STRATEGI POLITIK PARTAI KEBANGKITAN BANGSA MENJADIKAN RHOMA IRAMA SEBAGAI VOTE GETTER DI PEMILIHAN UMUM 2014
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh Yosep Saepulloh 1110112000007
PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 M/ 1436 H
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim, Segala puji bagi Allah yang Maha Pandai dan Maha Indah, yang menciptakan alam semesta dan seluruh umat manusia. Selawat serta salam di persembahkan kepada junjunan alam Rasulullah Muhammmad SAW, kepada para sahabat dan pengikutnya yang selalu setia membela dan menyebarkan panji-panji risalah Nubuwah kepada umat manusia dari awal sampai akhir zaman. Berkat rahmat dan rahim Allah SWT dan bimbingan risalah Nubuwah Nabi Muhammad SAW-lah, penulis dapat menyelesaikan perjalanan akademik strata satu ini, sebagai tugas akhir penulis menyusun skripsi dengan judul Strategi Politik Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Menjadikan Rhoma Irama Sebagai Vote Getter di Pemilihan Umum 2014. Skripsi ini merupakan sebagian tugas dari persyaratan akademik untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan segala kerendahan hati, penulis dapat mengatakan bahwa perjalanan akademik ini dilakukan dengan susah payah, penuh duka dan pengorbanan yang tiada tara. Banyak hikmah yang dapat dipetik dari perjuangan intelektual ini, yaitu penulis mendapatkan pelajaran yang berharga, untuk menghadapi tantangan berat ini harus dihadapi dengan lebih sabar, ulet, dan pasrah kepada Allah yang Maha Agung. Kesabaran, keuletan, dan kepasrahan ini
v
adalah ajaran agama yang ditanamkan sejak masa kecil oleh ayahanda dan ibunda tercinta kepada penulis. Dalam konteks inilah, penulis tidak mungkin menyelesaikan perjalanan akdemik ini tanpa dorongan, doa yang tulus dan dukungan yang besar dari ayahanda tercinta, Arief Suripto Tukijan dan ibunda terkasih Samini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tiada tara dan rasa syukur ke hadirat Allah yang Maha Rahman dan Rahim atas perhatian besar kedua orang tua tersebut. Semoga ayahanda dan ibunda selalu dalam lindungan dan jamahan kasih sayang-Nya, baik di dunia kini maupun di akhirat kelak. Amien. Pada kata pengantar ini pula, penulis sudah sepantasnya mengucapkan terima kasih yang tiada terhingga kepada para Dosen, Pembimbing Skripsi dan semua pihak instansi yang telah membantu penulis menyelesaikan perjalanan akademiknya dan juga kepada rekan seangkatan dan seperjuangan serta kakakkakak dan adik-adikku yang telah memberi bantuan dan dorongan kepada penulis. Diantara mereka yang utama sebagai berikut : 1. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah berkenan menerima penulis sebagai mahasiswa di kampus tercinta ini. 2. Prof. Dr. Zulkifli, Dekan FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang selalu memberi semangat dan motivasi untuk terus belajar. 3. Ali Munhanif, Ph.D. dan M Zaki Mubarak, M.Si., Ketua Program Studi Ilmu Politik dan Sekretaris Program Studi Ilmu Politik, yang selalu menjadi tempat bertanya dan berkonsultasi tentang kegiatan akademik.
vi
4. Dra. Gefarina Djohan, M.A., Dosen Pembimbing, atas arahan, bimbingan, waktu, nasihat, dialog keilmuan dan motivasi tanpa henti yang telah dicurahkan kepada penulis. 5. Dr. Iding R Hasan, M.Si., dan Dr. A Bakir Ihsan, M.Si., Dosen Penguji I dan Dosen Penguji II, atas masukan, kritik, saran, dan dialog keilmuan yang telah diberikan dalam penyempurnaan penulisan skripsi ini. 6. Drs. Syaifullah Ma’soem, Ketua LPP (Lembaga Pemenangan Pemilu) PKB 2014, yang telah berkenan meluangkan waktu dan menerima penulis untuk menjadi narasumber skripsi ini. 7. Khoirun Huda, Sekretaris Garda Bangsa Kabupaten Tangerang. Abung Swara, Ketua Forsa Korwil Jakarta Timur. Ahmad Rifa’i, Sekretaris Forsa Korwil Tangerang Raya. Terimakasih atas waktu, kesempatan dan berkenan menjadi narasumber skripsi ini. 8. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar pada program studi Ilmu Politik FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah banyak memberi wawasan dan informasi keilmuan selama penulis menempuh studi akademik. 8. Seluruh Staf Tata Usaha, Pustakawan, Karyawan dan Staf Keamanan pada FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan pelayanan dan bantuan sehingga proses perjalanan akademik ini menjadi lebih mudah. 9. Ade Mulyawan, Adi Budiman Subiakto, Ahmad Iqbal, S.Sos, Muhammad Imam Utomo, Muhammad Rizki, S.Sos dan Novian Dwi Cahyo. Terimakasih atas bantuannya selama proses penyusunan skripsi ini.
vii
Disamping itu, rasa hormat dan terima kasih juga penulis sampaikan kepada rekan sehimpunan yaitu Hari Dona Finanda, M Faisal Husen dan Ramdani Maulana yang selalu membantu, menghibur dan memberi semangat ketika penulis menempuh perjalanan akademik ini. Kepada kelompok KKN Permata 2013; Anisa Aristiani, S.Kom.I., Dendi Warman, Dewi Pratiwi Putri A, S.Sos., Dinar Annisa Susanti, S.Sos., Fadil ArRosyad, Faisal Wibowo, Kacung Arisman, Maesaroh, S.Kom.I., Rino Dwi Putro, Siti Nurrohmah, S.IP., Siti Widya Widiastuti, SE., Sopian Hadi Permana, S.Sos., Viviana, S.Ud, Winda Fatmaela Risa, S.IP dan Yayan Achmad Septiyanto terimakasih atas kenangan dan kerjasamanya. Kepada H. Suryadi Nian, S.Sos. (Anggota DPRD Provinsi Banten Periode 2014-2019) terimakasih atas fasilitas dan motivasi yang diberikan ketika penulis berada di Ciputat. Penulis juga tidak lupa mengucapkan rasa bangga dan haru kepada rekan seangkatan dan seperjuangan Ilmu Politik 2010 yang tidak dapat disebutkan satu persatu terima kasih telah berkenan menerima penulis menjadi bagian dari hidup mereka. Kepada adikku tersayang, Siti Alfianti Agustina yang selalu menunjukan sikap iklas, sabar, tabah, dan penuh pengertian senantiasa menyemangati dan menghibur rakandanya, baik dalam suka maupun dalam duka, semoga ia kelak bisa menjadi orang yang lebih baik dan lebih berprestasi dari rakandanya. Kepada semua pihak yang telah membantu penulis, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat disebutkan satu persatu, penulis ucapkan terima kasih yang tiada terhingga, akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan ketulusan hati para pembaca skripsi ini untuk berkenan memberi
viii
tanggapan, masukan, dan kritik kepada penulis sebagai bentuk dialog intelektual dan penguatan tradisi akademik di kampus khususnya dan dalam pergaulan keilmuan pada umumnya.
Ciputat, Mei 2015 Penulis,
Yosep Saepulloh
ix
ABSTRAKSI
Strategi Politik Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Menjadikan Rhoma Irama Sebagai Vote Getter di Pemilihan Umum 2014. Konflik yang terjadi ditubuh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) berdampak pada penurunan perolehan suara PKB di Pemilihan Umum (Pemilu) 2004 dan 2009. Salah satu strategi politik PKB di Pemilihan Umum 2014 adalah dengan mengadakan konvensi bagi tokoh yang ingin mencalonkan diri sebagai Bakal Calon Presiden dengan menggunakan PKB sebagai kendaraan politik. Terdapat tiga tokoh yang mengikuti konvensi PKB yaitu Rhoma Irama (Musisi/ Tokoh Islam), Moch Mahfud MD (Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi) dan M Jusuf Kalla (Wakil Presiden Indonesia Ke 11). Rhoma Irama adalah musisi dengan julukan Raja Dangdut yang memiliki sekitar 30 juta penggemar atau 10% dari jumlah penduduk Indonesia. Sebagai musisi atau public figure, Rhoma Irama tidak lepas dari kontroversi mulai dari kehidupan pribadi hingga kasus SARA saat Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2012. Kerangka Teori yang digunakan dalam skripsi ini adalah strategi politik dan vote getter. Perspektif strategi politik yaitu terbagi menjadi tiga tahap yakni Segmentating, Targeting dan Positioning. Dijadikannya Rhoma Irama sebagai Bakal Calon Presiden dari PKB disinyalir hanya bagian dari strategi politik PKB untuk mendapatkan suara dan dukungan dari masyarakat sehingga terhindar dari Parlementary Treshold atau ambang batas masuk parlemen 3,5% yang diatur dalam UU No. 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Anggota DPR, DPD dan DPRD. Hal ini ternyata bisa suara PKB meningkat dua kali lipat dari Pemilu 2004 dan 2009. Keseriusan partai politik dalam memilih Calon Presiden patut menjadi pertanyan karena dalam UUD 1945 hanya melalui partai politik seseorang bisa mencalonkan diri sebagai presiden dan Indonesia menganut sistem sistem Presidensil sehingga kekuasaan presiden begitu besar. Jika partai politik tidak serius dalam menjaring calon presiden, maka sejak awal pemilih tidak punya pilihan dan harapan. Walaupun terdapat pengaruh dari peningkatan suara PKB di Pemilihan Legislatif 2014, namun tidak terlalu signifikan hal ini terbukti dari kegagalan ketiga calon legislative dari PKB di Pemilu 2014 yang mempunyai hubungan langsung dengan Rhoma Irama yaitu Ridho Rhoma, Dedi Irama, dan Vicky Irama namun gagal lolos ke parlemen.
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ..................................
i
LEMBAR DOSEN PEMBIMBING ................................................................
ii
LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING .................................. iii PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI .................................................
iv
KATA PENGANTAR .......................................................................................
v
ABSTRAKSI .....................................................................................................
x
DAFTAR ISI......................................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiv DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG ................................................... xv DAFTAR TABEL ............................................................................................. xvii
BAB I
PENDAHULUAN A. B. C. D. E. F.
BAB II
Pernyataan Masalah ..................................................................... 1 Pertanyaan Penelitian .................................................................. 6 Tujuan Dan Manfaat .................................................................... 7 Tinjauan Pustaka ......................................................................... 7 Metode Penelitian ........................................................................ 9 Sistematika Penulisan .................................................................. 13
KERANGKA TEORETIS DAN KONSEPTUAL A. Strategi Politik ............................................................................ B. Jenis-jenis Strategi Politik ........................................................... C. Vote Getter .................................................................................. D. Kerangka Pemikiran ....................................................................
16 27 31 31
BAB III GAMBARAN UMUM PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) DAN RHOMA IRAMA A. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) .............................................. 34 B. Rhoma Irama ............................................................................... 40 xi
C. Kontroversi Rhoma Irama ........................................................... 45 D. PKB Dan Rhoma Irama ............................................................... 47 BAB III STRATEGI POLITIK PKB MENJADIKAN RHOMA IRAMA SEBAGAI BAKAL CALON PRESIDEN DI PEMILIHAN LEGISLATIF 2014 A. Strategi Politik PKB di Pemilu 2014........................................... B. Kekuatan Dukungan Terhadap Rhoma Irama ............................. C. Alasan PKB Menjadikan Rhoma Irama Sebagai Bakal Calon Presiden ....................................................................................... D. Dampak dan Pengaruh Rhoma Irama Terhadap Perolehan Suara PKB .............................................................................................
50 53 56 57
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................................. 59 B. Saran ............................................................................................ 61 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... xviii LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar I.A.1 Pertemuan antara Rhoma Irama dan Muhaimin Iskandar Menjelang Pemilihan Legislati Gambar III.A.1 Logo Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Gambar III.B.2 Logo Fans Rhoma dan Soneta (Forsa) Gambar III.D.3 Rhoma Irama Sebagai Juru Kampanye Golkar di Era Orde Baru Gambar IV.A.1 Foto Rhoma Irama sebagai Calon Presiden Gambar IV.B.2 Foto saat berlangsungnya Munas Forsa Gambar IV.C.3 Foto Rhoma Irama dan Muhaimin Iskandar saat Kampanye PKB
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Wawancara dengan Bapak Syaifullah Ma’soem (Ketua LPP/ Lembaga Pemenangan Pemilu PKB 2014) Lampiran 2 Wawancara dengan Bapak Khairun Huda (Sekretaris Garda Bangsa Kabupaten Tangerang) Lampiran 3 Wawancara dengan Bapak Ahmad Rifa’I (Sekretaris Umum Forsa Korwil Tangerang Raya) Lampiran 4 Wawancara dengan Bapak Abung Swara (Ketua Umum Forsa Korwil Jakarta Timur)
xiv
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
SINGKATAN ABRI
Anak Buah Rhoma Irama
AD/ART
Anggaran Dasar/ Anggaran Rumah Tangga
Balon
Capres Bakal Calon Presiden
Bawaslu
Badan Pengawas Pemilu
Capres
Calon Presiden
DPP
Dewan Pimpinan Pusat
DKI
Daerah Khusus Ibukota
Forsa
Fans Rhoma Irama dan Soneta
Golkar
Golongan Karya
KPU
Komisi Pemilihan Umum
LPP
Lembaga Pemenangan Pemilu
MPR
Majelis Permusyawaratan Rakyat
MK
Mahkamah Konstitusi
NU
Nahdlatul Ulama
Ormas
Organisasi Masyarakat
PAMMI
Persatuan Artis Musik Melayu Indonesia
Partai Nasdem
Partai Nasional Demokrat
Partai Hanura
Partai Hati Nurani Rakyat
PBNU
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
PDI Perjuangan
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
Pemilu
Pemilihan Umum
Pileg
Pemilihan Legislatif
Pilpres
Pemilihan Presiden
xv
Pilkada
Pemilihan Kepala Daerah
PKB
Partai Kebangkitan Bangsa
PKPI
Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia
PKS
Partai Keadilan Sejahtera
PPP
Partai Persatuan Pembangunan
PWNU
Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama
SARA
Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan
SBY
Susilo Bambang Yudhoyono
SFC
Soneta Fans Club
SFCI
Soneta Fans Club Indonesia
SMA
Sekolah Menengah Atas
SMK
Sekolah Menengah Kejuruan
SWOT
Strenghts, Weakneese, Oportunitie, Treaths
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel I.A.1 Perbandingan Perolehan Suara PKB dari Pemilu ke Pemilu Tabel IV.E.1 Perolehan Suara Nasional dan Perolehan Kursi DPR RI
xvii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Pernyataan Masalah Pemilihan Umum 2014 menjadi pertarungan yang sengit sekaligus
pembuktian bagi partai-partai yang ada di tengah sikap apatis dan hilangnya kepercayaan masyarakat kepada partai politik sebagai dampak dari prilaku oknum elit partai politik itu sendiri yang terjerat banyak skandal dan kasus korupsi. Ketatnya seleksi partai politik peserta pemilihan umum dan aturan parlementery treshold yang meningkat 3,5% dari sebelumnya 2,5%, menjadi cambuk bagi elit partai politik untuk mendapatkan suara sebanyak-banyaknya dalam pemilihan umum 2014 agar partai politiknya lolos ke Parlemen. Untuk mendapatkan suara sebanyak-banyaknya diperlukan strategi politik agar masyarakat memilih partai politik tersebut. Masalah ini juga banyak didiskusikan oleh para ahli, pakar dan lembaga survei yang memprediksi bahwa hanya akan ada lima partai politik yang akan lolos ke parlemen di pemilihan umum 2014. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) menjadi salah satu partai yang lolos seleksi dan menjadi salah satu dari dua belas partai politik peserta Pemilu 2014. Sejak berdiri pada 1998 hingga 2014, PKB sudah mengikuti Pemilu sebanyak empat kali. PKB bukanlah partai yang mempunyai suara mayoritas di parlemen. Dari empat kali Pemilu, PKB hanya bisa mencapai posisi tiga besar di parlemen
1
pada Pemilu 1999. Perolehan suara PKB dari Pemilu ke Pemilu menunjukan grafik yang menurun. Konflik yang terjadi di tubuh PKB antara Muhaimin Iskandar (Cak Imin) dan Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang dimenangkan Cak Imin menjadikan PKB tidak memiliki figur yang bisa menjadi magnet bagi pemilih. Hal ini terlihat dari perolehan suara PKB di Pemilihan Umum 2004 dan 2009. Istilah magnet bagi pemilih atau pendulang suara di dunia politik dikenal dengan istilah Vote Getter. Setiap kali Pemilu partai politik berlomba-lomba merekrut para tokoh ataupun artis yang memiliki popularitas tinggi dengan harapan agar suara partai terkatrol dengan ketokohan atau keartisan seseorang tersebut. Kualifikasi tidak terlalu penting karena kompetensi, kapabilitas dan kualitas hanya sebagai pelengkap di kemudian hari. Pada pemilihan umum 2014, PKB mengadakan penjaringan calon presiden (Capres) dari berbagai tokoh-tokoh yang berminat maju sebagai Capres. Mereka adalah Rhoma Irama (Musisi/ Tokoh Islam), Moch Mahfud MD (mantan Ketua Mahkamah Konstitusi) dan M Jusuf Kalla (Wakil Presiden Indonesia ke 11). Pencalonan Rhoma Irama sebagai Bakal Calon Presiden (Balon Capres) disambut baik dan didukung oleh para fans dan penggemarnya. Rhoma bahkan melakukan penggalangan dukungan dengan mengunjungi berbagai daerah di Indonesia. Kedatangan Rhoma disambut oleh para fans dan penggemar di setiap daerah yang dikunjunginya.
2
Rhoma Irama1 adalah salah satu musisi Indonesia yang mempunyai pengaruh dan massa yang banyak. Kepiawaiannya dalam menciptakan lagu mampu menghimpun penggemar musik yang dikenal dengan musik aliran dangdut melayu. Rhoma lahir pada 11 Desember 1946 di Tasikmalaya. Karir musik yang dijalani dari 1970an telah membuatnya mempunyai banyak pengikut tak kurang dari 20 sampai 30 juta orang atau 10% dari total penduduk Indonesia2 yang tergabung dalam berbagai fans club diantaranya adalah Soneta Fans Club Indonesia (SFCI), Soneta Fans Club (SFC), Rhomania, Sonetamania, Anak Buah Rhoma Irama (ABRI) dan Fans Rhoma Irama dan Soneta (Forsa). Pada masa Orde Baru Rhoma pernah tercatat sebagai maskot kampanye Partai Persatuan Pembangunan (PPP), ia juga tercatat sebagai anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dari golongan seniman atau nonpartisan pada masa bakti 19931998. Pada Pemilu 2004 Rhoma sempat tampil pada kampanye Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Kehidupan Pribadi Rhoma tidak lepas dari berbagai kontroversi, diantaranya yang pernah menyeret namanya mulai dari kontroversi dengan penyanyi dangdut Inul Daratista menyangkut dengan goyangan ngebor pada 2003. Masih ditahun yang sama kembali terjadi peristiwa tangkap basah di
1
Raden Haji Oma Irama atau yang lebih popular dengan nama Rhoma Irama adalah salah satu musisi dangdut dari Indonesia yang diberi julukan “Raja Dangdut”. Pada tahun tujuh puluhan Rhoma telah menjadi musisi setelah jatuh bangun mendirikan band music. Pada 13 Oktober 1973 ia mendirikan Soneta dan karirnya mulai berkibar. Ia mendapatkan 11 penghargaan golden record dan membintangi beberapa film layar lebar. 2
Sumber dari http://www.tribunnews.com/pemilu-2014/2014/05/17/20-jutafans-rhoma-irama-kecewa-diremehkan-pkb pada 25 Agustus 2014.
3
apartemen yang didalamnya hanya terdapat Rhoma dengan seorang perempuan bernama Angel Lelga walaupun awalnya Rhoma menyanggah telah melakukan perbuatan asusila namun akhirnya Rhoma mengakui bahwa Angel adalah salah satu istri sirinya. Pada 2013 di Pilkada DKI Jakarta Rhoma Irama dikecam atas ceramah yang mengandung isu SARA terhadap Calon Gubernur Joko Widodo, Rhoma sempat dipanggil Bawaslu, namun kemudian dinyatakan tidak bersalah. Serta kehidupan pribadinya dengan banyak perempuan yang telah menjadi istrinya namun tidak pernah diekspose ke media massa menimbulkan citra kurang baik di mata masyarakat. Masalah dan kontroversi di atas menjadi ketimpangan di saat Rhoma Irama dijadikan PKB sebagai bakal calon presiden di Pemilu 2014. Sehingga pernyataan masalah yang jelas terlihat dalam penulisan ini adalah dijadikannya Rhoma Irama sebagai bakal calon presiden oleh PKB di Pemilu 2014. Sedangakan rekam jejak yang kurang baik dan kontroversi sebagai seorang public figure mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap citra Rhoma Irama itu sendiri. Pada Pemilu 2014 PKB berhasil meningkatkan jumlah suara dari 5.146.122 suara atau 4,94% pada Pemilu 2009 menjadi 11.298.957 suara atau 9,04%. Meningkat 6.152.835 suara atau 4,10% dari pemilu sebelumnya. Peningkatan suara yang signifikan yang diperoleh PKB menunjukan strategi politik yang dijalankan mampu dan efektif digunakan oleh PKB. Hal ini membuat
4
salah satu pihak Balon Capres yaitu Rhoma Irama mendesak PKB agar segera mendeklarasikan Rhoma sebagai Calon Presiden dari PKB.3 Tabel I.A.1 Perbandingan perolehan suara PKB di Pemilu 2009 sampai 2014 No
Tahun Jumlah Suara
Urutan Presentase
Jumlah Kursi
1
1999
13.336.982 Suara
3
12,61%
51 Kursi
2
2004
11.989.564 Suara
3
10,57%
52 Kursi
3
2009
5.146.122 Suara
7
4,94%
28 Kursi
4
2014
11.198.957 Suara
6
9,04%
47 Kursi
Sumber: Komisi Pemilihan Umum (KPU) Hasil yang diraih PKB pada Pemilu 2014 belum mampu mengusung salah satu dari ketiga Capresnya untuk maju menuju Pilpres (Pemilihan Presiden) 2014 karena syarat di dalam Undang-Undang yang mengharuskan syarat 20% suara nasional atau berkoalisi dengan partai lain untuk mengusung calon presiden sendiri. Selain itu PKB tidak mendapatkan dukungan partai lain untuk mencalonkan salah satu dari tiga Capres yang diajukan, pada detik-detik akhir PKB mengusung pasangan Joko Widodo dan M Jusuf Kalla sebagai Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden 2014 bersama PDI Perjuangan dan tiga partai koalisi lainnya yaitu Partai Nasdem, Partai Hanura dan PKPI.
3
Sumber Dari http://www.tribunnews.com/pemilu-2014/2014/05/17/20-juta-fans-rhomairama-kecewa-diremehkan-pkb Diunduh Pada Tanggal 25 Agustus 2014.
5
Kegagalan Rhoma menjadi Capres membuat para pendukung dan fans Rhoma kecewa terhadap PKB. Namun dalam hal ini PKB membantah telah mengkhianati Rhoma. Dalam suatu wawancara dengan salah satu media massa, Marwan Jafar salah satu Ketua DPP PKB mengatakan bahwa kemenangan PKB di Pemilu 2014 bukan karena Rhoma Irama sebagai faktor utama melainkan ada tiga faktor, yaitu NU effect, mesin partai yang solid dan kekuatan ketua umum Muhaimin Iskandar yang mampu mengorganisir kekuatan partai. Marwan juga meminta agar Rhoma bersikap realistis karena PKB belum mampu memperoleh 20% jika ingin mengajukan Capres.4 Strategi dengan mengangkat tiga tokoh yang mempunyai kredibilitas, akuntabilitas, popularitas dan elektabilitas yang tinggi ternyata efektif meningkatkan perolehan suara PKB di Pemilihan Umum 2014. Sebagai salah satu dari tiga tokoh tersebut Rhoma menjadi satu-satunya public figure atau artis yang dijadikan PKB sebagai vote getter. Oleh karena itu di dalam penelitian ini penulis ingin melihat apakah peningkatan PKB dalam meraih suara di Pemilihan Umum 2014 dipengaruhi oleh popularitas Rhoma Irama atau tidak. B.
Pertanyaan Penelitian Penulisan skripsi ini pada umumnya ingin memberikan analisa terhadap
strategi politik PKB di Pemilihan Umum 2014; studi kasus Rhoma Irama sebagai bakal calon presiden, sehingga yang menjadi pertanyaan penelitian adalah : 4
Sumber dari http://nasional.kompas.com/read/2014/04/27/1645415/Batal Jadi Capres PKB Rhoma Irama.Diminta.Realistis. Diunduh Pada Tanggal 17 Desember 2014.
6
Apakah strategi politik PKB di Pemilihan Legislatif 2014? Apakah Rhoma Irama bagian dari strategi politik? C.
Tujuan Dan Manfaat
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk : Mengetahui alasan PKB menjadikan Rhoma Irama sebagai pendulang suara atau vote getter di Pemilihan Umum 2014. Manfaat dari Penelitian ini adalah untuk : Manfaat Akademis 1. Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi literature keilmuan serta menjadikan penulisan ini sebagai literature dalam bidang Ilmu Politik. 2. Menambah informasi bagi penulisan skripsi yang serupa di waktu yang akan datang. Manfaat Praktis 1. Dapat memberikan informasi faktor-faktor Rhoma Irama dijadikan vote getter di Pemilihan Umum 2014. 2. Dapat memberikan informasi mengenai vote getter di dalam marketing politik. D.
Tinjauan Pustaka Dalam penelitian ini terdapat beberapa penelitian sebelumnya yang
menyerupai atau hampir sama dengan apa yang penulis teliti. Pertama, Penelitian
7
yang berjudul “Dinamika Kepartaian di Indonesia; Studi Anatomi Konflik PKB Tahun 1999-2009” dengan nama penulis Kaka Hanifa Program Studi Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menemukan perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang penulis buat diantaranya mengenai konflik partai politik dimana penulis sebelumnya menjelaskan bagaimana konflik partai yang terjadi lebih kepada masalah internal partai. Hal tersebut dijelaskan di dalam penelitiannya bahwa konflik berkepanjangan antara Muhaimin Iskandar (Cak Imin) dengan Abdurrahman Wahid (Gus Dur) telah membuat suara PKB merosot dalam dua kali Pemilu. Walaupun ada kesamaan antara penulis dengan penulis sebelumnya yaitu penelitian tetang PKB, Pemilu dan suara partai politik namun terdapat perbedaan sudut pandang penelitain dan masa penelitian yang berbeda. Kedua, Penelitian yang berjudul “Menurunnya Legitimasi Kyai NU dalam Dinamika Politik PKB” dengan nama penulis Ahmad Andi Wibowo Program Studi Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menemukan perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang peneliti buat diantaranya mengenai konflik antar kader dan pengurus dan berkurangnya peran kyai sebagai Dewan Syuro yang seharusnya punya pengaruh dan peran dalam sistem kepartaian PKB. Hal tersebut berdampak pada perolehan suara PKB yang anjlok. Walaupun ada kesamaan antara penulis dengan penulis sebelumnya yaitu penelitian tetang PKB, Pemilu dan suara partai politik namun terdapat perbedaan sudut pandang penelitain dan masa penelitian yang berbeda.
8
Ketiga, Penelitian yang berjudul “Strategi Kampanye Partai Demokrat Pada Pemilu Legislatif 2009 di Kota Bukittinggi” dengan nama penulis Nisya Gita Virna Program Studi Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas Padang. Penulis menemukan perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang penulis buat diantaranya subjek penelitian yang berbeda dan objek penelitian yang berbeda pula yaitu Partai Demokrat dan Kemenangannya di Kota Bukittinggi, strategi yang digunakan adalah dengan memberikan informasi akan keberhasilan pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang berasal dari Partai Demokrat dalam mengentaskan masalah-masalah yang ada di masyarakat dengan berbagai program-programnya diantaranya program wajib belajar 12 tahun, konvensi minyak tanah ke gas, pembangunan infrastuktur, meningkatnya pertumbuhan ekonomi, program bantuan langsung tunai dan menurunkan bahan bakar minyak selama dua kali. Namun disisi lain penelitian ini mempunyai kesamaan dengan penelitian yang penulis buat yaitu dari kerangka teori yang digunakan yaitu strategi politik dan penjelasannya tentang partai politik walaupun dengan partai politik yang berbeda yaitu Partai Demokrat dengan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). E.
Metedologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian Menurut Hillway penelitian adalah suatu studi yang dilakukan seseorang melalui penyelidikan yang hati-hati dan sempurna terhadap suatu masalah, sehingga di peroleh pemecahan yang tepat dalam masalah tersebut. Menurut Whitney disamping untuk memperoleh kebenaran, kerja menyelidik harus pula 9
dilakukan secara sungguh-sungguh dalam waktu yang lama. Dengan demikian, penelitia metupakan metode untuk menemukan kebenaran, sehingga peneliti juga merupakan suatu metode berfikir secara kritis. Sedangkan menutur Parsons penelitian adalah pencarian atas sesuatu secara sistematis dengan penekanan bahwa pencarian ini dilakukan terhadap masalah-masalah yang dapat dipecahkan.5 Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Menurut Blaxter, riset kualitatif cenderung fokus pada usaha mengeksplorasi lebih dalam mungkin sejumlah contoh atau peristiwa yang dipandang menarik dan mencerahkan, dengan tujuan untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam.6 Peneliti dalam hal ini harus mengumpulkan data berupa cerita rinci para responden dan diungkapkan dengan apa adanya sesuai bahasa dan bertolak pada penggaliann data sehingga menimbulkan sifat mengembangkan teori.7 2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di wilayah DKI Jakarta, Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten Tangerang dan Kota Depok untuk mengumpulkan data dan menemui para narasumber sesuai dengan domisili dan tempat pertemuan yang diminta oleh narasumber. Sedangkan waktu penelitian dilakukan selama periodisasi per tanggal 13 Oktober 2014 sampai dengan 13 Oktober 2015. 5
Moh. Nazir, Metode Penelitia, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2005), h.12-13 Menurut Blaxter dalam Lisa Harrison, Metodologi Penelitian Politik, (Jakarta: Prenada Media Group, 2007), h. 86. 7 Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan: Teori-Aplikasi, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007), h. 89. 6
10
3. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang akan digunakan penulis adalah sebagai berikut: a. Wawancara Wawancara atau interview menurut Black dan Champion (1992) adalah teknik penelitian yang paling sosiologis dari semula teknik penelitian sosial. Hal ini dikarenakan bentuknya yang berasal dari interaksi verbal antara peneliti dengan responden.8 Peneliti akan mewawancarai 4 orang narasumber, disini peneliti akan mewawancarai aktor-aktor yang terkait dalam penelitian yaitu Pengurus DPP PKB, H Rhoma Irama, pengurus sayap PKB dan Fans Rhoma Irama yang tergabung dalam suatu organisasi. Alasan peneliti mengambil nara sumber di atas karena meraka mempunyai banyak informasi yang sangat bermanfaat bagi peneliti, maka dari itu peneliti mengajukan mereka sebaagai narasumber dalam penelitian ini. Sebagai instrumen wawancara akan digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah pedoman wawancara, recorder dan buku catatan. Pedoman wawancara digunakan agar peneliti dapat menyaring apa saja yang seharusnya ditanyakan agar fokus pada permasalahan yang diteliti. Recorder digunakan untuk merekam subjek yang difokuskan atau narasumber lainya. Buku catatan dipergunakan untuk mencatat hal-hal yang tidak direkam.
8
Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan: Teori-Aplikasi, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007) h. 179.
11
b. Observasi Menurut Muhammad Ali9 Penelitian yang dilakukan dengan
cara
mengadakan pengamatan terhadap objek, baik secara langsung maupun tidak langsung, lazimnya menggunakan teknik yang disebut dengan Observasi. Observasi merupakan teknik pengamatan dan pencatatan sistematis dari fenomena-fenomena yang diselidiki. Observasi dilakukan untuk menemukan data dan informasi dari gejala atau fenomena (kejadian atau peristiwa) secara sistematis dan didasarkan pada tujuan penyelidikan yang telah dirumuskan.
c. Dokumentasi Dokumentasi yang di gunakan berupa buku-buku yang di perlukan dan data-data yang terkait dengan dinasti politik, foto-foto dan segala macam benda yang memberikan keterangan yang bersifat tertulis ataupun tidak. Dokumentasi di perlukan untuk mempermudah peneliti menemukan jawaban dari permasalahan tersebut dan juga peneliti dapat menjelaskan secara detail yang terkait dengan dinasti politik. d. Sumber dan Jenis Data Berdasarkan pengambilan data dibedakan menjadi dua jenis yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah suatu objek atau dokumen original material mentah dari pelaku yang disebut first hand information atau orang pertama.10 Data primer adalah tempat atau gudang penyimpanan yang orisinil dari 9
Pupuh Fathurahman, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2011), h. 168 10 Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: PT Refika Aditama, 2010), h. 289.
12
data sejarah. Data primer merupakan sumber-sumber dasar yang merupakan bukti atau saksi utama dari kejadian yang lalu.11 Sedangkan data sekunder adalah data yang dikumpulkan dari tangan kedua atau dari sumber-sumber lain yang telah tersedia sebelum penelitian dilakukan.12 Sumber sekunder adalah catatan tentang adanya suatu peristiwa, ataupun catatan-catatan yang jaraknya telah jauh dari sumber orisinil. Misalnya putusan rapat suatu perkumpulan bukan didasarkan dari keputusan ( minutes ) dari keputusan rapat itu sendiri, tetapi dari sumber berita di surat kabar. Begitu surat kabar tentang rapat tersebut adalah sumber sekunder.13 e. Teknik Analisis Data Analisis data penulisan untuk mengelola data yang sudah dikumpulkan, penulis menggunakan metode deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta atau kejadiankejadian secara sistematis dan akurat mengenai sifat-sifat tertentu.14 Secara harfiah metode deskriptif adalah metode penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian, sehingga metode ini berkehendak mengadakan akumulasi data dasar berkala. Sedangkan menurut Whitney metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Metode deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tatacara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan,
11
Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2005), h. 50. Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: PT Refika Aditama, 2010),,h. 291.
12 13
Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2005), h. 50. Pupuh Fathurahman, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: CV Pustaka Setia, 2011), h. 47. 14
13
kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.15 F.
Sistematika Penulisan Dalam penelitian skripsi ini penulis menyusun pembahasan yang menjadi
beberapa bagian dari sistematika penelitian sebagai berikut : Bab I :
Pendahuluan,
pada
bab
penulis
berusaha
menguraikan
permasalahan yang melatarbelakangi penulisan dengan pembahasan dan perumusan masalah serta tujuan terkait dalam penelitian strategi politik PKB menjadikan Rhoma Irama sebagai Vote Getter pada Pemilihan Umum 2014 yang berdasarkan pada penelitian kualitatif Bab II : Pada bab ini berisi mengenai teori-teori sebagai pendekatan yang menjelaskan pokok permasalahan skripsi ini yaitu strategi politik PKB menjadikan Rhoma Irama sebagai Vote Getter pada Pemilihan Umum 2014. Bab III : Pada bab ini penulis membahas sekilas tentang profil serta biografi PKB dan Rhoma Irama tentang sejarah pembentukan PKB dan bagaimana kehidupan Rhoma Irama lalu hubungan antara keduanya di Pemilihan Umum 2014. Bab IV : Pada bab ini merupakan bagian terpenting dari penulisan skripsi, karena berisikan tentang permasalahan yang penulis angkat. Penulis akan menjelaskan kekuatan dan dukungan yang di miliki Rhoma Irama serta strategi
15
Moh. Nazir , Metode Penelitian, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2005), h. 54-55.
14
politik PKB di Pemilihan Umum 2014 dan alasan PKB menjadikan Rhoma Irama sebagai vote getter di tengah kontroversi kehidupan Rhoma Irama. Bab V : Pada bab ini penulis berupaya untuk menyimpulkan pembahasan mengenai skripsi ini sekaligus menjadi penutup pada pokok permasalahan strategi politik PKB menjadikan Rhoma Irama sebagai vote getter di Pemilihan Umum 2014. Selanjutnya di bab ini terdapat saran dan kritik bagi para pembaca.
15
BAB II KERANGKA TEORITIS DAN KONSEPTUAL
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori strategi politik dalam menganalisa pencapresan Rhoma Irama oleh PKB hanya sebagai vote getter di Pemilu 2014. Teori ini akan menjelaskan bagaimana PKB menggunakan kekuatan popularitas Rhoma Irama untuk mendapatkan suara sebanyak-banyaknya di pemilu 2014 sehingga dapat meningatkan perolehan suara dua kali lipat dari Pemilu 2004 dan 2009. Sehingga pada bagian ini penulis akan menjelaskan teori tersebut. A.
Strategi Politik Penyederhanaan partai politik menjadi syarat agar pemerintahan yang
bersifat Presidensial selalu stabil agar pembangunan dapat berjalan dengan lancar. Menurut kamus besar bahasa Indonesia Strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.16 Hal tersebut diiringi dengan beratnya persyaratan bagi partai politik untuk mengikuti pemilu dan menjadi partai yang lolos ke parlemen. Maka dari itu diperlukan suatu strategi politik yang handal dan jitu agar partai politik bisa mengikuti pemilu dan lolos ke parlemen.
16
Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 245.
16
Pengertian strategi pada umumnya berasal dari bidang militer. Kata itu berasal dari Bahasa Yunani, yang artinya Kepemimpinan atas Pasukan. Pengertian ini juga sangat penting dan erat kaitannya bagi strategi politik yang dijalankan suatu partai politik, dalam hal ini adalah strategi yang dilakukan partai dengan cara mempengaruhi dan merekrut individu-individu dalam masyarakat. Strategi itu sendiri memiliki tujuan yang paling utama adalah kemenangan. Kemenangan akan tetap menjadi fokus partai politik dalam memperoleh suara terbanyak pada pemilihan umum dan akan berhasil memenangkan setiap calon-calon yang diajukan partai. Disisi lain ilmu politik menurut Miriam Budiardjo adalah ilmu yang mempelajari politik atau kepolitikan. Politik adalah usaha menggapai kehidupan yang baik. Di Indonesia kita teringat pepatah gemah ripah loh jinawi. Orang Yunani Kuno terutama Plato dan Aristoteles menamakannya sebagai en dam onia atau the good life.17 Menurut Andrew Heywood, politik adalah kegiatan suatu bangsa yang bertujuan untuk membuat, mempertahankan dan mengamandemen peraturan-peraturan umum yang mengatur kehidupannya, yang berarti tidak dapat terlepas dari gejala konflik dan kerjasama.18 Adapun perkembangan ilmu politik menurut Zulkifly Hamid, ilmu politik masa kini telah berkembang dari berbagai bidang studi yang berkaitan, termasuk sejarah, filsafat, hukum dan ekonomi. Ilmu politik yang dahulu menjadi bagian dari disiplin tersebut, akhirnya sampai pada tujuan (di Amerika Serikat, selama 17
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2009), h. 136. 18 Andrew Heywood, Politics, (London: Macmilian Press, 1997), h. 4.
17
dekade pertama dan kedua abad kedua puluh) di mana ia dapat menyatakan kebebasannya sebagaimana halnya bidang studi lainnya yang telah lebih dahulu membebaskan dirinya dari filsafat dan agama. Tetapi meskipun ilmu politik baru saja berkembang sebagai suatu bidang studi yang khusus, studi teoritis dan praktek tentang menyusun Negara dan politik telah memulai sekurang-kurangnya pada masa orang-orang Yunani kuno (kurang lebih 500-300 SM).19 Menurut Peter Schorder dalam bukunya yang berjudul Strategi Politik, strategi politik itu sendiri merupakan strategi atau teknik yang digunakan untuk mewujudkan suatu cita-cita politik. Strategi politik sangat penting untuk sebuah partai politik, tanpa adanya strategi politik, perubahan jangka panjang sama sekali tidak akan dapat diwujudkan. Perencanaan strategi suatu proses dan perubahan politik merupakan analisis yang gamblang dari keadaan kekuasaan, sebuah gambaran yang jelas mengenai tujuan akhir yang ingin dicapai dan juga segala kekuatan untuk mencapai tujuan tersebut.20 Strategi Politik merupakan proses menyusun nilai-nilai inti yang sesuai dengan aspirasi para pemilih tertentu, namun juga sesuai dengan visi misi dan sumberdaya kontestan pemilu. Strategi Politik terdiri dari tahapan segmentating, targeting, dan positioning.21 Partai politik atau kandidat yang ingin mengaplikasikan pemasaran politik secara efektif memerlukan riset. Disini riset (misalnya dalam bentuk polling), menjadi bahan dasar melakukan positioning sekaligus juga berfungsi untuk 19
Zulkifly Hamid, Pengantar Ilmu Politik, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), h. 6. Peter Schorder, Strategi Politik, (Jerman, Nomos Baden-baden, 2000), h.285. 21 Peter Schorder, Strategi Politik, (Jerman, Nomos Baden-baden, 2000), h.312. 20
18
mengevaluasi pemasaran politik yang telah dilakukan. Riset disini juga bisa dipahami sebagai upaya pemetaan kekuatan politik partai. Dalam bahasa yang sedikit berbeda namun sama dalam substansinya, Firmanzah mengemukakan bahwa segmentating atau pemetaan sangat penting dilakukan oleh partai politik mengingat partai politik diharapkan selalu hadir di tengah-tengah masyarakat dan menjawab berbagai masalah yang dihadapi oleh masyarakat.22 1. Segmentating Segmentating merupakan upaya untuk mengenali karakteristik tiap kelompok pasar, meskipun nantinya tidak seluruh kelompok pasar yang diidentifikasi tersebut dijadikan sebagai kelompok yang disasar (targeting). Segmentating dapat dilakukan sebelum atau sesudah produk politik dibuat. Tahap-tahap yang harus dilakukan dalam segmentating pemasaran politik adalah: a. Mengidentifikasi dasar-dasar atau kategorisasi yang akan digunakan sebagai basis segmentating atau pemetaan pemilih. b. Menyusun profil berdasarkan hasil segmentating pemilih. Profil ini menyangkut tiga hal, yaitu: profil tentang pendukung partai politik (konstituen,
simpatisan,
dan
vote
getter),
profil
tentang
massa
mengambang yang mungkin diraih suaranya termasuk pemilih pemula, dan profil tentang pendukung partai lain.23
22
Firmanzah, Marketing Politik Antara Pemahaman dan Realitas, (Jakarta: Yayasan Obor, 2008), h. 284. 23 Peter Schorder, Strategi Politik, (Jerman, Nomos Baden-baden, 2000), h.318.
19
Segmentasi perlu dilakukan untuk memudahkan partai politik dalam menganalisis perilaku masyarakat, mengingat masyarakat terdiri dari pelbagai kelompok yang memiliki latar belakang dan karakteristik berbeda. Partai politik harus memahami dengan siapa mereka berkomunikasi. Selain itu, segmentasi sangat diperlukan untuk menyusun program kerja partai, terutama cara berkomunikasi dan membangun interaksi dengan masyarakat. Tanpa segmentasi, partai politik akan kesulitan dalam penyusunan pesan politik, program kerja, kampanye politik, sosialisasi, dan produk politik. Dengan
mengimplementasikan
segmentasi
berarti
partai
politik
menggunakan pendekatan politik yang berbasis informasi (information-based). Di sini partai politik mencari, menyerap dan mengolah informasi tentang kondisi yang ada dalam masyarakat. Dalam setiap organisasi partai politik perlu dibuat divisi analisa informasi. Kegiatan information-intelligent dapat dilakukan oleh pihak-pihak di luar partai sebagai lembaga riset independen. Tetapi, analisis harus dilakukan oleh partai politiknya sendiri, karena proses analisi akan melibatkan ideologi atau sistem nilai partai tersebut. Menurut Nursal, ada beberapa dasar atau kategori segementasi yang bisa digunakan untuk mengidentifikasi kelompok pemilih, antara lain:24 1) Segmentasi agama Segmentating berdasarkan agama hingga saat ini masih relevan untuk memahami karakteristik pemilih, terlebih dengan bermunculannya kembali partaipartai berasas agama pasca reformasi 1998. Meskipun tidak semua pemeluk Islam 24
Adman Nursal, Political Marketing; Strategi Memenangkan Pemilu, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004), h. 259.
20
akan memilih partai Islam, namun dengan persentase penganut agama Islam yang mayoritas, maka isu-isu terkait dengan agama Islam dan pemeluknya menjadi komoditas politik yang berpengaruh. Artinya, jumlah pemeluk agama Islam yang sangat besar merupakan potensi konstituen yang juga besar bagi kontestan pemilu. 2) Segmentasi gender Segmentating pemilih berdasarkan gender, laki-laki dan perempuan, juga sangat penting untuk dilakukan. Jumlah pemilih perempuan yang lebih banyak daripada pemilih laki-laki menjadikan perempuan sebagai segmen pemilih yang harus diperhatikan dan diperhitungkan. Apalagi dengan semakin meluasnya perspektif gender dalam kebijakan publik dan pembangunan, tuntutan dunia internasional terhadap pemberdayaan perempuan juga semakin tinggi. Bahkan undang-undang Pemilu 2003 mengatur tentang kuota 30 persen caleg perempuan untuk mengakomodir kebutuhan dan kepentingan perempuan. Meskipun secara substansial masih menjadi perdebatan pro dan kontra, namun pencantuman dalam undang-undang pemilu berupa anjuran bagi partai politik peserta pemilu untuk mempertimbangkan keterwakilan 30 persen caleg perempuan menguatkan bahwa segmentating berdasarkan gender menjadi hal yang penting untuk identifikasi karakteristik pemilih. Melalui strategi kuota ini diharapkan kepentingan perempuan lebih terwakili, yaitu melalui representasi perempuan dalam politik dan pemerintahan dengan penetapan jumlah atau prosentase tertentu. Dengan pemberian jatah kursi terhadap perempuan di parlemen, setidaknya secara kuantitas kaum perempuan terrepresentasikan. Kuota menempatkan beban rekrutmen tidak pada perempuan
21
secara individual, tetapi pada pengontrolan proses rekrutmen, dimana substansi dari kuota adalah merekrut perempuan untuk masuk dalam posisi politik dan memastikan bahwa perempuan tidak termarginalisasi dalam kehidupan politik. Namun demikian, muncul pula pendapat yang kontra terhadap strategi kuota. Mereka menganggap bahwa keterwakilan perempuan di parlemen justru kontra produktif terhadap nilai-nilai demokrasi dan upaya pemberdayaan politik perempuan. Bagi kelompok yang kontra, kuota tidak bisa dianggap sebagai ukuran untuk merepresentasikan kepentingan perempuan di parlemen, karena belum tentu perempuan yang duduk di parlemen memiliki gender awareness (kepedulian terhadap permasalahan perempuan dengan perspektif gender). Sehingga hal yang terpenting bukanlah kuota, melainkan gender awareness dari para anggota parlemen untuk dapat mengartikulasikan dan mengagregasikan kepentingan perempuan, dan lebih jauh lagi membuat kebijakan yang berperspektif gender atau adil gender baik bagi laki-laki maupun perempuan. 3) Segmentasi usia Karakteristik pemilih juga bisa dilihat berdasarkan kelompok usia, karena setiap kelompok usia memiliki pandangan hidup, kebutuhan, dan perilaku yang berbeda. Rhenald Kasali membagi segmentasi usia ke dalam lima kelompok usia, yaitu: masa transisi (usia 17-23 tahun), masa pembentukan keluarga (24-30 tahun), masa peningkatan parir dan pekerjaan (usia 30-40 tahun), masa emapanan (usia 41-50 tahun), dan masa persiapan pensiun (usia 51-65 tahun). Dalam pemasaran politik, kelompok usia 17-23 tahun menjadi salah satu kelompok usia
22
yang penting bagi perolehan suara, karena mereka yang ada dalam kelompok ini merupakan pemilih pemula. 4) Segmentasi geografis Segmentating geografis dalam politik sering dilakukan berkaitan dengan daerah basis dukungan. Untuk kasus Indonesia bisa saja segmentating geografis didasarkan pada pulau-pulau besar, atau provinsi, kabupaten, kota, kelurahan dan desa yang menjadi daerah basis mayoritas dukungan partai. 5) Segmentasi perilaku pemilih Segmentating berdasarkan perilaku pemilihdapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu: a) Segmen pemilih rasional, kelompok pemilih yang memfokuskan perhatiannya pada isu dan kebijakan kontestan pemilu dalam menentukan pilihan politiknya. b) Segmen pemilih emosional, kelompok pemilih yang dipengaruhi oleh perasaan-perasaan tertentu terhadap kandidat dalam menentukan pilihan politiknya. c) Segmen pemilih sosial, kelompok pemilih yang mengasosiasikan kontestan pemilu dengan kelompok-kelompok sosial tertentu dalam menentukan pilihan politiknya. d) Segmen pemilih situasional, kelompok pemilih yang dipengaruhi oleh faktor-faktor
yang
sifatnya
situasional
menjelang
pemilu
menentukan pilihan politiknya.25
25
Peter Schorder, Strategi Politik, (Jerman, Nomos Baden-baden, 2000), h.320
23
dalam
2. Targeting Setelah segmentating dilakukan dan menghasilkan pemetaan karakteristik atau profil pemilih, tahap selanjutnya adalah melakukan targeting. Ada beberapa langkah dalam targeting: Pertama, membuat standar dan acuan pengukuran masing-masing segmen politik. Kedua, memilih target dari segmen yang ada. Tidak semua segmen pemilih dijadikan target pemasaran politik, karena keterbatasan sumber daya partai. Pertimbangan memilih segmen mana yang akan dijadikan target ditentukan oleh dua hal, yaitu: Pertama, efek langsung dari segmen politiknya yaitu perolehan suara dalam pemilu. Kedua, efek pengganda (multiplier effect) dengan ikutnya segmen tersebut dalam memperbesar perolehan suara. Dalam istilah politik dikenal konsep vote getter yang menunjuk pada individu berpengaruh atau kelompok berpengaruh yang bisa memperngaruhi perilaku memilih individu atau anggota kelompoknya.26 3. Positioning Tahap selanjutnya adalah melakukan positioning untuk setiap target pemilih. Antara segmentasi dengan positioning adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Segmentasi sangat dibutuhkan untuk dapat mengidentifikasi karakteristik yang muncul di setiap kelompok masyarakat. Sementara positioning
adalah upaya untuk menempatkan image dan produk
politik yang sesuai dengan masing-masing kelompok masyarakat. Positioning menyangkut produk politik yang ditawarkan, pesan politik yang akan disampaikan, program kerja, dan image yang ingin dimunculkan akan membantu 26
Peter Schorder, Strategi Politik, (Jerman, Nomos Baden-baden, 2000), h.326.
24
penciptaan identitas politik bagi partai maupun anggota partai. Kesan negatif atau positif terhadap partai dan anggotanya akan sangat tergantung pada seberapa bagus positioning yang dilakukan. Positioning merupakan strategi komunikasi untuk memasuki otak pemilih agar partai politik atau kandidat mengandung arti tertentu yang mencerminkan keunggulannya terhadap pesaing dalam bentuk hubungan asosiatif. Positioning dalam terminologi Manajemen Pemasaran didefinisikan sebagai semua aktivitas yang dimaksudkan untuk menenamkan kesan di benak konsumen agar mereka bisa membedakan produk yang dihasilkan oleh produsen tertentu dengan produk yang dihasilkan oleh produsen lain. Ketika konsep ini dibawa ke dalam terminologi pemasaran partai politik, maka partai politik harus mampu menempatkan produk politik mereka (policy, person, party, presentation) dan image politik dalam benak masyarakat. Untuk dapat tertanam dalam benak masyarakat, maka produk politik dan image politik tersebut harus berbeda dengan yang lain. Positioning dilakukan berdasarkan analisa faktor internal dan eksternal dari hasil riset atau polling. Strategi positioning politik merupakan hal penting yang harus dilakukan oleh partai politik, karena: Pertama, positioning akan membantu pemilih dalam menentukan siapa dan partai mana yang akan dipilih. Kejelasan positioning akan memudahkan
pemilih
untuk
mengidentifikasi
suatu
partai
sekaligus
membedakannya dengan partai lain. Kedua, positioning yang jelas akan membantu anggota partai dalam membentuk identitas mereka dan berperilaku sebagaimana positioning yang dibentuk partai. Ketiga, positioning yang jelas juga
25
akan membantu penyusunan strategi pendekatan dan kampanye mereka pada masyarakat. Keempat, positioning membantu partai dalam mengarahkan jenis sumberdaya politik apa yang dibutuhkan. Bagi setiap Partai Politik strategi dalam mengikuti atau memenangkan Pemilihan Umum adalah sesuatu hal yang harus dimiliki dan ini juga merupakan bagian dari Grand strategi Partai Politik, yaitu Strategi Politik. Sebuah bentuk strategi politik yang khusus adalah strategi pemilihan umum, yang diutamakan disini adalah memperoleh kekuasaan dan sebanyak mungkin pengaruh dengan cara memperoleh hasil yang baik dalam pemilu, sehingga politik dapat diwujudkan dalam suatu perubahan dalam masyarakat dapat tercapai. Dalam masyarakat demokratis, pemilu yang demokratis dalam berbagai bentuk dan kemungkinannya dilaksanakan sebelum seseorang dapat mengambil alih kekuasaan dan mendapat kemungkinan untuk memiliki pengaruh. Oleh karena itu, pihak yang bersangkutan harus memperoleh suara yang cukup dalam pasar pemilu agar ia dapat memiliki pengaruh. Oleh sebab itu, pertempuran untuk memperoleh suara, pemilih harus direncanakan dengan hati-hati dan untuk itu dibutuhkan apa yang disebut dengan strategi. Strategi pemilu untuk memperoleh kekuasaan seringkali dipandang sebagai hal yang buruk, bahkan oleh partai yang bersangkutan. Tetapi tanpa adanya kekuasaan ini bagi calon atau partai terkait, konsep politik lain yang bukan merupakan konsep politik merekalah yang akan diterapkan.27
27
Peter Schorder, Strategi Politik, (Jakarta: Friedrich-Naumann-Stiftung-Indonesia, 2000), h.329.
26
B.
Jenis-jenis Strategi Menurut Peter Schorder Strategi terbagi dua yaitu (1) Strategi Ofensif, dan
(2) Strategi Defensif.28 Pertama, Strategi Ofensif adalah strategi memperluas pasar dan strategi menembus pasar. Dalam strategi ofensif yang digunakan untuk mengimplementasikan politik, yang harus dijual adalah perbedaan terhadap keadaan yang berlaku saat itu serta keuntungan-keuntungan yang dapat diharapkan. 1. Strategi Ofensif Strategi ofensif ini sangat dibutuhkan, misalnya apabila suatu partai ingin menambah atau meningkatkan jumlah massa pemilihnya. Dalam hal ini harus ada lebih banyak orang yang memiliki pandangan dan pemikiran yang positif terhadap partai tersebut, sehingga nantinya kampanye yang akan dilaksanakan partai politik akan dapat berhasil. a. Strategi Perluasan Pasar 1) Dalam Kampanye Pemilihan Umum Strategi perluasan pasar yang ofensif bertujuan untuk membentuk kelompok pemilih baru disamping para pemilih yang telah ada. Oleh sebab itu, harus ada suatu penawaran yang lebih baik bagi para pemilih yang selama ini memilih partai pesaing. Strategi semacam ini perlu dipersiapkan melalui sebuah kampanye, untuk menjelaskan kepada publik tentang penawaran baru dan penawaran mana saja yang lebih baik dibanding dengan penawaran partai-partai
28
Peter Schorder, Strategi Politik, (Jakarta: Friedrich-Naumann-Stiftung-Indonesia, 2000), h.312.
27
lainnya. Perluasan pasar tidak mungkin dapat dicapai dengan isu atau agenda yang tidak bermutu. 2) Dalam Implementasi Politik Dalam hal ini, produk baru yang ditawarkan yaitu politik baru atau lebih tepatnya keuntungan yang dihasilkan politik baru tersebut harus lebih diperhatikan. Untuk itu, pertama-tama politik harus dirumuskan secara jelas. Politik yang belum rampung sama sekali tidak menariknya dengan produk yang belum rampung. Dalam hal ini pihak eksekutif sering sekali bertindak salah karena produk dan keuntungan yang ditawarkannya tidak dirumuskan secara jelas sehingga tidak dapat dimengerti oleh warga. Sebelum pelaksanaan, perlu dilakukan pekerjaan pada hubungan kemasyarakatan yang baik, karena apabila hal ini tidak dilakukan, proyek tersebut sewaktu-waktu dapat saja didiskriminasikan. b. Strategi Menembus Pasar Strategi menembus pasar bukan menyangkut ditariknya pemilih lawan atau warga yang selama ini tidak aktif dengan memberikan penawaran yang lebih baik atau baru, melainkan penggalian potensi yang sudah ada secara optimal. Hal ini salah satu contohnya adalah menyangkut pemasaran program-program yang dimiliki secara lebih baik dan peningkatan intensitas keselarasan antara program dan individu terhadap, seperti halnya memperbesar tekanan terhadap kelompokkelompok target. 2. Strategi Defensif Strategi Defensif akan muncul ke permukaan, misalnya apabila partai pemerintahan atau koalisi pemerintahan yang terdiri atas beberapa partai ingin
28
mempertahankan mayoritasnya. Selain itu, strategi defensif dapat muncul apabila sebuah pasar tidak akan dipertahankan lebih lanjut dan penutupan pasar ini diharapkan membawa keuntungan sebanyak mungkin. Ini merupakan suatu strategi yang khas untuk mempertahankan mayoritas pemerintah. Dalam kasus semacam ini, partai akan memelihara pemilih tetap mereka, dan memperkuat pemahaman para pemilih musiman mereka sebelumnya pada situasi yang berlangsung. Partai yang ingin mempertahankan pasar, akan mengambil sikap yang bertentangan dengan partai-partai yang menerapkan strategi ofensif. Dalam hubungannya dengan aliansi, partai-partai yang menerapkan strategi defensif menjalankan sebuah pemeliharaan secara intensif terhadap multipikator yang ada serta menawarkan insentif kepada mereka. Data-data tentang keberhaasilan yang diperoleh disebarluaskan ke lingkungan sekitar. Investigasi terutama dilakukan di bidang kehumasan. Dalam organisasi, proses semakin dipermudah, rutinitas dikembangkan dan dengan demikian pengeluaran ditekan. Dalam proses proses perencanaan strategi pola yang diutamakan adalah pola perencanaan berdasarkan SWOT.29 Proses perencanaan strategi dalam SWOT adalah strenghts, weakneeses, oportunitie dan treaths (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman). Menurut SWOT perencanaan yang baik bekerja dalam dua bidang. Bidang pertama, perencanan strategi membuat gambaran jelas mengenai arah yang hendak dituju (visi dan apa yang menjadi tujuan dan alasan eksistensi organisasi tersebut). Berdasarkan visi dan tugas ini
29
Peter Schorder, Strategi Politik, (Jerman: Nomos Baden-baden, 2000), h.334.
29
perencanaan strategi mengembangkan tujuan yang merupakan hasil akhir yang akan dapat diukur dan menunjukan apakah organisasi terkait makin mendekati visi dan tujuan utama atau malah menjauhinya. Dalam bidang kedua, perencanaan strategi berusaha mengambarkan pada dasar realitas lingkungan kerja. Ada dua lingkungan semacam ini : yang pertama adalah lingkungan ekternal yang merupakan wilayah dimana pihak lain mempengaruhi atau dipengaruhi oleh organisasi tersebut, dan yang kedua lingkungan internal yang terdiri dari sumber – sumber daya, kekuatan serta berbagai kemungkinan dan tuntutan dari organisasi itu sendiri. Analisis dalam perencanaan politik SWOT adalah menjalin bidang pembentukan visi atau pembentukan tujuan dan analisis lingkungan sekitar, organisasi harus mengembangkan pilihan strategis atau jalan alternatif untuk mencapai tujuan akhir. Dengan memperbandingkan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki organisasi, pilihan semacam ini dapat dikembangkan. Analisa SWOT terdapat empat kombinasi yang dilakukan : - Strategi Kekuatan – Kemungkinan ; bagaimana kekuatan dapat digunakan
untuk
memperoleh
keuntungan
dari
berbagai
kemungkinan
pengembang. - Strategi Kekuatan – Ancaman ; bagaimana kekuatan dapat dimanfaatkan untuk mengatasi ancaman yang dapat menghalangi pencapaian tujuan dan kesempatan. - Strategi Kelemahan – Kemungkinan ; bagaimana kelemahan dapat diatasi untuk memperoleh keuntungan dari berbagai kemungkinan pengembang.
30
- Strategi Kelemahan – Ancaman ; bagaimana kelemahan dapat di atasi untuk mengatasi ancaman yang dapat menghalangi pencapaian tujuan dan kesempatan. C.
Vote Getter Secara bebas, vote getter diartikan sebagai seseorang yang karena posisi,
kemampuan, karisma, atau kualitas-kualitas lain, mampu menjadi pengumpul massa. Banyak yang berpendapat, dalam konteks pilpres sekarang, vote getter mestilah tokoh yang berasal dari partai. Partai jelas punya sifat layaknya organisasi massa, punya anggota, punya pendukung.Tokoh partai tulen adalah orang yang berjuang dan berkeringat turut membesarkan partai. Jadilah dia akan dikenal paling tidak di dalam organisasi dan para simpatisannya. Kalau suatu saat maju, si tokoh pastilah sudah punya modal suara.30
C.
Kerangka Pemikiran
Suatu kemenangan harus disusun dan direncanakan secara cermat. Maka dari itu dibutuhkan suatu strategi politik bagi partai agar bisa memenangkan Pemilihan Umum untuk berkuasa dan menjalankan pemerintahan. Pemilihan Umum adalah ajang pembuktian bagi partai politik apakah partai politik tersebut mendapat mandat kepercayaan rakyat atau tidak. Strategi politik dibutuhkan untuk merencanakan bagaimana mencari cara agar partai politik bisa meraih kemenangan di pemilihan umum. Strategi politik hampir tidak bisa dibedakan dengan marketing politik karena keduanya sama-sama menjelaskan bagaimana 30
Sumber dari http://www.syafrilhernendi.com/1136/vote-getter/ Diunduh Pada Tanggal 15 September 2014.
31
caranya meraih kemenangan dengan berbagai cara yang dijelaskan di dalam teori strategi politik maupun marketing politik.
Kekuatan sosok atau figure dalam politik sangatlah berperan penting. Kekuatan sosok atau figure bisa menjadi suatu alasan bagi pemilih untuk tetap bertahan memilih suatu partai politik tertentu. Seperti yang terjadi pada Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI P) yang diidentikan dengan sosok Presiden pertama Soekarno dan Presiden kelima Megawati Soekarno Puteri, Partai Demokrat yang diidentikan dengan Presiden keenam Susilo Bambang Yudhoyono dan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) yang diidentikan dengan Prabowo Subianto.
Penurunan suara PKB yang drastis di Pemilu 2009 dan konflik yang berkepanjangan menjadi salah satu akibat penurunan suara PKB di setiap Pemilu. Konflik antara KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dengan para Ketua Umum mencapai titik akhir disaat kepemimpinan Muhaimin Iskandar (Cak Imin) dengan dimenangkan PKB Kubu Muhaimin Iskandar (Cak Imin) di Pengadilan atas sengketa
kepengurusan
PKB.
Memasuki
Pemilu
2014,
keluarga
KH.
Abdurrahman Wahid (Gus Dur) melarang PKB untuk memasang atau menggunakan foto KH. Abdurrahman Wahid di setiap kampanyenya. Hal ini membuat PKB tidak memiliki figure atau tokoh untuk menarik pemilih agar memilih PKB.
Sebagai cara agar memiliki figure atau tokoh maka PKB mengadakan Konvensi Calon Presiden yang diikuti oleh tiga calon yaitu M Jusuf Kalla (Wakil
32
Presiden Indonesia ke-11), Moh Mahfud MD (Mantan Ketua MK) dan Rhoma Irama (Artis/Pendakwah). Kedua nama yaitu M Jusuf Kalla dan Moh Mahfud MD memiliki pengalaman, kapasitas dan integritas yang sudah teruji. Namun nama Rhoma Irama mendapat tanggapan negative dari sebagian kalangan tentang niatnya untuk maju sebagai calon presiden.
Kehidupan Rhoma Irama yang notabene adalah artis mempunyai beberapa masalah dan kontroversi di kehidupannya. Namun PKB tetap menerima Rhoma Irama sebagai bakal calon presiden dari PKB. Bandingkan dengan konvensi yang dilakukan oleh Partai Demokrat, peserta calon presiden memiliki kapasitas dan integritas yang baik. PKB seperti tidak serius dalam mengadakan konvensi dan hanya mengejar kemenangan partai dengan memanfaatkan popularitas para bakal calon presiden.
33
BAB III GAMBARAN UMUM PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) DAN RHOMA IRAMA
A.
Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Pasca pemerintahan Soeharto di tahun 1998, muncul babak baru
perpolitikan nasional yang disebut era reformasi. Pada era reformasi ini kebebasan politik mulai terasa, begitu juga dengan pembentukan partai politik bagaikan jamur tumbuh dimusim hujan. Siapapun boleh membuat partai politik dengan ketentuan yang ada, dari mulai kelompok pengusaha, buruh, akademisi dan organisasi-organisasi masyarakat lainnya. Begitu juga dengan Nahdlatul Ulama (NU) yang dalam catatan adalah organisasi masyarakat terbesar di Indonesia tidak mau ketinggalan juga membentuk partai politik untuk mewadahi warga NU dalam mengekspresikan hasrat politiknya. Sehari setelah Soeharto jatuh, PBNU kebanjiran usulan dari warga NU dari berbagai daerah. Tercatat ada 39 nama partai politik yang diusulkan. Nama terbanyak yang diusulkan adalah Nahdlatul Ummah, Kebangkitan Ummah dan Kebangkitan Bangsa. Ada juga yang mengusulkan lambang partai. Unsur-unsur terbanyak yang diusulkan untuk lambang partai adalah gambar bumi, bintang sembilan dan warna hijau. Ada yang mengusulkan bentuk hubungan dengan NU,
34
ada yang mengusulkan visi dan misi partai, AD/ART partai, nama-nama untuk menjadi pengurus partai dan ada juga yang mengusulkan semua.31 Diantara usulannya yang paling lengkap adalah Lajnah Sebelas dari Rembang yang diketuai KH. M Cholil Bisri dan PWNU Jawa Barat. Dalam menyikapi usulan yang masuk dari masyarakat Nahdliyin, PBNU menanggapinya secara hati-hati. Hal ini disebabkan masih menghormati keputusan hasil Muktamar NU ke-27 di Situbondo tahun 1984 yang menetapkan bahwa secara organisasi NU tidak terkait dengan partai politik manapun dan tidak melakukan politik praktis. Dalam mengemban amanat muktamar tersebut, PBNU oleh sebagian kalangan Nahdliyin belum mamuaskan warga NU. Sebagian kalangan NU dengan tidak sabar bahkan langsung menyatakan berdirinya partai politik untuk mewadahi aspirasi politik Nahdliyin setempat. Misalnya Partai Bintang Sembilan di Purwokerto dan Partai Kebangkitan Ummat di Cirebon. Atas desakan warga NU dari berbagai daerah di Indonesia. Akhirnya PBNU mengadakan Rapat Harian Syuriyah dan Tanfidziyah PBNU pada tanggal 3 Juni 1998, yang menghasilkan keputusan untuk membentuk Tim Lima yang diberi tugas untuk memenuhi aspirasi warga NU. Tim Lima diketuai oleh KH. Ma‟ruf Amin (Rais Syuriyah/ Koordinator Harian PBNU), dengan anggota, KH. M Dawam Anwar (Khatib Aam PBNU), Dr. KH. Said Aqil Siradj, MA (Wakil Khatib Aam PBNU), HM Rozy Munir, S.E, M.Sc (Ketua PBNU) dan Ahmad 31
Daniel Dhakide, Partai-partai Politik Indonesia 2004-2009, (Jakarta: Kompas, 2004),
h. 254.
35
Bagdja (Sekretaris Jenderal PBNU). Untuk mengatasi hambatan organisatoris, Tim Lima itu dibekali Surat Keputusan PBNU.32 Selanjutnya untuk memperkuat posisi dan kemampuan kinerja Tim Lima seiring semakin derasnya usulan warga NU yang menginginkan partai politik, maka pada rapat Harian Syuriyah dan Tanfidziah PBNU pada tanggal 20 Juni 1998 memberi Surat Tugas kepada Tim Lima, selain itu juga dibentuk Tim Lima Asisten yang diketuai oleh Arifin Djunaidi (Wakil Sekjend PBNU), dengan anggota H Muhyidin Arubusman, HM Fachry Thaha Makruf, Lc., Drs. H. Abdul Aziz, MA., Drs. Andi Muarli Sunrawa, HM Nasihin Hasan, H. Lukman Saifudin, Drs. Amin Said Husni dan Muhaimin Iskandar. Tim Asisten bertugas membantu Tim Lima dalam menginventarisir dan merangkum usulan yang ingin membentuk partai politik baru dan membantu warga NU dalam melahirkan partai politik baru yang dapat mengaspirasi politik warga NU. Pada tanggal 22 Juni 1998 Tim Lima dan Tim Asistensi mengadakan rapat untuk mendefinisikan dan mengelaborasikan tugas-tugasnya. Pada tanggal 26-28 Juni 1998 Tim Lima dan Tim Asistensi mengadakan pertemuan di Villa Citra Cipanas untuk menyusun rancangan awal pembentukan partai. Dari rapat-rapat Tim Lima tersebut menghasilkan; Pokok-pokok Pikiran NU mengenai Reformasi Politik, Mabda’ Siyasiy, Hubungan Partai Politik dengan NU, AD/ART dan Naskah Deklarasi.33
32
Musa Kazhim dan Alfian Hamzah, 5 Partai Dalam Timbangan, Analisa dan Prospek, (Bandung: Pustaka Hidayah, 1999), h. 238. 33 Musa Kazhim dan Alfian Hamzah, 5 Partai Dalam Timbangan, Analisa dan Prospek, (Bandung: Pustaka Hidayah, 1999), h. 239.
36
Kemudian pada tanggal 4-5 Juli 1998 diadakan Silaturahmi Nasional Alim Ulama dan Tokoh NU di Bandung guna memperoleh masukan yang lebih luas dari warga NU. Dalam kesempatan ini muncul tiga alternative mengenai nama partai politik, yakni Nahdlatul Ummah, Kebangkitan Ummat dan Kebangkitan Bangsa. Berikutnya setelah melalui diskusi verifikasi pada tanggal 30 Juni 1998, pertemuan finalisasi pada tanggal 17 Juli 1998 dan konsultasi dengan berbagai pihak, Tim Lima dan Tim Asistensi menyerahkan hasil akhir kepada Rapat Harian Syuriyah dan Tandfidziyah PBNU pada tanggal 22 Juli 1998. Rapat tersebut menerima rancangan yang disiapkan Tim Lima dan Tim Asistensi untuk diserahkan kepada pengurus partai politik sebagai dokumen historis dan aturan partai politik. Akhirnya pada tanggal 29 Rabiul Awwal 1419 H/ 23 Juli 1998 M, di kediaman Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di Ciganjur Jakarta, dideklarasikan partai politik dengan nama Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Dengan dideklarasikan oleh para Kiai-kiai dan tokoh-tokoh NU, para Deklarator itu ialah Munasir Ali, Ilyas Ruchiyat, Abdurrahman Wahid, A. Mustofa Bisri, A. Muhith Muzadi. Dari mulai dideklarasikan sampai Pemilu 2014 kepengurusan PKB sudah lima kali pergantian kepemimpinan, KH. Ma‟ruf Amin (Ketua Dewan Syuro) – Matori Abdul Djalil (Ketua Umum Dewan Tanfidziyah) 1998-1999, KH. Abdurrahman Wahid (Ketua Dewan Syuro) – Matori Abdul Djalil (Ketua Umum
37
Dewan Tandfidziyah) 2000-2001, KH. Abdurrahman Wahid (Ketua Dewan Syuro) – Alwi Shihab (Ketua Umum Dewan Tandfidziyah) 2002-2005), KH. Abdurrahman Wahid (Ketua Dewan Syuro) – Muhaimin Iskandar (Ketua Umum Dewan Tandfidziyah) 2005-2010, KH. Abdul Aziz Mansyur (Ketua Dewan Syuro) – Muhaimin Iskandar (Ketua Umum Dewan Tandfidziyah) 2010-2014. Lima Nilai Dasar (Plat Form) PKB; Ketauhidan, Keadilan, Kedaulatan Rakyat, Persaudaraan.34 Sedangkan isi dari Mabda’ Siyasiy adalah 1. Cita-cita proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia adalah terwujudnya suatu bangsa yang merdeka, berdaulat, adil dan makmur sejahtera lahir dan batin. 2. Bagi Partai Kebangkitan Bangsa, wujud dari bangsa yang dicitacitakan itu adalah masyarakat yang terjamin hak asasi manusianya. 3. Dalam mewujudkan apa yang selalu dicita-citakan tersebut, misi utama yang dijalankan Partai Kebangkitan Bangsa adalah tatanan masyarakat beradab yang sejahtera lahir dan batin. 4. Penjabaran dari misi yang diemban guna mencapai terwujudnya masyarakat yang dicintai tidak bisa harus dicapai melalui keterlibatan penetapan kebijakan publik. 5. Partai Kebangkitan Bangsa sadar dan yakin bahwa kekuasaan itu sejatinya milik Tuhan Yang Maha Esa.
34
Ahmad Hakim Jaily dan Muhammad Tohadi, PKB dan Pemilu 2004, (Jakarta: LPP PKB, 2003), h. 40-41.
38
6. Dalam kaitannya dengan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, kekuasaan yang bersifat demikian itu harus dapat dikelola dengan sebaik-baiknya dalam rangka menegakan nilainilai agama yang mampu menebarkan rahmat, kedamaian dan kemaslahatan bagi semesta. 7. Partai Kebangkitan Bangsa menyadari bahwa sebagai suatu bangsa pluralistic yang terdiri dari berbagai suku, agama dan ras, tatanan kehidupan bangsa Indonesia harus senantiasa berpijak pada nilainilai Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusian yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan dan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. 8. Partai
Kebangkitan
Bangsa
bercirikan
humanism
reeligius
(Insaniyah Diniyah), amat peduli dengan nilai-nilai kemanusiaan yang agamis, yang berwawasan kebangsaan. 9. Partai Kebangkitan Bangsa adalah partai terbuka dalam pengertian lintas agama, suku, ras dan lintas golongan yang dimanifestasikan dalam bentuk visi, misi, program perjuangan, keanggotaan dan kepemimpinan. Pada Pemilu 2014, PKB dipimpin Muhaimin Iskandar (Cak Imin) dan Sekjend Imam Nahrawi, telah siap untuk bertarung dalam perhelatan lima tahunan. Dengan seluruh kekuatan yang ada PKB menjadi partai yang solid dan tidak menutup kemungkinan memenangkan Pemilu.
39
B.
Rhoma Irama
Raden Oma Irama yang populer dengan nama Rhoma Irama lahir di Tasikmalaya, 11 Desember 1946, Pria ningrat ini merupakan putra kedua dari empat belas bersaudara, delapan laki-laki dan enam perempuan (delapan saudara kandung, empat saudara seibu dan dua saudara bawaan dari ayah tirinya). Ayahnya, Raden Burdah Anggawirya, seorang komandan gerilyawan Garuda Putih, memberinya nama “Irama” karena bersimpati terhadap grup sandiwara Irama Baru asal Jakarta yang pernah diundangnya untuk menghibur pasukannya di Tasikmalaya. Sebelum pindah ke Tasikmalaya, keluarganya tinggal di Jakarta. Setelah beberapa tahun tinggal di Tasikmalaya, keluarganya termasuk kakaknya, dan adik-adiknya, Rhoma Irama kecil pindah lagi ke Jakarta lalu tinggal di Jalan Cicarawa, Bukit Duri, kemudian pindah ke Bukit Duri Tanjakan. Di sinilah mereka menghabiskan masa remaja sampai tahun 1971 lalu pindah lagi ke Tebet.35
Semenjak kecil Rhoma sudah terlihat bakat seninya. Tangisannya terhenti setiap kali ibundanya, Tuti Juariah menyenandungkan lagu-lagu. Masuk kelas nol, ia sudah mulai menyukai lagu. Minatnya pada lagu semakin besar ketika masuk sekolah dasar. Menginjak kelas 2 SD, ia sudah bisa membawakan lagu-lagu Barat dan India dengan baik. Ia suka menyanyikan lagu No Other Love, kesayangan ibunya, dan lagu Mera Bilye Buchariajaya yang dinyanyikan oleh Lata
35
Moh Shofan, Rhoma Irama; Politik Dakwah Dalam Nada, (Jakarta: imania Pustaka Iman, 2014), h. 18.
40
Maagiskar. Selain itu, ia juga menikmati lagu-lagu Timur Tengah yang dinyanyikan Umm Kaltsum. Di bangku SD, bakat menyanyi Rhoma semakin kelihatan. Rhoma adalah murid yang paling rajin bila disuruh maju ke depan kelas untuk menyanyi. Dan uniknya, Rhoma tidak sama dengan murid-murid lain yang suka malu-malu di depan kelas. Rhoma menyanyi dengan suara keras hingga terdengar sampai ke kelas-kelas lain. Perhatian murid-murid semakin besar karena Rhoma tidak menyanyikan lagu anak-anak atau lagu kebangsaan, melainkan lagu-lagu India.36 Bakatnya sebagai penyanyi mendapat perhatian penyanyi senior, Bing Selamet karena melihat penampilan Rhoma yang mengesankan ketika menyanyikan sebuah lagu Barat dalam acara pesta di sekolahnya. Suatu hari ketika Rhoma masih duduk di kelas 4, Bing membawanya tampil dalam sebuah pertunjukan di Gedung SBKA (Serikat Buruh Kereta Api) di Manggarai. Ini merupakan pengalaman yang membanggakan bagi Rhoma. Sejak itu, meski belum berpikir untuk menjadi penyanyi, Rhoma sudah tidak terpisahkan lagi dari musik. Dengan usaha sendiri, ia belajar memainkan gitar hingga mahir. Karena saking tergila-gilanya dengan gitar, Rhoma sering membuat ibunya marah besar. Setiap kali ia pulang sekolah, yang pertama dia cari adalah gitar. Begitu pula setiap kali ia keluar rumah, gitar hampir selalu ia bawa. Sewaktu Rhoma masih kelas 5 SD tahun 1958, ayahnya meninggal dunia. Sang ayah meninggalkan delapan anak, yaitu, Benny, Rhoma, Handi, Ance, Dedi, Eni, Herry, dan Yayang. Ketika kakaknya, Benny masih duduk di kelas 1 SMP,
36
Kartoyo DS, Biografi Satria Bergitar, (Jakarta: Pustaka Iman, 2004), h. 23.
41
ibunya menikah lagi dengan seorang perwira ABRI, Raden Soma Wijaya, yang masih ada hubungan famili dan juga berdarah ningrat. Ayah tirinya ini membawa dua anak dari istrinya yang terdahulu dan setelah menikah dengan Ibu Rhoma, sang ibu melahirkan dua anak lagi.37 Ketika ayah kandungnya masih hidup, suasana di rumahnya feodal. Sehari-hari ayah dan ibunya berbicara dengan bahasa Belanda. Segalanya harus serba teratur dan menggunakan tata krama tertentu. Para pembantu harus memanggil anak-anak dengan sebutan Den (raden). Anak-anak harus tidur siang dan makan bersama-sama. Ayahnya juga tak segan-segan menghukum mereka dengan pukulan jika dianggap melakukan kesalahan, misalnya bermain hujan atau membolos sekolah. Keadaan Keluarga Rhoma di Tebet waktu itu memang tergolong cukup kaya bila dibandingkan dengan masyarakat sekitar. Rumahnya mentereng dan mereka memiliki beberapa mobil seperti Impala, mobil yang tergolong mewah di zaman itu. Rhoma juga selalu berpakaian bagus dan mahal. Namun, suasana feodal itu tidak lagi kental setelah ayah tiri-nya hadir di tengah-tengah keluarga mereka. Bahkan dari ayah tiri inilah, di samping pamannya, Rhoma mendapakan dukungan untuk menyalurkan bakat musiknya. Secara bertahap ayah tirinya membelikan alat-alat musik akustik berupa gitar, bongo, dan sebagainya. Ketika ia masuk SMP, tempat-tempat berlatih silat semakin marak. Tetapi, bagi Rhoma, ilmu bela diri nasional ini tidaklah asing, karena sejak kecil ia sudah
37
Kartoyo DS, Biografi Satria Bergitar, (Jakarta: Pustaka Iman, 2004), h. 38.
42
mendapat latihan dari ayahnya dan beberapa guru silat lainnya. Rhoma pernah belajar silat Cingkrik (paduan silat Betawi dan Cimande) pada Pak Rohimin di Kebun Jeruk, Jakarta Barat. Rhoma juga pernah belajar silat Sigundel di Jalan talang, selain beberapa ilmu silat yang lain. Bila terjadi perkelahian antar geng, para anggota saling menjajal ilmu silat yang telah mereka pelajari. Karena kebandelannya itulah maka Rhoma beberapa kali harus tinggal kelas, sehingga karena malu maka ia acapkali berpindah sekolah. Kelas Tiga SMP dijalaninya di Medan. Ketika itu ia dititipkan di rumah pamannya. Tapi, tak berapa lama kemudian ia sudah pindah lagi ke SMP Negeri XV Jakarta.38 Kenakalan Rhoma terus berlanjut hingga bangku SMA. Sewaktu bersekolah di SMA Negeri VIII Jakarta, ia pernah kabur dari kelas lewat jendela karena ingin bermain musik dengan teman-temannya yang sudah menunggunya di luar. Kegandrungannya pada musik dan berkelahi di luar dan dalam sekolah membuatnya acapkali keluar masuk sekolah SMA. Selain di SMA Negeri VIII Jakarta, ia juga pernah tercatat sebagai siswa di SMA PSKD Jakarta, St Joseph di Solo, dan akhirnya ia menetap di SMA 17 Agustus Tebet, Jakarta, tak jauh dari rumahnya. Di masa-masa SMA Rhoma sempat melewati masa-masa sangat pahit. Ia terpaksa menjadi pengamen di jalanan Kota Solo. Di sana dia ditampung di rumah seorang pengamen bernama Mas Gito. Sebenarnya, sebelum „terdampar‟ di Solo, ia berniat hendak belajar agama di Pesantren Tebuireng Jombang. Namun, karena tidak membeli karcis, Rhoma dan keempat orang temannya harus main kucing-
38
Kartoyo DS, Biografi Satria Bergitar, (Jakarta: Pustaka Iman, 2004), h. 43.
43
kucingan dengan kondektur selama dalam perjalanan. Daripada terus gelisah karena takut ketahuan lalu diturunkan di tempat sepi, mereka akhirnya memilih turun di Stasiun Tugu Jogja. Dari Jogja, mereka naik kereta lagi menuju Solo. Di Solo, Rhoma melanjutkan sekolahnya di SMA St. Joseph. Biaya sekolah diperolehnya dari mengamen dan menjual beberapa potong pakaian yang dibawanya dari Jakarta. Namun, karena di Solo sekolahnya tidak lulus, Rhoma harus pulang ke Jakarta dan melanjutkan sekolah di SMA 17 Agustus sampai akhirnya lulus tahun 1964. Ia kemudian melanjutkan kuliah di Fakultas Sosial Politik Universitas 17 Agustus, tapi hanya bertahan satu tahun karena ketertarikan Rhoma kepada dunia musik sudah terlampau besar. Pada tahun tujuh puluhan, Rhoma sudah menjadi penyanyi dan musisi ternama setelah jatuh bangun dalam mendirikan band musik, mulai dari band Gayhand tahun 1963. Tak lama kemudian, ia pindah masuk Orkes Chandra Leka, sampai akhirnya membentuk band sendiri bernama Soneta yang sejak 13 Oktober 1973 mulai berkibar. Bersama grup Soneta yang dipimpinnya, Rhoma tercatat pernah memperoleh 11 Golden Record dari kaset-kasetnya.
Tahun 1972, ia menikahi Veronica yang kemudian memberinya tiga orang anak, Debby, Fikri dan Romy. Tetapi sayang, Rhoma akhirnya bercerai dengan Veronica bulan Mei 1985 setelah sekitar setahun sebelumnya Rhoma menikahi Ricca Rachim pasangannya dalam beberapa film seperti Melodi Cinta, Badai di Awal Bahagia, Camellia, Cinta Segitiga, Melodi Cinta, Pengabdian, Pengorbanan, dan Satria Bergitar. Hingga sekarang, Ricca tetap mendampingi Rhoma sebagai istri.
44
Kesuksesannya di dunia musik dan dunia seni peran membuat Rhoma sempat mendirikan perusahaan film Rhoma Irama Film Production yang berhasil memproduksi film, di antaranya Perjuangan dan Doa (1980) serta Cinta Kembar (1984). Pasca Reformasi Rhoma Irama juga masih mengeluarkan albumnya tercatat tujuh album ia keluarkan yaitu Reformasi (1998), Euforia (1999), Syahdu (2001), Asmara (2003), Jana Jana (2008) Azza (2010) dan Ukhuwah (2011). Di dunia perfilman pun Rhoma Irama masih membintangi dua film yaitu Dawai Dua Asmara (2010) dan Sajadah Ka‟bah (2011).39 C.
Kontroversi Rhoma Irama
Kehidupan artis dan kontroversi ibarat kedua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Sosok artis bukan hanya berfungsi menghibur masyarakat dari kesusahan hidup tapi juga menjadi contoh dan panutan bagi fans dan penggemarnya. Kehidupan yang selalu diliput dan diberitakan kepada masyarakat setiap hari baik itu berita buruk maupun baerita baik akan berdampak pada fans dan penggemarnya. Tidak terkecuali Raja Dangdut Rhoma Irama sebagai artis yang serba bisa dan mempunyai penggemar dan fans yang jumlahnya jutaan tentu kehidupannya menjadi sorotan media massa. Kasus pernikahannya dengan banyak wanita menjadi salah satu berita buruk bagi Rhoma Irama. Tercatat Rhoma manikah pertama kali pada 1972 dengan Veronika dan bercerai pada 1985 dan menikah untuk yang kedua kali dengan Ricca Rachim lawan mainnya dibeberapa filmnya pada 1984.
39
Moh Shofan, Rhoma Irama; Politik Dakwah Dalam Nada, (Jakarta: imania Pustaka Iman, 2014), h. 36.
45
Pada 2003, Rhoma kembali menjadi sorotan media karena mengkritik Inul Daratista, penyanyi dangdut yang sedang naik daun karena mengandalkan gaya tarinya yang dianggap mesum. Rhoma dengan mengatas-namakan organisasi PAMMI (Persatuan Artis Musik Melayu Indonesia), menentang peredaran album Goyang Inul yang dirilis Blackboard pada akhir Mei 2003. Pada saat itu Rhoma Irama kemudian dikecam sebagai seorang munafik oleh pendukung Inul.
Pada tahun yang sama di 2003, Rhoma dalam sebuah pengerebekan, tertangkap basah sedang berduaan di apartemen dengan Angel Lelga, sekitar jam 11-4 pagi. Pengerebekan ini banyak ditayangkan media infotainment, dan menjadi permulaan turunnya pamor raja dangdut ini. Kejadian ini disanggah Rhoma dengan berdalih bahwa ia hanya memberikan nasihat dan petuah agar menghindarkan Angel Lelga dari jurang kenistaan, setelah beberapa waktu kemudian Rhoma mengakui bahwa ia sebenarnya telah menikah dengan Angel Lelga.
Pada November 2005, tayangan Kabar-kabari memberitakan Rhoma Irama mengatakan GIGI adalah band frustasi dan tidak kreatif. Komentar tersebut berhubungan dengan kesuksesan album rohani Raihlah Kemenangan yang dirilis GIGI. Menurut Rhoma, album yang sepenuhnya berisi lagu aransemen ulang itu mengesankan kelompok musik tersebut sebagai band yang frustasi dan tidak kreatif. Berita ini kemudian disanggah oleh Rhoma. Sebenarnya berita ini sudah diralat, setelah Rhoma Irama mengirimkan protes ke meja redaksi RCTI dan manajemen acara infotaintment KABAR-KABARI. Berita ini beredar karena
46
kesalahan narator dalam menanggapi berita tentang pernyataan Rhoma Irama. Dan Rhoma Irama sendiri dengan band GIGI tidak ada masalah dan santai saja.
Pada Januari 2006, Rhoma Irama di hadapan anggota DPR mengeluarkan pernyataan menentang aksi panggung Inul, dalam dengar pendapat pembahasan RUU Antipornografi antara DPR dan kalangan artis. Pada Juli 2012, dalam sebuah ceramah di sebuah masjid di Jakarta, Rhoma Irama dikecam atas ceramah yang mengandung isu SARA, berkaitan dengan Pemilukada DKI Jakarta putaran ke-2 yang sedang hangat dibicarakan pada waktu itu. Panitia Pengawas Pemilu memeriksa Rhoma atas pernyataan kontroversial yang menuai kecaman di media massa dan internet, namun kemudian dinyatakan tidak bersalah.
Pada akhir tahun 2012, publik dikejutkan dengan pernyataan bahwa Rhoma Irama siap maju sebagai calon presiden 2014. Ia mengaku dalam sebuah wawancara dengan Najwa Shihab, bahwa ia maju atas dorongan berbagai ulama, dan juga anak bangsa, khususnya Umat Islam. Walaupun beberapa parpol sempat melirik Rhoma Irama sebagai calon presiden, berbagai kecaman terus bermunculan di media internet akibat pandangan politik yang menyinggung SARA.
D.
PKB Dan Rhoma Irama
Pada Pemilu 2014, Rhoma menyatakan sebagai Bakal Calon Presiden dari PKB bersama dengan kedua tokoh lainnya, yaitu Moch Mahfud MD dan M Jusuf Kalla. Rhoma Irama merupakan tokoh pertama yang melamar sebagai calon
47
presiden dari PKB. Rhoma Irama menetapkan pilihannya pada PKB dengan berbagai pertimbangan diantaranya adanya kesamaan ideoleogi, visi dan misi serta tujuan yang ingin memajukan kehidupan berbangsa dan bernegara serta mensejahterakan rakyat Indonesia.
Dukungan yang begitu besar dari fans, penggemar dan beberapa Ormas Islam, maka Rhoma Irama memtuskan untuk ikut bertarung pada pemilihan presiden di Pemilu 2014. Namun untuk menjadi calon presiden maka Rhoma Irama membutuhkan dukungan partai politik sebagai syarat dari undang-undang. Rhoma Irama juga pernah beberapa kali menjadi anggota dari partai politik dianntaranya adalah Golkar dan PPP di masa Orde Baru.
Rhoma juga tercatat pernah menjadi anggota MPR dari Utusan Golangan yang mewakili seniman. Kiprah politik Rhoma sempat vakum pasca Orde Baru, namun juga pernah tercatat sebagai Juru Kampanye dari PKS di Pemilu 2004. Pendidikan dan nilai-nilai Islam yang sudah tertanam sejak masa kecil membuat Rhoma Irama menjadi Pendakwah, hal inilah yang mendekatkan Rhoma dengan partai-partai yang mengusung nilai-nilai Islam.
48
BAB IV STRATEGI POLITIK PKB MENJADIKAN RHOMA IRAMA SEBAGAI BAKAL CALON PRESIDEN DI PEMILIHAN LEGISLATIF 2014
Salah satu tujuan partai politik adalah memperoleh suara rakyat sebanyakbanyaknya dan menjadi partai pemenang Pemilu. Sebagai partai yang berdiri di masa reformasi, PKB telah mengalami beberapa fase untuk menjadi sebuah partai politik yang tak lekang di musim panas dan tak lapuk di musim hujan. Mulai dari konflik internal, mengantarkan kadernya menjadi Presiden hinggga kehilangan tokoh yang lekat dengan nama besar PKB sendiri. Memasuki Pemilu 2014, menjadi ajang pembuktian bagi PKB di tengah persaingan yang ketat. Hal tersebut membuat PKB menyiapkan strategi politik yang mumpuni untuk dapat tetap ada di ranah perpolitikan Indonesia. Menurut data yang di peroleh penulis strategi politik PKB menjadikan Rhoma Irama sebagai Bakal Calon Presiden mempunyai pengaruh pada peningkatan suara PKB di Pemilihan Legislatif 2014. Jika di lihat dari data akademik serta penjelasan dari Lembaga Pemenangan Pemilu (LPP) PKB, Rhoma Irama dan beberapa narasumber yang berhasil penulis temui untuk dimintai keterangan dan disertai analisa penulis, diantaranya sebagai berikut:
49
A.
Strategi Politik PKB Di Pemilu 2014 Ketatnya persaingan antar partai politik membuat PKB harus memikirkan
strategi apa yang akan digunakan untuk menghadapi para pesaingnya. Pada Pemilihan Legislatif 2014, PKB menggunakan tiga strategi politik. Berikut penjelasan masing-masing strategi politik yang digunakan PKB 1. Konvensi Calon Presiden Pada Pemilu 2014, PKB mengadakan Konvensi untuk memilih Bakal Calon Presiden yang akan diusung oleh PKB. Terdapat tiga tokoh yang menyatakan ikut dalam konvensi yang diselenggarakan oleh PKB, yaitu Rhoma Irama (Musisi dan Pendakwah), M Jusuf Kalla (Wakil Presiden ke 11) dan Moch Mahfud MD (Mantan Ketua MK). Sebagai peserta konvensi, peserta wajib ikut dalam setiap kampanye PKB di seluruh pelosok Indonesia. Namun dari ketiga tokoh tersebut tidak ada yang diusung PKB menjadi Calon presiden dikarenakan suara PKB tidak memenuhi ambang batas syarat pencalonan Presiden yaitu 20% suara nasional. Hingga PKB akhirnya berkoalisi dengan PDI Perjuangan untuk mengusung Calon Presiden Joko Widodo dan mengajukan ketiga nama tokoh tersebut untuk dipinang sebagai Calon Wakil Presiden. Calon Presiden Joko Widodo memilih nama M Jusuf Kalla untuk mendampinginya sebagai Calon Wakil Presiden.40 Jika di lihat dari tiga tahapan menyusun strategi politik yaitu Segmentating, Targeting, Positioning. Maka konvensi merupakan bagian dari 40
Wawancara langsung dengan Drs. Syaifullah Ma‟soem pada tanggal 18 April 2015.
50
ketiga tahapan tersebut. Jika di dalam segmentating terdapat cara mengidentifikasi pemilih. Konvensi ini adalah cara PKB untuk meraih semua kelompok. Jusuf Kalla ditujukan untuk menyasar kelompok timur Indonesia dan para pengusaha. Moh Mahfud MD ditujukan untuk menyasar kelompok perkotaan, kelompok Islam modern dan kaum akademisi. Terakhir Rhoma Irama ditujukan untuk menyasar kelompok pedesaan, kelompok Islam tradisional dan tentunya penikmat music dangdut. Selanjutnya tahap Targeting, yaitu kelompok yang disasar, dimana setelah dilakukan pemetaan terhadap calon pemilih, maka terdapat tiga kelompok pemilih yang akan disasar, untuk itu perlu sebuah produk untuk menarik para pemilih. Salah satu yang digunakan adalah tingkat popularitas dan elektabilitas para tokoh. Tokoh ini sering disebut dengan pendulang suara atau vote getter. Maka dari itu PKB mengadakan konvensi untuk meraih suara para pemilih tersebut. Terakhir adalah Positioning, yaitu upaya untuk menempatkan citra dan produk politik yang sesuai dengan masing-masing kelompok masyarakat. Setelah di identifikasi siapa calon pemilih dan ditentukan kelompok mana yang akan dituju untuk meraih suara. Maka terakhir adalah membuat citra partai agar sesuai dengan calon pemilih dan membentuk opini yang sesuai dengan tokoh pendulang suara atau vote getter. 2. Suara Nahdlatul Ulama (NU) Pada Pemilu 2014 suara Nahdlatul Ulama (NU) terkonsentrasi pada PKB, dikarenakan partai-partai pecahan PKB dan partai berbasis NU tidak lolos sebagai
51
peserta Pemilu 2014 seperti PKNU, PPNUI dan PKBIB. Hal ini tentu menguntungkan bagi PKB sehingga suara NU mudah diorganisir. Tentunya dukungan Ketua PBNU KH. Said Aqil Siradj membawa dampak yang cukup signifikan walaupun secara organisasi NU menyatakan netral dan membebaskan para umatnya memilih partai manapun. Terdapat juga Partai Persatuan Pembanguna (PPP) yang mengambil ceruk suara NU, namun PPP
di Pemilu 2014 dilanda konflik internal puncaknya
kehadiran Ketua Umum PPP Suryadarma Ali ke dalam kampanye Partai Gerindra untuk mendukung pencapresan Prabowo Subianto, padahal Pemilihan Legislatif belum dilakukan sehingga membuat para kader dan simpatisan PPP kecewa. Hal ini diperparah dengan status Suryadarma Ali sebagai tersangka korupsi oleh KPK.41 Pada teori strategi politik terdapat cara untuk mengidentifikasi segmentating pemilih, yang terdiri dari pemilih berdasarkan agama, gender, usia, geografis dan perilaku pemilih. Cara PKB dengan merangkul kembali warga NU yang sebelumnya terpecah-pecah ke dalam partai-partai kecil dan menjadikan PKB sebagai tempat menyalurkan aspirasi warga NU tentunya mempunyai andil dalam peningkatan suara PKB. PKB ingin menyasar kelompok pemilih sosial yang terdapat di NU dimana mereka akan mengikuti apa yang telah didukung oleh NU akan pula dipilih oleh para pengikutnya. Walaupun tidak secara organisasi NU menyatakan menyalurkan aspirasinya melalui PKB, namun para Kiai dan tokoh NU menyatakan dukungannya terhadap PKB. 41
Wawancara langsung dengan Drs. Syaifullah Ma‟soem pada tanggal 18 April 2015.
52
3. Soliditas Anggota dan Kader Partai Mesin partai yang kompak dan solid tentunya akan berdampak bagus pada perolehan suara partai di Pemilu. Hal ini terlihat dari peningkatan suara PKB di Pemilu 2014 terbukti suara-suara dikantong-kantong PKB seperti Jawa Timur kembali kepada perolehan suara PKB di Pemilu 1999. Kesolidan tim ini di dukung dengan tidak adanya konflik seperti yang terjadi di dua Pemilu sebelumnya, hal ini membuat para anggota dan kader PKB percaya diri dan tidak terganggu konsentrasinya dalam memenangkan Pemilu 2014.42 Menjadi kewajiban kader dan para anggota lah, visi-misi serta programprogram partai sampai kepada calon pemilih. Sebagaimana yang terdapat di teori Positioning para kader dan angora adalah wujud nyata partai politik di tengahtengah masyarakat. Baik dan buruknya partai politik tergantung pada citra dan gambaran para kader dan anggota partai. Sudah menjadi tugas kader dan anggota agar pemilih tertarik memilih partai politik tersebut. B.
Kekuatan Dukungan Terhadap Rhoma Irama Menjadi seorang artis dan pendakwah tentunya membuat Rhoma Irama
memiliki banyak pengikut dan penggemar. Selain sebagai musisi yang sudah lama berkecimpung di dunia music dangdut, Rhoma Irama juga merrupakan ketua dari PAMMI (Persatuan Artis Musik Melayu Indonesia). Rhoma Irama juga berdakwah melalui organisasi yang bernama Fami Tamami yaitu organisasi Takmir Masjid yang salah satu programnya adalah berdakwah di setiap masjid42
Wawancara langsung dengan Drs. Syaifullah Ma‟soem pada tanggal 18 April 2015.
53
masjid. Kekuatan dan dukungan yang dimiliki oleh Rhoma Irama juga datang diantaranya dari 1. Penggemar dan Fans Menjadi musisi yang sudah lama berkecimpung di dunia music dan menekuninya dari awal tahun 1970an, tentunya Rhoma Irama memiliki banyak penggemar. Mereka tergabung di dalam wadah yang disebut dengan Forsa. Kelahiran Forsa sendiri tercetus dari kegundahan Rhoma Irama karena terpecahpecahnya kelompok penggemarnya sehingga sulit untuk berkoordinasi. Maka pada 27 Juni 2012, Rhoma Irama mendeklarasikan berdirinya Forsa dan menyatukan berbagai wadah penggemar yang berasal dari macam komunitas ke dalam satu payung atau wadah. Penggemar atau Fans Rhoma terbagi menjadi dua macam, pertama penggemar yang ikut dan bergabung ke dalam wadah Forsa. Penggemar ini biasanya disebut penggemar yang masuk structural dan mengikuti semua kegiatan Rhoma Irama. Kedua adalah penggemar yang tidak ikut atau masuk ke dalam keanggotaan Forsa, mereka sering disebut penggemar biasa yang hanya menikmati music Rhoma Irama, dakwah Rhoma Irama atau sekedar menyukai Rhoma Irama sebagai figure atau tokoh. Sebagai penggemar Rhoma Irama tentunya Forsa mendukung seluruh kegiatan dan aktifitas Rhoma Irama baik itu di bidang musik, dakwah maupun dibidang yang lainnya. Sebagai bukti nyata dukungan Forsa kepada pencalonan presiden Rhoma Irama, Forsa secara resmi
54
menginstruksikan seluruh anggotanya untuk memilih PKB di Pemilihan Legislatif 2014 agar memuluskan jalan Rhoma Irama melenggang ke istana.43 2. Ulama, Organisasi Masyarakat (Ormas) Islam dan Umat Islam Selain sebagai musisi, Rhoma Irama adalah seorang pendakwah. Ini terbukti dari konsep atau tujuan grup Soneta dibentuk adalah sebagai suara umat islam, kata-kata ini pula yang digunakan untuk slogan Soneta yaitu „Soneta, The Voice of Moeslim. Suara umat islam yang digaungkan Rhoma Irama dan Soneta juga terbukti dari beberapa lagu-lagu Rhoma Irama dan Soneta yang membuat judul lagu dengan tema-tema islami. Dukungan dari umat islam terutama dari kalangan ulama dan para habaib tertuang dalam pertemuan pada tanggal 14 Januari 2014 di kediaman Rhoma Irama di Mampang Prapatan. Para ulama dan habaib terutama di wilayah DKI Jakarta sepakat untuk mendukung dan mendorong Rhoma Irama sebagai Presiden Republik Indonesia 2014-2019.44 Jika dilihat dari tahapan strategi politik, dari cara mengidentifikasi segmentasi pemilih. Maka dukungan dan kekuatan politik Rhoma Irama terdapat pada pemilih yang berdasarkan Agama dan perilaku pemilih berdasarkan emosional. Berdasarkan agama yaitu calon pemilih melihat Rhoma Irama adalah sosok yang dicitrakan soleh dan agamis. Ia juga seorang pendakwah sehingga menjadi daya tarik pemilih untuk mendukungnya. Berdasarkan perilaku pemilih yang emosional yaitu, mereka yang mempunyai keterikatan dan merasa dirinya 43
Wawancara langsung dengan Abung Swara pada tanggal 7 April 2015. Wawancara langsung dengan Ahmad Rifa‟I pada tanggal 26 Maret 2015.
44
55
menjadi pengikut dari Rhoma Irama, sebut saja Forsa yang menjadi wadah resmi bagi penggemar Rhoma Irama. Tentunya Forsa mendukung Rhoma Irama dan PKB walaupun tanda adanya pernyataan resmi secara organisasi. C.
Alasan PKB Menjadikan Rhoma Irama Sebagai Bakal Calon Presiden Setiap warga negara berhak dicalonkan dan mencalonkan, atas dasar
tersebut PKB meminang Rhoma Irama sebagai Bakal Calon Presiden dari PKB. Adanya kecocokan dalam visi, misi dan tujuan serta adanya kepentingan yang sama, PKB dan Rhoma Irama merasa saling menguntungkan satu sama lain. Disisi lain PKB membutuhkan kekuatan figure atau ketokohan dari Rhoma Irama yang musababnya tidak diperbolehkannya PKB menggunakan foto atau nama Gus Dur dalam setiap kampanye serta untuk mengambil ceruk penggemar music dangdut. Disisi lain Rhoma Irama merasa perlu adanya kendaraan politik untuk mencalonkan diri sebagai Presiden, sebagaimana yang dipersyaratkan dalam Undang-undang Dasar 1945 yang menyatakan “Presiden dan Wakil Presiden dipilih langsung oleh rakyat dengan dukungan atau usungan dari Partai Politik”.45 Menjadi seorang public figure atau artis tentunya Rhoma Irama tidak jauh dari sensasi dan kontroversi. Namun hal itu tidak membuat PKB khawatir akan menjadi serangan di kemudian hari. Tentunya hal itu telah dihitung kalkulasi untung dan ruginya. Menurut Syaifullah Ma‟soem, setiap orang atau individu
45
Wawancara langsung dengan Khairun Huda pada tanggal 13 April 2015.
56
pasti ada yang suka dan ada yang tidak suka. Hal tersebut wajar dan membuat PKB membuka pintu untuk Rhoma Irama. D.
Dampak dan Pengaruh Rhoma Irama Terhadap Perolehan Suara PKB Sebagai public figure tentunya Rhoma Irama mempunyai pengaruh
terhadap peningkatan suara PKB di Pemilihan Legislatif 2014, hal ini juga diakui oleh Ketua LPP PKB 2014 bahwa PKB tidak memungkiri ada pengaruh Rhoma Irama di peningkatan suara PKB di Pemilihan Legislatif 2014 tetapi tidak berdampak secara signifikan. Masih ada faktor-faktor lainnya yang mendongkrak suara PKB.46 Kenyataan di lapangan kedua anak Rhoma Irama yaitu Ridho Rhoma dan Vicki Irama tidak berhasil menjadi anggota DPR RI yang merupakan Caleg dari PKB. Hal ini merupakan bukti bahwa Rhoma Effect tidak terlalu mempengaruhi perolehan suara PKB. Ketokohan dan basis massa yang dimiliki oleh Rhoma Irama yang berjumlah 30 juta penduduk Indonesia yang tergabung dalam FORSA (Fans Rhoma Irama dan Soneta) serta dukungan ulama dan umat Islam tidak dapat dipungkiri juga mempunyai andil dalam peningkatan jumlah perolehan suara PKB di Pemilihan Legislatif 2014. Namun Ketokohan Rhoma Irama bukan menjadi satu-satunya faktor peningkatan suara PKB di Pemilihan legislative 2014, masih ada faktor lain yang cukup mumpuni diantaranya. Pertama, bersatunya suara umat islam yang 46
Wawancara langsung dengan Drs. Syaifullah Ma‟soem pada tanggal 18 Maret 2015.
57
bernaung di organisasi masyarakat NU dikarenakan tidak adanya partai berbasis NU yang lolos menjadi peserta Pemilu. Kedua, bergabungnya beberapa artis seperti Krisna Mukti, Kurniawan, Mat Solar dan lainnya serta bergabungnya pengusaha Rusdi Kirana yang tentu menjadi kekuatan logistic tambahan untuk PKB bertarung di Pemilihan Legislatif 2014. Ketiga, solidnya mesin partai dan kerja para kader yang fokus memenangkan Pemilu karena tidak adanya konflik seperti yang terjadi pada pemilu-pemilu sebelumnya.47
47
Wawancara langsung dengan Drs. Syaifullah Ma’soem pada tanggal 18 Maret 2015.
58
BAB V PENUTUP
A.
Kesimpulan Strategi politik merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dengan
partai politik dan rezim Pemilu. Strategi politik secara sederhana merupakan cara atau taktik agar partai politik bisa memenangkan Pemilu. Istilah strategi awalnya muncul di dunia militer dan identik dengan cara memenangkan suatu peperangan. Salah satu cara partai politik untuk dapat menarik simpati dan dukungan dari pemilih adalah dengan menggandeng atau merekrut para tokoh yang mempunyai pengaruh dan memiliki basis massa yang banyak. Ketokohan dan pengaruh yang mereka miliki akan mendorong masyarakat yang mempunyai keterikatan dengan tokoh tersebut untuk memilih partai politik tersebut. Istilah untuk para tokoh yang bergabung dengan partai politik tertentu dan digunakan untuk menarik dukungan dan pilihan para pemilih disebut dengan Vote Getter. Vote Getter merupakan istilah dalam bahasa inggris jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia adalah pendulang suara. Vote getter bisa dari pengurus atau anggota partai bisa juga dari luar partai yang memiliki kesamaan visi dan misi dengan partai politik tersebut. Vote getter tidak sebatas hanya orang saja tetapi suatu organisasi atau perkumpulan bisa menjadi vote getter selama ia bisa menjadi pendulang suara bagi partai politik tersebut.
59
Strategi politik yang digunakan PKB di Pemilihan Legislatif 2014 salah satunya adalah dengan mengadakan Konvensi Calon Presiden yang berisikan tiga tokoh yaitu M Jusuf Kalla, Moch Mahfud MD dan Rhoma Irama. Walaupun ketiganya memiliki basis massa dan pengaruh yang banyak, namun pencapresan Rhoma Irama tidak sedikit menuai macam pertentangan. Mereka menilai pencapresan Rhoma Irama hanya menilik pada popularitas saja, tidak melihat pada kualitas dan kapasitas untuk menjadi seorang presiden. Pencalonan Rhoma Irama sebagai calon presiden dari PKB dianggap sebagai bentuk ketidakseriusan partai politik untuk menjadi tempat seleksi bagi calon presiden. Padahal partai politik adalah satu-satunya pintu untuk memilih presiden, hal ini terlihat dari UUD 1945 BAB III tentang Kekuasaan Pemerintahan Negara Pasal 6A ayat 2 yang berbunyi “Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilihan umum”. Undang-undang dasar tersebut mengamanatkan bahwa calon presiden hanya dapat dipilih jika diusung oleh partai politik dan menutup kemungkinan dari hal yang lain. Maka untuk menjalankan amanat UUD 1945 tersebut PKB mengadakan konvensi. Namun konvensi yang diselenggarakan oleh PKB tidak ada kejelasan dan tidak diketahui hasilnya. Hal ini mengindikasikan bahwa konvensi yang dilakukan oleh PKB hanya sebagai bagian dari strategi politik PKB untuk mendulang suara pemilih di Pemilihan Legislatif 2014 dengan memanfaatkan kekuatan basis massa dan pengaruh yang dimiliki oleh ketiga tokoh tersebut.
60
Ketokohan dan basis massa yang dimiliki oleh Rhoma Irama yang berjumlah 30 juta penduduk Indonesia yang tergabung dalam FORSA (Fans Rhoma Irama dan Soneta) serta dukungan ulama dan umat Islam tidak dapat dipungkiri juga mempunyai andil dalam peningkatan jumlah perolehan suara PKB di Pemilihan Legislatif 2014. Namun Ketokohan Rhoma Irama bukan menjadi satu-satunya faktor peningkatan suara PKB di Pemilihan legislative 2014, masih ada faktor lain yang cukup mumpuni diantaranya. Pertama, bersatunya suara umat islam yang bernaung di organisasi masyarakat NU dikarenakan tidak adanya partai berbasis NU yang lolos menjadi peserta Pemilu. Kedua, bergabungnya beberapa artis seperti Krisna Mukti, Kurniawan, Mat Solar dan lainnya serta bergabungnya pengusaha Rusdi Kirana yang tentu menjadi kekuatan logistic tambahan untuk PKB bertarung di Pemilihan Legislatif 2014. Ketiga, solidnya mesin partai dan kerja para kader yang fokus memenangkan Pemilu karena tidak adanya konflik seperti yang terjadi pada pemilu-pemilu sebelumnya. Hipotesis tentang kekuatan sosok Rhoma Irama/ Rhoma Effect terbantahkan dengan tidak lolosnya kedua anaknya yakni Ridho Rhoma dan Vicki Irama melenggang sebagai anggota DPR RI. B.
Saran Strategi politik yang digunakan oleh PKB di Pemilihan Legislatif 2014
dengan mengadakan konvensi calon presiden merupakan langkah yang bagus untuk perkembangan demokrasi di Indonesia. Namun konvensi yang dilakukan oleh partai politik di Indonesia baru hanya sebatas sebagai alat atau cara untuk mendulang suara dan sebagai bentuk kesepakatan dari suatu kebuntuan situasi 61
politik. Konvensi belum dilakukan dengan serius dan benar-benar untuk mencari sosok presiden yang tepat untuk mengelola negara dengan jumlah penduduk 250 juta jiwa ini. Pencapresan Rhoma Irama menjadi suatu kritik bagi PKB dan partai-partai yang lain, walaupun itu merupakan hak setiap penduduk untuk dipilih dan memilih tetapi tidak seharusnya menyampingkan syarat-syarat kecakapan, pengalaman dan rekam jejak yang baik sehingga terpilihlah salah satu putra terbaik bangsa. Partai politik seharusnya bisa lebih serius dalam menjalankan tugas dan fungsinya seperti yang diamanatkan dalam UUD 1945. Sebagai calon presiden satu-satunya cara adalah dengan diusulkan oleh partai politik peserta pemilihan umum. Namun budaya partai politik di Indonesia belum mengarah pada sistem konvensi untuk menjaring seorang calon presiden. Pasca Orde Baru istilah Reformasi belum menyentuh pada tatanan partai politik.
Partai
politik
seharusnya
dikelola
dengan
transparan
dan
dipertanggungjawabkan segala bentuk keuangan dan kegiatannya kepada masyarakat. Partai politik merupakan bagian dari instrument berdemokrasi seharusnya dibiayai oleh negara dan persyaratan menjadi partai peserta pemilihan umum bukan dengan mewajibkan ada di setiap provinsi dan ¾ kabupaten atau kota tetapi partai politik ada di setiap provinsi, kabupaten atau kota berdasarkan jumlah anggota dan bukan sebagai syarat menjadi partai peserta pemilihan umum.
62
DAFTAR PUSTAKA
Buku : Budiardjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2008. Dhakide,Daniel. Partai-partai Politik Indonesia 2004-2009. Jakarta : Kompas, 2004. DS,Kartoyo. Biografi Satria Bergitar. Jakarta : Pustaka Iman, 2004. Fathurahman, Pupuh. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : CV. Pustaka Setia, 2011. Firmanzah. Marketing Politik Antara Pemahaman dan Realitas. Jakarta : Yayasan Obor, 2008. Harisson, Lisa. Metodologi Penelitian Politik. Jakarta : Prenada Media Group, 2007. Hamid, Zulkifly. Pengantar Ilmu Politik. Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2009. Hanafie, Haniah dan Suryani. Politik Indonesia. Jakarta : Lemlit UIN Jakarta, 2011. Heywood, Andrew. Politics. London : Macmilian Press, 1997. Jaily,Ahmad Hakim dan Tohadi,Muhammad. PKB dan Pemilu 2004. Jakarta : LPP PKB, 2003. Kazhim, Musa dan Hamzah, Alfian. 5 Partai Dalam Timbangan, Analisa dan Prospek. Bandung : Pustaka Hidayah, 1999. Nazir, Mohammad. Metode Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia, 2005. Nursal, Adman. Political Marketing; Strategi Memenangkan Pemilu. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2004. Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008. Schorder, Peter. Strategi Politik. Jerman : Nomos Baden-baden, 2000. Shofan, Mohammad. Rhoma Irama; Politik Dakwah Dalam Nada. Jakarta : imania Pustaka Iman, 2014. Silalahi, Ulber. Metode Penelitian Sosial. Bandung : PT. Refika Aditama, 2010. Syafiie, Inu Kencana. Pengantar Ilmu Politik. Bandung : Pustaka Reka Cipta, 2009.
xviii
Ubaedillah, A dan Rozak, Abdul. Pendidikan Kewargaan. Jakarta : ICCE UIN Jakarta, 2010. UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sekretariat Jendral MPR RI, 2010. Zuriah, Nurul. Metodelogi Penelitian Sosial Dan Pendidikan: Teori-Aplikasi. Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2007. Internet : http://www.kpu.go.id http://www.tribunnews.com http://www.kompas.com di unduh di http://www.tribunnews.com/pemilu-2014/2014/05/17/20-juta-fansrhoma-irama-kecewa-diremehkan-pkb Pada Tanggal 25 Agustus 2014. di unduh di http://www.tribunnews.com/pemilu-2014/2014/05/17/20-juta-fansrhoma-irama-kecewa-diremehkan-pkb Pada Tanggal 25 Agustus 2014. di unduh di http://nasional.kompas.com/read/2014/04/27/1645415/Batal Jadi Capres PKB Rhoma Irama.Diminta.Realistis. Pada Tanggal 17 Desember 2014. di unduh di http://www.syafrilhernendi.com/1136/vote-getter/ Pada Tanggal 15 September 2014.
xix
LAMPIRAN
Wawancara Syaifullah
dengan
Ma’som
Bapak
(Ketua
H. LPP/
Lembaga Pemenangan Pemilu 2014 PKB/ Partai Kebangkitan Bangsa)
Penulis
: Strategi apa yang digunakan PKB sehingga bisa meningkatkan
perolehan suara di Pemilu Legislatif 2014? Narasumber
: Menjelang Pemilu 2014, PKB berusaha selalu menjadi
pemberitaan di media, baik itu media massa, cetak maupun elektronik. Kami selalu membuat agenda yang bisa menarik perhatian khalayak ramai seperti pencalonan Rhoma Irama sebagai Capres, bergabungnya Rusdi Kirana dan berbagai manuver yang dilakukan para tokoh terutama Ketua Umum PKB Cak Imin, hal itu sering dilakukan satu tahun menjelang dilaksanakannya Pemilu 2014. Hal ini mendorong masyarakat mengetahui seluk beluk PKB terutama masyarakat diluar Pulau Jawa, kita akui selama ini basis suara PKB terkonsentrasi di daerah Pulau Jawa, tapi pada Pemilu 2014 ini ada peningkatan yang cukup signifikan terhadap perolehan suara PKB di luar Pulau Jawa seperti NTB, Sumatera Utara, Jambi, Maluku, hal ini membuktikan strategi itu berhasil. Hal lain yang mendorong perolehan suara PKB adalah tidak lolosnya partai-partai pecahan PKB
dan partai-partai berbasis NU seperti PKNU, PPNUI dan lainnya, sehingga suara warga Nahdliyin terkonsentrasi pada PKB. Memang ada partai islam yang berbasis NU yaitu PPP tapi mereka tidak piawai dalam mengemas isu-isu politik sehingga terkesan lamban dan jadul. Penulis
: Apakah PKB benar PKB mengadakan Konvensi? Karena tidak
ada tindak lanjut dari hasil konvensi tersebut? Narasumber
: Konvensi yang kita lakukan tidak sama dengan apa yang
dilakukan oleh Partai Demokrat misalnya, kita menerima tawaran dan pendaftaran dari para tokoh untuk menjadi calon presiden dan mengerucut ke tiga nama yaitu Rhoma Irama, Mahfud MD dan Jusuf Kalla. Meraka bertiga lalu kita ajak dan gandeng untuk berkunjung keliling daerah, mereka lalu berkampaye, beradu visi misi dan program, masing-masing mencari dukungan. Mahfud dengan kalangan kampus atau akademisinya. Rhoma dengan kalangan penikmat dangdutnya itulah yang menjadikan strategi politik PKB masuk ke berbagai kalangan dari kecil, menengah hingga atas dengan tiga figure tersebut. Konvensi yang kita adakan tidak serumit konvensi yang diadakan Partai Golkar maupun Partai Demokrat, setelah selesai mereka bertiga kita ajak keliling Indonesia, lalu kita kerucutkan dari tiga nama tersebut dengan mendengar dan berkomuniaksi dengan suara dari berbagai daerah lalu kita plenokan di DPP dikarenakan suara PKB tidak bisa mencapai 20% seperti yang tertera pada Undang-undang maka akhirnya kita pada satu kesimpulan yaitu kita ajukan kepada para calon presiden lalu diterima satu nama yaitu Jusuf Kalla yang diterima oleh PDI Perjuangan dan Koalisi Indonesia Hebat bukan Rhoma ataupun Mahfud.
Penulis
: Pada saat pencalonan Rhoma Irama sebagai Bakal Calon
Presiden dari PKB, apakah Rhoma yang melamar PKB atau PKB yang melamar Rhoma Irama? Narasumber
: Kebetulan Kedua-duanya sama-sama saling membutuhkan, kita
tahu Rhoma sejak lama membutuhkan kendaraan politik dan kita membutuhkan Rhoma, lalu kita silaturahmi dan sepakat mencalonkan Rhoma sebagai presiden tapi dengan catatan mendapat dukungan yang signifikan dan memenuhi ambang batas suara 20% sesuai dengan apa yang disyaratkan didalam undang-undang. Sehingga Rhoma berkampaye untuk PKB, masalah Rhoma memilih PKB kami tidak tahu apakah partai lain menolak atau bagaimana kami tidak tahu, karena sepengatahuan kami Rhoma sejak lama mempuyai rekam jejak yang baik dan sudah lama mengusung isu-isu anti korupsi, HAM dan isu-isu politik lainnya sehingga tidak ada yang aneh bagi kami Rhoma Irama terjun di dunia politik, namun di pihak luar hal ini menimbulkan keanehan mengapa Rhoma Irama sebagai musisi ikut-ikutan mengurusi politik sehingga memunculkan stigma negative dikalangan masyarakat. Penulis
: Mengapa Konvensi PKB tidak menghasilkan Pemenang? Kita
tahu walaupun Partai Demokrat tidak mengajukan Calon Presiden tapi tetap mengumunkan pemenang konvensi? Narasumber
: Karena kita tidak lolos ambang batas 20% tersebut, jika
seandainya PKB lolos tentunya PKB akan mengajukan calon presiden diantara Rhoma, JK, atau Mahfud tersebut, karena tidak bisa mencalonkan Presiden maka PKB berkoalisi. Pada saat itu PDI Perjuangan yang menjadi juaranya tentu PKB
tahu diri dengan mengajukan posisi calon wakil presiden. Tentunya jika kedepannya PKB memenuhi persyaratan tersebut maka PKB akan mengajukan calon presiden sendiri bisa Cak Imin atau siapa lah itu. Penulis
: Ditengah banyak Kontroversi yang beredar di masyarakat tentang
Rhoma Irama dan rekam jejaknya di pemerintahan yang belum teruji dengan dua bakal calon lainnya, faktor pertimbangan apa yang diambil PKB mengajukan Rhoma sebagai calon presiden? Narasumber
: Memang ada sebagian masyarakat yang melihat sisi negatifnya
namun ada juga sebagian yang melihat sisi positifnya. Rhoma kan juga pernah menjadi anggota MPR, anggota Golkar, punya grup music yang melegenda itukan juga sisi kepemimpinan serta sisi kesalehan yang luar biasa taat dalam beragama. Kalau kontroversi tentang kehidupan pribadi menurut kami itu urusan Rhoma sendiri bukan urusan PKB. Sisi-sisi positifnya yang kami lihat dan kami anggap pantas menjadi calon presiden. Kalau ada orang yang tidak suka, ya itu wajar, toh yang suka juga banyak. Seperti Aceh, kita ajak Rhoma kesana dua kali buktinya kita bisa memperoleh kursi dari sana padahal selama ini kita tidak dapat. Penulis : Jadi Konvensi ini hanya bagian dari strategi PKB, apakah betul begitu pak? Narasumber : Ya itu betul, kami akui. Penulis Rhoma Irama?
: kemenangan PKB yang cukup signifikan berarti ada faktor
Narasumber
: Memang ada faktor Rhoma tapi tidak terlalu signifikan, buktinya
kedua anaknya Rhoma yaitu Ridho dan Vicki mencalonkan diri sebagai Caleg tidak berhasil lolos ke parlemen. Kekuatan mesin partai, Kepiawaian Cak Imin dan terkonsentrasinya suara NU juga menjadi faktor kemenangan PKB.
Wawancara
dengan
Bapak
Khoirun Huda (Sekretaris Garda Bangsa Kabupaten Tangerang).
Penulis
: Bagaimana pendapat anda tentang Rhoma Irama?
Narasumber
: Saya yakin semua juga tahu bahwa dia seorang musisi yang
sangat islami, dan dia juga aktif di partai politik seperti Golkar, PPP dan terakhir di Pemilu 2014 dia bergabung dengan PKB. Dalam konteks PKB yang kebetulan kapasitas saya adalah sebagai sekretaris Garda Bangsa yang notabene adalah sayap partai PKB, saya akui perolehan suara PKB mengalami tren peningkatan di Pemilu 2014 naik 100%, hal itupun saya rasakan di perolehan kursi di DPRD Kabupaten Tangerang dimana pada Pemilu 2009 mendapat 1 kursi sedangkan pada Pemilu2014 mendapat 4 kursi. Jika menilik pada strategi politik PKB saya akui ada pengaruh Rhoma atau sering disebut sebagai Rhoma Effect, namun saya kira hal itu mutlak peningkatan perolahan suara PKB karena ada Rhoma Effect namun ada yang lebih besar pengaruhnya yaitu kerja-kerja mesin partai politik itu sendiri, karena kenyataannya anaknya mencalonkan saja tidak ada yang lolos ke parlemen yaitu Vicki dan Ridho. Penulis
: Sebagai kader PKB apakah anda mendukung pencapresan
Rhoma Irama melalui PKB?
Narasumber
: Sebagai Kader saya tunduk dan patuh terhadap perintah partai,
namun saat itu cak imin sebagai ketua umum mengatakan bahwa jika perolehan suara PKB mencapai 20% maka akan dimajukan, tapi kenyataannya suara PKB masih jauh dari itu. Namun dari sisi gagasan saya akui Rhoma juga sudah melampaui hal itu, sebagai contoh sudah lama Rhoma membuat lagu yang bernuansa demokrasi, kesenjangan social dan HAM. Namun di sisi kapasitas beliau masih ketinggalan jauh dari yang lainnya sebagai contoh pengalamannya di bidang pemerintahan. Penulis
: Konvensi yang diselenggarakan oleh PKB sejak awal hanya
untuk mendulang suara di Pemilu 2014? Apakah itu benar? Narasumber
: Saya kira serius, namun bahwa politik itu dinamis, kita melihat
realitas politik. Dimana Pak JK lebih menjual ketimbang dua nama yang lainnya. Kita juga tidak mau mendukung calon yang pasti kalah, untuk apa nyalon jika tujuannya untuk kalah, pasti tujuan untuk mencalonkan ya untuk menang. Penulis
: Apakah strategi PKB dengan mengusung ketiga calon ini sangan
efektif dalam mendulang suara di tataran para pemilih? Narasumber
: mendongkrak ya, tapi bukan satu-satunya, banyak faktor yang
lain yang juga lebih mempengaruhi seperti konflik partai yang tidak ada sehingga membuat solid mesin partai, faktor partai yang sedikit dan suara dari swing voter.
Wawancara
dengan
Bapak
Ahmad Rifaih (Sekretaris Umum Forsa Korwil Tangerang Raya).
Penulis : Mengapa anda mengidolakan sosok Rhoma Irama? Narasumber : Pertama saya suka karena lagu yang diciptakan Rhoma Irama, sejak kecil saya sudah suka mendengarkan lagu-lagu Rhoma Irama. Lagu favorit pertama saya adalah yang berjudul setan pasti kalah, apalagi dengan gaya Rhoma Irama di versi videonya. Kedua Rhoma Irama sosok yang tidak sombong dan angkuh dia mudah bergaul dengan siapa saja terutama dengan para penggemarnya. Penulis : Sejak kapan anda bergabung dengan Forsa? Narasumber : Sebelum Forsa berdiri saya sudah bergabung dengan Soneta Fans Club (SFC), karena pembentukan Forsa sendiri dibentuk pada tahun 2013. Jadi sebelum pembentukan Forsa sudah terbentuk banyak fans club yang terpecahpecah dan tidak terkoordinir seperti Soneta Mania, Soneta Fans Club, Rhomania dan masih banyak yang lainnya. Setelah itu muncul ide dari Rhoma Irama untuk menyatukan fans club tersebut ke dalam suatu wadah agar lebih mudah
terkoordinasi. Setelah terbentuk saya bergabung dengan Forsa untuk wilayah Tangerang Raya. Penulis : Apakah anda mendukung pencalonan Rhoma Irama sebagai Calon Presiden? Narasumber : Sebagai pribadi maupun Fans saya mendukung penuh pencapresan Rhoma Irama, karena saya lihat Negara ini sudah jauh dari agama, dengan majunya Rhoma Irama mudah-mudahan bisa membawa Negara ini lebih religious. Sebagai pengurus Forsa, yang saya tahu Rhoma Irama tidak pernah melamar maupun mengajukan diri sebagai Calon Presiden, tetapi ada dorongan dari masyarakat, para ulama, para habaib dan golongan masyarakat lainnya, jadi Rhoma Irama itu dicalonkan bukan mencalonkan. Penulis : Apakah ada instruksi atau perintah dari Forsa agar mendukung dan mensukseskan pencapresan Rhoma Irama? Narasumber : Kalau perintah tidak ada, tetapi sebagai fans apa yang dilakukan idola pasti kita dukung. Apapun itu konsekuensinya. Penulis : Apakah anda memilih PKB di Pemilu 2014? Narasumber : Karena kita mendukung Rhoma Irama sebagai Capres maka otomatis kita memilih PKB di Pemilihan Legislatif 2014, saya memilih PKB karena ada Rhoma Irama disana. Penulis : Apakah anda mendukung Rhoma Irama mencalonkan diri sebagai Capres melalui PKB?
Narasumber : Kita tidak melihat partai, tapi kita melihat tokohnya, yaitu sosok Rhoma Irama, dimanapun Rhoma bernaung entah di Golkar, Demokrat atau di partai manapun, kami tetap mendukung Rhoma Irama. Kebetulan saat itu yang melamar pertama kali yaitu PKB. Penulis : Berapa persis jumlah anggota Forsa? Narasumber : Untuk jumlah persisnya saat ini masih dalam proses pendataan karena Forsa terbentuk tahun 2013. Tapi sudah ada sekitar 5 juta data yang masuk seluruh Indonesia dan luar negeri.
Wawancara dengan Bapak Abung Swara (Ketua Umum Forsa Korwil Jakarta Timur).
Penulis : Bagaimana pendapat anda tentang sosok Rhoma Irama? Narasumber : Bagi kami Rhoma Irama adalah sosok idola dan legenda dalam music dangdut, guru, teman sekaligus kepala rumah tangga dalam struktur Forsa. Penulis : Bagaimana proses terbentuknya Forsa? Narasumber : Forsa terbentuk karena keprihatinan Rhoma Irama karena terpecahpecahnya wadah bagi fans Rhoma dan Soneta, maka pada tanggal 4 April 2012, beliau mengintruksikan kepada fans agar bersatu dalam satu wadah, dibawah naungan Forsa. Diresmikan pada tanggal 25-26 Oktober 2014 di Twins Hotel, Jakarta. Kita berkumpul sekitar 2.000 fans dari berbagai komunitas. Penulis : Apakah anda mendukung pencalonan Rhoma Irama sebagai Calon Presiden? Narasumber : Jelas saya mendukung. Penulis : Apakah ada instruksi atau perintah dari Forsa agar mendukung PKB? Narasumber : intruksi atau perintah memilih PKB tidak ada, tetapi mereka memilih PKB karena ada Rhoma Irama. Jikapun Rhoma ada di Golkar maka para fans pasti memilih Golkar.
Penulis : Apakah anda mendukung Rhoma Irama mencalonkan diri sebagai Capres melalui PKB? Narasumber : Kita dari fans mendukung apapun yang dilakukan oleh beliau. Karena pada saat itu Rhoma Irama dicalonkan oleh PKB bukan mencalonkan, kami mendukung Rhoma Irama bukan PKB. Pihak PKB meminta Rhoma menjadi Calon Presiden, pada saat berubah haluan PKB, saya lihat Rhoma sedikit sakit hati.
LAMPIRAN
Gambar I.A.1 Pertemuan antara Rhoma Irama dan Muhaimin Iskandar Menjelang Pemilihan Legislatif
Gambar III.A.1 Logo Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)
Gambar III.B.2 Logo Fans Rhoma dan Soneta (Forsa)
Gambar III.D.3 Rhoma Irama Sebagai Juru Kampanye Golkar di Era Orde Baru
Gambar IV.A.1 Foto Rhoma Irama sebagai Calon Presiden
Gambar IV.B.2 Foto saat berlangsungnya Munas Forsa
Gambar IV.C.3 Foto Rhoma Irama dan Muhaimin Iskandar saat Kampanye PKB