PENDAPATAN USAHATANI DAN PENGEMBANGAN USAHA TANAMAN HIAS DAUN POTONG DI BOGOR, JAWA BARAT (Kasus pada PT Pesona Daun Mas Asri dan Kelompok Tani Al-Busyro Florist)
SKRIPSI
SEKAR NUR WULANDARI H34076139
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009
RINGKASAN SEKAR NUR WULANDARI. Pendapatan Usahatani dan Pengembangan Usaha Tanaman Hias Daun Potong di Bogor, Jawa Barat (Kasus pada PT Pesona Daun Mas Asri dan Kelompok Tani Al-Busyro Florist). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan MUHAMMAD FIRDAUS). Pertanian merupakan salah satu sektor penting bagi perekonomian Indonesia. Subektor pertanian yang memberikan kontribusi terbesar Pendapatan Domestik Bruto (PDB) adalah subsektor hortikultura.Tanaman hias (florikultura) merupakan salah satu dari subsektor hortikultura menjadi alternatif usaha yang sangat potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Komoditi florikultura terdiri dari tanaman hias pot, tanaman hias bunga potong, tanaman hias daun dan tanaman taman. Khusus untuk tanaman hias daun terdiri atas daun potong dan tanaman hias daun dalam pot. Daun potong adalah tanaman hias daun yang dimanfaatkan daunnya untuk pelengkap rangkaian bunga atau filler. Penelitian ini memfokuskan pada struktur biaya dan pendapatan usahatani tanaman hias daun potong pada perusahaan komersial dan petani/kelompok tani. Selain itu mengkaji analisis lingkungan internal dan eksternal sehingga mampu merumuskan alternatif strategi pengembangan usaha masing-masing pada perusahaan komersial dan kelompok tani. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : (1) Membandingkan struktur biaya dan pendapatan usahatani tanaman hias daun potong pada perusahaan komersial dan petani/kelompok tani, (2) Membandingkan kodisi lingkungan internal dan eskternal yang mempengaruhi usaha tanaman hias daun potong pada perusahaan komersial dan kelompok tani, dan (3) Merumuskan strategi pengembangan usaha tanaman hias daun potong masing-masing pada perusahaan komersial dan kelompok tani. Penelitian ini dilakukan di dua lokasi yaitu PT Pesona Daun Mas Asri sebagai perusahaan komersial dan Al-Busyro Forist sebagai kelompok tani. Jenis data yang digunakan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui obsevasi (pengamatan) secara langsung dan wawancara berdasarkan panduan kuesioner dengan pihak manajemen perusahaan dan kelompok tani. Data sekunder diperoleh melalui studi literatur dari buku, penelitian terdahulu, Badan Pusat Statististik, Asosiasi Bunga Indonesia, Direktorat Jenderal Hortikultura dan situs internet. Data yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan analisis usahatani untuk mengetahui pendapatan usahatani. Perumusan strategi dilakukan melalui tiga tahap yaitu (1) Tahap Input dengan menggunakan Matriks IFE dan Matriks EFE, (2) Tahap Pecocokan dengan menggunakan Matriks IE dan Matriks SWOT, dan (3) Tahap Keputusan dengan menggunakan Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). Berdasarkan hasil analisis pendapatan usahatani maka pendapatan usahatani tanaman hias daun potong menunjukkan bahwa lebih efisien pengelolaan oleh manajemen perusahaan dibandingkan dengan pengelolaan pengelolaan manajemen
kelompok tani. Namun usahatani tanaman hias daun di kedua lokasi sama-sama menguntungkan karena nilai imbangan penerimaan atas biaya (R/C ratio) diatas 1. Hasil analisis faktor internal dan faktor eksternal terdapat beberapa perbedaan yang mempengaruhi usaha tanaman hias daun potong antara perusahaan komersial dan kelompok tani. Perusahaan memiliki kekuatan yang paling mempengaruhi yaitu kualitas produk yang dihasilkan baik dan kelemhan yaitu menetapkan harga yang lebih tinggi dari petani. Peluang yang dapat dimanfaatkan perusahaan adalah kekuatan tawar menawar terhadap pembeli kuat dan ancaman yang harus diatasi adalah potensi masuknya pendatang baru. Pada Kelompok Tani Al-Busyro Florist, kekuatan yang paling mempengaruhi yaitu memiliki pelanggan tetap dan kelemahan yaitu menggunakan metode tradisional dalam proses produksi. Peluang yang dapat dimanfaatkan kelompok tani adalah adanya dukungan dari instansi pemerintah dan ancaman yang harus diatasi adalah harga pupuk kimia mahal. Berdasarkan analisis Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) maka prioritas strategi untuk PT Pesona Daun Mas Asri adalah mempertahankan kualitas dan variasi produk daun potong, sedangkan prioritas strategi untuk Kelompok Tani Al-Busyro Florist adalah mencari alteratif perolehan sumber modal untuk pengembnagan usaha. Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini yaitu (1) Usaha tanaman hias daun potong di PT Pesona Daun Mas Asri dan Kelompok Tani AlBusyro Florist harus terus dikembangkan karena berdasarkan analisis pendapatan usahatani, memiliki penerimaan yang lebih besar dari biaya yang harus dikeluarkan. Terutama untuk Al-Busyro Florist, harus terus mengembangkan usahanya karena keberadaan perusahaan komersial seperti PT Pesona Daun Mas Asri tidak mempengaruhi pendapatan petani, (2) Pihak manajemen perusahaan segera melaksanakan strategi terbaik yang dihasilkan dengan meningkatkan pengawasan terhadap proses produksi dan menambah keanekaragaman jenis daun yang dikoleksi, dan (3) Kelompok Tani Al-Busyro Florist dapat mengimplementasikan strategi yang telah dirumuskan dengan melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap kondisi kelompok tani.
PENDAPATAN USAHATANI DAN PENGEMBANGAN USAHA TANAMAN HIAS DAUN POTONG DI BOGOR, JAWA BARAT (Kasus pada PT Pesona Daun Mas Asri dan Kelompok Tani Al-Busyro Florist)
SEKAR NUR WULANDARI H34076139
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009
Judul skripsi : Pendapatan Usahatani dan Pengembangan Usaha Tanaman Hias Daun Potong Di Bogor, Jawa Barat (Kasus pada PT Pesona Daun Mas Asri dan Kelompok Tani Al-Busyro Florist) Nama
: Sekar Nur Wulandari
NRP
: H34076139
Disetujui, Pembimbing
Muhammad Firdaus, Ph.D NIP.19730105 199702 1 001
Diketahui. Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP.19580908 198403 1 002
Tanggal Lulus :
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul ”Pendapatan Usahatani dan Pengembangan Usaha Tanaman Hias Daun Potong Di Bogor, Jawa Barat (Kasus pada PT Pesona Daun Mas Asri dan Kelompok Tani Al-Busyro Florist)” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, September 2009
Sekar Nur Wulandari H34076139
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala berkat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Pendapatan Usahatani dan Pengembangan Usaha Tanaman Hias Daun Potong Di Bogor, Jawa Barat (Kasus pada PT Pesona Daun Mas Asri dan Kelompok Tani Al-Busyro Florist)”. Penelitian ini bertujuan (1) membandingkan struktur biaya dan pendapatan usahatani tanaman hias daun potong pada perusahaan komersial dan petani/kelompok tani; (2) membandingkan kondisi lingkungan internal dan eksternal yang mempengaruhi usaha tanaman hias daun potong pada perusahaan komersial dan kelompok tani; dan (3) merumuskan strategi pengembangan usaha tanaman hias daun potong masing-masing pada perusahaan komersial dan kelompok tani. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, September 2009 Sekar Nur Wulandari
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Tanjungbatu, Kabupaten Karimun, Propinsi Kepulauan Riau pada tanggal 20 Juli 1986. Penulis adalah anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak H Raja Abdul Aziz dan Ibu Hj Hernawati. Penulis mengawali jenjang pendidikan di SDN 1 Tanjungbatu pada tahun 1992 dan lulus tahun 1998. Tahun 2001 penulis lulus dari SLTPN 1 Tanjungbatu dan menyelesaikan pendidikan lanjutan menengah atas di SMA Negeri 2 Tanjungpinang pada tahun 2004. Pada tahun 2004, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Program Studi Diploma III Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian dan memperoleh gelar Ahli Madya pada tahun 2007. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan pada jenjang Strata Satu (S1) Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Selama mengikuti pendidikan di Institut Pertanian Bogor penulis cukup aktif dalam kegiatan kemahasiswaan diantaranya pada Forum Komunikasi Manajemen Agribisnis (FK-MAB) periode 2004-2005, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian (BEM-A) periode 2005-2006, Paduan Suara IPB Agria Swara serta berbagai panitia dan peserta dari berbagai kegiatan yang diselenggarakan di lingkungan Institut Pertanian Bogor. Penulis juga tergabung dalam Ikatan Keluarga Pelajar Mahasiswa Riau Bogor (IKPMR) dan Himpunan Pelajar Mahasiswa Karimun Jakarta (HIPPEMASKA).
UCAPAN TERIMA KASIH
Proses penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terimakasih dan penghargaan kepada : 1.
Kedua orangtua tercinta, Bapak H Raja Abdul Aziz dan Ibu Hj Hernawati atas semua kasih sayang, doa, perhatian, nasehat seta dukungan moril maupun materiil yang tiada henti-hentinya diberikan kepada penulis. Terimakasih Papa dan Mama tersayang atas limpahan pengorbanan selama penulis menjalani masa studi hingga proses penyelesaian skripsi ini. Semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik.
2.
Muhammad Firdaus, Ph.D selaku dosen pembimbing skripsi yang telah sabar memberikan bimbingan, arahan, waktu, dan masukan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.
3.
Dr. Ir. Heny K. Daryanto, M.Ec selaku dosen penguji utama pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.
4.
Dra. Yusalina, Msi selaku dosen penguji dari Komisi Pendidikan pada ujian sidang penulis yang telah memberikan saran dan kritik demi perbaikan skripsi ini.
5.
Ir. Popong Nurhayati, MS selaku dosen evaluator sekaligus Dosen yang selalu memberikan semangat kepada penulis untuk tetap melakukan dan menulis yang terbaik pada skripsi ini.
6.
Keluarga tercinta khususnya Mas Iwan, Mas Heru, Kak Elly, Weta, Oma, Om ino, Tante Iik, Chaela dan Nabil untuk setiap dukungan, cinta kasih dan doa yang diberikan.
7.
Seluruh dosen dan staf pengajar Departemen Agribisnis yang telah memberikan pengetahuan dan bantuan selama penulis melakukan perkuliahan.
8.
Linawati selaku pembahas pada seminar hasil penulis yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan skripsi ini.
ii
9.
Ibu Ossy Safitri, S.P selaku manajer PT Pesona Daun Mas Asri yang telah memberikan kesempatan kepada penulis melakukan penelitian.
10. Bapak R. Zaini Ahmad Dahlan selaku Ketua Kelompok Tani Al-Busyro Florist yang telah memberikan kesempatan kepada penulis melakukan penelitian. 11. Staf administrasi Ekstensi Agribisnis yang sangat membantu selama proses perkuliahan hingga penulisan skripsi ini. 12. Hardianzah Rahmat, S.TP dan Clara Tri Aprilia Dewanti, S.TP yang telah memberikan dukungan, saran dan bantuan selama menyelesaikan skripsi ini. 13. Sahabat yang selalu setia menemani dan berbagi cerita : Artayati Harnasari, Andita Rahmawati, Hendra Kurniawan, S.IP dan M. Koko Prihartono, S.E. 14. Teman-teman satu bimbingan skripsi : Tari, Hanim, Faith, Mas Dicky, Mas Hendra dan Mbak Halimatus atas kebersamaan dan semangat yang diberikan selama penelitian hingga penulisan skripsi. 15. Teman-teman satu tim tenis, Pak Andha, Ibeth, Revi, Opick, Indah, Rini, dan Hendra. Kenangan selama di lapangan akan menjadi pengalaman terbaik. 16. Teman-teman satu kontrakan DC-9 : Damayana Siahaan, Tata, Rini, Arva, Findy, Nova dan Novi Safitri atas suasana suka, duka, kekeluargaa dan kehampaan. 17. Teman-teman, abang-abang, adik-adikku di IKPMR Bogor, ”Takkan Melayu Hilang di Bumi”, teruskan semangat kita diperantauan. 18. Rekan-rekan Mahasiswa Ekstensi Agribisnis Angkatan tiga atas kebersamaan selama dua tahun yang terasa begitu singkat ini. 19. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah banyak membantu penulis dalam menjalani masa studi dan menyelesaikan skripsi ini. Akhirnya, semoga amal baik Bapak/Ibu dan rekan-rekan mendapat balasan yang setimpal dari Allah Swt. Amin
Bogor, September 2009 Sekar Nur Wulandari
iii
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR ISI
.......................................................................................
iv
DAFTAR TABEL ..................................................................................
viii
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................
xii
I
PENDAHULUAN ............................................................................. 1.1 Latar Belakang ................................................................... 1.2 Perumusan Masalah ........................................................... 1.3 Tujuan Penelitian ................................................................ 1.4 Kegunaan Penelitian............................................................ 1.5 Ruang Lingkup Penelitian...................................................
1 1 7 10 10 11
II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 2.1 Definisi Tanaman Hias ....................................................... 2.2 Agribisnis Tanaman Hias .................................................... 2.3 Pengelompokan Tanaman Hias .......................................... 2.4 Karakteristik Tanaman Hias ............................................... 2.5 Tanaman Hias Daun............................................................ 2.6 Jenis-jenis Tanaman Hias Daun Untuk Daun Potong ......... 2.7 Hasil Penelitian Terdahulu.................................................. 2.7.1 Studi Penelitian Terdahulu Mengenai Pendapatan .... Usahatani Tanaman Hias........................................... 2.7.2 Studi Penelitian Terdahulu Mengenai Strategi .......... Pengembangan Usaha Tanaman Hias ....................... 2.7.3 Studi Penelitian Terdahulu Mengenai Pendapatan ... Usahatani dan Pengembangan Usaha........................
12 12 12 13 15 16 17 17
III KERANGKA PEMIKIRAN............................................................ 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ............................................. 3.1. 1 Konsep Usahatani...................................................... 3.1. 2 Pemilihan Cabang Usahatani .................................... 3.1. 3 Konsep Pendapatan Usahatani .................................. 3.1. 4 Pengertian Strategi .................................................... 3.1. 5 Konsep Manajemen Strategi ..................................... 3.1. 6 Strategi Pengembangan Usaha.................................. 3.1. 7 Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan ............................ 3.1. 8 Analisis Lingkungan Perusahaan .............................. 3.1.8.1 Analisis Lingkungan Internal ....................... 3.1.8.2 Analisis Lingkungan Eksternal.....................
23 23 23 24 25 27 27 29 29 30 30 32
17 19 21
iv
3.1. 9 Matriks IFE dan EFE ................................................ 3.1.10 Matriks IE ................................................................ 3.1.11 Matriks SWOT ......................................................... 3.1.12 Matriks QSP (QSPM) .............................................. 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ......................................
36 37 37 37 38
IV METODE PENELITIAN ................................................................ 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................. 4.2 Jenis dan Sumber Data ......................................................... 4.3 Metode Penarikan Sampel.................................................... 4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ................................ 4.4.1 Analisis Usahatani....................................................... 4.4.1.1 Analisis Pendapatan Usahatani ....................... 4.4.1.2 Analisis Rasio Penerimaan atas Biaya ............ 4.4.1.3 Analisis Rasio Pendapatan atas Biaya............. 4.4.1.4 Metode Penyusutan ......................................... 4.4.2 Analisis Lingkungan Perusahaan ................................ 4.5 Definisi Operasional.............................................................
42 42 42 42 43 44 45 46 46 47 47 57
V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN .............................. 5.1 Gambaran Umum PT Pesona Daun Mas Asri...................... 5.1.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan...................... 5.1.2 Lokasi dan Kondisi Perusahaan .................................. 5.1.3 Visi dan Misi Perusahaan ........................................... 5.1.4 Organisasi dan Manajemen Perusahaan ..................... 5.1.5 Sumberdaya Perusahaan ............................................. 5.1.6 Permodalan Perusahaan .............................................. 5.1.7 Sarana dan Prasarana Perusahaan ............................... 5.1.8 Kegiatan Perusahaan................................................... 5.2 Gambaran Umum Kelompok Tani Al-Busyro Florist ......... 5.2.1 Sejarah dan Perkembangan Kelompok Tani............... 5.2.2 Lokasi dan Kondisi Kelompok Tani ........................... 5.2.3 Visi dan Misi Kelompok Tani .................................... 5.2.4 Struktur Organisasi ..................................................... 5.2.5 Karakteristik Petani Responden..................................
59 59 59 60 62 63 65 67 67 68 69 69 71 72 72 75
VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI ..................................... 6.1 Perbandingan Sistem Usahatani antara PT Pesona Daun .... Mas Asri dan Kelompok Tani Al-Busyro Florist................. 6.2 Analisis Pendapatan Usahatani pada PT Pesona Daun ........ Mas Asri............................................................................... 6.2.1 Analisis Usahatani Cordyline pada PT Pesona Daun . Mas Asri ..................................................................... 6.2.1.1 Subsistem Sarana Produksi Cordyline ........... 6.2.1.2 Subsistem Budidaya Cordyline ......................
75 75 76 77 77 80 v
6.2.1.3 Analisis Pendapatan Usahatani Daun Potong Cordyline padaPT Pesona Daun Mas Asri ..... 6.2.2 Analisis Usahatani Dracaena pada PT Pesona Daun . Mas Asri ..................................................................... 6.1.2.1 Subsistem Sarana Produksi Dracaena ........... 6.1.2.2 Subsistem Budidaya Dracaena ...................... 6.1.2.3 Analisis Pendapatan Usahatani Daun Potong Dracaena PT Pesona Daun Mas Asri............ 6.2.3 Analisis Usahatani Philodendron selloum pada ........ PT Pesona Daun Mas Asri.......................................... 6.2.3.1 Subsistem Sarana Produksi Philodendron ..... selloum............................................................ 6.2.3.2 Subsistem Budidaya Philodendron selloum... 6.2.3.3 Analisis Pendapatan Usahatani Daun Potong Philodendron selloum di PT Pesona Daun ..... Mas Asri ......................................................... 6.3 Analisis Pendapatan Usahatani Daun Potong pada............. Kelompok Tani Al-Busyro Florist ...................................... 6.3.1 Subsistem Sarana Produksi ........................................ 6.3.2 Subsistem Budidaya................................................... 6.3.3 Analisis Pendapatan Usahatani Daun Potong ........... Cordyline per Hektar di Kelompok Tani Al-Busyro.. Florist.......................................................................... 6.3.4 Analisis Pendapatan Usahatani Daun Potong ........... Dracaena per Hektar di Kelompok Tani Al-Busyro.. Florist.......................................................................... 6.3.5 Analisis Pendapatan Usahatani Daun Potong ........... Philodendron seloum per Hektar di Kelompok Tani . Al-Busyro Florist........................................................ 6.3.6 Perbandingan Usahatani PT Pesona Daun Mas......... Asri dan Kelompok Tani Al-Busyro Florist per ........ Hektar dalam Satu Tahun .......................................... VII ANALISIS LINGKUNGAN LOKASI PENELITIAN ................. 7.1 Analisis Lingkungan Internal PT Pesona Daun Mas Asri ... 7.1.1 Manajemen.................................................................. 7.1.2 Pemasaran ................................................................... 7.1.3 Keuangan/Akuntansi ................................................... 7.1.4 Produksi/Operasi ......................................................... 7.1.5 Sumberdaya Manusia .................................................. 7.1.6 Penelitian dan Pengembangan (Litbang) .................... 7.2 Analisis Lingkungan Eksternal PT Pesona Daun Mas Asri. 7.2.1 Analisis Lingkungan Umum PT Pesona Daun Mas.... Asri .............................................................................
84 89 89 92 96 101 101 104
108 113 114 118
120
124
129
133 140 140 141 142 147 148 150 151 152 152
vi
7.2.2 Analisis Lingkungan Industri PT Pesona Daun Mas .. Asri ............................................................................. 7.3 Analisis Lingkungan Internal Kelompok Tani Al-Busyro... 7.3.1 Manajemen.................................................................. 7.3.2 Pemasaran ................................................................... 7.3.3 Keuangan/Akuntansi ................................................... 7.3.4 Produksi/Operasi ......................................................... 7.3.5 Sumberdaya Manusia .................................................. 7.3.6 Penelitian dan Pengembangan (Litbang) .................... 7.4 Analisis Lingkungan Eksternal Kelompok Tani Al-Busyro 7.4.1 Analisis Lingkungan Umum Kelompok Tani ............ Al-Busyro Florist........................................................ 7.4.2 Analisis Lingkungan Industri Kelompok Tani .......... Al-Busyro Florist........................................................ VIII FORMULASI STRATEGI ............................................................ 8.1 Tahap Masukan (Input) PT Pesona Daun Mas Asri............. 8.1.1 Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal PT Pesona. Daun Mas Asri............................................................ 8.1.2 Matriks IFE dan EFE PT Pesona Daun Mas Asri ....... 8.2 Tahap Pencocokan PT Pesona Daun Mas Asri .................... 8.2.1 Analisis Matriks IE PT Pesona Daun Mas Asri .......... 8.2.2 Analisis Matriks SWOT PT Pesona Daun Mas Asri .. 8.3 Tahap Keputusan PT Pesona Daun Mas Asri ...................... 8.3.1 Analisis Matriks QSP PT Pesona Daun Mas Asri ...... 8.4 Tahap Masukan (Input) Kelompok Tani Al-Busyro Florist 8.4.1 Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal Kelompok. Tani Al-Busyro Florist ............................................... 8.4.2 Matriks IFE dan EFE Kelompok Tani Al-Busyro ...... Florist......................................................................... 8.5 Tahap Pencocokan Kelompok Tani Al-Busyro Florist........ 8.5.1 Analisis Matriks IE Kelompok Tani Al-Busyro Florist 8.5.2 Analisis Matriks SWOT Kelompok Tani Al-Busyro . Florist......................................................................... 8.6 Tahap Keputusan Kelompok Tani Al-Busyro Florist .......... 8.6.1 Analisis Matriks QSP Kelompok Tani Al-Busyro...... Florist..........................................................................
158 161 162 164 167 168 169 170 170 171 174 177 177 177 183 186 186 188 193 193 194 194 202 205 205 206 210 214
IX KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................... 212 9.1 Kesimpulan .......................................................................... 212 9.2 Saran..................................................................................... 212 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 214 LAMPIRAN............................................................................................. 217
vii
DAFTAR TABEL
Nomor 1.
Halaman Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku................... Periode 2003-2006 .......................................................................
1
Jumlah Produksi Tanaman Hias di Indonesia .............................. Tahun 2003-2007 .........................................................................
2
Volume Penjualan Tanaman Hias Indonesia Periode .................. Tahun 2007-2008 .........................................................................
3
Penjualan Sepuluh Tertinggi Daun Potong di PT Pesona Daun .. Mas Asri Periode Bulan Juli 2008 – Juni 2009............................
6
5.
Format Dasar Tabel Usahatani.....................................................
44
6.
Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Perusahaan .................
48
7.
Matriks IFE ..................................................................................
50
8.
Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Perusahaan ..............
51
9.
Matriks EFE .................................................................................
52
10.
Matriks QSP (QSPM) ..................................................................
56
11.
Persentase Luas Lahan PT Pesona Daun Mas Asri......................
61
12.
Kualifikasi Jabatan di PT Pesona Daun Mas Asi.........................
66
13.
Sarana dan Prasarana di PT Pesona Daun Mas Asri ....................
68
14. Luas Lahan dan Tanaman Hias yang Dibudidayakan Anggota .. Kelompok Tani Al-Busyro Florist ...............................................
71
2.
3.
4.
15.
16.
Sebaran Petani Responden Menurut Pengalaman Bertani Daun . Potong ..........................................................................................
74
Perbandingan Siste Usahatani antara PT Pesona Daun Mas........ Asri dan Kelompok Tani Al-Busyro Florist per Hektar dalam.... Satu Tahun ...................................................................................
75
viii
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
Nilai Penyusutan Peralatan Pertanian Usahatani Daun Potong ... Cordyline pada PT Pesona Daun Mas Asri dalam Satu Tahun....
80
Data Penjualan Daun Potong Cordyline per Luasan Lahan......... di PT Pesona Daun Mas Asri pada Bulan Juni 2008 – Juni 2009
85
Pendapatan Usahatani PT Pesona Daun Mas Asri untuk Daun ... Potong Cordyline pada Bulan Juni 2008-Juni 2009.....................
86
Rincian Kebutuhan dan Biaya Pembangunan Shading House..... Seluas 1.760 m2 untuk Jenis Daun Potong Dracaena pada ......... PT Pesona Daun Mas Asri ...........................................................
91
Nilai Penyusutan Peralatan Pertanian Usahatani Daun Potong ... Dracaena pada PT Pesona Daun Mas Asri dalam Satu Tahun....
92
Data Penjualan Daun Potong Dracaena di PT Pesona Daun....... Mas Asri pada Bulan Juni 2008 – Juni 2009 ...............................
97
Pendapatan Usahatani PT Pesona Daun Mas Asri untuk Daun ... Potong Dracaena pada Bulan Juni 2008 – Juni 2009 ..................
99
Nilai Penyusutan Peralatan Pertanian Usahatani Daun Potong ... Philondron selloum pada PT Pesona Daun Mas Asri dalam ....... Satu Tahun ...................................................................................
103
Data Penjualan Daun Potong Philodendron selloum di............... PT Pesona DaunMas Asri pada Bulan Juni 2008 – Juni 2009.....
109
Pendapatan Usahatani Daun PT Pesona Daun Mas Asri untuk ... Daun Potong Philodendron selloum pada Bulan ......................... Juni 2008 – Juni 2009 ..................................................................
111
Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani Daun Potong..... per Hektar di Kelompok Tani Al-Busyro Florist dalam .............. Satu Tahun ...................................................................................
117
Rata-rata Pendapatan Petani Responden Daun Potong................ Cordyline per Hektar di Kelompok Tani Al-Busyro Florist ....... pada Bulan Juni 2008-Juni 2009 ..................................................
122
Rata-rata Pendapatan Petani Responden Daun Potong................ Dracaena per Hektar di Kelompok Tani Al-Busyro Florist ....... pada Bulan Juni 2008-Juni 2009 ..................................................
126
ix
30.
Rata-rata Pendapatan Petani Responden Daun Potong................ Philodendron selloum per Hektar di Kelompok Tani Al-Busyro Florist pada Bulan Juni 2008-Juni 2009 .....................................
130
Perbandingan Usahatani Ketiga Jenis Daun Potong per Hektar .. pada PT Pesona Daun Mas Asri Kelompok Tani Al-Busyro....... Florist dalam Satu Tahun .............................................................
134
Biaya Produksi untuk Menghasilkan Satu Ikat Daun Potong ...... pada PT Pesona Daun Mas Asri dan Kelompok Tani Al-Busyro Florist per Hektar .........................................................................
139
33.
Inflasi di Indonesia Tahun 2005-2008 .........................................
153
34.
Daftar Kekuatan dan Kelemahan PT Pesona Daun Mas Asri......
179
35.
Daftar Peluang dan Ancaman PT Pesona Daun Mas Asri ...........
183
36.
Matriks IFE PT Pesona Daun Mas Asri ......................................
184
37.
Matriks EFE PT Pesona Daun Mas Asri......................................
185
38.
Alternatif Strategi Pengembangan Usaha PT Pesona Daun Mas. Asri...............................................................................................
194
39.
Daftar Kekuatan dan Kelemahan Kelompok Tani Al-Busyro .....
198
40.
Daftar Peluang dan Ancaman Kelompok Tani Al-Busyro Florist
201
41.
Matriks IFE Kelompok Tani Al-Busyro Florist..........................
202
42.
Matriks EFE Kelompok Tani Al-Busyro Florist..........................
204
43.
Alternatif Strategi Pengembangan Usaha Kelompok Tani .......... Al-Busyro Florist .........................................................................
211
31.
32.
x
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1.
Model Komprehensif Manajemen Strategis ..............................
25
2.
Kekuatan-Kekuatan yang Mempengaruhi Persaingan Industri..
30
3.
Kerangka Pemikiran Operasional ..............................................
37
4.
Matriks Internal-Eksternal (IE) ..................................................
53
5.
Matriks SWOT ...........................................................................
55
6.
Saluran Distribusi Daun Potong PT Pesona Daun Mas Asri ..... 145
7.
Saluran Distribusi Daun Potong Kelompok Tani Al-Busyro..... 166
8.
Matriks IE PT Pesona Daun Mas Asri ....................................... 187
9.
Matriks SWOT PT Pesona Daun Mas Asri................................ 192
10. Matriks IE Kelompok Tani Al-Busyro Florist ........................... 205 11. Matriks SWOT Kelompok Tani Al-Busyro Florist ................... 210
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor 1.
Halaman Volume Penjualan Jenis Daun Pelengkap Rangkaian di Pusat .. Promosi dan Pemasaran Tanaman Hias Rawa Belong Jakarta .. Pada Tahun 2005-2006 ..............................................................
218
2.
Struktur Organisasi PT Pesona Daun Mas Asri .........................
219
3.
Struktur Organisasi Kelompok Tani Al-Busyro Florist .............
220
4.
Rincian Pembagian Luas Lahan untuk Ketiga Jenis Tanaman .. pada Setiap Petani Responden ...................................................
221
5.
Daftar Pelanggan PT Pesona Daun Mas Asri ............................
222
6.
Penetapan Harga Jual Daun Potong PT Pesona Daun Mas Asri
223
7.
Kuisioner Penelitian Pendapatan Usahatani untuk Petani .........
225
8.
Kuisioner Penelitian Pendapatan Usahatani untuk PT Pesona .. Daun Mas Asri ...........................................................................
229
Daftar Wawancara pada PT Pesona Daun Mas Asri..................
232
10. Kuisioner Matriks Perbandingan Berpasangan untuk................ Pembobotan Faktor Internal pada PT Pesona Daun Mas Asri...
239
11. Penentuan Peringkat Faktor Internal Strategis pada PT Pesona Daun Mas Asri ...........................................................................
240
12. Kuisioner Matriks Perbandingan Berpasangan untuk................ Pemobobotan Faktor Eksternal pada PT Pesona Daun Mas Asri
241
13. Penentuan Peringkat Faktor Eksternal Strategis pada PT Pesona Daun Mas Asri ...........................................................................
242
14. Daftar Wawancara pada Kelompok Tani Al-Busyro Florist......
243
15. Kuisioner Matriks Perbandingan Berpasangan untuk................ Pembobotan Faktor Internal pada kelompok tani Al-Busyro ... Florist .........................................................................................
250
9.
xii
16. Penentuan Peringkat Faktor Internal Strategis pada Kelompok Tani Al-Busyro Florist ...............................................................
251
17. Kuisioner Matriks Perbandingan Berpasangan untuk................ Pembobotan Faktor Eksternal pada Kelompok Tani ................. Al-Busyro Florist .......................................................................
252
18. Penentuan Peringkat Faktor Eksternal Strategis pada................ Kelompok Tani Al-Busyro Florist .............................................
253
xiii
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor penting bagi perekonomian Indonesia. Subektor pertanian yang memberikan kontribusi terbesar Pendapatan Domestik Bruto (PDB) adalah subsektor hortikultura yang terdiri dari komoditi buah-buahan, sayuran, tanaman hias dan tanaman biofarmaka. Keanekaragaman tanaman hortikultura yang dimiliki oleh Indonesia sebagai negara tropis mampu membuka peluang besar pengembangan agribisnis oleh masyarakat. Besarnya kontribusi subsektor hortikultura terhadap PDB nasional dapat dilihat pada Tabel 1. Dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2006, nilai kontribusi subsektor hortikultura terhadap PDB nasional terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2004 nilainya sebesar 56.844 milyar lebih tinggi lima persen dari tahun 2003. Pada tahun 2005 nilainya meningkat delapan persen dari tahun 2004 dan pada tahun 2006 nilai kontribusi subsektor hortikultura menjadi 68.639 milyar atau meningkat 11 persen dari tahun 2005. Hal ini mengindikasikan bahwa subsektor hortikultura merupakan subsektor yang mempunyai prospek yang baik di masa mendatang sehingga dapat diandalkan untuk memajukan perekonomian Indonesia. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Nasional berdasarkan Harga Konstan pada Tahun 2003-2006 Kelompok Komoditas Buah-buahan Sayuran Biofarmaka Tanaman Hias Total
2003 28.246 20.573 565 4.501 53.885
Nilai PDB (Milyar Rp) 2004 2005 30.765 31.694 20.749 22.630 722 2.806 4.609 4.662 56.844 61.792
2006 35.448 24.694 3.762 4.734 68.639
Sumber : Direktorat Jendral Hortikultura, Departemen Pertanian (2009)1
Salah satu produk hortikultura yang memberikan konstribusi dalam PDB nasional adalah tanaman hias. Tanaman hias (florikultura) merupakan alternatif usaha yang sangat potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Masyarakat mulai tertarik untuk mengembangkan industri florikultura dalam negeri. Hal ini dapat
1
Direktorat Jendral Hortikultura, Departemen Pertanian. Produk Domestik Bruto 2003-2006. www.hortikultura.deptan.go.id [12 Mei 2009].
dilihat pada Tabel 2 yang menunjukkan perkembangan produksi tanaman hias di Indonesia Tabel 2. Jumlah Produksi Tanaman Hias di Indonesia Tahun 2003-2007 N o 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Komoditas Anggrek Anthurium Anyelir Gerbera (Herbas) Gladiol Heliconia Krisan Mawar Sedap Malam JUMLAH Dracaena1) Melati 2) Palem 3)
2003 6.904.109 1.263.770 2.391.113 3.071.903 7.114.382 681.920 27.406.464 50.766.654 16.139.563 115.739.880 2.553.020 15.740.995 668.154
Produksi (Tangkai) 2004 2005 2006 8.027.720 7.902.403 10.903.444 1.285.061 2.615.999 2.017.534 1.566.931 2.216.123 1.781.046 3.411.126 4.065.057 4.874.098 16.686.134 14.512.619 11.195.483 804.580 1.131.568 1.390.117 27.683.449 17.465.794 63.716.256 61.540.963 60.719.517 40.394.027 37.516.879 32.611.284 30.373.679 158.522.843 173.240.364 166.645.684 1.082.596 1.131.621 905.039 29.313.103 22.552.537 24.795.996 530.325 751.505 986.340
2007 10.166.276 1.975.682 1.981.308 4.826.233 9.625.047 1.312.181 77.115.151 43.788.396 63.292.795 214.083.069 1.910.270 29.822.895 922.639
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2003-2007 1 Ket : ) Satuan Produksi dalam Batang 2 ) Satuan Produksi dalam Kg 3 ) Satuan Produksi dalam Pohon
Pada Tabel 2, tercatat bahwa jumlah produksi dari setiap jenis tanaman hias cenderung fluktuatif. Hal ini menunjukkan bahwa permintaan konsumen terhadap jenis-jenis tanaman hias berubah-ubah, artinya bunga yang ramai diminati oleh konsumen bersifat musiman. Jumlah produksi tanaman hias yang cenderung meningkat adalah jenis krisan, sedangkan untuk jenis Gerbera (Herbas) cenderung stabil, artinya permintaan konsumen terhadap Gerbera (Herbas) relatif stabil. Kecenderungan terjadinya peningkatan permintaan pasar akan komoditas florikultura juga tidak terlepas dari kesesuaian agroklimat yang cocok untuk pertumbuhan tanaman hias. Iklim tropis yang didukung oleh dataran tinggi pegunungan, kondisi fisik tanah, topografi dan kesesuaian agroekologi lainnya memungkinkan keragaman florikultura tropis dan sebagian subtropik dapat tumbuh dengan baik. Bogor sebagai salah satu sentra produksi tanaman hias di Jawa Barat memberikan kontribusi yang cukup besar bagi produksi tanaman hias Jawa Barat khususnya dan Indonesia pada umumnya. Kontribusi produksi tanaman hias
2
wilayah Bogor meliputi kota dan kabupaten pada tahun 2002 mencapai 4,7 persen dari total produksi tanaman hias Jawa Barat, dan pada tahun 2003 kontribusinya meningkat mencapai 22,9 persen (diolah dari data BPS, 2003). Komoditi florikultura terdiri dari tanaman hias pot, tanaman hias bunga potong, tanaman hias daun dan tanaman taman. Khusus untuk tanaman hias daun terdiri atas daun potong dan tanaman hias daun dalam pot. Daun potong adalah tanaman hias daun yang dimanfaatkan daunnya untuk pelengkap rangkaian bunga atau filler. Volume penjualan daun potong di Indonesia mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 3 yang menunjukkan persentase penjualan masing-masing komoditi terhadap komoditi tanaman hias keseluruhan. Berdasarakan Tabel 3, pada tahun 2006 volume penjualan daun potong di Indonesia sebesar 0,39 persen dari total penjualan tanaman hias. Pada tahun 2007 volume penjualan daun potong meningkat dari 0,39 persen dengan volume penjualan Rp 101.139.200 menjadi 1,05 persen dengan volume penjualan Rp 183.967.100. Tabel 3. Volume Penjualan Tanaman Hias Indonesia Periode Tahun 2006-2007 Volume Penjualan No 1 2 3 4 5 6
Jenis Komoditi Bunga Potong Bunga Potong Pengisi Daun Potong Ranting Tanaman Hias Daun (pot) Tanaman Taman Total
2006 Rp 24.172.712.150 748.030.000 101.139.200 17.550.000 53.346.000
% 94,38 2,92 0,39 0,07 0,21
2007 Rp 15.330.986.350 1.270.955.000 183.967.100 17.550.000 21.465.000
% 87,94 7,29 1,05 0,10 0,12
520.069.500 25.612.846.850
2,03 100,00
608.418.000 17.433.341.450
3,49 100,00
Sumber : Asosiasi Bunga Indonesia, 2009
Jenis daun potong untuk pelengkap rangkaian dalam tahun-tahun terakhir ini banyak mengalami peningkatan baik harga, volume dan jenis daun. Tahun 2003 hanya terdapat 16 jenis daun pelengkap rangkaian, namun sampai dengan tahun 2006 bertambah menjadi 28 jenis daun pelengkap rangkaian (Pusat Promosi dan Pemasaran Tanaman Hias Rawa Belong, 2009). Volume penjualan jenis daun
3
pelengkap rangkaian di Pusat Prmosi dan Pemasaran Tanaman Hias Rawa Belong dapat dilihat pada Lampiran 1. Perkembangan industri daun potong dipengaruhi oleh tren rangkaian bunga. Sekitar tahun 2003, tren rangkaian bunga mengalami perubahan. Daundaunan mulai dipakai untuk menambah keindahan rangkaian, tidak sekedar penutup dasar rangkaian. Bahkan dengan penataan artistik, rangkaian bunga terlihat lebih eksklusif.2 Bisnis daun potong merupakan bisnis yang menguntungkan. Hal ini dikarenakan harga produk yang cenderung stabil. Harga daun potong jenis baru seperti Philodendron congo dan Philodendron williamsii cukup tinggi, mencapai Rp 7.500 sampai Rp 10.000 per lembar.3 Budidaya tanaman hias daun potong tidak memerlukan lahan yang luas dan relatif hanya membutuhkan biaya yang kecil dalam budidayanya. Tanaman hias daun dengan sekali tanam saja, beberapa lembar daun dapat diambil hasilnya beberapa kali dalam setahun. Oleh karena itu, daun potong yang mempunyai nilai potensial ekonomis mempunyai prospek yang cukup baik untuk diusahakan. Pada mulanya daun potong dimanfaatkan oleh para seniman bunga/florist sebagai
(1) rangka dalam rangkaian bunga/ sarana pelengkap pendukung
rangkaian bunga, (2) pengisi/filler dalam rangkaian bunga, (3) untuk memberikan kesan “menjuntai” dalam rangkaian bunga, dan (4) menambah kesan estetika rangkaian.4 Seiring dengan berjalannya waktu, pemanfaatan daun potong semakin bervariasi, diantaranya digunakan sebagai elemen dekorasi pada pesta pernikahan, seminar ataupun pesta ulang tahun. Bahkan dalam perkembangannya, para ahli perangkai bunga/florist dalam pengembangan kreatifitasnya ada kecenderungan untuk menggunakan daun potong sebagai elemen utama dalam rangkaian, bunga potong justru sebagai elemen pendukung. Kondisi ini lebih didorong dengan semakin banyaknya jenis tanaman hias daun yang memiliki warna daun bervariasi kombinasi warnanya (Aglonema), warna-warni (puring), mungil (Taiwan leaf), artistik ( Rumohra, Monstera, Dracaena, Cordyline). Bervariasinya pemanfaatan daun potong, mendorong meningkatnya permintaan daun potong di pasaran. Sementara di satu sisi besarnya pasokan daun potong relatif masih 2,4
3
Karen Sjarief. 2009. Bunga Segar yang Dirangkai Nilai Tambahnya menimgkat. http://www.tokobungaonline.net/asbindo.htm [12 Mei 2009] Wawancara dengan Manajer PT Pesona Daun Mas Asri, 2009
4
terbatas, karena belum begitu banyak petani yang mengusahakan tanaman hias daun yang akan diambil daunnya sebagai daun potong secara khusus. Pertumbuhan usaha yang baik mendorong minat pengusaha untuk mulai memproduksi dan mengembangkan usaha daun potong. Konsumen daun potong umumnya hotel-hotel berbintang, florist, trader dan dekorator terutama di wilayah DKI Jakarta. Peluang pengembangan daun potong cukup potensial, dilihat dari potensi pasar dan kondisi alam. Namun pada akhirnya pendapatan, keuntungan serta beberapa faktor lain yang menjadi ukuran bagi petani dalam mengambil keputusan pelaksanaan usahatani. Dewasa ini, perkembangan bisnis cenderung lebih dinamis. Perubahanperubahan yang terjadi di lingkungan eksternal perusahaan seperti politik, sosial, ekonomi, alam dan teknologi bisa menjadi peluang bagi perusahaan jika dapat dimanfaatkan sebaik mungkin. Kondisi tersebut juga dapat menjadi ancaman yang merugikan jika perusahaan tidak dapat merespon dampak perubahan lingkungan eksternal terhadap kondisi internal perusahaan. Di samping itu, era globalisasi menuntut produk yang berdaya saing yang memenuhi selera pasar. Perusahaan dengan komoditi daun potong yang masih belum dikenal oleh masyarakat umum memerlukan suatu identifikasi lingkungan baik internal maupun eksternal yang jelas sebelum memilih strategi dalam pengembangan usaha yang paling tepat bagi pelaku usaha. Hal inilah yang menjadi latar belakang diperlukan analisis strategi tanaman hias daun potong untuk menghadapi persaingan dengan usaha tanaman hias lainnya yang sudah lebih dahulu dikenal seperti bunga potong. Seiring dengan terus berkembangnya usaha dalam bidang tanaman hias, permintaan akan tanaman hias terus mengalami peningkatan yang juga diiringi dengan semakin besarnya persaingan dengan perusahaan lain yang sejenis. Permintaan yang terus bertambah salah satu faktornya adalah karena penggunaan dekorasi tanaman ataupun permintaan karangan bunga yang bertambah. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut ada beberapa perusahaan yang bergerak dalam budidaya dengan spesialisasi tanaman hias daun potong termasuk PT Pesona Daun Mas Asri dan petani berskala menengah/kecil yang tergabung dalam Kelompok Tani Al-Busyro Florist.
5
PT PDMA sebagai perusahaan komersial dalam industri tanaman hias daun potong, saat ini telah mengoleksi 60 jenis tanaman hias daun. Namun tidak seluruhnya dari keanekaragaman jenis daun tersebut memiliki penjualan yang baik setiap bulan. Pada Tabel 4 berikut ini disajikan penjualan sepuluh tertinggi daun potong periode Juli 2008 – Juni 2009 di perusahaan. Tabel 4. Penjualan Sepuluh Tertinggi Daun Potong di PT Pesona Daun Mas Asri Periode Bulan Juli 2008 – Juni 2009 Jenis Daun Potong Asparagus BintangM Asparagus Bintang S
Tahun 2008 Juli
Agst
Sept
Okt
v v
v
Dracaena L
v
v
Dracaena M
v
v
Dracaena S
v
Cordyline Philodendron xanadu Philodendron selloum L Philodendron selloum M Philodendron selloum S Philodendron Marble M
v
Monstera M
v
Leather Leaf Song of Jamaica Homalomena hijau
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
Feb
v v
v
Jan
v
v
v
Des
v
v
v
Nov
v
v
v
Tahun 2009
v
v
v
v
v v
Juni v
v
v
v
v v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v v
v
v
v
v v
Mei
v
v
v
April
v
v
v
v
Maret
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
Sumber : PT Pesona Daun Mas Asri, 2009
Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa ada beberapa jenis tanaman yang penjualannya selalu mendapatkan peringkat tertinggi setiap bulan dalam satu tahun. Beberapa jenis daun tersebut adalah Cordyline, Dracaena dan Philodendron selloum. Menurut manajemen perusahaan, ketiga jenis daun potong ini kontribusinya cukup besar untuk perusahaan yaitu masing-masing 15 persen, 20 persen dan 25 persen dari keseluruhan jenis tanaman hais daun yang
6
dibudidayakan. Ketiga jenis daun ini yang akan diteliti dalam penelitian ini untuk menghitung analisis struktur biaya dan efisiensinya. 1.2 Perumusan Masalah PT Pesona Daun Mas Asri (PDMA) merupakan perusahaan agribisnis komersial yang bergerak di bidang tanaman hias daun khususnya daun potong. PT PDMA yang dikelola berdasarkan manajemen perusahaan sudah cukup kuat baik dari sistem budidaya, manajemen sumberdaya manusia maupun manajemen organisasi, permodalan, skala usaha serta pemasaran. PT PDMA dibangun diatas lahan seluas 3,5 hektar di Desa Harjasari, Kecamatan Ciawi, Bogor. Komoditas yang dihasilkan oleh perusahaan saat ini terdiri dari 60 jenis daun potong. PT PDMA melakukan pemasaran ke pasar konsumen dan produsen (trader modern). Daun potong yang dihasilkan perusahaan berkualitas baik karena menggunakan bibit yang baik dan melakukan proses budidaya yang intensif. Oleh karena itu harga jual yang ditawarkan perusahaan relatif mahal karena diharapkan memperoleh keuntungan maksimal. Produsen tanaman hias daun potong yang lain adalah Kelompok Tani AlBusyro Florist. Al-Busyro Florist merupakan gabungan petani yang melakukan budidaya tanaman hias daun potong jenis Cordyline, Dracaena,
dan
Philodendron selloum. Al-Busyro Florist memiliki skala yang masih sebatas kelompok tani dan masih belum cukup kuat baik dari sisi SDM, sistem permodalan yang lemah, dan manajemen yang masih sederhana. Al-Busyro Florist dalam usaha budidayanya menerapkan sistem kemitraan dengan 7 petani anggota yang saling menguntungkan. Kelompok tani menyediakan keperluan seperti bibit, pupuk dan memberikan pelatihan bagi para petani. Pasar yang dituju oleh AlBusyro Florist adalah pedagang pengumpul di Pusat Bunga Rawa Belong. Dalam proses
budidaya,
petani
masih
menggunakan
metode
tradisional
yang
menyebabkan hasil panen tidak maksimal dan kualitas daun kurang baik sehingga harga jual yang ditawarkan relatif murah5. PT PDMA yang dikelola dengan manajemen perusahaan dan Al-Busyro Florist yang dikelola dengan manajemen kelompok tani tentu memiliki struktur biaya dan pendapatan yang berbeda. Perbedaan struktur biaya dan pendapatan
5
Wawancara dengan Ketua Kelompok Tani Al-Busyro Florist, 2009
7
antara perusahaan komersial dan kelompok tani ini menjadi hal yang menarik untuk dianalisis. Sebuah organisasi/perusahaan dalam perjalanan usahanya pasti memiliki target-target untuk mencapai tujuan yaitu keuntungan maksimal. PT PDMA sebagai perusahaan komersial memiliki target yang ingin dicapai tahun 2009 ini. Saat ini perusahaan hanya mampu mencapai target yang ditetapkan sebesar 60 persen karena ada beberapa permasalahan yang terjadi di perusahaan. Masalah yang dihadapi PT PDMA adalah kondisi dimana perusahaan berproduksi berdasarkan tren permintaan pasar, padahal produk pertanian termasuk daun potong memerlukan waktu yang lama dari masa penanaman sampai produk siap untuk panen dan dijua. Hal ini menyebabkan perusahaan terkadang mengalami kesulitan dalam memasarkan produknya karena tren pasar yang sudah berubah. Selain itu, PT PDMA menetapkan harga jual produk yang lebih tinggi dibandingkan dengan harga pasar. Perusahaan menetapkan harga jual sesuai dengan kualitas produk yang dianggap lebih unggul, sedangkan menurut pihak manajemen perusahaan masih banyak konsumen yang lebih mementingkan harga dibandingkan kualitas produk terutama konsumen yang membeli dalam jumlah besar. Masalah lain yang dihadapi perusahaan adalah dari aspek konsumen. Hal ini dikarenakan komoditi tanaman hias sangat dipengaruhi oleh selera pasar dan mode sehingga preferensi konsumen terhadap tanaman hias daun potong relatif cepat berubah dan cenderung dipengaruhi oleh tren. Perusahaan perlu menanam beranekaragam jenis tanaman daun karena khawatir akan adanya permintaan terhadap jenis tanaman daun tertentu. Sampai saat ini, PT PDMA mengoleksi 60 jenis tanaman hias daun untuk kebutuhan daun potong. Selain itu, komoditi daun potong memiliki ruang lingkup yang sempit karena masih dianggap sebagai filler atau pelengkap rangkaian bunga. Konsumen daun potong umumnya hotel-hotel berbintang, florist, trader dan dekorator. Dalam industri daun potong, persaingan diantara produsen daun potong semakin meningkat. Beberapa produsen bunga potong juga ikut menanam tanaman hias daun untuk daun potong walaupun dengan volume dan jenis terbatas. Misalnya Floribunda nurseri yang pada awalnya hanya sebagai produsen
8
snapdragon di Cibodas, menanam semi kaktus dan paku-pakuan asal Malaysia di luar rumah plastik untuk kebutuhan daun potong. Widjaja Orchid, nurseri di Sentul yang dulunya hanya menanam bambu Jepang kini mengembangkan Philodendron congo dan Philodendron wiliamsii. Tanaman jenis baru itu dirambatkan pada batang palem. Al-Busyro Florist sebagai produsen daun ptong juga mengalami tingkat persaingan yang sama dengan PT PDMA. Perusahaan lain yang harus dihapai oleh Al-Busyro Florist sebagian besar adalah perusahaan yang dapat dikatakan sudah maju. Penggunaan teknologi yang lebih modern, sistem manajemen yang rapi serta skala usaha yang besar menjadi kekuatan perusahaan lain yang harus dihadapi oleh Kelompok Tani Al-Busyro Florist. Hal ini menuntut Al-Busyro Florist untuk bisa membuat strategi yang tepat agar usahanya bisa terus eksis di tengah ketatnya persaingan dengan kondisi Al-Busyro Florist yang hanya sebagai sebuah kelompok tani. Al-Busyro Florist merupakan satu-satunya kelompok tani yang melakukan budidaya tanaman hias daun potong untuk jenis Cordyline, Dracaena, dan Philodendron selloum sehingga di Kota Bogor mereka tidak memiliki pesaing. Adapun pesaing yang mereka hadapi adalah perusahaan yang bergerak dalam budidaya tanaman hias daun potong yang berasal dari Sukabumi dan Cianjur. Kekuatan lainnya yang dimiliki oleh Al-Busyro Florist adalah merupakan kelompok tani binaan Dinas Agribisnis Kota Bogor sehingga mendapatkan pelatihan dari dinas terkait yang akan terus memantau perkembangannya. AlBusyro Florist dengan skala kelompok tani harus bersaing dengan perusahaan lain yang lebih besar. PT PDMA dan Al-Busyro Florist sebagai produsen daun potongg harus siap menghadapi berbagai perubahan lingkungan, baik internal maupun eksternal yang akan mempengaruhi pengambilan keputusan strategi pengembangan usaha organisasi. Analisis terhadap lingkungan masing-masing produsen merupakan faktor yang menjadi pertimbangan dalam menetapkan strategi pengembangan sehingga produsen dapat memanfaatkan peluang dan menghindari ancaman dengan mempertimbangkan kekuatan dan kelemahan. Penentuan dan penerapan
9
strategi yang tepat juga sangat penting agar produsen dapat mempertahankan usahanya dan mengungguli para pesaingnya. Berdasarkan
uraian
dan
latar
belakang,
maka
secara
spesifik
permasalahan-permasalahan yang dihadapi dan ingin dijawab dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah efisiensi pengusahaan tanaman hias daun potong sama pada perusahaan komersial dan kelompok tani? 2. Apakah kondisi lingkungan internal dan eksternal yang dihadapi usaha tanaman hias daun potong pada perusahaan komersial dan kelompok tani sama? 3. Apa saja strategi yang dapat diterapkan dalam pengembangan usaha tanaman hias daun potong masing-masing pada perusahaan komersial dan kelompok tani? 1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang ada, maka penelitian ini bertujuan untuk : 1. Membandingkan struktur biaya dan pendapatan usahatani tanaman hias daun potong pada perusahaan komersial dan petani/kelompok tani. 2. Membandingkan kondisi lingkungan internal dan eksternal yang mempengaruhi usaha tanaman hias daun potong pada perusahaan komersial dan kelompok tani. 3. Merumuskan strategi pengembangan usaha tanaman hias daun potong masing-masing pada perusahaan komersial dan kelompok tani. 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah khususnya Dinas Agribisnis Kota Bogor dalam pengembangan usahatani daun potong. Bagi perusahaan dan petani, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk melakukan usahatani daun potong dan dalam pengembangan usahanya dengan tujuan meningkatkan produksi dan pendapatan. Masyarakat juga dapat menggunakan penelitian ini sebagai bahan tambahan rujukan bagi pengembangan
10
ilmu manajemen strategi perusahaan, sedangkan bagi kalangan akademis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi literatur bagi penelitian selanjutnya. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada produk tanaman hias daun potong Cordyline, Dracaena, dan Philodendron selloum pada PT. Pesona Daun Mas Asri dan Kelompok Tani Al-Busyro Florist. Daun potong khususnya jenis Cordyline, Dracaena, dan Philodendron selloum merupakan produk potensial dan unggulan dari kedua lokasi penelitian. Penelitian ini membahas pendapatan usahatani yang diperoleh oleh perusahaan dan petani. Penelitian ini juga mengkaji pengembangan usaha tanaman hias daun potong yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan internal dan eksternal dari masing-masing lokasi yang diteliti. Penelitian ini hanya dibatasi pada tahap formulasi strategi. Hasil formulasi strategi ini dimaksudkan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan perencanaan strategi di kedua lokasi penelitian.
11
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Tanaman Hias Tanaman hias merupakan salah satu komoditi hortikultura non-pangan yang digolongkan florikultura. Florikultura adalah cabang ilmu hortikultura yang mempelajari tanaman hias sebagai bunga potong, tanaman pot atau tanaman penghias taman. Tanaman hias merupakan tanaman yang mempunyai nilai keindahan baik karena bentuk, warna daun, tajuk maupun bunganya, sering digunakan sebagai penghias pekarangan atau ruangan di rumah-rumah atau gedung perkantoran. Rahardi (1997) berpendapat bahwa tanaman hias merupakan tanaman yang mempunyai nilai keindahan dan daya tarik tertentu, serta mempunyai nilai ekonomis untuk keperluan hiasan di dalam dan di luar ruangan. Tanaman hias akan membuat suasana sekitar rumah menjadi lebih hijau, memperindah komposisi warna lingkungan sekitar dan tentu saja membuat keberadaan taman dan lingkungan sekitar rumah lebih semarak (Endah, 2007). 2.2 Agribisnis Tanaman Hias Agribisnis adalah suatu sistem yang utuh dan terdiri dari empat subsistem yaitu subsistem penyediaan sarana produksi, budidaya atau usahatani, pemasaran dan distribusi serta subsistem pendukung atau penunjang (Soekartawi et.al, 1986). Subsistem penyediaan sarana produksi meliputi semua kegiatan yang berkaitan dengan pengadaan input dan sarana produksi pertanian seperti pupuk, bibit, obatobatan (pestisida) dan sebagainya. Subsistem usahatani terkait dengan kegiatan produksi dan budidaya. Kegiatan yang dilakukan petani dan pengusaha tanaman hias pada umumnya hanya melakukan jual/beli bibit atau tanaman dengan ukuran siap jual dari daerah sekitarnya atau dari pusat-pusat produsen dan perdagangan tanaman hias. Setelah proses
pembelian
tanaman
hias
jenis
tertentu,
pengusaha
kemudian
memeliharanya sebelum dijual kepada konsumen. Pemeliharaan bersifat sementara hanya untuk menghindari risiko yang mungkin terjadi seperti layu daun dan bunga. Tanaman akan dilepas jika harga yang ditawarkan konsumen menguntungkan.
Subsistem pemasaran hasil pertanian merupakan serangkaian proses kegiatan yang ditujukan untuk menyalurkan barang-barang atau jasa-jasa dari produsen ke konsumen. Kegiatan yang dilakukan meliputi fungsi-fungsi pemasaran yaitu fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas. Fungsi pertukaran terkait dengan kegiatan yang memperlancar perpindahan hak milik dari barang dan jasa yang dipasarkan. Fungsi pertukaran ini terdiri atas pembelian dan penjualan. Fungsi fisik adalah semua tindakan yang langsung berhubungan dengan barang dan jasa, meliputi pengangkutan dan pengolahan. Adapun fungsi fasilitas terkait dengan kegiatan standarisasi dan grading, penanggungan resiko, pembiayaan dan informasi pasar. Sedangkan subsistem pendukung atau penunjang meliputi peubah eksogen yang merupakan pendukung bagi berkembangnya sistem agribisnis seperti lembaga keuangan, lembaga penelitian, lembaga penyuluhan, sarana dan prasarana angkutan, serta kebijakan pemerintah. Agribisnis tanaman hias menurut produk yang dihasilkan dapat digolongkan menjadi delapan kelompok yaitu (1) tanaman hias bunga potong seperti mawar, krisan, gladiol, sedap malam, anggrek, anthurium; (2) tanaman hias pot seperti anggrek, kaktus, petunia, adenium, euphorbiace; (3) tanaman hias untuk replanting, beding dan taman, yaitu tanaman hias dalam unit polybag untuk ditanam di media tanah; (4) tanaman hias berupa daun, ranting, buah untuk filler karangan bunga; (5) industri perbenihan dan pembibitan (seedling and planting material) seperti pada anggrek dan krisan; (6) tanaman hias hasil alam seperti palem, pakis, Dracaena; (7) tanaman hias bonsai hasil seni bentuk dan kesabaran dan (8) industri BTH (Bunga Tanaman Hias) preserfative dengan pengeringan dan pewarnaan6. 2.3 Pengelompokan Tanaman Hias Menurut Rahardi (1997), tanaman hias dibedakan menjadi dua golongan yaitu : 1.
Tanaman hias dalam ruangan (indoor) Tanaman hias yang cocok ditanam dalam ruangan adalah tanaman hias yang
dapat hidup berhari-hari dalam ruangan dan mempunyai ukuran yang tidak terlalu besar. Umumnya tanaman hias dalam ruangan merupakan tanaman berdaun indah.
6
Direktorat Jendral Hortikultura. Departemen Pertanian. Pengelompokan Tanaman Hias. www.hortikultura.deptan.go.id [14 Mei 2009] 13
Ragam tanaman hias dalam ruangan yang populer antara lain : aglaonema, anthurium, palem, dan paku-pakuan. 2.
Tanaman hias luar ruangan (outdoor) Pada dasarnya semua jenis tanaman hias dapat digunakan sebagai penghias di
luar ruangan. Namun keberadaan jenisnya seringkali ditentukan oleh model dan sifat tanaman yang tahan atau tidak terhadap sinar matahari. Tanaman yang cocok untuk penghias luar ruangan adalah yang menyukai sinar matahari secara langsung. Tanaman hias luar ruangan umumnya berwujud : a. Pohon-pohonan, misalnya palem dan sikas. b. Perdu-perduan, misalnya bougenvil, hibiscus, mawar dan soka. Menurut Endah (2007), jenis tanaman hias dapat digolongkan atas tiga dasar utama, yaitu : 1. Jenis tanaman hias berdasarkan bagian tanaman yang dinikmati. a. Tanaman hias daun, adalah tanaman hias yang memiliki warna-warni daun yang indah dengan bentuk daun tajuk bervariasi, unik, dan eksotik. Meskipun tidak berbunga tetapi keindahan warna dan bentuk daunnya mampu menghadirkan keasrian di lingkungan sekitar rumah, perkantoran atau apartemen, contohnya Cordyline, Dracaena, Philodendron, lili paris, kuping gajah, sri rejeki, adam hawa sambaing darah dan balanceng. b. Tanaman hias bunga, adalah tanaman hias yang memiliki kemampuan menghasilkan bunga dengan bentuk, warna, ukuran, dan keharuman yang unik, misalnya Gerbera jamesonii, krisan, dan Hibiscus rosainensis. 2. Jenis tanaman hias berdasarkan lokasi penanamannya. a. Tanaman hias dalam taman, yaitu tanaman hias sebagai komponen utama untuk mempercantik dan memperindah taman di lingkungan rumah, kantor atau apartemen, contohnya bugenvil, heliconia, dan kembang sepatu. b. Bunga potong, yaitu tanaman hias yang ditanam untuk diambil bunga beserta tangkainya, misalnya berbagai jenis krisan, mawar, dan anyelir. c. Bunga dalam pot, yaitu jenis tanaman hias yang ditanam dalam pot.
14
3. Jenis tanaman hias berdasarkan panjang harinya. a. Tanaman
hias
hari
panjang,
yaitu
tanaman
hias
yang
proses
pembungaannya terjadi bila memperoleh penyinaran lebih dari 14 jam sehari, contohnya adalah Spathiphyllum dan Anthurium. b. Tanaman
hias
hari
pendek,
yaitu
tanaman
hias
yang
proses
pembungaannya terjadi dengan penyinaran kurang dari 12 jam sehari, misalnya krisan. c. Tanaman hias hari netral, yaitu tanaman hias yang memperoleh pembungaannya tidak dipengaruhi oleh lama tidaknya penyinaran, misalnya kembang sepatu dan alamanda. Rahardi (1997) mengelompokkan berbagai jenis tanaman hias yang memiliki
sifat komersil, yaitu berbagai jenis tanaman hias yang mempunyai
pasaran (daya jual) dan nilai ekonomi tinggi ke dalam beberapa golongan sebagai berikut : 1. Tanaman anggrek yang dijual dalam bentuk bibit, tanaman dewasa dan anggrek botolan. 2. Bunga potong yang dipasaran dikelompokkan menjadi bunga potong non anggrek dan bunga potong anggrek. 3. Tanaman hias pot yang dibedakan menjadi tanaman hias dalam ruangan (indoor) dan tanaman hias luar ruangan (outdoor). 4. Tanaman hias hidroponik 5. Bonsai, tanaman hias dengan ukuran yang kerdil 6. Bunga kering dan bunga tabur. 2.4 Karakteristik Tanaman Hias Produk tanaman hias pada umumnya mudah rusak (perishable) dan dibutuhkan dalam bentuk segar, serta harganya sering berfluktuasi antar waktu dan antar lokasi. Oleh karena itu, penanganan hortikultura harus benar-benar sinkron antara aspek produksi, distribusi, dan konsumsi sesuai dengan karakteristiknya yang dapat berbeda pada setiap jenis produk. Begitu pula dengan tanaman sebagai produk hortikultura, pemahaman karakteristik tanaman hias diperlukan untuk penanganan yang baik, mulai dari budidaya sampai dengan pemasaran agar kualitas tanaman hias tetap baik sehingga berharga jual tinggi. 15
Tanaman hias yang bersifat komersial pada umunya mempunyai karakteristik sebagai berikut (Rahardi, 1997) : 1. Tidak tergantung musim Tanaman hias dapat ditanam dan dipanen kapan saja sesuai dengan umur panennya. Selain itu, keberadaan tanaman hias di pasaran tidak mengalami kelangkaan. 2. Perputaran modalnya cepat Tanaman hias mempunyai perputaran modal yang cepat karena berumur pendek, selang waktu antara tanam dan panen tidak lama, dan produknya cepat terjual. 3. Mudah rusak dan berisiko tinggi Sifat ini merupakan sifat produk tanaman hias. Tanaman hias mudah rusak oleh kesalahan perlakuan fisik selama pemanenan atau pengangkutan. Oleh karena itu, produk tanaman hias merupakan produk yang berisiko tinggi. 2.5 Tanaman Hias Daun Pada umumnya tanaman hias dapat digolongkan menjadi tanaman hias bunga dan tanaman hias daun. Tanaman hias bunga merupakan tanaman hias dengan bagian bunga yang menarik. Menurut Prihmantoro (1997), tanaman hias daun merupakan tanaman dengan daun yang menarik, memiliki keindahan daun atau bentuk tubuh keseluruhannya. Bunganya tidak ada dan kalaupun ada tidak mencolok. Tanaman hias daun mempunyai dua fungsi, helaian daunnya dapat dijadikan sebagai filler untuk mengisi rangkaian bunga (daun potong) dan dapat juga dijadikan sebagai tanaman dalam pot. Tanaman hias daun dipilih karena penampilan aneka ragam daunnya yang berwarna-warni mulai dari yang berwarna tunggal seperti merah, hijau, kuning, perak, atau warna kombinasi seperti warna zebra, bintik-bintik, totol-totol merah ungu dan warna mengkilap. Daya tarik lainnya adalah penampilan bentuk tajuknya, bentuk batangnya, bentuk daunnya dan teksturnya. (Sudarmono dalam Rositasari, 2006) Keindahan tanaman hias daun dapat timbul karena bentuk dasar tanaman, tekstur, warna, atau karakteristik khas lainnya. Organ daun terdiri dari pelepah, tangkai dan helaian. Ada tanaman yang memiliki pelepah menarik, tetapi 16
masyarakat melihat yang menarik adalah batangnya, contohnya palem merah, bagian yang berwarna merah menyala sebenarnya adalah pelepahnya bukan batang. Tanaman dengan bagian batang yang menarik juga dimasukkan dalam kelompok tanaman hias daun seperti palem botol. Jumlah tanaman hias daun tidak dapat dihitung secara pasti karena makin banyak tumbuhan liar yang digolongkan menjadi tanaman hias, contohnya rotan (Calamus ciliaris) yang dulunya liar sekarang dimasukkan dalam kelompok tanaman hias, karena penampilan tanaman ketika masih kecil amat menarik. Selain itu tanaman hibrida atau hasil silangan yang kini banyak dihasilkan karnet campur tangan manusia juga semakin menambah keragaman tanaman hias daun seperti Aglaonema7. 2.6 Jenis-Jenis Tanaman Hias Daun Untuk Daun Potong Ada beberapa karakteristik tanaman hias daun yang dapat dimanfaatkan sebagai daun potong yaitu: 1.
Daun tahan lama, artinya kondisi daun tetap segar dalam kurun waktu lama, seperti silver dollar, florida beauty, anthurium
2. Mempunyai warna daun yang menarik, kombinasi warna beranekaragam, dan terlihat cemerlang; 3. Secara morfologis mempunyai bentuk dan ukuran menarik ( mungil tegak ; Taiwan leaf, Ruscus, mungil menjulur ; hedera helix, menjari ; Philodendron xanadu, bergerigi; paku-pakuan) 4. Bersifat elastis, mudah dibentuk dan tidak mudah robek, misal ; hanjuang/andong (Cordyline) 5. Aman untuk digunakan (tidak berduri dan bergetah yang menyebabkan iritasi kulit) 6. Mudah dalam budidaya dan pemeliharaanya. 2.7 Hasil Penelitian Terdahulu 2.7.1 Studi Penelitian Terdahulu Tanaman Hias
Mengenai
Pendapatan
Usahatani
Penelitian mengenai Pendapatan Usahatani Tanamana Hias Daun potog belum pernah dilakukan sebagai topik penelitian di IPB.Tetapi, sebelumnya telah
7
Karen Sjarief . Menyebarkan Keindahan dan Keharuman Bunga. http://www.cikeasonline.com [14 Mei 2009]
17
ada beberapa penelitian mengenai analisis usahatani tanaman hias, diantaranya yang pernah dilakukan oleh Chaizar (2007), dengan judul Analisis Pendapatan Usahatani Philodedndron Millo, Tanaman Hias Euphorbia dan Tanaman Hias Puring di PD Atsumo, Sawangan, Depok, Jawa Barat. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pendapatan usahatani yang diperoleh PD Atsumo dan menganalisis produk apakah yang akan menjadi produk unggulan pada PD Atsumo. Analisis data dilakukan dengan analisis pendapatan usahatani dan analisis R/C rasio untuk menganalisis produk usahatani paling efisien yang akan menjadi produk unggulan pada PD Atsumo. Berdasarkan analisis, usahatani bunga potong Philodendron Millo dan tanaman hias Puring di PD Atsumo menguntungkan sedangkan usahatani tanaman hias Euporbia tidak menguntungkan. Penulis memberikan saran bahwa PD Atsumo hendaknya melanjutkan pengembangan usahataninya setelah mendapatkan produk unggulan dengan membuka kios tambahan di pasar bunga Rawa Belong atau tempat strategis lainnya agar lebih mudah dijangkau konsumen. Dengan langkah ini, konsumen potensial khususnya konsumen individual, dapat terjaring dan harga jual yang dapat ditetapkan juga lebih tinggi. Penelitian lain dilakukan oleh Rosmiati (2007) dengan judul Analisis Usahatani Anggrek Phalaenopsis pada Rumah Bunga Rizal (RBR). Penelitian ini menggunakan analisis pendapatan, R/C rasio, BEP, dan sensitivitas harga. Analisis tersebut digunakan untuk setiap pembesaran anggrek, yaitu compot, seddling, remaja, dan dewasa pada Rumah Bunga Rizal (RBR) dan menganalisis pengaruh perubahan harga-harga input sampai output terhadap keuntungan usaha anggrek di Rumah Bunga Rizal (RBR). Hasil penelitian menyatakan bahwa compot, seddling, remaja dan dewasa, masih dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan. Dapat disimpulkan bahwa setiap pembesaran anggrek, layak untuk diusahakan. Namun demikian pada tahap compot walaupun layak diusahakan, tetapi peka terhadap perubahan harga input dan output. Disarankan perusahaan mengambil kebijakan untuk tidak melakukan penjualan pada tahap compot dan memfokuskan kegiatan usaha pada pembesaran dewasa. Selanjutnya penelitian yang pernah dilakukan oleh Saepuloh (2005) dengan judul Analisis Pendapatan Usaha dan Pemasaran Tanaman Hias di Kota Bogor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha yang dilakukan oleh pedagang
18
pengecer tanaman hias di Kota Bogor mengalami keuntungan walaupun relatif kecil. Secara ekonomis keuntungan ini dapat diidentifikasi dari nilai imbangan penerimaan atas biaya (R/C) tunai sebesar 1,34 dan R/C atas biaya total sebesar 1,23. Nilai elastisitas transmisi untuk masing-masing tanaman yang diteliti adalah 0,94 untuk Euphorbia, 0,66 untuk tanaman Bougenville, 0,75 untuk tanaman Aglaonema, dan 0,60 untuk jenis tanaman Palem. Berdasarkan nilia-nilai tersebut dapat diidentifikasikan bahwa perubahan harga sebesar 1 persen di tingkat pedagang pengecer menagkibatkan perubahan harga di tingkat petani sebesar kurang dari 1 persen. 2.7.2 Studi Penelitian Terdahulu Mengenai Strategi Pengembangan Usaha Tanaman Hias Hasil penelitian terdahulu mengenai strategi pengembangan usaha tanaman hias telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Penelitian yang terkait tanaman hias daun potong adalah Rositasari (2006) yang berjudul Analisis Strategi Tanaman Hias Daun dalam Pemafaatan sebagai Daun Potong pada Pesona Daun Mas Asri (PDMA) Ciawi. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan alat analisis IFE dan EFE, analisis IE dan SWOT serta PHA. Berdasarkan hasil analisis, nilai rata-rata IFE adalah sebesar 2,68. Nilai ini menunjukkan bahwa posisi internal perusahaan kuat dan PDMA mampu menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk menutupi kelemahan yang ada. Nilai rata-rata EFE sebesar 2,41 yang artinya berada diantara rata-rata dan menunjukkan PDMA mampu memanfaatkan peluang yang ada dengan mengantisipasi ancaman yang terjadi. Hasil ini menempati PDMA pada sel V dalam matriks IE yaitu posisis pertahankan dan pelihara. Berdasarkan analisis SWOT menghasilkan tujuh alternatif stratgi, yaitu : penetrasi pasar untuk wilayah DKI Jakarta, diversifikasi dan pengembangan produk, membuka retail khusus daun potong di wilayah DKI Jakarta, menetapkan kebijakan harga fleksibel, membentuk bagian riset pemasaran, membuat kebijakan SDM dan memperhatikan kontinuitas produksi. Hasil pengolahan Proses Hierarki Analitik (PHA) menetapkan prioritas strategi pemasaran bagi PDMA. Secara berturut-turut prioritas strategi yang tepat bagi perusahaan adalah (1) menetapkan 19
kebijakan harga fleksibel, (2) diversifikasi dan pengembangan produk, (3) memperhatikan kontinuitas produksi, (4) membuka retail khusus daun potong di wilayah DKI Jakarta, (5) membentuk bagian riset pemasaran, (6) penetrasi pasar untuk wilayah DKI Jakarta, dan (7) membuat kebijakan SDM. Tinambunan
(2005) melakukan penelitian dengan judul
Strategi
Pengembangan Usaha Tanaman Hias pada PT Bina Usaha Flora (BUF) di Cipanas Cianjur.
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis dan
mengidentifikasi faktor-faktor kunci kekuatan-kelemahan dari lingkungan dan faktor
kunci
peluang-ancaman
dari
lingkungan
eksternal
PT
BUF,
memformulasikan strategi untuk PT BUF berdasarkan analisis lingkungan internal dan eksternal, dan menentukan prioritas/memilih strategi yang terbaik bagi PT BUF. Alat analisis yang digunakan adalah matriks IFE, matriks EFE, matriks IE, matriks SWOT, dan matriks QSP. Berdasarkan analisis, posisi perusahaan berada pada tahap growth and build dimana strategi yang dapat diterapkan adalah strategi integrasi dan intensif. Strategi terbaik yang direkomendasikan adalah menjalin kerjasama dengan pelanggan tetap potensial, florist, dinas taman kota, pengelola lapangan golf, developer real estate. Penelitian Parluhutan (2006) berjudul Formulasi Strategi Pengembangan Usaha Tanaman Anggrek Spesies di Unit Koleksi Anggrek Kebun Raya Bogor dengan alat analisis matriks IFE, matriks EFE, matriks IE, dan matriks SWOT. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal yang mempengaruhi pengembangan usaha tanaman anggrek spesies di Unit
Koleksi
Anggrek
Kebun
Raya
Bogor,
memformulasikan
strategi
pengembangan yang diprioritaskan dalam pengembangan usaha tersebut. Berdasarkan analisis IE, posisi perusahaan berada pada hold and maintain dimana strategi yang dikembangkan spesies adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk. Delapan prioritas strategi yang dapat diterapkan berdasarkan matriks QSP adalah mengoptimalkan peralatan yang ada dan meningkatkan pemeliharaan peralatan
dan
tanaman,
meningkatkan
R&D,
standarisasi
produk,
mempertahankan dan meningkatkan mutu produk dengan cara pengawasan produksi,
membangun
kemitraan
dan
meningkatkan
produksi
dengan
memanfaatkan perkembangan teknologi budidaya, mempertahankan keunggulan
20
produk yang berkualitas, bernilai konservasi dengan harga terjangkau, dan meningkatkan promosi, pemberian merk dan mendaftarkan hak paten. Kurniawan (2008) melakukan penelitian yang berjudul Formulasi Strategi Pengembangan Usaha Bunga Potong Krisan pada Loka Farm, Cilember, Bogor. Alat analisis yang digunakan adalah matriks IFE, matriks EFE, matriks IE, dan matriks SWOT. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal yang mempengaruhi pengembangan usaha bunga potong krisan pada Loka Farm dan memformulasikan strategi pengembangan yang sesuai dengan kondisi internal dan eksternal di Loka Farm. Penyusunan alternatif strategi dilakukan dengan teknik Road Map Strategi dimana penyusunan strategi itu dilakukan berdasarkan waktu yang telah ditentukan agar tidak terjadi tumpang tindih dalam penerapan strategi untuk pengembangan usaha. Manfaat dari penggunaan Road Map Strategi adalah perjalanan lebih terarah, strategi jelas dalam artian tidak ada tumpang tindih strategi, kegiatan terpetakan, kondisi awal teridentifikasi secara menyeluruh dan strategi yang diambil dipahami menyeluruh oleh semua pihak sehingga semua mengetahui tugas masing-masing dalam pelaksanaan strategi. Berdasarkan hasil penelitian, penulis mengemukakan beberapa saran yaitu Loka Farm perlu lebih fokus pada tahap persiapan menuju tahap pengembangan. 2.7.3 Studi Penelitian Terdahulu Mengenai Pendapatan Usahatani dan Pengembangan Usaha Prabowo (2005) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Pendapatan Usahatani dan Pengembangan Usaha Benih Kentang Bersertifikat di PD Hikmah, Pengalengan, Bandung, Jawa Barat. Bertujuan untuk menganalisis pendapatan usahatani benih kentang bersertifikat yang diperoleh PD Hikmah dan menganalisis pengembangan usaha benih kentang bersertifikat pada PD Hikmah. Berdasarkan hasil penelitian, usahatani benih kentang bersertifikat memiliki rata-rata produksi untuk kelas benih G3 sebesar 17.625 ton, dan kelas benih G4 sebesar 19.688 ton. Dari hasil produksi tersebut, pendapatan total usahatani benih kentang bersetifikat dalam satu musim tanam dengan luas satu hektar adalah sebesar Rp 25.433.625 untuk kelas benih G3 dan sebesar Rp 19.173.920 untuk kelas benih G4. Nilai imbangan penerimaan dan pengeluaran 21
total atau R/C rasio untuk kelas benih G3 adalah 1,35 dan kelas benih G4 adalah 1,29. Nilai R/C rasio yang lebih dari satu menunjukkan bahwa usahatani benih kentang bersertifikat di PD Hikmah tersebut menguntungkan. Atribut yang sangat penting untuk diperhatikan PD Hikmah adalah kualitas produksi dan manajemen keuangan. Atribut-atribut lain yang harus menjadi perhatian perusahaan untuk lebih ditingkatkan adalah atribut lingkungan bisnis yang berada pada kuadran I yaitu upah karyawan, jam kerja, efisiensi produksi, produktivitas karyawan, promosi harga, pengetahuan masyarakat tentang benih bermutu, produktivitas perusahaan, dan struktur organisasi perusahaan. Selain itu, atribut lingkungan bisnis yang berada pada kuadran IV, dimana kinerja perusahaan berada dalam tingkat tinggi tetapi kepentingan perusahaan akan kinerja dari atribut tersebut rendah, adalah SK Pemda Jabar mengenai harga jual benih, keterlibatan masyarakat, hambatan masuk industri, jumlah kompetitor, persaingan dalam industri, pangsa pasar, profitabilitas dan pertumbuhan penjualan. Kontribusi penelitian sebelumnya terhadap penelitian yang dilakukan adalah : 1) memberikan acuan terhadap penggunaan metode analisis data, dan 2) memberikan pedoman dalam pelaksanaan teknis penelitian. Perbedaan penelitian yang dilakukan dengan penelitian sebelumnya adalah: 1) lembaga yang dijadikan objek penelitian, 2) permasalahan yang akan diselesaikan, dan 3) aplikasi dari penggunaan metode analisis.
22
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Dalam menyampaikan informasi mengenai objek-objek dan peristiwaperistiwa, maka diperlukan dasar yang umum untuk itu. Pencapaian tujuan ini dibutuhkan konsep-konsep. Suatu konsep merupakan sejumlah pengertian atau ciri yang berkaitan dengan peristiwa, objek, kondisi, situasi dan hal lain yang sejenis. Konsep-konsep diciptakan dengan menggolongkan dan mengelompokkan objek-objek atau peristiwa-peristiwa yang mempunyai ciri khas yang sama (Cooper dan Emory, 1996). 3.1.1 Konsep Usahatani Ilmu
usahatani
pada
dasarnya
memperhatikan
cara-cara
petani
memperoleh dan memadukan sumberdaya (lahan, tenaga kerja, modal, waktu, dan pengelolaan) yang terbatas untuk mencapai tujuannya (Soekartawi et.al, 1986). Ada empat unsur pokok dalam usahatani yang sering disebut sebagai faktor-faktor produksi (Hernanto dalam Ferdiansyah, 2004) yaitu : 1) Tanah Tanah usahatani dapat berupa tanah pekarangan, tegalan dan sawah. Tanah tersebut dapat diperoleh dengan cara membuka lahan sendiri, membeli menyewa, bagi hasil (menyakap), pemberian negara, warisan atau wakaf. Penggunaan tanah dapat diusahakan secara monokultur maupun polikultur atau tumpangsari. 2) Tenaga Kerja Jenis tenaga kerja dibedakan menjadi tenaga kerja pria, wanita dan anak-anak yang dipengaruhi oleh umur, pendidikan, keterampilan, pengalaman, tingkat kesehatan dan faktor alam seperti iklim dan kondisi lahan. Tenaga ini dapat berasal dari dalam dan luar keluarga (biasanya dengan cara upahan). Tenaga kerja dihitung dalam satuan HOK (Hari Orang Kerja), yakni lima jam waktu normal kerja per hari. 3) Modal Modal dalam usahatani digunakan untuk membeli sarana produksi serta pengeluaran selama kegiatan usahatani berlangsung. Sumber modal diperoleh
dari
milik
sendiri,
pinjaman
atau
kredit
(kredit
bank,
pelepas
uang/famili/tetangga), hadiah, warisan, usaha lain ataupun kontrak sewa. 4) Pengelolaan atau manajemen Pengelolaan usahatani adalah kemampuan petani untuk menentukan, mengorganisir
dan
mengkoordinasikan
faktor-faktor
produksi
yang
dikuasainya dengan sebaik-baiknya dan mampu memberikan produksi pertanian sebagaimana yang diharapkan. Pengenalan pemahaman terhadap prinsip teknik dan ekonomis perlu dilakukan untuk dapat menjadi pengelola yang berhasil. Prinsip teknis tersebut meliputi : (a) perilaku cabang usaha yang diputuskan; (b) perkembangan teknologi; (c) tingkat teknologi yang dikuasai dan (d) cara budidaya dan alternatif cara lain berdasar pengalaman orang lain. Prinsip ekonomis antara lain : (a) penentuan perkembangan harga; (b) kombinasi cabang usaha; (c) pemasaran hasil; (d) pembiayaan usahatani; (e) penggolongan modal dan pendapatan serta tercermin dari keputusan yang diambil agar resiko sangat tergantung kepada : (a) perubahan sosial serta (b) pendidikan dan pengalaman petani. 3.1.2 Pemilihan Cabang Usahatani Salah satu tujuan petani atau pengusaha dalam menjalankan usahataninya adalah untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Keuntungan merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya yang harus dikeluarkannya. Dengan demikian untuk memperbesar keuntungan bisa ditempuh dengan cara meningkatkan penerimaan atau menurunkan biaya. Petani harus memilih komoditas yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan membutuhkan biaya yang sedikit atau usahatani yang menghasilkan penerimaan lebih besar dibandingkan biayanya. Dalam memilih cabang usahatani yang akan diusahakan, selain harus disesuaikan dengan kondisi lahan dan iklim, juga harus mempertimbangkan besarnya biaya yang harus dikeluarkan dan besarnya penerimaan yang diperolehnya.
Oleh
karena
itu
cabang
usahatani
(komoditas)
akan
dipertimbangkan dalam perencanaan usahataninya selama sumbangan yang akan diberikan terhadap pendapatan bersih usahatani lebih besar dari biaya yang
24
diluangkannya (Soekartawi et. al, 1986). Artinya nilai produksi yang diperoleh lebih besar dari biaya produksi yang dikeluarkannya selama proses produksi. Ada beberapa bentuk pengujian atau analisis keberhasilan suatu cabang usahatani yang sering dipakai atau dilakukan, yaitu : 1. Analisis biaya per satuan hasil (unit cost of production) 2. Analisis imbangan penerimaan dan biaya (cost and return ratio atau R/C ratio) 3. Analisis pendapatan atau keuntungan cabang usaha (enterprise net income atau profit) 4. Analisis imbangan manfaat-biaya tambahan (benefit cost ratio atau B/C ratio) Analisis satu seringkali dipakai untuk menghitung harga pokok produksi. Analisis dua dan tiga biasanya dipakai untuk pengujian keuntungan suatu cabang usaha, dan analisis empat biasa dipakai untuk pengujian penggantian teknologi yang berpengaruh pada penggunaan biaya atau untuk membandingkan cabang usahatani yang ada. 3.1.3 Konsep Pendapatan Usahatani Pendapatan usahatani adalah pendapatan yang berasal dari kegiatan usahatani dan peternakan setiap tahun (Makeham dan Malcolm, 1991). Pendapatan usahatani adalah keuntungan yang diperoleh petani dengan mengurangkan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi dengan penerimaan
usahatani.
Tujuan
utama
dari
analisis
pendapatan
adalah
menggambarkan keadaan sekarang suatu kegiatan usaha dan menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan atau tindakan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani adalah luas usahatani, efisiensi kerja, dan efisiensi produksi. Luas usahatani yang sempit dapat mengakibatkan produksi per satuan luas yang tinggi tidak dapat tercapai. Sementara efisiensi kerja dan efisiensi produksi yang tinggi menyebabkan pendapatan petani semakin tinggi. Menurut (Soekartawi et.al, 1986), penerimaan usahatani adalah suatu nilai produk total dalam jangka waktu tertentu, baik untuk dijual maupun untuk dikonsumsi sendiri. Penerimaan ini mencakup semua produk yang dijual, konsumsi rumah tangga petani, untuk pembayaran dan yang disimpan. 25
Penerimaan usahatani daun potong dalam penelitian ini adalah nilai produk yang diperoleh dari produk total dikali dengan harga jual di tingkat petani. Pengeluaran atau biaya usahatani merupakan nilai penggunaan sarana produksi dan lain-lain yang dibebankan pada produk yang bersangkutan. Selain biaya tunai yang harus dikeluarkan ada pula biaya yang diperhitungkan, yaitu nilai pemakaian barang dan jasa yang dihasilkan dari usaha itu sendiri. Biaya yang diperhitungkan digunakan untuk menghitung berapa sebenarnya pendapatan kerja petani kalau modal dan nilai kerja keluarga diperhitungkan. Menurut Hernanto dalam Ferdiansyah (2004) biaya produksi dalam usahatani dapat dibedakan berdasarkan : 1. Berdasarkan jumlah output yang dihasilkan terdiri dari : a. Biaya tetap adalah biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi, misalnya: pajak tanah, sewa tanah, penyusutan alat-alat bangunan pertanian, dan bunga pinjaman. b. Biaya variabel adalah biaya yang berhubungan langsung dengan jumlah produksi, misalnya : pengeluaran untuk benih, pupuk, obat-obatan, dan biaya tenaga kerja. 2. Berdasarkan yang langsung dikeluarkan dan diperhitungkan terdiri dari : a. Biaya tunai adalah biaya tetap dan biaya variabel yang dibayar tunai. Biaya tetap misalnya : pajak tanah dan bunga pinjaman, sedangkan biaya variabel misalnya pengeluaran untuk benih, pupuk, obat-obatan, dan tenaga kerja luar keluarga. Biaya tunai ini berguna untuk melihat pengalokasian modal yang dimiliki oleh petani. b. Biaya tidak tunai (diperhitungkan) adalah biaya penyusutan alat-alat pertanian, sewa lahan milik sendiri (biaya tetap), dan tenaga kerja dalam keluarga (biaya variabel). Biaya tidak tunai ini melihat bagaimana manajemen suatu usahatani. Pendapatan usahatani yang diterima seorang petani dalam satu tahun berbeda dengan pendapatan yang diterima petani lainnya. Perbedaan pendapatan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor ini ada yang masih dapat diubah dalam batasan-batasan kemampuan petani dan ada faktor yang tidak bisa diubah yaitu iklim dan tanah.
26
Pendapatan yang besar tidak selalu menunjukkan efisiensi yang tinggi, karena ada kemungkinan pendapatan yang besar itu diperoleh dari investasi yang berlebihan. Oleh karena itu, analisis pendapatan usahatani selalu diikuti dengan pengukuran efisiensi. Ukuran efisiensi pendapatan dapat dihitung melalui perbandingan penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan (rasio R/C) yang menunjukkan berapa penerimaan yang diterima petani untuk setiap biaya yang dikeluarkan petani dalam proses produksi. 3.1.4 Pengertian Strategi Strategi berasal dari bahasa Yunani kuno yang berarti “seni berperang”. Suatu strategi mempunyai dasar-dasar atau skema untuk mencapai sasaran yang dituju. Menurut Stephanie K. Marrus dalam Umar (2008), strategi didefinisikan sebagai suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi yang disertai penyusunan suatu cara atau upaya agar suatu tujuan dapat tercapai. Sedangkan menurut Hamel dan Prahalad dalam Umar (2008), bahwa strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus-menerus, serta dilakukan beradasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Menurut David (2006), strategi adalah alat untuk mencapai tujuan jangka panjang. Strategi bisnis dapat mencakup ekspansi geografis, diversifikasi, akuisisi, pengembangan produk, penetrasi pasar, pengurangan bisnis, divestasi, likuidasi, dan joint venture. Strategi adalah tindakan potensial yang membutuhkan keputusan manajemen tingkat atas dan sumber daya perusahaan dalam jumlah yang besar. Selain itu, strategi mempengaruhi kemakmuran perusahaan dalam jangka panjang. Strategi memiliki konsekuensi yang multifungsi dan multidimensi serta perlu mempertimbangkan faktor-faktor internal dan eksternal yang dihadapi perusahaan. 3.1.5 Konsep Manajemen Strategis Menurut David (2006), manajemen strategis dapat didefinisikan sebagai seni dan ilmu untuk memformulasi, mengimplementasi, dan mengevaluasi keputusan lintas fungsi yang memungkinkan organisasi dapat mencapai
27
tujuannya. Proses manajemen strategis terdiri dari tiga tahap, yaitu formulasi strategi, implementasi strategi, dan evaluasi strategi. 1) Formulasi Strategi Hal-hal yang termasuk dalam formulasi strategi antara lain mengembangkan visi dan misi, mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal perusahaan, menentukan kekuatan dan kelemahan internal, menetapkan tujuan jangka panjang, merumuskan alternatif strategi dan memilih strategi tertentu yang akan dilaksanakan. 2) Implementasi Strategi Implementasi strategi sering disebut sebagai tahap pelaksanaan dalam manajemen strategis. Selain itu, implementasi strategi juga sering kali dianggap sebagai tahap yang paling sulit dalam manajemen strategis karena implementasi strategi membutuhkan disiplin pribadi, komitmen, dan pengorbanan.
Implementasi
strategi
mensyaratkan
perusahaan
untuk
menetapkan tujuan tahunan, membuat kebijakan, memotivasi karyawan, dan mengalokasikan sumber daya sehingga strategi yang telah diformulasikan dapat dijalankan. Implementasi strategi termasuk mengembangkan budaya yang mendukung strategi, menciptakan struktur organisasi yang efektif dan memberdayakan sistem informasi, serta menghubungkan kinerja karyawan dengan kinerja organisasi. 3) Evaluasi Strategi Evaluasi strategi merupakan tahap final dalam manajemen strategis. Tiga aktivitas dasar evaluasi strategi adalah meninjau ulang faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar strategi saat ini, mengukur kinerja, dan mengambil tindakan korektif. Salah satu cara yang digunakan untuk mempelajari dan mengaplikasikan proses manajemen strategis adalah dengan sebuah model, dimana setiap model mempresentasikan semacam proses. Berikut ini merupakan model manajemen strategis menurut David (2006), yaitu :
28
umpan balik
Menjalankan Audit Eksternal
Meneta pkan Tujuan Jangka Panjang
Mengemban gkan Pernyataan Visi dan Misi
Merumuskan Mengevaluas i dan Memilih Strategi
Implement asi StrategiIsu Manajeme nn
Menjalankan Audit Internal
Perumusan strategi
Gambar 1.
Implementasi Strategi-isu-isu pemasaran, keuangan,akunt ansi,penelitian dan pengembangan, sistem informasi
Pelaksanaan Strategi
Mengukur dan Mengeval uasi Kinerja
Evaluasi strategi
Model Komprehensif Manajemen Strategis Sumber : David (2006)
3.1.6 Strategi Pengembangan Usaha Strategi bisnis berkaitan dengan cara-cara yang digunakan perusahaan untuk mendapatkan keunggulan persaingan di dalam setiap bisnis utamanya. Pentingnya keputusan strategi berkaitan dengan sumber daya perusahaan. Sebagaimana kita ketahui bahwa strategi memberikan stabilitas arah dan orientasi yang konsisten dengan memungkinkan fleksibilitas untuk beradaptasi dengan lingkungannya. 3.1.7 Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan Visi merupakan rumusan dari salah satu atau gabungan dari tiga hal berikut : (1) apa yang ingin kita capai di masa depan, (2) apa yang ingin kita peroleh di masa depan, dan (3) kita ingin menjadi apa di masa depan. Visi yang jelas akan menjadi dasar untuk mengembangkan pernyataan misi yang komprehensif (David, 2006). Visi akan dilengkapi dengan misi perusahaan yang menyatakan tujuan perusahaan ditinjau dari pihak yang berkepentingan dengan perusahaan yang terdiri dari pelanggan, karyawan, pemegang saham, pemerintah, pemasok, perusahaan dan lain-lain.
29
Misi adalah rumusan tentang apa yang harus kita kerjakan atau selesaikan. Pernyataan misi adalah deklarasi tentang “alasan keberadaan” sebuah organisasi. Pernyataan misi yang jelas adalah penting untuk merumuskan tujuan dan formulasi strategi yang efektif. Pernyataan misi ini menjawab pertanyaan : “Apa Bisnis Kita?” (David, 2006). 3.1.8 Analisis Lingkungan Perusahaan Perusahaan yang sukses adalah perusahaan yang dapat mengenali dan memberi
interaksi
secara
menguntungkan
terhadap
kebutuhan,
serta
kecenderungan yang belum terpenuhi dalam lingkungan. Analisis lingkungan merupakan suatu proses yang digunakan perencana strategis untuk memonitor sektor lingkungan dalam menentukan peluang-peluang ataupun ancaman-ancaman terhadap perusahaan (Jauch dan Glueck 1988, dalam Kristiyani 2008). Lingkungan perusahaan dibagi menjadi dua, yaitu lingkungan eksternal dan lingkungan internal. 3.1.8.1 Analisis Lingkungan Internal Analisis lingkungan internal merupakan tahap pengkajian faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan dalam suatu perusahaan. Kekuatan merupakan suatu kelebihan khusus yang memberikan keunggulan komparatif di dalam suatu industri yang berasal dari organisasi. Kelemahan merupakan keterbatasan dan kekuarangan dalam hal sumber daya, keahlian dan kemampuan yang secara nyata menghambat aktivitas keragaan organiasi. Menurut David (2006), tedapat beberapa faktor yang diidentifikasi dalam lingkungan internal perusahaan, yaitu : 1) Manajemen Manajemen adalah proses perecanaan, pengorganisasian, pemimpinan, dan pengendalian upaya anggota organisasi dan proses penggunaan semua sumberdaya organisasi untuk tercapainya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Menurut David (2006), terdapat lima fungsi manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pemberi motivasi, pengelolaan staf, dan pengendalian.
30
2) Pemasaran Pemasaran
dapat
dideskripsikan
sebagai
proses
mendefinisikan,
mengantisipasi, menciptakan, serta memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan atas barang dan jasa. Menurut Kotler (1999), terdapat empat macam bauran pemasaran, yaitu produk, harga, distribusi, dan promosi. 3) Keuangan/ Akuntansi Dana dibutuhkan dalam operasional perusahaan. Oleh karena itu, faktorfaktor yang harus diperhatikan dalam aspek keuangan/akuntansi, adalah kemampuan perusahaan memupuk modal jangka pendek dan jangka panjang, beban yang harus ditanggung perusahaan sebagai upaya memperoleh modal tambahan, hubungan baik dengan penanam modal dan pemegang saham, pengelolaan keuangan, struktur modal kerja, harga jual produk, pemantauan penyebab inflasi, dan sistem akunting yang andal (Umar, 2008). 4) Produksi/ Operasi Fungsi produksi/ operasi dari suatu bisnis terdiri atas semua aktivitas yang mengubah input menjadi barang dan jasa. Menurut David (2006), manajemen produksi/ operasi terdiri atas lima area keputusan atau fungsi : proses, kapasitas, persediaan, tenaga kerja, dan kualitas. 5) Sumber Daya Manusia Manusia merupakan sumber daya terpenting bagi perusahaan. Oleh karena itu, manajer perlu berupaya agar terwujud perilaku positif di kalangan karyawan perusahaan. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan pada aspek sumber daya manusia, antara lain langkah-langkah yang jelas mengenai manajemen SDM, keterampilan dan motivasi kerja, produktivitas, dan sistem imbalan (Umar, 2008). 6) Penelitian dan Pengembangan Perusahaan yang menjalankan strategi pengembangan produk khususnya harus memiliki orientasi litbang yang kuat. Pengeluaran litbang ditujukan pada pengembangan produk baru sebelum pesaing melakukannya untuk memperbaiki kualitas produk atau untuk memperbaiki proses produksi untuk menurunkan biaya.
31
3.1.8.2 Analisis Lingkungan Eksternal Analisis lingkungan eksternal diperlukan untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat memberikan peluang dan ancaman bagi perusahaan. Pada umumnya lingkungan eksternal berada di luar kontrol perusahaan. Menurut Pearce dan Robinson (1997), lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan jauh dan lingkungan industri. 1) Lingkungan Jauh Menurut Pearce dan Robinson (1997) lingkungan jauh terdiri dari faktorfaktor yang besumber dari luar dan biasanya tidak berhubungan dengan situasi operasional suatu perusahaan tertentu, yaitu faktor ekonomi, sosial, politik, dan faktor teknologi. a) Faktor Ekonomi Faktor ekonomi berkaitan dengan sifat dan arah sistem ekonomi tempat suatu perusahaan beroperasi. Dalam perencanaan strategiknya, setiap perusahaan harus mempertimbangkan kecenderungan ekonomi di segmen-segmen yang mempengaruhi industri yang bersangkutan tersebut, misalnya pola konsumsi, ketersediaan kredit secara umum, tingkat penghasilan yang dibelanjakan (disposable income), kecenderungan belanja masyarakat (propensity to spend), suku bunga primer dan laju inflasi (Pearce dan Robinson, 1997). b) Faktor Sosial Faktor sosial yang mempengaruhi suatu perusahaan meliputi kepercayaan, nilai, sikap, opini, dan gaya hidup dari orang-orang di lingkungan ekstern perusahaan. Faktor sosial ini biasanya dikembangkan dari kondisi kultural, ekologi, demografi, agama, pendidikan, dan kondisi etnik. Faktor sosial ini bersifat dinamik dan selalu berubah sebagai akibat upaya orang untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan masyarakat melalui pengendalian dan penyesuaian diri terhadap faktor-faktor lingkungan (Pearce dan Robinson, 1997). c) Faktor Politik Arah dan stabilitas faktor-faktor politik merupakan pertimbangan penting bagi para manajer dalam merumuskan strategi perusahaan. Faktor-faktor
32
politik menentukan parameter legal dan regulasi yang membatasi operasi perusahaan. Kendala politik dikenakan atas perusahaan melalui keputusan tentang perdagangan yang adil, Undang-Undang antitrust, program perpajakan, ketentuan upah
minimum, kebijakan tentang polusi dan
penetapan harga, batasan administratif dan tindakan-tindakan lainnya yang dimaksudkan untuk melindungi pekerja, konsumen, masyarakat umum, dan lingkungan. Karena pada umumnya peraturan dan undangundang bersifat membatasai maka kedua elemen tersebut cenderung berpotensi untuk mengurangi laba perusahaan. Akan tetapi, beberapa tindakan politik juga dirancang untuk melindungi dan memberi manfaat bagi perusahaan, misalnya undang-undang paten, subsidi pemerintah, dan hibah dana riset produk. Jadi faktor politik dapat membatasi ataupun bermanfaat bagi perusahaan (Pearce dan Robinson, 1997). d) Faktor Teknologi Faktor kelima dalam lingkungan jauh adalah perubahan teknologi. Untuk menghindari keusangan dan mendorong inovasi, perusahaan harus mewaspadai
perubahan
industrinya.
Adaptasi
teknologi teknologi
yang yang
mungkin kreatif
mempengaruhi
dapat
membuka
kemungkinan terciptanya produk baru, penyempurnaan produk yang sudah ada, atau penyempurnaan dalam teknik produksi dan pemasaran (Pearce dan Robinson, 1997). 2) Lingkungan Industri Model lima kekuatan Porter tentang analisis kompetitif merupakan pendekatan yang digunakan secara luas untuk mengembangkan strategi dalam banyak industri. Menurut Porter, hakikat persaingan suatu industri dapat dilihat sebagai kombinasi atas lima kekuatan, yaitu persaingan antar perusahaan
sejenis,
kemungkinan
masuknya
pesaing
baru,
potensi
pengembangan produk substitusi, kekuatan tawar-menawar penjual/pemasok, dan keuatan tawar-menawar pembeli/ konsumen (Gambar 2).
33
Ancaman Produk Pengganti
Persaingan di antara pesaing yang ada
Kekuatan Tawarmenawar pemasok
Kekuatan Tawarmenawar pembeli
Masuknya pendatang baru
Gambar 2. Kekuatan-Kekuatan yang Mempengaruhi Persaingan Industri Sumber : Porter (1997)
a) Ancaman Masuknya Pendatang Baru Masuknya perusahaan sebagai pendatang baru akan berimplikasi terhadap perusahaan yang sudah ada, seperti kapasitas akan bertambah, terjadinya perebutan pangsa pasar, dan perebutan sumber daya produksi yang terbatas. Kondisi seperti ini dapat menimbulkan ancaman bagi perusahaan yang telah ada. Terdapat beberapa faktor penghambat pendatang baru untuk masuk ke dalam suatu industri yang sering disebut hambatan masuk. Faktor-faktor hambatan masuk yang dimaksud adalah : i)
Skala ekonomis Skala ekonomis menggambarkan turunnya biaya satuan (unit cost) suatu produk apabila volume absolut per periode meningkat. Skala ekonomis ini akan menghalangi masuknya pendatang baru dengan memaksa para pendatang baru tersebut untuk masuk pada skala besar dan menghadapi risiko adanya reaksi dari pesaing yag ada atau masuk dengan skala kecil dan beroperasi dengan biaya yang tidak menguntungkan.
ii) Diferensiasi produk Diferensiasi
menciptakan
hambatan
masuk
dengan
memaksa
pendatang baru mengeluarkan biaya yang besar untuk mengatasi kesetiaan pelanggan yang ada. Kondisi ini biasanya akan berdampak
34
terhadap kerugian di saat awal dan seringkali bertahan untuk waktu yang cukup panjang. iii) Kebutuhan modal Kebutuhan untuk menanamkan sumberdaya keuangan yang besar agar mampu bersaing akan menciptakan hambatan masuk bagi pemain baru, terutama jika modal tersebut diperlukan untuk periklanan di saat awal yang tidak dapat kembali atau untuk kegiatan riset dan pengembangan yang penuh risiko. iv) Biaya beralih pemasok Biaya beralih pemasok adalah biaya satu kali yang harus dikeluarkan pembeli apabila berpindah dari produk pemasok tertentu ke produk pemasok lainnya. Jika biaya peralihan ini tinggi maka pendatang baru harus menawarkan penyempurnaan yang besar dalam hal biaya atau prestasi agar pembeli mau beralih dari pemasok lama. v) Akses ke saluran distribusi Hambatan masuk dapat ditimbulkan dengan adanya kebutuhan dari pendatang baru untuk mengamankan distribusi produknya. Apabila saluran distribusi untuk produk tersebut telah dikuasai oleh perusahaan yang sudah mapan, perusahaan baru mungkin sulit memasuki saluran yang ada dan harus mengeluarkan biaya yang besar untuk membangun saluran sendiri. vi) Biaya tak menguntungkan terlepas dari skala Perusahaan yang telah mapan mungkin mempunyai keunggulan biaya yang mungkin tidak dapat ditiru oleh pendatang baru yang akan masuk ke dalam industri. Adapun keunggulan-keunggulan yang dimaksud adalah teknologi produk milik sendiri, penguasaan atas bahan baku, lokasi yang menguntungkan, subsidi pemerintah, dan kurva belajar atau pengalaman. b) Kekuatan Tawar-Menawar Pemasok Pemasok dapat mempengaruhi para peserta industri melalui kemampuan pemasok untuk menaikkan harga atau menurunkan kualitas produk atau jasa yang dibeli. Pemasok dikatakan memiliki daya tawar yang kuat
35
apabila pemasok didominasi oleh beberapa perusahaan dan lebih terkonsentrasi daripada industri dimana mereka menjual, pemasok tidak menghadapi produk pengganti lain untuk dijual kepada industri, industri bukan merupakan pelanggan yang penting bagi kelompok pemasok, produk pemasok terdiferensiasi atau pemasok telah menciptakan biaya peralihan, dan kelompok pemasok memperlihatkan ancaman yang meyakinkan untuk melakukan integrasi maju. c) Kekuatan Tawar-Menawar Pembeli Para pembeli dapat bersaing dengan industri dengan cara memaksa harga turun, meningkatkan mutu produk, dan pelayanan yang lebih baik. Kelompok pembeli dikatakan kuat jika kelompok pembeli terpusat atau membeli dalam jumlah besar, produk yang dibeli merupakan bagian dari biaya atau pembelian yang cukup besar dari pembeli, produk yang dibeli standar atau tidak terdiferensiasi, pembeli mendapat laba kecil, pembeli menunjukkan ancaman untuk melakukan integrasi balik, produk industri tidak penting bagi mutu produk atau jasa pembeli, dan pembeli memiliki informasi lengkap. d) Ancaman Produk Substitusi Perusahaan-perusahaan yang berada dalam suatu industri tertentu akan bersaing pula dengan produk pengganti. Ancaman produk substitusi kuat jika konsumen dihadapkan pada switching cost yang sedikit atau produk substitusi memiliki harga yang lebih murah tapi dengan kualitas sama bahkan lebih tinggi dari produk-produk suatu industri. e) Persaingan di Antara Perusahaan Sejenis Persaingan dalam industri akan mempengaruhi kebijakan dan kinerja perusahaan. Tingkat persaingan dalam industri dipengaruhi oleh jumlah kompetitor, tingkat pertumbuhan industri, karakteristik produk, biaya tetap yang besar, kapasitas, dan hambatan keluar. 3.1.9 Matriks IFE dan EFE Matriks IFE ditujukan untuk mengidentifikasi faktor lingkungan internal dan mengukur sejauh mana kekuatan dan kelemahan yang dimiliki unit yang dianalisis. Matriks EFE ditujukan untuk mengidentifikasi faktor lingkungan 36
eksternal dan mengukur sejauh mana peluang dan ancaman yang dihadapi unit yang dianalisis. 3.1.10 Matriks IE Matriks IE terdiri dari dua dimensi yaitu total skor yang diperoleh dari matriks IFE pada sumbu x dan total skor matriks EFE pada sumbu y. Matriks ini terdiri dari tiga daerah utama yang memiliki implikasi strategi yang berbeda, yaitu: 1) Tumbuh dan Kembangkan (Grow and Build) Jika perusahaan berada pada sel I, II, dan IV. Strategi yang dapat diterapkan adalah strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk) atau strategi integratif (integrasi ke belakang, integrasi ke depan, dan integrasi horizontal). 2) Pelihara dan Pertahankan (Hold and Maintain) Jika perusahaan berada pada sel III, V, dan VII. Strategi yang dapat dianjurkan adalah strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk. 3) Tuai atau Divestasi Jika perusahaan berada pada sel VI, VIII, dan IX. Strategi yang dapat dianjurkan adalah strategi divestasi. 3.1.11 Matriks SWOT Menurut Rangkuti (2008), analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Melalui analisis ini, perusahaan diharapkan dapat menyusun berbagai alternatif strategi berdasarkan kombinasi antara faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Matriks SWOT adalah alat yang penting bagi seorang manajer dalam mengembangkan empat tipe strategi, yaitu SO (Strenghts-Opportunities), WO (Weaknesses-Threats), ST (Strenghts-Threats), dan WT (Weaknesses-Threats). 3.1.12 Matriks QSP (QSPM) QSPM adalah alat analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi alternatif strategi mana yang terbaik. QSPM menggunakan input dari analisis tahap pertama, yaitu matriks IFE dan EFE serta input dari hasil pecocokan pada
37
tahap kedua, misalnya matriks IE atau matriks SWOT untuk menentukan secara objektif di antara alternatif strategi. Secara konsep, QSPM menentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi berdasarkan sejauh mana faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal dimanfaatkan atau diperbaiki. Daya tarik relatif dari masing-masing strategi dalam satu sel alternatif dihitung dengan menentukan pengaruh kumulatif dari masingmasing faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal. Adapun keunggulan QSPM antara lain set strategi dapat dievaluasi secara bertahap atau berama-sama; tidak ada batasan untuk jumlah strategi yang dapat dievaluasi atau jumlah set strategi yang dapat dievaluasi; membutuhkan penyusun strategi untuk mengintegrasikan faktor internal dan eksternal yang relevan ke dalam proses keputusan; penggunaan QSPM dapat diadaptasikan untuk diaplikasikan oleh organsiasi kecil, besar, berorientasi laba maupun nirlaba, dan dapat diaplikasikan untuk hampir semua tipe organsiasi. Akan tetapi, disamping memiliki kelebihan, QSPM juga memiliki keterbatasn, yaitu QSPM selalu membutuhkan penilaian intuitif dan asumsi yang mendasar, serta QSPM hanya dapat bermanfaat sebagai informasi pendahuluan dan analisis pencocokan yang mendasari penyusunannya. 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional Salah satu perusahaan yang menjadi produsen tanaman hias daun potong adalah PT Pesona Daun Mas Asri (PDMA). Selain PT PDMA, penelitian ini juga dilakukan pada Kelompok Tani Al-Busyro Florist yang menjadi produsen tanaman hias untuk keperluan daun potong. Daun potong pada kedua lokasi penelitian ini merupakan produk unggulan dan menjadi bisnis inti, sehingga diharapkan memiliki tingkat pendapatan yang tinggi dan arah pengembangan usaha yang jelas. PT PDMA sebagai perusahaan komersial dan Al-Busyro Florist sebagai kelompok tani tentunya memiliki perbedaan dalam hal struktur biaya (pendapatan) dan strategi pengembangan usaha. Untuk itu, perlu dianalisis mengenai pendapatan usahatani dan strategi pengembangan usaha pada kedua lokasi penelitian ini.
38
Dalam analisis usahatani tanaman hias daun potong dapat diketahui tingkat pendapatan usaha dan tingkat efisiensi produksi yang berupa R/C rasio. Struktur biaya dan tingkat pendapatan dari PT PDMA dan Kelompok Tani AlBusyro Florist dihitung kemudian dibandingkan. Pendapatan usaha diperoleh dari penerimaan semua hasil produksi tanaman hias daun potong yang dijual dikurangi dengan biaya. Biaya terbagi menjadi dua yaitu biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Jumlah antara biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan adalah biaya total, yaitu nilai total penggunaan sarana produksi dan lain-lain yang dibebankan pada tanaman hias daun potong. Berdasarkan jenis biaya, maka perhitungan tingkat pendapatan usahatani terbagi menjadi dua yaitu tingkat pendapatan atas biaya tunai dan tingkat pendapatan atas biaya total. Tujuan dari analisis pendapatan adalah untuk menggambarkan keadaan sekarang usahatani tanaman hias daun potong dan menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan atau tindakan. Pendapatan yang besar tidak selalu menunjukkan efisiensi yang tinggi, karena ada kemungkinan pendapatan yang besar diperoleh dari investasi yang berlebihan. Oleh karena itu, analisis pendapatan usahatani selalu diikuti dengan pengukuran
efisiensi.
Ukuran
efisiensi
pendapatan
dihitung
dengan
membandingkan penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan (R/C rasio). Berdasarkan jenis biaya yang dikeluarkan maka R/C rasio atas biaya total. R/C rasio menunjukkan berapa penerimaan yang diterima oleh kedua lokasi penelitian untuk setiap biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi. Jika nilai R/C rasio diatas satu maka hal ini menunjukkan bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan memperoleh manfaat sehingga penerimaan meningkat lebih dari satu rupiah. Selain efisiensi, penelitian ini juga membandingkan pendapatan dengan biaya yang dikeluarkan (B/C rasio). Hasil dari pendapatan usahatani dari kedua lokasi penelitian ini kemudian menjadi salah satu parameter untuk menilai kekuatan internal masing-masing lokasi khususnya pada faktor keuangan/ akuntansi dalam merumuskan strategi pengembangan usaha. Sebelum merumuskan strategi pengembangan usaha, langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi visi, misi, dan tujuan perusahaan. Hal ini karena strategi yang nantinya dibuat harus sesuai dengan visi, misi, dan
39
tujuan perusahaan sehingga harapannya strategi yang dihasilkan dapat menjadi masukan dan pertimbangan perusahaan dalam mengatasi permasalahan yang ada. Langkah selanjutnya, yaitu mengidentifikasi lingkungan internal dan lingkungan eksternal perusahaan. Proses identifikasi dalam lingkungan internal diperlukan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan perusahaan sedangkan proses identifikasi lingkungan eksternal diperlukan untuk mengetahui peluang dan ancaman perusahaan. Analisis lingkungan internal diperoleh melalui kajian bidang manajemen, pemasaran, keuangan/ akuntansi, produksi dan operasi, sumberdaya manusia, serta penelitian dan pengembangan. Untuk lingkungan internal dianalisis melalui matriks IFE. Analisis lingkungan eksternal, meliputi lingkungan jauh dan lingkungan industri. Lingkungan jauh meliputi faktor-faktor yang bersumber dari luar dan biasanya tidak berhubungan dengan situasi operasional suatu perusahaan yaitu faktor ekonomi, sosial, politik, dan faktor teknologi, sedangkan lingkungan industri meliputi persaingan antar perusahaan sejenis, kemungkinan masuknya pesaing baru, potensi pengembangan produk substitusi, kekuatan tawar-menawar penjual/ pemasok, dan kekuatan tawar-menawar pembeli/ konsumen. Untuk lingkungan eksternal ini dianalisis melalui matriks EFE. Tahap ini disebut dengan tahap input. Langkah selanjutnya, yaitu tahap pencocokan yang menggunakan matriks IE dan matriks SWOT. Tujuan penggunaan matriks IE ialah untuk mengetahui posisi perusahaan yang terdapat pada sembilan sel di matriks IE. Selanjutnya, setelah mengetahui posisi perusahaan yang diperoleh dari matriks IE, harapannya alternatif-alternatif strategi yang dibuat pada matriks SWOT tidak bertolak belakang dengan alternatif strategi yang dihasilkan dari matriks IE. Kemudian dilakukan tahap keputusan untuk merumuskan alternatif strategi mana yang terbaik. Adapun alat analisis yang digunakan dalam tahap keputusan adalah matriks QSP. Pemilihan matriks QSP dilakukan dengan melihat faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman serta bobot yang telah ditetapkan pada tahap pertama dengan alternatif strategi sebagai hasil dari tahap kedua. Secara lebih lengkap, kerangka pemikiran operasional ditunjukkan pada Gambar 3.
40
Masalah yang dihadapi produsen usaha tanaman hias daun potong di Bogor: - Memproduksi berdasarkan tren tanaman hias - Persaingan harga antar perusahaan sejenis
Perusahaan Komersial PT Pesona Daun Mas Asri Analisis Pendapatan Usahatani
Vis, misi dan tujuan
Analisis Lingkungan usaha
Analisis lingkungan internal melalui matriks IFE - Manajemen - Pemasaran - Keuangan - SDM - Litbang
Analisis lingkungan eksternal melalui matriks EFE a.Lingkungan Jauh - Faktor politik - Faktor ekonomi - Faktor sosial - Faktor teknologi b.Lingkungan industri
Kelompok Tani Al-Busyro Florist
Analisis Pendapatan Usahatani
Analisis Lingkungan usaha
Analisis lingkungan internal melalui matriks IFE - Manajemen - Pemasaran - Keuangan - SDM - Litbang
Analisis lingkungan eksternal melalui matriks EFE a.Lingkungan Jauh - Faktor politik - Faktor ekonomi - Faktor sosial - Faktor teknologi b.Lingkungan industri
Tahap pencocokan melalui matriks IE dan matriks SWOT
Tahap pencocokan melalui matriks IE dan matriks SWOT
Tahap Keputusan melalui matriks QSP
Tahap Keputusan melalui matriks QSP
Strategi pengembangan usaha PT Pesona Daun Mas Asri
Strategi pengembangan usaha Kelompok tani Al-Busyro Florist
Gambar 3. Kerangka Pemikiran Operasional
41
IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di dua lokasi yaitu PT Pesona Daun Mas Asri yang berlokasi di Jalan Rulita No. 13, Desa Harjasari, Kecamatan Ciawi, Kota Bogor Selatan dan Kelompok Tani Al-Busyro Florist yang berlokasi di Jalan Pangeran As-shogiri, Desa Tanah Baru, Kota Bogor Utara. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa kedua lokasi tersebut adalah produsen tanaman hias daun dengan komoditi utamanya adalah daun potong. Hal lain yang menjadi pertimbangan pemilihan lokasi adalah Bogor merupakan salah satu sentra produksi tanaman hias di Jawa Barat dengan iklim dan topografi yang cocok untuk membudidayakan tanaman hias. Kegiatan penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-Agustus 2009. 4.2 Jenis dan Sumber Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui observasi (pengamatan) dan wawancara langsung terhadap kegiatan yang dilakukan responden, dengan menggunakan kuisioner yang telah disiapkan sebelumnya. Data sekunder diperoleh dari hasil laporan perusahaan dan dokumen perusahaan yang berkaitan dengan topik penelitian. Selain dari kedua lokasi penelitian, data sekunder juga diperoleh dari bahan-bahan rujukan seperti : literatur, jurnal, artikel, dan buku-buku yang berhubungan dengan penelitian. Data sekunder berupa data analisis eksternal diperoleh dari dokumen kedua lokasi penelitian, makalah-makalah seminar, dan data-data statistik dari instansi terkait seperti Biro Pusat Statistik (BPS), Pusat Promosi dan Penjualan Tanaman Hias Rawa Belong, Direktorat Jendral Bina Produksi dan Hortikultura, dan Asosiasi Bunga Indonesia (ASBINDO). 4.3 Metode Penarikan Sampel Penentuan sampel dibedakan atas tujuan penelitian yakni untuk analisis usahatani dengan strategi pengembangan usaha. Penentuan responden untuk analisis usahatani daun potong pada PT PDMA menggunakan metode purposive sampling, dimana pemilihan responden dipilih secara sengaja yaitu manajer,
supervisor budidaya tanaman, bagian administrasi dan bagian pemasaran serta penelurusan dokumen perusahaan yang berkaitan dengan struktur biaya. Penentuan responden untuk analisis usahatani daun potong pada kelompok tani Al-Busyro Florist dilakukan dengan metode purposive sampling. Pemilihan responden dipilih secara sengaja berdasarkan hasil wawancara dengan ketua kelompok tani Al-Busyro Florist bahwa anggota petani yang masih aktif dalam produksi dan keanggotaan sebanyak tujuh orang. Penarikan
sampel
untuk
analisis
strategi
pengembangan
usaha
menggunakan metode purposive sampling, dimana pemilihan responden dipilih secara sengaja. Responden yang digunakan penelitian ini terdiri dari pihak internal dan pihak eskternal dari masing-masing lokasi penelitian. Pihak internal pada PT PDMA meliputi manajer, bagian administrasi dan bagian pemasaran. Pihak internal pada Kelompok Tani Al-Busyro Florist meliputi ketua kelompok tani, sekretaris dan bendahara. Pemilihan responden internal dilakukan dengan alasan bahwa para responden tersebut lebih mengerti dan paling mengetahui kondisi perusahaan/organisasi serta memiliki wewenang mengenai data-data yang dibutuhkan dalam penelitian. Pihak eksternal untuk kedua lokasi peneliian meliputi Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Agribisnis Kota Bogor (satu orang) dan Kepala Seksi Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Dinas Agribisnis Kota Bogor (satu orang). Pemilihan responden eksternal didasarkan bahwa para pihak tersebut mengetahui kondisi atau lingkungan bisnis di Kota Bogor. Adanya keterlibatan pihak eksternal dalam penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan alternatif strategi yang lebih objektif. 4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data Data primer dan sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis secara kualitatif maupun kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk melihat kegiatan produksi, strategi pengembangan usaha pada usahatani tanaman hias daun potong di lokasi penelitian dan beberapa hal lain yang terkait akan diuraikan secara deskriptif. Analisis kuantitatif disajikan dalam bentuk tabulasi yang bertujuan untuk menyederhanakan data dalam bentuk yang mudah dibaca.
43
Analisis kuantitatif dilakukan dengan analisis pendapatan, analisis R/C ratio, B/C ratio dan penilaian bobot faktor strategis internal dan eksternal perusahaan dengan menggunakan alat bantu berupa kalkulator dan komputer. 4.4.1 Analisis Usahatani Salah satu indikator keberhasilan program peningkatan produksi tanaman hias daun dalam pemanfaatan sebagai daun potong adalah meningkatnya pendapatan melalui usahatani yang dilakukan oleh perusahaan dan petani. Dalam perhitungan analisis usahatani terdapat format dasar tabel usahatani yang bisa dilihat pada Tabel 4. Tabel 5. Format Dasar Tabel Usahatani Komponen
Jumlah
Satuan
Harga/satuan (Rp)
Total
A. Total Penerimaan B. Biaya Total Bibit Pupuk Pestisida Tenaga kerja luar keluarga Pajak …. Total biaya tunai C. Biaya tidak tunai Sewa lahan Tenaga kerja dalam keluarga Penyusutan peralatan …. Total biaya tidak tunai D. Total biaya E. Pendapatan atas biaya tunai F. Pendapatan atas biaya total G. Nilai R/C atas biaya tunai H. Nilai R/C atas biaya total I. Nilai B/C atas biaya tunai J. Nilai B/C atas biaya total
Sumber : Tjakrawiralaksana dan Soeriaatmadja, 1983 (diolah)
44
Dalam analisis ini terdapat dua indikator yang digunakan untuk menghitung tingkat keberhasilan dari suatu usahatani, yaitu : 4.4.1.1 Analisis Pendapatan Usahatani Penerimaan usahatani merupakan nilai produksi yang diperoleh dari produk total dikalikan dengan harga jual di tingkat petani. Jumlah total disini menggambarkan hasil penjualan produk yang akan dijual juga hasil penjualan produk sampingan (Tjakrawiralaksana dan Soeriaatmadja, 1983). Pengeluaran atau biaya usahatani adalah nilai penggunaan sarana produksi dan lain-lain yang mungkin diperoleh dengan membeli, sehingga pengeluaran atau biayanya berbentuk tunai tetapi ada pula sarana produksi yang digunakan itu berasal dari hasil usahatani sendiri, sehingga pada keadaan demikian pengeluaran atau biaya itu merupakan nilai yang diperhitungkan. Biaya tunai merupakan pengeluaran tunai usahatani yang dilakukan oleh petani sendiri. Pengeluaran tunai usahatani ini secara umum meliputi biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost). Biaya tetap adalah biaya untuk sarana produksi yang dipakai proses produksi yang tidak langsung mempengaruhi jumlah produksi dan sifat penggunaannya tidak habis terpakai dalam satu kali proses produksi. Biaya variabel adalah biaya untuk sarana produksi yang dipakai dalam proses produksi yang langsung mempengaruhi jumlah produksi dan sifat penggunaannya habis terpakai dalam satu kali proses produksi. Pendapatan usahatani didapatkan dengan menghitung selisih antara penerimaan
usahatani
dengan
biaya
selama
proses
produksi.
Dalam
perhitungannya terdapat dua jenis pendapatan usahatani berdasarkan biaya produksi, yaitu pedapatan usahatani tunai dan pendapatan usahatani total yang secara sederhana dapat diturunkan dari rumus (Tjakrawiralaksana dan Soeriaatmadja, 1983): Tunai = Tr –Tc Total = Tr – (Tc + Cc) Keterangan :
Tunai Total Tr Tc Cc
= Pendapatan Bersih Atas Biaya Tunai = Pendapatan Bersih Atas Biaya Total = Penerimaan Usahatani = Biaya Tunai = Biaya Diperhitungkan
45
4.4.1.2 Analisis Rasio Penerimaan atas Biaya (R/C Ratio) Analisis rasio penerimaan atas biaya (R/C ratio) merupakan salah satu cara untuk mengetahui perbandingan antara penerimaan dan biaya yang dikeluarkan. Rasio penerimaan atas biaya mencerminkan seberapa besar pendapatan yang diperoleh setiap satu satuan biaya yang dikeluarkan dalam usahatani. Analisis ini dibedakan menjadi dua, yaitu R/C rasio terhadap biaya tunai dan R/C rasio terhadap biaya total dengan perhitungan seperti : Rasio R/C tunai =
Rasio R/C Total =
Sementara itu, dalam mengukur tingkat keuntungan usahatani maka terdapat kriteria penilaian dari hasil perhitungan R/C rasio tersebut, yaitu : a) Apabila nilai R/C > 1, maka usahatani tersebut dikatakan menguntungkan karena setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan lebih besar dari satu rupiah. b) Apabila nilai R/C = 1, maka usahatani tersebut dikatakan impas karena setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan sebesar satu rupiah juga. c) Apabila nilai R/C < 1, maka usahatani tersebut dikatakan tidak menguntungkan karena setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan lebih kecil dari satu rupiah. 4.4.1.3 Analisis Rasio Keuntungan atas Biaya (B/C Ratio) Analisis rasio keuntungan atas biaya (B/C ratio) merupakan salah satu cara untuk mengetahui perbandingan antara keuntungan dan biaya yang dikeluarkan. Analisis ini dibedakan menjadi dua, yaitu B/C rasio terhadap biaya tunai dan B/C rasio terhadap biaya total dengan perhitungan seperti : Rasio B/C tunai =
Rasio B/C Total =
Sementara itu, dalam mengukur tingkat keuntungan usahatani maka terdapat kriteria penilaian dari hasil perhitungan B/C rasio tersebut, yaitu :
46
d) Apabila nilai B/C > 1, artinya setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan keuntungan lebih besar dari satu rupiah. e) Apabila nilai B/C = 1, artinya setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan keuntunga sebesar satu rupiah juga. f) Apabila nilai B/C < 1, artinya setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan keuntungan lebih kecil dari satu rupiah. 4.4.1.4 Metode Penyusutan Penilaian alat-alat dan bangunan yang mempunyai daya tahan lama, biasanya dilakukan dengan menghitung penyusutannya. Menurut Hernanto (1989) ada beberapa metode dalam menghitung penyusutan yang dapat dipakai, yaitu metode garis lurus (straight line method), double declining balance method, dan sum of year digit method. Sebagian besar perusahaan menggunakan metode garis lurus dalam pelaporan keuangan pada pihak pemegang saham atau pemilik (Hongren, 1993). Dalam analisis ini digunakan metode garis lurus dengan perhitungan : Penyusutan = Keterangan: NB : Nilai Beli Alat dan Bangunan NS : Tafsiran Nilai Sisa Alat dan Bangunan UE : Umur Ekonomis 4.4.2 Analisis Lingkungan Perusahaan Menurut David (2006), untuk menganalisis lingkungan perusahaan baik lingkungan internal maupun lingkungan eksternal dapat dilakukan melalui tiga tahap, yaitu tahap input (input stage), tahap pencocokan (matching stage), dan tahap keputusan (decisoin stage). 1) Tahap Input Tahap input bertugas menyimpulkan informasi dasar yang diperlukan untuk merumuskan strategi-strategi. Dalam penelitian ini, tahap input menggunakan matriks IFE dan matriks EFE.
47
a) Matriks IFE Matriks IFE digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor internal perusahaan berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang dianggap penting. Adapun tahapan kerja dalam membuat matriks IFE adalah sebagai berikut : i) Identifikasi
faktor
internal perusahaan
kemudian dilakukan
wawancara atau diskusi dengan responden terpilih untuk menentukan apakah faktor-faktor tersebut telah sesuai dengan kondisi internal perusahaan saat ini. ii) Penentuan bobot pada analisis internal perusahaan dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan kepada responden dengan menggunakan metode paired comparison. Untuk menentukan bobot setiap variabel menggunakan skala 1, 2, dan 3. 1= Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal 2= Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal 3= Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal Tabel 6. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Perusahaan Faktor Strategi Internal A B C D ….
A
B
C
D
….
Total
Bobot
Xi
TOTAL
Sumber : Kinnear dan Taylor (1991) dalam Nusawanti (2009)
Bobot setiap variabel diperoleh dengan membagi jumlah nilai setiap variabel tehadap jumlah nilai keseluruhan variabel dengan menggunakan rumus :
48
Keterangan : = bobot variabel ke-i Xi = nilai variabel ke-i i = 1,2,3,… n = jumlah variabel
=
∑
Adapun bobot yang diberikan berkisar 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (sangat penting) untuk masing-masing faktor. Bobot yang diberikan kepada masing-masing faktor mengindikasikan tingkat penting relatif dari faktor
terhadap
keberhasilan
perusahaan
dalam
industri.
Tanpa
memandang apakah faktor kunci itu adalah kekuatan dan kelemahan internal, faktor yang dianggap memiliki pengaruh paling besar dalam kinerja perusahaan harus diberikan bobot yang paling tinggi. Jumlah seluruh bobot harus sama dengan 1,0. iii) Berikan peringkat 1 sampai 4 untuk masing-masing faktor untuk mengindikasikan apakah faktor tersebut menunjukkan kelemahan utama (peringkat = 1) atau kelemahan minor (peringkat = 2), kekuatan minor (peringkat = 3) atau kelemahan mayor (peringkat = 4). Perhatikan bahwa kekuatan harus mendapat peringkat 3 atau 4 dan kelemahan harus mendapat peringkat 1 atau 2. Peringkat adalah berdasarkan perusahaan, dimana bobot di langkah dua adalah berdasarkan industri. iv) Nilai dari pembobotan kemudian dikalikan dengan peringkat pada tiap faktor dan semua hasil kali tersebut dijumlahkan secara vertikal untuk memperoleh total skor pembobotan. Total skor pembobotan akan berkisar antara 1 sampai 4 dengan rata-rata 2,5. Jika total skor pembobotan IFE 3,0 - 4,0 berarti kondisi internal perusahaan tinggi atau kuat, kemudian jika 2,0 - 2,99 berarti kondisi internal perusahaan rata-rata atau sedang dan 1,0 – 1,99 berarti kondisi internal perusahaan rendah atau lemah.
49
Tabel 7. Matriks IFE Faktor-Faktor Internal Kunci Kekuatan: 1. 2. ……. 10. Kelemahan : 1. 2. …… 10. Total
Bobot
Peringkat
Skor (Bobot x Peringkat)
1,00
Sumber : David (2006)
b) Matriks EFE Matriks
EFE
digunakan
untuk
mengevaluasi
faktor-faktor
eksternal
perusahaan. Data eksternal dikumpulkan untuk menganalisis hal-hal yang menyangkut persoalan ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintahan, hukum, teknologi, persaingan di pasar industri dimana perusahaan berada, dan data eksternal relevan lainnya. Seperti halnya tahapan kerja pada matriks IFE, berikut ini merupakan tahapan kerja dalam membuat matriks EFE : i) Identifikasi faktor eksternal perusahaan kemudian, dilakukan wawancara atau diskusi dengan responden terpilih untuk menentukan apakah faktorfaktor tersebut telah sesuai dengan kondisi eksternal perusahaan saat ini. ii) Penentuan bobot pada analisis eksternal perusahaan dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan kepada responden terpilih dengan menggunakan metode paired comparison. Untuk menentukan bobot setiap variabel menggunakan skala 1, 2, dan 3. 1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal 3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal
50
Tabel 8. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Perusahaan Faktor Strategi Eksternal
A
B
C
D
….
A B C D ….
Total
Bobot
Xi
TOTAL
Sumber : Kinnear dan Taylor (1991) dalam Nusawanti (2009)
Bobot setiap variabel diperoleh dengan membagi jumlah nilai setiap variabel tehadap jumlah nilai keseluruhan variabel dengan menggunakan rumus :
Keterangan : = bobot variabel ke-i Xi = nilai variabel ke-i i = 1,2,3,… n = jumlah variabel
=
∑
Adapun bobot yang diberikan berkisar 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (sangat penting) untuk masing-masing faktor. Bobot yang diberikan kepada masing-masing faktor mengindikasikan tingkat penting relatif dari faktor
terhadap
keberhasilan
perusahaan
dalam
industri.
Tanpa
memandang apakah faktor kunci itu adalah kekuatan dan kelemahan internal, faktor yang dianggap memiliki pengaruh paling besar dalam kinerja perusahaan harus diberikan bobot yang paling tinggi. Jumlah seluruh bobot harus sama dengan 1,0. iii) Berikan peringkat 1 sampai 4 untuk masing-masing faktor peluang atau ancaman, yaitu : 1=
sangat rendah, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman tersebut rendah
2=
rendah, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman tersebut sedang (respon sama dengan rata-rata) 51
3=
tinggi, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman tersebut di atas rata-rata
4=
sangat tinggi, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman tersebut superior
iv) Nilai dari pembobotan kemudian dikalikan dengan perinkat pada tiap faktor dan semua hasil kali tersebut dijumlahkan secara vertikal untuk memperoleh total skor pembobotan. Total skor pembobotan akan berkisar antara 1 sampai 4 dengan rata-rata 2,5. Jika total skor pembobotan EFE 3,0 – 4,0 berarti perusahaan merespon kuat terhadap peluang dan ancaman yang mempengaruhi perusahaan, kemudian jika 2,0 – 2,99 berarti perusahaan merespon sedang terhadap peluang dan ancaman yang ada dan 1,0 – 1,99 berarti perusahaan tidak dapat merespon peluang dan ancaman yang ada. Tabel 9. Matriks EFE Faktor-Faktor Eksternal Kunci Peluang : 1. 2. ……. 10. Ancaman : 1. 2. …… 10. Total
Bobot
Peringkat
Skor (Bobot x Peringkat)
1,00
Sumber : David (2006)
2) Tahap Pencocokan Tahap pencocokan berlandaskan pada informasi yang diturunkan dari tahap input untuk mencocokkan peluang dan ancaman eksternal dengan kekuatan dan kelemahan internal. Dalam penelitian ini, tahap pencocokan menggunakan matriks IE kemudian dilanjutkan dengan matriks SWOT.
52
a) Matriks Internal-Eksternal (IE) Matriks IE didasari pada dua dimensi kunci, yaitu total rata-rata tertimbang IFE pada sumbu x dan total rata-rata tertimbang EFE pada sumbu y. Pada sumbu x dari matriks IE menggambarkan posisi internal dimana total rata-rata tertimbang dari 1,0 hingga 1,99 dianggap rendah; nilai dari 2,0 hingga 2,99 adalah menengah; dan nilai dari 3,0 hingga 4,0 adalah tinggi. Sedangkan pada sumbu y dari matriks IE menggambarkan posisi eksternal dimana total rata-rata tertimbang dari 1,0 hingga 1,99 dinaggap rendah; nilai dari 2,0 hingga 2,99 adalah menengah; dan nilai dari 3,0 hingga 4,0 adalah tinggi. Berikut ini merupakan ilustrasi mengenai matriks IE (Gambar 4).
TOTAL RATA-RATA TERTIMBANG EFE
TOTAL RATA-RATA TERTIMBANG IFE Kuat 3,0 – 4,0
Tinggi 3,0 – 4,0
3,0
Rata-rata 2,0 – 2,99
2,0
Lemah 1,0 – 1,99
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
1,0
3,0 Menengah 2,0 – 2,99 2,0 Rendah 1,0 – 1,99 1,0 Gambar 4. Matriks Internal-Eksternal (IE) Sumber : David (2006)
Matriks IE dapat dibagi menjadi tiga daerah utama yang memiliki implikasi strategi berbeda. Pertama, rekomendasi untuk divisi yang masuk dalam sel I, II, atau IV dapat digambarkan sebagai tumbuh dan kembangkan. Strategi yang sesuai untuk posisi tersebut adalah strategi intensif atau strategi integratif. Kedua, divisi yang masuk dalam sel III, V,
53
atau VII dapat dikelola dengan cara terbaik dengan strategi jaga dan pertahankan. Strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk adalah dua strategi yang umum dipakai untuk divisi tipe ini. Ketiga, rekomendasi yang umum diberikan untuk divisi yang masuk dalam sel VI, VIII, atau IX adalah tuai atau divestasi. Strategi yang sering dipakai untuk tipe ini adalah strategi divestasi, strategi diversifikasi konglomerat, dan strategi likuidasi. b) Matriks SWOT Matriks
Kekuatan-Kelemahan-Peluang-Ancaman
(Matriks
SWOT)
merupakan alat yang penting untuk membantu manajer mengembangkan empat tipe strategi, yaitu SO (strenghts-opportunities), WO (weaknesessopportunities), ST (strenghts-threats), dan WT (weaknesess-threats). i)
Strategi SO menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk memanfaatkan peluang eksternal
ii) Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang eksternal. iii) Strategi ST menggunakan kekuatan perusahaan untuk menghindari atau mengurangi pengaruh dari ancaman eksternal. iv) Strategi WT adalah taktik defensive yang diarahkan pada pengurangan kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal. Penyajian yang sistematis dari matriks SWOT terdapat pada Gambar 6. Untuk membuat matriks SWOT terdapat delapan langkah yang harus dilakukan, yaitu : i)
Tuliskan peluang eksternal kunci perusahaan.
ii) Tuliskan ancaman eksternal kunci perusahaan. iii) Tuliskan kekuatan internal kunci perusahaan. iv) Tuliskan kelemahan internal kunci perusahaan. v) Cocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal, dan catat hasil strategi SO dalam sel yang ditentukan vi) Cocokkan kelemahan internal dengan peluang eksternal, dan catat hasil strategi WO dalam sel yang ditentukan.
54
vii) Cocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal, dan catat hasil strategi ST dalam sel yang ditentukan. viii) Cocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal, dan catat hasil strategi WT dalam sel yang ditentukan Faktor Internal Faktor Eksternal Peluang (O): Daftar peluang eksternal Ancaman (T): Daftar ancaman eksternal
Kekuatan (S): Daftar kekuatan internal Strategi S-O Strategi dengan menggunakan kekuatan untuk mengambil keuntungan dan peluang Strategi S-T Strategi dengan menggunakan kekuatan untuk menghindari ancaman
Kelemahan (W): Daftar kelemahan internal Strategi W-O Strategi untuk mengambil keuntungan dari peluang dengan mengatasi kelemahan Strategi W-T Strategi dengan meminimumkan kelemahan dan menghindari ancaman
Gambar 5. Matriks SWOT Sumber : David, 2006
3) Tahap Keputusan Setelah beberapa alternatif strategi dihasilkan dari tahap pencocokan maka langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah tahap keputusan. Menurut David (2006), terdapat satu teknik yang dapat digunakan untuk merumuskan alternatif strategi mana yang terbaik. Teknik ini adalah Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif (Quantitative Strategy Planning Matrix – QSPM). QSPM menggunakan input dari analisis tahap satu dan hasil pencocokan dari analisis tahap dua untuk menentukan secara objektif di antara alternatif strategi. QSPM adalah alat yang memungkinkan penyusunan strategi untuk mengevaluasi
alternatif
strategi
secara
objektif,
berdasarkan
faktor
keberhasilan kunci internal dan kunci eksternal yang telah diidentifikasi sebelumnya. Berikut ini merupakan enam langkah yang dibutuhkan untuk mengembangkan QSPM. a) Membuat daftar peluang/ancaman eksternal dan kekuatan/kelemahan internal kunci perusahaan pada kolom kiri dalam QSPM. Informasi ini harus diambil secara langsung dari matriks EFE dan IFE. Minimum sepuluh faktor keberhasilan kunci eksternal dan sepuluh faktor keberhasilan kunci internal harus dimasukkan dalam QSPM
55
b) Berika bobot untuk masing-masing faktor internal dan eksternal. Bobot tersebut sama dengan yang ada pada IFE dan EFE. c) Evaluasi matriks SWOT dan identifikasi alternatif-alternatif strategi yang harus dipertimbangkan perusahaan untuk diimplementasikan. d) Tentukan Nilai Daya Tarik (Attractiveness Scores – AS). Total Nilai Daya Tarik didefinisikan sebagai produk dari pengalian bobot (langkah dua) dengan Nilai Daya Tarik (langkah empat) dalam masing-masing baris. Total Nilai Daya Tarik mengindikasikan daya tarik relatif dari masingmasing alternatif strategi dengan hanya mempertimbangkan pengaruh faktor keberhasilan kunci internal atau eksternal yang terdekat. Semakin tinggi Total Nilai Daya Tarik, semakin menarik alternatif strategi tersebut. e) Hitung Penjumlahan Total Nila Daya Tarik. Tambahkan Total Nilai Daya Tarik dalam masing-masing kolom strategi dari QSPM. Penjumlahan Total Nilai Daya Tarik (STAS) menunjukkan strategi mana yang paling menarik dari setiap set alternatif. Nilai STAS yang paling tinggi berarti strategi tersebut yang paling layak diaplikasikan dalam perusahaan. Tabel 10. Matriks QSP (QSPM) Alternatif Strategi Faktor
Nilai Rata-
Kunci
Rata
Strategi 1 AS
TAS
Strategi 2 AS
TAS
Strategi 3 AS
TAS
Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman Total Sumber : David (2006)
56
4.5 Definisi Operasional Beberapa variabel yang digunakan untuk mengidentifikasi pendapatan usahatani tanaman hias daun potong Cordyline, Dracaena dan Philodendron selloum antara lain : 1.
Luas lahan adalah luas areal usahatani daun potong Cordyline, Dracaena dan Philodendron selloum yang diusahakan dalam satuan meter persegi dan hektar.
2.
Tenaga kerja adalah tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi daun potong Cordyline, Dracaena, dan Philodendron selloum baik yang berasal dari dalam keluarga maupun dari luar keluarga yang dinyatakan dalam satuan Hari Orang Kerja (HOK). Tingkat upah berdasarkan tingkat upah per HOK yang berlaku di wilayah penelitian.
3.
Produksi total adalah hasil daun potong Cordyline, Dracaena, dan Philodendron selloum yang didapat dari luas tertentu, diukur dalam satuan ikat.
4.
Biaya total adalah semua jenis pengeluaran dalam usahatani daun potong Cordyline, Dracaena, dan Philodendron selloum, baik yang tunai maupun yang diperhitungkan dinyatakan dalam satuan Rupiah.
5.
Biaya tunai adalah biaya faktor produksi untuk kegiatan usahatani daun potong Cordyline, Dracaena, dan Philodendron selloum yang dibayarkan perusahaan/petani secara tunai dan dinyatakan dalam satuan Rupiah.
6.
Biaya diperhitungkan adalah biaya faktor produksi milik sendiri yang digunakan dalam usahatani daun potong Cordyline, Dracaena, dan Philodendron selloum. Biaya ini sebenarnya tidak dibayarkan secara tunai, namun
hanya
diperhitungkan
saja
untuk
melihat
pendapatan
perusahaan/petani bila faktor produksi milik sendiri dibayar dan dinyatakan salam satuan Rupiah. 7.
Harga produk adalah harga daun potong Cordyline, Dracaena, dan Philodendron selloum di tingkat perusahaan/petani. Satuan yang digunakan adalah Rupiah per ikat.
8.
Penerimaan usahatani daun potong merupakan nilai produksi total daun potong Cordyline, Dracaena, dan Philodendron selloum dalam satu tahun
57
dikalikan dengan harga jual daun potong Cordyline, Dracaena, dan Philodendron selloum yang diterima perusahaan/petani. Satuan yang dipakai adalah Rupiah. 9.
Pendapatan usahatani daun potong Cordyline, Dracaena, dan Philodendron selloum merupakan selisih antara penerimaan dan biaya usahatani daun potong Cordyline, Dracaena dan Philodendron selloum . Oleh karena ada dua macam biaya maka pendapatan terdiri dari pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total.
10. Umur tanaman hias daun potong Cordyline, Dracaena dan Philodendron selloum adalah jumlah hari atau lamanya antara tanam dan panen. 11. Musim tanam daun potong Cordyline, Dracaena, dan Philodendron selloum yang digunakan pada penelitian ini adalah bulan Juni 2008 – Juni 2009.
58
V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum PT Pesona Daun Mas Asri 5.1.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan PT Pesona Daun Mas Asri adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang agribisnis tepatnya sebagai produsen daun potong dan tanaman pot. Pada awalnya perusahaan ini didirikan atas hobi Bapak Jan Darmadi terhadap tanaman hias selaku pemilik sekaligus pimpinan perusahaan. PT Pesona Daun Mas Asri atau yang biasa disebut PDMA didirikan pada bulan Juni tahun 1997 dan mulai beroperasi pada bulan September 1997. Pada tahun 1997 tersebut, PT PDMA telah legal diakui oleh pemerintah dengan berbadan hukum yaitu Perseroan Terbatas. PT PDMA merupakan perusahaan yang bergerak dalam industri tanaman hias khususnya tanaman hias daun potong. Latar belakang berdirinya PT PDMA didasarkan pada kesesuaian kondisi iklim dan cuaca di daerah Ciawi yang cocok untuk dijadikan lokasi budidaya tanaman hias terutama bunga jenis krisan dan tanaman hias daun. Pada saat itu, perusahaan dengan komoditi utama bunga krisan sudah banyak berdiri sehingga pendiri PT PDMA memutuskan menjadi produsen tanaman hias daun. Tujuan didirikannya PT PDMA yaitu untuk menjadi produsen utama daun potong. Hal ini dibuktikan PT PDMA dengan mengoleksi berbagai jenis tanaman hias untuk kebutuhan daun potong. Daun potong merupakan komoditas utama yang dikembangkan oleh PT PDMA. Namun seiring dengan perkembangan industri tanaman hias, tanaman yang diproduksi di perusahaan ini semakin bervariasi. Bahkan perusahaan mulai mengusahakan tanaman hias daun untuk kebutuhan potted plant atau tanaman hias daun dalam pot. Tanaman hias daun dalam pot dikembangkan di dalam satu unit khusus Research and Development (R&D) pada bulan Desember 1998. Unit ini digunakan sebagai tempat perkembangan tanaman hias pot dan tempat dilakukannya percobaan produksi tanaman hias jenis baru. Pada awal berdirinya, jenis tanaman hias daun yang diproduksi oleh PT PDMA umumnya dari kelompok Dracaena. Selain jenisnya yang beranekaragam, Dracaena juga sudah dikenal di kalangan masyarakat umum maupun hobiis tanaman
hias daun. Di samping itu, daun tanaman ini memiliki ketahanan (vase life) yang cukup lama, warna daun yang khas, bentuk daunnya elips dengan ujung lancip, tersusun berpasangan di setiap buku dari batang kecil tapi cukup kuat dan merupakan tanaman tahunan sehingga bisa tumbuh terus dengan pemeliharaan yang baik. Kelompok Dracaena selain dijadikan tanaman hias dalam pot juga dapat digunakan sebagai daun potong dalam mengisi rangkaian bunga. Pada awalnya, produksi daun potong jenis Dracaena yang dikembangkan oleh PT PDMA ditujukan untuk kebutuhan ekspor. Perusahaan menanam jenis tanaman ini hingga mencapai lebih dari 50 persen dari luas lahan produksi. Namun pada kenyataannya, perusahaan kesulitan untuk mencari pasar, baik pasar dalam negeri maupun pasar mancanegara. Hal ini terjadi karena sejak awal didirikannya perusahaan, pihak manajemen tidak melakukan riset pasar. Situasi ini mengakibatkan persediaan menumpuk bahkan perusahaan melakukan penjualan produk daunnya dengan harga yang rendah yaitu Rp 1000 per ikat. Padahal dalam kondisi normal, daun potong jenis Dracaena dijual PT PDMA dengan harga Rp 6000 per ikat. Hal ini dilakukan untuk mengosongkan kebun karena kondisi tanaman yang sudah tua dan tumbuh terlalu besar. Permasalahan dalam mencari pasar mengakibatkan penjualan perusahaan hanya berasal dari kegiatan trading yaitu membeli barang dari pihak lain untuk di jual kembali, sedangkan hasil produksi dibiarkan menumpuk. Kondisi ini juga mempengaruhi keuangan perusahaan. Biaya investasi yang cukup tinggi untuk membangun sarana dan prasarana belum berhasil ditutupi. Setelah pergantian manajemen tahun 2004, perusahaan mulai berkonsentrasi untuk mencari pasar dan memasarkan hasil produksi yang sudah ada. Perusahaan juga mulai berproduksi sesuai dengan permintaan pasar baik untuk daun potong maupun tanaman hias daun dalam pot. 5.1.2 Lokasi dan Kondisi Perusahaan PT Pesona Daun Mas Asri berlokasi di Jalan Rulita No. 13, Desa Harjasari, Kecamatan Ciawi, Kota Bogor Selatan. Kondisi iklim menjadi faktor yang sangat
60
penting dipertimbangkan untuk pertumbuhan tanaman hias daun sehingga dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Tanaman hias daun sebagian besar diproduksi dalam shading house untuk memberikan perlindungan tanaman dan untuk menghindari cahaya sinar matahari secara langsung. Berdasarkan data klimatologi tahun 2005 dari Badan Meteorologi Geofisika Bogor, PT PDMA berada pada ketinggian kurang lebih 400 m dpl (di atas permukaan laut) dengan kelembaban ratarata 84 persen. Curah hujan rata-rata pertahunnya kurang lebih 3.337 mm/tahun dengan jenis tanah latosol. Suhu rata-rata minimum adalah 22,70C sedangkan suhu rata-rata maksimum adalah 30,90C. Kondisi iklim tersebut menunjang perusahaan untuk mengembangkan tanaman hias khususnya tanaman hias daun. PT PDMA mempunyai lahan seluas 3,5 ha tetapi hanya 3 ha yang digunakan untuk bangunan tanam. Bangunan tanam yang ada berupa shading house. Shading house yang digunakan untuk perkembangan potted plant terdiri dari satu unit khusus yang diberi nama Research and Development (R&D) dengan luas 1.500 m2. Selain di bangunan tanam, tanaman untuk produksi juga ditanam dilahan terbuka. Lahan yang tersisa dipakai untuk kantor, tempat parkir, jalan setapak, saung untuk karyawan, dan kebun percobaan yang ditanami berbagai jenis tanaman yang berfungsi untuk keindahahan. Persentase luas lahan PT PDMA dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 11. Persentase Luas Lahan PT Pesona Daun Mas Asri Tahun 2009 Keterangan Luas Lahan Produksi Luas Bangunan Lahan Kosong Tanah di sekitar pagar dan paving Lapangan parkir dan lain-lain Total Luas Lahan PT PDMA
Luas Lahan (m2) 11.760 2.479 8.713 1.725 10.323 35.000
Persentase (%) 34 7 25 5 29 100
Sumber : PT Pesona Daun Mas Asri, 2009
PT PDMA berada di lingkungan dengan sebagian besar masyarakat termasuk golongan menengah kebawah, sehingga dengan keberadaan perusahaan ini dapat menyediakan lapangan pekerjaan untuk masyarakat sekitar. Hal ini dapat dilihat dari
61
sebagian besar pekerja kebunnya berasal dari masyarakat sekitar lokasi dan diharapkan dapat meningkatkan ekonomi masyarakat. Bangunan tanam berupa rumah naungan untuk tanaman beratapkan paranet (shading house). Tipe rumah naungan adalah tipe mata gergaji atau saw tooth. Setiap unit shading house yang dipakai untuk produksi masing-masing terdiri dari beberapa bedengan permanen (menggunakan paving block) dan jenis tanaman yang berbeda. Rangka untuk rumah naungan terbuat dari kayu bangkirai dan beratapkan plastik ultra violet (UV) yang mempunyai daya untuk meneruskan sinar matahari hingga 94 persen dan paranet hitam 75 persen. Dinding shading house terbuat dari paranet hitam agar hama penyakit yang masuk dari luar bisa terhambat. Selain itu paranet hitam dapat memberi suasana yang lebih teduh didalam shading house. Rumah plastik ini digunakan untuk menanam tanaman tertentu yang kualitasnya kurang baik jika terkena air hujan dan sinar matahari langsung. 5.1.3 Visi dan Misi Perusahaan Visi dan misi dalam organisasi sangat penting untuk mengarahkan tujuan organisasi serta langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Visi dan misi harus dikomunikasikan dengan baik kepada seluruh pihak yang terlibat dalam menjalankan visi dan misi tersebut. Bila dirumuskan dan dijalankan dengan baik pernyataan visi dan misi akan memiliki dampak yang positif dalam pencapaian target dan tujuan organisasi. Dalam menjalankan usahanya, PT Pesona Daun Mas Asri memiliki visi “menjadi perusahaan tanaman hias daun terbaik di Indonesia secara kualitas dan kuantitas”. Misi perusahaan ini adalah memberikan pelayanan yang terbaik bagi konsumen dalam harga bersaing dan kualitas yang unggul, menciptakan keunggulan bersaing
dengan
menyediakan
macam-macam
tanaman
hias
daun
yang
beranekaragam. Adapun tujuan dari perusahaan adalah meningkatkan keuntungan perusahaan dan kesejahteraan para karyawan.
62
5.1.4 Organisasi dan Manajemen Perusahaan Secara sederhana, organisasi berarti mekanisme dan struktur yang membantu manusia untuk mencapai tujuannya secara efektif. Struktur organisasi merupakan kerangka dan susunan perwujudan pola tetap hubungan diantara fungsi-fungsi, bagian-bagian, maupun orang yang menunjukkan kedudukan, tugas wewenang dan tanggungjawab yang berbeda-beda dalam organisasi. Kegiatan atau akivitas yang dilakukan dalam suatu perusahaan memerlukan suatu pengorganisasian yang baik. Hal ini perlu dilakukan agar setiap orang yang terlibat dalam suatu organisasi dapat bekerja lebih terarah, terencana dan bertanggung jawab dengan pekerjaannya. Perusahaan dalam menjalankan kegiatan setiap harinya harus didukung oleh sumberdaya manusia yang sudah diorganisasikan dengan baik sesuai dengan jenis pekerjaan dan tanggung jawab yang diberikan. Untuk menjalankan segala perencanaan tersebut, haruslah disusun suatu struktur organisasi yang baik agar dapat membantu perusahaan. Dengan adanya struktur organisasi tersebut, diharapkan semua sumberdaya manusia yang dimiliki dapat digunakan secara efektif dan efisien sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimilikinya untuk menjalankan serta mengembangkan perusahaan. Secara garis besar struktur organisasi PT PDMA dapat dilihat pada Lampiran 2. Struktur organisasi PT PDMA dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggungjawab langsung kepada pemilik sekaligus pimpinan perusahaan. Pemilik perusahaan hanya mengawasi kegiatan keuangan perusahaan, tidak ikut serta dalam mengatur kegiatan produksi tanaman dan kegiatan pengelolaan lainnya yang ada di lapangan. Manajer perusahaan membawahi staf administrasi, pemasaran dan supervisor yang bertanggungjawab mengelola dan mengawasi bagian budidaya daun potong, tanaman hias pot dan bagian propagasi atau pembibitan. Manajer juga mempunyai wewenang langsung memerintah semua karyawan di bawahnya. Jika dilihat dari tugas manajer, administrasi, pemasaran dan supervisor memiliki tugas yang berbeda-beda, yaitu sebagai berikut :
63
1.
Pimpinan Perusahaan Pimpinan PT PDMA tidak berperan secara langsung dalam kegiatan operasional perusahaan.
Pimpinan
perusahaan
hanya
menerima
laporan
dari
penanggungjawab perusahaan terkait dengan semua kegiatan yang dijalankan perusahaan. 2.
Manajer PT PDMA dikelola dan berada dibawah tanggungjawab seorang manajer. Manajer bertanggungjawab untuk berperan langsung dalam semua kegiatan operasional perusahaan. Berikut merupakan tugas-tugas manajer : a. Membuat perencanaan umum kegiatan di kebun b. Membuat form data yang diperlukan di lapangan c. Membuat penilaian terhadap kinerja karyawan di lapangan d. Menganalisa seluruh laporan yang diberikan oleh supervisor (menganalisa efektivitas dan efisiensi di lapangan)
3.
Bagian Administrasi dan Keuangan Bagian administrasi dan keuangan di PT PDMA bertanggung jawab untuk mencatat semua transaksi yang dilakukan baik yang berkaitan dengan pemasukan kas maupun pengeluaran kas. Berikut merupakan tugas-tugas bagian administrasi dan keuangan: a. Mencatat dan merapikan semua file perusahaan dan data penjualan b. Mencatat laporan kas perusahaan dan seluruh data keuangan c. Menerima pesanan dari konsumen
4.
Bagian Pemasaran Bagian pemasaran bertugas untuk memperluas jaringan pemasaran dan memasarkan produk yang dihasilkan. Berikut merupakan tugas-tugas bagian pemasaran : a. Memperluas jaringan pemasaran b. Memasarkan produk c. Menghubungi calon pelanggan
64
d. Aktif mencari data calon konsumen yang prospek (melalui majalah, internet, pameran, dll) 5.
Supervisor Budidaya Tanaman Supervisor budidaya tanaman di PT PDMA bertanggungjawab dalam mengawasi kegiatan produksi mulai dari penanaman, pemeliharaan sampai dengan kegiatan panen. Supervisor membawahi bagian propagasi atau pembibitan, budidaya tanaman hias pot dan budidaya daun potong. Berikut merupakan tugas-tugas supervisor budidaya tanaman : a. Memberikan laporan secara rutin kepada manajer b. Mengumpulkan data dari setiap bagian sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan c. Mengontrol kondisi di lapangan secara umum dan mengatur serta mengawasi pekerjaan semua karyawan di lapangan. d. Membuat jadwal pemupukan, penyemprotan dan pengontrolan tanaman.
6.
Supir PT PDMA memiliki tenaga supir yang bertanggungjawab dalam kegiatan pengiriman semua produk perusahaan.
7.
Satpam Satpam di PT PDMA hanya berperan di malam hari dan bertugas untuk mengawasi dan mengontrol keadaan kantor dan kebun perusahaan.
5.1.5 Sumber Daya Perusahaan Perusahaan memiliki sumberdaya fisik dan sumberdaya finansial dalam menjalankan usahanya. Sumberdaya fisik berupa lahan, peralatan serta kualitas tenaga kerja yang dimiliki oleh perusahaan. Sumberdaya finansial merupakan modal yang dimiliki oleh PT PDMA dalam menjalankan kegiatan usahanya. Sumberdaya manusia memegang peranan penting dalam kegiatan usaha agar tujuan untuk mencapai keberhasilan dapat diperoleh perusahaan. PT PDMA memiliki 25 karyawan yang terbagi dalam tiga golongan yaitu karyawan staf, karyawan lapangan dan buruh harian. Karyawan staf terdiri dari lima orang karyawan yang
65
terdiri dari manajer, bagian pemasaran, administrasi dan supervisor (dua orang), sedangkan untuk karyawan lapangan terdiri dari 19 orang yang berada di kebun dan satu orang buruh lepas harian. Kualifikasi tingkat pendidikan berbagai golongan karyawan sangat bervariasi. Pendidikan tenaga kerja disesuaikan dengan posisi jabatan perusahaan yang akan diperoleh. Tingkat pendidikan yang dimiliki setiap tenaga kerja beragam mulai dari pendidikan sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Tingkat pendidikan tenaga kerja sebagian besar adalah SD yaitu para tenaga kerja yang berada di kebun, sedangkan tingkat pendidikan staf mulai dari diploma hingga sarjana. Kualifikasi jabatan yang telah ditetapkan oleh PT PDMA bagi tiap-tiap posisi untuk para staf, karyawan tetap dan karyawan kontrak terdapat pada Tabel 11. Tabel 12. Kualifikasi Jabatan di PT Pesona Daun Mas Asri Tahun 2009 Jabatan Manajer Pemasaran Administrasi dan Keuangan Supervisor Karyawan Tetap dan Kontrak
Kualifikasi S1 S1 S1 Minimal SPMA sampai dengan Diploma Minimal SD samapai dengan SMU
Sumber : PT Pesona Daun Mas Asri, 2009
PT PDMA dipimpin oleh manajer yang harus bertanggung jawab terhadap aktivitas produksi secara keseluruhan, mulai dari pemilihan jenis komoditas yang akan ditanam, penerimaan karyawan, keuangan perusahaan dengan mengawasi jurnal perusahaan dengan teliti dan cermat agar kontinyuitas perusahaan tetap terjaga. Melakukan net working (jaringan kerja) biasanya diperoleh manajer dengan cara mengikuti pameran-pameran atau seminar-seminar tentang budidaya daun potong. Beberapa pameran dan seminar yang pernah diikuti yaitu yang diselenggarakan oleh Trubus, Taman Mini Indonesia Indah dan pameran yang diadakan di Lapangan Banteng, sedangkan seminar yang pernah diikuti yaitu seminar yang diadakan oleh ASBINDO karena PT PDMA merupakan salah satu anggota ASBINDO.
66
Pengelolaan tenaga kerja sering menghadapi masalah-masalah yang berhubungan dengan alokasi optimal dari berbagai sumberdaya yang produktif, terutama tenaga kerja yang mempunyai tingkat efisiensi berbeda-beda untuk pekerjaan yang berbeda pula. Oleh karena itu, PT PDMA menetapkan suatu ukuran pekerjaan dalam satuan jam tanpa adanya gangguan seperti kekurangan bahan atau kerusakan alat. Standar jam kerja yang berlaku di PT PDMA yaitu dimulai dari pukul 07.30 – 16.00 WIB dengan waktu istirahat dari pukul 12.00 – 13.00 WIB. Penetapan hari kerja yang ada pada PT PDMA yaitu dari hari senin hingga sabtu sedangkan hari libur yang ditetapkan yaitu hari minggu dan hari libur nasional. Pembagian gaji antara staf dan karyawan lapangan memiliki sistem yang berbeda. Karyawan lapangan menerima gaji setiap dua minggu sekali dengan besar upah sekitar Rp 11.000 - Rp 20.000 per hari. Staf menerima gaji setiap satu bulan sekali pada awal bulan. Jam kerja tambahan (lembur) juga diberlakukan di PDMA, dengan upah lembur yang diberikan sebesar Rp 2.000 per jam. Fasilitas tunjangan yang diberikan perusahaan kepada seluruh karyawan berupa jaminan kesehatan. Perusahaan juga menyediakan fasilitas lain seperti mess, tetapi saat ini hanya digunakan oleh supir dan petugas keamanan pada malam hari. 5.1.6 Permodalan Perusahaan Sejak awal berdirinya, perusahaan menggunakan modal pribadi dari pemilik perusahaan. Seiring dengan meningkatnya permintaan, maka modal yang dibutuhkan semakin besar, namun pemilik perusahaan tetap menggunakan modal sendiri. Permodalan yang dimiliki perusahaan berupa lahan seluas 3,5 ha, bangunan, peralatan dan kendaraan yang saat ini digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan. 5.1.7 Sarana dan Prasarana Perusahaan PT PDMA memiliki sarana produksi, pemasaran dan administrasi dalam mendukung usahanya. Sarana produksi antara lain pompa air. instalasi irigasi, bangunan tanam, instalasi listrik dan peralatan budidaya. Sarana pemasaran terdiri dari alat transportasi (satu unit mobil box dan satu unit motor), dan alat komunikasi berupa telepon dan mesin fax. Sarana administrasi berupa bangunan kantor dan 67
perlengkapan kantor. Sarana irigasi diperoleh dari tiga sumur yang dibuat oleh pihak perusahaan yang dialirkan melalui pipa-pipa PVC dengan bantuan pompa air listrik. Berikut daftar sarana dan prasarana serta kegunaannya yang ada di perusahaan tercantum pada Tabel 12. Tabel 13. Sarana dan Prasarana di PT Pesona Daun Mas Asri Tahun 2009 No 1 2 3 4 5 6 7 8
9 10 11 12
Sarana dan Prasarana Shading house
Kegunaan Sebagai rumah naungan untuk tanaman daun potong dan tanaman pot Tempat persemaian Ruang yang digunakan untuk pembibitan dan (propagasi) penanganan pasca panen (mencuci daun) Saprodi Alat-alat yang digunakan untuk melakukan kegiatan produksi Hand sprayer Alat bantu untuk penyemprotan pestisida Jet pump Alat untuk memompa air Ruang sterilisasi media Ruang yang digunakan untuk mensterilkan media tanam yang akan digunakan Perlengkapan sterilisasi Alat untuk proses sterilisasi media tanam media Kereta dorong Alat untuk mengangkut barang-barang berat dan mengangkut daun yang telah dipanen dan dicuci Mobil box Sebagai sarana transportasi kegiatan perusahaan (jarak jauh) Motor Sebagai sarana transportasi kegiatan perusahaan (jarak dekat) Sumur Sebagai pengairan dan sumber mata air Perlengkapan kantor Untuk kegiatan administrasi
Sumber : PT Pesona Daun Mas Asri, 2009
5.1.8 Kegiatan Produksi Perusahaan Kegiatan yang dilakukan di PDMA meliputi semua kegiatan manajemen. Perusahaan melakukan kegiatan produksi dan budidaya tanaman hias daun baik untuk kebutuhan daun potong maupun tanaman hias daun dalam pot sampai kegiatan pemasaran produk dari produsen ke konsumen. Pengelolaan tanaman hias yang ada di PDMA disesuaikan dengan keinginan konsumen, mengikuti tren model tanaman yang berubah-ubah, serta melihat prospek pasaran yang ada. Pengelolaan di perusahaan
68
cukup baik dan profesional terbukti dari banyaknya jumlah tanaman hias daun yang dikoleksi baik untuk daun potong maupun tanaman hias daun dalam pot. Budidaya tanaman hias meliputi kebersihan bedengan, pemupukan rutin, penyiraman, dan pengendalian hama dan penyakit tanaman. Hal ini mengakibatkan alokasi tenaga kerja yang besar untuk kegiatan produksi dan pemeliharaan. Selain itu, pengawasan terhadap fasilitas produksi juga penting khususnya di unit shading house, karena kondisi di Bogor yang curah hujannya tinggi maka kemungkinan besar akan mengakibatkan terjadinya pencucian sehingga harus ada pengontrolan pH tanah. Kegiatan pemasaran yang dilakukan di PT PDMA adalah menjual produknya melalui pemasaran langsung atau personal selling. Perusahaan mendatangi langsung konsumen dengan alat promosi berupa contoh daun dan poster tanaman yang diproduksi. Saat ini juga PT PDMA sudah membuka toko/showroom di Jakarta sebagai sarana penjualan. Konsumen dapat langsung membeli dengan pembayaran tunai. Namun, untuk jenis tanaman daun dalam pot, perusahaan menggunakan sistem konsinyasi untuk menjual produknya. Perusahaan bekerjasama dengan distributor yang bisa memasukkan produk ke beberapa mall ataupun supermarket di wilayah Bogor dan Jakarta. Ekalokasari Plaza dan Carefour merupakan tempat memasarkan produk tanaman hias daun dalam pot yang diproduksi oleh PT PDMA. Selain produsen daun potong dan tanaman hias daun dalam pot, PT PDMA juga bertindak sebagai trader. Perusahaan membeli produk dari perusahaan lain untuk dijual kepada konsumen akhir. Hal ini terjadi ketika ada permintaan dari konsumen terhadap produk tanaman hias yang tidak diproduksi oleh perusahaan seperti bunga potong. PT PDMA akan membeli jenis bunga potong yang diminta dengan memperhatikan kualitas dan mutu dari produk tersebut. 5.2 Gambaran Umum Kelompok Tani AL-Busyro 5.2.1 Sejarah dan Perkembangan Kelompok Tani Kelurahan Tanah Baru merupakan salah satu Kelurahan di Kecamatan Kota Bogor Utara dengan masyarakatnya yang terkenal Islami. Hal ini ditunjang dengan adanya pondok pesantren As-Shogiri. Para pemuda di Kelurahan Tanah Baru aktif
69
dalam kegiatan tablig akbar peringatan hari-hari besar umat Islam. Berawal dari kegiatan kepemudaan ini terbentuklah sebuah perkumpulan pemuda, yang kemudian dinamai kelompok pemuda Al-Busyro. Kata Al-Busyro berasal dari bahasa arab yang artinya berbahagia, berarti kelompok pemuda Tanah Baru Tengah yang selalu berbahagia. Pada tahun 1999 R. Zaini dan R. Ade Afifudin mulai merintis usaha budidaya tanaman hias. Awalnya komoditas yang dibudidayakan adalah Dracaena yang termasuk ke dalam kelompok tanaman hias daun dengan lahan yang tidak terlalu luas. Sebagai pemain baru dari usaha tanaman hias ini maka pasar bunga Rawa Belong menjadi target utama pemasaran. Melalui strategi pemasaran yang sederhana, tanaman hias ini sudah mulai dikenal dan banyak digemari oleh para pedagang di pasar bunga Rawa Belong. Setelah beberapa tahun tanaman hias ini mulai dipasarkan ke Tebet, Manggarai, Bandung dan Bali (Denpasar). Pada tahun 2000 dengan melihat prospek yang sangat bagus ini maka para petani sepakat untuk membentuk sebuah wadah bagi para petani tanaman hias di Tanah Baru. Kelompok tani ini diberi nama kelompok tani Al-Busyro Florist yang memiliki makna para petani tanaman hias tanah baru yang selalu berbahagia.Saat ini tanaman hias yang dibudidayakan yaitu : Cordyline, Dracaena, dan Philodendron selloum. Berkembangnya Kelompok Tani Al-Busyro ini tidak lepas dari peran Dinas Agribisnis Kota Bogor yang telah memberikan bentuan serta pembinaan demi kemajuan Kelompok Tani. Adapun tujuan dari dibentuknya Kelompok Tani AlBusyro Florist ini adalah untuk meningkatkan kesejahteraan para petani tanaman hias desa Tanah Baru serta menjadi pemasok utama tanaman hias di Kota Bogor dan Jawa Barat pada umumnya. Dengan budidaya tanaman hias yang sudah ada saat ini yaitu hanya Cordyline, Dracaena, dan Philodednron selloum, Al-Busyro Florist memiliki cita-cita pada tahun 2010 sudah melakukan pengembangan usaha dengan melakukan budidaya tanaman hias daun dalam pot serta membuka jasa dekorasi dan katering.
70
5.2.2 Lokasi dan Kondisi Kelompok Tani Kelompok Tani Al-Busyro beralamat di Jl. Pangeran As-shogiri Desa Tanah Baru Rt.01/05 No. 60 Kota Bogor Utara. Tempat budidaya tanaman hias yang dimiliki Al-Busyro Florist letaknya terpisah-pisah. Saat ini jumlah anggota yang tergabung dalam kelompok tani Al-Busyro Florist berjumlah 30 orang, dengan total lahan yang dimiliki seluas 46.000 m2. Anggota 30 orang tersebut terdiri dari 7 orang petani daun potong yang masih memiliki lahan dan masih berproduksi sementara sisanya adalah anggota yang bekerja sebagai tenaga panen atau bagian pemasaran. Rincian nama petani dan lahan yang dimiliki adalah seperti dalam Tabel 13. Tabel 14. Luas Lahan Dan Tanaman Hias yang Dibudidayakan Anggota Kelompok Tani Al-Busyro No Nama Petani 1 R. Zaini Dahlan 2 3 4
R.H.Kamil H. Didin R.Sudin
5 6 7
R. Fahruroji H. Mawardi R.H.Hindi
Jenis yang ditanam Cordyline, Dracaena, Philodendron selloum Cordyline, Dracaena Cordyline, Dracaena Cordyline, Dracaena, Philodendron selloum Cordyline, Dracaena Cordyline Cordyline
Luas Lahan (m2) 7.000 6.000 1.000 10.000 9.000 8.000 5.000
Sumber : Kelompok Tani Al-Busyro, 2009
Al-Busyro Florist merupakan kelompok tani binaan Dinas Agribisnis Kota Bogor yang termasuk kelompok tani unggulan. Selain karena menjadi satu-satunya perusahaan atau kelompok tani yang bergerak dalam budidaya tanaman hias daun potong di Kota Bogor, Al-Busyro Florist juga selalu menjadi wakil dari Kota Bogor jika ada seminar atau pelatihan yang terkait dengan tanaman hias baik tingkat lokal maupun nasional. Selain menjadi peserta seminar atau pelatihan, ketua Kelompok Tani Al-Busyro Florist ini pernah menjadi narasumber atau pembicara dalam kegiatan pelatihan/seminar. Ketua kelompok tani Al-Busyro ini juga pernah menjadi salah satu tim pembahas dalam pembuatan buku SOP Budidaya Cordyline dan
71
Dracaena yang dikeluarkan Direktorat Budidaya Tanaman Hias Direktorat Jendral Hortikultura Departemen Pertanian pada tahun 2006. Kelompok tani ini dibangun dengan rasa kekeluargaan yang tinggi. Sebagian besar anggota kelompok tani ini adalah merupakan saudara, kerabat, dan petani sekitar Tanah Baru. Dalam kegiatannya, kelompok tani ini menerapkan sistem kemitraan diantara anggota kelompok. Dengan sistem kemitraan ini kebutuhan para anggota dipenuhi dari kelompok tani atau anggota sendiri. Hal ini tercermin dalam penyediaan bibit dimana kelompok tanilah yang menyediakan bibit untuk budidaya. Selain itu untuk pupuk seperti pupuk kandang pun dipenuhi dari anggota sendiri. Dalam hal ini antara anggota dan kelompok tani masing-masing saling menuntungkan. Para anggota melakukan budidaya dengan kebutuhan yang dipenuhi oleh kelompok tani, setelah panen hasilnya pun akan dikumpulkan ke kelompok tani untuk kemudian dijual ke pasar. 5.2.3 Visi dan Misi Kelompok Tani Al-Busyro Florist Kelompok tani ini memiliki visi yaitu mempertahankan kelestarian lingkungan dengan sistem agribisnis. Adapun misinya yaitu melatih petani untuk tetap menjaga lingkungan dengan memproduksi tanaman hias daun potong dengan tepat, dan menjalin hubungan baik denan pemasok, pembeli dan pemerintah. 5.2.4 Struktur Organisasi Kelompok Tani Al-Busyro Florist merupakan Kelompok Tani binaan dari Dinas Agribisnis Kota Bogor. Struktur organisasi Kelompok Tani Al-Busyro Florist terdiri dari : a.
Pembina, yaitu dari Dinas Agribisnis Kota Bogor. Dinas Agribisnis Kota Bogor melakukan pembinaan terhadap Al-Busyro Florist baik dengan mengikut sertakan dalam berbagai pelatihan, seminar serta monitoring dan evaluasi terhadap perkembangan Al-Busyro.
b.
Penasehat dua orang yaitu Ir.R.H. Hasan Basri dan Drs. R. Suheli, S.H.
c.
Pelindung yaitu Lurah Tanah Baru.
72
d.
Ketua Al-Busyro Florist : R. Zaini Dahlan adalah perintis Al-Busyro untuk kali pertamanya dan sampai saat ini masih menjabat sebagai ketua kelompok tani.
e.
Bendahara adalah R. H. Mawardi dan sekretaris : R. Indra Sofian, SE.
f.
Divisi kesekertariatan yang diketuai oleh R. Ade Afifuddin
g.
Bagian transportasi : Bapak Atin dan Goni
h.
Bagian logistik : Sutisjak. Bagian ini mengurusi kebutuhan alat-alat yang terkait budidaya maupun pasca panen mulai dari bibit
i.
Bagian Humas dikepalai oleh R. Rustam
j.
Bagian pemasaran terdiri dari tiga orang yaitu R. Turmiji Daud, R . Dodi dan Yusuf. Struktur organisasi di Al-Busyro Florist, mulai dari ketua sampai ke bawah
semuanya adalah masih merupakan satu keluarga. Hal ini karena memang yang pertama kali merintis adalah R. Zaini Dahlan yang kemudian mengajak saudaranya untuk membuka usaha tanaman hias ini. Anggota kelompok tani juga kebanyakan masih saudara/kerabat dekat dan sisanya masyarakat tanah baru. Secara garis besar struktur organisasi kelompok tani Al-Busyro Florist dapat dilihat pada Lampiran 3. 5.2.5 Karakteristik Petani Responden Responden dalam penelitian ini merupakan anggota Kelompok Tani AlBusyro Florist. Beberapa karakteristik karakteristik umum petani yang akan diuraikan meliputi : Pengalam bertani, status kepemilikan lahan, luas lahan garapan dan status usahatani. Adapun karakteristik yang dapat diuraikan adalah sebagai berikut : A. Pengalaman Bertani Tanaman Hias Daun Potong Jika dilihat dari segi pengalaman petani responden dalam budidaya daun potong, sebagian besar dari responden mempunyai pengalaman yang cukup lama dalam bertani daun potong. Petani responden yang berpengalaman lebih dari 5 tahun sebanyak 57,14 persen. Hal ini mengindikasikan usahatani daun potong telah lama ditekuni oleh responden dan pengetahuan mengenai budidaya daun potong mereka peroleh secara turun temurun dari orang tua mereka. Sebaran petani responden menurut pengalaman dapat dilihat pada Tabel 15. 73
Tabel 15. Sebaran Petani Responden Menurut Pengalaman Bertani Daun Potong Pengalaman (Tahun) <5 tahun >5 tahun Total
Jumlah (Orang) 3 4 7
Persentase (%) 42,86 57,14 100,00
B. Luas dan Status Pengelolaan Lahan Luas lahan yang digarap oleh petani responden sangat beragam, namun sebagian besar petani berusahatani daun potong pada luasan lahan yang relatif sempit dengan rata-rata 0,66 hektar dengan luas lahan terendah yaitu 0,1 hektar dan tertinggi adalah 1 hektar. Berdasarkan status kepemilikan lahannya, seluruh petani responden mengelola lahan miliknya sendiri. Hampir seluruh petani responden pada Kelompok Tani Al-Busyro Florist menjadikan bertani sebagai mata pencaharian sampingan (bukan mata pencaharian utama). Sebagian besar responden yaitu 85,71 persen dari 7 orang responden memiliki mata pencaharian pokok selain bertani. Sisanya yaitu 14,29 persen dari jumlah responden tidak memiliki mata pencaharian lain selain bertani. Adapu mata pencaharian pokok yang dimiliki oleh sebagian besar petani responden seperti pemilik angkutan kota, Pegawai Negeri Sipil, beternak kambing dan pedagang pepaya.
74
VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI 6.1 Perbandingan Sistem Usahatani antara PT Pesona Daun Mas Asri dan Kelompok Tani Al-Busyro Florist Secara umum jenis sarana produksi yang digunakan pada PT PDMA dan petani tidak jauh berbeda. Hanya saja kapasitas jumlah pemakaian dan harga pada perusahaan lebih besar dari petani. Tabel 16 akan memperlihatkan perbandingan sistem produksi antara PT PDMA dan petani dalam satu hektar. Tabel 16. Perbandingan Sistem Usahatani antara PT Pesona Daun Mas Asri dan Kelompok Tani Al-Busyro Florist per Hektar dalam Satu Tahun Uraian
Satuan
Bibit Cordyline Bibit Dracaena Bibit Philodendron selloum Pupuk kandang Pupuk Urea Pupuk TSP Pupuk cair Multitonik Pupuk KcL Gandasil Daun NPK Mutiara Furadan Dolomit Sekam TK Luar Keluarga : Pengolahan tanah Pembentukan bedengan Pemupukan dasar Penanaman bibit Pemeliharaan Panen Pasca panen TK Dalam Keluarga: Pengolahan tanah Pembentukan bedengan Pemupukan dasar Penanaman bibit Pemeliharaan Pestisida: Antracol Curacron Biaya Pemasaran Pajak Lahan Biaya Sewa Lahan
pohon polybag/pohon polybag karung kg kg liter kg gram kg bungkus karung karung HOK HOK HOK HOK HOK HOK HOK
Volume PT PDMA 277.000 128.500 35.700 7.100 7.800 7.800 3.100
Ha Ha
Kelompok tani 250.000 108.000 60.000 2.000 360 180
PT PDMA 500 3.500 3.500 5.500 3.000 3.700 15.000
360 1.800 360 57 1.200 3.400 250 250 250 250 8.000 1.620 600
HOK HOK HOK HOK HOK gram gram
Harga/ satuan
3.000 10.000 9.000 19.000 15.000 1.000
80 80 80 80 235
25.000 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000
20 20 20 20 86 635 635
Kelompok Tani 200 25 3.000 6.000 2.500 3.700
525
32.000 32.000 32.000 32.000 32.000
32.000 32.000 32.000 32.000 32.000 80 190 19.000.000 5.000.000 10.000.000
450 6.000.000 10.000.000
PT PDMA memperoleh bibit jenis daun potong Cordyline, Dracaena, dan Philodendron selloum dengan membeli ke pemasok bibit di Cipanas dan Parung. Bibit yang digunakan merupakan bibit dengan kualitas baik karena akan digunakan sampai 5-7 tahun kedepan sesuai dengan perawatan yang dilakukan. Harga bibit Cordyline adalah Rp 500 per pohon, harga bibit Dracaena dan Philodendron selloum adalah Rp 3.500 per polybag. Petani pada Al-Busyro Florist memperoleh bibit dan dari anggota sendiri yang dibeli dengan harga Rp 200 per pohon untuk jenis Cordyline dan Rp 25 per pohon untuk jenis Dracaena. Bibit untuk jenis Philodendron selloum diperoleh dengan membeli dari pemasok bibit di Jakarta dengan harga Rp 3.000 per polybag. Alat-alat pertanian yang ada di PT PDMA tidak jauh berbeda dengan petani. Namun, untuk jenis daun Dracaena perusahaan menggunakan shading house dengan nilai investasi Rp 49.956.000 . Kontruksi rumah naungan pada petani menggunakan bambu, paranet, dan kawat yang biaya investasinya tidak sebesar perusahaan. Alatalat pertanian di kedua lokasi penelitian ini dihitung biaya penyusutan dalam hektar untuk pemakaian dalam satu tahun. 6.2 Analisis Pendapatan Usahatani pada PT Pesona Daun Mas Asri Keseluruhan lahan perusahaan seluas 3,5 hektar tetapi hanya tiga hektar yang digunakan untuk bangunan tanam. Bangunan tanam yang ada berupa shading house. Shading house yang digunakan untuk perkembangan potted plant terdiri dari satu unit khusus yang diberi nama Research and Development (R&D) dengan luas 1.500 m2. Selain di bangunan tanam, tanaman untuk produksi juga ditanam dilahan terbuka. Lahan yang tersisa dipakai untuk kantor, tempat parkir, jalan setapak, saung untuk karyawan, dan kebun percobaan yang ditanami berbagai jenis tanaman yang berfungsi untuk keindahahan. Tanaman hias daun potong yang ditanam pada PT Pesona Daun Mas Asri sekitar 60 jenis daun. Namun dalam penelitian ini, pendapatan usahatani daun potong yang diteliti hanya pada tiga jenis tanaman yaitu Cordyline dengan luas lahan 350 m2, Dracaena dengan luas lahan 1.760 m2, dan Philodendron selloum dengan luas lahan
76
2.270 m2. Hal ini karena agar bisa dibandingkan pendapatan dengan petani pada Kelompok Tani Al-Busyro Florist yang juga menanam ketiga jenis tanaman hias daun potong tersebut. Setiap jenis daun potong melakukan kegiatan budidaya mulai dari pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan, pemupukan hingga pemanenan dengan umur panen yang berbeda-beda. Keragaan usahatani daun potong dideskripsikan berdasarkan subsistem sarana produksi dan subsistem budidaya. 62.1 Analisis Usahatani Cordyline pada PT Pesona Daun Mas Asri 62.1.1 Subsistem Sarana Produksi Cordyline A. Bibit Bibit Cordyline diperoleh dari pemasok bibit di daerah Parung dan Cipanas. Bibit yang ditanam adalah bibit dengan kondisi yang baik dan bebas dari hama dan penyakit dengan ukuran bibit adalah 20 cm. Jumlah bibit yang ditanam pada luas lahan 350 m2 adalah 8.750 bibit dengan jarak tanam 20 x 20 cm. PT Pesona Daun Mas Asri membeli bibit dari pemasok secara tunai sehingga bibit termasuk biaya tunai. Harga bibit Cordyline adalah Rp 500 per pohon. Tanaman Cordyline bisa langsung terus tumbuh bertahun-tahun tergantung dengan pemeliharaan yang dilakukan. Oleh karena itu, biaya tunai yang dikeluarkan untuk membeli bibit hanya dikeluarkan pada tahun pertama. Untuk selanjutnya bisa langsung dipanen setiap bulan dan hanya mengeluarkan biaya pemeliharaan. B. Pupuk Pemupukan dasar dilakukan sebelum penanaman dan setelah tanah digemburkan dengan menggunakan cangkul atau garpu tanah. Pupuk dasar yang diberikan berupa pupuk organik dan pupuk non-organik. Pupuk organik yang diberikan adalah kotoran sapi dengan jumlah 240 karung atau 30 karung per bedeng dengan harga Rp 5.500 per karung. Sedangkan pupuk non-organik yang diberikan adalah pupuk urea dan TSP. Pupuk lanjutan diberikan 10 hari setelah tanam dengan jumlah masing-masing 25 kg per bulan. Harga pupuk urea Rp 3.000 per kg dan harga pupuk TSP Rp 3.700 per karung. Pupuk diberikan dengan cara sebar rata (broad cast)
77
di sekitar lubang tanam. Selain itu, pupuk cair yang diberikan adalah Multitonik dengan jumlah 9,6 liter per bulan dengan harga Rp 15.000 per liter. C. Tenaga Kerja PT Pesona Daun Mas Asri memiliki 25 karyawan yang terbagi dalam tiga golongan yaitu karyawan staf, karyawan lapangan dan buruh harian. Karyawan staf terdiri dari lima orang yang terdiri dari satu orang sebagai manajer, satu orang sebagai bagian pemasaran, satu orang sebagai bagian administrasi dan dua orang sebagai supervisor, sedangkan untuk karyawan lapangan terdiri dari 19 orang yang berada di kebun dan satu orang buruh lepas harian. Dalam budidaya jenis tanaman Cordyline, penggunaan tenaga kerja terdiri dari kegiatan pengolahan tanah, pembentukan bedengan, pemupukan dasar, penanaman bibit dan pemeliharaan. Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang mempunyai pengaruh cukup besar terhadap biaya usahatani. Perhitungan biaya tenaga kerja dengan menghitung hari orang kerja (HOK) dikalikan dengan upah per HOK. Di daerah penelitian satu hari kerja berkisar delapan jam yang dimulai dari jam 07.00-16.00 (istirahat jam 12.00-13.00) dengan upah Rp 25.000 per hari untuk pria dan Rp 15.000 per hari untuk wanita. Adanya perbedaan upah pria dan wanita menyebabkan satu hari kerja wanita (HKW) terlebih dahulu dikonversikan ke hari kerja pria (HKP). Tenaga kerja pria dengan upah Rp 25.000 dihitung sebagai HKP sedangkan wanita dengan upah Rp 15.000 dihitung sebagai 0,8 HKP. Jumlah hari kerja yang dibutuhkan perusahaan untuk melaksanakan suatu kegiatan usahatani dikonversikan ke jumlah HOK. Ketetapan satu HOK dalam usahatani adalah 8 jam sehingga satu hari kerja di daerah penelitian setara dengan 8/8 = 1 HOK. Demikian juga dengan upah dimana upah per hari di daerah penelitian dikonversikan ke upah per HOK. Karena sebelumnya HKW telah dikonversikan ke HKP maka upah per hari yang ditetapkan adalah Rp 25.000. Upah tersebut merupakan upah selama delapan jam kerja sehingga upah per jam Rp 3.125. Oleh karena itu upah per HOK selama delapan jam adalah Rp 25.000.
78
Perhitungan biaya tersebut digunakan untuk menghitung biaya tenaga kerja pengolahan tanah, pembentukan bedengan, pemupukan dasar, penanaman bibit, pemeliharaan dan panen yang dilakukan oleh pria. Selain itu, juga digunakan untuk menghitung biaya tenaga kerja pasca panen yang dilakukan oleh wanita. Untuk kegiatan pengolahan tanah sampai penanaman bibit menggunakan tenaga kerja pria dengan jumlah 12 HOK per tahun. Kegiatan tersebut membutuhkan waktu rata-rata 30 hari dan pemeliharaan dimulai pada bulan kedua setelah penanam. Kegiatan pemeliharaan menggunakan tenaga pria dengan jumlah 29 HOK per bulan. Penggunaan tenaga kerja untuk kegiatan panen sebanyak 12 HOK tenaga kerja pria per bulan. Kegiatan pasca panen menggunakan tenaga kerja wanita sebanyak 8 HOK per bulan dengan harga upah Rp 25.000 per HOK. D. Alat-Alat Pertanian Jenis alat pertanian yang digunakan dalam kegiatan usahatani daun potong Cordyline meliputi cangkul, garpu, kored, handsprayer, arit, karung, gunting, kereta dorong, dan ember. Cangkul dan garpu digunakan untuk menggemburkan tanah. Kored dan arit digunakan untuk penyiangan tanaman penganggu dan pembersihan daun rusak. Handsprayer digunakan sebagai alat semprot untuk penyiraman dan pengendalian hama dan penyakit. Gunting digunakan untuk memanen batang daun dan karung digunakan sebagai alas daun yang telah dipanen agar tidak kotor terkena tanah. Kereta dorong digunakan untuk mengangkut daun yang telah dipanen dan dicuci ke tempat pasca panen. Ember digunakan sebagai tempat penyimpanan daun yang telah dipanen sampai ke tempat konsumen. Metode penghitungan penyusunan alat yang digunakan adalah metode penyusutan garis lurus. Nilai penyusutan peralatan pertanian yang digunakan dalam usahatani daun potong Cordyline pada PDMA dapat dilihat pada Tabel 17.
79
Tabel 17. Nilai Penyusutan Peralatan Pertanian Usahatani Daun Potong Cordyline pada PT Pesona Daun Mas Asri dalam Satu Tahun No
1 2 3 4 5 6 7 9 10 11 12 13
Keterangan
Cangkul Garpu Kored Handsprayer Arit Karung Gunting Ember Kereta dorong Sumur Pompa air Selang air Total
Jumlah
2 1 2 2 2 3 1 2 1 1 1 1
Satuan
buah buah buah buah buah buah buah buah buah unit buah unit
Umur teknis (tahun) 5 5 3 7 5 1 3 10 10 10 5 3
Harga Beli (Rp) 30.000 90.000 25.000 385.000 27.000 1.000 38.500 70.000 140.000 1.000.000 400.000 100.000 2.306.500
Total nilai (Rp) 60.000 90.000 50.000 770.000 54.000 3.000 38.500 140.000 140.000 1.000.000 400.000 100.000 2.845.500
Penyusutan per tahun (Rp) 12.000 18.000 16.667 110.000 10.800 3.000 12.833 14.000 14.000 100.000 80.000 33.333 424.633
6.2.1.2 Subsistem Budidaya Cordyline A. Persiapan Lahan dan Penanaman Budidaya daun potong Cordyline pada PT Pesona Daun Mas Asri menggunakan lahan seluas 350 m2
pada 8 bedengan dengan ukuran bedengan
sebesar 1,2 m x 35 m (42 m2). Lahan yang akan digunakan untuk budidaya daun potong Cordyline terlebih dahulu harus dilakukan pembersihan rumput dan gulma agar lahan menjadi bersih dan bebas dari hama. Setelah lahan bersih, kemudian tanah digemburkan dengan menggunakan cangkul dan garpu tanah untuk memperlancar sirkulasi udara dalam tanah. Setelah tanah digemburkan selanjutnya diberikan dolomit untuk menetralkan pH tanah dari kondisi asam. Dolomit diberikan sebanyak 35 kg per bedengan. Kemudian tanah yang telah ditabur dolomit tersebut diaduk untuk menetralkan keasaman tanah. Selanjutnya diberikan pupuk kandang sebanyak 30 karung per bedeng dengan berat pupuk per karung 30 kg dan sekam sebanyak 15 karung dengan berat sekam per karung 25 kg. Kemudian tanah digemburkan kembali dengan cangkul sekaligus mencampur pupuk kandang dan sekam yang telah diberikan. Tanah yang telah tercampur diratakan kembali dan ditaburkan pupuk dasar berupa urea dan TSP dengan jumlah masing-masing 1,5 kg per bedeng. Pemberian
80
pupuk dasar bertujuan memberikan unsur hara yang diperlukan untuk mendukung pertumbuhan tanaman pada awal pertumbuhannya. Setelah itu diberikan furadan sebanyak 250 gram per bedeng yang bertujuan untuk membunuh bakteri-bakteri yang ada di dalam tanah. Tujuan dari persiapan media tanam adalah menyiapkan tempat tumbuh dan berkembanganya akar tanaman, agar diperoleh struktur dan komposisi media tanam yang paling optimum, sehingga akar tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Sebelum melakukan penanaman terlebih dahulu tanah harus disiram satu hari sebelum tanam. Penanaman sebaiknya dilakukan pada pagi hari agar keadaan bibit masih segar. Bibit yang digunakan adalah bibit yang bebas dari hama penyakit. Penanaman dilakukan dengan memasukkan bibit ke dalam lubang tanam sedalam 10 cm dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm. Setelah bibit selesai ditanam selanjutnya dilakukan penyiraman bibit dengan air bersih sampai air meyerap ke dalam tanah. Tenaga kerja yang digunakan untuk kegiatan persiapan lahan sampai penanaman adalah tenaga kerja laki-laki sebesar 12 HOK untuk setiap kegiatan dengan upah Rp 25.000 per HOK. B. Pemeliharaan Kegiatan pemeliharaan daun potong Cordyline yang dilakukan oleh PT Pesona Daun Mas Asri terdiri dari beberapa aktivitas yaitu penyiraman, penyemprotan pestisida, penyiangan gulma, pembersihan daun rusak, dan pemupukan. 1. Penyiraman Sistem penyiraman di PDMA untuk daun potong Cordyline dilakukan secara manual. Sistem manual dengan menggunakan alat bantu selang air dan gayung. Frekuensi penyiraman setiap dua hari sekali dan tergantung dari kondisi kelembaban media tumbuh (tanah dan sekam). Kegiatan penyiraman dilakukan secara bergiliran antar bedengan.
81
2. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Hama dan penyakit merupakan salah satu permasalahan didalam kegiatan budidaya yang harus ditangani secara serius agar produk yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik. Apabila penanganan terhadap hama dan penyakit lambat maka tanaman akan mengalami kerusakan yang bedampak pada menurunnya kapasitas produksi dan menurunnya permintaan terhadap produk yang dijual. Pengendalian hama dan penyakit pada PDMA terus mengalami perkembangan agar penggunaan obat dan penyemprotan dapat efektif dan efisisen. Pengendalian hama dan penyakit untuk daun potong Cordyline dilakukan setiap satu kali dalam seminggu atau tergantung dari kondisi lapangan, yang dibantu dengan alat semprot 2 buah hand sprayer. Pekerja yang melakukan penyemprotan harus menggunakan masker hidung agar tidak terhirup racun yang terkandung dalam pestisida. Adapun pestisida yang digunakan adalah Antracol dengan penggunaan 4,8 gram per bulan dan Curacron dengan penggunaan 4,8 liter per bulan. Harga Antracol Rp 80.000 per 1000 gram dan Curacron Rp 95.000 per 500 ml. 3. Penyiangan Gulma Penyiangan adalah usaha yang dilakukan untuk menghilangkan tanaman penganggu (gulma). Penyiangan gulma dilakukan secara manual yaitu dicabut dengan tangan atau dengan alat bantu kored. Pencabutan gulma dilakukan dari kanan dan kiri bedengan supaya bedengan tidak terinjak. Hal ini menghindari pemadatan media tanam di dalam bedengan. Penyiangan dapat dilakukan bersamaan dengan pemangkasan dan pemeliharaan daerah sekitar bedengan. Pemeliharaan tersebut yaitu membersihkan kotoran-kotoran seperti sampah, lumut yang menempel di lantai sekitar bedengan. Penyiangan dilakukan setiap seminggu sekali. 4. Pembersihan Daun Rusak Pemangkasan dilakukan dengan memotong batang dekat permukaan tanah pada tanaman yang rusak karena patah, terserang hama dan penyakit ataupun karena terlalu tua dengan menggunakan gunting. Hal ini dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit ke seluruh tanaman dan diharapkan akan tumbuh tunas baru 82
dekat dengan pemangkasan. Tanaman yang telah dipangkas dikumpulkan dalam kantong sampah kemudian dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuat pupuk kompos. 5. Pemupukan Pemupukan dasar dilakukan sebelum penanaman bibit dan setelah tanah digemburkan dengan menggunakan cangkul atau garpu tanah. Pupuk dasar yang diberikan berupa pupuk organik dan pupuk non-organik. Pupuk oganik yang diberikan adalah kotoran sapi dengan jumlah 30 karung per bedeng. Pupuk nonorganik yang diberikan adalah pupuk urea dan TSP dengan jumlah masin-masing 3 kg per bedeng atau 25 kg per bulan. Pupuk lanjutan diberikan 10 hari setelah tanam dan selanjutnya diberikan setiap satu bulan sekali. C. Pemanenan Daun potong yang dipanen pada PT Pesona Daun Mas Asri hanya yang memenuhi kriteria layak jual, sedangkan yang tidak layak jual dibiarkan tetap tumbuh untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Ukuran, waktu dan jumlah tanaman yang akan dipanen ditentukan dari permintaan konsumen yang memesan. Namun, standar panen untuk jenis tanaman Cordyline adalah umur 3-4 bulan setelah bibit ditanam. Setiap panen, daun yang bisa diambil sekitar 3-5 lembar daun. Panen dilakukan dengan menggunakan gunting pangkas. Jenis daun potong Cordyline pada PDMA hanya memiliki satu ukuran panen. D. Pasca Panen Daun yang sudah dipanen perlu mendapatkan penanganan lebih lanjut agar produk tidak tidak mudah rusak dan layu apabila didiamkan terlalu lama. Setelah daun dipanen, kemudian daun tersebut perlu dibersihkan terlebih dahulu dengan cara pencucian untuk menghilangkan kotoran, debu, dan juga pestisida yang masih melekat pada daun. Pencucian dilakukan dengan cara mencuci daun dengan air bersih dan menggunaka alat bantu spon.
83
Setelah dicuci, daun diikat dengan jumlah 10 lembar per ikat. Kemudian didiamkan agar cepat kering sebelum diberikan kepada bagian pasca panen. Pengemasan daun potong Cordyline hanya menggunakan karet sebagai alat pengikat. Daun-daun yang sudah dikemas kemudian diletakkan dalam ember yang berisi air, batang daunnya harus menyentuh air agar kesegaran daun tetap terjaga dan tidak mudah layu. 6.2.1.3 Analisis Pendapatan Usahatani Daun Potong Cordyline pada PT Pesona Daun Mas Asri PT Pesona Daun Mas Asri mengusahakan lahan untuk menanam daun potong Cordyline seluas 350 m2. Data usahatani musim tanam yang dianalisis adalah bulan Juni 2008 -
Juni 2009. Penerimaan usahatani merupakan hasil perkalian antara
jumlah produksi total daun potong Cordyline dengan harga jual dari hasil produksi tersebut. Jenis tanaman Cordyline yang dipanen berdasarkan permintaan konsumen. Oleh karena itu, penerimaan setiap bulan berbeda-beda sesuai dengan jumlah yang dipanen. Data penjualam Cordyline per luasan lahan di PDMA pada bulan Juni 2008 – Juni 2009 dapat dilihat pada Tabel 18. Pada Tabel 18, penerimaan Cordyline baru ada pada bulan November 2008. Hal ini karena dari bulan Juni 2008 hingga Oktober 2008 merupakan kegiatan pengolahan lahan dan proses penanaman. Baru pada bulan ke empat setelah bibit ditanam, daun dapat dipanen secara kontinyu. Harga jual daun potong Cordyline adalah tetap untuk setiap bulannya, yaitu Rp 3.500 per ikat. Satu ikat terdiri dari 10 tangkai daun.
84
Tabel 18. Data Penjualan Daun Potong Cordyline per Luasan Lahan di PT Pesona Daun Mas Asri pada Bulan Juni 2008 – Juni 2009 Periode Juni 2008 Juli 2008 Agustus 2008 September 2008 Oktober 2008 November 2008 Desember 2008 Januari 2009 Februari 2009 Maret 2009 April 2009 Mei 2009 Juni 2009 Total Penerimaan
Jumlah (ikat) 1.125 1.296 1.324 1.294 1.274 1.296 1.317 1.288 10.214
Harga (Rp) 3.500 3.500 3.500 3.500 3.500 3.500 3.500 3.500
Penerimaan 3.937.500 4.536.000 4.634.000 4.529.000 4.459.000 4.536.000 4.609.500 4.508.000 35.749.000
Biaya atau pengeluaran usahatani adalah nilai penggunaan faktor-faktor produksi dalam melakukan proses produksi usahatani. Biaya dalam usahatani dibedakan menjadi biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Biaya tunai usahatani merupakan pengeluaran tunai yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk pembelian barang dan jasa bagi usahataninya sedangkan biaya diperhitungkan merupakan pengeluaran yang secara tidak tunai dikeluarkan oleh perusahaan. Pendapatan usahatani didapatkan dengan cara mengurangkan penerimaan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan. Pendapatan usahatani daun potong Cordyline di PT Pesona Daun Mas Asri disajikan pada Tabel 19. Selain menghitung pendapatan usahatani daun potong Cordyline per luasan lahan yang diusahakan oleh PT PDMA, pendapatan usahatani juga dihitung per hektar agar nantinya bisa dibandingkan dengan Kelompok Tani Al-Busyro Florist. Hasil analisis pendapatan usahatani daun potong Cordyline di PT PDMA yang dikonversi pe hektar tidak jauh berbeda dengan yang dihitung berdasarkan perluasan lahan. Penerimaan tunai usahatani diperoleh dari hasil kali antara produksi Cordyline yang dijual dengan harga jualnya. Produksi Cordyline dalam satu tahun yang dijual
85
oleh perusahaan adalah sebesar 10.214 ikat yang terdiri dari 10 tangkai daun per ikat dengan harga jual sebesar Rp 3.500 per ikat, sehingga total penerimaan yang diperoleh perusahaan dari produksi daun potong Cordyline dalam satu tahun adalah sebesar Rp 35.749.000. Tabel 19. Pendapatan Usahatani PT Pesona Daun Mas Asri untuk Daun Potong Cordyline pada Bulan Juni 2008 – Juni 2009 Uraian A Penerimaan Penjualan Cordyline Total Penerimaan B Biaya Usahatani B.1.Biaya Tunai: 1.Bibit 2.Pupuk : a.Urea b.TSP c.Multitonik d.Pupuk Kandang e.Dolomit f.Furadan g.Sekam 3.Pestisida: a.Antrakol b.Curacron 4.Tenaga Kerja: a.Persiapan lahan b.Pembentukan bedengan c.Pemupukan dasar d.Penanaman bibit e.Pemeliharaan f.Panen g.Pasca Panen 5.Biaya pemasaran 6.Pajak Total Biaya Tunai B.2.Biaya Diperhitungkan 1.Penyusutan Alat 2.Sewa Lahan (lahan milik sendiri) Total Biaya yang diperhitungkan C Total Biaya Usahatani (B1+B2) D Pendapatan atas biaya tunai (A-B1) E Pendapatan atas biaya total (A-C) F R/C rasio atas biaya tunai (A/B1) G R/C rasio atas biaya total (A/C) H B/C rasio atas biaya tunai (D/B1) I B/C rasio atas biaya total (E/C
Nilai Real (Rp)
Nilai per Ha (Rp)
10.214
35.749.000 35.749.000
1.015.595.000 1.015.595.000
500
9.750
4.875.000
138.494.500
3.000 3.700 15.000 5.500 15.000 19.000 1.000
275 275 110 240 8 2 120
825.000 1.017.500 1.650.000 1.320.000 120.000 38.000 120.000
23.439.000 28.908.100 46.875.000 37.499.000 3.405.000 1.083.000 3.409.000
gram gram
80 190
55 55
4.400 10.450
125.040 296.970
HOK HOK HOK HOK HOK HOK HOK
25.000 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000
12 12 12 12 528 96 42
tahun
176.000
1
300.000 300.000 300.000 300.000 13.200.000 2.400.000 1.050.000 706.496 176.000 28.712.846
8.525.000 8.525.000 8.525.000 8.525.000 375.000.000 68.175.000 29.825.000 20.070.909 5.000.000 815.705.519
1.000
350
424.633 350.000 774.633 29.487.479 7.036.154 6.261.521 1,25 1,21 0,25 0,21
11.972.467 10.000.000 21.972.467 837.677.986 199.889.481 177.917.014 1,25 1,21 0,25 0,21
Satuan ikat
pohon kg kg liter karung karung bungkus karung
m2
Harga/satuan (Rp)
Volume
3.500
86
Total biaya usahatani yang dikeluarkan perusahaan dalam satu tahun adalah sebesar Rp 29.487.479 dengan pengeluaran terbesar yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk usahatani daun potong Cordyline ini adalah untuk biaya tenaga kerja yaitu sebesar Rp 17.850.000 dalam satu tahun. Besarnya biaya untuk faktor produksi tenaga kerja ini disebabkan karena tanaman daun Cordyline membutuhkan perawatan yang cukup intensif mulai dari pengolahan lahan, pemeliharaan tanaman seperti pemupukan, penyiangan dan pemberantasan hama dan penyakit. Pengeluaran terbesar kedua adalah untuk pembelian pupuk kimia, pupuk kandang dan sekam yaitu sebesar Rp 5.090.500 dalam satu tahun. Besarnya biaya untuk faktor produksi pupuk disebabkan karena pupuk dapat memberikan unsurunsur hara yang diperlukan oleh tanaman Cordyline untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan dan juga untuk menghasilkan produksi yang lebih baik. Pengeluaran terbesar selanjutnya adalah untuk pembelian bibit yaitu sebesar Rp 4.875.000. Pengeluaran terbesar keempat adalah biaya pemasaran sebesar Rp 706.496 dalam satu tahun yang dihitung berdasarkan pesentase lahan Cordyline dengan lahan keseluruhan perusahaan yang digarap. Persentase daun potong Cordyline adalah 1,16 % dari 3 ha lahan perusahaan yang dibudidayakan. Biaya pemasaran yang dihitung terdiri dari penggunaan karet, penyusutan mobil box, bensin, dan upah supir. Biaya untuk sewa lahan yaitu sebesar Rp 350.000 dalam satu tahun. Sewa lahan merupakan komponen biaya yang diperhitungkan karena perusahaan menggarap lahan sendiri. Pengeluaran untuk pembelian pestisida adalah sebesar Rp 14.850 dalam satu tahun, sedangkan biaya pajak lahan untuk satu tahun seluas lahan garapan Cordyline yang harus dibayar perusahaan adalah sebesar Rp 176.000. Untuk mendukung produksi daun potong Cordyline diperlukan peralatan pendukung untuk kegiatan usahatani tersebut. Alat-alat yang sering digunakan adalah cangkul, kored, handsprayer, arit, gunting, ember, sumur, garpu, selang air, pompa air dan kereta dorong. Nilai penyusutan alat-alat yang digunakan tersebut adalah sebesar Rp 424.633 dalam satu tahun.
87
Total biaya usahatani daun potong Cordyline yang dikeluarkan PT Pesona Daun Mas Asri untuk satu tahun adalah sebesar Rp 29.487.479 yang terdiri dari total biaya tunai sebesar Rp 28.712.846 dan total biaya diperhitungkan sebesar Rp 774.633. Pendapatan atas biaya tunai usahatani diperoleh dengan mengurangi total penerimaan dengan total biaya tunai, maka diperoleh pendapatan atas biaya tunai sebesar Rp 7.036.154. Pendapatan atas biaya total diperoleh setelah total penerimaan dikurangi dengan total biaya usahatani, maka diperoleh pendapatan atas biaya total sebesar Rp 6.261.521. Hasil analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C ratio analysis) menunjukkan bahwa usahatani ini memiliki penerimaan yang lebih besar dibanding biaya usahatani, hal ini ditunjukkan oleh nilai R/C rasio lebih besar dari satu. Nilai R/C rasio atas biaya tunai adalah sebesar 1,25, artinya bahwa setiap Rp 1,00 biaya tunai yang dikeluarkan perusahaan untuk jenis daun Cordyline akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,25. Dengan memasukkan biaya yang diperhitungkan sebagai komponen biaya total, maka nilai R/C rasio atas biaya total adalah sebesar 1,21, artinya setiap Rp 1,00 biaya total yang dikeluarkan perusahaan untuk jenis daun Cordyline dapat menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,21. Nilai R/C rasio yang lebih besar dari satu menunjukkan bahwa usahatani daun potong Cordyline di PT Pesona Daun Mas Asri layak untuk diusahakan. Hasil analisis imbangan keuntungan dan biaya (B/C Ratio) menunjukkan bahwa usahatani ini memiliki keuntungan yang lebih besar dibanding biaya usahatani. Nilai B/C rasio atas biaya tunai adalah sebesar 0,25, artinya bahwa setiap Rp 1,00 biaya tunai yang dikeluarkan perusahaan untuk jenis daun Cordyline akan memperoleh keuntungan sebesar Rp 0,25. Nilai B/C rasio atas biaya total adalah sebesar 0,21, artinya setiap Rp 1,00 biaya total yang dikeluarkan untuk jenis daun Cordyline dapat menghasilkan keuntungan sebesar Rp 0,21.
88
6.2.2 Analisis Usahatani Dracaena 6.2.2.1 Subsistem Sarana Produksi Dracaena A. Bibit Bibit Dracaena diperoleh dari pemasok bibit di daerah Parung dan Cipanas. Bibit yang ditanam adalah bibit dengan kondisi yang baik dan bebas dari hama dan penyakit dengan ukuran bibit adalah 25 cm. Jumlah bibit yang ditanam pada luas lahan 1.760 m2 adalah 22.680 bibit dengan jarak tanam 30 cm x 30 cm. PT Pesona Daun Mas Asri membeli bibit dari pemasok secara tunai sehingga bibit termasuk biaya tunai. Harga bibit Dracaena adalah Rp 3.500 per polybag. Tanaman Dracaena akan terus tumbuh bertahun-tahun tergantung dengan pemeliharaan yang dilakukan. Umumnya dari satu polybag bibit Dracaena yang ditanam, akan tumbuh 10-15 batang baru. Oleh karena itu, biaya tunai yang dikeluarkan untuk membeli bibit hanya dikeluarkan pada tahun pertama. Untuk selanjutnya bisa langsung dipanen setiap bulan dan perusahaan hanya mengeluarkan biaya pemeliharaan. B. Pupuk Pemupukan dasar dilakukan sebelum penanaman dan setelah tanah digemburkan dengan menggunakan cangkul atau garpu tanah. Pupuk dasar yang diberikan berupa pupuk organik dan pupuk non-organik. Pupuk organik yang diberikan adalah kotoran sapi dengan jumlah 1.260 karung atau 30 karung per bedeng dengan harga Rp 5.500 per karung. Sedangkan pupuk non-organik yang diberikan adalah pupuk urea dan TSP. Pupuk lanjutan diberikan 10 hari setelah tanam dengan jumlah masing-masing 30 kg per bulan. Harga pupuk urea Rp 3.000 per kg dan harga pupuk TSP Rp 3.700 per kg. Pupuk diberikan dengan cara sebar rata (broad cast) di sekitar lubang tanam. Selain itu, pupuk cair yang diberikan adalah Multitonik dengan jumlah 9,6 liter per bulan dengan harga Rp 15.000 per liter. C. Tenaga Kerja Untuk kegiatan pengolahan tanah sampai penanaman bibit menggunakan tenaga kerja pria dengan jumlah 36 HOK per tahun. Kegiatan tersebut membutuhkan
89
waktu rata-rata 30 hari dan pemeliharaan dimulai pada bulan kedua setelah penanam. Kegiatan pemeliharaan menggunakan tenaga wanita dengan jumlah 72 HOK per bulan. Penggunaan tenaga kerja untuk kegiatan panen sebanyak 24 HOK tenaga kerja pria per bulan. Kegiatan pasca panen menggunakan tenaga kerja wanita sebanyak 7 HOK per bulan dengan harga upah Rp 25.000 per HOK. D. Alat-Alat Pertanian Jenis alat pertanian yang digunakan dalam kegiatan usahatani daun potong Dracaena meliputi cangkul, garpu, kored, handsprayer, arit, karung, gunting, kereta dorong, dan ember. Cangkul dan garpu digunakan untuk menggemburkan tanah. Kored dan arit digunakan untuk penyiangan tanaman penganggu dan pembersihan daun rusak. Handsprayer digunakan sebagai alat semprot untuk penyiraman dan pengendalian hama dan penyakit. Gunting digunakan untuk memanen batang daun dan karung digunakan sebagai alas daun yang telah dipanen agar tidak kotor terkena tanah. Kereta dorong digunakan untuk mengangkut daun yang telah dipanen dan dicuci ke tempat pasca panen. Ember digunakan sebagai tempat penyimpanan daun yang telah dipanen sampai ke tempat konsumen. Tanaman daun potong Draacena merupakan jenis tanaman yang tidak tahan terhadap sinar matahari dan guyuran air hujan secara langsung. Oleh karena itu dalam pebudidayaannya butuh shading house sebagai rumah naungan. Shading house yang digunakan adalah rumah naungan berangka kayu yang berguna untuk melindungi tanaman terhadap guyuran air hujan serta terpaan angin secara langsung. Penutup atap rumah naungan yang digunakan adalah paranet 75 persen. Rincian biaya pembuatan shading house dapat dilihat pada Tabel 20.
90
Tabel 20. Rincian Kebutuhan dan Biaya Pembangunan Shading House Seluas 1.760 m2 untuk Jenis Daun Potong Dracaena pada PT Pesona Daun Mas Asri No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Keterangan Kayu Kluing Ukuran 8/12-5 m Kayu Kluing Ukuran 6/12-5 m Kayu Kluing Ukuran 5/7-4 m Pasir kali Semen Besi Gendong Paku Besi Paranet Batako pres
Jumlah Satuan Harga/unit (Rp) 150 216 174 3 150 72 30 1.800 6.000 Total
batang batang batang truk sak biji kg m2 biji
18.000 16.000 9.000 750.000 37.000 17.000 7.000 10.000 2.500
Jumlah Biaya (Rp) 2.700.000 3.456.000 1.566.000 2.250.000 5.550.000 1.224.000 210.000 18.000.000 15.000.000 49.956.000
Paranet yang digunakan sebagai atap berfungsi untuk mengurangi sinar matahari yang masuk ke dalam rumah naungan. Disekeliling rumah naungan juga dipasang dinding pengaman. Dinding pengaman yang digunakan juga berupa paranet hitam. Dinding pengaman ini berfungsi untuk melindungi tanaman dari berbagai gangguan yang datangnya dari luar, yang sifatnya dapat merugikan untuk tanaman. Dengan demikian, pemasangan dinding pengaman ini akan membantu menekan biaya pestisida. Selain untuk mencegah masuknya serangga perusak tanaman, dinding pengaman juga berfungsi sebagai penahan tiupan angin kencang yang bisa merusak dan merobohkan tanaman serta akan mempercepat penyebaran hama dan penyakit yang ada dirumah naungan Metode penghitungan penyusunan alat yang digunakan adalah metode penyusutan garis lurus. Nilai penyusutan peralatan pertanian yang digunakan dalam usahatani daun potong Dracaena pada PT Pesona Daun Mas Asri dalam satu tahun dapat dilihat pada Tabel 21.
91
Tabel 21. Nilai Penyusutan Peralatan Pertanian Usahatani Daun Potong Dracaena pada PT Pesona Daun Mas Asri dalam Satu Tahun Keterangan
Jumlah Satuan
Shading House
1
Cangkul Kored Handsprayer Arit Karung Gunting Ember Roda Garpu Total
6 6 2 6 1 2 2 1 1
Umur teknis (tahun)
Unit Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah
30 5 3 7 5 1 3 10 10 5
Harga beli (Rp)
Total Nilai (Rp)
Penyusutan per tahun (Rp)
49.956.000 30.000 25.000 385.000 27.000 1.000 38.500 70.000 140.000 90.000 50.762.500
49.956.000 180.000 150.000 770.000 162.000 1.000 77.000 140.000 140.000 90.000 51.666.000
1.665.200 36.000 50.000 110.000 32.400 1.000 25.667 14.000 14.000 18.000 1.966.267
6.2.2.2 Subsistem Budidaya Dracaena A. Persiapan Lahan dan Penanaman Budidaya daun potong Dracaena pada PT Pesona Daun Mas Asri menggunakan lahan seluas 1.760 m2 pada 42 bedengan dengan ukuran bedengan sebesar 1,2 m x 35 m (42 m2). Lahan yang akan digunakan untuk budidaya daun potong Dracaena terlebih dahulu harus dilakukan pembersihan rumput dan gulma agar lahan menjadi bersih dan bebas dari hama. Setelah lahan bersih, kemudian tanah digemburkan dengan menggunakan cangkul dan garpu tanah untuk memperlancar sirkulasi udara dalam tanah. Setelah tanah digemburkan selanjutnya diberikan dolomit untuk menetralkan pH tanah dari kondisi asam. Dolomit diberikan sebanyak 35 kg per bedengan. Kemudian tanah yang telah ditabur dolomit tersebut diaduk untuk menetralkan keasaman tanah. Selanjutnya diberikan pupuk kandang sebanyak 30 karung per bedeng dengan berat pupuk per karung 30 kg dan sekam sebanyak 15 karung dengan berat sekam per karung 25 kg. Kemudian tanah digemburkan kembali dengan cangkul sekaligus mencampur pupuk kandang dan sekam yang telah diberikan. Tanah yang telah tercampur diratakan kembali dan ditaburkan pupuk dasar berupa urea dan TSP dengan jumlah masing-masing 1,5 kg per bedeng. Pemberian 92
pupuk dasar bertujuan memberikan unsur hara yang diperlukan untuk mendukung pertumbuhan tanaman pada awal pertumbuhannya. Setelah itu diberikan furadan sebanyak 250 gram per bedeng yang bertujuan untuk membunuh bakteri-bakteri yang ada di dalam tana. Tujuan dari persiapan media tanam adalah menyiapkan tempat tumbuh dan berkembanganya akar tanaman, agar diperoleh struktur dan komposisi media tanam yang paling optimum, sehingga akar tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Sebelum melakukan penanaman terlebih dahulu tanah harus disiram satu hari sebelum tanam. Penanaman sebaiknya dilakukan pada pagi hari agar keadaan bibit masih segar. Bibit yang digunakan adalah bibit yang bebas dari hama penyakit. Penanaman dilakukan dengan memasukkan bibit ke dalam lubang tanam sedalam 15 cm dengan jarak tanam 30 cm x 30 cm. Setelah bibit selesai ditanam selanjutnya dilakukan penyiraman bibit dengan air bersih sampai air meyerap ke dalam tanah. Tenaga kerja yang digunakan untuk kegiatan persiapan lahan dan pembentukan bedengan adalah tenaga kerja laki-laki sebesar 36 HOK dengan upah Rp 20.000 per HOK. Tenaga kerja yang digunakan untuk kegiatan pemupukan dasar dan penanaman sebesar 30 HOK dengan upah Rp 25.000 per HOK. B. Pemeliharaan Kegiatan pemeliharaan daun potong Dracaena yang dilakukan oleh PT Pesona Daun Mas Asri terdiri dari beberapa aktivitas yaitu penyiraman, penyemprotan pestisida, penyiangan gulma, pembersihan daun rusak, dan pemupukan. 1. Penyiraman Sistem penyiraman di PT PDMA untuk daun potong Dracaena dilakukan secara manual. Sistem manual dengan menggunakan alat bantu selang air. Frekuensi penyiraman setiap dua hari sekali dan tergantung dari kondisi kelembaban media tumbuh (tanah dan sekam). Kegiatan penyiraman dilakukan secara bergiliran antar bedengan.
93
2. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Hama dan penyakit merupakan salah satu permasalahan didalam kegiatan budidaya yang harus ditangani secara serius agar produk yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik. Apabila penanganan terhadap hama dan penyakit lambat maka tanaman akan mengalami kerusakan yang bedampak pada menurunnya kapasitas produksi dan menurunnya permintaan terhadap produk yang dijual. Pengendalian hama dan penyakit pada PT PDMA terus mengalami perkembangan agar penggunaan obat dan penyemprotan dapat efektif dan efisien. Pengendalian hama dan penyakit untuk daun potong Dracaena dilakukan setiap satu kali seminggu atau tergantung dari kondisi lapangan, yang dibantu dnegan alat semprot 2 buah hand sprayer. Pekerja yang melakukan penyemprotan harus menggunakan masker hidung agar tidak terhirup racun yang terkandung dalam pestisida. Adapun pestisida yang digunakan adalah Antracol dengan penggunaan 3,2 gram per bulan dan Curacron dengan penggunaan 3,2 liter per bulan. Harga Antracol Rp 80.000 per 1000 gram dan Curacron Rp 95.000 per 500 ml. 3. Penyiangan Gulma Penyiangan adalah usaha yang dilakukan untuk menghilangkan tanaman penganggu (gulma). Penyiangan gulma dilakukan secara manual yaitu dicabut dengan tangan atau dengan alat bantu kored. Pencabutan gulma dilakukan dari kana dan kiri bedengan supaya bedengan tidak terinjak. Hal ini menghindari pemadatan media tanam di dalam bedengan. Penyiangan dapat dilakukan bersamaan dengan pemangkasan dan pemeliharaan daerah sekitar bedengan. Pemeliharaan tersebut yaitu membersihkan kotoran-kotoran seperti sampah, lumut yang menempel di lantai sekitar bedengan. Penyiangan dilakukan setiap seminggu sekali. 4. Pembersihan Daun Rusak Pemangkasan dilakukan dengan memotong batang dekat permukaan tanah pada tanaman yang rusak karena patah, terserang hama dan penyakit ataupun karena terlalu tua dengan menggunakan gunting. Hal ini dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit ke seluruh tanaman dan diharapkan akan tumbuh tunas baru 94
dekat dengan pemangkasan. Tanaman yang telah dipangkas dikumpulkan dalam kantong sampah kemudian dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuat pupuk kompos. 5. Pemupukan Pemupukan dasar dilakukan sebelum penanaman dan setelah tanah digemburkan dengan menggunakan cangkul atau garpu tanah. Pupuk dasar yang diberikan berupa pupuk organik dan pupuk non-organik. Pupuk oganik yang diberikan adalah kotoran sapi dengan jumlah 30 karung per bedeng. Pupuk non-organik yang diberikan adalah pupuk urea dan TSP dengan jumlah masin-masing 1,5 kg per bedeng atau 63 kg per bulan. Pupuk lanjutan diberikan sepuluh hari setelah tanam dan selanjutnya diberikan setiap satu bulan sekali. C. Pemanenan Daun potong yang dipanen pada PT Pesona Daun Mas Asri hanya yang memenuhi kriteria layak jual, sedangkan yang tidak layak jual dibiarkan tetap tumbuh untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Ukuran, waktu dan jumlah tanaman yang akan dipanen ditentukan dari permintaan konsumen yang memesan. Namun, standar panen untuk jenis tanaman Dracaena adalah umur 3-4 bulan setelah bibit ditanam. Setiap panen, batang yang bisa diambil sekitar 3-5 tangkai daun. Panen dilakukan dengan menggunakan gunting pangkas. Jenis daun potong Dracaena pada PT PDMA memiliki ukuran panen yaitu ukuran small (S), medium (M), dan large (L). Ukuran small disebut sempalan berukuran kurang dari 40 cm, medium berukuran 40-50 cm, dan large berukuran 60-70 cm. D. Pasca Panen Daun yang sudah dipanen perlu mendapatkan penanganan lebih lanjut agar produk tidak tidak mudah rusak dan layu apabila didiamkan terlalu lama. Setelah daun dipanen, kemudian daun tersebut perlu dibersihkan terlebih dahulu dengan cara pencucian untuk menghilangkan kotoran, debu, dan juga pestisida yang masih
95
melekat pada tanaman. Pencucian dilakukan dengan cara mencuci daun dengan air bersih dan menggunaka alat bantu spon. Setelah dicuci, daun diikat dengan jumlah 10 tangkai daun per ikat. Kemudian didiamkan agar cepat kering sebelum diberikan kepada bagian pasca panen. Pengemasan daun potong Draacena menggunakan kertas koran dan karet dengan cara melingkarkan kertas koran pada tanaman dan tangkai yang telah diikat dnegan karet. Kegiatan pengemasan dengan kertas koran ini bertujuan untuk melindungi tanaman dari kerusakan sehingga kualitas tertap terjaga. Daun yang telah dikemas kemudian direndam dengan cara diletakkan dalam posisi tegak di dalam ember yang berisi air supaya batang daun terendam air. Hal ini betujuan untuk mempertahankan kesegaran daun dan daun tidak mudah layu. 6.2.2.3 Analisis Pendapatan Usahatani Daun Potong Dracaena PT Pesona Daun Mas Asri PT Pesona Daun Mas Asri mengusahakan lahan untuk menanam daun potong Dracaena seluas 1.760 m2. Data usahatani musim tanam yang dianalisis adalah bulan Juni 2008 -
Juni 2009. Jenis tanaman Dracaena yang dipanen berdasarkan
permintaan konsumen. Oleh karena itu, penerimaan setiap bulan berbeda-beda sesuai dengan jumlah yang dipanen. Data penjualam Dracaena di PDMA pada bulan Juni 2008 – Juni 2009 dapat dilihat pada Tabel 22.
96
Tabel 22. Data Penjualan Daun Potong Dracaena di PT Pesona Daun Mas Asri pada Bulan Juni 2008 – Juli 2009 Periode Jun-08 Jul-08 Agust-08 Sep-08 Okt-08 November 2008
Des-08
Jan-09
Feb-09
Mar-09
Apr-09
Mei-09
Jun-09
Total Penerimaan
Ukuran L M S L M S L M S L M S L M S L M S L M S L M S
Jumlah (ikat) 895 3.051 239 923 2.835 240 905 2.903 209 912 3.073 167 874 2.911 128 853 1.897 41 1.035 2.519 143 1.124 2.511 148
Harga (Rp) 7.000 6.000 2.500 7.000 6.000 2.500 7.000 6.000 2.500 7.000 6.000 2.500 7.000 6.000 2.500 7.000 6.000 2.500 7.000 6.000 2.500 7.000 6.000 2.500
Penerimaan (Rp) 6.265.000 18.306.000 597.500 6.461.000 17.010.000 600.000 6.335.000 17.418.000 522.500 6.384.000 18.438.000 417.500 6.118.000 17.466.000 320.000 5.971.000 11.382.000 102.500 7.245.000 15.114.000 357.500 7.868.000 15.066.000 370.000 186.134.500
Penerimaan Dracaena baru ada pada bulan November 2008. Hal ini karena dari bulan Juni 2008 hingga Oktober 2008 merupakan kegiatan pengolahan lahan dan proses penanaman. Baru pada bulan ke empat setelah bibit ditanam, daun dapat dipanen secara kontinyu. Daun potong Dracaena yang dijual dalam satuan ikat, dengan jumlah per ikat adalah sepuluh tangkai daun dan dibedakan atas tiga ukuran. Harga jual untuk setiap ukuran adalah tetap untuk setiap bulannya, yaitu ukuran L seharga Rp 7.000 per ikat, ukuran M seharga Rp 6.000 per ikat, dan ukuran S seharga Rp 2.500 per ikat.
97
Biaya atau pengeluaran usahatani adalah nilai penggunaan faktor-faktor produksi dalam melakukan proses produksi usahatani. Biaya dalam usahatani dibedakan menjadi biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Biaya tunai usahatani merupakan pengeluaran tunai yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk pembelian barang dan jasa bagi usahataninya, sedangkan biaya diperhitungkan merupakan pengeluaran yang secara tidak tunai dikeluarkan oleh perusahaan. Biaya yang tergolong biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan untuk biaya bibit, pupuk, pestisida, pajak lahan, biaya pemasaran dan biaya untuk membayar tenaga kerja,s edangkan yang termasuk biaya diperhitungkan adalah biaya untuk sewa lahan, dan biaya penyusutan alat. Pendapatan usahatani didapatkan dengan cara mengurangkan penerimaan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan. Pendapatan usahatani daun potong Dracaena di PT Pesona Daun Mas Asri disajikan pada Tabel 23. Selain menghitung pendapatan usahatani daun potong Dracaena per luasan lahan yang diusahakan oleh PT PDMA, pendapatan usahatani juga dihitung per hektar agar nantinya bisa dibandingkan dengan Kelompok Tani Al-Busyro Florist. Hasil analisis pendapatan usahatani daun potong Dracaena di PT PDMA yang dikonversi per hektar tidak jauh berbeda dengan yang dihitung berdasarkan perluasan lahan. Penerimaan tunai usahatani diperoleh dari hasil kali antara produksi Dracaena yang dijual dengan harga jualnya. Produksi Dracaena dalam satu tahun yang dijual oleh perusahaan untuk ukuran L (Large) adalah sebesar 7.521 ikat dengan harga jual sebesar Rp 7.000 per ikat, untuk ukuran M (Medium) adalah sebesar 21.700 ikat dengan harga jual sebesar Rp 6.000, dan untuk ukuran S (small) adalah sebesar 1.315 ikat dengan harga jual sebesar Rp 2.500 per ikat. Total penerimaan yang diperoleh perusahaan dari produksi daun potong Dracaena dalam satu tahun adalah sebesar Rp 186.134.500.
98
Tabel 23. Pendapatan Usahatani PT Pesona Daun Mas Asri untuk Daun Potong Dracaena pada Bulan Juni 2008 – Juni 2009 Harga/satuan (Rp)
Volume
Nilai Real (Rp)
Nilai Per Ha (Rp)
ikat ikat ikat
7.000 6.000 2.500
7.521 21.700 1.315
52.647.000 130.200.000 3.287.500 186.134.500
298.452.000 738.096.000 18.637.500 1.055.185.500
polybag
3.500
22.680
79.380.000
449.998.500
kg kg liter karung karung bungkus karung
3.000 3.700 15.000 5.500 15.000 19.000 1.000
330 330 110 1.260 42 10 900
990.000 1.221.000 1.650.000 6.930.000 630.000 190.000 900.000
5.613.000 6.922.700 9.360.000 39.286.500 3.570.000 1.083.000 5.102.000
gram gram
80 190
35 35
2.800 6.650
15.840 37.620
HOK HOK HOK HOK HOK HOK HOK
25.000 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000
36 36 30 30 792 192 56
-
-
900.000 900.000 750.000 750.000 19.800.000 4.800.000 1.400.000 3.265.856 882.000 125.348.306
5.100.000 5.100.000 4.250.000 4.250.000 112.250.000 27.200.000 7.925.000 18.513.923 5.000.000 710.578.083
1.000
1.764
1.966.267 1.764.000 3.730.267 129.078.573 60.786.194 57.055.927 1,48 1,44 0,48 0,44
3.357.300 10.000.000 13.357.300 723.935.383 344.607.417 331.250.117 1,48 1,46 0,48 0,46
Uraian A
B
C D E F G H I
Penerimaan 1.Ukuran L 2.Ukura M 3.Ukuran S Total Penerimaan Biaya Usahatani B.1.Biaya Tunai 1.Bibit 2.Pupuk : a.Urea b.TSP c.Multitonik d.Pupuk Kandang e.Dolomit f.Furadan g.Sekam 3.Pestisida: a.Antrakol b.Curacron 4.Tenaga Kerja: a.Persiapan lahan b.Pembentukan bedengan c.Pemupukan dasar d.Penanaman bibit e.Pemeliharaan f.Panen g.Pasca Panen 5.Biaya pemasaran 6.Pajak Lahan Total Biaya Tunai B.2.Biaya Diperhitungkan 1.Penyusutan Alat 2.Sewa Lahan (lahan milik sendiri) Total Biaya diperhitungkan Total Biaya Usahatani (B1+B2) Pendapatan atas biaya tunai (A-B1) Pendapatan atas biaya total (A-C) R/C rasio atas biaya tunai (A/B1) R/C rasio atas biaya total (A/C) B/C rasio atas biaya tunai (D/B1 B/C rasio atas biaya total (E/C)
Satuan
-
m2
Total biaya usahatani yang dikeluarkan perusahaan dalam satu tahun adalah sebesar Rp 129.078.573 dengan pengeluaran terbesar yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk usahatani daun potong Dracaena ini adalah untuk pembelian bibit yaitu sebesar Rp 79.380.000. Pengeluaran terbesar kedua adalah untuk biaya tenaga
99
kerja yaitu sebesar Rp 29.300.000 dalam satu tahun. Besarnya biaya untuk faktor produksi tenaga kerja ini disebabkan karena tanaman daun Dracaena membutuhkan perawatan yang cukup intensif mulai dari pengolahan lahan, pemeliharaan tanaman seperti pemupukan, penyiangan dan pemberantasan hama dan penyakit. Pengeluaran terbesar selanjutnya adalah untuk pembelian pupuk kimia, pupuk kandang dan sekam yaitu sebesar Rp 12.511.000 dalam satu tahun. Besarnya biaya untuk faktor produksi pupuk disebabkan karena pupuk dapat memberikan unsurunsur hara yang diperlukan oleh tanaman Dracaena untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan dan juga untuk menghasilkan produksi yang lebih baik. Pengeluaran terbesar keempat adalah biaya pemasaran sebesar Rp 3.265.856 dalam satu tahun yang dihitung berdasarkan pesentase lahan Dracaena dengan lahan keseluruhan perusahaan yang digarap. Persentase daun potong Dracaena adalah 5,87 % dari 3 ha lahan perusahaan yang dibudidayakan. Biaya pemasaran yang dihitung terdiri dari penggunaan karet, penyusutan mobil box, bensin, dan upah supir. Biaya untuk sewa lahan yaitu sebesar Rp 1.764.000 dalam satu tahun. Sewa lahan merupakan komponen biaya yang diperhitungkan karena perusahaan menggarap lahan sendiri. Pengeluaran untuk pembelian pestisida adalah sebesar Rp 9.450 dalam satu tahun, sedangkan biaya pajak lahan untuk satu tahun seluas lahan garapan Dracaena yang harus dibayar perusahaan adalah sebesar Rp 882.000. Untuk mendukung produksi daun potong Dracaena diperlukan peralatan pendukung untuk kegiatan usahatani tersebut. Alat-alat yang sering digunakan adalah cangkul, kored, handsprayer, arit, gunting, ember, sumur, garpu, selang air, pompa air dan kereta dorong. Selain peralatan, jenis daun potong ini membutuhkan shading house dalam budidayanya. Nilai penyusutan alat-alat yang digunakan tersebut adalah sebesar Rp 1.966.267 dalam satu tahun. Total biaya usahatani daun potong Dracaena yang dikeluarkan PT Pesona Daun Mas Asri untuk satu tahun adalah sebesar Rp 129.078.573 yang terdiri dari total biaya tunai sebesar Rp 125.348.306 dan total biaya diperhitungkan sebesar Rp 3.730.267. Pendapatan atas biaya tunai usahatani diperoleh dengan mengurangi total penerimaan dengan total biaya tunai, maka diperoleh pendapatan atas biaya tunai 100
sebesar Rp 60.786.194. Pendapatan atas biaya total diperoleh setelah total penerimaan dikurangi dengan total biaya usahatani, maka diperoleh pendapatan atas biaya total sebesar Rp 57.055.927. Hasil analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C ratio analysis) menunjukkan bahwa usahatani ini memiliki penerimaan yang lebih besar dibanding biaya usahatani, hal ini ditunjukkan oleh nilai R/C rasio lebih besar dari satu. Nilai R/C rasio atas biaya tunai adalah sebesar 1,48, artinya bahwa setiap Rp 1,00 biaya tunai yang dikeluarkan perusahaan untuk jenis daun Dracaena akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,48. Dengan memasukkan biaya yang diperhitungkan sebagai komponen biaya total, maka nilai R/C rasio atas biaya total adalah sebesar 1,44, artinya setiap Rp 1,00 biaya total yang dikeluarkan perusahaan untuk jenis daun Dracaena dapat menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,44. Nilai R/C rasio yang lebih besar dari satu menunjukkan bahwa usahatani daun potong Dracaena di PT Pesona Daun Mas Asri layak untuk diusahakan. Hasil analisis imbangan keuntungan dan biaya (B/C Ratio) menunjukkan bahwa usahatani ini memiliki keuntungan yang lebih besar dibanding biaya usahatani. Nilai B/C rasio atas biaya tunai adalah sebesar 0,48, artinya bahwa setiap Rp 1,00 biaya tunai yang dikeluarkan perusahaan untuk jenis daun Dracaena akan memperoleh keuntungan sebesar Rp 0,48. Nilai B/C rasio atas biaya total adalah sebesar 0,44, artinya setiap Rp 1,00 biaya total yang dikeluarkan untuk jenis daun Dracaena dapat menghasilkan keuntungan sebesar Rp 0,44. 6.2.3 Analisis Usahatani Philodendron selloum pada PT Pesona Daun Mas Asri 6.2.3.1 Subsistem Sarana Produksi Philodendron selloum A. Bibit Bibit Philodendron selloum diperoleh dari pemasok bibit di daerah Parung. Bibit yang ditanam adalah bibit dengan kondisi yang baik dan bebas dari hama dan penyakit dengan ukuran bibit 25 cm. Jumlah bibit yang ditanam pada luas lahan 2.270 m2 adalah 8.100 bibit dengan jarak tanam 40 cm x 40 cm. PT PDMA membeli bibit dari pemasok secara tunai sehingga bibit termasuk biaya tunai. Harga bibit
101
Philodendron selloum adalah Rp 3.500 per polybag. Tanaman Pilodendron selloum akan terus tumbuh bertahun-tahun tergantung dengan pemeliharaan yang dilakukan. Oleh karena itu, biaya tunai yang dikeluarkan untuk membeli bibit hanya dikeluarkan pada tahun pertama. Untuk selanjutnya bisa langsung dipanen setiap bulan dan perusahaan hanya mengeluarkan biaya pemeliharaan. B. Pupuk Pemupukan dasar dilakukan sebelum penanaman dan setelah tanah digemburkan dengan menggunakan cangkul atau garpu tanah. Pupuk dasar yang diberikan berupa pupuk organik dan pupuk non-organik. Pupuk organik yang diberikan adalah kotoran sapi dengan jumlah 1.620 karung atau 30 karung per bedeng dengan harga Rp 5.500 per karung. Sedangkan pupuk non-organik yang diberikan adalah pupuk urea dan TSP. Pupuk lanjutan diberikan 10 hari setelah tanam dengan jumlah masing-masing 81 kg per bulan. Harga pupuk urea Rp 3.000 per kg dan harga pupuk TSP Rp 3.700 per kg. Pupuk diberikan dengan cara sebar rata (broad cast) di sekitar lubang tanam. Selain itu, pupuk cair yang diberikan adalah Multitonik dengan jumlah 3,2 liter per bulan dengan harga Rp 15.000 per liter. C. Tenaga Kerja Untuk kegiatan pengolahan tanah dan pembuatan bedengan menggunakan tenaga kerja pria dengan jumlah 48 HOK per tahun. Kegiatan pemupukan dasar dan penanaman bibit menggunakan tenaga kerja laki-laki dengan jumlah 30 HOK per tahun Kegiatan tersebut membutuhkan waktu rata-rata 30 hari dan pemeliharaan dimulai pada bulan kedua setelah penanam. Kegiatan pemeliharaan menggunakan tenaga wanita dengan jumlah 96 HOK per bulan. Penggunaan tenaga kerja untuk kegiatan panen sebanyak 24 HOK tenaga kerja pria per bulan. Kegiatan pasca panen menggunakan tenaga kerja wanita sebanyak 7 HOK per bulan dengan harga upah Rp 25.000 per HOK.
102
D. Alat-Alat Pertanian Jenis alat pertanian yang digunakan dalam kegiatan usahatani daun potong Philodendron selloum meliputi cangkul, garpu, kored, handsprayer, arit, karung, gunting, kereta dorong, dan ember. Cangkul dan garpu digunakan untuk menggemburkan tanah. Kored dan arit digunakan untuk penyiangan tanaman penganggu dan pembersihan daun rusak. Handsprayer digunakan sebagai alat semprot untuk penyiraman dan pengendalian hama dan penyakit. Gunting digunakan untuk memanen batang daun dan karung digunakan sebagai alas daun yang telah dipanen agar tidak kotor terkena tanah. Kereta dorong digunakan untuk mengangkut daun yang telah dipanen dan dicuci ke tempat pasca panen. Ember digunakan sebagai tempat penyimpanan daun yang telah dipanen sampai ke tempat konsumen. Metode penghitungan penyusunan alat yang digunakan adalah metode penyusutan garis lurus. Nilai penyusutan peralatan pertanian yang digunakan dalam usahatani daun potong Dracaena pada PT Pesona Daun Mas Asri dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24. Nilai Penyusutan Peralatan Pertanian Usahatani Daun Potong Philodendron selloum pada PT Pesona Daun Mas Asri dalam Satu Tahun
Keterangan Cangkul Kored Handsprayer Arit Karung Gunting Ember Roda Garpu Total
Jumlah (buah)
Umur teknis (tahun)
8 8 2 8 4 2 6 1 2
5 3 7 5 1 3 10 10 5
Harga beli (Rp) 30.000 25.000 385.000 27.000 1.000 38.500 70.000 140.000 90.000
Total Nilai (Rp) 240.000 200.000 770.000 216.000 4.000 77.000 420.000 140.000 180.000 2.247.000
Penyusutan per tahun (Rp) 48.000 66.667 110.000 43.200 4.000 25.667 42.000 14.000 36.000 389.533
103
6.2.3.2 Subsistem Budidaya Philodendron selloum A. Persiapan Lahan dan Penanaman Budidaya daun potong Philodendron selloum pada PT Pesona Daun Mas Asri menggunakan lahan seluas 2.270 m2 pada 54 bedengan dengan ukuran bedengan sebesar 1,2 m x 35 m (42 m2). Lahan yang akan digunakan untuk budidaya daun potong Philodendron selloum terlebih dahulu harus dilakukan pembersihan rumput dan gulma agar lahan menjadi bersih dan bebas dari hama. Setelah lahan bersih, kemudian tanah digemburkan dengan menggunakan cangkul dan garpu tanah untuk memperlancar sirkulasi udara dalam tanah. Setelah tanah digemburkan selanjutnya diberikan dolomit untuk menetralkan pH tanah dari kondisi asam. Dolomit diberikan sebanyak 35 kg per bedengan. Kemudian tanah yang telah ditabur dolomit tersebut diaduk untuk menetralkan keasaman tanah. Selanjutnya diberikan pupuk kandang sebanyak 30 karung per bedeng dengan berat pupuk per karung 30 kg dan sekam sebanyak 15 karung dengan berat sekam per karung 25 kg. Kemudian tanah digemburkan kembali dengan cangkul sekaligus mencampur pupuk kandang dan sekam yang telah diberikan. Tanah yang telah tercampur diratakan kembali dan ditaburkan pupuk dasar berupa urea dan TSP dengan jumlah masing-masing 1,5 kg per bedeng. Pemberian pupuk dasar bertujuan memberikan unsur hara yang diperlukan untuk mendukung pertumbuhan tanaman pada awal pertumbuhannya. Setelah itu diberikan furadan sebanyak 250 gram per bedeng yang bertujuan untuk membunuh bakteri-bakteri yang ada di dalam tana. Tujuan dari persiapan media tanam adalah menyiapkan tempat tumbuh dan berkembanganya akar tanaman, agar diperoleh struktur dan komposisi media tanam yang paling optimum, sehingga akar tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Sebelum melakukan penanaman terlebih dahulu tanah harus disiram satu hari sebelum tanam. Penanaman sebaiknya dilakukan pada pagi hari agar keadaan bibit masih segar. Bibit yang digunakan adalah bibit yang bebas dari hama penyakit. Penanaman dilakukan dengan memasukkan bibit ke dalam lubang tanam sedalam 20 cm dengan jarak tanam 40 cm x 40 cm. Setelah bibit selesai ditanam selanjutnya dilakukan penyiraman bibit dengan air bersih sampai air meyerap ke dalam tanah. 104
Tenaga kerja yang digunakan untuk kegiatan persiapan lahan dan pembentukan bedengan adalah tenaga kerja laki-laki sebesar 48 HOK dengan upah Rp 25.000 per HOK. Tenaga kerja yang digunakan untuk kegiatan pemupukan dasar dan penanaman sebesar 30 HOK dengan upah Rp 25.000 per HOK. B. Pemeliharaan Kegiatan pemeliharaan daun potong Philodendron selloum yang dilakukan oleh PT Pesona Daun Mas Asri terdiri dari beberapa aktivitas yaitu penyiraman, penyemprotan pestisida, penyiangan gulma, pembersihan daun rusak, dan pemupukan. 1. Penyiraman Sistem penyiraman di PDMA untuk daun potong Philodendron selloum dilakukan secara manual. Sistem manual dengan menggunakan alat bantu selang air. Frekuensi penyiraman setiap dua hari sekali dan tergantung dari kondisi kelembaban media tumbuh (tanah dan sekam). Kegiatan penyiraman dilakukan secara bergiliran antar bedengan. 2. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Hama dan penyakit merupakan salah satu permasalahan didalam kegiatan budidaya yang harus ditangani secara serius agar produk yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik. Apabila penanganan terhadap hama dan penyakit lambat maka tanaman akan mengalami kerusakan yang berdampak pada menurunnya kapasitas produksi dan menurunnya permintaan terhadap produk yang dijual. Pengendalian hama dan penyakit pada PDMA terus mengalami perkembangan agar penggunaan obat dan penyemprotan dapat efektif dan efisien. Pengendalian hama dan penyakit untuk daun potong Philodendron selloum dilakukan setiap satu kali seminggu atau tergantung dari kondisi lapangan, yang dibantu dengan alat semprot 2 buah hand sprayer. Pekerja yang melakukan penyemprotan harus menggunakan masker hidung agar tidak terhirup racun yang terkandung dalam pestisida. Adapun pestisida yang digunakan adalah Antracol dengan penggunaan 3,2 gram per bulan
105
dan Curacron dengan penggunaan 3,2 liter per bulan. Harga Antracol Rp 80.000 per 1000 gram dan Curacron Rp 95.000 per 500 ml. 3. Penyiangan Gulma Penyiangan adalah usaha yang dilakukan untuk menghilangkan tanaman penganggu (gulma). Penyiangan gulma dilakukan secara manual yaitu dicabut dengan tangan atau dengan alat bantu kored. Pencabutan gulma dilakukan dari kanan dan kiri bedengan supaya bedengan tidak terinjak. Hal ini menghindari pemadatan media tanam di dalam bedengan. Penyiangan dapat dilakukan bersamaan dengan pemangkasan dan pemeliharaan daerah sekitar bedengan. Pemeliharaan tersebut yaitu membersihkan kotoran-kotoran seperti sampah, lumut yang menempel di lantai sekitar bedengan. Penyiangan dilakukan setiap seminggu sekali. 4. Pembersihan Daun Rusak Pemangkasan dilakukan dengan memotong batang dekat permukaan tanah pada tanaman yang rusak karena patah, terserang hama dan penyakit ataupun karena terlalu tua dengan menggunakan gunting. Hal ini dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit ke seluruh tanaman dan diharapkan akan tumbuh tunas baru dekat dengan pemangkasan. Tanaman yang telah dipangkas dikumpulkan dalam kantong sampah kemudian dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuat pupuk kompos. 5. Pemupukan Pemupukan dasar dilakukan sebelum penanaman dan setelah tanah digemburkan dengan menggunakan cangkul atau garpu tanah. Pupuk dasar yang diberikan berupa pupuk organik dan pupuk non-organik. Pupuk oganik yang diberikan adalah kotoran sapi dengan jumlah 30 karung per bedeng. Pupuk non-organik yang diberikan adalah pupuk urea dan TSP dengan jumlah masin-masing 1,5 kg per bedeng atau 81 kg per bulan. Pupuk lanjutan diberikan 10 hari setelah tanam dan selanjutnya diberikan setiap satu bulan sekali.
106
C. Pemanenan Daun potong yang dipanen pada PT Pesona Daun Mas Asri hanya yang memenuhi kriteria layak jual, sedangkan yang tidak layak jual dibiarkan tetap tumbuh untuk mendukung pertmbuhan tanaman. Ukuran, waktu dan jumlah tanaman yang akan dipanen ditentukan dari permintaan konsumen yang memesan. Namun, standar panen untuk jenis tanaman Philidendron selloum adalah umur 2 bulan setelah bibit ditanam. Setiap panen, batang yang bisa diambil sekitar 3-5 batang. Panen dilakukan dengan menggunakan gunting pangkas. Jenis daun potong Philodendron selloum pada PT PDMA memiliki ukuran panen yaitu ukuran small (S), medium (M), dan large (L). Ukuran small berukuran 40-50 cm, medium berukuran 60-70 cm, dan large berukuran 70-80 cm. D. Pasca Panen Daun yang sudah dipanen perlu mendapatkan penanganan lebih lanjut agar produk tidak tidak mudah rusak dan layu apabila didiamkan terlalu lama. Setelah daun dipanen, kemudian daun tersebut perlu dibersihkan terlebih dahulu dengan cara pencucian untuk menghilangkan kotoran, debu, dan juga pestisida yang masih melekat pada tanaman. Pencucian dilakukan dengan cara mencuci daun dengan air bersih dan menggunakan alat bantu spon. Setelah dicuci, daun diikat dengan jumlah sepuluh lembar per ikat. Kemudian didiamkan agar cepat kering sebelum diberikan kepada bagian pasca panen. Pengemasan daun potong Philodendron selloum menggunakan karet dengan cara mengikat batang daun. Daun yang telah dikemas kemudian direndam dengan cara diletakkan dalam posisi tegak di dalam ember yang berisi air supaya batang daun terendam air. Hal ini betujuan untuk mempertahankan kesegaran daun dan daun tidak mudah layu.
107
6.2.3.3 Analisis Pendapatan Usahatani Daun Potong Philodendron selloum PT Pesona Daun Mas Asri PT Pesona Daun Mas Asri mengusahakan lahan untuk menanam daun potong Dracaena seluas 1.760 m2. Data usahatani musim tanam yang dianalisis adalah bulan Juni 2008 -
Juni 2009. Penerimaan usahatani merupakan hasil perkalian antara
jumlah produksi total daun potong Philodendron selloum dengan harga jual dari hasil produksi tersebut. Jenis tanaman Philodendron selloum yang dipanen berdasarkan permintaan konsumen. Oleh karena itu, penerimaan setiap bulan berbeda-beda sesuai dengan jumlah yang dipanen. Data penjualam Philodendron selloum di PDMA pada bulan Juni 2008 – Juni 2009 dapat dilihat pada Tabel 25. Penerimaan Philodendron selloum baru ada pada bulan September 2008. Hal ini karena dari bulan Juni 2008 hingga Agustus 2008 merupakan kegiatan pengolahan lahan dan proses penanaman. Baru pada bulan ke dua setelah bibit ditanam, daun dapat dipanen secara kontinyu. Daun potong Philodendron selloum yang dijual dibedakan atas tiga ukuran. Harga jual untuk setiap ukuran adalah tetap untuk setiap bulannya, yaitu ukuran L seharga Rp 6.000 per ikat, ukuran M seharga Rp 5.000 per ikat, dan ukuran S seharga Rp 4.000 per ikat. Satu ikat terdiri dari sepuluh tangkai daun.
108
Tabel 25. Data Penjualan Daun Potong Philodendron selloum di PT Pesona Daun Mas Asri pada Bulan Juni 2008 – Juni 2009 Periode Jun-08 Jul-08 Agust-08 Sep-08
Okt-08
November 2008
Des-08
Jan-09
Feb-09
Mar-09
Apr-09
Mei-09
Jun-09 Total Penerimaan
Ukuran L M S L M S L M S L M S L M S L M S L M S L M S L M S L M S
Jumlah (ikat) 492 2.483 187 475 2.591 146 388 2.489 98 356 2.483 108 317 2.481 88 321 2.368 82 327 2.316 49 343 2.365 42 297 2.276 191 207 2.290 93 28.749
Harga (Rp) 6.000 5.000 4.000 6.000 5.000 4.000 6.000 5.000 4.000 6.000 5.000 4.000 6.000 5.000 4.000 6.000 5.000 4.000 6.000 5.000 4.000 6.000 5.000 4.000 6.000 5.000 4.000 6.000 5.000 4.000
Penerimaan (Rp) 2.952.000 12.415.000 748.000 2.850.000 12.955.000 584.000 2.328.000 12.445.000 392.000 2.136.000 12.415.000 432.000 1.902.000 12.405.000 352.000 1.926.000 11.840.000 328.000 1.962.000 11.580.000 196.000 2.058.000 11.825.000 168.000 1.782.000 11.380.000 764.000 1.242.000 11.450.000 372.000 146.184.000
Biaya atau pengeluaran usahatani adalah nilai penggunaan faktor-faktor produksi dalam melakukan proses produksi usahatani. Biaya dalam usahatani dibedakan menjadi biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Biaya tunai usahatani merupakan pengeluaran tunai yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk pembelian barang dan jasa bagi usahataninya, sedangkan biaya diperhitungkan merupakan 109
pengeluaran yang secara tidak tunai dikeluarkan oleh perusahaan. Biaya yang tergolong biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan untuk biaya bibit, pupuk, pestisida, pajak lahan, biaya pemasaran dan biaya untuk membayar tenaga kerj, sedangkan yang termasuk biaya diperhitungkan adalah biaya untuk sewa lahan, dan biaya penyusutan alat. Pendapatan usahatani didapatkan dengan cara mengurangkan penerimaan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan. Biaya-biaya yang dikeluarkan meliputi biaya tunai dan biaya diperhitungkan yang bila dijumlahkan akan menjadi biaya total usahatani. Pendapatan atas biaya tunai usahatani diperoleh dengan mengurangi total penerimaan dengan total biaya tunai. Setelah total penerimaan dikurangi dengan total biaya usahatani maka diperoleh pendapatan atas biaya total. Pendapatan usahatani daun potong Philodendron selloum di PT Pesona Daun Mas Asri disajikan pada Tabel 26. Selain menghitung pendapatan usahatani daun potong Philodendron selloum per luasan lahan yang diusahakan oleh PT PDMA, pendapatan usahatani juga dihitung per hektar agar nantinya bisa dibandingkan dengan Kelompok Tani AlBusyro Florist. Hasil analisis pendapatan usahatani daun potong Philodendron selloum di PT PDMA yang dikonversi pe hektar tidak jauh berbeda dengan yang dihitung berdasarkan perluasan lahan. Penerimaan tunai usahatani diperoleh dari hasil kali antara produksi Philodendron selloum yang dijual dengan harga jualnya. Produksi Philodendron selloum dalam satu tahun yang dijual oleh perusahaan untuk ukuran L (Large) adalah sebesar 3.523 ikat, ukuran M (Medium) adalah sebesar 24.142 ikat, dan ukuran S (small) adalah sebesar 1.084. Total penerimaan yang diperoleh perusahaan dari produksi daun potong Philodnedron selloum dalam satu tahun adalah sebesar Rp 146.184.000.
110
Tabel 26. Pendapatan Usahatani PT Pesona Daun Mas Asri untuk Daun Potong Philodendron selloum pada Bulan Juni 2008 – Juni 2009 Uraian A
B
C D E F G H I
Penerimaan 1.Ukuran L 2.Ukuran M 3.Ukuran S Total Penerimaan Biaya Usahatani B.1.Biaya Tunai 1.Bibit 2.Pupuk : a.Urea b.TSP c.Multitonik d.Pupuk Kandang e.Dolomit f.Sekam g.Furadan 3.Pestisida: a.Antrakol b.Curacron 4.Tenaga Kerja: a.Persiapan lahan b.Pembentukan bedengan c.Pemupukan dasar d.Penanaman bibit e.Pemeliharaan f.Panen g.Pasca Panen 5.Biaya pemasaran 6.Pajak Lahan Total Biaya Tunai B.2.Biaya Diperhitungkan 1.Penyusutan Alat 2.Sewa Lahan (lahan milik sendiri) Total Biaya yang diperhitungkan Total Biaya Usahatani Pendapatan atas biaya tunai (A-B1) Pendapatan atas biaya total (A-C) R/C rasio atas biaya tunai (A/B1) R/C rasio atas biaya total (A/C) B/C rasio atas biaya tunai (D/B1) B/C rasio atas biaya total (E/C)
Satuan
Harga/satuan (Rp)
Volume
Nilai Real (Rp)
Nilai Per Ha (Rp)
ikat ikat ikat
6.000 5.000 4.000
3.523 24.142 1.084
21.138.000 120.710.000 4.336.000 146.184.000
93.204.000 532.230.000 19.120.000 644.554.000
pohon
3.500
8.100
28.350.000
124.999.000
3.000 3.700 15.000 5.500 15.000 1.000 19.000
891 891 33 1.620 54 810 13
2.673.000 3.296.700 495.000 8.910.000 810.000 810.000 247.000
11.787.000 14.537.300 2.190.000 39.286.500 3.570.000 3.571.000 1.083.000
gram liter
80 190
33 33
2.640 6.270
11.680 27.740
HOK HOK HOK HOK HOK HOK HOK
25.000 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000
48 48 30 30 1.056 240 70
-
-
1.200.000 1.200.000 750.000 750.000 26.400.000 6.000.000 1.750.000 4.651.720 1.134.000 89.436.330
5.300.000 5.300.000 3.300.000 3.300.000 114.125.000 26.450.000 7.725.000 18.459.206 5.000.000 390.022.426
1.000
2.268
389.533 2.268.000 2.657.533 92.093.863 56.747.670 54.090.137 1,63 1,59 0,63 0,59
1.719.167 10.000.000 11.719.167 401.741.593 254.531.574 242.812.407 1,65 1,60 0,65 0,60
kg kg liter karung karung karung bungkus
-
m2
Total biaya usahatani yang dikeluarkan perusahaan dalam satu tahun adalah sebesar Rp 92.093.863 dengan pengeluaran terbesar yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk usahatani daun potong Philodendron selloum ini adalah untuk biaya tenaga kerja yaitu sebesar Rp 38.050.000 dalam satu tahun. Besarnya biaya 111
untuk faktor produksi tenaga kerja ini disebabkan karena tanaman daun Philodendron selloum membutuhkan perawatan yang cukup intensif mulai dari pengolahan lahan, pemeliharaan tanaman seperti pemupukan, penyiangan dan pemberantasan hama dan penyakit. Pengeluaran terbesar kedua adalah untuk pembelian bibit yaitu sebesar Rp 28.350.000. Pengeluaran terbesar selanjutnya adalah untuk pembelian pupuk kimia, pupuk kandang dan sekam yaitu sebesar Rp 17.241.700 dalam satu tahun. Besarnya biaya untuk faktor produksi pupuk disebabkan karena pupuk dapat memberikan unsur-unsur hara yang diperlukan oleh tanaman Philodendron selloum untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan dan juga untuk menghasilkan produksi yang lebih baik. Pengeluaran terbesar keempat adalah biaya pemasaran sebesar Rp 4.651.720 dalam satu tahun yang dihitung berdasarkan pesentase lahan Philodendron selloum dengan lahan keseluruhan perusahaan yang digarap. Persentase daun potong Philodendron selloum adalah 7,57 % dari tiga hektar lahan perusahaan yang dibudidayakan. Biaya pemasaran yang dihitung terdiri dari penggunaan karet, penyusutan mobil box, bensin, dan upah supir. Biaya untuk sewa lahan yaitu sebesar Rp 2.268.000 dalam satu tahun. Sewa lahan merupakan komponen biaya yang diperhitungkan karena perusahaan menggarap lahan sendiri. Pengeluaran untuk pembelian pestisida adalah sebesar Rp 8.910 dalam satu tahun, sedangkan biaya pajak lahan untuk satu tahun seluas lahan garapan Dracaena yang harus dibayar perusahaan adalah sebesar Rp 1.134.000. Untuk mendukung produksi daun potong Philodendron selloum diperlukan peralatan pendukung untuk kegiatan usahatani tersebut. Alat-alat yang sering digunakan adalah cangkul, kored, handsprayer, arit, gunting, ember, sumur, garpu, selang air, pompa air dan kereta dorong. Nilai penyusutan alat-alat yang digunakan tersebut adalah sebesar Rp 389.533 dalam satu tahun. Total biaya usahatani daun potong Philodendron selloum yang dikeluarkan PT Pesona Daun Mas Asri untuk satu tahun adalah sebesar Rp 92.093.863 yang terdiri dari total biaya tunai sebesar Rp 89.436.330 dan total biaya diperhitungkan 112
sebesar Rp 2.657.533. Pendapatan atas biaya tunai usahatani diperoleh dengan mengurangi total penerimaan dengan total biaya tunai, maka diperoleh pendapatan atas biaya tunai sebesar Rp 56.747.670. Pendapatan atas biaya total diperoleh setelah total penerimaan dikurangi dengan total biaya usahatani, maka diperoleh pendapatan atas biaya total sebesar Rp 54.090.137. Hasil analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C ratio analysis) menunjukkan bahwa usahatani ini memiliki penerimaan yang lebih besar dibanding biaya usahatani, hal ini ditunjukkan oleh nilai R/C rasio lebih besar dari satu. Nilai R/C rasio atas biaya tunai adalah sebesar 1,63, artinya bahwa setiap Rp 1,00 biaya tunai yang dikeluarkan perusahaan untuk jenis daun Philodendron selloum akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,63. Dengan memasukkan biaya yang diperhitungkan sebagai komponen biaya total, maka nilai R/C rasio atas biaya total adalah sebesar 1,59, artinya setiap Rp 1,00 biaya total yang dikeluarkan perusahaan untuk jenis daun Philodendron selloum dapat menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,59. Nilai R/C rasio yang lebih besar dari satu menunjukkan bahwa usahatani daun potong Philodendron selloum di PT Pesona Daun Mas Asri layak untuk diusahakan. Hasil analisis imbangan keuntungan dan biaya (B/C Ratio) menunjukkan bahwa usahatani ini memiliki keuntungan yang lebih besar dibanding biaya usahatani. Nilai B/C rasio atas biaya tunai adalah sebesar 0,63, artinya bahwa setiap Rp 1,00 biaya tunai yang dikeluarkan perusahaan untuk jenis daun Dracaena akan memperoleh keuntungan sebesar Rp 0,63. Nilai B/C rasio atas biaya total adalah sebesar 0,59, artinya setiap Rp 1,00 biaya total yang dikeluarkan untuk jenis daun Dracaena dapat menghasilkan keuntungan sebesar Rp 0,59. 6.3 Analisis Pendapatan Usahatani Daun Potong pada Kelompok Tani AlBusyro Florist Keseluruhan lahan yang dimiliki oleh anggota Kelompok Tani Al-Busyro Florist adalah seluas 4,6 ha yang dimiliki oleh 7 orang petani. Lahan yang dimiliki tersebar dibeberapa tempat di sekitar daerah Tanah Baru. Bangunan tanam yang digunakan berupa rumah pelindung dengan kontruksi dari bambu dan paranet. Rumah
113
pelindung digunakan untuk budidaya jenis daun potong yang tidak tahan terhadap sinar matahari dan hujan secara langsung. Tanaman hias daun potong yang ditanam oleh anggota Kelompok Tani AlBusyro Florist ada tiga jenis tanaman yaitu Cordyline dengan total luas lahan 28.250 m2, Dracaena dengan total luas lahan 11.750 m2, dan Philodendron selloum dengan total luas lahan 6.000 m2. Rincian pembagian lahan pada setiap petani responden dapat dilihat pada Lampiran 4. Ketiga jenis tanaman hias daun potong ini sesuai dengan jenis daun yang diteliti pada PT Pesona Daun Mas Asri, sehingga dapat dibandingkan pendapatan usahataninya. Setiap jenis daun potong melakukan kegiatan budidaya mulai dari pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan, pemupukan hingga pemanenan dengan umur panen yang berbeda-beda. Keragaan usahatani daun potong Cordyline, Dracaena, dan Philodendron selloum dideskripsikan berdasarkan subsistem sarana produksi dan subsistem budidaya. 6.3.1. Subsistem Sarana Produksi A. Bibit Tanaman daun potong yang ditanam oleh petani di Kelompok tani Al-Busyro Florist adalah Cordyline, Dracaena dan Philodendron selloum. Bibit yang biasa digunakan petani dibeli dari kelompok tani dan pemasok bibit di Jakarta. Ukuran bibit untuk jenis tanaman Cordyline dan Dracaena adalah 20 cm, dan untuk jenis Philodendron selloum berukuran 30 cm. Jumlah bibit Cordyline yang ditanam ratarata 250.000 pohon per hektar dengan jarak tanam 15 x 15 cm. Jumlah bibit Dracaena yang ditanam rata-rata 108.000 pohon per hektar dengan jarak tanam 25 x 25 cm, sedangkan jumlah bibit Philodendron selloum yang ditanam rata-rata 60.000 polybag per hektar dengan jarak tanam 30 x 30 cm. Petani yang tergabung pada kelompok tani Al-Busyro Florist membeli bibit dari pemasok secara tunai sehingga bibit termasuk biaya tunai. Harga bibit Cordyline adalah Rp 200 per pohon, Dracaena Rp 25 per pohon, dan Philodendron selloum Rp 3000 per polybag.
114
B. Pupuk Pemupukan dasar dilakukan sebelum penanaman dan setelah tanah digemburkan dengan menggunakan cangkul. Pupuk dasar yang diberikan berupa pupuk organik dan pupuk non-organik. Pupuk organik yang diberikan adalah kotoran kambing dengan jumlah 5 karung per bedengan atau rata-rata 2.000 karung per hektar dan diberikan hanya pada sebelum bibit ditanam. Pupuk organik/kandang digunakan untuk memperbaiki struktur tanah, dan menambah unsur hara yang diperlukan oleh tanah. Pupuk kandang yang diperlukan petani disediakan oleh kelompok tani dengan harga Rp 6.000 per karung. Pupuk non-organik yang diberikana adalah pupuk urea, TSP, KCL, NPK Mutiara (hanya untuk Philodendron selloum), dan Gandasil daun. Pupuk diberikan dengan cara sebar rata (broad cast) yang dilakukan dengan tangan secara merata pada bedengan dan tidak dibedakan untuk ketiga jenis tanaman. Pupuk lanjutan diberikan 10 hari setelah tanam dan selanjutnya diberikan setiap dua minggu sekali. Pupuk urea yang diberikan untuk satu bulan rata-rata 30 kg per hektar dengan harga Rp 2.500. Selain itu petani juga memberikan pupuk TSP, KCL, dan Gandasil daun agar hasil daun lebih tahan lama dan warna lebih menarik. TSP diberikan dalam satu bulan rata-rata 15 kg per hektar dengan harga Rp 3.700 per kg. KCL diberikan dalam satu bulan rata-rata 15 kg per hektar dengan harga Rp 3.500 per kg. Khusus untuk jenis tanaman Philodendron selloum, diberikan juga pupuk NPK Mutiara dalam satu bulan rata-rata 30 kg per hektar dengan harga Rp 9.000 per kg. Pupuk cair yang digunakan adalah Gandasil daun dengan pemakaian rata-rata dalam satu bulan 150 gram per hektar dengan harga Rp 10.000 per gram. Untuk mencegah hama penyakit dari serangga atau hama lainnya, pestisida yang digunakan adalah Curacron dengan pemakaian rata-rata dalam satu bulan 170 gram per hektar dengan harga Rp 450 per gram. C. Tenaga Kerja Tenaga kerja di lokasi penelitian mudah untuk dipenuhi, karena sebagian besar pekerjaan masyarakat di daerah sekitar Kelompok Tani Al-Busyro Florist adalah buruh tani. Tenaga kerja yang digunakan dalam kegiatan tani terdiri dari
115
tenaga kerja luar keluarga dan tenaga kerja yang berasal dari anggota keluarga. Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang mempunyai pengaruh cukup besar terhadap biaya usahatani. Perhitungan biaya tenaga kerja dengan menghitung hari orang kerja (HOK) dikalikan dengan upah per HOK. Di daerah penelitian satu hari kerja berkisar lima jam yang dimulai dari jam 07.00-12.00 dengan upah Rp 20.000 per hari. Tenaga kerja yang melakukan kegiatan budidaya daun potong seluruhnya adalah tenaga kerja pria. Jumlah hari kerja yang dibutuhkan petani untuk melaksanakan suatu kegiatan usahatani dikonversikan ke jumlah HOK. Ketetapan satu HOK dalam usahatani adalah 8 jam sehingga satu hari kerja di daerah penelitian setara dengan 5/8 HOK. Demikian juga dengan upah dimana upah per hari di daerah penelitian dikonversikan ke upah per HOK. Upah tersebut merupakan upah selama lima jam kerja sehingga upah per jam Rp 4.000. Oleh karena itu upah per HOK selama 8 jam adalah Rp 32.000. Tenaga kerja dalam keluarga adalah tenaga kerja yang berasal dari anggota keluarga
petani
dan
termasuk
dalam
biaya
diperhitungkan.
Biaya
yang
diperhitungkan untuk tenaga kerja keluarga pada penelitian ini relatif sama yaitu 1 jam per hari dan upahnya disetarakan dengan upah tenaga kerja luar keluarga. Perhitungan tenaga kerja keluarga diasumsikan untuk kegiatan mengontrol kebun. Tenaga kerja keluarga yang digunakan terbatas karena kegiatan bertani daun potong bukan merupakan mata pencaharian utama petani responden. .Penggunaan tenaga kerja luar keluarga dari kegiatan pengolahan tanah, pembentukan bedengan, pemupukan dasar, penanaman bibit dan pemeliharaan. Untuk kegiatan pengolahan tanah sampai penanaman bibit dibutuhkan waktu rata-rata 30 hari dan pemeliharaan dimulai pada bulan kedua setelah penanam. Untuk kegiatan panen dan pasca panen tidak menggunakan tenaga kerja karena yang melakukan pemanenan adalah pedagang pengumpul. Hal ini bertujuan agar ukuran daun yang dipanen seragam dan dapat langsung menyortir daun yang layak dipanen. Penggunaan tenaga kerja usahatani daun potong pada setiap petani dalam satu tahun dapat dilihat pada Tabel 27.
116
Tabel 27. Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani Daun Potong per Hektar di Kelompok Tani Al-Busyro Florist dalam Satu Tahun
Kegiatan Usahatani
Pengolahan tanah Pembentukan bedengan Pemupukan dasar Penanaman bibit Pemeliharaan Total Upah per HOK Ket : LK = Luar Keluarga ;
Penggunaan Tenaga Kerja (HOK) Philodendron Cordyline Dracaena selloum LK DK LK DK LK DK 80 20 80 20 80 20 80 80 80 220 540 32.000
20 80 20 20 80 20 20 80 20 55 220 55 135 540 135 32.000 32.000 32.000 DK = Dalam Keluarga
80 80 80 220 540 32.000
20 20 20 55 135 32.000
D. Alat-Alat Pertanian Jenis alat pertanian yang digunakan dalam kegiatan usahatani daun potong Cordyline, Dracaena, dan Philodendron selloum meliputi cangkul, kored, handsprayer, arit, paranet, besi, kawat dan bambu. Cangkul digunakan untuk menggemburkan tanah. Kored dan arit digunakan untuk penyiangan tanaman penganggu dan pembersihan daun rusak. Handsprayer digunakan sebagai alat semprot untuk penyiraman dan pengendalian hama dan penyakit. Paranet, kawat, besi dan bambu merupakan bahan-bahan untuk bangunan rumah naungan yang diperlukan untuk jenis tanaman Dracaena dan Cordyline. Metode penghitungan penyusunan alat yang digunakan adalah metode penyusutan garis lurus. Hal ini dilakukan mengingat dari hasil wawancara langsung dari responden bahwa secara umum alat-alat yang digunakan dalam usahatani ini mempunyai masa pemakaian yang relatif sama.
117
6.3.2 Subsistem Budidaya A. Persiapan Lahan dan Penanaman Kegiatan persiapan lahan terdiri atas pembersihan gulma dan penggemburan tanah, pemupukan dasar dan penanaman bibit. Penggemburan tanah dilakukan dengan menggunakan cangkul. Setelah tanah digemburkan kemudian dibuat bedengan-bedengan. Lebar bedengan berkisar 1 m sedangkan panjang bedengan 25 m atau disesuaikan dengan luas lahan. Selanjutnya diberikan pupuk kandang sebanyak 5 karung per bedeng dengan berat pupuk per karung 30 kg. Kemudian tanah digemburkan kembali dengan cangkul sekaligus mencampur pupuk kandang. Tanah yang telah tercampur diratakan kembali dan ditaburkan pupuk dasar berupa urea dan TSP dengan jumlah masing-masing 1,5 kg per bedeng. Setelah tiga hari pemupukan dasar, kegiatan selanjutnya adalah penanaman bibit. Jarak tanaman Cordyline 20 x 20 cm dan ditanam dengan kedalaman tanam empat cm. Jarak tanaman Dracaena 30 x 30 cm dan ditanam dengan kedalaman tanam empat cm, sedangkan jarak tanaman untuk Philodendron selloum adalah 40 x 40 cm dan dengan kedalaman tanam 10 cm. Tenaga kerja yang digunakan untuk kegiatan pengolahan tanah, pembentukan bedengan, pembentukan dasar, dan penanaman bibit adalah tenaga kerja yang berasal dari luar keluarga. Jumlah tenaga kerja yang luar keluarga yang digunakan untuk kegiatan ini adalah rata-rata 80 HOK per Hektar dengan upah Rp 32.000 per HOK. Tenaga kerja dalam keluarga untuk kegiatan ini adalah rata-rata 20 HOK per hektra dengan upah Rp 32.000 per HOK. B. Pemeliharaan Kegiatan pemeliharaan terdiri atas penyiangan dan penyiraman. Penyiangan dilakukan untuk membesihkan rumput yang tumbuh disekitar tanaman, sehingga pertumbuhan tidak terganggu. Penyiangan dilakukan setiap bulan. Penyiangan dilakukan secara manual dengan menggunakan alat bantu kored dan arit sehingga tidak menganggu atau melukai pangkal batang dan akar tanaman. Pada saat melakukan penyianagn, rumput hasil penyiangan tidak langsung disingkirkan dari
118
lahan, namun seringkali ditumpuk di dekat tanaman sehingga nantinya dapat berubah menjadi pupuk atau kompos. C. Pemupukan Pemupukan dilakukan dengan dua cara yaitu pupuk kandang dan pupuk kimia seperti urea, TSP, KCL, NPK Mutiara dan Gandasil daun. Pemupukan dasar dilakukan dengan mencampur pupuk kandang dengan tanah pada lubang dimana bibit ditanami. Pupuk kandang yang biasa digunakan adalah kotoran ternak (kambing). Jumlah pupuk kandang yang digunakan dalam satu hektar rata-rata 2000 karung dengan harga Rp 6.000 per karung. Pupuk lanjutan diberikan sepuluh hari setelah tanam dan selanjutnya diberikan setiap dua minggu sekali. Pupuk urea yang diberikan untuk satu bulan ratarata 30 kg per hektar dengan harga Rp 2.500 per kg. Selain itu petani juga memberikan pupuk TSP, KCL, dan Gandasil daun agar hasil daun lebih tahan lama dan warna lebih menarik. TSP diberikan dalam satu bulan rata-rata 15 kg per hektar dengan harga Rp 3.700 per kg. KCL diberikan dalam satu bulan rata-rata 15 kg per hektar dengan harga Rp 3.500 per kg. Khusus untuk jenis tanaman Philodendron selloum, diberikan juga pupuk NPK Mutiara dalam satu bulan rata-rata 30 kg per hektar dengan harga Rp 9.000 per kg. Pupuk cair yang digunakan adalah Gandasil daun dengan pemakaian rata-rata dalam satu bulan 150 gram per bulan dengan harga Rp 10.000 per gram. Untuk mencegah hama penyakit dari serangga atau hama lainnya pestisida yang digunakan adalah Curacron dengan pemakaian rata-rata dalam satu bulan 170 gram per hektar dengan harga Rp 450 per gram. Jumlah tenaga kerja luar keluarga yang digunakan untuk pemupukan dasar ini rata-rata 80 HOK per hektar dengan upah Rp 32.000 per HOK, sedangkan tenaga kerja dalam keluarga yang digunakan untuk mengawasi kegiatan ini rata-rata 20 HOK per hektar dengan upah Rp 32.000 per HOK. Jumlah tenaga kerja luar keluarga yang digunakan untuk pemupukan lanjutan dan pemeliharaan rata-rata 20 HOK per hektra per bulan dengan upah Rp 32.000 per HOK, sedangkan tenaga kerka dalam keluarga yang digunakan rata-rata 5 HOK per hektar per bulan dengan upah Rp 32.000 per HOK.
119
D. Pemanenan Jenis tanaman Cordyline dan Dracaena dapat dipanen umur 3-4 bulan, sedangkan Philodendron selloum dapat dipanen umur 2 bulan. Daun potong yang dipanen adalah yang memenuhi kriteria layak jual, sedankan yang tidak layak jual dibiarkan tetap tumbuh untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Panen dilakukan dengan cara menggunting batang daun. Setiap panen daun yang bisa diambil sekitar 1-3 lembar daun dalam satu pohon. Ketiga jenis daun potong yang ditanam oleh petani pada Kelompok Tani Al-Busyro Florist hanya memiliki satu ukuran panen. Semua petani yang tergabung dalam Al-Busyro Florist tidak melakukan pemanenan sendiri, karena petani memborongkan hasil panennya ke bagian pemasaran kelompok tani atau pedagang pengumpul. Hal ini membuat petani tidak perlu menggunakan tenaga kerja upah untuk kegiatan panen. 6.3.3 Analisis Pendapatan Usahatani Daun Potong Cordyline per Hektar di Kelompok Tani Al-Busyro Florist Pendapatan merupakan balas jasa dari kerjasama faktor-faktor produksi lahan, tenaga kerja, modal, dan pengelolaan. Sedangkan secara harfiah pendapatan dapat didefinisikan sebagai sisa dari pengurangan nilai penerimaan yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan. Untuk mengukur keberhasilan usahatani dapat dilakukan dengan melakukan analisis pendapatan usahatani. Dengan melakukan analisis ini dapat diketahui gambaran usahatani saat ini sehinga dapat melakukan evaluasi untuk perencanaan kegiatan usahatani pada masa yang akan datang. Penerimaan usahatani adalah nilai produksi yang diperoleh dalam jangka waktu tertentu. Penerimaan usahatani merupakan hasil perkalian antara jumlah produksi total daun potong Cordyline dengan harga jual dari hasil produksi tersebut. Sedangkan biaya atau pengeluaran usahatani adalah nilai penggunaan faktor-faktor produksi dalam melakukan proses produksi usahatani. Biaya dalam usahatani dibedakan menjadi biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Biaya tunai usahatani merupakan pengeluaran tunai yang dikeluarkan oleh petani untuk pembelian barang
120
dan jasa bagi usahataninya. Sedangkan biaya diperhitungkan merupakan pengeluaran yang secara tidak tunai dikeluarkan oleh petani. Biaya yang tergolong biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan untuk biaya bibit, pupuk, pestisida, pajak lahan, dan biaya untuk membayar tenaga kerja luar keluarga (TKLK). Sedangkan yang termasuk biaya diperhitungkan adalah biaya untuk biaya sewa lahan, biaya tenaga kerja dalam kelaurga (TKDK), dan biaya penyusutan alat. Pendapatan usahatani didapatkan dengan cara mengurangkan penerimaan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan. Biaya-biaya yang dikeluarkan meliputi biaya tunai dan biaya diperhitungkan yang bila dijumlahkan akan menjadi biaya total usahatani. Pendapatan atas biaya tunai usahatani diperoleh dengan mengurangi total penerimaan dengan total biaya tunai. Setelah total penerimaan dikurangi dengan total biaya usahatani maka diperoleh pendapatan atas biaya total. Pendapatan usahatani daun potong Cordyline di Kelompok Tani Al-Busyro Florist per hektar disajikan pada Tabel 28. Penerimaan tunai usahatani diperoleh dari hasil kali antara produksi Cordyline yang dijual dengan harga jualnya. Rata-rata produksi Cordyline per hektar yang dijual oleh petani adalah sebesar 47.235 ikat yang terdiri dari 10 batang daun per ikat dengan harga jual rata-rata sebesar Rp 3.000 per ikat, sehingga total penerimaan yang diperoleh petani dari produksi daun potong Cordyline dalam setahun adalah sebesar Rp 141.706.286 per hektar. Total biaya usahatani yang dikeluarkan petani responden dalam satu tahun adalah sebesar Rp 124.409.793 per hektar dengan pengeluaran terbesar yang dikeluarkan oleh petani untuk usahatani daun potong Cordyline ini adalah biaya untuk pembelian bibit yaitu sebesar Rp 50.000.000 per hektar. Pengeluaran terbesar kedua adalah untuk pembelian pupuk kimia dan pupuk kandang yaitu sebesar Rp 32.729.386 per hektar. Besarnya biaya untuk faktor produksi pupuk disebabkan karena pupuk dapat memberikan unsur-unsur hara yang diperlukan oleh tanaman Cordyline untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan dan juga untuk menghasilkan produksi yang lebih baik. 121
Tabel 28. Rata-rata Pendapatan Petani Responden Daun Potong Cordyline per Hektar di Kelompok Tani Al-Busyro Florist pada Bulan Juni 2008 – Juni 2009 Uraian A
B
C D E F G H I
Penerimaan Usahatani Cordyline A.1.Total Penerimaan Usahatani Biaya Usahatani B.1.Biaya Tunai: 1. Bibit 2.Pupuk: a. Urea b.TSP c.Kcl d.Gandasil Daun e.Pupuk kandang 3.Pestisida: a.Curacron 4.Tenaga Kerja Luar Keluarga: a.Persiapan lahan b.Pembentukan bedengan c.Pemupukan dasar d.Penanaman bibit e.Pemeliharaan 5. Pajak Lahan Total Biaya Tunai B.2.Biaya Diperhitungkan: 1.Sewa Lahan 2.Tenaga Kerja Dalam Keluarga a.Persiapan lahan b.Pembentukan bedengan c.Pemupukan dasar d.Penanaman bibit e.Pemeliharaan 3.Penyusutan Alat Total Biaya Diperhitungkan Total Biaya Usahatani (B1+B2) Pendapatan Atas Biaya Tunai (A1-B1) Pendapatan Atas Biaya Total (A1-C) R/C atas Biaya Tunai (A1/B1) R/C atas Biaya Total (A1/C) B/C rasio atas biaya tunai (D/B1) B/C rasio atas biaya total (E/C)
Harga/satuan (Rp)
Volume
Nilai (Rp)
3.000
47.235
141.706.286 141.706.286
pohon
200
250.000
50.000.000
kg kg kg gram karung
2.500 3.700 3.000 10.000 6.000
349 174 174 1.669 2.000
872.143 645.386 523.286 16.688.571 12.000.000
gram
450
267
120.214
HOK HOK HOK HOK HOK Ha
32.000 32.000 32.000 32.000 32.000 6.000.000
80 80 80 80 251 1
2.560.000 2.560.000 2.560.000 2.560.000 8.045.714 6.000.000 105.135.314
10.000.000
1
10.000.000
32.000 32.000 32.000 32.000 32.000
20 20 20 20 118
640.000 640.000 640.000 640.000 3.771.429 2.943.050 19.274.479 124.409.793 36.570.971 17.296.493 1,35 1,14 0,35 0,14
Satuan ikat
Ha HOK HOK HOK HOK HOK
Pengeluaran terbesar selanjutnya adalah untuk biaya tenaga kerja yaitu sebesar Rp 24.617.143 per hektar dalam satu tahun dengan perincian Rp 18.285.714 untuk biaya tenaga kerja luar keluarga (TKLK) dan Rp 6.331.429 untuk biaya tenaga
122
kerja dalam keluarga (TKDK). Besarnya biaya untuk faktor produksi tenaga kerja ini disebabkan karena tanaman daun Cordyline membutuhkan perawatan yang cukup intensif mulai dari pengolahan lahan, pemeliharaan tanaman seperti pemupukan, penyiangan dan pemberantasan hama dan penyakit. Pengeluaran terbesar keempat adalah biaya untuk sewa lahan yaitu sebesar Rp 10.000 per hektar dalam satu tahun. Karena seluruh petani responden merupakan petani pemilik lahan, maka biaya untuk sewa lahan ini merupakan biaya yang diperhitungkan. Pengeluaran untuk pembelian pestisida adalah sebesar Rp 120.214 per hektar dalam satu tahun. Rendahnya penggunaan pestisida ini disebabkan tidak semua petani responden menggunakannya karena didaerah penelitian pernah terjadi pengalaman yang tidak menyenangkan akibat penggunaan pestisida. Berdasarkan pengalaman tersebut, hanya beberapa petani responden yang menggunakan pestisida untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman. Sedangkan biaya pajak lahan per hektar untuk satu tahun yang harus dibayar petani adalah sebesar Rp 6.000.000. Untuk mendukung produksi daun potong Cordyline diperlukan peralatan pendukung untuk kegiatan usahatani tersebut. Alat-alat yang sering digunakan oleh petani responden adalah cangkul, kored, handsprayer, arit, paranet, besi, kawat dan bambu. Nilai penyusutan alat-alat yang digunakan tersebut adalah sebesar Rp 2.943.050 dalam satu tahun. Total biaya usahatani daun potong Cordyline yang dikeluarkan petani responden di Kelompok Tani untuk satu tahun adalah sebesar Rp 124.409.793 per hektar yang terdiri dari total biaya tunai sebesar Rp 105.135.314 dan total biaya diperhitungkan sebesar Rp 19.274.479. Pendapatan atas biaya tunai usahatani diperoleh dengan mengurangi total penerimaan dengan total biaya tunai, maka diperoleh pendapatan atas biaya tunai sebesar Rp 36.570.971 per hektar. Pendapatan atas biaya total diperoleh setelah total penerimaan dikurangi dengan total biaya usahatani, maka diperoleh pendapatan atas biaya total sebesar Rp 17.296.493 per hektar. Hasil analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C ratio analysis) menunjukkan bahwa usahatani ini memiliki penerimaan yang lebih besar dibanding 123
biaya usahatani, hal ini ditunjukkan oleh nilai R/C rasio lebih besar dari satu. Nilai R/C rasio atas biaya tunai adalah sebesar 1,35, artinya bahwa setiap Rp 1,00 biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani untuk jenis daun Cordyline akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,35. Dengan memasukkan biaya yang diperhitungkan sebagai komponen biaya total, maka nilai R/C rasio atas biaya total adalah sebesar 1,14, artinya setiap Rp 1,00 biaya total yang dikeluarkan petani untuk jenis daun Cordyline dapat menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,14. Nilai R/C rasio yang lebih besar dari satu menunjukkan bahwa usahatani daun potong Cordyline di Kelompok Tani Al-Busyro Florist layak untuk diusahakan. Hasil analisis imbangan keuntungan dan biaya (B/C Ratio) menunjukkan bahwa usahatani ini memiliki keuntungan yang lebih besar dibanding biaya usahatani. Nilai B/C rasio atas biaya tunai adalah sebesar 0,35, artinya bahwa setiap Rp 1,00 biaya tunai yang dikeluarkan petani untuk jenis daun Cordyline akan memperoleh keuntungan sebesar Rp 0,35. Nilai B/C rasio atas biaya total adalah sebesar 0,14, artinya setiap Rp 1,00 biaya total yang dikeluarkan petani untuk jenis daun Cordyline dapat menghasilkan keuntungan sebesar Rp 0,14. 6.3.4 Analisis Pendapatan Usahatani Daun Potomg Dracaena per Hektar di Kelompok Tani Al-Busyro Florist Pendapatan merupakan balas jasa dari kerjasama faktor-faktor produksi lahan, tenaga kerja, modal, dan pengelolaan. Sedangkan secara harfiah pendapatan dapat didefinisikan sebagai sisa dari pengurangan nilai penerimaan yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan. Untuk mengukur keberhasilan usahatani dapat dilakukan dengan melakukan analisis pendapatan usahatani. Dengan melakukan analisis ini dapat diketahui gambaran usahatani saat ini sehinga dapat melakukan evaluasi untuk perencanaan kegiatan usahatani pada masa yang akan datang. Penerimaan usahatani adalah nilai produksi yang diperoleh dalam jangka waktu tertentu. Penerimaan usahatani merupakan hasil perkalian antara jumlah produksi total daun potong Dracaena dengan harga jual dari hasil produksi tersebut. Sedangkan biaya atau pengeluaran usahatani adalah nilai penggunaan faktor-faktor
124
produksi dalam melakukan proses produksi usahatani. Biaya dalam usahatani dibedakan menjadi biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Biaya tunai usahatani merupakan pengeluaran tunai yang dikeluarkan oleh petani untuk pembelian barang dan jasa bagi usahataninya. Sedangkan biaya diperhitungkan merupakan pengeluaran yang secara tidak tunai dikeluarkan oleh petani. Biaya yang tergolong biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan untuk biaya bibit, pupuk, pestisida, pajak lahan, dan biaya untuk membayar tenaga kerja luar keluarga (TKLK). Sedangkan yang termasuk biaya diperhitungkan adalah biaya untuk biaya sewa lahan, biaya tenaga kerja dalam kelaurga (TKDK), dan biaya penyusutan alat. Pendapatan usahatani didapatkan dengan cara mengurangkan penerimaan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan. Biaya-biaya yang dikeluarkan meliputi biaya tunai dan biaya diperhitungkan yang bila dijumlahkan akan menjadi biaya total usahatani. Pendapatan atas biaya tunai usahatani diperoleh dengan mengurangi total penerimaan dengan total biaya tunai. Setelah total penerimaan dikurangi dengan total biaya usahatani maka diperoleh pendapatan atas biaya total. Pendapatan usahatani daun potong Dracaena di Kelompok Tani Al-Busyro Florist per hektar disajikan pada Tabel 29. Penerimaan tunai usahatani diperoleh dari hasil kali antara produksi Dracaena yang dijual dengan harga jualnya. Rata-rata produksi Dracaena per hektar yang dijual oleh petani adalah sebesar 85.600 ikat yang terdiri dari 10 batang daun per ikat dengan harga jual rata-rata sebesar Rp 1.000 per ikat, sehingga total penerimaan yang diperoleh petani dari produksi daun potong Dracaena dalam setahun adalah sebesar Rp 85.600.000 per hektar.
125
Tabel 29. Rata-rata Pendapatan Petani Responden Daun Potong Dracaena per Hektar di Kelompok Tani Al-Busyro Florist pada Bulan Juni 2008 – Juni 2009 Uraian A
B
C D E F G H I
Penerimaan Usahatani Dracaena A.1.Total Penerimaan Usahatani Biaya Usahatani B.1.Biaya Tunai: 1. Bibit 2.Pupuk: a. Urea b.TSP c.Kcl d.Gandasil Daun e.Pupuk kandang 3.Pestisida: a.Curacron 4.Tenaga Kerja Luar Keluarga: a.Persiapan lahan b.Pembentukan bedengan c.Pemupukan dasar d.Penanaman bibit e.Pemeliharaan 5. Pajak Lahan Total Biaya Tunai B.2.Biaya Diperhitungkan: 1.Sewa Lahan 2.Tenaga Kerja Dalam Keluarga a.Persiapan lahan b.Pembentukan bedengan c.Pemupukan dasar d.Penanaman bibit e.Pemeliharaan 3.Penyusutan Alat Total Biaya Diperhitungkan Total Biaya Usahatani (B1+B2) Pendapatan Atas Biaya Tunai (A1-B1) Pendapatan Atas Biaya Total (A1-C) R/C atas Biaya Tunai (A1/B1) R/C atas Biaya Total (A1/C) B/C rasio atas biaya tunai (D/B1) B/C rasio atas biaya total (E/C)
Harga/satuan (Rp)
Volume
Nilai (Rp)
1.000
85.600
85.600.000 85.600.000
pohon
25
108.000
2.700.000
kg kg kg gram karung
2.500 3.700 3.000 10.000 6.000
361 174 174 1.681 2.000
902.000 643.060 521.400 16.808.000 12.000.000
gram
450
374
168.300
HOK HOK HOK HOK HOK Ha
32.000 32.000 32.000 32.000 32.000 6.000.000
80 80 80 80 235 1
2.560.000 2.560.000 2.560.000 2.560.000 7.532.800 6.000.000 57.515.560
10.000.000
1
10.000.000
32.000 32.000 32.000 32.000 32.000
21 21 21 21 86
684.800 684.800 684.800 684.800 2.745.600 3.300.450 18.785.250 76.300.810 28.084.440 9.299.190 1,49 1,12 0,49 0,12
Satuan ikat
Ha HOK HOK HOK HOK HOK
Total biaya usahatani yang dikeluarkan petani responden dalam satu tahun adalah sebesar Rp 76.300.810 per hektar dengan pengeluaran terbesar yang dikeluarkan oleh petani untuk usahatani daun potong Dracaena ini adalah biaya
126
pembelian pupuk kimia dan pupuk kandang yaitu sebesar Rp 30.874.460 per hektar. Besarnya biaya untuk faktor produksi pupuk disebabkan karena pupuk dapat memberikan unsur-unsur hara yang diperlukan oleh tanaman Dracaena untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan dan juga untuk menghasilkan produksi yang lebih baik. Pengeluaran terbesar kedua adalah untuk biaya tenaga kerja yaitu sebesar Rp 23.257.600 per hektar dalam satu tahun dengan perincian Rp 17.772.800 untuk biaya tenaga kerja luar keluarga (TKLK) dan Rp 5.484.800 untuk biaya tenaga kerja dalam keluarga (TKDK). Besarnya biaya untuk faktor produksi tenaga kerja ini disebabkan karena tanaman daun Dracaena membutuhkan perawatan yang cukup intensif mulai dari pengolahan lahan, pemeliharaan tanaman seperti pemupukan, penyiangan dan pemberantasan hama dan penyakit. Pengeluaran terbesar selanjutnya adalah untuk biaya untuk sewa lahan yaitu sebesar Rp 10.000 per hektar dalam satu tahun. Karena seluruh petani responden merupakan petani pemilik lahan, maka biaya untuk sewa lahan ini merupakan biaya yang diperhitungkan. Pengeluaran terbesar keempat adalah untuk pembelian bibit yaitu sebesar Rp 2.700.000 per hektar. Pengeluaran untuk pembelian pestisida adalah sebesar Rp 168.300 per hektar dalam satu tahun. Rendahnya penggunaan pestisida ini disebabkan tidak semua petani responden menggunakannya karena didaerah penelitian pernah terjadi pengalaman yang tidak menyenangkan akibat penggunaan pestisida. Berdasarkan pengalaman tersebut, hanya beberapa petani responden yang menggunakan pestisida untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman. Sedangkan biaya pajak lahan per hektar untuk satu tahun yang harus dibayar petani adalah sebesar Rp 6.000.000. Untuk mendukung produksi daun potong Dracaena diperlukan peralatan pendukung untuk kegiatan usahatani tersebut. Alat-alat yang sering digunakan oleh petani responden adalah cangkul, kored, handsprayer, arit, paranet, besi, kawat dan bambu. Nilai penyusutan alat-alat yang digunakan tersebut adalah sebesar Rp 3.300.450 dalam satu tahun.
127
Total biaya usahatani daun potong Cordyline yang dikeluarkan petani responden di Kelompok Tani untuk satu tahun adalah sebesar Rp 76.300.810 per hektar yang terdiri dari total biaya tunai sebesar Rp 57.515.560 dan total biaya diperhitungkan sebesar Rp 18.785.250. Pendapatan atas biaya tunai usahatani diperoleh dengan mengurangi total penerimaan dengan total biaya tunai, maka diperoleh pendapatan atas biaya tunai sebesar Rp 28.084.440 per hektar. Pendapatan atas biaya total diperoleh setelah total penerimaan dikurangi dengan total biaya usahatani, maka diperoleh pendapatan atas biaya total sebesar Rp 9.299.190 per hektar. Hasil analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C ratio analysis) menunjukkan bahwa usahatani ini memiliki penerimaan yang lebih besar dibanding biaya usahatani, hal ini ditunjukkan oleh nilai R/C rasio lebih besar dari satu. Nilai R/C rasio atas biaya tunai adalah sebesar 1,49, artinya bahwa setiap Rp 1,00 biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani untuk jenis daun Dracaena akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,49. Dengan memasukkan biaya yang diperhitungkan sebagai komponen biaya total, maka nilai R/C rasio atas biaya total adalah sebesar 1,12, artinya setiap Rp 1,00 biaya total yang dikeluarkan petani untuk jenis daun Dracaena dapat menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,12. Nilai R/C rasio yang lebih besar dari satu menunjukkan bahwa usahatani daun potong Dracaena di Kelompok Tani Al-Busyro Florist layak untuk diusahakan. Hasil analisis imbangan keuntungan dan biaya (B/C Ratio) menunjukkan bahwa usahatani ini memiliki keuntungan yang lebih besar dibanding biaya usahatani. Nilai B/C rasio atas biaya tunai adalah sebesar 0,35, artinya bahwa setiap Rp 1,00 biaya tunai yang dikeluarkan petani untuk jenis daun Dracaena akan memperoleh keuntungan sebesar Rp 0,35. Nilai B/C rasio atas biaya total adalah sebesar 0,14, artinya setiap Rp 1,00 biaya total yang dikeluarkan petani untuk jenis daun Dracaena dapat menghasilkan keuntungan sebesar Rp 0,14.
128
6.3.5 Analisis Pendapatan Usahatani Daun Potong Philodendron selloum per Hektar di Kelompok Tani Al-Busyro Florist Pendapatan merupakan balas jasa dari kerjasama faktor-faktor produksi lahan, tenaga kerja, modal, dan pengelolaan. Sedangkan secara harfiah pendapatan dapat didefinisikan sebagai sisa dari pengurangan nilai penerimaan yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan. Untuk mengukur keberhasilan usahatani dapat dilakukan dengan melakukan analisis pendapatan usahatani. Dengan melakukan analisis ini dapat diketahui gambaran usahatani saat ini sehinga dapat melakukan evaluasi untuk perencanaan kegiatan usahatani pada masa yang akan datang. Penerimaan usahatani adalah nilai produksi yang diperoleh dalam jangka waktu tertentu. Penerimaan usahatani merupakan hasil perkalian antara jumlah produksi total daun potong Philodendron selloum dengan harga jual dari hasil produksi tersebut. Sedangkan biaya atau pengeluaran usahatani adalah nilai penggunaan faktor-faktor produksi dalam melakukan proses produksi usahatani. Biaya dalam usahatani dibedakan menjadi biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Biaya tunai usahatani merupakan pengeluaran tunai yang dikeluarkan oleh petani untuk pembelian barang dan jasa bagi usahataninya. Sedangkan biaya diperhitungkan merupakan pengeluaran yang secara tidak tunai dikeluarkan oleh petani. Biaya yang tergolong biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan untuk biaya bibit, pupuk, pestisida, pajak lahan, dan biaya untuk membayar tenaga kerja luar keluarga (TKLK). Sedangkan yang termasuk biaya diperhitungkan adalah biaya untuk biaya sewa lahan, biaya tenaga kerja dalam kelaurga (TKDK), dan biaya penyusutan alat. Pendapatan usahatani didapatkan dengan cara mengurangkan penerimaan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan. Biaya-biaya yang dikeluarkan meliputi biaya tunai dan biaya diperhitungkan yang bila dijumlahkan akan menjadi biaya total usahatani. Pendapatan atas biaya tunai usahatani diperoleh dengan mengurangi total penerimaan dengan total biaya tunai. Setelah total penerimaan dikurangi dengan total biaya usahatani maka diperoleh pendapatan atas biaya total. Pendapatan usahatani
129
daun potong Philodendron selloum di Kelompok Tani Al-Busyro Florist per hektar disajikan pada Tabel 30. Tabel 30. Rata-rata Pendapatan Petani Responden Daun Potong Philodendron selloum per Hektar di Kelompok Tani Al-Busyro Florist pada Bulan Juni 2008 – Juni 2009
A
B
C D E F G H I
Uraian Penerimaan Usahatani Philodendron selloum A.1.Total Penerimaan Usahatani Biaya Usahatani B.1.Biaya Tunai: 1. Bibit 2.Pupuk: a. Urea b.TSP c.Kcl d.Gandasil Daun e.NPK Mutiara f.Pupuk kandang 3.Pestisida: a.Curacron 4.Tenaga Kerja Luar Keluarga: a.Persiapan lahan b.Pembentukan bedengan c.Pemupukan dasar d.Penanaman bibit e.Pemeliharaan 5. Pajak Lahan Total Biaya Tunai B.2.Biaya Diperhitungkan: 1.Sewa Lahan 2.Tenaga Kerja Dalam Keluarga a.Persiapan lahan b.Pembentukan bedengan c.Pemupukan dasar d.Penanaman bibit e.Pemeliharaan 3.Penyusutan Alat Total Biaya Diperhitungkan Total Biaya Usahatani (B1+B2) Pendapatan Atas Biaya Tunai (A1-B1) Pendapatan Atas Biaya Total (A1-C) R/C atas Biaya Tunai (A1/B1) R/C atas Biaya Total (A1/C) B/C rasio atas biaya tunai (D/B1) B/C rasio atas biaya total (E/C)
Satuan
Harga/satuan (Rp)
Volume
Nilai (Rp)
ikat
2.500
121.500
303.750.000 303.750.000
polybag
3.000
60.000
180.000.000
kg kg kg gram kg karung
2.500 3.700 3.000 10.000 9.000 6.000
330 165 165 1.650 330 2.000
825.000 610.500 495.000 16.500.000 2.970.000 12.000.000
gram
450
935
420.750
HOK HOK HOK HOK HOK Ha
32.000 32.000 32.000 32.000 32.000 6.000.000
80 80 80 80 220 1
2.560.000 2.560.000 2.560.000 2.560.000 7.040.000 6.000.000 237.101.250
10.000.000
1
10.000.000
32.000 32.000 32.000 32.000 32.000
20 20 20 20 55
640.000 640.000 640.000 640.000 1.760.000 352.000 14.672.000 251.773.250 66.648.750 51.976.750 1,28 1,21 0,28 0,21
Ha HOK HOK HOK HOK HOK
130
Penerimaan tunai usahatani diperoleh dari hasil kali antara produksi Philodendron selloum yang dijual dengan harga jualnya. Rata-rata produksi Philodendron selloum per hektar yang dijual oleh petani dalam satu tahun adalah sebesar 121.500 ikat yang terdiri dari 10 batang daun per ikat dengan harga jual ratarata sebesar Rp 2.500 per ikat, sehingga total penerimaan yang diperoleh petani dari produksi daun potong Philodendron selloum dalam setahun adalah sebesar Rp 303.750.000 per hektar. Total biaya usahatani yang dikeluarkan petani responden dalam satu tahun adalah sebesar Rp 251.773.250 per hektar dengan pengeluaran terbesar yang dikeluarkan oleh petani untuk usahatani daun potong Philodendron selloum ini adalah biaya untuk pembelian bibit yaitu sebesar Rp 180.000.000 per hektar. Pengeluaran terbesar kedua adalah untuk pembelian pupuk kimia dan pupuk kandang yaitu sebesar Rp 33.400.500 per hektar. Besarnya biaya untuk faktor produksi pupuk disebabkan karena pupuk dapat memberikan unsur-unsur hara yang diperlukan oleh tanaman Philodendron selloum untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan dan juga untuk menghasilkan produksi yang lebih baik. Pengeluaran terbesar selanjutnya adalah untuk biaya tenaga kerja yaitu sebesar Rp 21.600.000 per hektar dalam satu tahun dengan perincian Rp 17.280.000 untuk biaya tenaga kerja luar keluarga (TKLK) dan Rp 4.320.000 untuk biaya tenaga kerja dalam keluarga (TKDK). Besarnya biaya untuk faktor produksi tenaga kerja ini disebabkan karena tanaman daun Philodnedron selloum membutuhkan perawatan yang cukup intensif mulai dari pengolahan lahan, pemeliharaan tanaman seperti pemupukan, penyiangan dan pemberantasan hama dan penyakit. Pengeluaran terbesar keempat adalah biaya untuk sewa lahan yaitu sebesar Rp 10.000.000 per hektar dalam satu tahun. Karena seluruh petani responden merupakan petani pemilik lahan, maka biaya untuk sewa lahan ini merupakan biaya yang diperhitungkan. Pengeluaran untuk pembelian pestisida adalah sebesar Rp 420.750 per hektar dalam satu tahun. Rendahnya penggunaan pestisida ini disebabkan tidak semua petani responden menggunakannya karena didaerah penelitian pernah terjadi pengalaman yang tidak menyenangkan akibat penggunaan pestisida. Berdasarkan 131
pengalaman tersebut, hanya beberapa petani responden yang menggunakan pestisida untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman. Sedangkan biaya pajak lahan per hektar untuk satu tahun yang harus dibayar petani adalah sebesar Rp 6.000.000. Untuk mendukung produksi daun potong Philodendron selloum diperlukan peralatan pendukung untuk kegiatan usahatani tersebut. Alat-alat yang sering digunakan oleh petani responden adalah cangkul, kored, handsprayer, dan arit. Daun Potong Phildoendron selloum tahan terhadap sinar matahari dan hujan secara langsung, oleh karena itu tidak perlu menggunakan paranet, kawat, dan bambu sebagai kontruksi untuk rumah naungan. Nilai penyusutan alat-alat yang digunakan tersebut adalah sebesar Rp 352.000 dalam satu tahun. Total biaya usahatani daun potong Philodendron selloum yang dikeluarkan petani responden di Kelompok Tani untuk satu tahun adalah sebesar Rp 251.773.250 per hektar yang terdiri dari total biaya tunai sebesar Rp 237.101.250 dan total biaya diperhitungkan sebesar Rp 14.672.000. Pendapatan atas biaya tunai usahatani diperoleh dengan mengurangi total penerimaan dengan total biaya tunai, maka diperoleh pendapatan atas biaya tunai sebesar Rp 66.648.750 per hektar. Pendapatan atas biaya total diperoleh setelah total penerimaan dikurangi dengan total biaya usahatani, maka diperoleh pendapatan atas biaya total sebesar Rp 51.976.750 per hektar. Hasil analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C ratio analysis) menunjukkan bahwa usahatani ini memiliki penerimaan yang lebih besar dibanding biaya usahatani, hal ini ditunjukkan oleh nilai R/C rasio lebih besar dari satu. Nilai R/C rasio atas biaya tunai adalah sebesar 1,28, artinya bahwa setiap Rp 1,00 biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani untuk jenis daun Philodendron selloum akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,28. Dengan memasukkan biaya yang diperhitungkan sebagai komponen biaya total, maka nilai R/C rasio atas biaya total adalah sebesar 1,21, artinya setiap Rp 1,00 biaya total yang dikeluarkan petani untuk jenis daun Philodendron selloum dapat menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,21. Nilai R/C rasio yang lebih besar dari satu menunjukkan bahwa usahatani daun potong Philodendron selloum di Kelompok Tani Al-Busyro Florist layak untuk diusahakan. 132
Hasil analisis imbangan keuntungan dan biaya (B/C Ratio) menunjukkan bahwa usahatani ini memiliki keuntungan yang lebih besar dibanding biaya usahatani. Nilai B/C rasio atas biaya tunai adalah sebesar 0,28, artinya bahwa setiap Rp 1,00 biaya tunai yang dikeluarkan petani untuk jenis daun Philodendron selloum akan memperoleh keuntungan sebesar Rp 0,28. Nilai B/C rasio atas biaya total adalah sebesar 0,21, artinya setiap Rp 1,00 biaya total yang dikeluarkan petani untuk jenis daun Philodendron seloum dapat menghasilkan keuntungan sebesar Rp 0,21. 6.3.6 Perbandingan Usahatani PT Pesona Daun Mas Asri dan Kelompok Tani Al-Busyro Florist per Hektar dalam Satu Tahun Daun potong yang dianalisis pada PT Pesona Daun Mas Asri (PDMA) dan Kelompok Tani Al-Busyro Florist terdiri dari tiga jenis yaitu Cordyline, Dracaena dan Philodendron selloum. Agar pendapatan usahatani antara PT PDMA dan Kelompok Tani Al-Busyro Florist dapat dibandingkan, maka perhitungan usahatani pada PT PDMA yang awalnya dihitung per luasan lahan dikonversi menjadi per hektar. Perbandingan usahatani ketiga jenis daun potong per hektar pada kedua lokasi penelitian disajikan pada Tabel 31. Hasil penerimaan total PT PDMA untuk ketiga jenis daun lebih besar jika dibandingkan dengan petani pada Kelompok Tani Al-Busyro Florist. Penerimaan total PT PDMA per hektar dalam satu tahun untuk jenis daun Cordyline sebesar Rp 1.015.595.000, sedangkan untuk kelompok tani sebesar Rp 141.706.286. Penerimaan total PT PDMA per hektar dalam satu tahun untuk jenis daun Dracaena sebesar Rp 1.055.185.500, sedangkan untuk kelompok tani sebesar Rp 85.600.000. Penerimaan total PT PDMA per hektar dalam satu tahun untuk jenis daun Philodendron selloum sebesar Rp 644.554.000, sedangkan untuk kelompok tani sebesar Rp 303.750.000.
133
Tabel 31. Perbandingan Usahatani Ketiga Jenis Daun Potong per Hektar pada PT Pesona Daun Mas Asri dan Kelompok Tani Al-Busyro Florist dalam Satu Tahun Cordyline Keterangan PT PDMA Total Penerimaan Total Biaya Tunai Total Biaya yang Diperhitungkan Jumlah Total Biaya Pendapatan atas Biaya Tunai Pendapatan atas Biaya Total R/C rasio atas Biaya Tunai R/C rasio atas Biaya Total B/C rasio atas Biaya Tunai B/C rasio atas Biaya Total
Dracaena
Kelompok Tani
Philodendron selloum
PT PDMA
Kelompok Tani
PT PDMA
Kelompok Tani
1.015.595.000
141.706.286
1.055.185.500
85.600.000
644.554.000
303.750.000
815.705.519
105.135.314
710.578.083
57.515.560
390.022.426
237.101.250
21.972.467
19.274.479
13.357.300
18.785.250
11.719.167
14.672.000
837.677.986
124.409.793
723.935.383
76.300.810
401.741.593
251.773.250
199.889.481
36.570.972
344.607.417
28.084.440
254.531.574
66.648.750
177.917.014
17.296.493
331.250.117
9.299.190
242.812.407
51.976.750
1,25
1,35
1,48
1,49
1,65
1,28
1,21
1,14
1,46
1,12
1,60
1,21
0,25
0,35
0,48
0,49
0,65
0,28
0,21
0,14
0,46
0,12
0,6
0,21
Secara umum, penerimaan pada PT PDMA jauh lebih besar dibandingkan penerimaan rata-rata kelompok tani. Hal ini karena PT PDMA mampu memproduksi jumlah yang lebih banyak dan harga jual lebih tinggi dibandingkan kelompok tani. Perbedaan kapasitas panen antara PT PDMA dan petani karena PT PDMA lebih baik dalam proses budidaya, sehingga mampu menghasilkan tiga sampai lima lembar daun per bulan untuk setiap jenis daun, sedangkan pada petani hanya mampu menghasilkan satu sampai tiga lembar daun per bulan untuk setiap jenis daun. Selain karena kapasitas panen, harga jual PT PDMA lebih tinggi dibandingkan petani. Harga jual untuk jenis Cordyline pada PT PDMA sebesar Rp 3.500 per ikat, sedangkan harga jual pada petani sebesar Rp 3.000 per ikat. Hasil panen jenis Cordyline pada PT PDMA dan petani hanya satu ukuran. Berbeda dengan hasil panen untuk jenis Dracaena dan Philodendron selloum, pada PT PDMA kedua jenis daun ini dibagi menjadi tiga ukuran, yaitu ukuran L, ukuran M, dan ukuran S. Sedangkan pada petani, kedua jenis ini dijual hanya dalam satu ukuran. Harga jual untuk jenis
134
Dracaena pada PT PDMA sebesar Rp 7.000 per ikat untuk ukuran L, Rp 6.000 per ikat untuk ukuran M, dan Rp 2.500 per ikat untuk ukuran S, sedangkan harga jual pada petani sebesar Rp 1.000 per ikat. Harga jual untuk jenis Philodendron selloum pada PT PDMA sebesar Rp 6.000 per ikat untuk ukuran L, Rp 5.000 per ikat untuk ukuran M, dan Rp 4.000 per ikat untuk ukuran S, sedangkan harga jual pada petani sebesar Rp 2.500 per ikat. Perbedaan harga jual ini disebabkan jalur pemasaran antara PT PDMA dan petani berbeda. PT PDMA menjual produknya lebih banyak langsung kepada pengguna akhir seperti dekorator, florist, hotel dan trader, sedangkan petani menjual produknya kepada bagian pemasan Kelompok Tani Al-Busyro Florist atau pedagang pengumpul yang kemudian dijual kepada pedagang di Pusat Promosi dan Pemsaran Tanaman Hias Rawa Belong. Jika dilihat dari besarnya biaya, biaya tunai yang dikeluarkan PT PDMA untuk ketiga jenis daun lebih besar dibandingkan dengan petani. Hal ini karena komponen penyusun biaya tunai pada PT PDMA selalu lebih besar dibandingkan dengan petani. Komponen biaya tunai terdiri dari pengeluaran untuk membeli bibit, pupuk, pestisida, tenaga kerja luar keluarga, biaya pemasaran dan pajak lahan. Pada petani, komponen penyusun biaya tunai tidak terdapat biaya pemasaran karena yang melakukan kegiatan panen, pasca panen sampai pemasaran dilakukan oleh pedagang pengumpul. Berbeda dengan biaya tunai, untuk biaya diperhitungkan pada petani jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan PT PDMA untuk jenis daun Dracaena dan Philodendron selloum. Sedangkan untuk jenis daun Cordyline, biaya diperhitungkan pada petani jumlahnya lebih kecil dibandingkan dengan PT PDMA. Komponen biaya untuk PT PDMA terdiri dari biaya penyusuan alat dan sewa lahan, sedangkan pada petani terdapat komponen biaya untuk tenaga kerja dalam keluarga. Hal ini yang menyebabkan biaya diperhitungkan pada petani untuk jenis daun Dracaena dan Philodendron selloum jumlahnya lebih besar dibandingkan PT PDMA. Jika diamati dari sisi biaya usahatani, biaya total PT PDMA lebih besar dibandingkan petani pada Kelompok Tani Al-Busyro Florist untuk ketiga jenis daun. Biaya total adalah penjumlahan antara biaya tunai dengan biaya diperhitungkan. 135
Biaya tunai untuk ketiga jenis daun pada PT PDMA lebih besar dibanding petani, namun untuk biaya diperhitungkan petani memiliki biaya yang lebih besar untuk jenis daun Dracaena dan Philodnedron selloum. Pendapatan usahatani atas biaya tunai dan total untuk ketiga jenis daun pada PT PDMA lebih besar lebih besar dibandingkan dengan petani pada Kelompok Tani Al-Busyro Florist. Pendapatan atas biaya tunai PT PDMA dan petani untuk jenis daun Cordyline masing-masing sebesar Rp 199.889.481 dan Rp 36.570.972. Pendapatan atas biaya tunai PT PDMA dan petani untuk jenis daun Dracaena masing-masing sebesar Rp 344.607.417 dan Rp 28.084.440. Pendapatan atas biaya tunai PT PDMA dan petani untuk jenis daun Philodendron selloum masing-masing sebesar Rp 254.531.574 dan Rp 66.648.750. Jumlah-jumlah tersebut diperoleh dari selisih antara total penerimaan dengan biaya tunai usahatani ketiga jenis daun potong. Sama halnya dengan pendapatan atas biaya tunai, pendapatan atas biaya total untuk ketiga jenis daun pada PT PDMA lebih besar dibandingkan petani pada Kelompok Tani Al-Busyro Florist. Pendapatan atas biaya total PT PDMA dan petani untuk jenis daun Cordyline masing-masing sebesar Rp 177.917.014 dan Rp 17.296.493. Pendapatan atas biaya total PT PDMA dan petani untuk jenis daun Dracaena masing-masing sebesar Rp 331.250.117 dan Rp 9.299.190. Pendapatan atas biaya total PT PDMA dan petani untuk jenis daun Philodendron selloum masingmasing sebesar Rp 242.812.407 dan Rp 51.976.750. Jumlah-jumlah tersebut diperoleh dari selisih antara total penerimaan dengan biaya total usahatani ketiga jenis daun potong. Hasil analisis R/C rasio pada usahatani ketiga jenis daun potong untuk PT PDMA dan petani dalam satu tahun menunjukkan bahwa usahatani ini memiliki penerimaan usahatani yang lebih besar dibandingkan dengan biaya usahatani. Nilai R/C rasio tunai untuk jenis daun Cordyline pada PT PDMA dan petani masingmasing adalah 1,25 dan 1,35. Ini berarti dari setiap satu rupiah biaya tunai yang dikeluarkan oleh perusahaan dapat menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,25 dan setiap satu rupiah biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani dapat menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,35. Nilai R/C rasio tunai untuk jenis daun Dracaena pada 136
PT PDMA dan petani masing-masing adalah 1,48 dan 1,49. Ini berarti dari setiap satu rupiah biaya tunai yang dikeluarkan oleh perusahaan dapat menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,48 dan setiap satu rupiah biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani dapat menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,49. Nilai R/C rasio tunai untuk jenis daun Philodendron selloum pada PT PDMA dan petani masing-masing adalah 1,65 dan 1,28. Ini berarti dari setiap satu rupiah biaya tunai yang dikeluarkan oleh perusahaan dapat menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,65 dan setiap satu rupiah biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani dapat menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,28. Dengan memasukkan biaya yang diperhitungkan sebagai komponen biaya total, maka nilai R/C rasio atas biaya total untuk jenis daun Cordyline pada PT PDMA dan petani masing-masing adalah 1,21 dan 1,14. Ini berarti dari setiap satu rupiah biaya total yang dikeluarkan oleh perusahaan dapat menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,21 dan setiap satu rupiah biaya total yang dikeluarkan oleh petani dapat menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,14. Nilai R/C rasio total untuk jenis daun Dracaena pada PT PDMA dan petani masing-masing adalah 1,46 dan 1,12. Ini berarti dari setiap satu rupiah biaya total yang dikeluarkan oleh perusahaan dapat menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,46 dan setiap satu rupiah biaya total yang dikeluarkan oleh petani dapat menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,12. Nilai R/C rasio total untuk jenis daun Philodendron selloum pada PT PDMA dan petani masing-masing adalah 1,60 dan 1,21. Ini berarti dari setiap satu rupiah biaya total yang dikeluarkan oleh perusahaan dapat menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,60 dan setiap satu rupiah biaya total yang dikeluarkan oleh petani dapat menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,21. Nilai B/C rasio tunai untuk jenis daun Cordyline pada PT PDMA dan petani masing-masing adalah 0,25 dan 0,35. Ini berarti dari setiap satu rupiah biaya tunai yang dikeluarkan oleh perusahaan dapat memperoleh keuntungan sebesar Rp 0,25 dan setiap satu rupiah biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani dapat memperoleh keuntungan sebesar Rp 0,35. Nilai B/C rasio tunai untuk jenis daun Dracaena pada PT PDMA dan petani masing-masing adalah 0,48 dan 0,49. Ini berarti dari setiap satu rupiah biaya tunai yang dikeluarkan oleh perusahaan dapat memperoleh keuntungan 137
sebesar Rp 0,48 dan setiap satu rupiah biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani dapat memperoleh keuntungan sebesar Rp 0,49. Nilai B/C rasio tunai untuk jenis daun Philodendron selloum pada PT PDMA dan petani masing-masing adalah 0,65 dan 0,28. Ini berarti dari setiap satu rupiah biaya tunai yang dikeluarkan oleh perusahaan dapat memperoleh keuntungan sebesar Rp 0,65 dan setiap satu rupiah biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani dapat memperoleh keuntungan sebesar Rp 0,28. Nilai B/C rasio atas biaya total untuk jenis daun Cordyline pada PT PDMA dan petani masing-masing adalah 0,21 dan 0,14. Ini berarti dari setiap satu rupiah biaya total yang dikeluarkan oleh perusahaan dapat memperoleh keuntungan sebesar Rp 0,21 dan setiap satu rupiah biaya total yang dikeluarkan oleh petani dapat memperoleh keuntungan sebesar Rp 0,14. Nilai B/C rasio total untuk jenis daun Dracaena pada PT PDMA dan petani masing-masing adalah 0,46 dan 0,12. Ini berarti dari setiap satu rupiah biaya total yang dikeluarkan oleh perusahaan dapat memperoleh keuntungan sebesar Rp 0,46 dan setiap satu rupiah biaya total yang dikeluarkan oleh petani dapat memperoleh keuntungan sebesar Rp 0,46. Nilai B/C rasio total untuk jenis daun Philodendron selloum pada PT PDMA dan petani masing-masing adalah 0,60 dan 0,21. Ini berarti dari setiap satu rupiah biaya total yang dikeluarkan oleh perusahaan dapat memperoleh keuntungan sebesar Rp 0,60 dan setiap satu rupiah biaya total yang dikeluarkan oleh petani dapat memperoleh keuntungan sebesar Rp 0,21. Hasil analisis R/C rasio antara PT PDMA dan petani tidak jauh berbeda, artinya PT PDMA dan petani dalam usahatani tanaman hias daun potong sama-sama efisien. Hasil analisis B/C rasio antara kedua lokasi juga tidak berbeda signifikan, walaupun secara umum lebih besar perusahaan karena penerimaannya juga lebih besar dibandingkan petani. Nilai R/C rasio dan B/C rasio yang dihasilkan, artinya usahatani daun potong Cordyline, Dracaena dan Philodendron selloum pada kedua lokasi penelitian ini sama-sama mampu memberikan keuntungan kepada pelaku usahanya.
138
Berdasarkan analisis pendapatan usahatani yang dilakukan di kedua lokasi penelitian, maka dapat dihitung biaya yang harus dikeluarkan untuk memproduksi satu ikat daun potong untuk masing-masing jenis per hektar (Tabel 32). Tabel 32. Biaya Produksi untuk Menghasilkan Satu Ikat Daun Potong pada PT Pesona Daun Mas Asri dan Kelompok Tani Al-Busyro Florist per Hektar Jenis Daun Potong Cordyline Dracaena : Ukuran L Ukuran M Ukuran S Philodendron selloum Ukuran L Ukuran M Ukuran S
PT PDMA (Rp) Biaya Produksi Harga Jual 2.886 3.500 4.227 4.226 4.220
Kelompok Tani (Rp) Biaya Produksi Harga Jual 2.633 3.000 891 1000
7.000 6.000 2.500 2.072
3.202 3.203 3.202
2.500
6.000 5.000 4.000
Tabel 32 menunjukkan bahwa PT PDMA lebih efisien dalam melakukan usahatani tanaman hias daun potong karena selisih biaya produksi yang harus dikeluarkan untuk menghasilkan satu ikat daun lebih besar dibandingkan dengan petani. Pada jenis daun yang memilki ukuran L, M dan S, perusahaan memperoleh keuntungan yang lebih besar dengan menjual daun yang berukuran L. Hal ini karena tanaman akan terus tumbuh namun biaya vaiabel yang dikeluarkan tetap. Usahatani tanaman hias daun potong yang dilakukan petani juga menguntungkan, namun tidak sebesar keuntungan yang diperoleh perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari biaya produksi yang dikeluarkan untuk menghasilkan satu ikat daun lebih kecil dari harga jual petani.
139
VII ANALISIS LINGKUNGAN LOKASI PENELITIAN Strategi merupakan cara untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Semua perusahaan mempunyai strategi, bahkan sekalipun bentuknya informal, tidak terstruktur dan sporadik. Semua organisasi atau perusahaan bergerak menuju suatu tujuan, walaupun ada beberapa organisasi tidak mengetahui tujuannya. Strategi disusun dengan mempertimbangkan aspek-aspek lingkungan. Analisis lingkungan merupakan kegiatan pemantauan, pengevaluasian, dan penyebaran informasi dari keadaan eksternal dan internal perusahaan. Setiap perusahaan perlu mengenali, menganalisis, dan mendiagnosis lingkungan usahanya, tidak terkecuali pada PT Pesona Daun Mas Asri dan Kelompok Tani Al-Busyro Florist selaku perusahaan atau organisasi yang senantiasa dipengaruhi lingkungan yang dinamis dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Faktor-faktor lingkungan merupakan variabel utama yang mempengaruhi penentuan strategi perusahaan atau organisasi. Tujuan mempelajari lingkungan adalah untuk : (1) menentukan faktorfaktor apa saja dalam lingkungan yang akan menjadi kendala terhadap pelaksanaan strategi dan tujuan perusahaan/organisasi, dan (2) menentukan apa saja fakor lingkungan yang akan memberikan peluang dan ancaman di dalam mencapai tujuan perusahaan/organisasi. 7.1 Analisis Lingkungan Internal PT Pesona Daun Mas Asri Analisis lingkungan internal merupakan suatu proses memadukan kekuatan dan kelemahan internal yang dimiliki oleh perusahaan. Identifikasi maupun analisis faktor-faktor internal pada PT PDMA dapat dilakukan dengan cara meninjau atau mengevaluasi faktor-faktor di bidang fungsional yang terdapat pada PT PDMA, sehingga diketahui faktor kekuatan dan kelemahan apa yang dimiliki oleh perusahaan dari berbagai aspek yaitu : (1) manajemen, (2) pemasaran, (3) keuangan/akuntansi, (4) produksi/operasi, (5) sumber daya manusia, dan (6) penelitian dan pengembangan.
7.1.1 Manajemen Untuk menganalisis fungsi manajemen usaha PT PDMA, terdapat beberapa aspek yang perlu dikaji, antara lain aspek perencanaan, pengorganisasian, pemberian motivasi, pengelolaan staf, dan aspek pengendalian. 1) Perencanaan Saat ini PT PDMA telah memiliki perencanaan jangka pendek dan jangka panjang. Perencanaan jangka pendek antara lain mengenai perencanaan produksi, pemasaran dan mengevaluasi kegiatan perusahaan per bulan yang dilakukan bersama staf dan karyawan lapangan. Perencanaan jangka panjang antara lain mengenai targettarget pemasaran, membahas keuangan perusahaan dan menyusun target yang akan dicapai untuk tahun berikutnya. Memiliki perencanaan jangka pendek dan jangka panjang ini menjadi kekuatan PT PDMA dalam pengembangan usahanya. 2) Pengorganisasian Struktur organisasi PT PDMA seperti yang terlihat pada Lampiran 2 menunjukkan bahwa posisi manajemen puncak dipegang langsung oleh pemilik dan dibawahnya seorang manajer yang mengelola seluruh kegiatan operasional perusahaan. Manajer bertanggung jawab terhadap pengambilan keputusan strategis yang terkait dengan kelancaran usaha. Dalam menjalankan operasionalisasi perusahaan, pemilik PT PDMA menerapkan pendekatan top down, dimana seluruh komando dilakukan langsung oleh pemilik usaha yang diteruskan kepada manajer kemudian
unit-unit
dibawahnya
hanya
melaksanakan
hal-hal
yang
telah
direncanakan. 3) Pemberian Motivasi Meskipun pendekatan yang dilakukan oleh pemilik PT PDMA lebih bersifat top down dalam operasionalisasi perusahaan akan tetapi pemilik dan manajer tidak menganggap karyawan sebagai bawahan melainkan sebagai rekan kerja. Hal ini karena peran serta karyawan juga terlibat dalam keberhasilan suatu usaha. Pemberian motivasi terhadap karyawan penting dilakukan karena terkait dengan loyalitas para karyawan terhadap perusahaan sehingga para karyawan tersebut merasa nyaman selama bekerja.
141
4) Pengelolaan Staf Pengelolaan staf dalam sebuah perusahaan terkait dengan budaya atau iklim kerja yang diterapkan oleh perusahaan tertentu. Budaya atau iklim kerja adalah kumpulan nilai, harapan serta kebiasaan masing-masing orang yang ada di perusahaan tersebut yang pada umumnya tetap dipertahankan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dalam PT PDMA, budaya atau iklim kerja yang terjadi cenderung ke arah kekeluargaan. Oleh karena itu, komunikasi yang terjalin antara manajer kepada para bawahannya tidak bersifat kaku sehingga kondisi seperti ini memudahkan manajer dalam memberikan tugas kepada bawahannya atau sebaliknya, jika para karyawan ingin menyampaikan sesuatu kepada manajer yang terkait dengan masalah kerja. Komunikasi antara manajer dan bawahan yang terjalin baik ini menjadi kekuatan pada PT PDMA dalam pengembangan usahanya. 5) Pengendalian Pada umumnya PT PDMA melakukan pengendalian hanya terbatas pada bidang produksi saja, khususnya dalam hal pengadaan bahan baku seperti pupuk. Pengendalian dalam hal pengadaan bahan baku penting dilakukan karena terkait langsung dengan proses budidaya sehingga kontinuitas dan kualitas panen tetap terjaga. 7.1.2 Pemasaran Pemasaran merupakan proses mendefinisikan, mengantisipasi, menciptakan serta memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan atas barang dan jasa. Pemasaran terkait dengan bauran pemasaran, yaitu aspek produk, harga, distribusi, dan aspek promosi. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai masing-masing bauran pada PT PDMA: 1) Produk Jenis tanaman hias yang diproduksi oleh PT PDMA adalah daun potong, yaitu daun yang digunakan sebagai pelengkap rangkaian bunga atau dekorasi. Produk daun potong yang dijual oleh PT PDMA saat ini ada 60 jenis daun potong. Aneka ragam jenis daun yang diproduksi oleh PT PDMA merupakan salah satu kekuatan yang
142
membedakan PT PDMA dengan pelaku usaha daun potong lainnya. Selain memiliki koleksi jenis tanaman yang beraneka ragam, PT PDMA juga selalu mengutamakan kualitas terhadap setiap produk yang dijualnya. Kualitas produk ini dapat dilihat dari ketahanan daun yang lebih lama dan warna daun yang lebih menarik. Hal inilah yang dilakukan oleh PT PDMA terhadap produk daun potongnya, dimana kualitas produk menjadi faktor penting yang menjadi perhatian perusahaan sekaligus menjadi kekuatan dalam pengembangan usahanya. Saat ini, target konsumen di Indonesia untuk PT PDMA adalah sebagian besar pada trader, florist, hotel, dan dekorator di sekitar wilayah DKI Jakarta dan Bogor. Saat ini PT PDMA menempatkan perusahaannya untuk berkonsentrasi pada pasar lokal. Alasan utamanya adalah untuk memenuhi pasar / konsumen potensial dalam negeri yang belum terpenuhi seluruhnya karena sebagian besar perusahaan tanaman hias yang ada saat ini berkonsentrasi pada bunga potong. Wilayah cakupan pemasaran PT PDMA masih sempit yaitu meliputi wilayah DKI Jakarta dan Bogor. Lokasi tersebut dipilih disesuaikan dengan jarak dari perusahaan dan karena perusahaan masih berkonsentrasi pada kontinuitas produksi. Daftar pelanggan PT PDMA disajikan pada Lampiran 5. Kemasan yang digunakan oleh PT PDMA untuk mengemas daun potong adalah karet dan kertas koran. Kemasan karet digunakan untuk mengikat tangkai daun hampir untuk semua jenis daun potong. Kemasan kertas koran hanya digunakan untuk daun potong yang berukuran 10 – 30 cm. Bentuk jaminan yang diberikan oleh PT PDMA jika seandainya produk yang dibeli atau dipesan tidak sesuai dengan keinginan pelanggan maka pihak PT PDMA bersedia menggantinya dengan produk yang sama sesuai dengan produk yang ditukarkan tersebut. Oleh karena itu, biasanya PT PDMA akan meminta kepada para pelanggannya untuk memeriksa barang yang dipesan tersebut apakah telah sesuai dengan pesanannya. Upaya ini dilakukan oleh PT PDMA untuk meminimalisasi terjadinya pemesanan barang yang tidak sesuai. 2) Harga Harga merupakan satu-satunya unsur dari bauran pemasaran yang menghasilkan penerimaan bagi perusahaan sedangkan yang lainnya menimbulkan
143
biaya. Harga juga dapat menunjukkan posisi perusahaan dalam persaingan. Berdasarkan hasil wawancara manajemen perusahaan, penetapan harga produk pada PT PDMA didekatkan atas pendekatan persaingan, yaitu pihak perusahaan melakukan survei pasar mengenai harga daun potong yang berkembang sehingga penetapan harga jual yang digunakan oleh PT PDMA dengan mengikuti harga daun potong yang sudah ada di pasaran. Oleh karena itu, hampir tidak ada perbedaan harga antara PT PDMA dengan perusahaan sejenis lainnya. Namun harga yang ditetapkan oleh PT PDMA lebih tinggi dari petani daun potong karena kualitas dan kontinuitas yang dihasilkan oleh perusahaan lebih baik. Penetapan harga yang lebih tinggi dari petani ini menjadi salah satu kelemahan PT PDMA dalam pengembangan usahanya, karena pelanggan bisa berpindah ke petani yang menetapkan harga lebih murah. Namun PT PDMA juga tidak mampu menyamakan harga dengan petani karena biaya produksi yang harus dikeluarkan peusahaan lebih besar. Penetapan harga jual pada PT PDMA disajikan pada Lampiran 6. Sistem penjualan yang dilakukan PT PDMA adalah sistem jual putus yaitu sistem penjualan yang menjadi tanggung jawab pembeli ketika barang yang dikirim telah berpindah tangan kepada pembeli. Pembeli tidak dikenakan ongkos kirim apabila pengiriman produk dilakukan sesuai jadwal pengiriman perusahaan yaitu pada hari Senin, Rabu, dan Jumat. Pengiriman yang dilakukan diluar jadwal pengiriman PT PDMA hanya bisa dilakukan jika konsumen melakukan proses pembelian dengan jumlah minimal Rp 500.000. Perusahaan menerapkan sistem diskon pada penjualan produknya. Diskon atau potongan harga diberikan kepada konsumen produsen yaitu trader-trader yang membeli produk perusahaan untuk dijual kembali kepada konsumen lain. Diskon yang diberikan kepada trader-trader tersebut sebesar 10% tanpa batas minimal pembelian. 3) Distribusi Distribusi merupakan kegiatan yang harus dilakukan oleh sebuah perusahaan untuk menyalurkan, mengirimkan serta menyampaikan barang yang dipasarkannya
144
kepada konsumen. Secara umum, PT PDMA dalam mendistribusikan produknya melalui dua pola saluran. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai saluran distribusi pada PT PDMA (Gambar 6). END USER - Florist - Hotel - Dekorator - Rumah Tangga - Hotel
PT. PDMA
TRADER
Gambar 6.
Saluran Distribusi Daun Potong pada PT Pesona Daun Mas Asri Sumber : PT Pesona Daun Mas Asri, 2009
Beberapa kelompok konsumen daun potong PT Pesona Daun Mas Asri tersebut adalah sebagai berikut : a.
Pasar Konsumen Pasar ini terdiri dari perorangan atau rumah tangga yang membeli produk
daun potong untuk dikonsumsi sendiri atau dipakai sendiri dan tidak untuk diperdagangkan kembali. Para konsumen secara rsional akan membeli produk dengan pertimbangan kualitas (mutu), yaitu dapat digunakan dengan baik dan dapat meningkatkan efisiensi atau harga yang paling murah. Unsur kualitas merupakan faktor yang penting dalam proses pembelian produk oleh pembeli. Pasar konsumen PT PDMA adalah dekorator, hotel, dan florist. b.
Pasar Produsen Pasar ini tediri dari perorangan atau organisasi yang membeli produk daun
potong untuk digunakan dalam proses produksi lebih lanjut yang kemudian hasilnya dijual atau disewakan kepada pihak lain. Pada umumnya motif pembelian dari sebagian besar produsen bersifat rasional terutama pembelian dalam jumlah yang besar. Hal ini disebabkan oleh faktor keinginan untuk memperoleh keuntungan dan
145
mendapatkan kombinasi yang optimal atas harga, kualitas dan pelayanan dari produk yang dibelinya. Pasar produsen PT PDMA saat ini adalah trader-trader yang berada di wilayah Bogor dan DKI Jakarta. Saat ini, PT PDMA telah memiliki outlet/toko sebagai tempat untuk menjual produknya. Outlet tersebut berada di Jakarta tepatnya di sebelah sekretariat ASBINDO. Dengan dibukanya outlet ini konsumen dapat membeli produk perusahaan dengan datang langsung ke outlet tersebut tanpa harus memesan terlebih dahulu. Outlet PT PDMA ini dibuka setiap hari mulai dari pukul 08.00 – 16.00 WIB. Namun pihak manajemen menetapkan transaksi penjualan daun potong yang ada dioutlet harus melakukan pembayaran secara tunai. Memiliki outlet/toko sendiri ini menjadi salah satu kekuatan perusahaan. Transaksi pembelian yang dilakukan oleh PT PDMA dilakukan secara tunai dan kredit. Pembayaran tunai dilakukan oleh konsumen setelah memesan atau setelah produk diterima. Untuk sistem pembayaran secara kredit, perusahaan menentukan batas hutang sampai Rp 5.000.000. Jika konsumen sudah berhutang kepada perusahaan sama dengan Rp 5.000.000, maka perusahaan tidak bisa mengirimkan produk pesanan selanjutnya sebelum hutang tersebut dibayar lunas. Kebanyakan konsumen PT PDMA melakukan pembayaran secara kredit. Selama perkembangan perusahaan, pembayaran yang dilakukan oleh konsumen baik tunai maupun kredit selalu lancar dan tidak ada masalah. 4) Promosi Menurut Umar (2008), pemasaran tidak hanya membicarakan produk, harga produk dan pendistribusian produk, tetapi juga mengkomunikasikan produk ini kepada masyarakat agar produk dikenal dan akhirnya melakukan pembelian terhadap produk tersebut. Dalam memasarkan produknya, kegiatan promosi yang telah dilakukan oleh PT PDMA adalah melakukan penjualan personal dan promosi penjualan. Untuk penjualan personal dilakukan personal selling atau penawaran langsung kepada konsumen. Pemasaran mikro yang dilakukan PT PDMA merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan atau sasaran perusahaan
146
dengan memperkirakan atau mengantisipasi kebutuhan konsumen yang dilayani dan memenuhi kebutuhan tersebut langsung dari produsen ke konsumen. Pada PT PDMA, personal selling melakukan kontak pribadi secara langsung antara bagian pemasaran/sales person dari perusahaan dengan pembeli. Dengan personal selling akan menciptakan komunikasi dua jalur antar pembeli dan penjual untuk mempengaruhi keputusan pembelian atau menggunakan faktor psikologis dalam rangka membujuk dan memberi keberanian pada waktu pembuatan keputusan. Namun, tenaga pemasaran yang ada di PT PDMA saat ini kurang melaksanakn tugasnya dengan baik. Hal ini mengakibatkan kehilangan beberapa konsumen karena kurang menindak lanjuti (follow-up) konsumen. Kegiatan promosi yang pernah dilakukan oleh PT PDMA adalah mengikuti open house yang bertujuan untuk memperkenalkan perusahaan dan ragam produk yang dimiliki perusahaan. Open house tersebut dilaksanakan oleh ASBINDO (Asosiasi Bunga Indonesia) dimana PT PDMA termasuk sebagai salah satu anggotanya. Kegiatan ini
dirasa kurang efektif bagi perusahaan karena bagian
pemasaran tidak menindak lanjuti promosi terhadap daftar calon/konsumen yang sudah dimiliki. 7.1.3 Keuangan/Akuntansi Untuk mendirikan sebuah perusahaan, diperlukan sejumlah modal. Modal ini tidak hanya dalam bentuk uang tunai, namun juga termasuk lahan, bangunan, dan alat-alat produksi yang dimiliki oleh perusahaan. Modal yang digunakan pun dapat berasal dari modal sendiri atau modal pinjaman. Pada PT PDMA, modal awal yang digunakan untuk mendirikan usaha sepenuhnya berasal dari modal pemilik sendiri. PT PDMA tidak memberlakukan sistem investasi dari pihak luar karena adanya komitmen pemilik perusahaan untuk tetap menggunakan modalnya sendiri. Untuk keberlangsungan perusahaan seterusnya, PT PDMA sudah mampu memperoleh modal usaha dari hasil penjualan perusahaan sejak awal tahun 2006. Hal ini dibuktikan dengan perhitungan pendapatan usahatani pada pembahasan usahatani (bab VI) dengan menghitung tiga jenis daun potong yang ada di PT PDMA. Hasil
147
analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C ratio analysis) menunjukkan bahwa usahatani ini memiliki penerimaan yang lebih besar dibanding biaya usahatani, hal ini ditunjukkan oleh nilai R/C rasio lebih besar dari satu. Artinya bahwa usahatani daun potong jenis Cordyline, Dracaena dan Philodendron selloum di PT Pesona Daun Mas Asri layak untuk diusahakan dan tentunya memberikan keuntungan terhadap perusahaan. Pencatatan keuangan di PT PDMA saat ini sudah menerapkan sistem akuntansi dan terkomputerisasi. Sistem akunting dan keuangan perusahaan ditangani oleh seorang akuntan. Akuntan ini bertugas untuk membuat laporan keuangan dari penjualan yang dilakukan perusahaan. Akuntan akan menerima laporan penjualan dari pihak manajemen perusahaan untuk kemudian diolah menjadi laporan keuangan. 7.1.4 Produksi/Operasi Fungsi produksi dari suatu usaha terdiri dari semua aktivitas yang mengubah input menjadi barang dan jasa sebagai output perusahaan. Produksi merupakan inti yang paling dalam, spesifik serta berbeda dengan bidang fungsional lain karena dalam kegiatan produksi terjadi suatu proses transformasi nilai tambah yang mengubah input menjadi output yang dapat dijual dengan harga kompetitif di pasar. Aktivitas produksi dalam suatu perusahaan diharapkan dapat beroperasi dengan biaya yang rendah namun memiliki kualitas dan tingkat produktivitas yang tinggi. PT PDMA adalah salah satu perusahaan tanaman hias yang berperan sebagai produsen utama daun potong di Jawa Barat. Hal ini yang membuat PT PDMA selalu menghasilkan produknya dengan kualitas yang baik karena didukung dengan fasilitas-fasilitas yang memadai dan pengalaman karyawan dalam kegiatan produksi. Variabel
produksi/operasi
ini
menerapkan
upaya
perusahaan
dalam
menghasilkan produksi seoptimal mungkin, penggunaan dan pemeliharaan alat, mesin-mesin serta aset fisik lainnya. Kegiatan produksi harus ditunjang oleh sarana dan prasarana yang mendukung. Kegiatan budidaya atau proses produksi daun potong pada PT PDMA meliputi proses penanaman bibit tanaman dan pemeliharaan tanaman sampai daun siap untuk dipanen.
148
Bibit daun potong merupakan salah satu sarana produksi yang terpenting dalam kegiatan produksi, baik kualitas maupun kuantitasnya. PT PDMA memperoleh bibit daun potong dari beberapa pemasok bibit di wilayah Bogor, Parung dan Cipanas. Perusahaan belum mampu melakukan pembibitan sendiri. Hal ini disebabkan proses pembibitan memerlukan waktu yang lama padahal perusahaan harus berkonsentrasi pada produksi dan permintaan konsumen. Bibit daun potong yang diperoleh dari pemasok merupakan bibit untuk tanaman yang justru menjadi produk unggulan PT PDMA seperti Philodendron selloum, Philodendron marble, Mosntera, Cordyline, dan Asparagus ‘bintang’. Ketidakmampuan perusahaan dalam memproduksi bahan baku berupa bibit sendiri ini menjadi salah satu kelemahan perusahaan. Kegiatan produksi di PT PDMA lainnya menyangkut pemeliharaan tanaman yang
meliputi
kegiatan
pemupukan,
penyiraman,
pemangkasan
tanaman,
pembersihan gulma, pengendalian hama dan penyakit, serta kegiatan panen dan pasca panen. Pupuk yang digunakan pada PT PDMA adalah pupuk organik dan pupuk non organik (kimia). Bahan dasar yang digunakan untuk pembuatan kompos seperti kotoran sapi, sekam dan dolomit yang diperoleh dari pemasok. Kemudian perusahaan membuat pupuk organik sendiri dari bahan dasar yang ada dengan alat bantu mesin penggilingan kompos. Untuk mempercepat pertumbuhan tanaman, perusahaan juga menggunakan pupuk non organik (kimia) seperti Urea, TSP dan Multitonik. Kegiatan penyiraman dan pemangkasan tanaman rutin dilakukan jika diperlukan. Pembersihan gulma dan pengendalian hama penyakit tanaman penting dilakukan untuk menjaga kualitas daun yang dihasilkan. Pestisida yang digunakan untuk pengendalian hama dan penyakit tanaman adalah antrakol dan curacron. Pemanenan daun potong dilakukan ketika ada permintaan dari konsumen. Beberapa jenis daun potong sudah memiliki grade berdasarkan ukuran (S, M, L) seperti Philodendron selloum, Dracaena, Asparagus ‘bintang’, Philodendron marble dan monstera. Dalam menjaga dan meningkatkan mutunya, PT PDMA juga melakukan pengawasan terhadap proses produksi. Pengawasan proses produksi sangat penting dilakukan karena produk daun potong yang dihasilkan merupakan
149
produk yang mengutamakan kualitas dan kemenarikan. Namun, PT PDMA saat ini mengalami masalah terhadap kurangnya quality control terhadap daun pada proses pemanenan, sehingga menimbulkan beberapa complain dari konsumen. Kurangnya quality control ketika proses panen ini menjadi kelemahan PT PDMA saat ini. 7.1.5 Sumberdaya Manusia Sumberdaya manusia merupakan salah satu faktor internal dari suatu perusahaan yang sangat menentukan keberlangsungan perusahaan. Faktor ini berkenaan dengan keragaan sumberdaya manusia, kompensasi dan fasilitas, serta perekrutan dan penempatan karyawan. Sumberdaya manusia memiliki sifat yang spesifik, mereka menyumbangkan sumberdaya berupa keterampilan, pengetahuan dan kemampuan dalam mengambil keputusan yang merupakan faktor penting dalam menjalankan usaha. Sumberdaya manusia yang dimiliki perusahaan khususnya untuk manajer, supervisor dan staf berlatang belakang pendidikan pertanian dan berpengalaman dibidang tanaman hias. Keragaan sumberdaya manusia meliputi jumlah karyawan, tingkat pendidikan dan spesialisasi tugas. PT PDMA memiliki 25 karyawan yang terbagi dalam tiga golongan yaitu karyawan staf, karyawan lapangan dan buruh harian. Karyawan staf terdiri dari lima orang karyawan yang terdiri dari manajer, bagian pemasaran, administrasi dan supervisor (dua orang), sedangkan untuk karyawan lapangan sebanyak 19 orang dan satu orang sebagai buruh lepas harian. Pemberian upah atau kompensasi bagi pegawai di PT PDMA disesuaikan dengan kemampuan, pengalaman dan lama kerja. Sistem pembayaran upah atau gaji karyawan adalah setiap bulan bagi pegawai staf dan setiap dua minggu sekali untuk pegawai lapangan. PT PDMA juga memberikan tunjangan kesehatan untuk pegawainya, namun pekerja lapang di perusahaan belum memiliki rasa tanggung jawab terhadap pekerjaannya karena manajemen SDM yang lemah. Hingga saat ini, PT PDMA selalu berupaya untuk meningkatkan kualitas karyawannya dalam hal peningkatan kualitas produktivitas, keahlian, kemampuan kerja dan pengetahuan.
150
Pada umumnya secara otodidak karyawan telah terlatih untuk melakukan tugasnya dengan baik namun dengan keterbatasan kemampuan yang dimilikinya, maka peningkatan kualitas sumberdaya manusia perusahaan masih sangat dibutuhkan. Perusahaan menekankan tanggung jawab dalam melakukan pekerjaan bagi setiap karyawannya agar pekerjaan dapat terlaksana dengan baik serta melatih karyawan untuk disiplin terhadap tugas yang harus dikerjakannya. Proses perekrutan pegawai pada PT PDMA tidak dilakukan melalui seleksi terstruktur. Jika perusahaan membutuhkan pegawai baru, maka pihak perusahaan akan menyebarkan informasi lowongan kerja kepada pegawai perusahaan atau langsung ke masyarakat sekitar perusahaan. PT PDMA selalu memperkerjakan karyawan dari daerah sekitar wilayah perusahaan karena tujuan sosialnya adalah mensejahterakan kehidupan masyarakat di sekitar lokasi perusahaan. 7.1.6. Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Bidang penelitian dan pengembangan merupakan salah satu bagian dari suatu perusahaan yang memiliki fungsi terkait dengan pengembangan produk baru atau riset pasar. Biasanya perusahaan harus memiliki anggaran biaya tersendiri untuk menjalankan departemen litbangnya sehingga tidak semua perusahaan memiliki bidang ini. Saat ini PT PDMA termasuk salah satu perusahaan agribisnis yang tidak memiliki bidang litbang. Hal ini karena orientasi perusahaan terbatas pada bagaimana modal yang digunakan untuk menjalankan usaha dapat kembali dan memperoleh keuntungan dari penjualan produknya. Selain itu, disebabkan oleh keterbatasan tenaga ahli yang mampu untuk mengelolanya. Ketiadaan bidang penelitian dan pengembangan (litbang) dalam perusahaan merupakan kelemahan bagi PT PDMA. Tetapi PT PDMA memliki akses yang mudah untuk memperoleh dan mengadopsi teknik-teknik budidaya tanaman. Informasi tentang teknik budidaya tanaman hias ini diperoleh dari hasil-hasil seminar yang selalu diikuti oleh manajer dan bagian produksi perusahaan.
151
7.2 Analisis Lingkungan Eksternal PT Pesona Daun Mas Asri Analisis lingkungan eksternal bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi kecenderungan-kecenderungan dan kejadian-kejadian yang berada di luar kendali perusahaan. Analisis lingkungan eksternal berfokus pada penentuan faktor-faktor yang menjadi ancaman dan peluang bagi perusahaan sehingga memudahkan manajemen perusahaan untuk menentukan strategi-strategi untuk meraih kesempatan dan menghindari ancaman. Melalui analisis lingkungan eksternal diperoleh variabel-variabel kunci apa saja yang dapat memberikan respon dan pengaruh terhadap kondisi PT PDMA , serta mengetahui seberapa besar faktor-faktor tersebut berpengaruh dalam keberhasilan perusahaan, dengan demikian PT PDMA diharapkan mampu mengidentifikasikan serangkaian faktor strategis yang menjadi penentu dalam penyusunan strategi perusahaan. Faktor-faktor eksternal tersebut meliputi kondisi politik, ekonomi, sosial, teknologi dan lingkungan kompetitif perusahaan. Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi PT PDMA di dalam proses perumusan strateginya akan dijabarkan sebagai berikut : 7.2.1 Analisis Lingkungan Umum PT Pesona Daun Mas Asri Lingkungan umum perusahaan adalah keseluruhan faktor lingkungan eksternal yang berada di luar, terlepas dari perusahaan sehingga tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan. Faktor-faktor utama yang bisa diperhatikan adalah faktor ekonomi, sosial, politik, dan teknologi. 1. Lingkungan Ekonomi Lingkungan ekonomi terkait dengan kebijakan-kebijakan yang mempengaruhi perekonomian suatu bangsa. Beberapa kekuatan ekonomi yang mempengaruhi perekonomian
suatu
bangsa
misalnya
pertumbuhan
ekonomi
yang
akan
mempengaruhi daya beli masyarakat, inflasi yang tinggi, kenaikan atau penurunan harga berbagai macam komoditas, dan lain-lain. Daya beli merupakan salah satu indikator perekonomian yang mengalami penurunan. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk mendorong daya beli seperti pemberian insentif Pajak Penghasilan (PPh) dan penurunan harga bahan 152
bakar minyak (BBM) dari Rp 6.000 per liter menjadi Rp 4.500 per liter. Namun, upaya yang dilakukan oleh pemerintah belum dapat meningkatkan daya beli masayarakat. Penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) diupayakan agar hargaharga segera turun sehingga daya beli masyarakat juga meingkat. Tetapi setelah berjalan beberapa bulan, harga-harga cenderung belum turun. Pedagang masih bertahan dengan harga lama, bahkan sebagian komoditas cenderung naik. Faktor lain adalah melemahnya nilai rupiah sehingga harga barang-barang impor menjadi naik. Rendahnya daya beli masyarakat disebabkan oleh inflasi yang berfluktuasi setiap tahun (Tabel 33). Peningkatan inflasi yang sampai 68,44 persen pada tahun 2008 masih terasa dampaknya sampai sekarang. Peningkatan inflasi ini merupakan ancaman bagi perusahaan karena akan mempengaruhi daya beli masyarakat. Inflasi akan semakin meningkat apabila belum ada kestabilan perekonomian Indonesia. Tabel 33. Inflasi di Indonesia Tahun 2005 – 2008 Tahun 2005 2006 2007 2008
Inflasi (%) 17,11 6,60 6,59 11,10
Laju Pertumbuhan (%) -61,43 -0,15 68,44
Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia (2009)
Rendahnya daya beli masyarakat akan memperlambat laju pertumbuhan ekonomi yang dimaknai jumlah barang dan jasa yang terserap dalam perekonomian jauh lebih kecil. Pertumbuhan ekonomi melambat karena para pelaku usaha terpuruk akibat barang dan jasa tidak terserap oleh konsumen karena daya beli yang rendah. Menurut Bank Indonesia (2009), bahwa pada tahun 2009 perekonomian masih dihadapkan pada ketidakpastian pemulihan ekonomi global sehingga perekonomian Indonesia diperkirakan tumbuh lebih rendah dari yang diperkirakan pada awal tahun. Hal ini mengindikasikan bahwa belum ada kepastian perbaikan ekonomi Indonesia. Ketidakstabilan perekonomian Indonesia turut mempengaruhi budidaya tanaman hias daun potong PT PDMA pada tahun 2008 yang lalu sebesar 20 persen 153
terhadap pendapatan perusahaan. Rendahnya daya beli masyarakat merupakan ancaman bagi perusahaan. Ketidakpastian permintaan terhadap produk daun potong menjadi ancaman bagi produksi perusahaan. Produk yang dihasilkan belum tentu terserap oleh konsumen karena daya beli masyarakat yang cenderung menurun. Selain itu harga pupuk kimia yang meningkat akibat pencabutan subsidi pupuk, juga berpengaruh terhadap kegiatan produksi perusahaan. Perusahaan memutuskan untuk membuat pupuk sendiri yang berasal dari pupuk kandang dengan tujuan untuk mengurangi biaya produksi. Hal ini dilakukan perusahaan untuk tetap menjaga kualitas produknya yang selama ini dinilai baik oleh konsumen dan menjadi kekuatan PT PDMA. 2. Lingkungan Sosial, Budaya, dan Demografi Lingkungan sosial, budaya, dan demografi merupakan kekuatan luar yang cukup banyak mempengaruhi suatu perusahaan. Perilaku sekelompok masyarakat dalam suatu komunitas dapat merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan, tetapi di sisi lain dapat berupa ancaman yang harus dihindari. Perubahan zaman diikuti dengan perubahan gaya hidup masyarakat yang merupakan komunitas di dalamnya. Jumlah
perkawinan
dan
kelahiran
merupakan
dimensi
yang
ikut
mempengaruhi permintaan terhadap produk daun potong. Daun potong banyak digunakan untuk dekorasi acara-acara pernikahan. Produk tanaman hias dan daun potong sangat dipengaruhi oleh faktor sosial dan budaya. Hal ini dikarenakan produk daun potong merupakan produk yang dikonsumsi untuk kebutuhan estetika. Selain itu, Indonesia juga memiliki kekayaan suku dengan ras dan agama yang beragam. Peringatan hari-hari besar seperti imlek, tahun baru dan natal juga mempengaruhi permintaan terhadap produk daun potong. Walaupun daun-daunan tidak memiliki warna yang identik dengan warna merah untuk imlek, namun permintaan konsumen tetap meningkat. Saat ini tren tanaman hias beralih ke arah daun-daunan. Daun-daun tersebut digunakan sebagai pelengkap dalam dekorasi dan
154
rangkaian bunga. Perubahan tren tanaman hias ke arah daun-daunan menjadi peluang bagi PT PDMA. Peningkatan pembangunan seperti gedung-gedung perkantoran, hotel, perumahan, dan real estate merupakan salah satu faktor eksternal lain yang berpengaruh terhadap perkembangan permintaan tanaman hias. Banyaknya gedung perkantoran, hotel dan perumahan di kota-kota besar secara tidak langsung akan meningkatkan kuantitas permintaan produk daun potong dan memberikan peluang bagi perusahaan untuk memperluas pangsa pasar. Hal ini disebabkan oleh sebagian besar permintaan pasar produk daun potong diperoleh dari pasar-pasar produsen seperti hotel, trader, florist dan dekorator. Meningkatnya pembangunan gedung perkantoran, real estate, dan hotel merupakan peluang bagi PT PDMA. Sebagai ancaman, cuaca yang tidak menentu dan iklim yang berubah-ubah menjadi kendala dalam budidaya tanaman hias daun potong. Hujan yang dapat terjadi sewaktu-waktu dan kemarau panjang yang melanda kawasan Ciawi dan sekitarnya mengakibatkan resiko produksi seperti munculnya hama penyakit, tangkai daun busuk karena terlalu banyak air, warna daun tidak menarik, dan lain-lain. Hal ini berakibat pula kepada penurunan jumlah panen sehingga implikasinya penurunan penerimaan pada PT PDMA. Selain itu, berubah-ubahnya selera masyarakat terhadap jenis daun potong dapat menjadi ancaman bagi PT PDMA. Walaupun saat ini tren tanaman hias beralih ke arah daun-daunan, namun selera masyarakat terhadap jenis yang akan digunakan sangat dipengaruhi oleh tren yang terus berlanjut. Tren tanaman hias agak sulit diperkirakan. karena dapat berasal dari luar negeri (misalnya Thailand) dan dapat pula berasal dari dalam negeri (misalnya PT PDMA yang merupakan trend setter daun potong karena memiliki koleksi jenis daun beranekaragam). Keberadaan jenis tanaman baru yang mulai tren akan menurunkan penjualan tanaman hias lama yang tren-nya sudah menurun.
155
3. Lingkungan Politik, Pemerintah dan Hukum Kondisi politik Indonesia turut mempengaruhi kegiatan produksi pelakupelaku usaha di Indonesia. Salah satu kebijakan yang dilakukan pemerintah adalah penurunan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Pada bulan Desember 2008 pemerintah telah menurunkan harga BBM untuk meredam dampak krisis ekonomi Indonesia. Pemerintah menurunkan harga BBM dari Rp 6.000 per liter menjadi Rp 4.500 per liter. Penurunan harga BBM belum dirasakan oleh semua pihak karena mereka masih merasakan harga berbagai komoditas yang tetap mahal. Namun, beberapa pelaku usaha telah merasakan dampak langsung dari penurunan harga BBM. Pelaku usaha dapat merasakan dampak langsung karena biaya produksi yang semakin menurun terutama bagi pelaku usaha yang menggunakan bahan bakar minyak sebagai input utama dalam proses produksinya. PT PDMA sebagai salah satu perusahaan agribisnis telah merasakan dampak penurunan harga BBM tersebut. Sejak penurunan harga BBM, biaya produksi perusahaan menjadi efisien dan berkurang. Penurunan harga BBM menurunkan biaya transportasi perusahaan dalam pemasaran produk ke konsumen. Selama ini biaya transportasi produk dibebankan ke pihak perusahaan. Kenaikan harga BBM pada pertengahan tahun 2008 sempat menaikkan biaya produksi perusahaan. Namun setelah penurunan harga BBM, biaya produksi perusahaan kembali turun sehingga dampak pengefisienan biaya ini dapat digunakan oleh perusahaan ke biaya produksi lain. Penurunan harga BBM ini merupakan peluang bagi perusahaan dalam pengembangan usaha. Biaya yang efisien merupakan kesempatan bagi perusahaan dalam memperluas pangsa pasar. Selain penurunan harga BBM, pada tahun 2007 pemerintah mengeluarkan PP No. 7/2007 yang menetapkan bahwa barang hasil pertanian dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN), salah satunya adalah komoditi tanaman hias. Dalam PP No. 7/2007 kegiatan yang ditetapkan lebih luas, yaitu mencakup yang dipetik langsung atau disadap langsung dari sumbernya termasuk juga yang diproses awal dengan tujuan untuk memperpanjang proses lebih lanjut.
156
Tujuan dari peraturan tersebut adalah untuk mendorong perkembangan dunia usaha dan meningkatnya daya saing khususnya dibidang pertanian. Insentif pembebasan PPN merupakan peluang bagi pengusaha tanaman hias untuk dapat meningkatkan pemasarannya baik di pasar dalam negeri maupun luar negeri. 4. Lingkungan Teknologi Peran ilmu pengetahuan dan teknologi dalam setiap bidang usaha cukup penting. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan tuntutan dari setiap manusia untuk mengefisienkan setiap pekerjaan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak hanya dirasakan oleh perusahaan-perusahaan besar yang telah menggunakan teknologi modern. Namun, di lain pihak setiap bidang usaha telah turut merasakan dampak perkembangan teknologi tersebut. Peranan perkembangan IPTEK hanya dapat dirasakan jika bidang usaha tersebut dapat mengadopsinya. Adopsi yang tinggi terhadap perubahan teknologi akan membantu perkembangan suatu usaha. PT PDMA sebagai salah satu perusahaan agribisnis yang sudah cukup lama berdiri telah menerapkan teknologi dalam budidayanya. Penerapan teknologi tersebut berupa cara pengelolaan tanaman secara intensif. Dengan cara intensif, perusahaan menggunakan rumah naungan atau shading house dengan tipe mata gergaji / saw tooth yang dilengkapi dengan fasilitas pendukungnya. Penerapan teknologi lain dalam perusahaan berupa penggunaan obat-obatan bagi tanaman yang diserang hama dan penyakit. Alat-alat teknologi juga berperan dalam mendukung kegiatan produksi perusahaan. Penggunaan alat-alat tersebut sangat membantu perusahaan walaupun masih tergolong sederhana. Penggunaan sprayer dan mesin penggiling kompos sangat membantu perusahaan dalam melakukan kegiatan produksi. Teknologi lain yang sudah mapan bagi perusahaan adalah penggunaan alat transportasi yang mendukung kegiatan pemasaran. Telepon, faximile dan internet membantu perusahaan berhubungan dengan pelanggan dan sebagai media promosi, dan penggunaan komputer untuk mendukung kegiatan administrasi perusahaan.
157
Penggunaan teknologi perusahaan saat ini masih tergolong sederhana. Perusahaan belum mengadopsi teknologi yang lebih baik bagi perusahaan baik dari segi alat maupun teknologi prosesnya. Perkembangan teknologi saat ini sudah cukup maju dan kedepannya akan lebih baik lagi. Perkembangan teknologi saat ini berupa teknologi ilmu pengetahuan, teknologi berupa alat-alat, dan teknologi informasi. Kemampuan perusahaan dalam mengadopsi setiap perkembangan teknologi akan membantu perusahaan untuk menciptakan pasar baru, pangsa pasar yang lebih besar, efisiensi dalam setiap proses produksi, dan inovasi produk. Pangsa pasar yang lebih besar dan inovasi produk merupakan kebutuhan perusahaan saat ini untuk menjadi perusahaan yang lebih besar. Teknologi informasi akan membantu perusahaan dalam mempromosikan produk melalui internet. 7.2.2 Analisis Lingkungan Industri PT Pesona Daun Mas Asri Lingkungan industri merupakan lingkungan yang lebih dekat dengan perusahaan dibandingkan dengan lingkungan umum. Aspek lingkungan industri lebih mengarah pada aspek persaingan di mana bisnis perusahaan berada. Lingkungan industri dijelaskan melalui Model Lima Kekuatan Porter berdasarkan lima aspek utama, yaitu : 1.
Persaingan Antarperusahaan Sejenis PT PDMA merupakan salah satu dari beberapa perusahaan agribisnis daun
potong yang ada di Bogor. Kegiatan utamanya adalah memproduksi daun potong sebagai pelengkap rangkaian bunga dan dekorasi. Wilayah pemasaran perusahaan saat ini yang menjadi segmen pasarnya adalah Jakarta dan Bogor. Sewaktu-waktu terdapat konsumen yang melakukan pemesanan kepada perusahaan yang berasal dari luar kota/negeri, seperti Bandung, Surabaya dan Arab Saudi. Namun konsumen dari daerah tersebut kurang loyal terhadap perusahaan. Mereka melakukan pembelian hanya beberapa kali saja bahkan dalam waktu lama tidak melakukan pembelian. Oleh karena itu, target pasar perusahaan saat ini adalah konsumen yang berada di daerah Bogor, Jakarta dan sekitarnya. Wilayah pemasaran yang relatif dekat dengan lokasi
158
perusahaan merupakan pertimbangan utama perusahaan dalam memilih segmen pasar. Pesaing yang harus dihadapi PT PDMA adalah perusahaan-perusahaan (baik perseorangan maupun kelompok) yang bergerak dalam bidang tanaman hias daun potong. Persaingan terlihat dalam harga, varian dan kualitas tanaman hingga fasilitas yang disediakan. Tren tanaman hias yang berubah-ubah menuntut pengusaha untuk bersaing dalam merespon perubahan tren dengan cepat dan menyediakan jenis tanaman yang sedang tren tersebut untuk konsumen. Jumlah perusahaan / petani tanaman hias daun potong di Bogor dan Jakarta tidak terhitung secara pasti. Namun, PT PDMA saat ini mengalami persaingan harga dengan petani yang memiliki beberapa jenis daun yang sama dengan produk PT PDMA. Petani berani menjual produk yang sama dengan harga jual yang relatif lebih murah. Walaupun petani memiliki pangsa pasar sendiri dan segmen yang berbeda, namun tentu saja ini menjadi ancaman bagi perusahaan untuk mempertahankan kosumennya. 2. Potensi Masuk Pendatang Baru Pendatang baru ke suatu industri membawa masuk kapasitas baru, keinginan untuk merebut bagian pasar (market share), dan seringkali sumber daya yang cukup besar. Ancaman pendatang baru atau pesaing baru yang dialami PT PDMA pada umumnya adalah berasal dari petani atau pengusaha tanaman hias daun khususnya yang berada di sekitar wilayah Ciawi-Cipanas. Meskipun dari segi kekuatan permodalan cukup beragam, para pelaku usaha ini dapat mengurangi bagian pasar PT PDMA. Apalagi para pelaku usaha baru ini dapat menjual dengan harga di bawah harga produk PT PDMA. Besarnya ancaman masuk pendatang baru dalam industri tanaman hias daun potong bergantung pada hambatan masuk yang ada dan pada reaksi perserta persaingan yang sudah ada terhadap calon pendatang baru. Dalam industri tanaman hias daun potong hambatan masuk pasar sangat rendah.
159
Rendahnya hambatan masuk pasar atau industri tanaman hias daun potong lebih disebabkan oleh beberapa faktor antara lain untuk terjun ke industri tanaman hias daun tidak terlalu memerlukan permodalan dengan skala besar. Biaya produksi tanaman hias dapat diatur sesuai dengan skala usaha yang diinginkan. Sehingga siapa saja yang ingin terjun ke industri ini baik peroranagan maupun organisasi perusahaan dapat dengan mudah menyesuaikan posisi skala usahanya dalam industri. Oleh karena itu, potensi masuknya pendatang baru merupakan ancaman bagi perkembangan PT PDMA. 3.
Kekuatan Tawar Menawar Pemasok Pemasok dapat menggunakan kekuatan tawar menawar terhadap para peserta
industri dengan cara akan menaikkan harga atau menurunkan kualitas produk atau jasa yang dibeli. Kekuatan masing-masing pemasok bergantung pada sejumlah karakteristik siatuasi pasarnya dan pada tingkat kepentingan relatif penjualan atau pembeliannya dalam industri tersebut dibandingkan dengan keseluruhan bisnisnya. Untuk kegiatan produksinya, PT PDMA telah memiliki alternatif pemasok yang dapat memenuhi semua kebutuhannya. Kerjasama yang sudah lama tejalin dengan pemasok membuat kedua belah pihak enggan untuk memutus kerjasama, karena sudah merasa nyaman dengan pelayanan yang diberikan. Namun seiring perkembangan perusahaan dimana kebutuhan PT PDMA semakin meningkat termasuk dalam hal kebutuhan bahan baku seperti bibit, media tanam, pupuk, dan obat-obatan maka beberapa pemasok tidak mampu memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk mengantisipasi hal ini maka perusahaan juga menjalin kerjasama dalam penyediaan kebutuhan perusahaan dengan beberapa tempat yang bergerak dibidang penyediaan bibit, pupuk, media tanam, dan obat-obatan. Keadaan ini menjadikan kekuatan tawar-menawar pemasok terhadap perusahaan menjadi lemah. 4. Kekuatan Tawar-Menawar Pembeli Ketika konsumen terkonsentrasi atau jumlahnya besar, atau membeli dalam jumlah besar, kekuatan tawar konsumen merupakan kekuatan utama yang mempengaruhi intensitas persaingan dalam suatu industri. Kualitas produk, jumlah 160
pembeli, informasi produk, dan kemudahan beralih ke produk pesaing merupakan beberapa variabel yang berpengaruh terhadap kekuatan tawar konsumen atau pembeli daun potong PT PDMA. PT PDMA hingga saat ini telah beroperasi dalam dua jenis pasar pelanggan dimana pada setiap pasar tersebut terdiri dari pelanggan potensial yang mempunyai kebutuhan dan keinginan yang sama. Kedua jenis pasar tersebut adalah (1) pasar konsumen, yaitu pelanggan yang selalu melakukan pembelian daun potong untuk dikonsumsi sendiri yang terdiri dari konsumen individu/rumah tangga, florist, dekorator dan hotel. Kemudian (2) pasar produsen yang menjual kembali produk daun potong PT PDMA seperti trader-trader atau pedagang tanaman hias. Dalam beberapa tahun ini konsumen lebih pintar dan selektif dalam memilih produk. Ada dua hal yang sangat mempengaruhi konsumen dalam memilih produk daun potong, yaitu mutu produk dan harga produk. PT PDMA menawarkan daun potong berkualitas sehingga harga yang ditawarkan juga lebih tinggi dibandingkan pesaing. Dalam hal ini kekuatan tawar menawar pembeli lebih lemah karena PT PDMA mampu menyediakan produk yang dibutuhkan dengan kualitas terbaik dan memiliki beberapa jenis daun yang tidak dimiliki oleh produsen lain. 5.
Ancaman Produk Pengganti Tekanan persaingan yang dihadapi PT PDMA akibat adanya produk
pengganti pada produk daun potong rendah karena tanaman hias termasuk produk agribisnis yang tidak memiliki substitusi dekat. Produk tanaman hias daun potong merupakan produk pertanian yang tidak bisa tergantikan keberadaan secara alamiah. Walaupun begitu, tanaman hias buatan atau daun artifisial juga berpotensi menjadi produk pengganti daun potong PT PDMA. Namun, terdapat fungsi lain dari daun potong yang tidak tergantikan oleh daun buatan yaitu nilai estetika, kesegaran dan keharuman. 7.3 Analisis Lingkungan Internal Kelompok Tani Al-Busyro Florist Analisis lingkungan internal merupakan suatu proses memadukan kekuatan dan kelemahan internal yang dimiliki oleh suatu organisasi. Identifikasi maupun 161
analisis faktor-faktor internal pada Kelompok Tani Al-Busyro Florist dapat dilakukan dengan cara meninjau atau mengevaluasi faktor-faktor di bidang fungsional yang terdapat pada Kelompok Tani Al-Busyro Florist, sehingga diketahui faktor kekuatan dan kelemahan apa yang dimiliki oleh Kelompok Tani dari berbagai aspek yaitu : (1) manajemen, (2) pemasaran, (3) keuangan/akuntansi, (4) produksi/operasi, (5) sumber daya manusia, dan (6) penelitian dan pengembangan. 7.3.1 Manajemen Untuk menganalisis fungsi manajemen usaha Kelompok Tani Al-Busyro Florist, terdapat beberapa aspek yang perlu dikaji, antara lain aspek perencanaan, pengorganisasian,
pemberian
motivasi,
pengelolaan
pengurus,
dan
aspek
pengendalian. 1) Perencanaan Saat ini Kelompok Tani Al-Busyro Florist telah memiliki perencanaan jangkan pendek dan jangka panjang. Perencanaan jangka pendek antara lain mengenai perencanaan peningkatan produksi Philodendron selloum untuk 1 tahun kedepan. Hal ini karena pengurus Kelompok Tani melihat berpotensinya pasar jenis tanaman Philodnendron selloum ini dipasaran, sementara produktivitas kelompok tani untuk jenis tanaman ini masih rendah. Perencanaan jangka menengah dan jangka panjang yang sedang disusun adalah pengembangan usaha dan kesejahteraan anggota khususnya dan masyarakat sekitar pada umumnya. Kelompok Tani Al-Busyro Florist berencana untuk melebarkan usaha sejenis dengan komoditi tanaman hias daun potong Polisias dengan tanaman sela Compacta seluas 6 hektar melalui Pola Kemitraan PLASMA EXPOR dengan perusahaan CV Bunga Indah Farm (BIF) Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Teknis budidaya yang dilaksanakan dengan penerapan Good Agriculture Practise (GAP) dan Standar Operasional Prosedur sesuai dengan arahan pemerintah dan permintaan mitra. Rencana budidaya ini ditujukan untuk pasar luar negeri yaitu Korea dan direncanakan mulai ekspor pertama pada bulan Juni tahun 2011.
162
2) Pengorganisasian Kelompok Tani Al-Busyro Florist merupakan kelompok tani binaan Dinas Agribisnis Kota Bogor yang termasuk kelompok tani unggulan. Sistem manajemen yang diterapkan oleh Kelompok Tani Al-Busyro Florist dapat dikatakan
cukup
sederhana. Orang-orang yang menempati struktur organisasi kebanyakan masih kerabat/ saudara. Adapun anggota kebanyakan juga masih kerabat atau tetangga dan sistem perekrutannya adalah sukarela, asalkan punya lahan, bersedia bekerja dan mau bersama-sama untuk memajukan kelompok tani. 3) Pemberian Motivasi Pendidikan anggota Kelompok Tani Al-Busyro Florist rata-rata adalah lulusan SD dan paling tinggi adalah Sarjana Hukum. Pada umumnya bertani bukan merupakan mata pencaharian utama mereka. Latar belakang mereka bertani tanaman hias daun potong adalah karena budaya turun-temurun dari orang tua mereka. Namun demikian para anggota Kelompok Tani Al-Busyro Florist memiliki semangat belajar yang tinggi, terutama yang terkait dengan bidang tanaman hias. Para anggota terutama Ketua kelompok tani sering mengikuti seminar atau pelatihan yang terkait dengan tanaman hias. Hasil dari seminar atau pelatihan yang diperoleh dapat diadopsi untuk pengembangan usaha pada Kelompok Tani Al-Busyro Florist ini. Ketua Kelompok Tani Al-Busyro Florist juga selalu memberikan motivasi kepada anggota untuk terus meningkatkan kualitas produk dan menerapkan SOP yang sudah ditetapkan oleh Dinas Agribisnis Kota Bogor dalam proses budidaya. Hal ini diharapkan mampu meningkatkan keuntungan anggota pada khususnya dan mensejahterakan kehidupan masyarakat Tanah Baru pada umumnya. 4) Pengelolaan Pengurus/anggota Pengelolaan pengurus/anggota dalam sebuah organisasi terkait dengan budaya atau iklim kerja yang diterapkan oleh organisasi tertentu. Budaya atau iklim kerja adalah kumpulan nilai, harapan serta kebiasaan masing-masing orang yang ada di organisasi tersebut yang pada umumnya tetap dipertahankan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dalam menjalankan organisasinya rasa kekeluargaan masih terasa kental pada Kelompok Tani Al-Busyro Florist ini. Dalam memutuskan sesuatu
163
mekanisme yang dijalankan adalah musyawarah untuk mufakat. Kelompok Tani AlBusyro Florist memiliki jadwal tetap untuk mengadakan rapat dan evaluasi yaitu setiap tiga bulan sekali. Dalam pertemuan ini dibahas kemajuan-kemajuan yang telah dicapai serta kesulitan atau masalah-masalah yang dihadapi terkait dengan produksi, kualitas produk serta pemasaran produk. Sedangkan untuk pergantian pengurus dilakukan musyawarah setiap lima tahun sekali. Pada bulan Desember 2009 ini Kelompok Tani Al-Busyro Florist akan berakhir masa kepengurusan dan akan mengadakan musyawarah pergantian pengurus. 5) Pengendalian Pada umumnya Kelompok Tani Al-Busyro Florist melakukan pengendalian hanya terbatas pada bidang produksi saja, khususnya dalam hal pengadaan bahan baku seperti pupuk. Pengendalian dalam hal pengadaan bahan baku penting dilakukan karena terkait langsung dengan proses budidaya sehingga kontinuitas dan kualitas panen tetap terjaga. 7.3.2 Pemasaran Pemasaran merupakan proses mendefinisikan, mengantisipasi, menciptakan serta memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan atas barang dan jasa. Pemasaran terkait dengan bauran pemasaran, yaitu aspek produk, harga, distribusi, dan aspek promosi. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai masing-masing bauran pada Kelompok Tani Al-Busyro Florist: 1) Produk Produk yang diproduksi Kelompok Tani Al-Busyro Florist adalah tanaman hias daun potong jenis Cordyline, Dracaena, dan Philodendron selloum. Ketiga tanaman hias jenis ini digunakan sebagai pelengkap untuk dekorasi dan rangkaian bunga. Untuk ketiga jenis tanaman tersebut sebelum dipasarkan dilakukan sortasi dan dibagi kedalam tiga ukuran yaitu S, M, L dan XL. Untuk ukuran S panjang tangkai daunnya berkisar antara 20-30 cm, ukuran M panjang tangkai daun berkisar antara 31-40 cm, dan ukuran L dengan panjang tangkai daun antara 41-50 cm sedangkan untuk ukuran XL panjang tangkai daunnya minimal 50 cm. Masing-masing ukuran
164
tersebut juga memiliki tingkatan ruas daun yang berbeda-beda. Ukuran S memiliki dua tingkat ruas daun, ukuran M memiliki empat tingkat ruas daun, dan ukuran L serta XL memiliki lebih dari lima tingkat ruas daun. Kemasan yang digunakan oleh Kelompok Tani Al-Busyro Florist untuk mengemas daun potong adalah karet dan kertas koran. Kemasan karet digunakan untuk mengikat tangkai daun pada semua jenis daun potong. Sedangkan kemasan kertas koran hanya digunakan untuk daun potong yang dipesan oleh Hotel. Bentuk jaminan yang diberikan oleh Kelompok Tani Al-Busyro Florist jika seandainya produk yang dibeli atau dipesan tidak sesuai dengan keinginan pelanggan adalah melakukan potongan harga 50 persen dari harga yang berlaku. 2) Harga Harga merupakan satu-satunya unsur dari bauran pemasaran yang menghasilkan penerimaan bagi organisasi sedangkan yang lainnya menimbulkan biaya. Harga juga dapat menunjukkan posisi perusahaan/organisasi dalam persaingan. Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua Kelompok Tani maka penetapan harga produk pada Kelompok Tani Al-Busyro Florist didekatkan atas pendekatan harga persaingan, yaitu pihak pemasaran kelompok tani melalukan survei pasar mengenai harga produk daun potong yang berkembang sehingga penetapan harga jual yang digunakan oleh Kelompok Tani Al-Busyro Florist dengan mengikuti harga daun potong yang sudah ada di pasaran. Oleh karena itu, hampir tidak ada perbedaan harga antara Kelompok Tani Al-Busyro Florist dengan kelompok tani yang memproduksi daun sejenis lainnya. Namun harga yang ditetapkan oleh Kelompok Tani Al-Busyro Florist lebih rendah dari perusahaan sejenis karena kualitas dan kontinuitas yang dihasilkan oleh perusahaan tentunya lebih baik. Sistem penjualan yang dilakukan Kelompok Tani Al-Busyro Florist adalah sistem jual putus yaitu sistem penjualan yang menjadi tanggung jawab pembeli ketika barang yang dikirim telah berpindah tangan kepada pembeli. Pembeli tidak dikenakan ongkos kirim dan pengiriman produk dilakukan tiga kali dalam seminggu yaitu pada hari Kamis, Jumat dan Sabtu.
165
3) Distribusi Distribusi
merupakan
kegiatan
yang
harus
dilakukan
oleh
sebuah
perusahaan/organisasi untuk menyalurkan, mengirimkan serta menyampaikan barang yang dipasarkannya kepada konsumen. Distribusi yang digunakan oleh Kelompok Tani Al-Busyro Florist adalah mengirim langsung ke pasar Rawa Belong, pasar tanaman hias Bandung, Denpasar, dan beberapa florist di Kota Bogor. Pasar ataupun pelanggan tetap dari Kelompok Tani Al-Busyro Florist adalah pasar Rawa Belong, Susi Flower, dan Damung Decoration Bogor. Memiliki pelanggan yang sudah tetap ini merupakan salah satu kekuatan Kelompok Tani Al-Busyro Florist dalam pengembangan usahanya. Secara sederhana saluran distribusi yang dilakukan oleh Kelompok Tani AlBusyro Florist adalah dari petani anggota lalu dikumpulkan pada pedagang pengumpul dan langsung dijual ke pasar (Gambar 7). Pedagang pengumpul adalah anggota kelompok tani sendiri yang bertugas sebagai bagian pemasaran dari AlBusyro Florist. PETANI
Gambar 7.
Pengumpul/tengkulak
PASAR
Saluran Dsitribusi pada Kelompok Tani Al-Busyro Florist Tahun 2009 Sumber : Kelompok Tani Al-Busyro Florist, 2009
Alat transportasi yang digunakan untuk memasarkan produknya adalah mobil pick-up yang disewa oleh kelompok tani sebesar Rp 300.000 per satu kali perjalanan. Biaya tersebut sudah termasuk sopir dan biaya bensin, sedangkan biaya tol ditanggung oleh kelompok tani. Sistem pembayaran yang diterapkan oleh Kelompok Tani Al-Busyro Florist dalam menjual produknya adalah abodemen atau kredit. Artinya produk akan dibayar dalam jangka waktu satu minggu setelah pengiriman. Selama ini sistem pembayaran tersebut lancar dan konsumen tidak pernah ada yang berhutang lebih dari satu minggu.
166
4) Promosi Dalam memasarkan produknya, Kelompok Tani Al-Busyro Florist tidak ada strategi khusus yang digunakan dalam mempromosikan produknya. Sistem yang digunakan adalah pemasaran langsung melalui pendekatan personal terhadap konsumen. Awalnya menjual pada orang yang kenal, lalu dikenalkan lagi kepada orang lain sampai akhirnya banyak yang mengetahui produk dari Kelompok Tani AlBusyro Florist. Kegiatan promosi lain yang dilakukan adalah mengikuti berbagai pameran tanaman hias, menjadi anggota ASTAHIDAI (Asosiasi Tanaman Hias Daun Indonesia) dan menjadi anggota Gapoktan se-Jabodetabek, dimana ketua Kelompok Tani Al-Busyro Florist menjadi sekretarisnya. 7.3.3 Keuangan/Akuntansi Keuangan merupakan aspek penting yang harus diperhatikan dalam setiap usaha, begitu juga bagi Kelompok Tani Al-Busyro Florist. Modal awal yang digunakan
oleh
anggota
kelompok
tani
adalah
modal
sendiri.
Dalam
perkembangannya, Kelompok Tani Al-Busyro Florist mendapat bantuan kelengkapan sarana dan prasarana produksi dari Dinas Agribisnis Kota Bogor yaitu berupa mesin penggiling kompos. Dengan adanya mesin ini, Kelompok Tani Al-Busyro Florist mampu menyediakan pupuk kandang untuk para anggotanya dengan harga Rp 6.000 per karung. Pada pembahasan sebelumnya (bab VI) yaitu analisis pendapatan usahatani, ketiga jenis daun potong yang diusahakan oleh Kelompok Tani Al-Busyro Florist telah dihitung pendapatan petaninya. Hasil analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C ratio analysis) menunjukkan bahwa usahatani ini memiliki penerimaan yang lebih besar dibanding biaya usahatani, hal ini ditunjukkan oleh nilai R/C rasio lebih besar dari satu. Artinya bahwa usahatani daun potong jenis Cordyline, Dracaena dan Philodendron selloum di Kelompok Tani Al-Busyro Florist layak untuk diusahakan dan tentunya memberikan keuntungan terhadap organisasi. Setiap transaksi pada Kelompok Tani Al-Busyro Florist sudah menggunakan sistem pembukuan yang rapi dan terkomputerisasi walaupun masih sederhana. Sistem
167
pembayaran untuk petani adalah menggunakan sistem abodemen yaitu akan dibayar setelah mendapatkan bayaran/hasil dari pasar. Sistem pembayaran seperti ini dilakukan karena dari pasar sendiri menggunakan sistem yang sama. Di satu sisi sistem pembayaran abodemen ini merugikan petani, namun di satu sisi keuntungan dari sistem pembayaran seperti ini membuat anggota akan lebih terikat. 7.3.4 Produksi/Operasi Produksi tanaman hias daun potong di Kelompok Tani Al-Busyro Florist tidak selalu tetap setiap bulannya. Hal ini karena kelompok tani berproduksi sesuai dengan pesanan atau permintaan pasar. Namun demikian, Kelompok Tani Al-Busyro Florist tetap memiliki kapasitas produksi rata-rata per bulan yang harus disediakan atau disiapkan untuk dipanen. Kelompok Tani Al-Busyro Florist adalah salah satu pelaku usaha tanaman hias yang berperan sebagai produsen utama daun potong di Kota Bogor. Hal ini yang membuat Kelompok Tani Al-Busyro Florist selalu ingin menghasilkan produknya dengan mutu dan kualitas yang baik walaupun fasilitas-fasilitas yang digunakan dalam kegiatan produksi masih sederhana. Metode yang digunakan untuk proses budidaya pada Kelompok Tani Al-Busyro Florist pun masih menggunakan metode tradisional. Kegiatan budidaya atau proses produksi daun potong pada Kelompok Tani Al-Busyro Florist meliputi proses penanaman bibit tanaman dan pemeliharaan tanaman sampai daun siap untuk dipanen. Bibit daun potong merupakan salah satu sarana produksi yang terpenting dalam kegiatan produksi, baik kualitas maupun kuantitasnya. Kelompok Tani AlBusyro Florist memperoleh bibit daun potong dari beberapa pemasok bibit di wilayah Bogor dan Jakarta. Bibit daun potong yang diperoleh dari pemasok terutama bibit untuk daun potong jenis Philodendron selloum, sedangkan untuk bibit Cordyline dan Dracaena masing-masing petani mampu menyediakan sendiri. Kegiatan produksi di PT PDMA lainnya menyangkut pemeliharaan tanaman yang
meliputi
kegiatan
pemupukan,
penyiraman,
pemangkasan
tanaman,
pembersihan gulma, pengendalian hama dan penyakit, serta kegiatan panen dan pasca
168
panen. Pupuk yang digunakan pada Kelompok Tani Al-Busyro Florist adalah pupuk organik dan pupuk non organik (kimia). Pupuk organik yang dimaksud adalah pupuk kandang berupa campuran kotoran kambing dan sekam yang diproduksi sendiri oleh Kelompok Tani Al-Busyro Florist. Untuk mempercepat pertumbuhan tanaman, petani juga menggunakan pupuk non organik (kimia) seperti Urea, Kcl dan TSP. Kegiatan penyiraman dan pemangkasan tanaman rutin dilakukan jika diperlukan. Pembersihan gulma dan pengendalian hama penyakit tanaman penting dilakukan untuk menjaga kualitas daun yang dihasilkan. Pestisida yang digunakan untuk pengendalian hama dan penyakit tanaman adalah curacron. Namun kebanyakan petani anggota tidak mau menggunakan pestisida karena adanya pengalaman buruk yang terjadi akibat penggunaan pestisida tersebut. Pemanenan daun potong dilakukan oleh bagian pemasaran kelompok tani. Hal ini dilakukan agar produk yang dipanen seragam dan dapat mengurangi biaya produksi karena tidak perlu membayar tenaga kerja untuk proses panen. Jenis daun potong yang sudah dipanen kemudian disortasi berdasarkan ukuran (S, M, L dan XL). 7.3.5 Sumberdaya Manusia Kelompok Tani Al-Busyro Florist terdiri dari seorang ketua sekaligus pendiri yaitu Bapak Zaini. Tugas dari Bapak Zaini ini selaku ketua diantaranya membina petani anggota, mengajak petani untuk tetap bersemangat memproduksi daun potong, memantau harga pasar serta mencari informasi pasar. Kelompok Tani Al-Busyro Florist terdiri dari beberapa seksi diantaranya kesekretariatan, humas, transportasi, logistik dan pemasaran. Kelompok tani ini memiliki 30 anggota. Berdasarkan status kepemilikan lahan, petani anggota tersebut terdiri atas tujuh orang petani pemilik dan penggarap yang masih aktif sampai sekarang. Sementara sisanya adalah anggota yang bekerja sebagai tenaga lapang, tenaga panen dan bagian pemasaran. Petani anggota Kelompok Tani Al-Busyro Florist direkrut tanpa melalui tes tetapi hanya didasarkan pada kepercayaan Bapak Zaini terhadap mereka yang benarbenar mau bergabung dan memajukan agribisnis daun potong di Tanah Baru. Namun
169
untuk anggota yang menjadi pengurus diberlakukan syarat minimal yaitu harus bergabung sebagai anggota Kelompok Tani Al-Busyro Florist selama tiga tahun. Bagi anggota maupun pengurus, harus memiliki pengetahuan mengenai tanaman hias daun potong sehingga dapat berperan produktif dalam memenuhi target yang telah ditetapkan. Hal ini merupakan salah satu kekuatan yang dimiliki Kelompok Tani AlBusyro Florist. 7.3.6. Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Saat ini Kelompok Tani Al-Busyro Florist termasuk salah satu pelaku usaha agribisnis yang tidak memiliki bidang litbang. Hal ini karena orientasi kelompok tani terbatas pada bagaimana modal yang digunakan untuk menjalankan usaha dapat kembali dan memperoleh keuntungan dari penjualan produknya. Selain itu, disebabkan oleh keterbatasan tenaga ahli yang mampu untuk mengelolanya. Ketiadaan bidang penelitian dan pengembangan (litbang) dalam organisasi merupakan kelemahan bagi kelompok tani. Walaupun demikian untuk mengatasinya, baik ketua maupun anggota kelompok tani sering mengikuti pelatihan, seminar dan pameran sehingga mereka mendapatkan banyak pelajaran ataupun ilmu tambahan yang dapat diterapkan di Kelompok Tani Al-Busyro Florist. 7.4 Analisis Lingkungan Eksternal Kelompok Tani Al-Busyro Florist Analisis lingkungan eksternal bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi kecenderungan-kecenderungan dan kejadian-kejadian yang berada di luar kendali kelompok tani. Analisis lingkungan eksternal berfokus pada penentuan faktor-faktor yang menjadi ancaman dan peluang bagi kelompok tani sehingga memudahkan manajemen kelompok tani untuk menentukan strategi-strategi untuk meraih kesempatan dan menghindari ancaman. Melalui analisis lingkungan eksternal diperoleh variabel-variabel kunci apa saja yang dapat memberikan respon dan pengaruh terhadap kondisi Kelompok Tani Al-Busyro Florist, serta mengetahui seberapa besar faktor-faktor tersebut berpengaruh dalam keberhasilan kelompok tani. Dengan
demikian
Kelompok
Tani
Al-Busyro
Florist
diharapkan
mampu
mengidentifikasikan serangkaian faktor strategis yang menjadi penentu dalam 170
penyusunan strategi kelompok tani. Faktor-faktor eksternal tersebut meliputi kondisi politik, ekonomi, sosial, teknologi dan lingkungan kompetitif kelompok tani. Faktorfaktor eksternal yang mempengaruhi Kelompok Tani Al-Busyro Florist di dalam proses perumusan strateginya akan dijabarkan sebagai berikut : 7.4.1 Analisis Lingkungan Umum Kelompok Tani Al-Busyro Florist Lingkungan umum organisasi adalah keseluruhan faktor lingkungan eksternal yang berada di luar, terlepas dari organisasi sehingga tidak dapat dikendalikan oleh kelompok tani. Faktor-faktor utama yang bisa diperhatikan adalah faktor ekonomi, sosial, politik, dan teknologi. 1. Lingkungan Ekonomi Serupa dengan PT PDMA sebagai perusahaan agribisnis komersial, ketidakstabilan perekonomian Indonesia turut mempengaruhi budidaya tanaman hias daun potong pada Kelompok Tani Al-Busyro Florist. Rendahnya daya beli masyarakat merupakan ancaman bagi perusahaan. Ketidakpastian permintaan terhadap produk daun potong menjadi ancaman bagi produksi petani/kelompoktani. Produk yang dihasilkan belum tentu terserap oleh konsumen karena daya beli masyarakat yang cenderung menurun. Selain itu harga pupuk kimia yang meningkat akibat pencabutan subsidi pupuk, juga berpengaruh terhadap kegiatan produksi petani. Petani kesulitan untuk membeli pupuk kimia sesuai dengan kapasitas yang seharusnua digunakan. Menurut Menteri Pertanian, Anton Apriantono bahwa pupuk kimia terus mengalami kenaikan, bahkan bisa menjadi dua kali lipat. Contohnya harga pupuk jenis Triple Super Pharepate (TSP) per karung ukuran 50 kg dijual seharga Rp 500.000 atau Rp 10.000-Rp 11.000 per kg.
Oleh karena itu pupuk
organik bisa sebagai salah satu solusi.8 2. Lingkungan Sosial, Budaya, dan Demografi Perubahan gaya hidup masyarakat sedikit banyak mempengaruhi industri tanaman hias daun potong. Kebiasaan masyarakat menggunakan dekorasi tanaman dalam acara-acara seperti perkawinan, seminar, rapat atau pameran merupakan 8
Anton Apriantono. Pupuk Organik Menjadi Solusi Kenaikan Harga Pupuk Kimia. http://www.petrokimia-gresik.com [20 Agustus 2009].
171
peluang bagi para pelaku usaha tanaman hias termasuk Kelompok Tani Al-Busyro Florist untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Kepercayaan masyarakat turut mempengaruhi permintaan tanaman hias daun potong. Daun potong yang diproduksi Kelompok Tani Al-Busyro Florist kebanyakan digunakan untuk dekorasi dan paling banyak permintaannya untuk acara resepsi perkawinan. Dalam beberapa tradisi dan kebiasaan untuk suku-suku tertentu di Indonesia, yaitu pada bulan-bulan Islam (Hijriyah) tertentu ada larangan untuk mengadakan pernikahan yaitu bulan Ramadhan dan bulan Muharram. Biasanya pada bulan-bulan tersebut permintaan daun potong untuk keperluan dekorasi akan berkurang. Namun Kelompok Tani Al-Busyro Florist tetap memperoleh permintaan untuk florist-florist dan dekorator hotel. Sebagai ancaman, cuaca yang tidak menentu dan iklim yang berubah-ubah menjadi kendala dalam budidaya tanaman hias daun potong. Hujan yang dapat terjadi sewaktu-waktu dan kemarau panjang yang melanda kawasan Ciawi dan sekitarnya mengakibatkan resiko produksi seperti munculnya hama penyakit, tangkai daun busuk karena terlalu banyak air, warna daun tidak menarik, dan lain-lain. Hal ini berakibat pula kepada penurunan jumlah panen sehingga penurunan penerimaan dari penjualan daun potong Kelompok Tani Al-Busyro Florist. Selain itu, berubah-ubahnya selera masyarakat terhadap jenis daun tertentu bukan merupakan ancaman untuk Kelompok Tani Al-Busyro Florist. Hal ini karena kelompok tani memiliki sasaran pasar yang sudah jelas yaitu pasar Rawa Belong dan beberapa florist dan dekorator. Menurut ketua Kelompok Tani Al-Busyro Florist, produk yang dihasilkan mereka tidak dipengaruhi oleh tren karena konsumen mereka bukan para hobiis yang selalu memburu tanaman hias jenis terbaru. 3. Lingkungan Politik, Pemerintah dan Hukum Dalam analisis lingkungan ini, stabilitas politik menjadi hal yang sangat penting karena berkaitan dengan masalah keamanan. Ketika stabilitas politik sedang tidak baik, maka beberapa industri akan merasakan dampaknya. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas
172
Agribisnis Kota Bogor, ketika Indonesia mengalami ketidakstabilan politik, maka dampaknya terasa pada beberapa pelaku usaha diantaranya petani tanaman hias, dekorator dan usaha katering yang mengalami penurunan penjualan. Ketika terjadi kerusuhan, industri tanaman hias sempat mengalami goncangan karena pada saat itu perhatian terhadap keberadaan tanaman hias akan berkurang. Dalam bidang pemerintahan, adanya program-program pengembangan agribisnis khususnya tanaman hias yang mendukung dan membantu bagi para pelaku agribisnis tanaman hias. Dukungan dari pemerintah ini, baik Dinas Agribisnis Kota Bogor sampai Departemen Pertanian dalam hal ini Direktorat Tanaman Hias sangat mendorong pertumbuhan agribisnis tanaman hias ini. Dukungan tersebut baik berupa program, bantuan ataupun penyuluhan terkait tanaman hias. 4. Lingkungan Teknologi Peran ilmu pengetahuan dan teknologi dalam setiap bidang usaha cukup penting. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan tuntutan dari setiap manusia untuk mengefisienkan setiap pekerjaan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak hanya dirasakan oleh perusahaan-perusahaan besar yang telah menggunakan teknologi modern. Namun, di lain pihak setiap bidang usaha telah turut merasakan dampak perkembangan teknologi tersebut. Peranan perkembangan IPTEK hanya dapat dirasakan jika bidang usaha tersebut dapat mengadopsinya. Adopsi yang tinggi terhadap perubahan teknologi akan membantu perkembangan suatu usaha. Pada Kelompok Tani Al-Busyro Florist terus dikembangkan teknik budidaya tanaman hias daun potong secara tepat. Untuk hal itu, ketua kelompok tani ini selalu mengikuti pelatihan-pelatihan yang disarankan oleh Dinas Agribisnis Kota Bogor. Penggunaan teknologi yang modern contohnya adalah penggunaan green house untuk jeni tanaman Dracaena. Dengan penggunaan green house maka diharapkan produk yang dihasilkan akan lebih berkualitas dan terjamin mutunya. Namun meski semakin majunya teknologi yang ada, ternyata hingga saat ini teknologi tersebut masih belum bisa digunakan secara optimal. Hal ini dikarenakan keterbatasan modal petani dan
173
petani masih senang denagan cara manual yaitu dengan menggunakan bambu dan paranet hitam. Alat-alat teknologi juga berperan dalam mendukung kegiatan produksi kelompok tani. Penggunaan alat-alat tersebut sangat membantu petani walaupun masih tergolong sederhana. Penggunaan sprayer dan mesin penggiling kompos sangat membantu petani dalam melakukan kegiatan produksi. Teknologi lain adalah penggunaan alat transportasi yang mendukung kegiatan pemasaran dan telepon yang membantu bagian pemasaran kelompok tani berhubungan dengan pelanggan dan sebagai media promosi, dan penggunaan komputer untuk mendukung kegiatan administrasi kelompok tani. 7.4.2 Analisis Lingkungan Industri Kelompok Tani Al-Busyro Florist Lingkungan indrustri merupakan lingkungan yang lebih dekat dengan kelompok tani dibandingkan dengan lingkungan umum. Aspek lingkungan industri lebih mengarah pada aspek persaingan di mana bisnis organisasi berada. Faktorfaktor yang mempengaruhi kondisi persaingan, seperti peluang, ancaman, kekuatan, dan kelemahan yang dimiliki kelompok tani termasuk kondisi persaingan merupakan input penting dalam proses analisis. Lingkungan industri dijelaskan melalui Model Lima Kekuatan Porter berdasarkan lima aspek utama, yaitu : 1. Persaingan Antarusaha Sejenis Berdasarkan hasil wawancara dengan Ketua Kelompok Tani, yang menjadi pesaing Al-Busyro Florist adalah kelompok tani Cicurug dari Sukabumi karena melakukan budidaya tanaman hias daun yang sama dan menjadi pemasok untuk pasar tanaman hias Rawa Belong. PT PDMA sebagai perusahaan sejenis, ketua kelompok tani menyatakan bahwa perusahaan ini bukan merupakan pesaing karena pasar yang dituju berbeda. Adanya persaingan antar kelompok tani ini menjadi ancaman bagi Kelompok Tani Al-Busyro Florist dalam pengembangan usahanya.
174
2.
Potensi Masuk Pendatang Baru Industri tanaman hias termasuk industri yang mudah dimasuki pendatang
baru. Tidak ada data yang pasti seberapa peningkatan jumlah pelaku tanaman hias saat ini. Namun menurut pakar tanaman hias yang juga peneliti dan brader, Gregori G. Hambali9, jumlah perusahaan tanaman hias sejak terjadi booming tanaman hias daun tahun 2003 terus meningkat disebabkan adanya karakter barier to entry yang kecil. Berdasarkan penuturan beberapa pengusaha yang baru menggeluti usaha tanaman hias, untuk mendirikan usaha tanaman hais tidak membutuhkan banyak modal. Dengan modal awal 2-3 juta rupiah, operasional perusahaan dapat dijalankan. Nmaun ada pula pengusaha yang memulai dengan modal yang besar, sehingga dapat menyediakan banyak varian tanaman dan fasilitas yang memadai Kemunculan pendatang baru dalam industri tanaman hias daun ini menjadi ancaman bagi Kelompok Tani Al-Busyro Florist. 3.
Kekuatan Tawar Menawar Pemasok Dalam proses produksinya, Kelompok Tani Al-Busyro Florist memenuhi
kebutuhannya seperti bibit (Cordyline dan Dracaena) dan pupuk kandang oleh anggota kelompok tani sendiri. Kebutuhan bahan baku lain seperti pupuk kimia dan bibit Philodendron selloum membeli di beberapa pemasok yang sudah berlangganan. Keadaan ini menjadikan kekuatan tawar-menawar pemasok terhadap perusahaan menjadi lemah. 4. Kekuatan Tawar-Menawar Pembeli Sampai saat ini pasar utama Kelompok Tani Al-Busyro Florist adalah pasar tanaman hias di Rawa Belong. Kelompok Tani Al-Busyro Florist menggunakan harga yang ditetapkan pasar di Rawa Belong. Pasar Rawa Belong memiliki posisi tawar menawar yang kuat dibandingkan dengan kelompok tani dan pemasok lainnya. Hal ini terlihat dari penentuan proses pembayaran dengan sistem abodemen yang ditetapkan oleh Pasar Rawa Belong.
9
Gregori G. Hambali. Bisnis Tanaman Hias Daun sedang Booming . http://www.mjflora.com [30 Agustus 2009].
175
Sistem pembayaran abodemen ini baru berlaku sejak Januari 2008. Sebelumnya sistem pemabayaran yang berlaku adalah tunai. Pemberlakuan sistem pembayaran abodemen ini disebabkan oleh dipindahkannya kios-kios tanaman hias daun potong yang tadinya berada di bagian depan pasar menjadi di bagian belakang pasar. Pemindahan ini menyebabkan konsumen dari pedagang yang dipasok oleh kelompok tani merasa kesulitan untuk ke belakang pasar dan lebih memilih untuk membeli di pedagang pinggiran yang ada disekitar pasar. Kondisi ini menyebabkan pedagang khawatir akan kekurangan pembeli sehingga produk yang dipesan tidak terjual. Oleh karena itu, sistem abodemen ini diterapkan untuk menghindari kerugian dari para penjual di pasar. 5.
Ancaman Produk Pengganti Serupa dengan PT PDMA, tekanan persaingan yang dihadapi Kelompok Tani
Al-Busyro Florist akibat adanya produk pengganti pada produk daun potong rendah karena tanaman hias termasuk produk agribisnis yang tidak memiliki substitusi dekat. Produk tanaman hias daun potong merupakan produk pertanian yang tidak bisa tergantikan keberadaan secara lamiah. Walaupun begitu, tanaman hias buatan atau daun artifisial juga berpotensi menjadi produk pengganti daun potong Kelompok Tani Al-Busyro Florist. Namun, terdapat fungsi lain dari daun potong yang tidak tergantikan oleh daun buatan yaitu nilai estetika, kesegaran dan keharuman. Informasi tambahan yang diperoleh dari ketua kelompok tani bahwa untuk jenis daun potong Cordyline saat ini mulai mendapatkan ancaman karena ada jenis substitusinya yaitu kacapiring. Daun kacapiring diprediksikan dua tahun kedepan akan menggantikan posisi Cordyline karena harganya yang lebih murah. Sedangkan untuk jenis daun Dracaena dan Philodendron selloum sampai saat masih diminati dan belum ada jenis daun lain yang dikhawatirkan akan menjadi jenis substitusi kedua daun potong ini.
176
VIII FORMULASI STRATEGI 8.1 Tahap Masukan (Input) PT Pesona Daun Mas Asri 8.1.1 Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal PT Pesona Daun Mas Asri 1.
Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan PT Pesona Daun Mas Asri Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal perusahaan, maka diperoleh
beberapa faktor strategi internal yang berupa kekuatan dan kelemahan usaha PT Pesona Daun Mas Asri (PDMA) di Kota Bogor. Adapun faktor-faktor strategi internal yang menjadi kekuatan bagi PT PDMA adalah sebagai berikut: a. Memiliki Perencanaan Jangka Pendek dan Jangka Panjang Sejak awal pendirian usaha, perusahaan telah memiliki visi dan misi yang jelas. Oleh karena itu dalam pelaksanaan tujuan, perusahaan memiliki perencanaan baik jangka pendek maupun jangka panjang yang jelas. Perusahaan menetapkan target dan sasaran yang akan dicapai untuk setiap bulan dan tahun berikutnya. b. Komunikasi yang Baik antara Manajer dan Bawahan Suasana kerja dalam PT PDMA lebih cenderung ke arah kekeluargaan, sehingga komunikasi yang terjadi antara manajer dan bawahan tidak bersifat kaku. Kondisi ini dapat membuat para tenaga kerja merasa nyaman dengan lingkungan kerjanya. c. Kualitas Produk yang Dihasilkan Baik PT PDMA selalu mengutamakan mutu produk yang dihasilkan, baik dari segi ketahanan, warna daun, keseragaman ukuran maupun harga jual produk. Kualitas produk daun potong perusahaan ini sudah banyak diakui oleh pelanggannya. Kekuatan ini diharapkan dapat dimanfaatkan dan lebih ditingkatkan agar konsumen dapat merasa puas dengan kualitas produk yang diberikan. d. Memiliki Keanekaragaman Jenis Daun Potong Sampai saat ini PT PDMA memiliki 60 jenis tanaman hias yang dijadikan sebagai daun potong. Namun ada beberapa jenis tanaman yang menjadi produk unggulan perusahaan. Keanekaragaman jenis yang dimiliki ini membuat PT PDMA menjadi salah satu trend setter industri daun potong dalam segi keanekaragaman jenis daun yang dimliki.
e. Memiliki Outlet/toko Sendiri Dalam memasarkan produknya, PT PDMA menggunakan dua pola saluran distribusi yaitu pasar konsumen (florist, dekorator, konsumen rumah tangga dan hotel) dan pasar produsen (trader). Wilayah pemasaran PT PDMA berkonsentrasi pada pasar lokal yaitu mencakup DKI Jakarta dan Bogor. Dalam perkembangan perusahaan, PT PDMA saat ini telah memiliki outlet sebagai tempat untuk menjual produknya yang bertempat di Jakarta tepatnya di sebelah kantor ASBINDO. Dengan dibukanya outlet ini konsumen dapat membeli produk perusahaan dengan datang langsung ke outlet tersebut tanpa harus memesan terlebih dahulu. . f. Sistem Pembukuan dan Pengelolaan Keuangan Rapi Pencatatan keuangan di PT PDMA saat ini sudah menerapkan sistem akuntansi dan terkomputerisasi. Sistem akunting dan keuangan perusahaan ditangani oleh seorang akuntan. Akuntan ini bertugas untuk membuat laporan keuangan dari penjualan yang dilakukan perusahaan Sedangkan faktor-faktor strategi internal yang menjadi kelemahan bagi PT PDMA adalah sebagai berikut : a.
Perusahaan Menetapkan Harga yang Lebih Tinggi dari Petani Harga yang ditetapkan oleh PT PDMA lebih tinggi dari petani daun
potong karena kualitas dan kontinuitas yang dihasilkan oleh perusahaan lebih baik. Hal ini dikhawatirkan pelanggan bisa berpindah ke petani yang menetapkan harga lebih murah. Namun PT PDMA juga tidak mampu menyamakan harga dengan petani karena biaya produksi yang harus dikeluarkan perusahaan lebih besar. b. Belum Mampu Memproduksi Bahan Baku Berupa Bibit Sendiri Bibit daun potong merupakan salah satu sarana produksi yang terpenting dalam kegiatan produksi, baik kualitas maupun kuantitasnya. PT PDMA memperoleh bibit daun potong dari beberapa pemasok bibit di wilayah Bogor, parung dan Cipanas. Perusahaan belum mampu melakukan pembibitan sendiri. Hal ini dikarenakan proses pembibitan memerlukan waktu yang lama padahal perusahaan harus berkonsentrasi pada produksi dan permintaan konsumen.
178
c. Bidang Penelitian dan Pengembangan Tidak Ada Saat ini PT PDMA tidak memiliki bidang penelitian dan pengembangan (litbang). Padahal litbang memiliki peran yang cukup besar terkait dengan pengembangan produk baru atau riset pasar. Hal ini dikarenakan keterbatasan tenaga ahli maupun kurangnya kesadaran akan pentingnya bidang litbang dalam sebuah usaha. Tabel 34. Daftar Kekuatan dan Kelemahan PT Pesona Daun Mas Asri Faktor Internal Manajemen
Pemasaran
Keuangan Produksi/operasi Sumber Daya Manusia Penelitian dan Pengembangan
Kekuatan Kelemahan 1.Memiliki perencanaan jangka pendek dan jangka panjang 2.Komunikasi yang baik antara manajer dan bawahan 3.Kualitas produk yang 1.Perusahaan menetapkan dihasilkan baik harga yang lebih tinggi 4.Memiliki keanekaragaman dari petani jenis daun potong 5.Memiliki outlet sendiri 6.Sistem pembukuan dan pengelolaan keuangan rapi 2.Belum mampu memproduksi bibit sendiri
3.Bidang penelitian dan pengembangan tidak ada
2. Identifikasi Peluang dan Ancaman PT Pesona Daun Mas Asri Berdasarkan hasil analisis lingkungan eksternal perusahaan, maka diperoleh beberapa faktor strategi eksternal yang berupa peluang dan ancaman usaha PT Pesona Daun Mas Asri (PDMA) di Kota Bogor. Adapun faktor-faktor strategi eksternal yang menjadi peluang bagi PT PDMA adalah sebagai berikut: a. Meningkatnya Pembangunan Gedung Perkantoran, Real estate dan Hotel Banyaknya gedung perkantoran, hotel dan perumahan di kota-kota besar secara tidak langsung akan meningkatkan kuantitas permintaan produk daun potong dan memberikan peluang bagi perusahaan untuk memperluas pangsa pasar. Hal ini disebabkan oleh sebagian besar permintaan pasar produk daun potong diperoleh dari pasar-pasar produsen seperti hotel, trader, florist dan dekorator.
179
b. Perubahan Tren Tanaman Hias ke Arah Daun-daunan Perkembangan industri daun potong dipengaruhi oleh tren rangkaian bunga. Sekitar tahun 2003, tren rangkaian bunga mengalami perubahan. Daundaunan mulai digunakan untuk menambah keindalahan rangkaian bunga. Tidak sekedar digunakan sebagai penutup dasar rangkaian, dengan penataan artsitisk, rangkaian bungan terlihat lebih ekslusif dengan penambahan daun potong. Hal ini menjadi peluang bagi perusahaan yang dari awal berkonsentrasi pada produksi tanaman hias daun untuk daun potong. c. Penurunan Harga Bahan Bakar Minyak Penurunan harga BBM beberapa bulan terakhir dari harga Rp 6.000 per liter menjadi Rp 4.500 per liter berpengaruh langsung terhadap perusahaan. Kenaikan BBM yang sempat terjadi pada tahun lalu telah meningkatkan biaya operasional perusahaan. Kenaikan BBM berpengaruh langsung terhadap kenaikan biaya transportasi untuk pengiriman produk daun potong. Hal ini terjadi karena biaya pengiriman produk dibebankan oleh perusahaan. Namun, penurunan kembali harga BBM telah memperbaiki kondisi keuangan perusahaan dengan menurunnya biaya transportasi. Penurunan harga BBM ini menjadi peluang bagi perusahaan untuk memasarkan produknya lebih luas lagi. d. Intensif Pembebasan PPN Insentif pembebasan PPN merupakan peluang bagi pengusaha tanaman hias untuk dapat meningkatkan pemasarannya baik di pasar dalam negeri maupun luar negeri. e. Perkembangan IPTEK dan Teknologi Informasi yang Semakin Pesat Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta teknologi informasi merupakan peluang bagi perusahaan. IPTEK berperan bagi peningkatan kualitas dan kesempatan untuk melakukan inovasi produk bagi perusahaan. Selain itu, teknologi informasi akan memudahkan perusahaan dalam memasarkan produk daun potong bagi masyarakat. Kemampuan penggunaan IPTEK merupakan peluang besar bagi perusahaan dalam mengembangkan usahanya. f. Kekuatan Tawar Menawar terhadap Pemasok Kuat Kekuatan tawar menawar perusahaan terhadap pemasok kuat. Hubungan kerjasama yang telah terjalin lama antara perusahaan dengan pemasok
180
mengakibatkan pemasok tidak mudah dalam menaikkan harga bahan baku yang akan dijual kepada perusahaan. Banyaknya jumlah pemasok bahan baku tanaman hias mengakibatkan kekuatan tawar menawar terhadap pemasok menjadi kuat karena perusahaan memiliki kemudahan dalam mencari dan memilih pemasok bahan baku tanaman. Selain itu, PT PDMA memiliki kemudahan dalam berpindah pemasok untuk mendapatkan pemasok dengan harga dan kualitas yang sesuai jika pemasok sebelumnya menaikkan harga-harga bahan baku yang dibutuhkan perusahaan. g. Kekuatan Tawar Menawar terhadap Pembeli Kuat Kekuatan tawar menawar terhadap pembeli kuat karena konsumen memiliki loyalitas yang tinggi terhadap perusahaan. Semakin banyak perusahaan tanaman hias daun potong maka semakin banyak memberikan pilihan kepada konsumen dalam melakukan kegiatan pembeliannya. Namun pada akhirnya, konsumen akan tetap kembali membeli produk PT PDMA karena merasa cocok dengan harga dan kualitas yang ditawarkan perusahaan. Sedangkan faktor-faktor strategi eksternal yang menjadi ancaman bagi PT PDMA, antara lain : a.
Melemahnya Daya Beli Masyarakat Akibat Ketidakstabilan Perekonomian Dampak ekonomi global telah mempengaruhi perekonomian bangsa
Indonesia. Ketidakpastian ekonomi Indonesia ditandai dengan tingkat inflasi yang terus berfluktuasi. Tekanan inflasi tahun 2008 masih terasa sampai saat ini. Hal ini menyebabkan melemahnya daya beli masyarakat terhadap komoditi. Rendahnya daya beli masyarakat ini menjadi ancaman bagi PT PDMA karena tidak adanya kepastian ekonomi Indonesia ke arah yang baik. b. Ketidakpastian Permintaan terhadap Produk Daun Potong Produk yang dihasilkan oleh PT PDMA belum tentu terserap oleh konsumen karena daya beli masyarakat yang cenderung menurun. Ketidakpastian permintaan terhadap produk daun potong menjadi ancaman bagi produksi perusahaan. c. Berubah-ubahnya Selera Masyarakat terhadap Jenis Daun Potong Walaupun saat ini tren tanaman hias beralih ke arah daun-daunan, namun selera masyarakat terhadap jenis yang akan digunakan sangat dipengaruhi oleh
181
tren yang terus berlanjut. Tren tanaman hias agak sulit diperkirakan. tren tanaman dapat berasal dari luar negeri (misalnya Thailand) dan dapat pula berasal dari dalam negeri (misalnya PT PDMA yang merupakan trend setter daun potong karena memiliki koleksi jenis daun beranekaragam). Keberadaan jenis tanaman baru yang mulai tren akan menurunkan penjualan tanaman hias lama yang trennya sudah menurun. d. Cuaca yang Tidak Menentu dan Iklim yang Berubah-ubah Hujan yang dapat terjadi sewaktu-waktu dan kemarau panjang yang melanda kawasan Ciawi dan sekitarnya mengakibatkan resiko produksi seperti munculnya hama penyakit, tangkai daun busuk karena terlalu banyak air, warna daun tidak menarik, dan lain-lain. Hal ini berakibat pula kepada penurunan jumlah panen sehingga penurunan penerimaan dari penjualan daun potong PT PDMA. e. Persaingan Antarperusahaan/petani Sejenis Pesaing yang harus dihadapi PT PDMA adalah perusahaan-perusahaan (baik perseorangan maupun kelompok) yang bergerak dalam bidang tanaman hias daun potong. PT PDMA saat ini mengalami persaingan harga dengan petani yang memiliki beberapa jenis daun yang sama dengan produk PT PDMA. Petani berani menjual produk yang sama dengan harga jual yang relatif lebih murah. Walaupun petani memiliki pangsa pasar sendiri dan segmen yang berbeda, namun tentu saja ini menjadi ancaman bagi perusahaan untuk mempertahankan kosumennya. f. Potensi Masuknya Pendatang Baru Ancaman pendatang baru atau pesaing baru yang dialami PT PDMA pada umumnya adalah berasal dari petani atau pengusaha tanaman hias daun khususnya yang berada di sekitar wilayah Ciawi-Cipanas. Meskipun dari segi kekuatan permodalan cukup beragam, para pelaku usaha ini dapat mengurangi bagian pasar PT PDMA. Rendahnya hambatan masuk pasar atau industri tanaman hias daun potong lebih disebabkan oleh beberapa faktor antara lain untuk terjun ke industri tanaman hias daun tidak terlalu memerlukan permodalan dengan skala besar. Biaya produksi tanaman hias dapat diatur sesuai dengan skala usaha yang diinginkan. Sehingga siapa saja yang ingin terjun ke industri ini baik peroranagan maupun organisasi perusahaan dapat dengan mudah menyesuaikan posisi skala
182
usahanya dalam industri. Oleh karena itu, potensi masuknya pendatang baru merupakan ancaman bagi perkembangan PT PDMA. Tabel 35. Daftar Peluang dan Ancaman PT Pesona Daun Mas Asri Faktor Eksternal Lingkungan Ekonomi
Lingkungan Budaya Demografi
Sosial, dan
Peluang
Ancaman 1.Rendahnya daya beli masyarakat akibat ketidakstabilan perekonomian 2.Ketidakpastian permintaan terhadap produk daun potong 1.Meningkatnya pembangunan 3.Berubah-ubahnya gedung perkantoran dan hotel selera masyarakat 2.Perubahan tren tanaman hias ke terhadap jenis daun arah daun-daunan potong 4.Cuaca yang tidak menentu dan iklim yang berubah-ubah 3.Penurunan harga BBM 4.Intensif pembebasan PPN
Lingkungan Politik, Pemerintah dan Hukum Lingkungan Teknologi 5.Perkembangan IPTEK dan teknologi informasi yang semakin pesat Lingkungan Industri 6.Kekuatan tawar menawar 5.Persaingan terhadap pemasok kuat antaperusahaan/petani 7.Kekuatan tawar menawar sejenis terhadap pembeli kuat 6.Potensi masuknya 8.Tidak adanya produk substitusi pendatang baru bagi daun potong
8.1.2 Matriks IFE dan EFE PT Pesona Daun Mas Asri 1. Matriks IFE Identifikasi terhadap faktor internal perusahaan menghasilkan sejumlah faktor strategis internal yang berupa kekuatan dan kelemahan bagi perusahaan. Setiap faktor diberikan penilaian berupa pembobotan dan penentuan rating oleh masing-masing responden.
Hasil penelitian terhadap bobot dan rating
diformulasikan dalam matriks Internal Factor Evaluation (IFE). Tabel 38 merupakan matriks IFE bagi PT PDMA.
183
Tabel 36. Matriks IFE PT Pesona Daun Mas Asri Bobot rata-rata
Rating rata-rata
Skor (Bobot x rating)
0,132
3,3
0,440
0,097 0,153 0,090 0,111
2,0 4,0 4,0 3,7
0,194 0,611 0,361 0,407
0,090
3,0
0,271 2,285
KELEMAHAN Perusahaan menetapkan harga yang lebih tinggi dari petani Belum mampu memproduksi bibit sendiri Bidang penelitian dan pengembangan tidak ada
0,083 0,139 0,104
1,3 2,7 1,7
Jumlah
1,000
0,111 0,370 0,174 0,655 2,940
Faktor Strategi Internal KEKUATAN Memiliki perencanaan jangka pendek dan jangka panjang Komunikasi yang baik antara manajer dan bawahan Kualitas produk yang dihasilkan baik Memiliki keanekaragaman jenis daun potong Memiliki outlet/toko sendiri Sistem pembukuan dan pengelolaan keuangan rapi
Tabel 36 memperlihatkan hasil penilaian responden terhadap faktor lingkungan internal perusahaan yang disajikan dalam matriks IFE. Analisis matriks IFE perusahaan menghasilkan skor sebesar 2,940. Total skor ini merupakan nilai yang termasuk dalam kategori rata-rata. Total skor sebesar 2,940 mengindikasikan bahwa kemampuan perusahaan saat ini dalam memanfaatkan kekuatan dan meminimalkan kelemahan yang ada pada perusahaan masih ratarata. Dengan kata lain, strategi perusahaan saat ini dalam mengambil keuntungan dari kekuatan yang dimiliki dan meminimalkan kelemahan internal masih dalam tahap rata-rata. Kekuatan utama dalam lingkungan internal perusahaan ditunjukkan oleh nilai skor terbesar diantara faktor kekuatan yang ada, yaitu kualitas produk yang baik dengan nilai skor sebesar 0,611. Kekuatan terbesar kedua bagi perusahaan adalah memiliki perencanaan jangka pendek dan jangka panjang dengan skor yang lebih kecil dari kekuatan utama, yaitu sebesar 0,440. Kelemahan utama bagi perusahaan ditunjukkan oleh nilai skor terkecil diantara faktor kelemahan yang ada, yaitu
perusahaan menetapkan harga jual yang lebih tinggi dari petani
dengan skor sebesar 0,111. Kelemahan terbesar kedua bagi perusahaan adalah
184
bidang penelitian dan pengembangan tidak ada dengan skor yang lebih besar dari kelemahan utama, yaitu sebesar 0,174. 2. Matriks EFE Identifikasi terhadap faktor eksternal perusahaan menghasilkan sejumlah faktor strategis yang berupa peluang dan ancaman bagi perusahaan. Setiap faktor diberikan penilaian berupa pembobotan dan penentuan rating oleh masing-masing responden. Hasil penilaian terhadap bobot dna rtaing diformulasikan dalam matriks External Factor Evaluation (EFE). Tabel 37 merupakan matriks EFE bagi PT Pesona Daun Mas Asri. Tabel 37. Matriks EFE PT Pesona Daun Mas Asri Faktor Strategi Eksternal PELUANG Meningkatnya pembangunan gedung perkantoran dan hotel Perubahan tren tanaman hias ke arah daun-daunan Penurunan harga BBM Intensif pembebasan PPN Perkembangan IPTEK dan teknologi informasi yang semakin pesat Kekuatan tawar menawar terhadap pemasok kuat Kekuatan tawar menawar terhadap pembeli kuat Tidak adanya produk substitusi bagi daun potong ANCAMAN Rendahnya daya beli masyarakat akibat ketidakstabilan perekonomian Ketidakpastian permintaan terhadap produk daun potong Berubah-ubahnya selera masyarakat terhadap jenis daun potong Cuaca yang tidak menentu dan iklim yang berubah-ubah Persaingan antarperusahaan/petani sejenis Potensi masuknya pendatang baru Jumlah
Bobot ratarata
Rating ratarata
Skor (Bobot x rating)
0,054 0,070 0,073 0,052
3,0 3,7 2,3 1,7
0,163 0,257 0,170 0,087
0,052 0,062 0,087 0,076
3,0 2,7 3,0 3,0
0,157 0,165 0,262 0,227 1,488
0,083 0,080
3,3 3,3
0,276 0,267
0,080 0,087 0,073 0,070
3,0 3,7 2,0 1,7
0,240 0,321 0,145 0,117 1,366 2,854
1,000
Tabel 37 memperlihatkan hasil penilaian responden terhadap faktor lingkungan eksternal perusahaan yang disajikan dalam matriks EFE. Analisis matriks EFE perusahaan menghasilkan total nilai skor sebesar 2,854. Total skor ini merupakan nilai yang termasuk dalam kategori rata-rata. Total skor sebesar
185
2,854 mengindikasikan bahwa kemampuan perusahaan merespon terhadap peluang dan ancaman yang ada bagi perusahaan masih rata-rata. Dengan kata lain, strategi perusahaan saat ini dalam mengambil keuntungan dari peluang yang ada dan meminimalkan pengaruh yang mungkin muncul dari ancaman eksternal masih dalam tahap rata-rata. Peluang utama dalam lingkungan eksternal perusahaan ditunjukkan oleh skor terbesar diantara faktor peluang yang ada, yaitu kekuatan tawar menawar terhadap pembeli kuat dengan skor sebesar 0,262. Peluang terbesar ke dua bagi perusahaan adalah perubahan tren tanaman hias ke arah daun-daunan dengan skor yang lebih kecil dari peluang utama, yaitu sebesar 0,257. Sedangkan ancaman utama bagi perusahaan ditunjukkan oleh skor terkecil diantara faktor ancaman yang ada, yaitu potensi masuknya pendatang baru dengan skor sebesar 0,117. Ancaman terbesar kedua bagi perusahaan adalah persaingan antarperusahaan sejenis dengan skor yang lebih besar dari ancaman utama, yaitu sebesar 0,145. 8.2 Tahap Pencocokan PT Pesona Daun Mas Asri 8.2.1 Analisis Matriks IE PT Pesona Daun Mas Asri Nilai skor yang diperoleh dari matriks IFE dan matriks EFE menjadi input bagi matriks Internal-External (IE). Matriks IE digunakan untuk mengetahui posisi perusahaan saat ini berdasarkan hasil analisis terhadap faktor lingkungan eksternal dan internal perusahaan pada matriks IFE dan matriks EFE. Matriks IE didasari pada dua dimensi kunci, yaitu total rata-rata tertimbang matriks IFE pada sumbu x dan total rata-rata tertimbang matriks EFE pada sumbu y. Total nilai tertimbang sebesar 2,940 pada matriks IFE diplotkan dengan total nilai tertimbang pada matriks EFE sebesar 2,854 pada matriks IE. Hasilnya dierlihatkan dalam matriks IE pada Gambar 9.
186
TOTAL RATA-RATA TERTIMBANG EFE
TOTAL RATA-RATA TERTIMBANG IFE Kuat 3,0 – 4,0
Tinggi 3,0 – 4,0
3,0
Rata-rata 2,0 – 2,99
2,0
Lemah 1,0 – 1,99
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
1,0
3,0 Menengah 2,0 – 2,99 2,0 Rendah 1,0 – 1,99 1,0 Gambar 8. Matriks IE PT Pesona Daun Mas Asri Berdasarkan matriks IE PT PDMA pada Gambar 9, perusahaan berada pada posisi daerah V. Pada posisi tersebut, perusahaan berada pada kondisi hold and maintain atau pertahankan dan pelihara. Pada sel ini strategi yang banyak dilakukan adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk. Strategi penetrasi pasar yaitu usaha untuk mendalami pasar yang ada dengan tujuan untuk peningkatan pasar suatu produk atau jasa yang sudah ada di pasar melalui usaha pemberian pelayanan yang baik. Penetrasi pasar, strategi yang dapat digunakan adalah dengan memberikan pelayanan yang lebih baik agar konsumen merasa nyaman dan aman bekerjasama dengan perusahaan. Pelayanan yang dapat diberikan berupa jaminan berupa produk berkualitas, pengiriman yang tepat waktu, jaminan kontinyuitas produksi, dan selalu memberikan perhatian kepada konsumen dengan cara menerima masukan sehingga perusahaan selalu memperbaiki kekuarangannya. Selera konsumen selalu berbeda-beda, dengan begitu perusahaan dapat menerapkan strategi lainnya yaitu merekrut tenaga ahli pemasaran yang baru agar dapat mencari dan melihat potensi pasar yang ada, agar
187
peluang yang ada pada pasar dapat diotimalkan sehingga berpengaruh terhadap perkembangan perusahaan. Strategi pengembangan produk merupakan peningkatan penjualan dengan cara meningkatkan dan memodifikasi produk-produk atau jasa yang ada saat ini (David, 2006). Strategi ini dapat dilakukan dengan diferensiasi produk yaitu dengan cara menghasilkan lebih banyak koleksi jenis daun potong baru agar konsumen merasa puas dengan keanekaragaman produk yang ditawarkan, tentunya harus diikuti dengan peningkatan kualitas daun potong yang dihasilkan. Tujuan strategi pengembangan produk dilakukan adalah untuk terus dapat bersaing dengan perusahaan sejenis. 8.2.2 Analisis Matriks SWOT PT Pesona Daun Mas Asri Analisis matriks SWOT digunakan dengan mengkombinasikan faktor strategis eksternal dan internal perusahaan untuk mendapatkan sejumlah alternatif strategi bagi perusahaan. Input yang digunakan berasal dari hasil identifikasi faktor eksternal dan internal perusahaan yang terdapat pada matriks EFE dan matriks IFE. Strategi yang dirumuskan harus sesuai dengan kondisi perusahaan saat ini dan mengacu pada matriks IE yang dihasilkan. Perumusan alternatif strategi berdasarkan pengembangan empat tipe strategi, yaitu strategi S-O, strategi W-O, strategi S-T, dan strategi W-T (David, 2006). Strategi S-O Strategi S-O merupakan strategi yang dilakukan dengan menggunakan kekuatan internal untuk memanfaatkan peluang eksternal. Strategi yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah : 1. Mempertahankan kualitas dan variasi produk tanaman hias daun potong Perusahaan harus mempertahankan kualitas produk yang baik, variasi tanaman yang beragam agar kebutuhan konsumen selalu dapat dipenuhi. Untuk melakukan hal itu perusahaan dapat mengandalkan para karyawan yang berpengalamn dengan tetap mempertahankan komunikasi yang baik dan suasana kekeluargaan antar karyawan yang mampu menciptakan semangat kerjasama dalam menjalankan tugas dan mempertahankan pembagian tugas yang jelas sehingga para karyawan mampu secara optimal dalam menjalankan fungsionalnya
188
masing-masing. Selain itu, strategi ini dapat direalisasikan karena perusahaan selalu mendesain perencanaan jangka pendek dan jangka panjang yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Perkembangan IPTEK dan teknologi yang semakin pesat juga dapat dimanfaatkan perusahaan sebagai media promosi yang baik. Strategi diatas perlu dilakukan perusahaan karena perubahan tren tanaman hias saat ini beralih kearah daun-daunan sehingga daun-daunan lebih banyak digunakan pada rangkaian bunga dan dekorasi. Hal ini tentunya membutuhkan produk daun potong yang berkualitas tinggi dan variasi yang beragam. Meningkatnya pembangunan gedung perkantoran, hotel dan kekuatan tawar menawar terhadap pembeli kuat dapat direspon perusahaan dengan menyediakan produk yang berkualitas dengan variasi beragam. Selain itu, intensif pembebasan PPN merupakan peluang bagi perusahaan untuk dapat meningkatkan pemasarannya baik di pasar dalam negeri maupun luar negeri. Tidak adanya produk subsitusi yang dekat bagi produk daun potong juga merupakan salah satu peluang yang mendukung strategi ini. Oleh karena itu perusahaan memanfaatkan peluang ini untuk mengembangkan usahanya. Strategi W-O Strategi W-O merupakan strategi yang dilakukan untuk meminimalkan kelemahan internal untuk memanfaatkan peluang eksternal. Strategi yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah : 1.
Menetapkan kebijakan harga yang fleksibel Persaingan harga di tingkat produsen dan petani daun potong
mengakibatkan perusahaan perlu memperhatikan harga yang ditetapkan perusahaan dengan pesaingnya. Saat ini harga yang ditetapkan perusahaan lebih tinggi dari pesaing utamanya yaitu petani karena biaya produksi yang dikeluarkan lebih tinggi dan kualitas produk yang dihasilkan lebih baik. Kondisi seperti dikhawatirkan beberapa konsumen perusahaan akan berpindah ke produsen lain yang menawarkan harga relatif lebih murah. Apalagi salah satu kelemahan perusahaan saat ini adalah bagian pemasaran perusahaan tidak produktif dalam menghubungi calon konsumen atau konsumen yang sudah beberapa kali memesan
189
produk ke perusahaan. Untuk itu, perlu adanya strategi yang bisa mengatasi hal tersebut. Strategi kebijakan harga yang fleksibel ini diartikan perusahaan bisa saja menetapkan harga jual yang sama atau bahkan lebih rendah dari pesaing jika persediaan jenis daun potong tersebut sudah menumpuk di kebun atau tren dari jenis daun tersebut sudah menurun. Sebaliknya, jika persediaan masih sedikit atau jenis daun potong tersebut termasuk langka di pasaran, maka perusahaan dapat mempertahankan harga yang selama ini lebih tinggi dari petani namun dengan kualitas produk yang lebih baik. Strategi ini perlu dilakukan perusahaan karena adanya peluang penurunan harga BBM yang berdampak pada biaya produksi perusahaan menjadi lebih efisien. Penurunan harga BBM menurunkan biaya transportasi perusahaan dalam pemasaran produk ke konsumen sehingga perusahaan bisa menetapkan kebijakan harga yang lebih fleksibel. Selain itu, kekuatan tawar menawar terhadap pemasok yang kuat bisa dijadikan peluang untuk strategi ini. Kerjasama dengan beberapa pemasok terkait dengan ketersediaan bahan baku akan menguntungkan perusahaan, misalnya perusahaan akan memilih pemasok yang menawarkan pasokan dengan kualitas terbaik namun dengan harga yang lebih murah. Hal ini akan mempengaruhi pada penetapan harga produk perusahaan. Strategi S-T Strategi S-T merupakan strategi yang dilakukan dengan menggunakan kekuatan internal untuk mengatasi ancaman eksternal. Strategi yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah : 1.
Meningkatkan kerjasama dan hubungan baik dengan pelanggan Perusahaan perlu menerapkan strategi
untuk mengantisipasi tingginya
persaingan akibat banyaknya jumlah pesaing dan potensi masuknya pendatang baru pada industri ini. Selain itu, berubah-ubahnya selera masyarakat terhadap jenis daun potong juga semakin meningkatkan intensitas persaingan produk daun potong. Untuk itu, perusahaan perlu menjaga loyalitas para pelanggan dengan mempertahankan bahkan meningkatkan hubungan baik dan kerjasama dengan para pelanggan. Peningkatan kerjasama dapat dilakukan dengan para pelanggan yang merupakan florist, dekorator, hotel dan trader yang membeli produk daun 190
potong kepada PT PDMA untuk dijual kembali. Memasarkan produk melalui personal selling juga akan meningkatkan hubungan baik antara perusahaan dan pelanggan. Hubungan baik dengan para pelanggan dapat dipertahankan dengan cara memberikan jaminan kualitas daun potong yang baik dan pengiriman produk tepat waktu. Bahkan saat ini PT PDMA memiliki outlet di Jakarta sebagai tempat penjualan produk daun potong sehingga pelanggan dapat langsung membeli tanpa harus memesan terlebih dahulu. Strategi diatas dilakukan agar para pelanggan tidak mudah beralih ke pesaing perusahaan. Ketidakpastian permintaan terhadap daun potong dan rendahnya daya beli masyarakat akibat ketidakstabilan perekonomian menjadikan para pesaing perusahaan berusaha menerapkan strategi yang seefektif mungkin untuk menggaet konsumen. Strategi W-T Strategi W-T merupakan strategi yang dilakukan dengan meminimalkan kelemahan internal untuk menghindari ancaman eskternal. Strategi yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah : 1.
Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia Salah satu kunci keberhasilan sebuah perusahaan dalam menjalankan
bisnisnya, karena ditunjang oleh kualitas sumber daya manusia yang dimiliki. Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan salah satu aset perusahaan yang secara tidak langsung mendukung kelancaran usaha. Oleh karena itu, dalam upaya meningkatkan kualitas SDM PT PDMA, perusahaan dapat meningkatkan pengawasan pada tenaga kerja lapangan agar lebih bertanggung jawab terhadap tugas-tugas yang ditetapkan. Selain itu, pengawasan perlu ditingkatkan pada proses pemanenan yang sangat berpengaruh terhadap kualitas produk yang dijual. Sedangkan bentuk pelatihan yang dapat dilakukan adalah pelatihan budidaya atau produksi untuk mengetahui sistem budidaya yang lebih efisien agar menghasilkan produk yang berkualitas baik.
191
1.
2. 3. 4. 5.
6. 7. 8.
1.
2. 3.
4. 5. 6.
Kekuatan (S): Kelemahan (W): 1. Memiliki perencaaan 1. Perusahaan jangka pendek dan jangka menetapkan harga Faktor Internal panjang yang lebih tinggi dari 2. Komunikasi yang baik petani antara manajer dan 2. Belum mampu bawahan memproduksi bibit 3. Kualitas produk yang sendiri dihasilkan baik 3. Bidang penelitian 4. Memiliki variasi jenis daun dan pengembangan potong tidak ada 5. Memiliki outlet sendiri 6. Sistem pembukuan dan Faktor Eksternal pengelolaan keuangan rapi Peluang (O): Strategi S-O Strategi W-O Meningkatnya pembangunan Mempertahankan kualitas dan Menetapkan kebijakan gedung perkantoran dan variasi produk daun potong harga yang fleksibel hotel (S1,S2,S3,S4,O1,O2,O4,O5, (W1,W2,O3,O6) Perubahan tren tanaman hias O7,O8) ke arah daun-daunan Penurunan harga BBM Intensif pembebasan PPN Perkembangan IPTEK dan teknologi informasi yang semakin pesat Kekuatan tawar menawar terhadap pemasok kuat Kekuatan tawar menawar terhadap pembeli kuat Tidak adanya produk substitusi bagi daun potong Ancaman (T): Strategi S-T Strategi W-T Rendahnya daya beli Meningkatkan kerjasama dan Meningkatkan kualitas masyarakat akibat hubungan baik dengan sumber daya manusia ketidakstabilan pelanggan (W3,T4) perekonomian (S3,S6,T1,T2,T3,T5,T6) Ketidakpastian permintaan terhadap produk daun potong Berubah-ubahnya selera masyarakat terhadap jenis daun potong Cuaca yang tidak menentu dan iklim yang berubah-ubah Persaingan antarperusahaan sejenis Potensi masuknya pendatang baru
Gambar 9. Matriks SWOT PT Pesona Daun Mas Asri
192
8.3
Tahap Keputusan PT Pesona Daun Mas Asri Tahap keputusan merupakan tahap akhir dalam perumusan strategi. Pada
tahap ini dilakukan pilihan alternatif strategi yang terbaik dan yang menjadi prioritas untuk diterapkan oleh perusahaan. Alat analisis yang digunakan adalah QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix). 8.3.1 Analisis Matriks QSP PT Pesona Daun Mas Asri Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) merupakan alat yang memungkinkan penyusun strategi untuk mengevaluasi alternatif strategi secara objektif, berdasarkan faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal yang telah diidentifikasi
sebelumnya
(David,
2006).
Teknik
ini
secara
objektif
mengindikasikan alternatif strategi mana yang terbaik untuk dilakukan oleh perusahaan. QSPM menggunakan input dari analisis tahap 1 dan hasil analisis tahap 2. Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) menganalisis empat alternatif strategi yang berasal dari hasil analisis SWOT. Analisis QSPM akan menghasilkan prioritas strategi yang akan dilakukan oleh perusahaan berdasarkan penilaian yang diberikan oleh tiga responden. Hasil penjumlahan TAS dari masing-masing responden akan dirata-ratakan untuk menghasilkan nilai penjumlahan TAS terakhir. Prioritas pertama adalah strategi yang memiliki nilai penjumlahan Total Attractiveness Score (TAS) lebih besar dari strategi yang lain. Nilai TAS terbesar sampai nilai terkecil dari suatu strategi merupakan urutan strategi yang menjadi prioritas. Hasil analisis QSPM terhadap alternatif strategi pada PT PDMA diperlihatkan dalam Tabel 40. Strategi yang menjadi prioritas pertama untuk dilakukan oleh perusahaan adalah mempertahankan kualitas dan variasi produk daun potong. Strategi ini memperoleh nilai penjumlahan TAS yang terbesar diantara alternatif strategi lain, yaitu sebesar 6,218. Strategi kedua yang menjadi prioritas perusahaan adalah meningkatkan kerjasama dan hubungan baik dengan pelanggan dengan nilai penjumlahan TAS yang lebih kecil dari strategi prioritas pertama, yaitu sebesar 5,621. Prioritas strategi berikutnya sampai strategi disajikan pada Tabel 38.
193
Tabel 38. Alternatif Strategi Pengembangan Usaha PT Pesona Daun Mas Asri Urutan Prioritas I II III IV
Strategi Mempertahankan kualitas dan variasi produk daun potong Meningkatkan kerjasama dan hubungan baik dengan pelanggan Menetapkan kebijakan harga yang fleksibel Meningkatkan kualitas SDM
Nilai TAS 6,218 5,621 5,218 5,015
8.4 Tahap Masukan (Input) Kelompok Tani Al-Busyro Florist 8.4.1 Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal Kelompok Tani Al-Busyro Florist 1. Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan Kelompok Tani Al-Busyro Florist Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal kelompok tani, maka diperoleh beberapa faktor strategi internal yang berupa kekuatan dan kelemahan usaha Kelompok Tani Al-Busyro Florist di Kota Bogor. Adapun faktor-faktor strategi internal yang menjadi kekuatan bagi Kelompok Tani Al-Busyro Florist adalah sebagai berikut: a. Memiliki Perencanaan Jangka Pendek, Menengah dan Panjang untuk Pengembangan Usaha Sejak awal pendirian usaha, kelompok tani telah memiliki visi dan misi yang jelas. Oleh karena itu dalam pelaksanaan tujuan, kelompok tani memiliki perencanaan baik jangka pendek, mengah maupun jangka panjang yang jelas. Kelompok tani menetapkan target dan sasaran yang akan dicapai untuk setiap bulan dan tahun berikutnya. Perencanaan jangka menengah dan panjang yang sedang disusun adalah berencana untuk melebarkan usaha sejenis dengan komoditi tanaman hias daun potong Polisias dengan tanaman sela Compacta seluas 6 hektar melalui Pola Kemitraan PLASMA EXPOR dengan perusahaan CV Bunga Indah Farm (BIF) Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Rencana budidaya ini ditujukan untuk pasar luar negeri yaitu Korea dan direncanakan mulai ekspor pertama pada bulan Juni tahun 2011. b. Keinginan yang Kuat untuk Selalu Belajar dari Ketua dan Anggota Kelompok Tani Ketua Kelompok Tani Al-Busyro Florist adalah tipe orang pembelajar, dimanapun dan kepada siapapun proses belajar tersebut akan dijalankan demi mendapatkan ilmu yang terkait dengan tanaman hias. Semangat dan keinginan 194
belajar yang kuat membuat ketua kelompok tani ini sering mengikuti pelatihan maupun seminar baik dari tingkat lokal sampai tingkat nasional. Setelah mengikuti pelatihan atau seminar ketua Kelompok Tani Al-Busyro Florist akan menstransfer ilmu yang telah di dapat kepada anggotanya. Bukan hanya sebagai peserta, ketua kelompok tani ini pun pernah menjadi salah satu pembicara dalam seminar mengenai budidaya Cordyline dan Dracaena. Selain itu anggotanya pun memiliki keinginan belajar yang sama. Untuk mewujudkan cita-cita yang akan dicapai pada tahun 2010 nanti yaitu membuka usaha tanaman hias dalam pot, salah seorang anggota Kelompok Tani Al-Busyro Florist saat ini sedang belajar di Balai Penelitian Tanaman Hias (BALITHI). Untuk menjadi spesialis dekorasi tanaman saat ini ada tiga orang anggota yang sedang belajar dekorasi di Fajar Florist, di Asosiasi Bunga Indonesia (ASBINDO), dan di Rawa Belong. Untuk menambah ilmu dan pengetahuan para anggotanya, ketua Kelompok Tani Al-Busyro Florist mengajukan kepada Dinas Agribisnis Kota Bogor untuk mengadakan pelatihan ataupun penyuluhan yang berkaitan dengan tanaman hias sehingga bisa menambah ilmu dan pengetahuan bagi para anggotanya. c. Rasa Kekeluargaan yang Tinggi Antar Anggota Hubungan antara anggota dan pengurus di kelompok tani ini sangat erat karena masyarakat Tanah Baru memang terkenal dengan keramahan dan kekeluargaannya. Rasa kekeluargaan di Kelompok Tani Al-Busyro Florist terasa sangat kental karena sebagian besar anggotanya masih ada hubungan kekerabatan. Dengan adanya rasa persaudaran yang tinggi maka antara angota dan pengurus saling mendukung untuk mencapai tujuan bersama. d. Memiliki Pelanggan yang Sudah Tetap Dalam pemasaran produknya, Kelompok Tani Al-Busyro Florist sudah memiliki pelangan
tetap yang secara kontinyiu disuplai oleh kelompok tani.
Pelanggan tersebut antara lain pedagang di Pasar Rawa Belong, dan florist-florist di Kota Bogor. Adanya pelanggan tetap tersebut menyebabkan Kelompok Tani Al-Busyro Florist secara rutin melakukan pengiriman hasil panen ke pasar Rawa Belong dan florist-florist di Kota Bogor.
195
e. Lokasi Usaha Dekat dengan Pasar Salah satu kekuatan yang dimiliki oleh Kelompok Tani Al-Busyro Florist adalah lokasinya yang dekat dengan pasar tujuan. Keuntungan yang diperoleh adalah jarak distribusinya yang tidak terlalu jauh sehingga kualitas produk sejak panen hingga sampai ke pasar masih terjaga. Hal ini juga yang menjadi kelebihan dibandingkan pesaing sejenis yang lokasinya berada lebih jauh dari pasar. Jarak pesaing yang lebih jauh dari pasar sehingga daya tahan tanaman berkurang karena proses distribusi yang cukup lama sehingga daun lebih mudah layu dan akan mengurangi kualitas. f. Bibit Cordyline dan Dracaena Menyediakan Sendiri Dalam menjalankan budidayanya Kelompok Tani Al-Busyro Florist menerapkan sistem kemitraan yaitu kelompok menyediakan keperluan bagi para anggotanya. Sistem kemitraan yang dijalankan ini antara lain penyediaan bibit Cordyline dan Dracaena untuk anggota. Tanaman yang sudah besar dipangkas kembali untuk kemudian dijadikan bibit anakan. Sampai saat ini perbanyakan bibit dilakukan sendiri sehingga dalam pengadaan bibit Cordyline dan Dracaena petani anggota tidak tergantung dari pihak luar. g. Pupuk Kandang yang Digunakan Berasal dari Anggota Sendiri Ketika awal melakukan penanaman diperlukan pupuk kandang yang cukup banyak, untuk pengadaan pupuk ini dapat dipenuhi dari Kelompok Tani AlBusyro Florist. Pupuk kandang selalu tersedia karena ada beberapa dari anggota yang memelihara hewan ternak yang kotorannya dijadikan pupuk kandang dan adanya mesin penggiling kompos yang diberikan oleh Dinas Agribisnis Kota Bogor. h. Pengurus dan Anggota Memiliki Pengetahuan Mengenai Daun Potong Bagi anggota maupun pengurus, harus memiliki pengetahuan mengenai tanaman hias daun potong sehingga dapat berperan produktif dalam memenuhi target yang telah ditetapkan. Sedangkan faktor-faktor strategi internal yang menjadi kelemahan bagi Kelompok Tani Al-Busyro Florist adalah sebagai berikut :
196
a.
Sistem Pembayaran yang Kurang Menguntungkan Petani Sejak Januari 2008 sistem pembayaran yang diterapkan pada kelompok
tani ini adalah sistem abodemen yaitu barang dikirim terlebih dahulu sedangkan pembayaran pada minggu berikutnya. Daun potong ini di pasok ke pasar bunga Rawa Belong, florist-floristdi Kota Bogor, Bandung dan Denpasar secara rutin sesuai jadwal yang sudah disepakati. Sistem pembayaran abodemen menyebabkan pembayaran kepada petani baru bisa diberikan setelah kiriman berikutnya, jadi kiriman untuk minggu ini akan dibayarkan minggu berikutnya dan hal ini tidak bisa ditolak oleh Kelompok Tani Al-Busyro Florist maupun pemasok lainnya. Kondisi ini dipandang merugikan petani anggota karena mereka belum bisa menikmati hasil panen secara langsung (uang pembayaran) yang seharusnya bisa digunakan sebagai modal untuk biaya operasional produksi sampai minggu berikutnya. b. Pemasaran yang Masih Terbatas Walaupun sudah memiliki pelanggan tetap, namun pemasaran Kelompok Tani Al-Busyro Florist hanya terbatas pada pelanggan yang mengetahui keberadaan produk Kelompok Tani Al-Busyro Florist melalui informasi orang lain. Biasanya konsumen yang pernah membeli dari kelompok tani dan merasa puas akan memberikan rekomendasi kepada orang lain. Namun, kondisi ini dirasa masih kurang dalam kegiatan promosi sehingga pasar utamanya masih terbatas pada pedagang daun potong di pasar bunga Rawa Belong. c.
Keterbatasan Modal Sendiri Pada perkembangan usaha daun potong Kelompok Tani Al-Busyro Florist
ini masih dipengaruhi oleh tingkat modal yang kecil karena modal yang digunakan dari modal sendiri masing-masing petani anggota, sehingga skala Kelompok Tani Al-Busyro Florist ini masih sangat sederhana. d. Menggunakan Metode Tradisional dalam Proses Produksi Kelompok Tani Al-Busyro Florist adalah salah satu pelaku usaha tanaman hias yang berperan sebagai produsen utama daun potong di Bogor. Namun metode yang digunakan untuk proses budidaya pada Kelompok Tani Al-Busyro Florist masih menggunakan metode tradisional. Hal ini yang membuat Kelompok Tani Al-Busyro Florist selalu ingin menghasilkan produknya dengan mutu dan kualitas
197
yang baik walaupun fasilitas-fasilitas yang digunakan dalam kegiatan produksi masih sederhana. e.
Bidang Penelitian dan Pengembangan Tidak Ada Saat ini Kelompok Tani Al-Busyro Florist tidak memiliki bidang
penelitian dan pengembangan (litbang). Padahal litbang memiliki peran yang cukup besar terkait dengan pengembangan produk baru atau riset pasar. Hal ini dikarenakan keterbatasan tenaga ahli maupun kurangnya kesadaran akan pentingnya bidang litbang dalam sebuah usaha. Tabel 39. Daftar Kekuatan dan Kelemahan Kelompok Tani Al-Busyro Florist Faktor Internal Manajemen
Kekuatan Kelemahan 1.Memiliki perencanaan jangka pendek, menengah jangka panjang 2.Keinginan untuk selalu belajar yang kuat dari ketua dan anggota 3.Rasa kekeluargaan yang tinggi antar anggota Pemasaran 4.Memiliki pelanggan yang 1.Sistem pembayaran yang sudah tetap kurang menguntungkan 5.Lokasi usaha dekat dengan petani pasar 2.Pemasaran masih terbatas Keuangan 3.Keterbatasan modal sendiri Produksi/operasi 6.Bibit Cordyline dan 4.Menggunakan metode Dracaena menyediakan tradisional dalam proses sendiri produksi 7.Pupuk kandang yang digunakan berasal dari anggota sendiri Sumber Daya 8.Pengurus dan anggota Manusia memiliki pengetahuan mengenai daun potong Penelitian dan 5.Bidang penelitian dan Pengembangan pengembangan tidak ada
2. Identifikasi Peluang dan Ancaman Kelompok Tani Al-Busyro Florist Berdasarkan hasil analisis lingkungan eksternal kelompok tani, maka diperoleh beberapa faktor strategi eksternal yang berupa peluang dan ancaman usaha Kelompok Tani Al-Busyro Florist di Kota Bogor. Adapun faktor-faktor strategi eksternal yang menjadi peluang bagi Kelompok Tani Al-Busyro Florist adalah sebagai berikut:
198
a. Tersedianya Lahan Kosong Daerah sekitar Tanah Baru masih banyak memiliki lahan kosong yang potensial dan belum digarap sebagai lahan pertanian. Lahan-lahan tersebut sangat cocok untuk budidaya tanaman hias daun karena keadaan tanah dan cuacanya cukup mendukung. Apabila nantinya Kelompok Tani Al-Busyro Florist melakukan pengembangan usaha, kelompok tani masih bisa menambah luas lahan untuk budidaya dengan memanfaatkan lahan-lahan kosong tesebut. b. Adanya Dukungan dari Instansi Pemerintah Dukungan dari intansi pemerintah ini datang baik dari tingkat daerah maupun pusat. Dukungan dari tingkat daerah terlihat dengan adanya pembinaan yang dilakukan oleh Dinas Agribisnis Kota Bogor. Pembinaan yang dilakukan oleh Dinas Agribisnis Kota Bogor ini berupa pelatihan-pelatihan, penyuluhan, atau seminar. Selain itu Dinas Agribisnis juga melakukan evaluasi dan monitoring secara berkala terhadap Kelompok Tani Al-Busyro Florist. Dinas Agribisnis Kota Bogor selalu mengirim Kelompok Tani Al-Busyro Florist sebagai wakil/delegasi dari Kota Bogor dalam mengikuti pelatihan ataupun seminar baik di tingkat lokal maupun tingkat nasional. Bahkan beberapa kali ketua Kelompok Tani Al-Busyro Florist ditunjuk menjadi salah satu pembicara dan seminar mengenai teknik budidaya Cordyline dan Dracaena. Ketua Kelompok Tani Al-Busyro Florist menjadi pembicara pada seminar tersebut karena R. Zaini merupakan salah satu anggota tim pebahas dan penyusun buku Prosedur Operasional Standar (POS) Budidaya Cordyline dan Dracaena yang diterbitkan oleh Direktorat Budidaya Tanaman Hias Direktorat Jendral Hortikultura pada tahun 2006. Dukungan dari pusat berasal dari Direktorat Jendral Hortikultura yang berada di bawah Departemen Pertanian. Bentuk dukungan yang diberikan adalah dengan adanya bantuan-bantuan baik berupa dana, sarana produksi pertanian (Saprotan), dan juga alat-alat produksi pertanian. Program-program yang saat ini digulirkan adalah seperti pemberian dana pengembangan lembaga mandiri yang mengakar pada masyarakat (LM3), program pengembangan agribisnis, dan program pengembangan alsintan dan sarana produksi hortikultura.
199
c. Perkembangan IPTEK dan Teknologi Informasi yang Semakin Pesat Perkembangan teknologi sangat berguna untuk melakukan teknik budidaya yang lebih modern sehingga dapat dilakukan secara efektif dan efisien. Saat ini budidaya yang dilakukan Kelompok Tani Al-Busyro Florist adalah di lahan terbuka yang hanya dilindungi paranet untuk membuat kesesuaian suhu dan cahaya. Dengan melakukan inovasi teknologi seperti penggunaan green house diharapkan dapat membuat hasil panen lebih berkualitas karena proses budidaya lebih baik dan terjaga. d. Kekuatan Tawar menawar terhadap pemasok kuat Hubungan kerjasama yang telah terjalin lama antara kelompok tani dengan pemasok mengakibatkan pemasok tidak mudah dalam menaikkan barga bahan baku yang akan dijual kepada petani. Banyaknya jumlah pemasok bahan baku tanaman hias mengakibatkan kekuatan tawar menawar terhadap pemasok menjadi kuat karena petani memiliki kemudahan dalam mencari dan memilih pemasok bahan baku tanaman. Selain itu, petani memiliki kemudahan dalam berpindah pemasok untuk mendapatkan pemasok dengan harga dan kualitas yang sesuai jika pemasok sebelumnya menaikkan harga-harga bahan baku yang dibutuhkan petani. Sedangkan faktor-faktor strategi eksternal yang menjadi ancaman bagi Kelompok Tani Al-Busyro Florist, antara lain : a. Harga Pupuk Kimia Mahal Harga pupuk kimia yang tinggi akan mempengaruhi secara langsung terhadap biaya produksi. Hal ini karena dengan mahalnya harga pupuk akan meningkatkan biaya produksi karena pupuk sebagai bahan baku utama yang menentukan kualitas produk selain bibit. Apabila biaya yang dikeluarkan petani meningkat dan harga jual produk tetap makan akan mengurangi keuntungan yang diperoleh. b. Melemahnya Daya Beli Masyarakat akibat Ketidakstabilan Perekonomian Stabilitas politik sangat mempengaruhi keberlangsungan industri tanaman hias. Ketika di Indonesia terjadi kerusuhan industri tanaman hias sempat mengalami goncangan karena masyarakat saat itu tidak terlalu peduli terhadap tanaman hias. Menurut Ketua Kelompok Tani Al-Busyro Florist ketika situasi keamanan kurang baik akan mempengaruhi permintaan tanaman hias karena pada
200
kondisi tersebut permintaan untuk dekorasi akan berkurang. Hal ini disebabkan dituasi keamanan yang kurang mendukung. Selain itu dengan stabilitas politik yang
tidak
kondusif,
program
pemerintah
kurang
memihak
terhadap
keberlangsungan industri tanaman hias terutama bagi petani tanaman hias. c. Pesaing Daerah Lain Lebih Unggul Pesaing yang diperhitunkan oleh Kelompok Tani Al-Busyro Florist adalah kelompok tani tanaman hias daun yang berasal dari Cicurug, Sukabumi. Hal ini karena mereka sama-sama memasok daun potong ke pasar Rawa Belong. Selain itu, kelompok tani Cicurug tersebut skala usahanya lebih besar dan teknologi yang digunakan sudah lebih modern. Pesaing daerah lain lebih unggul dalam hal teknik budidaya dan juga teknologi yang digunakan sehingga kualitas produknya lebih baik terutama pada ukuran daunnya. d. Potensi Masuknya Pendatang Baru Dalam analisis lingkungan industri ini, di Kota Bogor sendiri tidak ada hambantan yang akan menghalangi pemain baru untuk masuk ke dalam industri tanaman hias daun potong ini. Dengan tidak adanya hambatan ini, maka siapa saja dapat melakukan budidaya yang sama seperti yang saat ini diusahakan oleh Kelompok Tani Al-Busyro Florist. Tabel 40. Daftar Peluang dan Ancaman Kelompok Tani Al-Busyro Florist Faktor Eksternal Lingkungan Ekonomi Lingkungan Sosial, Budaya dan Demografi Lingkungan Politik, Pemerintah dan Hukum Lingkungan Teknologi
Lingkungan Industri
Peluang
Ancaman 1.Harga pupuk kimia mahal
1.Tersedianya lahan kosong
2.Adanya dukungan instansi pemerintah
dari 2.Melemahnya daya beli masyarakat akibat ketidakstabilan perekonomian 3.Perkembangan IPTEK dan teknologi informasi yang semakin pesat 4.Kekuatan tawar menawar 3.Pesaing daerah lain lebih terhadap pemasok kuat unggul 5.Tidak adanya produk 4.Potensi masuknya substitusi bagi daun potong pendatang baru
201
8.4.2 Matriks IFE dan EFE Kelompok Tani Al-Busyro Florist 1.
Matriks IFE Identifikasi terhadap faktor internal kelompok tani menghasilkan sejumlah
faktor strategis internal yang berupa kekuatan dan kelemahan bagi kelompok tani. Setiap faktor diberikan penilaian berupa pembobotan dan penentuan rating oleh masing-masing responden.
Hasil penelitian terhadap bobot dan
rating
diformulasikan dalam matriks Internal Factor Evaluation (IFE). Tabel 41 merupakan matriks IFE bagi Kelompok Tani Al-Busyro Florist Tabel 41. Matriks IFE Kelompok Tani Al-Busyro Florist Faktor Strategi Internal KEKUATAN Memiliki perencanaan jangka pendek, menengah dan panjang Keinginan untuk selalu belajar yang kuat dari ketua dan anggota Rasa kekeluargaan yang tinggi antar anggota Memiliki pelanggan tetap Lokasi usaha dekat dengan pasar Bibit Cordyline dan Dracaena menyediakan sendiri Pupuk kandang yang digunakan berasal dari anggota sendiri Pengurus dan anggota memiliki pengetahuan mengenai daun potong
Bobot ratarata
Rating ratarata
Skor (Bobot x rating)
0,099
3,3
0,331
0,098
3,7
0,360
0,097 0,101 0,079 0,054
3,7 3,7 3,0 3,3
0,356 0,372 0,237 0,182
0,056
3,3
0,185
0,087
3,3
0,288 2,313
KELEMAHAN Sistem pembayaran yang kurang menguntungkan petani Pemasaran masih terbatas Keterbatasan modal sendiri Menggunakan metode tradisional dalam proses produksi Bidang Penelitian dan pengembangan tidak ada Jumlah
0,087
1,7
0,144
0,074 0,062
2,3 1,7
0,172 0,103
0,049
1,0
0,049
0,057
1,7
0,094 0,563 2,876
1,000
Tabel 41 memperlihatkan hasil penilaian responden terhadap faktor lingkungan internal kelompok tani yang disajikan dalam matriks IFE. Analisis matriks IFE kelompok tani menghasilkan skor sebesar 2,876. Total skor ini merupakan nilai yang termasuk dalam kategori rata-rata. Total skor sebesar 2,876 202
mengindikasikan bahwa kemampuan kelompok tani saat ini dalam memanfaatkan kekuatan dan meminimalkan kelemahan yang ada masih rata-rata. Dengan kata lain, strategi kelompok tani saat ini dalam mengambil keuntungan dari kekuatan yang dimiliki dan meminimalkan kelemahan internal masih dalam tahap rata-rata. Kekuatan utama dalam lingkungan internal kelompok tani ditunjukkan oleh nilai skor terbesar diantara faktor kekuatan yang ada, yaitu memiliki pelanggan tetap dengan nilai skor sebesar 0,372. Kekuatan terbesar kedua bagi kelompok tani adalah keinginan yang kuat untuk selalu belajar dari ketua dan anggota dengan skor yang lebih kecil dari kekuatan utama, yaitu sebesar 0,360. Sedangkan kelemahan utama bagi perusahaan ditunjukkan oleh nilai skor terkecil diantara faktor kelemahan yang ada, yaitu
menggunakan metode tradisional
dalam proses produksi dengan skor sebesar 0,049. Kelemahan terbesar kedua bagi kelompok tani adalah bidang penelitian dan pengembangan tidak ada dengan skor yang lebih besar dari kelemahan utama, yaitu sebesar 0,094. 2.
Matriks EFE Identifikasi terhadap faktor eksternal kelompok tani menghasilkan
sejumlah faktor strategis yang berupa peluang dan ancaman bagi kelompok tani. Setiap faktor diberikan penilaian berupa pembobotan dan penentuan rating oleh masing-masing
responden.
Hasil
penilaian
terhadap
bobot
dna
rtaing
diformulasikan dalam matriks External Factor Evaluation (EFE). Tabel 42 merupakan matriks EFE bagi Kelompok Tani Al-Busyro Florist
203
Tabel 42. Matriks EFE Kelompok Tani Al-Busyro Florist Faktor Strategi Eksternal PELUANG Tersedianya lahan kosong Adanya dukungan dari instansi pemerintah Perkembangan IPTEK dan teknologi informasi yang semakin pesat Kekuatan tawar menawar terhadap pemasok kuat Tidak adanya produk substitusi bagi daun potong ANCAMAN Harga pupuk kimia mahal Melemahnya daya beli masyarakat akibat ketidakstabilan perekonomian Pesaing daerah lain lebih unggul Potensi masuknya pendatang baru Jumlah
Bobot rata-rata
Rating rata-rata
Skor (Bobot x rating)
0,090 0,125
3,3 4,0
0,301 0,500
0,069
2,3
0,162
0,063
2,0
0,125
0,139
3,0
0,417 1,505
0,097
1,0
0,097
0,139 0,139 0,139
2,0 3,7 2,3
0,278 0,509 0,324 1,208 2,713
1,000
Tabel 42 memperlihatkan hasil penilaian responden terhadap faktor lingkungan eksternal kelompok tani yang disajikan dalam matriks EFE. Analisis matriks EFE kelompok tani menghasilkan total nilai skor sebesar 2,713. Total skor ini merupakan nilai yang termasuk dalam kategori rata-rata. Total skor sebesar 2,713 mengindikasikan bahwa kemampuan kelompok tani merespon terhadap peluang dan ancaman yang ada masih rata-rata. Dengan kata lain, strategi kelompok tani saat ini dalam mengambil keuntungan dari peluang yang ada dan meminimalkan pengaruh yang mungkin muncul dari ancaman eksternal masih dalam tahap rata-rata. Peluang utama dalam lingkungan eksternal kelompok tani ditunjukkan oleh skor terbesar diantara faktor peluang yang ada, yaitu adanya dukungan dari instansi pemerintah dengan skor sebesar 0,500. Peluang terbesar ke dua bagi kelompok tani adalah tidak ada pesaing di Kota Bogor dengan skor yang lebih kecil dari peluang utama, yaitu sebesar 0,417. Sedangkan ancaman utama bagi kelompok tani ditunjukkan oleh skor terkecil diantara faktor ancaman yang ada, yaitu harga pupuk kimia yang mahal dengan skor sebesar 0,097. Ancaman
204
terbesar kedua bagi kelompok tani adalah melemahnya daya beli masyarakat akibat ketidakstabilan politik dengan skor yang lebih besar dari ancaman utama, yaitu sebesar 0,278. 8.5 Tahap Pencocokan Kelompok Tani Al-Busyro Florist 8.5.1 Analisis Matriks IE Kelompok Tani Al-Busyro Florist Nilai skor yang diperoleh dari matriks IFE dan matriks EFE menjadi input bagi matriks Internal-External (IE). Matriks IE digunakan untuk mengetahui posisi kelompok tani saat ini berdasarkan hasil analisis terhadap faktor lingkungan eksternal dan internal kelompok tani pada matriks IFE dan matriks EFE. Matriks IE didasari pada dua dimensi kunci, yaitu total rata-rata tertimbang matriks IFE pada sumbu x dan total rata-rata tertimbang matriks EFE pada sumbu y. Total nilai tertimbang sebesar 2,876 pada matriks IFE diplotkan dengan total nilai tertimbang pada matriks EFE sebesar 2,713
pada matriks IE. Hasilnya
dierlihatkan dalam matriks IE pada Gambar 11.
TOTAL RATA-RATA TERTIMBANG IFE
TOTAL RATA-RATA TERTIMBANG EFE
Kuat 3,0 – 4,0
Tinggi 3,0 – 4,0
3,0
Rata-rata 2,0 – 2,99
2,0
Lemah 1,0 – 1,99
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
1,0
3,0 Menengah 2,0 – 2,99 2,0 Rendah 1,0 – 1,99 1,0 Gambar 10. Matriks IE Kelompok Tani Al-Busyro Florist
205
Berdasarkan matriks IE Kelompok Tani Al-Busyro Florist pada Gambar 11, kelompok tani berada pada posisi daerah V. Pada posisi tersebut, kelompok tani berada pada kondisi hold and maintain atau pertahankan dan pelihara. Pada sel ini strategi yang banyak dilakukan adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk. Strategi penetrasi pasar yaitu usaha untuk mendalami pasar yang ada dengan tujuan untuk peningkatan pasar suatu produk atau jasa yang sudah ada di pasar melalui usaha pemberian pelayanan yang baik. Penetrasi pasar, strategi yang dapat digunakan adalah dengan memberikan pelayanan yang lebih baik agar konsumen merasa nyaman dan aman bekerjasama dengan kelompok tani. Pelayanan yang dapat diberikan berupa jaminan berupa produk berkualitas, pengiriman yang tepat waktu, jaminan kontinyuitas produksi, dan selalu memberikan perhatian kepada konsumen dengan cara menerima masukan sehingga kelompok tani selalu memperbaiki kekuarangannya. Selera konsumen selalu berbeda-beda, dengan begitu kelompok tani dapat menerapkan strategi lainnya yaitu merekrut tenaga ahli pemasaran yang baru agar dapat mencari dan melihat potensi pasar yang ada, agar peluang yang ada pada pasar dapat diotimalkan sehingga berpengaruh terhadap perkembangan kelompok tani. Strategi pengembangan produk merupakan peningkatan penjualan dengan cara meningkatkan dan memodifikasi produk-produk atau jasa yang ada saat ini (David, 2006). Strategi ini dapat dilakukan dengan diferensiasi produk yaitu dengan cara menghasilkan lebih banyak koleksi jenis daun potong baru agar konsumen merasa puas dengan keanekaragaman produk yang ditawarkan, tentunya harus diikuti dengan peningkatan kualitas daun potong yang dihasilkan. Tujuan strategi pengembangan produk dilakukan adalah untuk terus dapat bersaing dengan perusahaan/kelompok tani sejenis. 8.5.2 Analisis Matriks SWOT Kelompok Tani Al-Busyro Florist Analisis matriks SWOT digunakan dengan mengkombinasikan faktor strategis eksternal dan internal kelompok tani untuk mendapatkan sejumlah alternatif strategi bagi kelompok tani. Input yang digunakan berasal dari hasil identifikasi faktor eksternal dan internal kelompok tani yang terdapat pada matriks EFE dan matriks IFE. Strategi yang dirumuskan harus sesuai dengan kondisi 206
kelompok tani saat ini dan mengacu pada matriks IE yang dihasilkan. Perumusan alternatif strategi berdasarkan pengembangan empat tipe strategi, yaitu strategi SO, strategi W-O, strategi S-T, dan strategi W-T (David, 2006). Strategi S-O Strategi S-O merupakan strategi yang dilakukan dengan menggunakan kekuatan internal untuk memanfaatkan peluang eksternal. Strategi yang dapat dilakukan oleh kelompok tani adalah : 1.
Meningkatkan produktivitas dan diversifikasi produk Kelompok Tani Al-Busyro Florist sejak awal berdirinya selalu bersama-
sama menyusun perencanaan jangka pendek, menengah dan panjang. Rasa kekeluargaan antar anggota dan keinginan untuk selalu belajar dari ketua dan anggota membuat kelompok tani ini ingin mencoba sesuatu hal yang baru dalam perkembangan usahanya. Salah satu alternatif strategi yang dihasilkan adalah meningkatkan produktivitas dan diversifikasi produk. Strategi ini bisa dilaksanakan karena kelompok tani memiliki lahan kosong yang masih potensial dan adanya dukungan pemerintah. Selain itu tidak adanya pesaing di Kota Bogor dan pangsa pasar yang semakin luas akan dimanfaatkan oleh kelompok tani untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Diversifikasi produk yang dimaksud akan dilakukan budidaya tanaman hias daun jenis lainnya dan tanaman hias daun dalam pot. Selain itu, sesuai dengan cita-cita Kelompok Tani Al-Busyro Florist untuk membuka jasa dekorasi dan jasa katering. Strategi W-O Strategi W-O merupakan strategi yang dilakukan untuk meminimalkan kelemahan internal untuk memanfaatkan peluang eksternal. Strategi yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah : 1. Mengembangkan Litbang serta Memanfaatkan Kemajuan Teknologi Dalam menghadapi persaingan agribisnis tanaman hias banyak pelaku usaha yang berlomba-lomba meningkatkan kinerja produksinya melalui usaha penelitian dan pengembangan tanaman hias. Jika melihat kemampuan kelompok
207
tani saat ini, maka
Kelompok Tani Al-Busyro Florist dapat melakukan
pemanfaatan dan pengadopsian hasil-hasil penelitian tentang produk tanaman hias dari pihak lain dan kemudian melakukan perbanyakan secara manual. Hal ini perlu dilakukan karena kelompok tani belum mampu untuk membangun lembaga penelitian sendiri. Selain bidang produksi, pengembagan litbang juga diarahkan pada pengembangan manajemen administrasi Kelompok Tani Al-Busyro Florist. Penerapan laporan keuangan secara akuntansi dan terkomputerisasi dapat menjadi sumber informasi akurat yang berguna bagi kelompok tani sebagai bahan pertimbangan dalam proses perencanaan, pengorganisasian, dan pengendalian keuangan perusahaan. 2. Mencari Alternatif Perolehan Sumber Modal untuk Pengembangan Usaha Salah satu kelemahan kelompok tani ini adalah keterbatasan modal untuk pengembangan usaha sehingga kelompok tani mengalami kendala dalam usaha peningkatan metode dan fasilitas produksi. Keterbatasan modal karena modal yang digunakan selama ini adalah modal petani anggota dan karena sistem pembayaran produk yang kurang menguntungkan petani. Besarnya peluang bagi Kelompok Tani Al-Busyro Florist dilihat dari pangsa pasar yang semakin luas, tidak ada pesaing di Kota Bogor dan tidak adanya produk substitusi akan dapat dimanfaatkan secara optimal jika kelompok tani mempunyai sumber modal yang cukup untuk pengembangan usaha. Cara yang dapat dilakukan adalah memperoleh modal dari pihak swasta, instansi pemerintah, atau bank pemerintah. Misalnya melalui pola kemitraan swasta, pengajuan bantuan dana kepada Dinas Agribisnis Kota Bogor yang akan dikembalikan secara kredit atau memperoleh pinjaman modal dari bank pemerintah. Strategi S-T Strategi S-T merupakan strategi yang dilakukan dengan menggunakan kekuatan internal untuk mengatasi ancaman eksternal. Strategi yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah : 1. Meningkatkan Mutu Produk dan Pelayanan Seiring dengan berpotensinya masuk pendatang baru dalam industri ini maka Kelompok Tani Al-Busyro Florist harus mampu mempertahankan pasar 208
konsumen yang sudah ada. Apalagi adanya ancaman dari pesaing daerah lain yang memiliki produk lebih unggul. Dalam kondisi seperti ini, Kelompok Tani AlBusyro Florist harus mampu menjaga bahkan meningkatkan mutu produk yang dihasilkan. Selain peningkatan mutu, pelayanan kepada pelanggan juga harus ditingkatkan, sehingga loyalitas pelanggan terhadap produk Kelompok Tani AlBusyro Florist semakin meningkat. Strategi W-T Strategi W-T merupakan strategi yang dilakukan dengan meminimalkan kelemahan internal untuk menghindari ancaman eksternal. Strategi yang dapat dilakukan oleh kelompok tani adalah : 1. Melakukan Riset Pasar untuk Memantau Perkembangan Produk dan Tingkat Persaingan Kelompok Tani Al-Busyro Florist perlu melakukan riset pasar guna mengatasi keterbatasan pemasaran yang selama ini menjadi kelemahannya. Riset pasar juga digunakan untuk mengantisipasi persaingan akibat kurangnya hambatan bagi pendatang baru untu masuk ke dalam industri ini. Selain itu, Kelompok Tani Al-Busyro Florist juga perlu melakukan riset pasar untuk memantau perkembangan produk tanaman hias. Riset pasar dilakukan ketika mulai terjadi perubahan-perubahan mendasar pada faktor-faktor eksternal khususnya lingkungan industri sehingga mempengaruhi penjualan atau laba yang diperoleh kelompok tani.
209
Faktor Internal
Faktor Eksternal
Peluang (O): 1. Tersedianya lahan kosong 2. Adanya dukungan dari instansi pemerintah 3. Perkembangan IPTEK dan Teknologi Informasi yang semakin pesat 4. Kekuatan tawar menawar terhadap pemasok kuat 5. Tidak adanya produk substitusi bagi daun potong Ancaman (T): 1. Harga pupuk kimia mahal 2. Rendahnya daya beli masyarakat akibat ketidakstabilan politik 3. Pesaing daerah lain lebih unggul 4. Potensi masuknya pendatang baru
Kekuatan (S): 1. Memiliki perencaaan jangka pendek, menengah dan jangka panjang 2. Keinginan yang kuat untuk selalu belajar dari ketua dan anggota 3. Rasa kekeluargaan yang tinggi antar anggota 4. Memiliki pelanggan tetap 5. Lokasi usaha dekat dengan pasar 6. Bibit Cordyline dan Dracaena disediakan sendiri 7. Pupuk kandang yang digunakan berasal dari anggota sendiri 8. Pengurus dan anggota mengenai pengetahuan mengenai daun potong Strategi S-O 1. Meningkatkan produktivitas dan diversifikasi produk (S1,S2,S3,S5,S8,O1,O2,O 4,O5)
Strategi S-T 1. Meningkatkan mutu produk dan pelayanan (S4,S5,S6,S7,S8,T3,T4)
Kelemahan (W): 1. Sistem pembayaran yang kurang menguntungkan petani 2. Pemasaran masih terbatas 3. Keterbatasan modal sendiri 4. Menggunakan metode tradisional dalam proses produksi 5. Bidang penelitian dan pengembangan tidak ada
Strategi W-O 1. Mengembangkan Litbang serta memanfaatkan kemajuan teknologi (W2,W4,W5,O3) 2. Mencari alternatif perolehan sumber modal untuk pengembangan usaha (W1,W3,O4,O5,O7 Strategi W-T 1. Melakukan riset pasar untuk memantau perkembangan produk dan tingkat persaingan (W3,T2, T3,T4)
Gambar 11. Matriks SWOT Kelompok Tani Al-Busyro Florist
8.6
Tahap Keputusan Kelompok Tani Al-Busyro Florist Tahap keputusan merupakan tahap akhir dalam perumusan strategi. Pada
tahap ini dilakukan pilihan alternatif strategi yang terbaik dan yang menjadi prioritas untuk diterapkan oleh kelompok tani. Alat analisis yang digunakan adalah QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix). 8.6.1 Analisis Matriks QSP Kelompok Tani Al-Busyro Florist Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) merupakan alat yang memungkinkan penyusun strategi untuk mengevaluasi alternatif strategi secara
210
objektif, berdasarkan faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal yang telah diidentifikasi
sebelumnya
(David,
2006).
Teknik
ini
secara
objektif
mengindikasikan alternatif strategi mana yang terbaik untuk dilakukan oleh kelompok tani. QSPM menggunakan input dari analisis tahap 1 dan hasil analisis tahap 2. Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) menganalisis lima alternatif strategi yang berasal dari hasil analisis SWOT. Analisis QSPM akan menghasilkan prioritas strategi yang akan dilakukan oleh kelompok tani berdasarkan penilaian yang diberikan oleh tiga responden. Hasil penjumlahan TAS dari masing-masing responden akan dirata-ratakan untuk menghasilkan nilai penjumlahan TAS terakhir. Prioritas pertama adalah strategi yang memiliki nilai penjumlahan Total Attractiveness Score (TAS) lebih besar dari strategi yang lain. Nilai TAS terbesar sampai nilai terkecil dari suatu strategi merupakan urutan strategi yang menjadi prioritas. Hasil analisis QSPM terhadap alternatif strategi pada Kelompok Tani Al-Busyro Florist diperlihatkan dalam Tabel 43. Tabel 43. Alternatif Strategi Pengembangan Usaha Kelompok Tani Al-Busyro Florist Urutan Prioritas I II III IV V
Strategi Mencari alternatif perolehan sumber modal untuk pengembangan usaha Melakukan riset pasar untuk memantau perkembangan produk dan tingkat persaingan Meningkatkan produktivitas dan diversifikasi produk Meningkatkan mutu produk dan pelayanan Mengembangkan Litbang serta memanfaatkan kemajuan teknologi
Nilai TAS 4,839 4,589 4,401 4,071 3,883
Strategi yang menjadi prioritas pertama untuk dilakukan oleh kelompok tani adalah mencari alternatif perolehan sumber modal untuk pengembangan usaha. Strategi ini memperoleh nilai penjumlahan TAS yang terbesar diantara alternatif strategi lain, yaitu sebesar 4,839. Strategi kedua yang menjadi prioritas kelompok tani adalah melakukan riset pasar untuk memantau perkembangan produk dan tingkat persaingan dengan nilai penjumlahan TAS yang lebih kecil dari strategi prioritas pertama, yaitu sebesar 4,589.
211
IX KESIMPULAN DAN SARAN 9.1 Kesimpulan 1.
Hasil penelitian mengenai pendapatan usahatani tanaman hias daun potong menunjukkan bahwa lebih efisien dan menguntungkan pengelolaan manajemen perusahaan dibandingkan dengan pengelolaan manajemen kelompok tani
2.
Berdasarkan hasil analisis faktor internal dan faktor eksternal terdapat beberapa perbedaan kekuatan dan kelemahan yang mempengaruhi usahatani tanaman hias daun antara perusahaan komersial dan kelompok tani. Kelemahan utama perusahaan komersial adalah harga yang ditetapkan lebih tinggi dari petani sedangkan kelemahan kelompok tani adalah harga pupuk kimia yang mahal.
3.
Strategi terbaik yang harus dilakukan oleh PT Pesona Daun Mas Asri adalah mempertahankan kualitas dan variasi produk daun potong, sedangkan strategi terbaik yang harus dilakukan oleh Kelompok Tani Al-Busyro Florist adalah mencari alternatif perolehan sumber modal untuk pengembangan usaha.
9.2 Saran Berdasarkan analisis pendapatan usahatani dan analisis faktor internal dan eksternal, beberapa saran yang dapat penulis berikan yaitu : 1.
Usahatani tanaman hias daun potong di PT Pesona Daun Mas Asri dan Kelompok Tani Al-Busyro Florist harus terus dikembangkan. Hal tersebut melihat usahatani tanaman hias daun potong di kedua lokasi memiliki penerimaan yang lebih besar dari biaya yang harus dikeluarkan. Terutama untuk Kelompok Tani Al-Busyro Florist harus terus mengembangkan usahanya karena keberadaan perusahaan komersial seperti PT PDMA tidak terpengaruh terhadap penjualan produk yang dihasilkan Kelompok Tani AlBusyro Florist.
2.
Pihak manajemen PT Pesona Daun Mas Asri segera melaksanakan strategi terbaik yang dihasilkan yaitu mempertahankan kualitas dan variasi produk daun potong dengan meningkatkan pengawasan terhadap proses produksi dan menambah keanekaragam jenis daun yang dikoleksi.
3.
Kelompok Tani Al-Busyro Florist dapat mengimplementasikan strategi yang telah dirumuskan dengan melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap kondisi kelompok tani. Kondisi kelompok tani dalam hal ini adalah sumber dana dan akses terhadap informasi dan teknologi. Selain itu senantiasa memanfaatkan kesempatan atau peluang yang ada seperti kebijakan yang mendukung pengembangan usaha tanaman hias maupun peluang pasar yang masih terbuka.
213
DAFTAR PUSTAKA
[ASBINDO] Asosiasi Bunga Indonesia. 2009. Volume Penjualan Tanaman Hias. Jakarta : ASBINDO [BPS] Badan Pusat Statistika Jawa Barat. 2003. Kontribusi Produksi Tanaman Hias Jawa Barat. Bandung: BPS Provinsi Jawa Barat. [BPS] Badan Pusat Statistika. 2007. Jumlah Produksi Tanaman Hias di Indonesia. Jakarta: BPS Nasional. Chaizar, B.K. 2007. Analisis Pendapatan Usahatani Philodendron Millo, Tanaman Hias Euphorbia dan Tanaman Hias Puring di PT Atsumo, Sawangan, Depok, Jawa Barat. [skripsi]. Bogor : Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Cooper, D.R. dan Emory, C.W. 1996. Metode Penelitian Bisnis. Jakarta: Erlangga. David, F.R. 2006. Manajemen Strategis Konsep, Edisi 10. Ichsan Setyo Budi, penerjemah; Jakarta: Salemba Empat. Terjemahan dari: Strategic Management Concept and Cases, 10th ed. Endah, J. 2007. Membuat Tanaman Hias Rajin Berbunga. Jakarta: Agromedia Pustaka. Ferdiansyah, H. 2004. Analisis Pendapatan Usahatani dan Pemasaran Kentang (Kasus di Desa Argamukti Kec. Argapura Kab. Majalengka, Jawa Barat). [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Horngren, Charles dan Waller Harrison. 1993. Akuntansi.Terjemahan. Jakarta: PT Salemba Empat. Kotler, Philip. 1999. Manajemen Pemasaran. Edisi Kesebelas. Jakarta: PT Indeks Kelompok Gramedia. Kristiyani, D. 2008. Analisis Strategi Bersaing Merdeka Bakery, Kota Bogor.[skripsi]. Bogor : Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Kurniawan, J. 2008. Formulasi Strategi Pengembangan Usaha Bunga Potong Krisan Pada Loka Farm Cilember, Bogor. [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Makeham, J.P dan Malcolm R.L. 1991. Manajemen Usahatani Daerah Tropis. Jakarta: LP3ES.
Nusawanti, T.A. 2009. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Roti pada Bagus Bakery, Kabupaten Kendal. [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Parluhutan, E. 2006. Formulasi Strategi Pengembangan Usaha Anggrek Spesies di Unit Koleksi Anggrek Kebun Raya Bogor. [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pearce, J.A and Robinson, J.R.B. 1997. Manajemen Strategik: Formulasi Implementasi dan Pengendalian. Maulana A, penerjemah; Jilid satu. Jakarta : Binarupa Aksara. Terjemahan dari : Strategic Managemen: Formulation, Implementation, and Controlling. Porter, M.E. 1991. Strategi Bersaing: Teknik Menganalisis industri dan Pesaing. Maulana A, penerjemah; Hutauruk G, editor; Jakarta : Erlangga. Terjemahan dari : Competitive Strategy Prabowo, D.W. 2005. Analisis Pendapatan usahatani dan Pengembangan Usaha Benih Kentang Bersertifikat di PD Hikmah. [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Prihmantoro, H. 1997. Tanaman Hias Daun. Depok: Penebar Swadaya. Pusat Promosi dan Pemasaran Tanaman Hias rawa Belong. 2009. Jenis Daun Potong Pelengkap Rangkaian. Jakarta : UPT Rawa Belong. Rachmina, D dan Burhanuddin. 2008. Panduan Penilisan Proposal dan Skripsi. Bogor : Departeman Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor Rahardi, F et al. 1997. Teknik Perbanyakan Tanaman Hias. Cetakan ke-1. Yogyakarta: Kanisius. Rangkuti, F. 2001. Analisis SWOT Teknik Membelah Kasus Bisnis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Rositasari, W.E. 2006. Analisis Strategi Pemasaran Tanaman Hias Daun Dalam Pemanfaatan Sebagai Daun Potong Pada Pesona Daun Mas Asri, Ciawi Kabupaten Bogor. [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Rosmiati, R. 2007. Analisis Usahatani Anggrek Phalaenopsis Pada Rumah Bunga Rizal (RBR) di Bandug, Jawa Barat. [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
215
Saepuloh. 2005. Analisis Pendapatan Usaha dan Pemasaran Tanaman Hias (Florikultur) Kasus Pedagang Pengecer Tanaman Hias Bunga dan Daun di Kota Bogor. [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Soekartawi, Soeharjo, A, Dillon J.L dan Haedaker, J.B. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Perkembangan Petani Kecil. Jakarta: Universitas Indonesia. Supari, Dh. 1999. Tuntunan Membangun Agribisnis. Edisi pertama. Jakarta: PT Gramedia. Tinambunan, A. 2005. Strategi Pengembangan Usaha Tanaman Hias Pada PT Bina Usaha Flora (BUF) di Cipanas-Cianjur. [skipsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Tjakrawiralaksana, A dan Soeriaatmaja M.C. 1983. Usahatani. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Umar, H. 2008. Strategic Management in Action. Cetakan Kelima. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
216
LAMPIRAN
Lampiran 1. Volume Penjualan Jenis Daun Pelengkap Rangkaian di Pusat Promosi dan Pemasaran Tanaman Hias Rawa Belong Jakarta pada Tahun 2005-2006 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Jenis Daun Asparagus Philodendron Selloum Palem Kuning Florida Beauty Palem Wregu Cordyline/andong Philodendron Monstera Deliciosa Silver Dollar Ruscus Ivy Papirus Pakis Song of Jamaica Tricolor Asparagus Bintang Morea Philodendron Marble Silver Dust Pecah Piring Puring Suji Putih Suji Hijau Suji Merah Redondong Kemuning Culam Anthurium daun Kadaka
Volume 2005 (ikat) 2006 (ikat) 253.609 283.688 503.513 684.479 273.772 295.420 638.072 756.404 165.853 189.604 585.264 616.961 294.780 392.443 291.315 371.153 181.797 191.619 97.324 195.877 182.234 206.758 463.031 596.877 100.059 192.024 68.385 100.562 103.049 196.630 19.234 66.367 131.693 173.973 31.969 72.479 39.987 71.570 80.657 90.662 91.311 91.745 40.407 61.773 34.388 68.580 70.007 94.938 40.805 78.143 57.930 82.002 88.672 184.803 34.015 53.428
Sumber : Pusat Promosi dan Pemasaran Tanaman Hias Rawa Belong, 2009
218
Lampiran 2. Struktur Organisasi PT. Pesona Daun Mas Asri
Pimpinan Perusahaan
Manager
Administrasi
Marketing
Budidaya Daun potong
Supervisor
Propagasi/pembibitan
Supir
Security
Budidaya Potted Plant
Sumber : PT Pesona Daun Mas Asri, 2009
219
Lampiran 3. Struktur Organisasi Kelompok Tani Al-Busyro Florist PEMBINA
PEMBINA
PELINDUNG KETUA
BENDAHARA
Kesekretariatan
Humas
SEKRETARIS
Transportasi
Logistik
Pemasaran
Sumber : Kelompok Tani Al-Busyro, 2009
220
Lampiran 4. Rincian Pembagian Luas Lahan untuk Ketiga Jenis Tanaman pada Setiap Petani Responden No Nama Petani 1
2 3
4
5 6 7
Jenis Tanaman
Cordyline R. Zeni Dahlan Dracaena Philodendron selloum Cordyline R.H.Kamil Dracaena Cordyline H. Didin Dracaena Cordyline R.Sudin Dracaena Philodendron selloum Cordyline R.Fahuroji Dracaena H. Mawardi Cordyline R.H.Hindi Cordyline Total Luas Lahan Cordyline Total Luas Lahan Dracaena Total Luas Lahan Philodendron selloum
Luas Lahan Total Luas (m2) Lahan (ha) 2.000 3.000 0,7 2.000 4.500 0,6 1.500 250 0,1 750 4.000 2.000 1,0 4.000 4.500 0,9 4.500 8.000 0,8 5.000 0,5 28.250 11.750 6.000
221
Lampiran 5. Daftar Pelanggan PT Pesona Daun Mas Asri Nama pelanggan Almanda Akasia Beblossom Cheznouz Chloe Ciputri Cineria De Fleour E Flower Edelweiss Eldadi Finesse Fanie and Olive Falenda Flori Bunda Floral season Gutama Grand Flora Grand Hyat GA Florist Image Ilussion Kado Istimewa Melrimba Multi Flora Mandiri Jaya Flora Natalia Nani Sofian New Line Orchid Creative House Puade Puri Sekar Asri Risty Salak Sekar Kana Sagita Flora Windy Watie Iskandar Wid Florist Zinnia
Trader √
Kategori Pelanggan Florist Dekorator
Hotel
√ √ √ √ √ √
√ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √
Lokasi DKI Jakarta DKI Jakarta DKI Jakarta DKI Jakarta DKI Jakarta DKIJakarta Bogor Semarang Bogor DKI Jakarta Bogor DKI Jakarta Bogor DKI Jakarta Bogor DKI Jakarta Bogor DKI Jakarta DKI Jakarta Bogor DKI Jakarta Bandung DKI Jakarta DKI Jakarta DKI Jakarta Bogor DKI Jakarta Bogor, DKI Jakarta DKI Jakarta Surabaya Parung DKI Jakarta Bogor Bogor Bandung DKI Jakarta DKI Jakarta DKI Jakarta Bogor DKI Jakarta
Sumber : PT Pesona Daun Mas Asri, 2009
222
Lampiran 6. Penetapan Harga Jual Daun Potong pada PT Pesona Daun Mas Asri Item / Jenis Asparagus Bintang Anggur Laut (Cocoloba) Amaranthus Berries Amaranthus Andong Merah Kecil (Baby Doll) Andong Merah Besar (Baby Doll btg) Andong Hijau polos Andong “Glauca” Andong Hijau Putih (Green Goddes) Asplenium/ Kadaka Tegak Bunga Balon Bambu Jepang Batang Sanderiana (Fortune Bambu) Crotalifera Red/Orange/Yellow Cordyline Compacta Coveri Caryota Fruit Crisdorent (menjuntai) Cryptocereus/Knick cactus Dracaena Tricolor/Bicolor Dracaena Sanderiana Golden Dracaena Sanderiana White (Suji Putih) Daun Karet / Ficus Dillenia Ekor Tupai Florida Beauty Putih Florida Beauty Hijau (Godseffiana) Futoy Homalomena green / yellow Insignis (bulu ayam) Ivy Varigata Lili paris hijau Lili paris Varigata Leather Leaf Monstera
S M L S M
Size 40-50 cm 60-70 cm 70-80 cm Diameter 10 cm Diameter 15 cm
2.000
1 btg
5.000 6.000 2.500
10 btg 5 btg 10 btg
10.000 10.000 5.000 2.000
10 btg 21-22 balon 10 btg 1 btg
40 cm 50-60 cm 50-60 cm
2.500 4.500 6.250 9.000 6.000 12.500 20.000 12.500 5.500 5.500
1 btg 5 btg 5 btg 10 btg 5 btg 10 btg 10 btg 5 btg 10 btg 10 btg
60-70 cm 40 cm Sempalan
3.750 7.000 15.000 7.000 6.000 2.500
5 btg 10 btg 10 btg 10 btg 10 btg 10 btg
15.000 7.000 6.500 17.500 6.000 6.000 10.000 2.000 2.500 3.500
20-22 btg 10 btg 10 btg 10 btg 50 btg 50 btg 10 btg 1 btg 1 btg 1 btg
40 cm
80 cm
S M
25-30 cm 40 cm 1m
M
M L M S
M L
S M L
Price (Rp) 7.000 5 btg 9.000 5 btg 10.500 5 btg 6.000 10 btg 8.000 10 btg 27.500 5 btg 30.000 5 btg 3.500 5 lembar
70-80 cm
223
Pandan Hijau/Varigata Philodendron Burgundy (Green) Philodendron Burgundy (Black) Philodendron (Princes) Philodendron Xanadu
Philodendron Selloum (Dendrum) Philodendron Marble (Phillo Hati) Philodendron Hijau Puring Dollar Puring Banana Palem Wregu Papirus Pandorea Soka Lurus Sirih Gading Hijau (lembaran) Song of Srilangka (Hijau Kuning) Song of India (Kuning) Song of Jamaica (Hijau) Sansiviera green Sirih Gading merambat (Yellow/Green) Silver dollar Baby Wax Ginger, Spectabilis
L S S M L S M L
1m L M S
1m
S M L
Walisongo kecil (batangan) Virgatus Vanilla Beauty (menjuntai)
30-40 cm 50-60 cm 70-80 cm
9.000 6.000 6.000 6.000 5.000 5.000 5.000 6.000 7.000 8.000 9.000 10.000 5.000 4.000 4.000 4.000 8.000 17.500 15.000 6.000 1.500 5.000
10 btg 5 btg 5 btg 5 btg 5 btg 10 btg 10 btg 10 btg 10 btg 5 btg 5 btg 5 btg 10 btg 5 btg 5 btg 10 btg 10 btg 10 btg 10 btg 20 btg 10 btg 1 btg
4.000 3.000 10.000 5.000
1 btg 1 btg 10 btg 10 btg
10.000 2.500 4.000 4.500 2.000 7.000 7.500
10 btg 1 btg 1 btg 1 btg 1 btg 10 btg 10 btg
Sumber : PT Pesona Daun Mas Asri, 2009
224
Lampiran 7. Kuisioner Penelitian Pendapatan Usahatani untuk Petani KUISIONER PENELITIAN Kuisioner ini digunakan sebagai bahan untuk menyusun skripsi berjudul “Pendapatan Usahatani dan Pengembangan Usaha Tanaman Hias Daun Potong di Kabupaten Bogor oleh Sekar Nur Wulandari (H34076139), Mahasiswa Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. *) Coret yang tidak perlu A. Identitas Petani 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Nama Jenis Kelamin Umur Lama bertani Alamat Pendidikan terakhir Apakah bertani tanaman hias daun merupakan mata pencaharian utama 8. Jika tidak apa mata pencaharian utama 9. Mata pencaharian lainnya 10. Luas lahan yang diusahakan untuk bertani tanaman hias daun
: …………………………………………… : Laki-laki/Perempuan * : …….tahun : …….tahun : …………………………………………… : SD/SLTP/SMA/Perguruan Tinggi *
: Ya/ Tidak * :……………………………………………. : …………………………………...............
: ……ha dari luas total lahan usaha tani yang dimilki :……..ha. 11. Status kepemilikan lahan : (penggarap/pemilik dan penggarap)*sewa lahan ? Rp………………/ha 12. Sumber modal usahatani : sendiri/pinjam ke petani lain/lainnya* jumlah pinjaman Rp…………………… 13. Ke mana hasil panen di jual : (pedagang pengumpul/pengecer/lainnya)* 14. Permasalahan yang sering dihadapi dalam usahatani tanaman hias daun (budidaya, teknologi, modal, hama, lainnnya……………………..…….)* uraian singkat :……………………………………………. 15. Pendapatan rata-rata di luar usahatani : Rp………………………../bulan 16. Pengeluaran rata-rata di luar usahatani : Rp………………………/bulan 17. Jumlah tanggungan keluarga (termasuk responden) :…………………….. B. Gambaran Umum Usahatani a. Pemilihan jenis dan bibit tanaman hias daun 1. Jenis tanaman hias yang ditanam saat ini :……………………………... Alasan :…………………………………………………………………. 2. Jenis tanaman hias daun yang akan ditanam pada musim panen berikutnya :……………………………………………………………… alasan :……………………………………………………………… 225
3. Jumlah bibit 4. Ukuran bibit
:…………………………………………………………. : ………………………………………………………cm
b. Pengolahan tanah 1. Sarana pengolahan tanah diperoleh dari :……………………………… 2. Lama penyiapan lahan :……………hari prosesnya :……………………………………………………………… c. Penanaman 1. Jumlah bibit 2. Jarak tanam 3. Kedalaman tanam 4. Proses penanaman
:…………….bibit :…………….cm :…………….cm :…………………………………………….
d. Perawatan tanaman 1. Pengolahan tanah ringan :……………………………………………. 2. Penyiangan :…………………………………………….. 3. Alat yang digunakan :…………………………………………….. e. Pemupukan 1. Pupuk diperoleh dari 2. Pemupukan 3. Proses pemupukan
:……………………………………………... :…………………………………………hari :…………………………………………….....
f. Pengendalian hama dan Penyakit Tanaman 1. secara teknik budidaya :……………………………………... 2. secara biologis (predator alami) :……………………………………... 3. secara fisik (perangkap) :……………………………………... 4. Secara kimia (pestisida kimia) :……………………………………... 5. Bahan yang digunakan :……………………………………... 6. Proses pengendalian hama dan penyakit :………………………………. g. Panen 1. Ciri dan umur panen 2. Alat yang digunakan 3. Proses panen
:………………………………. :……………………………………………….. :………………………………………………..
h. Pasca Panen 1. Pengumpulan :……………………………….hari 2. Penyortiran/penggolongan :……………………………………………... 3. Pengemasan :……………………………………………... 4. Pengangkutan :……………………………………………...
226
C. Penggunaan faktor-faktor produksi/input usahatani tanaman hias daun No
Pengeluaran
I II
Bibit Pupuk a.Pupuk padat - Urea: - TSP: - KCL: b.Pupuk cair c. Pupuk kandang d.Pestisida padat e.Pestisida cair Tenaga kerja a.Pengolahan tanah b.Pembentuka bedengan c.Menanam bibit d.Pemupukan e.Panen - Memanen - Mengangkut f. Pasca Panen - Pengemasan - Mengangkut Jumlah
III
Jumlah
HariHOK/ Jam
Harga Satuan (Rp)
Nilai Biaya Biaya Tunai Diperhitungkan
Total Biaya
D. Peralatan yang digunakan dalam usahatani tanaman hias daun
No
Jenis Alat
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Cangkul Kored Parang Handsprayer Arit Karung Terpal Paranet Besi Kawat Bambu
Jumlah (buah)
Harga Beli (Rp)
Nilai Pembelian (Rp)
Masa Pakai (thn)
Estimasi Umur Ekonomis (thn)
Biaya Penyusutan (Rp)
227
E. Pengeluaran usahatani lainnya No 1 2 3 4 5
Jenis Pengeluaran Pajak Sewa Lahan per (musim/tahun)
Jumlah (Rp)
Total
F. Penerimaan hasil produksi No
Produksi
Total Produksi (Ikat)
Harga (Rp/ikat)
1 2 3 4 5 Nilai Total Produksi (NTP)
228
Lampiran 8. Kuisioner Penelitian Pendapatan Usahatani untuk PT Pesona Daun Mas Asri KUISIONER PENELITIAN Kuisioner ini digunakan sebagai bahan untuk menyusun skripsi berjudul “Pendapatan Usahatani dan Pengembangan Usaha Tanaman Hias Daun Potong di Kabupaten Bogor oleh Sekar Nur Wulandari (H34076139), Mahasiswa Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. A. Gambaran Umum Usahatani a. Pemilihan jenis dan bibit tanaman hias daun 1. Jenis tanaman hias yang ditanam saat ini :……………………………... Alasan :…………………………………………………………………. 2. Jumlah bibit :…………………………………………………………. 3. Ukuran bibit : ………………………………………………………cm b. Pengolahan tanah 1. Sarana pengolahan tanah diperoleh dari :……………………………… 2. Lama penyiapan lahan :……………hari prosesnya :……………………………………………………………… ……………………………………………………………… c. Penanaman 1. Jumlah bibit 2. Jarak tanam 3. Kedalaman tanam 4. Proses penanaman
:…………….bibit :…………….cm :…………….cm :……………………………………………. …………………………………………….
d. Perawatan tanaman 1. Pengolahan tanah ringan :……………………………………………. 2. Penyiangan :…………………………………………….. 3. Alat yang digunakan :…………………………………………….. e. Pemupukan 1. Pupuk diperoleh dari 2. Pemupukan 3. Proses pemupukan
:……………………………………………... :…………………………………………hari :…………………………………………….....
f. Pengendalian hama dan Penyakit Tanaman 1. secara teknik budidaya :……………………………………... 2. secara biologis (predator alami) :……………………………………... 3. secara fisik (perangkap) :……………………………………... 4. Secara kimia (pestisida kimia) :……………………………………... 5. Bahan yang digunakan :……………………………………...
229
6. Proses pengendalian hama dan penyakit :………………………………. g. Panen 1. Ciri dan umur panen 2. Alat yang digunakan 3. Proses panen
:………………………………. :……………………………………………….. :………………………………………………..
h. Pasca Panen 1. Pengumpulan :……………………………….hari 2. Penyortiran/penggolongan :……………………………………………... 3. Pengemasan :……………………………………………... 4. Pengangkutan :……………………………………………... C. Penggunaan faktor-faktor produksi/input usahatani tanaman hias daun No
Pengeluaran
I II
Bibit Pupuk a.Pupuk padat - Urea: - TSP: - KCL: b.Pupuk cair c. Pupuk kandang d.Pestisida padat e.Pestisida cair Tenaga kerja a.Pengolahan tanah b.Pembentuka bedengan c.Menanam bibit d.Pemupukan e.Panen - Memanen - Mengangkut f. Pasca Panen - Pengemasan - Mengangkut Jumlah
III
Jumlah
HariHOK/ Jam
Harga Satuan (Rp)
Nilai Biaya Biaya Tunai Diperhitungkan
Total Biaya
230
D. Peralatan yang digunakan dalam usahatani tanaman hias daun
No
Jenis Alat
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Cangkul Kored Parang Handsprayer Arit Karung Terpal Paranet Besi Kawat Bambu Gunting Garpu
Jumlah (buah)
Harga Beli (Rp)
Nilai Pembelian (Rp)
Masa Pakai (thn)
Estimasi Umur Ekonomis (thn)
Biaya Penyusutan (Rp)
E. Pengeluaran usahatani lainnya No 1 2 3 4 5
Jenis Pengeluaran Pajak Sewa Lahan per (musim/tahun)
Jumlah (Rp)
Total
F. Penerimaan hasil produksi No
Produksi
Total Produksi (Ikat)
Harga (Rp/ikat)
1 2 3 4 5 Nilai Total Produksi (NTP)
231
Lampiran 9. Daftar Wawancara pada PT Pesona Daun Mas Asri KUISIONER PENDAPATAN USAHATANI DAN PENGEMBANGAN USAHA TANAMAN HIAS DAUN POTONG DI BOGOR, JAWA BARAT (Kasus Pada PT Pesona Daun Mas Asri dan Kelompok Tani Al-Busyro Florist)
Dengan Hormat, Saya adalah mahasiswa tingkat akhir pada Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus (S1), Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Berikut ini adalah kuisioner dari penelitian yang akan saya lakukan di PT Pesona Daun Mas Asri, yang berhubungan dengan pengembangang usaha tanaman hias daun potong. Bapak/ibu dapat melakukan pengisian kuisioner dengan bantuan petunjuk pengisian yang tertera di awal lembaran isian yang tersedia. Saya berharap melalui kuisisoner ini dapat memperoleh masukan yang berarti untuk penulisan tugas akhir (Skripsi) dari penelitian yang akan saya lakukan. Atas segala bantuan, masukan dan kerjasamanya saya ucapkan terima kasih.
Hormat Saya,
Sekar Nur Wulandari H34076139
232
Nama Responden Jabatan
: :
PROFIL DAN GAMBARAN UMUM PT PESONA DAUN MAS ASRI 1.
Siapa nama pemilik PT Pesona Daun Mas Asri? Sejak kapan PT Pesona Daun Mas Asri didirikan?
2.
Bagaimana sejarah berdirinya PT Pesona Daun Mas Asri?
3.
Mengapa Anda menggeluti bisnis di bidang tanaman hias?
4.
Mengapa Anda memilih daun potong sebagai produk yang Anda akan kembangkan?
5.
Bagaimana perkembangan PT Pesona Daun Mas Asri saat ini dibandingkan ketika awal berdirinya?
6.
Dimana lokasi PT Pesona Daun Mas Asri dibangun dan mengapa perusahaan didirikan di lokasi tersebut?
7.
Bagaimana struktur organisasi perusahaan?
8.
Bentuk dan badan hukumnya?
9.
Apa yang menjadi visi, misi, dan tujuan PT Pesona Daun Mas Asri?
10. Apakah tempat tinggal pemilik terpisah dengan tempat produksi? 11. Berapa luas lahan yang dimiliki dan luas bangunan yang digunakan perusahaan? 12. Fasilitas apa saja yang dimiliki oleh PT Pesona Daun Mas Asri? ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL a. Struktur Organisasi dan Manajemen 1.
Apakah PT Pesona Daun Mas Asri memiliki perencanaan secara tertulis untuk jangka pendek, menengah, dan jangka panjang?
2.
Bagaimana bentuk struktur organisasi yang diterapkan oleh PT Pesona Daun Mas Asri?
3.
Dari bentuk struktur organisasi tersebut, apakah pendekatan yang digunakan oleh PT Pesona Daun Mas Asri (top down atau bottom up)?
b. Sumberdaya manusia 1.
Berapa jumlah tenaga kerja yang terdapat pada PT Pesona Daun Mas Asri?
2.
Bagaimana proses perekrutan tenaga kerjanya? Dan bagaimana tingkat pendidikan yang dimiliki oleh tenaga kerja PT Pesona Daun Mas Asi 233
3.
Bagaimana pembagian kerja (job decription) para karyawan?
4.
Bagaimana status tenaga kerja para karyawan (berapa jumlah tenaga kerja yang tetap dan yang sementara)?
5.
Bagaimana kualifikasi karyawan yang dibutuhkan dalam menjalankan dan memenuhi target perusahaan?
6.
Bagaimana sistem pembagian jam dan hari kerja karyawan?
7.
Apakah karyawan dilibatkan oleh pemilik PT Pesona Daun Mas Asri dalam pengambilan keputusan?
8.
Bagaimana sistem pengupahan yang dilakukan oleh PT Pesona Daun Mas Asri?
9.
Bagaimana PT Pesona Daun Mas Asri memberikan kesejahteraan kepada karyawannya?
10. Fasilitas apa saja yang diberikan oleh PT Pesona Daun Mas Asri kepada karyawannya? c. Produksi dan operasi 1. Bahan baku apa saja yang dibutuhkan dalam proses produksi? 2. Bagaimana PT Pesona Daun Mas Asri memperoleh kepastian penyediaan bahan baku? 3. Bagaimana proses produksi yang dilakukan oleh PT Pesona Daun Mas Asri? 4. Bagaimana kualitas produk yang dihasilkan oleh PT Pesona Daun Mas Asri? 5. Apakah perusahaan memanfaatkan teknologi dalam kegiatan produksi dan operasinya? d. Pemasaran i) Bauran produk 1. Ada berapa jenis tanaman hias daun potong yang diproduksi oleh PT Pesona Daun Mas Asri? 2. Apa yang membedakan daun potong PT Pesona Daun Mas Asri dengan produk sejenis lainnya? 3. Bahan kemasan seperti apa yang digunakan oleh PT Pesona Daun Mas Asri untuk mengemas produknya?
234
4. Bentuk jaminan seperti apa yang diberikan oleh PT Pesona Daun Mas Asri kepada konsumennya jika seandainya produk yang dibeli atau pesanan tidak sesuai keinginan konsumen? ii) Bauran harga 1. Bagaimana penetapan harga yang dilakukan oleh PT Pesona Daun Mas Asri? 2. Apakah terdapat perbedaan harga antara produk PT Pesona Daun Mas Asri dengan harga produk perusahaan sejenis? 3. Apakah terdapat potongan harga atau pemberian bonus yang diberikan keapada konsumen jika melakukan pembelian dalam jumlah banyak? 4. Berapa jumlah minimal yang ditetapkan oleh PT Pesona Daun Mas Asri agar konsumen memperoleh potongan harga? iii) Bauran distribusi 1. Bagaimana cara PT Pesona Daun Mas Asri memasarkan produknya? 2. Apakah PT Pesona Daun Mas Asri memiliki armada distribusi sendiri? 3. Apakah PT Pesona Daun Mas Asri telah memiliki outlet/toko untuk memasarkan produknya? 4. Daerah mana saja yang merupakan daerah pemasaran PT Pesona Daun Mas Asri? 5. Bagaimana sistem pembayaran yang diterapkan oleh PT Pesona Daun Mas Asri dalam menjual produknya? iv) Bauran promosi 1. Kegiatan promosi apa saja yang telah dilakukan oleh PT Pesona Daun Mas Asri? 2. Apakah kegiatan promosi yang dilakukan oleh PT Pesona Daun Mas Asri sudah efektif? e. Keuangan 1. Bagaimana pemilik PT Pesona Daun Mas Asri mendapatkan modal? 2. Apakah pemilik PT Pesona Daun Mas Asri mendapatkan tambahan modal dari lembaga keuangan? 3. Apakah pemilik PT Pesona Daun Mas Asri melakukan pencatatan secara akuntansi terhadap pengelolaan keuangan dan modal perusahaan?
235
f. Penelitian dan Pengembangan 1. Apakah PT Pesona Daun Mas Asri memiliki bagian atau divisi penelitian dan pengembangan? Jika ada, kegiatan apa yang dilakukan oleh divisi tersebut? ANALISIS LINGKUNGAN EKSTERNAL a)
Lingkungan Jauh i) Ekonomi 1. Secara umum apakah dampak pada PT Pesona Daun Mas Asri dari adanya krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia? 2. Apakah ada perubahan biaya operasional? Sejauh apa tingkat perubahannya? ii) Sosial 1. Apakah ada pangsa pasar untuk tanaman hias daun potong? 2. Bagaimana perusahaan memanfaatkannya? 3. Bagaimana tren pasar mempengaruhi perusahaan? iii) Politik 1. Bagaimana kondisi stabilitas politik dan keamanan yang mempengaruhi perkembangan usaha tanaman hias daun potong di Kota Bogor? 2. Apakah terdapat kebijakan pemerintah pusat maupun daerah yang berkaitan dengan upaya pengembangan industi tanaman hias ( misalnya kebijakan penghapusan PPN impor tanaman hias, tarif BBM, tarif dasar listrik, kebijakan otonomi daerah, tarif upah, dan sebagainya? 3. Apakah terdapat tindak lanjut maupun program-program yang dilaksanakan pemerintah terkait dengan kebijakan yang berlaku tersebut? 4. Bagaimana pengaruh kebijakan politik yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat maupun daerah terhadap keberlangsungan usaha tanaman hias di Kota Bogor? iv) Teknologi 1. Apakah terdapat perkembangan teknologi yang diterapkan dalam industri tanaman hias di Kota Bogor, dilihat dari segi : -
produksi (baik metode maupun peralatan) 236
-
pemasaran
-
komunikasi dan informasi
-
transportasi
2. Apa dampak yang ditimbulkan dari setiap aplikasi teknologi? b) Lingkungan Industri i) Pendatang baru 1. Hambatan apa yang akan dihadapi oleh pendatang baru yang akan masuk ke dalam industri tanaman hias daun potong jika dilihat dari segi : -
Skala ekonomis
-
Diferensiasi produk
-
Kebutuhan modal
-
Keunggulan biaya
-
Akses saluran distribusi
-
Kebijakan pemerintah
2. Bagaimana perkembangan pendatang baru dalam industri tanaman hias daun potong? ii) Pemasok 1. Berapa jumlah pemasok yang menyediakan bahan baku bagi PT Pesona Daun Mas Asri? 2. Apakah pemasok melakukan integrasi ke depan atau mengolah produk yang dihasilkannya menjadi produk yang sama yang dihasilkan oleh PT Pesona Daun Mas Asri? 3. Apakah produk yang dijual PT Pesona Daun Mas Asri unik sehingga sangat bergantung kepada satu pemasok tertentu? 4. Apakah PT Pesona Daun Mas Asri membeli dalam jumlah besar atau kecil terhadap bahan baku yang dijual pemasok? iii) Pembeli 1. Apakah konsumen membeli dalam jumlah besar terhadap produk PT Pesona Daun Mas Asri?
237
2. Apakah pembeli mampu memproduksi sendiri produk yang diperlukan sehingga tidak terlalu bergantung terhadap produk yang dijual PT Pesona Daun Mas Asri? 3. Apakah pembeli dihadapkan pada banyak pemasok yang menjual produk yang hampir sama dengan produk PT Pesona Daun Mas Asri? 4. Apakah produk PT Pesona Daun Mas Asri memiliki andil besar terhadap kebutuhan pembeli? 5. Apakah pembeli juga berpengaruh terhadap penetapan harga pada PT Pesona Daun Mas Asri jika membeli dalam jumlah besar? iv) Barang substitusi 1. Produk seperti apa yang dapat digolongkan menjadi produk pengganti atau substitusi bagi daun potong PT Pesona Daun Mas Asri? 2. Bagaimana pengaruh produk pengganti tersebut terhadap penjualan daun potong PT Pesona Daun Mas Asri? v) Persaingan di antara perusahaan sejenis 1. Bagaimana tingkat persaingan dalam industri tanaman hias daun potong di Kota Bogor? 2. Jika dilihat dari bentuk persaingannya, bagaimana struktur pasar yang terjadi pada industri tanaman hias daun potong di Kota Bogor? 3. Strategi apa yang biasanya diterapkan untuk menghadapi persaingan pada industri tanaman hias daun potong di KotaBogor?
238
Lampiran 10. Kuisioner Matriks Perbandingan Berpasangan untuk Pembobotan Faktor Internal pada PT Pesona Daun Mas Asri Nama Responden Jabatan
: :
Petunjuk Pengisian Penilaian bobot setiap variabel menggunakan skala 1, 2, dan 3
Nilai 1 = jika indikator horizontal kurang penting dari indikator vertikal Nilai 2 = jika indikator horizontal sama penting dari indikator vertikal Nilai 3 = jika indikator horizontal lebih penting dari indikator vertikal
Catatan : Cara membaca perbandingan dimulai dari vertikal pada baris 1 terhadap kolom 1 dan harus konsisten.
A B C D E F G H I
Faktor -Faktor Strategis Internal Memiliki perencanaan jangka pendek dan jangka panjang Komunikasi yang baik antara manajer dan bawahan Kualitas produk yang dihasilkan baik Memiliki keanekaragaman jenis daun potong Memiliki outlet/toko sendiri Sistem pembukuan dan pengelolaan keuangan rapi Perusahaan menetapkan harga yang lebih tinggi dari petani Belum mampu memproduksi bibit sendiri Bidang penelitian dan pengembangan tidak ada
A
B
C
D
E
F
G
H
I
Total
Bobot
239
Lampiran 11. Penentuan Peringkat Faktor Internal Strategis pada PT Pesona Daun Mas Asri Nama Responden Jabatan
: :
Petunjuk Pengisian :
Tentukan nilai peringkat atau rating terhadap faktor-faktor kekuatan usaha dibandingkan dengan pesaing (usaha sejenis) berikut ini dengan cara memberikan tanda (V) pada pilihan Bapak / Ibu/
Pemberian peringkat didasarkan pada keterangan berikut ini :
Skala 4 = jika faktor tersebut sangat kuat dibandingkan dengan pesaing Skala 3 = jika faktor tersebut kuat dibandingkan dengan pesaing Skala 2 = jika faktor tersebut lemah dibandingkan dengan pesaing Skala 1 = jika faktor tersebut sangat lemah dibandingkan dengan pesaing
Menurut Bapak / Ibu bagaimana kondisi perusahaan bila dibandingkan dengan perusahaan pesaing atau industri-industri yang memproduksi produk sejenis dalam hal faktor-faktor kekuatan yang dimiliki perusahaan sebagai berikut : No A B C D E F G H I
Faktor-Faktor Strategis Internal
1
Peringkat (rating) 2 3 4
Memiliki perencanaan jangka pendek dan jangka panjang Komunikasi yang baik antara manajer dan bawahan Kualitas produk yang dihasilkan baik Memiliki keanekaragaman jenis daun potong Memiliki outlet/toko sendiri Sistem pembukuan dan pengelolaan keuangan rapi Perusahaan menetapkan harga yang lebih tinggi dari petani Belum mampu memproduksi bibit sendiri Bidang penelitian dan pengembangan tidak ada
240
Lampiran 12. Kuisioner Matriks Perbandingan Berpasangan untuk Pembobotan Faktor Eksternal pada PT Pesona Daun Mas Asri Nama Responden Jabatan
: :
Petunjuk Pengisian Penilaian bobot setiap variabel menggunakan skala 1, 2, dan 3
Nilai 1 = jika indikator horizontal kurang penting dari indikator vertikal Nilai 2 = jika indikator horizontal sama penting dari indikator vertikal Nilai 3 = jika indikator horizontal lebih penting dari indikator vertikal
Catatan : Cara membaca perbandingan dimulai dari vertikal pada baris 1 terhadap kolom 1 dan harus konsisten. Faktor-faktor Strategis A B C D E F G H I J K L Eksternal A Meningkatnya pembangunan gedung perkantoran dan hotel B Perubahan tren tanaman hias ke arah daun-daunan C Penurunan harga BBM D Intensif pembebasan PPN E Perkembangan IPTEK dan teknologi informasi yang semakin pesat F Kekuatan tawar menawar terhadap pemasok kuat G Kekuatan tawar menawar terhadap pembeli kuat H Tidak adanya produk substitusi bagi daun potong I Rendahnya daya beli masyarakat akibat ketidakstabilan perekonomian J Ketidakpastian permintaan terhadap produk daun potong K Berubah-ubahnya selera masyarakat terhadap jenis daun potong L Cuaca yang tidak menentu dan iklim yang berubah-ubah M Persaingan antarperusahaan/petani sejenis N Potensi masuknya pendatang baru
M N
Total
241
Bobot
Lampiran 13. Penentuan Peringkat Faktor Eksternal Strategis pada PT Pesona Daun Mas Asri Nama Responden Jabatan
: :
Petunjuk Pengisian :
Tentukan nilai peringkat atau rating terhadap faktor-faktor kekuatan usaha dibandingkan dengan pesaing (usaha sejenis) berikut ini dengan cara memberikan tanda (V) pada pilihan Bapak / Ibu/
Pemberian peringkat didasarkan pada keterangan berikut ini :
Skala 4 = jika faktor tersebut sangat kuat dibandingkan dengan pesaing Skala 3 = jika faktor tersebut kuat dibandingkan dengan pesaing Skala 2 = jika faktor tersebut lemah dibandingkan dengan pesaing Skala 1 = jika faktor tersebut sangat lemah dibandingkan dengan pesaing
Menurut Bapak / Ibu bagaimana kemampuan perusahaan dalam menghadapi peluang dan ancaman berikut ini : No A B C D E F G H I J K L M N
Faktor-Faktor Strategis Eksternal
1
Peringkat (rating) 2 3 4
Meningkatnya pembangunan gedung perkantoran dan hotel Perubahan tren tanaman hias ke arah daun-daunan Penurunan harga BBM Intensif pembebasan PPN Perkembangan IPTEK dan teknologi informasi yang semakin pesat Kekuatan tawar menawar terhadap pemasok kuat Kekuatan tawar menawar terhadap pembeli kuat Tidak adanya produk substitusi bagi daun potong Rendahnya daya beli masyarakat akibat ketidakstabilan perekonomian Ketidakpastian permintaan terhadap produk daun potong Berubah-ubahnya selera masyarakat terhadap jenis daun potong Cuaca yang tidak menentu dan iklim yang berubahubah Persaingan antarperusahaan/petani sejenis Potensi masuknya pendatang baru
242
Lampiran 14. Daftar Wawancara pada kelompok tani Al-Busyro Florist KUISIONER PENDAPATAN USAHATANI DAN PENGEMBANGAN USAHA TANAMAN HIAS DAUN POTONG DI BOGOR, JAWA BARAT (Kasus Pada PT Pesona Daun Mas Asri dan Kelompok Tani Sukses Al-Busyro Florist)
Dengan Hormat, Saya adalah mahasiswa tingkat akhir pada Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus (S1), Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Berikut ini adalah kuisioner dari penelitian yang akan saya lakukan di kelompok tani Al-Busyro Florist, yang berhubungan dengan pengembangan usaha tanaman hias daun potong. Bapak/ibu dapat melakukan pengisian kuisioner dengan bantuan petunjuk pengisian yang tertera di awal lembaran isian yang tersedia. Saya berharap melalui kuisisoner ini dapat memperoleh masukan yang berarti untuk penulisan tugas akhir (Skripsi) dari penelitian yang akan saya lakukan. Atas segala bantuan, masukan dan kerjasamanya saya ucapkan terima kasih.
Hormat Saya,
Sekar Nur Wulandari H34076139
243
Nama Responden Jabatan
: :
PROFIL DAN GAMBARAN UMUM KELOMPOK TANI AL-BUSYRO FLORIST 1.
Bagaimana sejarah berdirinya kelompok tani Al-Busyro Florist?
2.
Bagaimana bentuk dan badan hukumnya?
3.
Mengapa kelompok tani Al-Busyro Florist memilih daun potong sebagai produk yang di kembangkan?
4.
Bagaimana perkembangan kelompok tani Al-Busyro Florist saat ini dibandingkan ketika awal berdirinya?
5.
Dimana lokasi Al-Busyro Florist dibangun dan mengapa didirikan di lokasi tersebut?
6.
Apa yang menjadi visi, misi, dan tujuan kelompok tani Al-Busyro Florist?
ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL a.
Struktur Organisasi dan Manajemen 1. Apakah kelompok tani Al-Busyro Florist memiliki perencanaan secara tertulis untuk jangka pendek, menengah, dan jangka panjang? 2. Bagaimana bentuk struktur organisasi yang diterapkan oleh kelompok tani Al-Busyro Florist?
b.
Sumberdaya manusia 1. Berapa orang jumlah anggota yang ada? 2. Bagaimana cara pembagian posisi/jabatan? 3. Apakah persyaratan pada masing-masing jabatan? 4. Bagaimana tingkat pendidikan pengurus? 5. Bagaimana tingkat pengetahuan anggota mengenai tanaman hias daun potong? 6. Bagaimana tingkat produktivitas kerja anggota dalam memenuhi target yang telah ditetapkan? 7. Pelatihan atau training apa yang telah dijalankan? 8. Pelatihan apa yang diperlukan untuk meingkatkan kualitas kerja anggota?
244
c.
Produksi dan operasi 1. Apa saja jenis sarana produksi usahatani tanaman hias daun potong yang penting/utama diperlukan? 2. Bagaimana cara memperoleh sarana produksi tersebut? 3. Bagaimana kelompok tani Al-Busyro Florist memperoleh kepastian penyediaan bahan baku/sarana produksi? 4. Bagaimana proses produksi yang dilakukan oleh kelompok tani AlBusyro Florist? 5. Bagaimana kualitas produk yang dihasilkan oleh kelompok tani AlBusyro Florist? 6. Apa ada pengujian/ penyeleksian sebelum dipasarkan? 7. Apakah kelompok tani memanfaatkan teknologi dalam kegiatan produksi dan operasinya? 8. Target produksi berdasarkan apa? Berdasarkan permintaan konsumen atau faktor lainnnya?
d. Pemasaran i) Bauran produk 1. Apa saja jenis tanaman hias daun potong yang dibudidayakan? 2. Apa harapan petani di masa yang akan datang? 3. Apa yang membedakan daun potong kelompok tani Al-Busyro Florist dengan produk sejenis lainnya? 4. Bahan kemasan seperti apa yang digunakan oleh kelompok tani AlBusyro Florist untuk mengemas produknya? 5. Bentuk jaminan seperti apa yang diberikan oleh kelompok tani AlBusyro Florist kepada konsumennya jika seandainya produk yang dibeli atau pesanan tidak sesuai keinginan konsumen? 6. Persentase penjualan produk dari yang paling besar sampai yang terkecil? Produk mana yang paling potensial (berdasarkan harga dan kualitas)? 7. Apakah ada produk-produk yang tidak dapat memenuhi pasar baik kualitas maupun kuantitas?
245
ii) Bauran harga 1.
Bagaimana penetapan harga yang dilakukan oleh kelompok tani AlBusyro Florist?
2.
Apakah terdapat perbedaan harga antara produk kelompok tani AlBusyro Florist dengan harga produk perusahaan sejenis?
3.
Apakah terdapat potongan harga atau pemberian bonus yang diberikan keapada konsumen jika melakukan pembelian dalam jumlah banyak?
4.
Berapa jumlah minimal yang ditetapkan oleh kelompok tani Al-Busyro Florist agar konsumen memperoleh potongan harga?
5.
Bagaimana metode sistem penentuan harga yang digunakan dan apa tujuan kelompok tani (mencari keuntungan maksmimal, kelangsungan hidup atau lainnya)?
6.
Apakah kelompok tani mengetahui tingkat permintaan pasar pada tingkat harga yang dipakai?
7.
Apa strategi harga/mutu yang dijalankan?
iii) Bauran distribusi 1.
Bagaimana cara kelompok tani Al-Busyro Florist memasarkan produknya?
2.
Apakah kelompok tani Al-Busyro Florist memiliki armada distribusi sendiri?
3.
Apa alat transportasi yang digunakan?
4.
Apakah kelompok tani Al-Busyro Florist telah memiliki agen untuk memasarkan produknya?
5.
Daerah mana saja yang merupakan daerah pemasaran kelompok tani Al-Busyro Florist?
6.
Bagaimana sistem pembayaran yang diterapkan oleh kelompok tani AlBusyro Florist dalam menjual produknya?
iv) Bauran promosi 1. Kegiatan promosi apa saja yang telah dilakukan oleh kelompok tani AlBusyro Florist? 2. Apakah kegiatan promosi yang dilakukan oleh kelompok tani AlBusyro Florist sudah efektif?
246
3. Proporsi biaya yang dikeluarkan untuk melakukan promosi? e. Keuangan 1. Bagaimana mekanisme pencatatan keuangan yang diterapkan? 2. Bagaimana kondisi keuangan kelompok tani Al-Busyro Florist sejak berdiri sampai sekarang? f. Penelitian dan Pengembangan 1. Apakah kelompok tani Al-Busyro Florist memiliki bagian atau divisi penelitian dan pengembangan? Jika ada, kegiatan apa yang dilakukan oleh divisi tersebut? ANALISIS LINGKUNGAN EKSTERNAL a)
Lingkungan Jauh i) Ekonomi 1. Secara umum apakah dampak pada Kelompok Tani Al-Busyro Florist dari adanya krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia? 2. Apakah ada perubahan biaya operasional? Sejauh apa tingkat perubahannya? ii) Sosial 1. Apakah ada pangsa pasar untuk tanaman hias daun potong? 2. Bagaimana kelompok tani memanfaatkannya? 3. Bagaimana tren pasar mempengaruhi kelompok tani? iii) Politik 1. Bagaimana kondisi stabilitas politik dan keamanan yang mempengaruhi perkembangan usaha tanaman hias daun potong di Kota Bogor? 2. Apakah terdapat kebijakan pemerintah pusat maupun daerah yang berkaitan dengan upaya pengembangan industi tanaman hias ( misalnya kebijakan penghapusan PPN impor tanaman hias, tarif BBM, tarif dasar listrik, kebijakan otonomi daerah, tarif upah, dan sebagainya? 3. Apakah terdapat tindak lanjut maupun program-program yang dilaksanakan pemerintah terkait dengan kebijakan yang berlaku tersebut? 4. Siapa saja pihak yang berwenang dan bertanggung jawab atas pelaksanaan program tersebut? 247
5. Bagaimana pengaruh kebijakan politik yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat maupun daerah terhadap keberlangsungan usaha tanaman hias di Kota Bogor? iv) Teknologi 1. Apakah terdapat perkembangan teknologi yang diterapkan dalam industri tanaman hias di Kota Bogor, dilihat dari segi : -
produksi (baik metode maupun peralatan)
-
pemasaran
-
komunikasi dan informasi
-
transportasi
3. Apa dampak yang ditimbulkan dari setiap aplikasi teknologi? b) Lingkungan Industri i) Pendatang baru 1. Hambatan apa yang akan dihadapi oleh pendatang baru yang akan masuk ke dalam industri tanaman hias daun potong jika dilihat dari segi: -
Skala ekonomis
-
Diferensiasi produk
-
Kebutuhan modal
-
Keunggulan biaya
-
Akses saluran distribusi
-
Kebijakan pemerintah
2. Bagaimana perkembangan pendatang baru dalam industri tanaman hias daun potong? ii) Pemasok 1. Berapa jumlah pemasok yang menyediakan bahan baku bagi kelompok tani Al-Busyro Florist? 2. Apakah pemasok melakukan integrasi ke depan atau mengolah produk yang dihasilkannya menjadi produk yang sama yang dihasilkan oleh kelompok tani Al-Busyro Florist? 3. Apakah produk yang dijual kelompok tani Al-Busyro Florist unik sehingga sangat bergantung kepada satu pemasok tertentu?
248
4. Apakah kelompok tani Al-Busyro Florist membeli dalam jumlah besar atau kecil terhadap bahan baku yang dijual pemasok? iii) Pembeli 1. Apakah konsumen membeli dalam jumlah besar terhadap produk kelompok tani Al-Busyro Florist? 2. Apakah pembeli mampu memproduksi sendiri produk yang diperlukan sehingga tidak terlalu bergantung terhadap produk yang dijual kelompok tani Al-Busyr Florist? 3. Apakah pembeli dihadapkan pada banyak pemasok yang menjual produk yang hampir sama dengan produk kelompok tani Al-Busyro Florist? 4. Apakah produk kelompok tani Al-Busyro Florist memiliki andil besar terhadap kebutuhan pembeli? 5. Apakah pembeli juga berpengaruh terhadap penetapan harga pada kelompok tani Al-Busyro Florist jika membeli dalam jumlah besar? iv) Barang substitusi 1. Produk seperti apa yang dapat digolongkan menjadi produk pengganti atau substitusi bagi daun potong kelompok tani Al-Busyro Florist? 2. Bagaimana pengaruh produk pengganti tersebut terhadap penjualan daun potong kelompok tani Al-Busyro Florist? v) Persaingan di antara perusahaan sejenis 1. Bagaimana tingkat persaingan dalam industri tanaman hias daun potong di Kota Bogor? 2. Jika dilihat dari bentuk persaingannya, bagaimana struktur pasar yang terjadi pada industri tanaman hias daun potong di Kota Bogor? 3. Strategi apa yang biasanya diterapkan untuk menghadapi persaingan pada industri tanaman hias daun potong di Kota Bogor?
249
Lampiran 15. Kuisioner Matriks Perbandingan Berpasangan untuk Pembobotan Faktor Internal pada kelompok tani Al-Busyro Florist Nama Responden Jabatan
: :
Petunjuk Pengisian Penilaian bobot setiap variabel menggunakan skala 1, 2, dan 3
Nilai 1 = jika indikator horizontal kurang penting dari indikator vertikal Nilai 2 = jika indikator horizontal sama penting dari indikator vertikal Nilai 3 = jika indikator horizontal lebih penting dari indikator vertikal
Catatan : Cara membaca perbandingan dimulai dari vertikal pada baris 1 terhadap kolom 1 dan harus konsisten. Faktor-faktor Strategis Internal Memiliki perencanaan jangka pendek, menengah dan panjang B Keinginan untuk selalu belajar yang kuat dari ketua dan anggota C Rasa kekeluargaan yang tinggi antar anggota D Memiliki pelanggan yang sudah tetap E Lokasi usaha dekat dengan pasar F Bibit Cordyline dan Dracaena menyediakan sendiri G Pupuk kandang yang digunakan berasal dari anggota sendiri H Pengurus dan anggota memiliki pengetahuan mengenai daun potong I Sistem pembayaran yang kurang menguntungkan petani J Pemasaran masih terbatas K Keterbatasan modal sendiri L Menggunakan metode tradisional dalam proses produksi M Bidang Penelitian dan pengembangan tidak ada TOTAL
A B C
D E F G H I
J K
L M Total
A
250
Bobot
Lampiran 16. Penentuan Peringkat Faktor Internal Strategis pada kelompok tani Al-Busyro Florist Nama Responden Jabatan
: :
Petunjuk Pengisian :
Tentukan nilai peringkat atau rating terhadap faktor-faktor kekuatan usaha dibandingkan dengan pesaing (usaha sejenis) berikut ini dengan cara memberikan tanda (V) pada pilihan Bapak / Ibu/
Pemberian peringkat didasarkan pada keterangan berikut ini :
Skala 4 = jika faktor tersebut sangat kuat dibandingkan dengan pesaing Skala 3 = jika faktor tersebut kuat dibandingkan dengan pesaing Skala 2 = jika faktor tersebut lemah dibandingkan dengan pesaing Skala 1 = jika faktor tersebut sangat lemah dibandingkan dengan pesaing
Menurut Bapak / Ibu bagaimana kondisi perusahaan bila dibandingkan dengan perusahaan pesaing atau industri-industri yang memproduksi produk sejenis dalam hal faktor-faktor kekuatan yang dimiliki pkelompok tani sebagai berikut : No A B C D E F G H I J K L M
Faktor-Faktor Strategis Internal
1
Peringkat (rating) 2 3 4
Memiliki perencanaan jangka pendek, menengah dan panjang Keinginan untuk selalu belajar yang kuat dari ketua dan anggota Rasa kekeluargaan yang tinggi antar anggota Memiliki pelanggan yang sudah tetap Lokasi usaha dekat dengan pasar Bibit Cordyline dan Dracaena menyediakan sendiri Pupuk kandang yang digunakan berasal dari anggota sendiri Pengurus dan anggota memiliki pengetahuan mengenai daun potong Sistem pembayaran yang kurang menguntungkan petani Pemasaran masih terbatas Keterbatasan modal sendiri Menggunakan metode tradisional dalam proses produksi Bidang Penelitian dan pengembangan tidak ada
251
Lampiran 17. Kuisioner Matriks Perbandingan Berpasangan untuk Pembobotan Faktor Eksternal pada kelompok tani Al-Busyro Florist Nama Responden Jabatan
: :
Petunjuk Pengisian Penilaian bobot setiap variabel menggunakan skala 1, 2, dan 3
Nilai 1 = jika indikator horizontal kurang penting dari indikator vertikal Nilai 2 = jika indikator horizontal sama penting dari indikator vertikal Nilai 3 = jika indikator horizontal lebih penting dari indikator vertikal
Catatan : Cara membaca perbandingan dimulai dari vertikal pada baris 1 terhadap kolom 1 dan harus konsisten. Faktor-faktor Strategis Eksternal A Tersedianya lahan kosong B Adanya dukungan dari instansi pemerintah C Perkembangan IPTEK dan teknologi informasi yang semakin pesat D Kekuatan tawar menawar terhadap pemasok kuat E Tidak adanya produk substitusi bagi daun potong F Harga pupuk kimia mahal G Rendahnya daya beli masyarakat akibat ketidakstabilan perekonomian H Pesaing daerah lain lebih unggul I Potensi masuknya pendatang baru TOTAL
A B C D E
F
G H I
Total
Bobot
252
Lampiran 18. Penentuan Peringkat Faktor Eksternal Strategis pada kelompok tani Al-Busyro Florist Nama Responden Jabatan
: :
Petunjuk Pengisian :
Tentukan nilai peringkat atau rating terhadap faktor-faktor kekuatan usaha dibandingkan dengan pesaing (usaha sejenis) berikut ini dengan cara memberikan tanda (V) pada pilihan Bapak / Ibu/
Pemberian peringkat didasarkan pada keterangan berikut ini :
Skala 4 = jika faktor tersebut sangat kuat dibandingkan dengan pesaing Skala 3 = jika faktor tersebut kuat dibandingkan dengan pesaing Skala 2 = jika faktor tersebut lemah dibandingkan dengan pesaing Skala 1 = jika faktor tersebut sangat lemah dibandingkan dengan pesaing
Menurut Bapak / Ibu bagaimana kemampuan perusahaan dalam menghadapi peluang dan ancaman berikut ini : No A B C D E F G H I
Faktor-Faktor Strategis Eksternal
1
Peringkat (rating) 2 3 4
Tersedianya lahan kosong Adanya dukungan dari instansi pemerintah Perkembangan IPTEK dan teknologi informasi yang semakin pesat Kekuatan tawar menawar terhadap pemasok kuat Tidak adanya produk substitusi bagi daun potong Harga pupuk kimia mahal Rendahnya daya beli masyarakat akibat ketidakstabilan perekonomian Pesaing daerah lain lebih unggul Potensi masuknya pendatang baru
253
Karakteristik Petani Responden pada Kelompok Tani Al-Busyro Florist N o
1 2 3 4 5 6 7
Nama
Umur (thn)
R.Zeni Dahlan R.Fahruroji R.Sudin R.H.Kamil R.H.Hindi H.Didin R.H.Mawardi
31 57 41 54 50 43 44
Luas lahan daun potong (m2)
7.000 9.000 10.000 6.000 5.000 1.000 8.000
Status lahan
Pendidikan
Pengalaman (thn)
Pemilik Penggarap Pemilik Penggarap Pemilik Penggarap Pemilik Penggarap Pemilik Penggarap Pemilik Penggarap Pemilik Penggarap
SMA SD SD SD SD SLTP Sarjana
17 10 11 5 9 3 2
254