Widodo, Strategi Peningkatan Aktivitas Jasmani Siswa Sekolah Dasar di Luar Pembelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan di Indonesia
STRATEGI PENINGKATAN AKTIVITAS JASMANI SISWA SEKOLAH DASAR DI LUAR PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, DAN KESEHATAN DI INDONESIA STRATEGIES FOR INCREASING PHYSICAL ACTIVITY FOR ELEMENTARY SCHOOL STUDENTS BEYOND SUBJECT MATTER OF PHYSICAL, SPORT, AND HEALTH EDUCATION IN INDONESIA Widodo Pusat Penelitian Kebijakan, Balitbang, Kemdikbud Gedung E Lantai 19, Jl. Jenderal Sudirman, Senayan - Jakarta Pusat e-mail:
[email protected] Naskah diterima tanggal: 06/12/2013; Dikembalikan untuk revisi tanggal: 16/12/2013; Disetujui tanggal: 09/05/2014 Abstract: This article aims to explain and provide ideas dan suggestion on strategic in physical activity promotion of primary school students beyond physical education classroom. The programs should be developed in a pattern of development that is integral to the educational involving the three parties i.e. schools, parents, and community, as well as government support. Teacher level of strategies: 1 ) socialization by the school principal , 2) the integration of health knowledge to other subjects ; 3 ) the development of incentive programs ; 4 ) rearrangement of homework; and 5) expanding partnerships. The school level strategies: 1) improvement of school management; 2) preparation of daily physical activity program; 3 ) the arrangement of space and equipment; and 4) Parents Forum. The implementation need to combine efforts with the school teachers and families in a professional manner so that students actively engaged at least 90 minutes per day, i.e. 30 minutes in school and 60 minutes in the home or community. Forms of activity that can be applied: 1) getting students to and from school by involving volunteers from the parents/seniors; 2) applying the Walking School Bus models, and 3) active transportation programs. Keywords: Physical activity, physical education, encouraging pattern, strategies, kinds of activity Abstrak: Artikel ini bertujuan untuk mengkaji aktivitas jasmani dan memberikan sumbangan pemikiran tentang upaya strategis peningkatan aktivitas jasmani siswa sekolah dasar di luar jam pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan. Program peningkatan hendaknya dikembangkan dalam sebuah pola pembinaan yang integral dari upaya pendidikan dengan melibatkan tiga pihak, yaitu sekolah, orangtua, dan masyarakat, serta dukungan pemerintah. Strategi pada tingkatan guru: 1) sosialisasi oleh kepala sekolah; 2) integrasi pengetahuan kesehatan ke mata pelajaran lainnya; 3) pengembangan program insentif; 4) meramu ulang pekerjaan rumah (PR); dan 5) memperluas kemitraan. Strategi pada tingkat sekolah: 1) perbaikan manajemen sekolah; 2) penyusunan program aktivitas jasmani harian; 3) penataan ruang dan perlengkapan; dan 4) forum orang tua. Pelaksanaannya perlu menggabungkan upaya guru dengan sekolah dan keluarga secara profesional agar siswa aktif bergerak setidaknya 90 menit per hari; yaitu 30 menit di sekolah dan 60 menit di rumah atau masyarakat. Bentuk kegiatan yang dapat diterapkan: 1) mengajak siswa pergi dan pulang sekolah dengan melibatkan relawan dari orang tua/senior; 2) menerapkan model Bus Sekolah Berjalan; dan 3) program transportasi aktif. Kata kunci: Aktivitas jasmani, pendidikan jasmani, pola pembinaan, strategi, bentuk kegiatan
281
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 20, Nomor 2, Juni 2014
Pendahuluan
mem bukti kan renda hnya tingk at k ebuga ran
Banyak manfaat yang dapat diambil dari aktivitas
siswa. Nuruddin (2011) menjelaskan bahwa hasil
jasmani bagi anak-anak usia sekolah dasar.
pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah
Secara jasmani dan faali, aktivitas jasmani dapat
hanya m ampu mem beri kan efek keb ugar an
menjadikan otot lebih lentur dan kuat, tulang lebih
terhadap kurang lebih 15 persen dari keseluruhan
padat, dan darah bersikulasi lebih lancar. Dampak
populasi siswa (tidak dijelaskan oleh Nuruddin
lebih lanjut dari kondisi tersebut adalah me-
mengena i jenjang pend idikannya). Da ri sisi
ningkatnya kebugaran dan status kesehatan.
kesehatan, kurang gerak menyebabkan kege-
Secara mental, aktivitas jasmani dapat men-
mukan (obesitas). Hal ini sesuai dengan temuan
ja dika n anak l ebih cer ia, ril ek, dan tena ng
Petosa dan kawan-kawannya, bahwa semakin
sehingga terbebas stress. Secara sosial, aktivitas
meluasnya epidemi obesitas antara lain karena
jasmani dapat menjadi salah satu cara untuk
pola makan yang tidak teratur dan kian ter-
mengenal dunia luar lebih jauh, termasuk di
batasnya kesempatan anak-anak dan remaja
dalamnya bersosialisasi dengan teman sebaya.
untuk melakukan aktivitas jasmani (Petosa, dkk.
De ngan dem ikia n, a ktiv itas jasmani dap at
2005). Kondisi ini juga didukung oleh pendapat
bermanfaat secara jasmani, mental, dan sosial
David dan Bassett (2008) yang mengatakan
sehingga berpengaruh pula terhadap kegiatan
bahwa prevalensi anak-anak yang mengalami
belajar, baik di dalam maupun di luar kelas.
kelebihan berat badan menunjukkan peningkatan
Meskipun sudah diketahui oleh banyak orang,
yang cukup tinggi.
bahwa aktivitas jasmani sangat penting bagi
Faktor lai n yang berkontribusi terhadap
pertumbuhan dan perkembangan siswa, namun
penurunan aktivitas jasmani, yaitu semakin
ma sih bany ak a nak yang kurang ber gera k.
jauhnya jarak sekolah dari tempat tinggal siswa.
Widodo (2013) mengatakan bahwa masih ada 50
Fenomena untuk mendirikan sekolah yang lebih
persen lebih anak sekolah dasar dalam kategori
besar menyebabkan pendirian sekolah jauh dari
kurang aktif; tepatnya sebanyak 9,6 persen tidak
pemukiman, sebab dengan cara itu akan di-
aktif dan 54,1 persen kurang aktif; artinya tingkat
da patk an l ahan yang le bih mura h. H al i ni
aktivitas jasmani para peserta didik sekolah dasar
menyebabkan siswa memerlukan waktu yang
masih sangat kurang. Data ini berasal dari laporan
lebih lama untuk sampai di sekolah. Hal ini sesuai
hasil survai dalam rangka penyusunan peta
dengan temuan C ohen dkk . (2 006) dal am
kemampuan gerak dasar siswa sekolah dasar
penelitiannya bahwa siswa yang tempat ting-
yang di lakukan oleh Pusat Penge mbangan
galnya lebih dari 5 mil dari sekolah, secara
Kualitas Jasmani Kemdiknas pada tahun 2001.
signifikan memiliki tingkat aktivitas jasmani yang
Sebagai informasi tambahan, data yang lebih
lebih rendah.
baru tentang kemampuan gerak siswa untuk
Guna mengatasi masalah di atas, hanya ada
skala nasional belum ditemukan, bahkan ke-
satu cara yang tepat untuk diterapkan, yaitu
mungkinan tidak akan ditemukan. Pusat Pengem-
meningkatkan aktivitas jasmani siswa sekolah
bangan Kualitas Jasmani sebagai lembaga yang
dasar; sebab aktivitas jasmani yang dilakukan
mengagendakan evaluasi kemampuan gerak
secara teratur berkontribusi besar mencegah
siswa setiap lima tahun sekali telah dilikuidasi
munculnya penyakit degeneratif kronis, me-
sebagai hasil dari reformasi birokrasi di lingkungan
ningkatkan keseimbangan psikologis, dan kete-
Kementerian Pendidikan Nasional tahun 2010.
rampilan sosial anak-anak dan remaja (Warburton
Kondisi kurang gerak tersebut menimbulkan
dkk, 2006). Colman & Walker (2004) menam-
dampak negatif bagi siswa sekolah dasar; di mana
bahkan dapat mencegah kanker dan mening-
berdasarkan survai yang dilakukan oleh Pusat
katkan kualitas hidup, seperti membangun self-
Pengembangan Kualitas Jasmani Kemdiknas pada
esteem dan positive self-image; Public Health Agency
tahun 2003 masih ada 44,8% siswa yang memiliki
of Cana da ( PHAC) , At lant ic R egi on ( 200 5 )
kebugaran dengan kategori kurang dan 7,9%
menambahkan dapat memproteksi obesitas dan
kategori kurang sekali Widodo (2004). Data ini
membantu mengendalikan berat badan, mem-
282
Widodo, Strategi Peningkatan Aktivitas Jasmani Siswa Sekolah Dasar di Luar Pembelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan di Indonesia
percepat perkembangan kesehatan otot, tulang,
dasar di luar pembelajaran pendidikan jasmani,
dan sendi, meningkatkan kekuatan dan daya
olahraga, dan kesehatan.
tahan tubuh; SPARC BC and BC Recreation and Parks Assocation, (2006) menambahkan dapat mengem-
Kajian Literatur dan Pembahasan
bangkan aspek-aspek sosial.
Pengertian Aktivitas Jasmani
Dari sisi pendidikan, kurikulum pendidikan
Dari judul artikel ini ada dua istilah yang hampir
se kola h da sar di I ndonesia mem ilik i ma ta
sama, yaitu pendidikan jasmani dan aktivitas
pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan ke-
jasmani; keduanya memiliki keterkaitan yang
sehatan; mata pelajaran inilah yang mempunyai
sangat erat sehingga ada persamaan di antara
pera n utama dalam me ningkatk an aktiv itas
keduanya. Namun, juga memiliki perbedaan;
jasmani siswa sekolah dasar. Pada pertengahan
pendidikan jasmani selalu mencakup aktivitas
tahun 2013 telah diberlakukan kurikulum 2013,
jasmani, tapi kebalikannya tidak selalu benar.
dan pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan
Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan
di sekolah dasar mendapat alokasi waktu empat
memiliki peran yang lebih; merupakan bagian
jam pelajaran per minggu (Kemdikbud, 2013).
penting dari kurikulum sekolah yang dirancang
Kebijakan pemerintah Indonesia menambah jam
untuk membantu siswa dalam mengembangkan
pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
kesehatan di sekolah dasar menjadi empat jam
diperlukan untuk mempraktikkan gaya hidup aktif
perminggu tersebut merupakan kebijakan yang
dan sehat dalam hidupnya. Dalam pembelajaran
perlu mendapat apresiasi dari kalangan pembina,
pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan,
pemerhati, dan praktisi. Hal ini merupakan salah
seorang anak akan belajar tentang gerak dan
satu bentuk kepedulian pemerintah terhadap
belajar melalui gerak. Dengan belajar gerak, ia
kebutuhan gerak anak dan penanaman pola hidup
akan memiliki pemahaman tentang gerakan
aktif dan sehat sejak dini. Meskipun demikian,
jasmani sehingga menjadi “melek jasmani”, dan
belum menjamin bahwa siswa akan selalu aktif
melalui gerak tersebut ia akan paham tentang
bergerak di luar pembelajaran sehingga dapat
kehidupan nyata, sehingga akan bersikap dan
memenuhi anjuran NASPE (National Association for
berperilaku hidup aktif dan sehat seumur hidup.
Sport and Physical Education) yang menganjurkan
Aktivitas jasmani adalah setiap gerakan
agar setiap anak melakukan aktivitas jasmani
tubuh yang mengeluarkan energi. Sebagai contoh,
setidaknya 60 menit per hari, NASPE (2004); masih
melakukan latihan di pusat kebugaran, berjalan,
diperlukan upaya lanjutan untuk membantu siswa
berlari dan sebagainya merupakan aktivitas
agar tetap aktif meskipun di luar pembelajaran
jasmani. Aktivitas jasmani merupakan salah satu
pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan.
sasaran yang hendak dicapai di dalam pendidikan
Untuk itu, artikel ini ditulis untuk menggali dan
jasmani, olahraga, dan kesehatan; siswa menjadi
memberikan pemikiran tentang upaya-upaya
terbiasa melakukan aktivitas merupakan salah
strategis dalam meningkatkan aktivitas jasmani
satu indikator dari ke berhasil an pendi dikan
di lua r pe mbel ajar an p endi dika n ja smani,
jasmani, olahraga, dan kesehatan.
olahraga, dan kesehatan.
Trudeau & Shepherd, (2005) menyatakan
Berdasarkan uraian di atas, masalah yang
bahwa program pendidikan jasmani yang ber-
dibahas dan dipecahkan dalam artikel ini yaitu
kualitas dapat membantu dalam memelihara
“Strategi apakah yang perlu dilakukan dalam
kondisi tubuh yang sudah positif dan lebih me-
peningkatan aktivitas jasmani siswa sekolah dasar
ningkatkan aktivitas jasmani. Dengan demikian,
di Indonesia di luar jam pembelajaran pendidikan
dapat disimpulkan bahwa pendidikan jasmani
jasmani, olahraga, dan kesehatan?”
berperan dalam penanaman perilaku hidup aktif
Penulisan artikel ini bertujuan untuk mengkaji
kepada para siswa dan aktivitas jasmani meru-
akt ivit as j asma ni siswa sek olah dasar d an
pakan salah satu bentuk perilaku yang hendak
mem beri kan sumb anga n pe miki ran tent ang
dicapai dan sekaligus merupakan bentuk kegiatan
upaya-upaya strategis yang perlu dilakukan guna
yang dilakukan di dalam pendidikan jasmani,
meningkatkan aktivitas jasmani siswa sekolah
olahraga, dan kesehatan. Jika para siswa selalu
283
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 20, Nomor 2, Juni 2014
melakukan aktivitas jasmani meskipun tidak
(Comprehensive School Health/CSH). CSH ini
sedang dalam pembelajaran pendidikan jasmani,
mer upak an salah satu car a untuk meng hu-
olahraga, dan kesehatan, maka dapat dikatakan
bungkan kesehat an d an p endi dika n da lam
ba hwa pend idik an j asm ani, ola hrag a, d an
tataran sekolah (the school setting). Pembe-
kesehatan tersebut telah berhasil menjadikan
lajaran, lingkungan, dan layanan atau dukungan
siswa mempunyai kebiasaan hidup aktif.
dapat ditemui di sekolah sebagai dasar yang kuat
Dari seluruh uraian di atas yang dimaksud
dalam program CSH, semuanya itu perlu men-
aktivitas jasmani dalam kajian ini adalah seluruh
dap atka n dukung an y ang posi tif dari pihak
kegiatan jasmani siswa yang dilakukan secara
sekolah, keluarga di rumah, dan masyarakat.
sengaja dan mempunyai tujuan tertentu; di mana
Keterkaitan antara tiga unsur dan tiga lingkungan
dalam prosesnya mengandung unsur pembela-
disajikan pada Gambar 1.
jaran dan sekaligus wujud kesad aran siswa terhadap arti pentingnya aktivitas jasmani yang
PEMBELAJARAN
diperoleh dalam pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan.
RUMAH
Pola Pembinaan Peningkatan Aktivitas Jasmani Upaya pendidikan yang lengkap merupakan upaya
SEKOLAH
MASYARAKAT
pendidikan yang dalam pelaksanaannya melibatkan tiga pihak, yaitu sekolah, orangtua, dan masyarakat, serta didukung oleh pemerintah
Lingkungan
Layanan/Dukun
dal am hal p embi naan dan pendana anny a. Demikian halnya untuk peningkatan aktivitas jasmani siswa sekolah dasar. Sebagai salah satu upaya pendidikan, peningkatan aktivitas jasmani tidak hanya menjadi tanggung jawab sekolah,
Gambar 1 Keterkaitan Unsur-unsur Sekolah Sehat Paripurna (Comprehensive School Health/ CSH) Sumber: Ever Active Schools 2009
melainkan juga orangtua dan masyarakat. Kaidah semacam ini sudah diterapkan di dalam promosi
Kanada merupakan salah satu negara yang
sekolah sehat (The Health Promoting Schools/HPS)
siswanya masih kurang dalam melakukan aktivitas
pada skala internasional.
jasmani. Telah dilaporkan bahwa 65 persen dari
Dalam implementasinya, pola pembinaan
siswa di Kanada tidak mampu mempertahankan
harus menjamin bahwa aktivitas jasmani menjadi
jumlah aktivitas jasmani yang diperlukan untuk
bagian integral dari pendidikan jasmani dan
mencapai manfaat kesehatan (Irwin, 2007). Di
pendidikan secara umum. Setiap orang tua harus
dalam Panduan Aktivitas Jasmani di Kanada
memastikan bahwa sekolah menyediakan cukup
direkomendasikan agar anak dan remaja se-
wak tu d an k emam puan unt uk p eningkat an
tidaknya melakukan aktivitas jasmani harian
tersebut. Orang tua harus menanyakan kepada
selama 90 menit. Lebih jelasnya, anjuran tersebut
anaknya tentang aktivitas jasmani mereka dan
dit erap kan deng an cara 30 m enit dengan
pengalaman pendidikan jasmani di sekolah guna
keluarga, 30 menit dalam masyarakat, dan 30
mendukung kebiasaan hidup aktif dan sehat.
menit di sekolah untuk setiap harinya. Indonesia
Dengan demikian, anak merasa diperhatikan,
yang siswanya kurang aktif secara fisik lebih 50
sehingga semakin termotivasi untuk melakukan
persen belum membuat rekomendasi semacam
aktivitas jasmani. Masyarakat juga harus turut
ini; tidak ada peraturan yang menganjurkan
serta dalam pemberian kesempatan bagi anak-
apalagi mewajibkan perlunya siswa sekolah dasar
anak untuk melakukan aktivitas jasmani.
melakukan aktivitas jasmani minimal 60 atau 90
Di Kanada, program promosi sekolah sehat
menit setiap hari.
the Health Promoting Schools (HPS) diterapkan
Di Indonesia, program promosi sekolah sehat
dengan pendekatan Sekolah Sehat Paripurna
dibingkai dalam suatu program yang disebut
284
Widodo, Strategi Peningkatan Aktivitas Jasmani Siswa Sekolah Dasar di Luar Pembelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan di Indonesia
dengan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Di
jasmani, olahraga, dan kesehatan dan profesi
da lam pemb inaa nnya , U KS m elib atka n ti ga
sebagai guru pendidikan jasmani, olahraga, dan
kemente rian, yaitu Ke menterian Pendidikan
kesehatan. Keyakinan dan cara pandang yang
Nasional (sekarang menjadi Kementerian Pen-
benar perlu diramu dengan pola interaksi yang
didikan dan Kebudayaan), Kementerian Kese-
benar antara guru dengan siswa, proses belajar
hatan, dan Kementerian Dalam Negeri. Pelaksa-
mengajar yang harmonis, dan pencarian serta
naannya melibatkan sekolah, Puskesmas, dan
penerapan ilmu pendukung.
orang tua melalui komite sekolah. Jika dikaitkan
Gordon, L., dkk. dalam Spengler, J.O. (2012)
dengan program promosi sekolah sehat di Kanada
melaporkan hasil penelitiannya, bahwa partisipasi
dan juga di tingkat internasional, pembinaan dan
dalam pendidikan jasmani menyebabkan pe-
pelaksanaan UKS di Indonesia sebenarnya telah
ningkatan secara keseluruhan dalam aktivitas
menerapkan konsep Sekolah Sehat Paripurna
yang moderat menuju partisipasi dalam aktivitas
(Comprehensive School Health/CSH).
jasmani yang kuat dan dapat memberikan man-
UKS di Indonesia lebih banyak menggarap
faat bagi kesehatan dan mengurangi resiko
tentang kesehatan pada awal pembentukannya;
obesitas. Oleh karena itu, selain memotivasi dan
‘m uata n ak tivi tas jasm ani untuk me ncap ai
membantu siswa untuk meningkatkan kompetensi,
kebugaran jasmani yang baik masih sangat
guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan
kurang. Namun, pada puluhan tahun terakhir,
sebagai penggerak harus mengatur pola dan
sejak ditetapkannya klasifikasi sekolah sehat
memberikan peluang untuk kegiatan di luar jam
menjadi empat klasifikasi yaitu sekolah sehat
pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan
minimal, standar, optimal, dan paripurna, maka
kesehatan.
sekolah sehat dengan klasifikasi tertinggi/sekolah
Berpartisipasi dalam komite kesehatan di
se hat pari purna ha rus menerap kan konsep
sekolah dan membangun komunikasi dengan guru
sekolah sehat paripurna (Comprehensive School
kelas, tenaga pelayanan menu makanan, tenaga
Health/CSH) dengan menempatkan aktivitas
adm inistrasi, d an b agia n kurikulum, dap at
jasmani sebagai satu kesatuan untuk menjadikan
me nduk ung
siswa yang aktif dan sehat.
Comprehensive School Health (Castelli & Beighle,
pencapai an
tujuan
p rogr am
Dari seluruh uraian di atas dapat disimpulkan
2007). Untuk itu, langkah awal untuk melibatkan
bahwa pola pembinaan peningkatan aktivitas
seluruh guru di dalam program Comprehensive
ja smani si swa sekolah dasar a dala h pola
School Health, khususnya dalam aktivitas jasmani
pembinaan yang melibatkan tiga unsur utama,
harian (Daily Physical Activity) yaitu sosialisasi oleh
yaitu orang tua, sekolah, dan masyarakat, dimana
kepala sekolah tentang program tersebut pada
di dalamnya terdapat aspek-aspek pembelajaran,
setiap kesempatan pertemuan dengan para guru
penataan lingkungan dan pelayanan.
dan staf sekolah (Pangrazi, 2007). Arah dari sosialisasi adalah terwujudnya kesadaran guru
Strategi Peningkatan Peran Guru
kelas dan staf sekolah lainnya bahwa pengem-
Guru mempunyai peran penting dan utama dalam
bangan siswa yang aktif dan sehat merupakan
pelaksanaan program di sekolah. Khusus untuk
upaya sekolah yang cakupannya cukup luas dan
peningkatan aktivitas jasmani harian ( Daily
perlu keterlibatan seluruh pihak.
Physical Activity/DPA) di sekolah, guru pendidikan
Pa ra g uru kela s ya ng ada di sekol ah
jasmani, olahraga, dan kesehatan harus memiliki
hendaknya juga diberi penjelasan tentang tujuan
peran lebih dari guru lainnya, dia harus menjadi
dan manfaat dari program pendidikan jasmani dan
pe lopor da n inovat or p rogr am. Untuk it u,
aktivitas jasmani harian, sehingga dalam ke-
peningkatan kemampuan dan kompetensi harus
seharian mengajarnya akan mengintegrasikan
dilakukan agar guru memiliki kemampuan dan
pengetahuan kesehatan ke dalam mata pelajaran
keyakinan yang kuat. Widodo (2012) mengatakan
lai nnya ; me njad ikan akt ivit as j asma ni d an
bahwa keyakinan yang didasari oleh kompetensi
kesehatan sebagai subjek atau bahan penyusuan
yang memadai akan menghasilkan cara pandang
mat eri p elajar an il mu-il mu sosial; berse dia
yang benar dan inovatif tentang pendidikan
mengajak siswanya bergerak sejenak (selama
285
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 20, Nomor 2, Juni 2014
tiga sampai lima menit) di sela-sela pembe-
mengembangkan motivasi intrinsik sehingga
lajarannya; dan mengintegrasikan pengetahuan
dapat menghasilkan pola aktivitas jasmani seumur
kesehatan ke mata pelajaran lainnya, misalnya,
hidup.
dengan menggunakan prediksi, rasio, grafik,
Program Penghargaan; selain menggunakan
pecahan, dan aplikasi statistik lainnya dalam
sumber daya yang disebutkan di atas, guru juga
pembelajaran di kelas.
dapat membuat program penghargaan untuk
Eksplorasi Sumber Daya untuk Guru; guru
menjadikan siswa terlibat dalam aktivitas jasmani
dalam mengembangkan aktivitas jasmani harian
di luar sekolah. Program penghargaan dapat
( Dai ly Physical Activi ty ) di sekolah dap at
dilakukan dengan mengumpulkan poin yang dapat
memanfaatkan sumber daya yang ada di luar
ditukarkan dengan hadiah dari pedagang dan
sekolah. Beberapa sumber daya
untuk mendu-
kelompok bisnis di sekitarnya, atau mendapatkan
kung pelaksanaan dan memperkaya kegiatan
hadiah paket perjalanan ke tempat wisata, tiket
ter sebut antara lai n: 1 ) Pa ndua n Pe nila ian
menonton pertandingan olahraga, jelajah alam,
Kemampuan Dasar Motorik untuk Siswa SD Kelas
atau tempat lain yang tersedia. Berjalan ke
1-3 (usia 6-9 tahun) yang disusun oleh Widodo
sekolah, bersepeda ke sekolah, dan lompat tali
(2011a); 2) Tes dan Pengukuran Kemampuan
(jump rope) dapat mendorong partisipasi siswa.
Dasar Motorik untuk Siswa SD Kelas 4-6 (usia 10-
Guru dapat menetapkan persyaratan sendiri untuk
12 tahun), yang disusun oleh Widodo (2011b); 3)
seberapa lama atau seberapa sering para siswa
Kalender Kegiatan Sekolah Aktif yang menun-
per lu t erli bat dala m ak tivi tas jasm ani dan
jukkan ide-ide aktivitas untuk guru kelas dan
mendokumentasikan waktu yang dihabiskan
keluarga untuk setiap hari dalam setahun dan
siswa dalam aktivitas jasmani, sehingga mereka
setiap bulan diselenggarakan berbagai tema dari
mendapatkan penghargaan di akhir semester
PBB Ta hun 2005 seb aga i ta hun Pend idik an
atau tahun.
Jasmani dan Olahraga; 4) Buku Saku Aktivitas
Program penghargaan seperti di atas sudah
Jasmani Harian Pendidikan Alberta memberikan
dilakukan oleh beberapa rintisan model sekolah
petunjuk praktik, tes aktivitas kelas untuk guru,
sehat (MSS) dalam pembudayaan hidup aktif dan
permainan, dan aktivitas luar ruang; 5) Hari
sehat (HAS), yaitu dalam langkah memperta-
“Berjalan ke Sekolah” Internasional disponsori
hankan perilaku yang diharapkan; meskipun
oleh “Go for Green” adalah cara yang bagus untuk
pemberian insentif tersebut hanya diberikan untuk
memulai komitmen baru sekolah menerapkan
perilaku yang muncul di sekolah (bukan di luar
transportasi aktif; 6) The Summer Active School
sekolah). Dalam pembudayaan hidup aktif dan
Resource Guide yang menyediakan informasi
sehat, siswa yang
aktivitas jasmani dan makanan sehat bagi orang
penghargaan secara berjenjang; untuk satu
tua, guru, dan pemimpin masyarakat untuk
perilaku positif akan mendapatkan satu “kupon
mendukung gaya hidup sehat di sekolah; dan 7)
HAS”, dan untuk 10 kupon HAS akan mendapatkan
The President’s Councils on Physical Fitness and
sebuah “Pin HAS”, dan kelas yang siswanya
Sports; organisasi ini memberikan peluang online
terbanyak mendapatkan “Pin HAS” akan men-
bagi siswa untuk melacak pola aktivitas jasmani
dapatkan “Kostum HAS”. Cara ini cukup efektif
dan insentif guna mendorong partisipasi siswa.
dal am m emot ivasi si swa dan kela s untuk
Karena siswa memiliki kesempatan terbatas untuk
berperilaku HAS (Widodo, 2013).
berperilaku positif diberikan
aktif di kelas pendidikan jasmani, olahraga, dan
Pemberian tugas di rumah yang lebih dikenal
kesehatan, berpartisipasi dalam program ini dapat
dengan istilah “PR” (pekerjaan rumah) dapat
mendorong mere ka ter libat dalam kegia tan
diramu lebih baik untuk menjadikan siswa lebih
tam baha n ba ik secar a pe rora ngan maupun
aktif. Pemberian tugas berupa mengerjakan soal-
dengan teman atau anggota keluarga. Dokumen
soal dalam LKS (lembar kegiatan siswa) harus
aktivitas jasmani siswa dalam formulir program
dikurangi bahkan dihilangkan dan diganti dengan
dapat dilacak dan dapat memberikan arahan atas
penugasan gerak atau aktivitas jasmani secara
partisipasi mereka. Pengetahuan tentang perilaku
nyata. Banyak cara yang dapat ditempuh dalam
ak tivi tas jasm ani dap at m emba ntu mere ka
memberikan tugas/pekerjaan rumah
286
agar siswa
Widodo, Strategi Peningkatan Aktivitas Jasmani Siswa Sekolah Dasar di Luar Pembelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan di Indonesia
semakin aktif, salah satunya guru dapat membuat
pendidikan anak, maka anak tidak akan
lembar aktivitas jasmani dengan memodifikasi
mam pu
dari sumber aslinya agar sesuai dengan kebu-
kepribadian utama, selama ia tidak melihat
tuhan; misalnya dari activitygram. Activitygram
sang pendidik sebagai teladan dan memiliki
ada lah komp onen
nilai-nilai moral yang tinggi.
sof twar e untuk
loggi ng
m emenuhi
prinsip- prinsip
dan
fitnessgram di mana siswa dapat memantau dan
Keterlibatan Orang tua dan Masyarakat;
merekam pola aktivitas jasmani mereka sehari-
Lambdin & Erwin (2007) menyarankan agar dalam
hari. Terdapat dua sumber daya dalam activity-
melawan epidemi obesitas dan menciptakan
gram, yaitu Log Activity dan AG Lite. Activitygram
komunitas sekolah yang aktif dan sehat, guru dan
mendorong aktivitas sehari-hari selama 60 menit
staf sekolah harus bekerja sama dan melibatkan
dan memberikan laporan tentang pribadi siswa
masyarakat. Guru harus memiliki kesempatan
yang dapat
mendorong siswa untuk menetapkan
untuk membangun atau memperluas kemitraan
tujuan kegiatannya. Log Activity adalah alat logging
dengan masyarakat dan para komunitas aktivitas
selama tiga hari yang menekankan kebutuhan
ja smani da n ke seha tan unt uk m enci ptak an
aktivitas jasmani setidaknya 60 menit sehari. AG
kesempatan bagi siswa agar aktif ketika berada
Lite adalah kegiatan survei dengan 15 pertanyaan
di luar sekolah. Program-program kemasya-
dalam aplikasi siswa. Fitur ini pengukur tingkat
rakatan termasuk olahraga masyarakat harus
aktivitas fisik anak sebelum, selama, dan setelah
diperluas cakupannya sehingga dapat memberi
sekolah, serta waktu menetap. Setelah selesai,
kesempatan kepada anak-anak untuk mempro-
anak-anak menerima hasil pribadi dan memiliki
mosikan aktivitas jasmani dengan biaya murah.
akses untuk bermain game yang fokus pada
Keterlibatan masyarakat dalam perencanaan,
kegiatan seumur hidup (Activitygram, www.
atau menjadi juru bicara ketika akan dilakukan
cooperinst.org/ftgmain.asp).
pe mbanguna n untuk meng emba ngka n at au
Keteladanan; selain memberikan kesempatan
restrukturisasi fasilitas umum, dapat memiliki
aktivitas jasmani kepada siswa, juga penting
dampak besar pada siswa dan masyarakat. Akses
untuk memberikan contoh atau “model” perilaku
ke fasilitas umum, seperti jalur sepeda, taman,
hidup aktif dan sehat. Jika guru pendidikan
atau tempat bermain, dapat menjadi tujuan
jasmani, olahraga, dan kesehatan tidak mem-
pe rbai kan yang dit arge tkan. Pr omosi at au
praktikkan isi pengajarannya tidak akan memiliki
penggalangan dana untuk pembuatan lintasan
pengaruh yang kuat pada siswa. Metode pe-
sepanjang kanal air, rel kereta api yang sudah
neladanan merupakan metode yang paling efektif
tidak digunakan atau lahan fasilitas umum di
yang ha rus dite rapk an oleh para gur u ji ka
perumahan dapat memberikan kesempatan untuk
menginginkan terbentuknya siswa yang ber-
melakukan aktivitas jasmani yang lebih intensif.
karakter. Nashih Ulwan yang dikutip Ramayulis
Penelitian kesehatan telah menunjukkan bahwa
dalam Widodo (2012) menyatakan bahwa:
memiliki peralatan rekreasi di rumah, serta fasilitas
Masalah keteladanan menjadi faktor penting
rekreasi atau jalan di lingkungan rumah tinggal,
dalam hal baik buruknya anak, jika pendidik
dapat meningkatkan partisipasi dalam aktivitas
jujur, dapat dipercaya, berakhlak mulia, berani
jasmani (Humpel, Owen, & Leslie, 2002).
dan menjauhkan diri dari perbuatan yang
Dari seluruh di atas dapat disimpulkan bahwa
bertentangan dengan ajaran agama, maka
strategi peningkatan peran guru dalam pening-
anak akan tumbuh menjadi anak yang jujur,
katan aktivitas jasmani dapat dilakukan melalui
dapat dipercaya, berakhlak mulia, berani dan
peningkatan: 1) peran guru sebagai pelopor dan
menjauhkan diri dari perbuatan yang ber-
inovator program; 2) partisipasi guru dalam komite
tentangan dengan ajaran agama. Dan jika
kesehatan di sekolah; 3) upaya guru dalam
pendidik pembohong, berkhianat, durhaka,
pemanfaatan sumber daya yang ada di luar
kikir, penakut, dan hina, maka bagaimanapun
sekolah; 4) penerapan program penghargaan; 5)
suci dan beningnya fitrah, sebesar apapun
peramuan “PR” (pekerjaan rumah) untuk men-
usaha dan sarana yang dipersiapkan untuk
jadikan siswa lebih aktif; 6) keteladanan atau
287
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 20, Nomor 2, Juni 2014
pemodelan; dan 7) membangun atau memperluas
terurai dengan jelas tentang tujuan kegiatan,
kemitraan dengan masyarakat dan para komu-
bentuk kegiatan, waktu pelaksanaan, tempat
nitas aktivitas jasmani dan kesehatan.
pelaksanaan, dan cara pelaksanaannya. Kejelasan dari semua unsur tersebut dapat memu-
Strategi pada Tingkat Sekolah
dahkan setiap pihak yang berkepentingan untuk
Ada tiga hal utama yang perlu dilakukan oleh
berpartisipasi maupun mengaksesnya. Akhir-akhir
sekolah dalam rangka peningkatan aktivitas
ini banyak siswa sekolah dasar yang berasal dari
jasmani di luar jam pembelajaran pendidikan
keluarga yang kedua orang tuanya bekerja, atau
jasmani, olahraga, dan kesehatan, yaitu: 1)
ora ng tua tunggal ( si ngl e pa rent ), mere ka
perbaikan manajeman sekolah, 2) penyusunan
membutuhkan program setelah sekolah (Graham,
pr ogra m ak tivi tas jasm ani hari an; dan 3)
20 06). Sek olah dap at memb erik an l ayanan
penataan ruang dan perlengkapan.
aktivitas jasmani di sekolah setelah selesai semua
Perbaikan Manajemen Sekolah; terlaksa-
pelajaran. Selain program berjalan dan berlari,
nanya program aktivitas jasmani harian di luar jam
jenis aktivitas yang tidak bersifat kompetisi dapat
pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan
memberikan kesempatan yang leluasa kepada
kesehat an m enuntut dukungan manajem en
si swa untuk se maki n ak tif. Pengelompok an
sekolah yang baik dan transparan. Membentuk
berdasarkan usia dapat diterapkan untuk aktivitas
tim kepemimpinan penguat adalah salah satu cara
yang lebih khusus dan permainan; dengan cara
yang perlu dilakukan. Tim kepemimpinan disusun
ini akan terjadi bimbingan dari teman sebaya.
dari perwakilan-perwakilan administrasi sekolah,
Mengena i be ntuk akt ivit as j asma ni b eser ta
guru, dan staf yang berfungsi sebagai penggerak
pelaksanaannya dapat dilihat pada penjelasan
dan mem beri kan kepe mimp inan yang te rus
tentang praktik peningkatan aktivitas jasmani di
menerus
luar jam pelajaran pendidikan jasmani, olahraga,
untuk memastikan secara detail bahwa
seluruh rencana telah dilaksanakan. Pemilihan
dan kesehatan di bawah.
anggota tim dapat dilakukan dengan berbagai
Menyedi akan Rua ng d an Perle ngka pan
cara, yaitu: pemilihan, sukarela, dan penunjukan.
Bermain Sesuai Usia Perlengkapan bermain,
Di antara ketiga cara tersebut, cara pemilihan
apakah struktur tetap (perkakas) atau barang
adalah cara yang paling baik untuk menyeleksi
bergerak (peralatan), perlu disesuaikan dengan
anggota-anggota tim.
usia siswa. Ketika siswa memiliki perlengkapan
Setelah tim kepemimpinan dibentuk, perlu
yang sesuai dan menarik perhatiannya, tingkat
dilakukan pembagian tugas yang jelas untuk
aktivitas akan meningkat dan permasalahan yang
mewujudkan operasi yang efektif. Operasi yang
ada dapat berkurang (Hudson, 2005). Barang
ef ekti f be rdasarka n t im m erup akan kunci
bergerak/peralatan (bola, hola-hoops, tali, dll)
ke berhasil an p elak sana an r enca na sekol ah
harus tersedia untuk mendukung aktivitas jasmani
secara menyeluruh. Demikian temuan beberapa
sebelum dan sesudah sekolah serta selama
peneliti yang dihimpun oleh Colvin (2008), antara
istirahat. Disarankan bahwa setidaknya satu
lain: 1) Colvin dkk., 1993; 2) OSEP Center on
bagian dari peralatan harus tersedia untuk setiap
Positive and Behavioral Interventions an Support,
10 siswa
2004; 3) Sprick, Sprick & Garrison, 1992; dan 4)
Memperkenalkan berbagai alat dan perlengkapan
Todd, Horner, Sugai, Sprague, 1999. Lebih lengkap
dapat menambah kepercayaan diri
Colvin menjelaskan bahwa setelah tim kepe-
untuk ikut serta dalam bermain. Setiap peralatan
mimpinan terbentuk perlu melakukan: 1) pene-
hendaknya d iide ntif ikasi da n di beri tanda
tapan peran dan tanggung jawab; 2) pengem-
peruntukannya, misalnya untuk anak kelas 1-3,
bangan sistem komunikasi dan koordinasi; 3)
kelas 4-6; dan setiap area hendaknya diberi
pengembangan proses pembuatan keputusan
pemisah yang tidak membahayakan siswa.
yang berkelanjutan; dan 4) penggunaan checklist untuk pengontrolan proses.
selama masa istirahat (Hudson, 2005). para siswa
Forum Orang tua; Morgan & Morgan (2004) menyatakan bahwa keluarga mempunyai peran
Pe nyusunan Program Akt ivit as J asma ni
yang besar dalam sistem dukungan sosial guna
Harian; program aktivitas jasmani harian harus
mengembangkan perilaku sehat, namun pada
288
Widodo, Strategi Peningkatan Aktivitas Jasmani Siswa Sekolah Dasar di Luar Pembelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan di Indonesia
kenyataannya sering diabaikan. Untuk membe-
pe ndid ikan jasmani be rsam a te man- tema n,
rikan dan meningkatkan peran orang tua dalam
keluarga, dan bahkan masyarakat di sekitarnya.
meningkatkan aktivitas jasmani para siswa,
Menyadari kondisi siswa
yang masih kurang
sekolah perlu membuat forum orang tua untuk
dalam melalukan aktivitas jasmani, yayasan
aktivitas jasmani. Mengingat sekolah dasar di
pendidikan Alberta (Alberta, 2004) di Kanada
perkotaan, sebagian besar orang tua bekerja
menerapkan program Aktivitas Jasmani Harian
pada si ang hari sehingga jarang sek ali ada
(Daily Physical Activity/DPA), yaitu kebijakan yang
kesempatan untuk dapat mengumpulkan mereka
mengharuskan semua siswa kelas 1 sampai 9 aktif
dalam sebuah forum, Morgan & Morgan (2004)
secara jasmani selama setidaknya 30 menit setiap
berinisiatif untuk membuat kegiatan dengan nama
hari dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh
“Malam Keluarga”. Malam keluarga dilakukan
sekolah. Perlu diketahui bahwa di sekolah dasar
untuk dijadikan malam komunikasi antara orang
Alberta pelajaran pendidikan jasmani dilaksa-
tua dengan sekolah, khususnya yang terkait
nakan tiga kali seminggu. Pada hari di mana tidak
de ngan akt ivit as j asm ani dan untuk me m-
ada jam pelajaran pendidikan jasmani, guru
promosikan program pendidikan jasmani selain
memberikan beberapa jenis aktivitas jasmani pada
aktivitas jasmani di luar sekolah. Hasilnya, ketika
tempat-tempat yang berbeda di sekitar sekolah
anggota keluarga dan yang lainnya mengenal
seperti taman bermain, arena skating, kelas, dan
tentang komponen program pendidikan jasmani
lapangan selama 30 menit. Pendidikan Alberta
dan tujuan program dicoba untuk diraihnya,
meyakini bahwa dengan aktivitas jasmani tersebut
dukungan lebih jauh terhadap program dan
anak merasa lebih baik terhadap diri dan ke-
dorongan untuk berpartisipasi dalam aktivitas
mam puan jasmani mer eka, sehingg a da pat
jasmani di luar sekolah sering mencapai hasilnya
mengatasi stres dengan lebih baik. Sekolah
(Morgan & Morgan 2004).
Alberta melaporkan bahwa
anak-anak yang telah
Dari seluruh uraian tentang strategi pada
berpartisipasi dalam pendidikan jasmani selama
tingkat sekolah di atas dapat disimpulkan bahwa
berhari-hari di sekolah juga lebih mungkin aktif
sekolah perlu melakukan perbaikan manajemen
dal am wak tu se nggang mere ka. Para si swa
sekolah, penyusunan program aktivitas jasmani
menjadi
harian, dan penataan ruang dan perlengkapan.
dan menghafal, serta lebih kreatif dan siap untuk
Ope rasi onal isasi da ri upaya ter sebut da pat
belajar.
lebih baik dalam matematika, membaca
dilakukan dengan cara pembentukan tim ke-
Salah satu tujuan dari program aktivitas
pemimpinan penguat dengan pembagian tugas
jasmani harian (Daily Physical Activity), yaitu untuk
yang jelas, penyusunan program aktivitas jasmani
membantu siswa mengembangkan gaya hidup
harian, memberikan layanan aktivitas jasmani di
aktif dan sehat. Aktivitas jasmani harian tersebut
se kola h se tela h se lesa i
pela jara n,
dilakukan dengan cara antara lain: 1) menye-
penyediaan ruang dan perlengkapan bermain,
se mua
lenggarakan kegiatan yang berbeda; 2) mem-
dan membtuk forum orang tua.
pertimbangkan kemampuan setiap siswa; 3) memanfaatkan sumber daya dalam sekolah dan
Praktik Peningkatan Aktivitas Jasmani di Luar
komunitas yang lebih besar; 4) memberi kesem-
Jam Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga,
patan kepada siswa untuk memiliki pilihan dalam
dan Kesehatan
keg iata n ja smani yang di tawa rkan ( Al ber ta
Dalam peningkatan kualitas jasmani melalui gaya
Education’s Daily Physical Activity Policy Statement,
hidup aktif dan sehat, siswa selain menjadi subjek
dalam Alberta Education (2006)
dan objek juga dapat menjadi agen peningkatan
Panduan Aktivitas Jasmani Kanada mereko-
bagi keluarga dan masyarakat. Untuk itu, perlu
mendasikan agar anak-anak dan remaja mela-
adanya penggabungan upaya guru pendidikan
kukan aktivitas jasmani setidaknya 90 menit per
ja smani, olahr aga, da n ke seha tan deng an
hari; penetapan waktu ini lebih lama dari batas
sekolah dan keluarga secara profesional. Dengan
minimal yang di anjurkan NASPE ( Na tional
demikian, siswa akan terbantu dalam
menjalani
Association for Sport and Physical Education)
gaya hidup aktif dan sehat di luar program
sebesar 60 menit. Dikarenakan para siswa telah
289
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 20, Nomor 2, Juni 2014
diupayakan untuk aktif setidaknya selama 30
dengan sekolah dan keluarga secara professional,
menit per hari di sekolah maka masih kurang 60
dan penerapan kebijakan yang mengharuskan
menit. Kekurangannya dapat dilakukan di rumah
semua siswa aktif secara jasmani dalam satuan
atau di masyarakat, baik dalam aktivitas yang
waktu tertentu. Bentuk kegiatan yang dapat
terorganisir maupun waktu bermain bebas.
dilakuan adalah penerapan program transportasi
Salah satu bentuk kegiatan di dalam program aktivitas jasmani harian (Daily Physical Activity) di
aktif dan model “Bus Sekolah Berjalan (the Walking School Bus)”.
sekolah Alberta adalah “mengajak anak untuk perg i dan pulang sekol ah”. Kegiata n ini di-
Peningkatan Aktivitas Jasmani di Indonesia
la tarb elak angi
t ua
Indone sia mela lui Keme nter ian Pend idik an
berkendara saat mengantar anak-anak mereka
ole h b anya knya
ora ng
Nasional (sekarang Kementerian Pendidikan dan
ke sek olah. Ha l ini me njad ikan ana k-anak
Kebudayaan) sebenarnya telah menerapkan
kehilangan kesempatan besar untuk menda-
konsep Sekolah Sehat Paripurna (Comprehensive
patkan udara segar dan aktivitas jasmani dan
School Health/CSH) melalui program UKS dan
menghab iska n wa ktu deng an k elua rga dan
strategi peningkatan aktivitas jasmani melalui
teman-teman. Beberapa sekolah menanggapi hal
program rintisan Model Sekolah Sehat (MSS) sejak
ini dengan melakukan program transportasi aktif
tahun 2007. Namun, seiring dengan dibubar-
(misalnya, membentuk grup berjalan atau beroda)
kannya Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani
ketika berangkat dan pulang sekolah. Salah satu
(Pusjas) selaku pengembang program UKS dan
model yang disebut “Bus Sekolah Berjalan (the
MSS sebagai hasil dari reformasi birokrasi internal
Walking School Bus)” melibatkan sukarelawan
(RBI) di Kementerian Pendidikan Nasional pada
dewasa untuk bertindak sebagai “sopir bus”
tahun 2010, program tersebut semakin memudar
menjemput siswa dari seluruh lingkungan dan
gaung dan hasilnya.
be rjal an b ersa ma m erek a ke sek olah. Pa ra
Model Sekolah Sehat rintisan yang telah
relawan ini seorang tua (senior) yang menda-
dibentuk oleh Pusat Pengembangan Kualitas
patkan manfaat dari latihan dan menikmati
Jasmani (Pusjas) sebanyak 21 sekolah sampai
kebersamaan dengan anak-anak. Ketika anak-
dengan tahun 2010. Sekolah tersebut, antara lain:
anak tinggal terlalu jauh dari sekolah untuk
1) SMP Negeri 6 Banjarmasin, 2) SMA Negeri 7
bergabung dengan sebuah bus sekolah berjalan,
Banjarmasin, 3) SD Negeri 09 Sungai Kunyit
orang tua mereka dapat membawa mereka ke
Mempawah, 4) SMP Negeri 2 Mempawah Hilir, 5)
lokasi tempat berkumpul “drop-off zona” yang tidak
SMK Negeri I Mempawah Hilir, 6) SD Negeri 11 Kota
jauh dari sekolah. Seorang relawan dewasa
Mataram,7) SMA Negeri 7 Kota Mataram, 8) SMP
menemani siswa pada titik drop-off dan berjalan
Negeri 10 Kota Malang, 9) SD Negeri Tamanan Kota
dengan mereka ke sekolah. Jika siswa tidak turut
Kediri, 9) SMA Negeri 1 Rajagaluh Kab. Majalengka
ser ta
Sekol ah
10) SD Nege ri Surya kencana, CBM , Kota
Berjalan”, mereka hanya ke sekolah dengan alat
Sukabumi, 12) SMP Negeri 3 Rangkasbitung,
transportasi yang menuntut aktivitas jamani
Lebak, 13) SDN Kotowinanungun 4 Kota Salatiga,
seperti bersepeda, roller blades, atau skateboard.
14) SDN Kaliurang 2 Sleman, 15) SDN Kalianda 1
Untuk membantu anak-anak yang datang ke
Lampung Selatan, 16) SMPN 2 Kota Tegal, 17)
sekolah dengan bersepeda, roller blades, atau
SMPN 3 Pajangan Bantul, 18) SMPN 2 Kota Metro,
skateboard, sekolah: 1) menyediakan tempat yang
19) SMKN I Miri Sragen, 20) SMAN 8 Kota
aman untuk menyimpan peralatan selama di
Yogyakarta, dan 21) SMAN 6 Kota Bandarlampung.
sekolah; 2) mendesain “roda” pintu masuk ke
Khusus sekolah pada urutan 13 s.d. 21 dibentuk
halaman sekolah; dan 3) mendidik orang tua dan
dan dikembangkan pada tahun 2010.
b ersa ma-sama
dala m
“Bus
anak-anak tentang perlengkapan keselamatan yang benar untuk setiap jenis transportasi. Dari seluruh uraian di atas dapat disimpulkan,
Pada Model Sekolah Sehat rintisan tersebut te lah dila kuka n pe mbi naan dan ter hada p
se luruh
wa rga
sekolah
pel atihan tent ang
bahwa d alam pra ktik peningk atan akt ivit as
penerapan perilaku hidup aktif dan sehat dan
jasmani perlu adanya penggabungan upaya guru
pemberian bantuan peralatan untuk mendukung
290
Widodo, Strategi Peningkatan Aktivitas Jasmani Siswa Sekolah Dasar di Luar Pembelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan di Indonesia
program tersebut. Perintisan secara intensif
Simpulan dan Saran
dilaksanakan di empat Model Sekolah Sehat (MSS)
Simpulan
rintisan melalui penelitian tindakan sekolah pada
Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan
ta hun 2009 , ya itu: 1) SMAN Ra jaga luh di
merupakan bagian penting dari kurikulum sekolah
Kabupaten Majalengka, 2) SMPN 3 Rangkasbitung
yang dirancang untuk membantu siswa mengem-
di Kabupaten Lebak, 3) SDN Tabanan di Kota
bangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap
Kediri, dan 4) SDN CBM Suryakencana di Kota
untuk menjadi aktif dan sehat dalam hidupnya.
Sukabumi. Hasil penelitian tindakan di empat
Jika para siswa selalu melakukan aktivitas jasmani
se kola h
bahwa
meskipun tidak sedang dalam pembelajaran
pembudayaan hidup aktif dan sehat di model
pendidikan jasmani, maka dapat dikatakan bahwa
sekolah sehat meliputi tujuh langkah dan pada
pendidikan jasmani telah berhasil menjadikan
langkah ke tiga adalah mengajarkan perilaku yang
siswa mempunyai kebiasaan hidup aktif.
te rseb ut
t ela h
di laporkan
diharapkan. Bentuk kegiatan pada langkah ketiga
Pola
p embi naan
peningk atan
akt ivit as
ini yaitu: 1) instruksi melalui pengeras suara setiap
jasmani harus merupakan bagian integral dari
hari; 2) ceramah umum dalam setiap upacara; 3)
upaya pendidikan yang dalam pelaksanaannya
kompetisi harian (KOHAR), kompetisi mingguan
melibatkan tiga pihak, yaitu sekolah, orang tua,
(KOMING), kompetisi bulanan (KOLAN), kompetisi
dan masyarakat, serta didukung oleh pemerintah
lingkungan dan tanaman (KOLITA); 4) membawa
dalam hal pembinaan dan pendanaannya. Pola
sapu tangan atau tisu setiap hari; 5) keluar kelas
tersebut dikemas dalam sebuah program promosi
pada saat jam istirahat; 6) GEMES (gerakan
sekolah sehat (The Health Promoting Schools/HPS)
meniru semut) dalam bentuk memungut sampah
atau Sekolah Sehat Paripurna (Comprehensive
pada akhir upacara bendera; dan 7) Keke Apek
School Health/CSH).
(kerja bakti kebersihan kelas pada akhir pekan).
Strategi pelaksanaan aktivitas jasmani di luar
Jadi, aktivitas jasmani harian (Daily Physical Activity/
jam pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga,
DPA) yang diterapkan di dalam pembu-dayaan
dan kesehat an d apat dil akuk an p ada dua
hidup aktif dan sehat (HAS) berupa kompetisi
tingkatan utama, yaitu
olahraga harian yang dilakukan saat jam istirahat,
guru dan strategi pada tingkatan sekolah.
di mana sel uruh siswa harus kel uar kela s. (Widodo, 2013).
strategi pada tingkatan
Upaya strategi pada tingkatan guru, antara lain meliputi: 1) pemberian peran yang dominan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
kepada guru pendidikan jasmani, olahraga, dan
Indone sia mela lui Keme nter ian Pend idik an
kesehatan untuk menjadi pelopor dan inovator
Nasional (sekarang Kementerian Pendidikan dan
program; 2) pemberian sosialisasi oleh kepala
Kebudayaan) telah melakukan upaya peningkatan
sekolah tentang program aktivitas jasmani di luar
aktivitas jasmani, yaitu berupa penerapan konsep
jam pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan
Sekolah Sehat Paripurna (Comprehensive School
kesehatan kepada para guru dan seluruh staf
Health/CSH) melalui program UKS dan strategi
se kola h;
peningkatan aktivitas jasmani melalui program
ke seha tan ke m ata pel ajar an l ainnya d an
rintisan Model Sekolah Sehat (MSS) di 21 sekolah;
menjadikan aktivitas jasmani dan kesehatan
perintisan secara intensif baru dilaksanakan di
sebagai subjek atau bahan penyusunan materi
empat sekolah pada tahun 2009. Informasi terbaru
pelajaran ilmu-ilmu sosial; 4) penerapan bergerak
mengenai keberlangsungan dan perkembangan
sejenak di sela-sela pembelajaran di kelas; 5)
program-program tersebut tidak dapat diakses
pemanfaatan sumber daya yang ada di luar
ke mbal i
se iring
Pe ngem bang an
3)
pe nginteg rasi an
p enge tahuan
de nga n
di tutupnya
Pusat
sekolah dalam pengembangan aktivitas jasmani
K uali tas
Jasm ani
sela ku
harian; 6) pengembangan program insentif untuk
penanggung jawab program tersebut.
meningkatkan motivasi siswa dalam melakukan aktiv itas jasmani di luar jam pembela jaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan dan sek alig us b erfungsi seb agai str ateg i untuk me mper taha nkan per ilak u ak tif yang tel ah
291
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 20, Nomor 2, Juni 2014
terwujud; 7) meramu pemberian pekerjaan rumah
secara intensif dilakukan pada tahun 2009 melalui
(PR) untuk menjadikan siswa lebih aktif; 8)
penelit ian tind akan sek olah di empa t MSS.
keteladanan oleh guru untuk berperilaku hidup
Namun, program ini tidak ada lagi aktivitasnya
aktif dan sehat; 9) membangun atau memperluas
setelah Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani
kemitraan dengan orang tua, masyarakat, dan
selaku penanggung jawab program pada tahun
para komunitas aktivitas jasmani dan kesehatan.
2010 mengalami reformasi birokrasi internal
Upaya strategi pada tingkat sekolah, antara
(b erga bung dengan uni t ut ama lainnya di
lain meliputi: 1) perbaikan manajemen sekolah
lingkungan Kemendikbud).
dengan membentuk tim kepemimpinan penguat; 2) penyusunan program aktivitas jasmani harian;
Saran
3) penataan ruang dan perlengkapan; dan 4)
Beb erap a
penyelenggaraan forum orang tua.
berdasarkan simpulan di atas, antara lain: 1)
sa ran
yang
per lu
d isam paik an
Praktik peningkatan aktivitas jasmani di
usaha kesehatan sekolah (UKS) sebagai wadah
sekolah dasar perlu menggabungkan upaya guru
pembinaan peningkatan kualitas jamani yang
pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan
menggunakan konsep sekolah sehat paripurna
dengan sekolah dan keluarga secara profesional.
( Com prehensiv e School Healt h/CSH) p er lu
Target dari praktik tersebut adalah
terjadinya
ditingkatkan perannya dalam mengembangkan
peningkatan aktivitas jasmani siswa sekolah dasar
aktivitas jasmani siswa; 2) Pemerintah Indonesia
setidaknya 90 menit per hari; jika di sekolah telah
melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
dilakukan selama 30 menit, maka kekurangannya
perlu membuat kebijakan yang mengatur perlunya
sebanyak 60 menit dilakukan di rumah atau di
siswa sekolah dasar melakukan aktivitas jasmani
masyarakat.
setidaknya 90 menit per hari; 3) penerapan
Beberapa bentuk aktivitas jasmani harian
aktivitas jasmani harian (Daily Physical Activity/
yang dapat diterapkan, antara lain: 1) program
DPA) yang sudah dirintis di Indonesia melalui
Daily Physical Activity yaitu “mengajak anak untuk
ri ntisan M odel Sek olah Sehat ( MSS) per lu
pergi dan pulang sekolah” yang dilakukan dengan
diaktifkan kembali, baik dalam pengembangan
melibatkan relawan dari orang tua/senior; 2)
sekolahnya maupun aktivitas jasmaninya; 4)
program transportasi aktif seperti membentuk
program transportasi aktif
grup berjalan atau beroda ketika berangkat dan
siswa sekolah dasar di Indonesia; 5) model Bus
pul ang se kolah; dan 3) mod el Bus Sekolah
Sekolah Berjalan (the Walking School Bus) perlu
Berjalan (the Walking School Bus) merupakan
diujicobakan dan dikembangkan penerapannya di
bentuk kegiatan yang menarik, di dalamnya
sekolah dasar di Indonesia dengan pertimbangan
mengandung nilai kebugaran juga nilai sosial yang
bahwa model tersebut memiliki muatan
tinggi.
kebugaran dan sosial yang tinggi; 6) perlu adanya
perlu diterapkan bagi
nilai
Program aktivitas jasmani harian di Indonesia
program penataan ruang dan lingkungan bagi
baru dirintis pelaksanaannya pada tahun 2007 di
sekolah dasar yang belum memberikan kemu-
Model Sekolah Sehat (MSS) yang status modelnya
dahan akses bagi siswa untuk melalukan aktivas
juga masih dalam bentuk rintisan. Perintisan
jasmani harian.
Pustaka Acuan Activitygram, www.cooperinst.org/ftgmain.asp. Diakses tanggal 15 April 2014. Alberta Education. 2006. Daily Physical Activity: A Handbook for Grades 1–9 Schools (Sumber: www.education.gov.ab.ca / educationguide / PDF_files / GuidetoEd.pdf.) Diakses 21 Maret 2014 Castelli, D. M., & Beighle, A. 2007. The Physical Education Teacher as School Activity Director. Journal of Physical Education, Recreation & Dance, 78(5), 25-28.
292
Widodo, Strategi Peningkatan Aktivitas Jasmani Siswa Sekolah Dasar di Luar Pembelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan di Indonesia
Cohen, D.A., Ashwood, S., Scott, M., Overton, A., Evenson, K.R., Voorhees, C.C. 2006. Proximity to School and Physical Activity Among Middle School Girls: The Trial of Activity for Adolescent Girls Study. Journal of Physical Activity and Health, 3,S129–S138. Colman R. & Walker S. 2004.The Cost of Physical Inactivity in British Columbia. GPI Atlantic for BC Ministry of Health Planning. Colvin,G. 2008. 7 Langkah untuk Menyusun Rencana Disiplin Kelas Proaktif. Terj. Lestari Henni. 2008, Jakarta: Indeks. Colvin, G., Kame’enui, E. J., & Sugai, G. 1993. School-Wide and Classroom Management: Reconceptualizing the Integration and Management of Students with Behavior Problems in General Education. Education and Treatment of Children, 16, 361-381. David, R., & Bassett, J.R. 2008. Physical Activity of Canadian and American Children: a Focus on Youth Amish, Mennonite, and Modern Cultures. Applied Physiologi Nutrition Metabolism. 33, 831-835. Ever Active Schools. 2009. Becoming an Ever Active School is more than just joining a program... it is the first step in adopting a more comprehensive approach to health in your school.www.everactive.org. Diakses
29 Oktober 2013.
Graham, L. C. (Ed.). 2006. Children in Family Contexts: Perspectives on Treatment (2nd ed.). New York: Guilford. Hudson, S. D. 2005. Playthings and Equipment that Encourage Child-Initiated Play. Teaching Elementary Physical Education, 16(2), 25-27. Humpel, N., Owen, N., & Leslie, E. 2002. Environmental Factors Associated with Adults’ Participation in Physical Activity. American Journal of Preventative Medicine, 22, 188-199. Irwin, J.D. 2007. The Prevalence of Physical Activity Maintenance in a Sample of University Students: A Longitudinal Study. Journal of American College Health, 56, 37–41. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Kurikulum 2013, Kompetensi Dasar Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI). Jakarta: Kemdikbud. Lambdin, D., & Erwin, H. 2007. School Wellness Policy: Community Connections. Journal of Physical Education, Recreation & Dance. 78(6), 29-32. Morgan, C. L., & Morgan, C. F. 2004. Promoting Physical Activity: Physical Education Nights. Teaching Elementary Physical Education,15(5), 32-34. National Association for Sport and Physical Education (NASPE). 2004. Moving into The Future: National Standards for Physical Education (2nd ed.), Reston, VA: Author. Nuruddin, P. 2011. Isu, Tantangan dan Masa Depan Pendidikan Jasmani dan Olahraga; Jurnal Ilmiah SPIRIT. Vol. 11 No. 2. OSEP (Office of Special Education Programs) Center on Positive Behavioral Interventions and Supports. (2004). School-wide Positive Behavior Support Implementers’ Blueprint and Self Assessment. Eugene, OR: University of Oregon. Pangrazi, R. P. 2007. Dynamic Physical Education for Elementary School Children (15th ed.). San Francisco: Pearson Benjamin Cummings.
293
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 20, Nomor 2, Juni 2014
Petosa RL, Hortz BV, Cardina CE, Suminski RR. 2005. Social Cognitive Theory Variables Associated with Physical Activity Among High School Students. International Journal of Sports Medicine, 26, 158– 163. Public Health Agency of Canada, Atlantic Region. 2005. Turning the Tide Toolkit: Why Acting on Inequity Can Help Reduce Chronic Disease. (PHAC). www.phac-aspc.gc.ca/canada/ regions/atlantic/ Publications/ Tides_of_change. Diakses
30
Juni
2010.
SPARC BC and BC Recreation and Parks Assocation. 2006. Everybody’s Welcome: A Social Inclusion Approach to Program Planning and Development for Recreation and Parks Services. (Social Planning and Research Council of BC). Spengler, J.O. 2012. Promoting Physical Activity through the Shared Use of School and Community Recreational Resources Introduction, Research Brief, Robert Wood Johnson Foundation. http:// activelivingresearch.org/files/ALR_Brief_ SharedUse_ April2012.pdf. Diakses
31 Desember
2013. Sprick, R., Sprick, M., & Garrison, M. 1992. Foundations: Developing Positive School-wide Discipline Policies. Longmont, CO: Sopris West. Todd, A. W., Horner, R. H., Sugai, G., & Sprague, J. R. 1999. Effective Behavior Support: Strengthening School-Wide Systems through a Team-Based Approach. Effective School Practices, 17(4), 23–37. Trudeau, F., & Shepherd, R.J. 2005. Contribution of School Programs to Physical Activity Levels and Attitudes in Children and Adults. Sports Medicine (Auckland, N.Z.), 25, 89–105. Warburton, D.E., Nicol, C.W., & Bredin, S.S. 2006. Health Benefits of Physical Activity: the Evidence. CMAJ, 174 (6), 801-809. Widodo. 2004. Kualitas Jasmani Pelajar, Makalah: Seminar Ilmiah Hasil Penelitian Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani, pada tanggal 4-5 Mei 2004 di Puncak, Bogor. Widodo. 2011a. Panduan Penilaian Kemampuan Dasar Motorik untuk Siswa SD Kelas 1-3 (Usia 6-9 tahun), Yogyakarta: Elmatera Publishing. Widodo. 2011b. Tes dan Pengukuran Kemampuan Dasar Motorik untuk Siswa SD Kelas 4-6 (usia 10-12 tahun), Yogyakarta: Elmatera Publishing. Widodo. 2013. Penerapan “7 Langkah Menyusun Rencana Disiplin Kelas Proaktif “ karya Colvin dalam Pembudayaan Hidup Aktif dan Sehat di Sekolah, Jurnal Pendidikan & Kebudayaan Volume 19 (3). 331-343. Widodo. 2012. Buku Pengantar Menjadi Guru Penjasorkes Teladan, Yogyakarta: Elmatera Publishing.
294