perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
SKRIPSI ISLAM RADIKAL DAN MODERAT DI INDONESIA DALAM ESAI FOTO JURNALISTIK MAJALAH NATIONAL GEOGRAPHIC INDONESIA (Studi Analisis Semiotik terhadap Makna Esai Foto Jurnalistik Tentang Islam di Indonesia dalam Majalah National Geographic Indonesia edisi Oktober 2009)
Disusun Oleh : Agoes Rudianto D 1207565
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN
Disetujui Untuk Dipertahankan Dihadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Mengetahui, Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. Adolfo Eko Setyanto, M.Si
Drs Subagyo, SU
NIP 19580617 19870 21 001
NIP. 19520917 19800 31 001
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN
Telah Diuji dan disahkan oleh Panitia Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta Pada Hari : Tanggal :
Panitia Penguji : 1. Ketua
: Drs. Mursito, SU
NIP 19530727 198003 1001 2. Sekretaris
( ………………………… )
: Diah Kusumawati, M.Si
NIP. 19760101 260812 2002 3. Penguji I
( ………………………… )
: Drs. Adolfo Eko Setyanto, M.Si
NIP 19580617 19870 21 001 4. Penguji II
( ………………………… )
: Drs Subagyo SU
NIP. 19520917 19800 31 001
( ………………………… )
Mengetahui, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Prof. Drs. Pawito Ph.D NIP. 19540805 19850 31 002
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
M OTT O
·
Semua akan indah pada waktunya, tapi hanya untuk orang yang mau berusaha
·
Setiap perjalanan adalah pelajaran
·
Sesungguhnya di mana ada kesulitan di situ ada kelapangan (Q.S Al Insyirah : 5)
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Ku persembahkan karya sederhana ini untuk mereka, orang-orang yang telah menjadikanku bisa berusaha dengan keras dan tekad untuk lulus : ·
Bapak dan Ibu yang bagai nyala sepasang lilin di dalam hakiki kesabaran dan jiwa kesederhanaannya, yang telah mendidik, membimbing dan membuatku seperti sekarang ini, semoga diriku menambah kebanggaan serta tidak mengecewakan keluarga.
·
Buat adik-adikku Miko Bagus dan Basuki Wahyu Utomo, semoga bisa mengeyam pendidikan yang lebih tinggi.
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Alhamdulilllah Robbill’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas kebesaran rahmat dan karunia-Nya, serta sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Skripsi berjudul Islam Radikal dan Moderat di Indonesia Dalam Esai Foto Jurnalistik Majalah National Geographic Indonesia (Studi Analisis Semiotik terhadap Makna Foto Jurnalistik Tentang Islam di Indonesia dalam Majalah National Geographic Indonesia edisi Oktober 2009) ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan di bidang Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis sadar sepenuhnya bahwa dalam penulisan ini tidak terlepas dari bimbingan dan petunjuk serta arahan dari berbagai pihak yang dengan penuh kesadaran memberi dan meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta motivasi baik secara langsung maupun tidak langsung. Apabila ada rangkaian kata yang lebih indah melebihi ucapan terima kasih, dengan segenap ketulusan dan keihklasan serta kerendahan hati akan penulis sampaikan kepada yang terhormat dan tercinta Bapak dan Ibu serta seluruh keluarga yang menanti keberhasilan atas doa, dukungan dan kasih sayang yang diberikan selama ini. Penulis juga menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada : 1. Special thanks for ALLAH SWT dan Al-Qur’an ( penjawab semua keraguan dan misteri ). 2.
Prof. Drs. Pawito Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret.
3. Dra Prahastiwi Utari, Ph D selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret.
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Drs. Subagyo SU, selaku pembimbing akademik, yang telah berkenan memberikan izin kepada penulis untuk menyusun skripsi ini. 5. Drs. Adolfo Eko Setyanto, M.Si dan Drs. Subagyo SU selaku dosen pembimbing yang telah merelakan waktu untuk membimbing penulis dalam menyusun skripsi ini. 6. Segenap dosen pengajar yang telah memberikan bekal pengetahuan, ketrampilan dan bimbingan selama menempuh pendidikan di FISIP Universitas Sebelas Maret. 7. Terima kasih kepada redaksi Majalah National Geographic Indonesia yang sudah memberi bantuan selama
penulis melakukan penelitian dan
pengumpulan data. 8. Bapak, Ibu dan adik-adikku (Miko dan Wahyu) atas segala doa dan dukungan untuk tetap bersabar dan berjuang menyelesaikan skripsi ini. 9. Amin Maulin Nastria, yang selalu mendukung di masa-masa sulit studiku dan juga semua perhatiaanya hingga skripsi ini terselesaikan. 10. Keluarga keduaku, Hasan Sakri Gozali dan Kesturi Haryunani yang selalu mengingatkan bahwa waktu itu terbatas. Juga Ratna, Elya dan Eko yang menjadi tempat berbagi ilmu serta motivasi. 11. FFC dan semua penghuninya yang membawa saya menjadikan fotografi bagian dari hidup saya. 12. Desk foto Fadjar Roosdianto, Verdy Bagus, Ratna
Puspita Dewi, Dwi
Prasetyo, Sunaryo Haryo Bayu, Burhan Aris Nugraha, Widodo dan Wachid. Serta rekan kerja di Harian Umum SOLOPOS lainnya yakni Anton Prihantono, Rina Yurini, Danang Nur Ihsan, Yusmei Sawitri, Sholahudin Muyazin, Priyono. 13. Teman-teman Pewarta Foto Indonesia (PFI) Solo Andika, Akbar, Nuno, Taufan, Azzam, Arie, Jimbung, Arif, Mas Boy, Mas Gembeng, Mas Andri, Mas Blontank, Pak Ali Lutfi.
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14. Semua saudara dan teman yang belum atau tidak tertulis disini, yang penulis anggap telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, bukanlah suatu ketidakinginan karena diri-dirimu telah terlukis dalam hatiku (dan juga karena keterbatasan penulis dalam menyusun siapa saja yang harus disebutkan), dan juga disebabkan akan keterburu-buruan penulis untuk segera menulis ”these thanks to things” dikarenakan dateline untuk mendaftar wisuda yang sudah mepet.
Semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala kebaikan kepada semuanya, Amin. Penulis menyadari, bahwa dalam penyusunan Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi materi maupun dalam penyajiannya. Untuk itu penulis memohon maaf atas segala kekurangan yang disebabkan karena keterbatasan penulis dan dengan segala kerendahan hati dan tangan terbuka penulis mengharapkan adanya kritik serta saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Surakarta, Mei 2011
Penulis Agoes Rudianto
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A.
Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B.
Rumusan Masalah ........................................................................... 10
C.
Tujuan Penelitian ............................................................................ 10
D.
Manfaat Penelitian .......................................................................... 11
E.
Kerangka Teori Kerangka Pemikiran 1. Semiotika.................................................................... .............. 11 2. Foto Jurnalistik.......................................................................... 24 3. Islam Radikal dan Moderat ....................................................... 31 4. Tempat Kejadian ....................................................................... 33
F.
Kerangka Pikir ................................................................................ 34
G.
Defenisi Konsep 1. Semiotik .................................................................................... 36 2. Makna ....................................................................................... 36 3. Foto Jurnalistik.......................................................................... 37 4. Islam Radikal dan Moderat ....................................................... 37
H.
Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian.......................................................................... 38 2. Metode Penelitian...................................................................... 38 3. Sumber Data.............................................................................. 39 4. Analisa Data .............................................................................. 40
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II
DESKRIPSI MAJALAH NATIONAL GEOGRAPHIC INDONESIA
A.
Profil Majalah NGI ....................................................................... 43
B.
Visi Dan Misi Majalah NGI .......................................................... 44
C.
Alur Peliputan ................................................................................. 45
D.
Pengawakan Redaksi ...................................................................... 47
E.
Fotografer James Natchwey............................................................ 50
F.
Liputan NGI Mengenai Islam di Indonesia .................................... 52
BAB III
PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
A.
Konsep Esai Foto Islam di Indoensia.............................................. 55
B.
Analisa Obyek Foto ........................................................................ 56
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan ..................................................................................... 109
B.
Saran ............................................................................................... 112
DAFTAR PUSTAKA
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Agoes Rudianto, D 1207565 : ISLAM RADIKAL DAN MODERAT DI INDONESIA DALAM ESAI FOTO JURNALISTIK MAJALAH NATIONAL GEOGRAPHIC INDONESIA (Studi Analisis Semiotik terhadap Makna Esai Foto Jurnalistik Tentang Islam di Indonesia dalam Majalah National Geographic Indonesia edisi Oktober 2009), Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta 2011. Majalah mempunyai fungsi sebagai pemberi informasi kepada khalayak, informasi bisa berupa tulisan dan juga foto yang termuat. Foto jurnalistik yang menjadi salah satu bagian dari media massa mampu memberikan penjelasan secara virtual dalam suatu berita. Selain untuk kebutuhan berita, foto mempunyai pesan berita tersendiri yang ingin disampaikan melalui sebuah visual. Penelitian ini berfokus pada bagaimana membaca sebuah foto yang termuat dalam sebuah media massa, membaca makna dalam foto majalah. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis semiotik Roland Barthes, yang berguna untuk menganalisis makna dalam foto jurnalistik di majalah. Analisis dilakukan secara kualitatif dengan unit analisis denotasi dan konotasi yang terdapat dalam objek penelitian yang berupa foto dan caption dalam majalah yang berjumlah sepuluh foto. Akhirnya temuan dari studi ini tidak lain adalah jawaban dari rumusan masalah sebelumnya, pembentukan makna yang secara keseluruhan diperoleh setelah melewati tahapan analisis, disertai dengan tahapan identifikasi hubungan pertandaan yang memakai model Barthez. Pemeluk Islam di Indonesia terdiri dari berbagai kelompok gerakan keagamaan yang berbeda dalam pelaksanaan syariah. Perbedaan tersebut muncul karena dipengaruhi oleh pemahaman mengenai Al Quran dan Hadist yang berbeda pula. Ada kelompok yang berusaha menegakkan syariat Islam dengan kekerasan, sedangkan kelompok lainnya berusaha menyelaraskan syariat Islam dengan perkembangan jaman. Selanjutnya karya ilmiah ini diharapkan dapat berguna bagi penelitian lanjutan dengan menggunakan metode yang berbeda, dan agar dapat lebih dikembangkan lagi dari berbagai segi, baik dalam hal analisis, content dari karya ilmiah yang akan ditulis oleh peneliti-peneliti selanjutnya.
commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Agoes Rudianto, D 1207565: RADICAL AND MODERATE ISLAM IN INDONESIA OF ESSAY JOURNALISTIC PHOTOGRAPHY IN INDONESIAN NATIONAL GEOGRAPHIC MAGAZINE (Study of Semiotic analysis of The Meaning of Jornalistic Photography about Islam in Indonesia in Indonesia National Geographic Magazine 2009 October edition). Thesis. Major in Communication Science. Faculty of Social Science and Political Science. Sebelas Maret University of Surakarta. 2011 Magazine has a function as an information source for public, this information can be a written material and also photojournalism be contained in a publication. Photojournalism, as one part of mass media, are able to explain news virtually. In addition to needs of news, photojournalism has its own news message that needs to be to be conveyed through a visual. This research is focused on how to read a published photo in a mass media, read the meaning of a photo in a magazine. The purpose of this research is finding out the meanings that contained in photos about Islam in Indonesia by James Natchwey on Indonesian National Geographic Magazine October 2009 edition. This research is an interpretative qualitative research. Data in this research is a qualitative data (non numeric data), so it is categorized as substantive data that will be interpreted with scientific reference. The methodology used in this research is a semiotic analysis of Roland Barthes, which is useful for analyzing the meanings of photojournalism in magazines. The analysis is done qualitatively with the unit of analysis denotation and connotation contained in the object of research in the form of a photo and caption in the magazine, amounting to 10 photos. The result of this research is the answer of previous problem formulation, the whole of formation meaning is obtained after passing through the stages of analysis, followed by signified relation identification stage of Barthez’s model. Moslem in Indonesia consists of various groups of different religious movements in the implementation of syariah. These differences arise because it is influenced by different understanding of Al-Quran and Hadist. There is a group trying to enforce Islamic laws by violence, while another group tried to harmonize Islamic law with the developmental period. For the further step, this scientific work is expected to be useful for further research using different methods, and that can be developed from various aspects, both in terms of analysis, content of scientific work to be written by subsequent researchers.
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Setahun setelah bom Bali 2002, terjadi pengeboman pertama hotel JW Marriott di Jakarta, kemudian pada tahun 2004 serangan bom menimpa Kantor Kedutaan Australia yang juga berada di Jakarta. Sementara pada tahun 2005 terjadi tiga kali bom bunuh diri di Bali. Setelah cukup lama tidak terjadi aksi pengeboman yang membuat pakar mulai yakin bahwa ancaman terorisme sudah sangat berkurang, terjadilah pengeboman di Hotel Ritz-Carlton dan di Hotel JW Marriott. Semua kejadian tersebut tersebar dibeberapa titik saja di negara Indonesia yang luas. Hal tersebut menegaskan kekhawatiran dunia barat bahwa negara Indonesia menjadi tempat berlindung para teroris. Selama beberapa dasawarsa, masyarakat Indonesia semakin terbuka keislamannya. Jama’ah mesjid bertambah banyak dan busana Muslim menjadi semakin populer. Pada tahun 2000, semakin banyak pemerintah daerah yang mulai memberlakukan peraturan yang diinspirasi oleh syariah atau hukum Islam dan dukungan untuk partai politik Islam terus meningkat. Makin lama, kelompok militan Islam yang mendukung perjuangan dengan kekerasan untuk membentuk Indonesia sebagai republik Islam tampaknya telah menenggelamkan suara mayoritas Muslim
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Indonesia yang berpendapat bahwa keimanan mereka dapat hidup berdampingan dengan mulus bersama kehidupan modern dan nilai-nilai demokrasi. Penyebaran Islam ke Indonesia berlangsung secara bertahap dan damai. Islam turut berperan mempersatukan penduduk yang sebelumnya terpecah-pecah menjadi budaya kawasan tunggal. Pada saat VOC yang dikelola Belanda menguasai perdagangan rempah-rempah pada abad ke-17, Islam telah menyebar ke hampir semua masyarakat pesisir Indonesia. Meskipun demikian, ketika penataan kembali dunia pasca Perang Dunia II membuka jalan menuju kemerdekaan dari penjajahan Belanda, Presiden pertama Indonesia Sukarno memilih untuk tidak menetapkan agama resmi negara. Menciptakan republik Islam, menurut Sukarno, dapat mengucilkan kalangan minoritas non-Muslim. Presiden kedua Indonesia Soeharto mengambil alih kekuasaan pada 1966, ketika meletus kekerasan antikomunis yang menewaskan setengah juta jiwa, dan untuk sementara waktu dia berhasil meredam kekejaman dan memupuk pertumbuhan ekonomi. Namun, rezim pemerintahannya sarat penindasan dan bergaya militer. Pengunduran diri Soeharto pada 1998 dipicu oleh gerakan pro-demokrasi yang dipimpin mahasiswa, berkekuatan jutaan orang yang sebagian besar Muslim. Namun, akhir rezim Suharto juga menegaskan perpecahan di dalam masyarakat Muslim, antara pihak yang mendukung perpaduan tradisional antara Islam dengan kepercayaan setempat dan pihak yang berupaya “menyucikan” Islam dan mengikis nuansa regionalnya. Pertikaian ini berlanjut sampai sekarang,
commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dikobarkan antara lain oleh ide dan praktik yang berasal dari aliran Wahabi yang ketat di Arab Saudi. Radikalisme belakangan ini menjadi gejala umum di dunia Islam, termasuk di Indonesia. Gejala radikalisme di dunia Islam bukan fenomena yang datang tiba-tiba. Ia lahir dalam situasi politik, ekonomi, dan sosial-budaya yang oleh pendukung gerakan Islam radikal dianggap sangat memojokkan umat Islam. Islam radikal, tampaknya, terus mencoba melawan. Perlawanan itu muncul dalam bentuk melawan kembali kelompok yang mengancam keberadaan mereka atau identitas yang menjadi taruhan hidup. Mereka berjuang untuk menegakkan cita-cita yang mencakup persoalan hidup secara umum, seperti keluarga atau institusi sosial lain. Mereka berjuang dengan kerangka nilai atau identitas tertentu yang diambil dari warisan masa lalu maupun konstruksi baru. Dan, berjuang melawan musuh-musuh tertentu yang muncul dalam bentuk komunitas atau tata sosial keagamaan yang dipandang menyimpang. Kini, gerakan radikal Islam telah terfragmentasi dalam beragam organisasi. Namun, ada sejumlah benang merah yang bisa ditarik dari berbagai kelompok Islam radikal. Yaitu, keyakinan yang sangat kuat bahwa Islam adalah satu-satunya solusi untuk menyelesaikan berbagai krisis di negeri ini, perjuangan yang tak kenal lelah menegakkan syariat Islam, resistensi terhadap kelompok yang berbeda pemahaman dan keyakinan, serta penolakan dan kebencian yang nyaris tanpa cadangan terhadap segala sesuatu yang berbau Barat.
commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pasca tragedi 11 September 2001, Islam moderat di Asia Tenggara menjadi kebalikan atas Islam radikal. Banyak tokoh dari dalam dan luar negeri yang berharap agar Islam moderat tampil dan memberikan andil dalam meredam gejolak teror berlabel agama. Kondisi semacam ini mendorong umat Islam di Asia Tenggara merespon maraknya terorisme berlabel agama dengan menggelar konferensi yang bermaksud membalikkan berkembangnya pengaruh Islam radikal di kalangan umat Islam pada umumnya, dan mencegah terbentuknya opini internasional yang mengidentikkan Islam dengan terorisme. “Deklarasi Jakarta 2001”, yang merupakan hasil Summit of World Muslim Leaders, menyatakan bahwa Islam adalah agama moderat yang cinta damai, anti-kekerasan, dan tidak anti-kemajuan. Berikutnya adalah The Jakarta International Islamic Conference (JIIC) yang dilaksanakan atas kerjasama NUMuhammadiyah pada tanggal 13-15 Oktober 2003. Konferensi ini ingin mempertegas peran Islam moderat Asia Tenggara yang direpresentasikan oleh NU dan Muhammadiyah dalam meredam gelombang radikalisme. 1 Saat ini, Islam di Indonesia terus berkembang dan sebagian terkotak-kotak sesuai dengan keyakinan yang mereka anut. Islam radikal menunjukkan eksistensi dengan munculnya sejumlah organisasi massa kerap menggelar razia tempat-tempat maksiat semisal bar dan rumah penampungan tunsusila. Di sisi lain, Islam moderat mendengungkan pentingnya hidup berdampingan dengan agama lain, bersikap
1
http://www.republika.co.id/suplemen/cetak_detail.asp?mid=5&id=202816&kat_id=105&kat_id1=147 &kat_id2=291 diakses pada 9 November 2009, pukul 19.30WIB.
commit to user xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
terbuka dalam beragama dan tidak mementingkan sikap eksklusif satu agama atas agama lainnya. Harus diakui bahwa media massa memegang peranan penting dalam meningkatkan pemahaman bahwa umat Islam memang terbagi menjadi berbagai golongan. Namun, untuk itu diperlukan pula kesamapahaman makna perbedaan agar tidak dijadikan jurang pemisah dan perlunya toleransi dari berbagai golongan umat Islam untuk menjalankan ibadah sesuai keyakinan masing-masing. Umat masih berdebat tentang bagaimana Islam sesungguhnya. Tetapi bila kita mengamati foto-foto tentang praktik keagaamaan, serta keberagaman Islam yang ada di Indonesia yang terdapat dalam majalah National Geographic Indonesia edisi Oktober 2009, tak dapat dipungkiri lagi bahwa Islam di Indonesia memang terbagi dalam berbagai kelompok. Tapi perbedaan bukanlah sebuah alasan untuk berselisih. Dari berbagai cara yang digunakan dalam berkomunikasi, salah satu mediumnya adalah fotografi. Fotografi adalah bahasa gambar yang merupakan hasil akhir dari komunikasi percetakan.2 Sebagai salah satu media berkomunikasi, fotografi menyampaikan makna-makna serta pesan yang terekam dalam wujud bingkai foto. Penemuan fotografi sendiri bukanlah sebuah sensasi sekejap, melainkan melalui proses yang panjang selama berabad-abad dan merupakan fenomena dimana bidang fisika dan kimia yang dikaji oleh para ilmuwan dikombinasikan dengan pencetusan ide para seniman. Kelahiran fotografi dicanangkan pada tahun 1839 di Perancis. Pada tahun tersebut, di negara Perancis dinyatakan bahwa fotografi adalah 2
Andreas Freininger, The Complete Photographer, Jakarta, Dahara Prize, 1985, hal 1
commit to user xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sebuah terobosan teknologi.3 Saat itu, rekaman dua dimensi seperti yang dilihat mata telah dapat dibuat secara permanen. Fotografi adalah seni mengamati keadaan dan efektivitas fotografi ditentukan oleh kuat dan intensnya pengamatan., Hanya pengamatan dan keutusan hasil pengamatan yang kuat akan menghasilkan foto bermutu. Fotografi hanya tersaji pada selembar kertas, namun dengan keterbatasannya, apabila di olah dengan benar maka sebuah foto akan memiliki kekuatan yang besar.4 Istilah “photojourmalism” pertama kali diperkenalkan dalam dunia kampus (Universitas Missouri) oleh Prof. Clift Edom pada 19737., maka praktek jurnalisme visual itu telah dikenalkan dengan sejumlah pendekatannya. Pada 1980 hingga 1908, pendekatan tradisi foto dokumenter sosial diperkenalkan Jacob Riis dan Lewis Hine sebagai reporter “New York Sun”. Fotografi adalah bahasa gambar, berbeda dengan tulisan atau pesan yang disampaikan dengan kata-kata, fotografi merupakan bentuk komunikasi yang dapat dipahami oleh seluruh dunia. Tujuan hakiki dari fotografi adalah komunikasi. Dalam merekam suatu gambar dengan menggunakan kamera foto, tidak banyak orang yang melakukannya hanya untuk menyenangkan dirinya sendiri. Kebanyakan orang memotret sesuatu agar karya fotonya dapat dilihat orang lain.5
3
Arbain Rambey, Sejarah Fotografi dan Sejarah Teknologi, Kompas, 23 Juni 2003, hal 20 FOTOMEDIA, Fokus : Foto Jurnalistik, Agustus 2001, hal 23 5 Andreas Freininger, loc.cit 4
commit to user xix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sebuah foto jurnalistik yang baik bisa menjelaskan elemen minimal berita, yaitu: what, who, where, when, why, dan how (5W+1H), sedang untuk foto kadang ada tambahan unsur: komposisi, isi, konteks, kreativitas, dan jelas. Henri Cartier-Bresson, salah satu pendiri agen foto terkemuka “Magnum” menjabarkan,
“Foto
jurnalistik
adalah
berkisah
dengan
sebuah
gambar,
melaporkannya dengan sebuah kamera, merekamnya dalam waktu, yang seluruhnya berlangsung seketika saat suatu citra tersembul mengungkap sebuah cerita.” Fotografi jurnalistik muncul dan berkembang di dunia sudah lama sekali, tetapi lain halnya dengan di Indonesia, foto pertama yang di buat oleh seorang warga negara Indonesia terjadi pada detik-detik ketika bangsa ini berhasil melepaskan diri dari belenggu rantai penjajahan. Alex Mendur (1907-1984) yang bekerja sebagai kepala foto kantor berita Jepang Domei, dan adiknya Frans Soemarto Mendur (19131971), mengabadikan peristiwa pembacaan teks Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia dengan kamera Leica, dan pada saat itulah pada pukul 10 pagi tanggal 17 Agustus 1945 foto jurnalis Indonesia lahir. Semua foto pada dasarnya adalah dokumentasi dan foto jurnalistik adalah bagian dari foto dokumentasi. (Kartono Ryadi, Editor foto Kompas). Perbedaan foto jurnalistik dengan foto dokumentasi terletak pada pilihan, membuat foto jurnalis berarti memilih foto mana yang cocok. (contoh : di dalam peristiwa pernikahan, dokumentasi berarti mengambil / memfoto seluruh peristiwa dari mulai penerimaan tamu sampai selesai, tapi seorang wartawan foto hanya mengambil yang menarik,
commit to user xx
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
apakah public figure atau saat pemotongan tumpeng saat tumpengnya jatuh, itu akan jauh lebih menarik) hal lain yang membedakan antara foto dokumentasi dengan foto jurnalis hanya terbatas pada apakah foto itu dipublikasikan atau tidak. Kehadiran foto dalam media massa cetak memiliki 'suara' tersendiri dalam mengkonstruksikan sebuah peristiwa. Bahasa foto merupakan bahasa visual yang lebih mudah dipahami oleh semua orang yang bisa melihat dibandingkan dengan bahasa verbal. Pers di Indonesia terutama media cetak yang dulunya sarat dengan tulisan kini berubah menjadi dominasi gambar (foto). Hal ini terjadi karena positioning, kompetisi dan tuntutan pasar mengharuskan media cetak tampil lewat komunikasi yang lebih memikat. 6 Dalam edisi Oktober majalah National Geographic Indonesia terdapat esai foto mengenai gambaran umat Islam di Indonesia karya fotografer James Natchwey. Foto-foto tersebut menampilkan aktifitas pemeluk agama Islam di Indoensia dari berbagai sisi kehidupan, baik saat beribadah maupun berbaur dengan masyarakat umum. Sebagai contoh adalah foto Romaeni binti Hasan Basri yang mulai mengenakan cadar pada semester terakhir ketika kuliah di Institut Kesenian Jakarta. Teman-temannya menggodanya. Tetapi, mereka menjadi terbiasa. Foto tersebut menggambarkan kehidupan Romaeni yang menggunakan cadar saat beraktifitas bersama teman-temannya dari berbagai latarbelakang dan pemahaman tentang agama. 6
Majalah Cakram, Fotografi Jurnalistik, 2002, hal.52
commit to user xxi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Selain itu juga terdapat foto seorang anggota Front Pembela Islam (FPI) yang mengenakan penutup kepala dengan tulisan semboyan ”Hidup terhormat atau mati syahid” dengan huruf merah. Setiap tahun, mereka berpatroli di daerah permukiman di Jakarta sebelum dan selama bulan suci Ramadan, mengintimidasi tempat maksiat, seperti pemilik bar dan para tunasusila. Lewat majalah ini juga definisi foto jurnalistik pun menjadi lebih melebar dan meluas karena foto-foto yang terpilih tidak sekadar menyajikan sebuah peristiwa penting dan kuat unsur dokumentasinya, tapi juga kuat dari segi unsur estetikanya. Contoh mudah adalah dengan melihat sampul depan dari majalah ini yang menunjukkan kaum wanita di komunitas An-Nadzir saat memulai salat dalam rangka peryaan hari raya Kurban. Mukena seorang anak yang berwarna putih dengan motifwarna-warni terlihat lebih menonjol dengan latar belakang mukena sejumlah perempuan dewasa yang berwarna hitam pekat. Diharapkan analisis dengan menggunakan teori semiotika pada skripsi ini dapat mengungkapkan Islam di Indoensia dari sejumlah sisi, dari foto-foto yang terdapat dalam majalah National Geographic Indonesia edisi Oktober 2009 yang berisi esai foto jurnalistik berjudul “Moderat dan Radikal dalam Satu Tempat, bernama Indonesia” Faktor utama kajian dalam penelitian ini adalah bagaimana suatu pesan dapat diketahui pemaknaannya secara denotatif dan konotatif. Artinya bahwa makna yang terkandung pada foto-foto jurnalistik dalam majalah National Geographic Indonesia
commit to user xxii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
edisi Oktober 2009 dalam artikel berjudul “Moderat dan Radikal dalam Satu Tempat, bernama Indonesia” dapat diketahui pemaknaannya secara tersirat dan tersurat. Berangkat dari berbagai uraian diatas, penulis tertarik dengan asumsi bahwa tidak semua pesan yang disampaikan melalui esai foto jurnalistik berjudul “Moderat dan Radikal dalam Satu Tempat, bernama Indonesia” dalam majalah National Geographic Indonesia edisi Oktober 2009 dapat dengan mudah dipahami, maka peneliti akan mencoba meneliti sekaligus mengintepretasikan makna dalam foto jurnalistik tersebut agar dapat membuka tabir mengenai simbol-simbol Islam yang kerap kali dipakai oleh masyarakat. Sebagai salah satu penelitian komunikasi, penelitian ini setidaknya bisa memberikan makna yang lebih bisa dipahami dalam pertukaran simbol Islam yang dipakai oleh media massa, seperti cadar atau polisi syariah. Fotojurnalistik merupakan bagian dari sebuah media, kajian tentang foto jurnalistik tentu membantu ilmu komunikasi dalam membuka pesan atau makna yang ditampilkan fotojurnalistik sebagai bentuk berita yang dikonsumsi masyarakat luas. B. Perumusan Masalah Peneliti merumuskan masalah sebagai berikut : Makna-makna apa yang disampaikan fotografer James Nacthwey atas esai foto dalam majalah National Geographic Indonesia edisi Oktober 2009 yang berisi kumpulan foto jurnalistik berjudul “Moderat dan Radikal dalam Satu Tempat, bernama Indonesia”. C. Tujuan Penelitian
commit to user xxiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna-makna yang disampaikan fotografer James Nacthwey atas esai foto dalam majalah National Geographic Indonesia edisi Oktober 2009 yang berisi foto jurnalistik berjudul “Moderat dan Radikal dalam Satu Tempat, bernama Indonesia”. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis ·
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan teoritis berupa penambahan kajian semiotika menggunakan kode-kode fotografi untuk membedah makna pada foto jurnalistik.
2. Manfaat praktis ·
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para praktisi media, pakar semiotika, pemerhati komunikasi, masyarakat akademis dan masyarakat pada umumnya dengan memberikan pengetahuan secara lebih mendalam bagaimana Islam di Indonesia dalam foto jurnalistik. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai titik balik untuk melaksanakan penelitian serupa secara lebih mendalam.
E. Kerangka Teori 1. Semiotik Ilmu komunikasi mencakup segala aspek ilmu sosial dan kebahasaan. Dalam lingkup yang sangat luas itu, ada satu pendekatan yang sangat penting, yaitu
commit to user xxiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
semiotika. Semiotika adalah ilmu tanda; berasal dari kata dalam bahasa Yunani semeion yang berarti “tanda”. Secara sederhana, semiotika didefinisikan sebagai teori tentang tanda atau sistem tanda. Sedangkan tanda atau sign adalah sesuatu yang memiliki makna, yang mengkomunikasikan pesan-pesan kepada seseorang.7 Human minds ‘cognize’and ‘signify’ as complementary aspects of their capacity to think and feel. If we accept the metaphore of ‘higher’ and ‘lower’ levels of cognition, and the idea of seeing the ‘higher levels of cognition’ as those responsible for abstraction, language, discourse, institutions, law, science, music, visual arts, and cultural practicesn general, grounde in the use of conventionally established and intentionallyused signs (often called symbols), then semiotics is the discipline commited to the study of these ‘higher levels’. 8 (Manusia memiliki kemamampuan untuk mengetahui dan menandai sebagai aspek yang saling melengkapi untuk berfikir dan merasakan.Konsep pengetahuan untuk memaknai itu sendiri masih terbagi ke dalam dua tingkatan yaitu tingkatan yang lebih tinggi dan tingkatan yang lebih rendah. Tingkat pengetahuan untuk memaknai tanda dengan tingkatan yang lebih tinggi terdapat pada bahasa, pidato, musik, hukum, senivisual dan kebudayaan pada umumnya. Semiotik merupakan disiplin ilmu untuk mengetahui pemaknaan tanda pada tingkat yang lebih tinggi).
Jika kita mengikuti Charles Sanders Peirce, maka semiotika tidak lain daripada sebuah nama lain bagi logika, yakni “doktrin formal tentang tanda-tanda” (the formal doctrine of signs); sementara bagi Ferdinand de Saussure, semiologi adalah sebuah ilmu umum tentang tanda, “suatu ilmu yang mengkaji kehidupan tanda-tanda di dalam masyarakat” (a science that studies the life of signs within
7
8
Ratna Noviani, Jalan Tengah Memahami Iklan, Pustaka Pelajar, 2002, hal 76 Andreassen, Lars. Brandt & Vang. “Cognitive Semiotics Issue 0 (Spring 2007)”, http://www.cognitivesemiotics.com/wp-content/uploads/2007/05/cognitive-semiotics-0.pdf diakses pada 5 Februari 2010 pukul 20.15 WIB
commit to user xxv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
society).9 Perbedaan pendekatan semiotik di antara keduanya adalah, bagi Peirce pendekatan semiotikanya lebih menekankan pada logika, sedangkan Saussure lebih menekankan pada linguistik. Some general features of the proposed domain of inquiry may be discerned. In the first place, Peirce’s early attention to the science of semiotic follows from an endeavour to find a definition of logic that would avoid the pitfalls of psychologism. This, it is evident that the representations, which the various branches of semiotic study, are not to be explicated by an examination of the actual workings of the human mind. Secondly, it is of some interest to note that semiotic is one member of the basic trivium of science, of which the other components are the science of forms (formal science) and the science of things (positive science). This primary trivium can be connected to his work on the theory of categories. In “An Unpsychological View of Logic” Peirce claims that form and matter can be abstracted from the phenomenon considered as an image or a representation. All three phenomenal aspects or elements may be generalised, giving three supposable objects: representations in general, things, and qualities. Positive science studies material things, while formal science examines qualitative forms for Semiotic, as the science of representations, would naturally be concerned with objects of the first kind, that is, with internal and external representations. Using later terminology, we could say that its proper domain is objects as thirds.10 (Beberapa tulisan umum mengemukakan domain penelitian yang bisa dilihat. Pertama, perhatian awal Peirce pada ilmu semiotik mengikuti dari usahanya menemukan definisi logic yang akan menghindarkan dari kesukaran ilmu psikologi. Demikian, ini adalah pendukung representasi dimana beberapa cabang studi semiotik tidak dapat dijabarkan oleh pemeriksaan dari pengerjaan aktual pemikiran manusia. Kedua, ini menjadi catatan yang menarik bahwa semiotik adalah satu anggota dari ilmu trivium dasar, dimana komponen lain seperti ilmu formal dan ilmu positif. Tribium utama ini bisa dihubungkan pada pengerjaannya dalam kategori teori. Dalam “An Unpsychological View of Logic” Pierce menyatakan bahwa bentuk dan masalah bisa dimasukkan dalam fenomena yang dapat dipertimbangkan sebagai gambar atau representasi. Ketiga aspek atau elemen fenomenal bisa digeneralisasikan, memberikan tiga objec perkiraan yaitu representasi secara umum, sesuatu dan kualitas. Ilmu positif mempelajari tentang suatu benda, sedangkan ilmu formal meneliti bentuk 9
Kris Budiman, Semiotika Visual, Yogyakarta, Penerbit Buku Baik, 2004, hal 3 Berger, Mats. The secret of rendering signs effective: the import of C. S. Peirce’s semiotic rhetoric. The Public Journal of Semiotics. 1(2),4. http://www.semiotics.ca/issues/pjos-1-2.pdf diakses pada 5 Februari 2010 pukul 20.35 WIB
10
commit to user xxvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kualitatif dari semiotik sebagai ilmu representasi yang secara alami menjadi berkonsentasi pada objek jenis pertama yaitu representasi internal dan eksternal. Menggunakan terminologi berikutnya, kita bisa katakan itu domain yang tepat adalah objek sebagai yang ketiga). Menurut Peirce, sebuah tanda mengacu pada suatu acuan, dan representasi adalah fungsi utamanya. Hal ini sesuai dengan definisi dari tanda itu sendiri, yaitu sebagai sesuatu yang memiliki bentuk fisik, dan harus merujuk pada sesuatu yang lain dari tanda tersebut. Dalam pengertian semiotik, yang termasuk tanda adalah katakata, citra, suara, bahasa tubuh atau gesture, dan juga obyek.11 Tanda terdapat dimana-mana. Kata adalah tanda, demikian pula gerak isyarat, lampu lalu lintas, bendera, dan sebagainya. Oleh karena itu, segala sesuatu bisa menjadi sebuah tanda, misalnya struktur karya sastra, struktur film, orang, bangunan, atau nyanyian burung dapat dianggap sebagai tanda. Peirce yang adalah ahli filsafat Amerika menegaskan bahwa kita hanya dapat berpikir dengan sarana tanda. Berarti, sudah pasti bahwa tanpa tanda kita tidak dapat berkomunikasi.12 Bahasa dianggap sebagai unsur terpenting dalam komunikasi. Dengan bahasa tersebut, manusia mengadakan komunikasi satu dengan yang lainnya. Diantara lambang-lambang atau simbol yang digunakan dalam proses komunikasi, seperti bahasa, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya, bahasa adalah yang paling banyak digunakan. Hanya bahasa yang mampu menerjemahkan pikiran seseorang kepada orang lain, apakah itu berbentuk ide, informasi atau opini. Baik mengenai hal
11 12
Ratna Noviani, op. cit, hal 77 Panuti Sudjiman dan Aart Van Zoest, Serba-serbi Semiotik, PT. Karya Nusantara, Jakarta, 1996, hal vii
commit to user xxvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang konkret maupun yang abstrak. Bukan saja tentang hal atau peristiwa pada saat sekarang, tetapi juga pada waktu yang lalu dan masa yang akan datang. Fotografi dapat dipadankan dengan bahasa, karena layaknya bahasa, fotografi kerap berfungsi sebagai media untuk berkomunikasi, yaitu dengan bahasa gambar.13 Di dalam fotografi, gambar adalah sarana bagi seorang fotografer untuk mengungkapkan apa yang ingin disampaikan, sebagaimana kata-kata yang digunakan oleh seorang penulis. Jadi melalui bahasa gambar tersebut, seorang fotografer menyampaikan pesannya secara visual, yang mencakup berbagai jenis pesan, yaitu berupa penyampaian pesan, ide, gagasan, visi, sikap fotografer dan penikmatnya. Asumsi yang paling mendasar dari semiotika adalah menentukan bahwa segala sesuatu adalah tanda. Prinsipnya, segala sesuatu yang dapat menimbulkan kesan arti dapat pula berfugsi sebagai tanda, dan kesan arti itu tidak perlu harus berkaitan dengan kesan arti yang terbentuk dari sesuatu yang diartikan atau ditandakan.14 Bukan hanya bahasa atau unsur-unsur komunikasi tertentu saja yang tak tersusun sebagai tanda-tanda. Pada dasarnya, konsep utama semiotika, mencakup tiga elemen dasar yang dapat digunakan untuk melakukan intepretasi tanda, yaitu : -
Tanda (sign), adalah yang memimpin pemahaman obyek kepada subyek. Tanda selalu menunjukkan kepada suatu hal yang nyata, seperti benda,
13 14
FOTOMEDIA, Warna-warni : Memahami Arti Komposisi, Juni 1996, hal 27 Dennis McQuail, Teori Komunikasi Massa, Suatu Pengantar, Erlangga, Jakarta, 1995, hal 182
commit to user xxviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kejadian, tulisan, peristiwa dan sebagainya. Tanda adalah arti yang statis, lugas, umum, dan obyektif. -
Lambang (symbol), adalah keadaan yang memimpin pemahaman subyek kepada obyek. Pemahaman masalah lambang akan mencakup penanda (signifier), dan petanda (signified). Penanda adalah yang menandai sesuatu yang tidak seorang pun manusia yang sanggup berhubungan dengan realitas kecuali dengan perantara bernacam tanda. Menurut Ferdinand de Saussure, tanda atau lambang mempunyai entitas, yaitu : 1) Signifier (sound image), tanda atau penanda, merupakan bunyi dari tanda atau kata 2) Signified (concept), makna atau petanda, merupakan suatu konsep atau makna dari tanda tersebut Hubungan antara signifier dan signified menurut Saussure bersifat arbitrary, yang
berarti
tidak
ada
hubungan
yang
logis.
Menurutnya,
tanda
“mengekspresikan” gagasan sebagai kejadian mental yang berhubungan dengan pemikiran manusia. Jadi secara implisit, tanda berfungsi sebagai alat komunikasi antara dua orang manusia yang secara disengaja dan bertujuan untuk menyatakan maksud.15 -
Isyarat (signal), adalah suatu hal atau keadaan yang diberikan oleh si subyek kepada obyek
15
Panuti Sudjiman dan Aart Van Zoest, Op. Cit , hal 43
commit to user xxix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Charles Sanders Peirce membagi tanda menjadi 3 kategori, yaitu icon, index, dan symbol.16 1. Icon (ikon) Di dalam ikon, hubungan antara tanda dan obyeknya terwujud sebagai kesamaan dalam berbagai kualitas yakni dalam kesamaan atau kesesuaian rupa yang terungkap oleh penerimanya. Sebuah diagram peta, peta, atau lukisan misalnya, memiliki hubungan ikonik dengan obyeknya, sejauh diantaranya terdapat keserupaan. 2. Index (indeks) Indeks adalah tanda yang mempunyai hubungan langsung dengan objek. Indeks merupakan fakta yang lansung dapat ditangkap, dan disamping itu masih memberikan informasi tambahan tentang fakta-fakta lain yang tidak dapat ditangkap. Di samping itu masih memberikan informasi tambahan mengenai fakta-fakta lain yang tidak dapat ditangkap secara langsung. Misalnya, basah merupakan indikasi adanya air, atau kecepatan bicara seseorang merupakan isyarat dari perasaan si pembicara. Dengan demikian, semua isyarat komunikasi juga mrupakan tanda adanya indikasi. 3. Symbol (simbol) Simbol adalah bentuk tanda yang terjadi karena hasil konsensus dari para pengguna. Contoh simbol seperti menggelengkan kepala tanda tidak setuju atau Sang merah putih yang merupakan simbol dari negara Indonesia. 16
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2003, hal 43
commit to user xxx
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sebuah tanda dapat dikatakan sebagai ikon, indeks, maupun simbol, bahkan kombinasi dari ketiganya. Dapat dijelaskan dengan ilustrasi berikut. Sebuah peta adalah indeks, karena menunjukkan suatu tempat. Dapat pula disebut sebagai ikon, apabila menunjuk pada tempat-tempat yang saling berhubungan secara topografis. Dan juga bisa dikatakan sebagai simbol karena adanya sistem penotasiannya yang harus dipelajari lebih dahulu. Semiotik dapat dideskripsikan sebagai studi dan aplikasi dari tanda (sign). Tanda menjadi segalanya yang merefleksikan makna. Dalam hal ini, fotografi adalah sebuah tanda, tanda yang memanifestasikan baik informasi maupun emosi. Dalam perkembangannya saat ini, analisa semiologi merupakan metode yang diterapkan untuk mengkaji kehidupan tanda-tanda di dalam kehidupan sosial, dia mungkin akan menjadi bagian dari psikologi sosial dan dengan sendirinya psikologi umum. Semiologi akan menunjukkan kepada kita terdiri dari apa saja tanda-tanda tersebut dan hukum apayang akan mengaturnya. Pendekatan yang digunakan dalam studi hubungan antara pola persepsi dan pemaknaan inilah yang disebut semiologi.17 Penerapan analisa semiologi komunikasi secara pasti akan membuka peluang untuk menyingkap lebih banyak arti dalam pesan yang disampaikan secara keseluruhan, daripada yang mungkin akan dilakukan dengan hanya mengikuti kaidah bahasa atau berpedoman dari arti kamus dan tanda-tanda yang terpisah. Memperhatikan kecenderungan ini, kaitannya lalu dapat dikatakan bahwa sebenarnya analisis semiotika lebih bersifat serba guna. 17
Kurniawan, Semiologi Roland Barthes, Yayasan Indonesiatera, Magelang, 2001, hal 14-15
commit to user xxxi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Seperti beberapa istilah lain yang dipakai dalam semiotik bergambar, fotografi adalah pengertian umum gagasan, yang hal dalam hal ini adalah dengan analisis semiotika untuk menyusunnya. Sebagaimana fotografi dirancang dengan cara tertentu untuk menghasilkan sebuah tanda pada suatu permukaan yang akan menambah khayalan dari pemandangan dunia yang diproyeksikan pada permukaan tersebut.18 Dalam hal ini, fotografi adalah sebuah tanda, tanda yang memanifestasikan baik informasi maupun emosi. Menurut Aart Van Zoest, semiologi memiliki dua pendekatan yang dipelopori oloh Charles Sanders Peirce dan Ferdinand de Saussure. Menurut Peirce, penalaran dilakukan melalui tanda-tanda. Tanda-tanda yang memungkinkan kita berpikir, berhubungan dengan orang lain dan memberi makna pada apa yang ditampilkan oleh alam semesta. Sedangkan kekhasan teori Saussure terletak pada kenyataan bahwa ia menganggap bahasa sebagi sistem tanda.19 Peneliti akan menggunakan teori Roland Barthes yang dikenal sebagai pengikut Saussurean yang berpandangan bahwa sebuah sistem tanda yang mencerminkan asumsi-asumsi dari suatu masyarakat tertentu dalam waktu tertentu. Pengolahan teks dalam praktek semiotika Roland Barthes didasarkan pada beberapa kode-kode, yakni20: 1. Kode hermeneutik, kode ataupun teka-teki yang berkisar pada harapan pembaca untuk mendapatkan kebenaran bagi pertanyaan yang muncul pada teks.
18
Goran Sonesson, The Interne Semiotics Encyclopedia, www.arthist.lu.se diakses pada 5 Februari 2010 pukul 18.45 WIB 19 Panuti Sudjiman dan Aart Van Zoost, opcit, hal 1 20 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, Rosdakarya, Bandung, 2003, hal 65-67
commit to user xxxii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Kode semik (makna konotatif), banyak menawarkan banyak sisi. Dalam proses pembacaan, pembaca menyusun tema suatu teks. Ia melihat bahwa konotasi kata atau frase tertentu dalam teks dapat dikelompokan dengan konotasi kata atau frase yang mirip. 3. Kode simbolik, merupakan aspek pengkodean fiksi yang paling khas bersifat struktural. 4. Kode proaretik (kode tindakan), dianggap sebagai perlengkapan utama teks yang dibaca orang. Artiny semua teks bersifat naratif. 5. Kode gnomik (kode kultural), kode-kode ini merupakan acuan teks ke bendabenda yang sudah diketahui dan dimodifikasi oleh budaya. Tujuan analisis Barthes ini bukan hanya untuk membangun sistem klasifikasi unsur-unsur narasi yang sangat formal, namun lebih banyak untuk menunjukan bahwa tindakan yang paling masuk akal, rincian yang paling meyakinkan, atau tekateki yang paling menarik, merupakan produk buatan, dan bukan tiruan dari nyata. Menurut Roland Barthes, semiotik tidak hanya meneliti mengenai penanda dan petanda, tetapi juga hubungan yang mengikat mereka secara keseluruhan.21 Barthes mengaplikasikan semiologinya ini hampir dalam setiap bidang kehidupan, seperti mode busana, iklan, film, sastra dan fotografi. Barthes mengembangkan dua tingkatan pertandaan (two way of signification), yang memungkinkan untuk dihasilkannya makna yang juga bertingkat-tingkat, yaitu tingkat denotasi dan konotasi. Denotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan 21
Alex Sobur, op. cit, hal 123
commit to user xxxiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
hubungan antara penanda dan petanda atau antara tanda dan rujukannya pada realitas yang menghasilkan makna eksplisit, langsung dan pasti. 22 Sedangkan konotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan antara penanda dan petanda yang didalamnya beroperasi makna yang tidak eksplisit, tidak langsung dan tidak pasti (artinya terbuka terhadap berbagai kemungkinan). Ia menciptakan makna-makna lapis kedua, yang terbentuk ketika penanda dikaitkan dengan berbagai aspek psikologis seperti perasaan, emosi atau keyakinan. 23 Model Barthes ini dikenal dengan signifikasi dua tahap (two way of signification) seperti yang terlihat dalam gambar di bawah. Peta Tanda Roland Barthes 1. Signifier
2. Signified
(penanda)
(petanda)
2. Denotative sign
( tanda denotative ) 4. Conotative Signifier
Conotative sigfnified
(penanda konotatif)
(petanda konotatif)
Conotative sign (tanda konotatif)
22 23
Yasraf Amir Piliang, Hiper-Realitas Kebudayaan, LKiS, Yagyakarta, 1999, hal 261 Ibid
commit to user xxxiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sumber : Dikutip dari Paul Cobey & Litza Jansz, 1999, Introducing Semiotics, NY, Totem Book, hal 51 dalam Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, Rosdakarya, Bandung, 2003,hal 69
Dari peta Brathes diatas terlihat bahwa tanda denotatif (3) terdiri atas penanda (1) dan petanda (2). Akan tetapi pada saat bersamaan, tanda denotatif adalah juga penanda konotatif (4). Dengan kata lain hal tersebut merupakan unsur material. Dalam konsep Barthes, tanda konotatif tidak sekedar memiliki makna tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaanya. Roland Barthes juga melihat makna yang lebih dalam tingkatannya, yaitu makna-makna yang berkaitan dengan mitos. Mitos adalah cerita yang digunakan untuk menjelaskan atau memahami beberapa aspek dari realitas atau alam. Bagi Barthes, mitos merupakan cara berpikir dari suatu kebudayaan tentang sesuatu, cara untuk mengkonseptualisasikan atau memahami sesuatu. Tidak ada mitos yang universal pada suatu kebudayaan. Mitos ini bersifat dinamis. Mitos berubah dan beberapa diantaranya dapat berubah dengan cepat guna memenuhi kebutuhan perubahan dan nilai-nilai kultural dimana mitos itu sendiri menjadi bagian dari kebudayaan tersebut. Konotasi dan mitos merupakan cara pokok tanda-tanda berfungsi dalam tatanan kedua pertandaan, yakni tatanan tempat berlangsungnya interkasi antara tanda dan pengguna / budayanya yang sangat aktif. 24 Teori
tentang
mitos
tersebut
kemudian
diterangkannya
dengan
mengetengahkan konsep konotasi, yakni pengembangan segi signifed (petanda) oleh pemakai bahasa. Pada saat konotasi menjadi mantap, ia akan menjadi mitos, dan 24
John Fiske, op. cit, hal 121-126
commit to user xxxv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ketika mitos menjadi mantap, ia akan menjadi ideologi. Akibatnya, suatu makna tidak lagi dirasakan oleh masyarakat sebagai hasil konotasi. 25
Seperti pada gambar di bawah: tatanan pertama
realitas
tatanan kedua
tanda
kultur
konotasi
bentuk denotasi
Penanda petanda
isi
mitos
Dua tatanan pertandaan Barthes. Pada tatanan kedua, sistem tanda dari tatanan pertama disisipkan ke dalam sistem nilai budaya
26
Denotasi dalam arti umum adalah makna yang sesungguhnya, bahkan terkadang dirancukan sebagai referansi atau acuan. Denotasi adalah penggunaan bahasa dengan arti yang sesuai dengan apa yang terucap. Namun menurut Barthes, denotasi merupakan sistem signifikasi tingkat pertama. Sedangkan konotasi merupakan signifikasi tingkat kedua.
25
Benny H. Hoed, Semiotika dan Dinamika Sosial Budaya, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI Depok, Jakarta, 2008, hal 153 26 Alex Sobur, op. cit, hal 70
commit to user xxxvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dalam kerangka Barthes, konotasi identik dengan operasi ideologi, yang disebutnya sebagai mitos dan berfungsi untuk mengungkapkan dan memberi pembenaran nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu.27
2. Foto Jurnalistik Bahasa merupakan alat komunikasi. Hakekat fotografi bisa dipadankan dengan bahasa. Fotografi kerap berfungsi sebagai media untuk berkomunikasi.28 Tak berbeda dengen berita tulis, foto jurnalistik juga harus mengandung nilai berita, yakni: Prominence / Importance, pentingnya suatu berita diukur dari dampaknya bagaimana dia mempengaruhi anda. Korban yang meninggal lebih penting ketimbang kerusakan materi. Human interest, suatu yang menarik perhatian orang seperti berita mengenai seleberitis, gossip politik dan drama yang menceritakan kehidupan manusia. Conflict / Controversy, konflik biasanya lebih menarik daripada keharmonisan. The Unusual, suatu yang tidak biasa atau unik umumnya menarik. Timeliness, berita adalah tepat waktu, artinya unsur kecepatan menyampaikan berita sesuai waktu atau actual merupakan hal yang penting, melewatinya maka berita tersebut dianggap sudah basi atau kadaluarsa. Proximity, kegiatan yang terjadi dekat kita dinilai mempunyai nilai yang lebih tinggi. Dasar
foto
jurnalistik
adalah
gabungan
antara
gambar
Keseimbangan data tertulis pada teks gambar adalah mutlak.
27 28
Alex Sobur, op. cit, hal 71 FOTOMEDIA, Warna-warni: Memahami Arti Komposisi, Juni 1996, hal 27
commit to user xxxvii
dan
kata.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Menurut Wilson Hicks, seorang redaktur foto majalah LIFE dan perintis kemajuan foto jurnalistik, foto jurnalistik adalah gambar dan kata. Kombinasi dari kata dan gambar yang menghasilkan satu kesatuan komunikasi saat ada kesamaan antara latar belakang pendidikan dan sosial pembacanya. Sementara untuk mengenali sifat foto jurnalistik itu, Wilson Hicks dalam buku “Word and Pictures” menjabarkan tujuh karakteristik khas dalam ranting ilmu komunikasi tersebut, yakni sebagai berikut :29 Pertama, dasar foto jurnalistik adalah gabungan antara gambar dan kata. Keseimbangan data tertulis pada teks gambar adalah mutlak. Caption sangat membantu informasi dan pengertian suatu imaji / gambar bagi masyarakat. Foto esai yang sangat personal pun membutuhkan caption. Kedua, medium foto jurnalistik biasanya tercetak (saat ini, media online pun dimasukkan dalam kategori ini), bisa media cetak, kantor berita, koran atau majalah tanpa memperhatikan tirasnya. Berbeda sekali dengan foto penerangan yang muatannya adalah kisah sukses yang biasanya positif, maka informasi yang disebar dan foto jurnalistiknya adalah sebagaimana adanya, disajikan dengan sejujurjujurnya. Ketiga, lingkup jurnalistik adalah manusia. Itu sebabnya seorang jurnalis harus punya kepentingan mutlak kepada manusia. Posisinya berada dipuncak piramida sajian dan pesan visual.
29
Yuniadhi Agung, Pengantar Fotografi Jurnalistik, 2004.
commit to user xxxviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Keempat, bentuk liputan foto jurnalistik adalah suatu upaya yang muncul dari bakat dan kemampuan seorang foto jurnalis yang bertujuan melaporkan beberapa aspek dari berita itu sendiri. Tugas pewarta foto adalah melaporkan berita sehingga bisa memberi kesan pembaca seolah-olah mereka hadir dalam peristiwa itu. Kelima, foto jurnalistik adalah foto fotografi komunikasi, dimana komunikasi bisa diekspresikan seorang foto jurnalis terhadap subjeknya. Objek pemotretan hendaknya mampu dibuat berperan aktif dalam gambar yang dihasilkan sehingga lebih pantas menjadi subjek aktif. Keenam, pesan yang disampaikan dari suatu hasil visual foto jurnalistik harus jelas dan segera bisa dipahami seluruh lapisan masyarakat. Pendapat pribadi atau pengertian sendiri tidak dianjurkan dalam foto jurnalistik. Gaya pemotretan yang khas dan bahkan polesan seni tidak menjadi batasan dalam berkarya. Yang penting pesan harus tetap komunikatif bagi lapisan masyarakat luas. Ketujuh, foto jurnalistik membutuhkan tenaga penyunting yang handal, berwawasan visual luas, populis, arif dan jeli dalam menilai karya-karya foto yang dihasilakn, serta mampu membina dan membantu mematangkan ide atau konsep sebelum memberi penugasan. Penyuntingan meliputi pemilihan gambar, menyunting teknisnya, saran-saran. Sebuah foto sebenarnya dapat berdiri sendiri, namun jurnalistik tanpa foto tidak akan lengkap, karena foto merupakan salah satu media visual untuk merekam atau menceritakan suatu peristiwa. Pada dasarnya semua foto adalah dokumentasi,
commit to user xxxix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dan foto jurnalistik merupakan bagian dari foto dokumentasi. Karena foto dokumentasi adalah sebutan yang dapat dikenakan pada semua foto berita dan sejarah, yang bertujuan untuk merekam suatu peristiwa, untuk disimpan, sebagai arsip.30 Yang membedakan di antara keduanya adalah pada apakah foto tersebut dipublikasikan atau tidak.31 Ciri dalam foto jurnalistik memiliki nilai berita atau menjadi berita itu sendiri, melengkapi berita atau artikel dan dimuat dalam media massa.32 Foto jurnalistik terbagi menjadi beberapa bagian: ·
Spot news / Hard News (Berita Hangat) Foto beragam peristiwa yang langka dan dapat mengubah sejarah dunia, seperti peristiwa bencana alam, kecelakaan yang merenggut ratusan jiwa, hingga aksi terorisme.
·
General news (Berita Umum) Foto rekaman peristiwa yang terjadwal atau bersifat seremoni, seperti kunjungan presiden, peresmian sebuah gedung, dan HUT suatu negara.
·
Portraits / People in the News (Potret dalam segala kondisi) Foto yang menyajikan karakteristik sesuai dengan hati sang subyek, apakah dalam kondisi yang gembira atau sedih, seperti orang yang menangis karena kehilangan saudara saat perang atau orang yang gembira setelah memenangkan sebuah perlombaan.
30
R. M. Soelarko, Pengantar Foto Jurnalistik, PT Karya Nusantara, Bandung, 1985, hal 55 FOTOMEDIA, loc. cit. 32 Ibid. 31
commit to user xl
perpustakaan.uns.ac.id
·
digilib.uns.ac.id
Sports (Olahraga) Foto event olahraga seperti turnamen sepakbola Piala Eropa.
·
Culture and the Art Foto kegiatan kebudayaan dan kesenian, seperti acara Grebeg Sekaten.
·
Science and Technology Foto peristiwa ilmu pengetahuan dan teknologi, seperti penerbangan pesawat ulang aling atau operasi kembar siam.
·
Nature and Environment (Alam dan Lingkungan) Foto peristiwa yang berhubungan dengan alam dan lingkungan, seperti gunung meletus, banjir atau kebakaran hutan.
·
Daily Life (Celah Kehidupan / Keseharian) Foto kegiatan manusia sehari-hari. Kategori ini tidak terikat dengan unsur kehangatan berita. Hal yang diutamakan dalam kategori foto ini adalah segi keunikan, humor, maupun perjuangan seseorang dalam menjalani kehidupan sehari-hari, seperti aktivitas pedagang asongan, pekerja bangunan atau nelayan.
·
Feature Foto feature bukan sekedar snapshot, tapi usaha wartawan untuk memilih sudut pandang yang khas dan bukan sekedar didikte oleh peristiwa itu sendiri, sehingga memberi makna lebih dalam terhadap sebuah peristiwa. Sebagai
commit to user xli
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
contoh, saat terjadi kebakaran, wartawan tidak hanya memotret api yang menyala dan petugas pemadam kebakaran yang berusaha menjinakkan api, tapi juga memotret ekspresi pemilik rumah yang sedih kehilangan tempat tinggal. 33 ·
Esai foto Kumpulan beberapa foto features yang dapat bercerita ini dibangun melalui sebuah imaji, yaitu foto-foto yang bercerita secara sequentatif dan teks yang menyertainya.34 Pesan komunikasi terdiri dari dua aspek. Pertama, isi pesan (content of
message), yang kedua adalah lambang (symbol). Kongkritnya, isi pesan itu adalah isi foto dan caption. Isi pesan yang bersifat latent, yakni pesan yang melatarbelakangi sebuah pesan, dan pesan yang bersifat manifest, yaitu pesan yang tampak tersurat.35 Dalam hal ini, isi pesan yang dimaksud adalah isi (content) dari esai foto jurnalistik dan foto features yang berupa lambang-lambang berbentuk foto begitu juga konteks yang menyertainya. Pada hakekatnya, esensi dari sebuah foto jurnalistik secara umum tidak berbeda dengan jurnalistik tulis. Hanya saja dalam foto, yang menjadi media utama adalah foto dengan bahasa visualnya. Dalam menyampaikan permasalahan yang akan diangkat, foto merupakan elemen utama, sedangkan naskah atau caption yang menyertainya menjadi sekunder, atau bersifat sebagai komplemen. Karena elemen 33
Yuniahi Agung, loc. cit. FOTOMEDIA, loc. cit. 35 Onong U. Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung, Citra Aditya Bakti, 1993, hal 38 34
commit to user xlii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
utamanya adalah foto, maka konsekuensinya foto harus mampu dalam menggantikan kata-kata. Sementara hal-hal yang tidak bisa tergambarkan oleh foto, terungkap sebagai naskah atau caption.36 Dalam foto jurnalistik yang baik, seorang fotografer jurnalistik harus mengetahui teknik-teknik pengambilan foto secara baik sehingga akan mendapatkan hasil yang baik pula. Yang dimaksud dengan proses teknik foto yaitu urutan atau tahapan pengambilan objek yang dilakukan oleh fotografer sehingga menghasilkan sebuah karya foto yang dapat dinikmati, melibatkan perasaan dan menggugah emosi khalayak yang melihat hasil foto. Urutan dan tahap pengambilan objek foto meliputi penggunaan kamera foto, yang berarti seorang fotografer harus sudah memahami terlebih dahulu bagian-bagian dari kamera seperti pengaturan kecepatan, pengaturan diafragma, dan pengaturan ruang tajam yang merupakan hal-hal yang paling mendasar dalam fotografi, tetapi sangat berpengaruh terhadap hasil foto yang akan dibuat. Setelah itu, seorang fotografer juga harus memahami tentang pencahayaan, artinya objek yang diabadikan membutuhkan pengukuran cahaya secara tepat agar objek yang diambil terlihat secara jelas, yang secara teknik, penggunaan cahaya itu melalui pengukuran gelang diafragma dan kecepatan. Komposisi objek juga salah satu faktor pendukung yang akan memperkuat sebuah foto, artinya tata letak objek yang meliputi aturan sepertigaan, aturan seperlimaan, serta irisan emas dan komposisi frame yang berarti tata letak kamera yang meliputi posisi pengambilan gambar secara 36
Erik Prasetya, Op. cit., hal 52
commit to user xliii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
horisontal dan vertikal37 juga harus dipahami. Baru setelah teknik fotografi yang umum telah dikuasai, unsur jurnalistik akan ditambahkan, yang akan membuat foto tersebut jadi mempunyai nilai berita. Objek dan peristiwa merupakan hal yang sangat penting untuk diabadikan oleh seorang fotografer. Hal ini bersifat natural mengingat insting dari seorang fotografer yang sangat tinggi untuk selalu mengabadikan momen atau peristiwa yang langka. Banyak hal yang dapat diperoleh dari suatu peristiwa atau objek foto, karena biasanya menyangkut pokok pikiran dari sebuah artikel yang akan di muat dalam media cetak. Selain itu objek dan peristiwa yang akan diabadikan bersifat universal. Foto jurnalistik yang diabadikan berdasarkan objek dan peristiwa harus memiliki isi berita karena ukurannya, bukan seberapa jauh berita itu menjangkau tetapi bagaimana foto itu dapat menyentuh emosi dan perasaan pembaca. Gambar-gambar yang diambil oleh seorang fotografer juga harus bisa mewakili dari keadaan yang terjadi sebenarnya. Hal ini harus dilakukan agar bisa dinikmati oleh pembaca dan juga untuk menggugah emosi dan melibatkan perasaan pembaca melalui media cetak.
3. Islam Radikal dan Moderat di Indonesia John L Esposito (1997) misalnya menyamakan istilah Islam politik dengan “fundamentalisme Islam: atau dengan gerakan-gerakan Islam lainnya. Sementara Oliver Roy (1994) cenderung menafsirkan Islam Politik sebagai aktivitas kelompok37
Prof. Dr. R.M. Soelarko. Op. cit, hal 77
commit to user xliv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kelompok yang meyakini Islam sebagai agama dan sekaligus ideologi politik. Sedikit berbeda dengan Esposito, Roy lebih spesifik merujuk pada apa yang dia sebut sebagai gerakan
neofundamentalisme
yang
antara
lain
menghendaki
berlakunya
pemberlakuan syariat Islam. 38 Istilah “fundamentalisme” biasanya dipakai untuk merujuk pada gerakangerakan Islam politik yang berkonotasi negative seperti “radikal, ekstrem, militan” serta “anti Barat/Amerika”. Namun, tak jarang pula julukan “fundamentalisme” diberikan kepada semua orang Islam yang menerima Qur’an dan Hadist sebagai jalan hidup mereka. Dengan kata lain kebanyakan dari penegasan kembali agama dalam politik dan masyarakat tercakup dalam istilah fundamentalisme Islam. 39 Islam moderat bukanlah “Islam baru” seperti Islam liberal yang ingin membuat syariat baru. Namun, Islam moderat adalah Islam asli. Ia adalah usaha untuk mengembalikan umat Islam kepada Islam original sesuai dengan tuntunan Nabi. Moderat dalam Islam bisa dilihat dari sikap tengah Islam terhadap ajarannya yang berupa akidah, ibadah, akhlak, ruhani-materi, hukum, dan privat-publik. Moderat di dalam Islam sangat cocok untuk agama abadi seperti Islam. Moderat di dalam Islam berarti adil, istiqamah, bukti kebaikan, personifikasi keamanan, bukti kekuatan, dan pusat. Berbeda halnya dengan Islam radikal, Islam moderat menawarkan wacana pembebasan yang mencerahkan, sebab tidak berpijak pada pendekatan kekerasan dan 38
Endang Turmudi, Riza Sihbudi, Islam dan Radikalisme di Indonesia, Jakarta:, LIPI Press, 2005, hal.2. 39 Majalah National Geographic Indonesia edisi Oktober 2009
commit to user xlv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ketergesa-gesaan. Pembebasan dan keberpihakan pada kaum yang lemah diwujudkan dalam bentuk yang elegan, sistematis, dan evolutif. Penggunaan metode dan pendekatan inilah yang membedakan Islam moderat dengan Islam radikal. Fakta membuktikan bahwa agama merupakan kebutuhan asasi manusia. Karena itu, masalah agama adalah masalah yang senantiasa menyertai kehidupan umat manusia sepanjang sejarah sebagaimana masalah sosial lainnya,seperti ekonomi dan politik. Ilmu pengetahuan sosial, dengan berbagai paradigma dan metode, dikembangkan dalam rangka mengkaji perilaku manusia, tak terkecuali perilaku dalam beragama. Perilaku dalam beragama meliputi, perilaku individu dalam hubungannya dengan keyakinan yang dianut seperti pengalaman beragama, perilaku individu dalam hubungannya dengan kelompok, perilaku individu dalam hubungannya dengan kelompok pimpinannya, perilaku individu dalam hubungannya dengan kelompok, perilaku individu dalam hubungannya dengan sistem simbol/doktrin agama tertentu, perilaku kelompok dalam hubungannya dengan pemimpin, stratifikasi sosial, perilaku pemimpin agama dalam sistem simbol, perilaku pemimpin agama dengan stratifikasi sosial.
4. Tempat atau Kejadian Tempat atau kejadian merupakan hal yang terpenting karena menyangkut keberadaan objek dan terjadinya sebuah peristiwa, sehingga pembaca mengetahui
commit to user xlvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kapan dan dimana peristiwa itu terjadi. Selain itu kondisi sosiokultural masyarakat dapat dikaitkan sebagai tempat atau kejadian yaitu sebagai pengukur sejauh mana kejadian yang berlangsung dapat mempengaruhi pola pikir dan sejauh mana kondisi tersebut berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.
F. Kerangka Pikir Kerangka pikir penelitian ini bertolak dari adanya aksi-aksi terorisme berupa serangan bom yang terjadi di Indonesia, sementara di sisi lain sebagian umat Islam berpikir terbuka dalam menjalankan syariat Islam. Maka dari itu, sesungguhnya umat Islam di Indonesia terbagi menjadi sejumlah golongan yang mempunyai keyakinan masing-masing dalam menjalankan syariatnya dan berbeda dalam perilaku beragama. Padahal sesungguhnya Islam adalah agama yang membawa kedamaian. Majalah National Geographic Indonesia edisi Oktober 2009, menampilkan sebuah liputan mengenai perilaku umat Islam di Indonesia dalam tulisan dan esai foto jurnalistik. Dari sinilah peneliti tertarik untuk menganalisis perilaku beragama umat Islam Indonesia dalam esai foto jurnalistik yang berjudul “Moderat dan Radikal dalam Satu Tempat, bernama Indonesia” karya James Natchwey. Dari esai foto tersebut kemudian dikategorikan dalam sejumlah aspek.
commit to user xlvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berbekal hasil analisis foto tersebut, peneliti kemudian menemukan model analisis semiotik yang paling relevan. Kerangka Pikir Penelitian Esai Foto
jurnalistik karya James Natchwey di
Majalah National Geographic Indonesia edisi Oktober 2009 tentang Islam di Indonesia
Simbol-simbol mempresentasikan : 1. Aspek aktivitas beribadah 2. Aspek aktivitas kehidupan sosial 3. Aspek ideologi 4. Aspek identitas
Kode-kode fotografi (cara pengambilan gambar)
Kode-kode sosial (ekspresi, penampilan, gestur dll)
Pendekatan Analisis Semiotik Oleh Peneliti
MAKNA
G. Definisi Konsepsional Dalam penelitian ini, penjelasan konsep diperlukan sebagai dasar-dasar konsep yang jelas bagi unsur-unsur masalah yang akan diteliti dengan tujuan menghindari kesesatan, perbedaan pengertian ataupun penafsiran mengenai variabelvariabel penelitian yang diketengahkan antara konsep peneliti dan pembaca.
commit to user xlviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Semiotik Adalah konsep tentang lambang atau tanda ada beberapa perbedaan teori antara ahli semiotik modern terutama dalam penerapan konsep-konsep dan hasil karya. Perbedaan itu mungkin disebabkan oleh perbedaan yang mendasar. Penalaran secara hipotesis dilakukan melalui tanda-tanda. Tanda tersebut memungkinkan kita untuk berpikir, berhubungan dengan orang lain dan memberi makna terhadap apa yang ditampilkan oleh alam semesta. Semiotik merupakan sebuah ilmu yang mengkaji kehidupan tanda-tanda ditengah masyarakat tujuanya adalah untuk menunjukkan bagaimana terbentuknya tanda-tanda beserta kaidah yang mengaturnya.
2. Makna Makna adalah hasil dari perilaku menyandi. Suatu makna terdiri dari lambang-lambang verbal maupun nonverbal yang mewakili perasaan dan pikiran sumber pada suatu saat dan tempat tertentu. Meskipun encoding merupakan suatu kegiatan internal yang menghasilkan suatu pesan, pesannya itu sendiri besifat eksternal bagi sumber. Pesan adalah apa yang harus sampai dari sumber ke penerima bila sumber bermaksud mempengaruhi penerima.40 Pesan harus menggunakan suatu alat untuk memindahkannya dari sumber ke penerima. Dalam hal ini fotografi
40
Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya, Panduan Berkomunikasi Dengan Orang-orang Berbeda Budaya, Remaja Rosdakarya, Jakarta, 2001, hal 15
commit to user xlix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menjadi berita yang digunakan oleh komunikator dalam menyampaikan pesan kepada komunikan. 3. Foto Jurnalistik Foto jurnalistik adalah suatu medium sajian untuk menyampaikan beragam bukti visual atas suatu peristiwa pada masyarakat seluas-luasnya, bahkan hingga kerak di balik peristiwa tersebut, tentu dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Foto merupakan sarana bagi seorang fotografer, sebagaimana kata-kata yang digunakan sebagai seorang penulis untuk mengungkapkan apa yang diinginkannya. Melalui bahasa gambar tersebut, seorang fotografer menyampaikan pesan secara visual mencakup berbagai jenis pesan, yaitu berupa penyampaian pesan, ide, gagasan, visi, sikap fotografer dan penikmatnya. Fotojurnalistik menunjukkan kepada kita hal-hal yang tidak biasanya kita lihat, membawa kita ketempat-tempat yang tidak biasanya kita kunjungi, ia menjelaskan kompleksitas seluruh kehidupan dunia. Fotojurnalistik yang baik tidak hanya sekedar fokus secara teknis, namun juga fokus secara cerita. Fokus dengan teknis adalah gambar mengandung ketajaman dan kekaburan yang beralasan, dalam artian memenuhi syarat secara tekhis fotografi. Fokus secara cerita, yakni pesan dan misi yang akan disampaikan kepada pembaca mudah dimengerti dan dipahami.
4. Islam Radikal dan Moderat di Indonesia
commit to user l
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Islam terbagi menjadi sejumlah golongan yang mempunyai keyakinan masingmasing dalam menjalankan syariatnya dan dalam menerjemahkan Al Quran serta hadist Nabi Muhammad SAW, tak terkecuali di Indonesia. Diantaranya adalah radikal dan moderat. Islam radikal merupakan reaksi dari adanya ketidakadilan, kezaliman, kemungkaran yang terjadi dalam masyarakat. Kelompok ini memperjuangkan Islam secara kaffah (totalitas), syariat Islam sebagai hukum negara, Islam sebagai dasar negara, sekaligus Islam sebagai sistem politik sehingga bukan demokrasi yang menjadi sistem politik nasional. Mereka juga berdasarkan praktik keagamaannya pada orientasi masa lalu. Selain itu, mereka sangat memusuhi Barat dengan segala produk peradabannya, seperti sekularisasi dan modernisasi. Cenderung menggunakan cara kekerasan dalam mencapai tujuannya Islam moderat cenderung kepada golongan yang mengambil jalan tengah diantara dua hal yang berbeda. Penganutnya selalu memelihara keseimbangan dalam beragama dan bermasyarakat, menerima perkembangan yang terjadi dengan tetap memegang ajaran Islam. Mempertimbangkan segala sesuatunya tanpa ada kehendak mengikuti hawa nafsu dengan tetap mengikuti ketentuan Allah dan Rasul-Nya.
H. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian
commit to user li
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan analisa semiologi komunikasi. Sebagai sebuah penelitian deskriptif, penelitian ini hanya memaparkan situasi atau wacana, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Data dalam penelitian ini adalah data kualitatif (data yang bersifat tanpa angka-angka atau bilangan), sehingga data bersifat kategori substantif yang kemudian diinterpretasikan dengan rujukan, acuan dan refrensi-referensi ilmiah. 2. Metode Penelitian Metode yang digunakan untuk mencermati foto jurnalistik dalam majalah National Geographic Indonesia edisi Oktober 2009 yang berisi esai foto jurnalistik berjudul “Moderat dan Radikal dalam Satu Tempat, bernama Indonesia” dengan tema Islam di adalah metode analisis semiotik. Merupakan cara atau metode atau menganalis dan memberikan makna – makna terhadap lambang-lambang pesan atau teks.41 Metode analisis pendekatan semiotik bersifat deskriptif kualitatif, maka secara umum tehnik analisis datanya menggunakan alur yang lazim dikonversikan ke dalam bentuk-bentuk narasi yang bersifat deskriptif sebelum dianalisis, diinterpretasi, dan kemudian disimpulkan. Metode ini memfokuskan pada tanda dan teks sebagai objek kajiannya, serta bagaimana peneliti menafsirkan dan memahami kode dibalik tanda dan teks objek yang diteliti.
3. Sumber Data 41
Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, Yogyakata: Lkis, 2007, hal 155
commit to user lii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan dua jenis sumber data, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder a. Sumber data primer Sumber data primer adalah majalah National Geographic Indonesia edisi Oktober 2009 yang berisi esai foto jurnalistik berjudul “Moderat dan Radikal dalam Satu Tempat, bernama Indonesia”
b. Sumber data sekunder Sumber data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari buku-buku, artikel, jurnal, majalah, situs internet.
4. Analisa Data Sesuai dengan metode penelitian bersifat kualitatif, analisa data sama sekali tidak menggunakan perhitungan secara kuantitatif. Semiotika digunakan untuk menganalisa makna dari tanda-tanda yang ada dari pesan-pesan komunikasi dalam esai foto yang berjudul “Moderat dan Radikal dalam Satu Tempat, bernama Indonesia” karya James Natchwey Tahap pertama, foto ditelaah bagian mana yang merepresentasikan Islam radikal maupun moderat yang ada di Indonesia. Bagian-bagian inilah yang menjadi korpus penelitian. Korpus penelitian berisi : makna-makna apa yang terkandung
commit to user liii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dalam Islam radikal maupun moderat di Indonesia” Langkah yang dilakukan dalam analisis data yakni dengan mengelompokkan foto menjadi beberapa bagian. Korpus-korpus itu kemudian berdasarkan dua aspek sosial dan aspek fotografis. Pada aspek sosial digunakan dua tahap analisis yakni tahap denotatif dan konotatif. Sedangkan aspek fotografis yang berupa angle, lighting, dan setting hanya digunakan satu tahap yaitu tahap konotatif. Dari dua aspek tersebut akan diperoleh tema radikal dan moderat Islam di Indonesia yang kemudian memasuki tahap analisis terakhir yaitu mitos. Dengan tahapan diatas, tujuan penelitian akan tercapai. Secara ringkas, peneliti melakukan proses analisisnya dengan menggunakan jabaran langkah yang mengadopsi bagan/skema model semiologi Roland Barthes dari Introduction to Communications Studies yang ditulis John Fiske, yakni sebagai berikut: 42 1. Essai foto mengenai Islam radikal dan moderat di Indonesia karya James Natchwey yang menjadi bahasan dalam penelitian ini diamati untuk mengenali penanda-penandanya (signifier). 2. kemudian dari data tersebut dicari makna denotasi dan ditransformasikan dari gambar ke verbal. Denotasi didapat dari pengamatan langsung dari tanda-tanda yang ada yang menghasilkan makna nyata, makna yang sebenarnya hadir. 3. berdasarkan makna denotasi yang telah didapatkan maka akan didapat maknamakna konotasi dari lambang-lambang komunikasi yang ada. Makna konotasi merupakan penciptaan makna lapis kedua yang terbentuk ketika lambang denotasi 42
John Fiske, Introduction to Communications Studies, Jalasutra,Yogyakarta, 1990, hal 121.
commit to user liv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dikaitkan dengan aspek psikologis, seperti perasaan, emosi, atau keyakinan. Karena pada dasarnya penanda konotasi dibangun dari tanda-tanda dari sistem denotasi. Biasanya beberapa tanda denotasi dapat dikelompokkan bersama untuk membentuk satu konotator tunggal, sedang petanda konotasi berciri sekaligus umum, global, dan tersebar. Petanda ini memiliki komunikasi yang sangat dekat dengan budaya, pengetahuan, dan sejarah.43 4. menemukan mitos-mitos yang terkandung dalam foto, yang berlaku di dalam masyarakat. 5. untuk dapat membongkar sebuah makna ideologis dari praktik pertandaan, diperlukan prinsip-prinsip intertektualitas dan intersubyektifitas. Teks dalam pengertian umum adalah dunia semesta ini, bukan hanya teks tertulis atau teks lisan. Adat istiadat, kebudayaan, film, iklan secara pengertian umum adalah teks. Dimulai dengan analisis bersifat teknis (kode-kode verbal dan nonverbal dalam iklan), kajian semiotika senantiasa menghubungkan isi teks dengan ”teks” lain berupa isi media lain dan bahkan fenomena sosiokultural masyarakat yang lebih luas. Asumsi dasar interteks adalah sebuah teks tidak dapat dilepaskan sama sekali dari teks lain atau tidak dapat berdiri sendiri.44 Prinsip intertekstualitas adalah di dalam suatu teks terdapat suatu teks lain yang dipengaruhi oleh latar
43 44
Kurniawan, Semiologi Roland Barthes, Magelang, Yayasan Indonesia Tera,2001, hal. 68.
Suwardi Endraswara, Widyatama,2003, hal. 131.
Metodologi
Penelitian
Sastra.
commit to user lv
Yogyakarta,
Penerbit
Pustaka
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
belakang teks tersebut. Begitu pula dengan intersubyektifitas, pemaknaan terhadap suatu teks akan dipengaruhi oleh latar belakang dan pola pikir subyek lain yang memaknai teks tersebut sebelumnya, sehingga akan mempengaruhi hasil dari pemaknaan teks tersebut.
commit to user lvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II GAMBARAN UMUM MAJALAH NATIONAL GEOGRAPHIC INDONESIA, FOTOGRAFER JAMES NATCHWEY DAN LIPUTAN ISLAM DI INDONESIA
A. Profil Majalah National Geographic (NGI) Majalah National Geographic Indonesia (NGI) merupakan salah satu edisi bahasa lokal (Local Language Editions/LLE) dari National Geographic Magazine (NGM), majalah yang diterbitkan dan menjadi jurnal resmi National Geographic Society yang berkantor pusat di Washington DC, AS. Hingga saat ini, NGM memiliki 31 LLE yang terbit dalam 28 bahasa. Pada garis besarnya, LLE diterbitkan oleh institusi penerbitan di suatu negara di luar AS dengan status mitra aliansi dan lisensi internasional (International Lisences and Aliances Partners) dari NGM. Untuk kasus NGI, mitra ILA dari NGM adalah Gramedia Majalah, sebuah kelompok usaha yang merupakan bagian dari Kelompok Kompas Gramedia. Kerja sama antara Gramedia Majalah dengan NGM untuk menerbitkan NGI dimulai sejak 2004. Adapun terbitan pertama NGI adalah edisi April 2005 dengan cover Manusia Flores (Homo Floresiensis). Edisi reguler yang terbit setiap satu bulan sekali dimulai dengan Edisi April 2005.
commit to user lvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
NGI tidak memiliki SIUPP karena sejak diberlakukannya UU No.40 Tahun 1999 tentang Pers, lembaga Surat Izin Usaha Penerbitan Pers ditiadakan. Penerbitan NGI didasarkan pada surat kesepakatan kerja sama antara Gramedia Majalah dengan NGM pada akhir 2004. National Geographic Indonesia merupakan jurnal resmi dari National Geographic Society yang secara global menyajikan tulisan tentang “Dunia dan Segala Isinya: dengan subyek utama mengenai sejarah alam semesta, kehidupan flora dan fauna, beragam kebudayaan manusia, perkembangan ilmu pengetahuan dan pelestarian alam dalam tulisan popular yang akurat serta didukung oleh foto-foto yang memukau.
B. Visi dan Misi Visi: menjadi perusahaan penyedia informasi dan layanan edutainment yang terbesar pilihan utama masyarakat indonesia dan memuaskan serta membanggakan stakeholders. Mission statements: menginspirasi masyarakat untuk makin peduli pada bumi beserta segala isinya dengan menghadirkan media cetak dan digital berkualitas dunia dengan topik sejarah alam, penjelajahan, kehidupan liar, peradaban, dan ilmu pengetahuan secara populer di tingkat pembaca dan komunitas.
commit to user lviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Alur Peliputan Artikel Internasional : -
Secara berkala, NGI memperoleh daftar artikel yang disediakan oleh NGM yang bisa digunakan oleh seluruh LLE. Seluruh artikel dalam daftar adalah sama dengan artikel yang digunakan oleh NGM-US yang langsung diterbitkan oleh NGS di AS.
-
Redaksi NGM melalui rapat redaksi memutuskan artikel internasional mana saja yang dipilih untuk sebuah edisi.
-
Artikel diambil dari basket yang menggunakan sistem web-base.
-
Artikel yang berbahasa Inggris tersebut diterjemahkan oleh penerjemahan.
-
Artikel terjemahan diedit oleh tim editor.
-
Secara paralel, artikel terjemahan juga diresensi oleh peresensi independen yang ditunjuk oleh redaksi NGI.
-
Proses tata letak.
-
Proses editing akhir.
-
Cetak.
Dalam alur tersebut, NGI berpanduan pada Buku Panduan editorial yang berlaku sama untuk seluruh edisi NGM di seluruh dunia. Secara berkala pula, divisi International Language Editions (ILE) yang ada di Washington DC memberi masukan dalam semua segi terhadap produk akhir NGI
commit to user lix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(majalah), seperti saturasi warna, tata letak, dan penerjemahan. Mereka juga secara berkala mengunjungi kantor-kantor LLE di seluruh dunia untuk memberikan masukan. Artikel nasional : -
Tema artikel yang hendak digarap ditentukan dalam rapat redaksi NGI
-
Rancangan tema itu diinformasikan kepada ILE. Dari langkah ini, terjadi diskusi sehingga ketika dikerjakan, tema tersebut merupakan pilihan NGM secara utuh, bukan NGI saja atau NGM di AS saja.
-
Setelah tulisan dan foto selesai dibuat, tim editor memeriksa kedua komponen artikel tersebut dan melakukan pengeditan.
-
Tata letak artikel dibuat dengan penanggung jawab Art Director di NGI.
-
Teks artikel diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris untuk diinformasikan ke ILE.
-
Tata letak juga diinformasikan ke ILE.
-
Proses editing akhir.
-
Cetak. Secara umum, terdapat dua bagian besar dalam rubrikasi NGI yaitu
Departemen (berisi artikel, esai foto, tajuk, dan lain-lain di luar feature panjang) dan Fitur atau Feature. Departemen berisi: -
Forum (surat pembaca dan editorial)
commit to user lx
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
-
Gambaran Dunia
-
Core (berupa artikel ringkas 1-2 halaman dengan beragam tema seperti kehidupan liar, kesehatan, geografi, budaya, arkeologi, dan lain-lain)
-
Jurnal Foto
-
Foto Kita (halaman bagi foto-foto karya pembaca NGI)
-
Dari Editor (tajuk yang dibuat oleh Editor in Chief NGM)
-
Di Balik Layar (berupa kisah yang dialami penulis/fotografer dalam proses menyusun artikel National Geographic)
-
Kilas Balik (berisi kilasan arsip artikel National Geographic)
-
Edisi Depan (Preview isi edisi mendatang)
D. Pengawakan Redaksi Secara garis besar, NGI terdiri atas empat bagian yaitu redaksi, sirkulasi, iklan, dan promosi. Tiga bagian terakhir merupakan editorial support team yang mendukung sisi bisnis produk (majalah) dari segi sebaran pembaca, pendapatan, tiras, dan sebagainya. 1. Redaksi a. Pemimpin Redaksi. Merupakan penanggung jawab keseluruhan isi majalah, dan pengambil kebijakan strategis secara keseluruhan, seperti dalam hal penerjemahan visi dan misi, manajemen, dan SDM.
commit to user lxi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Redaktur Pelaksana Merupakan wakil Pemimpin Redaksi dan penanggungjawab terhadap pelaksanaan harian institusi NGI. c.
Editor Teks Merupakan penanggung jawab terhadap kualitas isi dan gaya bahasa
seluruh artikel NGI. d. Editor Foto Penanggung jawab terhadap kualitas isi dan gaya jurnalistik foto NGI. e. Artistik Terdiri atas Art Director dan Art Designer. Penanggung jawab terhadap tata letak dan perwajahan majalah. f.
Penanggungjawab Web Bertugas menjalankan dan mengembangkan situs nationalgeographic.co.id
g.
Divisi Peta. Terdiri atas disainer dan koordinator. Bertugas dalam membuat peta,
poster, ilustrasi, dan infografik dengan akurasi perwajahan dan isi yang sesuai dengan standar NGI. h. Penerjemah.
commit to user lxii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Bertanggungjawab menerjemahkan artikel internasional ke dalam bahasa Indonesia. Dari segi jumlah, keseluruhan unsur redaksi itu terdiri atas sembilan staf di luar penerjemah. Dengan jumlah yang relatif kecil, umumnya setiap staf dituntut memiliki kemampuan multi tasking. Sementara itu, hingga saat ini, NGI memiliki tujuh tenaga penerjemah. 2. Sirkulasi National Geographic Indonesia terbit setiap bulan dengan tiras 40.300 eksemplar ke seluruh Indonesia JABOTABEK (57%) Jawa Barat (12%) Jawa Tengah (9%) Jawa Timur (10%) Sumatera (6%) Indonesia Timur (6%) (Data Sirkulasi Gramedia Majalah) Sedangkan segmentasi pasar Majalah NGI yakni: Usia
: 16 – 55 tahun (core: 25 – 35 tahun)
Jenis Kelamin
: Pria dan Wanita
Status Sosial
: A dan B
Pendidikan
: SMU, Mahasiswa, S1, S2
commit to user lxiii
perpustakaan.uns.ac.id
Pekerjaan
digilib.uns.ac.id
: Karyawan, Eksekutif, Pengusaha, Pelajar
E. Fotografer James Natchwey Dianggap oleh banyak orang sebagai fotografer perang terbesar yang pernah, wartawan foto James Nachtwey telah menghasilkan foto yang menggambarkan isuisu sosial besar dan konflik di lebih dari 30 wilayah. Nachtwey merupakan fotografer yang dihormati karena memperoleh berbagai gelar dan terus menjelajahi di seluruh dunia untuk meliput sejumlah konflik dan perang. James Nachtwey yang lahir 14 Maret 1948, berasal dari Massachusetts. Ia lulus dengan gelar di bidang Sejarah Seni dan Ilmu Politik dari Dartmouth College pada tahun 1970. Sewaktu menuntut ilmu di perguruan tinggi, dua peristiwa bersejarah terjadi, yakni Gerakan Hak Sipil Amerika dan Perang Vietnam. Peristiwa ini menjadi motivasi utamanya untuk mengembangkan karir fotografi. Ia belajar fotografi secara mandiri sambil bekerja sebagai sopir truk dan sebagai editor berita paruh waktu. Pada tahun 1976, Nachtwey memulai karirnya sebagai seorang fotografer di New Mexico. Empat tahun kemudian ia pindah ke New York untuk bekerja sebagai fotografer lepas. Setahun setelah itu, dia ditugaskan meliput perang saudara di
commit to user lxiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Irlandia Utara yang menjadikan dirinya fokus sebagai seorang jurnalis foto dokumentasi yang mengkhususkan diri dalam konflik, perang dan isu sosial. Nachtwey telah bekerja untuk Majalah Time sebagai fotografer kontrak sejak tahun 1984. Ia bekerja untuk Black Star dari tahun 1980 sampai 1985 dan merupakan anggota Magnum Foto dari tahun 1986 sampai tahun 2001. Pada tahun 2001, dia menjadi anggota pendiri VII Photo Agency. Untuk melaksanakan tugasnya, Nacthwey telah ke berbagai belahan dunia, termasuk: Thailand, Indonesia, Filipina, Sri Lanka, Korea Selatan, El Salvador, Guatemala, Nikaragua, Brasil, Somalia, Sudan, Rwanda, Afrika Selatan, Tepi Barat, Gaza, Rusia, Chechnya, Bosnia, Rumania, Kosovo dan, tentu saja, Amerika Serikat. Foto-foto Nachtwey telah dipamerkan ke seluruh Eropa dan Amerika Serikat dan dia telah menerima banyak penghargaan dan penghargaan termasuk penghargaan World Press Photo tahun 1994. Nachtwey juga telah dianugerahi Overseas Press Club, Robert Capa Gold Medal pada tahun 1983 1984, 1986, 1994 dan 1998. Pada tahun 2001, sebuah film dokumenter berjudul War Photographer dirilis, yang berfokus pada Nachtwey dan karyanya. Disutradarai oleh Christian Frei, film ini menerima nominasi Academy Award untuk film dokumenter terbaik. Film ini mengikuti Nachtwey erat selama dua tahun-di Kosovo, Balkan (Juni 1999), Jakarta, Indonesia (Mei / Juni 1999), Ramallah, Palestina (Oktober / November 2000), Kawah
commit to user lxv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Ijen, Tambang Belerang A, di Jawa Timur, Indonesia (Oktober 1999) dan di kota New York dan Hamburg. 45 Salah satu kualitas mengagumkan James Nachtwey adalah dedikasinya untuk pekerjaan. Dia menghabiskan uangnya untuk pergi ke wilayah yang secara publikasi peliputan media kurang menarik seperti panti asuhan di Rumania dan kelaparan di Somalia. Nachtwey tidak ragu-ragu untuk dekat dengan obyeknya, sehingga dia mengalammi kedekatan rasa sama dengan subjek ke pemirsanya. 46 Natchwey dipilih oleh redaksi National Geographic untuk melakukan liputan mengenai Islam di Indonesia karena Natchwey dianggap mengenal karakter bangsa Indonesia. Hal yang mendasarinya karena Natchwey kerap berkeliling Indonesia selama beberapa tahundan memotret isu-isu sosial. 47
F. Liputan NGI mengenai Islam di Indonesia Tempat dan peran surat kabar begitu unik. Kehadirannya melengkapi berita dan menjadikannya bagian yang organis dari surat kabar.Tidaklah lengkap jika surat kabar tidak berfoto. Dengan kehadiran foto, lengkaplah seluruh peliputan dalam surat kabar yang bersangkutan. Kelengkapan itu berupa kelengkapan deskripsi peristiwa terutama dalam dimensi keharuan, tragedi keceriaan atau dramatisasi. 48
45
http://en.wikipedia.org/wiki/James_Nachtwey diakses pada 17 Januari 2011 pukul 07.00 WIB. http://photography.nationalgeographic.com/photography/photographers/photographer-jamesnachtwey.html diakses pada 17 Januari 2011 pukul 07.15 WIB. 47 Wawancara dengan Editor Foto NGI, Reynold Sumayku (Kantor NGI, Jakarta, Selasa, 1 Februari 2011, jam 16.00 – 17.00) 48 Jacob Oetama, Prakata, Mata Hati 1965-2007, PT Gramedia, Jakarta, 2007, hal.20. 46
commit to user lxvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kehadiran foto dalam media massa cetak memiliki “suara” tersendiri dalam mengkontruksi sebuah peristiwa. Ketika media cetak memperoleh persaingan dari media elektronik, posisi dan peran foto di media cetak memperoleh tantangan baru. Terutama karena media elektronik seperti televisi menyatakan segala informasi dan narasinya dengan medium gambar bergerak dan hidup. Berita dan peristiwa disajikan sebagai tontonan, bukan sebagai bacaan. Peliputan mengenai Islam di Indonesia didasari oleh kondisi Islam di Indonesia yang dianggap unik oleh redaksi majalah National Geographic pusat di Amerika Serikat. Keberagaman aktifitas beragama terutama adanya golongan radikal dan moderat dalam sebuah negara dianggap pantas untuk disampaikan ke masyarakat internasional. Redaksi kemudian menugaskan fotografer James Natchwey untuk pergi ke Indonesia. Kurang lebih selama setahun, Natchwey melakukan peliputan dengan berkunjung ke berbagai daerah di Indonesia yang kemudian menghasilkan 14 foto yang dipilih redaksi. Salah satu foto Natchwey berupa seorang anak kecil jemaah An Nadzir saal melaksanakan salat Idul Adha di Sulawesi Selatan akhirnya dipilih oleh redaksi majalah NGI sebagai foto cover karena menarik secara visual, terkait kontras warna dan wajah obyek yang mengarah ke kamera. Selain itu, foto tersebut dianggap cukup mewakili adanya keberagaman Islam di Indonesia.
commit to user lxvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III ANALISIS FOTO JURNALISTIK ISLAM DI INDONESIA MAJALAH NATIONAL GEOGRAPHIC INDONESIA EDISI SEPTEMBER 2009
Media massa mempunyai fungsi memberi informasi kepada publik, menghibur dan mendidik masyarakat, sekaligus memainkan fungsi perekat sosial dan kontrol sosial, juga fungsi ekonomi dan transfer ilmu pengetahuan dan budaya. Media massa merupakan salah satu komponen penting dalam sebuah komunikasi multikultur. Media massa memiliki posisi yang strategis dalam masyarakat. Secara konseptual, keberadaan dan relasi antara media massa dan masyarakat perlu dua arah. Media massa dapat membentuk atau mempengaruhi masyarakat dan juga sebaliknya, yakni media massa sebagai cermin atau dipengaruhi realitas masyarakat. Media massa dengan kekuatannya mampu memegang peranan penting sebagai katalisator masyarakat, Media massa juga berperan sebagai media “pendidik” yang memiliki pengaruh kuat dalam membangun dan memberikan pemahaman tentang Islam di Indonesia dalam masyarakat yang multikultur. Karena perannya yang sangat potensial untuk mengangkat opini publik sekaligus wadah berdialog
commit to user lxviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
antar lapisan masyarakat dan tak menutup kemungkinan antar golongan dalam Islam di Indonesia. Foto
jurnalistik
sebagai
salah
satu
produk
media
massa,
telah
mempertimbangkan adanya keberagaman dan kemajemukan dalam masyarakat Indonesia, dimana dalam penyajian foto sebagai pelengkap berita (ilustrasi), foto tunggal ataupun essai selalu memperhatikan dan mempertimbangkan aspek-aspek kultural. Sehingga media massa berperan untuk menyadarkan tentang keberagaman Islam di Indonesia dan jangan menjadikannya jurang pemisahan dan penyebab perpecahan. Yakni dengan cara mendekatkan isi media pada realitas umat Islam yang berbeda satu sama lain dalam menjalankan syariat karena semuanya berakar pada Al Quran dan Hadist Nabi Muhammad SAW.
A. Konsep Esai Foto Islam di Indonesia Esai foto mengenai Islam di Indonesia disajikan dalam Majalah National Geographic Indonesia edisi September 2009 karena Islam di Indonesia dipandang unik. Indonesia sebagai negara dengan penduduk yang beragama Islam terbesar di dunia, memiliki sejumlah kelompok yang hidup didalamnya. Meski semuanya menjalankan ibadah salat wajib dan membaca Al Quran, namun ternyata ada kelompok garis keras yang menghendaki syariat Islam seutuhnya dan ada kalangan moderat yang mengetengahkan kebebasan umat.
commit to user lxix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lewat foto-foto yang disajikan, kita dapat mengerti bahwa foto tidak hanya sebagai pelengkap dari sebuah surat kabar, foto sanggup berdiri sendiri sebagai sesuatu yang memiliki peran dan mampu berbicara sendiri melebihi ribuan kata. Liputan berupa esai foto mengenai Islam di Indonesia berikut, tak hanya dimuat di Majalah National Geographic Indonesia tapi juga disajikan sejumlah penerbitan di berbagai negara di dunia dengan status mitra aliansi dan lisensi internasional (International Lisences and Aliances Partners) dari National Geographic Magazine yang berpusat di Amerika Serikat.
B. Analisa Obyek Foto Dengan menggunakan metode analisa semiotika untuk menginterpretasikan segala bentuk tanda yang terkandung dalam sebuah gambar, makna-makna baik yang dapat terlihat langsung maupun yang tersirat dapat diungkapkan dan dipaparkan. Dalam analisis semiotik, analisa yang diungkapkan mengacu pada tanda yang muncul dan diverifikasi dari hubungan-hubungan antar signifier dan acuan signified. Dalam menganalisa esai foto mengenai Islam di Indonesia yang disajikan dalam Majalah National Geographic Indonesia edisi September 2009 karya James Natchwey menggunakan metode semiotik Barthes, penulis membahas sepuluh korpus. Masing-masing korpus yang dibahas akan meliputi makna denotatif dan konotatif. Selain itu juga akan dibahas mengenai mitos tentang Islam di Indonesia.
commit to user lxx
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Esai foto jurnalistik yang dihasilkan merupakan sebuah karya perorangan namun merupakan representasi dari sikap institusi media yang memayungi mereka. Artinya foto-foto jurnalistik ini adalah bagian dari opini redaksi. Berikut analisa makna dan tanda pada kesepuluh korpus yang diambil dari foto mengenai Islam di Indonesia yang disajikan dalam Majalah National Geographic Indonesia edisi September 2009. Foto-foto tersebut dianggap penulis dapat menggambarkan kondisi Islam di Indonesia yang ditangkap oleh fotografer James Natchwey.
commit to user lxxi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Korpus 1
Caption
: Masjid Istiqlal di Jakarta dapat menampung 120.000 jiwa untuk salat Jumat. Para saudagar Arab membawa Islam ke kawasan ini 1.000 tahun silam. Sekarang 86 persen dari 240 juta penduduk Indonesia beragama Islam.
commit to user lxxii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Analisis Foto : Denotatif
: Gambar tersebut menunjukkan ribuan umat Islam sedang sujud saat melaksanakan salat Jumat di Masjid Istiqlal, Jakarta. Sejumlah tiang masjid tampak menonjol. Komposisi foto diambil secara horizontal, menggunakan lensa wide, secara ekstrem long shot49 dan sudut dari atas untuk menggambarkan banyaknya umat Islam yang melaksanakan salat dan juga pilar-pilar penyangga gedung yang tampak kokoh.
Konotatif
: Foto pada korpus 1 menggunakan komposisi garis untuk membawa perhatian pembaca pada subjek utama. Tiang-tiang penyangga masjid yang diumpamakan sebagai garis. Garis juga dapat menimbulkan kesan kedalaman dan memperlihatkan gerak pada gambar. Dalam Islam, salat merupakan tiang agama, salat menunjukkan kualitas spiritual seorang muslim. Salat dalam Islam pada dasarnya merupakan institusi tauhid, peng-Esaan Allah, refleksi sekaligus perjalanan mengarah ke sana. Tubuh melakukan aktivitas ritual secara fisik, sedangkan hati merefleksikan kebesaran Allah dan pikiran berurusan dengan legalitas yang mengatur salat, semua aktivitas ini mengarah pada yang Satu. Foto tersebut menggunakan pengambilan secara ekstrem long shot yang merupakan jarak kamera paling jauh dari obyeknya. Wujud fisik
49
Himawan Pratista, Memahami Film, Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008, hal.104.
commit to user lxxiii
perpustakaan.uns.ac.id
manusia
digilib.uns.ac.id
nyaris
tidak
tampak.
Tehnik
ini
umumnya
untuk
menggambarkan panorama yang luas atau obyek yang sangat jauh.50 Pengambilan foto ini yang menggunakan ekstrem long shot diharapkan mampu menggambarkan jumlah umat Islam yang mengikuti salat Jumat sangat banyak. Seperti pada foto, manusia yang sedang sujud terlihat sangat jauh dan sangat banyak. Sujud merupakan gerakan kepala yang menunduk kebawah, dua lutut diletakkan terlebih dulu
kemudian dua tapak
tangan kemudian dahi dan hidung, jari-jari dirapatkan, siku tangan agak direnggangkan dan ujung jari di tempelkan ke tanah.51 Sujud merupakan rahasia salat dan merupakan rukunnya yang paling mulia. Ia juga menjadi penutup rakaat. Rukun lainnya merupakan pengantar saja baginya, sujud merupakan tujuan utama salat. Saat sujud, maka kepala yang dianggap mulia tadi diletakkan ke atas tanah. Kepala yang dianggap mulia tadi diletakkan sama ratanya dengan kaki,diatas tanah yang biasa diinjak. Ini bermakna bahwa ketika sujud manusia tunduk kepada Allah yang Maha Tinggi dengan merendahkan diri serendahrendahnya. Sudah sepantasnya kita sebagai manusia tunduk dihadapan Allah karena Allah merupakan Dzat yang Maha Segala-galanya. Perintah
50 51
sujud
merupakan
bentuk
kekhusyukan
Ibid, hal 105. Faisal Najib Munir, Tuntunan Ibadah Salat, Solo: Cita Abadi , 1997, hal.24.
commit to user lxxiv
kepada-Nya,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sebagaimana memohon ampunan atas apa yang telah dilakukan, untuk menunjukan pasrahnya manusia pada Allah. Gerakan salat dimanapun adalah sama, mulai takbirratul ihram hingga salam. Hal ini menandakan bahwa ajaran Islam menyembah Tuhan yang sama. Salat Jumat juga diwajibkan secara berjamaah. Berjamaah dimaksudkan untuk memperkokoh jalinan tali silaturahmi dan menanamkan kepekaan sosial. Berjamaah merupakan pintu masuk untuk menggapai solidaritas dan jalinan sosial itu, untuk menopang persaudaraan sesama umat Islam. Salat berjamaah lebih utama dibanding salat sendirian dengan rasio perbandingan pahala 27:1. Hitungan itu tidak hanya mengacu kepada angka yang dinisbahkan kepada pahala, namun karena di balik berjamaah tersimpan hikmah yang tidak ditemukan saat salat sendirian. Saat berjamaah terdapat imam dan makmum dalam sebuah masjid dengan sistem yang ditekankan tertib, lurus, rapat dan tidak menyisakan ruang kosong. Semua makmum harus mengetahui dan mengikuti imam, jangan mendahului saat melaksanakan rukun-rukun salat.52
52
Asep Muhyudin, Asep Salahudin, Salat Bukan Sekedar Ritual, Bandung: Rosdakarya, 2006, hal 274
commit to user lxxv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Korpus 2
Caption
: Siswa tunanetra membaca Al Quran di Raudlatul Makfufin, sekolah dan yayasan di Jakarta yang membagikan Al Quran braile secara gratis. Sedekah semacam ini menjadi bagian jaring penyelamat bagi yang tidak berpunya.
commit to user lxxvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Analisis Foto : Denotatif
: Siswa tunanetra membaca Al Quran berhuruf braile di sekolah Raudlatul Makfufin, Jakarta. Komposisi foto diambil secara horizontal dan medium close up53 pada tangan yang meraba Al Quran braile dengan latar belakang seseorang yang mengenakan pakaian warna putih dan berpeci.
Konotatif
: Foto dalam korpus 2 diambil menggunakan komposisi Rule of thirds , membayangkan ada garis-garis panduan yang membentuk sembilan buah empat persegi panjang yang sama besar pada sebuah gambar. Elemen-elemen gambar yang muncul di sudut-sudut persegi panjang pusat akan mendapat daya tarik maksimum. Detail Al Quran braile diletakkan di pojok kanan bawah. Umumnya, medium close up memperlihatkan wajah, tangan, kaki atau sebuah obyek kecil lainnya. Tehnik ini memperlihatkan sangat mendetil suatu obyek.54 Foto ini menekankan pada tangan yang meraba huruf braile Al Quran tapi masih memperlihatkan latar belakang lokasi di pondok pesantren. Pesantren mengajarkan cara membaca Al Quran serta mengamalkan isinya yang berupa aturanaturan hidup umat Islam secara detail.
53 54
Himawan Pratista, loc.cit. Himawan Pratista, loc.cit.
commit to user lxxvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Al Quran merupakan kalam Allah Swt. Al-Qur’an adalah kitab yang diturunkan dengan penuh berkah. Al-Qur’an memberikan petunjuk manusia kepada jalan yang lurus. Tidak ada keburukan di dalamnya, oleh karena itu sebaik-baik manusia adalah mereka yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya. Allah telah menjamin bagi siapa yang membaca Al-Qur’an dan mengamalkan isi kandungannya tidak akan tersesat di dunia dan tidak celaka di akhirat, dengan firmanNya: “…. Barangsiapa mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.” (Thaha:123) Rasulullah Saw bersabda, “Sebaik-baik kamu adalah orang yg mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari) Al Quran memuat ringkasan dari ajaran-ajaran ketuhanan yang pernah dimuat kitab-kitab suci sebelumnya seperti Taurat, Zabur, Injil dan lain-lain. Juga ajaran-ajaran dari Tuhan yang berupa wasiat. Alquran juga mengokohkan perihal kebenaran yang pernah terkandung dalam kitab-kitab suci terdahulu yang berhubungan dengan peribadatan kepada Allah Yang Maha Esa, beriman kepada para rasul, membenarkan adanya balasan pada hari akhir, keharusan menegakkan hak dan keadilan, berakhlak luhur serta berbudi mulia dan lain-lain Umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak membaca Al Qur’an pada setiap kesempatan, meluangkan waktu untuk tadarrus Al Qur’an,
commit to user lxxviii
perpustakaan.uns.ac.id
mempelajarinya,
digilib.uns.ac.id
mengajarkannya
dan
juga
berusaha
untuk
mengamalkannya agar beruntung mendapatkan syafa’at dari Al Qur’an yang dibaca serta mendapatkan ridha dan Surga dari Allah di akherat kelak. Dengan berbekal Al Quran braile, para tuna netra seolah bertekad tak mau kalah dengan manusia normal lain dalam membaca dan mempelajari ayat-ayat ilahi. Keterbatasan fisik tidak menghalangi seseorang untuk terus beribadah. Islam merupakan agama “rahmatan lil alamin” yakni rahmat bagi semesta alam. Islam merupakan rahmat bagi semua umat, tidak hanya manusia yang sempurna tapi juga yang terlahir dalam keadaan kurang secara fisik. Mempelajari ajaran Islam juga merupakan hak semua pemeluk Islam secara sama tanpa membedakan ras, golongan ataupun kekurangan fisik. Sistem tulisan Braille untuk orang-orang buta diciptakan oleh Louis Braille asal Perancis. Dalam perkembangannya, sistem penulisan braile digunakan dalam mencetak Al Quran. Perkembangan ilmu pengetahuan dari berbagai pihak tidak menutup kemungkinan digunakan untuk mengembangkan Islam itu sendiri.
commit to user lxxix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Korpus 3
Caption
: “Hidup Terhormat atau Mati Syahid” begitu yang tertulis dalam huruf merah di penutup kepala angota Front Pembela Islam.Setiap tahun, kelompok ini berpatroli di Jakarta sebelum dan selama Ramadhan, menekan “sumber maksiat” seperti pemilik bar dan para
commit to user lxxx
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tunasusila. Pada tahun 2008, pemimpinnya divonis penjara karena menghasut tindak kekerasan.
Analisis Foto : Denotatif
: Seorang anggota Front Pembela Islam (FPI) dengan posisi jarijarinya membentuk simbol pistol yang diarahkan ke kepala. Menggunakan kaos warna putih bertuliskan BOM di dada, penutup muka dan kepala dengan logo kelompok FPI berwana hijau dan tulisan berwarna merah “Hidup mulia mati syahid” dalam bahasa arab. Dibelakangnya
tampak
kerumunan
anggota
FPI,
salah
satu
mengalungkan syal warna hijau di leher. Menggunakan medium close up55 secara frontal dalam pengambilan gambar. Konotatif
: Foto dalam korpus 3 diambil menggunakan komposisi Rule of thirds , membayangkan ada garis-garis panduan yang membentuk sembilan buah empat persegi panjang yang sama besar pada sebuah gambar. Elemen-elemen gambar yang muncul di sudut-sudut persegi panjang pusat akan mendapat daya tarik maksimum. Dalam korpus 3, posisi jari-jari anggota FPI yang membentuk simbol pistol mendapat daya maksimum karena diletakkan di pojok kiri atas. Pada medium close up, memperlihatkan tubuh manusia dari dada ke atas, sosok tubuh manusia mendominasi frame dan latar tidak lagi
55
Himawan Pratista, loc.cit.
commit to user lxxxi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dominan.56 Foto memfokuskan pada salah satu anggota FPI tetapi juga masih memperlihatkan anggota-anggota lainnya pada latar belakang, hal ini menunjukkan bahwa anggota FPI dalam aksinya bergerak secara berkelompok, tidak secara individual. Foto ini diambil secara frontal, anggota PFI tersebut menatap kamera menunjukkan keberanian yang mereka miliki. Front Pembela Islam (FPI) merupakan gerakan Islam yang muncul pada tahun 1998 di Jakarta. Arti front mengacu pada pengertian “depan” dan dalam konteks Islam menjadi “pembela paling depan”. ”Pembela” diambil dari dari ayat Al Quran: Ya ayyuha al ladzina amanu kunu ansharallah, artinya: Wahai orang-orang yang beriman, jadilah pembela/penolong Allah (QS. Ash-Shaff:14). Menurut Habib Rizieq, menjadi “pembela Allah” maksudnya menjadi “pembela agama Allah”, yakni Islam. Jadi pembela agama Allah adalah pembela Islam.
57
Semboyan “Hidup mulia atau mati syahid” berasal dari
kalimat terakhir Sayyid Qutb, tokoh Ihwanul Muslimin Mesir yang mati ditiang gantungan di era Jamal Abdul Nasser. Kalimat ini mengandung pengertian, hanya orang mulia yang mati syahid dan juga kesyahidan hanya dicapai oleh orang yang hidupnya mulia.58
56
Himawan Pratista, loc.cit. Andri Rosadi, Hitam Putih FPI (Front Pembela Islam), Jakarta: Nun Publisher, hal 88. 58 Ibid, hal 100. 57
commit to user lxxxii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Orang yang difoto menggunakan penutup kepala hingga muka dimaksudkan untuk menyembunyikan wajah. Penutup wajah model ini, awal mulanya digunakan oleh para algojo saat mengeksekusi mati seorang terdakwa yang dinyatakan bersalah, menggunakan tiang gantungan maupun memenggal kepala. Pemakaian penutup wajah oleh anggota Front Pembela Islam (FPI) ini terkait aktivitas kelompok yang kerap melakukan aksi lapangan yang terkadang berujung pada tindak kekerasan di sejumlah tempat yang mereka anggap lokasi maksiat. Mereka menyembunyikan wajah agar identitasnya tidak diketahui oleh orang lain diluar kelompok mereka, untuk menghindari beban yang mungkin ditanggung oleh diri sendiri maupun keluarganya. Posisi jari yang membentuk simbol pistol serta tulisan BOM di bagian depan kaus mengindikasikan bahwa mereka siap menghadapi lawan yang mereka anggap melawan syariat Islam, hingga menggunakan senjata.
commit to user lxxxiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Korpus 4
Caption
: Sebelum dieksekusi pada November 2008, Muklas,bagian dari kelompok pendukung Al Qaeda, tampil dari balik jeruji besi. Pada 2002 dia ikut merencanakan bom Bali yang menewaskan 202 orang. Beberapa serangan terjadi lagi, termasuk ledakan bom pada Juli 2009.
commit to user lxxxiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Analisis Foto : Denotatif
: Muklas, terdakwa kasus bom bali terlihat dibalik jeruji besi dengan bibir tersenyum di Lapas Nusakambangan. Muklas mengenakan pakaian serba putih termasuk peci. Foto diambil dengan menggunakan medium shot59. Membuat komposisi foto, dengan memainkan background atau foreground memang sering dilakukan oleh para fotografer untuk memberikan setting lokasi pengambilan gambar, termasuk fotografer Jurnalistik.60 Dalam foto tersebut, fotografer menggunakan keadaan sekitar yang penuh jeruji besi sehingga dapat menguatkan bahwa Muklas berada dalam lembaga pemasyarakatan terkait kasus yang dialaminya.
Konotatif
: Dalam beberapa keadaan termasuk foto dalam korpus 4, pilihan komposisi terbaik adalah keep it simple. Sangat sulit bagi orang yang melihat sebuah foto apabila terlalu banyak titik yang menarik perhatian. Umumnya makin “ramai” sebuah gambar, makin kurang menarik gambar itu. Foto korpus 4 berkonsentrasi pada satu titik
59 60
Himawan Pratista, loc cit. Wawancara dengan Hasan Sakri Gozali, pewarta Harian Tribun Jogja. (Manahan, Solo, Minggu, 6 Februari 2011, jam 16.00 – 17.00)\
commit to user lxxxv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
perhatian yakni sosok Muklas dan memaksimalkan daya tariknya sebagai terdakwa kasus pengeboman di Bali. Pengambilan gambar diatas menggunakan medium shot dimana memperlihatkan tubuh manusia dari pinggang ke atas, gesture serta ekspresi wajah mulai nampak. Pada gambar tersebut, sosok manusia mulai dominan dalam frame61. Dengan kondisi seorang tahanan yang berada dibalik jeruji besi yang cukup dominan, menunjukkan kebebasan oarang didalam penjara dikekang sehingga tidak bebas berperilaku selayaknya orang biasa. Sebagai seorang tahanan, seharusnya Muklas tampak murung dan kurang bahagia, tetapi dalam foto tersebut Muklas tampak bahagia dengan memperlihatkan ekspresi senyum. Senyum yang merupakan bagian dari ekspresi wajah bahagia, namun seringkali muncul saat seseorang tidak bahagia, senyum dapat digunakan untuk menutupi emosi yang lain, seperti saat mengalami ketakutan, mengindikasikan sikap tunduk padahal yang tidak menyenangkan. Senyuman juga dapat digunakan untuk membuat situasi yang tegang menjadi lebih nyaman.62Senyum yang diekspresikan Muklas sebelum ekskusi mati pada tahun 2008, bisa diartikan bahwa dia bahagia karena akan mati syahid, dia beranggapan bahwa aksinya dalam bom Bali pada tahun
61 62
Himawan Pratista, loc cit. Paul Ekman dan Wallace V Riesen, Buku Dulu Topengmu, Yogyakarta: Baca, 2003, hal 161.
commit to user lxxxvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2002 dengan sasaran non Muslim dan tempat maksiat yang menewaskan 202 orang63 merupakan perjuangan dijalan Allah. Muklas dalam foto tersebut mengenakan baju lengan panjang berwarna putih. Dalam buku The American Girls Handy Book, hal. 369, warna putih ataupun warna perak melambangkan kecerahan, ketulenan, kebaikan, dan kesucian hati.
64
Dengan mengenakan baju
berwarna putih, Muklas ingin dianggap suci hati oleh orang yang melihatnya. Jeruji besi yang menjadi latar pengambilan gambar menunjukkan tertahannya atau terkurungnya seseorang karena perbuatan yang dianggap salah oleh masyarakat.
63 64
Majalah National Geographic Indonesia edisi September 2009, hal 97. Dikutip dari http://ms.wikipedia.org/wiki/Putih diakses pada 1 Maret 2011 pukul 06.00 WIB
commit to user lxxxvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Korpus 5
Caption
: Unit Polisi Syariah Banda Aceh yang berseragam lengkap melakukan razia kepada sejumlah pria yang diwajibkan untuk
commit to user lxxxviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
melakukan salat Jumat. Polisi syariah adalah polisi kota yang bertugas mengawasi kepatuhan menjalankan peraturan daerah. Pada hari Jumat, menurut peraturan Provinsi Aceh semua pria Muslim harus ke masjid.
Analisis Foto : Denotatif
: Dua polisi wanita Syariah Aceh yang berseragam lengkap dengan jilbab hingga menutup dada serta menganakan topi melakukan razia, didepannya seorang pria mengeluarkan KTP dari dalam dompet. Mereka berkeliling kota pada hari Jumat untuk menghimbau para pria bersegera ke masjid menunaikan salat Jumat. Gambar diambil secara medium long shot.65
Konotatif
: Gambar diatas diambil menggunakan medium long shot dimana memperlihatkan tubuh manusia dari lutut sampai ke atas. Pada gambar tersebut, tubuh fisik manusia dan lingkungan terlihat secara seimbang.66 Syariat Islam juga berlangsung di semua tempat, tidak hanya di ruang pribadi tapi juga lingkungan publik. Oleh karena itu, polisi syariat melakukan razia hingga pasar. Polisi wanita pada umumnya mengenakan seragam berupa baju lengan pendek dan rok atau celana panjang, tapi polisi syariah dalam gambar
65 66
Himawan Pratista, loc. cit Himawan Pratista, loc. cit
commit to user lxxxix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tersebut mengenakan seragam berupa baju lengan panjang dan jilbab yang menutup dada. Hal itu sesuai dengan syariat Islam yang mengajarkan wanita harus menutup tubuhnya saat berada di luar rumah. Seorang lelaki yang ditemui saat razia hari Jumat mengeluarkan KTP dari dalam dompet. KTP merupakan identitas diri yang didalamnya tercantum data mengenai agama yang dianut serta asal domisili pemiliknya. Gagasan Islam merupakan solusi terhadap semua masalah terdapat pada hampir semua gerakan Islam. Islam sebagai solusi berjalan melalui penetapan syariat. Syariat Islam adalah hukum dan aturan Islam yang mengatur seluruh sendi kehidupan umat Muslim. Selain berisi hukum dan aturan, syariat Islam juga berisi penyelesaian masalah seluruh kehidupan ini. Maka oleh sebagian penganut Islam, syariat Islam merupakan panduan menyeluruh dan sempurna seluruh permasalahan hidup manusia dan kehidupan dunia ini.. Salah satu gagasan utama dalam hukum Islam adalah amar makruf nahi mungkar. Untuk itu, adalah suatu kebutuhan mutlak adanya undangundang yang berdasarkan syariat Islam.67 Aceh adalah satu-satunya propinsi di Indonesia yang sejak tahun 1999 telah mendapatkan hak untuk menerapkan hukum Islam secara penuh 67
Andri Rosadi, Op. Cit, hal. 144
commit to user xc
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dan secara perlahan-lahan telah mulai meletakkan sebuah kerangka kelembagaan untuk menegakkan Syari’at Islam. Dikenal sebagai "Serambi Mekkah", Aceh terkenal sebagai salah satu daerah di Indonesia yang tradisi Islamnya amat kuat, tetapi juga salah satu daerah yang etnosentris. Di satu pihak, menjadi orang Aceh berarti berasal dari kelompok etnis yang berbahasa Aceh. Di pihak lain, berarti hidup dimanapun yang berada dalam lingkup kesultanan Aceh di masa lampau dan merasa memiliki hubungan yang erat dengan sejarahnya. Identitas masyarakat Aceh tak pernah didasarkan hanya kepada ajaran Islam saja. Latar belakang diberlakukannya syariat Islam di Aceh diantaranya karena Islam adalah identitas utama masyarakat dan kebudayaan Aceh dan Syari’at pernah diterapkan di Aceh pada masa kesultanan, jadi ada preseden historis. Selain itu juga keinginan sebagian besar masyarakat yang didasari oleh teori-teori eksistensi hukum yang sudah diberlakukan sejak zaman penjajah belanda, yaitu teori Receptio In Complexu yang pada waktu itu dikeluarkan oleh Snouck Hurgronje yang mengatakan bahwa bagi setiap penduduk berlaku hukum agamanya masing-masing, bagi orang Islam berlaku hukum agama Islam, demikian juga yang lain dan juga karena predikat Aceh sebagai serambi Mekah, sehingga menjadi semangat spiritual. Semangat
commit to user xci
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tersebut kemudian didukung oleh UU No 11 Tahun 2006 memberikan keleluasaan kepada Aceh untuk membuat Qanun yang mengatur pelaksanaan syariat Islam.68 Institusi yang dibentuk dibawah hukum Islam salahsatunya yaitu wilayatul hisbah (WH). WH adalah petugas patrol yang ditugaskan untuk mengawasi ketaatan warga terhadap Syari’at Islam. Pada peraturan pertama tentang Syari’at yang diadopsi mengikuti undangundang tahun 1999, pemerintah propinsi diberi mandat untuk membentuk WH sebagai sebuah institusi yang “mengontrol dan mengawasi” pelaksanaan Syari’at Islam. Pelanggaran pidana dibagi menjadi tiga kategori. Pelanggaran hudud meliputi zina, tuduhan palsu tentang berzina; mencuri, merampok, mengkonsumsi minuman keras, kemurtadan dan pemberontakan, adalah pelanggaran yang hukumannya ditetapkan dalam Al Quran. Qishashdiyat
berhubungan
dengan
masalah
pembunuhan
dan
penganiayaan, dan biaya dari pelaku kepada keluarga korban. Pelanggaran ta’zir adalah pelanggaran diluar hudud dan qishash, yaitu kejahatan yang mana hukumannya tidak ditetapkan dalam Al Quran, karena itu tergantung kebijaksanaan hakim. Pelanggaran ini termasuk perjudian, penipuan, pemalsuan dokumen, khalwat, tidak berpuasa
68
Suparman Ustman, Hukum Islam, Asas-asas dan Pengantar Studi Hukum Islam dalam Tata Hukum Indonesia, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001 Hal. 111
commit to user xcii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dalam bulan Ramadan dan meninggalkan shalat. Ta’zir juga dapat termasuk pelanggaran yang mengganggu ketertiban umum atau merusak kepentingan umum seperti pelanggaran lalu lintas.
Korpus 6
Caption
: Kaum Wanita di komunitas An Nadzir memulai hari raya Kurban. Di saat Matahari terbit, doa mereka menyatu dengan doa yang
commit to user xciii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dipanjatkan kaum Muslim Indonesia lainnya, baik pendukung aliran fundamentalis maupun aliran moderat, “Allahu Akbar” Allah Maha Besar.
Analisis Foto : Denotatif
: Memperlihatkan seorang anak kecil yang sedang melakukan salat Idul Adha bersama sejumlah perempuan. Anak kecil mengenakan mukena berwarna mayoritas putih tampak menonjol dibandingkan perempuan-perempuan yang mengenakan mukena dan cadar berwarna hitam dibelakangnya. Komposisi foto diambil menggunakan medium long shot
69
, mengambil sudut dari depan secara frontal dengan
komposisi simetrik.70 Konotatif
: Kontras warna mukena dimaksudkan agar menarik secara visual dan tentunya juga agar menarik perhatian pembaca, selain itu juga menentukan focus of interest suatu obyek. Pengambilan medium long shot dimaksudkan untuk melihat keadaan sekitar, dimana anak kecil berada di dekat sejumlah perempuan bermukena dan bercadar hitam. Sedangkan komposisi simetrik yang diambil bersifat statis, obyek terlihat ditengah frame dan proposorsi ruang di sisi kanan dan kiri
69 70
Himawan Pratista, loc. cit Himawan Pratista, loc. cit
commit to user xciv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
relatif seimbang. Komposisi simetrik dapat digambarkan untuk untuk berbagai macam motif dan simbol seperti tertutup, terperangkap atau keterasingan. Mukena yang dikenakan anak kecil yang terlihat dalam foto menandakan bahwa dia sedang menjalankan ibadah salat. Salat merupakan ibadah yang dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri salam. Takbiratul ihram yang berbunyi Allahu Akbar, Allah Maha Besar sembari mengangkat kedua tangan sembari mengangkat kedua tangan bermakna bahwa Allah swt lebih besar dari yang dapat kita bayangkan, lebih besar dari seluruh kekuatan dan kekuasaan yang paling menakutkan sekalipun, yang dijadikan sandaran sekaligus tempat bergantung umat manusia. Allah harus ditempatkan sebagai pusat orientasi hidup umat Islam, selain itu juga menyimbolkan rasa kedulatan dan kekuasaan Tuhan. Jika Tuhan merupakan Sang Penguasa, maka umat Islam merupakan hamba Nya yang wajib memenuhi semua ketentuan Nya. Jemaah An Nadzir merupakan kelompok yang memilih menetap jauh dari keramaian dengan harapan bisa lebih khusyuk beribadah. Mereka menetap di pedalaman, dipinggir Danau Mawang dan jumlah anggota komunitas mereka telah mencapai 700 orang (bahkan ada yang mengklaim jumlah mereka sekitar 1000 orang lebih) yang berasal dari
commit to user xcv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berbagai daerah di seluruh Indonesia, seperti Sumatera, Jawa, Kalimantan, Flores, namun kebanyakan diantara mereka berasal dari Luwu. 71 Sejumlah wanita yang tampak dalam foto mengenakan cadar berwarna hitam. Cadar dalam bahasa Arab disebut An-Niqab adalah sesuatu yang berguna untuk menutupi seluruh wajah perempuan. An Niqab kenal pula dengan sebutan Al Barqa atau Al Qina yang berarti kain yang menutup seluruh wajah muslimah. Pakaian hitam yang dipakai wanita kaun An Nadzir, selain untuk salat juga digunakan dalam aktifitas keseharian. Model pakaian yang longgar ini untuk menutup aurat serta tidak menampakkan lekuk tubuh. Warna hitam dipilih karena warna hitam tidak tembus pandang. Warna memiliki makna tersendiri, Molly E Holzschlag, seorang pakar mengenai warna, dalam tulisannya ”Creating Color Scheme” menyatakan bahwa warna hitam mempunyai makna kekuatan, seksualitas, kematian, misteri, dan keanggunan.72 Kaum wanita An Nadzir yang menggunakan cadar berwarna hitam ingin dianggap mempunyai kekuatan untuk menjalankan syariat Islam yang mereka yakini berbeda dibanding mayoritas umat Islam lainnya di Indonesia. Anak yang berada di depan tidak menggunakan pakaian warna hitam, bahkan mayoritas putih dan sedikit berwarna-warni di 71
Dikutip dari http://annadzir.blogspot.com/2009/02/mengenal-jamaah-nadzir-ditulis-pada.html diakses pada 8 Maret 2011. 72 Adi Kusrianto, Pengantar Deskomvis, Yogya, 2007, Hal.46
commit to user xcvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ujung mukena. Hal ini karena anak-anak belum memasuki usia yang cukup untuk melaksanakan syariat. Namun seiring perkembangan usia, nantinya dia juga akan berubah mengikuti peraturan yang berlaku di lingkungan dia tinggal. Korpus 7
Caption
: Kaum pria di komunitas An Nadzir Sulawesi Selatan menjauhi teknologi, mengenakan sorban seperti yang menurut mereka dilakukan Nabi Muhammad, dan mengutuk kekerasan.
commit to user xcvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Analisis Foto : Denotatif
: Seorang pria, kaum An Nadzir mengenakan surban di Sulawesi Selatan. Baju yang dikenakan berwarna merah, kontras dengan warna hitam disekelilingnya. Gambar diambil dengan tehnik low key lighting73 secara medium close up74, dari belakang pundak untuk mendapatkan pantulan kaca yang berbentuk segitiga dan tehnik framing melalui siku tangan. Gambar tersebut juga diambil dengan kondisi pencahayaan low key lighting, yang merupakan suatu tehnik dengan menciptakan batasan yang jelas antara gelap dan terang, mengutamakan unsur bayangan yang tegas.75
Konotatif
: Foto pada korpus 7 menggunakan komposisi leading lines. Garis yang membawa mata orang yang melihat foto ke dalam gambar atau melintas gambar. Umumnya garis-garis ini berbentuk : Garis-garis yang terlihat secara fisik misalnya marka jalan atau tidak terlihat secara langsung misalnya bayangan, refleksi.
73
Himawan Pratista, op. cit, hal 79. Himawan Pratista, loc. cit 75 Himawan Pratista, op. cit 74
commit to user xcviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pada medium close up, memperlihatkan tubuh manusia dari dada ke atas, sosok tubuh manusia mendominasi frame dan latar tidak lagi dominan.76 Jemaaah An Nadzir lebih mengutamakan pelaksanaan syariat Islam dalam kehidupan sehingga urusan duniawi bukan lagi menjadi sesuatu yang diutamakan, terlihat dari cara hidup mereka dalam kesederhanaan. Refleksi kaca dalam korpus ini memantulkan aktivitas pemakaian sorban yang merupakanan sunnah dan ciri khas kaum muslimin, baik dalam sholat maupun di luar sholat. Salat bukanlah permainan, tapi merupakan tanda ketundukan dan kerendahan diri di hadapan Allah. Sepantasnya seorang hamba saat dia menghadap, dia mengenakan pakaian yang layak digunakan. Diantara perhiasan seorang pria muslim adalah penutup kepala, seperti songkok, dan surban (imamah). Pencerminan tersebut juga sebagai bentuk upaya meniru kebiasaan Nabi Muhammad SAW, dan para sahabatnya, baik dalam sholat, maupun di luar sholat, mereka senantiasa mengenakan surban (imamah), jurnus (penutup kepala yang bersambung dengan pakaian), atau songkok. Amr bin Huroits -radhiyallahu ‘anhu- berkata, "Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam- pernah berkhutbah, sedang beliau memakai surban hitam". (HR. Muslim (1359), Abu Dawud (4077), Ibnu Majah (1104 & 3584)). Jadi, disunnahkan bagi setiap orang yang 76
Himawan Pratista, loc. cit
commit to user xcix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mau melaksanakan shalat untuk mengenakan pakaian yang layak dan paling sempurna. Di antara kesempurnaan busana shalat adalah dengan memakai imamah (sorban), songkok, atau lainnya yang biasa dikenakan di kepala ketika beribadah, kepala hanya menjadi aurat bagi kaum wanita, bukan untuk kaum pria. Penggunaan penutup kepala dimaksudkan untuk menahan rambut agar tidak menutup kening. Kening merupakan salah satu anggota badan yang harus menempel ke tanah secara langsung saat umat Islam bersujud ketika menjalankan ibadah salat. Jemaah pria kaum An Nadzir memakai surban (imamah) dalam keseharian terutama saat beribadah, semata-mata untuk mengikuti sunah Nabi Muhammad SAW. Pemakaian surban (imamah) juga merupakan bentuk pemakaian simbol Islam dan komunitasnya.
commit to user c
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Korpus 8
commit to user ci
perpustakaan.uns.ac.id
Caption
digilib.uns.ac.id
: Tradisi mengharuskan siswi berpakaian tertutup di Pesantren Sunanul Husna, Jakarta. Kecenderungan menerapkan hukum Islam secara lebih ketat tidaklah otomatis berarti dukungan kepada kaum militan.
Analisis Foto : Denotatif
: Fokus foto berupa seorang pelajar pesantren Sunanul Husna, Jakarta yang menggunakan jilbab dan bercadar hitam tampak menunduk pada saat kegiatan belajar mengajar. Dua pelajar yang juga berpakaian tertutup, salah satunya sedang memegang pena, tampak blur menjadi latar belakang foto tersebut. Foto diambil dengan menggunakan medium close up.77
Konotatif
: Foto dalam korpus 8 diambil menggunakan komposisi Rule of thirds , membayangkan ada garis-garis panduan yang membentuk sembilan buah empat persegi panjang yang sama besar pada sebuah gambar. Elemen-elemen gambar yang muncul di sudut-sudut persegi panjang pusat akan mendapat daya tarik maksimum. Dalam foto ini, elemen gambar yang paling kuat muncul adalah cadar dan kacamata yang dipakai oleh siswi pesantren.
77
Himawan Pratista, loc. cit
commit to user cii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Umumnya, medium close up memperlihatkan wajah, tangan, kaki atau sebuah obyek kecil lainnya.78 Tehnik ini memperlihatkan cukup mendetailnya suatu obyek, dalam foto ini adalah wajah siswi yang mengenakan cadar. Pengambilan ini untuk menegaskan kewajiban pemakaian cadar oleh siswi pesantren, dikuatkan dnegan terlihatnya terlihat dua orang siswi yang juga menggunakan cadar di latar belakang. Sebagian muslim yang menggunakan cadar, mempunyai keyakinan bahwa dirinya harus menutup keseluruhan anggota badan, termasuk wajah. Warna hitam yang digunakan dimaksudkan agar tidak transparan sebagaimana warna putih atau terang. Warna hitam dipilih karena warna hitam tidak tembus pandang. Warna memiliki makna tersendiri, Molly E Holzschlag, seorang pakar mengenai warna, dalam tulisannya ”Creating Color Scheme” menyatakan bahwa warna hitam mempunyai makna kekuatan, seksualitas, kematian, misteri, dan keanggunan.79 Mereka yang menggunakan cadar berwarna hitam ingin dianggap mempunyai kekuatan untuk menjalankan syariat Islam yang mereka yakini berbeda dibanding mayoritas umat Islam lainnya di Indonesia.
78 79
Himawan Pratista, loc. cit Adi Kusrianto, Loc. Cit
commit to user ciii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tidak ada yang lebih bisa menggambarkan interaksi antara ketentuan Al Quran dengan praktik adat selain perkembangan cadar kaum perempuan pada awal Islam. Keduanya adalah adat yang diasimiliasi dari masyarakat Persia dan Bizantium yang dipandang sebagai perwujudan utama norma dan nilai Al Quran. Al Quran tidak mewajibkan cadar, sebaliknya Al Quran cenderung menekankan pada partisipasi dan tanggungjawab agama baik laiki-laki maupun perempuan di masyarakat.
Penggunaan cadar sejatinya untuk
melindungi, menghormati dan mengistimewakan kaum perempuan.80 Di dalam Islam lebih mengutamakan tindakan yang sifatnya pencegahan (preventif), sebelum tindakan yang sebenarnya terjadi. Jilbab, niqab, dan burqa, bukan simbol Islam garis keras. Tetapi, sesungguhnya langkah preventif bagi muslimah untuk menjaga dan melindungi diri mereka dari fitnah, dan tindak kejahatan. Perbuatan dosa besar manusia, tak lain berawal dari mata, yang memandang perempuan yang bukan menjadi muhrimnya. Karena segala kejahatan itu, bermula dari mata, yang diteruskan ke hati, pikiran, dan kemudian mendorong manusia bertindak. Mata dapat mendorong lahirnya syahwat birahi, yang tidak terkendali, bagi seseorang. Mata yang tidak terjaga dengan iman, yang kuat, hanya melahirkan nafsu, yang menyebabkan manusia berubah menjadi 80
John L Esposito, IslamWarna Warni, Jakarta: Paramadina, 1991, Hal 123.
commit to user civ
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
binatang, sekalipun manusia masih berstatus sebagai manusia. Misalnya, seandainya di kantor-kantor dan tempat-tempat umum (publik), dibolehkan dan dibiarkan para wanita berpakaian sangat terbuka, maka dampaknya setiap laki-laki melihat tubuh-tubuh mereka, dan bagian-bagian tubuh lainnya, yang dapat menimbulkan nafsu syahwat yang tidak terkendali. Wanita memiliki yang disebut dengan ‘sex appeal’, yang dapat mempengaruhi birahi laki-laki. Lebih jauh, suara wanita saja, juga dapat menimbulkan nafsu syahwat. Maka, Islam selalu bertindak preventif, mencegah segala bentuk perbuatan fasad (kerusakan), yang mungkin akan timbul. Dengan cara-cara mendahului dari perbuatan dosa besar, yang bakal timbul, diakibatkan interaksi manusia melalui mata, dan indera lainnya. Burqa dan niqab melindungi wanita dari setiap orang yang bukan menjadi muhrim mereka. Tidak ada yang berhak melihat bagianbagian tubuh mereka, selain muhrim mereka sendiri. Apabila para wanita menggunakan burqa dan niqab, pasti akan menyebabkan kehidupan lebih bersih. Tidak akan mungkin mata laki-laki dapat melihat tubuh, dan bagian tubuh wanita. Sehingga, mata, hati dan pikiran setiap laki-laki menjadi bersih, dan terbebas dari dosa besar. Tidak akan ada kerusakan yang ditimbulkan dari 'zina' mata oleh para lelaki, dan para lelaki akan mendapatkan ketenangan dengan wanita,
commit to user cv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang selalu menjaga dirinya dengan cara berpakaian yang Islami. Pada jaman modern, perempuan mempunyai dua model yakni gaya hidup yang relatif baru, kebarat-baratan dan gaya hidup Islami tradisional yang menjalani kehidupan sama dengan generasi terdahulu. Foto ini diambil menggunakan tehnik blur pada latar belakang. Dalam sebuah foto tehnik blur pada latar depan atau belakang sangatlah bermanfaat untuk menguatkan focus of interest dalam sebuah foto.
Korpus 9
commit to user cvi
perpustakaan.uns.ac.id
Caption
digilib.uns.ac.id
: Krisis ekonomi mengharuskan banyak keluarga Indonesia untuk tidak hanya mengandalkan kaum pria dalam mencari nafkah. Lebih dari separuh penduduk wanita memiliki pekerjaan, jumlah yang terus bertambah.
Analisis Foto : Denotatif
: Dalam foto ini terlihat dua petugas SPBU yang mengenakan jilbab melayani konsumen di Sumatera. Salah satunya mengalirkan bensin ke dalam tangki sepeda motor menggunakan selang. Komposisi foto diambil secara medium long shot serta low angle.81
Konotatif
: Foto dalam korpus 9 diambil menggunakan komposisi center. Sebenarnya meletakkan obyek tepat ditengah – tengah adalah salah satu isu kunci dalam fotografi. Obyek berada di tengah frame, tapi tidak selamanya bahwa subjek harus tepat ditengah – tengah sepanjang waktu. Centering digunakan untuk menarik perhatian untuk obyek tertentu, karena menciptakan dimensi ruang serta untuk mengatasi kesulitan lokasi. Posisi wanita, pegawai SPBU terlihat ditengah
81
Himawan Pratista, loc. cit
commit to user cvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dengan kombinasi foreground dan background yang memperlihatkan kondisi lingkungan kerjanya. Pengambilan secara medium long shot merupakan pengambilan dengan jarak pada tubuh manusia terlihar dari lutut hingga atas, tubuh fisik
manusia
dan
lingkungannya
sekitar
relatif
seimbang.82
Memperlihatkan dua orang wanita yang bekerja di luar rumah, yakni SPBU. Wanita yang bekerja, saat ini bukan menjadi sesuatu yang tabu dan sudah dianggap biasa oleh masyarakat di Indonesia. Sedangkan sudut low angle, membuat tubuh manusia tampak dominan, percaya diri dan kuat.83 Seperti pada gambar, low angle untuk menggambarkan sosok wanita pekerja SPBU yang kuat, bekerja di luar rumah karena tuntutan ekonomi bahkan mereka seringkali mengerjakan sesuatu yang berat, tak kalah dengan para pria. Pakaian berlengan pendek berwarna merah yang dipakai wanita dalam foto merupakan seragam SPBU, sebagai bentuk penyesuaian syariat Islam bagi wanita berjilbab yang keluar rumah maka pemakaian baju seragam ditambah lengan panjang berwarna hitam. Dalam bukunya Syubuhat Haula Al-Islam, Muhammad Quthb lebih jauh menjelaskan: Perempuan pada awal zaman Islam pun bekerja, ketika kondisi menuntut mereka untuk bekerja. Masalahnya bukan
82 83
Himawan Pratista, loc. cit Himawan Pratista, op. cit hal 107.
commit to user cviii
perpustakaan.uns.ac.id
terletak pada
digilib.uns.ac.id
ada atau tidaknya hak mereka untuk bekerja,
masalahnya adalah bahwa Islam tidak cenderung mendorong wanita keluar rumah kecuali untuk pekerjaan-pekerjaan yang sangat perlu, yang dibutuhkan oleh masyarakat, atau atas dasar kebutuhan wanita tertentu. Misalnya kebutuhan untuk bekerja karena tidak ada yang membiayai hidupnya, atau
karena
yang menanggung hidupnya
tidak mampu mencukupi kebutuhannya.84 Tentu saja tidak semua bentuk dan ragam pekerjaan yang terdapat pada masa kini telah ada pada masa Nabi Muhammad SAW. Namun, betapapun, sebagian membenarkan
ulama
menyimpulkan
bahwa
Islam
kaum wanita aktif dalam berbagai kegiatan, atau
bekerja dalam berbagai bidang di dalam maupun di luar rumahnya secara mandiri, bersama orang lain, atau dengan lembaga pemerintah maupun swasta, selama pekerjaan tersebut dilakukan dalam kondisi sopan, serta mereka dapat memelihara agamanya, dan dapat pula menghindarkan dampak-dampak negatif pekerjaan tersebut terhadap diri dan lingkungannya.
84
Dikutip dari http://media.isnet.org/islam/Quraish/Wawasan/Perempuan2.htm diakses pada 1 Maret 2011 pukul 16.00 WIB
commit to user cix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Korpus 10
commit to user cx
perpustakaan.uns.ac.id
Caption
digilib.uns.ac.id
: Romaeni binti Hasan Basri (kedua dari kiri) mengenakan cadar pada semester terakhir ketika kuliah di Institut Kesenian Jakarta. Temantemannya pun menggoda: “Kamu berkumis ya?” Namun, akhirnya mereka terbiasa. “Keyakinan itu proses” katanya. “Aku sedang menjalani proses itu, dengan atau tanpa cadar”
Analisis Foto : Denotatif
: Romaeni binti Hasan Basri (kedua dari kiri) yang mengenakan jilbab dan cadar berada ditengah teman-temannya yang mengenakan baju kasual dan salah satunya sedang merokok, saat makan di Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Dibelakangnya tampak lukisan mural yang menghiasi dinding. Foto diambil secara medium shot85 menggunakan lensa wide untuk mendapatkan gambar secara keseluruhan, termasuk gelas plastik minuman yang menjadi foreground.
Konotatif
: Foto dalam korpus 10 diambil menggunakan komposisi Number of subject. Pemotretan dengan banyak subyek yang relatif seragam, kurang menarik dari pandangan komposisi. Menemukan salah satu subyek yang “berbeda” diantara sekian banyak subyek, akan
85
Himawan Pratista, loc. cit
commit to user cxi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menonjolkan subyek tersebut. Berbeda diartikan berbeda gerakan, bentuk dan warna. Dalam foto ini, elemen gambar yang paling kuat muncul
adalah
Romaeni
karena
berbeda
dalam
penampilan
dibandingkan dengan teman-temannya. Pengambilan gambar diatas menggunakan medium shot dimana memperlihatkan tubuh manusia dari pinggang ke atas, gesture serta ekspresi wajah mulai nampak. Pada gambar tersebut, sosok manusia mulai dominan dalam frame.86 Menggambarkan keadaan wanita Muslim dengan kondisi lingkungannya. Meski sedang berproses untuk lebih mengenal Islam dengan menggunakan cadar, Romaeni tidak memilih-milih teman dengan berbagai karakter yang berbeda-beda. Mural yang menjadi latar belakang pengambilan gambar merupakan bentuk ungkapan ekspresi. Sebagai sekolah seni, maka Institut Kesenian
Jakarta
(IKJ)
membebaskan
mahasiswanya
untuk
berekspresi. Tidak seperti wanita Muslim bercadar lainnya yang membatasi pergaulan dengan lingkungannya bahkan hanya mau berkumpul sesama perempuan saja, Romaeni tetap bersosialisasi dengan temantemannya di kampus yang menganut kebebasan. Hal ini ditunjukkan dengan gambar saat Romaeni berkumpul dengan teman-teman prianya yang tentu saja berbeda jenis kelamin bahkan salah satunya merokok. 86
Himawan Pratista, loc. cit
commit to user cxii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Proses seseorang menjadi muslim dapat melewati beberapa pintu alternatif, salah satunya adalah melalui pengalaman dan pergumulan hidup spiritual yang dialami secara pribadi. Proses yang harus dilalui itu bisa melalui aktivitas membaca, proses pencaharian dengan menggunakan akalnya dan hidayah dari Allah. Pendidikan Islam untuk membangun keyakinan yang kukuh mestinya lewat proses ini. Sayangnya proses tersebut belum banyak dipikirkan, dan yang terjadi selama ini lebih banyak lewat doktrin yang tak banyak memberi ruang gerak
indera
dan
juga
pikiran
melakukan
pergumulan
dan
pengembaraan untuk memperoleh keyakinan tentang kebenaran agamanya. Padahal dengan cara itu sesungguhnya keimanan yang diperoleh menjadi lebih kukuh dan tahan dari berbagai godaan dari manapun datangnya. Foto ini mempunyai kesulitan sendiri dalam pencariannya, tidak mudah menemukan keterbukaan seorang wanita bercadar terhadap lingkungannya, apalagi komunitas dimana dia berada juga mau menerima keberadaannya. Wanita bercadar yang biasanya hanya ditemui di masjid, ternyata juga beraktifitas di kantin yang merupakan tempat publik dimana semua orang dari berbagai golongan hadir.
commit to user cxiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Analisis Mitos Dalam pembagian agama menurut bentuk sumbernya, Islam dikategorikan sebagai agama teks, dalam arti bahwa asas-asas umum yang menjadi landasan berdirinya agama tersebut bahkan juga doktrin-doktrinnya didasarkan pada dua teks yakni Al Quran dan Hadist. Umat Islam percaya bahwa untuk dapat selamat di dunia dan akhirat, maka harus berpedoman
kepada Al Quran dan Hadist karena
didalamnya mencakup segala aspek dalam kehidupan manusia sebagai acuan segala tindakan perilaku dalam menjalani kehidupan tersebut. Yang membedakan Islam dengan agama lain, tentu saja dalam hal pelaksanaan ibadah dan syariatnya. Salah satu perbedaan itu berupa rukun Islam yakni, membaca kalimat syahadat, menjalankan salat, berpuasa di bulan Ramadan,
commit to user cxiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berzakat dan pergi berhaji bila mampu. Sebagai bentuk rukun Islam kedua, pemeluk Islam diwajibkan melaksanakan salat karena salat adalah komunikasi langsung antara Pencipta dan hambanya maka pada saat seseorang sadar dan menjalankan perintah sholat, berarti dia sadar akan adanya Tuhan dan patuh akan perintah dan larangannya. Umat Islam akan terpecah menjadi berbagai kelompok hingga akhir jaman. Kelompok ini terbagi karena perbedaan dalam berbagai pandangan mengenai agama, termasuk penafsiran teks-teks dalam Al Quran maupun Hadist Nabi Muhammad SAW. Perbedaan dan kefanatikan dari golongan tertentu menyebabkan mereka merendahkan golongan lainnya. Mereka hanya menghargai pendapat mereka sendiri. Kepercayaan atau pendapat golongan lain yang berlawanan atau mempunyai perbedaan walau sedikit dari pendapat mereka dianggap tidak layak, tidak masuk akal atau sesat. Salah satu perbedaan dalam penafsiran Al Quran adalah pemakaian cadar dan jilbab. Kelompok moderat beranggapan bahwa wajah dan kedua telapak tangan wanita bukanlah termasuk aurat dan boleh ditampakkan, karena yang dilarang adalah menampakkan apa yang menjadi bagian dari auratnya. Mengenakan penutup wajah bagi wanita merupakan akhlak yang mulia dan dengannya seseorang telah meneladani wanita-wanita utama dari kalangan istri-istri Nabi Muhammad SAW. Adapun hukum mengenakannya adalah sunnah yang dianjurkan dan tidak sampai pada suatu kewajiban yang bersifat mutlak. Meskipun membuka wajah itu
commit to user cxv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
diperbolehkan, tetapi menutupnya adalah lebih utama karena hal ini telah dicontohkan para wanita mulia di zaman Nabi saw. Tingkat pemahaman keagamaan umat Islam berbeda satu sama lain, hal ini berdasarkan pemahaman masing-masing terhadap syariat, tidak serta merta terpengaruh otoritas lembaga namun sebatas tidak melanggar syariat lainnya. Hal ini nampak dalam penggunaan pakaian oleh sejumlah wanita muslim, dari penambahan lengan panjang dalam seragam petugas SPBU hingga pakaian jeans yang dikenakan oleh Romaeni. Adaptasi pakaian itu dilakukan sebatas tetap menutup aurat dan tidak menonjolkan bentuk tubuh. Aktifitas wanita di ranah publik juga terus berkembang. Dulu wanita hanya terkurung di dalam rumah, kini banyak wanita yang berani keluar rumah, baik untuk menuntut ilmu maupun bekerja karena tuntutan atau keterpaksaan ekonomi. Keterpaksaan harus dilihat dari segi kepentingannya, oleh karena itu seorang wanita terpaksa harus bekerja diluar rumahnya,maka dia harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : 1. Mendapatkan izin dari walinya, yaitu Ayah atau suaminya untuk suaktu pekerjaan yang halal seperti menjadi tenaga pendidik para siswi atau menjadi perawat khusus wanita. 2. Tidak bercampur baur dengan kaum laki laki, atau melakukan khalwat dengan laki laki yang bukan mahramnya. Rasulullah bersabda : “ Janganlah sekali kali seorang
commit to user cxvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
laki - laki berkhalwat (berduan )dengan wanita, karena yang ketiganya adalah syaithan”. (HR At Tirmidzi ). 3. Tidak berlaku tabaruj dan menampakan perhiasaan yang dapat mengundang fitnah. menurut syeikh Almaududi, kata tabaruj, bila dikaitkan dengan seorang wanita memiliki tiga pengertian : a. Menampakan keelokan wajah dan bagian bagian tubuh yang membangkitkan birahi, b. Memamerkan pakaian dan perhiasaan yang indah dihadapan kaum laki laki yang bukan mahram. c. Memamerkan diri dan berjalan berlenggak lenggok dihadapan kaum laki-laki yang bukan mahram . 4. Tidak memakai parfum yang menyengat hidung atau parfum yang membangkitkan birahi seseorang,dalam sebuah hadistRasullah . bersabda : “ Setiap mata adalah penzina,dan sesungguhnya apabila wanita itu mengenakan wewangian kemudian dia berlalu melewati majlis, maka dia adalah penzina”. { HR Abu Daud, dan At Tirmidzi }. 5 .Memakai hijab menurut ketentuan syar`i, Perdebatan mengenai identitas Islam dan peran perempuan di masyarakat tampak jelas dalam hal pakaian dan perilaku pribadi. Hal ini juga merujuk pada munculnya bentuk-bentuk baru dalam pakaian Islami yang sopan non tradisional yang dikenakan para mahasiswi dan pekerja profesional. Bagi sebagian mereka,
commit to user cxvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bentuk yang Islami adalah mengenakan cadar yang membungkus kepala, sedangkan bagi yang lain adalah bentukmodis dari pakaian Islami yang terdiri dari jilbab dan pakaian panjang dengan lengan baju yang menutup seluruh lengan.
Kembali
digunakannya sebagian model pakaian Islami mencerminkan rasa keprihatinan atas apa yang dipandang sebagai kemerosotan sosial dan moral di banyak masyarakat Muslim, keprihatinan untuk menundukkan perubahan sosial kepada nila-nilai dan ideal yang lebih Islami. Pakaian Islamis juga memiliki manfaat praktis yang memungkinkan perempuan untuk menyatakan kesopanan, kehormatan dan harga diri, dalam hal-hal publik di masyarakat dimana pakaian Islami mencerminkan kesopanan dan kesantunan, sementara pakaian Barat sering menjadi simbol gaya hidup yang lebih modern. Pakaian Islami menciptakan suatu ruang kehormatan yang terlindungi di tengah-tengah atmosfer permisif dan pelecehan di keramaian atau perkotaan. Penggunaan jilbab maupun cadar oleh mahasiswi merupakan salah satu gejala kebangkitan keagamaan Islam dikampus. Kebangkitan ini dimulai dikampus-kampus sekuler, tidak dikampus Islam seperti IAIN. Gerakan ini lebih memberi perhatian pada penguatan intelektual perorangan dengan ide-ide agama. Disamping adanya perhatian dalam mempelajari dan memahami Islam, yang cukup mengejutkan gejala ini adalah kecenderungan untuk menegaskan Islam dalam praktik keseharian kehidupan mereka. Jilbab dan cadar telah digunakan sebagai identitas pakaian wanita muslim karena sesuai dengan apa yang telah diperintahkan agama. Memakai jilbab dan cadar bukan hanya kecenderungan temporer di kalangan wanita Islam,tetapi telah
commit to user cxviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menjadi keharusan tugas religius yang disertai oleh kepercayaan agamis. Memakai pakaian Islami merupakan masalah kebanggan bagi mereka sebagaimana kebanggaan memakai pakaian untuk pesta. Dalam kelompok-kelompok Islam yang tumbuh di Indonesia, ada kelompok yang keras dalam menjalankan syariat Islam. Dalam menegakkannya mereka berpendirian amar makruf nahi mungkar. Ketika melihat dunia yang penuh dengan kemaksiatan dan degradasi moral hadits Nabi yang mendorong melakukan amar maruf nahi mungkar menjadi pecut mereka untuk jihad fi sabilillah, yakni : Man raa minkum munkaran fal yughoyyir biyadihi fainlam ya’sathi’ fabilisanih, wainlam ya’tathi’ fa biqolbih,wadzalika adl’aful iman. Artinya barang siapa melihat kemungkaran, maka rubahlah dengan tanganmu jika tidak mampu maka dengan lisanmu, kalau tidak mampu maka ingkarilah dalam hatimu, dan itu adalah iman yang paling lemah,. Mereka juga berkeyakinan bahwa mati karena membela agama merupakan mati syahid. Syahid, bentuk pluralnya syuhada, terulang sebanyak 55 kali dalam Al Quran. Secara etimologis berarti saksi. Dalam bahasa sehari-hari, biasanya diartikan pahlawan yang gugur dalam medan perang atau di jalan Allah. Para pengikut FPI maupun pelaku pemboman tempat-tempat yang dianggap maksiat serta simbol Amerika Serikat yang tewas dalam memberantas kemungkaran mereka anggap telah mati syahid.
commit to user cxix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan ajaran Islam, tiada imbalan bagi yang mati syahid selain surga di akhirat. Dalam Al Quran dikatakan: Wa la taqulu liman yuqtalu fi sabili Allahi amwatan bal ahyau walakin la tay’urun. Artinya: Dan janganlah kamu mengatakan bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati. Sebenarnya mereka itu hidup tapi kamu tidak menyadarinya. (QS. AL Baqarah: 154). Syahid ini penting dijadikan landasan perjuangan, sebab penegakan amar makruf nahi mungkar merupakan sesuatu yang beresiko tinggi, hanya orang-orang yang mengharap mati syahid yang mau berjuang menanggung resiko yang berat. Keinginan untuk meraih syahid menjadikan para kaun radikal tidak takut mati. Kalaupun mati, mereka beranggapan akan langsung masuk surga Fenomena bangkitnya gerakan radikalisme keagamaan pasca reformasi 1998 ditandai dengan maraknya aksi-aksi yang melibatkan massa dalam skala masif yang dimotori berbagai kelompok Islam seperti FPI. Maraknya gerakan tersebut terkait erat dengan berbagai persoalan, seperti tiadanya proses penegakan hukum secara adil, ketidakadilan di sektor ekonomi, maupun politik. Selain itu juga muncul sebagai reaksi atas maraknya kemaksiatan dan premanisme yang tidak terjangkau oleh hukum. Selain itu juga terjadi sejumlah serangan bom yang menyasar simbol-simbol barat yang dianggap sebagai musuh Islam oleh kelompok radikal. Salah satunya adalah Bom Bali yang kemudian diidentikkan dengan perbuatan teroris karena
commit to user cxx
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menimbulkan teror atau kecemasan didalam masyarakat dan menimbulkan kerusakan serta kematian sejumlah warga. Terorisme merupakan kombinasi ideologi (sosial, budaya, ekonomi) termasuk memasukkan unsur agama. Agama dituduh sebagai akar dari terorisme. Memang, agama memberikan aura supernatural atau dimensi ukhrawi terhadap terorisme, entah itu berbentuk jihad melawan kebatilan hingga hari kiamat, pengorbanan dan perjuangan kepada agama dan Tuhan. Agama lebih sering dipakai dalam penyebarannya agar lebih mudah dan cepat dikenal. Dan media massa kerap terperangkap sekedar memotret agama sebagai representasi teroris tersebut. Hampir semua pengamat terorisme di Indonesia, yang berlatar belakang agama kuat atau lemah, orang sekuler atau agamis, cenderung melihat agama sebagai biang kerok terorisme. Masyarakat juga beranggapan bahwa teroris telah dicuci otaknya atau diindoktrinasi oleh para pemimpinnya dengan ajaran “Islam” yang mewajibkan mereka melakukan kekerasan untuk menegakkan agama ini. Kekerasan yang dilakukan sejumlah kelompok keagamaan yang terjadi akhirakhir ini telah mencoreng image keberislaman di Indonesia yang dikenal damai. Bahkan sebagian orang secara ekstrem berpandangan bahwa Islam moderat di Indonesia hanya mitos belaka. Ini karena kelompok-kelompok pro-kekerasan makin berani unjuk kekuatan di tengah diamnya kelompok atau ormas keagamaan yang berhaluan moderat. Islam yang mengajarkan damai terkikis oleh aksi segelintir orang yang melakukan aksi kekerasan. Akibatnya, di tengah pergaulan global, umat Islam akan semakin terkucilkan dan terisolasi karena image buruk tersebut.
commit to user cxxi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hal ini membuktikan bahwa membangun Islam yang santun dan anti kekerasan perlu menjadi skala prioritas di masa-masa mendatang. Tentu, tak cukup hanya dengan mengutuk berbagai tragedi kekerasan atas nama agama Islam tersebut, melainkan disertai pula oleh langkah-langkah yang lebih maju. Di antaranya, adalah memberikan pemahaman kepada segenap umat Islam untuk menyikapi perbedaan agama dan tafsir keagamaan secara arif dan tanpa kekerasan. Di sisi lain, kelompok Islam garis keras mengutamakan formalisasi syariat Islam melalui keputusan politik formal. Keputusan formal seperti ini penting karena dengan begitu penerapan syariat Islam mempunyai landasan hukum yang kuat. Ini berarti bahwa semua aspek dalam hukum Islam akan digunakan dalam sumber hukum di Indonesia. Isu tentang penerapan syariat Islam itu menarik perhatian banyak tokoh Islam dan kalangan intelektual, tetapi tidak berarti bahwa ide penerapan ini bisa langsung diterima oleh mereka dan umat Islam secara umum karena dalam kenyataannya ketidaksetujuan dikalangan umat Islam moderat juga berkembang. Ketidaksetujuan ini terutama berkaitan dengan hukum pidana., banyak orang yang akan membayangkan akan banyak bekas copet yang terpotong tangan karena menurut hukum pidana syariat Islam mereka yang mencuri harus dipotong tangannya sebagai hukuman.
Pandangan mengenai keharusan berlakunya syariat Islam secara penuh didasari oleh penilaian kelompok radikal gagalnya sistem dan hukum modern dalam
commit to user cxxii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
memecahkan masalah yang dihadapi umat Islam. Sebagai jalan keluar untuk mengubah situasi yang ada, mereka berusaha sekuat tenaga menerapkan syariat Islam, selain itu juga karena sistem sekuler dipandang merupakan buatan manusia, sementara syariat adalah ciptaan Allah.
commit to user cxxiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Sebuah gambaran tentang sebuah makna mengenai studi semiotik, pada dasarnya esai foto jurnalistik di Majalah National Geographic Indonesia (NGI) edisi Oktober 2009 yang berjudul “Moderat dan Radikal dalam Satu Tempat, bernama Indonesia” karya James Natchwey adalah representasi aktual majalah National Geographic Indonesia (NGI) mengenai keberagaman pelaksanaan syariat Islam oleh berbagai kelompok gerakan keagamaan yang ada di Indonesia. Interpretasi yang demikian memberi pemaknaan bahwa esai foto jurnalistik di Majalah National Geographic Indonesia (NGI) tidak ubahnya sebuah informasi visual majalah tersebut dalam menyajikan sebuah gambaran keberagaman pemeluk Islam di Indonesia yang ditujukan kepada pembacanya yang nantinya bisa menggugah emosi pembaca untuk memahami bahwa Islam Indonesia memang terdiri dari berbagai kelompok yang beragam, termasuk didalamnya kelompok radikal dan moderat. Berdasarkan analisa yang telah dilakukan terhadap esai foto jurnalistik Majalah National Geographic Indonesia (NGI) edisi Oktober 2009 yang berjudul “Moderat dan Radikal dalam Satu Tempat, bernama Indonesia” karya James
commit to user cxxiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Natchwey dapat disimpulkan bahwa esai foto jurnalistik tersebut menunjukkan makna-makna sebagai berikut: 1. Sujud merupakan tujuan utama salat. Ini bermakna bahwa ketika sujud manusia tunduk kepada Allah yang Maha Tinggi dengan merendahkan diri serendah-rendahnya. Seperti ditunjukkan dalam korpus 1, kepala yang dianggap mulia tadi diletakkan ke atas tanah saat sujud. Kepala yang dianggap mulia tadi diletakkan sama ratanya dengan kaki, diatas tanah yang biasa diinjak. Salat Jumat juga diwajibkan secara berjamaah. Berjamaah dimaksudkan untuk memperkokoh jalinan tali silaturahmi dan menanamkan kepekaan sosial. 2. Al Quran merupakan pedoman hidup umat Islam tanpa terkecuali, tanpa membedakan berdasar kelompok bahkan fisik. Seperti ditunjukkan dalam korpus 2, yakni keterbatasan fisik juga tidak menghalangi seseorang untuk terus beribadah dan mempelajari Al Quran. 3. Terbukanya kran kebebasan berekspresi di era reformasi (pada tahun 1998) mendorong munculnya berbagai kelompok Islam yang mengusung paham dan gerakan keagamaan yang berbeda-beda. Ada yang muncul dalam bentuk organisasi dan kekerasan kerap dilakukan sejumlah kelompok untuk menegakkan syariat Islam di Indonesia. Antara lain Front Pembela Islam (FPI) yang merusak tempat-tempat yang digunakan untuk perbuatan maksiat, seperti terlihat dalam korpus 3 yakni anggota FPI yang
commit to user cxxv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menggunakan kaus bertuliskan BOM dan jari yang membentuk simbol pistol. 4. Islam dikaitkan dengan aksi-aksi terorisme, salah satunya adalah Bom Bali pada tahun 2002. Para pelakunya yang diekskusi mati merasa bahagia karena mati syahid dan beranggapan bahwa menewaskan 202 orang merupakan perjuangan dijalan Allah seperti ditunjukkan dalam korpus 4 berupa foto saat Muklas tersenyum di dalam penjara. 5. Gagasan Islam merupakan solusi terhadap semua masalah terdapat pada hampir semua gerakan Islam. Islam sebagai solusi berjalan melalui penetapan syariat. Syariat Islam adalah hukum dan aturan Islam yang mengatur seluruh sendi kehidupan umat Islam. Syariat Islam juga berlangsung di semua tempat, tidak hanya di ruang pribadi tapi juga ruang publik seperti ditunjukkan dalam korpus 5, polisi syariat yang merazia pria-pria di pasar yang merupakan tempat umum. 6. Islam di Indonesia terdiri dari berbagai kelompok gerakan keagamaan yang berbeda-beda dalam pelaksanaan syariat. Seperti ditunjukkan dalam korpus 7, yakni komunitas An Nadzir yang berbeda dalam penggunaan pakaian sehari-hari dibandingkan dengan mayoritas pemeluk Islam di Indonesia. 7. Jilbab, cadar bukan simbol Islam garis keras. Tetapi, sesungguhnya langkah preventif bagi muslimah untuk menjaga dan melindungi diri
commit to user cxxvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mereka dari fitnah, dan tindak kejahatan.Seperti ditunjukkan dalam korpus 8 bahwa penggunaan cadar diajarkan di pesantren. 8. Wanita Islam terpaksa bekerja di luar rumah karena keterpaksaan ekonomi dan mereka melakukan penyesuaian dalam berbusana saat keluar rumah agar sejalan dengan syariat Islam, seperti terlihat dalam korpus 9 yakni petugas
SPBU
yang
melalukan
penyesuaian
seragam
dengan
menambahkan lengan panjang. 9. Kebangkitan keagamaan Islam muncul di kampus. Gerakan ini lebih memberi perhatian pada penguatan intelektual perorangan dengan ide-ide agama. Di samping adanya perhatian dalam mempelajari dan memahami Islam, juga kecenderungan untuk menegaskan Islam dalam praktik keseharian kehidupan mereka sebagaimana tergambar dalam korpus 10, yakni mahasiswa Institut Seni Jakarta yang menggunakan cadar dalam berproses mempelajari dan memahami Islam. B. Saran Untuk peneliti selanjutnya, penelitian ini menggunakan metode analisis semiotika, di mana metode ini hanyalah sebatas cara, teknik atau alat dalam menganalisa atau menginterprestasikan foto. Keterbatasan metode ini tidaklah memungkinkan peneliti untuk mengetahui lebih lanjut mengenai alasan yang melatarbelakangi majalah National Geographic Indonesia (NGI) dalam pemuatan foto-foto jurnalistiknya. Di sisi lain, keterbatasan literatur mengenai length focus
commit to user cxxvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kamera menjadikan penelitian kurang mendalam. Untuk itu perlu penelitian lebih lanjut dengan metode penelitian yang lain yang sesuai untuk mengetahui permasalahan-permasalahan tersebut. Sedangkan untuk penelitian selanjutnya yang menggunakan metode analisis semiotika, semiotika memungkinkan seorang peneliti untuk melihat sebuah foto secara sekilas tetapi jelas. Hal tersebut memungkinkan terjadinya perbedaan interprestasi terhadap gambar tersebut, akibat perbedaan cara pandang dengan orang lain. Akhirnya temuan dari studi ini tidak lain adalah jawaban dari rumusan masalah sebelumnya. Pembentukan makna secara keseluruhan di peroleh setelah melewati tahapan analisis, disertai dengan tahapan identifikasi hubungan pertandaan yang memakai model Barthes. Yang paling penting tentunya karya ilmiah ini diharapkan akan berguna bagi peneliti-peneliti selanjutnya.yang perlu digaris bawahi dari penelitian ini adalah agar dapat diperbanyak dan lebih dikembangkan lagi dari berbagai segi, baik dalam hal analisis, konten dari karya ilmiah yang akan ditulis oleh peneliti-peneliti selanjutnya.
commit to user cxxviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Budiman, Kris. Semiotika Visual. Yogyakarta: Penerbit Buku Baik. 2004.
Effendy, Onong U. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung: Citra Aditya Bakti. 1993.
Fiske , John. Introduction to Communications Studies. Yogyakarta: Jalasutra. 1990.
Freininger, Andreas. The Complete Photographer. Jakarta: Dahara Prize. 1985.
Hoed, Benny H. Semiotika dan Dinamika Sosial Budaya. Jakarta: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI Depok. 2008.
Kurniawan. Semiologi Roland Barthes. Magelang: Yayasan Indonesiatera. 2001.
McQuail, Dennis. Teori Komunikasi Massa, Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga. 1995.
Munir, Faisal Najib. Tuntunan Ibadah Salat. Solo: Cita Abadi. 1997.
Noviani , Ratna. Jalan Tengah Memahami Iklan. Jakarta: Pustaka Pelajar. 2002.
Oetama Jacob. Prakata, Mata Hati 1965-2007. Jakarta: PT Gramedia. 2007.
Piliang, Yasraf Amir. Hiper-Realitas Kebudayaan. Yogyakarta: LKiS. 1999.
commit to user cxxix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Rakhmat, Deddy Mulyana dan Jalaluddin. Komunikasi Antarbudaya, Panduan Berkomunikasi Dengan Orang-orang Berbeda Budaya. Jakarta: Remaja Rosdakarya. 2001.
Riesen, Paul Ekman dan Wallace V. Buku Dulu Topengmu. Yogyakarta: Baca. 2003.
Rosadi, Andri. Hitam Putih FPI (Front Pembela Islam). Jakarta: Nun Publisher. 2008.
Pawito. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakata: Lkis. 2007.
Pratista, Himawan. Memahami Film. Yogyakarta: Homerian Pustaka. 2008.
Sihbudi , Endang Turmudi dan Riza. Islam dan Radikalisme di Indonesia. Jakarta: LIPI Press. 2005.
Soelarko , R. M. Pengantar Foto Jurnalistik. Bandung: PT Karya Nusantara. 1985.
Sobur¸ Alex. Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2003.
Zoest, Panuti Sudjiman dan Aart Van. Serba-serbi Semiotik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 1996.
Jurnal Internasional Andreassen, Lars. Brandt & Vang. “Cognitive Semiotics Issue 0 (Spring 2007)”, http://www.cognitivesemiotics.com/wp-content/uploads/2007/05/cognitivesemiotics-0.pdf pada 5 Februari 2010 pukul 20.15 WIB
commit to user cxxx
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berger, Mats. The secret of rendering signs effective: the import of C. S. Peirce’s semiotic rhetoric. The Public Journal of Semiotics. 1(2),4. http://www.semiotics.ca/issues/pjos-1-2.pdf diakses pada 5 Februari 2010 pukul 20.35 WIB
Goran Sonesson, The Interne Semiotics Encyclopedia, www.arthist.lu.se diakses pada 5 Februari 2010 pukul 18.45 WIB
Majalah dan Surat Kabar Arbain Rambey, Sejarah Fotografi dan Sejarah Teknologi, Kompas, 23 Juni 2003
FOTOMEDIA, Fokus : Foto Jurnalistik, Agustus 2001
FOTOMEDIA, Fotojurnalistik, Gabungan Gambar dan Kata, April 2003
FOTOMEDIA, Warna-warni : Memahami Arti Komposisi, Juni 1996
Majalah National Geographic Indonesia edisi Oktober 2009\
Makalah Yuniadhi Agung, Pengantar Fotografi Jurnalistik, 2004
Website http://annadzir.blogspot.com/2009/02/mengenal-jamaah-nadzir-ditulis-pada.html diakses pada 8 Maret 2011 pukul 14.00 WIB
http://blog.re.or.id/bagaimana-hukum-memakai-cadar.htm diakses pada 7 Maret 2011 pukul 18.30 WIB
commit to user cxxxi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2006/bulan/02/tgl/28/time/134736/idnews/5490 00/idkanal/10 diakses pada 1 Maret 2011 pukul 06.10 WIB
http://en.wikipedia.org/wiki/James_Nachtwey diakses pada 17 Januari 2011 pukul 08.15 WIB
http://langitan.net/?p=162 diakses pada 8 Maret 2011 pukul 15.00 WIB
http://media.isnet.org/islam/Quraish/Wawasan/Perempuan2.htm diakses pada 1 Maret pukul 16.00 WIB
http://ms.wikipedia.org/wiki/Putih diakses pada 1 Maret 2011 pukul 06.00 WIB
http://photography.nationalgeographic.com/photography/photographers/photographer -james-nachtwey.html diakses pada 17 Januari 2011 pukul 08.00 WIB
http://www.republika.co.id/suplemen/cetak_detail.asp?mid=5&id=202816&kat_id=1 05&kat_id1=147&kat_id2=291 diakses pada 9 November 2009, pukul 19.30 WIB
commit to user cxxxii