya guna uang. Para penabung menyimpan uangnya di bank dalam bentuk giro, tabungan dan deposito. Uang tersebut dalam persentase tertentu ditingkatkan kegunaannya oleh bank guna suatu usaha peningkatan produktifitas. 2) Meningkatkan daya guna barang. Seluruh barang-barang yang dipindahkan atau dikirim dari suatu daerah ke daerah lain yang kemanfaatan barang itu lebih terarah, pada dasarnya meningkatkan utility barang tersebut. Pemindahan barang-barang tersebut
33
apabila tidak dapat diatasi oleh keuangan distributor, oleh karenanya memerlukan bantuan permodalan dari lembaga keuangan mikro berupa pembiayaan. E. Jenis-jenis Pembiayaan Jenis-jenis pembiayaan pada dasarnya dapat dikelompokkan menurut beberapa aspek, diantaranya: a. Pembiayaan menurut tujuan, dibedakan menjadi: 1) Pembiayaan Modal Kerja, yaitu pembiayaan yang dimaksudkan untuk mendapatkan modal dalam rangka pengembangan usaha. 2) Pembiayaan Investasi, yaitu pembiayaan yang dimaksudkan untuk melakukan investasi atau pengadaan barang konsumtif. b. Pembiayaan menurut jangka waktu, dibedakan menjadi: 1) Pembiayaan jangka waktu pendek, yaitu pembiayaan yang dilakukan dengan waktu 1 bulan sampai dengan 1 tahun. 2) Pembiayaan jangka waktu menengah, yaitu pembiayaan yang dilakukan dengan waktu 1 tahun sampai dengan 5 tahun. 3) Pembiayaan jangka waktu panjang, yaitu pembiayaan yang dilakukan dengan waktu lebih dari 5 tahun.34 Jenis pembiayaan pada bank syariah, akan diwujudkan dalam bentuk aktiva produktif dan aktiva tidak produktif, yaitu:
34
Ibid., h. 22
34
a. Jenis aktiva produktif pada bank syariah, dialokasikan dalam bentuk pembiayaan sebagai berikut: 1) Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil. Untuk jenis pembiayaan dengan prinsip ini meliputi: a) Pembiayaan Mudharabah Pembiayaan Mudharabah adalah perjanjian antara peranan penanam dana dan pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya. Aplikasi: pembiayaan modal kerja, pembiayaan proyek, pembiayaan ekspor. b) Pembiayaan Musyarakah Pembiayaan Musyarakah adalah perjanjian antara para pemilik dana/modal untuk mencampurkan dana/modal mereka pada suatu usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan diantara pemilik dana/modal berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya. Aplikasi: pembiayaan modal kerja dan pembiayaan ekspor.35 2) Pembiayaan dengan prinsip jual beli (piutang). Untuk jenis pembiayaan dengan prinsip ini meliputi: a) Pembiayaan Murabahah Pembiayaan Murabahah adalah perjanjian jual beli antara bank dan nasabah dimana bank syariah membeli barang yang diperlukan oleh nasabah dan 35
Ibid., h. 23
35
kemudian menjualnya kepada nasabah yang bersangkutan sebesar harga perolehan ditambah dengan margin/keuntungan yang telah disepakati antara bank syariah dan nasabah. b) Pembiayaan Salam Pembiayaan Salam adalah perjanjian jual beli barang dengan cara pemesanan dengan syarat-syarat tertentu dan pembayaran harga terlebih dahulu. c) Pembiayaan Istishna Pembiayaan Istishna adalah perjanjian jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang telah disepakati antara pemesan dan penjual. 3) Pembiayaan dengan prinsip sewa. Untuk jenis pembiayaan dengan prinsip ini diklasifikasikan menjadi: a) Pembiayaan Ijarah Pembiayaan Ijarah adalah perjanjian sewa menyewa suatu barang dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa. b) Pembiayaan Ijarah Muntahiya Bittamlik atau Wa Iqtina Pembiayaan Ijarah Muntahiya Bittamlik atau Wa Iqtina adalahperjanjian sewa menyewa suatu barang yang diakhiri dengan perpindahan kepemilikan barang dari pihak yang memberikan sewa kepada pihak yang menyewa.36
36
Ibid., h. 24
36
b. Jenis aktiva tidak produktif yang berkaitan dengan aktivitas pembiayaan adalah bentuk pinjaman, yang disebut dengan: Pinjaman Qardh Pinjaman Qardh atau talangan adalah penyediaan dana atau tagihan antara bank syariah dengan pihak peminjam melakukan pembayaran sekaligus atau secara cicilan dalam jangka waktu tertentu.37 F. Pengertian Analisis SWOT Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strength) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threathment). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencana strategis (strategic planner) harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut dengan analisis situasi. Model yang paling populer untuk analisis situasi adalah analisis SWOT.38 Secara umum analisis SWOT sudah dikenal oleh sebagian besar tim teknis penyusun corporate plan. Sebagian dari pekerjaan perencanaan strategi terfokus
37
Ibid., h. 25 Feddy Rangkuti, Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006), cet. XIV, h. 18-19. 38
37
kepada apakah perusahaan mempunyai sumber daya dan kapabilitas yang memadai untuk menjalankan misinya dan mewujudkan visinya. Pengenalan akan kekuatan yang dimiliki akan membantu perusahaan untuk tetap memperhatikan dan melihat peluang-peluang baru, sedangkan penilaian yang jujur terhadap kelemahan-kelemahan yang ada akan memberikan bobot realisme pada rencana yang akan dibuat perusahaan, jadi analisis SWOT berfungsi untuk menganalisis kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan serta peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan yang dilakukan melalui telaah terhadap kondisi external perusahaan. Penelitian menunjukkan bahwa kinerja perusahaan dapat ditentukan oleh kombinasi faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam analisis SWOT. SWOT sendiri adalah singkatan dari lingkungan internal Strengths dan Weakness serta lingkungan eksternal Opportunities dan Threats yang dihadapi dunia bisnis. Di bawah ini disampaikan upaya-upaya sistematis untuk dapat dipergunakan sebagai bahan untuk mendeskripsikan kondisi yang dihadapi. a. Strength (Kekuatan) Sesuatu yang selama ini menjadi kekuatan utama (internal-sesuatu yang dapat dipengaruhi secara langsung) dari dahulu sampai sekarang. b. Weakness (Kelemahan) Segala sesuatu yang menjadi kelemahan utama (internal) dari dahulu sampai sekarang.
38
c. Opportunities (Peluang) Berbagai potensial yang dapat dieksplorasi untuk mempengaruhi pencapaian sasaran yang diharapkan. d. Threats (Ancaman) Segala sesuatu yang dapat membatasi atau menggagalkan pencapaian (eksternal) sasaran yang ditetapkan tetap belum pernah terjadi dan tidak dapat dipengaruhi secara langsung. Di
bawah
ini
akan
digambarkan
kuadran
analisis
SWOT
untuk
memperlihatkan dimana saja posisi dari lingkungan internal dan eksternal yang telah disebutkan di atas. Diagram 1 Kuadran Analisis SWOT Berbagai Peluang 1. Mendukung Strategi Turn-around
2. Mendukung Strategi Agresif
Kelemahan Intenal
Kekuatan Internal
3. Mendukung Strategi Defensif
4. Mendukung Strategi Diversifikasi
Berbagai Ancaman
39
Keterangan: Kuadran I: strategi yang diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth Oriented Strategy). Kuadran II: strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/pasar). Kuadran III: fokus strategi yang diterapkan adalah dengan meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik. Kuadran IV: ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, dimana perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.39
Sebelum menyusun dan menggunakan matriks SWOT secara tepat, terlebih dahulu kita mengumpulkan semua informasi yang berkaitan dengan faktor-faktor yang berada dalam lingkungan internal dan eksternal yang dapat memperngaruhi pasang surut perusahaan. Matriks SWOT dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini dapat menghasilkan 4 set kemungkinan alternatif strategi.
39
Ibid., h. 19-20
40
Tabel 1 Matriks SWOT Faktor-faktor IFAS* dan EFAS** IFAS
Strengths (S)
Weaknesses (W)
Menentukan faktor-faktor kekuatan internal
Menentukan faktor-faktor kelemahan internal
Opportunities (O)
Strategi SO
Strategi WO
Menentukan faktor-faktor peluang eksternal
Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang
Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang
Threaths (T)
Strategi ST
Strategi WT
EFAS
Menentukan faktor-faktor ancaman eksternal
Menciptakan strategi yang Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan meminimalkan kelemahan untuk mengatasi ancaman dan menghindari ancaman
*IFAS (Internal Strategic Factors Analysis Summary): rumusan faktor-faktor strategis internal perusahaan ** EFAS (External Strategic Factors Analysis Summary): rumusan faktor-faktor strategis eksternal perusahaan Keterangan: a. Strategi SO Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang yang ada. b. Strategi ST Strategi ini digunakan dengan memanfaatkan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman.
41
c. Strategi WO Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. d. Strategi WT Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.40
40
Ibid., h. 31-32
42
BAB III GAMBARAN UMUM UNIT LAYANAN MODAL MIKRO (ULAMM) SYARIAH CAKUNG A. Sejarah Berdirinya ULaMM Syariah PT. Permodalan Nasional Madani (Persero) atau biasa dikenal dengan PNM, berdiri pada tanggal 1 Juni 1999 berdasar Peraturan Pemerintah (PP) No. 38/1999 yang merupakan salah satu perwujudan dari TAP MPR No. XVI Tahun 1998 tentang Demokratisasi Ekonomi. Saham perusahaan dimiliki Pemerintah Republik Indonesia, dimana sebagai BUMN yang lahir dengan semangat demokratisasi ekonomi, PNM memiliki tugas khusus memberdayakan usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi (UMKMK) yang dilakukan melalui penyelenggaraan jasa pembiayaan dan jasa manajemen. Misi BUMN ini adalah menciptakan pengusaha-pengusaha baru yang mempunyai prospek usaha serta mampu menciptakan lapangan kerja baru. PNM memberanikan diri untuk menjadi pionir dalam pembiayaan usaha mikro kecil yang disalurkan melalui Koperasi Simpan Pinjam (KSP), Bank Perkreditan Rakyat (BPR)/Syariah atau Baitul Maal wat-Tamwil (BMT) karena beberapa tahun terakhir ini usaha mikro kecil sudah menjadi rebutan bank-bank besar termasuk bank-bank milik asing. Mereka sudah masuk dan tahu bahwa return pembiayaan sektor mikro kecil ini sangat bagus.
43
Untuk itulah, mulai pertengahan tahun 2008 PNM melakukan turn around berupa reposisi bisnis untuk meningkatkan jangkauan layanan kepada UMKMK dan lembaga keuangan mikro/syariah. Turn around bisnis tersebut dilakukan PNM untuk memperluas jangkauan layanan kepada UMK dan mengantisipasi akan segera berakhirnya kredit program. Langkah yang ditempuh adalah membentuk jaringan Unit Layanan Modal Mikro (ULaMM) di berbagai daerah. Selain itu, merevitalisasi anak perusahaan yaitu PT. PNM Investment Management, PT. PNM Venture Capital dan PT. PNM Techno Venture Syariah.41 Pembentukan Unit Layanan Modal Mikro (ULaMM) berupa pilot project pada pertengahan tahun 2008 merupakan upaya PNM dalam menghadirkan sebuah unit usaha yang melayani secara langsung kalangan usaha mikro kecil di berbagai daerah. Bagi PNM, unit usaha ini dibuat juga sebagai antisipasi dari akan berakhirnya kredit program di tahun 2012. Unit usaha ini beroperasi di lokasi-lokasi padat usaha atau sentra-sentra usaha UMK dengan maksud agar mereka dengan mudah bisa memberikan pembiayaan kepada para pengusaha mikro dan kecil. ULaMM memberikan pembiayaan sampai dengan Rp. 200 juta per nasabah untuk jangka waktu pinjaman maksimal 4 tahun. Dalam melaksanakan aktivitasnya, ULaMM tidak hanya terbatas pada penyaluran modal tetapi juga melakukan pembinaan dan pendampingan berupa pelatihan-pelatihan dan konsultasi terhadap nasabah UMK, agar usahanya bisa
41
Edy Sasmito, Rahasia Sukses Pengusaha Tahan Banting Pengalaman Pelaku Usaha Mikro Kecil, (Jakarta: PT. Permodalan Nasional Madani, 2010), h. 17
44
berkembang sehingga mampu mengakses permodalan yang lebih besar, termasuk modal dari lembaga keuangan lain. Kehadiran ULaMM diharapkan mampu menjadi alternatif bagi pelaku UMK yang selama ini belum terjangkau oleh lembaga keuangan lain. Pangsa pasar yang dijangkau ULaMM lebih kepada pelaku usaha mikro dengan pinjaman yang relatif kecil, rata-rata Rp 5 juta per nasabah. Karena jangkauan ULaMM lebih terfokus pada nasabah mikro yang jumlahnya sangat banyak, dengan sendirinya tidak terlalu berbenturan dengan lembaga keuangan lain terutama perbankan, yang nilai pembiayaannya mencapai puluhan juta per nasabah. ULaMM juga tidak akan berbenturan dengan LKM lain yang sudah bermitra dengan PNM maupun yang belum. Bahkan dalam melaksanakan kegiatannya, ULaMM diupayakan akan bermitra dengan LKM-LKM tersebut berupa pendanaan dan perkuatan sistem manajemen.
45
B. Visi dan Misi ULAMM Syariah42 Sesuai tujuan, dalam memberdayakan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ULaMM Syariah memiliki visi: Menjadi lembaga pembiayaan terkemuka dalam meningkatkan nilai tambah secara berkelanjutan bagi Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi (UMKMK) dengan berlandaskan prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG). Adapun misi yang diemban adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan kelayakan usaha dan kemampuan wirausaha UMKMK. 2. Meningkatkan akses pembiayaan UMKMK dalam rangka perluasan lapangan kerja dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. 3. Meningkatkan kreativitas dan produktivitas karyawan untuk mencapai kinerja terbaik dalam mengembangkan UMKMK. C. Struktur Organisasi ULAMM Syariah Kantor Unit43 Organisasi ULaMM Syariah kantor unit secara teknis terdiri dari unit manager yang membawahi marketing officer, loan officer, collector, cashier, dan supporting. Unit manager berada di bawah garis perintah langsung dari kantor cabang; antara kantor cabang dan unit manager terdapat koordinator cluster yang mempunyai garis koordinasi antara cabang dan unit manager.
42
PT. Permodalan Nasional Madani (Persero), Annual Report 2009, (Jakarta: PT. PNM,
43
PT. Permodalan Nasional Madani (Persero), Manual Book Versi 01, (Jakarta: PT. PNM,
2009). 2009).
46
Untuk mempermudah pemahaman struktur organisasi ULaMM Syariah kantor unit dibuat skema seperti di bawah ini. Cabang Koordinator Cluster Unit Manager
Marketing Officer
Loan Officer
Collector
Cashier
Supporting
Adapun tugas dan tanggung jawab masing-masing jabatan adalah sebagai berikut: 1. Unit Manager a. Memimpin dan mengelola unit pembiayaan mikro b. Melakukan review dan memutuskan pembiayaan c. Mengembangkan dan mengelola portfolio pembiayaan yang sehat 2. Marketing Officer a. Mencari nasabah baru b. Menjaga hubungan baik dengan nasabah c. Mengembangkan dan mengelola portfolio pembiayaan yang sehat 3. Cashier a. Mengelola pencairan pembiayaan secara akurat dan tepat waktu b. Melakukan transaksi penerimaan setoran 4. Loan Officer a. Melakukan proses verifikasi ke lapangan dan mereview aplikasi pembiayaan b. Memberikan rekomendasi pembiayaan kepada unit manager
47
c. Menjaga proses pembiayaan agar kualitas pembiayaan tetap sehat 5. Collector a. Melakukan penagihan rutin ke nasabah b. Menjaga hubungan baik dengan nasabah 6. Supporting a. Melakukan administrasi pembiayaan dan kegiatan rutin operasional D. Produk-produk ULAMM Syariah44 Dalam hal pembiayaan usaha mikro, kecil dan menengah, unit layanan modal mikro syariah (ULaMM) Syariah mempunyai beberapa produk yaitu: 1. Madani Mikro Murabahah Madani Mikro Murabahah adalah pola pinjaman jual beli (murabahah) terkait dengan jual-beli barang yang dilakukan oleh Pengusaha Mikro dan Kecil untuk memenuhi atau menambah / meningkatkan volume usahanya. Pola Pembiayaan yang dilakukan adalah langsung kepada usaha mikro dan kecil dengan pola syariah berupa transaksi jual beli (murabahah) atau jual beli dengan dukungan wakalah/menguasakan (murabahah bin wakalah). Produk ini diperuntukkan sebagai modal kerja dan atau modal investasi untuk keperluan produktif. Produk ini terbagi menjadi lima macam, yaitu: a. Madani Mikro Murabahah 10 (M3-10) b. Madani Mikro Murabahah 25 (M3-25)
44
Ibid,.
48
c. Madani Mikro Murabahah 50 (M3-50) d. Madani Mikro Murabahah 100 (M3-100) e. Madani Mikro Murabahah 200 (M3-200) Kelima produk ini dibedakan oleh plafond, jangka waktu pembiayaan, margin, biaya administrasi dan denda atau sangsi. 1) Plafond (Batas Tertinggi Pembiayaan); untuk produk M3-10 plafond yang disediakan mulai dari Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) sampai dengan Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah); untuk produk M3-25 plafond yang disediakan mulai dari Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) sampai dengan Rp. 25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah); untuk produk M350 plafond yang disediakan mulai dari Rp. 25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah) sampai dengan Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah); untuk produk M3-100 plafond yang disediakan mulai dari Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp. 100.000.000,(seratus juta rupiah); untuk produk M3-200 plafond yang disediakan mulai dari Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) sampai dengan Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah). 2) Jangka Waktu Pembiayaan; untuk produk M3-10 jangka waktu yang ditentukan maksimal 90 (sembilan puluh) kali angsuran untuk pola angsuran harian, maksimal 24 (dua puluh empat) kali angsuran untuk pola angsuran mingguan, dan maksimal 12 (dua belas) kali angsuran untuk pola angsuran bulanan; untuk produk M3-25 jangka waktu yang ditentukan
49
maksimal 120 (seratus dua puluh) kali angsuran untuk pola angsuran harian, maksimal 32 (tiga puluh dua) kali angsuran untuk pola angsuran mingguan, dan maksimal 24 (dua puluh empat) kali angsuran untuk pola angsuran bulanan; untuk produk M3-50 jangka waktu yang ditentukan maksimal 48 (empat puluh delapan) kali angsuran untuk pola angsuran mingguan, dan maksimal 36 (tiga puluh enam) kali angsuran untuk pola angsuran bulanan; untuk produk M3-100 jangka waktu yang ditentukan maksimal 36 (tiga puluh enam) kali angsuran; untuk produk M3-200 jangka waktu yang ditentukan maksimal 48 (empat puluh delapan) kali angsuran. 3) Margin; dalam hal margin, ULaMM Syariah menentukan margin sebesar 1,6% untuk produk M3-10, produk M3-25, dan produk M3-50; sedangkan margin sebesar 1,4% untuk produk M3-100 dan produk M3-200. 4) Biaya Administrasi; dalam segi biaya administrasi, ULaMM Syariah memberlakukan ketentuan yang sama, baik produk M3-10, M3-25, M350, M3-100 dan M3-200 adalah sebesar 1,5% dari plafond. 5) Denda atau Sangsi; dalam hal keterlambatan pembayaran angsuran, ULaMM Syariah menerapkan denda sebesar Rp. 10.000,- untuk produk M3-10; Rp. 20.000,- untuk produk M3-25; Rp. 30.000,- untuk produk M350; Rp. 40.000,- untuk produk M3-100; dan Rp. 50.000,- untuk produk M3-200. Hasil penagihan denda akan dipergunakan sebagai dana kebajikan atau dana sosial.
50
Adapun syarat dan ketentuan lain yang terkait dengan kelima produk ini, dapat dilihat pada lampiran skripsi ini. Perbedaan
Plafond
M3-10
M3-25
M3-50
M3-100
M3-200
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
1.000.000
10.000.000
25.000.000
50.000.000
100.000.000
sampai
sampai
sampai
Rp.
Rp.
Rp.
10.000.000
25.000.000
50.000.000
Harian = 90
Harian = 120
Mingguan
kali,
kali,
48 kali,
Jangka
Mingguan =
Mingguan =
Bulanan = 36
Waktu
24
32
kali
Bulanan
kali, =
Bulanan
kali,
=
sampai
Rp.
sampai
Rp.
100.000.000
200.000.000
Maksimal
Maksimal
36
kali
kali
48
=
12 kali
24 kali
Margin
1,6%
1,6%
1,6%
1,4%
1,4%
Biaya
1,5%
1,5%
1,5%
1,5%
1,5%
Rp. 10.000,-
Rp. 20.000,-
Rp. 30.000,-
Rp. 40.000,-
Rp. 50.000,-
Administrasi Denda
2. Madani Mikro Murabahah Prima 50 Produk ini hampir sama dengan produk madani mikro murabahah lainnya, hanya saja terdapat sedikit perbedaan dengan produk madani mikro murabahah lainnya, yakni pada: a. Plafond (Batas Tertinggi Pembiayaan); untuk produk M3-Prima 50 plafond yang disediakan mulai dari Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) sampai dengan Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah). b. Jangka Waktu; untuk produk M3-Prima 50 jangka waktu yang ditentukan maksimal 36 (tiga puluh enam) kali angsuran dalam pola angsuran bulanan.
51
c. Margin; ULaMM Syariah menentukan margin sebesar 1,6% untuk produk ini atau sama dengan margin untuk produk M3-10, M3-25 dan M3-50. d. Biaya Administrasi; untuk produk ini ada tiga ketentuan dalam hal biaya administrasi. Untuk jangka waktu 1 tahun sebesar 3% dari plafond; untuk jangka waktu 2 tahun sebesar 4% dari plafond; dan untuk jangka waktu 3 tahun sebesar 5% dari plafond. Biaya administrasi sudah termasuk asuransi jiwa atau asuransi kredit (Jamkrindo). e. Denda atau Sangsi; untuk produk ini denda keterlambatan pembayaran angsuran untuk plafond Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) sampai dengan Rp. 25.000.000,- (dua puluh lima juta) sebesar Rp. 50.000; sedangkan denda keterlambatan pembayaran angsuran untuk plafond Rp. 26.000.000,(dua puluh enam juta) sampai dengan Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta) sebesar Rp. 100.000. Hasil penagihan denda akan dipergunakan sebagai dana kebajikan atau dana sosial. Adapun syarat dan ketentuan lain yang terkait dengan produk ini, dapat dilihat pada lampiran skripsi ini.
52
Perbedaan
M3 Prima 50
Plafond
Mulai dari Rp. 1.000.000,- sampai dengan Rp. 50.000,-
Jangka Waktu
Maksimal 36 kali untuk angsuran bulanan
Margin
1,6%
Biaya Administrasi
Untuk jangka waktu 1 tahun sebesar 3% dari plafond Untuk jangka waktu 2 tahun sebesar 4% dari plafond Untuk jangka waktu 3 tahun sebesar 5% dari plafond Biaya administrasi sudah termasuk asuransi jiwa atau asuransi kredit (Jamkrindo)
Denda atau Sangsi
Rp. 50.000 untuk plafond Rp. 1.000.000 – Rp. 25.000.000 Rp. 100.000 untuk plafond Rp. 26.000.000 – Rp. 50.000.000
3. Madani Mikro Murabahah Sarana Usaha Produktif Madani Mikro Murabahah Sarana Usaha Produktif (SUP) merupakan produk pembiayaan syariah kepada pelaku usaha mikro dan kecil dengan pola pinjaman Jual Beli (Murabahah) terkait dengan jual beli barang yang dilakukan
Pengusaha
Mikro/Kecil
untuk
memenuhi
atau
menambah/meningkatkan volume usahanya. Kata “Madani” dimaksudkan untuk memposisikan PT. PNM (Persero) sebagai lembaga pembiayaan kepada UKM/LKM – sesuai visi dan misi perusahaan. Madani Mikro Murabahah SUP ini akan disalurkan kepada pelaku usaha mikro dan kecil dengan menggunakan sumber dana KUMK dari pemerintah Republik Indonesia. Produk ini terbagi menjadi dua macam, yaitu Madani Mikro Murabahah Sarana Usaha Produktif 50 (M3-SUP 50) dan Madani Mikro Murabahah Sarana Usaha Produktif 500 (M3-SUP 500).
53
Madani Mikro Murabahah Sarana Usaha Produktif 50 (M3-SUP 50) menargetkan pembiayaan pada Usaha Mikro dan Kecil di seluruh wilayah Indonesia, dengan ketentuan: a. Usaha produktif milik keluarga/perorangan Warga Negara Indonesia, secara individu atau tergabung dalam koperasi; b. Memiliki hasil penjualan secara individu paling banyak Rp. 100.000.000,(seratus juta rupiah) per tahun. Madani Mikro Murabahah Sarana Usaha Produktif 500 (M3-SUP 500) menargetkan pembiayaan pada Usaha Mikro dan Kecil di seluruh wilayah Indonesia, dengan ketentuan : a. Usaha produktif milik Warga Negara Indonesia yang berbentuk badan usaha orang perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha berbadan hukum termasuk koperasi; b. Bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi, baik langsung maupun tidak langsung, dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar; c. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) per tahun. Selain target pasar, kedua produk ini dibedakan oleh plafond, jangka waktu pembiayaan, margin, biaya administrasi dan denda atau sangsi.
54
1) Plafond (Batas Tertinggi Pembiayaan); untuk produk M3-SUP 50 plafond yang disediakan mulai dari Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) sampai dengan maksimal Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah); sedangkan untuk produk M3-SUP 500 plafond yang disediakan mulai dari Rp. 51.000.000,- (lima puluh satu juta rupiah) sampai dengan maksimal Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah). 2) Jangka Waktu; untuk produk M3-SUP 50 dan M3-SUP 500 jangka waktu yang ditentukan maksimal 3 tahun. 3) Margin; ULaMM Syariah menentukan margin sebesar 0,9% untuk kedua produk ini (M3-SUP 50 dan M3-SUP 500). 4) Biaya Administrasi; untuk kedua produk ini (M3-SUP 50 dan M3-SUP 500) ada tiga ketentuan dalam hal biaya administrasi. Untuk jangka waktu 1 tahun sebesar 3% dari plafond; untuk jangka waktu 2 tahun sebesar 4% dari plafond; dan untuk jangka waktu 3 tahun sebesar 5% dari plafond. 5) Denda atau Sangsi; dalam hal keterlambatan pembayaran angsuran, ULaMM Syariah menerapkan denda sebesar Rp. 30.000,- untuk produk M3-SUP 50 dan Rp. 50.000,- untuk produk M3-SUP 500. Hasil penagihan denda akan dipergunakan sebagai dana kebajikan atau dana sosial.
55
Adapun syarat dan ketentuan lain yang terkait dengan produk ini, dapat dilihat pada lampiran skripsi ini. Perbedaan
M3-SUP 50
M3-SUP 500
Plafond
Rp. 1.000.000 - Rp. 50.000.000
Rp. 51.000.000 - Rp. 200.000.000
Jangka Waktu
3 Tahun
3 Tahun
Margin
0,9%
0,9%
Biaya Administrasi
1 tahun = 3 % dari plafond
1 tahun = 3 % dari plafond
2 tahun = 4 % dari plafond
2 tahun = 4 % dari plafond
3 tahun = 5 % dari plafond
3 tahun = 5 % dari plafond
Rp. 30.000,-
Rp. 50.000,-
Denda atau Sangsi
E. Jumlah UMKM yang diberdayakan45 Jumlah nasabah ULaMM Syariah terhitung dari sejak berdiri pada bulan Juni 2009 sampai dengan bulan Maret 2011 berjumlah 109 nasabah. Adapun yang sudah melunasi pembiayaan berjumlah 32 nasabah, sedangkan yang masih aktif berjumlah 77 nasabah. Jumlah dana pembiayaan yang diberikan kepada nasabah terhitung dari bulan Juni sampai dengan bulan Desember 2009 senilai Rp. 2.428.000.000,- sedangkan dari bulan Januari sampai dengan bulan Desember 2010 senilai Rp. 4.527.000.000,adapun jumlah pencairan terhitung dari bulan Januari sampai dengan bulan Maret 2011 senilai Rp. 1.132.000.000,-
45
Informasi dari Supporting ULaMM Syariah Cakung
56
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Mekanisme Pembiayaan ULaMM Syariah Mekanisme pembiayaan yang dilakukan oleh ULaMM Syariah terdiri dari beberapa tahap yaitu, pertama, inisiasi, verifikasi, appraisal dan analisis; kedua, pengikatan, pencairan dan administrasi; ketiga, pembayaran angsuran; keempat, monitoring dan pelaporan; kelima, pelunasan dan pelepasan jaminan.46 Tahapan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Inisiasi, Verifikasi, Appraisal dan Analisis Inisiasi dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti ujian yang harus dijalani orang yang akan menjadi anggota suatu perkumpulan, suku, kelompok umur, dsb.47 Dalam melaksanakan inisiasi ULaMM Syariah memberikan formulir permohonan pembiayaan mikro untuk diisi oleh calon nasabah pembiayaan tentang gambaran usahanya. Verifikasi dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti pemeriksaan tentang kebenaran laporan, pernyataan, perhitungan uang, dsb.48 Dalam hal ini ULaMM Syariah melakukan cross check dan peninjauan langsung ke tempat calon nasabah untuk melihat realitas usaha yang dikembangkan. Verifikasi
46
PT. Permodalan Nasional Madani (Persero), Manual Book Versi 01, (Jakarta: PT. PNM,
2009) 47
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), cet. 2. h. 332 48 Ibid., h. 1002
57
dilakukan guna mencocokkan antara keterangan yang terdapat dalam formulir dengan kenyataan riil di lapangan. Appraisal (analisis keputusan) - Analisis Keputusan adalah sebuah metode yang memberikan dukungan kuantitatif untuk para pembuat keputusan di semua bidang termasuk insinyur, analis dalam perencanaan kantor dan lembaga-lembaga publik, konsultan manajemen proyek, proses manufaktur perencana, analis keuangan dan ekonomi, ahli penunjang medis / diagnosis teknologi, dll. Seorang pengambil keputusan haruslah memperhatikan hal-hal seperti : logika, realita, rasional, dan pragmatis49. Dengan demikian, appraisal dalam ULaMM Syariah adalah pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak permohonan calon nasabah berdasarkan hasil verifikasi yang telah dilakukan. Berdasarkan penjelasan diatas, maka tahap inisiasi, verifikasi, appraisal dan analisis secara sistematis dapat digambarkan sebagai berikut: a. Menerima permohonan Pembiayaan Mikro Syariah dari calon debitur dan memeriksa kelengkapan dokumen. Apabila belum lengkap informasikan ke calon debitur. b. Melakukan pengecekan data calon debitur apakah termasuk debitur lama atau tidak dan grup debitur. c. Input data debitur dalam aplikasi sistem pencatatan debitur.
49
https://nurrahmanarif.wordpress.com/2010/06/16/analisis-keputusan
58
d. Mengajukan pengecekan debitur di Sistem Informasi Debitur (SID) sesuai PM Sistem Informasi Debitur yang berlaku. e. Melakukan kunjungan dan analisa jaminan ke tempat usaha calon debitur untuk memverifikasi data yang diberikan oleh calon debitur. f. Memastikan bahwa debitur sesuai dengan Batas Minimum Pemberian Pembiayaan (BMPP) dan ketentuan-ketentuan lain. g. Membuat laporan verifikasi terhadap debitur dan mempersiapkan untuk dilakukan penginputan scoring. h. Melakukan penginputan data kunjungan dan analisa jaminan dalam aplikasi sistem (scoring) sesuai dengan data hasil survei. i. Memeriksa data hasil persetujuan dalam aplikasi sistem (hasil scoring), apabila layak maka akan dibuatkan proposal pembiayaan mikro. Dalam tahap ini terdapat kegiatan Mikro Credit Scoring (MCS)50 atau Skoring Pembiayaan Mikro yaitu sebuah metode perhitungan yang digunakan untuk memprediksi kejadian resiko suatu pembiayaan berskala mikro dan kecil. Tujuannya adalah menjadi dasar pertimbangan dalam menilai debitur (perorangan/badan usaha/kelompok) ke dalam pengklasifikasian Layak atau Tidak Layak; dan menjadi alat pendukung yang standar dalam mengevaluasi proposal pembiayaan terhadap usaha produktif berskala mikro dan kecil.
50
PT. Permodalan Nasional Madani (Persero), Pedoman Skoring Pembiayaan Mikro, (Jakarta: PT. PNM, 2009).
59
Pelaksanaan kalkulasi Mikro Credit Scoring (MCS) didasarkan pada 6 aspek, yaitu: 1. Persyaratan Dasar, terdiri atas 6 aspek penilaian untuk penilaian terhadap calon debitur individu/perusahaan yaitu: Warga Negara Indonesia (WNI); usia ≥ 21 tahun atau menikah dan usia ≤ 65 tahun pada saat pelunasan; berdomisili > 1 tahun; berbisnis > 1 tahun; ada surat izin atau keterangan usaha; dan tidak ada kredit atau track record bermasalah; dan tambahan 2 aspek untuk penilaian terhadap calon debitur kelompok yaitu: anggota 3 sampai dengan 10 orang; lokasi dan sektor usaha yang sama. Metode pengukuran berdasarkan pilihan jawaban “Ya” atau “Tidak” terhadap beberapa aspek penilaian. 2. Kualitas Calon Debitur, terdiri atas 12 aspek penilaian untuk mengukur karakter dan kemampuan berusaha debitur secara pribadi. Adapun aspekaspek penilaian tersebut yaitu: usia; tingkat pendidikan; status perkawinan; jumlah tanggungan; pekerjaan; lama bekerja; status tempat tinggal; harta yang dimiliki; pendapatan tambahan; reputasi; track record simpanan; dan track record pinjaman. Metode pengukuran secara kuantitatif berdasarkan nilai jawaban yang dipilih dari setiap aspek penilaian. 3. Prospek Usaha, terdiri atas 11 aspek penilaian untuk mengukur kapasitas bisnis/usaha, prospek usaha dan pengaruh aspek-aspek eksternal yang berkaitan dengan usaha. Adapun aspek-aspek penilaian tersebut yaitu: bidang usaha; jenis produk; jumlah karyawan; lokasi usaha; kondisi tempat usaha; pengelolaan keuangan; ketersediaan bahan baku; jumlah pemasok; persaingan
60
usaha; trend omzet; dan trend profit. Metode pengukuran secara kuantitatif berdasarkan nilai jawaban yang dipilih dari setiap aspek penilaian. 4. Kemampuan Pengembalian Pinjaman, terdiri atas 2 aspek penilaian untuk mengukur kemampuan keuangan untuk dapat membayar pinjaman dan kondisi margin keuntungan setelah dibebankan tambahan biaya angsuran. Adapun kedua aspek tersebut adalah repayment capacity ratio dan profit margin. Metode pengukuran secara kuantitatif berdasarkan nilai jawaban yang dipilih dari setiap aspek penilaian. 5. Jaminan, terdiri atas 2 aspek penilaian untuk mengukur marketable dari jaminan dan security coverage ratio dari nilai jaminan. Adapun kedua aspek tersebut adalah jenis jaminan dan security coverage ratio. Metode pengukuran secara kuantitatif berdasarkan nilai jawaban yang dipilih dari setiap aspek penilaian. 6. Faktor Koreksi, terdiri atas 2 aspek penilaian untuk mengukur potensi risiko dari lama jangka waktu pinjaman yang terkait dengan lama kerja loan officer yang mengajukan di PNM. Adapun kedua aspek tersebut adalah jangka waktu dan lama kerja loan officer. Metode pengukuran secara kuantitatif berdasarkan nilai jawaban yang dipilih dari setiap aspek penilaian. Pengelompokkaan hasil akhir total aspek penilaian dikategorikan atas 2 kelompok, yaitu layak dan tidak layak.
61
Calon debitur dinyatakan layak apabila seluruh aspek penilaian pada Persyaratan Dasar terpenuhi, dan jumlah total nilai aspek penilaian pada Kualitas Calon Debitur, Prospek Usaha, Kemampuan Pengembalian Pinjaman, Jaminan dan Faktor Koreksi ≥ 70. Calon debitur dinyatakan tidak layak apabila seluruh aspek penilaian pada Persyaratan Dasar terpenuhi, namun jumlah total nilai aspek penilaian pada Kualitas Calon Debitur, Prospek Usaha, Kemampuan Pengembalian Pinjaman, Jaminan dan Faktor Koreksi < 70: dan atau salah satu atau lebih aspek penilaian pada Persyaratan Dasar tidak terpenuhi walaupun jumlah total nilai aspek penilaian pada Kualitas Calon Debitur, Prospek Usaha, Kemampuan Pengembalian Pinjaman, Jaminan dan Faktor Koreksi ≥ 70: dan atau salah satu atau lebih aspek penilaian pada Persyaratan Dasar tidak terpenuhi dan jumlah total nilai aspek penilaian pada Kualitas Calon Debitur, Prospek Usaha, Kemampuan Pengembalian Pinjaman, Jaminan dan Faktor Koreksi < 70. Adapun sumber data untuk pengisian penilaian MCS didapat dari formulir aplikasi permohonan pembiayaan mikro & kecil yang diisi oleh calon debitur; berdasarkan pengolahan data dari dokumen persyaratan pembiayaan mikro & kecil (KTP, Kartu Keluarga, Surat Nikah, Rekening Tabungan, Surat Ijin, dll); berdasarkan laporan pengecekan Bank Checking (melalui Sistem Informasi Debitur (SID) dan informasi lain yang didapat dari kolega lembaga keuangan lain yang dapat dipercaya kebenarannya) dan Trade Checking (pengecekan track record utang-piutang dagang calon debitur kepada sesama pedagang/pengusaha yang melakukan transaksi dengan
62
calon debitur); informasi dari hasil kunjungan (on the spot) di lokasi usaha debitur yang tertuang dalam Lembar Kerja & Survey dan Laporan Penilaian Jaminan. Informasi hasil kunjungan sekaligus untuk memverifikasi data pada formulir aplikasi permohonan. Apabila terdapat data yang berbeda antara hasil kunjungan dengan formulir aplikasi permohonan pada suatu aspek penilaian, maka yang digunakan adalah data hasil kunjungan. Micro Credit Scoring dioperasikan dengan menggunakan program aplikasi Windows Berbasis Web atau lainnya, yang disiapkan oleh urusan Manajemen Tekhnologi Informasi. 2. Pengikatan, Pencairan dan Administrasi Tahap kedua dari mekanisme pembiayaan yang dilakukan ULaMM Syariah adalah pengikatan, pencairan dan administrasi. Adapun prosedur-prosedur yang dilakukan adalah sebagai berikut: a. Melakukan penandatanganan akad murabahah bil wakalah (jual beli dengan dukungan/titipan) dengan debitur sesuai kebijakan yang berlaku dan menerima jaminan yang diajukan sesuai dengan Surat Persetujuan Prinsip Pembiayaan Mikro Syariah (SP3MS) yang disetujui untuk dilakukan pengikatan. b. Mengajukan Nota Pencairan Pembiayaan Syariah (NPPS) berdasarkan akad pembiayaan yang disetujui dan dokumen jaminan yang diserahkan ke supporting termasuk biaya-biaya dan dana cadangan angsuran sebesar 1x (satu kali) angsuran.
63
c. Membuat tanda terima pencairan pembiayaan yang akan ditandatangani oleh debitur, melakukan pencairan dana melalui transfer atau dana cash sesuai dengan ketentuan pencairan yang berlaku, menginformasikan ke supporting bahwa pencairan telah dilakukan. 3. Pembayaran Angsuran Tahap ketiga dari mekanisme pembiayaan yang dilakukan ULaMM Syariah adalah pembayaran angsuran. Adapun prosedur-prosedur yang dilakukan adalah sebagai berikut: a. Mengisi
slip
setoran,
menyerahkan
kartu
jadwal
angsuran,
dan
menyerahkan uang tunai ke collector. (apabila pembayaran angsuran pembiayaan melalui collector). b. Debitur datang ke kantor ULaMM Syariah untuk membayar angsuran dengan mengisi slip setoran (rangkap 2), kemudian debitur menyerahkan slip setoran angsuran, uang tunai sesuai nominal dan kartu jadwal angsuran ke cashier. (apabila pembayaran angsuran pembiayaan melalui cashier). c. Debitur melakukan pembayaran angsuran melalui bank pada rekening yang ditunjuk,
kemudian menginformasikan ke
collector/cashier setelah
melakukan penyetoran transfer. (apabila pembayaran angsuran pembiayaan melalui transfer).
64
4. Monitoring dan Pelaporan Tahap keempat dari mekanisme pembiayaan yang dilakukan ULaMM Syariah adalah monitoring dan pelaporan. Adapun prosedur-prosedur yang dilakukan adalah sebagai berikut: a. Unit manager melakukan monitoring terkait dengan seluruh aktifitas operasional, pembiayaan dan keuangan yang dilakukan setiap hari dengan memonitor tindak lanjut dari bawahannya. b. Melaporkan ke kepala cabang dan kepala grup pembiayaan usaha mikro hasil dari monitoring dan tindak lanjut setiap permasalahan atau ketidaksesuaian yang terjadi di ULaMM Syariah satu minggu sebelumnya. 5. Pelunasan dan Pelepasan Jaminan Tahap terakhir dari mekanisme pembiayaan yang dilakukan ULaMM Syariah adalah pelunasan dan pelepasan jaminan. Adapun prosedur-prosedur yang dilakukan adalah sebagai berikut: a. Membawa slip setoran angsuran dan uang tunai sesuai nominal pada slip ke cashier. b. Cashier menerima slip angsuran dan uang tunai. Transaksi penyetoran angsuran diproses, lalu slip setoran diarsipkan, copy slip setoran diberikan ke debitur dengan di stempel “LUNAS”. c. Debitur menerima slip setoran pelunasan dari cashier.
65
d. Marketing officer/Unit manager menyerahkan jaminan dan surat tanda lunas asli kepada debitur, dengan meminta tanda tangan pada surat tanda terima pelepasan jaminan dan copy surat tanda lunas. B. Strategi Pembiayaan yang dilakukan ULaMM Syariah ULaMM Syariah merupakan salah satu unit bisnis PT. PNM (Persero) yang beroperasi berdasarkan prinsip Islam yang tidak terlepas dari persaingan-persaingan berbagai lembaga pembiayaan yang ada dan juga bank umum konvensional maupun syariah. Produk pembiayaan merupakan produk pendapatan utama bagi ULaMM Syariah. Pembiayaan
yang
direalisasikan
ULaMM
Syariah
adalah
pembiayaan
murabahah, karena pembiayaan ini memiliki resiko yang kecil dibandingkan pembiayaan mudharabah. Dalam pembiayaan mudharabah sangat dipengaruhi oleh karakter nasabah dan keuntungan yang belum pasti diperoleh oleh ULaMM Syariah.51 Kelebihan dari pembiayaan murabahah yang ada di ULaMM Syariah ini adalah mempercepat proses pembiayaan sehingga menutup kesempatan para rentenir untuk masuk kedalamnya disertakan dengan prosedur yang mudah, proses yang cepat, dan pencairan yang gampang.52 Marginnya pun bersaing dengan lembaga pembiayaan lain. Oleh karena itu, ULaMM Syariah mempunyai beberapa strategi dalam menangani pembiayaan murabahah kepada nasabah. Strategi pembiayaan merupakan alat untuk mencapai perubahan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, 51 52
Wawancara dengan Unit Manager “Bapak Wijantono, SE.” Tanggal 13 Januari 2011 Ibid.
66
jangka pendek atau program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya, guna membantu para nasabah mengembangkan usahanya. Adapun langkah-langkah yang dilakukan oleh ULaMM Syariah adalah sebagai berikut: 1. Strategi Produk Produk pembiayaan yang paling menonjol dan yang ada saat ini adalah pembiayaan murabahah yang dikenal dengan sebutan Madani Mikro Murabahah. Produk ini direlisasikan dalam bentuk pembelian barang-barang yang diperlukan untuk usaha yang sedang dijalankan oleh nasabah dan usaha yang diberikan pembiayaan adalah usaha produktif yang telah berjalan minimal 1 (satu) tahun, bukan usaha yang baru atau yang akan berjalan. Hal ini dikarenakan pihak ULaMM Syariah akan melihat seberapa besar tingkat kemampuan membayar nasabah dengan laba usaha yang didapatkan. Dalam penyaluran dana pembiayaan, nasabah diwajibkan untuk membuka rekening pada sebuah bank, dalam hal ini bank yang menjadi rekanan adalah bank BCA. Adapun mengenai pembayaran angsuran, nasabah diberikan beberapa pilihan; membayar dengan datang langsung ke ULaMM Syariah, membayar dengan cara transfer ke rekening ULaMM Syariah, atau membayar dengan cara jemputan yang dilakukan oleh collector ULaMM Syariah (pick up cash collection). Pembayaran angsuran pun dapat diangsur baik secara harian, mingguan ataupun bulanan (Fixed Installment). Madani Mikro Murabahah ini terbagi menjadi berbagai jenis tergantung plafond yang diajukan oleh nasabah. Adapun jenis-jenisnya sebagai berikut:
67
a. Madani Mikro Murabahah 10 (M3-10) untuk plafond mulai dari Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) sampai dengan Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah). b. Madani Mikro Murabahah 25 (M3-25) untuk plafond diatas Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) sampai dengan maksimal Rp. 25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah). c. Madani Mikro Murabahah 50 (M3-50) untuk plafond diatas Rp. 25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah) sampai dengan maksimal Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah). d. Madani Mikro Murabahah 100 (M3-100) untuk plafond diatas Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sampai dengan maksimal Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) e. Madani Mikro Murabahah 200 (M3-200) untuk plafond diatas Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) sampai dengan maksimal Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah). f. Madani Mikro Murabahah Sarana Usaha Produktif 50 (M3-SUP 50) untuk plafond mulai Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah) sampai dengan maksimal Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) g. Madani Mikro Murabahah Sarana Usaha Produktif 500 (M3-SUP 500) untuk plafond diatas Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sampai dengan maksimal Rp 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah). h. Madani Mikro Murabahah Prima 50 untuk plafond dimulai dari Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) sampai dengan maksimal Rp. 50.000.000,(lima puluh juta rupiah)
68
2. Strategi Harga Untuk strategi harga, pada produk pembiayaan madani mikro murabahah ULaMM Syariah menawarkan margin yang menarik yaitu untuk M3-10, M3-25, M3-50 dan M3 Prima 50 tingkat margin sebesar 1.6% (satu koma enam perseratus); untuk M3-100 dan M3-200 tingkat margin sebesar 1,4% (satu koma empat perseratus); untuk M3-SUP 50 dan M-SUP 500 tingkat margin sebesar 0,9% (nol koma sembilan perseratus). 3. Strategi Distribusi Untuk strategi distribusi, sebagian besar nasabah ULaMM Syariah adalah pedagang yang mempunyai lapak di pasar. Informasi tentang pembiayaan ini disampaikan lewat teman-teman mereka atau saudara mereka yang telah mengajukan pembiayaan dan telah direalisasikan oleh ULaMM Syariah. Karena pembiayaan yang direalisasikan adalah pembiayaan murabahah, maka nasabah dapat mengajukan pinjaman untuk pembelian barang dagangan yang diperlukan sehingga dapat menambahkan modal usahanya dan dapat mengembangkan usahanya. Dalam strategi distribusi, ULaMM Syariah tidak mempunyai agen yang dapat menyalurkan produk pembiayaan, tetapi dalam strategi distribusi dapat dikaitkan dengan lokasi ULaMM Syariah yang strategis karena berada di lingkungan masyarakat yang dapat dijangkau dari beberapa arah, dan juga berada di wilayah yang padat penduduk dan berdekatan dengan pasar.
69
4. Strategi Promosi Dalam strategi promosi, ULaMM Syariah Cakung hanya menggunakan strategi penyebaran brosur di pasar-pasar. C. Peluang dan Kendala yang dihadapi ULaMM Syariah Unit Layanan Modal Mikro (ULaMM) Syariah Cakung dalam mencapai tujuan organisasinya, memerlukan upaya peningkatan strategi dan evaluasi kinerja secara terus menerus terhadap program-program yang telah dilaksanakan, untuk itu salah satu pendekatan yang digunakan ULaMM Syariah Cakung adalah menyusun analisis SWOT, analisis SWOT ini akan menilai faktor-faktor kekuatan dan kelemahan secara internal, dan eksternal untuk mengukur peluang dan tantangan yang dihadapi ULaMM Syariah Cakung. Aspek analisis lingkungan internal ULaMM Syariah Cakung bersumber pada sumber-sumber daya organisasi dan sumber-sumber daya fisik. Faktor pertama berkenaan dengan segala sesuatu yang berkaitan dengan SDM ULaMM Syariah Cakung seperti: pengalaman, reputasi, kapabilitas, pengetahuan dan wawasan, keahlian dan kebijakan. Faktor kedua berkaitan dengan sistem dan proses yang digunakan ULaMM Syariah Cakung termasuk di dalamnya strategi, struktur organisasi, budaya, manajemen operasi, keuangan, penelitian dan pengembangan, pemasaran, sistem informasi dan sistem pengendalian ULaMM Syariah Cakung. Faktor ketiga meliputi perlengkapan, lokasi geografis, dan teknologi. Aspek eksternal
70
mencakup sejumlah pertimbangan aspek politik, ekonomi, sosial, dan perkembangan teknologi ULaMM Syariah Cakung.53 Perencanaan strategi yang baik dapat menggunakan metode Matrik SWOT yang telah dikembangkan oleh Kearns (1992) sebagai berikut:54 1. Strategi SO Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan ULaMM Syariah Cakung memiliki kekuatan dan peluang, dengan memiliki modal dari PT. PNM (Persero) dan usaha di bidang pembiayaan, sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada, strategi yang harus diterapkan dalam kondidi ini mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif. 2. Strategi ST Meskipun ini menghadapi berbagai tantangan, namun masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan ULaMM Syariah Cakung adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara diversifikasi program yang bagus, apabila ditinjau pada usaha yang dijalankan yaitu usaha pembiayaan, maka dapat meminimalisir faktor yang menjadi tantangan, karena masih banyak UMKM yang membutuhkan tambahan modal.
53
M. Ismail Yusanto dan M. Karebet Widjajakusuma, Manajemen Strategi Perspektif Syariah, (Jakarta: Khairul Bayan, Juni 2003), cet-1, h. 25 54 Freddy Rangkuti, Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006), cet. XIV, h. 19
71
3. Strategi WO ULaMM Syariah Cakung dalam menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi di lain pihak ia harus menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal, maka strategi yang harus digunakan adalah meminimalkan masalah-masalah internal, sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik salah satunya menambahkan sumber daya manusia syariah, menambahkan marketing dan menawarkan produk-produk pembiayaan yang baru, dan lain-lain. 4. Strategi WT Situasi ini yang sangat tidak menguntungkan bagi ULaMM Syariah Cakung, strategi yang harus dilakukan adalah dengan mengendalikan kerugian yang dialami, sehingga tidak menjadi lebih parah dari yang diperkirakan. Tabel 1 Matrik SWOT IFAS EFAS Opportunities (O)
Strengths (S)
Weaknesses (W)
(Kekuatan)
(Kelemahan)
Strategi S-O
Strategi W-O
Strategi S-T
Strategi W-T
(Peluang) Threaths (T) (Ancaman)
* IFAS (Internal Strategic Factors Analysis Summary): rumusan faktor-faktor strategis internal perusahaan ** EFAS (External Strategic Factors Analysis Summary): rumusan faktor-faktor strategis eksternal perusahaan
72
Analisis strategi pengembangan bisnis ULaMM Syariah secara umum dapat ditinjau berdasarkan kekuatan dan peluang yang dimiliki perusahaan yang kemudian dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk mengurangi kelemahan dan ancaman yang dihadapi oleh ULaMM Syariah. Diantara Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman yang dimiliki ULaMM Syariah adalah sebagai berikut: 1. Kekuatan (Strength) ULaMM Syariah a. Memiliki Asset Finansial yang cukup kuat ULaMM Syariah Cakung memiliki kekuatan untuk mengembangkan usaha dengan adanya asset finansial yang cukup kuat karena ULaMM Syariah Cakung di dukung oleh PT. PNM (Persero) yang termasuk ke dalam Badan Usaha Milik Negara (BUMN). ULaMM Syariah Cakung dapat memanfaatkan asset finansial yang dimiliki dengan sebaik-baiknya. b. Sistem Informasi Manajemen yang cukup canggih dan modern Dengan adanya teknologi, maka memudahkan ULaMM Syariah Cakung dalam meningkatkan profesionalisme perusahaan dan mendorong terwujudnya ketertiban administrasi, data nasabah pembiayaan, dan sistem pencatatan yang prosedural, dan ketertiban masuknya informasi dan validitas data untuk kelancaran kinerja ketatausahaan. c. SOP (Standar Operating Procedur) yang matang dan lengkap SOP yang matang dan lengkap mempermudah ULaMM Syariah Cakung dalam mengoperasikan aktifitas pembiayaan. SOP ini dibuat oleh PT. PNM untuk
73
menjadi acuan dalam menjalankan prosedur-prosedur pembiayaan ULaMM Syariah Cakung. d. Dukungan dari Pemerintah dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah ULaMM Syariah Cakung memiliki hubungan yang erat dengan pemerintah, karena ULaMM Syariah Cakung adalah layanan dari PT. Permodalan Nasional Madani (Persero) yang didirikan dengan maksud dan tujuan dalam rangka memerdayakan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah melalui layanan Jasa Pembiayaan dan Jasa Manajemen dengan pola syariah. 2. Kelemahan (Weakness) ULaMM Syariah a. Kurangnya Sumber Daya Manusia Syariah ULaMM Syariah Cakung yang didirikan pada pertengahan 2009, masih cukup muda dalam melakukan kegiatan pembiayaan yang ada. Sehingga masih banyak membutuhkan sumber daya manusia syariah yang kompeten dan profesional. Hal ini yang membuat ULaMM Syariah Cakung masih lemah dalam hal sumber daya manusia syariah. b. Masih terbatasnya akad ULaMM Syariah Cakung untuk saat ini hanya melayani pembiayaan dalam bentuk murabahah, belum melakukan inovasi produk yang lain ataupun dalam akad yang digunakan.
74
c. Sebagian modal dari bank swasta ULaMM Syariah Cakung yang merupakan unit pelayanan modal mikro milik PT. PNM (Persero) tidak hanya memiliki sumber dana dari pemerintah, melainkan ada pula sumber dana dari bank swasta. Hal ini yang menyebabkan ULaMM Syariah Cakung mempunyai kewajiban untuk membagi keuntungan dengan bank swasta lain yang memberikan kucuran dana kepadanya. d. Kurangnya marketing Salah satu kelemahan yang dimiliki ULaMM Syariah Cakung adalah dalam hal pemasaran. Karena ULaMM Syariah Cakung hanya mempunyai 1 (satu) orang tenaga kerja yang bergerak dalam hal pemasaran. 3. Peluang (Opportunity) ULaMM Syariah a. Pangsa pasar yang cukup besar Seiring dengan perkembangan UMKM yang terjadi saat ini, dimana semakin banyak UMKM baru bermunculan dan mulai merintis usaha, menyebabkan permintaan akan kebutuhan modal yang mereka butuhkan semakin besar, sehingga memungkinkan ULaMM Syariah Cakung dapat menjangkau mereka. b. Penambahan unit Untuk cabang Jakarta, PT. PNM (Persero) baru hanya memiliki satu unit ULaMM Syariah yaitu ULaMM Syariah Cakung. Pada tahun 2011 diperkirakan akan ada penambahan unit kurang lebih sebanyak 11 unit. Hal ini merupakan peluang bagi unit baru untuk dapat lebih menjangkau kebutuhan UMKM akan tambahan modal yang mereka butuhkan.
75
c. Jaringan teknologi informasi yang semakin maju Akhir-akhir ini, dimana teknologi berkembang semakin pesat dan maju, dengan memanfaatkan teknologi yang ada, memungkinkan ULaMM Syariah Cakung untuk dapat lebih memudahkan kegiatan operasionalnya baik dalam bidang pemasaran, bidang keuangan, maupun operasional bidang lainnya. 4. Ancaman (Threatment) ULaMM Syariah a. Semakin menjamurnya lembaga-lembaga pembiayaan yang ada Banyaknya jumlah lembaga-lembaga pembiayaan yang terus berkembang saat ini menjadi tantangan tersendiri bagi ULaMM Syariah Cakung untuk terus mengkreasikan produk-produk dan pelayanan yang berkualitas dan memuaskan bagi nasabah. b. Tidak menentunya stabilitas ekonomi, politik, sosial dan prospek investasi Stabilitas ekonomi, politik, sosial dan prospek investasi yang normal tidak akan menjadi halang lintang bagi majunya suatu usaha, apabila keempat hal itu sudah tidak stabil lagi, maka akan menjadi hambatan majunya roda usaha. Setelah mengetahui faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (peluang dan tantangan), kemudian penulis mencoba untuk menentukan strategi yang dapat digunakan oleh ULaMM Syariah Cakung dalam pemberdayaan UMKM, dan yang paling baik dilakukan ULaMM Syariah Cakung adalah menggunakan matriks SWOT. Dalam matrik tersebut dapat dilihat faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan. Berdasarkan data tentang kekuatan, kelemahan, peluang dan
76
tantangan di atas, maka ULaMM Syariah Cakung dapat mengambil strategi-strategi sebagai berikut: 1) Strategi SO Setelah mengetahui kekuatan yang dimiliki ULaMM Syariah Cakung dan peluang yang ada, maka ULaMM Syariah Cakung perlu memanfaatkan asset yang ada dengan profesional, dengan menambah jumlah unit ULaMM Syariah, mencari nasabah dengan lebih intens lagi, memanfaatkan teknologi yang ada untuk
memudahkan operasional dan kelancaran kinerja unit,
memanfaatkan dukungan dari pemerintah dengan sebaik-baiknya. 2) Strategi ST Setelah melihat kekuatan yang dimiliki ULaMM Syariah Cakung, meskipun menghadapi tantangan, ULaMM Syariah Cakung masih dapat menggunakan kekuatan internal yang dimiliki yaitu dengan melakukan manajemen keuangan yang baik dan profesional, dan mempersiapkan segala sesuatunya sejak dini apapun kemungkinan yang akan terjadi dapat diminimalisir. 3) Strategi WO Pada strategi ini ULaMM Syariah Cakung dapat memanfaatkan peluang yang ada dengan meminimalkan kelemahan internal, ULaMM Syariah Cakung dapat menambah SDM Syariah yang kompeten seiring dengan akan diadakannya penambahan unit baru, mengkreasikan akad-akad baru, tidak hanya terbatas pada akad murabahah saja, menambahkan marketing yang
77
dapat mempromosikan produk-produk ULaMM Syariah melalui berbagai media atau teknologi yang ada saat ini. 4) Strategi WT Untuk mengatasi masalah yang dihadapi ULaMM Syariah Cakung pada situasi kurang menguntungkan ini, yang dapat dilakukan ULaMM Syariah Cakung adalah dengan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada dengan melakukan recruitment untuk SDM Syariah dengan sebaik-baiknya, dan meminimalkan suntikan dana dari bank swasta.
78
Tabel 2 Diagram Matriks SWOT ULaMM Syariah Cakung IFAS
EFAS
Opportunities (O) 1. Pangsa pasar yang cukup besar 2. Penambahan unit 3. Jaringan teknologi informasi yang semakin maju
Threaths (T) 1. Semakin menjamurnya lembaga-lembaga pembiayaan yang ada 2. Tidak menentunya stabilitas ekonomi, politik, sosial dan prospek investasi
Strengths (S)
Weaknesses (W)
1. Memiliki Asset Finansial yang cukup kuat 2. Sistem Informasi Manajemen yang cukup canggih dan modern. 3. SOP (Standar Operating Procedur) yang matang dan lengkap 4. Dukungan dari Pemerintah dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Strategi SO
1. Kurangnya Sumber Daya Manusia Syariah 2. Masih terbatasnya akad 3. Sebagian modal dari bank swasta 4. Kurangnya marketing
1. Melakukan penambahan unit ULaMM Syariah. 2. Lebih gencar lagi mencari nasabah pembiayaan, seiring dengan perkembangan UMKM yang ada. 3. Menggunakan teknologi yang ada untuk memudahkan operasional pembiayaan. 4. Memanfaatkan dukungan dari pemerintah dengan sebaikbaiknya. Strategi ST
1. Menambah SDM Syariah yang kompeten seiring dengan akan diadakannya penambahan unit baru. 2. Mengkreasikan akad-akad baru, tidak hanya terbatas pada akad murabahah saja. 3. Menambahkan marketing yang dapat mempromosikan produkproduk ULaMM Syariah melalui berbagai media atau teknologi yang ada saat ini. Strategi WT
1. Melakukan manajemen keuangan yang baik dan profesional. 2. Mempersiapkan segala sesuatunya sejak dini apapun kemungkinan yang akan terjadi dapat diminimalisir.
1. Melakukan recruitment untuk SDM Syariah dengan sebaikbaiknya. 2. Meminimumkan suntikan modal dari bank swasta.
Strategi WO
79
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan dari uraian analisis pada bab IV, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa: 1. Mekanisme pembiayaan yang dilakukan oleh ULaMM Syariah Cakung terdiri dari beberapa tahap, antara lain: a. Inisiasi, Verifikasi, Appraisal dan Analisis; b. Pengikatan, Pencairan dan Administrasi; c. Pembayaran Angsuran; d. Monitoring dan Pelaporan; e. Pelunasan dan Pelepasan Jaminan 2. Strategi pembiayaan yang dilakukan oleh ULaMM Syariah Cakung antara lain: a. Strategi produk Produk pembiayaan yang paling menonjol dan yang ada saat ini adalah pembiayaan murabahah yang dikenal dengan sebutan Madani Mikro Murabahah. Produk-produk ini terbagi menjadi beberapa produk, yaitu: 1) Madani Mikro Murabahah 10 (M3-10); 2) Madani Mikro Murabahah 25 (M3-25); 3) Madani Mikro Murabahah 50 (M3-50); 4) Madani Mikro Murabahah 100 (M3-100); 5) Madani Mikro Murabahah 200 (M3-200); 6) Madani Mikro Murabahah Prima 50; 7) Madani Mikro Murabahah Sarana Usaha Produktif 50 (M3-SUP 50); 8) Madani Mikro Murabahah Sarana Usaha Produktif 500 (M3-SUP 500).
80
b. Strategi harga Produk
pembiayaan
madani
mikro
murabahah
ULaMM
Syariah
menawarkan margin yang menarik yaitu: 1) 0,9 untuk M3-SUP 50 dan MSUP 500; 2) 1,4 untuk M3-100 dan M3-200; 3) 1,6 untuk M3-10, M3-25, M3-50 dan M3 Prima 50 c. Strategi distribusi Dalam strategi distribusi dapat dikaitkan dengan lokasi ULaMM Syariah Cakung yang strategis karena berada di lingkungan masyarakat yang dapat dijangkau dari beberapa arah, dan juga berada di wilayah yang padat penduduk dan berdekatan dengan pasar. d. Strategi promosi Dalam strategi promosi, ULaMM Syariah Cakung hanya menggunakan strategi penyebaran brosur di pasar-pasar. 3. Setelah mengetahui peluang dan kendala yang dihadapi ULaMM Syariah Cakung, maka ULaMM Syariah Cakung dapat mengambil beberapa alternatif strategi, antara lain: melihat pangsa pasar yang cukup besar ULaMM Syariah Cakung dapat melakukan penambahan jumlah unit, mencari nasabah dengan lebih intens lagi karena ULaMM Syariah Cakung mempunyai asset finansial yang cukup kuat. Begitu pula dengan memanfaatkan teknologi yang ada untuk memudahkan operasional dan kelancaran kinerja unit.
81
Untuk mengantisipasi kendala yang dihadapi, ULaMM Syariah Cakung harus dapat melakukan manajemen keuangan yang baik dan profesional, dan mempersiapkan segala sesuatunya sejak dini apapun kemungkinan yang akan terjadi dapat diminimalisir. B. Saran Pada bagian akhir dari penulisan skripsi ini, penulis mencoba untuk memberikan saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi perkembangan Unit Layanan Modal Mikro (ULaMM) Syariah Cakung di masa yang akan datang , diantaranya: 1. Melihat dari nama unit pembiayaan yang diteliti berlabel “Syariah”, alangkah baiknya bagi ULaMM Syariah Cakung untuk dapat menambahkan Sumber Daya Manusia Syariah. 2. Melihat dari pangsa pasar yang cukup besar, alangkah baiknya bagi ULaMM Syariah Cakung untuk menambahkan tenaga marketing guna memasarkan dan mengenalkan produk-produk ULaMM Syariah ke banyak nasabah. 3. Melihat dari semakin menjamurnya lembaga-lembaga pembiayan
lain,
ULaMM Syariah Cakung diharapkan untuk dapat lebih kreatif lagi dalam mengkreasikan produk-produk dan akad-akad baru.
82
DAFTAR PUSTAKA Agustinus, Sri, Wahyudi, Manajemen Strategic Pengantar Proses Berfikir Strategic, Jakarta: Binarupa Aksara, 1996. Amalia, Euis. Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam Penguatan Peran LKM dan UKM di Indonesia, Jakarta: Rajawali Press, 2009. Baasir, Faisal, Pembangunan dan Krisis –kritik dan solusi menuju kebangkitan indonesia, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2003, cet. 1. Bariadi, Lili dkk, Zakat dan Wirausaha, Jakarta: CED, 2005. Blocher. dkk., Manajemen Biaya, terjemahan Dra. A. Suty Ambarriani, M. Si., Jakarta: Salemba Empat, 2000. Chapra, M. Umer, Sistem Moneter Islam, Jakarta: Gema Insani Press, 2000. Djazuli dan Yadi Janwari, Lembaga-Lembaga Perekonomian Ummat (Sebuah Pengenalan), Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002. Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep-Konsep, edisi Bahasa Indonesia, Jakarta: Indeks, 2004, cet. ke-9. Gumbira–Sa’id, Manajemen Strategi Perspektif Syariah, Jakarta: PT. Khairul Bayan, 2003. https://nurrahmanarif.wordpress.com/2010/06/16/analisis-keputusan Ismail Yustanno, Muhammad. Manajemen Strategis Perspektif Syariah. Khairul Bayan, 2003. Ismawan, Indra. Sukses di Era Ekonomi Liberal, Bagi Koperasi Perusahaan Kecil dan Menengah, Jakarta: Gasindo, 2001. Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000, cet. ke-4. LPDB-KUMKM, Rencana Strategis Bisnis, Jakarta: LPDB-KUMKM, 2006. M. Echols, Jhon dan Hasan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2000, cet. ke-24.
83
Mannan, Abdul. Teori dan Praktek Ekonomi Islam. Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf, 1995. Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 1997. Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005. Musfaq, Ahmad. Etika Bisnis dalam Islam. Jakarta: 2005. Nawawi, Hadari H. Manajemen Strategik Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan, Yogyakarta: UGM Press, 2003, cet ke-2. Partomo, Titik Sartika dan Abd. Rachman Soejoedona, Ekonomi Skala Kecil, Menengah dan Koperasi, Cet. II, Bogor: Ghalia Indonesia, 2004. Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, Bandung: Alfabeta, 2007, cet. ke-2. PT. Permodalan Nasional Madani (Persero), Manual Book Versi 01, Jakarta: PT. PNM, 2009. -----------------------------------. Annual Report 2009, Jakarta: PT. PNM, 2009. -----------------------------------. Pedoman Skoring Pembiayaan Mikro, Jakarta: PT. PNM, 2009. Rahardja, Prathama dan Mandala Manurung, Teori Ekonomi Mikro Suatu Pengantar, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2005. Raharjo, Dawam. Pembangunan Ekonomi Nasional: Suatu Pendekatan Pemerataan, Keadilan dan Ekonomi Kerakyatan, Jakarta: Intermasa, 1997. Rangkuti, Freddy. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 2006, cet. ke-XIV. Sakti, Ali. Analisis Teoritis Ekonomi Islam Jawaban Atas Kekacauan Ekonomi Modern. Jakarta: Paradigma & Aqsa Publishing, 2007. Sasmito, Edy. Rahasia Sukses Pengusaha Tahan Banting Pengalaman Pelaku Usaha Mikro Kecil, Jakarta: PT. Permodalan Nasional Madani, 2010.
84
Sugiono. Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2005. Suryabrata, Sumadi. Metodologi Penelitian, Jakarta: Rajawali Press, 2002. Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Jakarta: Balai Pustaka, 1989. Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi, Fakultas Syariah dan Hukum Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2007. Umar, Drs. Husein. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta: Rajawali Press, 2004). Undang-undang Perbankan No. 21 thn. 2008. W. Gulo. Metodelogi Penelitian, Jakarta: PT. Grasindi, 2005. www.financeindonesia.org. pengertian-dasar-tentang-microfinance-atau-usaha mikrokecil-dan-menengah (umkm)