1 KAJIAN PENERAPAN KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) PADA KELUARGA MAMPU DI KELURAHAN MANGGA DAN TIDAK MAMPU DI KELURAHAN SIMALINGKAR B KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN TAHUN 2009
SKRIPSI
Oleh : Esraida Simanjuntak NIM 071 000 250
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
2
KAJIAN PENERAPAN KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) PADA KELUARGA MAMPU DI KELURAN MANGGA DAN KELUARGA TIDAK MAMPU DI SIMALINGKAR B KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN TAHUN 2009
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
oleh :
ESRAIDA SIMANJUNTAK NIM. 071000250
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
3
HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul : KAJIAN PENERAPAN KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) PADA KELUARGA MAMPU DI KELURAHAN MANGGA DAN TIDAK MAMPU DI KELURAHAN SIMALINGKAR B KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN TAHUN 2009
Yang Dipersiapkan dan Dipertahankan Oleh : ESRAIDA SIMANJUNTAK NIM. 071000250 Telah Diuji Dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 10 November 2009 dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji Ketua Penguji
Penguji I
(Dr. Ir. Albiner Siagian, MSi) NIP. 196706131993031004
(Ernawati Nasution, SKM, MKes) NIP.197002121995012001
Penguji II
Penguji III
(Dr. Ir. Zulhaida Lubis, MKes) NIP. 196205291989032001
(Fitri Ardiani, SKM, MPH) NIP.198207292008122002
Medan, Desember 2009 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Dekan,
dr. Ria Masniari Lubis, Msi NIP. 195310181982032001 Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
4 ABSTRAK
Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) pada Keluarga Mampu di Kelurahan Mangga dan Tidak Mampu di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009 Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) merupakan suatu gerakan yang terkait dengan program Kesehatan Keluarga dan Gizi (KKG), yang merupakan bagian dari Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan Kadarzi pada keluarga mampu di Kelurahan Mangga dan tidak mampu di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan tahun 2009. Indikator Kadarzi yang dipilih yaitu: makan aneka ragam makanan, gunakan garam beryodium, berikan ASI Esklusif dan biasakan makan pagi. Jenis penelitian ini adalah survei, dengan rancangan penelitian sekat silang. Populasi adalah seluruh keluarga mampu yang ada di Kelurahan Mangga dan keluarga tidak mampu di Kelurahan Simalingkar dan mempunyai balita, yang ditentukan dengan cara purposif. Sampel sebanyak 127 keluarga yang dipilih secara acak sederhana. Responden adalah ibu rumah tangga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat penerapan Kadarzi pada keluarga mampu sebesar 98,6% dan pada keluarga tidak mampu sebesar 91,1%. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan Kadarzi pada keluarga mampu tidak terlalu jauh perbedaannya dibandingkan dengan keluarga tidak mampu. Disarankan agar masyarakat tetap mempertahankan penerapan indikator Kadarzi yang sudah dalam kategori baik, serta meningkatkan penerapannya pada keluarga yang masih dalam kategori sedang. Bagi petugas kesehatan juga diharapkan agar lebih mensosialisasikan Kadarzi pada masyarakat untuk memudahkan dalam penerapannya.
Kata kunci: Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi), Keluarga mampu dan tidak mampu, balita
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
5
ABSTRACT
Study of Implementation of Conscious Family of Nutrition (Kadarzi) for Those Families Who are Economically Better Off at Kelurahan Mangga and Those Families Who are Deprived at Kelurahan Simalingkar B of Medan Tuntungan Subregency in 2009 Conscious Family of Nutrition (Kadarzi) is a movement that hooked with Family Health and Nutrition (KKG), that a part of Effort of Nutrient Improvement of Family (UPGK). The aims of the research was to know the implementation of PUGS in those families who are economically better off at Kelurahan Mangga and those families who are deprived at Kelurahan Simalingkar B of Medan Tuntungan Subregency in 2009. The suggestions of PUGS that was choosed were 4 among 13 suggestions: eat multiple foods, use iodium saline, give lactation for those 6 months infants and always have breakfast. This research is survey with cross sectional design. The population included all those families who are economically better off at Kelurahan Mangga and those families who are deprived at Kelurahan Simalingkar B having underfire children, taken purposively. The sampling consisting of 127 families was taken by simple random sampling. The respondents is housewives. The result of the research showed that the implementation rate of PUGS were 98,6% and 91,1% for those families who are economically better off and those families who are deprived, respectively. Based on the result, it can be concluded that the implementation of those families who are economically better off was not different with those families who are deprived. It was suggested that the community keep to implement the basic suggestions of balanced nutrition especially those who were in moderate category. For healthcare providers, it is also expected to more socialize the general guidelines of balanced nutrition and to facilitate its implementation. Key word: Conscious Family of Nutrition (Kadarzi), Those Who are economically better off and those who are deprived, underfive children.
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
6
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: ESRAIDA SIMANJUNTAK
Tempat/tanggal lahir
: Silangit, 25 Maret 1986
Agama
: Kristen Protestan
Status Perkawinan
: Belum menikah
Jumlah Bersaudara
: 7 Orang
Alamat Rumah
: Jln Muara, Silangit. Desa Pariksabungan Kecamatan Siborongborong, Taput
Riwayat Pendidikan Tahun 1991-1997
: SD Negeri No. 177047 Silangit
Tahun 1997-2000
: SLTP Negeri 1 Siborongborong
Tahun 2000-2003
: SMU Bintang Timur I Balige
Tahun 2003-2006
: Akademi Keperawatan Tapanuli Utara, Tarutung
Tahun 2007-2009
: Fakultas Kesehatan Masyarakat USU
Pemerintah
Kabupaten
Riwayat Pekerjaan Tahun 2006-2007
: Klinik Larose
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
7
KATA PENGANTAR
Syaloom.. Dari batu ku belajar ketegaran, dari air ku belajar ketenangan, dari tanah ku belajar kehidupan, dan dari Tuhan ku belajar arti Kasih. Terpujilah Tuhan Yesus Kristus yang menjadikan semua indah tepat pada waktunya. Bersyukur buat kasih dan penyertaan-Mu Bapa, saat saya dapat melayaniMu melalui study dan saat saya dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009”. Untuk memenuhi pra-syarat meraih gelar kesarjanaan pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya dan menyampaikan penghargaan yang tak terhingga kepada Bapak Dr. Ir. Albiner Siagian, Msi, selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Ernawati Nasution, SKM, MKes, selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan serta telah meluangkan waktu kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini sampai selesai. Tersusunnya skripsi ini tidak terlepas juga dari bantuan berbagai pihak, sehingga dalam kesempatan ini juga penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. dr. Ria Masniari Lubis, MSi selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat. 2. Siti Khadijah, Nasution, SKM, MKes selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing penulis selama mengikuti pendidikan. Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
8 3. Dra. Jumirah, Apt, MKes selaku Ketua Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat. 4. Dr. Ir. Zulhaida Lubis, Mkes dan Fitri Ardiani, SKM, MPH selaku Dosen Penguji Skripsi yang telah memberikan kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini. 5. Kepala Lurah Kelurahan Mangga dan Simalingkar B beserta staf yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian, juga kepada masyarakat yang meluangkan waktu untuk diwawancarai. 6. Teristimewa kepada kedua orang tua terkasih Ayahanda T. Simanjuntak dan Ibunda D. br. Sihombing yang setiap saat menuntun, memberi semangat dan kasih sayang, mendidik, memberi pengertian dan perhatian, materi, serta doa yang tulus bagi penulis selama ini. Setiap harapan dan ucapannya adalah doa yang selalu menguatkan penulis. 7. Kakakku: Marlina, Amk, Amkeb, dan adik-adikku tersayang: Fitriani, Radoin, Jones, Septina, dan Jansen serta seluruh keluarga besar Simanjuntak dan Sihombing. Terima kasih buat doa dan semangat yang selalu kalian berikan. 8. Teman-teman Peminatan Gizi dan Ekstensi 2007 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih buat dukungan semangat dan doanya. 9. Buat sahabatku K’Risda, dan personil kocak (K’Gea, Hinsa, Enina, Melisa, B’Vado dan B Hendra), dan semua teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih buat dukungan semangat dan doanya. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kritik dan saran dengan senang hati penulis harapkan. Akhirnya segala hormat, pujian, dan kemuliaan saya kembalikan bagiMu Bapa dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan semoga Tuhan Yesus Kristus senantiasa memberkati kita, Amin. Medan, Desember 2009
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
9 Penulis
DAFTAR ISI vi Halaman Halaman Pengesahan ............................................................................... i Abstrak ..................................................................................................... ii Abstract .................................................................................................... iii Riwayat Hidup Penulis ............................................................................. iv Kata Pengantar......................................................................................... v Daftar Isi ................................................................................................... vii Daftar Tabel ............................................................................................. ix Daftar Lampiran ...................................................................................... x BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1.1. Latar Belakang .................................................................... 1.2. Perumusan Masalah............................................................. 1.3. Tujuan Penelitian ................................................................ 1.3.1. Tujuan Umum.......................................................... 1.3.2. Tujuan Khusus ......................................................... 1.4. Manfaat Penelitian ..............................................................
1 1 4 5 5 5 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 2.1. Konsep Dasar Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) ...................... 2.2. Pembinaan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) .......................... 2.3. Tujuan Pembinaan Kadarzi.................................................. 2.4. Sasaran Pembinaan Kadarzi ................................................ 2.5. Program Kadarzi ................................................................. 2.5.1. Kegiatan Dalam Pelaksanaan Program Kadarzi.......... 2.6. Indikator Kadarzi ................................................................ 2.7. Menyusun Menu Seimbang Untuk Keluarga ....................... 2.7.1. Pemilihan Bahan Makanan ........................................ 2.7.2. Perencanaan Menyusun Menu ................................... 2.7.3. Faktor Yang Mendukung Dalam Menyusun Menu ..... 2.8. Konsep Keluarga ................................................................. 2.8.1. Pengertian Keluarga................................................... 2.8.2. Penggolongan Keluarga ............................................. 2.9. Perilaku Gizi ......................................................................... 2.10. Kerangka Konsep ................................................................
6 6 6 6 7 7 8 9 12 13 13 14 16 16 16 17 18
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................ 3.1. Jenis Penelitian ..................................................................... 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................. 3.2.1. Lokasi Penelitian ....................................................... 3.2.2. Waktu Penelitian ....................................................... 3.3. Populasi dan Sampel .............................................................
20 20 20 20 20 20
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
10 3.3.1. Populasi .................................................................... 3.3.2. Sampel...................................................................... 3.3.3. Responden ................................................................ 3.4. Metode Pengumpulan Data ................................................... 3.4.1. Data Primer. .............................................................. 3.4.2. Data Sekunder. .......................................................... 3.5. Defenisi Operasional ............................................................ 3.6. Instrumen Penelitian.............................................................. vii 3.7. Aspek Pengukuran ................................................................ 3.8. Teknik dan Analisis Data ......................................................
20 21 22 22 22 22 22 23 23 24
BAB IV HASIL PENELITIAN ............................................................... 4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian ..................................... 4.1.1. Kelurahan Mangga .................................................... 4.1.2. Kelurahan Simalingkar B ........................................... 4.2. Karakteristik Responden ....................................................... 4.2.1. Umur Responden ...................................................... 4.2.2. Pendapatan Keluarga .............................................. 4.2.3. Pekerjaan Keluarga .................................................... 4.3. Hasil Penelitian ..................................................................... 4.3.1. Keluarga Mengkonsumsi Aneka Ragam Makanan ..... 4.3.2. Keluarga Hanya Menggunakan Garam Beryodium Memasak Makanannya .............................................. 4.3.3. Keluarga Mendukung Ibu Melahirkan Untuk Memberikan ASI Esklusif ........................................ 4.3.4. Keluarga Biasa Sarapan Pagi ..................................... 4.3.5. Tingkat Penerapan Kadarzi ........................................
25 25 25 25 26 26 26 27 27 27 34 35 36 36
BAB V PEMBAHASAN .......................................................................... 5.1. Keluarga Sadar Gizi .............................................................. 5.1.1. Keluarga Mengkonsumsi Aneka Ragam Makanan ..... 5.1.2. Keluarga Hanya Menggunakan Garam Beryodium Memasak Makanannya ............................................. 5.1.3. Keluarga mendukung Ibu Melahirkan Untuk Memberikan ASI Esklusif. ......................................... 5.1.4. Keluarga Biasa Sarapan Pagi ..................................... 5.2. Penerapan Kadarzi ................................................................
38 38 38
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 6.1. Kesimpulan ........................................................................... 6.2. Saran .....................................................................................
49 49 50
44 45 46 47
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
11
DAFTAR TABEL viii
Halaman
Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur. .................................
27
Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Keluarga .............
28
Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Makanan Yang Disajikan pada Keluarga Mampu di Kelurahan Mangga dan pada Keluarga Tidak Mampu di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009 ........
29
Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Sayuran Yang Dikonsumsi pada Keluarga Mampu di Kelurahan Mangga dan Keluarga Tidak Mampu di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009 ...............................
30
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Makan Keluarga Responden pada Keluarga Mampu di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009 ..................................................
30
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Makan Keluarga Responden pada Keluarga Tidak Mampu di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009 ...............................
33
Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Garam Yang Dikonsumsi pada Keluarga Mampu di Kelurahan Mangga dan Keluarga Tidak Mampu di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009 ...............................
36
Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Usia Pemberian ASI pada Keluarga Mampu di Kelurahan Mangga dan Keluarga Tidak Mampu di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009 .............................................................
36
Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Kebiasaan Makan Pagi pada Keluarga Mampu di Kelurahan Mangga dan Keluarga Tidak Mampu di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009 ............................................................. Tabel 4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Penerapan Keluarga
37
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
12 Sadar Gizi (Kadarzi) pada Keluarga Mampu di Kelurahan Mangga dan Tidak Mampu di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009 ...............................
37
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
ix Kuesioner Penelitian Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009.
Lampiran 2.
Kuesioner Kebiasaan Makan Keluarga.
Lampiran 3.
Master Data Responden Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009.
Lampiran 4.
Out put Keluarga Mampu Dan Tidak Mampu Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009.
Lampiran 5.
Surat Permohonan Izin Survei Penelitian Di Kelurahan Mangga Dan Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009.
Lampiran 6.
Surat Permohonan Izin Penelitian di Kelurahan Mangga dan di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009.
Lampiran 7.
Surat Keterangan Selesai Penelitian Di Kelurahan Mangga dan Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009.
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
13
x
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Salah satu upaya dalam program perbaikan gizi adalah meningkatkan mutu konsumsi makanan, sehingga berdampak pada perbaikan status gizi masyarakat. Sasaran program ini adalah mewujudkan pola konsumsi makanan yang baik dan benar (Depkes RI, 1995). Tahun 1998 telah dicanangkan program Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) yang dimotori oleh Departemen Kesehatan, yang menjadi sasaran utama program Kadarzi adalah keluarga yang mempunyai kelainan gizi , golongan pra-sejahtera dan sejahtera I. Perencanaan program Kadarzi bertujuan agar pada tahun 2000 paling tidak setengah keluarga Indonesia telah menjadi Keluarga Sadar Gizi. Disebut Keluarga Sadar Gizi jika sikap dan perilaku keluarga dapat secara mandiri mewujudkan keadaan gizi sebaik-baiknya yang tercermin pada pola konsumsi pangan yang beraneka ragam dan bergizi seimbang (Luciasari, dkk, 2006). Sejalan dengan adanya Inpres nomor 8 tahun 1993, tentang Gerakan Penanggulangan Masalah Pangan dan Gizi yang berisi empat strategi utama yaitu pemberdayaan keluarga, pemberdayaan masyarakat, pemanfaatan kerjasama lintas sektor serta peningkatan mutu dan cakupan pelayanan kesehatan , di dalam Rencana Aksi Pangan dan Gizi Nasional (RAPGN) 2001-2005, Undang-Undang nomor 25 tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas) dan Indonesia Sehat 2010 ditetapkan bahwa 80% keluarga menjadi Keluarga Sadar Gizi, karena keluarga mempunyai nilai yang amat strategis dan menjadi inti dalam pembangunan seluruh masyarakat, serta menjadi tumpuan dalam pembangunan manusia seutuhnya (Anonim, 2007). Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
1
2 Tingkat sadar gizi keluarga merupakan ukuran dari keberhasilan program Kadarzi, diharapkan dengan adanya program Kadarzi dapat meningkatkan kesadaran gizi keluarga. Tingkat sadar gizi keluarga dapat diukur dengan menggunakan indikator Kadarzi yaitu makan aneka ragam makanan, memantau status gizi dengan cara menimbang berat badan, menggunakan garam beryodium, memberikan ASI Eksklusif kepada bayi dan biasa sarapan pagi (Dinkes, 2001). Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tingkat kemiskinan rata-rata penduduk Sumatera Utara 18%, ini memungkinkan konsumsi makanan beraneka ragam tidak terpenuhi. Tingkat konsumsi garam beryodium di tingkat rumah tangga sudah memenuhi target universal salt iodisation (USI) yaitu 90%, cakupan garam beryodium Sumatera Utara 90,26%, tetapi masih ada 5 kabupaten /kota di bawah 90%. Cakupan pemberian ASI Eksklusif masih 35,25% dari target sebesar 80%. Di Sumatera Utara terdapat 20,8% balita gizi kurang, 8,10% gizi buruk dari 1.394.186 balita, ini menunjukkan kesadaran masyarakat masih kurang untuk memantau status gizi balita dengan menimbang berat badan secara berkala, sehingga dapat diketahui adanya kekurangan gizi dini (Dinkes, 2006). Pada umumnya masyarakat belum mengetahui atau belum mengerti apa itu sebenarnya Kadarzi sehingga perilaku konsumsi pangan masyarakat, baik individu maupun keluarga belum mengarah pada keseimbangan gizi sehingga timbul masalah gizi kurang dan gizi lebih, serta penyakit degeneratif yang banyak tejadi sekarang ini. Hal ini terjadi karena kurang memasyarakatnya Kadarzi dan masyarakat masih belum menerapkan indikator dari Kadarzi itu secara keseluruhan. Kurangnya pengetahuan tentang gizi atau pengetahuan untuk menerapkan informasi yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari merupakan faktor penting dalam masalah kurang gizi. Pandangan dan kepercayaan masyarakat khususnya ibu Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
3 tentang ilmu gizi harus dipertimbangkan sebagai bagian dari beberapa faktor penyebab yang berpengaruh terhadap konsumsi makanan mereka. Peningkatan pengetahuan dan praktek ibu rumah tangga tentang indikator Kadarzi, seharusnya seiring dengan peningkatan perilaku berupa tindakan dalam penyusunan makanan dengan menggunakan bahan makanan yang beranekaragam dalam menu makanan keluarganya. Setiap keluarga akan akses pada makanan sehat bila tersedia aneka ragam makanan sehat sesuai selera dan setiap keluarga memiliki daya beli yang memadai atau tinggi. Ketersediaan pangan keluarga tergantung pada tingkat pendapatan untuk mengolah dan membeli pangan. Besar kecilnya pendapatan keluarga berpengaruh terhadap kebiasaan makan individu. Oleh karena itu, bagi masyarakat yang tingkat pendapatannya
rendah
perlu
usaha
untuk
meningkatkan
pendapatan
serta
pembangunan sumber daya manusia (Budianto, 1998). Keluarga sebagai kelompok komunitas dalam masyarakat digolongkan dalam 2 kelompok yaitu keluarga mampu dan keluarga tidak mampu. Keluarga tidak mampu yaitu keluarga yang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya dan sebagian besar pendapatannya untuk kebutuhan dasar, sedangkan keluarga mampu adalah keluarga yang tingkat pendapatannya sama atau di atas Upah Minimum Regional (UMR). Gambaran tentang pola konsumsi makanan dan bukan makanan dari kelompok komunitas (keluarga miskin/tidak mampu dan keluarga tidak miskin/mampu) menunjukkan bahwa secara umum porsi konsumsi makanan dari keluarga miskin sampai sebesar 70,6% dibandingkan dengan porsi konsumsi bukan makanan hanya 29,31%. Kondisi ini terjadi karena keluarga miskin masih menganggap kebutuhan makanan sebagai kebutuhan utama mereka dibandingkan dengan kebutuhan sekunder yang lain. Sementara untuk keluarga mampu hanya menghabiskan lebih kurang 10Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
4 15% untuk kebutuhan makanannya. Bila tingkat pendapatan meningkat, maka akan terjadi pergeseran keseimbangan antara kategori jenis makanan. Makanan pokok cenderung mempunyai elastisitas yang paling rendah, sementara kebutuhan akan daging, lemak dan minyak mempunyai elastisitas cukup tinggi. Lebih lanjut lagi pada tingkat pendapatan lebih tinggi, konsumsi makanan ini akan mencakup pada kebutuhan yang terus menerus meningkat akan terolah (Sutiono, 2002). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2005 jumlah keluarga miskin (tidak mampu) di Indonesia sebesar 11,93 juta (32,66%), di Sumatera Utara 591,727 (23,75%) keluarga miskin dan berdasarkan survei awal yang dilakukan di Kelurahan Simalingkar B terdapat sebanyak 310 KK keluarga miskin dan di kelurahan Mangga 298 KK. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui tingkat kemiskinan di Kelurahan Simalingkar B lebih tinggi dibanding dengan di Kelurahan Mangga. Serta ditemukannya kasus gizi kurang pada keluarga mampu dan kasus gizi lebih (obesitas) pada keluarga tidak mampu dan tingginya kasus penyakit degeneratif sekarang ini. Sehingga penulis memilih lokasi penelitian untuk keluarga mampu di Kelurahan Mangga dan untuk keluarga tidak mampu di Kelurahan Simalingkar B. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui atau mengkaji penerapan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) pada keluarga mampu dan tidak mampu, khususnya di Kelurahan Mangga dan di Kelurahan Simalingkar B. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, yang menjadi permasalahan dalam hal ini adalah bagaimana penerapan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) pada keluarga mampu dan tidak mampu di Kelurahan Mangga dan Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan tahun 2009.
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
5 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui penerapan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) pada keluarga mampu dan tidak mampu di Kelurahan Mangga dan di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui konsumsi aneka ragam makanan pada keluarga tidak mampu di Kelurahan Simalingkar B dan pada keluarga mampu di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009. 2. Untuk mengetahui penggunaan garam beryodium pada keluarga tidak mampu di Kelurahan Simalingkar B dan pada keluarga mampu di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009. 3. Untuk mengetahui pemberian ASI Eksklusif pada keluarga tidak mampu di Kelurahan Simalingkar B dan pada keluarga mampu di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009. 4. Untuk mengetahui kebiasaan makan pagi pada keluarga tidak mampu di Kelurahan Simalingkar B dan pada keluarga mampu di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009. 1.4. Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan masukan dalam perencanaan program perbaikan gizi masyarakat oleh pemerintah setempat khususnya di Kelurahan Mangga dan di Kelurahan Simalingkar B. 2. Sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam penelitian dalam hal ini mahasiswa, tentang penerapan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) dan masyarakat umum yang ingin melihat dan mengetahui penerapan Kadarzi
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) Kadarzi adalah keluarga yang berperilaku gizi seimbang, mampu mengenali dan mengatasi masalah gizi anggota keluarganya. Yang dimaksud perilaku gizi seimbang adalah pengetahuan, sikap dan praktek keluarga mengkonsumsi makanan seimbang dan berperilaku hidup sehat (Depkes RI, 2004). Kadarzi merupakan suatu gerakan yang terkait dengan program Kesehatan Keluarga dan Gizi (KKG), yang merupakan bagian dari Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK). Disebut Kadarzi, jika sikap dan perilaku keluarga dapat secara mandiri mewujudkan keadaan gizi yang sebaik-baiknya yang tercermin dari pada konsumsi pangan yang beraneka ragam dan bermutu gizi seimbang. Dalam keluarga sadar gizi sedikitnya ada seorang anggota keluarga yang dengan sadar bersedia melakukan perubahan ke arah keluarga yang berperilaku gizi baik dan benar. Bisa seorang ayah, ibu, anak, atau siapapun yang terhimpun dalam keluarga itu (Depkes RI, 1998). 2.2. Pembinaan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) Pembinaan keluarga sadar gizi maksudnya adalah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kemampuan keluarga agar terwujud keluarga yang sadar gizi. Upaya meningkatkan kemampuan keluarga itu dilakukan dengan penyuluhan, demo, diskusi, dan pelatihan. 2.3. Tujuan Pembinaan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) Tujuan pembinaan keluarga sadar gizi (Kadarzi) adalah: a. Menimbang balita ke posyandu secara berkala
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
6
7 b. Mampu mengenali tanda-tanda sederhana keadaan kelainan gizi (gizi kurang dan gizi lebih) c. Mampu menerapkan susunan hidangan yang baik dan benar, sesuai dengan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) d. Mampu mencegah dan mengatasi kejadian, atau mencari rujukan, manakala terjadi kelainan gizi di dalam keluarga e. Menghasilkan makanan melalui pekarangan. 2.4. Sasaran pembinaan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) Sasaran pembinaan Kadarzi adalah semua keluarga di wilayah kerja puskesmas. Namun perhatian utama pembinaan ditujukan pada keluarga yang memiliki kelainan gizi, keluarga pra-sejahtera dan keluarga sejahtera tahap I (Depkes, 1998). Dengan adanya Kadarzi diharapkan agar: a. Dalam setiap keluarga, setidak-tidaknya terdapat seorang anggota keluarga yang menjadi kader Kadarzi b. Semua keluarga menjadi Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) c. Tidak ada lagi masalah gizi utama di kalangan keluarga. 2.5. Program Kadarzi Tahun 1998 telah dicanangkan gerakan keluarga sadar gizi (Kadarzi) yang dimotori oleh Departemen Kesehatan dengan tujuan agar pada tahun 2000 paling tidak setengah keluarga Indonesia telah menjadi keluarga sadar gizi.
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
8 2.5.1. Kegiatan Dalam Pelaksanaan Program Kadarzi a. Konseling Kadarzi Pengertian Konseling Kadarzi Konseling Kadarzi adalah dialog atau konsultasi antara kader dasawisma, Tenaga
Penggerak
Masyarakat
(TPM)
dengan
keluarga
untuk
membantu
memecahkan masalah perilaku gizi yang belum dapat dilakukan oleh keluarga. Tujuan Konseling Kadarzi Memantapkan kemauan dan kemampuan keluarga untuk melaksanakan perilaku gizi yang baik dan benar dengan memanfaatkan
potensi yang dimiliki
keluarga atau yang ada di lingkungannya. Pelaksana Konseling Kadarzi Untuk pertama kali konseling dilakukan oleh Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) puskesmas bersama Tenaga Penggerak Masyarakat (TPM) dan kader dasawisma. Untuk selanjutnya konseling Kadarzi dilakukan oleh kader dasawisma dan TPM. Sasaran Konseling Kadarzi Konseling dilakukan pada keluarga yang belum menerapkan indikator sadar gizi. Konseling ditujukan kepada anggota keluarga yang sudah dewasa. b. Pemetaan Kadarzi Pemetaan Kadarzi dilakukan untuk mengetahui situasi Kadarzi di suatu wilayah kerja puskesmas yang dilakukan pertama kali oleh TPG, kemudian untuk berikutnya dilakukan oleh ketua kelompok posyandu. Pemetaan dilakukan setiap 6 bulan sekali yaitu pada bulan Februari dan Agustus. Tujuan Pemetaan Kadarzi 1. Mendapatkan informasi situasi Kadarzi dalam suatu wilayah atau dasawisma berdasarkan indikator yang ditentukan Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
9 2. Mendapatkan gambaran masalah gizi dan perilaku gizi yang baik dan benar yang belum dapat dilaksanakan oleh keluarga 3. Sebagai bahan acuan konseling dan intervensi gizi 4. Sebagai bahan acuan pemantauan dan evaluasi situasi Kadarzi dari waktu ke waktu. Sasaran Pemetaan Kadarzi Sasaran pemetaan Kadarzi adalah semua keluarga yang ada di wilayah kerja puskesmas (Depkes, 2004). 2.6. Indikator Keluarga Sadar Gizi Indikator Kadarzi digunakan untuk mengukur tingkat sadar gizi keluarga. Menurut Dinkes Sumut, 2006 ada 5 indikator Kadarzi yang juga terdapat dalam 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang yang meliputi: 1. Keluarga Biasa Mengkonsumsi Aneka Ragam Makanan Selama ini tidak ada satu pun jenis makanan yang mengandung lengkap semua zat gizi, yang mampu membuat seseorang untuk hidup sehat, tumbuh kembang dan produktif. Oleh karena itu, setiap orang perlu mengkonsumsi aneka ragam makanan, kecuali bayi umur 0 sampai 6 bulan yang cukup sehat hanya dengan memperoleh ASI (Air Susu Ibu) saja. Makanan yang beranekaragam dijamin dapat memberikan manfaat yang besar terhadap kesehatan. Sebab zat gizi tertentu, yang tidak terkandung dalam satu jenis bahan makanan, akan dilengkapi oleh zat gizi serupa dari bahan makanan yang lain. Demikian juga sebaliknya, masing-masing bahan makanan dalam susunan aneka ragam menu seimbang akan saling melengkapi. Kesimpulannya, makan hidangan yang beranekaragam dapat menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur bagi kebutuhan gizi seseorang. Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
10 2. Keluarga Selalu Memantau Kesehatan dan Pertumbuhan Anggotanya, Khususnya Balita dan Bumil Pemantauan status gizi balita bisa dilakukan dengan menimbang balita di rumah atau ditimbang di posyandu atau di tempat lain setiap bulan atau sekurangnya 2 bulan sekali. Sedangakan pemantauan status gizi ibu hamil bisa dipantau dengan menimbang di rumah atau di tempat lain, diukur tinggi dan berat badan, di hitung Indeks Massa Tubuh (IMT). 3. Keluarga Hanya Menggunakan Garam Beryodium Untuk Memasak Makanannya Garam beryodium yang dikonsumsi setiap hari bermanfaat untuk mencegah timbulnya Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY). GAKY dapat menghambat perkembangan tingkat kecerdasan pada anak-anak, penyakit gondok endemik dan kretin. Garam mengandung natrium. Kelebihan konsumsi natrium dapat memicu timbulnya penyakit tekanan darah tinggi. Tekanan darah tinggi merupakan pencetus terjadinya stroke, yaitu pecahnya pembuluh darah otak. Stroke merupakan penyebab kematian pada orang dewasa di atas usia 40 tahun. Sedangkan, penyakit tekanan darah tinggi membawa risiko timbulnya penyakit jantung pada kelompok usia dewasa. Karena itu hindari konsumsi garam yang berlebihan. Dianjurkan untuk mengkonsumsi garam tidak lebih dari 6 gram atau satu sendok teh setiap harinya. 4. Keluarga memberi dukungan pada ibu melahirkan untuk memberikan ASI Eksklusif Air Susu Ibu (ASI) mampu memenuhi kebutuhan gizi bayi untuk tumbuh kembang dan menjadi sehat sampai ia berumur 6 bulan. Kolostrum, yakni ASI yang keluar pada hari-hari pertama, agar diberikan kepada bayi.
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
11 Setelah bayi berumur 6 bulan, ASI saja tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan gizi bayi. Oleh karenanya, setelah lewat umur 6 bulan, bayi perlu mendapat Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI). MP-ASI diberikan kepada bayi secara bertahap sesuai dengan pertambahan umur, pertumbuhan badan dan perkembangan kecerdasannya. Walaupun demikian, pemberian ASI tetap dilanjutkan sampai anak berumur 24
bulan.
Manfaatnya
adalah
untuk
membantu
tumbuh
kembang
anak,
mempertahankan dan meningkatkan daya tahan tubuh anak terhadap penyakit infeksi, serta mengakrabkan jalinan kasih sayang ibu dan anaknya secara timbal balik. Mengingat betapa besarnya manfaat ASI dalam proses tumbuh kembang anak, maka setiap ibu diharapkan mampu menyediakan ASI yang cukup untuk anaknya, baik jumlah maupun mutunya. Oleh karenanya, secara khusus, setiap ibu perlu memperhatikan jumlah dan mutu gizi makanannya selama hamil dan menyusui. Pada ibu bekerja, karena biasanya masa cuti hanya berlangsung selama 3 bulan sementara keinginan untuk memberikan ASI eksklusif begitu besar, ASI dapat diperah. Ada ibu yang dapat mengeluarkan sampai 2 cangkir (400-500 ml) atau lebih walaupun setelah bayi selesai menyusu. Tetapi meskipun hanya 1 cangkir (200 ml) sudah bisa untuk pemberian 2 kali @ 100 ml. ASI juga dapat diperah menggunakan pompa payudara yang manual, menggunakan baterai, atau pompa listrik. ASI perah disimpan dalam wadah atau botol steril. Sebaiknya botol tersebut terbuat dari kaca dan harus tertutup rapat. ASI perah dapat dibiarkan dalam suhu kamar (kurang lebih 19-25o C) selama kurang lebih 6-8 jam, bila masih kolostrum (susu awal atau susu yang pertama kali keluar pada 1-7 hari setelah kelahiran) bisa sampai 12 jam. Di dalam lemari pendingin (suhu 4 oC) selama 24-48 jam dan di dalam lemari pembeku (suhu -4 oC) dapat bertahan 2 minggu-4 bulan. ASI yang disimpan dalam lemari Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
12 pendingin atau pembeku tidak boleh ditaruh di dekat pintu. Apabila disimpan di dalam deep freezer (-18 oC), ASI dapat tahan sampai 6 bulan. Perlu diperhatikan bahwa suhu tempat penyimpanan harus stabil. 5. Keluarga Biasa Sarapan Pagi Makan pagi atau sarapan sangat bermanfaat bagi setiap orang. Bagi orang dewasa, makan pagi dapat memelihara ketahanan fisik, mempertahankan daya tahan saat bekerja dan meningkatkan produktivitas kerjanya. Bagi anak sekolah, makan pagi dapat memudahkan konsentrasi belajar, menyerap pelajaran, sehingga prestasi belajarnya pun menjadi lebih baik. Kebiasaan makan pagi juga membantu seseorang untuk memenuhi kecukupan gizinya sehari-hari. Jenis hidangan untuk makan pagi dapat dipilih dan disusun sesuai dengan keadaan, dan akan lebih baik bila terdiri dari makanan sumber zat tenaga, sumber zat pembangun dan zat pengatur. 2.7. Menyusun Menu Seimbang Untuk Keluarga Menu Seimbang adalah menu yang mengandung semua golongan bahan makanan yang dibutuhkan dengan memperlihatkan keseimbangan unsur-unsur gizi yang terkandung di dalamnya (Santoso, 1999). Dalam penyusunan menu makanan perlu diperhatikan syarat-syarat sebagai berikut (Lisdiana, 1998): 1. Jumlah makanan harus sesuai dengan jumlah anggota keluarga 2. Makanan harus dapat menyediakan zat-zat gizi 3. Makanan harus dalam jangkauan keuangan keluarga 4. Hidangan harus dinikmati oleh seluruh keluarga 5. Menyusun daftar menu 6. Menilai hasil konsumsi. Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
13 Selain syarat-syarat, ada juga hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun menu (Santoso, 1999): 1. Kombinasi rasa yang asin, manis, asam, pahit, pedas jika disukai 2. Kombinasi warna hidangan yang merah, hijau, coklat, dan sebagainya 3. Variasi bentuk potongan yaitu persegi, panjang, tipis, bulat, dan sebagainya 4. Variasi kering atau berkuah karena ada jenis hidangan berkuah seperti sup, sayur asam maupun yang sedikit kuah seperti tumis sayur, sambal goreng serta yang kering seperti ikan goreng, kering tempe 5. Variasi teknik pengolahan yaitu ada hidangan yang diolah dengan teknik pengolahan digoreng, direbus, dan disetub dan lain-lain, sehingga memberikan penampilan, tekstur, dan rasa yang berbeda pada hidangan. Hindari adanya pengulangan warna, rasa, bentuk, teknik pengolahan dalam satu menu. 2.7.1. Pemilihan Bahan Makanan Pemilihan bahan makanan hendaknya disesuaikan dengan selaras, kandungan gizi, ketersediaan bahan pangan di daerah setempat, dan yang cukup penting adalah upaya menganekaragamkan jenis bahan makanan yang akan dikonsumsi. Pemilihan bahan pangan dilakukan secara menyeluruh, baik untuk sumber tenaga atau karbohidrat, sumber protein atau lauk-pauk, sumber vitamin maupun mineral (sayur dan buah). Penganekaragaman jenis bahan makanan dimaksudkan agar kandungan gizi dalam masing-masing bahan dapat memenuhi kebutuhan gizi bagi individu maupun keluarga. 2.7.2. Perencanaan Menyusun Menu Untuk menyusun menu, langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengetahui kebutuhan gizi bagi individu atau keluarga. Dengan memperhatikan ketersediaan bahan makanan, kita dapat merencanakan menyusun menu. Untuk Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
14 memudahkan menyusun menu, pemerintah telah menyusun anjuran makanan sehari yang berpedoman kepada kebutuhan gizi menurut golongan umur, jenis kelamin, dan berat badan. 2.7.3. Faktor yang mendukung dalam menyusun menu 1. Cara pemilihan Pilihlah bahan makanan yang segar karena bahan makanan tersebut mempunyai nilai gizi serta cita rasa yang lebih baik dibandingkan dengan makanan yang sudah tidak segar. Sayur, buah, dan ikan akan lebih baik kalau dimakan tanpa harus melewati masa penyimpanan yang cukup lama. 2. Cara penanganan Pada umumnya, makanan banyak kehilangan zat gizi diawali pada saat penanganan yang disebabkan oleh perlakuan yang kurang baik (pengaruh fisik). Sebagai contoh, beras yang terlalu lama dicuci dan diremas akan kehilangan vitamin yang sangat dibutuhkan tubuh. Cara pemotongan bahan makanan terutama pada sayur, diusahakan agar tidak mengurangi zat gizi yang telah ada dengan cara memotong sedikit. 3.
Cara pengolahan Kehilangan zat gizi juga terjadi pada saat pengolahan atau pemasakan. Hal ini
disebabkan oleh bahan makanan yang dimasak telah kehilangan sebagian besar kandungan zat gizi akibat pemanasan. Vitamin dan mineral yang mudah larut dalam air adalah zat gizi yang cepat hilang pada saat dimasak. Masaklah sayur dengan memperhatikan waktu masak, banyaknya air yang dipakai, agar tidak mengurangi cita rasa. Ssemakin lama sayur dimasak akan semakin banyak zat gizi yang hilang. Untuk menambah cita rasa masakan, gunakanlah bumbu penyedap secukupnya serta minyak
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
15 goreng atau santan yang dapat mengikat kandungan vitamin A, D, E, K yang terdapat pada bahan makanan. 4.
Cara penyajian Cara penyajian yang dirancang sedemikian rupa akan menimbulkan selera
makan bagi seseorang. Oleh karena itu, makanan sedapat mungkin dihidangkan dalam keadaan masih panas, cara penataan yang indah dan rapi, diberi variasi warna dan rasa agar lebih menarik. Contoh Menu Seimbang Menu pagi
: Kopi atau teh manis Getuk ubi jalar
Makanan selingan
: Teh manis Kue basah
Makan siang
: Nasi Sayur asam Ikan asin goreng Kering tempe Buah Sambal
Makanan selingan
: Teh manis Tape goreng
Makan malam
: Nasi jagung Pecel Balado telur Kerupuk
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
16 2.8. Konsep Keluarga 2.8.1. Pengertian Keluarga Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari: suami, istri dan anak-anak atau ayah dan anaknya atau anak dan ibunya (pasal 1 ayat 10 UU No. 10 tahun 1992). Menurut Depkes RI (1999), keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah 1 atap dan keadaan saling ketergantungan (Effendy, 2000). 2.8.2. Penggolongan Keluarga Berdasarkan data BPS tahun 2005 bila diasumsikan suatu rumah tangga memiliki jumlah anggota RT (house hold size) ± 4 orang maka batas garis kemiskinan rumah tangga: a. Rumah tangga dikatakan sangat miskin apabila tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya 4 x Rp. 120.000 = Rp. 480.000 per rumah tangga per bulan. b. Rumah tangga dikatakan miskin apabila kemampuan memenuhi kebutuhan dasarnya hanya mencapai 4 x Rp. 150.000 = Rp. 600.000 per rumah tangga per bulan tetapi di atas Rp. 480.000. c. Rumah tangga dikatakan mendekati miskin apabila kemampuan memenuhi kebutuhan dasarnya hanya mencapai 4 x Rp. 175.000 = Rp. 700.000 per rumah tangga per bulan tetapi di atas Rp. 600.000. Berdasarkan tahapan tersebut, dan dikaitkan dengan ketetapan Upah Minimal Regional (UMR) Propinsi Sumatera Utara 2009 oleh Badan Pusat Statistik sebesar Rp. 822.205, maka dapat disimpulkan bahwa keluarga tidak mampu/miskin adalah keluarga yang pendapatannya dalam satu bulan di bawah UMR, yang sebagian besar
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
17 digunakan untuk kebutuhan makan, sedangkan keluarga mampu adalah keluarga yang tingkat pendapatannya di atas atau sama dengan UMR. 2.9. Perilaku Gizi Perilaku gizi adalah perbuatan atau perlakuan dalam bidang gizi. Adapun perilaku- perilaku gizi tersebut adalah (Lisdiana, 1998) : 1. Membentuk kebiasaan makan yang baik a. Memberikan makanan sesuai dengan umur anak b. Mengenalkan anak pada berbagai variasi makanan c. Memberi pengetahuan gizi d. Melibatkan anak dalam menyusun menu e. Menciptakan suasana yang menggembirakan ketika makan f. Menanamkan norma-norma yang berkaitan dengan makanan g. Menanamkan adab sopan santun ketika makan h. Kebiasaan untuk sarapan pagi i.
Penyusunan menu seimbang dengan memperhatikan cara pemilihan bahan makanan, cara penanganan, pengolahan dan penyajian makanan.
2. Perilaku Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Keluarga Sadar Gizi adalah keluarga yang mampu memantau keadaan gizi seluruh anggota keluarga dan mampu mengambil langkah pemecahan sesuai dengan potensi yang ada dengan indikator (Dinkes Sumut, 2006): f. Keluarga biasa mengkonsumsi aneka ragam makanan g. Keluarga selalu memantau kesehatan dan pertumbuhan anggotanya, khususnya balita dan bumil h. Keluarga hanya menggunakan garam beryodium untuk memasak makanannya
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
18 i.
Keluarga memberi dukungan pada ibu
melahirkan
untuk memberikan ASI
Eksklusif j.
Keluarga biasa sarapan pagi.
3. Usaha Perbaikan Gizi Keluarga Kegiatannya meliputi: a. Penimbangan bulanan anak Balita dengan menggunakan KMS b. Pendidikan gizi dan kesehatan bagi ibu yang mempunyai anak Balita c. Demonstrasi memasak makanan yang memenuhi persyaratan gizi atau pemberian makanan tambahan yang bergizi tinggi kepada anak Balita (terutama gizi buruk) d. Mengembangkan intensifikasi pemanfaatan lahan pekarangan untuk memproduksi bahan pangan bernilai gizi tinggi serta tanaman obat tradisional (apotek hidup) e. Pemberian paket pertolongan gizi: vitamin A dosis tinggi, tablet besi, garam oralit, dan garam beryodium.
2.10. Kerangka Konsep
Responden - Keluarga mampu -
Keluarga tidak mampu
Indikator Kadarzi: 1. Keluarga biasa mengkonsumsi aneka ragam makanan 2. Keluarga hanya menggunakan garam beryodium untuk memasak makanannya 3. Keluarga memberikan dukungan pada ibu melahirkan untuk memberikan ASI
Pendapatan
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
19 Kerangka konsep di atas menunjukkan bahwa dari pendapatan, responden dapat digolongkan dalam dua kelompok yaitu keluarga mampu dan tidak mampu yang didasarkan pada Upah Minimum Regional. Tinggi rendahnya tingkat pendapatan keluarga sangat berpengaruh terhadap penerapan indikator Kadarzi yang disesuaikan dengan Pedoman Umum Gizi Seimbang yaitu: keluarga biasa mengkonsumsi aneka ragam makanan, keluarga hanya mengunakan garam beryodium saat memasak makanannya, keluarga memberikan dukungan pada ibu melahirkan untuk memberikan ASI Esklusif, dan keluarga biasa sarapan pagi.
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
20 BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah survei, yang bersifat deskriptif-analitik dengan desain penelitian cross sectional (sekat silang) yaitu penelitian yang mengamati subjek dengan pendekatan suatu saat atau subjek diobservasi hanya sekali saja pada saat penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan kajian penerapan pedoman umum gizi seimbang pada keluarga mampu dan tidak mampu. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Kelurahan Mangga dan di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan, pemilihan wilayah ini dilakukan karena penulis melihat adanya kasus obesitas pada keluarga tidak mampu dan kejadian gizi kurang pada keluarga mampu serta meningkatnya kasus penyakit degeneratif sekarang ini pada tingkatan keluarga yang berbeda di dua lokasi tersebut. 3.2.2 Waktu Penelitian Waktu penelitian dilakukan dari bulan Juni sampai November 2009. 3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga mampu di Kelurahan Mangga sebanyak 282 orang dan tidak mampu di Kelurahan Simalingkar B sebanyak 125 orang. Penentuan populasi dilakukan dengan cara purposif dengan kriteria keluarga mampu dengan tingkat pendapatan sama atau di atas Rp. 822.205, keluarga tidak mampu di bawah Rp. 822.205, dan keluarga yang mempunyai bayi/balita.
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
20
21 3.3.2. Sampel Sampel dalam penelitian ini diambil dari populasi secara simple random sampling. Besar sampel ditentukan dengan menggunakan rumus (Notoatmodjo, 1993): n=
N 1 + N (d 2 )
Keterangan: N= populasi n= sampel d= penyimpangan statistik dari sampel terhadap populasi, yang ditetapkan 0.1 Perhitungan: Untuk sampel keluarga mampu di kelurahan Mangga: n=
282 1 + 282(0,12 )
n=
282 1 + 2,82
n = 70,5 n = 71 orang Untuk perhitungan sampel keluarga tidak mampu di kelurahan Simalingkar B. n=
125 1 + 125(0,12 )
n=
125 3,25
n = 55,5 n = 56 orang Jadi jumlah sampel keseluruhan adalah 127 orang. Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
22
3.3.3. Responden Responden pada penelitian ini adalah ibu rumah tangga karena ibulah yang menyediakan pangan dan yang mengatur kebutuhan makanan di dalam keluarga. 3.4.
Metode Pengumpulan Data
3.4.1. Data Primer Data primer yang diambil adalah karakteristik responden berupa umur, pekerjaan, tingkat pendapatan diperoleh melalui wawancara dengan responden menggunakan kuesioner yamg telah disusun sebelumnya. Data konsumsi aneka ragam makanan, didapat dengan menggunakan kuesioner, dan formulir food frekuensi. Data kebiasaan makan pagi, konsumsi garam beryodium, pemberian ASI Esklusif, diperoleh dari wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner. 3.4.2. Data Sekunder Data sekunder yang meliputi laporan dan data umum wilayah Kelurahan Mangga dan Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan tahun 2009 yang diperoleh dari petugas Kelurahan serta referensi-referensi yang mendukung dalam penelitian ini. 3.5. Defenisi Operasional 1. Penerapan Kadarzi adalah tindakan/ segala praktek atau perbuatan nyata yang dilakukan responden dalam menerapkan indikator keluarga sadar gizi, pada penelitian ini pesan yang dipilih adalah 4 indikator yang disesuaikan dengan PUGS yaitu: keluarga mengkonsumsi aneka ragam makanan, keluarga selalu menggunakan garam beryodium memasak makanannya, keluarga memberikan dukungan pada ibu melahirkan untuk memberikan ASI Esklusif, keluarga biasa sarapan pagi. Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
23 2. Keluarga Mampu adalah keluarga yang pendapatannya di atas Upah Minimal Regional (UMR) yaitu Rp.822.205. 3. Keluarga Tidak Mampu adalah keluarga yang tingkat pendapatannya di bawah Upah Minimal Regional (UMR) yang
sebagian besar pendapatannya untuk
kebutuhan makanan. 3.6. Instrumen Penelitian Instrumen (alat) yang digunakan untuk mendukung penelitian ini adalah: kuesioner, dan formulir food frekuensi. 3.7. Aspek Pengukuran Aspek pengukuran dalam penelitian ini berdasarkan pada jawaban responden terhadap pertanyaan yang telah disediakan dan disesuaikan dengan skor yang ada. 1. Keanekaragaman makanan Keanekaragaman makanan diukur dengan konsumsi makanan yang terdiri dari makanan pokok, lauk-pauk, sayur-sayuran, buah-buahan, dll dengan menggunakan formulir food frekuensi. Pengukuran frekuensi makan (Supariasa, 2001) yaitu: 1x/hari; 2x/hari; 3 x/hari; 1x/minggu; 1x/bulan; jarang dan tidak pernah. Juga diukur dengan menggunakan kuesioner, untuk yang menjawab ya diberi skor 3, skor 2 untuk yang menjawab kadang-kadang, skor 1 untuk yang menjawab tidak. 2. Penggunaan garam beryodium Diukur dengan menggunakan kuesioner, untuk yang menjawab ya diberi skor 3, kadang-kadang diberi skor 2 dan yang menjawab tidak diberi skor 1. 3. Pemberian ASI Esklusif Diukur dengan menggunakan kuesioner, untuk yang menjawab ya diberi skor 3, kadang-kadang skor 2 dan skor 1 untuk yang menjawab tidak.
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
24 4. Kebiasaan sarapan pagi Diukur dengan menggunakan kuesioner, untuk jawaban ya diberi skor 3, skor 2 untuk jawaban kadang-kadang, dan skor 1 untuk jawaban tidak. 5. Tingkat penerapan Kadarzi Teknik pengukuran tingkat penerapan Kadarzi adalah dengan menggunakan skoring dari setiap hal-hal yang ditanyakan pada ke-empat indikator tingkat penerapan Kadarzi, dengan total skor tertinggi adalah 14. Berdasarkan jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori: - Baik, apabila total skor yang diperoleh responden >11 (> 75 %) - Sedang, apabila total skor yang diperoleh responden 6-11 (40-75 %) - Kurang, apabila total skor yang diperoleh responden < 6(< 40 %) 3.8. Teknik dan Analisa Data Pengolahan data dilakukan secara manual dan menggunakan
komputer
dengan tahapan sebagai berikut: 1. Editing, yaitu dengan melihat dan memeriksa apakah pertanyaan sudah terisi dan dapat dibaca dan tidak ada kekeliruan yang dapat mengganggu pada proses pengolahan data. 2. Koding, yaitu memberikan kode atau angka-angka tertentu pada kuesioner. 3. Entri data Data yang telah dikumpulkan diolah dan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi terhadap variabel-variabel yang diteliti kemudian dianalisis secara deskriptif, untuk mempermudah pengambilan kesimpulan.
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
25
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian 4.1.1. Kelurahan Mangga Kelurahan Mangga termasuk salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan Medan Tuntungan , dengan luas sekitar 286 Ha dengan jumlah penduduk 32.610 jiwa dan jumlah kepala keluarga 5.405 KK. Adapun batas-batas wilayah Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan adalah sebagai berikut: -
Bagian Utara, berbatasan dengan Kelurahan Sempakata
-
Bagian Selatan, berbatasan dengan Kelurahan Simalingkar B
-
Bagian Barat, berbatasan dengan Kelurahan Simpang Selayang
-
Bagian Timur, berbatasan dengan Kelurahan Kuala Bekala
4.1.2. Kelurahan Simalingkar B Kelurahan Simalingkar B termasuk dalam wilayah Kecamatan Medan Tuntungan, dengan luas sekitar 443 Ha dengan jumlah penduduk 5067 jiwa dan jumlah kepala keluarga 1.274 KK. Adapun batas-batas wilayah Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan adalah sebagai berikut: -
Bagian Utara, berbatasan dengan Kelurahan Kwala Bekala
-
Bagian Selatan, berbatasan dengan Jln. Pancur Batu, Deli Tua
-
Bagian Barat, berbatasan dengan Sungai Bekala
-
Bagian Timur, berbatasan dengan Sungai Babura
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
26
4.2. Karakteristik Responden
25 Karakteristik responden yang dikumpulkan datanya pada penelitian ini adalah
umur responden, tingkat pendapatan dan pekerjaan responden, yang diperoleh dari hasil wawancara melalui kuesioner yang sudah disusun sebelumnya. 4.2.1. Umur Responden Umur responden pada keluarga mampu dan tidak mampu dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini: Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur. No 1. 2. 3. 4.
Umur(Tahun) 20-25 26-31 32-37 38-43 Jumlah
Keluarga Mampu Frekuensi % 4 5,6 23 32,4 27 38,0 17 23,9 71 100,0
Keluarga Tidak Mampu Frekuensi % 4 7,1 16 28,6 23 41,1 13 23,2 56 100,0
Tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa distribusi responden berdasarkan umur, pada keluarga mampu sebagian besar dalam kategori 32-37 tahun (38,0%), dan paling sedikit pada kategori 20-25 tahun sebesar 5,6%. Sedangkan pada keluarga tidak mampu, sebagian besar (41,1%) dalam kategori 32-37 tahun, dan paling sedikit pada kategori 20-25 tahun sebesar 7,1%. 4.2.2. Pendapatan Keluarga. Tingkat pendapatan keluarga dikategorikan dalam dua bagian yaitu keluarga mampu dan keluarga tidak mampu, yang dikategorikan berdasarkan Upah Minimum Regional (UMR) yaitu sebesar Rp. 822,205. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapat hasil bahwa responden pada penelitian ini yaitu pada keluarga mampu seluruhnya (100%) berpenghasilan ≥ Rp. 822.205, dan pada keluarga tidak mampu seluruhnya (100%) berpenghasilan < Rp. 822.205. Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
27
4.2.2. Pekerjaan Keluarga Distribusi responden berdasarkan pekerjaan keluarga dapat dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini: Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Keluarga. No 1. 2. 3. 4.
Pekerjaan Buruh/Petani Pedagang/Wiraswasta PNS Lainnya Jumlah
Keluarga Mampu Frekuensi 0 31 24 16 71
% 0 43,7 33,8 22,5 100,0
Keluarga Tidak Mampu Frekuensi % 19 33,9 23 41,1 0 0 14 25,0 56 100,0
Tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa pekerjaan responden yang paling banyak pada keluarga mampu adalah pedagang/wiraswasta (43,7%), dan yang paling sedikit adalah sebagai pegawai swasta sebesar 22,5%, sedangkan pada keluarga tidak mampu, yang paling banyak pekerjaan responden sebagai pedagang/wiraswasta (41,1%), dan yang paling sedikit adalah sebagai supir (25,0%). 4.3. Hasil Penelitian 4.3.1. Keluarga Mengkonsumsi Aneka Ragam Makanan. Jenis atau keanekaragaman makanan dapat diukur dengan konsumsi makanan yang terdiri dari makanan pokok, lauk-pauk, sayur-sayuran, dan buah-buahan dengan menggunakan kuesioner. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa responden pada keluarga mampu sebagian besar menyajikan makanan tiap hari (85,9%) dan kadangkadang sebesar 14,1%. Sedangkan pada keluarga tidak mampu sebagian besar (83,9%) menyajikan makanan setiap hari, 12,5% kadang-kadang dan 3,6% tidak menyajikan.
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
28 Jenis makanan yang disediakan pada keluarga mampu, yang paling banyak menyediakan nasi, lauk-pauk, sayur-sayuran dan buah-buahan sebesar 47,9%, dan pada keluarga mampu yang paling banyak menyediakan nasi dan lauk-pauk yaitu sebesar 30,4%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.3 sebagai berikut: Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Makanan Yang Disajikan pada Keluarga Mampu di Kelurahan Mangga dan pada Keluarga Tidak Mampu di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009.
No
1.
2. 3.
Jenis Makanan Yang Disajikan Nasi, laukpauk, sayursayuran, dan buah-buahan Nasi, laukpauk, dan sayur-sayuran Nasi dan laukpauk Jumlah
Keluarga Mampu KadangYa Kadang Frekuensi % Frekuensi %
Keluarga Tidak Mampu KadangYa Kadang Frekuensi % Frekuensi %
34
47,9
5
7,0
14
25,0
0
0
21
29,6
5
7,0
16
28,6
5
8,9
6
8,5
0
0
17
30,4
2
3,6
61
85,9
10
14,1
47
83,9
7
12,5
Dari hasil penelitian dapat juga diketahui bahwa responden pada keluarga mampu yang paling banyak menyediakan sayur (69,0%), yang kadang-kadang sebesar 14,1%, dan yang tidak sebesar 16,9%, sedangkan pada keluarga tidak mampu yang paling banyak tidak menyediakan sayur (35,7%), dan paling sedikit yang kadangkadang menyediakan sayur (30,4%). Jenis sayuran yang disediakan pada keluarga mampu sebagian besar menyediakan sayuran hijau, kuning dan buah (46,5%), dan pada keluarga tidak mampu sebagian besar menyediakan sayur hijau, kuning dan buah (23,2%), yang dapat dilihat pada tabel 4.4 di bawah ini:
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
29
Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Sayuran Yang Dikonsumsi pada Keluarga Mampu di Kelurahan Mangga dan Keluarga Tidak Mampu di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009.
No
Keluarga Mampu
Jenis Sayuran Yang Dikonsumsi
Ya
KadangKadang Frekuensi % 3 4,2
Frekuensi 33
% 46,5
Sayuran hijau dan kuning
11
15,5
4
Sayuran hijau
5
7,0
49
69,0
1.
Sayuran hijau, kuning dan buah
2.
3.
Jumlah
Keluarga Tidak Mampu Ya
KadangKadang Frekuensi % 0 0
Frekuensi 13
% 23,2
5,6
3
5,4
8
14,3
3
4,2
3
5,4
9
16,1
10
14,1
19
33,9
17
30,4
Jenis atau keanekaragaman makanan dapat juga diukur dengan menggunakan formulir food frekuensi. Pengukuran frekuensi makan (Supariasa, 2001) yaitu: 1x/hari, 2x/hari, 3x/hari, 1x/minggu, 1x/bulan, jarang, dan tidak pernah. Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 4.5 di bawah ini: Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Makan Keluarga Responden Pada Keluarga Mampu di Kelurahan Mangga Kec. Medan Tuntungan Tahun 2009. Jenis Makanan Makanan Pokok
- Nasi - Jagung - Ubi kayu/ singkong - Umbi- umbian -…………………. - Daging - Ikan basah - Telur - Ikan Asin - Ikan Teri
Frekuensi 1x 1x semin sebul ggu an -
1x sehari
2x sehari
3x sehari
-
14% -
86% -
15% 52% 15% 30%
13% 27% -
Lauk pauk 35% 30% 21% 27% 24% 7%
-
Jarang
Tidak pernah
Total
79% -
21% -
100% 100% -
37% 21% 21% 64% 31%
1% 21% 8%
100% 100% 100% 100% 100%
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
30 - Ayam - Tahu/ tempe
79%
53% -
1x sehari
2x sehari
- Bayam
18%
37%
- Kangkung - Daun papaya - Daun ubi - Nangka muda (gori) - Kacang panjang - Sawi - Wortel - Terong - Kol - Kecipir - Tomat - Sayur lodeh - ………………………
18% 37% 13% 13% 15% 15% 15% 7%
37% 18% 7% 15% 15% 21%
100% -
-Alpokat - Apel - Jeruk manis - Pisang - Pepaya
6% 27% 49% 42% 27%
9% 14% 9%
Buah- buahan 10% 7% 14% 15% 15% 7%
- Mangga - Nenas - Nangka - Belimbing - Jambu biji -………………………
14% 14% 42%
-
- Susu - Bakso - Cendol - Kolak - Pisang goreng - Ubi rebus - Kue/ roti - Mie goreng - Nasi goreng - Fried chicken - Burger - Roti bakar - Pisang bakar - Pecal -……………………..
49% 38% 21% 35% 35% 38% 38% 7% -
Makanan Pokok
15% -
14% 14%
-
Jenis Makanan 3x 1x 1x sehari semin sebul ggu an Sayur-sayuran 13% -
-
13% 21% 14% 35% 37% 4%
7% 15% 27% 15%
18% 7%
-
100% 100%
Jarang
Tidak pernah
Total
25%
7%
100%
-
7% 73% 25% 73% 37% 35% 64% 82% 64% 64% 49%
25% 27% 13% 7% 21% 28% 21% 21% 19%
100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
-
69% 57% 35% 57%
15% 7% 7% -
100% 100% 100% 100% 100%
-
69% 69% 45% 59% 35%
9% 15% 14% 41% 7%
100% 100% 100% 100% 100%
44% 52% 48% 46% 52% 14% 41% 27% 38% 35% 35% 44% 44%
-
100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Makanan pelengkap/ selingan 7% 48% 52% 35% 18% 48% 21% 27% 38% 38% 27% 27% 27% 49% 56% -
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
31 Dari Tabel 4.5 di atas dapat dilihat bahwa frekuensi makan keluarga responden pada keluarga mampu yaitu sumber karbohidrat (makanan pokok) secara umum mengkonsumsi nasi sebesar 14% untuk frekuensi 2x sehari, 86% untuk frekuensi 3x sehari, yang mengkonsumsi jagung 79% untuk frekuensi jarang. Sumber protein hewani yang secara umum dikonsumsi adalah ikan basah sebesar 30% untuk frekuensi 3x sehari, telur 52% untuk frekuensi 1x sehari, ayam 53% untuk frekuensi 2x sehari, keluarga responden lebih memilih ayam dari pada daging lainnya karena harganya relatif lebih murah. Ikan teri sebesar 30% untuk frekuensi 1x sehari. Tahu/tempe, merupakan sumber protein nabati yang juga banyak dikonsumsi keluarga responden yaitu sebesar 79% untuk frekuensi 1x sehari. Tahu/tempe biasa dikonsumsi keluarga sebagai lauk tambahan bukan sebagai lauk utama. Untuk sumber vitamin dan mineral dari sayuran, yang paling banyak atau sering dikonsumsi keluarga responden adalah tomat (100%, 3x sehari), bayam (37%, 2x sehari), kangkung (37%, 2x sehari), dan sayur lodeh (21%, 2x sehari). Sumber vitamin dan mineral dari buah-buahan, yang paling sering dikonsumsi keluarga responden adalah jeruk manis (49%, 1x sehari), pisang (42%, 1x sehari), jambu biji (42%, 1x sehari), apel (27%, 1x sehari) dan pepaya (27%, 1x sehari). Keluarga responden yang mengkonsumsi susu sebesar 49% untuk frekuensi 1x sehari, keluarga responden yang sering mengkonsumsi susu adalah bayi dan balita. Makanan pelengkap/ selingan yang paling sering dikonsumsi keluarga responden adalah kue/roti, burger dan roti bakar sebesar 38%, 1x sehari, nasi goreng dan fried chicken sebesar 35%, 1x sehari. Konsumsi bakso, cendol dan pecal juga banyak dalam frekuensi 1x seminggu. Dari tabel frekuensi di atas dapat juga diketahui bahwa dari 71 responden yang menyajikan makanan didapat bahwa 61 responden (86%) menyajikan makanan Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
32 lengkap, 10 orang (14%) dalam kategori sedang, hal ini dilihat dari makanan yang disediakan keluarga setiap hari dan dari daftar food frekuensi, apakah lengkap nasi, lauk-pauk, sayur-sayuran, dan buah-buahan dan juga frekuensi makan sebanyak tiga kali dalam satu hari. Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Makan Responden Pada Keluarga Tidak Mampu di Kelurahan Simalingkar B Kec. Medan Tuntungan Tahun 2009. Jenis Makanan Makanan Pokok
Frekuensi 1x 1x semin sebul ggu an -
1x sehari
2x sehari
3x sehari
-
5% -
95% -
- Daging - Ikan basah - Telur - Ikan Asin - Ikan Teri - Ayam - Tahu/ tempe -…………………
73% 45% 45% 27%
14%
Lauk pauk 18% 82% 18% 18% 5% 18% 5% 32% 54% 5%
- Bayam
18%
-
- Kangkung - Daun papaya - Daun ubi - Nangka muda (gori) - Kacang panjang - Sawi - Wortel - Terong - Kol -Kecipir -Tomat - Sayur lodeh - ………………………
9% 5% 27% 5% 16% -
14% 9% 34% 23% 34% 5% 36% 36% -
- Alpokat - Apel
-
-
- Jeruk manis - Pisang - Pepaya - Mangga - Nenas - Nangka - Belimbing
41% 73% 4% 4% -
-
- Nasi - Jagung - Ubi kayu/ singkong - Umbi- umbian -………………….
Jarang
Tidak pernah
Total
82% 82% -
18% 18% -
100% 100% 100% -
11% 21% -
71% 18% 9% 32% 32% 46% -
-
100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Sayur- sayuran 27% 18%
38%
-
100%
5% 5% -
38% 34% 18% 71% 9% 18% 18% 18% 18% -
5% 4% 16% 9% 4% 18% 11% 11% -
100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% -
5% 5%
18% 89%
5%
100% 100%
18% -
18% 18% 73% 100% 100% 96% 41%
59%
100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
21% 16% 14% 16% 34% 16% 16% 100% -
18% 52% 23% 7% 18% 23% 4% 20% 20% -
Buah- buahan 77% Buah-buahan 23% 5% 4% 5% 18% -
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
33
Jenis Makanan Makanan Pokok
1x sehari
2x sehari
- Jambu biji - Jambu air -………………………
27% -
-
- Susu - Bakso - Cendol - Kolak - Pisang goreng - Ubi rebus - Kue/ roti - Mie goreng - Nasi goreng - Fried chicken - Burger - Roti bakar - Pisang bakar - Pecal -……………………..
9% 18% 38% 9%
3x sehari -
Frekuensi 1x 1x semin sebul ggu an 18% 18% -
Makanan pelengkap/ selingan 18% 7% 45% 25% 39% 46% 27% 18% -
Jarang
Tidak pernah
Total
38% 100%
-
100% 100%
51% 88% 100% 100% 55% 32% 9% 62% 100% 41% 27% 27% 73%
9% 12% 4% 59% 73% 73% -
100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Dari Tabel 4.6 di atas dapat dilihat bahwa distribusi frekuensi makan keluarga responden pada keluarga tidak mampu yaitu sumber karbohidrat (makanan pokok) secara umum mengkonsumsi nasi sebesar 5% untuk frekuensi 2x sehari, 95% untuk frekuensi 3x sehari, yang mengkonsumsi jagung dan ubi kayu 82% untuk frekuensi jarang. Sumber protein hewani yang secara umum dikonsumsi adalah ikan teri sebesar 45% untuk frekuensi 1x sehari, telur 73% untuk frekuensi 1x sehari, ikan asin 43% untuk frekuensi 1x sehari. Konsumsi ikan basah dan ayam dalam frekuensi 1x seminggu. Hal ini terjadi karena harga ikan basah dan ayam juga jenis daging lebih mahal dibandingkan dengan sumber protein lainnya. Sumber protein nabati yaitu dari tahu/tempe sebesar 54%, 3x sehari. Tahu/tempe banyak dikonsumsi keluarga responden dikarenakan harganya relatif murah dan dapat dijangkau semua keluarga Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
34 responden dan dijadikan sebagai lauk utama. Untuk sumber vitamin dan mineral dari sayuran, yang paling banyak atau sering dikonsumsi keluarga responden adalah tomat (100%, 3x sehari), wortel (34%, 3x sehari), kangkung (21%, 3x sehari), terong dan kol (36%, 2x sehari), serta daun ubi (34%, 2x sehari) dan sawi (34%, 2x sehari). Hal ini disebabkan karena sayuran jenis ini ada ditanam sendiri oleh keluarga responden dan juga harganya relatif lebih murah. Sumber vitamin dan mineral dari buah-buahan, yang paling sering dikonsumsi keluarga responden adalah jeruk manis (41%, 1x sehari), pisang (71%, 1x sehari) dan jambu biji (27%, 1x sehari). Hal ini disebabkan buah tersebut ditanam sendiri dan harganya lebih murah serta mudah didapatkan. Keluarga responden yang mengkonsumsi susu dengan frekuensi yang kecil karena harganya yang relatif mahal dan kurang terjangkau masyarakat, susu yang dikonsumsi 1x sehari sebanyak sebesar 9%, dikarenakan keluarga responden mempunyai balita. Makanan pelengkap/ selingan yang paling sering dikonsumsi keluarga responden adalah kue/roti (18%, 1x sehari ),dan mie goreng (38%, 1x sehari ). Dari tabel distribusi frekuensi di atas dapat juga diketahui bahwa dari 56 responden didapat bahwa 53 responden (95%) menyajikan makanan lengkap, 5 orang (5%) dalam kategori sedang, hal ini dilihat dari makanan yang disediakan keluarga setiap hari dan dari daftar food frekuensi, apakah lengkap nasi, lauk-pauk, sayursayuran, dan buah-buahan dan juga frekuensi makan sebanyak tiga kali dalam satu hari. 4.3.2. Keluarga Hanya Makanannya
Menggunakan
Garam
Beryodium
Memasak
Garam beryodium sangat penting, selain sebagai cita rasa juga sangat besar pengaruhnya bagi kesehatan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
35 diketahui bahwa semua responden baik pada keluarga mampu maupun keluarga tidak mampu seluruhnya mengkonsumsi garam beryodium (100%). Jenis garam beryodium yang dikonsumsi responden dapat dilihat pada tabel 4.7 Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Garam Yang Dikonsumsi pada Keluarga Mampu di Kelurahan Mangga dan Keluarga Tidak Mampu di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009. No 1. 2. 3.
Jenis Garam Yang Dikonsumsi Dolpin Segitiga biru Lain-lain Jumlah
Keluarga Mampu Frekuensi % 44 62,0 23 32,4 4 5,6 71 100,0
Keluarga Tidak Mampu Frekuensi % 8 14,3 26 46,4 22 39,3 56 100,0
Dari Tabel 4.7 di atas dapat dilihat bahwa jenis garam yang dikonsumsi pada keluarga mampu, sebagian besar mengkonsumsi jenis dolpin sebesar 62,0%, dan paling sedikit jenis lainnya (AA) sebesar 5,6%. Sedangkan responden pada keluarga tidak mampu yang paling banyak mengkonsumsi jenis segitiga biru sebanyak 46,4%, dan yang paling sedikit adalah jenis dolpin (14,3%). 4.3.3. Keluarga Mendukung Ibu Melahirkan Untuk Memberikan ASI Esklusif ASI diberikan pada bayi sejak dari lahir. Dari hasil penelitian dapat diketahui pada keluarga mampu sebagian besar memberikan ASI (74,6%), dan pada keluarga tidak mampu sebagian besar memberikan ASI (76,8%). Usia pemberian ASI pada bayi dapat dilihat pada tabel 4.8 sebagai berikut: Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Usia Pemberian ASI pada Keluarga Mampu di Kelurahan Mangga dan Keluarga Tidak Mampu di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009. No 1. 2.
Pemberian ASI Saja ≥ 6 bulan < 6 bulan Jumlah
Keluarga Mampu Frekuensi % 30 42,3 23 32,4 53 74,6
Keluarga Tidak Mampu Frekuensi % 22 39,3 21 37,5 43 76,8
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
36 Dari Tabel 4.8 di atas dapat dilihat bahwa usia pemberian ASI pada keluarga mampu sebagian besar memberikan ASI saja sampai usia≥ 6 bula n (42,3%), dan yang lainnya memberikan < 6 bulan (32,4%). Sedangkan responden pada keluarga tidak mampu yang paling banyak memberikan ASI ≥usia 6 bulan (39,3%), dan yang lainnya memberikan < 6 bulan (37,5%). 4.3.4. Keluarga Biasa Sarapan Pagi Kebiasaan sarapan pagi pada keluarga mampu dan tidak mampu dapat dilihat pada tabel 4.9 di bawah ini: Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Kebiasaan Sarapan Pagi pada Keluarga Mampu di Kelurahan Mangga dan Keluarga Tidak Mampu di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009. No
Kebiasaan Sarapan Pagi
1. 2. 3.
Ya Kadang-kadang Tidak Jumlah
Keluarga Mampu Frekuensi % 61 85,9 6 8,5 4 5,6 71 100,0
Keluarga Tidak Mampu Frekuensi % 52 92,9 2 3,6 2 3,6 56 100,0
Tabel 4.9 di atas menunjukkan kebiasaan sarapan pagi pada keluarga mampu, sebagian besar sarapan pagi (85,9%), kadang-kadang sebesar 8,5% dan yang tidak sebesar 5,6%. Sedangkan responden pada keluarga tidak mampu, sebagian besar sarapan pagi (92,9%), kadang-kadang sebesar 3,6%, dan yang tidak sebesar 3,6%. 4.3.5. Tingkat Penerapan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) Tingkat penerapan Keluarga sadar gizi (Kadarzi) dapat disimpulkan berdasarkan jawaban yang diperoleh dari responden terhadap semua pertanyaan yang diberikan. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.10 sebagai berikut: Tabel 4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Penerapan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) Pada Keluarga Mampu di Kelurahan Mangga dan Keluarga Tidak Mampu di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009. Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
37 No 1. 2.
Tingkat Penerapan Kadarzi Baik Sedang Jumlah
Keluarga Mampu Frekuensi % 70 98,6 1 1,4 71 100,0
Keluarga Tidak Mampu Frekuensi % 51 91,1 5 8,9 56 100,0
Tabel 4.10 di atas dapat dilihat bahwa tingkat distribusi penerapan Kadarzi pada keluarga mampu yang tingkat penerapan Kadarzi yang dipilih: konsumsi aneka ragam makanan, penggunaan garam beryodium, pemberian ASI Esklusif, kebiasaan makan pagi sebesar 98,6%, dalam tingkat sedang sebesar 1,8%, sedangkan responden pada keluarga tidak mampu yang tingkat penerapannya baik sebesar 91,1%, dan yang tingkat penerapannya sedang sebesar 8,9%.
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
38
BAB V PEMBAHASAN 5.1. Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) 5.1.1. Keluarga Mengkonsumsi Aneka Ragam Makanan Untuk dapat tumbuh dengan baik dan sehat, orang perlu makan makanan yang mengandung semua zat gizi dalam jumlah yang cukup. Dalam Kadarzi, susunan makanan yang dianjurkan adalah yang menjamin keseimbangan zat gizi. Hal ini dapat dicapai dengan mengkonsumsi beraneka ragam makanan. Tiap makanan dapat saling melengkapi dalam zat-zat gizi yang dikandung yang didasarkan pada tiga fungsi yaitu sebagai sumber energi/tenaga, sumber zat pembangun dan sumber zat pengatur (Almatsier, 2001). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada keluarga mampu yang selalu menyajikan makanan setiap hari sebesar 85,9%, kadang-kadang sebesar 14,1%. Sedangkan pada keluarga tidak mampu yang selalu menyajikan makanan setiap hari dalam keluarga sebesar 83,9%, kadang-kadang sebesar 12,5%, dan yang tidak menyediakan 3,6%. Hal ini menunjukkan bahwa keluarga masih peduli terhadap pemenuhan gizi dan kesehatan anggota keluarga. Alasan responden kadang-kadang menyediakan makanan adalah tidak ada waktu, sibuk dengan pekerjaan dan kebiasaan makan makanan yang siap saji. Ini dapat dilihat dari pekerjaan keluarga yang lebih banyak sebagai pedagang/wiraswasta, yang menghabiskan waktu dengan usahanya. Bagaimana caranya supaya dapat menghasilkan uang untuk keperluan keluarga. Misalnya pada keluarga tidak mampu yang harus berjualan di pasar, sudah Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
39 harus berangkat subuh meninggalkan anggota keluarga. Dikaitkan juga dengan mahalnya harga bahan-bahan makanan di pasaran membuat para ibu rumah tangga mengeluh dan susah untuk mengatur belanja, yang akhirnya membeli makanan yang sudah jadi. Oleh karena tidak ada satupun jenis makanan yang mengandung lengkap semua zat gizi yang mampu membuat seseorang untuk hidup sehat dan produktif, maka harus makan makanan beranekaragam. Dengan makanan yang beranekaragam, kekurangan zat gizi pada jenis makanan yang satu akan dilengkapi oleh zat gizi dari makanan lain (Sayono, 2006). Hasil penelitian (Tabel 4.3) juga menunjukkan bahwa pada keluarga mampu didapat bahwa 86% menyajikan makanan lengkap (nasi, lauk-pauk, sayur-sayuran, dan buah-buahan dalam frekuensi makan sebanyak tiga kali dalam satu hari), 14% dalam kategori sedang (nasi, lauk-pauk, sayur atau nasi dan ikan dengan frekuensi makan kurang dari 3 kali sehari). Sedangkan pada keluarga tidak mampu dapat juga diketahui bahwa 95% menyajikan makanan lengkap, 5% dalam kategori sedang, hal ini dilihat dari makanan yang disediakan keluarga setiap hari dan dari daftar food frekuensi. Ini disebabkan karena kadang anak-anak tidak menyukai buah dan sayuran. Apalagi balita yang merasa terganggu dengan seratnya. Untuk mengatasi hal ini dituntut pengetahuan dan keterampilan ibu untuk mengolah makanan dalam bentuk lunak, misalnya sayuran disajikan hanya daunnya saja, atau dilumatkan dicampur dengan nasinya, juga harus disesuaikan dengan sayuran yang menjadi kesukaan anggota keluarga dan perlu memperkenalkan jenis makanan secara dini terhadap anggota keluarga untuk lebih mudah dalam penerapan keanekaragaman makanan. Seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Priany (2002), bahwa pengetahuan ibu adalah pintu gerbang dalam penyiapan makan keluarga. Kebiasaan makan yang baik, Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
40 serta pemilihan makanan yang baik untuk keluarga sangat dipengaruhi oleh pengetahuan gizi yang dimiliki oleh seorang ibu rumah tangga. Konsumsi makanan yang kurang biasanya terjadi pada masyarakat miskin karena pendapatannya yang kurang. Uang memang mempengaruhi apa yang dimakan. Untuk itu perlu dipilih jenis makanan yang akan dibeli dengan tingkat penghasilan yang rendah yaitu bahan makanan yang terjangkau dan mempunyai nilai gizi yang baik. Karena tingkat pendapatan yang rendah menyebabkan keluarga tidak dapat mengkonsumsi makanan yang beranekaragam dalam menu makanan sehari-hari, sehingga hanya mampu makan dengan makanan yang kurang berkualitas baik jumlah maupun gizinya. Hal ini juga disebabkan sumber energi dari padi-padian yang masih tinggi dibandingkan dengan makanan yang lain. Pola kebiasaan makan yang selalu mengutamakan beras sedangkan yang lain hanya seadanya yang membuat konsumsi masyarakat menjadi tidak beragam. Rendahnya tingkat pendapatan menyebabkan rendahnya daya beli keluarga untuk memenuhi konsumsi pangan keluarga. Hal ini sesuai dengan pernyataan Budiyanto tahun 2002 yang menyatakan bahwa kelompok masyarakat yang kehidupannya sulit, rentan terhadap kekurangan gizi, energi dan protein. Walaupun sebenarnya persepsi ini bisa dirubah dengan mengkonsumsi makanan murah tapi memenuhi syarat zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Disamping itu, keluarga mengkonsumsi makanan hanya untuk pemuasan rasa lapar dan haus tanpa memperhatikan pemenuhan akan zat gizi yang diperlukan tubuh, yang dapat dilihat dari ketidakragaman makanan yang dikonsumsi oleh keluarga. Sedangkan gizi harus diterima secara teratur dalam ragam mutu dan jumlah yang cukup sehingga dapat memberikan kesehatan, kegairahan dan kekuatan dalam bekerja (Khumaidi, 1994).
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
41 Berdasarkan tabel distribusi frekuensi makan keluarga (tabel 4.5 dan tabel 4.6) pada keluarga mampu yaitu sumber karbohidrat (makanan pokok) secara umum mengkonsumsi nasi sebesar 86% untuk frekuensi 3x sehari, juga pada keluarga tidak mampu sebesar 95% untuk frekuensi 3x sehari. Setengah dari populasi dunia termasuk hampir seluruh Asia Tenggara dan Asia Timur merupakan konsumen nasi. Kebutuhan kalori sebaiknya berasal dari karbohidrat yaitu sekitar 55%, dari lemak 2025%, dan dari protein sekitar 10-15%. Menurut Almatsier (2001), peran utama karbohidrat di dalam tubuh adalah menyediakan glukosa bagi sel-sel tubuh yang kemudian diubah menjadi energi. Sumber protein hewani yang secara umum dikonsumsi keluarga mampu adalah ikan basah sebesar 30% untuk frekuensi 3x sehari, telur 52% untuk frekuensi 1x sehari, ayam 53% untuk frekuensi 2x sehari, keluarga lebih memilih ayam dari pada daging lainnya karena harganya relatif lebih murah dan mudah didapat di pasaran. Tahu/tempe, merupakan sumber protein nabati yang juga banyak dikonsumsi keluarga yaitu sebesar 79% untuk frekuensi 1x sehari. Tahu/tempe biasa dikonsumsi keluarga sebagai lauk tambahan bukan sebagai lauk utama. Sumber protein hewani yang secara umum dikonsumsi keluarga tidak mampu adalah ikan teri sebesar 45% untuk frekuensi 1x sehari, telur 73% untuk frekuensi 1x sehari. Konsumsi ikan basah dan ayam dalam frekuensi 1x seminggu. Hal ini terjadi karena harga ikan basah dan ayam juga jenis daging lebih mahal dibandingkan dengan sumber protein lainnya. Sumber protein nabati yaitu dari tahu/tempe sebesar 54%, 3x sehari. Tahu/tempe banyak dikonsumsi keluarga dikarenakan harganya relatif murah dan dapat dijangkau semua keluarga dan dijadikan sebagai lauk utama.. Bahan makanan sumber protein biasanya lebih tinggi harganya dibandingkan dengan sumber makanan non protein. Untuk protein hewani juga lebih tinggi harganya dibandingkan dengan bahan Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
42 makanan non protein, juga dibandingkan dengan protein nabati (tahu dan tempe). Menurut Suharjo (1993) dikemukakan bahwa protein mempunyai fungsi yang unik pada tubuh seperti menyediakan bahan-bahan yang penting peranannya untuk pertumbuhan dan memelihara jaringan tubuh, bekerja sebagai pengatur kelangsungan proses dalam tubuh, memberikan tenaga jika keperluannya tidak dapat dipenuhi oleh karbohidrat dan lemak. Protein merupakan zat penting bagi semua jaringan tubuh yang fungsi utamanya sebagai zat pembangun atau pertumbuhan jaringan-jaringan tubuh sehingga apabila seseorang kekurangan protein akan mengakibatkan proses metabolisme dalam tubuh tidak normal. Untuk sumber vitamin dan mineral dari sayuran, yang paling banyak atau sering dikonsumsi pada keluarga mampu adalah tomat (100%, 3x sehari), bayam (37%, 2x sehari), kangkung (37%, 2x sehari), dan sayur lodeh (21%, 2x sehari). Sedangkan pada keluarga tidak mampu, yang paling banyak atau sering dikonsumsi adalah tomat (100%, 3x sehari), wortel (34%, 3x sehari), kangkung (21%, 3x sehari), terong dan kol (36%, 2x sehari), serta daun ubi (34%, 2x sehari) dan sawi (34%, 2x sehari). Kebanyakan dari keluarga mampu mendapatkan sayuran dengan cara membeli di pasar dan ada juga yang ditanam di pekarangan rumah, sedangkan keluarga tidak mampu mengkonsumsi sayuran dari hasil kebun sendiri dan juga dari hasil jualan yang tidak habis terjual. Kontribusi suatu jenis makanan terhadap kandungan vitamin makanan bergantung jumlah vitamin yang semula terdapat dalam makanan tersebut dan jumlah yang rusak kehilangan vitamin dalam pemasakan dapat dicegah dengan cara menggunakan suhu yang tidak terlalu tinggi, memasak tidak terlalu lama, menggunakan air pemasak yang sedikit, memotong dengan pisau tajam, memasak ditutup dan tidak menggunakan alkali dalam pemasakan.
Sayuran
merupakan sumber vitamin A, vitamin C, asam folat, magnesium, kalium, dan serat. Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
43 Sayuran yang berwarna hijau kaya akan kalsium, zat besi dan asam folat, contohnya kangkung, daun singkong, daun kacang dan daun katuk. Semakin hijau warna daun sayur, semakin kaya akan zat gizi (Almatsier, 2001). Sumber vitamin dan mineral dari buah-buahan, yang paling sering dikonsumsi pada keluarga mampu adalah jeruk manis (49%, 1x sehari), pisang (42%, 1x sehari), jambu biji (42%, 1x sehari), apel (27%, 1x sehari) dan pepaya (27%, 1x sehari). Sedangkan pada keluarga tidak mampu, buah-buahan yang paling sering dikonsumsi adalah jeruk manis (41%, 1x sehari), pisang (71%, 1x sehari) dan jambu biji (27%, 1x sehari). Jenis buah yang disajikan pada keluarga mampu jika dilihat dari harganya ada perbedaan dengan keluarga tidak mampu. Misalnya apel, keluarga tidak mampu jarang sekali, bahkan tidak pernah sama sekali menyedikan di keluarga. Kalaupun pernah itu karena ada yang memberikan. Mengkonsumsi buah sangat diperlukan untuk memenuhi vitamin C dan karoten atau provitamin A, dan mineral (zat kalsium, pospor, kalium, natrium, zat besi dan zat mineral lainnya) dalam jumlah kecil. Buah-buahan tersebut mudah didapat dan harganya masih terjangkau. Buah-buahan yang dihidangkan sebagai makanan penutup atau hidangan terakhir dari suatu jamuan makan sehari-hari yang sering disebut dengan istilah pencuci mulut. Hal ini mungkin karena buah-buahan itu dapat menetralkan rongga mulut setelah makan nasi dengan berbagai macam lauk-pauk dengan aneka rasa dan bau. Selain sebagai makanan penutup, buah-buahan juga dimasak atau diolah menjadi makanan kecil atau jajanan. Keluarga mampu yang mengkonsumsi susu sebesar 49% untuk frekuensi 1x sehari, dan yang sering mengkonsumsi susu adalah bayi dan balita. Sedangkan pada keluarga tidak mampu yang mengkonsumsi susu dengan frekuensi yang kecil karena harganya yang relatif mahal dan kurang terjangkau masyarakat, susu yang dikonsumsi Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
44 1x sehari sebanyak sebesar 9%, dikarenakan keluarga mempunyai balita. Dalam hal ini baik keluarga mampu maupun keluarga tidak mampu tidak terlalu menyukai susu. Misalnya pada keluarga mampu, anggota keluarga tidak suka minum susu disamping karena alasannya bau, juga takut gemuk jadi mereka lebih memilih minumanminuman kemasan yang tanpa disadari minuman itulah yang dapat mengganggu kesehatan. Untuk mengatasi hal ini, saat ini telah ada produk susu kedelai yang relatif murah dan tinggi kalsium. Makanan pelengkap/selingan yang paling sering dikonsumsi adalah kue/roti, burger dan roti bakar sebesar 38%, 1x sehari, nasi goreng dan fried chicken sebesar 35%, 1x sehari. Konsumsi bakso, cendol dan pecal juga banyak dalam frekuensi 1x seminggu. Makanan pelengkap/ selingan yang paling sering dikonsumsi adalah kue/roti (18%, 1x sehari ),dan mie goreng (38%, 1x sehari ). 5.1.2. Keluarga Hanya Makanannya Konsumsi
yodium
Menggunakan
ini
sangat
Garam
penting,
Beryodium
mengingat
Memasak
fungsinya
dalam
metabolisme tubuh seperti pembentukan hormon tiroid yang berguna untuk mengatur suhu tubuh, reproduksi, pembentukan sel darah merah serta fungsi otot dan saraf. Selain itu yodium juga berperan dalam pengubahan karoten (bentuk tidak aktif vitamin A) menjadi vitamin A (Anonymous, 2008). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada keluarga mampu dan keluarga tidak mampu seluruhnya menggunakan garam beryodium. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa keluarga sudah mengenal garam beryodium dan mengerti kegunaan yodium dalam tubuh. Pada keluarga mampu lebih banyak mengkonsumsi jenis dolpin (62,0%), dan paling sedikit jenis AA, sebesar 5,6%. Sedangkan pada keluarga tidak mampu yang paling banyak mengkonsumsi jenis segitiga biru sebesar Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
45 46,4%, dan yang paling sedikit jenis dolpin sebesar 14,3%. Hal ini terjadi dipengaruhi oleh tingkat pendapatan, yaitu harga garam jenis dolpin lebih mahal dibandingkan dengan jenis lain, karena kandungan yodium pada jenis dolpin lebih tinggi. Dari hasil penelitian ini juga dapat dilihat bahwa pada keluarga tidak mampu ada yang mengkonsumsi garam jenis dolpin yang artinya keluarga lebih peduli terhadap pemenuhan yodium bagi kesehatan. 5.1.3. Keluarga Mendukung Ibu Melahirkan Untuk Memberikan ASI Esklusif Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada keluarga mampu yang memberikan ASI Esklusif sebesar 74,6 %, dan yang tidak memberikan sebesar 25,4 %. Sedangkan pada keluarga tidak mampu yang memberikan ASI Esklusif sebanyak 76,8%, dan yang tidak memberikan sebesar 23,2%. Pada dasarnya bayi harus mendapatkan ASI mulai lahir sampai batas usia 6 bulan ASI eksklusif. Hasil penelitian (tabel 4.8) menunjukkan bahwa pada keluarga mampu yang paling sedikit adalah yang memberikan ASI Esklusif sampai usia ≥ 6 bulan sebesar memberikan < 6 bulan sebesar 32,4%. Sedangkan
42,3%, dan yang
pada keluarga tidak mampu
sebagian besar memberikan ASI Esklusif usia ≥ 6 bulan sebesar 39,3%, dan yang memberikan < 6 bulan sebesar 37,5%. Manfaat ASI antara lain memberikan zat kekebalan tubuh pada bayi. Karena ASI terutama kolostrum kaya akan IgA suatu zat kekebalan tubuh. Pemberian ASI eksklusif juga bisa mencegah alergi pada bayi, mencegah obesitas anak dan tentu saja murah. Bahkan menurut sebuah penelitian yang diterbitkan American Journal Clinical Nutrition Nopember 2006, pemberian ASI menurunkan risiko diabetes di kemudian hari (Anonymous, 2008). Hasil penelitian menunjukkan pada keluarga mampu dan keluarga tidak mampu yang paling banyak adalah alasan ibu bekerja sebesar 22,5%, dan 25,0%. Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
46 Untuk mengatasi hal tersebut disarankan ibu untuk memerah ASI dan ditinggalkan di rumah, agar bayi tetap mendapatkan ASI Eksklusif. ASI yang diperah dapat disimpan dalam wadah atau botol steril yang tertutup rapat. ASI perah dapat dibiarkan dalam suhu kamar (kurang lebih 19-25 oC) selama kurang lebih 6-8 jam. Perlu diperhatikan bahwa suhu tempat penyimpanan harus stabil (Anonymous, 2007).
5.1.4. Keluarga Biasa Sarapan Pagi Hasil penelitian (tabel 4.9) menunjukkan bahwa pada keluarga mampu yang makan pagi sebesar 85,9%, kadang-kadang 8,5%, dan yang tidak sebesar 5,6%. Sedangkan pada keluarga tidak mampu yang makan pagi sebesar 92,9%, kadangkadang sebanyak 3,6%, dan yang tidak sebesar 3,6%. Hal ini terjadi karena adanya uang jajan setiap hari sehingga tidak selera makan pagi, buru-buru untuk berangkat kerja/tidak ada waktu. Sedangkan pada keluarga tidak mampu yang jarang diberikan uang saku, sehingga harus makan dari rumah walau hanya nasi saja. Kebiasaan makan pagi inilah yang sering diabaikan dengan alasan tidak ada waktu atau takut terlambat, terutama anak sekolah. Padahal menurut penelitian yang dilakukan oleh Pollit pada tahun 1998 menyebutkan bahwa anak sekolah usia 9-11 tahun yang tidak sarapan kemudian diberikan beberapa test, ternyata memiliki banyak kesalahan, memilik stimulus yang lebih lambat dan memiliki recall memory yang lebih lambat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alasan keluarga kadang-kadang makan pagi pada keluarga mampu yang alasannya tidak ada waktu, buru-buru sebesar 2,8%, dan yang tidak selera makan sebesar 5,6%, sedangkan pada keluarga tidak mampu yang alasannya tidak ada waktu, buru-buru sebesar 1,8%, dan yang tidak selera makan sebesar 1,8%. Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
47 Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa alasan keluarga tidak makan pagi pada keluarga mampu yang alasannya tidak biasa dengan makan pagi sebesar 5,6%, sedangkan pada keluarga tidak mampu yang alasannya tidak biasa dengan makan pagi sebesar 1,8%, dan yang tidak ada waktu menyediakan sebesar 1,8%. Hal ini disebabkan kadang orangtua terlalu sibuk sehingga sering tidak menyediakan makanan, dan juga melihat ibu yang sering terburu-buru memberikan makan kepada anaknya. Saat memberikan makan mereka kadang sudah mengenakan pakaian kerja kantoran, dalam kondisi demikian, biasanya anak menjadi malas dan mulai berulah. Untuk mencegah alasan tidak ada waktu, bahan-bahan mentah yang diperlukan untuk sarapan boleh disiapkan malam hari sebelumnya. Ini akan mengurangi kerepotan saat mengolah menu sarapan di pagi harinya. Sajikan sarapan pagi dengan menu yang sederhana tetapi mengandung unsur gizi yang diperlukan tubuh, mulai dari protein, kalori, sampai vitamin (Anonymous, 2007). 5.2. Tingkat Penerapan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi). Hasil penelitian (tabel 4.10) menunjukkan tingkat penerapan Kadarzi pada keluarga mampu yang tingkat penerapan pedoman umum gizi seimbang( konsumsi aneka ragam makanan, penggunaan garam beryodium, pemberian ASI Eksklusif, kebiasaan makan pagi) yang baik 98,6%, dan sedang sebesar 1,8%, sedangkan pada keluarga tidak mampu yang tingkat penerapannya baik sebesar 91,1%, dan yang tingkat penerapannya sedang sebesar 8,9%. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa keluarga mampu dan keluarga tidak mampu sama-sama menerapkan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi), tetapi keluarga mampu lebih menerapkannya yaitu dalam hal penyediaan makanan, penggunaaan garam beryodium, pemberian ASI Eksklusif, dan kebiasaan makan pagi. Tingkat penerapan Kadarzi antara keluarga mampu dan tidak mampu ini tidak terlalu jauh perbedaannya. Hal itu dapat dilihat perbedaannya dari Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
48 jenis makanan yang disajikan (keanekaragaman makanan yang dikonsumsi), yang terbukti bahwa pada keluarga mampu telah menyajikan jenis
makanan yang
beranekaragam dibanding dengan pada keluarga tidak mampu. Garam yodium yang digunakan lebih banyak menggunakan merek dolpin yang kaya yodium dengan harga lebih tinggi, pemberian ASI eksklusif, dan kebiasaan makan pagi. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa Kadarzi sudah mulai memasyarakat dan sudah diterapkan dalam keluarga. Seperti halnya, dari hasil penelitian yang dilakukan Syarifah (2003), tentang perilaku kader posyandu dalam penerapan 13 pesan gizi seimbang dapat diketahui bahwa sebagian besar responden rata-rata makan 3 kali dalam sehari; jenis makanan yang disajikan adalah nasi, lauk-pauk, sayur-sayuran, dan buah-buahan; jenis sayuran yang sering dikonsumsi adalah sayuran hijau; selalu menggunakan garam beryodium; memberikan ASI sampai bayi usia 4 bulan dan selalu memberikan sarapan pagi. Terjadinya perbedaan penerapan Kadarzi pada keluarga mampu dan tidak mampu ini disebabkan karena tingkat pendapatan keluarga. Hasil penelitian yang dilakukan Priany (2003), menunjukkan bahwa adanya hubungan antara tingkat pendapatan keluarga dengan kebiasaan makan keluarga mempunyai hubungan yang signifikan dengan nilai P= 0,009 (P>0,05) yang artinya kebiasaan makan keluarga dengan kategori lengkap (empat sehat lima sempurna) lebih besar pada kelompok responden dengan tingkat pendapatan yang berada pada kategori tinggi. Peningkatan pendapatan jelas merupakan senjata yang ampuh untuk memperbaiki gizi, dan pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi.
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
49
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan penjelasan pada bab pembahasan, maka dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut: 1. Dalam penyajian makanan, jenis makanan yang disajikan keluarga mampu dalam kategori lengkap (nasi, lauk-pauk, sayur-sayuran dan buah-buahan dalam frekuensi 3x sehari) yaitu sebesar 86% dalam kategori sedang (nasi, lauk-pauk, dan sayur-sayuran atau nasi dan ikan saja dalam frekuensi kurang dari 3x sehari) sebesar 14%, sedangkan pada keluarga tidak mampu jenis makanan yang disajikan dalam kategori lengkap sebesar 95%, dan dalam kategori sedang sebesar 5%. Hal ini terjadi karena anggota keluarga ada yang tidak suka dengan buah dan sayuran, ada juga yang menyukai sayuran tertentu saja. 2. Keluarga mampu lebih menyajikan makanan yang beranekaragam dibandingkan dengan jenis makanan yang disajikan dalam keluarga tidak mampu yaitu makanan pokok, lauk-pauk, sayur-sayuran, buah-buahan dan jenis makanan selingan. 3. Ada kesamaan antara keluarga mampu dan tidak mampu yaitu sama-sama mengkonsumsi garam beryodium, tetapi jika dibandingkan dari jenis garam yang
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
50 dikonsumsi, keluarga mampu lebih memilih merek dolpin yang kaya yodium dan relatif lebih mahal dari jenis garam merek lainnya. 4. Dalam pemberian ASI saja sampai usia 6 bulan keluarga tidak mampu lebih menerapkan dibanding dengan keluarga mampu, hal ini terjadi karena ibu bekerja dan diberi susu formula dan MP-ASI. 5. Kebiasaan makan pagi lebih diterapkan pada keluarga tidak mampu(92,9%) daripada keluarga mampu (85,9%). Hal ini terjadi karena adanya uang jajan setiap hari sehingga tidak selera makan pagi, buru-buru untuk berangkat kerja/tidak ada waktu. Sedangkan pada keluarga tidak mampu yang jarang diberikan uang saku, 49 sehingga harus makan dari rumah walau hanya nasi saja. 6. Tingkat penerapan Kadarzi pada keluarga mampu sebesar 98,6% dan keluarga tidak mampu sebesar 91,1%, Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan Kadarzi pada keluarga mampu tidak terlalu jauh perbedaannya secara kuantitas dibandingkan dengan penerapan Kadarzi pada keluarga tidak mampu. 6.2. Saran 1. Kepada keluarga diharapkan agar tetap mempertahankan dan meningkatkan penerapan Kadarzi
dalam keluarga. Makanan sehat dan bergizi tidak hanya
didapatkan dari makanan yang mahal, tetapi dari makanan yang murah juga banyak mengandung zat gizi. 2. Diharapkan juga kepada keluarga agar menyajikan makanan yang beranekaragam dan lebih dini mengenalkan jenis-jenis makanan kepada anggota keluarga, karena tidak ada satupun makanan yang memenuhi semua zat gizi, harus dikombinasikan dari beberapa jenis makanan. 3. Kepada petugas kesehatan diharapkan agar lebih mensosialisasikan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) pada masyarakat untuk memudahkan dalam penerapannya dalam Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
51 upaya peningkatan gizi di wilayah ini.
DAFTAR PUSTAKA Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Almatsier, S. 2005. Penuntun Diet, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Anonymous, 2007. Mengenal 13 Pedoman Umum Gizi Seimbang, www. gizi. net. Anonymous, 2008. ASI dan Ibu Bekerja, www. gizi.net. Budianto, J, dkk. 1998. Strategi Menuju Perilaku Makan Sehat Dan Implikasinya Pada Perencanaan Ketersediaan Pangan, Widya Karya Nasional Pangan Dan Gizi, Bina Kerjasama Iptek LIPI, Jakarta. Departemen Kesehatan RI, 1995. Panduan 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang, Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Jakarta. ----------------------------------, 1998. Keluarga Mandiri Sadar Gizi, Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat, Direktorat Gizi Masyarakat, Jakarta. ----------------------------------, 2004. Keluarga Sadar Gizi, Direktorat Gizi masyarakat Jakarta. Dinas Kesehatan Sumut, 2001. Bekalku Membina Keluarga Sadar Gizi, Medan. ----------------------------, 2006. Rencana Aksi Pangan Dan Gizi Sumut 2006-2010, Medan Effendy, N. 2000. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Khumaidi, M. 1994. Gizi Masyarakat, PT Gunung Mulia, Jakarta. Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
52 Lisdiana, 1998. Waspada Terhadap Kelebihan Dan Kekurangan Gizi, PT Trubus Agriwidya, Bandar Lampung. Luciasari, dkk, 1996. Menjaga Kesehatan Balita, Puspa Swara, Jakarta. Notoatmodjo, S. 1993, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta. Priany, Henny. 2002, Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kebiasaan Makan Empat Sehat Lima Sempurna Pada Keluarga Di Kelurahan tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Kota Medan Tahun 2002, Skripsi FKM USU. Santoso, S. 1999. Kesehatan Gizi, Rineka Cipta, Jakarta. Sayono, S. 2006. Gizi Remaja Putri, Fakultas Kesehatan Universitas Indonesia. Setiyono, B. 1996. Menu Gizi Seimbang, Balai Pustaka, Jakarta. Soekirman, 2000, Ilmu Gizi Dan Aplikasinya Untuk Keluarga Dan Masyarakat, Direktorat jenderal Pendidikan tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Soemitro, S, dan Tjiptoherijanto, P. 2002. Kemiskinan Dan Ketidakmerataan Di Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta. Supariasa, 2001. Penilaian Status Gizi, EGC, Jakarta Syarifah, S. 2003. Perilaku Kader Posyandu Dalam Penerapan 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Di Kelurahan Pahlawan Kecamatan Medan Perjuangan, Skripsi FKM USU.
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
53
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
54 Kuesioner: KAJIAN PENERAPAN KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) PADA KELUARGA MAMPU DI KELURAHAN MANGGA DAN TIDAK MAMPU DI KELURAHAN SIMALINGKAR B KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN TAHUN 2009
No Daftar Pertanyaan A. Daftar Identitas Responden Data Umum Responden 1. Nama 2. Umur 3. Pendapatan 4.
Pekerjaan
Jawab
Kode
Nilai
a. < Rp 822.205 b. ≥ Rp 822.205 a. Buruh/ petani b. pedagang/ wiraswasta c. PNS d. Lainnya (sebutkan)
B. Data Tindakan Responden 1. Apakah anda selalu menyajikan a. Ya makanan dalam keluarga anda? b. Kadang-kadang c. Tidak 2.
3.
4.
5.
6.
Jika ya, dalam menyajikan makanan a. Nasi, lauk- pauk, jenis makanan apa saja yang selalu sayur- sayuran dan disajikan dalam keluarga anda? buah- buahan b. Nasi, lauk-pauk dan sayur- sayuran c. Nasi dan lauk- pauk Jika kadang-kadang, dalam menyajikan a. Nasi, lauk-pauk, makanan apa saja yang disajikan dalam sayur-sayuran,dan keluarga anda? buah-buahan b. Nasi,lauk-pauk, dan sayur-sayuran c. Nasi dan lauk-pauk Jika kadang-kadang, apa alasannya? a. Tidak ada waktu, sibuk dengan pekerjaan b. kebiasaan konsumsi makanan siap saji c. Lain-lain Jika tidak, apa alasannya? a. Tidak ada uang b. Malas menyediakan c. Lain-lain Apakah setiap hari keluarga anda a. Ya selalu makan sayur? b. Kadang-kadang c. Tidak
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
55 7.
8.
9.
10.
11. 12. 13. 14. 15.
16.
17. 18.
19.
Jika ya, jenis sayuran apa yang sering a. Sayuran dikonsumsi dalam keluarga anda? hijau,kuning, dan buah b. Sayuran hijau dan kuning c. Sayuran hijau Jika kadang-kadang, jenis sayuran apa a. Sayuran yang sering dikonsumsi dalam hijau,kuning, dan buah keluarga anda? b. Sayuran hijau dan kuning c. Sayuran hijau Jika kadang-kadang, apa alasannya? a. Tidak ada waktu, sibuk dengan pekerjaan b. Anggota keluarga suka makan sayuran tertentu c. Lain-lain Jika tidak, apa alasannya? a. Tidak ada uang b. Anggota keluarga tidak suka makan sayur c. Lain-lain Apakah dalam keluarga anda a. Ya menggunakan garam beryodium? b. Kadang-kadang c. Tidak Jenis garam beryodium apa yang a. Dolpin keluarga anda gunakan? b. Segitiga biru c. Lain-lain Apakah anda memberikan ASI saat a. Ya anda mempunyai bayi? b. Tidak Jika ya, sampai usia berapa anda a. ≥ 6 bulan memberikan ASI saja? b. < 6 bulan Jika jawaban tidak, apa alasannya? a. Tidak ada ASI b. Bayi tidak mau menyusu c. Ibu tidak mau memberikan ASI Jika < 6 bulan apa alasannya? a. Diberi susu formula dan MP-ASI b. Ibu bekerja c. Lain-lain Apakah keluarga anda selalu makan a. Ya pagi? b. Kadang-kadang c. Tidak Jika tidak, apa alasannya? a. Tidak biasa dengan makan pagi b. Tidak ada yang menyediakan c. Lain-lain Jika kadang-kadang, apa alasannya? a. Tidak ada waktu, buru-buru b. Tidak selera c. Lain-lain
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
56
Kuesioner Kebiasaan Makan Keluarga Food Frekuensi Tanggal wawancara dilaksanakan Nomor Responden Nama Responden
Jenis Makanan Makanan Pokok
: : :
Food Frekuency Quesionare (FFQ) Frekuensi 1x 2x 3x 1x 1x Jarang Tidak sehari sehari sehari seminggu sebulan Pernah
- Nasi - Jagung - Ubi kayu/ singkong - Umbi- umbian -…………………. Lauk pauk - Daging -Ikan basah - Telur - Ikan Asin - Ikan Teri - Ayam - Tahu/ tempe ……………………….. Sayur- sayuran - Bayam - Kangkung - Daun papaya - Daun ubi - Nangka muda (gori) - Kacang panjang - Sawi - Wortel - Terong - Kol -Kecipir -Tomat - Sayur lodeh ………………………
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
57
Buah- buahan - Alpokat - Apel - Jeruk manis -Pisang - Pepaya - Mangga - Nenas - Nangka - Belimbing - Jambu biji - Jambu air ……………………… Makanan pelengkap/ selingan - Susu - Bakso - Cendol - Kolak - Pisang goreng - Ubi rebus -Kue/ roti - Mie goreng - Nasi goreng - Fried chicken - Burger - Roti bakar - Pisang bakar - Pecal -……………………..
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
58
Out-Put Keluarga Mampu Frequency Table responden yang selalumenyajikan makanan
Valid
ya=3 kadang-kadang=2 Total
Frequency 61 10 71
Percent 85.9 14.1 100.0
Cumulative Percent 85.9 100.0
Valid Percent 85.9 14.1 100.0
makanan yang disajikan responden
Valid
0 nasi,lauk-pauk,sayur, dan buah=3 nasi,lauk-pauk,sayur=2 nasi dan lauk=1 Total
Frequency 10
Percent 14.1
Valid Percent 14.1
Cumulative Percent 14.1
34
47.9
47.9
62.0
21 6 71
29.6 8.5 100.0
29.6 8.5 100.0
91.5 100.0
kadang-kadang menyajikan makanan
Valid
0 nasi,lauk-pauk,sayursayuran, dan buah-buahan=3 nasi, lauk-pauk, dan sayur-sayuran=2 Total
Frequency 61
Percent 85.9
Valid Percent 85.9
Cumulative Percent 85.9
5
7.0
7.0
93.0
5
7.0
7.0
100.0
71
100.0
100.0
alasan responden kadang-kadang menyajikan makanan
Valid
0 tidak ada waktu, sibuk dengan pekerjaan=3 kebiasaan konsumsi makanan siap saji=2 Total
Frequency 61
Percent 85.9
Valid Percent 85.9
Cumulative Percent 85.9
5
7.0
7.0
93.0
5
7.0
7.0
100.0
71
100.0
100.0
alasan responden tidak menyajikan makanan
Valid
0
Frequency 71
Percent 100.0
Valid Percent 100.0
Cumulative Percent 100.0
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
59
responden yang selalu menyediakan sayur
Valid
ya=3 kadang-kadang=2 tidak=1 Total
Percent 69.0 14.1 16.9 100.0
Frequency 49 10 12 71
Cumulative Percent 69.0 83.1 100.0
Valid Percent 69.0 14.1 16.9 100.0
sayuran yang disajikan responden
Valid
0 sayuran hijau,kuning,dan buah=3 sayuran hijau dan kuning=2 sayuran hijau=1 Total
Frequency 22
Percent 31.0
Valid Percent 31.0
Cumulative Percent 31.0
33
46.5
46.5
77.5
11
15.5
15.5
93.0
5 71
7.0 100.0
7.0 100.0
100.0
responden yang kadang-kadang menyajikan sayuran
Valid
0 sayuran hijau, kuning, dan sayuran buah=3 sayuran hijau dan kuning=2 sayuran hijau=1 Total
Frequency 61
Percent 85.9
Valid Percent 85.9
Cumulative Percent 85.9
3
4.2
4.2
90.1
4
5.6
5.6
95.8
3 71
4.2 100.0
4.2 100.0
100.0
alasan responden kadang-kadang menyajikan sayur
Valid
0 tidak ada waktu=3 anggota keluarga suka sayuran tertentu=2 Total
Frequency 61 4
Percent 85.9 5.6
Valid Percent 85.9 5.6
Cumulative Percent 85.9 91.5
6
8.5
8.5
100.0
71
100.0
100.0
alasan responden tidak menyediakan sayur
Valid
0 anggota keluarga tidak suka makan sayur=2 Total
Frequency 59
Percent 83.1
Valid Percent 83.1
Cumulative Percent 83.1
12
16.9
16.9
100.0
71
100.0
100.0
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
60
responden menggunakan garam beryodium
Valid
ya=3
Frequency 71
Percent 100.0
Cumulative Percent 100.0
Valid Percent 100.0
jenis garam yodium yang dikonsumsi responden
Valid
Frequency 44 23 4 71
dolpin=3 segitiga biru=2 lain-lain=1 Total
Percent 62.0 32.4 5.6 100.0
Valid Percent 62.0 32.4 5.6 100.0
Cumulative Percent 62.0 94.4 100.0
responden yang memberikan ASI pada bayi
Valid
ya=2 3 Total
Frequency 53 18 71
Percent 74.6 25.4 100.0
Valid Percent 74.6 25.4 100.0
Cumulative Percent 74.6 100.0
usia bayi diberikan ASI
Valid
0 >=6bulan=2 < 6bulan=1 Total
Frequency 18 30 23 71
Percent 25.4 42.3 32.4 100.0
Cumulative Percent 25.4 67.6 100.0
Valid Percent 25.4 42.3 32.4 100.0
alasan tidak memberikan ASI
Valid
0 tidak ada ASI=3 bayi tidak mau menyusu=2 Total
Frequency 53 10
Percent 74.6 14.1
Valid Percent 74.6 14.1
Cumulative Percent 74.6 88.7
8
11.3
11.3
100.0
71
100.0
100.0
alasan <6bulan memberikan ASI
Valid
0 Diberi susu formula dan MP-ASI=3 ibu bekerja=2 Total
Frequency 48
Percent 67.6
Valid Percent 67.6
Cumulative Percent 67.6
7
9.9
9.9
77.5
16 71
22.5 100.0
22.5 100.0
100.0
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
61
keluarga yang selalu makan pagi
Valid
ya=3 kadang-kadang=2 tidak=1 Total
Frequency 61 6 4 71
Percent 85.9 8.5 5.6 100.0
Cumulative Percent 85.9 94.4 100.0
Valid Percent 85.9 8.5 5.6 100.0
alasan responden tidak makan pagi
Valid
0 tidak biasa dengan makan pagi=3 Total
Frequency 67
Percent 94.4
Valid Percent 94.4
Cumulative Percent 94.4
4
5.6
5.6
100.0
71
100.0
100.0
alasan kadang-kadang makan pagi
Valid
0 tidak ada waktu, buru-buru=3 tidak selera makan=2 Total
Frequency 65
Percent 91.5
Valid Percent 91.5
Cumulative Percent 91.5
2
2.8
2.8
94.4
4 71
5.6 100.0
5.6 100.0
100.0
nilai total responden
Valid
baik(>11) sedang(6-11) Total
Frequency 70 1 71
Percent 98.6 1.4 100.0
Valid Percent 98.6 1.4 100.0
Cumulative Percent 98.6 100.0
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
62
Out-Put Keluarga Tidak Mampu Frequency Table responden yang selalu menyediakan makanan
Valid
ya=3 kadang-kadang=2 tidak=1 Total
Frequency 47 7 2 56
Percent 83.9 12.5 3.6 100.0
Cumulative Percent 83.9 96.4 100.0
Valid Percent 83.9 12.5 3.6 100.0
makanan yang disajikan keluarga
Valid
0 nasi, lauk-pauk,sayuran dan buah-buahan=3 nasi, lauk-pauk dan sayuran=2 nasi dan lauk-pauk=1 Total
Frequency 9
Percent 16.1
Valid Percent 16.1
Cumulative Percent 16.1
13
23.2
23.2
39.3
16
28.6
28.6
67.9
18 56
32.1 100.0
32.1 100.0
100.0
makanan yang kadang-kadang disajikan responden
Valid
0 nasi, lauk-pauk, dan sayur-sayuran=2 nasi dan lauk-pauk=1 Total
Frequency 49
Percent 87.5
Valid Percent 87.5
Cumulative Percent 87.5
5
8.9
8.9
96.4
2 56
3.6 100.0
3.6 100.0
100.0
alasan responden menyajikan kadang-kadang
Valid
0 tidak ada waktu, sibuk dengan pekerjaan=3 kebiasaan konsumsi makanan siap saji=2 Total
Frequency 49
Percent 87.5
Valid Percent 87.5
Cumulative Percent 87.5
2
3.6
3.6
91.1
5
8.9
8.9
100.0
56
100.0
100.0
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
63
alasan responden tidak menyajikan makanan
Valid
Frequency 55 1 56
0 tidak ada uang=3 Total
Percent 98.2 1.8 100.0
Cumulative Percent 98.2 100.0
Valid Percent 98.2 1.8 100.0
responden yang selalu menyediakan sayuran
Valid
Frequency 19 17 20 56
ya=3 kadang-kadang=2 tidak=*1 Total
Percent 33.9 30.4 35.7 100.0
Cumulative Percent 33.9 64.3 100.0
Valid Percent 33.9 30.4 35.7 100.0
sayuran yang disajikan responden
Valid
0 sayuran hijau, kuning dan buah=3 sayuran hijau dan kuning=2 sayuran hijau=1 Total
Frequency 37
Percent 66.1
Valid Percent 66.1
Cumulative Percent 66.1
13
23.2
23.2
89.3
3
5.4
5.4
94.6
3 56
5.4 100.0
5.4 100.0
100.0
responden yang menyajikan sayuran kadang-kadang
Valid
0 sayuran hijau dan kuning=2 sayuran hijau=1 Total
Frequency 39
Percent 69.6
Valid Percent 69.6
Cumulative Percent 69.6
8
14.3
14.3
83.9
9 56
16.1 100.0
16.1 100.0
100.0
alasan responden kadang-kadang menyajikan sayuran
Valid
0 tidak ada waktu, sibuk dengan pekerjaan=3 anggota keluarga suka sayuran tertentu=2 Total
Frequency 39
Percent 69.6
Valid Percent 69.6
Cumulative Percent 69.6
7
12.5
12.5
82.1
10
17.9
17.9
100.0
56
100.0
100.0
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
64
alasan responden tidak menyediakan sayuran
Valid
0 tidak ada uang=3 anggota keluarga tidak suka makan sayur=2 Total
Frequency 36 7
Percent 64.3 12.5
Valid Percent 64.3 12.5
Cumulative Percent 64.3 76.8
13
23.2
23.2
100.0
56
100.0
100.0
responden menggunakan garam beryodium
Valid
ya=3
Frequency 56
Percent 100.0
Cumulative Percent 100.0
Valid Percent 100.0
jenis garam yadium yang dikonsumsi responden
Valid
dolpin=3 segitiga biru=2 lain-lain=1 Total
Frequency 8 26 22 56
Percent 14.3 46.4 39.3 100.0
Valid Percent 14.3 46.4 39.3 100.0
Cumulative Percent 14.3 60.7 100.0
usia bayi diberikan ASI
Valid
0 >=6 bulan=2 < 6 bulan=1 Total
Frequency 13 22 21 56
Percent 23.2 39.3 37.5 100.0
Valid Percent 23.2 39.3 37.5 100.0
Cumulative Percent 23.2 62.5 100.0
alasan tidak memberikan ASI
Valid
0 tidak ada ASI=3 bayi tidak mau menyusu=2 ibu tidak mau memberikan ASI=1 Total
Frequency 43 10
Percent 76.8 17.9
Valid Percent 76.8 17.9
Cumulative Percent 76.8 94.6
2
3.6
3.6
98.2
1
1.8
1.8
100.0
56
100.0
100.0
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
65
alasan responden memberikan ASI usia <6 bulan
Valid
0 diberi susu formula dan MP-ASI=3 ibu bekerja=2 Total
Frequency 35
Percent 62.5
Valid Percent 62.5
Cumulative Percent 62.5
7
12.5
12.5
75.0
14 56
25.0 100.0
25.0 100.0
100.0
keluarga yang selalu makan pagi
Valid
ya=3 kadang-kadang=2 tidak=1 Total
Frequency 52 2 2 56
Percent 92.9 3.6 3.6 100.0
Valid Percent 92.9 3.6 3.6 100.0
Cumulative Percent 92.9 96.4 100.0
alasan responden tidak makan pagi
Valid
0 tidak biasa dengan makan pagi=3 tidak ada waktu menyediakan=2 Total
Frequency 54
Percent 96.4
Valid Percent 96.4
Cumulative Percent 96.4
1
1.8
1.8
98.2
1
1.8
1.8
100.0
56
100.0
100.0
alasan responden kadang-kadang makan pagi
Valid
0 tidak ada waktu, buru-buru=3 tidak selera=2 Total
Frequency 54
Percent 96.4
Valid Percent 96.4
Cumulative Percent 96.4
1
1.8
1.8
98.2
1 56
1.8 100.0
1.8 100.0
100.0
nilai total responden
Valid
baik(>11) sedang(6-11) Total
Frequency 51 5 56
Percent 91.1 8.9 100.0
Valid Percent 91.1 8.9 100.0
Cumulative Percent 91.1 100.0
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
66
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.
67
nama umur umurk pkrjaan pndapatn saji sajit saji1 saji1a 1 24 1 2 1 1 3 1 0 2 36 3 3 1 1 3 1 0 3 30 2 2 1 1 3 2 0 4 40 4 2 1 1 3 1 0 5 36 3 2 1 1 3 1 0 6 28 2 2 1 1 3 1 0 7 37 3 2 1 1 3 1 0 8 30 2 2 1 1 3 2 0 9 36 3 2 1 1 3 2 0 10 28 2 3 1 1 3 2 0 11 28 2 2 1 2 3 0 2 12 34 3 3 1 2 3 0 1 13 34 3 2 1 1 3 1 0 14 37 3 3 1 1 3 1 0 15 35 3 4 1 2 3 0 1 16 40 4 3 1 1 3 2 0 17 32 3 2 1 2 3 0 2 18 34 3 4 1 1 3 1 0 19 34 3 3 1 1 3 1 0 20 40 4 3 1 1 3 1 0 21 40 4 4 1 2 3 0 1 22 38 4 2 1 1 3 1 0 23 39 4 2 1 1 3 2 0 24 35 3 3 1 2 3 0 2 25 34 3 4 1 1 3 1 0 26 40 4 4 1 2 3 0 2 27 40 4 4 1 1 3 1 0 28 25 1 3 1 1 3 3 0 29 40 4 2 1 1 3 1 0 30 30 2 3 1 2 3 0 1 31 29 2 2 1 2 3 0 1 32 30 2 3 1 1 3 2 0 33 34 3 3 1 1 3 1 0 34 39 4 2 1 2 3 0 2 35 33 3 3 1 1 3 1 0 36 27 2 2 1 1 3 1 0 37 28 2 2 1 1 3 2 0 38 36 3 4 1 1 3 1 0 39 27 2 4 1 1 3 1 0 40 33 3 2 1 1 3 2 0 41 27 2 4 1 1 3 2 0 42 28 2 3 1 1 3 2 0 43 33 3 3 1 1 3 1 0 44 33 3 2 1 1 3 3 0 45 28 2 4 1 1 3 2 0 46 29 2 2 1 1 3 3 0 47 25 1 3 1 1 3 1 0 48 27 2 3 1 1 3 2 0 49 33 3 4 1 1 3 2 0 50 40 4 2 1 1 3 2 0 51 40 4 3 1 1 3 2 0 52 30 2 3 1 1 3 2 0 53 33 3 2 1 1 3 1 0 54Simanjuntak22: Kajian Penerapan 1 2 Sadar Gizi 1 (KADARZI) 1Pada Keluarga 3 Mampu Di 1Kelurahan 0 Esraida Keluarga Mangga Di Kelurahan Simalingkar Tahun 55Dan Tidak Mampu 35 3 4 B Kecamatan 1 Medan Tuntungan 1 3 2009, 2010.1 0 56 37 3 4 1 1 3 2 0 57 28 2 3 1 1 3 1 0 58 38 4 2 1 1 3 1 0 59 37 3 4 1 1 3 3 0
saji1b 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 1 0 0 1 0 2 0 0 0 1 0 0 2 0 2 0 0 0 1 1 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
68
Esraida Simanjuntak : Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Pada Keluarga Mampu Di Kelurahan Mangga Dan Tidak Mampu Di Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2009, 2010.