161
Unmas Denpasar
DAMPAK PENERAPAN ASAS KESEJAHTERAAN TERNAK TERHADAP NILAITAMBAH USAHATERNAK DOMBA RAKYAT Kasus pada Peternak Anggota Koperasi Peternak Riungmukti Kecamatan Kalapanunggal Kabupaten Sukabumi Jawa Barat Sondi Kuswaryan, Dwi Cipto Budinuryanto dan Khairun Nisa Marsuma Fakultas Peternakan - Universitas Padjadjaran e- mail :
[email protected] ABSTRAK Penelitian mengenai pengaruh penerapan asas kesejahteraan ternak terhadap nilai tambah usahaternak domba rakyattelah dilaksanakan di Koperasi Peternak Riung Mukti, Kecamatan Kalapanungal Kabupaten Sukabumi Jawa Barat, pada bulan Maret sampai dengan bulan April 2016,bertujuan untuk menganalisis pengaruh penerapan asas kesejahteraan ternak terhadap nilai tambah usahanya.Responden penelitian ditentukan secara sensus, sebanyak 50 orang peternak domba. Metode analisis menggunakan model regresi kuadratik. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata jumlah pemilikan domba sebanyak 12,12 ekor/unit usaha. Jumlah domba yang dijual sebanyak 3,64 ekor/unit usaha/tahun dengan nilai Rp 5.642.056,30 /unit usaha/tahun. Rata-rata nilai tambah usahaternak domba (net farm income) sebesar Rp 1.108.037,63/unit usaha/tahun. Budidaya domba rakyat yang dilakukan oleh peternak anggota Koperasi Peternak Riungmukti telah menerapkan asas kesejahteraan ternak pada katagori cukup baik.Penerapan asas kesejahteraan ternak berpengaruh nyata terhadap nilai tambah usahaternak, mengikuti model regresikuadratik sebagai berikut : Y= - 6034391,568 + 286446,5698 X - 2946,4604 X2 R2 = 0,6634 (2,32135)* (1,60081)* Dengan demikian, penerapan asas kesejahteraan ternak yangmakin baik akan mampu meningkatkan nilai tambah usahanya. Kata Kunci: asas kesejahteraan ternak, nilai tambah,usahaternak domba ABSTRACT Research concerning the influence of animal welfare principles to value added sheep farming has been done in the Riungmukti Cooperation, Subdistrict Kalapanunggal,District Sukabumi, West Java. The research was conducted in March - April 2016, aims to analyze the impact of applying the principles of animal welfare to value added smallholder’s sheep farming. Respondents determined by census, as many as 50 sheep farmers. The method of analysis used is the quadratic regression model.The results showed that: The average number of sheep sold as much as 3.64 heads / business units/years, with a sales value of Rp 5,642,056.30 / business units / year, on a scale livestock holdings as much as 12.12 head/ business unit. The average added value (net farm income) as much as Rp Rp 1,108,037.63/business units/years. The principle of animal welfareapplication of smallholder’s sheep farming conducted by members of Riungmukti cooperation have applied in the well category.Application of the principles of animal welfare significantly affect to the value added of the smallholder’s sheep farming, with a quadratic regression model as follows: Y= - 6034391,568 + 286446,5698 X - 2946,4604 X2 Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
162
Unmas Denpasar
R2 = 0,6634
(2,32135)*
(1,60081)*
Thus, the application of the principle animal welfare that the better held by the farmer will be able to increase the added value of the smallholder’s sheep farming. Keywords: animal welfareapplication, added value, sheep farming PENDAHULUAN Kepedulian masyarakat terhadap penerapan aspek kesejahteraan ternak di Indonesia sampai saat ini masih belum optimal, masih banyak kasus untuk mendapatkan nilai tambah dari ternak (produktivitas maupun keuntungan), masyarakat memperlakukan ternak dengan tidak semestinya. Dalam pemanfaatannya oleh manusia, ternak harus bebas dari perlakukan yang tidak layak, menyangkut keadaan fisik, kondisi mental dan harus mempunyai kesempatan untuk memenuhi kebutuhan alaminya (Bousfield dan Brown, 2010). Dengan alasan untuk meningkatkan produktivitas dan keuntungan maksimal, kegiatan usahaternak sering mengorbankan animal welfare’s, antara lain : pembatasan gerak, penggunaan feed additive dan feed supplement dalam jumlah dan jenis yang tidak semestinya, atau dalam bentuk gangguan fisik ternak. Dalam upaya meningkatkan produktivitas ternak melalui berbagai rekayasa breeding, feeding dan management, prosesnya sangat terkait erat dengan penerapan asas kesejahteraan ternak. Terdapat hubungan non linier antara produktivitas dengan penerapan asas kesejahteraan ternak (McNerney, 2004). Pada ilustrasi 1, digambarkan tingkat hubungan tersebut.
Ilustrasi 1. Hubungan Kesejahteraan Ternak dengan Produktivitas Sumber : Farm Animal Welfare Council (2011) Pada titik A, peningkatan produktivitas timbul dari nutrisi yang baik, pemeliharaan kesehatan dan penerapan kesejahteraan yang sesuai dengan perilaku alami ternak. Titik B menandai diberikannya kesejahteraan maksimum untuk ternak, namun penerapan kesejahteraan tersebut tidak memaksimalkan output, karena peningkatan penerapan kesejahteraan ternakmengurangi kesempatan dilakukannya seleksi genetik dan intervensi Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
163
Unmas Denpasar
penggunaan obat-obatan. Pada titik C, penerapan asas kesejahteraan ternak berada pada taraf yang masih bisa diterima dengan produktivitas yang belum maksimum. Produktivitas maksimum akan dicapai sampai titik E, namun eksploitasi ternak di titik ini mempengaruhi kesejahteraan ternak sedemikian rupa sehingga pelaksanaan kesejahteraan ternak tidak efisien dari segi produksi, dan tidak memberikan keuntungan.Garis putus-putus dan titik D menunjukkan tingkat kesejahteraan minimum yang dapat diterima, sesuai undang-undang, perlakuan pada hewan di bawah garis kesejahteraan minimum dikategorikan sebagai kekejaman. Ilustrasi 1, memberikan gambaran bahwa penerapan asas kesejahteraan ternak yang lemah, lebih sering terjadi pada kegiatan usahaternak dengan orientasi komersial yang sangat kuat, dibandingkan dengan usahaternak yang diselenggarakan secara tradisional subsisten. Sampai saat ini, untuk kondisi peternakan di Indonesia informasi mengenai penerapan asas kesejahteraan ternak masih sangat terbatas, khususnya pada peternakan rakyat. Peternakan domba rakyat yang diselenggarakan oleh peternak anggota Koperasi Peternak Riungmukti Kecamatan Kalapanunggal Kabupaten Sukabumi Jawa Barat, saat ini sudah mulai mengarah pada usahaternak intesif, dimana domba dipelihara di kandang dengan berbagai perlakuan manajemen zooteknis, dengan tujuan untuk mendapatkan nilai tambah usaha yang tinggi. Upaya intensifikasi yang dilakukan, ditengarai terkait pula dengan penerapan animal welfare yang makin lemah. Di sisi lain, diamanatkan dalam UU No. 41 Tahun 2014 bahwa pemanfaatan ternak/hewan untuk kepentingan manusia, antara lain bagaimana ternak dibunuh sebagai sumber pangan, harus tetap mempertimbangkan asas kesejahteraan ternak, sekaligus dapat diperoleh nilai tambah usaha melalui peningkatan produktivitas ternak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis aspekaspek penerapan kesejahteraan ternak domba pada peternakan rakyat, serta dampaknya terhadap peningkatan nilai tambah usahanya. METODE PENELITIAN a. Responden dan daerah Penelitian Responden penelitian melibatkan 50 orang peternak domba anggota aktif Koperasi Peternak Riungmukti Kecamatan Kalapanunggal Kabupaten Sukabumi Jawa Barat. b. Pengukuran Variabel Indikator kesejahteraan ternak/hewan selayaknya mempertimbangkan empat katagori, yaitu : aspek perilaku,fisik, fisiologis dan orientasi produksi (Veerasamy.,dkk, 2011). Pada penelitian ini, pengukuran penerapan asas kesejahteraan ternak menggunakan parameter yang terdiri dari : 1. Ternak bebas dari rasa lapar dan haus, (indikator : kuantitas dan kualitas pakan serta kecukupan pemberian air minum). 2. Ternak bebas dari rasa ketidaknyamanan, (indikator kebersihan dan luas kandang) 3. Ternak bebas dari luka, sakit dan penyakit, (indikator pencegahan penyakit, kasus kecelakaan dan angka sakit). 4. Ternak bebas dari rasa takut dan penderitaan, (indikator bebas dari pertengkaran antar ternak dan gangguan pemangsa) Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
164
Unmas Denpasar
5.
Ternak bebas mengekspresikan perilaku normal dan alami, (indikator interaksi antar ternak, kondisi bangunan kandang mendukung perilaku alami dan frekwensi keluar kandang). Setiap parameter penerapan asas kesejahteraan ternak diberi bobot sesuai dengan tingkat dukungannya terhadap perilaku alamiah ternak (total nilai bobot 1000), sedangkan indikator asas kesejahteraan ternak yang diterapkan/dilakukan oleh peternak dikatagorikan dengan skala likert, yaitu sangat baik (5); baik (4); cukup (3); buruk (2); dan sangat buruk (1). Hasil penilaian penerapan asas kesejahteraan ternak diubah kedalam skala interval menggunakan method of Succsessive Interval, selanjutnya dilakukan pembobotan.Pengukuran nilai tambah usahaternak menggunakan parameter pendapatan bersih (net farm income) usahaternak domba rakyat, yaitu Pendapatan Bersih (net farm income) = Penerimaan Total – Biaya Total (Brown, 1974) Model Analisis Dampak penerapan asas kesejahteraan ternak terhadap perolehan nilai tambah (net farm income) usahaternak domba rakyat, dianalisis dengan menggunakan model regresi linier kuadratik sebagai berikut : Y = a + b1 X1 + b2 X12 + e Dimana : Y = dependent variable (net farm income) X1= independent variable (nilai penerapan kesejahteraan ternak) a = konstanta; b1, b2 = koefisien regresi; e = residual/error HASIL DAN PEMBAHASAN Keragaan Usahaternak Domba Rakyat Anggota Koperasi Peternak Riungmukti Kecamatan Kalapanunggal Kabupaten Sukabumi Jawa Barat. Kecamatan Kalapanunggal memiliki topografi wilayah bergelombang, berada pada ketinggian 500 – 800 m dpl, dengan curah hujan 177,9 mm/tahun, suhu harian 300C, sebagian besar luas wilayah dimanfaatkan sebagai kebun kelapa sawit dan pertanian milik masyarakat. Keadaan vegetasi tersebut memberikan dukungan terhadap perkembangan budidaya domba rakyat. Meskipun hasil usahaternak domba belum mampu memenuhi total kebutuhan keluarga atau belum dapat menjadi usaha pokok, namun eksistensi ternak domba sangat penting sebagai tabungan non cash, dimana pemanfaatannya digunakan untuk memenuhi kebutuhan finansial mendadak, mengatasi kegagalan panen pertanian, bahkan dapat sebagai strategi investasi keluarga di perdesaan. Koperasi peternak Riungmukti mengambil peran penting dalam meningkatkan kinerja usahaternak, khususnya dalam peningkatan kemampuan manajemen zooteknis, seperti pengaturan kandang, pengendalian kesehatan veteriner, perbaikan teknis pemberian pakan, sampai dengan membantu dalam bidang pemasaran. Keragaan usahaternak domba rakyat anggota Koperasi Riungmukti disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Keragaan Usahaternak Domba Rakyat Anggota Koperasi Peternak Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
165
Unmas Denpasar
Riungmukti Kec. Kalapanunggal Kab.Sukabumi Jawa Barat (Rp/Unit Usaha/Tahun) I PENERIMAAN 1. Penjualan Ternak 5.642.056,30 2. Penjualan Limbah Kandang 182.860,00 3. Perubahan Nilai Ternak 385.508,52 Sub Total I 6.210.424,82 II
III
BIAYA VARIABEL 1. Pakan Tambahan 2. Kesehatan Ternak 3. Penerangan 4. Curahan Kerja di Kandang 5. Curahan Kerja Nyabit Rumput 6. Tranportasi Nyabit Rumput Sub Total II
161.062,00 10.520,00 13.320,00 986.006,16 3.410.260,70 152.460,00 4.733.628,86
GROSS MARGIN
1.476.795,96
BIAYA TETAP 1. Penyusutan Peralatan 2. Perbaikan Kandang Sub Total III
188.218,33 180.540,00 368.758,33
NET FARM INCOME
1.108.037,63
Pendapatan dari Curahan Kerja 1. Curahan Kerja di Kandang 2. Curahan Kerja Nyabit Rumput Sub Total IV
986.006,16 3.410.260,70 4.396.266,86
PENDAPATAN KELUARGA (FAMILY INCOME) DARI USAHATERNAK DOMBA
5.504.304,49
Catatan : Rata-rata skala pemeliharaan : 12,12 ekor/unit usaha Rata-rata penjualan Domba : 3,64 ekor/unit usaha/tahun
Pada rata-rata jumlah jumlah domba yang dipelihara sebanyak 12,12 ekor/unit usaha, peternak mampu menjual 3,64 ekor domba per unit usaha/tahun, dengan nilai penjualan sebesar Rp 5.642.056,30. Nilai limbah kandang sampai saat ini belum bernilai ekonomi bagi peternak, sebagian besar peternak masih belum memberikan nilai ekonomi terhadap limbah kandang. Nilai net farm income sebesar Rp 1.108.037,63/unit usaha per tahun, bila dinilai dengan cara pandang komersial, nilai tersebut relatif kecil untuk membayar biaya manajemen maupun biaya seluruh investasi. Biaya tenaga kerja kandang dan nyabit rumput membutuhkan biaya sangat besar. Meskipun demikian,karena tenaga kerja disediakan oleh tenaga kerja keluarga dan tidak membayar ke tunai pihak lain, maka komponen tenaga kerja ini menjadi nilai tabungan Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
166
Unmas Denpasar
keluarga, yang bertransformasi menjadi komponen pendapatan keluarga dari usahaternak. Dari nilai total family income, sebesar 79,87%-nya berasal dari kontribusi curahan tenaga kerja keluarga. Dalam konteks seperti ini, usahaternak domba sangat penting perannya dalam penyerapan tenaga kerja di perdesaan. Dapat disimpulkan bahwa usahaternak dengan tujuan utama menghasilkan anak domba (usaha pembibitan), belum dapat dinilai layak secara finansial biladiusahakan secara komersial, dalam arti seluruh komponen biaya diperhitungkan, untuk dibayar dari nilai penjualan ternak. Penerapan Asas Kesejahteraan Ternak pada Usahaternak Domba Rakyat Pola pemeliharaan domba responden dilakukan secara intensif, dikandangkan sepanjang hari.Pemberian pakan dilakukan secara cut and carry, rumput disabit dari lahan umum, kemudian diberikan kepada ternak dalam jumlah relatif lebih banyak dari kebutuhan. Rata-rata jumlah pemberian sebanyak 6,7 kg/ekor/hari. Jumlah ini lebih besar dari rekomendasi Sudarmono dan Sugeng (2003) sekitar 4,5 – 5 kg/ekor/hari. Sebagian besar peternak tidak memberikan tambahan air minum, dengan pertimbangan bahwa dalam rumput yang diberikan sudah terkandung air yang cukup, namun demikian pada musim kemarau sebagian peternak memberikan tambahan air minum dalam jumlah add libitum. Nilai penerapan aspek kesejahteraan ternak pada budidaya domba rakyat dapat dilihat pada Tabel 2. Rata-rata luas kandang cukup memadai sekitar 1,30 m2/ekor, namun untuk domba jantan dewasa umumnya kurang luas. Peternak secara sengaja membuat ukuran kandang relatif kecil untuk domba jantan dewasa, dengan pertimbangan untuk mengurangi ruang gerak, karena domba jantan dewasa bersifat agresif, dengan luasan kandang yang terbatas, diharapkan agresifitasnya dapat terkendalikan. Tabel 2. Penerapan Aspek Kesejahteraan Ternak Budidaya Domba pada Peternak Anggota Koperasi Riungmukti Kec. Kalapanunggal Sukabumi Jawa Barat No 1. 2. 3. 4.
5.
Kriteria Ternak bebas dari rasa lapar dan haus, (indikator : kuantitas dan kualitas pakan serta kecukupan pemberian air minum). Ternak bebas dari rasa ketidaknyamanan, (indikator kebersihan dan luas kandang). Ternak bebas dari luka, sakir dan penyakit, (indikator pencegahan penyakit, kasus kecelakaan dan angka sakit). Ternak bebas dari rasa takut dan penderitaan, (indikator bebas dari pertengkaran antar ternak dan gangguan pemangsa). Ternak bebas mengekspresikan perilaku normal dan alami, (indikator interaksi antar ternak, kondisi bangunan kandang mendukung perilaku alami dan frekwensi keluar kandang). Rata-rata
Rata-rata Nilai 2,79 2,93 3,83 4,42
2,75 3,32
Pada pemeliharaan ternak intensif, aspek pengendalian penyakit cukup mendapat perhatian peternak, mulai dari kebersihan kandang sampai dengan pencegahan dan pengobatan ternak sakit. Pengendalian aspek kesehatan ternak tidak hanya dilakukan peternak, tapi juga oleh tenaga kesehatan yang disediakan koperasi. Perkandangan yang baik Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
167
Unmas Denpasar
telah dibangun oleh peternak, mampu melindungi ternak dari gangguan eksternal, termasuk upaya memisahkan antara ternak (betina, muda dan anak) dengan ternak jantan dewasa. Oleh karena itu, hampir tidak pernah terjadi pertengkaran antar ternak dalam kandang. Kondisi yang kurang menguntungkan dalam aspek mendukung perilaku alami ternak disebabkan oleh pola pemeliharaan itu sendiri, pengandangan ternak telah membatasi ruang gerak ternak, meskipun secara rutin peternak mengeluarkan ternaknya dari kandang untuk latihan gerak. Dengan demikian, dari fenomena yang telah diukur dapat disimpulkan bahwa penerapan asas kesejahteraan ternak yang diterapkan peternak pada usahaternak domba sudah cukup baik. Dampak Penerapan Asas Kesejahteraan Ternak terhadap Nilai Tambah Usahaternak Domba Rakyat Hasil analisis menunjukan bahwa penerapan asas kesejahteraan ternak berpengaruh nyata (Fhit > F tab) terhadap nilai tambah (net farm income) usahaternak, mengikuti model regresi kuadratik sebagai berikut : Y= - 6034391,568 + 286446,5698 X - 2946,4604 X2 R2 = 0,6634 (2,32135)* (1,60081)* Nilai tambah usahaternak domba rakyat sebesar 66,34% dipengaruhi oleh penerapan asas kesejahteraan ternak, sekitar 33,66% diperngaruhi oleh variabel lain diluar penerapan aspek kesejahteraan ternak. Net farm income usahaternak domba rakyat akan makin baik, bila peternak menerapkan asas kesejahteraan ternak dengan baik. Namun demikian, peternak tidak dianjurkan untuk menerapkan asas kesejahteraan ternak mengikuti perilaku alamiah domba, karena aspek pengendaliannya akan sulit sehingga berdampak pada penurunan nilai tambah usahanya. Hal sebaliknya dapat terjadi, bila peternak kurang atau tidak menerapkan asas kesejahteraan ternak, kondisi fisiologis ternak akan memberikan respon negatif yang berdampak pada penurunan produktivitas, berpengaruh pada rendahnya nilai jual ternak, lebih jauh akan menurunkan nilai tambah usahaternak. Gambaran ini dapat dilihat pada Ilustrasi 2.
Y
1,000,000 800,000 600,000 400,000 200,000 (200,000) 0 (400,000) (600,000) (800,000) (1,000,000) (1,200,000)
5
10
15
20
25
30
35
40
45
Y X Variable
Predicted Y
Ilustrasi 2. Hubungan antara Penerapan Asas Kesejahteraan Ternak dengan Nilai Tambah Usahaternak Domba Rakyat.
Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
168
Unmas Denpasar
SIMPULAN 1. Nilai tambah (net farm income) usahaternak domba rakyat masih relatif kecil, oleh karena itu pendapatan keluarga dari usahaternak, sebesar 79,87% berasal dari kontribusi tenaga kerja keluarga. 2. Usahaternak domba mempunyai peranan besar dalam penyerapan tenaga kerja di perdesaan. 3. Penerapan asas kesejahteraan ternak pada budidaya domba rakyat telah berlangsung dengan cukup baik. 4. Penerapan asas kesejahteraan ternak mempunyai dampak nyata terhadap perolehan nilai tambah usaha, makin baik berbagai aspek asas kesejahteraan ternak diterapkan oleh peternak domba, akan mampu meningkatkan pendapatan usahanya. UCAPAN TERIMA KASIH Penghargaan dan terima kasih yang tinggi disampaikan kepada Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, DRPM Universitas Padjadjaran yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan riset melalui program PUPT-UNPAD. Apresiasi juga disampaikan kepada mahasiswa dan pihak lain yang terlibat dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA Brown, M.L, 1974. Farm Income Concept. Economic Development Institute. International Bank for Recontruction and Development. Bousfield, B and R. Brown.,2010, Animal Welfare. Veterinary Bulletin-Agriculture, Fisheries and Conservation Department. Farm Animal Welfare Council,2011. Updates the Five Freedom. Vet. Rec 131, 357. Farser, A.F and D.M. Broom, 1997. Farm Animal Behaviour and Welfare. CABI Publishing UK McNerney.J.P, 2004. Animal Welfare, Economics and Policy. Report to Defra. http://achive.defra.gov.uk/evidence/economics/report/document/animalwelfare.pdf Merkel, J.P. and Subandriyo, 1997. Sheep and Goat Production Handbook for SoutheastAsia. University of California Davis. USA. Sudarmono, A.S dan Y.B. Sugeng, 2003. Beternak Domba. Penebar Swadaya. Jakarta. Undang-undang No. 41 Tahun 2014, tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan. http://www.indonesia.go.id/in/produk hukum/undang-undang. Veersamy, S., L. Jeffrey., E. Thaddeus and L. Rattan, 2011. Assesment Method and Indicators of Animal Welfare. Asian J. Anim. Vet Adv, 6 (4): 301-315.
Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016