Prosiding PPI Standardisasi 2008, 25 November 2008
STANDARDISASI MUTU KAYU BERDASARKAN KETAHANANNYA TERHADAP PENGGEREK DI LAUT Oleh
Abstrak Penggunaan kayu tidak hanya untuk di darat, tetapi juga di laut yaitu berupa kapal kayu, dermaga, tiang pancang dan lainnya. Kayu yang digunakan tersebut tidak luput dari serangan penggerek di laut. Jenis penggerek ini sangat banyak, pada umumnya dibedakan menjadi dua golongan besar yaitu Mollusca dan Crustacea. Penyebaran binatang ini sangat luas, hampir ada di seluruh perairan, di daerah tropis dapat dijumpai sepanjang tahun. Seran2gan yang terjadi berupa lubang gerek pada bagian kapal, dermaga atau tiang pancang yang terendam air, sehingga sangat merugikan dan berbahaya bila terkena gelombang. Penelitian telah dilakukan terhadap 200 jenis kayu yang direndam di laut selama 6 bulan, diuji ketahanannya terhadap penggerek di laut. Hasilnya menunjukkan bahwa kelas ketahanan kayu dapat dinilai melalui tingkat serangan penggerek terhadap kayu. Berdasarkan penelitian ini, kelas awet kayu terhadap penggerek di laut dapat dibedakan menjadi 5 macam mutu kayu yaitu kelas I (sangat tahan), kelas II (tahan), kelas III (sedang), kelas IV (buruk) dan kelas V (sangat buruk). Dari 200 jenis kayu yang diteliti tersebut, 2,5% termasuk kelas I, 5% kelas II, 13% kelas III, 25% kelas IV, dan 54,5% kelas V. Kata kunci: standardisasi, mutu kayu, penggerek di laut
1
Peneliti pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan, Bogor
1
Copyright @ Puslitbang BSN, salinan artikel ini dibuat oleh Puslitbang untuk kegiatan penelitian, pendidikan, dan pengembangan standar Copyright @ R&D of BSN, this copy issued by R&D for research, education and standard development
Mohammad Muslich, Ginuk Sumarni1
Prosiding PPI Standardisasi 2008, 25 November 2008
PENDAHULUAN
Lebih kurang dua per tiga wilayah Indonesia terdiri dari lautan, sehingga banyak kayu yang digunakan untuk keperluan angkutan antar pulau berupa perahu, kapal, tiang pancang, dermaga dan bangunan lainnya. Kayu yang digunakan untuk keperluan tersebut tentunya tidak luput dari serangan organisme penggerek di laut atau yang sering disebut dengan “marine borers”. Organisme penggerek kayu di laut yang sering dijumpai yaitu dari golongan Mollusca dan Crustacea. Golongan Mollusca dibedakan menjadi dua famili yaitu Teredinidae dan Pholadidae, sedangkan golongan Crustacea dibedakan menjadi tiga famili yaitu Limnoridae, Sphaeromatidae dan Cheluridae. Penyebaran organisme ini sangat luas dan dapat dijumpai baik di laut, pantai atau di perairan payau. Di daerah tropis organisme ini berkembang dengan pesat dan dapat dijumpai sepanjang tahun. Di Indonesia mengenal lima kelas awet, yaitu kelas I yang paling awet sampai kelas V yang paling tidak awet (Oey Djoen Seng, 1964). Klasifikasi ini hanya berlaku untuk serangga dan jamur tanpa mengindahkan kelas awet kayu terhadap penggerek di laut. Oey Djoen Seng juga menyatakan bahwa dari 4000 jenis kayu Indonesia, hanya sebagian kecil saja (15-20%) yang termasuk dalam kelas awet tinggi (I dan II) sedangkan sisanya termasuk kelas awet rendah (III, IV dan V). Klasifikasi inilah yang sampai sekarang masih dipakai sebagai pegangan untuk memperkirakan keawetan alami kayu terhadap organisme perusak. Padahal klasifikasi tersebut bukan berdasarkan dari hasil penelitian yang mendalam, melainkan berdasarkan informasi dan hasil pengamatan di lapangan yang dicocokkan dengan data dan berbagai sumber. Klasifikasi tersebut sama sekali belum menyentuh mengenai ketahanan kayu terhadap penggerek di laut. Penelitian ketahanan kayu terhadap penggerek di laut pertama kali dilakukan oleh Gonggrijp (1932) dan Bianchi (1933) terhadap sembilan jenis kayu yaitu lara (Metrosideros sp), resak durian (Cotyleibium flavum Pierre), tempinis (Sloetia elongate Kds), kolaka (Parinari corumbosa Miq.), malas (Parastemon urophyllum A.DC.), jati (Tectona grandis L.f), ulin (Eusideroxylon zwageri T.et B), teruntum (Lumnitzera littorea Voight) dan bungur (Langerstroemia speciosa Pers). Muslich dan Sumarni (2004) telah melakukan penelitian ketahanan 62 jenis kayu yang berasal dari beberapa daerah di Indonesia terhadap penggerek di laut. Selanjutnya secara berkala dilakukan penelitian oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan sehingga mencapai 200 jenis kayu. Pada tulisan ini dikemukakan hasil penelitian tersebut. II.
BAHAN DAN METODE
2
Copyright @ Puslitbang BSN, salinan artikel ini dibuat oleh Puslitbang untuk kegiatan penelitian, pendidikan, dan pengembangan standar Copyright @ R&D of BSN, this copy issued by R&D for research, education and standard development
I.
Prosiding PPI Standardisasi 2008, 25 November 2008
Contoh uji diikat satu sama lain (direnteng) melalui lubang dengan tali plastik, di antara contoh uji dengan yang lain diberi sekat dengan selang plastik dan dibuat rakit seperti pada Gambar 1. PELAMPUNG
PARALON TALI PLASTIK CONTOH UJI
CONTOH UJI
PIPA PLASTIK
5 cm
30 cm
2,5 cm TALI PLASTIK
PEMBERAT
Gambar 1 Ukuran Contoh Uji dan Susunan Rakit yang Dipasang di Laut Lokasi penelitian ketahanan kayu terhadap penggerek di laut, dilakukan di perairan Pulau Rambut (Kepulauan Seribu). Perairan tersebut mempunyai salinitas sekitar 30–33 permil dan suhu sekitar 28-29°C, pantainya berkarang, berpasir putih dan bebas dari polusi atau limbah buangan. Perubahan salinitas, suhu, arus dan gelombang pada setiap tahunnya tidak menunjukkan perbedaan yang mencolok, sehingga populasi
3
Copyright @ Puslitbang BSN, salinan artikel ini dibuat oleh Puslitbang untuk kegiatan penelitian, pendidikan, dan pengembangan standar Copyright @ R&D of BSN, this copy issued by R&D for research, education and standard development
Bahan yang dipakai pada penelitian ini ialah 200 jenis kayu yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia yaitu Jawa Barat (72 jenis), Jawa Tengah (2 jenis), Lampung (4 jenis), Sumatera Selatan (2 jenis), Palembang (6 jenis), Riau (6 jenis), Kalimantan Timur (32 jenis), Kalimantan Barat (7 jenis), Kalimantan Tengah (3 jenis), Sulawesi Selatan (11 jenis), Sulawesi Tengah (14 jenis), Sulawesi Tenggara (1 jenis), Ambon (7 jenis), Nusa Tenggara Timur (2 jenis) dan Irian Jaya (26 jenis). Masing-masing jenis kayu dibuat contoh uji berukuran 2,5 cm x 5,0 cm x 30 cm sebanyak 10 kali sebagai ulangan. Pada bagian tengah permukaan terlebar dibuat lubang dengan diameter 1,5 cm.
Prosiding PPI Standardisasi 2008, 25 November 2008
Tabel 1 Klasifikasi Ketahanan Kayu Terhadap Penggerek Kayu di Laut Kelas Ketahanan
Intensitas Serangan (%)
Selang Intensitas Serangan
I
<7
Sangat tahan
II
7-27
III
27-54
Sedang
IV
54-79
Buruk
V
> 79
Tahan
Sangat buruk
Sumber: BSN (2006)
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 200 jenis contoh uji kayu yang dipasang di perairan Pulau Rambut selama 6 bulan, sebagian besar mendapat serangan berat dari penggerek di laut. Hasil klasifikasi kelas ketahanan dari 200 jenis kayu tersebut dapat dilihat pada Tabel 2 dan sebagai pembanding dicantumkan pula kelas awet kayu menurut klasifikasi Oey Djoen Seng (1964). Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 200 jenis kayu, hanya 5 jenis atau 2,5% saja yang termasuk dalam kelas ketahanan I yaitu resak (Cotylelobium flavum Pierre), kandole (Diploknema oligomera H.J.L), ulin (Eusidiroxylon zwageri T.et B), kayu besi (Metrosideros petiolata Kds) dan pelawan merah (Tristania maingayi Duthie). Selanjutnya 10 jenis atau 5% yang termasuk kelas ketahanan II yaitu empas (Bouea burmanica Griff.), eboni (Diospyros celebica Bakh), bangkirai (Hopea dryobalanoides Miq.), tanjung (Mimusops elingi L), kusegoro (Neonauclea maluense S.Moore), gewaya hutan (Parastemon versteeghii Merr.et Perry), kolaka (Parinari corymbosa Miq), jati (Tectona grandis L.f), bitti (Vitex cofassus Reinw), dan laban (Vitex pubescens Val). Sebagian besar lainnya yaitu 26 jenis atau 13% termasuk kelas III, 50 jenis atau 25% termasuk kelas IV dan 109 atau 54.5% termasuk kelas V. Jenis kayu yang termasuk kelas III, IV dan V dalam pemakaian yang bersentuhan dengan air laut
4
Copyright @ Puslitbang BSN, salinan artikel ini dibuat oleh Puslitbang untuk kegiatan penelitian, pendidikan, dan pengembangan standar Copyright @ R&D of BSN, this copy issued by R&D for research, education and standard development
penggerek di perairan tersebut dapat berkembang dengan baik (Muslich dan Sumarni, 1987). Rakit dipasang di laut secara vertikal dan setelah 6 bulan diambil untuk diamati intensitas serangan penggerek. Untuk menilai intensitas serangan pada contoh uji, dilakukan dengan membelah bagian tengah permukaan terkecil menjadi dua bagian yang sama. Klasifikasi kelas ketahanan kayu terhadap serangan penggerek di laut, tercantum pada Tabel 1. Untuk identifikasi jenis penggerek yang menyerang contoh uji, diamati struktur cangkuk dan bentuk palet serta bekas lubang gereknya sesuai dengan kunci identifikasi yang disusun oleh Turner (1971).
Prosiding PPI Standardisasi 2008, 25 November 2008
harus diawetkan agar umur pakainya bertambah panjang (Barly dan Abdurrochim, 1996). Tabel 2 Kelas Awet 200 Jenis Kayu Indonesia Terhadap Penggerek di Laut Nama Daerah
Jenis Kayu
Asal Kayu
Kelas Intensitas Berat Serangan Ketahanan Jenis (%)
Kelas Awet *)
1
Acasia mangium Willd.
Mangium
Jawa Barat
0.73
67
IV
III
2
Adenanthera microsperma T.et B.
Sembreena
Irian Jaya
0.80
40
III
II-I
3
Agathis borneensis Warb
Agatis
Jawa Barat
0.55
86
V
IV
4
Agathis beccerii Warl.
Damar daging
Jawa Barat
0.52
90
V
IV
5
Agatthis beekingii M.Dr.
Kidamar
Jawa Barat
0.51
90
V
IV
6
Agathis celebica Warl.
Damar
Jawa Barat
0.61
86
V
IV
7
Aglaia eusideroxylon K.et V.
Sao
Irian Jaya
0.72
66
1V
II-III
8
Ailanthus integrifolia Lamp.
-
Sulawesi tengah
0.38
95
V
-
9
Ailanthus malabarica D.C.
Kirontasi
Sulawesi tengah
0.38
80
V
V
10
Albizia falcataria L. Fosberg
Sengon
Jawa Barat
0.33
96
V
IV/V
11
Alstonia angustiloba Miq.
Pulai
Lampung
0.36
76
V
V
12
Alstonia congengsis Engl.
Pulai
Jawa Barat
0.30
90
V
-
13
Alstonia cytheria Sm.n.
Susuk
Irian Jaya
0.31
90
V
-
14
Alstonia pneumatophora Bakh.
Pulai rawang
Sulawesi Selatan
0.34
93
V
V
15
Altingia excelsa Noronha.
Rasamala
Jawa Barat
0.81
66
IV
II-III
16
Anthocephalus cadamba Miq.
Saif
Irian Jaya
0.28
90
V
IV-V
17
Antiaris toxicaria Lesch.
Basoah
Irian Jaya
0.42
95
V
V
18
Artocarpus lanceifolius Roxb.
Mersiput
Kalimantan Timur
0.42
93
V
III
19
Bischoffia javanica Bl.
Gadog
Jawa Barat
0.75
65
V
III-II
20
Blumeodendron tundifolium Meer.
Perupuk
Kalimantan Barat
0.63
80
V
IV
21
Bouea burmanica Griff.
Empas
Kalimantan Timur
1.02
27
II
II
22
Burckella macropoda H.J.L.
Nyatoh
Ambon
0.66
69
V
-
23
Calophyllum inophyllum L.
Nyamplung
Riau
0.69
45
III
II-III
0.54
73
IV
II-IV
24
Calophyllum soulatri Burm.f.
Mengkakal
Kalimantan Barat
25
Campnosperma macrophylla Hook.f
Terentang
Kalimantan Barat
0.48
90
V
V
26
Canarium vulgare Lumk.
Kenari
Ambon
0.51
85
V
-
27
Canarium sumatranum Boerl.et Kds
Kenari
Lampung
0.53
85
V
V
28
Cananga odorata Hook et.
Wafut
Irian Jaya
0.33
73
V
IV-V
5
Copyright @ Puslitbang BSN, salinan artikel ini dibuat oleh Puslitbang untuk kegiatan penelitian, pendidikan, dan pengembangan standar Copyright @ R&D of BSN, this copy issued by R&D for research, education and standard development
No.
Prosiding PPI Standardisasi 2008, 25 November 2008
No.
Jenis Kayu
Nama Daerah
Asal Kayu
Kelas Intensitas Berat Serangan Ketahanan Jenis (%)
Kelas Awet *)
Th. Cassia siamea Lamp.
Johor
Jawa Barat
0.84
35
III
I-II
30
Castanopsis javanica A.Dc.
Kali morot
Jawa Barat
0.68
93
V
III
31
Cedrella mexicana M..Roem.
Handarusa
Jawa Barat
0.32
90
V
III
32
Celtis latifolia Planch.
Schiega
Irian Jaya
0.52
83
V
IV
33
Ceropia peltata L.
Bos pepaya
Jawa Barat
0.34
90
V
-
0.40
96
V
V
34
Colona scabra Burr.
Bunu
Sulawesi Selatan
35
Cotylelobium flavum Pierre.
Resak
Kalimantan Barat
1.01
0.00
I
I
36
Cratoxylon arborescens Bl.
Gerunggang
Kalimantan Timur
0.47
96
V
IV
37
Dacryodes rostrata H.J.L.
Kemayan
Jawa Barat
0.91
45
III
III
38
Dactylocladus stenostachys Oliv.
Mentibu
Kalimantan Barat
0.53
85
V
IV/V
39
Dalbergia parviflora Roxb.
Kayu taka
Jawa Barat
0.83
33
III
I
40
Dialium platysepalum Baker.
Keranji
Sumatera Selatan
0.98
35
III
I
41
Diospyros celebica Bakh.
Eboni
Sulawesi Tengah
0.92
23
II
I
42
Diospyros macrophylla Bl.
Maurula
Sulawesi Tengah
0.60
83
V
V
43
Diospyros pilosanthera Blanco.
K.hitam
Sulawesi Tengah
0.80
70
IV
II-III
44
Diploknema oligomera H.J.L.
Kandole
Sulawesi Tenggara
1.12
0
I
I-II
45
Dillenia reticulata King.
Simpur
Jawa Barat
0.75
66
IV
III
46
Dipterocarpus apendiculatus Schy.
Keruing
Kalimantan Tengah
0.78
45
III
III
47
Dipterocarpus caudiferus Merr.
Keruing d.lbr.
Kalimantan Timur
0.69
70
IV
IV
48
Dipterocarpus cornutus Dyer.
Keruing bulu
Kalimantan Timur
0.82
50
III
IV
49
Dipterocarpus retusus Bl.
Kruing
Jawa Barat
0.75
50
III
III
50
Dracontomelon dao Merr. Et Rolfe
Kaili
Sulawesi Tengah
0.63
73
IV
II-IV
51
Dracontomelon mangiferum Bl.
Rau
Sulawesi Tengah
0.58
66
IV
IV
52
Drypetes longifolia Pax. Et Hoff.
Batu K.
Ambon
0.78
50
III
III
53
Duabanga moluccana Bl.
Benuang laki
Kalimantan Timur
0.39
93
V
IV-V
54
Durio zibethinus Murr.
Durian
Sulawesi Tengah
0.57
73
IV
IV-V
55
Durio oxleyanus Griff.
Kei bengong
Kalimantan
0.61
75
IV
IV-V
6
Copyright @ Puslitbang BSN, salinan artikel ini dibuat oleh Puslitbang untuk kegiatan penelitian, pendidikan, dan pengembangan standar Copyright @ R&D of BSN, this copy issued by R&D for research, education and standard development
29
Prosiding PPI Standardisasi 2008, 25 November 2008
No.
Jenis Kayu
56
Drypetes longifolia Pax et Hoff.
57
Nama Daerah
Asal Kayu
Kelas Intensitas Berat Serangan Ketahanan Jenis (%)
Kelas Awet *)
Timur 0.78
56
IV
III
Dyera costulata Hook. F.
Jelutung
Kalimantan Tengah
0.43
90
V
V
58
Elaeocarpus sphaericus K.Schum.
Hongmako
Irian Jaya
0.49
90
V
V
59
Elaeocarpus deglupta Bl.
-
Sulawesi Selatan
0.57
85
V
-
60
Elmerrilia ovalis Dandy.
Uru
Sulawesi Selatan
0.43
85
V
II
61
Endospermum malaccense Muell.
Sendoksendok
Riau
0.45
90
V
V
62
Eucalyptus alba Reiw.
Ampupu
Jawa Barat
0.89
66
IV
III-II
63
Eucalyptus deglupta Bl.
Leda
Jawa Barat
0.57
90
V
IV
64
Eucalyptus citriodora Hook.
-
Jawa Barat
0.80
70
IV
III
65
Eucalyptus platyphylla F.V.M.
Yua mea
NTT
1.02
33
III
II-III
66
Eucalyptus urophylla S.T.Blake
-
NTT
1.05
46
III
II
67
Eugenia polyantha Wight.
Gosula
Ambon
0.64
96
V
III
68
Eusideroxylon zwageri T.et B
Ulin
KalimantanT imur
1.04
0
I
I
69
Evodia aromatica Bl.
Ki sampang
Jawa Barat
0.43
85
V
V
70
Ficus nervosa Heyne.
Beringin
Sulawesi Tengah
0.30
95
V
V
71
Ficus pubinervis Bl
Beringin
Sulawesi Tengah
0.42
76
IV
V
72
Fragraea fragans Roxl.
Tembesu
Riau
0.81
35
III
I
73
Ganua motleyana Pierre.
Ketian
Palembang
0.56
85
V
IV
74
Ganophyllum falcatum Bl.
Sehara
Irian Jaya
0.79
60
IV
III
0.63
80
V
V
75
Gonystylus bancanus Kurz.
Ramin
Kalimantan Barat
76
Gonystylus macrophyllus A.Shaw.
Pulai miang
Riau
0.62
85
V
V
77
Gonystylus velutinus A.Shaw.
Seranai
Riau
0.59
80
V
V
78
Gossampinus malabarica Alst.
Randu alas
Jawa Barat
0.30
95
V
V
79
Haplolobus celebicus H.J.L
Lengai
Jawa Barat
0.64
83
V
III-IV
80
Hernandia ovigera L.
Fofo
Irian Jaya
0.31
95
V
V
81
Heritiera javanica
Pongokan
Jawa Barat
0.80
75
IV
II-III
82
Heritiera litoralis Deyand.
Rarum
Ambon
0.98
66
IV
I-II
83
Hevea brasiliensis Muell. Arg.
Balau perak
Jawa Barat
0.61
80
V
V
7
Copyright @ Puslitbang BSN, salinan artikel ini dibuat oleh Puslitbang untuk kegiatan penelitian, pendidikan, dan pengembangan standar Copyright @ R&D of BSN, this copy issued by R&D for research, education and standard development
Buniyaga
Sulawesi Selatan
Prosiding PPI Standardisasi 2008, 25 November 2008
Nama Daerah
Asal Kayu
Kelas Intensitas Berat Serangan Ketahanan Jenis (%)
Kelas Awet *)
Jenis Kayu
84
Hollutus blumcanus Muell Ary.
Perupuk
Kalimantan Timur
0.56
66
IV
-
85
Homalium foetidum Benth.
Petion
Irian Jaya
0.76
50
III
II-IV
86
Hopea dryobalanoides Miq.
Bangkirai
Kalimantan Tengah
0.72
20
II
II(III-I)
87
Hopea mengarawan Miq
Nyerabat
Kalimantan Timur
0.71
65
IV
II-III
88
Hopea odorata Roxb.
-
Jawa Barat
0,65
80
V
-
89
Hopea sangal Korth.
Cengal
Jawa Barat
0.70
65
IV
II-III
90
Hopea sangal Korth.
Merawan
Lampung
0.70
75
IV
II-III
91
Horspecdia sylvertris Warb.
Bomsi
Irian Jaya
0.45
90
V
-
92
Hymenaea courbaril L.
Marasi
Jawa Barat
0.63
75
IV
III
93
Intsia bijuga O.Ktze
Sekka
Irian Jaya
0.84
43
III
I-II
94
Intsia palembanica Miq.
Ipil
Kalimantan Timur
0.79
50
III
II-I
95
Kallapia celebica Kosterm.
Kalapi
Sulawesi Selatan
0.64
50
III
II
96
Khaya anthotheca C.Dl.
Mahoni uganda
Jawa Barat
0.48
80
V
-
97
Khaya grandifolia C.DC.
Mahoni afrika
Jawa Barat
0.58
79
IV
-
98
Khaya senegelensis A.Jun
Mahoni
Jawa Barat
0.45
85
V
-
99
Koompassia excelsa Taub
Bangeris
Kalimantan Timur
0.83
70
IV
III-IV
100
Koompassia malaccensis Maeng.
Kempas
Palembang
0.95
80
V
III-IV
101
Koordersiodendron pinnatum Meer
Kelembiring
Kalimantan Timur
0.83
80
V
II-III
102
Lithocarpus sundaicus Bl. Kost.
Pasang kayang
Jawa Barat
0.58
90
V
-
103
Litsea firma Hook.f.
Madog panel
Kalimantan Barat
0,56
85
V
III-IV
104
Litsea odorifera Val.
Menako
Irian Jaya
0.42
90
V
IV-V
105
Lumnitzera littorea Voigt.
Susup
Riau
0.83
45
III
II
106
Mallotus blumeanus Muell.Arg.
Bungbulang
Jawa Barat
0.63
85
V
V
107
Mangifera foetida Lour.
Mangga hutan
Sulawesi Tengah
0.73
70
IV
II-III
108
Mangifera minor Bl.
Merantaipa
Sulawesi Tengah
0.63
66
IV
III
109
Melanorrhoea sp.
Regas burung
Kalimantan Timur
0.87
40
III
II
110
Melia excelsa Jack.
Surian bawang
Jawa Barat
0.60
85
V
III-IV
111
Metrosideros petiolata Kds.
Kayu besi
Sulawesi Selatan
1.15
0
I
I
8
Copyright @ Puslitbang BSN, salinan artikel ini dibuat oleh Puslitbang untuk kegiatan penelitian, pendidikan, dan pengembangan standar Copyright @ R&D of BSN, this copy issued by R&D for research, education and standard development
No.
Prosiding PPI Standardisasi 2008, 25 November 2008
Nama Daerah
Asal Kayu
Kelas Intensitas Berat Serangan Ketahanan Jenis (%)
Kelas Awet *)
Jenis Kayu
112
Mezzttia parviflora Becc.
Pisangpisang
Kalimantan Barat
0.61
80
V
V
113
Mimusops elingi L.
Tanjung
Jawa Barat
1.00
25
II
I/II
114
Myristica subaculata Miq.
Merantihan
Palembang
0.37
90
V
V
115
Neonauclea maluense S.Moore.
Kusegoro
Irian Jaya
0.81
20
II
III
116
Ochroma grandiflora Rowlee.
Balsa
Palembang
0.30
95
V
V
117
Ochrosia fisifolia Mgf.
Asakka
Irian Jaya
0.57
90
V
V
118
Octomeles sumatrana Miq
Starka
Irian Jaya
0.33
86
V
V
119
Palaqium obovatum Engl.
Kune
Kalimantan Timur
0.67
50
III
IV
120
Palaquium gutta Bail.
Nyatoh
Kalmantan Timur
0.69
50
III
IV
121
Palaquium multiflorum Peere.
Songwa
Irian Jaya
0.99
85
V
II-III
122
Palaquium obtusifolium Burck.
Hantu
Sulawesi Tengah
0.56
80
V
IV-V
123
Parasarianthes falcataria Niel.
Sengon
Jawa Barat
0.33
95
V
IV-V
124
Parastemon versteeghii Merr.et P.
Gewaya hutan
Palembang
1.09
20
II
II-III
125
Parinari corymbosa Miq.
Kolaka
Kalimantan Timur
0.96
23
II
III
126
Pentadisma butyracea Sab.
Buter tree
Jawa Barat
0.51
90
V
127
Peronema canescens Jack.
Sungkai
Jawa Barat
0.63
73
IV
III
128
Pimeleodendron amboinicum Hask.
Komwa
Irian Jaya
0.57
85
V
V
129
Pinus khasya Rowlee.
Pinus
Jawa Barat
0.54
90
V
130
Pinus merkusii Jungh. et de Vries
Pinus
Jawa Barat
0.55
93
V
131
Pinus mentezuma Lamb.
Pinus
Jawa Barat
0.54
90
V
132
Planchonia valida Bl.
Putat
Jawa Barat
0.80
55
IV
133
Piptademia peregrina Benth.
-
Jawa Barat
0.66
80
V
134
Podocarpus blumei Endl.
Melur
Jawa Barat
0.60
86
V
IV
III-IV
II-III
135
Polyalthia hypoleoca Hook.
Banitun
Palembang
0.80
60
IV
IV
136
Pometia pinnata Forst.
Matoa
Irian Jaya
0.77
65
IV
V
137
Poteria obovoidea Bah.ni.
Nyatu putih
Jawa Barat
0.69
80
V
-
138
Prainea microcephala J.J.S.
Petuwon
Irian Jaya
0.51
90
V
III
139
Pterocarpus spec.
Sono kembang
Jawa Barat
0.77
60
IV
II-IV
140
Pterocarpus indicus Willd.
Sono kembang
Sulawesi Selatan
0.65
45
III
-
141
Pterocymbium beccaria K.Schm.
Bemiek
Irian Jaya
0.39
90
V
V
9
Copyright @ Puslitbang BSN, salinan artikel ini dibuat oleh Puslitbang untuk kegiatan penelitian, pendidikan, dan pengembangan standar Copyright @ R&D of BSN, this copy issued by R&D for research, education and standard development
No.
Prosiding PPI Standardisasi 2008, 25 November 2008
Asal Kayu
Nama Daerah
Kelas Intensitas Berat Serangan Ketahanan Jenis (%)
Kelas Awet *)
Jenis Kayu
142
Pterospermum celebicum Miq
Wayu
Sulawesi Tengah
0.44
90
V
IV-V
143
Pterospermum difersifolium Bl.
Bayur
Jawa Barat
0.65
85
V
IV
144
Pterospermum indicus Wild.
-
Jawa Barat
0.65
75
IV
II-III
145
Pterospermum montanum K.et V.
Bayur gunung
Jawa Barat
0.53
90
V
IV
146
Pterygota alata R.Br.
-
Jawa Barat
0.75
70
IV
-
147
Pterygota forbesii F.Muell.
Gohima
Ambon
0.75
70
IV
V
148
Quercus leprosula Miq.
-
Jawa Barat
0.47
85
V
-
149
Quercus lineata Bl.
Pasang beureum
Jawa Barat
1.00
65
IV
II
150
Quercus turbinata Bl.
Pasang jambe
Jawa Barat
0.75
80
V
III
151
Risinodendron africanum Arg.
-
-
0.64
73
IV
-
152
Samanea saman Merr.
Ki hujan
Jawa Barat
0.61
86
V
IV
153
Sandoricum koetjape Merr.
Kecapi
Jawa Barat
0.49
93
V
IV-V
154
Scapium macropodum J.B.
Mersawa
Kalimantan Timur
0.65
80
V
V
155
Schleichera oleosa Merr.
Kesambi
Sulawesi Selatan
1.01
40
III
-
156
Schima wallichii Korth.
Penagit
KalimantanT imur
0.81
60
V
III
157
Shorea acuminatissima Sym.
Damar pakit
Kalimantan Timur
0.54
85
V
III-IV
158
Shorea balangeran Burck.
Lempung kahoi
Kalimantan Timur
0.86
60
IV
I-III
159
Shorea guiso Bl.
Giso
Jawa Barat
0.83
75
IV
II-III
0.50
63
IV
III-V
160
Shorea johoriensis Foxw
Kenuar
Kaimantan Timur
161
Shorea koordersii Brandis.
Damar tenang
Jawa Barat
0.50
83
V
IV
162
Shorea lamellata Foxw.
Damar tunam
Jawa Barat
0.73
60
IV
IV
163
Shorea laevis Bl.
Bangkirai
Kalimantan Timur
0.99
46
III
I
164
Shorea leptoclados Sym.
Mengkabung
Kalimantan Timur
0.50
80
V
IV-V
165
Shorea leprosula Miq.
Lempung tembaga
Kalimantan Timur
0.40
85
V
III-IV
166
Shorea meoistopteryx Ridl.
Tengkawang
Jawa Barat
0.51
80
V
167
Shorea ovalis Bl.
Lempung rusa
Kalimantan Timur
0.51
85
V
III-IV
168
Shorea parvifolia Dyer.
Lempung nasi
Kalimantan Timur
0.45
85
V
III-IV
10
Copyright @ Puslitbang BSN, salinan artikel ini dibuat oleh Puslitbang untuk kegiatan penelitian, pendidikan, dan pengembangan standar Copyright @ R&D of BSN, this copy issued by R&D for research, education and standard development
No.
Prosiding PPI Standardisasi 2008, 25 November 2008
Asal Kayu
Nama Daerah
Kelas Intensitas Berat Serangan Ketahanan Jenis (%)
Kelas Awet *)
Jenis Kayu
169
Shorea platyclados V.Sl.
Meranti abang
Sumatra Selatan
0.67
75
IV
III-IV
170
Shorea selanica Bl.
Meranti bapa
Jawa Barat
0.37
90
V
-
171
Shorea seminis V.Sl.
Terindak
Jawa Barat
0.90
75
IV
I-II
0.50
80
V
III-IV
172
Shorea smithiana Sym.
Merumbung
Kalimantan Timur
173
Shorea sp.
Merant merah
Jawa Barat
0.51
70
IV
174
Shorea stenoptera Burck.
Tengkawang
Jawa Barat
0.41
80
V
III-IV
175
Spathodea campanulata P.B.
Ki aerit
Jawa Barat
0.39
90
V
V
176
Spondias cytherea Soon.
Sutiet
Irian Jaya
0.33
95
V
V
177
Sindora leiocarpa De.wit.
Anggi
Kalimantan Timur
0.60
60
IV
IV-V
178
Sterculia symplicifolia Mast.
Buah sayap
Kalimantan Timur
0.75
35
III
II-IV
179
Sterculia cymosa
Kelumpang
Jawa Barat
0.52
90
V
-
180
Styrax benzoin Dryand.
Kemenyan
Jawa Barat
0.54
80
V
IV-V
181
Spondias cytherea Sonn.
Kedondong
Sulawesi Tengah
0.33
83
V
V
182
Swietenia caudallei Pittier.
Mahoni
Jawa Barat
0.48
85
V
183
Swietenia macrophylla King.
Mahoni d. lebar
Jawa Barat
0.61
75
IV
III
184
Tarrietia javanica Bl.
Melapisan
Kalimantan Timur
0.74
70
IV
III-IV
185
Tarrietia symplicifolia Mast.
-
-
0.75
50
III
II-IV
186
Tectona grandis L.f.
Jati
Jawa Tengah
0.65
25
II
II
187
Terminalia copelandi Elm.
Ketapang
Lampung
0.43
85
V
V
188
Terminalia microcarpa Deene.
Musim
Ambon
0.75
60
IV
IV
189
Terminalia longespicata V. Sl.
Uniaba
Irian Jaya
0.52
90
V
V
190
Terminalia mollis T. et B.
Ketapang
Riau
0.58
85
V
IV
191
Tetameles nudiflora R.Br.
Satye
Irian Jaya
0.32
95
V
V
192
Tetramerista glabra Miq.
Punak
Riau
0.76
65
IV
III-IV
193
Toona sureni Merr.
Suren
Sulawesi Selatan
0.39
95
V
IV/V
194
Trachylobium verecosum Cliv.
-
Jawa Barat
0.40
90
V
-
195
Tristania maingayi Duthie.
Pelawan merah
Riau
1.17
3
I
I
196
Vernonia arborea Ham.
Merambung
Jawa Barat
0.38
90
V
V
bitti
Sulawesi Selatan
0.74
20
II
II-III
197
Vitex cofassus Reinw.
11
Copyright @ Puslitbang BSN, salinan artikel ini dibuat oleh Puslitbang untuk kegiatan penelitian, pendidikan, dan pengembangan standar Copyright @ R&D of BSN, this copy issued by R&D for research, education and standard development
No.
Prosiding PPI Standardisasi 2008, 25 November 2008
No.
Jenis Kayu
Nama Daerah
Asal Kayu
Kelas Intensitas Berat Serangan Ketahanan Jenis (%)
Kelas Awet *)
Vitex pubescens Vahl.
Laban
Jawa Tengah
0.88
18
II
I
199
Xanthophyllum excelsum Miq.
Seyam
Irian Jaya
0.68
75
IV
V
200
Xylopia malayana Hook f.et Th.
Medang suhu
Kalimantan Timur
0.63
80
V
II-III
*) Menurut Oey Djoen Seng (1964)
Penggerek yang menyerang contoh uji hanya dari golongan Mollusca dan tidak ditemukan dari golongan Crustacea. Hal ini disebabkan pemasangan semua contoh uji dalam keadaan terendam air laut, sedangkan serangan dari golongan Crustacea hanya pada batas permukaan pasang surut (Atwood dan Johnson, 1924). Hasil identifikasi jenis penggerek yang ditemukan yaitu Martesia striata Linne dari famili Pholadidae, Teredo bartchi Clapp., Dicyathifer manni Wright., dan Bankia cieba Clench/Turner dari famili Teredinidae. Jenis penggerek tersebut pernah ditemukan juga oleh Mata dan Siriban (1972) di perairan Philippina dan oleh Menon (1957) di perairan Malaysia. Untuk mengetahui jenis dari famili Pholadidae dapat dikenali dari struktur cangkuknya, sedangkan untuk famili Teredinidae dapat dilihat dari bentuk paletnya. Masing-masing jenis juga mempunyai tanda serangan yang berbeda. Hampir semua kelas ketahanan pada hasil pengujian jenis kayu terhadap penggerek di laut berbeda dengan klasifikasi yang disusun oleh Oey Djoen Seng (1964). Hal tersebut disebabkan bahwa kelas awet yang disajikan pada tulisan ini didasarkan atas penelitian pada satu kondisi saja yaitu di laut, sedangkan klasifikasi yang disusun oleh Oey Djoen Seng (1964) tidak didasarkan pada penelitian di laut. Oey Djoen Seng (1964) dalam menetapkan kelas awet kayu hanya mempergunakan data pada saat pengumpulan bahan herbarium, yang berdasarkan atas keterangan dari penduduk sekitar hutan dan tempat jenis pohon tersebut tumbuh. Selanjutnya dicocokkan juga dengan pengalaman umum mengenai sifat kayu dengan data dari berbagai sumber. Dengan demikian jelas bahwa klasifikasi yang disusun oleh Oey Djoen Seng (1964) terdapat banyak perbedaan dengan hasil kelas awet dari hasil penelitian ini. Sifat kayu yang mempengaruhi ketahanan terhadap penggerek di laut adalah kadar silika, kekerasan atau kerapatan dan kandungan zat ekstraktif yang bersifat racun (Bianchi, 1933; Southwell dan Bultman, 1971). Sebagai contoh kayu E. zwageri tahan terhadap organisme perusak di laut karena mempunyai kadar silika yang relatif tinggi yaitu 0,5% (Martawijaya et al., 2005) dan mempunyai zat ekstraktif “eusiderin” turunan dari phenolik yang beracun (Amin dkk., 2002). Demikian juga pada T. grandis juga merupakan jenis kayu yang tahan terhadap penggerek di laut karena mempunyai zat ekstraktif “techtochinon”. Supriana (1999) mengatakan bahwa pada bagian teras kayu T. grandis terdapat kelompok “quinones” yang juga bersifat anti rayap yang disebut dengan “techtochinon”. Demikian pada P.corymbosa juga termasuk jenis kayu yang tahan terhadap penggerek di laut. Bianchi (1932) menyatakan bahwa pada P. corymbosa
12
Copyright @ Puslitbang BSN, salinan artikel ini dibuat oleh Puslitbang untuk kegiatan penelitian, pendidikan, dan pengembangan standar Copyright @ R&D of BSN, this copy issued by R&D for research, education and standard development
198
Prosiding PPI Standardisasi 2008, 25 November 2008
mempunyai kadar silika yang relatif tinggi yaitu 0,9%. Beenson (1946) dalam Supriana (1999) juga menyatakan bahwa ada hubungan antara kadar silika pada kayu dengan daya tahan terhadap penggerek di laut, terutama pada kadar di atas 0,5%. KESIMPULAN
Jenis penggerek kayu di laut sangat banyak, pada umumnya dibedakan menjadi dua golongan besar yaitu Mollusca dan Crustace. Penyebarannya sangat luas, di daerah tropis dapat dijumpai sepanjang tahun. Ketahanan kayu terhadap penggerek di laut dinilai dari tingkat kerusakannya dan dibedakan menjadi 5 yaitu, kelas I (sangat tahan), kelas II (tahan), kelas III (sedang), kelas IV (buruk) dan kelas V (sangat buruk). Hasil penelitian 200 jenis kayu terhadap serangan penggerek di laut menunjukkan bahwa hanya 5 jenis atau 2,5% yang termasuk kelas ketahanan I, 10 jenis atau 5% termasuk kelas ketahanan II, 26 jenis atau 13% termasuk kelas ketahanan III, 50 jenis atau 25% termasuk kelas ketahanan IV, dan 109 jenis atau 54,5% termasuk kelas awet V. Jenis penggerek yang menyerang contoh uji yaitu Martesia striata Linne dari famili Pholadidae, Teredo bartchi Clapp., Dicyathifer manni Wright., dan Bankia cieba Clench/Turner dari famili Teredinidae. Kelas ketahanankayu terhadap penggerek di laut tersebut berbeda dengan kelas awet yang disusun oleh Oey Djoen Seng (1964). V.
DAFTAR PUSTAKA
1
Amin, A., Asri, S. dan Muladi,S. 2002. Tinjauan Sosiologis dan Ekonomis Pada Bidang Agribisnis, Sektor Kehutanan. http.//unmul.ac.id/dat/pub/lemit/ tinjauan sosiologis.pdf. Lembaga Penelitian Universitas Mulawarman, Samarinda Atwood, W.G. and A.A. Johnson. 1924. Marine Structures Their Deterioration and Preservation. National Research Council Washington, D.C Badan Standardisasi Nasional (BSN). 2006. Uji Katahanan Kayu dan Produk Kayu Terhadap Organisme Perusak Kayu. Jakarta. SNI 01-7207-2006 Barly dan S. Abdurrochim. 1996. Pengawetan Kayu Untuk Bangunan Hunian dan Bukan Hunian. Petunjuk Teknis. Pusat Litbang Hasil HUtan dan Sosial Ekonomi Kehutanan, Bogor Bianchi, A.T.J. 1933. The Resistance of Some Netherlands East Indian Timbers Against The Attack of Shipworms (Teredo). Fith Pacific Congress, Ottawa Da Costa, E.W.B. Rudman, P. and F.J. Gay, 1985. Investigation on The Durability of Tectona Grandis. Empire Forestry Review. Forest Products Journal, 37:291-291 Gonggrijp, J.W. 1932. Gegevens Betreffende Een Onderzoek Naar NederlandschIndische Houtsoorten, Welke Tegen Den Pealworm Bostand Zijn. Mededeeligen van het Boschbouwproeftation, Bogor Martawijaya, A. 1996. Keawetan Kayu dan Faktor yang Mempengaruhinya. Petunjuk Teknis. Pusat Litbang Hasil Hutan. Bogor
2 3 4
5 6 7
8
13
Copyright @ Puslitbang BSN, salinan artikel ini dibuat oleh Puslitbang untuk kegiatan penelitian, pendidikan, dan pengembangan standar Copyright @ R&D of BSN, this copy issued by R&D for research, education and standard development
IV.
Prosiding PPI Standardisasi 2008, 25 November 2008
9 10
12
13
14
15 16
17 18
19 20
21 22
14
Copyright @ Puslitbang BSN, salinan artikel ini dibuat oleh Puslitbang untuk kegiatan penelitian, pendidikan, dan pengembangan standar Copyright @ R&D of BSN, this copy issued by R&D for research, education and standard development
11
Martawijaya, A., I. Kartasujana, K. Kadir dan S.A. Prawira. 1981. Atlas Kayu Indonesia. Jilid 1. Balai Penelitian Hasil Hutan. Bogor Martawijaya, A., I. Kartasujana, K. Kadir dan S.A. Prawira. 2005. Atlas Kayu Indonesia. Jilid 2. Balai Penelitian Hasil Hutan. Bogor Mata, P.G. and F.R. Siriban. 1972. Resistance of Woods to Marine Borers. Technical Note, No. 171. FORPRIDE COM. College, Laguna 3720, Manila Menon, K.D. 1957. A Note on Marine Borers in Malayan Waters. Reprinted from the Malayan Forester, 20(1):1-6. Issued by the Ministry for Agriculture, Kuala Lumpur Muslich. M. 1994. The Preservative Treatment of Mahogany Lumber (Swietenia Macrophylla King.) Against Marine Borers. Master of Science, Thesis UPLB, Philippines. Unpublished Muslich, M dan G. Sumarni. 1987. Pengaruh Salinitas Terhadap Serangan Penggerek Kayu di Laut Pada Beberapa Jenis Kayu. Jurnal Penelitian Hasil Hutan 4(2): 46-49 ___________________. 2004. Ketahanan 62 Jenis Kayu Indonesia Terhadap Penggerek Kayu di Laut. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 22(3):183-191 Oey Djoen Seng. 1964. Berat Jenis dari Jenis-Jenis Kayu Indonesia dan Pengertian Beratnya Kayu Untuk Keperluan Praktek. Pengumuman No. 1. Lembaga Penelitian Hasil Hutan, Bogor Panshin, A.J. and C. de Zeeuw. 1980. Texbook of Wood Technology. 14th ed. McGrw-Hill Book Co. Toronto Southwell, C.R. and J.D. Bultman. 1971. Marine Borers Resistance of Untreated Woods Over Long Periods of Immersion in Tropical Waters. Biotropica 3, 1. pp. 81107. Naval Research Laboratory, Washington D.C Suherman. 1983. Natural Durability and Treatability Some Indonesian Timbers. Ph.D. thesis. Portsmouth Polytechnic, Portsmouth Sumarni, G., M. Muslich, N. Hadjib, Krisdianto, G. Pari dan K. Yuniarti. 2008. Sifat dasar Jati Plus Perhutani (5 dan 7 tahun) dan jati Ngawi (15 dan 35 tahun). Laporan Hasil Penelitian. Pusat Litbang Hasil Hutan, Bogor Supriana, N. 1999. Rayap dan kayu. Orasi Pengukuhan Ahli Peneliti Utama. Badan Litbang Kehutanan dan Perkebunan, Jakarta Turner, R.D. 1971. Identification of Marine Wood-Boring Mollusks. Marine borers, fungi and fouling organisms of wood. Organisation for Economics Co-operation and Development, Paris