SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN TINDAKAN PERAWAT TERHADAP PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL DIRUANG RAWAT INAP 2A DAN RUANG BERSALIN DI RUMAH SAKIT SARI MUTIARA MEDAN TAHUN 2015
Oleh ARI SANDRIAWAN 13 02 06 152
PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN & KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA TAHUN 2015
SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN TINDAKAN PERAWAT TERHADAP PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL DIRUANG RAWAT INAP 2A DAN RUANG BERSALIN DI RUMAH SAKIT SARI MUTIARA MEDAN TAHUN 2015
Skripsi ini diajukan sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) Di Program Studi Ners Fakultas Keperawatan & Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia
Oleh ARI SANDRIAWAN 13 02 06 152
PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN & KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA TAHUN 2015
PERNYATAAN
HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN TINDAKAN PERAWAT TERHADAP PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL DIRUANG RAWAT INAP 2A DAN RUANG BERSALIN DI RUMAH SAKIT SARI MUTIARA MEDAN TAHUN 2015
SKRIPSI Dengan ini saya menyampaikan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri belum pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya, tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis dan diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang dicantumkan dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan,
April 2015
Peneliti
(Ari Sandriawan)
i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Identitas Mahasiswa Nama
: Ari Sandriawan
NIM
: 13.02.06.152
Jenis Kelamin
: laki-laki
Tempat/Tanggal/Lahir : Dumai, 16 juni 1992 Agama
: Islam
Anak ke
: 2 (Dua)
Alamat
: Jl. Harapan, Kec. Bukit Kapur Dumai Riau
Email
:
[email protected]
No Hp
: 082187997379
2. Data Orang Tua Nama Ayah
: Wagimin
Pekerjaan
: Petani
Nama Ibu
: Sri Lestari
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Agama
: Islam
Alamat
: Jl. Harapan, Kec. Bukit Kapur Dumai Riau
3. Riwayat Pendidikan 1998-2004
: SD NEGERI 008 Kota Dumai
2004-2007
: MTS Nurul Wahid Kota Dumai
2007-2010
: SMK N 03 Dumai
2010-2013
: D-III Keperawatan Sehat Binjai
2013-Sekarang
: Sedang menyelasaikan Pendidikan SI Keperawatan di Program Studi Ners Fakultas Keperawatan & Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan
ii
PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN & KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA MEDAN Skripsi, April 2015 Ari Sandriawan Hubungan Pengetahuan Dengan Tindakan Perawat Terhadap Pencegahan Infeksi Nosokomial Diruang Rawat Inap 2A Dan Ruang Bersalin Di Rumah Sakit Sari Mutiara MedanTahun 2015 xi + 37 halaman +7 tabel +1 skema+ 12 lampiran ABSTRAK Infeksi nosokomial adalah infeksi akibat tranmisi organisme patogen kepasien yang sebelumnya tidak terinfeksi yang berasal dari lingkungan rumah sakit. Sedangkan perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. Pengetahuan perawat tentang infeksi nosokomial dan pencegahannya merupakan stimulus sosial dari luar yang dapat menimbulkan respons emosional perawat terhadap upaya universal precaution sehingga akan meningkatkan peran sertanya dalam upaya pencegahan infeksi nosokomial. Peran perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial sangat penting, karena rata-rata setiap harinya 7-8 jam perawat melakukan kontak dengan pasien sehingga dapat menjadi sumber utama terpapar/exposure infeksi nosokomial. Kuman penyakit ini dapat hidup dan berkembang di lingkungan rumah sakit, seperti; udara, air, lantai, makanan dan benda-benda medis maupun non medis. Kuman penyakit ini dapat menyebabkan infeksi nosokomial. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan pengetahuan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial. metode yang digunakan adalah metode deskriptif korelasi, populasi penelitian berjumlah 32 responden dengan teknik total sampling, hasil penelitian menggunakan chi-square menunjukkan adanya hubungan pengetahuan dengan tindakan perawat terhadap pencegahan infeksi nosokomial dengan hasil nilai p = 0,000 ( p = <0,005, Manfaat dari penelitian ini adalah agar mutu pelayanan khususnya keperawatan dapat ditingkatkan dengan cara memperhatikan pencegahan infeksi nosokomial dalam memberikan tindakan keperawatan terhadap pesien yang sedang sakit dan dalam proses penyembuhan.
Kata Kunci : Pengetahuan, Tindakan, Perawat, Pencegahan Infeksi Nosokomial Referensi : 12 (2005-2012)
iii
SCHOOL OF NURSING FACULTY OF NURSING & MIDWIFERY UNIVERSITY OF SARI MUTIARA INDONESIA MEDAN Scription, 2015 April Ari Sandriawan The relationship of knowledge and action on the prevention of nosocomial infection nurses in the inpatient unit 2A and RB at the hospital Sari Mutiara Medan 2015. xi + 37 page +7 table +1 schame + 12 attacman
ABSTRACT Nosocomial infections are infections due to transmission of pathogenic organisms to the patient previously infected originating from the hospital environment. While the behavior is an activity or activities of the organisms in question which can be observed directly or indirectly. The nurse's knowledge about nosocomial infection and its prevention is a social stimulus from outside which may cause emotional response to the efforts of nurses universal precaution so that it will increase its participation in the prevention of nosocomial infections. The role of nurses in the prevention of nosocomial infections is very important, because the average daily 7-8 hour nurse contact with the patient so that it can be a major source of exposure / exposure nosocomial infections. These germs can live and thrive in a hospital environment, such as; air, water, floor, food and objects of medical or non-medical. These germs can cause nosocomial infections. This study aimed to identify the relationship of knowledge of nurses in the prevention of nosocomial infections. the method used is descriptive method correlation, the study population amounted to 32 respondents with a total sampling, the results of research using the chi-square showed no association with the knowledge of the nurse action on the prevention of nosocomial infections with the result p = 0.000 (p = <0.005) .. Benefits from this research is that the quality of nursing care in particular can be improved by attention to the prevention of nosocomial infections in providing nursing actions pesien who are sick and in the healing process.
Keywords References
: :
Knowledge, Action, Nurses, Prevention of Noso 12 (2005-2012)
iv
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi Penelitian ini yang berjudul “Hubungan Pengetahuan
Dengan
Tindakan
Perawat
Terhadap
Pencegahan
Infeksi
Nosokomial Diruang Rawat Inap 2A Dan Ruang Bersalin Di Rumah Sakit Sari Mutiara MedanTahun 2015. Skripsi penelitian ini di susun untuk melengkapi tugas dan salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan tahap program pendidikan sarjana keperawatan di program studi Ners Fakultas Keperawatan dan kebidanan di Universitas Sari Mutiara Indonesia. Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu : 1. Parlindungan Purba, SH MM,selaku ketua yayasan Sari Mutiara Indonesia 2. Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara Indonesia 3. Dr. Tuahman Fr. Purba, M.Kes, Sp An, selaku Direktur Rumah Sakit Sari Mutiara Medan. 4. Dr. Tahim Solin MMR, selaku manager Rumah Sakit Sari Mutiara Indonesia 5. Ns. Janno Sinaga, M.Kep Sp KMB selaku Dekan sekaligus Penguji I yang telah banyak meluangkan waktunya untuk kesempurnaan skripsi penelitian ini 6. Ns. Rinco
Siregar, S.Kep, MNS,
selaku ketua program studi Ners Fakultas
keperawatan dan kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia 7. Ns. Normi Sipayung M.Kep, selaku Ketua Penguji dalam penyusunan skripsi yang telah
Banyak
memberikan
masukan
dan
saran
untuk
kesempurnaan
skripsipenelitian ini. 8. Ns. Edriyani Yonlafado, S.Kep selaku Penguji II yang telah banyak meluangkan waktunya untuk kesempurnaan skripsi penelitian ini 9. Ns. Eva Kartika Hasibuan, S.Kep selaku Penguji III yang telah Banyak memberikan masukan dan saran untuk kesempurnaan skripsipenelitian ini. 10.
Yang teristimewa kepada kedua orang tua tercinta yang telah memberikan do’a
dan bantuan moril maupun material kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi penelitian ini.
v
11.
Buat seseorang yag tersayang Nur Aisyah S.Kep karena sudah menjadi teman dan kekasih dan dapat memotivasi saya dalam menyelesaikan skripsi ini, thank you so much my love.
12.
Rekan-rekan mahasiswa/i Universitas Sari Mutiara Indonesia yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi penelitian ini.
Kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi penelitian ini serta mengucapkan permohonan maaf yang sebesar-besarnya jika ada kekurangan atau kata-kata yang salah baik yang di sengaja mau pun tidak di sengaja
Akhirnyakepada Allah SWT penulis menyerahkan diri semoga ilmu yang penulis peroleh dapat berguna sebagai amal bakti penulis kepada orang tua, masyarakat, pembaca dan peneliti selanjutnya, Semoga yang Kuasa selalu memberikan kasih sayang dan hidayah-Nya kepada kita semua, amin.
Medan, April 2015
Peneliti
vi
DAFTAR ISI Hal LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN .................................................................................................... DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................. ABSTRAK ............................................................................................................. ABSTRACT .......................................................................................................... KATA PENGANTAR .......................................................................................... DAFTAR ISI ......................................................................................................... DAFTAR TABEL ................................................................................................ DAFTAR SKEMA ............................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................... BAB
BAB
BAB
I A. B. C.
i ii iii iv v vii ix x xi
PENDAHULUAN LatarBelakang ................................................................................... PerumusanMasalah............................................................................ TujuanPenelitian................................................................................ 1. TujuanUmum ............................................................................. 2. TujuanKhusus............................................................................. D. ManfaatPenelitian..............................................................................
1 3 3 3 3 3
II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan perawat ......................................................................... 1. Pengertian pengetahuan.............................................................. 2. Tingkat pengetahuan .................................................................. B. Fungsi pengetahuan ........................................................................... C. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ............................... D. Infeksi nosokomial ............................................................................ E. Bakteri Penyebab Infeksi Nosokomial .............................................. F. Etiologi .............................................................................................. 1. Agen Infeksi ............................................................................... 2. Sumber Infeksi Nosokomial ....................................................... G. Cara Penularan Infeksi Nosokomial .................................................. H. Dampak Infeksi Nosokomial ............................................................. I. Pengelolaan Infeksi Nosokomial ....................................................... J. Pencegahan Infeksi Nosokomial ....................................................... K. Penilaian yang DigunakanUntuk Infeksi Nosokomial ...................... L. Kerangka Konsep .............................................................................. M. Hipotesa Penelitian ............................................................................
5 5 5 8 8 11 12 12 12 13 13 14 15 15 23 24 24
III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ............................................................................... B. Populasi Dan Sampel ........................................................................
25 25
vii
1. Populasi ...................................................................................... 2. Sampel ........................................................................................ Tempat Penelitian .............................................................................. Waktu Penelitian ............................................................................... Definisi Operasional Penelitian ......................................................... Aspek Pengukuran ............................................................................. Alat dan Prosedur Pengumpulan Data............................................... 1. Alat pengumpulan data.................................................................. 2. Prosedur pengumpulan data .......................................................... Etika Penelitian ................................................................................. Pengolahan Dan Analisa Data ........................................................... 1. Pengolahan Data ......................................................................... 2. Analisa Data ...............................................................................
25 25 25 25 26 26 27 27 28 28 29 29 30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ................................................................................. 1. Analia Univariat .......................................................................... 2. Analisa Bivariat ........................................................................... B. Pembahasan ....................................................................................... 1. Interpretasi dan diskusi hasil .......................................................
31 31 33 34 34
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ......................................................................................... B. Saran ..................................................................................................
36 36
C. D. E. F. G.
H. I.
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL Hal Tabel 3.1 : Defenisi operasional ...........................................................................
26
Tabel 4.1: Distribusi Fekuensi Responden berdasarkan Usia di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan April 2015 (n=32) ...............................................
31
Tabel 4.2 : Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jenis Kelamin Di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan April 2015 (n=32) .........................
32
Tabel 4.3 : Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan Di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan April 2015 (n=32) .........................
32
Tabel 4.4 : Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Tingkat Pengetahuan Di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan April 2015 (n=32) ....................
32
Tabel 4.5 : Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan Perawat Di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan April 2015 (n=32) .....
33
Tabel 4.6 : Tabulasi Silang Berdasarkan Pengetahuan dengan tindakan Perawat Terhadap Pencegahan Infeksi Nosokomial Di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan April 2015 (n=32) ......................................................
33
ix
DAFTAR SKEMA Hal Skema 2.1 Kerangka Konsep..................................................................................
x
24
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
: Lembar permohonan menjadi responden
Lampiran 2
: Persetujuan menjadi responden
Lampiran 3
: Lembar kuisioner
Lampiran 4
: Master Data Penelitian
Lampiran 5
: Distribusi Output Program SPSS
Lampiran 6
: Surat izin Memperoleh data dasar dari Program Studi Ners Keperawatan Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas sari Mutiara Indonesia
Lampiran 7
: Surat izin melakukan penelitian dari rumah sakit Sari Mutiara
Lampiran 8
: Surat balasan telah selesai melakukan survei surat balasan telah selesai melakukan survei dari rumah sakit sari mutiara medan
Lampiran 9
: Surat balasan izin melakukan penelitian dari rumah sakit sari mutiara medan
Lampiran 10
: Tabel Frekuensi
Lampiran 11
: Lembar konsultasi pembimbing
Lampiran 12
: Lembar dokumentasi
xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan suatu tempat dimana orang yang sakit dirawat dan ditempatkan dalam jarak yang sangat dekat. Di tempat ini pasien mendapatkan terapi dan perawatan untuk dapat sembuh. Tetapi, rumah sakit selain untuk mencari kesembuhan, juga merupakan tempat bagi berbagai macam penyakit yang berasal dari penderita maupun dari pengunjung yang berstatus karier. Kuman penyakit ini dapat hidup dan berkembang di lingkungan rumah sakit, seperti: udara, air, lantai, makanan dan bendabenda medis maupun non medis. Kuman penyakit ini dapat menyebabkan infeksi nosokomial (Septiari, 2012).
Sikap perawat yang baik dalam mencegah infeksi nosokomial dapat meningkatkan perilaku perawat dalam melaksanakan universal precaution. Pengetahuan perawat tentang infeksi nosokomial sangat berpengaruh terhadap sikap yang ditunjukkan perawat terhadap upaya pencegahan secara menyeluruh (universal precaution), sedangkan sikap tidak mendukung perawat dalam upaya universal precautionsering ditunjukkan
dengan
sikap
cuekdan mengesampingkan
cuci
tangan
setelah
melaksanakan tindakan keperawatan, karena mengganggap tidak kotor (tidak terkena nanah atau darah). Pengetahuan perawat tentang infeksi nosokomial dan pencegahannya merupakan stimulussosial dari luar yang dapat menimbulkan respons emosional perawat terhadap upaya universal precaution sehingga akan meningkatkan peran sertanya dalam upaya pencegahan infeksi nosokomial. Peran perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial sangat penting, karena rata-rata setiap harinya 7-8 jam perawat melakukan kontak dengan pasien sehingga dapat menjadi sumber utama terpapar/exposureinfeksi nosokomial (Martono, 2007).
Melalui pasien, petugas kesehatan, pengunjung, maupun sumber lainnya. Infeksi nosokomial merupakan salah satu tolak ukur mutu pelayanan rumah sakit dan pengendalian infeksi nosokomial di rumah sakit merupakan salah satu upaya
1
2
peningkatan mutu pelayanan rumah sakit kepada masyarakat dengan memakai angka kejadian infeksi nosokomial sebagai indikator (Rudiyanto,2007).
Di seluruh dunia, 10 % (1,4 juta) pasien rawat inap di rumah sakit mengalami infeksi nosokomial setiap tahun, sedangkan di negara Amerika Serikat terdapat 20.000 kematian setiap tahun akibat infeksi nosokomial. Di Indonesia penelitian yang dilakukan di 11 rumah sakit di DKI Jakarta pada 2004 menunjukkan bahwa 9,8 % pasien rawat inap mendapat infeksi yang baru (infeksi nosokomial) selama dirawat (Septiari, 2012). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh WHO tahun 2007, infeksi nosokomial banyak terjadi di Rumah Sakit Pemerintah dengan jumlah 1.527 pasien dari jumlah pasien beresiko 160.417 ( 55,1 %), sedangkan pada Rumah Sakit Swasta jumlah infeksi nosokomial adalah 991 Pasien dari jumlah pasien beresiko 130.047 (35,8 %), dan pada Rumah Sakit ABRI jumlah Infeksi Nosokomial 254 pasien dari jumlah pasien beresiko 1.672 (9,1%), (WHO, 2007).
Presentase infeksi nosokomial yang tertinggi di rumah sakit swasta maupun rumah sakit pemerintah pada tahun 2004 adalah plebitisdengan jumlah 2.168 pasien dari jumlah pasien yang beresiko 124.733 (1,7%) meskipun jumlah pasien beresiko cukup tinggi yaitu 5,765 (0%) (WHO, 2007). Terjadinya infeksi nosokomial akan menimbulkan banyak kerugian, antara lain : lama hari perawatan bertambah panjang, penderitaan bertambah, biaya meningkat (Muhlis, 2006). Beberapa kejadian Infeksi Nosokomial mungkin tidak menyebabkan kematian pasien akan tetapi ia menjadi penyebab penting pasien dirawat lebih lama di Rumah Sakit (WHO, 2007).
Terjadinya infeksi nosokomial akan menimbulkan banyak kerugian, antara lain: lama hari perawatan bertambah panjang, penderitaan bertambah, biaya meningkat (Darmadi, 2008).
Berdasarkan kenyataan tersebut di atas, maka penulis ingin meneliti tentang Hubungan Pengetahuan Dengan Tindakan Perawat Terhadap Pencegahan Infeksi Nosokomial Diruang Rawat Inap 2a Dan Rb Di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan Tahun 2015
3
B. Rumusan masalah Rumusan masalah penelitian ini adalah “ Apakah Ada Hubungan Pengetahuan Dengan Tindakan Perawat Terhadap Pencegahan Infeksi Nosokomial Diruang Rawat Inap 2A Dan RB Di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan Tahun 2015
C. Tujuan Penelitian 1.
Tujuan Umum Mengetahui Apakah Ada Hubungan Pengetahuan Dengan Tindakan Perawat Terhadap Pencegahan Infeksi Nosokomial Diruang Rawat Inap 2A Dan RB Di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan Tahun 2015.
2.
Tujuan Khusus a.
MengidentifikasiPengetahuan Perawat Tentang Infeksi Nosokomial Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Sari Mutiara Medan.
b.
Mengidentifikasi Tindakan Perawat Tentang Infeksi Nosokomial Di Ruang Rawat Inap Sari Mutiara Medan.
c.
Menganalisis Apakah Ada Hubungan Pengetahuan Dengan Tindakan Perawat Terhadap Pencegahan Infeksi Nosokomial Diruang Rawat Inap 2A Dan RB Di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan Tahun 2015.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Rumah Sakit Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dalam perkembangan ilmu keperawatan pasien yang menjalani rawat inap di rumah sakit, terutama dalam upaya mencegah infeksi nosokomial dan dapat dijadikan informasi baru di bidang keperawatan medikal bedah.
2. Bagi Perawat Bagi perawat sebagai fakta ilmiah bahwa pengatahuan dan tindakan perawat tentang infeksi nosokomial sangat dibutuhkan oleh tenaga kesehatan, khususnya
4
perawat dalam mencegah infeksi nosokomial, dan sikap perawat terhadap infeksi nosokomial serta upaya pencegahannya.
3. Bagi peneliti selanjutnya Bagi peneliti selajutnya, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman atau gambaran awal untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Pengetahuan Perawat 1. Pengertian pengetahuan Secara konseptual pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia terutama indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).
2. Tingkat Pengetahuan Tingkat pengetahuan seseorang banyak dipengaruhi oleh beberapa hal misalnya usia, pendidikan yang diperolehnya dan pengalaman dari seseorang. Seseorang yang mempunyai pendidikan lebih tinggi akan lebih mudah dalam mengetahui, mengerti dan memahami. Pengetahuan kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang. Pengetahuan yang cukup dalam domain kognitif menurut Bloom (2009) dalam pengantar pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku kesehatan mempunyai enam tingkatan yaitu (Notoatmodjo, 2003) : a. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam tingkat pengetahuan ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu obyek yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu” adalah tingkatan pengetahuan paling rendah.
Contoh: Perawat dikatakan tahu tentang infeksi nosokomial bila mampu menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan tentang perilaku pencegahan terhadap penularan infeksi nosokomial.
5
6
b. Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Seseorang dikatakan telah paham terhadap objek atau materi apabila
dapat
menjelaskan,
menyebutkan
contoh
menyimpulkan,
meramalkan dan sebagainya. Dalam upaya pencegahan terhadap infeksi nosokomial perawat mampu menjelaskan cara-cara untuk mencegah penularan penyakit infeksi nosokomial.
c. Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil. Aplikasi di sini dapat diartikan penggunaan hukum, rumus, metode prinsip dan sebagainya dalam kontek atau situasi lain. Misalnya: perawat mampu melakukan prinsip upaya pencegahan penularan penyakit infeksi nosokomial dengan mencuci tangan, memakai sarung tangan, memakai gaun dan masker saat merawat pasien infeksi nosokomial.
d. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masalah di dalam suatu struktur organisasi masih ada kaitan satu dengan yang lain. Misalnya: perawat mampu membedakan pencegahan infeksi nosokomial dengan penyakit yang lain.
e. Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian ke dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau menyusun formulasi-formulasi yang ada. Misalnya: perawat mampu menyusun merencanakan, menyesuaikan terhadap cara-cara pencegahan penularan infeksi nosokomial yang telah ditetapkan sebelumnya.
7
f. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi dikaitkan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian itu berdasarkan kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya: perawat mampu menilai bagaimana cara pencegahan penularan infeksi nosokomial yang baik dan benar. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan adalah sebagai berikut: pendidikan (meskipun tidak mutlak, namun semakin tinggi pendidikan seseorang maka makin tinggi pula tingkat pengetahuannya), sosial ekonomi (seseorang yang mempunyai tingkat sosial ekonomi baik, kemungkinan mempunyai tingkat pendidikan yang baik pula), lingkungan (lingkungan merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan), budaya (budaya berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang (Notoatmodjo, 2003).Resiko infeksi nosokomial selain terjadi pada pasien yang dirawat di Rumah Sakit, dapat juga terjadi pada para petugas Rumah Sakit. Berbagai prosedur penanganan pasien memungkinkan petugas terpajan dengan kuman yang berasal dari pasien. Infeksi petugas juga berpengaruh pada mutu pelayanan karena petugas menjadi sakit sehingga tidak dapat melayani pasien. Pengetahuan tentang pencegahan infeksi sangat penting untuk petugas Rumah Sakit dan sarana kesehatan lainnya merupakan sarana umum yang sangat berbahaya, dalam artian rawan, untuk terjadi infeksi (Murniati dan Sulianti, 2007).
Kemampuan untuk mencegah transmisi infeksi di Rumah Sakit, dan upaya pencegahan infeksi adalah tingkatan pertama dalam pemberian pelayanan yang bermutu. Untuk seorang petugas pertama dalam pemberian pelayanan yang bermutu. Untuk seorang petugas kesehatan, kemampuan mencegah infeksi memiliki keterkaitan yang tinggi dengan pekerjaan, karena mencakup setiap aspek penanganan pasien (Murniati dan Sulianti, 2007).
Upaya pencegahan penularan infeksi di Rumah Sakit melibatkan berbagai unsur, mulai dari peran pimpinan sampai petugas kesehatan sendiri. Peran
8
pimpinan adalah penyediaan sistem, sarana, dan pendukung lainnya. Peran petugas adalah sebagai pelaksana langsung dalam upaya pencegahan infeksi. Dengan berpedoman pada perlunya peningkatan mutu pelayanan di Rumah Sakit dan saranakesehatan lainnya, maka perlu dilakukan pelatihan yang menyeluruh untuk meningkatkan kemampuan petugas dalam pencegahan ineksi di Rumah Sakit. Salah satu strategi yang sudah terbukti bermanfaat dalam pengendalian infeksi nosokomial adalah peningkatankemampuan petugas kesehatan dalam metode Universal Precautionsatau dalam bahasa Indonesia Kewaspadaan Universal ( KU ) yaitu suatu cara penanganan baru untuk meminimalkan pajanan darah dan cairan tubuh dari semua pasien, tanpa memperdulikan status infeksi (Murniati dan Sulianti, 2007).
B. Fungsi pengetahuan Menurut fungsi ini manusia mempunyai dorongan dasar untuk ingin tahu, mencari pengalaman dan mengorganisasikan pengalaman. Adanya pengalaman yang semula tidak konsisten dengan apa yang diketahui oleh individu yang akan disusun ditata kembali atau dirubah sedemikian rupa sehingga tercapai suatu konsisten (Azwar, 2005).
Pengetahuan yang diperoleh manusia berfungsi sebagai alat ukur terhadap kecerdasan atau kualitas dan pembentukan sikap dan prilaku seseorang. Namundemikian pengetahuan tidak semata-mata dapat menggamnabarkan sikap dan pengetahuan seseorang, tetapi yang lebih penting adalah mengaktualisasikan diri menjadi arti dalam hidup bermasyarakat. Suatu saat pengetahuan dapat menimbulkan sikap apabila ada akibat tersebut muncul, maka orang akan segera dapat bertindak karena pengetahuan tersebut sudah dimilikinya (Notoadmojo, 2003).
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan. Menurut Notoadmojo (2003) tingkat pengetahuan setiap orang bervariasi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
9
1. Pendidikan Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti didalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan yang lebih dewasa, baik dan matang pada diri individu, kelompok
atau masyarakat. Melalui
pendidikan seseorang akan memperoleh pengetahuan, apa bila semakin tinggi pendidikan maka hidup akan semakin berkualitas dimana seseorang akan berfikir dan memahami informasi yang di perolehnya.
2. Lingkungan Lingkungan sebagai faktor yang berpengaruh terhadap prkembangan prilaku individu dimana seseorang merespon lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun
sosial
budaya
sehingga
lingkungan
tersebut
mempengaruhi
kesehatannya. Lingkungan fisik termasuk faktor pendukung yang menentukan pengetahuan dan prilaku individu dimana seseorang berespon atau berinteraksi dengan lingkungan.
3. Pengalaman Penglaman adalah sesuatu yang pernah dirasakan, juga merupakan kesadaran akan sesuatu hal yang tertangkap oleh indra manusia. Pengalaman masa lalu untuk masa yang akan datang menetukan prilaku dimasa kini. Sikap yang diperoleh dari pengalaman akan menimbulkan langsung pengaruh terhadap prilaku berikutnya yang direalisasikan hanya apa bila hanya apa bila kondisi dan situasi memungkinkan.
4. Persepsi Persepsi adalah mengenal dan memilih berbagai objek sehubingan dengan tindakan yang akan diambil. Persepsi masyarakat tentang sehat-sakit erat dengan masalah pengobatan. Alasan mereka untuk tidak mencari pengobatan karena penyakit tersebut tidak mengganggu kegiatan, lebih memprioritaskan tugasnya dari pada mengobati sakitnya, gejala yang dideritanya akan hilang dengan sendirinya, takut pergi kerumah sakit dan biaya yang mahal.
10
5. Motivasi Semua prilaku manusia mempunyai motivasi. Motivasi merupakan keinginan, dorongan yang berasal dari diri seseorang untuk melakukan sesuatu dalam mencapai tujuan yang dapat dipengaruhi oleh orang lain atau lingkungan. Motivasi yang disadari akan pentingnya suatu prilaku dan di dasarkansuatu kebutuhan. Untuk merubah karakteristik yang lama seperti sikap, nilai, kepercayaan dan pemahaman maka perl dorongan dan dukungan dari orang disekitarnya untuk membuat prilaku yang baru.
6. Kebudayaan Kebudayaan adalah prilaku yang normal, kebiasaan, nilai yang terbentuk dalam wakt yang lama dan selalu berubah sebagai akibat kehidupan masyarakat dan mempunyai pengaruh terhadap prilaku.
7. Informasi Adalah penerangan keterangan, pemberitahuan berita tentang cara mencapai hidup sehat, pemeliharaan kesehatan, menghindari penyakit dan sebagainya. Selanjutnya dengan pengetahuan itu akan meimbulka kesadaran mereka, dan menyebabkan mereka berprilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. Semakin banyak informasi yang diterima maka semakin meningkat pula pengetahuan yang dimilikinya.
Resiko infeksi nosokomial selain terjadi pada pasien yang dirawat dirumah sakit, dapat juga terjadi pada petugas rumah sakit, berbagai prosedur penanganan pasien memungkinkan petugas terpajan dengan kuman yang berasal dari pasien. Infeksi petugas juga berpengaruh pada mutu pelayanan karena petugas menjadi sakit sehingga tidak dapat melayani pasien. Pengetahuan tentang pencegahan infeksi sangat penting untuk petugas rumah sakit dan sarana kesehatan lainnya merupakan sarana umum yang berbahaya, dalam arti rawan, untuk terjadi infeksi (Murniani dan Sulianti, 2007).
11
Kemampuan untuk mencegah transmisi infeksi di rumah sakit, dan upaya pencegahan infeksi adalah tingkat pertama dalam pemberian pelayaan yang bermutu. untuk seorang petugas kesehatan, kemampuan mencegah infeksi memiliki keterkaitan yang tinggi dengan pekerjaan, karena mencakup setiap aspek penanganan pasien (Murniati dan Sulianti, 2007).
Upaya pencegahan penularan infeksi di rumah sakit melibatkan berbagai unsur, mulai dari peran pimpinan sampai petugas kesehatan sendiri.
D. Infeksi Nasokomial 1. Pengertian Infeksi adalah invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang mampu menyebabkan sakit (Potter & Perry, 2005). Infeksi adalah penyakit yang di sebabkan oleh mikroba patogen, dan bersifat sangat dinamis (Septiari, 2012). Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien dari rumah sakit pada saat pasien menjalani proses asuhan keperawatan. Infeksi nosokomial pada umunya terjadi pada pasien yang dirawat di ruang seperti ruang perawatan anak, perawatan penyakit dalam, perawatan intensif, dan perawatan isolasi (Darmadi,2008).
Penyakit infeksi adalah penyakit yang di sebabkan oleh mikroba patogen, dan bersifat sangat dinamis (Septiari, 2012). Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terjadi di rumah sakit atau dalam sisitem pelayanankesehatan yang berasal dari proses penyebaran di sumber pelayanan kesehatan, baik melalui pasien, petugas kesehatan, pengunjung maupun, sumber lain nya (Alimul H, 2006).
12
E. Bakteri Penyebab Infeksi Nosokomial Tabel 2.1 Bakteri Penyebab Infeksi Nosokomial Bakteri Enterobacteriaceae S. aureus Enterococcus P. aeruginosa Mikroorganisme S. aureus, Staphylococci koagulase negatif, Enterococci E. coli, P. aeruginosa, Enterobacter spp., & K. pneumonia C. difficile Fungi (kebanyakan C. Albicans) (Tortora Et Al, 2001)
>40 11 10 9 Persentase(%) 34 32 17 10
F. Etiologi 1. Agen Infeksi Pasien akan terpapar berbagai macam mikroorganisme selama ia dirawat di rumah sakit. Kontak antara pasien dan berbagai macam mikroorganisme ini tidak selalu menimbulkan gejala klinis karena banyaknya faktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial. Kemungkinan terjadinya infeksi tergantung pada karakteristik mikroorganisme, resistensi terhadap zat-zat antibiotika, tingkat virulensi, dan banyaknya materi infeksius (Ducel, G, 2002). Semua mikroorganisme termasuk bakteri, virus, jamur dan parasit dapat menyebabkan infeksi
nosokomial. Infeksi
ini
dapat
disebabkan oleh
mikroorganisme yang didapat dari orang lain (cross infection) atau disebabkan oleh flora normal dari pasien itu sendiri (endogenous infection). Kebanyakan infeksi yang terjadi di rumah sakit ini lebih disebabkan karena faktor eksternal, yaitu penyakit yang penyebarannya melalui makanan dan udara dan benda atau bahan-bahan yang tidak steril. Penyakit yang didapat dari rumah sakit saat ini kebanyakan disebabkan oleh mikroorganisme yang umumnya selalu ada pada manusia yang sebelumnya tidak atau jarang menyebabkan penyakit pada orang normal (Ducel, G, 2002).
13
2. Sumber infeksi nosokomial Menurut Darmadi, (2012) Ada beberapa sumber penyebab terjadi nya infeksi nosokomial adalah: a. Pasien Pasien merupakan unsur pertama yang dapat menyebarkan infeksi kepada pasien lainnya, petugas kesehatan, pengunjung, atau benda dan alat kesehatan lain nya.
b. Petugas kesehatan. Petugas kesehatan dapat menyebarkan infeksi melaui kontak langsung, yang dapat menularkan berbagai kuman ke tempat lain.
c. Pengunjung. Pengunjung dapat menyebarkan infeksi yang di dapat dari luar ke dalam lingkungan rumah sakit, atau sebaliknya, yang di dapat dari dalam rumah sakit ke luar ruamh sakit.
d. Sumber lain. Sumber lain yang di maksud di sini adalah lingkungan ruamh sakit yang meliputi lingkungan umum atau kondisi kebersihan rumah sakit, atau alat yang ada di rumah sakit yang di bawa oleh pengunjung atau petugas kesehatan kepada pasien, dan sebalik nya.
G. Cara Penularan Infeksi Nosokomial Menurut Septiari, (2012) penularan Infeksi Nosokomial ada beberapa cara yaitu: 1. Penularan Secara Kontak Penularan ini dapat terjadi secara kontak langsung, kontaktidak langsung, dan droplet kontak langsung dapat terjadi apa bila sumber infeksi berhubungan langsung dengan penjamu, misalnya person to person pada penularan infeksi firus hepatitis A secara fecal oral. Kontak tidak langsung terjadi apa bila penularan membutuhkan objek perantara (biasanya benda mati). Hal ini terjadi
14
karna benda tersebut telah terkontaminasi oleh infeksi, misalnya kontaminasi peralatan medis olehorganisme.
2. Penularan Melalui Comon Vehicle Penularan ini melalui benda mati yang telah terontaminnasi oleh kuma, dan dapat menyebabkan penyakit pada lebih dari satu penjamu.Ada pun jenis-jenis comon vehicle adalah darah/pruduk darah, cairan intra vena, obat-obatan, dan sebagainya.
3. Penularan Melalui Udara, Dan Inhalasi Penularan ini terjadi apa bila mikroorganisme mempunyai ukuran yang sangat kecil sehingga daapt mengenai pejamu dalam jarak yang cukup jauh, dan melalui saluran pernapasan. Misalnya mikroorganisme yang terdapat dalam selsel kulit yang terlepas (stapilococus) dan tuberkulosis.
4. Penularan Dengan Perantara Vektor Penularan ini dapt terjadi secara eksternal maupun internal. Di sebut penularan eksternall apa bila hanya terjadi pemindahan secara mekanis dari organisme yang menempel pada tubuhvector, misal nya shigella, dan salmonella oleh lalat. Penularan secara internal apa bila mikroorganisme masuk kedalam tubuh vector, dan dapat terjadi perubahan secara biologis, misalnya parasit malaria dalam nyamuk atau tidak mengalami perubahan biologis, misalnya yersenia pestis pada ginjal (flea).
H. Dampak infeksi nosokomial Menurut Septiari (2012) Infeksi nosokomil dapat memberikan dampak, yaitu : 1. Menyebabkan cacat fungsional, serta stres emosional, dan dapat menyebabkan cacat yang permanen serta kematian. 2. Dampak tertinggi pada negara berkembang dengan prevalensi HIV/AIDS yang tinggi.
15
3. Meningkat nya biaya kesehatan di berbagai negara yang tidak mampu, dengan meningkatkan lama perawatan rumah sakit,pengobatandengan obat-obat mahal, danpenggunaan pelayanan lainnya. 4. Morbititas, mortalitas semakin tinggi. 5. Adanya tuntuta secara hukum. 6. Penurunan citra rumah sakit.
I. Pengelolaan infeksi nosokmial Menurut Septiari (2012) Terjadinya infeksi nosokomial di pengaruhi oleh: 1. Banyaknya pasien yang dirawat, dapat menjadi sumber infeksi bagi lingkungan, dan pasien lain nya. 2. Kontak langsung antara pasien yang menjadi sumber infeksi bagi lingkungan, dan pasien yang menjadi sumber infeksi dengan pasien lainnya. 3. Kontak langsug antara petugas rumah sakit yang tercemar kuman dengan pasien. 4. Penggunaan alat/peralatan medis yang tercemar oleh kuman. 5. Kondisi pasien yang lemah akibat penyakit yang di deritanya.
J. Pencegahan Infeksi Nosokomial Menurut Septiari (2012) Pencegahan infeksi nosokomial terdiri atas: 1. Kewaspadaan universal 2. Tindakan invasif 3. Tindakan non invasif 4. Tindakan terhadap anak dan neonatus 5. Antiseptik dan desinfektan a.
Kewaspadaan universal Adalah pedoman yang di tetapkan oleh Centers For Disease Control(CDC) untuk mencegah penyebaran dari berbagai penyakit yang di tularkan melalui darah di lingkungan rumah sakit maupun saran kesehatan lainnya, yaitu: 1) Cuci tangan a)
Setelah menyentuh darah, cairan tubuh, sekresi dan bahan terkontaminasi
16
b) Segera melepas sarung tangan c) Diantara sentuhan dengan pasien
2) Sarung tangan. a) Apa bila kontak dengan darah, cairan tubuh dan bahan terkontaminasi. b) Apa bila kontak dengan selaput lendir, dan kulit terbuka.
3) Masker, kaca mata, masker muka Mengantisipasi apa bila terkena, selput lendir mata, hidung, dan muka pada saat kontak dengan darah,dan cairan tubuh.
4) Baju pelindung a) Melindungi kulit dari kontak dengan darah, dan cairan tubuh b) Mencegah pakaian tercemar selama tindakan di klinik yang dapat berkontak langsung dengan darah atau cairan tubuh
5) Kain a) Tangani kain yang tercemar,cegah dari sentuhan kulit/selaput lendir. b) Jangan melakukan prabilas kain yang tercemar di area perawatan pasien.
6) Peralatan perawatan pasein Tangani peralatan yang tercemar dengan baik untuk mencegah kontak langsung dengan kulit atau selaput lendir, dan mencegah kontaminasi pada pakaian, dan lingkugan.
7) Pembersihan lingkungan Perawatan rutin, perbersihan, dan desinfeksi peralatan, dan perlengakapan dalam ruang perawatan pasien.
17
8) Instrumen tajam. a) Hindari memasang kembali penutup jarum bekas b) Hindari melepas jarum bekas dari semprit habis pakai c) Hindari pembengkokan, mematarahkan, atau memanipulasi jarum bekas dengan tangan. d) Masukkan instrumen tajam kedalam tempat yang tidak tembus tusukan.
9) Penempatan pasien Tempat kan pasien yang mengontaminasi lingkungan dalam ruang pribadi/isolasi.
b. Tindakan invasif 1) Tindakan invasif operasi. Sumber sumber infeksi pada tindakan invasif a) Petugas umum Adalah semua petugas yang bekerja sekitar ruang tindakan (1) Tidak memperhatikan higiene peroranggan (2) Tidak mencuci tangan (3) Bekerja tanpa memperhatikan tekhnik aseptik dan antiseptik (4) Tidak memahami cara penularan/penyebaran kuman patogen (5) Menderita penyakit menular/infeksi /karier (6) Tidak mematuhi tata trtib di kamar operasi (7) Tidak menguasia tindakan yang di lakukan (8) Bekerja ceroboh, dan ,Masa bodoh terhadap lingkungan
b) Petugas khusus Adalah semua petugas yang bekerja di dlam kamar tindakan (1) Tidak memperhatikan kebersihan perorangan (2) Mempunyai penyakit infeksi/menular/karier (3) Tidak memahami tata tertib di kamar operasi
18
(4) Tidak memahami tindakan aseptik/ anti septik (5) Ceroboh dalam bekerja (6) Kuku panjang (7) Mencuci tangan dengan cara yang tidak benar
c) Alat. (1) Tidak steril (2) Diluar batas waktu yang di tetapkan (kadaluarsa) tanpa di sterilkan lagi (3) Untuk pemakaian berulang tanpa di sterilkan lagi (4) Penyimpanan tidak baik (5) kotor (6) Rusak/karatan
d) Pasien. (1) Hygiene tidak baik (2) Keadaan gizi tidak baik (3) Menderita penyakit kronis (4) Menderita penyakit infeksi/menular/karier (5) Persiapan pasien dari ruang rawat tidak baik.
e) Lingkungan. (1) Penerangan/sinar matahari tidak cukup (2) Sirkulasi udara harus cukup, tidak lembab dan berdebu (3) Menjag kebersihan (4) Menghindari serangga (5) Mencegah airtergenang (6) Tempat sampah selalu dlam keadaan tertutup (7) Permukaan lantai harus rata, dantidak berlubang (8) Dinding kamar operasi harus licin, dan mudah di bersihkan (9) Sudut ruangan tidak tajam
19
(10) Jumlah petugas yang keluar masuk harus di batasi (11) Ruangan di bersihkan secara rutin mingguan atau pada kasus infeksi tertentu
c. Tindakan non vasif Adalah tindakan yang menggunakan alat alat kesehatan contoh: EKG, USG, pengukuran suhu tubuh, pegukuran tekanan darah, pengukuran nadi dan lain-lain 1) Sumber infeksi pada tindakan non invasif dapt terjadi karena kontak lagsung antara a) Pasien dengan yang menderita penyakit infeksi b) Pasien dengan petugas c) Pasien dengan pengunjung d) Pasein dengan alat e) Pasien dengan lingkungan f) Pasien dengan makanan.
2) Pencegahan infeksi pada tindakan non invasif a) Pasien Isolasi pasien yang di duga menderita penyakit infeksi atau menular b) Petugas Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien. c) Pengunjung Pengunjung yang sakit tidak di perkenankan mengunjungi pasien. d) Alat (1) Alat yang di gunaka harusbersih dan kering (2) Alat yang terkontaminasi segera di bersihkan dengan bahan desinfektan, dan kemudian di sterilkan. (3) Alat yang terkontaminasi oleh pasien dengan tertentu misalnya gas gangren di musnahkan.
20
e) Lingkungan (1) lingkungan/kamar harus dijaga kebersihan nya (2) Sirkulasi udara dalam kamar harus lancar (3) penerangan/ sinar matahari dalam kamar harus cukup (4) tidak ad serangga dalam kamr pasien.
f) Makanan. (1) makanan harus dalam keadaan tertutup (2) Makanan yang sudah rusak atau tekontaminasi harus segara di buang (3) Makanan di berikan harus sesuai dengan diet yang di berikan (4) Makanan pemberian dari luar rumah sakit harus di cegah.
d. Antiseptik dan Desinfektan 1) Anti septik a) Pengertian Pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial tidak akanlepas dari upaya mengeliminasi mikroba patogen. Penderita yang sedang dalam proses asuhan keperarawatan di ruangan/bangsal perawatan berada dalam posisi rentan, dan mudah terinvasi oleh berbagai mikroba patogen yang ada di sekitarnya. Penderita akan selalu terancam oleh adanya mikroba patogen yang bersarang pada benda benda sekitarnya, sebut saja berbagai peralatan,medis, non medis yang ada di ruangan/bangsal perawatan. Bahkan udara dalam ruangan dapt memberi kontribusi terjadinya infeksi nosokomial, termasuk pula halnya dengan petugas (septiari, 2012).
Aseptik, dan desinfektan adalah bahan kimia yang sangat penting dalam praktik kedokteran, dan perawatan keduanya mempunyai tujuan yang sama yaitu menghambat pertumbuhan atau mematikan mikroba, namun dengan aplikasi, dan efektifitas yang berbda beda.
21
Anti septik adalah desinfektan yang nontoksikkarena di gunakan untuk kulit, mukosa, atau jaringan hidup lainnya sebagai antiseptik di tuntut adanya persyaratan yaitu: (1) Memiliki spektrum luas artinya efektif membunuhbakteri, virus, jamur dan sebagainya. (2) Tidak merangsang kulit maupun mukosa (3) Toksisitas atau daya absorpsi melalui kulit,dan mukosa rendah (4) Efek kerjanya cepat, dan bertahan lama (5) Efektifitasnya tidak berpengaruh oleh adanya darah atau pus
b) Mekanisme kerja anti septik Antiseptik sebagai zat kimia sangat berpengaruh terhadap mikroba yaitu melalui unsur protein yang membentuk struktur seluler mikroba dengan akibat sebagai berikut (1) Rusaknya dinding sel Adanya bahan kimia pada permukaan sel akan menimbulkan lisis yang berakhir dengan kematian sel (2) Adanyagangguan sistem enzim (3) Terjadi nya perubahan struktur kimia enzim yang berakibat adanya gangguan metabolisme sel (4) Terjadinya denaturasi protein (5) Rusaknya ikatan protein berakibat terjadinya perubahan struktur sel, sehingga sifat khasnya hilang (6) Rusaknya asam nukleat (7) Berakibat pada kemampuan sel melakukan replikasi maupun sintesis enzim
c) Penggunaan antiseptik Antiseptik di gunakan sebagai bagian dari prosedur atau tindakan medis perawatan antara lain: (1) Pengobatan lokal misalnuya pada kulit, mulut, atau tenggorokan.
22
(2) Untuk irigasi daerah daerah tubuh yang terinfeksi (3) Mencuci luka terutama luka kotor (4) Menyuci hamakan kulit sebelum operasi untuk mencegah infeksi (5) Menccuci tangan sebelum operasi untuk mencegah infeksi silang (nosokomial).
2) Desinfektan a) Pengertian Desinfektan merupakan bahan kimia untukdisinfeksi pada benda mati, persyaratan disnfeksi sebagai berikut: (1) Mempunyai spektrum luas (2) Daya absorbsinya rendahpada karet, zat-zat sintetis, dan bahan lainnya (3) Tidak korosif (bereaksi secara kimiawi) tehadap alat-alat mental. (4) Baunya tidak merangsang.
Sebelum proses didinfeksi dikerjakan, peralatan medis dimaksud harus diproses lebih dahulu melalui dua fase perlakuan: (1) Fase dekontaminasi Fase dengan tujuan untuk menginaktivasi serta mengurangi jumlah mikroba patogen yang ada, serta agar peralatan medis lebih aman saat di tanganioleh petugas pada fase berikut nya secara teknis
dikerjakan dengan merendam peralatan medis
dalam larutan klorin 0,3% selama 10 menit.
(2) Fase pembersihan Fase pembersihan peralatan medis secara fisik dari kotoran, darah, pus, potongan jaringan yang melekat pada peraltan medis, serta mikroba patogen yang tersisa dengan cara mengikat/mengosok. Selajutnya di ikuti proses mencuci dengan larutan sabun atau deterjen, membilas dengan air bersih, serta mengeringkan nya.
23
b) Mekanisme kerja desinfektan Seperti anti septik sebagai bahan kimia didesinfeksi sangat berpengaruh pada unsur protein mikroba. Hanya endospora bakteri yang mampu bertahan terhadap efek kimiawi disinfektan.
Beberapa hal yang harus di perhatikan pada saat melakukan disinfeksi peralatan medis adalah. (1) Larutan desinfektan bersifat sangat mudah menguap sehingga ventilasi ruangan perlu di perhatikan. (2) Pengenceran desinfektan harus sesuai dengan petunjuk, dan setiap aplikasi harus dibuat pengenceran baru. Desinfektan yang sudah menunjukan tanda-tanda kekeruhan atau pengendapan harus di ganti dengan yang baru (3) Hindari kontak langsung denaga petugas dengan larutan \desinfektan dengan menggunakan sarung tangan, dan perhatikan perawatan tangan sesudah nya (4) Seluruh permukaan peralatan medis yang akan di disinfeksi harus kontak dengan desinfektan,termasuk celah/rongga yang ada pada peralatan medis (5) Durasi/lamanya waktu proses disinfeksi harus tepat, jadi peralatan medis yang di rendam jangan di angkat sebelum waktunya.
K. Penilaian yang digunakanuntukInfeksiNosokomial Infeksi nosokomial disebut juga dengan “Hospital Acquired Infection” apa bila memenuhi batasan atau criteria sebagai berikut: 1. Pada waktu penderita mulai dirawat di rumah sakit tidak didapatkan tanda-tanda klinik dari infeksi tersebut. 2. Pada waktu penderita mulai dirawat tidak dalam masa inkubasi dari infeksi tersebut. 3. Tanda-tanda infeksi tersebut baru timbul sekurang-kurangnya 3 × 24 jam sejak mulai dirawat.
24
4. Infeksi tersebut bukan merupakan sisa (Residual) dari infeksi sebelumnya 5. Bila saat mulai dirawat di rumah sakit sudah ada tanda-tanda infeksi, dan terbukti infeksi tersebut didapat penderita ketika dirawat dirumah sakit yang sama pada waktu yang lalu, serta belum pernah dilaporkan sebagai infeksi nosokomial. (Darmadi,2008) L. Kerangka konsep Variabel Independen
Variabel Dependen Skema 2.1 Kerangka Konsep Penelitian
Pengetahuan perawat tentang infeksi nosokomial
Tindakan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial
M. Hipotesa Penelitian Ha :
Ada hubungan antara pengetahuan dengan tindakan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial.
.
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan desain penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif korelasi yang bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial. dengan pendekatan cross-sectional, yang merupakan rancangan penelitian dengan dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan (sekali waktu), (Notoadmodjo, 2010).
B. Populasi dan sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah perawat yang bertugas di ruang rawat inap 2A dan Ruang Bersalin Rumah Sakit Sari Mutiara medan tahun 2015 sebanyak 32 orang.
2. Sampel Sampel pada penelitian ini adalah perawat yang bertugas di ruang rawat inap 2A dan Ruang Bersalin rumah sakit sari mutiara medan tahun 2015. Teknik pengambilan sampel yang digunakan peneliti adalah Total Sampling. yaitu semua perawat yang bertugas di ruang rawat inap 2A dan Ruang Bersalin sebanyak 32 orang.
C. Tempat penelitian Penelitian ini dilakukan di ruang rawat inap 2A dan Ruang Bersalin Sari Mutiara Medan.
D. Waktu penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Mei 2015.
25
26
E. Definisi operasional Variabel
Definisi operasional
Alat ukur
Independent Pengetahuan Tentang infeksi
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh perawat tentang infeksi nosokomial, tanda dan gejala, rantai pencegahan dan kewaspadaan infeksi nosokomial Pencegahan adalah segala upaya pengendalian infeksi di sarana pelayanan kesehatan
Kuisioner
1= kurang 2=cukup 3=baik
Ordinal
Kuisioner
1= kurang 2=cukup 3=baik
Ordinal
Dependent Pencegahan Tentang infeksi
Hasil ukur
Skala pengukuran
F. Aspek pengukuran 1. Kuesioner pengetahuan Kuesioner ini berisikan pernyataan yang berkaitan dengan pengetahuan tentang infeksi nosokomial. Alat ukur yang digunakan dalam variabel ini adalah berupa pernyataan tertutup sebanyak 30 buah pertanyaan. Dari masing-masing pernyataan untuk jawaban yang benar diberikan skor 1 dan untuk jawaban yang salah diberi skor 0, maka akan diperoleh nilai yang paling tinggi adalah 30 dan nilai yang terendah adalah 0. Skala ukur yang digunakan dalam variabel ini adalah ordinal , dengan menggunakan rumus statistik (Sujana,2008)
Dimana p = panjang kelas, dengan rentang sebesar 30 (selisih nilai tertinggi dan nilai
terendah)
dan
banyak
kelas
sebanyak
3
kelas
(pengetahuan
baik,cukup,kurang) didapatkan panjang kelas sebesar 3. Dengan menggunakan p =10 maka didapatkan nilai
pengetahuan perawat dalam pencegahan infeksi
nosokomial adalah sebagai berikut: 21-30 : Pengetahuan Baik 11-20 : Pengetahuan Cukup 0 – 10 : Pengetahuan Kurang
27
2. Kuesioner Tindakan Perawat Kuesioner tindakan perawat terdiri dari 25 pernyataan dengan pilihan jawaban selalu saya lakukan ( SL), sering saya lakukan (SR). Kadang-kadang saya lakukan (KD), tidak pernah saya lakukan (TP) , kuesioner terdiri 25 pernyatan yang terdiri dari pernyataan positif dan pernyataan negatif. Dari hasil pengukuran untuk pernyataan positif, jawaban selalu diberi skor 4, sering diberi skor 3, kadang kadang deberi skor 2, dan tidak pernah diberi skor 1. Skala ukur yang di gunakan dalam variabel ini adalah skala ukur ordinal, dimana nilainya di ukur dengan rumus sudjana (2002).
Dimana p merupakan panjang kelas dengan rentang sebesar 75 (selisih nilai tertinggi dan nilai terndah) dan banyak kelas sebanyak 3 kelas adalah ( baik, cukup, kurang), dengan menggunakan p= 25 maka di peroleh nilai keerampilan perawat adalah sebagai berikut Tindakan baik
=75-100
Tindakan cukup
=51-74
Tindakan kurang
=25-50
G. Alat dan Prosedur Pengumpulan Data 1. Alat pengumpulan Data a. Data primer Untuk memperoleh data dari responden, peneliti mengunakan alat pengumpul data berupa kuesioner yang di susun oleh peneliti dengan berpedoman pada kerangka konsep dan tinjauan pustaka. kuesioner terdiri dari data demografi dan pengetahuan serta prilaku perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial di ruang rawat inap 2A dan 2B Sari Mutiara Medan.
28
2.
Prosedur pengumpulan data Pengumpulan data dilakukan peneliti/bulan Desember 2014. a. Prosedur Administratif b. Mengajukan surat permohonan izin melakukan penelitian di rumah sakit sari mutiara medan. c. Prosedurteknis 1) Meminta izin kepada pihak rumah sakit Sari Mutiara Medan 2) Menjelaskan maksud dan tujuan penelitian kepada pihak rumah sakit 3) Menentukan responden yang memenuhi kriteria inklusi sesuai dengan teknik pengambilan sampel 4) Meminta ketersediaan responden untuk menjadi sampel dengan terlebih dahulu menjelaskan maksud dan tujuan penelitian 5) Meminta dengan sukarela kepada respondenyang bersedia berpartisipasi dalam penelitian untuk menandatangani lembar persetujuan responden. 6) Meminta responden mengisi kuisioner yang telah disiapkan 7) Setelah responden mengisi, peneliti mengecek terlebih dahulu kuisioner yang telah diisi bila ditemukan jawaban yang kurang jelas atau belum lengkap,peneliti melakukan klarifikasi ataupun meminta responden untuk melengkapi jawaban 8) Mengumpulkan hasil pengumpulan data untuk selanjutnya diolah dan dianalisa.
H. Etika Penelitian Etika dalam penelititan merupakan hal yang sangat penting dalam pelaksanaan sebuah penelitian mengingat penelitian keperawatan akan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus di perhatikan karena manusia mempunyai hak asasi dalam kegiatan penelitian. 1. Informed consent Merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan partisipan dengan memberikan lembar persetujuan (informed consent),Informed consent tersebutdi berikan
sebelum
penelitian
dilaksanakan
dengan
memberikan
lembar
29
persetujuan untuk menjai partisipan. Tujuan informed consen adalah agar partisipan mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya, jika partisipan bersedia maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan serta bersedia untuk direkam dan jjika bersedia maka peneliti harus menghormati hak partisipan.
2. Anonimity (tanpa nama) Merupakan etika penelitian keperawatan dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang di sajikan
3. Kerahasiaan (confidentiality) Merupakan etika dalam peelitian dalam menjamin kerahasiaan dari hasil penelitian baik informasi maupn masalah-masalah lainnya, semua partisipan yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan nya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang di laporkan pada hasil penelitian.
4. Keadilan (justice). Prinsip keadilan ini menyatakan bahwa mereka yang sederajat harus diperlukan sederajat, sedangkan yang tidak sederajat harusdiperlukan tidak sederajat sesuai dengan kebutuhan mereka. Ketika seseorang mempunyai kebutuhan kesehatan yang besar, maka menurut prinsip ini ia harus mendapaptkan sumber kesehatan yang besar pula (Gracef, 2013).
I. Pengolahan dan analisa data 1. Pengolahan data a. Editing Untuk mengetahui kelengkapan responden terhadap kuesioner. Jika ada kesalahan atau kekurangan data dalam pengumpulan data, maka akan di perbaiki dan di lakukan pendataan ulang.
30
b. Coding. Data yang diperoleh diubah dalam bentuk angka atau kode sebagai berikut: untuk kategori jenis kelamin: laki-laki diberi kode 1, untuk perempuan diberi kode 2. Untuk kategori pendidikan: D-III diberi kode 1, SI diberi kode 2, Untuk kategori pengetahuan: Kurang diberi kode 1, Cukup diberi kode 2, Baik diberi kode 3, Untuk kategori tindakan: Baik diberi kode 3, Cukup diberi kode 2, kurang diberi kode 1.
c. Tabulating Memasukkan data kedalam tabel distribusi frekuensi untuk mempermudah pengolahan, analisa data dan pengambilan keputusan
d. Entry Setelah data dikumpulkan kemudian data di masukkan kedalam komputer untuk selanjutnya di olah kedalam analisa data
2. Analisa data a. Analisa Univariat Dilakukan terhadap tiap variabel untuk mendapatkan distribusi frekuensi dan persentasi dari setiap variabel (Notoadmodjo, 2010).
b. Analisa Bivariat Analisa bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan tindakan perawat tentang pencegahan infeksi nosokomial di ruang rawat inap 2A dan RB di rumah sakit Sari Mutiara Medan Tahun 2015 dengan menggunakan skala ordinal dan uji-square dengan derajat kepercayaan 95% dan α=0,05 dimana perhitungan uji chi-square dapat diambil kesimpulan bila nilai p lebih kecil dari nilai alpha (p<0,05), berarti ada hubungan yang bermakna antara variabel dependen dengan variabel independen demikian sebaliknya nilai p lebih besar sama dengan nilai alpa (p>0,05), berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara variabel dependen dengan variabel independen.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan diuraikan data hasil penelitian serta pembahasan mengenai Hubungan pengetahuan dan tindakan perawat tentang pencegahan infeksi nosokomial di Ruang Rawat Inap 2A dan Ruang Bersalin di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan Tahun 2015
A. Hasil Penelitian Dari hasil penelitian mengenai “Hubungan pengetahuan dan tindakan perawat tentang pencegahan infeksi nosokomial di Ruang Rawat Inap 2A dan Ruang Bersalin di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan Tahun 2015, maka didapat hasil penelitian sebagai berikut: 1.
Analisa Univariat a. Usia Responden Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan 2015 (n=32) Usia 22-26 27-31 32-37
n 11 17 17
(%) 34,4 53,1 12,5
Dari tabel 4.1 berdasarkan rata-rata usia responden mayoritas dengan usia terendah 37 tahun sebanyak 1 responden (6,3%) dan usia responden yang tertinggi sebanyak 22 tahun sebanyak 2 orang (3,1%).
31
32
b. Jenis kelamin dan tingkat pendidikan Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamindan Tingkat Pendidikan Responden Di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan Tahun 2015 (n=32) Jenis elamin perempuan Total Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan D III Tingkat pendidikan SI Total
n 32 32 n 29 3 32
(%) 100,0 100,0 (%) 90,6 9,4 100,0
Dari tabel 4.2 menunjukkan karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin mayoritas perempuan sebanyak 32 orang (100,0) dan karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan DIII sebanyak 29 orang dan mayoritas tingkat pendidikan S1 sebanyak 3 orang (9,4)
c. Tingkat Pengetahuan Responden dan Tingkat Tindakan Perawat Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Responden dan Tingkat Tindakan Perawat Di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan 2015 (n=32) Tingkat pengetahuan Baik Cukup Total Tingkat Tindakan Perawat Cukup Baik Total
n 23 9 32 n 9 23 32
% 71,9 28,1 100,0 % 28,1 71,9 100,0
Dari tabel 4.4 menunjukkan karakteristik responden berdasarkan tingkat pengetahuan yang mayoritas pengetahuan baik sebanyak 23 orang (71,9%) dan mayoritas pengetahuan cukup sebanyak 9 orang (28,1%) dan tingkat tindakan perawat yang mayoritas pengetahuan baik sebanyak 23 orang (71,9%) dan tindakan perawat yang mayoritas pengetahuan yang cukup sebanyak 9 orang (28,1%)
33
2. Analisa Bivariat a. Hubungan Pengetahuan Perawat Dan Tindakan Pencegahan Infeksi Nosokomial Tabel 4.6 Tabulasi Silang Berdasarkan Pengetahuan Perawat Dengan Tindakan Perawat Terhadap Pencegahan Infeksi Nosokomial Di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan Tahun 2015 (n=32) Tingkat tindakan perawat Tingkat Pengetahuan Responden
Tingkat Pengetahuan cukup
Tingkat Pencegahan cukup f 8
Tingkat pengetahuan 1 Baik Total 9
Tingkat pencegahan baik Total
f 25,0
% 1
f 3,1
% 9 28,1
3,1
22
68,8
23 71,9
28,1
23
71,9
32
Value
0,000
100,0
Dari tabel 4.6 bahwa dilihat tingkat pengetahuan responden terhadap tingkat tindakan perawat yang tindakan pencegahan cukup sebanyak 8 orang (25,0%) sedangkan tingkat pengetahuan cukup dengan tindakan pencegahan 1 orang (3,1%) dan tingkat pengetahuan baik dengan tindakan pencegahan cukup sebanyak1 orang (3,1%) dan tingkat pengetahuan baik dengan tindakan pencegahan yang baik sebanyak 22 orang (68,8%).
Dari hasil uji statistik dapat diketahui ada nya hubungan antara pengetahuan perawat dan tindakan perawat tentang pencegahan infeksi nosokomial didapatkan p=0,000.
B. Pembahasan 1. Interpretasi dan Diskusi Hasil Hasil hubungan pengetahuan perawat dan tindakan perawat menunjukkan bahwa sebanyak 32 responden yang mana tingkat pengetahuan perawat yang baik
34
sebanyak 23 orang (71,9%) dan pengetahuan perawat yang cukup sebanyak 9 orang (28,1%)
Hasil teori virgita Pengetahuan perawat tentang infeksi nosokomial merupakan segala sesuatu yang diketahui oleh seorang perawat tentang hal - hal yang menjadikan bebas dari resiko infeksi seperti mengetahui tentang infeksi nosokomial, memahami infeksi nosokomial dan menerapkan cara pencegahan infeksi nosokomial. Tingginya tingkat pengetahuan perawat tentang infeksi nosokomial dapat meningkatkan perilaku pencegahan infeksi nosokomial. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Mas’ud (2009), tentang hubungan pengetahuan perawat terhadap perilaku pencegahan infeksi luka operasi di RSUD Barru, diperoleh nilai p=0,009, dimana pengetahuan perawat ada hubungannya terhadap terhadap perilaku terhadap pencegahan luka operasi.
Hal ini di dasarkan oleh teori yang di kemukakan oleh rogers dalam notoatmodjo (2007), yang mengemukakan bahwa sebelum seseorang mengadopsi suatu perilaku baru maka diri seorang itu akan terjadi proses seperti kesadaran (awareness), ketertarikan terhadap stimulus (interest), proses evaluasi (evaluation), melakukan sesuatu sesuai dengan yang dikehendaki oleh stimulus (trial) dan kemudian baru diadopsi (adoption) madsudnya seseorang itu akan berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya jadi seseorang itu tidak hanya sekedar tahu dan memahami akan tetapi mampu mengaplikasikan ilmu yang dimilikinya dalam kondisi yang rill atau sebenarnya. Notoatmodjo (2005), menyatakan bahwa pengetahuan merupakan pedoman dalam membentuk tindakan dan perilaku seseorang. Adanya pengetahuan akan menimbulkan kesadaran seseorang yang akhirnya memicunya untuk berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya tersebut. Semakin baik pengetahuan anak tentang perubahan fisik pubertas maka akan semakin tinggi kesadarannya untuk melakukan tindakan yang sesuai dengan pengetahuannya tersebut.
35
Sikap perawat yang baik dalam mencegah infeksi nosokomial dapat meningkatkan perilaku perawat dalam melaksanakan universal precaution. Pengetahuan perawat tentang infeksi nosokomial sangat berpengaruh terhadap sikap yang ditunjukkan perawat terhadap upaya pencegahan secara menyeluruh (universal precaution), sedangkan sikap tidak mendukung perawat dalam upaya universal precautionsering ditunjukkan dengan sikap cuek dan mengesampingkan cuci tangan setelah melaksanakan tindakan keperawatan, karena mengganggap tidak kotor (tidak terkena nanah atau darah).Pengetahuan perawat tentang infeksi nosokomial dan pencegahannya merupakan stimulussosial dari luar yang dapat menimbulkan respons emosional perawat terhadap upaya universal precaution sehingga akan meningkatkan peran sertanya dalam upaya pencegahan infeksi nosokomial. Peran perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial sangat penting, karena rata-rata setiap harinya 7 – 8 jam perawat melakukan kontak dengan pasien sehingga dapat menjadi sumber utama terpapar/exposure infeksi nosokomial (Martono, 2007).
Menurut Hidayat (2006) infeksi nosokomial merupakan infeksi yang terjadi di rumah sakit atau dalam sistem pelayanan kesehatan yang berasal dari proses penyebaran di sumber pelayanan kesehatan, baik melalui pasien, petugas kesehatan, pengunjung, maupun sumber lainnya. Infeksi nosokomial merupakan salah satu tolak ukur mutu pelayanan rumah sakit dan pengendalian infeksi nosokomial di rumah sakit merupakan salah satu upaya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit kepada masyarakat dengan memakai angka kejadian infeksi nosokomial sebagai indikator (Rudiyanto,2008) 2. Keterbatasan penelitian Dari hasil penelitian ini tentu masih belum sempurna dan tidak terlepas dari berbagai keterbatasan seperti keterbatasan waktu dan dana.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan. Tentang pengetahuan perawat terhadap infeksi nosokomial di ruang. Penelitian ini dilakukan terhadap responden yaitu perawat. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara total sampling. Dalam tabel hasil analisa atau uji statistik yang telah dilakukan menunjukkan hasil uji statistik diperoleh p = 0,000 maka hasil Bivariat nya dapat disimpulkan ada hubungan pengetahuan perawat tentang infeksi nosokomial dengan tindakan perawat tentang pencegahan infeksi nosokomial.
B. Saran 1. Bagi Rumah sakit Dari hasil penelitian ini diharapkan rumah sakit lebih dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan terutama mutu perawat tentang infeksi nosokoial dengan cara memberikan pelatihan kepada (Staf di Rumah Sakit) wajib memperoleh pelatihan tentang infeksi nosokomial untuk menigkatkan mutu pelayanan yang terbaik bagi kesembuhan pasien.
2. Bagi pendidikan keperawatan Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi baik bagi mahasiswa keperawatan dapat saling berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam peningkatan mutu pelayanan keperawatan yang profesional dan meningkatkan pendidikan keperawatan dalam pengetahuan kognitif dalam pencegahan infeksi nosokomial.
3. Bagi peneliti selanjutnya Untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat melengkapi penelitian ini dengan mencari faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan baik dan positif perawat dalam upaya pencegahan infeksi nsoskomial serta melakukan observasi
36
37
terhadap keterampilan dalam pencegahan infeksi nosokomial. Diharapkan pada peneliti selanjutnya untuk memperhatikan instrument penelitian ini untuk diuji kembali.
DAFTAR PUSTAKA Alimul H (2006). Kebutuhan dasar manusia. Jakarta. Salemba Medika Darmadi. (2008). Infeksi nosokomial probematika dan pengendaliannya. Jakarta : Salemba Medika. Ducel, G. et al. 2002. Prevention of hospital-acquired infections, A.practical guide. 2nd edition, World Health Organization. Department of Comunnicable disease, surveillance and response. Available from from: Http://klikharry.wordpress.com/2006/12/21/infeksi-nosokomial/. (Accessed 21 December 2014) Himatusujanah. (2008) hubungan kepatuhan perawatan luka dengan kejadian infeksi luka posts sectio caesare di RSUD Dr. Moewardi Surakarta, Berita Ilmu Keperawatan, Vol . 1 No.4, desember 2008. Jakarta : salemba Medika Martono Agus, dkk.,( 2007). Analisis kinerja perawat dalam pengendalian infeksi nosokomial di ruang IRNA 1 RSUP. Dr. Sardjito, Yogyakarta. No.8 juli 2007 Dakses dari http://irc-kmpk.ugm.ac.id Notoatmodjo, soekidjo.( 2010). Metodology Penelitian Kesehatan.jakarta: rineka cipta Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Keperawatan Fundamental. Jakarta : EGC Septiari, (2012). Infeksi nosokomial. Yogyakarta: nuhamedika Setiyawati, W., & Supratman. (2008). Faktor-faktor yang berhubungan dengan prilaku kepatuhan perawat dalam pencegahan luka operasi di RSUD Moewardi Surakarta. Berita ilmu keperawatan, No.2, Vol.1 juni 2008 Tortora Gerard J. et. al. 2001. Microbiology : An Introduction. 7 The d. Pearson Education, USA. Available from: http://www.fk.uwks.ac.id/elib/Arsip/Departemen/Mikrobiologi/inp.pdf. (Accessed 11 August 2008). WHO, (2007). Global Burden of Diseases in 2002. Geneva: WHO Global Infobase. Alih Bahasa Yenny Saraswati Yosi
Rosalia. (2009). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Infeksi Nosokomial Pada Pasien Luka Post Operasi Di Rsud TugurejoSemarang. Skripsi: FKM Undip
Lampiran 1
Permohonan Menjadi Responden
Kepada Yth : Responden Di – Tempat
Dengan Hormat, Saya yang bertanda tangan di bawah Ini : Nama
: Ari Sandriawan
Nim
: 130206152
Saya Mahasiswa jurusan program studi Ners Fakultas Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia yang akan melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Pengetahuan Dengan Tindakan Perawat Terhadap Pencegahan Infeksi Nosokomial Diruang Rawat Inap 2a Dan Rb Di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan Tahun 2015.
Sehubungan dengan hal ini dengan kerendahan hati saya mohon kesedian saudara /i untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Semua data dan informasi yang dikumpulkan akan dijaga kerahasiannya dan hanya digunakan untuk kepentingan peneliti. Jika bersedia menjadi responden, mohon saudara/i untuk menandatangani pernyataan kesedian menjadi responden. Atas perhatian dan kesedian saudara/i, saya ucapkan terimakasih .
Medan, April 2015 Peneliti
(Ari sandriawan)
Lampiran2
SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITI (INFORMED KONSEN)
Nama
: Ari Sandriawan
Judul Penelitian
: Hubungan Pengetahuan Dengan Tindakan Perawat Terhadap Pencegahan Infeksi Nosokomial Diruang Rawat Inap 2a Dan Rb Di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan Tahun 2015.
Saya Mahasiswa jurusan program studi Ners Fakultas Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Dengan Tindakan Perawat Terhadap Pencegahan Infeksi Nosokomial Diruang Rawat Inap 2a Dan Rb Di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan Tahun 2015
Hasil penelitian akan dijadikan bahan masukan bagi rumah sakit menjadikan pertimbangan pihak rumah sakit dalam pengambilan keputusan pembuatan kebijakan baru untuk kedepanya. Oleh Karena itu, saya mengharap kepada keluarga agar dapat bekerja sama dengan baik. Peneliti menjamin bahwa penelitian ini tidak akan menimbulkan sesuatu yang berdampak negatif karena peneliti menjamin kerahasian identitas dan data saudara/i yang diperoleh baik dalam pengumpulan data, pengolahan, maupun penyajian laporan nantinya. Melalui penjelasan singkat ini, peneliti sangat mengharapkan partisipasi saudara/i dalam penelitian ini. Atas kesediannya dan kerja samanya, peneliti mengucapkan terimakasih.
Medan,Maret 2015 Responden
(
)
INSTRUMEN PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN TINDAKAN PERAWAT TENTANG PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL DIRUANG RAWAT INAP 2A DAN 2B DI RUMAH SAKITSARI MUTIARA MEDAN TAHUN 2015
Petunjuk pengisian Bapak /ibu diharapkan: 1. Menjawab setiap pertanyaan yang tersedia dengan memberikan tanda checklist (√) pada tempat yang tersedia. 2. Semua pertanyaan harus dijawab. 3. Setiap pertanyaan diisi dengan satu jawaban. 4. Bila ada yang kurang mengerti silahkan bertanya kepada peneliti.
A. DATA DEMOGRAFI No responden
:
Usia
:
Jenis kelamin
:
Pendidikan
:
Kuesioner pengetahuan perawat tentang infeksi nosokomial Berilah tanda chec klist (√) pada kolom di bawah ini yang sesuai menurut pilihan anda.
No 1.
2. 3. 4. 5. 6. 7.
8. 9. 10. 11.
12. 13.
14. 15. 16.
17.
Pertanyaan Infeksi nosokomial adalah infeksi akibat tranmisi organism patogen ke pasien yang sebelumnya tidak ternfeksi,yang berasal dari lingkungan rumah sakit. Mencuci alat yang sudah digunakan dengan sabun dan disterilkan dengan alat steril. Darah yang terdapat pada tubuh dibersihkan dengan kapas steril sekali pakai. Draine yang sudah dilepas langsung dibuang ketempat sampah medis. Pembuangan sampah medis dibuang ketempat yang berwarna kuning. Pembuangan sampah non medis dibuang ketempat yang berwarna hitam. Perawat mengikuti praktek pencegahan dari kontrol untuk meminimalkan infeksi nosokomial atau mencegah mikroorganisme yang keluar dari saluran pernafasan. Perawat harus selalu menghindari berbicara langsung terhadap pasien saluran pernafasan. Perawat harus selalu menggunakan sarung tangan sekali pakai bila menangani eksudat Masker, gown dan kaca mata harus digunakan apabila ada percikan ada kontak cairan yang menular dari pasien. Perawat yang demam ringan,pada saat bekerja harus memakai masker, sarung tangan, khususnya bila mengganti balutan pada saat melakukan prosedur steril. Cairan yang terkontaminasi dapat dengan mudah terpercik saat dibuang ditoilet maupun bak sampah. Perawat yang demam ringan,pada saat bekerja tidak perlu memakai masker dan sarung tangan,khususnya bila mengganti balutan pada saat melakukan prosedur steril. Pada saat membersihkan luka harus membersihkan bagian dalam dulu kemudian kebagian luar. Tehnik mencuci tangan yang benar dengan menggunakan tehnik aseptik. Tindakan yang salah sering dilakukan adalah mengangkat linen yang kotor langsung dengan tangan mengenai seragam perawat. Saat melakukan penyuntikan, alat suntik harus diletakkan didalam bak injeksi.
Penilaian Ya Tidak
No
Pertanyaan
18.
Perawat harus menjaga kesterilan alat pada saat melakukan tindakan invasife. Jarum suntik yang sudah digunakan langsung dibuang ketempat khusus pembuangan jarum suntik. Pada saat membersihkan luka perawat membersihkan bagian luar dulu kemudian bagian dalam. Mencuci tangan sebelum masuk keruang isolasi untuk mengurangi resiko infeksi untuk klien tanpa memandang jenis system isolasi. Mencuci tangan saat meninggalkan ruangan isolasi Pada saat masuk keruang isolasi untuk melakukan tindakan isolasi harus menggunakan sarung tangan dengan kaca mata,masker dan gown. Perawat menggunakan sarung tangan bila resiko terpapar materi infeksi. Tidak perlu mencuci tangan saat meninggalkan ruangan isolasi Perawat menggunakan sarunng tangan sekali pakai,setelah melakukan tindakan ke pasien. Jarum suntik boleh dibuang ketempat sampah non medis Pada saat masuk ke ruang isolasi untuk melakukan tindakan isolasi perawat tidak perlu mengg unakan sarung tangan,masker dan gown. Perawat menggunakan sarung tangan bila ada luka atau goresan pada kulit. Saat melakukan pemasangan infus perawat harus menggunakan sarung tangan.
19. 20. 21.
22. 23.
24. 25. 26. 27. 28.
29. 30.
Penilaian Ya Tidak
Pertanyaan /kuesioner tindakan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial berilah tanda chek list (√) pada kolom dibawah ini yang sesuai menurut pilihan anda Selalu : SL Sering : SR Kadang-kadang : KD Tidak pernah :TP No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
8. 9. 10. 11.
12.
13. 14 15. 16. 17.
Pernyataan SL Saya mencuci alat setelah melakukan tindakan keperawatan . Alat yang sudah dicuci saya sterilkan Saya membersihkan darah yang terdapat pada tubuh pasien saya bersihkan dengan kapas steril. Draine yang sudah saya lepas langsung dibuang ketempat sampah medis. Saya membuang sampah medis ketempat yang berwarna kuning Saya membuang sampah non medis ketempat yang berwarna hitam. Saya selalu mengikuti praktik pencegahan dari control untuk meminimalkan atau mencegah organisme yang keluar melalui saluran pernafasan. Saya selalu menghindari berbicara langsung terhadap pasien Saya selalu menggunakan sarung tangan sekali pakai bila menangani eksudat. Saya selalu menggunakan masker, gown dan kacamata apabila ada percikan dan kontak cairan yang menular. Apabila saya sedang demam ringan,pada saat bekerja saya selalu memakai masker khususnya bila mengganti baluta pada saat melakukan prosedur steril. Saya selalu berhati-hati dalam membuang cairan yang terkontaminasi yang dapat dengan mudah terpercik saat dibuang ditoilet maupun bak sampah Saya selalu mencuci tangan dengan menggunakan tehnik aseptik. Pada saat mengangkat linen yang kotor saya selalu menghindari agar tidak terkena seragam. Saat saya melakukan penyuntikan,alat suntik harus saya letakkan didalam bak steril. Saya selalu menjaga kesterilan alat pada saat melakukan tindakan invasif. Jarum suntik yang sudah saya gunakan langsung di buang ketempat khusus pembuangan jarum suntik.
SR
KD
TP
18. 19.
20. 21.
22. 23. 24. 25.
Pada saat saya membersihkan luka saya menyeka bagian dalam dulu kemudian bagian luar. Saya mencuci tangan sebelum masuk keruang isolasi untuk mengurangi resiko infeksi untuk klien tanpa memandang jenis system isolasi. Saya mencuci tangan saat meninggalkan ruang isolasi Pada saat masuk kerunag isolasi untuk melakukan tindakan isolasi saya selalu menggunakan sarung tangan, kacamata,masker,gown. Saya selalu menggunakan sarung tangan bila resiko terpapar materi infeksi. Saya selalu menggunakan sarung tangan bila ada luka atau goresan pada kulit. Saya selalu menggunakan sarung tangan sekali pakai, setelah melakukan tindakan ke pasiien Saya melakukan pemasangan infuse dengan menggunakan sarung tangan.